Anda di halaman 1dari 7

Penerapan Sistem Keuangan Desa dan Akuntabilitas dalam Pengelolaan

Keuangan Desa
Desi Tri Rahmawati1 1198010044
Administrasi Publik; Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; UIN Sunan Gunung Djati Bandung 1
desi.rahmawati345@gmail.com

Abstrak
Sistem Keuangan Desa dibuat untuk memenuhi program prioritas pemerintah yang termasuk dalam Navasit,
dan aplikasi ini dibuat untuk memudahkan perangkat desa dalam menganggarkan, mengelola dan
mempertanggungjawabkan keuangan desanya. Tujuan dari majalah ini adalah untuk mempelajari tentang
penerapan aplikasi Siskeudes dan pelaporan keuangan kota. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif.
Kata kunci : keuangan desa, pengelolaan keuangan, dan akuntabilitas

Abstract
The Village Financial System was created to achieve the oldest government priority program in Nawacita
and this application was made to facilitate village officials in carrying out the process of budgeting,
administration, and reporting village finances. The purpose of this journal is to find out the implementation
of the Siskeudes application and village financial accountability. The research method used is a qualitative
method with a descriptive approach.
Keywords: village finance, financial management, and accountability.

1. PENDAHULUAN
Kebijakan otonomi wilayah pada Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 yaitu memberikan
otonomi yg luas kepada wilayah buat menyelenggarakan pemerintahan sendiri. Kebijakan swatantra
wilayah ini tentunya berimplikasi pada system pemerintahan daerah (Solekhan, 2014). Tiap tahunnya
pemerintah pusat menyampaikan sirkulasi dana tambahan ke stiap desa setelag Undang-Undang tadi
pada terbitkan. Dana Desa sendiri artinya dana yang diterima asal APBN khusus buat Desa yang
diberikan melalui transfer APBD Kabupaten/Kota yg dipergunakan buat mendanai pembangunan
wilayah, pemerintahan, pemberdayaan warga, dan pelaksanaan pembangunan (Peraturan Pemerintah No.
60 Tahun 2014). Desa dituntut buat lebih akuntabel pada mengelola keuangan sesudah desa
mendapatkan dana berasal pemerintah pusat berasal tahun 2015 dan penerimaan desa sejak itu
meningkat dengan pesat.
Penataan desa pula diatur dalam UU Nomor 6 Tahun 2014, penataan desa memiliki tujuan yaitu
menaikkan daya saing desa, mempercepat peningkatan kesejahteraan warga desa, mewujudkan
efektivitas penyelenggaraan pemerintah desa, mempercepat peningkatan kualitas pelayanan public, dan
menaikkan kualitas rapikan Kelola pemerintahan desa. Desa diberi mandat sesudah diberlakukan UU No
6 Tahun 2014 wacana desa di Pasal 1 yg dimana desa melaksanakan pembangunan buat kesejahteraan
warga. Selain itu pemerintah desa juga diharapkan menjadi lebih mandiri dalam melakukan rapikan
Kelola pemerintahan yg baik, pengelolaan keuangan serta kekayaan milik desa serta pengelolaan segala
potensi yg ada di desa mirip asal daya alam.
Permendagri nomor 20 tahun 2018 ihwal pengelolaan keuangan desa diterbitkan pada rangka
pelaksanaan pengelolaan keuangan desa sang pemerintah desa. Selain itu dipandang dana alokasi dari
pemerintah pusat anggarannya setiap tahunnya meningkat dengan jumlah yg besar maka diperlukannya
pengelolaan yang baik terhadap dana desa.
Percepatan pembangunan desa dengan memberikan insentif berupa dana pembangunan atau
sering disebut dana desa merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mempercepat pembangunan
desa. Dana desa sendiri memiliki filosofi menciptakan pembangunan yang berkeadilan dan mengangkat
kepentingan umum dalam rangka memperkuat desentralisasi perpajakan dan otonomi daerah sebagai
hasil pembangunan yang berkeadilan di tingkat desa. Selain itu, ada 10 dana alokasi umum. Selain itu,

1
sebagai dana bagi hasil yang disebut dana distribusi desa, desa dapat menghasilkan uang dan
memperkenalkannya sebagai pendapatan asli desa. Rincian resmi ini memperhitungkan tingkat
kemiskinan, populasi, wilayah dan kesulitan geografis menurut desa.

