PENDAHULUAN
merupakan sebuah harmoni dari partisipasi masyarakat dengan kegiatan pemerintah. Bahwa
pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh masyarakat sendiri sebagai pengakuan
akan kemampuan masyarakat desa, maka peran pemerintah sebenarnya hanya memberikan
Dana Desa sebagai stimulas pembiayaan dalam pembangunan desa telah menjadi
harapan baru untuk mewujudkan salah satu strategi pembangunan nasional yaitu
membangun indonesia dari pinggiran. Sebagai salah sumber pendapatan desa, dana desa
yang dilahirkan dari Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, menjadi instrument
baru bagi Pemerintah untuk memperkuat posisi desa yang telah mempunyai kewenangan
untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dan pembangunannya. Seperti yang dikatakan
oleh Rahayu (2017: 108) bahwa desa sebagai wilayah otonom dipastikan mempunyai
pembiayaan yang memadai untuk mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya
Dana desa telah dkucurkan oleh Pemerintah kepada Desa mulai tahun 2015. Jika
tahun 2015 dana desa dialokasikan sebesar Rp 20,7 triliun, dengan rata-rata setiap desa
mendapatkan alokasi sebesar Rp 280 juta. Pada tahun 2016, meningkat menjadi Rp 46,98
triliun dengan rata-rata setiap desa sebesar Rp 628 juta, ditahun 2017 dan 2018 kembali
meningkat menjadi Rp 60 Triliun dengan rata-rata setiap desa sebesar Rp 800 juta,
1
sedangkan pada tahun 2019 sebesar Rp. 70 Triliun dan pada tahun 2020 meningkat lagi
menjadi Rp. 72 Triliun (Kemendesa PDTT, 2020). Diungkap oleh Eko Putro Sanjoyo yang
dikutip oleh Kompas.com 26 Februari 2019 jumlah dana desa tahun 2019 s.d 2024
Potensi pembiayaan pembangunan pada tingkat desa yang cukup besar ini,
memerlukan pengelolaan yang profesional dan akuntabel. Pengelolaan dana desa untuk
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat bukan suatu hal yang sederhana dan mudah.
Berbagai kebijakan pengeloaan dana desa telah dikeluarkan oleh Pemerintah, Kementerian
Keuangan mengatur proses penetapan dan pencairan dana, Kementerian Dalam Negeri dan
Kementerian Desa PDTT mengatur proses perencanaan dan penggunaan dana desa, yang
semuanya itu memiliki tujuan supaya dana desa bisa termanfaatkan dengan efektif, efisien
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Salindeho, Kalangi & Warongan (2017:
129) mengatakan, pengelolaan dana desa yang dimulai dari perencanaan, dengan
menggunakan sistem yang telah memanfaatkan teknologi informasi dan Sumber Daya
Manusia (SDM) atau perangkat penyelenggara desa yang memiliki kapabilitas menjadi
Belanja Desa (APBDes) menjadi dokumen perencanaan yang wajib dimiliki oleh Desa
sebagai bentuk partisipasi politik anggaran tingkat desa yang prosesnya melalui
desa untuk merencanakan program dan kegiatan, menjadi penting dan sangat berhubungan
2
Dana desa diberikan langsung kepada Desa melalui rekening desa oleh
Pemerintah memiliki tujuan agar desa dapat secara langsung menjalankan dan mengelola
dana desa untuk mengatur dan mengurus bidang pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat sebagai prioritas penggunaan dana desa. Cita-cita besar dari pemberian dana
Peningkatan pendapatan asli Desa (Permendes 11 Tahun 2019) ini adalah bagian dari
pembangunan desa yang salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi berbagai
kesenjangan desa dan kota dan peningkatan perekonomian di Desa. Pemberian Dana Desa
merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonominya agar
pemikiran. Sutoro Eko (2014: 269-272) mengatakan bahwa sikap pesimis dari kelompok
ini lebih pada pemikiran tentang ketidaksiapan SDM perangkat desa untuk mengelola dana
desa, resiko korupsi akan sampai ke desa. Sikap optimis dari kelompok yang lain, karena
ada keyakinan bahwa desa bukanlah tempat orang bodoh, statemen ini disampaikan oleh
Saya, Mas Budiman dan Pak Muqowam pernah menyaksikan langsung desa-desa
yang didampingi oleh IRE dan ACCESS di Indonesia Timur. Desa-desa sudah
punya IT, juga peta sosial desa yang menggambarkan dengan jelas tentang aset
desa dan kemiskinan. Mereka juga sudah membuat dan menjalankan perencanaan
dan penganggaran dengan baik. Ada juga yang memiliki BUMDesa. Kedepan
pemerintah harus melakukan pendampingan dan penguatan kapasitas desa.
Kelompok optimis berkeyakinan bahwa desa mampu mengelola dana desa dengan
peran pemerintah untuk melakukan penguatan kapasitas desa dan pendampingan. Oleh
3
karena itu menjadi hal penting apabila bisa diketahui peluang dan tantangan pengelolaan
dana desa.
yang menjelaskan tentang pembangunan pada masa lalu dan era terkini. Wilis (2005: 2-3),
menjelaskan bahwa diskripsi dan penjelasan tentang pendekatan teori pembangunan dapat
berubah dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut sangat dipengruhi oleh situasi sosial dan
dikatakan sebagai sebuah bentuk usaha untuk mencapai kemajuan atau meningkatkan strata
sebuah negara. Kerap kali pembangunan dianggap sebagai simbol menuju keadaan yang
lebih modern atau menjadi lebih baik, namun tanpa disadari pembangunan menyebabkan
sebuah proses untuk meningkatkan pendapatan perkapita yang dapat diartikan sebagai
sebuah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi inilah yang sampai saat ini masih
pertumbuhan yang dapat dinikmati oleh masyarakat lapisan bawah, yang dalam konteks ini
adalah masyarakat perdesaan, baik dengan sendirinya ataupun karena intervensi dari
pemerintah.
Pembangunan desa dalam konteks penghormatan hak-hak asal asul dan pengakuan
akan kewenangan local berskala desa yang pelaksanaannya dengan pendekatan “desa
4
membangun” dan “membangun desa”. Pendekatan desa membangun dan membangun desa
ini dijelaskan oleh Soimin (2019: 2-3) bahwa desa membangun adalah penegasan akan hak
bahwa pembangunan desa dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat yang diberikan peran
dominan oleh supra desa dalam melaksanakan pembangunan perdesaaan dan kawasan.
Pembangunan desa adalah merupakan upaya untuk peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesar besarnya kesejahteraan masyarakat desa, yang tujuannya adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta
sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan (UU No. 6 Tahun 2014).
Menurut (Muslihah, Siregar, Sriniyati, 2019: 87) terdapat tiga kelompok pemikiran
yang menjelaskan tentang pembangunan perdesaan pada era orde baru s.d reformasi.
subyek yang khas dan spesifik, dalam melakukan pembangunan wilayahnya dengan
pendekatan yang sedikit mungkin campur tangan pemerintah. Kelompok kedua sebagai
homogenitas, sehingga akan digerakkan dengan kebijakan dari pemerintah secara seragam.
suatu wilayah yang homogen serta menjadi alat pemerintah dalam pembangunan.
5
Kritikal review dari Muslihah, Siregar, Sriniyati, (2019) pandangan-pandangan
tentang desa dari ketiga kelompok pemikir tersebut, belum dengan cermat melihat
masyarakat desa sebagi individu dan sebagai kominitas. Sebagai individu masyarakat desa
dengan budaya kelokalan yang masih kuat dengan keinginan untuk mendapatkan kebutuhan
dasar yang layak. Oleh karena kewajiban dari pemerintah menyediakan layanan dasar
pendidikan, kesehatan dan parasarana. Sebagai komunitas dan anggota masyarakat, maka
kebutuhan akan pelayanan public yang mendukung interaksi antar individu layak menjadi
perhatian. Apabila dua hal tersebut dilakukan dengan baik maka pentahapan pembangunan
pedesaan dapat dilakukan dengan melihat tingkat perkembangan kebutuhan mereka secara
dengan strategi membanguan Indonesai dari pinggiran menjadi suatu hal yang tidak bisa
ditawar lagi. Kewajiban Negera menyediakan Dana Desa untuk seluruh desa di Indonesia
menjadi amanah yang harus direalisakan setiap tahunnya untuk memberdayakan dan
Pengalaman dari Negara-Negara lain, seperti dikutip oleh Kuncoro (2019: 35–48),
antara lain :
a. Australia
6
industry yang didukung oleh komunitas melalui pembangunan infrastruktur dengan
pengembangan dan inovasi. Terdapat satu institusi pemerintah yang bertanggung jawab
pemisahan tugas dari institusi pemerintah yang bertanggung jawab pada pembangunan
perdesaan, sehingga institusi ini akan focus pada pembangunan desa; kedua
pembangunan desa diarahkan pada pendukung daya saing industry, sehingga memaksa
masyarakat perdesaan untuk bergerak maju mengikuti dinamika bisnis dan industri.
Masyarakat perdesaan dan terpencil Australia sehat seperti orang Australia lain.
Tujuannya adalah perdesaan dan komunitas yang memiliki : i. peningkatan akses
pelayanan kesehatan yang memadahi dan konprehensif; ii. Pelayanan kesehatan yang
efektif, memadai dan keberlanjutan; iii. Tenaga kerja yang memiliki ketrampilan
memadai dan sehat; iv. Pengembangan perencanaan dan kebijakan kesehatan yang
kolaboratif; v. Kepemimpinan kuat, tata kelola yang transparan dan akuntabel.
b. Finlandia
yakni :
7
1). Perdesaan yang dekat dengan wilayah perkotaan, yang dijelaskan bahwa
bekerja pada wilayah kota didekatnya. Tenaga kerja perdesaan akan mudah
terserap, pertanian dan bisnis memiliki pasar yang bagus dan beragam,
sehingga seperti ada keterpaduan ekonomi dalam wilayah desa kota ini;
2). Perdesaan yang utama (core rural municipalaties), wilayah ini diperankan
sebagai tempat produksi primer (utama) dengan pusat industry yang berbasis
Pertanian dan Kehutanan, Menteri Tenaga Kerja dan Ekonomi. Pada tingkat regional
desa, dan yang paling dominan adalah dikenal dengan 55 Local Action Groups.
c. Uni Eropa
produksi, proses dan pemasaran produk pertanian. Ketika terjadi reformasi common
agriculture policy, maka pembangunan perdesaan berkembang tidak hanya pada sector
8
pertanian, tetapi bervariasi pada sector ekonomi. Pokok-pokok reformasi kebijakan itu
antara lain :
d. Jepang
Agricultural Basic Law berubah menjadi Basic Law on Food, Agricultural, and Rural
Areas, memiliki tujuan untuk melindungi stabiltas produksi bahan makanan dan
memenuhi peran multifunsi sector pertanian. Insitusi yang bertanggung jawab adalah
peningkatan produk pertanian, seperti hasil panen, peternakan, perikanan dan tanah
9
serta modal yang dianggap sebagai barang produksi dan sarana. Sedangkan
pembangunan desa esensinya adalah pada manusia dan kelembagaan dan pembangunan
pertanian adalah bagian dari pembangunan desa yang berisikan aktifitas pertanian untuk
e. Afrika Selatan
pencahrian pertanian, minim akses produksi dan pasar, pemanfaatan teknologi terbatas.
Kebijakan lain yaitu reformasi lahan secara agresif, diversifikasi dan peningkatan
ketahanan pangan rumah tangga desa, peningkatan pelayanan dan infrastruktur untuk
masyarakat dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan individual yang bersenyawa dengan
10
(2004) pemberdayaan diartikan sebagai proses menuju budaya atau proses untuk
memperolah daya atau proses untuk membuat pihak-pihak yang kurang berdaya menjadi
Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai sebuah proses dari individu atau
memperoleh kualitas kehidupan yang lebih baik. Dalam konteks perbaikan kualitas hidup
atau kesejahteraan masyarakat diartikan oleh Mardikanto dan Soebianto, ( 2017: 28)
social (pendidikan dan kesehatan); iii) kemerdekaan dalam segala bentuk penindasan; iv)
terjaminnya keamanan; v) terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan
kekhawatiran.
public akan mendorong peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa
masyarakat desa, sehingga akan mampu memenuhi kebutuhan material, spiritual dan
dari UU No. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan social, maka yang dikatakan kondisi
masyarakat yang sejahtera adalah terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan social
warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
11
Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Abdullah (2017: 46-47) menemukan bahwa
pada Tahun 2015-2016 yang terjadi pada 13 desa lokasi penelitian yang dihitung dari
perbedaan kemiskinan desa Tahun 2015 dengan 2016. Penurunan kemiskinan di desa ini
masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang seberapa besar kebutuhan materiil dan
spriritual serta social masyarakat desa. Mendukung hasil penelitian ini, Muslihah, Siregar,
Efektifitas menurut kamus besar Bahasa Indonesia dari kata efektif yang
mengandung arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Pada dasarnya
pengertian efektifitas yang umum menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau
senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara
keduanya. Efektifitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat
mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya (Julia,
2010: 23).
