Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH KOMPETENSI, SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL, DAN

KUALITAS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TERHADAP AKUNTABILITAS

PEMERINTAH DESA

(Studi kasus Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan)

Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester mata perkuliahan metofel

Dosen pengampu : Riska Aryanti, S.E.,M.M

Disusun Oleh :

Ima Usaroh 3420081

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS DESIGN KREATIF DAN BISNIS DIGITAL

INTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS

NAHDLATUL ULAMA PEKALONGAN

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,


pemerintah memberikan kesempatan bagi desa untuk mengelola secara mandiri dana desa
dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh suatu desa untuk meningkatkan kualitas
hidup dan kesejahteraan masyarakat desa. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah
memberikan perhatian lebih terhadap desa yang ada di Indonesia untuk secara mandiri
melakukan pengelolaan Alokasi Dana Desa. Pengelolaan keuangan desa tidak terlepas dari
akuntabilitas. Akuntabilitas yang baik akan menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik
dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat sehingga ADD tersebut
dapat memberikan dampak yang besar bagi pemberdayaan masyarakat. Menurut
Mardiasmo (2009), pengertian akuntabilitas adalah sebuah kewajiban melaporkan dan
bertanggungjawab atas keberhasilan atau pun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai hasil yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui media pertanggungjawaban yang
dikerjakan secara berkala.

Akuntabilitas menjadi sebuah kontrol penuh aparatur atas segala sesuatu yang telah
dilakukan dalam sebuah pemerintahan, sehingga peran pemerintah selaku agen menjadi
sebuah faktor penting dalam mempertanggungjawabkan kinerja dari pemerintahan kepada
prinsipal atau rakyat. Demikian untuk mendukung keberhasilan akuntabilitas dan
transparansi dalam sebuah pemerintahan maka banyak faktor yang dapat memengaruhi kedua
aspek tersebut.

Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah sistem pengendalian dalam


pemerintahan, disebabkan adanya sistem pengendalian dapat memengaruhi pengambilan
keputusan internal pemerintah desa dan dapat berimplikasi pada akuntabilitas dan
transparansi pemerintah desa tersebut. Hal ini didukung dengan temuan yang dipaparkan oleh
Indonesia Aksi-Corupption Forum (IACF 2010) yang menyebutkan potensi-potensi
penyalahgunaan dana desa disebabkan oleh minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh
aparatur pemerintah Desa dan system pengendalian intern. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 60 tahun 2014, disisi lain pemerintah desa akan diberikan dana untuk dikelola guna
membiayai penyelenggaraan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat. Bila mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun
2014 sudah cukup jelas bahwa alokasi dana yang diberikan ke masing-masing desa sangat
besar yakni dihitung berdasarkan jumlah penduduk desa, jumlah wilayah desa, angka
kemiskinan desa dan tingkat kesulitan geografis. Dana ini cukup besar untuk digunakan oleh
pemerintah desa guna memperbaiki kesejahteraan warga di desa masing-masing.

Sistem pengendalian internal berperan dalam terciptanya pengeloaaan keuangan


desa yang baik. Sistem pengendalian internal yaitu proses setiap dimana tindakan atau usaha
yang dijalankan setiap saat oleh pemimpin atau seluruh pegawai akan memberikan
keyakinan agar tercapainya tujuan kelompok melalui kegiatan yang tepat dan mudah, laporan
keuangan yang baik. Keamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan PP No. 60, 2008 Suatu sistem pengendalian internal bisa dilaksanakan oleh
pemerintah desa diharapkan mampu menghasilkan pengelolaan alokasi dana desa yang
dapat dipertanggungjawabkan.

Selain sistem pengendalian internal, kompetensi juga sangat berperan dalam


akuntabilitas. Menurut Indrianasari (2017) menyebutkan, bahwa kompetensi yang dimiliki
aparatur pemerintahan turut mempengaruhi akuntabilitas dan transparansi pemerintah desa.
Kurangnya kompetensi aparatur desa, menyebabkan masalah pada bagian administrasi
pengelolaan dana desa yang mengakibatkan terlambatnya pencairan dana desa periode
berikutnya. Program/kegiatan desa cenderung dibuat atau di laksanakan pada saat anggaran
desa akan dicairkan. Pengawasan yang dilakukan terhadap keuangan desa belum optimal
dilakukan secara preventif dan represif, serta kurangnya partisipasi masyarakat dalam
menjalankan kegiatan dana desa yang dikarenakan kemampuan berpartisipasi masyarakat
yang terbatas dan keinginan berpartisipasi yang rendah.

Prioritas pembanguna desa melalui dana desa menggeser pusat tata kelola pemerintahan
dari pusat berpindah dan berkembang di daerah. Peningkatan kualitas pelayanan dan percepatan
pembangunan serta pertumbuhan daerah menjadi tujuan utama perpindahan tata kelola
pemerintahan. Desentralisasi tidak hanya hirarki pemerintahan tetapi desentralisasi fiskal
pemerintah pusat ke pemerintah daerah baik kabupaten/kota maupun pemerintah desa.

