Disusun oleh:
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi dan globalisasi meningkat secara bertahap; oleh karena itu,
desa perlu beradaptasi secara tepat terhadap modernisasi. Meskipun pusat-pusat pertumbuhan
di pedesaan dibentuk untuk mengatasi keterbelakangan pembangunan desa, namun menjaga
kearifan lokal dan potensi ekonomi desa dari modernisasi sangatlah penting. Kebijakan
pembangunan kawasan perdesaan merupakan proyek berkelanjutan untuk melindungi budaya
dan kearifan lokal yang ada di desa masing-masing. Desa-desa di Indonesia mempunyai ciri
khas seperti perdesaan di Ajibata, Toba Sumatera Utara, dalam hal ini pengembangan
perdesaan menggunakan strategi pembangunan ekonomi daerah yang disebut pendekatan top-
down, sekaligus menjadikan kawasan perdesaan Ajibata sebagai pusat pertumbuhan dan
sebagai jembatan pemasaran ke perkotaan.
Keberhasilan pembangunan nasional tidak lepas dari peran daerah pedesaan. Namun,
pedesaan telah diidentikkan dengan kemiskinan dan pertanian. Banyak masyarakat miskin
dan petani kecil berasal dari pedesaan, namun di beberapa belahan dunia, mereka masih
menghadapi kelaparan dan kekurangan gizi. Ciri utama daerah pedesaan adalah adanya
pengelolaan pertanian yang masih tradisional dan letaknya jauh dari perkotaan . Sulitnya
akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan layanan penting lainnya menjadi permasalahan
yang belum terselesaikan ketika membahas pembangunan pedesaan. Program pemerintah
pusat terkait isu pertanian dan perdesaan ialah pada pembangunan desa akan menghadapi
konflik antara pertanian tradisional dan pembangunan ekonomi, pembangunan infrastruktur,
dan modernitas lainnya. Hal ini terjadi karena pertanian tradisional mengalami konflik
dengan pembangunan ekonomi dan pembangunan infrastruktur ketika daerah pedesaan
berkembang menuju modernitas (Setyo Pratiwi, 2023).
Di Indonesia, ciri-ciri desa yang pada hakikatnya penuh dengan permasalahan seperti
angka kemiskinan yang tinggi, pendapatan penduduk pertanian yang tidak terstandar,
ketimpangan kepemilikan tanah, dan permasalahan sosial lainnya. Pemerintah tidak akan
pernah bisa memperbaiki kesalahan dalam mengurus desa, sehingga kantong-kantong
kemiskinan nasional selalu berlindung di pedesaan. Saat ini, pemerintah mempunyai banyak
program pembangunan desa. Sayangnya, hal tersebut dinilai kurang berhasil dalam
mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan desa
akan berhasil jika masyarakat desa dijadikan subjek pembangunan dan memberikan banyak
kesempatan kepada desa untuk menentukan keputusan nasibnya sendiri .
Kebutuhan dan potensi desa di Indonesia beragam; Alhasil, kebijakan yang seragam
untuk seluruh desa hanya akan sia-sia dengan latar belakang tersebut, babak baru
pembangunan desa yang disahkan dengan undang-undang no. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Permasalahan utama yang dihadapi para pengambil kebijakan dan perencana pembangunan
adalah tidak adanya kolaborasi antara pembangunan pedesaan dan perkotaan; akibatnya
keharmonisan perekonomian tidak tercipta. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 juga
mengatur pembangunan kawasan pedesaan sebagai jembatan hubungan antara desa dan kota.
Undang-undang ini dengan jelas membedakan antara pembangunan pedesaan dan
pembangunan kawasan pedesaan. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan ini adalah untuk
menunjukkan proses pembangunan ekonomi daerah melalui pengembangan kawasan
pedesaan di Indonesia. Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014, desa memberikan harapan baru
bagi masyarakat desa.
Keberadaan peraturan desa oleh tata kelola yang mudah digunakan di desa harus
memadai, efisien, aman, dan tepat sasaran. UU Desa mengatasi permasalahan perekonomian
desa melalui anggaran desa dan lembaga keuangan desa berupa BUMDesa. Dana desa
merupakan dana transfer langsung dari pemerintah pusat ke desa yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pokok desa. Lembaga perekonomian daerah yang disebut BUMDesa
diposisikan sebagai lembaga yang mendorong pembangunan perekonomian desa. Konsep
penting dalam undang-undang desa adalah pembangunan kawasan pedesaan. Kawasan
perdesaan merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan utama di bidang pertanian,
meliputi pengelolaan sumber daya alam dengan penataan kawasan sebagai tempat
permukiman pedesaan, pelayanan administrasi, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi
(Desyka Prihantara, Mustika Oktaviani, Muhammad Iqbal SJ, 2023).
