Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Implementasi kebijakan pembangunan infrastruktur tingkat desa akan semakin

menantang ke depan, dengan perekonomian daerah yang semakin terbuka dan

kehidupan politik yang semakin demokratis. Namun, sampai saat ini desa tersebut

belum bergeser dari profil lama yang terbelakang dan miskiNo. Meski banyak orang

mengakui bahwa desa memegang peranan penting dalam kota, namun desa masih

dicemooh dari segi ekonomi atau hal lainnya. Padahal kita tahu bahwa sebagian besar

penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan bekerja sebagai petani dan nelayaNo.

Oleh karena itu, sudah sewajarnya pembangunan pedesaan menjadi prioritas utama

dalam semua rencana strategis dan kebijakan pembangunan di Indonesia. 1

Seperti yang tertera pada UU Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 perihal

Desa. Bagaimana dengan desa yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk

membangun desa sendiri dengan gotong royong dan gotong royong. Peraturan yang

telah ditetapkan dan yang telah disepakati bersama harus memiliki bukti nyata atau

pelaksanaan peraturan tersebut.

Desa mempunyai hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat serta berperan mewujudkan cita-cita

kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945”.

Bahwa dalam perjalanan ketatanegaraan Negara Republik Indonesia, Desa

telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
1
Hernowo, Basah. Kajian Pembangunan Ekonomi Desa Untuk Mengatasi Kemiskinan. Artikel Jurnal, Vol. 1,
No. 1, 2004.
agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis guna menciptakan landasan yang

kokoh dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunaNo. pelaksanaan

menuju masyarakat adil, makmur, dan sejahtera Desa dalam susunan dan tata cara

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan harus diatur tersendiri dengan

undang-undang.

Pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas

hidup masyarakat desa serta mengentaskan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan

dasar, pengembangan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi

lokal dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutaNo.

Pembangunan desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasaNo.

Pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengutamakan persatuan,

kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mencapai keterpaduan perdamaian dan

keadilan sosial.

Pemerintah desa menyusun rencana pembangunan desa sesuai dengan

kewenangannya dengan mengacu pada rencana pembangunan Kabupaten/Kota.

Rencana pembangunan jangka menengah desa dan rencana kerja pemerintah desa

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus ditetapkan dengan peraturan desa.

Peraturan Desa yang berkaitan dengan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa merupakan satu-satunya

dokumen perencanaan Desa. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan

Rencana Kerja Pemerintah Desa merupakan pedoman penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa yang diatur dalam Peraturan Pemerintah. Program

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang berskala lokal Desa dikoordinasikan

dan/atau dilimpahkan pelaksanaannya di Desa. Perencanaan pembangunan desa


sebagaimana hal yang tertera pada ayat 1 di mana menjadi rujukan dalam perencanaan

pembangunan kabupaten/kota.

Masyarakat desa berhak memperoleh informasi tentang rencana dan

pelaksanaan pembangunan desa. Masyarakat Desa berhak memantau pelaksanaan

Pembangunan Desa. Dan masyarakat berhak melaporkan hasil-hasil pantauan dan

keluhan kepada Pemerintah desa sekaligus Badan Permusyawaratan Desa.

Dari pihak Pemerintah wajib melayangkan informasi perihal perencanaan

sekaligus pelaksanaan Pembangungan jangka menengah, rancangan kerja Pemerintah

Desa, sekaligus menginformasikan transparansi dana keluar dan masuk melalui umum

atau musyawarah desa setidaknya 1 tahun sekali. Masyarakat Desa berpartisipasi

dalamMusyawarah Desa untuk menanggapi laporan pelaksanaan Pembangunan Desa.

Pembangunan infrastruktur ditingkat desa mempunyai peranan yang sangat

penting dan strategis dalam rangka Pembangunan Nasional dan Pembangunan

Daerah, karena didalamnya terkandung unsur pemerataan pembangunan dan hasil-

hasilnya serta menyentuh secara langsung kepentingan masyarakat yang bertempat

tinggal di perdesaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Dalam

pembangunan infrastruktur ditingkat desa pemerintahan desa berkedudukan sebagai

subsistem dari system penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, sehingga desa

memiliki kewenangan, tugas dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakatnya sendiri atau dikenal dengan otonomi daerah. Dalam

menyelenggarakankewenangan, tugas, dan kewajiban desa dalam penyelenggaraan

pemerintahan maupun pembangunan maka dibutuhkan sumber pendapatan desa.”

Dalam mewujudkan tujuan program pembangunan di masing-masing lembaga,

diperlukan model manajerial dalam pengelolaan pembangunan “model manajerial


dimaksudkan agar hasil pembangunan dan program pemerintahan lainnya dapat

dirasakan dan dinikmati oleh masyarakat” 2 desa harus dilaksanakan secara gotong

royong. antara pemerintah desa, swasta dan masyarakat. Jika dilakukan pada satu sisi

saja, maka pembangunan yang terealisasi tidak akan terlaksana dengan baik dan tidak

akan mencapai tujuan yang telah direncanakaNo. Untuk mencapai tujuan

pembangunan khususnya di desa, pemerintah harus terus berupaya melaksanakan

program-program pembangunan yang dirancang khusus untuk desa. 3

Pembangunan infrastruktur tingkat desa harus sesuai dengan fasilitas yang

dibutuhkan masyarakat, seperti kebutuhan infrastruktur, Posyandu, Posbindu, jalan

desa, lampu desa, sekolah PAUD, jembatan, sambungan air, dll. Pembangunan desa

dilakukan dengan menggunakan dana desa sesuai dengan undang-undang No. 6

Tahun 2014. Pembangunan desa merupakan upaya demi meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa. Pasal 26 ayat 1 Kepala desa bertanggung jawab atas

penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan

masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Kepala desa harus

mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.4

Dalam pembangunan infrastruktur pedesaan, partisipasi masyarakat desa

setempat harus menjadi prioritas. Mengalihdayakan pembangunan infrastruktur

pedesaan, seperti jalan atau jembatan desa, dan irigasi desa kepada kontraktor luar

dianggap tidak tepat. Dengan mempercayakan pembangunan infrastruktur sederhana

ini kepada masyarakat desa, berbagai manfaat akan diperoleh, serta memiliki

infrastruktur lokal. Pertama, mengefektifkan semangat gotong royong yang

2
Kamaludin, Rustian, Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan Daerah, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1983).
3
Moh. Sofiyanto Ronny, Malavia Mardani, M. Agus Salim, E-Jurnal Pengelolaan Dana Desa Dalam Upaya
Meningkatkan Pembangunan Di Desa Banyuates Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang, Vol. 6 No. 4,
2017.
4
Undang Undang Negara Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 pasal 26 ayat 1
merupakan salah satu nilai yang mencerminkan kepribadian masyarakat Indonesia,

khususnya masyarakat pedesaaNo. Selanjutnya dengan gotong royong biasanya

diperoleh hasil yang lebih banyak dengan anggaran yang sama. Pada akhirnya,

masyarakat desa akan memperoleh nilai tambah dari pengetahuan dan pengalaman

dalam membangun proyek-proyek tersebut. Dalam hal ini bimbingan teknis harus

diberikan oleh aparat teknis yang paling dekat dengan masyarakat desa. Untuk itu,

LKMD harus diperbanyak. Di sinilah persoalan penguatan kelembagaan desa. 5

Pembangunan partisipatif harus dimulai dari masyarakat sebagai manusia yang

memiliki aspirasi dan lebih mengetahui kebutuhannya. Masyarakat merupakan aktor

utama pembangunan dan pemerintah daerah harus mampu memposisikan diri sebagai

fasilitator untuk menciptakan suasana yang mendukung kegiatan masyarakat yang

seharusnya mendukung keberhasilan pembangunan desa. Pembangunan di perdesaan

ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan yang selanjutnya memperkuat ketahanan

masyarakat dalam upaya meletakkan dasar dan fondasi ketahanan ekonomi, sosial,

budaya, politik, keamanan, dan nasional. Untuk itu, pembangunan pedesaan

diorientasikan pada kegiatan pembangunan secara terpadu dan menyeluruh,

memberdayakan setiap komponen masyarakat dalam rangka meningkatkan

pembangunan masing-masing desa. Selain itu, diperlukan kebijakan pemerintah untuk

mengarahkan dan membimbing masyarakat dalam pelaksanaan bersama program

pembangunan desa. 6

Pembangunan infrastruktur penting untuk kemajuan desa dan kebutuhan

masyarakat. Infrastruktur meliputi pembangunan jalan, pembuatan tiang lampu,

jembatan, sekolah, polinde dan perpustakaan, dll. Sesuai dengan Undang-Undang


5
Ginandjar Kartasasmita, Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, (Jakarta:
1996), 175.
6
Jurnal Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi Di Desa Wawolesea Kecamatan
Lasolo KabupatenKonawe Utara), April 2016.
nomor 6 tahun 2014 pasal 83 menjelaskan bahwa pembangunan kawasan perdesaan

merupakan gabungan pembangunan antardesa dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota.

