Anda di halaman 1dari 17

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 23%

Date: Sunday, October 10, 2021


Statistics: 1081 words Plagiarized / 4647 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyelenggaraan pemerintahan yang baik


merupakan prasyarat terpenting bagi terwujudnya aspirasi rakyat demi tercapainya
tujuan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika good
governance menjadi pertanda tercapainya demokratisasi sebagai upaya mengembalikan
kedaulatan rakyat. Dalam konteks ini, perlu dikembangkan dan dilaksanakan sistem
pertanggungjawaban dan transparansi yang tepat, jelas dan nyata sehingga
penyelenggaraan dan pembangunan negara dapat dilaksanakan secara efisien, berhasil
dan bersih, bertanggung jawab dan bebas dari praktik korupsi, kolusi. dan nepotisme
(Apriliani, 2014).

Pemerintah daerah menurut undang-undang nomor 32 tahun 2004 adalah hak,


kewenangan, dan kewajiban daerah otonom untuk menyelenggarakan dan mengurus
sendiri kegiatan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
ketentuan undang-undang. Dalam hal ini pemerintah memberikan hak, kewewenang
dan kewajiban kepada setiap daerah agar mampu mengelola apa yang dimiliki oleh
daerah tersebut untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (romantis, 2015).
Selanjutnya, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Ketentuan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa. Pemerintah daerah memiliki kontrol lebih besar atas pengelolaan
wilayahnya.

Salah satu bentuk kepentingan negara dalam pembangunan pedesaan adalah


pemerintah menyediakan dana desa bagi desa dalam APBN untuk pendapatan dan
belanja setiap tahun anggaran, yang ditransfer untuk pembangunan desa dalam bentuk
dana desa melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota.
Desa merupakan unit terpenting dalam proses pembangunan setiap negara dan negara.
Hal ini menjadikan desa sangat strategis sebagai basis penyelenggaraan pelayanan
publik dan pelaksanaan hak-hak publik oleh masyarakat setempat. Selain itu, desa
menjadi ruang politik terdekat bagi hubungan masyarakat dengan penguasa (pejabat
desa).

Sukasmanto dalam Sumpeno (2011) mendefinisikan akuntabilitas dalam pemerintahan


desa sebagai kemampuan perangkat desa untuk bertanggung jawab atas kegiatan yang
berhubungan dengan pemerintahan dan pembangunan desa. Isu akuntabilitas yang
dimaksud terkait dengan masalah keuangan APBDes, yang mencakup alokasi keuangan
desa sebagai salah satu komponennya. Akuntabilitas mencakup lebih dari sekadar
kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan saat ini. Akuntabilitas, di sisi lain,
memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan bijak, efisien, efektif, dan hemat
biaya.

Tata kelola pemerintahan dan administrasi bisnis harus fokus pada tujuan utama
akuntabilitas, sehingga setiap pengelola dapat menyampaikan tanggung jawab
keuangan dengan menyusun laporan keuangan. Kabupaten Sintang merupakan salah
satu contoh daerah otonom Kalimantan Barat yang dalam beberapa tahun terakhir terus
bertransformasi menjadi daerah yang mandiri dan berkembang pesat. Meningkatnya
rencana pembangunan di berbagai daerah menunjukkan bahwa tanggung jawab
pengelolaan keuangan di Kabupaten Sintang juga semakin meningkat, menjunjung
tinggi cita-cita akuntabilitas, partisipasi, dan transparansi.

Desa Merpak merupakan desa di wilayah Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang.
Secara geografis Desa Merpak terletak dibawah kaki Bukit Kelam dan memiliki 1.215
penduduk, dan terbagi atas 5 Dusun yaitu, Dusun Merpak, Dusun Batu Raya, Dusun
Lawang Kuari, Dusun Sabang Laja, dan Dusun Luit Jaya. Pada Tahun 2020 Desa Merpak
mempunyai jumlah dana Desa Sebesar Rp.1.146.325.800 yang mana anggaran tersebut
bersumber dari dana APBN. Adapun anggaran yang dialokasikan di sektor :
Penyelenggaraan Pemerintah Desa, Pelaksanaan Pembangunan, Pengembangan
Masyarakat, Pemberdayaan Masyarakat, Tak Terdua/Darurat.

Sejak digulirkanya Dana Desa (DD) di Desa Merpak yang tampak dari pengelolaan Dana
Desa (DD) yaitu pada pembangunan fisik, seperti pembangunan jalan, dan penerangan
Lampu jalan umum. Pada tahun 2020 penggunaan dan desa di Desa Merpak Kecamatan
Kelam Permai digunakan untuk 3 program kegiatan seperti pembangunan, pembinaan
dan pemberdayaan. Akibatnya, pelaksanaan pemerintahan desa memerlukan
akuntabilitas atau akuntabilitas pengelolaan APBDes, dan pengalokasian uang desa
merupakan salah satu bentuk desentralisasi untuk mewujudkan pemerintahan yang
efektif.

Sebagai hasil dari otonomi desa, tata pemerintahan yang baik dan gagasan tanggung
jawab diterapkan di tingkat desa. Peneliti memilih tahun 2020 karena proses
pengelolaan Dana Desa di Desa Merpak Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang
masih belum efisien pada tahun 2020, kurangnya pelatihan bagi yang terlibat langsung
dalam pengelolaan Dana Desa, dan banyaknya dana yang dialokasikan meningkat.
Selain itu, dipilihnya periode penelitian pada tahun 2020 untuk memperoleh data yang
lebih update.