12
Menurut Siagian (2001: 24) efektifitas adalah penggunaan sumberdaya, sarana
prasarana dalam jumlah tertentu yang telah direncanakan dan ditetapkan terlebih dahulu
untuk menghasilkan sejumlah barang dan jasa dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai
tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran,
berarti makin tinggi efektivitasnya. Sehingga efektiftas juga dapat dipahami sebagai tolok
ukur untuk membandingkan antara proses yang dilakukan dengan tujuan dan sasaran yang
dicapai. Suatu program dikatakan efektif apabila usaha atau tindakan yang dilakukan sesuai
dengan hasil yang diharapkan. Efektivitas digunakan sebagai tolok ukur untuk
membandingkan antara rencana dan proses yang dilakukan dengan hasil yang dicapai
adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama, pencapaian sasaran
semakin mendekati tujuan yang telah ditetapkan oleh individu, kelompok dan organisasi
maka semakin efektif. Efektifitas dapat dinilai dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan
tujuan dan pendekatan teori system. Pendekatan tujuan untuk menilai dan mengevaluasi
bahwa sebuah organisasi diciptakan untuk pencapain tujuan tertentu. Pendekatan teori
system melihat bahwa efektifitas sebuah organisasi dengan mengurai perilaku organisasi
secara internal dan eksternal. Internal, untuk mengetahui perilaku personil dalam
Indikator-indikator yang dapat untuk mengetahui organisasi ini berjalan efektif atau
13
1. Produksi (production), menggambarkan kemampuan organisasi untuk
memproduksi sejumlah output dan mutu yang sesuai dengan permintaan pasar.
input yang dapat berupa biaya, waktu atau sumberdaya lain dalam organisasi.
Steers (1985: 8-9) terdapat 4 (empat) factor yang mempuyai pengaruh pada
efektivitas organisasi yakni (a) karakteristik organisasi, seperti struktur dan teknologi; (b)
seperti tingkat kinerja dan prestasi karyawan; (d) kebijakan dan praktek manajerial. Lebih
lanjut Muasaroh (2010) yang dikutip dari idtesis.com, efektivitas suatu program dapat
1. Aspek tugas atau fungsi, yaitu lembaga dikatakan efektif jika melaksanakan
tugas atau fungsinya, suatu program akan efektiv jika tugas dan fungsinya dapat
dilaksanakan dengan baik;
2. Aspek rencana atau program, yang dimaksud dengan rencana atau program
disini adalah rencana yang terprogram, jika seluruh rencana dapat dilaksanakan
maka rencana atau program dikatakan efektif;
3. Aspek ketentuan dan peraturan, efektivitas suatu program juga dapat dilihat dari
berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga
berlangsungnya proses kegiatannya.
4. Aspek tujuan atau kondisi ideal, suatu program kegiatan dikatakan efektif dari
sudut hasil jika tujuan atau kondisi ideal program tersebut dapat dicapai.
14
Dari berbagai pendapat tentang efektivitas seperti diuraikan sebelumnya, dapat
dikatakan bahwa untuk mengukur efektivitas penggunaan dana desa, ada beberapa aspek
pemanfaat dana sesuai dengan yang disepakati dalam musyawarah desa dan
kegiatan.
15
Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui efektifitas dana desa, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi, dkk (2020) di Kecamatan Kuala Kabupaten
Provinsi Aceh, bahwa dana desa sangat berpotensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan mengurangi angka kemiskinan di desa, yang ditunjukkan dengan regresi
model random effect, bahwa variabel dana desa berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengelolaan Alokasi Dana Desa di desa Study selama tahun 2009 – 2014 dikagorikan
efektif dengan capaian 90 % - 100%. Aziz (2016), efektivitas penggunaan Dana Desa
dan kerja keras semua pihak mulai dari pemerintah (kemendagri, kemenkeu, kemendes)
dan pemda kabupaten/kota serta pemerintah desa beserta masyarakat desa untuk terlibat
secara aktif dalam proses pembangunan desa. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh
Sari & Abdullah (2017), Dura (2016), dan Azwardi & Sukanto (2014) menyatakan bahwa
pemberian dana desa untuk kesejahteraan masyarakat desa dapat diwujudkan dengan jalan
yang telah ditetapkan dan hambatan-hambatan dalam pengelolaan dan pelaksanaan seperti
16
1.5. Peluang dan Tantangan Pelaksanaan Dana Desa
pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal dan
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Pembangunan desa
pengelolaan yang efektif dan efisien sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
dana desa dengan efektif dan efisien menjadi pengetahuan penting disamping hambatan-
1.5.1. Peluang
Dana Desa memiliki potensi sangat besar dalam upaya mempercepat pertumbuhan
pemberdayaan masyarakat desa yang selama ini ada. Namun demikian dibutukan upaya
yang kuat untuk menjaga supaya pemanfaatan tersebut tetap di koridor yang diharapkan.
desa mulai dari pencairan dana desa, perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan pembinaan
dan pengawasan.
a. Pencairan
17
Sebagaimana diketahui bahwa dana desa bersumber dari APBN yang pencairan
mengikuti kaidah-kaidah yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 205
Tahun 2019 tentang Pengelolaan Dana Desa. Pencairan Dana Desa dilakukan dengan 3
i. Tahap 1 paling cepat pada bulan Januari dan paling lambat pada bulan Juni sebesar
40%, persyaratan yang diperlukan antara lain : Peratuaran Kepala Daerah tentang
Rincian Dana Desa, Peraturan Desa tentang APBDes dan, Surat Kuasa Pemindah
Bukuan.
ii. Tahap 2 paling cepat pada bulan Maret dan paling lambat pada bulan Agustus sebesar
40%, persyaratan yang diperlukan yaitu laporan pertanggung jawaban Dana Desa
tahun sebelumnya dan realisasi dana desa tahap 1, untuk penyerapan paling sedikit
iii. Tahap 3 paling cepat pada bulan Juli sebesar 20%, dengan syarat realisasi dana desa
tahap 2, untuk penyerapan paling sedikit 90% dan capaian pengeluaran paling sedikit
iv. Desa Mandiri, penyaluran Dana Desa dilakukan dengan 2 tahap, yaitu tahap 1 paling
cepat pada bulan Januari dan paling lambat pada bulan Juni sebesar 60%, tahap 2
paling cepat pada bulan Juli sebesar 40%. Penyaluran dengan 2 tahap kepada desa
mandiri, sebagai reward dari Pemerintah pusat kepada desa yang telah mampu
pencairannya yang diatur dengan komposisi 40%, 40% dan 20%, memberikan peluang
18
bagi desa supaya dana desa dengan jumlah yang besar segera beredar di desa. Hal ini
berjalan.
b. Perencanaan
Menurut Siagian (2004: 23-24), rencana adalah keputusan yang ditetapkan pada
saat sekarang akan akan dilaksanakan dan akan dilaksanakan pada periode waktu
tertentu dimasa yang akan dating. Teori perencanaan mengatakan bahwa suatu rencana
yang baik adalah yang memenuhi berbagai ciri, seperti : 1). Mempermudah usaha
pencapaian tujuan 2). Merupakan penjabaran yang sistematik dan strategi dasar
organisasi. 3). Dipahami oleh mereka yang akan terlibat dalam pelaksanannya. 4).
