Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki wilayah terbagi atas daerah

provinsi yang mana dalam daerah provinsi tersebut terbagi menjadi

kabupaten/kota. Setiap wilayah atau provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota

mempunyai Pemerintahan Daerah yang di mana hal tersebut di atur oleh Undang-

undang dalam menjalankan segala tugasnya dalam wilayah tersebut. Pembagian

wilayah ini di maksudkan untuk mempermudah pemerintah pusat atau pemerintah

pusat tidak kesulitan untuk mengatur daerah yang begitu luas yang terbagi

menjadi beberapa wilayah maka dari itu adanya Otonomi daerah yang di harapkan

daerah dapat mengatur daerahnya sendiri dengan diberikannya kewenangan pada

pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan, mengembangkan potensi

yang ada dalam daerah tersebut yang bertujuan untuk memberikan kesejahteraan
(Fahisa & Afriyenti, 2023)
masyarakat pada daerah atau desa tersebut.

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di samping itu,

Desa juga menjadi objek yang penting terkait dengan pembangunan di Indonesia.

Fokus pembangunan di desa, dilakukan melalui dana desa. Salah satu topik terkait

desa tersebut adalah pengelolaan keuangan desa yang sangat penting sejak desa

mulai menerima alokasi dana desa pada tahun 2015. Dana desa merupakan salah
satu usaha pemerintah dalam melakukan pemerataan di seluruh wilayah Indonesia

yang diwujudkan melalui dana desa yang dialokasikan khusus dalam APBN.

Dana desa dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dengan

memerhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan juga


(Stevani, Ribika. 2023, n.d.)
tingkat kesulitan geografis.

Di mana setiap apa yang direncanakan dan dilakukan semuanya bertujuan

untuk kepentingan masyarakat. Pemerintah desa sebagai unit organisasi

pemerintahan yang berhadapan langsung dengan masyarakat memiliki peran

strategis dalam kemajuan negara. Di mana kesejahteraan masyarakat dapat terjadi

jika perangkat pemerintah desa dapat menjadikan sebuah desa menjadi desa yang

lebih maju dan produktif. Kemajuan desa dapat memberikan dampak positif untuk

perkembangan pemerintahan pusat dan akan berakhir dengan perkembangan di

sebuah negara. Perangkat desa atau disebut juga dengan pemerintah desa

merupakan penyelenggara urusan pemerintah sekaligus kepentingan masyarakat.

Hal yang paling utama dari urusan pemerintah desa adalah urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang dipercayakan pengaturannya


(M Rorimpandey et al., 2022)
kepada desa.

Tujuan dana desa yaitu untuk memperkuat masyarakat desa sebagai subjek

dari pembangunan, menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya,

meningkatkan pelayanan di desa, mengentaskan kemiskinan, memajukan

perekonomian desa, dan mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa. Guna

mencapai tujuan dana desa tersebut, maka pengelolaan dana desa harus dilakukan

berdasar praktik pemerintahan yang baik. Asas pengelolaan dana desa


sebagaimana yaitu transparan, akuntabel, partisipasi serta dilakukan dengan tertib
(Nurfitri & Ratnawati, 2023)
dan disiplin anggaran.

Pengelolaan keuangan desa sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri

(Permendagri) Nomor 20 Tahun 2018 merupakan Peraturan Menteri tentang

Pengelolan Keuangan Desa yang sebelumnya diatur dalam Permendagri Nomor

113 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa diharapkan dapat

menjadi pedoman dalam pengelolaan keuangan desa karena didalamnya telah

mencakup berbagai prosedur pengelolaan keuangan desa mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan sampai dengan peranggungjawaban.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 20 Tahun

2018, keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel,

partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.


(Salsabila Aprilia et al., n.d.)

Pengelolaan dana desa yang kini dilakukan oleh pemerintah desa belum tepat

sasaran, karena pendapatan desa ada dua yaitu dana desa dan dana alokasi desa.

Dana desa yaitu kewajiban dari Pemerintah Pusat yang dialokasikan dalam APBN

sedangkan dana alokasi desa adalah kewajiban Pemerintah Kabupaten/Kota untuk

mengalokasikan kedalam APBD. Pada dasarnya dana desa ataupun alokasi dana

desa bisa digunakan selain melakukan pemerintahan dan pembinahan masyarakat

dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, bidang pelaksanaan pembangunan

desa, bidang pembinaan masyarakat, bidang pemberdayaan masyarakat dan


(Arifin et al., n.d.)
meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat.
Akuntabilitas pada prinsip dasarnya adalah perusahaan/organisasi harus

mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar, dikelola

secara terukur dan memperhitungkan pemangku kepentingan. Sedangkan

Transparansi prinsip dasarnya adalah perusahaan/organisasi harus menyediakan

informasi yang memadai dan relevan serta dapat diakses oleh para pemangku
(Zamzami Zamzami & Rina Maulina, 2023).
kepentingannya. Tujuan transparansi

keuangan sendiri dilakukan agar terhindarnya kecurigaan publik terhadap

pemerintah daerah dalam penyelewengan dana desa. Pelaksanaan transparansi

yang dilakukan di Kecamatan Tinombo masih dapat dikatakan kurang memadai,

hal ini dinyatakan melalui masih terbatasnya akses yang dilakukan oleh

pemerintah dalam memberikan informasi keuangan. Hal ini disebabkan karena

masih terbatasnya media yang digunakan dalam memberikan informasi.

Pemerolehan informasi hanya di dapat melalui baliho yang di pasang di depan

kantor desa, dan pemasangan papan pengunguman penggunaan dana desa pada

tempat-tempat yang akan di laksanakannya pembangunan selama proses

pembangunan berlangsung. Akses yang terbatas tersebut menyebabkan

masyarakat masih belum cukup baik dalam memperoleh informasi dana desa.