Pembangunan kawasan perdesaan dilakukan dalam upaya mempercepat dan

meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat desa

di perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif. Pembangunan kawasan

perdesaan meliputi: ”

1. Pemanfaatan dan pemanfaatan kawasan desa dalam rangka penetapan kawasan

pengembangan sesuai dengan rencana wilayah Kabupaten/Kota,

2. Pemberdayaan layanan pemerintah demi meningkatkan kesejahteraan

masyarakat,

3. Pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi pedesaan dan

pengembangan teknologi yang sesuai, dan

4. Pemberdayaan masyarakat desa untuk meningkatkan akses pelayanan dan

kegiatan ekonomi.

Rencana pembangunan kawasan perdesaan dibahas bersama antara pemerintah,

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah desa. Rancangan

pembangunan kawasan desa yang termuat dalam ayat 4 sebagaimana ditetapkan oleh

Bupati/Walikota di mana harus sesuai dengan aturan rancangan pembangunan desa

jangka menengah daerah.7

Seperti halnya di Desa Wonoayu, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo,

pembangunan infrastruktur harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

persyaratan hukum, pembangunan infrastruktur adalah sesuatu yang harus dilakukan

oleh semua pemerintah dan masyarakat desa.

7
Undang Undang Republik Indonesia No. 6 tahun 2014 Tentang Desa pasal 83
Peneliti ingin menganalisis implementasi kebijakan pembangunan infrastruktur di

Desa Wonoayu Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo dan faktor-faktor apa saja

yang menghambat dan mendukung pembangunan infrastruktur di Desa Wonoayu

Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. menurut hukum No. 6 Tahun 2014”.

Memperhatikan uraian di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian

lebih mendalam dengan judul: Studi Kasus Pembangunan Infrastruktur di Desa

Wonoayu Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Undang Undang Nomor 6 tahun

2014 Tentang Desa dalam studi analisis terhadap Pembangunan

Infrastruktur di Desa Wonoayu, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten

Sidoarjo?

2. Apakah faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam

Implementasi Kebijakan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa terhadap pembangunan infrastruktur di Desa Wonoayu,

Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini mengacu pada rumusan masalah penelitian yang sudah

disebutkan diats. Hal ini tidak berarti bahwa tujuan penelitian sama persis dengan

rumusan masalah penelitian, tetapi keduanya tetap berbeda secara substansial, karena

rumusan masalah dibuat untuk mengungkapkan substansi masalah, sedangkan tujuan


penelitian ini dibuat untuk mengungkapkan keinginan peneliti dalam penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian adalah.

1. Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Undang Undang Nomor 6 Tahun

2014 Tentang Desa dalam Studi Analisis terhadap Pembangunan Infrastuktur

di Desa Wonoayu, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat

Implementasi Kebijakan Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 dalam Studi

Analisis terhadap pembangunan infrastruktur di Desa Wonoayu, Kecamatan

Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teori dan kepraktisannya.

Secara teoritis, penelitian ini memiliki manfaat:

1. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir penulis melalui karya ilmiah dan

sebagai penerapan dari berbagai teori yang penulis dapatkan selama dalam

masa perkuliahan.

2. Untuk kajian akademik terutama jurusan Ilmu Politik dalam studi kasus

pembangunan infrastuktur di desa, adapun manfaat secara praktis, adalah :

a. Memberikan bahan masukan terutama kepada pemerintah di tingkat

desa, dengan memberikan kajian tentang studi implementasi Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 kasus pembangunan infrastruktur di

desa.

b. Memberikan acuan bagi para mahasiswa dan berbagai pihak terkait

studi implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 kasus

pembangunan infrastuktur di desa.