Penelitian yang dilakukan di Desa Merpak Kecamatan Kelam Permai Kabupaten sintang
difokuskan pada penerapan prinsip akuntabilitas yang dilakukan oleh tim pelaksana
yang di bentuk Perangkat Desa Merpak, karena Menurut salah satu kaur keuangan Desa
Merpak, fenomena yang terjadi setelah diterapkan UU Desa tentang pengelolaan
keuangan desa bahwa di desa tersebut SDM nya relatif rendah sehingga sangat susah
diterapkan karena membutuhkan pelatihan yang memakan waktu cukup lama karena
perangkat desa sangat banyak mulai dari kaur keuangan, kaur tata usaha & umum, kaur
perencanaan, kasi pelayanan, kasi pemerintahan dan kasi kesejahteraan oleh karena
itulah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses penerapannya. Sedangkan
peraturan selalu berubah setiap tahunnya.

Peraturan desa dari Permendagri berubah-ubah dalam jangka waktu yang singkat
sehingga dalam penerapan UU ini tidak berjalan secara efektif dan efisien. Sistem
perencanaan dalam pembangunan desa tidak terlepas dari perencanaan pembangunan
kabupaten/kota agar perencanaan yang telah dibuat dapat selaras dan berjalan dengan
baik dan tepat sasaran. Oleh karena itu, pelaksanaan pembangunan desa harus sejalan
dengan rencana tim pelaksana, dan penduduk desa berhak mengetahui dan memantau
kegiatan pembangunan desa.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “


Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Dana Desa Merpak Kecamatan Kelam Permai
Kabupaten Sintang ”. penelitian tersebut di anggap penting karena Desa Merpak
memiliki potensi daerah yang bagus yang dapat menunjang pendapatan asli desa
sehingga dirasa perlu transparansi dana. Rumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut di
atas, maka masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah bagaimana
akuntabilitas pengelolaan keuangan Dana Desa di Desa Merpak Kecamatan Kelam
Permai Kabupaten Sintang? Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang
akan dipecahkan maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
akuntabilitas pengelolaan keuangan Dana Desa di Desa Merpak Kecamatan Kelam
Permai Kabupaten Sintang.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membawa
manfaat bagi beberapa pihak, antara lain: Bagi Peneliti Bagi peneliti Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memperdalam pengetahuan tentang tanggung jawab pengelolaan
Dana Desa. Bagi Akademisi Bagi akademisi Hasil penelitian ini hendaknya memberikan
tambahan pengetahuan untuk kemajuan studi dan dapat dijadikan sebagai tolak ukur
atau benchmark untuk penelitian selanjutnya. Bagi Instansi yang bersangkutan Sebagai
kontribusi kepada pemerintah kabupaten khususnya desa Merpak Kecapatan Kelam
Permai dalam meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Dan Kajian Empiris Otonomi Daerah
Otonomi daerah mengacu pada kemampuan dan kewajiban daerah otonom untuk
mengendalikan dan menyelenggarakan peraturan perundang-undangannya sendiri.
Kemandirian daerah untuk menjalankan kewenangan pemerintahan di daerah-daerah
tertentu yang keberadaan dan kebutuhannya nyata, serta untuk berkembang, hidup,
dan berkembang di daerahnya, itulah yang dimaksud dengan otonomi yang
sesungguhnya. Otonomi yang bertanggung jawab diartikan sebagai tercapainya
peningkatan tanggung jawab sebagai akibat pemberian hak dan wewenang daerah
berupa tugas-tugas tanggung jawab yang harus diselesaikan oleh daerah dalam rangka
mencapai tujuannya.

Meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, mengembangkan kehidupan


demokrasi, keadilan, dan kewajaran, serta memelihara keharmonisan hubungan antara
Pusat dan daerah, serta antar daerah, dengan tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tetap memiliki otonomi yang luas, artinya kepala daerah mempunyai
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
pemerintahan sendiri dan kepentingan masyarakat lokal dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Selain itu, daerah juga memiliki keleluasaan untuk menyelenggarakan urusan


pemerintahan yang dilimpahkan dalam rangka pembentukan daerah dan dalam rangka
pemberian otonomi, khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,
sesuai dengan potensi dan kekhasan masing-masing daerah. Asas otonomi daerah yang
sebenarnya adalah tugas, wewenang dan kewajiban untuk mengatur urusan
pemerintahan yang telah ada dan berpotensi untuk tumbuh dan berkembang sesuai
dengan potensi dan karakteristik masing-masing daerah.

Oleh karena itu, isi dan sifat otonomi daerah setiap daerah tidak selalu sama dengan
daerah lain. Otonomi yang bertanggung jawab, bagaimanapun, adalah otonomi, dan
pelaksanaannya harus melayani tujuan pemberian otonomi. Tujuan otonomi pada
hakikatnya adalah untuk memperkuat daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat. (Rozali, 2005: 5). Otonomi daerah diharapkan sebagai wujud penerapan prinsip
desentralisasi dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, karena
kewenangan yang diberikan kepada daerah melalui otonomi daerah akan memberikan
“kebebasan” kepada daerah.