Desentralisasi fiskal sebagai kosekuensi otonomi daerah menimbulkan kewajiban akan


akuntabilitas keuangan publik. Pemerintah dalam pengelolaan keuangan daerah dituntut
berorientasi pada kepentingan publik. Hal tersebut meliputi tuntutan pemerintah daerah untuk
membuat laporan keuangan dan melakukan pengendalian atas anggaran publik. Dengan
ketentuan tersebut diharap kan desa dapat berkembang secara lebih op timal dan mampu
membangun wilayahnya sesuai kebutuhan yang ada di wilayahnya masing-masing (Pahlevi,
2015). Untuk men dukung pencapaian target RPJMN 2020-2024 dalam membangun desa
mandiri alokasi anggaran nasional untuk dana desa sebesar Rp 400 Triliun selama lima tahun
kedepan hingga 2024. Setiap tahun anggaran dana desa dimungkinkan mengalami
peningkatan.Total anggaran dana desa sebesar Rp 257 triliun selama lima tahun tidak pernah
mengalami penurunan setiap tahunnya sejak tahun 2015 hingga 2019. Rinciannya Rp 20,67
trilliun (2015), Rp 46,98 triliun (2016), Rp 60 Triliun (2017), Rp 60 Triliun (2018), dan Rp 70
triliun (2019) (Kompas.com, 2019). Tahun 2018 batal naik karena mengalami beberapa
persoalan antara lain rawan dikorupsi. Menurut Indonesia Corruption Watch (2018) bahwa
korupsi di desa, utamanya yang menyangkut anggaran desa, merupakan salah satu problem
mendasar. Problem ini muncul karena implementasi pengelolaan anggaran di level desa tidak
diiringi prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas.

Berdasarkan kajian dan pemantauan ICW, pada tahun 2015-2019, kepala desa menjadi
tersangka kasus tindak pidana korupsi di desa menunjukkan peningkatan. Tahun 2016-2017
sebanyak 110 kepala desa jadi tersangka, sedangkan tahun 2018 ada 102 tersangka (Tempo.co,
2019). Selain itu, data ICW menunjukkan terdapat 46 kasus korupsi dana desa selama tahun
2019 yang merugikan negara hingga Rp 32,3 miliar. Menurut ICW, Pelbagai. faktor menjadi
penyebab korupsi di sektor desa, diantaranya karena minimnya pelibatan masyarakat dalam
proses perencanaan dan pengawasan anggaran desa, tidak optimalnya lembaga-lembaga desa
seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD), terbatasnya kompetensi kepala desa dan
perangkat desa, dan tingginya biaya politik pemilihan kepala desa (Outlook Dana Desa, ICW,
2018). Belum adanya sistem pengawasan yang komprehensif terhadap pengelolaan dana desa
menyebabkan banyaknya korupsi dana desa. Pemerintah dituntut untuk mendorong
keterbukaan dan akuntabilitas keuangan desa dengan pemanfaatan teknologi informasi
(Kompas.com). Berdasarkan ketentuan pasal 24 huruf g UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa,
yang menyatakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan desa berasaskan akuntabilitas yaitu
asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa. Beberapa
faktor yang mempengaruhi akuntabilitas antara lain penggunaan teknologi Pengaruh Sistem
Keuangan Desa Dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah informasi dalam pengelolaan dana
desa juga mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan. Sistem keuangan khusus untuk pemerintah
desa dalam pengelolaan keuangan desa adalah Aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes).
Aplikasi Siskeudes merupakan penerapan teknologi informasi berupa aplikasi yang berkonsep
akuntabilitas dalam mempertanggung-jawabkan keuangan desa.

Pemerintah desa bagian dari entitas pelaporan keuangan yang memiliki kewajiban
dalam menyajikan laporan keuangan sesuai ketentuan perundangan. Kendala dan permasalahan
dalam penyajian laporan keuangan dana desa antara lain, masih rendahnya pemahaman tentang
penyajian laporan keuangan desa yang memuat informasi lengkap dan relevan serta
ketersediaan secara langsung. Ketersediaan sistem informasi yang memadai menjadi salah satu
faktor penentu keberhasilan dalam pengelolaan dana desa.

Perwujudan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa diperlukan pengendalian atas


kegiatan yang dilakukan. Pengendalian dilakukan sesuai pedoman sistem pengendalian intern
pemerintah (SPIP) sebagai tolak ukur dan standar pengendalian pelaksanaan dana desa.
Pengendalian intern menjaga proses operasi pemerintahan agar sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Rencana organisasi dan metode untuk menjaga dan melindungi aktiva dan
menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya merupakan isi dari dilakukannya
pengendalian intern (Martini dkk, 2019).