Timbul perbedaan yang menonjol antara desa dan kota baik dari segi skala ekonomi,
perkembangan teknologi, tata kelola (ekonomi, sosial, dan politik), ekologi, dan konflik
sosial atas kepentingan yang tidak dapat ditangani secara tepat oleh pemerintah. Pertemuan
masyarakat memberikan angin segar yang dihadirkan sebagai jembatan kolaborasi antara
desa dan kota. Terbentuknya kawasan perdesaan akan memudahkan terjadinya kolaborasi
antara desa dan kota. Desa dan kota merupakan tumpuan pembangunan nasional, dan
harmonisasi akan saling melengkapi dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dalam
pembangunan daerah perdesaan muncul skala ekonomi karena telah masuk dalam
perencanaan pembangunan nasional sebagai pusat pertumbuhan (Shinta Widyaning Cipta,
2018).
Hubungan antara desa-desa sangat penting dalam pembangunan perkotaan dan juga
penting dalam pembangunan pedesaan. Urbanisasi yang pesat, terbatasnya ruang, tingginya
biaya hidup menjadi permasalahan dalam pembangunan perkotaan. Sementara itu,
pembangunan desa menghadapi permasalahan terbatasnya akses sosial, kemiskinan, dan
terbatasnya perkembangan teknologi. Oleh karena itu, pembangunan pedesaan diperlukan
sebagai jembatan untuk mengatasi permasalahan pembangunan pedesaan. Fungsi selanjutnya
adalah kolaborasi dan kontrol. Kawasan pedesaan mempunyai fungsi untuk berkolaborasi
dengan seluruh pemangku kepentingan desa untuk menciptakan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat desa. Dukungan kolaboratif dalam pembangunan pedesaan banyak digunakan
secara kooperatif dengan partisipasi semua kepentingan dalam desain inovatif dan
implementasi (Kurnia Ayu Puspita, 2023).
Tata kelola yang baik diimbangi dengan desain kelembagaan yang unggul yang terdiri
dari organisasi masyarakat, norma atau aturan, nilai-nilai, dan pilihan atau proses kebijakan
yang memberdayakan masyarakat pedesaan, memajukan kawasan pedesaan, dan
meningkatkan modal sosial daerah. Outcome yang diharapkan dari kebijakan ini adalah
peningkatan APBD. Ada tiga informasi mengenai pembangunan pedesaan di Cina. Pertama,
pendekatan top-down atau eksogen, menekankan skala ekonomi dan konsentrasi. Kedua,
melihat dari bawah ke atas atau endogen, mengutamakan sumber daya lokal, dan
pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, infrastruktur juga menjadi kebutuhan pokok masyarakat, termasuk sumber
air. Sumber daya air yang dimiliki kawasan ini antara lain mata air, waduk, dan bendungan.
Selain itu kawasan ini juga memiliki infrastruktur transportasi berupa bandara Sibisa,
pelabuhan penyeberangan ke Tomok. Kawasan ini juga memiliki aliran listrik yang
didominasi oleh PLN, serta jaringan komunikasi dan informasi telepon seluler berupa BTS.
Sektor unggulan kawasan Ajibata ini adalah pertanian dan pariwisata. Sektor pertanian di
ketujuh desa tersebut memiliki potensi pada produk kopi, jeruk, dan jagung. Kopi menjadi
komoditas andalan ketujuh desa dengan luas 294,6 hektar ini menghasilkan 140,29 ton kopi
dalam satu periode. Untuk jeruk mampu menghasilkan 203,4 ton. Sedangkan jagung dengan
luas tanam 695 ha mampu menghasilkan 4.268 ton. Potensi sektor pariwisata terdapat di
Rawa Hitam dan Hutan Adat, Bukit Senyum, Danau Singapura, Air Terjun Singapura, dan
kawasan terpadu otoritas Danau Toba.