Dalam melakukan berbagai tindakan sesuai dengan kondisi dan keinginan masyarakat
di daerah tersebut. Anggaran tersebut disebabkan karena secara logika pemerintah
daerah lebih dekat dengan masyarakat sehingga lebih mengetahui apa kebutuhan dan
keinginan masyarakat. (Sakinah, 2013: 1). Pengertian Desa Desa merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dan penting dari masyarakat. Pentingnya desa ini telah banyak
dikemukakan oleh para ahli yang telah mengemukakan pendapatnya.Oleh karena itu,
keberadaan desa termasuk pemerintah tidak boleh dianggap remeh karena pentingnya
keberadaan desa. Menurut Sutardjo Kartodikusumo, desa adalah suatu badan hukum
dan masyarakat tempat masyarakat itu berada berhak atas pemerintahannya sendiri.

Sedangkan menurut Saniyanti Nurmuharimah, desa adalah suatu wilayah dimana


masyarakatnya hidup dengan sistem pemerintahannya sendiri. . Menurut R. Bintarto,
desa adalah perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan budaya
yang ada di suatu wilayah dalam hubungan timbal balik dan pengaruh dengan wilayah
lain. Pendapat R. Bintarto mencakup berbagai aspek ekonomi, politik dan budaya. Dan
menurut Paul H.

Landis memberikan definisi yang lebih lengkap tentang desa dengan ciri-ciri yang
melekat pada masyarakatnya, desa memiliki ciri kehidupan sosial yang dikenal ribuan
jiwa, ada keterkaitan perasaan yang sama tentang suku bangsa, kebiasaan, dan
berusaha adalah agraris yang paling umum sangat dipengaruhi oleh lingkungan alam
seperti iklim, kondisi alam, sumber daya alam sementara pekerjaan yang bukan agraris
adalah pekerjaan sampingan. sementara itu menurut Undang Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa, yang dimaksud dengan desa ialah desa serta desa norma/hukum
atau yang disebut menggunakan nama lain, selanjutnya dianggap desa, ialah kesatuan
rakyat aturan yang mempunyai batas daerah yang berwenang untuk mengatur urusan
pemerintahan, Kepentingan penduduk lokal bermula dari pandangan dan gagasan baru
tentang hak-hak masyarakat, masyarakat hukum adat, atau hak tradisional, yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah desa adalah lembaga pengelola urusan pemerintahan dan kepentingan
penduduk setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah Desa merupakan kepala desa atau yg dianggap dengan nama lain dan
dibantu oleh perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah Desa. Badan
Permusyawaratan Desa ialah forum perwujudan dalam demokrasi penyelenggaraan
pemerintah desa. Anggota BadanPermusyawaratan Desa ialah wakil berasal penduduk
desa bersangkutan sesuai dengan keterwakilan wilayah tersebut. Anggota Badan
Permusyawaratan Desa terdiri dari ketua RW, ketua adat, golongan profesi, pemuka
agama atau tokoh masyarakat lainnya. Dana Desa Menurut UU No.

6 Tahun 2014 Dana desa adalah dana yang berasal dari anggaran pendapatan dan
belanja negara untuk desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja
daerah APBN, yang diperuntukkan bagi yang ditransfer melalui APBD kabupaten atau
kota dan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
digunakan oleh pengembangan masyarakat. Dana desa merupakan salah satu aspek
terpenting dalam peraturan perundang-undangan desa, anggaran dihitung berdasarkan
jumlah desa, jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan pemerataan
pembangunan desa.

Karena persoalan yang begitu krusial, para senator berpendapat bahwa


penyelenggaraan pemerintahan desa memerlukan pembinaan dan pengawasan,
terutama pelaksanaan kegiatan desa. Anggaran dana desa atau ADD adalah bagian
keuangan yang diperoleh dari pembagian pajak dan bagian dari perimbangan keuangan
pusat dan daerah yang diterima kabupaten. Sumber pendapatan seluruh desa
digunakan untuk menandai semua kewenangan desa yang bertanggung jawab. Dana
tersebut akan digunakan untuk menandai pelaksanaan pemerintahan desa termasuk
pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Oleh karena itu, pendapatan APBN juga digunakan untuk menandai kewenangan ini.
Menurut undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa, mereka berhak mengatur
dan mengurus kekuasaannya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas desa. Artinya dana
desa digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan kebutuhan dan prioritas dana
desa, namun karena dana desa berasal dari belanja pusat, untuk mengoptimalkan
penggunaan dana desa untuk mendukung program pembangunan. Pemberdayaan
masyarakat. Mengutamakan pengeluaran dana desa tetap sejalan dengan kewajiban
yang dibebankan oleh desa.

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 72 ayat (1)
mengenai sumber pendapatan desa disebutkan “Anggaran Dana Desa yang merupakan
bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota”. Selanjutnya pada ayat
(4) pasal yang disebutkan adalah “Anggaran Dana Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana yang diterima setiap
kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana
alokasi khusus”.

Rencana keuangan tahunan desa dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa
dan dewan desa sesuai dengan peraturan desa, dan sesuai Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang
selanjutnya disingkat APBDES. Dana desa dikelola secara tertib, menghormati ketentuan
peraturan perundang-undangan, efektif, ekonomis, efisien, transparan dan akuntabel,
memperhatikan semangat keadilan dan pengambilan keputusan, mengutamakan
kepentingan desa. Pemerintah mendanai desa-desa di seluruh negeri dalam APBN
tahunan. Sumber dana desa berasal dari belanja pemerintah yang menjadikan program
desa lebih efisien dan merata.

Dana desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 60


Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dialihkan ke APBDES oleh APBD Kabupaten/Kota. Dana tiap kabupaten/kota
desa, serta rata-rata dana desa tiap provinsi. Dana desa rata-rata setiap provinsi
didistribusikan berdasarkan jumlah desa di provinsi tersebut, serta jumlah penduduk
kabupaten/kota dan luas wilayah kabupaten/kota di provinsi tersebut.

Bupati/walikota menetapkan jumlah dana desa untuk setiap desa di wilayahnya


berdasarkan jumlah dana desa untuk setiap kabupaten/kota sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa yang bersumber dari
negara. Anggaran pendapatan dan belanja Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2014 tentang dana desa dari anggaran pendapatan dan belanja negara, jumlah
dana desa untuk setiap desa dihitung berdasarkan jumlah penduduk desa, persentase
rumah tangga miskin di desa, dan tingkat geografis.

Konsep Akuntabilitas Instruksi Presiden Republik Indonesia No 29 Tahun 2014 Tentang


Sistem Akuntabilitas Kinerja Lembaga Pemerintah merupakan rangkaian sistematis dari
bermacam aktivitas, perlengkapan serta prosedur yang dirancang dengan tujuan untuk
mengenali serta mengukur, mengumpulkan informasi, mengklasifikasikan, meringkas,
serta melaporkan kinerja di instansi pemerintah. Dalam suatu pemerintahan yang baik
salah satu perihal yang di syaratkan merupakan adanya/ terselenggaranya Good
Governance. Inpres tersebut mengharuskan setiap lembaga pemerintah, selaku bagian
dari administrasi publik, bertanggung jawab atas penerapan tugas pokok serta
peranannya, dan wewenang untuk mengelola sumber daya bersumber pada rencana
strategis yang ditetapkan oleh tiap- tiap. organisasi. Akuntabilitas berupa laporan yang
disampaikan kepada atasan, pengawas dan akuntan, dan akhirnya akan disampaikan
kepada presiden sebagai kepala pemerintahan.
Laporan tersebut menggambarkan kinerja instansi pemerintah yang besangkutan
melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). PP No. 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah menyatakan bahwa
akuntabilitas merupakan wujud tanggung jawab pelaksanaan organisasi terhadap
keberhasilan program dan kegiatan yang diamanatkan oleh pemangku kepentingan
untuk mencapai misi organisasi secara berkala, dengan sasaran kinerja yang ditetapkan
melalui laporan kinerja organisasi secara berkala.

Menurut Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan


Pembangunan RI dalam Subroto (2009) akuntabilitas adalah Kebutuhan untuk
memberikan pertanggungjawaban atau menjelaskan kegiatan dan pimpinan
seseorang/kinerja kepada pihak-pihak yang berhak atau diperbolehkan untuk meminta
pertanggungjawaban. Akuntabilitas diperlukan untuk mempertahankan nilai-nilai seperti
efisiensi, efektivitas, ketergantungan, dan profitabilitas. Akuntabilitas tidak abstrak tetapi
konkret, dan harus ditentukan oleh undang-undang melalui serangkaian prosedur yang
sangat khusus yang harus diikuti untuk mengevaluasi masalah tertentu.

Menurut Sulistiyanti dalam Subroto (2009), dua kata kunci good governance dan
corporate governance adalah transparansi dan akuntabilitas, dan bahwa dalam hal
akuntabilitas, ada kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan semua kegiatan,
khususnya di bidang pengelolaan keuangan, kepada otoritas yang lebih tinggi. Para
pihak akuntabilitas dapat dicapai dengan memberikan akses kepada semua pihak yang
berkepentingan, bertanya atau menuntut akuntabilitas dari pengambil keputusan dan
pelaksana program, daerah dan masyarakat Dalam hal ini, semua kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan Alokasi Dana Desa harus dapat diakses oleh semua
kalangan yang tidak berkepentingan, terutama masyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya.

Menurut Mardiasmo dalam Arifiyanto dan Kurrohman (2014), ada tiga prinsip utama
yang mendukung pengelolaan keuangan daerah, yaitu: Prinsip Keterbukaan dan
Transparansi Transparansi di sini berarti Warga memiliki hak dan akses yang sama
terhadap proses petisi terkait harapan dan keinginan masyarakat, kehidupan. kebutuhan
banyak orang. Prinsip Akuntabilitas Akuntabilitas adalah asas pertanggungjawaban
publik, , yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan
dan pelaksanaan harus dilaporkan dan dilaporkan secara efektif kepada DPRD dan
masyarakat.

Publik tidak hanya berhak mengetahui anggaran, tetapi juga berhak bertanggung jawab
atas rencana atau pelaksanaan anggaran. Prinsip Value for Money Prinsip ini berarti
penerapan tiga prinsip utama dalam proses penganggaran, yaitu ekonomis, efisien dan
efektif. Ekonomis, yaitu pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan
kualitas tertentu dengan biaya rendah. Efisien adalah penggunaan sumber daya publik
untuk menghasilkan sesuatu yang maksimal atau berguna. Dan dapat disimpulkan
bahwa maksud atau tujuan kepentingan umum harus dicapai dengan membelanjakan
anggaran.

Mengingat pentingnya situasi keuangan ini, Kaho berpendapat dalam Subroto (2009)
bahwa pemerintah daerah tidak akan dapat menjalankan fungsinya secara efektif dan
efisien tanpa biaya yang cukup untuk menyediakan layanan dan pembangunan, dan
pendanaan ini merupakan salah satu kriteria dasar untuk mengetahui kapasitas lokal
yang sebenarnya untuk mengelola rumah tangga mereka sendiri. Aspek lain dalam
pengelolaan keaungan daerah adalah perubahan paradigma pengelolaan keuangan itu
sendiri, hal tersebut perlu dilakukan untuk menghasilkan anggarab daerah yang
benar-benar mencerminkan kepentingan dan harapan dari masyarakat daerah setempat
terhadap pengelolaan keangan daerah secara ekonomis, efisien, dan efektif.