E. Definisi Konseptual

Dalam sebuah penelitian diperlukan penarikan batasan yang menjelaskan suatu

konsep secara singkat dan jelas, maka konsep dasar penelitian ini adalah:

1. Implementasi

Implementasi biasanya akan dilakukan setelah sebuah kebijakan yang

telah dirumuskan, dalam proses pembuatan kebijakan ini merupakan sebuah

aktivitas dalam rangka menjalankan sebuah kebijakan kepada masyarakat

umum sehingga kebijakan tersebut dapat membawa sebuah hasi yang telah

diinginkan masyarkat.8 Kemudian Menurut Usman mengatakan

bahwa“sebuahimplementasiakan bermuara pada sebuah aktivitas, tindakan,

aksi atau adanya sebuah mekanisme suatu sistem, implementasi bukan hanya

sekedar aktivitas , tapi sebuah kegiatan yang telah terencana dan untuk

mencapai tujuan tertentu.9”

Selanjutnya Gunturberpendapat bahwa:implementasi merupakan

perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan dalam sebuah proses interaksi

antara tujuan sertatindakan untuk mencapainya dan memerlukan jaringan

pelaksana dan birokrasi yang cukup efektif.10

Oleh karna itu melihat pengertian implementasi yang telah dikemukakan

menurut ahli, dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah sebuah proses

untukmelaksanakan ide, proses aktivitas baru denganharapan orang lain bisa

menerima serta dapat melakukan penyesuaian dalamtubuh birokrasi guna

terciptanya sebuah tujuan yang dapat tercapai dengan adanyajaringan

pelaksana yang dapat dipercaya.Ditambahkan lagi oleh Hanifah Harsono

8
Affan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Hlm. 295
9
Nurdin Usman,Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. (Jakarta: Grasindo. 2002), Hlm. 70
10
Guntur Setiawan, Impelemtasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta: Balai Pustaka. 2004), Hlm 39
dalam bukunya yang berjudulImplementasi Kebijakan dan Politik

mengemukakan pendapat bahwa Implementasi atau pelaksanaan sebagai

sebuah proses guna menjalankan kebijakan menjadi suatu tindakan kebijakan

dari politik ke dalam administrasi. Pengembangan dari sebuah kebijakan

dalam rangka penyempurnaan suatuprogram yang telah ada sebelumnya.11”

Selanjutnya dari berbagai pengertian-pengertian yang telah dijabarkan

diatas memperlihatkan jika kata implementasiadalah sebuah mekanisme yang

ada pada suatu sistem. Kemudian berdasarkan pendapat dari para ahli

diatasmaka dapat disimpulkan implementasi merupakan sebuah kegiatan yang

telah terencana,dan bukan hanya sebuah aktifitas dan akan dilakukan secara

baik dan benar dengan berdasarkan norma-norma tertentu guna untuk

mencapai tujuan kegiatan. Sebab itu,impelementasi tidak akan berdiri sendiri

tetapi akan dan dapat dipengaruhi oleh objek-objek lainnya.”

2. Kebijakan

Pengertian kata kebijakan atau yang ada dalam bahasa ingris dan

sering kita sebut dengan istilahpolicyyang kemudianjika didalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia kata kebijakan bisa diartikan sebagai rangkaian konsep serta

asas yang telah menjadi garis besar serta dasar suatu rencana atau ide dalam

melaksanakan suatu kepemimpinan, pekerjaan, serta bagaimana cara

bertindak.”

Menurut Carl J. Federick sebagaimana dikutip oleh Leo

Agustino12mengartikan kebijakan merupakan serangkain tindakan/kegiatan

yang dapat diusulkan individu, kelompok, atau pemerintah dalam sebuah

lingkungan tertentu di mana terdapat faktor-fator pendukung serta penghambat


11
Hanifah Harsono,Implementasi Kebijakan dan Politik,(Bandung: PT. Mutiara Sumber Widya. 2002), Hlm. 67
12
Leo Agustino,Dasar- dasar Kebijakan Publik,(Bandung: Alfabeta, 2008), Hlm. 7
dalam menjalankan usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan

tertentu yang telah ditetapkan.”

Solichin Abdul Wahab mengatakan bahwa definisi kebijakan sendiri masih

menjadi sebuah perdebatan dari para ahli mengenai kebijakan. Maka guna

untuk memahami berbagai istilah kebijakan yang telah ada, solichin Abdul

Wahab13 memberikan beberapa acuan yakni sebagai berikut :”

a. Sebuah kebijakan seharusnya dapat dengan sebuah keputusan.

b. Sebuah kebijakan seharusnya tidak serta merta dapat dibedakan dari

administrasi.

c. Kebijakan juga mencakup sebuah perilaku dan harapan-harapan dari

pembuat kebijakan.