Masyarakat belum memahami pentingnya akuntabilitas keuangan desa dan tidak


mengetahui bagaimana dana desa digunakan serta untuk kebutuhan apa dana itu dimanfaatkan.
Masyarakat sebagai pemilik dana seharusnya mengetahui penggunaan dana desa dan
pemanfaatannya. Partisipasi dan pengawasan dari masyarakat dalam penggunaan desa
dimaksudkan agar tujuan dana desa dalam menciptakan desa mandiri dapat terwujud.
Pemerintah pusat sudah memiliki sistem untuk melakukan pengendalian dalam jalannya
pemerintahan yaitu sistem pengendalian intern pemerintah. Sistem ini dirancang secara lengkap
tidak hanya untuk mencegah tetapi membudayakan budaya pengawasan.

Beberapa penelitian terdahu terlah melakukan penelitian ini, menurut Amanda Mutiara
Sweetenia, Eka Pinditya Ayu Caesari,Arum Frida Aprillia, Anissa Hakim Purwantini (2019)
dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Kompetensi, Sistem Pengendalian Internal, Dan Kualitas
Penyajian Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pemerintahan Desa menyatakan bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap akuntabilitas pemerintah desa dalam mengelola
Alokasi Dana Desa dari segi Kompetensi dari para aparatur desa, Sistem Pengendalian
Internal yang berlaku, Kualitas penyajian laporan keuangan terhadap tingkat akuntabilitas
dalam pengelolaan Dana. Dapat disimpulkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
kompetensi tidak mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan dana desa, sedangkan sistem
pengendalian internal dan kualitas penyajian laporan keuangan mempengaruhi akuntabilitas
pengelolaan dana desa.

Menurut Mufti Arief Arfiansyah ( 2020 ) dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Sistem
Keuangan Desa dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Desa” menyatakan bahwa istem Keuangan Desa (SISKEUDES)
berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa. Beberapa saran
yang dapat ditindaklanjuti pada penelitian lanjutan. Variabel sistem keuangan desa dan sistem
pengendalian intern pemerintah hanya menjelaskan 49,9 % terhadap akuntabilitas pengelolan
dana desa, maka pada penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk mengembangkan hasil
penelitian ini dengan menambahkan variabel lain dan menggunakan alat analisis yang berbeda.
Pemilihan responden harus diperhatikan yaitu pihak yang benar-benar mewakili pemerintah
desa yaitu kepala desa sebagai pemegang kuasa atas dana desa di pemerintahan desa atau
perangkat desa sebagai operator pelaksana dana desa.

Sedangkan berdasarkan penelitian Putu Ayu Desy Ratna Dewi, Putu Julianto (2020)
dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Keuangan Desa Dan
Pengendalian Internal Terhadap Akuntabilitas Desa menyimpulkan bahwa Berlandaskan pada
perolehan pada hasil riset dan penyajian dari pembahasan telah disajikan sebelumnya, maka
mampu dipetik kesimpulan ialah, Pertama penerapan sistem informasi keuangan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap akuntabilitas dana desa. Hal ini menyajikan makna bahwa
semakin baik penerapan sistem informasi keuangan pada aparatur pemerintahan desa maka
akan semakin tinggi pula akuntabilitas dana desa tersebut. Kedua pengendalian internal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas dana desa. Hal ini menyajikan
makna bahwa semakin baik pelaksanaan pengendalian internal pada aparatur pemerintahan
desa, maka akan semakin meningkatkan akuntabilitas dana desa tersebut.

Berdasarkan fenomena dan adanya perbedaan hasil penelitian yang telahdiuraikan


diatas. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :“Pengaruh Kompetensi
dan Sistem Pengendalian Internal serta Sistem Informasi Keuangan Terhadap Akuntabilitas
Pemerintah Desa di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di latar belakang, permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pengaruh Kompetensi Terhadap Akuntabilitas Pemerintah Desa di


Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan ?
2. Bagaimana Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Terhadap Akuntabilitas Pemerintah
Desa di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan?
3. Bagaimana Sistem Informasi Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pemerintah Desa di
Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Menguji dan menganalisa Pengaruh Kompetensi Terhadap Akuntabilitas Pemerintah
Desa di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan
2. Menguji dan menganal Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Terhadap Akuntabilitas
Pemerintah Desa di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan
3. Menguji dan menganal Sistem Informasi Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pemerintah
Desa di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh ujian Akhir Semester mata Perkuliahan Metofel dan diharapkan dapat
memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai metode penelitian yang
menyangkut masalah pengaruh Kompetensi dan Sistem Pengendalian Internal serta
Sistem Informasi Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pemerintah Desa

2. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian
lebih lanjut serta dapat menjadi bahan referensi khususnya bagi pihak-pihak lain
yang meneliti pengaruh Kompetensi dan Sistem Pengendalian Internal serta Sistem
Informasi Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pemerintah Desa.