Paradigma anggaran daerah yang dibutuhkan antara lain: APBD harus responsif
terhadap kepentingan umum; Anggaran daerah harus dikelola dengan hasil yang baik
dan biaya yang rendah; Anggaran daerah harus dapat memastikan transparansi dan
akuntabilitas yang tepat sepanjang siklus anggaran. Anggaran daerah harus dikelola
dengan pendekatan kinerja untuk semua jenis pengeluaran dan penerimaan; APBD
harus mampu mengembangkan profesionalisme kerja di setiap organisasi terkait;
Anggaran daerah harus dapat memberikan keleluasaan kepada pelaksana untuk
memaksimalkan pengelolaan dananya, dengan memperhatikan prinsip value for money
(Mardiasmo, 2002: 106). Kebijakan dan konteks pelaksanaannya sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan akuntabilitas Alokasi Dana Desa (ADD).

Namun dalam praktiknya, tergantung bagaimana pemerintah menyatukan dan


mendorong ADD dengan mendukung keberhasilan program tersebut. Setiap informasi
aktivitas fisik dengan ADD yang disampaikan/ditempelkan pada papan kegiatan di
lokasi kegiatan dilakukan untuk mendukung informasi yang jelas kepada masyarakat.
Untuk mencapai penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas, pemerintah desa
khususnya penanggung jawab ADD harus melaksanakan ADD sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. (2014) (Arifiyanto dan Kurrohman).

Pengelolaan Keuangan Desa Permendagri nomor 113 Tahun 2014 menyebutkan bahwa
pengelolaan keuangan desa meliputi segala kegiatan yang menyangkut perencanaan,
pengelolaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Pengelolaan
keuangan desa merupakan rangkaian siklus yang terintegrasi dan terintegrasi dari satu
tingkat ke tingkat lainnya. Keuangan desa harus dikelola secara transparan, akuntabel,
partisipasi, dan disiplin anggaran. Setiap desa wajib melaksanakan dan berpegang pada
keseluruhan dan prinsip pengelolaan keuangan desa agar penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan, dan penguatan
masyarakat desa dapat berjalan sesuai rencana dan terwujudnya visi desa dan
masyarakat yang sejahtera. Berikut Siklus pengelolaan desa digambarkan dalam
diagram di bawah ini. Gambar 2.1

Siklus Pengelolaan Keuangan Sumber : Permendagri Nomor 113 Tahun 2014


pengelolaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penggunaan sumber daya
secara efektif dan efisien. Pengelolaan keuangan mengacu pada penerimaan dana yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan. Pengelolaan keuangan
dimaksudkan sebagai salah satu fungsi pengelolaan keuangan. E. Mulyasa (2002)
menerangkan bahwa tugas pengelolaan keuangan dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
Financial Planning Perencanaan keuangan adalah kegiatan di mana semua sumber daya
yang tersedia dikoordinasikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara konsisten
tanpa menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Implementation
Implementation merupakan kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan
kemungkinan terjadi penyesuaian jika diperlukan.

Evaluation Evaluasi adalah proses mengevaluasi pencapaian tujuan. (administrator


livetranet, 2014). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 khusus untuk
organisasi nirlaba. Karakteristik organisasi nirlaba sangat berbeda dengan organisasi
nirlaba perusahaan. Perbedaannya terletak pada bagaimana organisasi mendapatkan
sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan berbagai kegiatan operasionalnya.
Iuran anggota dan kontribusi lainnya digunakan untuk mendanai organisasi, tanpa
mengharapkan imbalan dari organisasi.

Karena karakteristik tersebut, jenis transaksi tertentu terjadi di organisasi nirlaba yang
jarang atau tidak pernah terjadi di organisasi perusahaan seperti menerima sumbangan.
Bahkan jika organisasi nirlaba tidak dimiliki, ia memperoleh modal utang yang cukup
dan membiayai operasinya dengan pendapatan dari layanan yang disediakan untuk
publik. Akibatnya, bagi pengguna laporan keuangan organisasi, seperti kreditur dan
penyandang dana lainnya, mengukur ukuran, waktu, dan kepastian arus masuk dana
merupakan indikator kinerja utama.

(Ronny, 2011) Terdapat empat prinsip yang mendasar dalam pengelolaan keuangan
negara yang telah dirumuskan dalam 3 paket UU Bidang Keuangan Negara, yaitu:
Akuntabilitas berdasarkan hasil atau kinerja; Keterbukaan dalam setiap transaksi
pemerintah; Pemberdayaan manajer professional; Adanya Lembaga pemeriksa eksternal
yang kuat, professional, dan mandiri serta dihindarinya duplikasi dalam pelaksanaan
pemeriksaan. Berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014
tentang pengelolaan keuangan desa; menyatakan bahwa: Dana Desa adalah dana yang
ditransfer dari anggaran pendapatan dan belanja negara ke anggaran pendapatan dan
belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pengembangan masyarakat, dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di dalam Peraturan Menteri Dalam Negri Nomor
113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Pengelolaan keuangan Desa meliputi: Perencanaan Dana Desa Sekretaris desa


menyusun rancangan peraturan desa untuk tahun yang bersangkutan berdasarkan
PKDesa. Sekretaris desa menyampaikan rancangan peraturan desa tentang APBDesa
kepada kepala desa. Rancangan skema APBDesa desa sebagaimana dimaksud pada
alinea kedua disampaikan oleh kepala desa kepada Badan Musyawarah Desa untuk
dibahas dan disepakati bersama. Rancangan peraturan desa untuk anggaran desa
disepakati bersama sesuai dengan ayat (3) paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.