Komprehensif dalam arti mencakup semua segi kehidupan organisasional. 5). Disusun
oleh mereka yang memahami betul hakikat tujuan organisasi. 6). Disusun oleh mereka
yang benar-benar memahami teknik perencanaan. 7). Menggambarkan secara jelas apa
yang mungkin dan tidak mungkin dicapai. 8). Menunjukkan standar mutu kerja yang
dituntut. 9).Terdapat kejelasan kurun waktu yang menjadi cakupannya. 10). Disusun
desa yang telah dirancang dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomer 114 Tahun
desa dengan jelas terpaparkan dalam kebijakan ini. Pemerintah Desa sebagai pengelola
dana desa dan Supra Desa dapat dengan mudah mempedomani untuk melakukan
19
masa 6 tahunan dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPdes) merupakan rencana
dalam 1 tahun. Pengelolaan dana desa merupakan bagian dari rencana 1 tahun
bidang prioritas memberikan kemudahan bagi desa untuk memilih kegiatan sesuai
masyarakat yang disajikan dalam Peraturan Menteri Desa sebagai pedoman untuk
menggunakan dana desa sesuai prioritas, menjadi pengetahuan bagi Pemerintah Desa
c. Pelaksanaan
sangat penting. Prioritas adalah suatu upaya mengutamakan sesuatu daripada yang lain.
Mahmudin dan Banurea, (2018: 5-6) menjelaskan bahw prioritas merupakan proses
dinamis dalam pembuatan keputusan yang saat ini dinilai paling penting dengan
mencakup keputusan apa yang penting untuk dilakukan tetapi juga menentukan skala
dilakukan.
pada bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Prinsip dari prioritas ini
seperti dijelaskan pada Peraturan Menteri Desa PDTT No. 11 Tahun 2019 tentang
20
1. Keadilan dengan mengutamakan hak atau kepentingan seluruh warga desa tanpa
membeda-bedakan.
2. Kebutuhan prioritas dengan mendahulukan kepentingan desa yang lebih
mendesak, lebih dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan kepentingan
sebagian besar masyarakat desa, dan;
3. Tipologi desa dengan mempertimbangkan keadaan antropologis, ekonomi, dan
ekologi desa yang khas serta perubahan atau perkembangan kemajuan desa.
Prinsip ini adalah sebuah penyataan tegas dari tujuan penggunaan dana desa
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat desa. Dua bidang yang menjadi prioritas
adalah focus pilihan kegiatan dari pengelolan dana desa yang tidak bisa ditawar lagi.
Bahkan apabila pengelola kegiatan akan menentukan pilihan diluar 2 bidang prioritas,
maka kewajiban dari Kepala Daerah untuk membuat pernyataan bahwa prioritas
Tidak dipungkiri bahwa sampai dengan tahun 2019, penggunaan dana desa
ini masih memberikan kemanfaatan bagi masyarakat desa. Penelitian dari Sofianto
Kemanfaatan dari implementasi dana desa yang memberikan efek langsung maupun
tidak langsung terhadap meningkatnya pendapatan masyarakat. Hasil penelitian ini,
secara kuantitatif memang belum bisa memberikan data yang akurat tentang dampat
pada peningkatan pendapatan masyarakat ini, akan tetapi penilaian masyarakat pada
pembangunan fisik telah berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja lokal dan ini
memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat. Dengan kegiatan perbaikan
sarana dan prasarana desa, proses pengangkutan hasil panen menjadi semakin
mudah, dan pemeliharaan irigasi menjadi semakin terkendali. Dengan demikian,
efek yang ditimbulkan dari pembangunan fisik adalah membuka akses ekonomi
masyarakat dan peluang pekerjaan yang pada akhirnya memberikan peningkatan
pendapatan masyarakat.
Kebutuhan akan kualitas sumberdaya manusia yang baik adalah tuntutan dalam
pengelolaan Dana Desa. Kemampuan dari perangkat desa sebagai pengelola dana desa
21
yang rata-rata tamat SMP atau SMA diperlukan pendampingan. Pendampingan dan
memberdayakan masyarakat, oleh karena itu menurut Suharto (2009) yang dikutip oleh
Siswanti, dkk (2016: 135) pendampingan adalah berpusat pada empat tugus pokok dan
kesadaran dan partisipasi masyarakat Desa dalam pembangunan desa yang partisipatif;
iii. meningkatkan sinergi program pembangunan Desa antar sektor; dan iv.
Mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris (Permendes PDTT No. 3, 2015).
Ahli, tingkat Kecamatan oleh Pendamping Desa dan pada tingkat desa dilakukan oleh
d. Pelaporan
22
Pelaporan dana desa merupakan bagian pertanggungjawaban pemerintah desa
kepada public dan supra desa. Pelaporan juga dapat dimaknai sebagai akuntabiltas dari
instrument pertanggungjawaban keberhasilan dan kegagalan tugas dan fungsi serta misi
kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala kegiatan, terutama dalam bidang
langsung maupun tidak langsung secara lisan maupun tulisan, sehingga akuntabilitas
pembangunan desa yang hasilnya dituangkan dalam Peraturan Desa tentang APBDesa,
serta dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dan melibatkan seluruh unsur
administrasi, teknis, dan hukum; iii. informasi tentang keuangan desa khususnya dana
desa secara transparan dapat diperoleh oleh masyarakat dan diwajibkan untuk
prinsip hemat, terarah, dan terkendali (Hanifah & Praptoyo, 2015: 7).
23
1.5.2. Tantangan
Dana desa yang diberikan oleh Pemerintah dari Anggaran Pendapatan dan
diperdesaan. Dengan dana desa ruang besar sebagai dampak dari disparitas antara
kota dan desa akan terkurangi. Kesempatan desa untuk memenuhi sarana dan
prasarana desa sesuai kebutuhan dan potensi desa menjadi jembatan untuk
mendekatkan posisi desa dengan kota. Disamping itu, dana desa akan mempercepat
Pencapaian tujuan pemberian dana desa ini, bukan hal yang mudah dan sederhana,
a. Sumberdaya
non manusia yang berkenaan dengan barang dan jasa adalah alat organisasi dan orang
yang bekerja secara individual atau kelompok untuk mencapai tujuan. Sumberdaya
manusia memang merupakan elemen yang paling penting dalam sumberdaya, akan
tetapi tanpa ada pendukung yang optimal maka sumberdaya manusia ini tidak bisa
Pemerintah Desa dan Badan Pemusyawaratan Desa. Syarat menjadi Kepala Desa dan
24
Perangkat Desa adalah berpendikan minimal setingkat SMP dan Perangkat Desa
setingkat SMU. Dengan latar belakang Pendidikan seperti ini, maka kualitas SDM
dari pengelola Dana Desa masih sangat kurang. Demikian juga dengan Badan
desa, persyaratan pendidikannya adalah SMP. Oleh karena itu tantangan pertama
untuk pengelolaan dana desa adalah dari rendahnya kualitas Sumberdaya Manusia.