3. Bagi pemerintah Desa


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah desa
khususnya kecamatan buaran Kabupaten Pekalongan untuk meningkatkan kinerjanya
dan mempertimbangkan beberapa hal yang mempergaruhi akuntabilitas pemerintah
desa yaitu Kompetensi dan Sistem Pengendalian Internal serta Sistem Informasi
Keuangan

4. Bagi Masyarakat
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk
menambah wawasan ilmu pengetahuan dan bahan perpustakaan agar
berkembangnya ilmu pengetahuan di lingkungan masyarakat.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memberi gambaran yang jelas tentang penelitian yang dilakukan, maka
disusunlah sistematika penulisan yang berisi tentang hal-hal yang akan di bahas dalam
setiap bab, sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang dijadikan sebagai acuan hasil
penelitian dasar dalam melakukan analisis yang mencakup teori atribusi,
independensi, profesionalisme, etika profesi, dan budaya organisasi; pembahasan
hasil penelitian terdahulu; ayat pendukung penelitian; kerangka pemikiran; dan
pengembangan hipotesis.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
yang berisi lokasi penelitian, desain penelitian, penentuan populasi dan sampel,
jenis dan sumber data, Teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel,
serta teknik analisis data.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Teori Stewardship

Konsep stewardship menganggap manajemen suatu perusahaan bertanggungjawab


kepada pemilik untuk mengelola kekayaan yang telah dipercayakan kepadanya. Pemilik
perusahaan bertindak sebagai prinsipal dan manajemen sebagai steward. Hakekat sifat-sifat
manusia yang dapat dipercaya, mampu bertindak dan bertanggungjawab, memiliki integritas
dan kejujuran menjadi dasar filosofi dibangunnya teori stewardship untuk kepentingan
publik. Teori stewardship juga mmenganggap bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
kesuksesan organisasi dalam melindungi, memaksimalkan kinerja organisasi dan
kepentingan pemilik dengan kepuasan pemilik.

Pemerintah desa direpresentasikan oleh kepala desa bertindak sebagai steward,


sedangkan masyarakat bertindak sebagai pemilik dana (Prinsipal). Keterkaitan keduanya
dapat ditunjukkan dari akuntabilitas pengelolaan dana desa, sehingga pemerintah desa
berkewajiban untuk menyajikan dan mengungkapkan segala informasi yang dibutuhkan oleh
para pemilik sebagai pengguna informasi dan digunakan dalam pengambilan keputusan.
Kepala desa mewujudkan tujuan sesuai dengan tujuan pemilik atau masyarakat desa.

2. Pengaruh Kompeten
Kompetensi atau kemampuan yang dimiliki oleh aparatur pemerintah juga
berpengaruh terhadap akuntabilitas pemerintahan daerah karena kompetensi inilah yang
akan menjadi acuan dalam melakukan pengalokasikan dana desa yang dimana kompetensi
yang dimiliki aparatur desa tersebut akan menjadi peran besar dalam setiap Tindakan
dilakukan dan juga berperan besar atas keputusan yanga akan diambil oleh pemerintah
kompetensi aparatur harus sama-sama bersinergi agar dapat melakukan pencegahan terhadap
terjadinya kecurangan (fraud).
Peran perangkat desa merupakan merupakan sebuah peran yang dimiliki apartur agar
dapat membantu Kepala Desa dalam membuat kebijakan dan rancangan yang ada dalam
pemerintahan desa dan berkontribusi penuh untuk membantu Kepala Desa dalam
melaksanakan kebijakan yang telah dibuat. Pernyataan Permendagri No. 113 Tahun 2014
perihal mengelola dana Desa, Pemimpin desa melakukan pembentuakan PTPKD (Pelaksana
Teknis pengelola Keuangan Desa) ini adalah sebagian dari unsur perangkat desa.
Dengan ini perangkat desa memiliki andil pada rancangan dana desa ini telah sesuai
dengan aturan yang telah disahkan maka terbentuklah akuntabilitas dan Sistem Pengendalian
Internal juga berfungsi dalam terbentuknya pengelolaan dana desa yang memuaskan ini juga
berhubungan teori institusional yang dimana teori ini menjelaskan tentang berprilaku pada
sebuah kelembagaan atau organisasi.

3. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal


Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah sistem pengendalian dalam
pemerintahan, disebabkan adanya sistem pengendalian dapat memengaruhi pengambilan
keputusan internal pemerintah desa dan dapat berimplikasi pada akuntabilitas dan
transparansi pemerintah desa tersebut. Hal ini didukung dengan temuan yang dipaparkan
oleh Indonesia Aksi-Corupption Forum (IACF 2010) yang menyebutkan potensi-potensi
penyalahgunaan dana desa disebabkan oleh minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh
aparatur pemerintah Desa dan system pengendalian intern. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 tahun 2014, di sisi lain pemerintah desa akan diberikan dana untuk
dikelola guna membiayai penyelenggaraan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
masyarakat dan pemberdayaan masyarakat. Bila mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 60 tahun 2014 sudah cukup jelas bahwa alokasi dana yang diberikan ke masing
- masing desa sangat besar yakni dihitung berdasarkan jumlah penduduk desa, jumlah
wilayah desa, angka kemiskinan desa dan tingkat kesulitan geografis. Dana ini cukup
besar untuk digunakan oleh pemerintah desa guna memperbaiki kesejahteraan warga di desa
masing-masing.
Sistem pengendalian internal berperan dalam terciptanya pengeloaaan keuangan
desa yang baik. Sistem pengendalian internal yaitu proses setiap dimana tindakan atau usaha
yang dijalankan setiap saat oleh pemimpin atau seluruh pegawai akan memberikan
keyakinan agar tercapainya tujuan kelompok melalui kegiatan yang tepat dan mudah,
laporan keuangan yang baik. Keamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan PP No. 60, 2008 Suatu sistem pengendalian internal bisa
dilaksanakan oleh pemerintah desa diharapkan mampu menghasilkan pengelolaan
alokasi dana desa yang dapat dipertanggungjawabkan.