Peran akuntabilitas dalam menunjang kinerja keuangan pemerintah desa

sangatlah penting. Dimana pertanggungjawaban yang diberikan oleh pemerintah

desa dalam bentuk akuntabilitas laporan keuangan yang nantinya berguna sebagai

bukti atas apa yang telah di kelola oleh pemerintah dalam kurun waktu tertentu.

Namun peran akuntabilitas disini didukung dengan adanya transparansi laporan

keuangan. Hal ini berguna agar dapatnya pihak tertentu dalam memperoleh
informasi mengenai pengelolaan keuangan pemerintah. Selain itu adanya

transparansi pada tokoh masyarakat juga berguna untuk melihat dan mengawasi

pengelolaan alokasi dana desa sehingga tidak terjadi penyalahgunaan anggaran.

Informasi tersebut nantinya akan menjadi bahan atau acuan untuk meningkatkan

kinerja pemerintah di masa yang akan datang. Hal ini dilakukan agar pengelolaan

alokasi dana desa digunakan sesuai dengan aturan dan undang-undang yang

berlaku. Sehingga tindakan penyalahgunaan anggaran alokasi dana desa dapat

dihindari, atau jika kemungkinan terjadinya penyalahgunaan alokasi dana desa

dapat dimusyawarahkan dan diarahkan kearah yang lebih tepat dan benar.
(Wardiana & Hermanto, 2019)

Informasi yang diperoleh melalui akuntabilitas dan transparansi keuangan

nantinya bertujuan agar segala keputusan dalam pengelolaan alokasi dana desa

bisa mencapai hasil yang diharapkan. Informasi pengelolaan laporan keuangan

alokasi dana desa nantinya digunakan sebagai bahan ukuran dalam menilai hasil

yang diperoleh pemerintah desa. Sehingga apabila tidak tercapainya target dalam

memperoleh hasil atas keluaran yang telah dilakukan, bisa diambil kebijakan atau

keputusan dalam pencapaian periode berikutnya. Kebijakan yang ditetapkan

bermaksud agar pemerintah desa dapat memperoleh hasil yang lebih baik di masa
(Zamzami Zamzami & Rina Maulina, 2023)
yang akan datang.

Dari hal tersebut dapat dilihat dari Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 yang dimana peraturan tersebut mengalami perubahan pada peraturan

Pemerintah No. 47 Tahun 2015 yang menyebutkan jika kini Desa mempunyai

wewenang untuk mengatur sumber daya dan arah pemabangunan. Untuk itu
segala keberhasilan dalam suatu pembangunan maupun untuk kesejahteraan yang

ada pada pemerintah daerah atau desa semua elemen di harapkan untuk

memberikan partisipasi karena hal tersebut yang dapat memberikan dorongan

untuk keberhasilan dalam suatu wilayah. Partisipasi masyarakat sangat

dibutuhkan untuk mendorong terbangunnya pengelolaan desa yang baik. Dalam

hal ini pelaksanaan alokasi dana desa harus memili pengelolaan yang jelas agar
(Yenti et al., 2018a)
dapat transparan terhadap masyarakat.

Di Provinsi Sulawesi Tengah pengalokasian Dana Desa mencapai angka Rp.

1,48 Triliun. Dimana dari pengalokasian dana tersebut dibagi ke beberapa

kaupaten yang ada di Sulawesi Tengah. Dalam hal ini salah satu objek penelitian

yang akan dilakukan yaitu di Kecamatan Tinombo.

Peneliti memiliki alasan tersendiri dalam memilih program Alokasi Dana

Desa (ADD) dibandingkan program lain yang diprogramkan pemerintah.

Pemilihan topik penelitian pada program Alokasi Dana Desa (ADD) karena

program Alokasi Dana Desa (ADD) memiliki implikasi yang sangat besar dan

signifikan terhadap pembangunan desa di setiap kabupaten yang ada di Indonesia

terutama di Provinsi Sulawesi Tengah. Alokasi Dana Desa (ADD) sepenuhnya

ditangani secara gotong royong oleh pemerintah desa dan juga masyarakat secara

langsung, dana yang dikelola secara terbuka akan memberikan hasil program

pembangunan desa yang baik. Faktor lain yang membuat peneliti dalam

melakukan penelitian mengenai Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan

Tinombo karena peneliti ingin secara ilimah menjelaskan penerapan akuntabilitas


dan transparansi pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam pembangunan di

Kecamatan Tinombo.

Peneliti berusaha menguji tingkat akuntabilitas pemerintah desa dalam

mengelola kinerja keuangan, dengan objek penelitian yaitu pemerintah Desa Se

Kecamatan Tinombo yang menggunakan laporan pertanggung jawaban Alokasi

Dana Desa (ADD) tahun 2023. Dengan demikian maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH AKUNTABILITAS

PENGENDALIAN DAN TRANSPARASI TERHADAP EFEKTIFITAS

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA KECAMATAN TINOMBO

KABUPATEN PARIGI MAUTONG ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh Akuntabilitas

Pengendalian dan Trnasparasi terhadap Efektifitas pengelolaan keunagan desa

Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Mautong.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimana pengaruh Akuntabilitas Pengendalian dan

Trnasparasi terhadap Efektifitas pengelolaan keunagan desa Kecamatan Tinombo

Kabupaten Parigi Mautong.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Kegunaan Praktis


Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan serta

dapat menambah ilmu pengetahuan terkait penelitian tentang minat menggunakan

aplikasi mobile banking, serta dijadikan sebagai referensi untuk keperluan studi

dan penelitian selanjutnya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak perbankan

untuk terus berinovasi dalam mengembangkan sistem layanan mobile banking

agar nasabah dapat terus menggunakan layanan mobile banking dalam

bertransaksi.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan latar belakang masalah yang

diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan skripsi.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang kajian teori yang diperlukan dalam

menunjang penelitian dan penelitian yang relevan untuk membahas

permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisikan rancangan/metode penelitian, populasi dan

sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data,

definisi operasional variabel, instrumen penelitian dan metode

analisis data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang Gambaran Umum Objek Penelitian,

Hasil dan Pembahasan. Bab ini menguraikan mengenai

karakteristik responden, deskriptif jawaban responden, hasil

pengujian instrumen penelitian, hasil uji asumsi klasik, hasil

analisis regresi linear berganda, hasil pengujian hipotesis, serta

pembahasan.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian

serta saran- saran.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Salah satu faktor penting yang perlu dilakukan peneliti sebelum

melakukan penelitian adalah tinjauan atas penelitian-penelitian terdahulu. Hasil

penelitian terdahulu dapat dijadikan referensi dan perbandingan dalam penelitian

yang akan dilakukan.

Mesi putri yanti dkk (2018) menilite tentang Analisis Akuntabilitas dan

Transparasi pengelolaan dan Komite pada SMA Negeri 9 Sijunjung Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah,

bendahara komite, dan ketua komite. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

penerapan prinsip akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan dana komite

di SMA Negeri 9 Sijunjung sudah berjalan dengan baik. Prinsip transparansi dapat

dilihat dari adanya keterbukaan dalam penyusunan Rencana Kegiatan dan

Anggaran Sekolah (RKAS). Sedangkan prinsip akuntabilitas dilihat dari Surat

Pertanggungjawaban (SPJ) penggunaan dana komite selama satu tahun ajaran

yang diberikan kepada orang tua pada saat rapat komite di sekolah.
(Yenti et al., 2018b)
Kusyandi Yiudha (2020) Meneliti tentang Akiuntabilitas pengelolaan

keuangan Desa. Sumber data primer melalui pengamatan dan wawancara. Sumber

data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui regulasi-regulasi yang terkait

dengan pengelolaan keuangan desa Tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan

akuntabilitas pada tahap pelaksanaan terjadi keterlambatan dalam pengajuan surat

permintaan pembayaran yang menyebabkan terlambatnya pada tahap

penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban. Pada tahap penatausahaan

juga terjadi keterlambatan selain dikarenakan keterlambatan dari tahap

pelaksanaan ini juga dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan

sumber daya aparatur desa dalam menjalankan aplikasi sistem keuangan desa

yang berdampak pada keterlambatan pada tahap berikutnya yaitu pelaporan dan
(Kusnadi et al., 2020)
pertanggungjawaban.

Siti Umaira dan Adnan (2019) Meneliti tentang Pengaruh pertisipasi

masyarakat, kompetensi sumber daya manusia, dan pengawasan terhadap

akuntabilitas pengelolaan dana desa ( Studi kasus pada kabupaten aceh barat daya)

. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan kuesioner

sebagai alat perolehan data primer dan skala Likert sebagai alat ukurnya.

Penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Barat Daya. Sebanyak 120 responden

dipilih, terdiri dari tuha peut desa dan tokoh masyarakat. Teknik pengambilan

sampel digunakan simple random sampling dengan rumus Slovin untuk

menentukan jumlah sampel. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi

linier berganda yang difasilitasi dengan SPSS versi 21. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel partisipasi masyarakat (X1), kompetensi sumber


daya manusia (X2), dan pengawasan (X3) baik secara parsial maupun simultan

mempunyai pengaruh yang signifikan. tentang akuntabilitas pengelolaan dana


(Umaira, 2019)
desa (Y).

Popi Pera, dkk (2019) meneliti tentang pengaruh kompetisi aparatur,

komite organisasi, partisipasi masyarakat dan system pengendalian internal

terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa. Sampel dalam penelitian ini adalah

aparatur pemerintah desa yang melaksanakan pengelolaan dana desa, dengan

kriteria Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Kepala Umum dan BPD,

dengan jumlah sampel sebanyak 125 responden yang dipilih dengan

menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data

primer dengan menyebarkan kuesioner. Metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kompetensi aparatur, komitmen organisasi, partisipasi

masyarakat dan sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap akuntabilitas


(Popi Pera, dkk, 2019 n.d.)
pengelolaan dana desa.

Syarifuddin, dkk (2022) meneliti tentang pengaruh akuntabilitas ,

transparasi, dan kemampuan aparatur desa terhadap efektivitas pengelolaan dana

desa di kecematan alla kabupaten enrekang. Data yang digunakan dalam

penelitian merupakan data primer yang dikumpulkan melalui survei kuesioner

secara langsung. Menggunakan sampel 33 Aparatur Desa yang bekerja di kantor

desa pada Lingkup Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang. Penentuan sampel

dalam penelitian ini dengan teknik sampling jenuh.Analisis data menggunakan

analisis regresi linear berganda untuk menguji hipotesis 1, 2, dan 3. Hasil


penelitian dengan analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa bahwa tiga

variabel secara signifikan berpengaruh terhadap pengelolaan dana desa yaitu

Akuntabilitas, Transparansi dan Kemampuan Aparatur Desa.. Variabel

Akuntabilitas, Transparansi dan Kemampuan Aparatur Desa berpengaruh secara

bersama–sama terhadap pengelolaan dana desa. Transparansi adalah variabel yang


(Ridha Fajri, Dkk, n.d.)
paling berpengaruh terhadap pengelolaan dana desa.

Dani Rachman, dkk (2022) meneliti tentang pengaruh akuntabilitas dan

transparasi terhadap efektivitas pengelolaan dana bantuan oprasional sekolah di

SMA Sasama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Akuntabilitas dan

Transparansi secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Efektivitas pengelolaan dan BOS pada SMA Sasama, Pengaruh akuntabilitas dan

transparansi ditunjukkan pula oleh hasil perhitungan manual serta Koefisien

Determinasi (R-Square) yaitu sebesar 0,842 atau sebesar 84,2% dan sisanya yang

merupakan variabel lain yang turut mempengaruhi Efektivitas pengelolaan dana

BOS tetapi tidak diteliti ditunjukkan oleh nilai epsilon (Ԑ) sebesar 0,158 atau

sebesar 15,8% (1 - R-Square). Adapun faktor lain tersebut diantaranya Kejelasan

Sasaran Anggaran, Pengendalian Keuangan, Akuntansi Pertanggungjawaban,


(Dani Rahmat, 2022)
Anggaran Berbasis Kinerja dan lain sebagainya.