Pelaksanaan Dana Desa Semua pemasukan dan pengeluaran desa dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa diproses melalui rekening kas desa. Khusus untuk
desa yang belum memiliki layanan perbankan di wilayahnya, peraturannya ditetapkan
oleh pemerintah kabupaten/kota. Khusus untuk desa yang belum memiliki layanan
perbankan di wilayahnya, modalitasnya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
Penatausahaan Penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa. Bendahara desa wajib
mencatat semua pemasukan dan pengeluaran serta menutup pembukuan dengan tertib
pada setiap akhir bulan. Bendahara Desa wajib mempertanggungjawaban uang melalui
laporan pertanggungjawaban.

Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) di sampaikan setiap


bulan kepada Kepala Desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pelaporan
Dana Desa Pada bagian keempat laporan sesuai pasal 37 ayat 1, kepala desa
menyampaikan laporan kepada bupati/walikota atas pelaksanaan pelaksanaan APBDes
berupa: Laporan semester pertama ; dan Laporan semester akhir tahun. Ayat 2
menyatakan bahwa laporan semester pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a berupa realisasi APBDesa, termasuk laporan realisasi alokasi dana desa karena
alokasi dana desa bersifat termasuk dalam pendapatan desa dan APBD, ayat 3 membaca
laporan pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat 2.

ayat (1) huruf a disampaikan paling lambat akhir bulan Juli tahun berjalan, dan dalam
ayat 4 disebutkan bahwa laporan akhir semester tahun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b disampaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun berikutnya.
Pertanggungjawaban Dana Desa Setiap akhir tahun anggaran, kepala desa
menyampaikan kepada bupati/walikota laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBDesa. Pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicantumkan dalam laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2). Pelaporan realisasi pelaksanaan APBDes sebagaimana dimaksud pada ayat kedua
diatur dalam peraturan desa.

Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes


sebagaimana dimaksud pada alinea ketiga dilampiri dengan: Format laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes tahun berjalan; Format laporan
kepemilikan desa per 31 Desember tahun anggaran yang bersangkutan; dan Format
Laporan Program Pemerintah dan forman laporan Pemerintah Daerah yang masuk ke
desa. Kepala desa adalah pemegang kekuasaan untuk mengelola keuangan desa, yang
memiliki kekuasaan untuk menyelenggarakan pengelolaan keuangan desa.

Dalam Permendagri nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa;
pengelolaan keuangan desa dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai
tanggal 1 januari sampau 31 desember. Pemerintah desa bertanggung jawab atas
pengelolaan keuangan desa secara transparan, bertanggung jawab, partisipatif, tertib,
dan disiplin. Pengelolaan yang transparan berarti pengelolaan yang terbuka,
akuntabilitas berarti tanggung jawab hukum, dan partisipatif melibatkan masyarakat
dalam penyusunannya.

Keuangan desa harus dicatat dalam sistem akuntansi yang baik dan sesuai dengan
pedoman sistem akuntansi keuangan pemerintah (Nurcholis, 2011). Kekuasaan
pengelolaan keuangan pemerintah desa dipegang oleh kepala desa yang mewakili
pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan daerahnya sendiri. Oleh karena itu, kepala
desa berwenang untuk Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa;
Menetapkan pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa (PTPKD); Menetapkan
petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa; Menyetujui pengeluaran atas
kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa; dan Melakukan Tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa. Penelitian Terdahulu Gambar 2.2

Penelitian Terdahulu Peneliti _Judul Penelitian _Jenis Penelitian _Hasil Penelitian _ _Okta
Rosalinda LPD (2014) _Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Menunjang
Pembangunan Pedesaan (Studi Kasus; Desa Ploso Kerep, Kecamatan Sumobito,
Kabupaten Jombang) _Deskriptif Analitis _Tata kelola dana ADD masih belum terlihat,
terbukti dengan mekanisme perencanaan yang efektif tanpa waktu sebagai bentuk
perencanaan yang efektif karena tidak berfungsinya kelembagaan desa, rendahnya
partisipasi masyarakat karena dominasi kepala desa, dan adanya anggaran. pos dalam
pemanfaatan. sehingga tidak ada kesesuain dengan kebutuhan desa.
_ _Puteri Ainurrohma Romantis (2015) _Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa di
Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo Tahun 2014 _Deskriptif Kualitatif _Setelah
menerapkan prinsip partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas, akuntabilitas alokasi
dana desa (ADD) sudah baik baik secara teknis maupun administratif, namun tetap perlu
mendapat atau diberi pembinaan dari pemerintah kecamatan. _ _Arifiyanto (2014)
_Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember
Tahun 2012 _Deskriptif Kualitatif _Perencanaan program ADD di 10 desa di Kecamatan
Umbulsari secara bertahap telah menerapkan konsep pembangunan partisipatif
masyarakat desa, menerapkan prinsip partisipatif, responsif, dan transparan, serta
akuntabilitas teknis cukup baik.