4. Pengaruh Sistem Informasi Keuangan


Untuk mendukung akuntabilitas dana desa yang dikelola oleh Pemerintah desa,
Pemerintah pusat selaku principal melalui Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
telah merilis sistem informasi akuntansi berbasis aplikasi dengan nama SISKEUDES
(Sistem Informasi Keuangan Desa). Tujuan dari diciptakannya SISKEUDES ialah guna
memberikan bantuan dalam meningkatkan akuntabilitas Pemerintah desa dalam mengelola
dana desa. Kesuksesan SIKEUDES dari sisi Information Quality dan Service Quality
telah mampu mendukung kepuasan penggunanya dalam membuat laporan keuangan
(Pratamadan Amalia, 2019). Penerapan
sistem teknologi informasi tanpa dipungkiri lagi semakin mempermudah kegiatan kita
sehari-hari. Seperti halnya perolehan hasil riset dari Nugraha dan Astuti (2013) yang
memberikan bukti bahwa dengan adanya pengaplikasian Sistem Informasi Manajemen
Keuangan Daerah telah mempermudah kegiatan mengenai pelaporan dengan sangat baik
sehingga telah mencapai tingkat akuntabilitas yang maksimal di Dinas Kesehatan
Akuntabilitas Keuangan Desa Di Desa Jennetallasa seusai pengaplikasian aplikasi
SISKEUDES amat memberikan terjadinya perubahan yang semakin baik diantaranya
memberikan kemudahan dalam tahapan melaporkan pertanggungjawaban dan menyajikan
perolehan hasil pada pertumbuhan secara meningkat pada mutu desa yang semakin baik,
hasil laporan keuangan yang diberikan telah selaras dengan waktu yang telah ditetapkan
sebelumnya, dan dalam pengaplikasian aplikasi SISKEUDES mampu menciptakan hasil
laporan keuangan yang bersifat akuntabel (Juardi, dkk. 2018). Pernyataan demikian
dimotivasi oleh riset Harafonna dan Indriani (2019), mengemukakan bahwa sistem
keuangan desa berpengaruh positif terhadap akuntabilitas. Semakin mudah suatu sistem
dipantau dan diawasi maka akuntabilitasnya semakin meningkat. Sistem keuangan
menyediakan kenyamanan dalam melakukan administrasi dan mencegah potensi
penyimpangan dari aturan yang berlaku (Triyono, dkk, 2019).

5. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa


Pengertian Desa
Pengertian desa menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 1:
“Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Menurut Kementrian Keuangan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2017 Pasal 1:
“Desa ialah gambaran dari suatu kesatuan masyarakat hukum terkecil yang telah ada dan
berkembang seiring dengan sejarah kehidupan masyarakat Indonesia serta menjadi
bagian yang tidak bisa dipisahkan dari tatanan kehidupan bangsa Indonesia”.
Sedangkan menurut R. Bintarto (2015:6) menyebutkan bahwa desa adalah sebagai berikut:
“Desa merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis,
social ekonomi politik, serta kultur setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik
dengan daerah lain”.
Menurut Sutarjo Kartohadikusumo (2015:6) mengemukakan bahwa desa sebagai berikut:
”Desa merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri yaitu pemerintahan terendah di bawah
camat”.
Definisi desa menurut Paul H. Landis (2015:6) menyatakan bahwa desa adalah suatu
wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal di antara ribuan jiwa.
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuan terhadap kebiasaan.
3. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam sekitar seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam,
sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. Adapun pengertian desa
menurut N.Daldjoeni (2011:4) sebagai berikut:
“Desa dalam arti umum juga dapat dikatakan sebagai pemukiman manusia yang letaknya di
luar kota dan pendudukaya bermata pencaharian dengan bertani atau bercocok tanam”.
Berdasarkan pendapat para ahli dan undang-undang diatas dapat disimpulkan bahwa
desa merupakan unit terkecil dari suatu pemerintahan di Indonesia yang dipimpin oleh
Kepala Desa yang memiliki penduduk hanya dalam jumlah ribuan jiwa.
Pengertian Pengelolaan dana Desa
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014
tentang pengelolaan keuangan desa sebagai berikut:
“Pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa”.
Menurut Chabib dan Heru (2015: 3-5) keuangan desa sebagai berikut:
“Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan keuangan desa
adalah hak dan kewajiban desa yang dinilai dengan uang serta keseluruhan kegiatan
pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan
dan pertanggungjawaban keuangan desa.
B. Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti terdahulu telah melakukan penelitian terkait dengan PENGARUH


KOMPETENSI, SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL, DAN KUALITAS PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN TERHADAP AKUNTABILITAS PEMERINTAH DESA
diantaranya :

Amanda Mutiara Sweetenia,Eka Pinditya Ayu Caesari,Arum Frida Aprillia,Anissa Hakim


Purwantini meneliti PENGARUH KOMPETENSI, SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL,
DAN KUALITAS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TERHADAP AKUNTABILITAS
PEMERINTAH DESA hasil penelitiannya menyatakan Penelitian ini menginvestigasi faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap akuntabilitas pemerintah desa dalam mengelola Alokasi
Dana Desa dari segi Kompetensi dari para aparatur desa, Sistem Pengendalian Internal
yang berlaku, Kualitas penyajian laporan keuangan terhadap tingkat akuntabilitas dalam
pengelolaan Dana. Dapat disimpulkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi
tidak mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan dana desa, sedangkan sistem pengendalian
internal dan kualitas penyajian laporan keuangan mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan
dana desa.

Mufti Arief Arfiansyah dengan judul penelitian Pengaruh Sistem Keuangan Desa dan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa menyatakan
bahwa Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan
dana desa, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) berpengaruh terhadap akuntabilitas
pengelolaan dana desa. Beberapa saran yang dapat ditindaklanjuti pada penelitian lanjutan.
Variabel sistem keuangan desa dan sistem pengendalian intern pemerintah hanya menjelaskan
49,9 % terhadap akuntabilitas pengelolan dana desa, maka pada penelitian selanjutnya
direkomendasikan untuk mengembangkan hasil penelitian ini dengan menambahkan variabel
lain dan menggunakan alat analisis yang berbeda. Pemilihan responden harus diperhatikan yaitu
pihak yang benar-benar mewakili pemerintah desa yaitu kepala desa sebagai pemegang kuasa
atas dana desa di pemerintahan desa atau perangkat desa sebagai operator pelaksana dana desa.

Putu Ayu Desy Ratna Dewi, I Putu Julianto meneliti dengan judul PENGARUH PENERAPAN
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DESA DAN PENGENDALIAN INTERNAL
TERHADAP AKUNTABILITAS DANA DESA menyatakan bahwa Berlandaskan pada
perolehan pada hasil riset dan penyajian dari pembahasan telah disajikan sebelumnya, maka
mampu dipetik kesimpulan ialah : Pertama penerapan sistem informasi keuangan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap akuntabilitas dana desa, sebab mendapatkan hasil pada nilai t
hitung positif dengan angka 10,537. Kemudian dengan perolehan hasil pada nilai
signifikansi 0,000< 0,050. Hal ini menyajikan makna bahwa semakin baik penerapan
sistem informasi keuangan pada aparatur pemerintahan desa di Kabupaten Buleleng, maka
akan semakin tinggi pula akuntabilitas dana desa tersebut. Kedua pengendalian internal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas dana desa, sebab mendapatkan
hasil pada nilai t hitung positif dengan angka 4,547. Kemudian dengan perolehan hasil
pada nilai signifikansi 0,000 < 0,050. Hal ini menyajikan makna bahwa semakin baik
pelaksanaan pengendalian internal pada aparatur pemerintahan desa di Kabupaten Buleleng,
maka akan semakin meningkatkan akuntabilitas dana desa tersebut.

C. Kerangka Berpikir Dan Hipotensis

Kompetensi Akuntabilitas
Pemerintah Desa (𝑋1)
H1

H2 Akuntabilitas
Sistem Pengendalian Internal
Akuntabilitas Pemerintah
pemerintah
Desa (𝑋2) daerah (Y)
H3

Sistem Informasi Keuangan


Akuntabilitas Pemerintah H4
Desa (𝑋3)

Pengaruh Kompetensi dan Sistem


Pengendalian Internal serta Sistem
Informasi Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pemerintah Desa di Kecamatan
Buaran Kabupaten Pekalongan secara Parsial atau sendiri-sendiri.

Pengaruh Kompetensi dan Sistem Pengendalian Internal serta Sistem Informasi


Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pemerintah Desa di Kecamatan Buaran
Kabupaten Pekalongan secara simultan atau bersama-sama.

