Anda di halaman 1dari 9

PERAN KELEMBAGAAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN)

DALAM PEMBANGUNAN NAGARI

(Makalah Kelembagaan Lokal Dan Pembangunan Indonesia)

Oleh :

Refadly Pratama Abdul Rachman

E071191008

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pada umumnya selalu dikaitkan dengan pembangunan fisik. Namun


demikian, pembangunan juga dapat dikatakan sebagai upaya untuk mencapai pertumbuhan
suatu bangsa. Banyak individu menilai bagaimana pertumbuhan dicapai dengan pengukuran
nyata, seperti pembangunan infrastruktur dalam bentuk pembuatan atau perbaikan jalan, atau
fasilitas umum seperti pembuatan rumah sakit. Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya
atau usaha pemerintah untuk memajukan negaranya.

Pembangunan perdesaan merupakan sebuah bagian yang penting dalam pembangunan


nasional, sebagaimana kawasan perdesaan yang masih dominan dimana terdapat 82 persen
wilayah Indonesia adalah perdesaan dan sekitar 50 persen penduduk Indonesia masih tinggal
di kawasan perdesaan. Pada tahun 2018 terdapat 83.931 desa dan 75.436 kelurahan (BPS,
2018). Pembangunan perdesaan terjadi dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang
selaras dengan pelestarian lingkungan dan konservasi sumber daya alam dengan
memperhatikan kepentingan antardaerah dan kepentingan umum di perdesaan, serta
kepentingan umum perdesaan di daerah, secara partisipatif, produktif, dan berkelanjutan
berbasis pemberdayaan masyarakat. (Permen Dalam Negeri No. 51 Tahun 2007).

Dalam suatu pembangunan desa/nagari, hal yang perlu diperhatikan adalah perbedaan
kekhususan yang ada pada masyarakat perdesaan. Tanpa mempertimbangkan secara spesifik
kemungkinan program pembangunan yang dilaksanakan tidak akan berjalan seperti yang
diharapkan. Kekhususan kota yang dituju meliputi antara lain adalah bahwa masyarakat desa
relatif sangat solid hubungannya dengan nilai-nilai seperti budaya/adat istiadat dan agama.
Menurut Dove (1985), nilai-nilai lama atau disebut dengan budaya tradisional, sangat dan
selalu berkaitan dengan proses perubahan ekonomi, sosial dan politik dari masyarakat pada
tempat dimana budaya tradisional tersebut melekat.

Salah satu bagian terpenting dalam pembangunan desa adalah kelembagaan/organisasi


lokal. Infrastruktur tidak akan dibangun atau dipelihara tanpa adanya institusi/lembaga lokal,
serta birokrasi dan partisipan. Jasa pelayanan masyarakat tidak dapat dilakukan secara
maksimal dan pemerintah tidak akan dapat memelihara atau mempertahankan arus informasi
yang dibutuhkan masyarakat. Akibatnya, institusi lokal menjadi faktor penting, terutama
dalam hal menggerakkan partisipasi. Partisipasi kegiatan masyarakat yang sesungguhnya
dapat dilihat atau dibina oleh prakarsa pemerintah atau semata-mata karena prakarsa sendiri.
(Esman dan Uphoff, 1988).

Semasa sistem pemerintahan desa di Sumatera Barat, kelembagaan lokal khususnya


kelembagaan lokal adat secara normatif diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan
musyawarah pembangunan desa. Selama sistem pemerintahan desa di Provinsi Sumatera
Barat, entitas lokal normatif tidak pernah diberi wewenang untuk menyelenggarakan
musyawarah pembangunan desa. Melalui Instruksi Gubernur Sumatera Barat Nomor 12
Tahun 1991 tentang Penyelenggaraan Musyawarah Pembangunan Nagari (sebutan lain untuk
desa di Sumatera Barat) yang diselenggarakan oleh Kerapatan Adat Nagari yang disingkat
dengan KAN dan dihadiri oleh seluruh aparat Pemerintah Desa/Kelurahan, anggota KAN,
dan masyarakat desa yang bersangkutan. Musbang Nagari berfungsi sebagai wadah
perumusan rencana pembangunan perdesaan yang sejalan dengan cita-cita Anak Nagari,
sekaligus sebagai wadah untuk mengevaluasi perkembangan pembangunan Nagari.