Menurut Silalahi (2017: 242), Sumberdaya Manusia adalah asset yang paling penting
dalam organsasi. SDM akan menggerakan sumberdaya yang lain untuk pencapaian
tujuan.
sehingga partisipasinya menjadi kurang. Penelitian ini diperkuat oleh Sofianto (2017)
yang menemukan kendala dalam pengelolaan dana desa adalah berkaitan dengan
kapasitas perangkat desa dan masyarakat yang masih belum memahami prosedur
dana desa, kemudian Fitri (2019), menemukan bahwa sumber daya manusia yang
desa adalah :
i. Sarana dan prasarana desa yang kurang memadai, sehingga sebagian besar
25
prasarana, sehingga urusan pemberdayaan dan pengembangan ekonomi desa
kebijakan. Menurut Widodo, (2017: 102) informasi akan menjadi bahan bagi
desa, informasi menjadi bias, karena pemahaman dari perangkat desa pada
26
berkepentingan pada fungsi control, fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi dan
fungsi informasi (Silalahi, 2017: 273-274). Tata cara pengelolaan dana desa yang
bisa dipahami dengan baik oleh Pemerintah Desa, akibatnya ada informasi yang
bias dan miss komunikasi. Fakta yang ditunjukkan dalam penelitian Saputra
kurangnya koordinasi antar unit kerja. Miss komunikasi antar unit kerja sering
terjadi.
c. Keterlambatan Pencairan
Rujukan yang terakhir untuk melakukan pencairan dana adalah Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 205 tahun 2019 tentang Pengelolaan Dana Desa. Terdapat
kabupaten atau kota untuk dapat mencairkan dan menyalurkan dana desa. Syarat-
27
syarat berhubungan erat dengan peroses perencanaan pembangunan desa, dengan
Bupati/Walikota tentang rincian dana desa, Peraturan Desa tentang APBDesa dan
Surat Kuasa dari kepala daerah untuk pemindahbukuan. Seharusnya dana desa
bisa dicairkan sejak bulan Januari tahun berjalan, akan tetapi pemenuhan syarat
seringkali terlambat.
memenuhi ketentuan pada Peraturan Meteri Dalam Negeri nomer 114 tahun 2014
Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa) yang dilakukan pada bulan juli –
Desember tahun sebelumnya. Contoh data jumlah desa yang telah menyelesaikan
penetapan APBDesa pada tanggal 4 Maret 2020 ada 4.365 desa dari 7.724 desa.
Artinya pada posisi bulan maret tahun berjalan masih ada 3.359 desa yang belum
Birokrasi, yang oleh Goerge Edward III dalam Agustino (2016: 139) dan Widodo
(2017: 104), bahwa disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah salah
28
satu factor penting dalam dalam pendekatan pelaksanaan kebijakan public.
Kebijakan dapat dijalankan dengan afektif bila pelaksanan kebijakan tidak cukup
dengan baik, akan tetapi apabila struktur birokrasi tidak mendukung maka
Peraturan Kepala Daerah tentang dana desa kepada pemerintah provinsi akan
29
BAB II
PENELITIAN TERDAHULU
development programs and the village fund. Oleh John D. Watts, Luca Tacconi, Silvia
inisiatif jangka pendek untuk membiayai kegiatan lingkungan di tingkat desa, itu sendiri
bagaimana Dana Desa dapat digunakan untuk membiayai konservasi dan rehabilitasi
rancangan transfer lingkungan. Menempatkan studi ini dalam bentuk diskusi yang lebih
luas tentang instrumen lingkungan, termasuk mekanisme pengaturan dan pembayaran, dan
mengusulkan beberapa desain alternatif untuk menggunakan Dana Desa untuk membiayai
konservasi dan rehabilitasi. Studi ini difokuskan pada provinsi Sulawesi Tenggara,
Indonesia, yang merupakan salah satu provinsi utama untuk program PNPM-
30
Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun Dana Desa dapat
masyarakat akan memilih dana tersebut untuk tujuan itu. Ketika disajikan dengan pilihan
untuk kegiatan lingkungan yang berkelanjutan, masyarakat yang paling mungkin untuk
terlibat dalam kegiatan yang memberikan manfaat ekonomi langsung ke rumah tangga,
2.2. The Village Fund Loan Programme: Who Gets It, Keeps It and Loses It?
kedua dari survei rumah tangga dan menemukan bahwa peminjam dana desa secara
konsisten ditandai oleh status ekonomi yang lebih rendah. Namun, penelitian ini tidak dapat
mengidentifikasi substitusi yang signifikan antara pinjaman dana desa dan pinjaman
lainnya, yang menimbulkan keraguan tentang dampak jangka panjang dari program dana
desa. Berdasarkan dua kelompok peminjam rumah tangga di bagian timur laut, terdapat tiga
temuan pada dana desa di Thailand: pertama, meskipun penggunaan pinjaman dari dana
desa tersebar luas, ada beberapa struktur di seluruh rumah tangga, karena peminjam dana
desa memiliki status ekonomi yang lebih rendah dibandingkan bukan peminjam. Kedua,
pendekatan regresi menunjukkan bahwa peminjam dana desa tidak hanya ditandai oleh
status ekonomi yang lebih rendah tetapi juga dengan memiliki lebih banyak orang dewasa
dan lebih sering melakukan aktifitas usaha. Ketiga, pemeriksaan pinjaman baru selama dua
periode menunjukkan bahwa pinjaman dana desa tampaknya tidak berdampak permanen
31
2.3. Management Model of Village Fund Allocation in Enhancing the Village’s
Productive Economic Activities. Oleh : Imran Rosman Hambali, Idris Yanto Niode,
(2018)
Studi ini bertujuan untuk mengelaborasi pengelolaan dana desa dari pemerintah
pusat dan daerah dan untuk merumuskan model manajemen dan dokumen rencana strategis
dalam pelaksanaan dana pada tahun kedua sebagai pengembangan lanjutan. Penelitian ini
melibatkan kepala desa dan petugas di Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango, tokoh
masyarakat setempat, dan warga yang menerima dukungan keuangan dari dana
dan melakukan diskusi kelompok terarah untuk memperoleh data. Hasil penelitian
banyak dana ke desa pada tahun berikutnya. Dana desa sebesar Rp. 122.344.494.000
didistribusikan sebagai berikut: 30% dari dana tersebut dialokasikan untuk anggaran
dilakukan secara optimal sebagai pengungkit ekonomi bagi desa untuk maju dan sebagai
32
2.4. Appraising the Thailand Village Fund. Oleh : Jirawan Boonperm, Jonathan
Dana Desa Thailand adalah skema kredit mikro terbesar kedua di dunia. Hampir
80.000 komite Dana Desa lokal terpilih mengelola pinjaman yang mencapai 30 persen dari
semua rumah tangga. Nilai pinjaman Dana Desa tetap stabil sejak 2006, bahkan tanpa
suntikan dana pemerintah baru, dan pinjaman tidak proporsional kepada orang
miskin. Didasarkan terutama pada survei yang dibuat khusus atas lebih dari 3.000 Dana
Desa tidak dapat beroperasi melintasi garis desa, yang secara inheren membatasi. Lebih
penting lagi, anggota komite Dana Desa berhati-hati dalam meminjam pada
institusional ini membuat model Dana Desa mustahil untuk berkembang, bahkan ketika
menciptakan saluran untuk menyalurkan dana ke banyak rumah tangga, terutama mereka
yang berpenghasilan lebih rendah, yang tidak akan memiliki akses ke kredit sektor formal.
