Anda di halaman 1dari 6

1.

1 Latar Belakang Masalah


BUMDes merupakan strategi kebijakan yang dibentuk pemerintah
untuk membangun Indonesia dari desa melalui pengembangan usaha
ekonomi desa. Hal ini merupakan implementasi dari program prioritas
pembangunan yang digagas oleh presiden dan wakil presiden RI yang
diberi nama dengan Nawa-Cita . Program tersebut terdapat pada pada
poin ke tiga yaitu Membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
Nawa-Cita sendiri diambil dari bahasa sansekerta yang memiliki arti
Nawa (sembilan) dan Cita (harapan, keinginan dan mimpi).
Membangun daerah pinggiran yang dimaksud bukan saja terkait
wilayah yang berdekatan dengan perbatasan negara tetangga, tetapi
juga soal manusia yang terpinggirkan dan kurang mampu secara
ekonomi, pinggiran juga menunjukkan kondisi masih minimnya
pembangunan di wilayah tersebut.
Oleh karena itu BUMDes hadir sebagai pilar kegiatan ekonomi di
desa yang bergerak dalam bidang pengelolaan aset-aset dan
sumberdaya ekonomi desa dalam kerangka pemberdayaan masyarakat
desa. Keberadaan BUMDes sangat strategis yang berfungsi sebagai
motor penggerak perekonomian desa dan kesejahteraan masyarakat
desa. Harapan dengan adanya BUMDes adalah pembentukan usaha
baru yang berakar dari sumber daya yang ada serta optimalisasi
kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat desa yang telah ada. Di sisi lain
dengan adanya BUMDes akan terjadi peningkatan kesempatan
berusaha dalam rangka memperkuat otonomi desa dan mengurangi
pengangguran (Ngesti D. Prasetyo dalam Dewi, 2014).
Kehadiran BUMDes didirikan atas dasar prakarsa masyarakat,
dan dibuat berdasarkan kebutuhan dan potensi desa untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa (dalam Natipulu,
Pasaribu & Sihombing 2022). Pada dasarnya BUMDes merupakan
amanat dari UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Landasan
pendirian BUMDes terdapat pada pasal 87 ayat (1) dan (2) yang
berbunyi; Desa dapat mendirikan Badan Usaha milik Desa yang
disebut BUM Desa, BUM Desa di kelola dengan semangat
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Eksistensi BUMDes seyogyanya mirip dengan BUMD yang
dimiliki daerah dan BUMN yang dimiliki pemerintah, dimana
pembentukannya dimaksudkan untuk; Meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat, Memberdayakan desa sebagai wilayah otonom
dalam peningkatan usaha-usaha produktif bagi pengentasan
kemiskinan, pengangguran dan peningkatan PADes; serta
Meningkatkan kemandirian dan kapasitas desa dan masyarakat dalam
melakukan penguatan ekonomi di desa (dalam Ngadisah & Almaarif,
2020).
BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentingan
masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial.
Sedangkan sebagai lembaga komersial BUMDes bertujuan untuk
mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal (barang dan
jasa) ke pasar (dalam Ridlwan, 2014). Salah satu tujuan pendirian
bumdes yaitu untuk pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa
(Permendes PDTT Nomor 4 Tahun 2015). Untuk terwujudnya
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa, maka pengelolaan
dalam BUMDes harus berdasarkan dengan prinsip-prinsip tata
kelola BUMDes. Prinsip tata kelola BUMDes terdiri dari kooperatif,
partisipatif, emansipatif, transparan, bertanggungjawab, dan
berkelanjutan (Purnomo, dalam Yuliana & Alinsari, 2022).
Keberhasilan perkembangan pembentukan BUMDes diharapkan
berdampak positif pada peningkatan perekonomian di desa serta
mampu memberikan konstribusi pada pembangunan desa. Mengingat
BUMDes merupakan wahana pemanfaatan potensi suatu desa yang
dikelola sehingga menghasilkan nilai ekonomis yang tentunya
diharapkan dapat meningkatkan PADes. Namun pada dasarnya
BUMDes yang terbentuk memiliki tingkat perkembangan yang
berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya;
potensi desa yang berbeda, kemampuan & keterbatasan SDM,
ketersediaan modal, serta kepedulian pemerintah desa dan masyarakat
dan lain sebagainya (Cen, 2019).
Adapun faktor yang mendukung keberhasilan perkembangan
bumdes salah satunya yaitu dinamika organisasi, Menurut Julia Sari
(dalam Meilana, Yanfika & Hasanuddin, 2023) Dinamika organisasi
adalah salah satu faktor yang menentukan peningkatan suatu organisasi
dalam proses pencapaian tujuan. Hal ini karena dinamika organisasi
merupakan kekuatan-kekuatan di dalam suatu organisasi yang dapat
menentukan perilaku organisasi dan perilaku anggota organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi. indikator dinamika organisasi dalam
bumdes terdiri atas kejelasan tujuan, kejelasan fungsi tugas,
pengembangan dan pembinaan, fasilitas, peraturan dan sanksi serta
tekanan. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kesuksesan bumdes
diantaranya adalah; ketersediaan sumber daya alam, ketersediaan
modal, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh SDM
BUMDes dan sumber daya sosial / jaringan hubungan sosial (dalam
Andini, 2020).
Sedangkan yang menjadi faktor penghambat perkembangan
bumdes yaitu kurangnya sumberdaya manusia dan finansial serta
lemahnya sosialisasi Program BUMDES kepada masyarakat
(berdasarkan hasil penelitian Meigawati,2018). Pernyataan tersebut
diperkuat pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim
dan Sutarna (2019), yang menjelaskan bahwa faktor anggaran, faktor
intensif pengurus dan faktor sumberdaya manusia pengelola turut
menjadi faktor penghambat perkembangan BUMDes. dimana dengan
adanya keterbatasan dalam anggaran yang dimiliki berpengaruh
terhadap minimnya unit usaha yang dapat dikelola maupun dalam
pengembangan usaha. Disisi lain faktor intensif yang masih jauh dari
harapan dan keinginan yang diperoleh oleh pengurus turut menjadi
penghambat, mengingat intensif merupakan motivasi bagi pengurus
dalam mengembangkan usaha yang dijalankan dan minimnya
sumberdaya pengelola yang didasari pada kurangnya keterlibatan
masyarakat dalam program bumdes serta kualitas SDM pengelola yang
belum mumpuni dikarenakan latar belakang pendidikan pengurus dan
pengelola BUMDes yang berbeda-beda juga menjadi faktor
penghambat perkembangan dan pengelolaan BUMDes.
Sehubungan dengan hal tersebut terdapat salah satu BUMDes yang
memiliki tingkat hambatan dan permasalahan yang sama dalam
pengelolaan dan perkembangannya BUMDes tersebut berada di
Provinsi Sumatera Barat Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten Tanah
Datar tepatnya di nagari Kumango . BUMDes di Sumatera Barat
dikenal dengan sebutan BUMNag (Badan Usaha Milik Nagari).
BUMNag ini didirikan pada akhir tahun 2017 dengan nama BUMNag
Batang Simonce.
BUMNag Batang Simonce merupakan bumnag yang didirikan atas
dasar instruksi dari pemerintah pusat, yang menyatakan bahwa
diharapkan desa/nagari mendirikan badan usaha milik desa/nagari
untuk mengelola potensi yang ada di desa/nagari.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi.,A.,S.,K (2014). PERANAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)


SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DESA
(PADes) SERTA MENUMBUHKAN PEREKONOMIAN DESA. Journal of
Rural and Development. V(1).

Natipulu.,M.,D, Pasaribu.,V.,A.,R & Sihombing.,N (2022). Analisis Implementasi


Sustainable Development Goals (SDGs) Desa Bakal Gajah Melalui
Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Jurnal Citra Sosial
Humaniora (CISHUM). 1(1).

UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 87 ayat (1) dan (2).

Ngadisah & Almaarif (2020). PERAN DAN FUNGSI BUMDES DALAM


PEMBANGUNAN PERDESAAN (STUDI PADA DESA BLEBERAN
KECAMATAN PLAYEN DIY). Jurnal Manajemen Pembangunan (1). ISSN
2407-6228.

Ridlwan.,Z (2014).Urgensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dalam


Pembangunan Ekonomi Desa. Jurnal Ilmu Hukum. 8(3).

Permendes PDTT Nomor 4 Tahun 2015. Pasal 3 hurug (g).


Yuliana.,E & Alinsari.,N (2022). Penerapan Tata Kelola Badan Usaha Milik Desa
dalam Mewujudkan Sustainable Development GoalsDesa. Owner Riset & Jurnal
Akuntansi. 6(2).

Cen (2019). PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN PERKEMBANGAN BADAN


USAHA MILIK DESA (BUM DESA).

Meilana.,R , Yanfika., H & Hasanuddin.,T (2023). FAKTOR-FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN DINAMIKA DAN KEBERHASILAN BUMDES
DALAM MENGEMBANGKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA
DI KABUPATEN PESAWARAN. JIA (Jurnal Ilmiah
Agribisnis) : Jurnal Agribisnis dan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. 8(1):1-8.

Andini.,N.,L (2020). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG


KEBERHASILAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDesa) PARIS
MANDIRI DI DESA PARIT 1 API-API KECAMATAN BANDAR
LAKSAMANA KABUPATEN BENGKALIS

Ibrahim, Sutarna.,dkk (2019). FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG


BADAN USAHA MILIK DESA PADA KAWASAN PERTAMBANGAN
EMAS DI SUMBAWA BARAT. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora. 21(3).

Anda mungkin juga menyukai