Tebel 2.1
Matriks Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti dan


Persamaan Perbedaan
. Judul
1. Mesi putri yanti dkk a. Variabel: a. Variabel:
(2018) menilite 1) Harapan kinerja 1) Akuntabilitas
tentang Analisis 2) Ekpektasi usaha 2) Transparasi
Akuntabilitas dan b. Teknik analisis data 3) Efektivitas
No Nama Peneliti dan
Persamaan Perbedaan
. Judul
Transparasi menggunakan pengelolaan dana
pengelolaan dan regresi linear desa
Komite pada SMA berganda b. Objek dan Lokasi
Negeri 9 Sijunjung Penelitian
2. Kusyandi Yiudha a. Teknik a. Variabel
(2020) Meneliti pengumpulan data 1) Pengaruh
tentang b. Pengembangan akuntabilitas dan
Akiuntabilitas Instrumen angket transparasi
pengelolaan 2) Sistem
keuangan Desa. pengelolaan dana
desa
b. Teknik analisis data
dalam penelitian
sebelumnya
menggunakan uji
korelasi.
3. Siti Umaira dan a. Variabel:
Adnan (2019) 1) akuntabilitas
Meneliti tentang 2) transparasi
Pengaruh pertisipasi 3) pengelolaan dana
masyarakat, desa
kompetensi sumber
daya manusia, dan
pengawasan terhadap
akuntabilitas
pengelolaan dana
desa ( Studi kasus
pada kabupaten aceh
barat daya)
4. Popi Pera, dkk a. Variabel: a. Variabel:
(2019) meneliti 1) Akuntabilitas 1) System
tentang pengaruh 2) Transparasi pengendalian
kompetisi aparatur, 3) Pengelolaan internal
komite organisasi, dana desa 2) Kompetensi
partisipasi b. Metode analisis aparatur
masyarakat dan data menggunakan
system pengendalian regresi linear
internal terhadap berganda
akuntabilitas
pengelolaan dana
desa.
No Nama Peneliti dan
Persamaan Perbedaan
. Judul
5. Syarifuddin, dkk a. Variabel:
(2022) meneliti 1) Akuntabilitas
tentang pengaruh 2) Transparasi
akuntabilitas , 3) Pengelolaan
transparasi, dan dana Desa
kemampuan aparatur 4) Pengaruh
desa terhadap impementasi
efektivitas b. Metode analisis data
pengelolaan dana menggunakan regresi
desa di kecematan linear berganda
alla kabupaten
enrekang.

6 Dani Rachman, dkk a. Variabel


(2022) meneliti 1. Akuntabilitas
tentang pengaruh 2. TRansparasi
akuntabilitas dan 3. Pengelolaan dana
transparasi terhadap desa
efektivitas b. Metode analisis data
pengelolaan dana menggunakan
bantuan oprasional regresi linear
sekolah di SMA berganda
Sasama.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Desa

Menurut Paul H. Landis dalam desa adalah suatu wilayah yang jumlah

penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri pergaulan hidup yang saling

kenal-mengenal antar penduduk pertalian perasaan yang sama tentang suatu

kesukaan dan kebiasaan; kegiatan ekonomi yang pada umumnya agraris dan

masih dipengaruhi oleh alam sekitar, seperti iklim dan keadaan serta kekayaan

alam. Menurut Soetardjo dalam Thomas (2013) desa dapat dipahami sebagai

suatu daerah kesatuan hukum dimana bertempat tinggal di suatu masyarakat yang
berkuasa (memiliki wewenang) mengadakan pemerintahan sendiri. Pengertian ini

menekankan adanya otonomi untuk membangun tata kehidupan desa bagi

kepentingan penduduk. Dalam pengertian ini terdapat kesan yang kuat, bahwa

kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa hanya dapat diketahui dan disediakan
(Kusnadi et al., 2020)
oleh masyarakat desa dan bukan pihak luar.

Sedangkan menurut hukum UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa, yang

dimaksud dengan desa adalah desa adat atau yang disebut dengan nama lain.

Selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,

dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa adalah penyelenggaraan

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam system

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa adalah

kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai

unsur penyelenggara pemerintah desa. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

merupakan lembaga perwujudan dalam demokrasi penyelenggaraan pemerintah

desa. Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ialah wakil dari penduduk

desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) terdiri dari ketua Rukun Warga (RW), pemangku

adat, golongan profesi, pemuka agama atau tokoh masyarakat lainnya.


(Umaira, 2019)

2.2.2 Alokasi Dana Desa


Alokasi Dana Desa (ADD) menurut UU No. 6 Tahun 2014 adalah dana yang

bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi

desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten

atau kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan


(Kusnadi et al., 2020).
masyarakat. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana

perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) kabupaten atau kota setelah dikurangi Dana Alokasi

Khusus (DAK). Alokasi Dana Desa (ADD) sebagaimana yang dimaksud pada

ayat (1) paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang

diterima kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah

dikurangi dana alokasi khusus. Secara terperinci, pengalokasian Alokasi Dana

Desa (ADD) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) wajib

memperhatikan peruntukannya dengan persentase anggaran:

a. Paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja

desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan

pemberdayaan masyarakat desa,

b. Paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja

desa yang digunakan untuk penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa

dan Perangkat Desa, operasional Pemerintah Desa, tunjangan dan

operasioanal Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan insentif Rukun

Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW).


Tujuan Alokasi Dana Desa (ADD) adalah:

1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah desa dalam pelaksanaan

pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan kewenangannya;

2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipasi sesuai

dengan potensi desa;

3. Meningkatnya pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan

berusaha bagi masyarakat desa;

4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong.

Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) kabupaten atau kota dianggarkan pada bagian pemerintah desa.