kewirausahaan dalam berbagai cara. Pertama, menggunakan data survei pada lebih dari
1.700 rumah tangga di Bangladesh, model data panel digunakan untuk mengeksplorasi
faktor-faktor yang menentukan pendapatan rumah tangga usaha nonpertanian dan apakah
33
penelitian ini mengeksplorasi apakah sumber kredit penting dalam memastikan
keberhasilan usaha. Model efek tetap rumah tangga digunakan untuk memperkirakan efek
marginal dari karakteristik rumah tangga dan variabel sumber kredit terhadap rata-rata
infrastruktur desa dan modal tenaga kerja merupakan penentu penting dari pendapatan
hal efek gender, temuan menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan mendapat manfaat
dari kredit yang disalurkan dari lembaga kredit mikro formal, tetapi hanya laki-laki yang
informal. Penelitian ini adalah yang pertama untuk melacak hubungan positif langsung
2.6. How Does the Million Baht Village Fund Impact Fertility in Thailand?
dari sebelum dan sesudah program, penelitian ini mengidentifikasi perubahan jumlah bayi
dalam rumah tangga yang terkait dengan mendapatkan pinjaman mikro dari program Dana
Desa. Sifat semu-eksperimental dari program dan model variabel instrumental dengan efek
tetap mengidentifikasi hubungan negatif antara jumlah bayi dalam keluarga dan partisipasi
34
penurunan pada bayi karena partisipasi tidak signifikan secara praktis. Hasil penelitian
menunjukkan bukti empiris menunjukkan bahwa mendapatkan pinjaman mikro dari Dana
Desa Sejuta Baht Thailand berdampak negatif pada jumlah bayi yang dimiliki rumah
juta baht agar dana tersebut menghasilkan 1,60 bayi lebih sedikit. Jumlah ini jauh
melampaui apa yang bisa dipinjam oleh siapa pun dan karena itu tidak penting secara
praktis.
2.7. Does the Village Fund matter in Thailand? Evaluating the impact on incomes and
Diluncurkan pada tahun 2001, Dana Desa dan Perkotaan Masyarakat Thailand
menyediakan hampir US $ 2 miliar - satu juta baht untuk masing-masing dari 78.000 desa
data dari Survei Sosial Ekonomi Thailand tahun 2002 dan 2004, menemukan bahwa
wilayah ke rumah tangga dalam komponen panel (pedesaan) dari Survei Sosial Ekonomi
2004, dan juga menerapkan perbedaan ganda pada kelompok ini. Mereka menemukan
35
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan akuntansi dan manajemen
keuangan serta hambatan dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan pencatatan
akuntansi dan manajemen keuangan desa yang ada di Desa Kepatihan Kecamatan
pendekatan kualitatif yang menggunakan data primer dan data sekunder sebagai sumber
datanya. Teknik pengumpulan data berupa penelitian lapangan (field research). Hasil
Negeri No.37 tahun 2007 yang menunjukkan pelaksanaan yang akuntabel dan transparan
(APBDesa), namun dari sisi pencatatan akuntansi masih diperlukan adanya pembinaan dan
pelatihan lebih lanjut, karena belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan. Hambatan
utamanya adalah belum efektifnya pelatihan para perangkat desa dan kompetensi sumber
daya manusia, sehingga masih memerlukan perhatian khusus dari aparat pemerintah desa
secara berkelanjutan.
2.9. Evaluasi dan Optimalisasi Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) Study Kasus
Desa Maju Jaya, Sumber Mulya dan Tirta Mulya Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten
normatif dan administratif baik. Namun secara substansi ada beberapa hal yang harus
36
pertanggungjawaban, serta transparansi yang tidak maksimal karena masyarakat tidak tahu
banyak tentang keberadaan kegiatan ini. Peran pemangku kepentingan dalam pengelolaan
alokasi dana desa masih belum optimal, karena dominasi kepala desa. Hasil pemberdayaan
masyarakat desa masih berupa pembangunan infrastruktur jalan dan saluran irigasi untuk
pembangunan ruang dusun, yang semuanya masih atau tidak konsisten dalam
tentang alokasi dana desa sehingga tidak semua orang tahu tentang program ADD (Alokasi
Dana Desa), yang pada gilirannya menyebabkan rendahnya pengawasan masyarakat dalam
kegiatan ADD dan dominasi pemerintah kecamatan dalam persiapan ADD sehingga
2.10. Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Pada Desa Lembean Kecamatan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) tingkat efektivitas pengelolaan alokasi
dana desa pada Desa Lembean tahun 2009-2014, (2) hambatan yang dihadapi dalam
merealisasi alokasi dana desa pada Desa Lembean, (3) cara menanggulangi hambatan
dalam merealisasi alokasi dana desa pada Desa Lembean. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi dan wawancara. Analisis data
menunjukkan (1) Efektivitas pengelolaan alokasi dana desa dari tahun 2009-2014 sudah
berada dalam kategori efektif. Tingkat efektivitas pengelolaan alokasi dana desa pada Desa
37
Lembean yaitu tahun 2009 (98,98%), 2010 (100%), 2011 (100%), 2012 (98,24%), 2013
(100%), dan 2014 (99,57%). (2) Hambatan yang dialami dalam merealisasi alokasi dana
desa pada Desa Lembean adalah pemahaman masyarakat terhadap ADD, miss komunikasi ,
dan pencairan alokasi dana desa yang terlambat. (3) menanggulangi hambatan dalam
merealisasi alokasi dana desa dapat dilakukan dengan pelatihan, meningkaatkan koordinasi
38
BAB III
development programs and the village fund. Oleh John D. Watts, Luca Tacconi, Silvia
Penelitian John D. Watts, Luca Tacconi, Silvia Irawan, Aklan H. Wijaya melihat
bagaimana dana desa digunakan untuk membiayai program yang bersifat lingkungan.
Selama ini memang sangat jarang yang meneliti dana desa digunakan untuk pembangunan
lingkungan hidup untuk keberlanjutan kehidupan manusia. Namun dalam penelitian ini
tidak menyajikan hasil bagaimana hasil dari dana desa yang digunakan untuk membangun
lingkungan tersebut. Akankah dana desa yang digunakan untuk pembangunan lingkungan
akan berdampak ekonomi yang baik bagi masyarakat tidak disebutkan dalam penelitian ini.