_ _Thomas (2013) _Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Upaya Meningkatkan


Pembangunan di Desa Sebawang Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung Tahun
2010-2012 _Deskriptif Kualitatif _Pengelolaan belanja pegawai, operasional, dan publik,
serta pemberdayaan masyarakat. _ _ Kerangka Konseptual Kerangka Konseptual
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Dana Desa Tahun 2020 Di Desa Merpak Kecamatan
Kelam Permai Kabupaten Sintang dapat digambarkan dalam bagan kerangka
konseptual sebagaimana gambar berikut: Gambar 2.3

Kerangka Konseptual BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif
menurut Moleong (dalam Arifiyanto, 2014), adalah penelitian objektif dimana
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi
untuk pengumpulan data, pengolahan atau analisis data, pelaporan, dan pengambilan
data yang diperoleh. Penelitian kualitatif digunakan untuk lebih memahami fenomena
seperti perilaku, persepsi, dan motivasi, di antara topik-topik lainnya.

Penelitian ini akan mendeskripsikan realitas akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan


di Desa Merpak Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang. Objek yang diteliti dalam
penelitian ini adalah masyarakat yang berhubungan langsung dengan laporan keuangan
atau masyarakat di Desa Merpak, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang dan
Laporan Keuangan Desa Merpak. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu; Data Premier Data premier adalah data yang berasal dari
sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun
dalam bentuk file-file.

Data tersebut harus disediakan melalui sumber atau secara teknis penyedia informasi,
orang yang kami amati sebagai objek penyelidikan atau yang membantu kami
memperoleh informasi atau data. (Narimawati, 2008 : 98). Data primer dapat berupa
opini, hasil observasi, hasil penelitian baik secara individu maupun kelompok. Dalam
penelitian ini, data diperoleh dari koresponden dengan cara wawancara langsung
kepada pihak yang memang berkompetem dan memahami pengelolaan Dana Desa di
Desa Merpak kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Tahun 2020.

Data Sekunder Data sekunder adalah informasi yang diterima peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara atau langsung dari pihak ketiga dan
didokumentasikan oleh mereka. (Sugiono, 2008 : 402) Dalam penelitian ini, data
sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang terdapat di Desa Merpak terkait
dengan Dana Desa Tahun 2020. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut: Wawancara Wawancara adalah
metode pengumpulan informasi melalui survei yang mengajukan pertanyaan lisan
kepada orang-orang.

Wawancara dengan individu yang benar-benar kompeten dilakukan untuk


mendapatkan data yang lebih kuat dan valid yang tidak dicantumkan dalam dokumen.
Pertanyaan terbuka digunakan dalam wawancara, dan alat perekam digunakan untuk
memudahkan penulis menulis kesimpulan wawancara agar data yang dikumpulkan lebih
akurat, dan akan lebih mudah untuk mencatatnya dalam laporan penelitian.
Dokumentasi Teknik Dokumentasi adalah proses sistematis yang dimulai dengan
pengumpulan, analisis, dan pengelolaan data, sehingga menghasilkan kumpulan
dokumen yang berisi informasi tentang hal-hal yang mendukung kegiatan yang sedang
berlangsung.

Dokumentasi menciptakan berbagai jenis dokumen dan tergantung pada kebutuhan


masing-masing pihak yang melakukan proses dokumentasi. Dokumen dapat dijadikan
sebagai alat kontrol utama atau bukti kuat untuk membuktikan kebenaran hasil
wawancara (Sanjaya, 2013 : 74). Observasi Menurut Sanusi (2011: 77), observasi adalah
kegiatan yang dilakukan secara langsung untuk melihat kondisi subjek sehingga peneliti
dapat mengumpulkan data yang sesuai dengan tujuan studi kasus.

Kuisioner Kuesioner adalah kegiatan tanya jawab secara tidak langsung dalam bentuk
tertulis yang berisi pertanyaan tentang pengelolaan keuangan desa yang diketahui oleh
perangkat desa. Studi Keperpustakaan Studi Keperpustakaan mempelajari data-data
dari literatur, buku-buku dan menggunakan fasilitas internet untuk mencari data-data
yang berhubungan dengan pokok bahasan penelitian. Lokasi Penelitian Lokasi
penelitian untuk Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa ini adalah di Desa Merpak
Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang tahun 2020.

Teknik Analisa Data Guna menganalisis data yang telah didapatkan, maka peneliti akan
menggunakan Peraturan Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pedoman
pengelolaan keuangan desa dan wawancara serta kuisioner sebagai alat analisis yang
saat ini dianggap paling tepat dalam menggambarkan hasil penelitian ini.