Berdasarkan kerangka berfikir maka timbul hipotesis sebagai berikut :


𝐻1 = Pengaruh Kompetensi berpengaruh Positif secara Simultan Terhadap
Akuntabilitas Pemerintah Desa di Kecamatan Buaran Kabupaten
Pekalongan
𝐻2 = Pengaruh Sistem Pengendalian Internal berpengaruh Positif secara
Simultan Terhadap Akuntabilitas Pemerintah Desa di Kecamatan Buaran
Kabupaten Pekalongan

𝐻3 = Pengaruh Sistem Informasi Keuangan berpengaruh Positif secara Simultan


Terhadap Akuntabilitas Pemerintah Desa di Kecamatan Buaran
Kabupaten Pekalongan

𝐻4 = Pengaruh Kompetensi dan Sistem Pengendalian Internal serta Sistem


Informasi Keuangan berpengaruh Positif secara Simultan Terhadap
Akuntabilitas Pemerintah Desa di Kecamatan Buaran Kabupaten
Pekalongan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitan kuantitatif yang dilakukan dengan cara
mengkuantifikasi data-data penelitian ke dalam bentuk angka-angka dengan
menggunakan skala likert 5 poin. Skala likert merupakan metode yang mengukur sikap
dengan menyatakan persepsi responden terhadap kejadian tertentu. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh secara langsung dari
responden dengan memberikan pertanyaan di dalam kuesioner.
Proses analisis data menggunakan program SPSS. Metode analisis data
menggunakan analisis regresi berganda. Pengujian prasarat analisis yang meliputi pengujian
normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Sedangkan pengujian
hipotesis dengan uji koefisien determinan, uji F dan uji t.
➢ Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, adapun definisi variabel penelitian sebagai berikut:
1) kompetensi yaitu ialah sebuah kemampuan yang telah dibutuhkan untuk dapat
melaksanakan ataupun melakukan sebuah pekerjaan yang di mana telah dilandasi
oleh keterampilan, pengetahuan, dan juga sikap kerja..
2) Sistem Pengendalian Intern menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP adalah
: Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai
atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien.
Sistem Informasi Keuangan adalah sebuah sistem informasi yang berbasis komputer
untuk mengolah data-data keuangan yang berhubungan langsung dengan data transaksi.
Isi di dalamnya yaitu siklus akuntansi dan menyajikan dalam bentuk
laporan keuangan terhadap pihak manajemen perusahaan.

B. Tahap Persiapan
1. Identifikasi dan perumusan masalah
Pada tahap ini peneliti menentukan topik penelitian serta masalah yang akan
diangkat dan diteliti berdasarkan Akuntabilitas dana desa wilayah pekalongan yaitu
mengidentifikasi masalah apa dihadapi oleh pemerintah. Kemudian merumuskan
masalah mengenai Pengaruh Kompetensi dan Sistem Pengendalian Internal serta Sistem
Informasi Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pemerintah Desa di Kecamatan Buaran
Kabupaten Pekalongan.
2. Penentuan tujuan penelitian
Pada tahap ini ditentukan tujuan atau arah dari penelitian yang dilakukan
sehubungan dengan permasalahan yang telah diangkat, yaitu Pengaruh Kompetensi dan
Sistem Pengendalian Internal serta Sistem Informasi Keuangan Terhadap Akuntabilitas
Pemerintah Desa di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. Agar kita tau bahwa
Kompetensi dan Sistem Pengendalian Internal serta Sistem Informasi Keuangan
berpengaruh Terhadap Akuntabilitas Pemerintah Desa di Kecamatan Buaran Kabupaten
Pekalongan atau tidak.

C. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian yang menjatuhkan pilihan dalam riset ini mempergunakan
pendekatan yang bersifat kuantitatif. Adapun akar data yang peneliti tentukan dalam riset ini
ialah data yang bersumber dari tanggapan jawabanjawaban dalam daftar pernyataan atau
kuesioner..

D. Populasi dan Sampel


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini aparatur pemerintah desa di dalam
lingkup Pemerintahan Kabupaten Pekalongan. Sampling method menggunakan
purposive sampling. Kriteria yang digunakan yaitu:
1) pejabat yang berkaitan dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah yaitu Kepala Desa,
Sekretaris, Kabid, Kasubbag, dan Bendahara,
2) Tim Anggaran Pemerintah Daerah termasuk dalam urutan 2 desa yang memperoleh
ADD tertinggi di setiap kecamatan. Total kecamatan di Kabupaten pekalongan terdapat
21 kecamatan.

E. Metode Pengumpulan Data


Adapun data yang digunakan pada penelitian adalah data primer yang diperoleh dari
pengamatan secara langsung yang dilakukan oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan
dengan beberapa metode yaitu :
a. Kuesioner
Kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner atau
angket tertutup, karena responden hanya tinggal memberikan tanda pada salah satu
jawaban yang dianggap benar. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan
oleh seorang yang melakukan suatu penelitian guna mengukur suatu fenomena yang
telah terjadi. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
yaitu daftar pernyataan yang disusun secara tertulis yang bertujuan untuk memperoleh
data berupa jawaban-jawaban para responden. Skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Skala likert yang digunakan dalam penelitian ini yaitu minimum skor 1 dan maksimum
skor 4, dikarenakan akan diketahui secara pasti jawaban responden, apakah cenderung
kepada jawaban yang setuju maupun yang tidak setuju. Sehingga hasil jawaban
responden diharapkan lebih relevan, Sugiyono (2014:58).