d. Kebijakan juga mencakup ketiadaan sebuah tindakan ataupun adanya

sebuah tindakan,

e. Kebijakan seharusnya juga mempunyai hasil akhir yang akan dicapai

dan telah direncanakan.

f. Setiap kebijakan memiliki haruslah tujuan atau sasaran tertentu baik

implisit atau pun eksplisit.

g. Sebuah kebijakan muncul dari sebuah proses yang berlangsung

sepanjang waktu.

h. Sebuah kebijakan seharusnya juga meliputi hubungan-hubungan yang

bersifat intra organsisasi maupun juga bersifat antar organisasi yang

ada pada sebuah negara.

i. Sebuah kebijakan publik meski tidak secara ekslusif menyangkut peran

kunci bagi lembaga-lembaga yang ada.

13
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara Edisi Kedua,
(Jakarta; Bumi Aksara, 2008), Hlm. 40-50
j. Sebuah kebijakan itu didefinisikan maupun di rumuskan secara

subyektif.

3. Implementasi Kebijakan.

Kata implementasi (implementation) berasal dari kata dasar verb

implement, menurut kamus Oxford-Advanced Learner’s Dictionarybahwa to

implement (mengimplementasikan) berarti to put something into

effect(menggerakkan sesuatu untuk menimbulkan dampak/akibat), to carry

something out (melaksanakan sesuatu). Dengan demikina implementasi

menurut arti kata harfiah adalah pelaksanaan sesuatu kegiatan, sehingga

implementasi kebijakan dapat diartikan sebagai pelaksanaan suatu kebijakan

(keputusan, perda ataupun undang-undang lainnya).14”

Konsep implementasi kebijakan berbeda-beda tergantung dari sudut

pandang atau pendekatan yang digunakan. Menurut Van Meter dan Van Horn

mengungkapkan15 Implementasi kebijakan dipandang sebagai suatu proses

membatasi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau

kelompok pemerintah maupun swastayang diarahkan untuk mencapai tujuan-

tujaun yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan

sebelumnnya.”

Dengan demikina tahap implementasi kebijakan mencakup usaha-

usaha mengubah keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional maupun

usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besan maupun kecil. Dan

tahap implementasi baru terjadi setelah undang-undang ditetapkan dan dana

disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut.

14
Abdul Aziz, Implementasi kebijakan Publik Studi tentang kegiatan pusat infrmasi pada dinas komunikasi dan
informatika provinsi sumatera utara, volume 3 Nomor 1 , Juni 2013, hlm. 4
15
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Media Presindo, 22002), Hlm. 102
4. Undang-Undang

Undang-Undang (Formell Gesetz) merupakan norma hukum yang lebih

konkret dan terperinci serta sudah dapat langsung berlaku dan mengikat dalam

masyarakat. Suatu Undang-Undang (Formell Gesetz) sudah dapat

mencantumkan norma-norma yang bersifat sanksi, baik itu sanksi pidana

maupun sanksi pemaksa.Undang-undang (Formell Gesetz) merupakan norma-

norma hukum yang selalu dibentuk oleh suatu lembaga legislatif, hal ini yang

menjadi pembeda antara Undang-Undang dengan peraturan-peraturan

lainnya.16”

Pembuatan undang-undang atau legislasi adalah undang-undang yang telah

disahkan oleh pembuat undang-undang atau unsur ketahanan lainnya.

Sebelum disahkan, legislasi berfungsi sebagai otoritas untuk mengatur,

merekomendasikan, menyediakan, menghukum, memberi, menjelaskan, atau

membatasi apa pun.17

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Undang-Undang

adalah norma hukum yang lebih konkret dan terperinci dibentuk oleh suatu

lembaga legislatif serta sudah dapat langsung berlaku dan mengikat dalam

masyarakat. Undang-undang digunakan sebagai otoritas, untuk mengatur,

untuk menganjurkan, untuk menyediakan (dana), untuk menghukum, untuk

memberikan, untuk mendeklarasikan, atau untuk membatasi sesuatu yang

diterapkan dalam masyarakat.

5. Pembangunan

Secara umum hakekat pembangunan adalah proses perubahan yang terus

menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma


16
Aziz Syamsuddin, Proses & Teknik Penyusunan Undang-Undang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 18.
17
https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-undang di akses pada 9 Mei 2019
tertentu.18 Pembangunan adalah usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan

perubahan yang direncanakan dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,

negara, dan pemerintah, menuju modern dalam rangka pembangunan bangsa

(nation building).19

Rogers mendefinisikan pembangunan sebagai proses perubahan sosial

dengan partisipasi yang luas dalam mencapai kemajuan sosial dan material

(termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang

dihargai) untuk mayoritas rakyat untuk kontrol yang lebih besar yang mereka

peroleh atas lingkungan mereka.20 Pembangunan dapat diartikan menjadi

"proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang terencana".21”

Dari penjelasan di atas menerangkan bahwa pembangunan merupakan

suatu proses usaha pertumbuhan dan perubahan yang dilakukan secara sadar

dan terencana oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah, menuju modernitas

dalam rangka pembinaan bangsa. Pembangunan akan menghasilkan sebuah

karya baru atau hasil baru dengan mengganti hal yang lama dengan

pembaharuan yang baik. Pembangunan diharapkan mampu memberikan

dampak baik bagi masyrakat sekitar, menjadikan acuan bagi masyarakat agar

mau bekerjasama dalam pembangunan yang baik.

6. Infrastruktur

Infrastruktur adalah mesin pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi

pendanaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif

pembangunan nasional dan daerah. Dalam ekonomi makro, ketersediaan

18
RiyadidanDeddySupriyadiBratakusumah,Perencanaan Pembangunan Daerah,(Jakarta:
PT.GramediaPustakaUtama, 2005), 14.
19
Sondang P. Siagian, Administrasi Pembangunan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), 4.
20
Risma Handayani, Pembangunan Masyarakat Pedesaan, (Makassar: Alauddin University Press, 2014), 12.
21
Ibid, Ginanjar, 1996.
layanan infrastruktur mempengaruhi produktivitas marjinal modal swasta,

sedangkan dalam konteks ekonomi mikro ketersediaan layanan infrastruktur

mempengaruhi pengurangan biaya produksi.22 Infrastruktur juga berpengaruh

penting terhadap peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia,

antara lain dalam meningkatkan nilai konsumsi, meningkatkan produktivitas

tenaga kerja dan akses lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan dan

mencapai stabilisasi makroekonomi, khususnya keberlanjutan pembangunan.

keuangan publik, perkembangan pasar kredit dan dampaknya terhadap pasar

tenaga kerja.

Grigg mendefinisikan infrastruktur sebagai sebuah sistem.

Infrastruktur adalah sistem fisik yang menyediakan transportasi, irigasi,

drainase, bangunan dan fasilitas umum lainnya yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan dasar manusia, baik sosial maupun ekonomi.

Infrastruktur dalam suatu sistem merupakan bagian dari struktur dan

infrastruktur (jaringan) yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.23 Dalam

perekonomian, infrastruktur adalah bentuk modal publik yang terdiri dari

investasi publik.24

American Public Works Association mendefinisikan infrastruktur

sebagai fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh badan publik

untuk fungsi pemerintah dalam menyediakan air, listrik, pembuangan limbah,

transportasi, dan layanan serupa untuk memfasilitasi tujuan sosial dan

ekonomi. Infrastruktur merupakan salah satu sistem fisik untuk memenuhi

kebutuhan dasar manusia baik dari segi sosial maupun ekonomi. Secara
22
Kwik Kian Gie. 2002. Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur dan Permukiman.Materi Kuliah Disampaikan
Pada Studium General Institut Teknologi Bandung. Bandung.
23
Kodoatie, Robert J. Pengantar Manajemen Infrastruktur, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).
24
Mankiw, N. Gregory, Pengantar Ekonomi-Ed.2, (Jakarta: Erlangga, 2003).
teknis, infrastruktur memiliki arti dan definisinya sendiri, yaitu merupakan

aset fisik yang dirancang dalam sistem untuk memberikan pelayanan publik

yang penting.25

Grigg mengklasifikasikan infrastruktur menjadi beberapa kategori,

antara lain: 1) Kelompok jalan (jalan, jalan raya, jembatan); 2) Kelompok jasa

transportasi (transit, kereta api, pelabuhan, bandara); 3) Kelompok air (air

bersih, air kotor, semua sistem air, termasuk saluran air); 4) Kelompok

pengelolaan sampah (sistem pengelolaan sampah padat); 5) Kompleks

bangunan dan fasilitas olahraga luar ruangan; 6) Kelompok untuk produksi

dan distribusi energi (listrik dan gas).26

The World Bank membagi infrastruktur menjadi tiga, yaitu: 1)

Infrastruktur ekonomi, adalah infrastruktur fisik yang diperlukan untuk

mendukung kegiatan ekonomi, termasuk layanan publik (energi,

telekomunikasi, air, sanitasi, gas), pekerjaan umum (jalan, bendungan, kanal,

irigasi) dan drainase) dan sektor transportasi (jalan, kereta api, pelabuhan,

bandara, dll). 2) Infrastruktur sosial, termasuk pendidikan, kesehatan,

perumahan dan rekreasi. 3) Prasarana administratif, meliputi penegakan

hukum, pengendalian dan koordinasi administratif. Pemerintah melalui

Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 t entang Panitia Percepatan

Infrastruktur menjabarkan berbagai jenis infrastruktur yang pengaturannya

diatur oleh pemerintah, yaitu: infrastruktur transportasi, infrastruktur jalan,

infrastruktur irigasi, infrastruktur air minum dan saluran pembuangan,

telematika infrastruktur, infrastruktur kelistrikan dan infrastruktur transportasi,

25
Ibid, Kodoatie, 2005.
26
Ibid, Kodoatie, 2005.
migas. Penggolongan infrastruktur tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai

infrastruktur 19 dasar, karena sifatnya yang dibutuhkan oleh masyarakat luas

sehingga perlu diatur oleh pemerintah.27”

Infrastruktur merupakan fasilitas fisik berupa sarana dan prasarana yang

dibentuk dari investasi yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Fasilitas fisik dapat berupa jalan, transportasi, air, manajemen

limbah, bangunan dan fasilitas olahraga, serta produksi dan distribusi energi.

7. Desa

Istilah desa berasal dari bahasa india swadesi yang berarti tempat asal,

tempat tinggal, negeri asal atau tanah leluhur yang merajuk pada suatu

kesatuan hidup dengan kesatuan hidup dengan kesatuan norma serta memiliki

batas yang jelas. Istilah desa dan pedesaan sering dikaitkan dengan pengertian

rural dan village yang dibandingkan dengan kota (city/town) dan perkotaan

(urban). Konsep perdesaan dan perkotaan mengacu kepada karakteristtik

masyarakat, sedangkan desa dan kota merajuk pada suatu wilayah

administrasi atau tutorial, dalam hal ini perdesaan mencakup beberapa desa.

Definisi tentang desa sendiri sampai sekarang belum dikaji karena batasannya

menjadi perdebatan panjang di kalangan para ahli. Desa dibentuk berdasarkan

kebutuhan masyarakat di daerah sutu dengan daerah lain yang berbeda

kulturnya.28

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mendefinisikan

bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah,

berwenang untuk mengatur urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat

27
Jurnal, pengaruh infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia, oleh Rindang bangun
prasetyo dan Muhammad firdaus, 2009.
28
Numan, Strategi Pembangunan Daerah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), 226.
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan/atau hak

tradisional dan mengelola yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).29”

Bintarto yang memandang desa dari aspek geografis mendefinisikan desa

sebagai “suatu hasil perwujudan antara kegiatan sekelompok orang manusia

dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau

penampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi,

sosial ekonomi, politisi, dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur

tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah lain”.30”

Kuntjaraningrat mendefinisikan desa sebagai komunitas kecil yang

menetap disuatu daerah, sedangkan Bargel mendefinisikan desa sebagai setiap

pemukiman para petani. Landis menguraikan pengertian desa dalam tiga

aspek, yaitu: 1) Analisis statistik, desa didefinisikan sebagai suatu

lingkungan dengan penduduk kurang dari 2.500; 2) Analisis sosial psikologis,

desa merupakan suatu lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan

akrab dan bersifat informal di antara sesama warganya; 3) Analisis ekonomi,

desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan dengan penduduknya tergantung

kepada pertanian.31”

Desa merupakan suatu kelompok masyarakat yang memiliki adat berbeda-

beda, memiliki batas wilayah, memiliki wewenang dalam mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan, memiliki peraturan yang disepakati bersama

warganya. Desa termasuk bagian penting dan kecil dari sebuah Negara, desa

menjadi sumber adanya Negara bisa menjadi besar.”

29
Djuni Pristiyanto, Buku 1: Panduan Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa-Cet.1,
(Jakarta: Yayasan Penabulu, 2015), 9.
30
Ibid, Numan, 226.
31
Ibid, Numan, 226-227.

Anda mungkin juga menyukai