Gambar 1.1
Sumber berdesa.com

Pengelolaan keuangan desa harus berpedoman pada prinsip transparansi, akuntabilitas, disiplin
anggaran, dan keteraturan partisipasi. Badan Pemeriksa Keuangan (BPKP) Departemen Dalam Negeri
dan Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pengembangan Desa bekerja untuk mengembangkan aplikasi
untuk mencapai pengelolaan keuangan desa yang bersih, akuntabel, efektif, efisien dan transparan, kami
bekerja sama. Menjaga transparansi. Dengan kata lain, penerapan sistem keuangan daerah (SisKeuDes).
Aplikasi ini dibuat untuk melaksanakan program prioritas pemerintah, sembilan program prioritas
pembangunan, di bawah Nawachita selama lima tahun ke depan. Aplikasi ini dibuat untuk membantu
desa dalam penganggaran, pengelolaan, dan pelaporan keuangan desa.
Siskeudes ini secara otomatis menghasilkan berbagai laporan yang diperlukan untuk menghemat
waktu dan uang, mendukung agregasi data, dan mengurangi potensi penipuan dan kesalahan. Sebelum
menggunakan aplikasi Siskeudes, desa masih menggunakan MS Excel untuk membuat laporan anggaran,
pengelolaan, dan keuangan secara manual, serta formatnya tidak up to date. Hal ini menyulitkan
pemerintah kabupaten dan pusat untuk menilai APBD dalam laporan keuangan desa. Maksud dan tujuan
penulis membuat jurnal ini yaitu untuk mengetahui penerapan system keuangan desa menggunakan
aplikasi Siskeudes dan mengetahui akuntabilitas pengelolaan keuangan desa dan apakah saat ini aplikasi
tersebut sudah efektif untuk digunakan dalam membuat laporan anggaran dan lainnya.

2. KAJIAN PUSTAKA
a. Pengertian Desa
Kata desa berasal dari bahasa sansekerta yaitu deca yang memiliki arti tanah atau tanah kelahiran.
Menurut UU Nomor 6 Tahun 2014 dalam Pasal 1 bahwa desa merupakan satuan terkecil dalam
susunan NKRI yang diberi hak serta wewenang untuk mengatur, mengelola, dan mengurus rumah
tangga sendiri berdasarkan hak asal usul, Prakarsa dan hak tradisional yang dijalankan dengan
berpegang teguh pada aturan dan norma-norma yang ditetapkan dan berlaku oleh Lembaga yang
berwenang.
b. Keuangan Desa
Menurut UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1 yaitu keuangan desa merupakan segala hak dan
kewajiban yang dapat diukur dan bernilai uang atau barang. Hak dan kewajiban tersebut akan
memunculkan pembiayaan, pengelolaan keuangan, pendapatan dan belanja. Dalam Permendagri 113

2
Tahun 2014 mengenai asas pengelolaan keuangan desa bahwa keuangan desa ini harus dikelola
berdasarkan akuntabel, transparan, dilakukan dengan disiplin dan tertib anggaran, dan partisipatif.
c. Pengelolaan Keuangan Desa
Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa bahwa keseluruh
kegiatan yang meliputi perencanaan, penatausahaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban keuangan
desa, dan pelaporan. Pengelolaan keuangan desa merupakan variable yang mediasi antara komitmen
organisasi, SDM terhadap kinerja pemerintah desa, regulasi, dan komunikasi.
d. Akuntabilitas
Menurut Mardiasmo Tahun 2002 akuntabilitas ada sangkut paut pertanggungjawaban kepada public
atas setiap aktivitas yang dilakukan (Mardiasmo, 2002). Menurut Adisasmita Tahun 2011
akuntabilitas merupakan kewajiban untuk memberi tanggung jawab atau menjawab dan
menerangkan kinerja tindak seseorang, badan hukum dan pimpinan organisasi pada pihak yang
memiliki hak dan kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban (Adisasmita,
2011)

3. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yang dimana
menggunakan prosedur penelitian data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis yang dikumpulkan dari
beberapa referensi jurnal dan Undang-Undang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pengelolaan Keuangan Desa Menggunakan Aplikasi Siskeudes
Siskeudes adalah aplikasi yang dirancang untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan desa
melalui proses pengelolaan keuangan desa:
1. Perencanaan dan penganggaran selaras dengan RPJM desa, yang mewakili visi dan misi
walikota desa, arah kebijakan pembangunan desa, pemerintahan desa, penguatan masyarakat,
dan rencana kegiatan di bidang pengembangan dan pelaksanaan pembangunan desa.
Rencana Kerja Pengelolaan Desa (RKP desa) merupakan rancangan dari Rencana Keuangan
Tahunan RPJM Desa dan APB desa satu tahun, yang disetujui, dibahas dan ditetapkan dalam
Peraturan Desa oleh BPD dan Pemerintah Desa.
2. Penatausahaan dan pelaksanaan yang meliputi pembukuan administrasi, penatausahaan
penerimaan dan pengeluaran, dan kewajiban pajak.
3. Laporan pelaksanaan APBdes pada tahun anggaran, laporan pelaksanaan anggaran menurut
sumber anggaran, laporan pelaksanaan APBdes pada semester kedua, dan pelaksanaan pada
semester pertama.
Dari segi ruang lingkup pengelolaan, keuangan desa sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
pengelolaan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota. Karena keterbatasan
kapasitas pengelolaan keuangan aparat desa, pengelolaan keuangan menjadi sederhana, namun
prinsip transparansi dan akuntabilitas tidak boleh dikorbankan. Pengelolaan keuangan desa juga
terancam jika terjadi kesalahan administrasi atau materiil yang berujung pada permasalahan hukum
akibat ketidakmampuan walikota atau perangkat desa dalam proses pengurusan, tanggung jawab dan
pengelolaan keuangan desa. Jika desa berhasil dikembangkan, maka pengelolaan keuangan desa
sudah baik.
Manajemen keuangan desa merupakan gabungan dari komponen kegiatan mulai dari:
1. Perencanaan, dapat melibatkan partisipasi masyarakat dengan mengoptimalkan musyawarah
desa untuk merencanakan program
2. Pelaksanaan, kegiatan mengelola dan menggerakan SDM dan dana untuk menjalankan program
desa.
3. Pelaporan,
4. Pertanggungjawaban keuangan.

3
Gambar 3.1
Sumber desakupemalang.id

Dalam mengelola keuangan desa perlu berorientasi dan mencerminkan hasil atau capaian hasil yang
baik. Untuk mencapai tujuan masyarakat desa, kita perlu menghasilkan hasil dan layanan yang fokus
pada efisiensi dan efektivitas.
Ada 3 prinsip utama yang menjadi dasar pengelolaan keuangan yaitu:
1. Prinsip transparansi atau keterbukaan berarti memenuhi kebutuhan banyak orang dan seluruh
masyarakat, memungkinkan Anda memiliki hak dan akses keuangan untuk mengetahui proses
pengelolaan keuangan Anda.
2. Prinsip akuntabilitas merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban publik. Artinya, publik
tidak hanya dapat mengetahui anggaran, tetapi juga dapat mempertanggungjawabkan
pelaksanaan anggaran dan menuntut pertanggungjawaban rencana pelaksanaan anggaran pada
saat melakukan kegiatan yang bisa dipertanggungjawabkan.
3. Prinsip value for money, adalah memilih dan menggunakan sumber daya dalam jumlah dan
kualitas tertentu dengan harga yang lebih rendah.

B. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Keuangan Desa


Dalam penerapan Siskeudes untuk pengelolaan keuangan desa masih dipengaruhi oleh beberapa
factor salah satunya kompetensi SDM apparat desa yang masih rendah, hal ini dikarenakan proses
pengrekrutan pernagkat desa sampai dengan gajinya belum diatur. Selain SDM apparat desa masih
rendah factor lainnya yaitu kondisi sarana dan prasarana didesa desa tersebut termasuk daerah yang
tertinggal masih sangat kurang yang harusnya jika menggunakan aplikasi Siskeudes ini sarana dan
prasarana kondisinya harus memadai.
Selain factor tersebut ada 4 faktor yang lainnya yaitu:
a. Faktor kepemimpinan, faktor ini memiliki pengaruh yang signifikan dan memegang peranan
penting dalam pengelolaan keuangan. Pemimpin yang baik mendorong perubahan perilaku yang
meningkatkan kemampuan mereka untuk mengatasi tantangan internal dan eksternal yang
dihadapi oleh organisasi dan masyarakat sebagai akibat dari perubahan.
b. Faktor sumberdaya, jika sumberdaya cukup maka akan sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan manajemen keuangan. Terdapat 3 jenis dari sumberdaya, sumber daya manusia
(pelatihan, pengalaman, wawasan), sumber daya organisasi (struktur formal), sumber daya fisik
(teknologi dan peralatan pendukung lainnya), dan.

4
c. Faktor komitmen, komitmen organisasi ini relevan sekali dalam memengaruhi manajemen
keuangan yang baik sector swasta maupun public. Peningkatan komitmen organisasi ini sangat
penting untuk mencapai kerbehasilan dalam tujuan pengelolaan keuangan. Komitmen individu
juga tidak kalah pentingnya dalam keberhasilan manajemen keuangan.
d. Faktor Komunikasi: Selain memiliki sumber daya dan komitmen yang cukup, komunikasi juga
dapat mempengaruhi pengelolaan keuangan yang baik antara karyawan dan pemangku
kepentingan. Komunikasi yang baik antar pemangku kepentingan sangat penting agar proses
pengelolaan keuangan dapat berjalan dengan lancar dan lancar. Penyampaian informasi
keuangan yang tidak efisien menyebabkan kegagalan oleh pemangku kepentingan yang
mengabaikan informasi yang relevan.

C. Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan Desa


Akuntabilitas mengacu pada sejauh mana organisasi sipil bergantung pada pejabat pedesaan
terpilih untuk kegiatan mereka. Akuntabilitas ini juga dapat dilihat sebagai ukuran seberapa baik
tingkat kepatuhan penyedia layanan didasarkan pada ukuran norma atau nilai eksternal yang tersedia
untuk umum atau dimiliki oleh pemangku kepentingan. Salah satunya adalah kegiatan pemerintahan
Desa Dore Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima yang merupakan salah satu kegiatan yang berkaitan
dengan pertanggungjawaban Desa Dore. Untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai akuntabilitas
yang dimiliki oleh apparat pemerintah desa Dore ini ada beberapa kutipan wawancara tentang
permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan keuangan desa yang telah diringkas oleh peneliti.
1. Terdapat Sebagian tugas kepala desa dilimpahkan kepada bendahara secara adiministrasi
sehingga memunculkan kewajiban bendahara untuk bertanggung jawab atas tugas tersebut
2. Akuntabilitas aparatur desa yang diukur melalui pertanggungjawaban bawahan terhadap atasan
dinilai rendah, ini disebabkan bendahara sebagai bawahan tidak menjalankan kewajiban yang
diberikan kepala desa dengan baik
3. Menunjukkan kurang disiplinnya kerja aparatur pemerintah khususnya dalam pengelolaan
keuangan desa.
4. Belum mampunya aparatur desa menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
5. Tidak menunjukkan adanya kepatuhan terhadap prosedur.