Untuk menambah nilai tambah di kawasan ini dibangunlah pusat pengolahan kopi
sehingga produk kopi yang dijual tidak hanya dalam bentuk biji kopi namun juga kopi
olahan. Upaya peningkatan nilai tambah kopi daerah memerlukan kreativitas dan inovasi
yang tinggi agar berbeda dengan daerah lain. Pada akhirnya akan menciptakan lapangan kerja
baru dan meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat. Nilai tambah akan tercipta di
pedesaan, dan pendekatannya adalah kreativitas pada kegiatan ekonomi dan kerjasama yang
baik antar desa. Penelitian mengenai penciptaan nilai tambah di Turki . Penciptaan nilai
tambah sangat berkorelasi dengan faktor tenaga kerja informal, perekonomian informal,
kondisi keuangan, budaya, dan lain-lain.
Kawasan ini juga dirancang untuk pemasaran produk kopi dengan strategi penjualan
sebagai oleh-oleh khas Toba untuk pasar domestik dan internasional. Dalam memasarkan
produk lokal ini, masyarakat bekerjasama melalui BUMDESMA (BUMDesa Bersama). Di
kawasan ini pengolahan kopi sudah terjalin mulai dari hulu (produksi oleh petani) hingga
hilir (pemasaran). Semua proses ini melibatkan tenaga kerja lokal dari daerah tersebut.
Tujuan pengembangan kawasan ini adalah untuk meningkatkan perekonomian pedesaan
sehingga akan mendorong perekonomian di daerah tersebut. Tujuan utama pembangunan
pedesaan adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, daya saing, nilai tambah, dan
PDRB . Model pembangunan kawasan perdesaan berbasis pertanian akan meningkatkan daya
saing, nilai tambah, nilai tukar, dan kesejahteraan petani. Pergerakan perekonomian daerah
pedesaan merupakan tumpuan perekonomian nasional.
Oleh karena itu, kewirausahaan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat lokal,
pemanfaatan potensi ekonomi, dan penggunaan tenaga kerja lokal merupakan strategi yang
baik. Kawasan pedesaan telah dapat berfungsi dengan baik; dapat meningkatkan skala
keekonomian petani kopi, nilai tambah produk kopi, daya tawar dengan menjadikan produk
kopi sebagai oleh-oleh lokal. Dengan adanya rasa kepemilikan bersama, maka tidak akan ada
lagi desa-desa yang saling bersaing melainkan mengedepankan kolaborasi antar desa.
Produksi yang rendah dan pasar yang kurang membuat skala ekonomi tidak optimal sehingga
seringkali merugikan. Tantangan utama daerah terpencil adalah kurangnya skala ekonomi
dan perusahaan yang hanya memproduksi sedikit dengan produk yang sama seringkali
menimbulkan persaingan (Mega Halmahera, 2023).
Desa adat, bangunan bersejarah, desa ikonik sangat penting untuk dilindungi sebagai
saksi sejarah kehidupan desa, dan pembangunan desa juga harus memperhatikan kepentingan
seluruh masyarakat, tidak hanya kelompok mayoritas tetapi juga kelompok etnis minoritas.
Pembangunan pedesaan harus mampu mengintegrasikan etnis tradisional tanpa meninggalkan
nasionalisme yang berbeda.Selain itu, di Tiongkok, pembangunan pedesaan dimulai dengan
pembangunan dari atas ke bawah, dengan membentuk organisasi antar desa dalam satu
wilayah yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian. Pendekatan top-down di sini
berarti membangun kerjasama antar desa dan mengambil keputusan untuk memproduksi
komoditas pertanian yang sama secara bersamaan (Retno Wijajanti, 2023).
TUJUAN
Melalui latar belakang diatas, maka adapun tujuan dalam penelitian ini ialah sebagai
berikut:
. (Istilah Boolean berasal dari nama ahli matematika Inggris, George Boole, yang
pertama kali mengabstraksikan hukum dasar teori himpunan pada pertengahan tahun 1800an.
Istilah ini digunakan di sini untuk menunjukkan pemetaan spasial apa pun yang jelas di mana
area ditetapkan dengan bilangan biner sederhana. sistem bilangan sebagai milik atau bukan
milik himpunan yang ditentukan.) Dalam banyak hal, variabel Boolean ini dapat dianggap
sebagai batasan, karena berfungsi untuk menggambarkan area yang tidak sesuai untuk
dipertimbangkan. Batasan ini kemudian digabungkan dengan beberapa kombinasi operator
persimpangan (logis AND) atau gabungan (logis OR). Prosedur ini mendominasi MCE
dengan sistem perangkat lunak vektor, namun juga umum digunakan dengan sistem raster.