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik dalam mengumpulkan data yang digunakan adalah kuesioner (Angket).
kuesioner mencangkup beberapa pertanyaan atau peryataan yang diberikan oleh peneliti
untuk di jawab oleh responden dengan menggunakan skala pengukuran yaitu Likert dengan
5 poin disetiap jawaban (Sugiyono, 2016:142).
• Uji Kualitas Data
o Uji Validitas
Uji ini digunakan untuk menguji suatu kuesioner sah atau tidaknya dengan kata lain
valid atau tidaknya dengan ketentuan peryataan yang disebar dalam kuesioner
tersebut dapat mengaplikasikan atau mewakilkan sesuatu yang di ukur oleh
kuesioner tersebut (Gozali,2005) Suatu instrumen dikatakan sah jika kolerasi
antara faktor dengan skor total bernilai positif dan nilainya lebih besar dari
0,30 (r > 0,3), hal tersebut menunjukkan bahwaseluruh indikator yang terdapat
pada penelitian ini terbukti valid/sah.
o Uji Reliabilitas
Menurut Sumarni dan Wahyuni, 2006 ; 67 untuk mengukur relibialitas dapat
menggunakan teknik cronbach alpha yang dimana nilainya yang dihasilkan dengan
indeks; > 0,800 termasuk tinggi ; 0,600 – 0,799 termasuk sedang ; < 0,600 termasuk
rendah.
• Uji Asumsi Klasik
o Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menetahui model regresi atau data yang di peroleh
berdistribusi normal atau tidak. Regresi yang baik adalah data yang
berdistribusi atau mendekati normal (Kusuma, 2012). Dalam mengetahui normal
atau tidaknya suatu data dapat diuji dengan menggunakan uji Kolmogrov Smirnov
dengan ketentuan koefisien Asymp. Sig. (2 - tailed) lebih besar dari 0,05 untuk
berdistribusi normal dan di bawah 0,05 untuk tidak berdistribusi normal.
o Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui penyimpangan asumsi klasik yang dimana
apabila hubungan antar variabel bebas dalam model regresi (Wiyono, 2011).
Adanyamultikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation
factor (VIF). Jikanilai tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10,
maka dikatakan tidak adamultikolinearitas.
o Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah pengujian yang bermaksud untuk mengetahui
terjadinya suatu ketidaksamaan variance dari residual dalam model regresi suatu
pengamatan (Kusuma, 2012) Model Analisis Data Penelitian
o Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda sebagai pengujian
hipotesis. Analisis regresi berganda dimana dalam persamaan regresinya
mengandung unsur interaksi (Ghozali, 2006)
o Uji t (Uji Parsial)
Uji Parsial atau sering dikatakan uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh masing – masing antara suatu variabel independen ke variabel
dependen (Ghozali, 2006).
o Uji Ketepatan Model ( Uji F )
Berdasarkan hasil uji ketepatan model atau uji F terlihat dalam Tabel 6 diatas model
regresi berganda yang menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen memiliki sig F nya 0,000b (0,000 < 0.05) sedangkan F hitung sebesar
75,335 lebih besar dari F tabel sebesar 3,06 maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel independen.
o Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:
97). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Pada Tabel 6
menunjukkan besarnya nilai R sebesar 0,711, hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang cukup kuat antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Sedangkan nilai adjusted R Squaresebesar 0,499 hal ini menunjukkan bahwa
variabel akuntabilitas pengelolaan dana desa dapat dijelaskan oleh variabel
independen sebesar 49,9 %. Sementara itu, sisanya sebesar 50,1 % (100%-49,9%)
dipengaruhi oleh variabel atau faktor-faktor lain di luar model yang diteliti.
DAFTRA PUSTAKA
Amanda Mutiara Sweetenia,Eka Pinditya Ayu Caesari,Arum Frida Aprillia,Anissa Hakim
Purwantini 2019 Pengaruh kompetensi, system pengendalian internal dan kualitas penyajian
laporan keuangan terhadap akuntabilitas pemerintah desa vol.17 no.1

Mufti Arief Arfiansyah 2020 Pengaruh Sistem Keuangan Desa dan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa vol. 3 no.1

Putu Ayu Desy Ratna Dewi, I Putu Julianto 2020 Pengaruh penerepan system informasi
keuangan desa dan pengendalian internal Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa vol.
11 no.2

Yudianto,I & Sugiarti, E. (2017). Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerinatah
(SPIP) terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa (Survei pada Desa-desa

di Wilayah Kabupaten Karawang). Tesis tidak dipublikasikan, Universitas Padjajaran,


Bandung.

Wardani & Andriyani (2017). Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Sistem Pengendalian Intern terhadap keandalan pelaporan

keuangan Pemerintah Desa di Kabupaten Klaten. Jurnal Akuntansi,Vol. 5 No. 2

Desember 2017.

Widyatama, N. & Diarespati (2017). Pengaruh kompetensi dan sistem pengendalian internal
terhadap Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam mengelola Alokasi dana desa

(ADD). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 02 No. 02.

Zeyn, E. (2011). Pengaruh Good Governance dan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap
Akuntabilitas Keuangan dengan Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi.

Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan. Vol.1, No.1, Hal.21-37.

Anda mungkin juga menyukai