Secara umum kesimpulan wawancara peneliti dengan informan menunjukkan bahwa


akuntabilitas pengelolaan keuangan desa di desa Dore terkait dengan faktor sumber daya manusia
yang optimal, pengalihan tanggung jawab dan wewenang, dan pengelolaan dana desa karena
kesalahpahaman. dalam pelaporan dana desa khususnya pada rekening-rekening tertentu terdapat
bukti transaksi yang sah yang harus dicatat, tetapi tidak dilakukan oleh perangkat Desa Dore.

PENUTUP
Dalam pengelolaan keuangan desa perlu memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas,
partisipasi, dan ketertiban disiplin anggaran. Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan desa yang
bersih, bertanggung jawab, efisien, efisien, dan transparan, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dan Badan Pembangunan Pemerintah Perdesaan di bawah Kementerian Dalam
Negeri bekerja sama membuat aplikasi tersebut. Ini adalah aplikasi yang bisa digunakan siapa saja, yaitu
Sistem Keuangan Daerah (SisKeuDes) untuk menjamin transparansi. Siskeudes adalah aplikasi yang
dirancang untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan desa melalui proses perencanaan,
pengelolaan, pelaporan dan akuntabilitas desa. Pengelolaan keuangan desa didasarkan pada tiga prinsip:
keterbukaan, akuntabilitas, dan value for money. Empat faktor yang mempengaruhi pengelolaan
keuangan kota adalah kepemimpinan, sumber daya, komitmen, dan komunikasi. Akuntabilitas di Desa
Dore mungkin kurang optimal atau masih dianggap remeh karena dilimpahkan kepada orang lain dan
tidak dilakukan sesuai tanggung jawab, tidak disiplin dalam bekerja, dan tidak dapat menyelesaikan
tugas dalam jangka waktu yang ditentukan.

5
DAFTAR PUSTAKA

Artini, N. M. D., Wahyuni, M. A., & Herawati, N. T. (2017). Analisis akuntabilitas pengelolaan keuangan
desa melalui pengimplementasian sistem keuangan desa (SISKEUDES) dalam konteks disiplin diri
pada desa tigawasa. E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Gane, 8(2), 11.

Astuti, T. P., & Yulianto. (2016). Good Governance Pengelolaan Keuangan Desa Menyongsong Berlakunya
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014. Berkala Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 1(1), 1–14.
https://doi.org/10.20473/baki.v1i1.1694

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. (2002). 1–64. Retrieved from
http://repository.stiedewantara.ac.id/1154/4/BAB II.pdf

Ika Asmawati, & Prayitno Basuki. (2019). Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa. Akurasi : Jurnal Studi
Akuntansi Dan Keuangan, 2(1), 63–76. https://doi.org/10.29303/akurasi.v2i1.15

Nafidah, L. N., & Anisa, N. (2017). Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa di Kabupaten Jombang.
Akuntabilitas, 10(2), 273–288. https://doi.org/10.15408/akt.v10i2.5936

Ngakil, I., & Kaukab, M. E. (2020). Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa di
Kabupaten Wonosobo. Journal of Economic, Management, Accounting and Technology, 3(2), 92–107.
https://doi.org/10.32500/jematech.v3i2.1283

Rivan, Arif & Maksum, I. R. (2019). Penerapan Sistem Keuangan Desa dalam Pengelolaan Keuangan Desa.
Jurnal Administrasi Publik (Public Administration Journal), Vol. 9(2), 92–100. Retrieved from
https://ojs.uma.ac.id/index.php/adminpublik/article/view/2487

Rulyanti, D., Sularso, R. A., & Sayekti, Y. (2017). Desa Sebagai Variabel Intervening. Bisnis Dan
Manajemen, 11(3), 323–335.

6
Lampiran Turnitin

Anda mungkin juga menyukai