Melalui operasi overlay karakteristik GIS, dapat digunakan di sini untuk menemukan
semua kawasan yang cocok untuk pengembangan industri, dengan memenuhi kriteria berikut:
kawasan yang sesuai akan berada di dekat a jalan raya (dalam jarak 1 km – kiri atas), dekat
dengan tempat kerja (dalam jarak 7,5 km dari kota – kiri tengah), di lereng yang rendah
(kurang dari 5 persen – kanan atas), dan lebih dari 2,5 km dari suaka margasatwa yang
ditetapkan (kanan tengah). Selain itu, pembangunan di suaka margasatwa tidak diperbolehkan
(kiri bawah). Kriteria ini dikumpulkan melalui operator persimpangan , yang menghasilkan
hasil di kanan bawah. Perlu diperhatikan bahwa jarak ke tenaga kerja dihitung dari jarak
biaya permukaan yang memperhitungkan gesekan jalan raya dan off-road. Dalam prosedur
paling umum kedua untuk MCE, kriteria kuantitatif dievaluasi sebagai variabel kontinu
penuh dan bukannya dipecah menjadi batasan Boolean.
Pemilihan lokasi yang cocok untuk budidaya perikanan melibatkan evaluasi beberapa
faktor yang menentukan lokasi yang paling menguntungkan untuk operasi. Faktor-faktor ini
bervariasi tergantung pada spesies yang dibudidayakan dan ekosistem, seperti kualitas air,
topografi, akses terhadap sumber daya, infrastruktur. Pendekatan empiris mengandalkan
observasi lapangan, pengambilan sampel air, dan data lingkungan untuk mengevaluasi
potensi suatu lokasi untuk produksi akuakultur. Pendekatan berbasis model menggunakan
model statistik dan matematika untuk mengevaluasi kesesuaian lokasi potensial.
∑ Wi . Xi
S¿ i=0
Dimana:
Alia Miranti. (2023). Pengembangan wilayah agropolitan untuk melaraskan kota dan desa.
Jurnal Kajian Ruang, 3(2). Retrieved from
https://jurnal.unissula.ac.id/index.php/kr/article/download/29506/8938
Desyka Prihantara, Mustika Oktaviani, Muhammad Iqbal SJ. (2023). Implementasi decision
support system di bidang data spasial: systematic literature review. Jurnal Sosial dan
Sains, 3(3). Retrieved from
https://sosains.greenvest.co.id/index.php/sosains/article/download/712/1263?inline=1
Kurnia Ayu Puspita. (2023). Analisis Pengembangan Kawasan Agropolitan Melalui Inovasi
BAMELE di Desa Banaran Kulon Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk. Jurnal
mahasiswa soetomo administraasi publik, 1(3). Retrieved from Analisis
Pengembangan Kawasan Agropolitan Melalui Inovasi BAMELE di Desa Banaran
Kulon Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk
Retno Wijajanti. (2023). Edukasi zoning aktivitas pemukiman agropolitan dan pendukung
wisata agro di desa munggur, kecamatan mojogedang, kabupaten karanganyar. Jurnal
Pasopati, 5(3). Retrieved from
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/pasopati/article/view/19892
Seri Wahyuni harahap. (2023). Peran Strategis Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara
dalam Menopang Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. PESHUM : Jurnal
Pendidikan, Sosial dan Humaniora, 2(3). Retrieved from https://journal-
nusantara.com/index.php/PESHUM/article/download/1496/1282/2670
Setyo Pratiwi. (2023). Sistem Pendukung Keputusan untuk Optimasi Pemilihan Tanaman
Hortikultura pada Lahan Pertanian. Jurnal Keteknikan Pertanian, 11(2). Retrieved
from
https://www.researchgate.net/publication/373886918_Sistem_Pendukung_Keputusan
_untuk_Optimasi_Pemilihan_Tanaman_Hortikultura_pada_Lahan_Pertanian
Try Sugiyarto Soeparyanto. (2023). Pengembangan Jaringan Jalan Kota Kendari Berbasis
Multi Criteria Decision Making. Jurnal ilmiah teknik sipil, 27(2). Retrieved from
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jits/article/view/106502