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% - www.teorieno.com › 2016 › 06
<1% - ithadamaa.blogspot.com › 2015 › 11
<1% - repository.unsoed.ac.id › 5406
<1% - www.academia.edu › 7887327
<1% - www.academia.edu › 8856734 › PERATURAN_PEMERINTAH
<1% - www.bpkp.go.id › unit › sakd
<1% - www.academia.edu › 39068464
<1% - kalbar.bpk.go.id › wp-content › uploads
<1% - www.academia.edu › 28382748 › Makalah_Tata
<1% - eprints.umm.ac.id › 41643 › 3
<1% - www.materibelajar.id › 2015 › 12
<1% - pkpmiiarrosyid.blogspot.com › 2008 › 08
<1% - sinta.unud.ac.id › uploads › wisuda
<1% - tugas-akuntansi.blogspot.com › 2011 › 12
<1% - alexanderwisnu.wordpress.com › sesi-4 › materi-iii
<1% - www.jogloabang.com › pustaka › uu-23-2014
<1% - rendratopan.com › 2018/12/09 › negara-kesatuan
<1% - repository.uksw.edu › bitstream › 123456789/1372/8
<1% - infokitauntukkita.blogspot.com › 2014 › 04
<1% - www.novriadi.com › definisi-otonomi-daerah
<1% - milapurnamasari123.blogspot.com › 2017
<1% - journal.uin-alauddin.ac.id › index › jpp
<1% - www.berdesa.com › definisi-desa-menurut-berbagai-ahli
<1% - www.rujukanedukasi.com › pengertian-desa
<1% - desagembongangedeg.wordpress.com › 2011/10/20 › bab
<1% - www.seputarpengetahuan.co.id › 2020 › 09
<1% - alfisahruls.wordpress.com › 2019/11/19 › masyarakat
<1% - papuabarat.bpk.go.id › wp-content › uploads
<1% - scholar.unand.ac.id › 26191 › 2
<1% - www.academia.edu › 15334540
<1% - www.folderdesa.com › pengertian-pemerintahan-desa
<1% - desasenting.blogspot.com › p › blog-page_89
<1% - www.berdesa.com › penjelasan-tentang-pengertian
<1% - jurnal.widyagama.ac.id › index › cebi
1% - eprints.umm.ac.id › 41799 › 3
<1% - www.djpk.kemenkeu.go.id › RPP_Dana_Desa_1
<1% - ojs.stkip-ypup.ac.id › index › SA
<1% - repository.untag-sby.ac.id › 275 › 2
<1% - eprints.umpo.ac.id › 2660/2/2 BAB 1
<1% - bluncengblendus.blogspot.com › 2014 › 12
<1% - gucialit-gucialit.lumajangkab.go.id › index
<1% - www.searchexceed.com › sumber-dana-desa
<1% - peraturan.bpk.go.id › Home › Details
<1% - berkas.dpr.go.id › puskajianggaran › kamus
<1% - www.dpr.go.id › doksetjen › dokumen
<1% - rendratopan.com › 2019/07/20 › peraturan-pemerintah
<1% - www.pt-jayapura.go.id › link › PERPRES_29_Tahun_2014
<1% - www.academia.edu › 17798195 › Manajemen_Strategi
<1% - jurnalfina.blogspot.com › 2016 › 12
<1% - pemerintah.net › sistem-akuntabilitas-kinerja
<1% - eprints.umpo.ac.id › 5716 › 3
<1% - theorykeuangandaerah.blogspot.com › 2015 › 12
<1% - konsultasiskripsi.com › tag › judul-akutansi
<1% - jurnal.stieama.ac.id › index › ama
1% - www.coursehero.com › file › 72435101
<1% - jurnal.um-palembang.ac.id › index › balance
<1% - jimfeb.ub.ac.id › index › jimfeb
<1% - www.academia.edu › 37866935
1% - core.ac.uk › download › pdf
<1% - www.coursehero.com › file › phae8u
<1% - digilib.uinsby.ac.id › 33110 › 1
<1% - ejournal.polbeng.ac.id › index › iakp
<1% - proceeding.unindra.ac.id › index › dispanas2018
<1% - www.academia.edu › Naskah_Akademik_Keuangan_Desa
<1% - www.academia.edu › 7478309 › Tulusmono_Manajemen
<1% - www.slideshare.net › cewuyrahmawati › pengelolaan
<1% - info-bimtek.pusdiklatpemendagri.com › implementasi
<1% - journal.iainkudus.ac.id › index › Bisnis
<1% - www.academia.edu › 15603851
<1% - www.jogloabang.com › desa › permendagri-20-2018
<1% - tempdata.iaiglobal.or.id › files › Doddy Setiadi_PEDOMAN
<1% - www.keuangandesa.info › 2015 › 11
<1% - news.ddtc.co.id › pelaksanaan-pemotongan-dan-atau
<1% - marianostefa.blogspot.com › 2017 › 03
1% - www.academia.edu › 28382109
<1% - ntb.bpk.go.id › 10 › Perbup-no
<1% - dinaspmd.kalselprov.go.id › 2017 › 12
<1% - www.keuangandesa.info › 2018 › 05
<1% - wonokerto-karangtengah.desa.id › 2020/01/04 › laporan
<1% - www.academia.edu › 33187274
<1% - www.jogloabang.com › pustaka › permendagri-113-2014
<1% - jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id › index › jira
<1% - gorontalo.bpk.go.id › wp-content › uploads
<1% - djpk.depkeu.go.id › wp-content › uploads
<1% - eprints.umm.ac.id › 45110
<1% - www.kompasiana.com › ayuningtyassuciani › 5692b102b
<1% - text-id.123dok.com › document › nzw3r01y
<1% - idtesis.com › contoh-tesis-akuntabilitas-pengeloa
<1% - 123dok.com › document › 8ydje9ly-akuntabilitas
<1% - www.ejournal.pin.or.id › site › wp-content
<1% - repository.uksw.edu › bitstream › 123456789/11804/3
<1% - digilib.uinsgd.ac.id › 3640/6/6_bab3
<1% - digilib.uinsby.ac.id › 11284 › 8
<1% - www.skripsi.id › 2014 › 06
<1% - www.coursehero.com › file › p2ihtbks
<1% - jurnal.um-tapsel.ac.id › index › muqoddimah
<1% - eprints.undip.ac.id › 40650 › 3
<1% - www.academia.edu › 34933223 › Skripsi_proposal_docx
<1% - eprints.binadarma.ac.id › 403 › 1
<1% - repository.usd.ac.id › 33113/2/142114020_full

Anda mungkin juga menyukai