Pemerintah desa membuka rekening pada bank yang ditunjuk berdasarkan

keputusan kepala desa. Kepala desa mengajukan permohonan penyaluran Alokasi

Dana Desa (ADD) kepada Bupati setelah dilakukan verifikasi oleh tim

pendamping kecamatan. Bagian pemerintah kota pada sekretaris daerah kabupaten

kota akan meneruskan berkas permohonan berikut lampirannya kepada bagian

keuangan sekretaris daerah kabupaten atau kota dan Kepala Badan Pengelola

Keuangan Daerah (BPKD) atau Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Kekayaan

Aset Daerah (BPKKAD). Kepala bagian keuangan sekretaris daerah atau Kepala

Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) atau Kepala Badan Pengelola

Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah (BPKKAD) akan menyalurkan Alokasi

Dana Desa (ADD) langsung dari kas daerah ke rekening desa. Mekanisme

pencairan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam APBD Desa dilakukan secara
bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daerah kabupaten atau
(Oktaria & Alexandro, 2021)
kota.

2.2.3 Akuntabiltas

Akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah diartikan

sebagai kewajiban pemerintah daerah untuk mempertanggungjawabkan

pengelolaan dan pelaksanaan pemerintahan di daerah dalam rangka otonomi

daerah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui media

pertanggungjawaban yang terukur baik dari segi kualitasnya maupun

kuantitasnya. Pemerintah daerah sebagai pelaku pemerintahan harus

bertanggungjawab terhadap apa yang telah dilakukannya terhadap masyarakat

dalam rangka menjalankan tugas, wewenang, dan kewajiban pemerintah daerah.

Akuntabilitas adalah sebuah kewajiban melaporkan dan bertanggungjawab atas

keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai

hasil yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui media pertanggungjawaban yang


(Salsabila Aprilia et al., n.d.)
dikerjakan secara berkala.

Menurut lembaga administrasi negara dan badan pengawasan keuangan dan

pembangunan negara Indonesia akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan

pertanggungjawaban menerangkan kinerja dan tindakan seseorang atau pimpinan

organisasi kepada pihak yang memiliki wewenang untuk pertanggungjawaban.

Akuntabilitas adalah hal yang penting dalam menjamin nilai–nilai seperti

efisiensi, efektivitas, reliabilitas dan prediktibilitas. Suatu akuntabilitas tidak

abstrak tapi kongkrit dan harus ditentukan oleh hukum melalui prosedur yang

sangat spesifik mengenai masalah dalam pertanggungjawaban.


Dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan

melaporkan segala kegiatan, terutama dalam bidang administrasi keuangan kepada

pihak yang lebih tinggi. Media pertanggungjawaban akuntabilitas tidak terbatas

pada laporan pertanggungjawaban, akan tetapi juga mencakup aspek-aspek

kemudahan pemberi mandat untuk mendapatkan informasi, baik langsung

maupun tidak langsung secara lisan maupun tulisan. Sehingga akuntabilitas dapat

tumbuh pada lingkungan yang mengutamakan keterbukaan sebagai landasan


(Arifin et al., n.d.)
pertanggungjawaban.

Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

akuntabilitas adalah kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk

mempertanggungjawabkan pelaksanaan kebijakan disertai dengan pembuktian.

Fisik yang telah dipercayakan kepadanya dalam rangka untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

2.2.4 Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

Keuangan desa dikelola berdasarkan praktik praktik pemerintahan yang

baik. Asas–asas pengelolaan keuangan desa sebagaimana tertuang dalam

Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 yaitu transparan, akutabel, partisipatif serta

dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran dengan uraian sbb:

a. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarkat untuk

mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan

desa.

b. Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan

pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang


dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintah desa yang mengikutsertakan

kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa.

c. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus

mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya. Untuk mendukung

keterbukaan penyampaian informasi secara jelas kepada masyarakat, setiap

kegiatan fisik Alokasi Dana Desa (ADD) supaya dipasang papan informasi

kegiatan di mana kegiatan tersebut dilaksanakan. Untuk mewujudkan

pelaksanaan prinsip transparansi dan akuntabilitas maka diperlukan

kepatuhan pemerintah desa khususnya yang mengelola Alokasi Dana Desa

(ADD) untuk melaksanakan Alokasi Dana Desa (ADD) sesuai ketentuan

yang berlaku.

2.2.5 Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)

Pada pasal 4 ayat 7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

No. 113 Tahun 2014 tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dikatakan

transparan adalah prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk

mengetahui dan mendapatkan akses info seluas-luasnya tentang keuangan daerah.

Dengan adanya transparansi menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang

untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan yakni

informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta

hasilhasil yang dicapai. Transparansi juga memiliki arti keterbukaan organisasi

dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber


daya publik kepada pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan.
(Good et al., n.d.)

Transparansi sangat penting bagi pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah

dalam menjalankan mandat dari rakyat. Mengingat pemerintah saat memiliki

wewenang mengambil berbagai keputusan penting yang berdampak bagi orang

banyak, pemerintah harus meyediakan informasi yang lengkap mengenai apa yang

dikerjakannya. Dengan transparansi kebohongan sulit untuk disembunyikan.

Dengan demikian transparansi menjadi instrumen penting yang dapat

menyelamatkan uang rakyat dari perbuatan korupsi. Transparasi pengelolaan

keuangan publik merupakan prinsip good governance yang harus dipenuhi oleh

organisasi sektor publik. Dengan dilakukannya transparansi tersebut pubik akan

memperoleh informasi yang actual dan fluktual, sehingga mereka dapat

menggunakan informasi tersebut untuk:

a. Membandingkan kinerja keuangan yang dicapai dengan yang

direncanakan (antara realisasi dengan anggaran).

b. Menilai ada tidaknya korupsi dan manipulasi dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran.

c. Menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

yang terkait.

d. Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak yaitu antara

manajemen organisasi sektor publik dengan masyarakat dan dengan pihak

lain yang terkait.