Kerapatan Adat Nagari (KAN) merupakan suatu lembaga perwakilan tertinggi untuk
musyawarah dan mufakat adat dalam masyarakat nagari di Sumatera Barat yang telah ada
dan diturunkan secara turun temurun. Hadirnya KAN bertugas sebagai penjaga dan pelestari
adat dan budaya Minangkabau, yang dimana berada dalam pengawasan  Lembaga Kerapatan
Adat Alam Minangkabau (LKAAM) mulai dari tingkat kecamatan hingga provinsi. KAN
terdiri dari beberapa unsur dalam masyarakat adat Minangkabau yaitu: Niniak Mamak, para
penghulu atau datuk dari setiap suku, Manti, berasal dari kalangan intelektual (cerdik pandai),
Malin, dari kalangan alim ulama, dan yang terakhir Dubalang, yang bertugas menjaga
keamanan dan keselamatan warga.

Ada banyak pandangan yang berkembang di masyarakat tentang Kerapatan Adat


Nagari. Beberapa pihak percaya bahwa peran Kerapatan Adat Nagari hanya sebatas sebagai
pengelola lahan, tanpa bantuan dari pemerintah di bidang pembangunan lainnya. Kerapatan
Adat Nagari, di sisi lain, dikatakan berperan dalam pembangunan. Selain menyelesaikan
masalah pertanahan, Kerapatan Adat Nagari telah memberikan kontribusi yang signifikan
bagi pembangunan, khususnya di dalam Nagari. Ada juga yang berpendapat bahwa
Kerapatan Adat Nagari tidak lebih dari sebuah moniker. Dinas setempat ini sudah lama
menganggur karena tidak melakukan kegiatan apapun. Akibatnya, tidak ada yang
memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat, khususnya dalam hal pembangunan Nagari.

Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 2 Tahun 2007
tentang Pemerintahan Nagari sebagai sinkronisasi pemerintahan di daerah berdasarkan UU
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, peran serta masyarakat dapat
dikembangkan lebih luas, tidak terbatas pada pelaksana dan penerima manfaat program bina
lingkungan, tetapi dapat terlibat secara langsung dalam proses pengembangan masyarakat
serta dalam proses pelaksanaan program-program pembangunan yang akan dilakukan. Untuk
mencapai hal tersebut, berbagai lembaga di nagari harus berperan aktif, terutama yang dapat
menampung keinginan masyarakat dan melakukan evaluasi dan kontrol terhadap pelaksanaan
berbagai kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah nagari.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk membuat
makalah yang berjudul “ Peran Kerapatan Adat Nagari (KAN) dalam Pembangunan
Nagari”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan diatas, maka rumusan masalah
pada makalah ini sebagai berikut :

1. Bagaimana peran Kerapatan Adat Nagari (KAN) dalam pembangunan Nagari?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi peran Kerapatan Adat Nagari (KAN) dalam
pembangunan Nagari?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran Kerapatan Adat Nagari (KAN) dalam Pembangunan Nagari

Pada kegiatan pembangunan Nagari seperti halnya kasus pembangunan Nagari Sungai
Pua, Kabupaten Agam, pemerintah Nagari serta semua lembaga lokal dan penduduk desa
turut ikut andil berperan dalam pembangunan. Dalam pembangunan Nagari Sungai Pua,
KAN memainkan dua (dua) jenis peran kelembagaan. Pertama, posisi langsung lembaga
KAN sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan nagari, sebagaimana didefinisikan oleh
fungsinya. Sehingga, peran KAN dalam pembangunan Nagari Sungai Pua hanya sebatas
memberikan masukan dan pendampingan dalam proses pembangunan desa, bukan sebagai
pembuat kebijakan atau penyelenggara. Saran dan masukan KAN dalam pembangunan nagari
dibahas dalam diskusi tentang pembangunan desa. Pembangunan tersebut terkait dengan
masalah adat seperti tanah ulayat, sako, dan Pusako, atau proyek pembangunan yang
bertentangan dengan standar adat Nagari Sungai Pua. Biasanya Walinagari atau pelaksana
pembangunan akan mengkoordinasikan terlebih dahulu kepada KAN atau Ketua KAN.

Peran kedua KAN dalam pembangunan nagari adalah peran tidak langsung, yang
dilakukan oleh Niniak Mamak/Penghulu, salah satu anggota KAN. Kontribusi Niniak Mamak
bagi kemajuan Nagari Sungai Pua tidak bisa dilepaskan dari sosok dan penghargaannya,
karena Niniak Mamak adalah pemimpin adat (informal) nagari. Niniak Mamak berperan
penting dalam menggalang partisipasi masyarakat anak nagari untuk berkeinginan terlibat
dalam pembangunan desa. Namun, tidak semua Niniak Mamak di nagari tersebut terlibat
aktif dalam pembangunan Nagari Sungai Pua. Para Niniak Mamak yang masih tinggi tingkat
ketokohan dan pengaruhnyalah yang sangat berperan dalam pembangunan nagari.

Lembaga KAN berperan langsung dalam menciptakan tahapan perencanaan dan


koordinasi yang lebih besar, khususnya untuk produksi produk hukum, serta pembangunan
infrastruktur dan infrastruktur publik. Karena kegiatan ini seringkali melibatkan banyak unsur
lembaga dan anggota masyarakat, maka penting untuk menyeimbangkan kepentingan dan
menghindari potensi masalah. Sebagai lembaga adat tertinggi, KAN akan mampu
menyelesaikan konflik dan menyelaraskan kepentingan yang mungkin timbul pada tahap
perencanaan maupun pada tahap koordinasi.

Tahap implementasi dan pengawasan adalah saat partisipasi tidak langsung KAN
melalui Niniak Mamak paling terlihat. Niniak Mamak akan mengajak anak-anak muda untuk
terlibat dalam proses pembangunan selama tahap implementasi. Niniak Mamak akan
mengawal kegiatan dan partisipasi kamanakan anak muda yang aktif dalam kegiatan
pembangunan berkelanjutan sesuai jadwal pada tahap monitoring. Pada saat yang sama,
peran KAN dan Niniak Mamak ada di banyak tahap pembangunan, seperti implementasi dan
koordinasi tindakan penanggulangan kemiskinan, adat istiadat, dan kegiatan menjalin kerja
sama dengan perantau. KAN berada di nagari bersama Niniak Mamak dan akan sama-sama
aktif di setiap level kegiatan ini.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Kerapatan Adat Nagari (KAN) dalam


Pembangunan Nagari

a. Faktor Internal, . Faktor internal ini terdapat beberapa poin yang mempengaruhi peran
KAN dalam pembangunan Nagari
1) Tingkat kesadaran pengurus KAN/ Niniak Mamak dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab.

Setiap tiga tahun sekali, KAN telah mengembangkan struktur kepengurusan Nagari
Kerapatan Adat Nagari yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan pengurus
serta instansi lainnya membentuk struktur kepengurusan KAN, yang berkedudukan di
Jorong-Jorong. Ketika sistem manajemen sudah ada, beberapa Niniak Mamak yang
terlibat dalam manajemen tidak dapat sepenuhnya memenuhi peran dan kewajibannya.
Hal ini disebabkan keputusan Niniak Mamak untuk pergi merantau karena suatu alasan.
Kejadian seperti ini dapat berdampak pada kemampuan KAN untuk menjalankan
fungsinya. Meskipun kejadian seperti ini nantinya bisa ditangani oleh pengurus inti
KAN, seperti ketua, meski tidak semaksimal mungkin.

2) Kualitas dan Pengelolaan SDM

Keanggotaan KAN yang terdiri dari Niniak Mamak menjadi contoh dan panutan
dalam masyarakat nagari. Anak kemenakan amat segan kepada Niniak Mamaknya,
bahkan ia akan lebih patuh kepada Niniak Mamak dari pada perangkat pemerintah di
nagari. Ini bukan berarti rendahnya kharismatik pemerintah nagari dibanding kharismatik
seorang Niniak Mamak. Untuk menjadi Niniak Mamak harus mempunyai bekal ilmu dan
pengalaman yang amat banyak dalam bidangnya. Terkait dengan pembangunan nagari
KAN juga harus memahami dan mengerti tentang proses dan tahapan dalam
pembangunan Nagari. Apalagi dengan semakin maju dan berkembangnya teknologi saat
ini, pengaruh budaya luar yang positif maupun negatif sangat cepat masuk ke nagari.
Sehingga kebutuhan dan keinginan masyarakat juga akan sangat mudah berubah.

b. Faktor Eksternal, di dalam faktor eksternal ini terdapat beberapa hal yang
mempengaruhi peran KAN terhadap pembangunan nagari, antara lain :
1) Hubungan Pemerintahan Nagari dengan KAN.

Terhubungnya Pemerintah Nagari dengan KAN akan mempermudah proses


kerjasama kedua institusi dalam pelaksanaan pembangunan. Sebagai lembaga adat, KAN
merupakan lembaga informal tertinggi di masyarakat. Pemerintah Nagari memiliki
kekuasaan atas masyarakat, akan tetapi penduduk, termasuk Walinagari, adalah anak
kamanakan dari Niniak Mamak. Hubungan pemerintah nagari dan KAN adat (antara
mamak dan kemenakan), serta struktur kelembagaan nagari, merupakan faktor-faktor
yang saling mempengaruhi dan mendikte dalam pembangunan nagari Sungai. Jika ada
kendala dalam kegiatan pembangunan, pemerintah Nagari terlebih dahulu berkonsultasi
dengan KAN, sehingga tidak perlu ada konferensi formal antara pemerintah Nagari
dengan KAN, bahkan KAN akan membantu menyelesaikan masalah tersebut.

2) Hubungan antar lembaga yang terdapat di nagari

Peran KAN dalam pembangunan Nagari juga dipengaruhi oleh hubungan antar
lembaga yang ada di nagari tersebut. Lingkungan di sekitar nagari memiliki sejumlah
lembaga, masing-masing dengan tanggung jawab dan kegiatan yang unik. Ada lembaga
tradisional yang dibentuk secara adat seperti urang tigo jinih atau tungku tigo sajarangan.
Lembaga-lembaga adat ini mempunyai kewenangan dan deskripsi kerja yang jelas
seperti diungkapkan pepatah berikut: ‘penghulu taguah di adat, alim ulama taguah di
agamo, cadiak pandai taguah dek buek (penghulu setia pada adat, alim ulama setia pada
agama, cerdik pandai setia pada aturan/ perundangan).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah ini kesimpulan yang dapat diperoleh bahwasanya Pemerintah Nagari
sangat membutuhkan Kerapatan Adat Nagari (KAN) untuk berperan dalam pembangunan
Nagari. Karena Kerapatan Adat Nagari sangat penting bagi pembangunan Nagari, tidak bisa
dilakukan oleh satu pihak saja. Namun, lembaga Kerapatan Adat Nagari (KAN) setempat
harus berperan dalam upaya pembangunan Pemerintah Nagari. Sehingga peran Kerapatan
Adat Nagari (KAN) asangatlah penting bagi pembangunan Nagari.

B. Saran

Saran penulis bahwa agar eksistensi peran Kerapatan Adat Nagari (KAN) harus selalu
dijaga dan dilestarikan. Terutama pada era globalisasi ini, diperlukan dukungan semua pihak
terutama pemerintah daerah dan Nagari, untuk menempatkan kelembagaan KAN secara
normatif formal yang lebih berfungsi dalam sistem pemerintahan nagari.
Daftar Pustaka

Ardi, N. 2004. Pemerintahan Nagari dan Kelembagaan Adat Minang Kabau. Minang Kabau
yang Gelisah. Bandung: CV. Lubuk Agung.

Badan Pusat Statistik 2018

Dove, M. R. 1985. Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia dalam Modernisasi. Jakarta:


Yayasan Obor Indonesia.

Esman, M. J. and Uphoff, N. T. 1988. Local Organizations: Intermediaries in Rural


Development. Itacha and London: Cornell University Press.

L. Dt. Indomo Marajo. 2000. Pengetahuan Adat Minang Kabau. LKAAM Sumbar.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 51 Tahun 2007

Putra, R. 2008. Peranan Tungku Tigo Sajarangan dalam Pembangunana Masyarakat Nagari.
Studi Kasus: Nagari Pilubang Kabupaten Padang Pariaman. Thesis Program Magister
Studi Pembangunan. ITB

Salim, A. 2006. Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara
Wacana.

Sasmojo, S. 2004. Sains, Teknologi, Masyarakat dan Pembangunan. Program Pascasarjana


Studi Pembangunan ITB, Bandung.

Siagian, S.P. 1994. Manajemen Modern; Bunga Rampai. Jakarta: CV. Masangung. Silalahi.
2003. Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. Sidoarjo: Citramedia.

Sitorus, M. F. Agusta, I. 2006. Metodologi Kajian Komunitas, Departemen Komunikasi dan


Pengembangan Masyarakat, Bogor: Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Sekolah
Pascasarjana IPB.

Sri Zul Chairiyah. 2008. Nagari Minangkabau dan Desa di Sumatera Barat. KP3SB.

Anda mungkin juga menyukai