3.2. The Village Fund Loan Programme: Who Gets It, Keeps It and Loses It?
Penelitian Carmen Kislat dan Lukas Menkhoff melihat bagaimana dana desa dapat
dana yang bisa digunakan untuk sehari hari. Namun penelitian ini menggunakan metode
survey sehingga tidak bisa membongkar fakta secara mendalam. Padahal belum tentu
dengan peningkatan pinjaman akan membuat masyarakat desa menjadi semakin sejahtera.
39
Sehingga perlu diperdalam dengan menggunakan wawancara terhadap siapa saja yang
Productive Economic Activities. Oleh : Imran Rosman Hambali, Idris Yanto Niode,
(2018)
Penelitian Imran Rosman Hambali, Idris Yanto Niode melihat alokasi dana desa
dari pemerintah pusat dan daerah dan untuk merumuskan model manajemen dan dokumen
rencana strategis dalam pelaksanaan dana pada tahun kedua sebagai pengembangan
lanjutan. Penelitian ini mempunyai kelemahan dimana dalam penelitian kualitatif tidak
dianjurkan untuk membuat ukuran atau indicator namun dalam penelitian ini mengunakan
ukuran.
3.4. Appraising the Thailand Village Fund. Oleh : Jirawan Boonperm, Jonathan
Pungpond Rukumnuaykit melihat bahwa kinerja Dana Desa, yang menurut pendapatnya
dimodelkan sebagai altruistik, dan tampaknya tidak sesuai dengan peraturan yang ada.
Seperti yang diharapkan, tingkat keuntungan sulit untuk dimodelkan, tetapi analisis regresi
menunjukkan bahwa tingkat pemulihan pinjaman, total pinjaman, peringkat kredit, dan
proporsi pinjaman kepada kaum miskin semuanya lebih tinggi ketika Dana Desa meminjam
dana tambahan dari bank formal. Penelitian ini mempunyai kelemahan dimana metode
dalam penelitian ini tidak konsisten. Sehingga hasil penelitian dengan juga tidak sinkron.
40
3.5. Financing village enterprises in rural Bangladesh: what determines non-farm
keuangan pedesaan dan kewirausahaan dalam berbagai cara. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dimana informan yang digunakan cukup banyak. Selain itu juga
keberhasilan usaha. Namun penelitian ini mempunyai kelemahan dimana hasilnya terlalu
luas dan tidak focus pada tujuan dari penelitian tersebut. Hasil dalam penelitian ini harus
3.6. How Does the Million Baht Village Fund Impact Fertility in Thailand?
penelitian ini menggunakan data ebelum dan sesudah program, penelitian ini
mengidentifikasi perubahan jumlah bayi dalam rumah tangga yang terkait dengan
mendapatkan pinjaman mikro dari program Dana Desa. Penelitian ini mempunyai
kelemahan dimana tidak focus pada satu permasahan, dimana melihat dampak ekonomi dan
3.7. Does the Village Fund matter in Thailand? Evaluating the impact on incomes and
41
Penelitian Jirawan Boonperm, Jonathan Haughton, Shahidur R. Khandker Dana
Desa dan Perkotaan Masyarakat Thailand menyediakan hampir US $ 2 miliar - satu juta
modal kerja bagi asosiasi kredit bergilir yang dikelola secara lokal. Menggunakan data dari
Survei Sosial Ekonomi Thailand tahun 2002 dan 2004, kami menemukan bahwa peminjam
dana desa untuk kemiskinan dan pertanian tidak proporsional. Penelitian ini mempunyai
kelemahan dimana data yang digunakan terlalu makro sehingga kesimpulan yang
Penelitian Suci Indah Hanifah bertujuan untuk mengetahui penerapan akuntansi dan
manajemen keuangan serta hambatan dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi
hambatan pencatatan akuntansi dan manajemen keuangan desa yang ada di Desa Kepatihan
hanya normative tidak melihat lebih dalam bagaimana pelaksanaan dana desa. Padahal
pelaksanaan dana desa dalam praktiknya tidak hanya menggunkan Undang-Undang Desa.
3.9. Evaluasi dan Optimalisasi Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) Study Kasus
Desa Maju Jaya, Sumber Mulya dan Tirta Mulya Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten
42
Penelitian Yunie Rahayu, Etik Winarni melihat Pengelolaan alokasi dana desa
dalam memberdayakan masyarakat desa secara normatif dan administratif baik. Namun
secara substansi ada beberapa hal yang harus diperbaiki, yaitu partisipasi masyarakat dalam
maksimal karena masyarakat tidak tahu banyak tentang keberadaan kegiatan ini. Penelitian
ini mempunyai kelemahan dimana hasil penelitian tidak konsisten dan terlalu sempit. Hasil
pemberdayaan masyarakat
3.10. Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Pada Desa Lembean Kecamatan
alokasi dana desa pada Desa Lembean tahun 2009-2014, (2) hambatan yang dihadapi dalam
merealisasi alokasi dana desa pada Desa Lembean, (3) cara menanggulangi hambatan
dalam merealisasi alokasi dana desa pada Desa Lembean. Peneltian ini mempunai
kelemahan dimana metode yang digunakan masih samar samar. Tidak focus pada metode
43
BAB IV
yang akan diteliti. Dan implikasi penelitian yang akan dilaksanakan difokuskan pada hal-
hal yang terkait dengan pelaksanaan kebijakan dana desa serta tantangan yang dihadapi
development programs and the village fund. Oleh John D. Watts, Luca Tacconi, Silvia
Implikasi penelitian John D. Watts, Luca Tacconi, Silvia Irawan, Aklan H. Wijaya
dapat memberikan kontribusi pada penggunaan dana desa selain untuk mensejahterakan
Adanya hal ini memberikan perhatian lebih pada keberlangsungan masa depan masyarakat
desa sehingga penelitian ini memberikan gambaran jika dana desa ternayata dapat
44
4.2.2. The Village Fund Loan Programme: Who Gets It, Keeps It and Loses It?
bagaimana jangka panjang penggunaan dana desa untuk keperluan kredit bagi masyarakat
desa. Dana desa ternyata memberikan dampak yang baik bagi perkreditan masyarakat desa.
Mereka meinjam uang untuk keperluan bisnis namun juga karena untuk keperluan
panjang penggunaan dana desa sehingga dapat mengerti menyikapi jika ada masalah yang
Productive Economic Activities. Oleh : Imran Rosman Hambali, Idris Yanto Niode,
(2018)
pelaksanaan dana desa pada tahun kedua. Hal ini akan memberikan dampak yang positif
pada aktifitas ekonomi sehingga ekonomi masyarakat bisa meningkat, mengingat pnelitian
kedepan akan membahas tentang bagaimana dana desa dapat meningkatkan ekonomi
4.2.4. Appraising the Thailand Village Fund. Oleh : Jirawan Boonperm, Jonathan
45
Implikasi penelitian Jirawan Boonperm, Jonathan Haughton, Shahidur R. Khandker,
memberikan dampak positif bagi pemulihan pinjaman, total pinjaman, peringkat kredit, dan
proporsi pinjaman kepada kaum miskin. Adanya hal tersebut akan berdampak positif bagi
perekonomian masyarakat desa yang miskin, mengintat penelitian yang akan dilaksanakan
hambatan.
kuantitaif dimana respondenya lebih dari 1.700 rumah tangga sehingga memberikan
literatur keuangan tentang pedesaan. Hal ini memberikan gambaran bagaimana trend
pengeluaran keuangan pada masyarakat desa sehingga dapat diketahui kendala yang
dihadapi masyarakat desa dalam mengakses keuangan, mengingat penelitian yang akan
4.2.6. How Does the Million Baht Village Fund Impact Fertility in Thailand?
memberikan kesempatan masyarakat desa untuk meminjam dana yang bisa digunakan
untuk keperluan anak-anak. Hal ini memberikan harapan bagi keluarga miskin untuk
46
mendapatkan uang ketika mereka memiliki tanggungan seorang anak lagi. Hal ini juga
memikirkan bayi yang akan menjadi tanggungan mereka. Mengingat penelitian yang akan
4.2.7. Does the Village Fund matter in Thailand? Evaluating the impact on incomes
(2014)
mempunyai implikasi bahwa dana desa menyediakan modal kerja bagi asosiasi kredit
bergilir yang dikelola secara lokal. Adanya hal ini berdampak pada sector pertanian yang
masyarakat. Mengingat penelitian yang akan dilakukan tidak bisa dilepaskan dari sector
pertanian karena sebagaian besar masyarakat perdesaan adalah seorang petani sehingga
dapat diketahui hambatan apa saja yang dilalui untuk memajukan sector pertanian.
keuangan Desa Kepatihan sudah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.37 tahun
2007 yang menunjukkan pelaksanaan yang akuntabel dan transparan yang dilihat dari
47
sisi pencatatan akuntansi masih diperlukan adanya pembinaan dan pelatihan lebih lanjut,
mengingat penelitian yang akan dilakukan membahas tantangan dalam pengelolaan dana
4.2.9. Evaluasi dan Optimalisasi Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) Study Kasus
Desa Maju Jaya, Sumber Mulya dan Tirta Mulya Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten
penggunaan dana desa selama ini masih hanya berupa pembangunan infrastruktur jalan dan
saluran irigasi untuk pembangunan ruang dusun yang penentuannya didominasi oleh
desa untuk memberikan pendapat mereka, mengingat penelitian yang akan dilakukan
adalah juga melihat bagaimana hambatan yang dialami masyarakat desa dalam
4.2.10. Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Pada Desa Lembean Kecamatan
dialami dalam merealisasi alokasi dana desa pada Desa Lembean adalah pemahaman
masyarakat terhadap ADD, miss komunikasi, dan pencairan alokasi dana desa yang
48
terlambat dan menanggulangi hambatan dalam merealisasi alokasi dana desa dapat
dilakukan dengan pelatihan, meningkatkan koordinasi unit kerja, dan anggaran dana
cadangan. Mengingat penelitian yang akan dilakukan adalah melihat hambatan apa saja
49
Daftar Pustaka
Aziz,.N.L.L. (2016). Otonomi Desa Dan Efektivitas Dana Desa (The Village Autonomy
And The Effectiveness Of Village Fund). Jurnal Penelitian Politik. Volume 13 No. 2.
Boonperm, J., Haughton, J., & Khandker, S. R. (2014). Does the Village Fund matter in
Thailand? Evaluating the impact on incomes and spending. Journal of Asian
Economics, 25, 3-16.
Boonperm, J., Haughton, J., Khandker, S. R., & Rukumnuaykit, P. (2014). Appraising the
Thailand village fund. The World Bank.
Felstet, K. (2017). How Does the Million Baht Village Fund Impact Fertility in Thailand?.
Fitri. (2019). Kinerja Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa Pada Desa
Vatunonju Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi. E-Jurnal Katalogis, Vol. 3 No. 11.
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., & Donnely, J.H. (1984). Organisasi dan Manjemen.
Erlangga. Jakarta Pusat.
Hambali, I. R., & Niode, I. Y. (2018). Management Model of Village Fund Allocation in
Enhancing the Village¡¯ s Productive Economic Activities. Business and Economic
Research, 8(4), 1-12.
50
Kislat, C., & Menkhoff, L. (2014). The Village Fund Loan Programme: Who Gets It,
Keeps It and Loses It?. In Vulnerability to Poverty (pp. 283-304). Palgrave
Macmillan, London.
Kuncoro.,M. (2019). Ekonomika Desa Teori, Strategi & Realisasi Pembangunan Desa.
Unit Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Manajemen YKPN. Yogyakarta.
Rahayu, Y., & Winarni, E. (2019). Evaluasi dan Optimalisasi Penggunaan Alokasi Dana
Desa (ADD) Study Kasus Desa Maju Jaya, Sumber Mulya dan Tirta Mulya
Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo. J-MAS (Jurnal Manajemen dan
Sains), 4(1), 184-189.
Sari, I.M., & Abdullah, M.F. (2017). Analisis Ekonomi Kebijakan Dana Desa Terhadap
Kemiskinan Desa di Kabupaten Tulungagung. Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol.15, No.01 Juni 2017.
Saputra, I. W., Sujana, I. N., Si, M., & Haris, I. A. (2016). Efektivitas Pengelolaan Alokasi
Dana Desa (ADD) Pada Desa Lembean Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli
Tahun 2009-2014. Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, 6(1).
51
Siagian, P. 2001. Organisasi dan Prilaku Administrasi. Gunung Agung. Jakarta.
Siswanti., A.D, Muadi.,S & Chawa.,A.F. (2016). Peran Pendampingan Dalam Program
Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pada Program Pendampingan Keluarga Balita
Gizi Buruk di Kecamatan Semampir Kota Surabaya). Wacana. Vol. 19, No. 3.
Sulistyani, A.T. (2011). Memahami Good Governance: Dalam Perspektif Sumber Daya
Manusia. Gava Media. Yogyakarta.
Watts, J., Tacconi, L., Irawan, S., & Wijaya, A. (2019). Village transfers for the
environment: lessons from community-based development programs and the village
fund. For. Policy Econ., 0-1.
Widodo, J. (2017). Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi Analisis Proses
Kebijakan Publik. Media Nusa Kreatif. Malang.
Willis, K. (2005). ‘Theory and Practices of Development’. Routledge the USA and Canada.
Idtesis.com. Teori Lengkap tentag Efektifitas Program menurut Para Ahli dan Contoh
Tesis Efektifitas (diakses 16 April 2020)
52