Transparansi artinya dalam menjalankan pemerintahan yang

mengungkapkan hal-hal yang sifatnya meterial secara berkala kepada pihak-pihak

yang memiliki kepentingan. Dalam hal ini yaitu masyarakat luas sehingga prinsip

keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan

akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa tersebut. Prinsip-prinsip

transparansi dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti berikut:

1. Mekasnisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua

proses-proses pelayanan publik.

2. Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik

tentangberbagai kebijakan dan pelayanan publik maupun proses-proses

didalam sektor publik.

3. Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi

maupun penyimpangan tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani.

2.2.6 Konsep Transparasi

Untuk mewujudkan pertanggungjawaban pemerintah terhadap warganya

salah satu cara dilakukan dengan menggunakan prinsip transparansi

(keterbukaan). Melalui transparansi penyelenggaran pemerintahan, masyarakat

diberikan kesempatan untuk mengetahui kebijakan yang akan dan telah diambil

oleh pemerintah. Transparasi merupakan salah satu prinsip good governance.

Prinsip transparansi menurut Werimon., meliputi dua aspek yaitu komunikasi

publik oleh pemerintah dan hak masyarakat terhadap akses informasi. Pemerintah

diharapkan membangun komunikasi yang luas dengan masyarakat berkaitan

dengan berbagai hal dalam kontek pembangunan yang berkaitan dengan


masyarakat. Masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui berbagai hal yang

dilakukan oleh pemerintah dalam melaksanakan tugas pemerintahan. Kerangka

konseptual dalam membangun transparansi organisasi sektor publik dibutuhkan

empat komponen yang terdiri dari adanya sistem pelaporan keuangan, system

pengukuran kinerja, dilakukannya auditing sektor publik, berfungsinya saluran


(Kasus et al., 2016)
akuntabilitas publik (channel of accountability).

Empat prinsip transparansi yang diimplementasikan dalam kerja-kerja

organisasi. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Prinsip komunikatif: saling berhubungan, saling memahami, saling merasa

antara bupati/walikota dan aparatnya sehingga pesan yang disampaikan

dapat diterima dengan baik.

2. Prinsip konsistensi: melakukan suatu kegiatan secara terus menerus

dengan tekun dan benar tanpa keluar dari jalur atau batasan yang telah

ditentukan.

3. Prinsip kohesivitas: saling ketergantungan antar bupati dengan aparatnya

serta publik karena tanpa mereka tujuan yang hendak dicapai tidak akan

terpenuhi.

4. Prinsip partisipatif: apabila ketiga prinsip diatas terbangun secara

signifikan. Nilai-nilai pemimpin yang transparan adalah memiliki kualitas

moral personal yang prima. Ini dapat dilihat dari integritas, amanah dan

cerdas bagi seorang pemimpin. Oleh sebab itu suatu keberhasilan hanya

dapat diperoleh jika prinsip dan nilai transparansi dalam peroses

kepemerintahan daerah mendukung visi dan misi yang dimiliki.


2.3 Kerangka Berfikir

Agar penelitian ini lebih jelas, maka diberikan kerangka berpikir. Untuk
lebih bisa dipahami dan mampu menjelaskan bagaiman hasil dari penelitian.

Akuntabilitas (X1)
Efektivitas
Pengelolaan
Alokasi Dana Desa
(Y)
Transparansi (X2)

Keterangan:
: Pengaruh Secara Parsial

: Pengaruh Secara Simultan

Pengelolaan APBD oleh pemerintah daerah harus dilaksanakan dengan

tertib, efektif, efisien, transparan, akuntabilitas, dan berkeadilan (UU No. 17

Tahun 2013). Prinsip tata kelola keuangan yang mengedepankan good financial

governance (GFG) menitikberatkan pada:

1. Adanya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban,

2. Adanya transparansi dalam pengelolaan keuangan, semua dokumen

anggaran harus dapat diakses oleh public, dan yang tidak boleh diakses
hanya rekening Koran dan ketersediaan uang dalam kas daerah,

3. Adanya akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah, semua

pengeluaran dan penggunaan belanja harus dapat dipertanggungjawabkan,

4. Adanya keadilan dalam pengelolaan anggaran, semua alokasi anggaran

untuk belanja public dan aparatur harus mengedepankan prinsip keadilan

dan tidak diskriminatif (nondiscrimination). (Hendra, 2017)

2.4 Hipotesis

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh Akuntabilitas

pengendalian dan Transparansi terhadap efektifitas pengelolaan keuangan Desa di

Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Mautong.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini

yaitu:

Ho 1: Akuntablitas keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas

pengelolaan alokasi dana desa di Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi

Mautong

Ha 1: Akuntabilitas keuangan berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas

pengelolaan alokasi dana desa di Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi

Mautong.

Ho 2: Transparansi keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas

pengelolaan alokasi dana desa di Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi

Mautong

Ha 2: Transparansi keuangan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas

pengelolaan alokasi dana desa di Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi


Mautong

Ha 3 : Akuntabilitas dan Transparansi keuangan tidak berpengaruh signifikan

terhadap Efektivitas pengelolaan alokasi dana desa di Kecamatan Tinombo

Kabupaten Parigi Mautong

Ha 3: Akuntabilitas dan Transparansi keuangan berpengaruh signifikan terhadap

Efektivitas pengelolaan alokasi dana desa di Kecamatan Tinombo Kabupaten

Parigi Mautong
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah field research atau penelitian

lapangan yaitu dilakukan di kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Mautong dengan

pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif, yang menjelaskan mengenai Pengaruh

Akuntabilitas pengendalian dan Transparansi terhadap Efektivitas Pengelolaan

keuangan desa di Kecataman Tinombo Kabupaten Parigi Mautong

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor desa Kecamatan Tinombo Kabupaten

Parigi Mautong yang mengambil 5 desa yaitu Siavu, Tinombo, Dusunan, Tibu dan

Sibalia

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2017). Adapun Popilasii

dari penelitian ini yaitu seluruh Aparatur desa meliputi Kepala desa, Sekertaris desa,

dan Bendahara desa Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Mautong. Dan sampel

pada penelitian ini meliputi desa Siavu, Tinombo, Dusunan, Tibu dan Sibalia.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menyebarkan kuisoner kepada aparatur desa Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi


Mautong., dan wawancara kepada kepada desa di masing.

3.5 Pengembangan Instrumen

3.5.1 Penyusunan Instrumen Angket

Instrument yang dilakukan oleh penulis adalah menggunakan kuisoner atau

angket yang pernah digunakan oleh penelitian sebelumnya untuk mengetahui pendapat

responden. Kuisoner yang disebarkan memakai skala likert. Skala likert digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang

fenomena sosial. Untuk analisis data kuantitatif, maka jawaban responden diberi skor

sebagai berikut.

Tabel 3. 1 Skor kuisoner

No Sikap Responden Skor


1. Sangat Setuju 5
2. Setuju 4
3. Kurang Setuju 3
4. Tidak Setuju 2
5. Sangat Tidak Setuju 1

Sumber : Sugiyono (2017)

Dengan skala likert, maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi

indicator variable. Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item intrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Adapun

indicator (kisi-kisi) instrument penelitian yaitu:


Tabel 3. 2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variable Indicator Rujukan
Akuntabilitas (X1)  Akuntabilitas kejujuran Mahmudi
dan hukum (2015)
 Akuntabilitas proses
 Akuntabilitas program
 Akuntabilitas kebijakan
 Akuntabilitas finansial
Tranparansi (X2)  Ketersediaan system Isna,
informasi (2019)
 Aksesibilitas terhadap
alokasi dana desa
 Publikasi laporan
keuangan
 Ketersediaan informasi
kinerja
Efektivitas  Outcome (hasil) Mahmudi
Pengelolaan Alokasi  Output (keluaran) (2015)
Dana Desa (Y)

3.6. Pengujian Instrument Angket

3.6.1 Uji Validitas Data

Validitas mengacu pada aspek ketepatan dan kecermatan hasil pengukuran.

Pengukuran sendiri dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak (dalam artian

kuantitatif) suatu aspek psikologis terdapat dalam diri seseorang, yang dinyatakan oleh

skornya pada instrumen pengukuran yang bersangkutan. (Saifuddin, 2019)


Tabel 3. 3

Pedoman Interpretasi Uncorrected Correlation Coefficients dalam Studi

Validitas Prediktif

Koefisien Validitas Interpretasi


> 0,35 Sangat Berguna
0,21 – 0,35 Dapat Berguna
0,11 – 0, 20 Tergantung Keadaan
< 0,11 Tidak Berguna

Dalam hal ini dinyatakannya bahwa koefisien yang berkisar antara 0,30 sampai

dengan 0,50 telah dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap efisiensi suatu
(Sjarlis & Salim Sultan, n.d.)
lembaga pelatihan. Permasalahan yang sering muncul

dalam uji validitas antara lain:

1. Validitas skor adalah permasalahan sejauhmana validitas skor yang dihasilkan test

bukan masalah apakah skor tes valid atau tidak valid.

2. Signifikansi korelasi berkaitan langsung dengan ukuran sampel, dengan sampel

berukuran besar koefisien yang sangat kecilpun akan dapat dinyatakan signifikan.

3. Komputasi koefisien validitas sebagai estimasi terhadap validitas hasil ukur tidak

sama dengan pengujian hipotesis nihil mengenai hubungan skor test dan skor

kriteria yang menanggung resiko resiko error tipe I tertentu.

4. Besarnya koefisien validitas akan berubah dari sampel ke sampel (group-


dependent) sehingga label validitas bersifat spesifik untuk sampel masing-masing,

bukan bersifat umum untuk instrumennya. (Saifuddin, 2019).

3.6.2 Uji Reabilitas

Reabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability. Suatu pengukuran yang

mampu menghasilkan data yang memiliki tingkat reabilitas tinggi disebut sebagai

pengukuran yang reliable. Walaupun istilah reabilitas mempunyai berbagai nama lain

seperti seperti konsistensi, keterandalan, keterpercayaan, kestabilan, keajegan, dan

sebagainya, namun gagasan pokok yang terkandung dalam konsep reabilitas adalah

sejauhmana hasil suatu proses pengukuran dapat dipercaya.

Konsep reabilitas dalam arti reabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah

eror pengukuran (error of measurement). Eror pengukuran sendiri menunjuk pada

sejauhmana inkonsistensi hasil ukur terjadi apabila pengukuran dilakukan ulang pada

kelompok subjek yang sama. Konsep reabilitas dalam arti reabilitas hasil ukur erat

berkaitan dengan eror dalam pengambilan sampel subjek (sampling error) yang

mengacu kepada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran yang dilakukan ulang

pada kelompok sampel subjek yang berbeda dari suatu populasi yang sama. Berkaitan

dengan hal itu, Thompson (1999) mengatakan bahwa hal yang paling penting untuk

difahami adalah bahwa estimasi terhadap reabilitas merupakan fungsi dari skor yang

diperoleh dari tes, bukanlah fungsi dari tesnya itu sendiri. (Saifuddin, 2019).

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Penggunaan statistic parametris, bekerja dengan asumsi bahwa data setiap


variable penelitian yang akan dianalisis membentuk distribusi normal. Bila data tidak

normal, maka teknis statistic parametris tidak dapat digunakan untuk alat analisis.

Sebagai gantinya digunakan teknik statistic lain yang tidak harus berasumsi bahwa

data berdistribusi normal. Teknik analisis itu adalah statistic nonparametris.

(Sugiyono, 2017)

2. Uji Multikolinieritas
Istilah multikolinearitas diperkenalkan pertama kali oleh Ragnar Frisch pada

tahun 1934. Menurut Frisch dalam buku (Maddala, 2001) suatu model regresi

dikatakan terkena masalah multikolinearitas bila terjadi hubungan linear yang

sempurna atau mendekati sempurna diantara beberapa atau semua variable bebasnya.

Akibatnya model tersebut akan mengalami kesulitan untuk melihat pengaruh variable

bebas terhadap variable terikatnya.

Menurut (Gujarati, 2003) penggunaan uji multikolinearitas bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya satu atau lebih variable bebas mempunyai hubungan dengan

variable bebas lainnya. Ada rules of thumb bahwa suatu model mengandung masalah

multikolinearitas apabila model tersebut memiliki R2 tinggi (misalnya di atas 0,8),

tetapi tingkat signifikan variable-variabel penjelasnya berdasarkan uji t statistic yang

sedikit.

Cara yang paling mudah untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah

menghilangkan/men-drop salah satu variable yang memiliki korelasi tinggi dalam

model regresi. Cara lain bisa dengan menambah data penelitian, cara ini

bermanfaat jika masalah multikolinearitas akibat kesalahan sampel. Selanjutnya cara

ketiga untuk menghilangkan masalah multikolinearitas adalah nilai variable yang


digunakan mundur satu tahun. (Erwan & Dyah, 2017).

3. Uji heteroskedastisitas
Suatu model regresi mengandung masalah heterokedastisitas artinya varian

variable dalam model tersebut tidak konstan. Akibat adanya masalah heterokedastisitas

ini adalah varian penaksirnya tidak minimum sehingga penaksir/estimor dalam model

regresi menjadi tidak efisien.

Salah satu cara untuk menghilangkan masalah heterokedastisitas adalah

mentransformasi nilai variable menjadi bentuk logaritma. (Erwan & Dyah, 2017).

3.7 Teknik Analisis Data


Analisis data dapat dikatakan sebagai proses memanipulasi data hasil penelitian

sehingga data tersebut dapat menjawab pertanyaan penelitian. (Erwan & Dyah,

2017).Pemakaian alat-alat analisis akan sangat tergantung pada apakah variable-

variabel penelitian bersifat ketergantungan (jelas mana variable dependen dan

independen) atau saling berketergantungan (tidak memerhatikan mana yang variable

dependen dan independen). Adapun metode yang digunakan dalam menganalisis data

dan menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah:

3.7.1 Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis ini dilakukan untuk meneliti apakah ada hubungan sebab akibat antara

variable atau meneliti seberapa besar pengaruh akuntabilitas dan transparansi terhadap

efektivitas pengelolaan alokasi dana desa. Adapun rumus yang digunakan dalam

regresi linear berganda yaitu:


Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan:
Y = Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa
(variable dependen/terikat)
a = Intersep/Bilangan
Konstanta b = Koefisien Variable X
X1 = Akuntabilitas (variable
independen/bebas) X2= Transparansi (variable
independen/bebas).
e = Kesalahan Regresi (error) (Erwan & Diyah, 2017).

3.7.2 Uji Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu

masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya)

sehingga harus diuji secara empiris. (Erwan & Dyah, 2017).

3.7.3 Uji T (Parsial)

Uji terhadap nilai statistic t merupakan uji signifikansi parameter individual.

Nilai statistic t menunjukkan seberapa jauh pengaruh variable independen secara

individual terhadap variable dependennya. Uji terhadap nilai statistic t juga disebut uji

parsial yang berupa koefisien regresi. Kita dapat melakukan uji ini dengan mudah

dan singkat sesuai SPSS. Pertama, kita harus merumuskan hipotesis nol yang

hendak diuji, yaitu:

Ho : β = 0, artinya variable independen bukan merupakan penjelas

variable dependen.

Ha : β = 0, artinya variable independen merupakan penjelas variable


dependen.
Jika nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut) maka Ho bditolak dan Ha

diterima. Artinya bahwa variable independen secara individual merupakan penjelas

variable dependen. (Erwan & Dyah, 2017:)

3.7.4 Uji F (Simultan)


Nilai statistic F menunjukkan apakah semua variable independen yang

dimasukkan dalam persamaan/modal regresi secara bersamaan berpengaruh terhadap

variable dependen. Nilai statistic F juga dapat dilihat dari output regresi yang

dihasilkan oleh SPSS. Seperti uji nilai statistic t, kita hendaknya merumuskan uji

hipotesis nol untuk uji nilai statistic F, yaitu:

Ho : β = 0, artinya semua variable independen bukan merupakan


penjelas variable dependen.
Ha : β ≠ 0, artinya semua variable independen secara simultan merupakan

penjelas yang signifikan terhadap variable dependen.

Jika nilai statistic F lebih besar dari 4 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Semua

variable independen yang dimasukkan dalam persamaan/model regresi secara

bersamaan berpengaruh terhadap variable dependen. (Erwan & Dyah, 2017).

3.7.5 Uji Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi yang sering disimbolkan dengan “R2” pada prinsipnya

mengukur seberapa besar kemampuan model menjelaskan variasi variable dependen.

Jadi koefisien determinasi sebenarnya mengukur besarnya persentase pengaruh semua

variable independen dalam model regresi terhadap variable dependennya.

Besarnya nilai koefisien determinasi berupa persentase, yang menunjukkan

persentase variasi nilai variable dependen yang dapat dijelaskan oleh model regresi.
Apabila nilai koefisien determinasi dalam model regresi semakin kecil (mendekati nol)

berarti semakin kecil pengaruh semua variable independen terhadap variable

dependennya. Atau dengan kata lain, nila R2 yang kecil berarti kemampuan semua

variable independen dalam menjelaskan variable dependen sangat terbatas. Sebaliknya,

apabila nilai R2 semakin mendekati 100% berarti semua variable independen dalam

model memberikan hampir semua informasi yang diperlukan untuk memprediksi

variable dependennya atau semakin besar pengaruh semua variable independen

terhadap variable dependen. Misalnya nilai R2 = 0,85, artinya bahwa variasi nilai Y

yang dapat dijelaskan oleh model regresi adalah 85% dan selebihnya atau sebesar

15%, variasi variable Y dipengaruhi oleh variable lain di luar model regresi. (Erwan

& Dyah, 2017).


Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai