Anda di halaman 1dari 4

REFADLY PRATAMA ABDUL RACHMAN

E071191008

MID TEST SUKU BANGSA LAUT (A)

1. Sebutkan nama-nama suku bangsa laut di Asia Tenggara, mulai dari yang
paling termasyhur dan negaranya masing-masing.

Beberapa Suku Bangsa Laut yaitu:

- Sulawesi Selatan (selat Makassar, teluk Bone, Bajoe), Sulawesi bagian


Utara (Kimabajo, pulau Nain, Torosiaje), Sulawesi bagian Tengah dan
Timur (Teluk Tomini, Kepulauan Togian dan Banggai), Sulawesi
Tenggara (seperti, Lasolo, Tinanggea, Pulau Saponda, Tiworo Kepulauan
(Tikep), Wakatobi (Wanci, Kaledupa, Tomia), Pasarwajo, Mawasangka,
serta wilayah Kolaka, Pomala, Watubangga, Wolo, Lasusua, Pakue);
Kalimantan Timur (sekitar Bontang, termasuk Sabah Timur dan kepulauan
Sulu); Nusa Tenggara Timur (Alor, Kupang, dan Flores dan sekitarnya);
Nusa Tenggara Barat (Bungin); dan Maluku Utara (Bacan).
- Suku Tobati di Indonesia yang berada di Papua di wilayah Pesisir Teluk
Youtefa.
- Suku Moken yang berada di daerah pesisir barat Thailand dan dan Laut
Andaman di Myanmar.
- Suku Moro yang berada di Mindanau, Filipina.

2. Mengenai orang Bajo, bagaimana strategi orientasi (pengarahan pilihan)


wilayah permukiman, daerah pengangkapan ikan, dan pola pergerakan di
laut.

Kriteria utama pemilihan wilayah permukiman oleh suku Bajo ialah


didekatnya terdapat sumber bekalan air tawar, terhindar daripada tiupan angin
kencang, kedalaman air yang dangkal sehingga pada musim-musim tertentu air
lautnya akan kering, kawasan yang berbatu karang serta terdapat banyak sumber
hasil laut seperti ikan, ketam, siput kerang dan tripang. Suku Bajo memiliki
karakteristik berbeda dengan komunitas suku-suku di Nusantara pada umumnya,
karena apa yang disebut Suku Bajo tidak dapat dipisahkan dengan laut dan
perahu. Suku Bajo dikenal lebih menyukai hidup di atas perahu dan berpindah-
pindah sesuai dengan potensi ikan yang ingin ditangkap, sehingga dijuluki sebagai
pengembara laut. Suku Bajo pada awalnya tinggal di atas perahu yang disebut
bido’, hidup berpindah-pindah bergerak secara berkelompok menuju tempat yang
berbeda menurut pilihan lokasi penangkapan ikan. Di atas perahu mereka
menjalani hidupnya sejak lahir, berkeluarga hingga akhir hayatnya. Oleh sebab
itu, suku Bajo sering disebut sea nomads. Dalam perkembangannya, sebagian
besar dari mereka telah tinggal menetap di pinggir laut. Seperti halnya di daerah-
daerah lain di Indonesia, mereka hidup menetap di laut atau di pinggir laut. Laut
dijadikan sebagai sumber kehidupan (panamamie ma di lao). Mereka memiliki
prinsip bahwa pinde kulitang kadare, bone pinde sama kadare yang berarti
memindahkan suku Bajo ke darat, sama halnya memindahkan penyu ke darat.

Sebagai nelayan mereka mengenal tiga daerah penangkapan ikan, yaitu di


perairan dalam, di gugusan karang, dan di pantai. Mereka menggunakan berbagai
peralatan tradisional yang dibuat sesuai lokasi penangkapan. Bagi nelayan
perairan dalam, peralatan yang digunakan untuk menangkap ikan berupa panah,
tombak, dan pancing. Bagi nelayan yang mencari ikan di gugusan karang selain
menggunakan panah dan tombak, mereka juga menggunakan alat yang disebut
bunre.

Perahu yang digunakan disebut Leppa atau Soppe. Karena kemajuan zaman
dan kebutuhan ekonomi, kini sebagian besar suku Bajo telah menetap di berbagai
wilayah. Masyarakat Bajo memiliki kemampuan mengumpulkan hasil laut yang
ditunjang pemahaman kondisi dan jenis karang yang diperoleh secara turun
temurun. Mereka memiliki pembagian terhadap tipe terumbu karang yaitu sappa,
lana, dan timpusu.

3. Bagaimana strategi komunikasi orang Bajo dalam rangka memperluas


pergaulan dan hubungan kerja sama dengan etnik-etnik dominan dan
mayoritas lainnya sehingga mereka bisa eksis bertahan hidup.
Pembangunan intern ekonomi dan perkembangan akses penduduk
memungkinkan penyebaran masyarakat Bajo ke wilayah pesisir lain. Suku Bajo
yang terkenal sebagai pelaut ulung saat ini telah berdiapora di beberapa wilayah
lain di Indonesia. Dalam pergaulan mereka harus menguasai bahasa daerah
setempat, bahkan lebih jauh lagi menikah dengan orang etnis setempat, menjadi
pegawai negeri. Kasus-kasus dinamika kehidupan seperti ini ditemui di daerah
Luwu, Selayar, daerah Kolaka, dan lain-lain. Kebanyakan dari mereka yang sudah
jauh berinteraksi dengan masyarakat setempat, menguasai bahasa setempat, dan
sudah beranak bercucu mengaku sebagai orang Bugis, Makassar atau Buton.
Dalam kepustakaan antropologi, strategi bertahan hidup seperti ini disebut ‘ethnic
marker’.

4. Jelaskan proses dinamika/perkembangan budaya orang Bajo, khususnya:

a.Teknologi pelayaran

b.Teknologi penangkapan ikan

Dilihat dari teknologi pelayaran, pada awalnya sebagian Masyarakat Bajo


menggunakan perahu perahu layar bidu bercadik dan sampan untuk berlayar
memenuhi kebutuhan hidupnya yang dimana teknologi yang digunakan masih
sederhana dan masih mengandalkan tenaga manusia, kemudian sejak periode
1980-an awal, Masyarakat Bajo tersebut mulai menggunakan menggunakan
teknologi mesin seperti mesin tempel untuk digunakan di perahunya dan
Masyarakat Bajo sudah mulai meniru sistem teknologi suku bangsa laut lainnya
seperti sekarang sudah banyak Masyarakat Bajo yang menggunakan Perahu
Jolloro/Jolor yang merupakan perahu khas Bugis, Makassar dan sudah banyak
menggunakan kapal mini purse seine. Selanjutnya dalam penggunaan teknologi
penangkapan ikan, pada awalnya Masyarakat Bajo masih menggunakan teknologi
penangkapan yang masih sederhana seperti tombak, alat pancing sederhana,
pukat, dan masih menggunakan perangkap sero untuk mencari nafkah atau
sekadar untuk makan sehari-hari yang dimana masih belum efisien dan efektif,
namun masa kini, Masyarakat Bajo sudah menggunakan teknologi penangkapan
yang lebih modern seperti alat pancing yang lebih modern, dan menggunakan
pukat cincin (gae) yang lebih efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai