Oleh :
Muhammad Rizal
Nim : 030959643
Email : rizalmuhammad12399@gmail.com
ABSTRAK
Akuntabilitas merupakan syarat dasar untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan untuk
memastikan bahwa kekuasaan diarahkan untuk mencapai tujuan nasional yang lebih luas
dengan tingkatan efisiensi, efektivitas, kejujuran, dan kebijaksanaan tertinggi. Akuntabilitas
merupakan suatu pertangungjawaban pemerintah untuk melaporkan dan menyajikan kegiatan-
kegiatan yang telah dilaksanakan kepada masyarakat. Pertanggungjawaban tersebut dilakukan
agar pemerintah dapat transparan dengan komitmen yang telah terbentuk dalam
pelaksanaannya. Pemerintah desa Kalumpang, kecamatan Kalumpang, kabupaten Hss adalah
pemerintah desa yang mendukung adanya khususnya akuntabilitas dan transparansi. Penelitian
ini bertujuan untuk menilai akuntabilitas dan transparansi pemerintah desa terhadap
pengelolaan Dana. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berbabis studi di lapangan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara dengan teknik semi-terstruktur.
Wawancara dilakukan dengan pihak pemerintah desa yang menjalankan penyelenggarakan
pemerintahan dan pihak Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai perwakilan dari
masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukan pengelolaan keuangan Dana Desa yang diterapkan
oleh pemerintah desa Kalumpang sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
PENDAHULUAN
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.37 Tahun 2007, Bab IX Pasal 18 disebutkan
bahwa Alokasi Dana Desa (ADD) adalah salah satu bentuk transfer dana dari pemerintah
yang telah ditetapkan sebesar 10 % dari dana perimbangan pemerintah pusat dan
daerah yang diterima oleh masing-masing kabupaten/ kota. Terciptanya pemerataan
pembangunan khususnya di pedesaan melalui dana APBN Kabupaten propinsi dan
pemerintah pusat sebesar 10 % akan tercapai tingkat kesejahteraan dan taraf hidup
masyarakat yang tinggal di pedesaan (Widjaja, 2010:133)
Tetapi dengan adanya Dana Desa juga memunculkan permasalahan yang baru dalam
pengelolaan, pemerintah desa diharapkan dapat mengelola sesuai dengan peraturan
perundang-undangan secara efisien, ekonomis, efektif serta transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan serta
mengutamakan kepentingan masyarakat (Ferina, Burhanuddin, dan Lubis 2016). Desa
tidak hanya sekedar jadi obyek pembangunan tetapi sekarang menjadi subyek untuk
membangun kesejahteraan (Mondong 2013).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
3. Bagaimana kendala – kendala yang dihadapi oleh pemerintah desa atas pengelolaan
Dana Desa di desa Kalumpang?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademisi
Diharapkan dapat memperbaiki kinerja yang diberikan kepada desa terkait dengan
pengaruh penyajian laporan pertanggungjawaban, aksesibilitas, dan pengendalian
internal terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa
(ADD).
3. Untuk masyarakat
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Desa
1. Pengertian Desa
“Desa atau yang disebut dengan nama lain sebagai satu kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa
sebagaimana yang dimaksud dalam penjelasan pasal 18 UUD 1945. Landasan
pemikiran dalam pengaturan pemerintahan desa adalah keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat”.
2. Otonomi Desa
Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum NKRI terbentuk. Pasal
18 UUD NRI (Negara Republik Indonesia) tahun 1945 (sebelum perubahan)
menyebutkan bahwa dalam teritori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250
zelfbesturende landschappen dan volsgemeenschappen. Ini sama dengan
penyebutan desa untuk di Jawa dan Bali, nagari di Minangkabau, gampong di Aceh,
dusun dan marga di Palembang, lembang di Toraja, negeri di Maluku, dan
sebagainya. Daerah-daerah tersebut mempunyai susunan asli dan oleh karenanya
dianggap istimewa. Dalam hal ini, negara mengakui keberadaan desa tersebut
dengan mengingat hak-hak asal usulnya. Oleh karena itu, keberadaannya wajib dan
diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya dalam NKRI. Sejarah pengaturan
tentang Desa telah mengalami beberapa kali perubahan sejak Indonesia merdeka
sampai dengan sekarang, yaitu pada masa orde lama UU No. 22/1948 tentang Pokok
Pemerintahan Daerah, UU No. 1/1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah,
UU No. 18/1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, dan UU No. 19/1965
tentang Desa Praja sebagai Bentuk Peralihan untuk Mempercepat Terwujudnya
Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah RI. Selanjutnya pada masa orde baru dibentuk
UU No. 5/1975 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah dan UU No. 5/1979
tentang Pemerintahan Desa. Pada masa reformasi dibentuklah UU No.22/1999
tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan
UU No.6/2014 tentang Desa, serta terakhir UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan
Daerah. Namun, dalam pelaksanaannya pengaturan tentang desa belumlah
mewadahi apa yang menjadi kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa. Barulah
melalui UU No.6/2014 kepentingan desa mulai diakomodasi.
B. Akuntabilitas
Schedler dan plano (Manggaukang Raba 2006:10) membedakan ada lima jenis
akuntabilitas, yaitu:
David Halmer dan Mark Turner (Manggaukang Raba 2006:115) mengemukakan bahwa
akuntabilitas merupakan suatu konsep yang kompleks dan memiliki beberapa instrumen
untuk mengukurnya, yaitu adanya indikator seperti:
c. Kepekaan.
d. Keterbukaan.
Pengelolaan keuangan desa menurut Peraturan Bupati HSS pasal 4 No 12 tahun 2020
tentang pedoman pengelolaan keuangan desa. Dalam peraturan tersebut dikatakan
bahwa pengelolaan keuangan desa meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut;
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban.
Pengelolaan keuangan desa juga harus dilaksanakan berdasarkan asas-asas sebagai
berikut: transparan dan akuntabel, partisipatif, tertib, serta disiplin anggaran.
Beberapa disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam Pengelolaan Keuangan Desa
yaitu:
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional
yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang
dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja;
Sumber pendapatan yang akan dibahas dalam penelitan ini yaitu alokasi dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berupa Dana Desa. Dana Desa dibahas
dikarenakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah
desa melalui Undang-Undang Desa. Pemerintah pusat menempatkan desa sebagai ujung
tombak pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa diberikan
kewenangan dan diberikan sumber dana untuk bisa menjalankan kewenangannya dan
bertujuan untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Setiap tahun
Pemerintah pusat telah menganggarkan Dana Desa yang cukup besar untuk diberikan
kepad desa.
2014 1.585.908.105
2015 1.668.137.886
2016 2.415.193.550
2017 2.371.935.700
2018 2.788.863.600
Setiap tahunnya Dana Desa yang diterima oleh setiap desa tidaklah sama. Pengalokasian
APBDes untuk Dana Desa tergantung dari kemampuan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).
1. Perencanaan
RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari pemerintah
daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif desa dan rencana kegiatan
pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. RKP
Desa mulai disusun oleh Pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan dan sudah
harus ditetapkan paling lambat pada bulan September tahun anggaran
berjalan.Rancangan RKP Desa paling sedikit berisi uraian sebagai berikut:
Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh desa
Musyawarah dusun
Tahapan awal yang dilakukan pada saat perencanaan yakni Musdes. Musyawarah
desa di desa Kalumpang diadakan pada bulan ke-5 yaitu bulan Mei. Musyawarah
dusun dilakukan di setiap tingkatan dusun yang dihadiri oleh BPD, perwakilan RT,
RW, dan tokoh-tokoh masyarakat yang terdapat dalam desa.
Tahapan yang ke-2 yakni Musyawarah desa (Musdes) yang biasanya dilakukan
sekitar bulan Juli. Forum musyawarah ini difasilitasi oleh BPD. Forum ini dihadiri oleh
BPD, perwakilan RT, RW, dan tokoh-tokoh masyarakat sama halnya dengan musdus,
akan tetapi terdapat tambahan yakni dari keterwakilan kaum difabel dan keluarga
miskin yang ada di desa Panggungharjo. Pembahasan dalam forum ini lebih strategis
karena membahas mengenai laporan dari hasil kajian dari keadaan yang ada di
masing-masing desa, arah kebijakan pembangunan desa, dan rencana prioritas
kegiatan pada 4 bidang yakni penyelenggarakan pemerintah desa, pembangunan
desa, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang)
Dalam pelaksanaan keuangan desa, terdapat beberapa prinsip umum yang harus
ditaati yang mencakup penerimaan dan pengeluaran. Prinsip itu diantaranya bahwa
seluruh penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui Rekening Kas Desa.
Pencairan dana dalam Rekening Kas Desa ditandatangani oleh Kepala Desa dan
Bendahara Desa. Namun khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan
perbankan di wilayahnya maka pengaturannya lebih lanjut akan ditetapkan oleh
pemerintah kabupaten/kota.
3. Pelaksanaan Pengeluaran/Belanja
D. Penatausahaan
Buku Bank.
Hasil dari penelitian pengelolaan akuntabilitas dan tranparansi pengelolaan Dana Desa yang
dilakukan oleh pemerintah desa dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pengelolaan keuangan Dana Desa yang diterapkan oleh pemerintah desa sudah sesuai
dengan perundang-undangan maupun ketentuan-ketentuan yang berlaku. Disamping
itu proses pengelolaan keuangan Dana Desa melibatkan masyarakat mulai dari tahapan
perencanaan sampai dengan pengawasan. Meskipun pengelolaan Dana Desa yang
dilakukan sangat baik, tetapi pemahaman masyarakat mengenai kebijakan Dana Desa
masih rendah.
Dalam hal pelaporan Dana Desa yang dilakukan oleh pemerintah desa melalui lembaga
PSID sangat baik. Pelaporan dilakukan dengan menggunakan media informasi digital,
informasi-informasi yang disebar tiap-tiap dusun melalui ketua RT dan Ketua Dusun,
selain itu juga papan informasi yang ditempatkan di Kantor desa.
Saran
Berdasarkan informasi-informasi yang di dapatkan pada saat pengumpulan data serta hasil dari
analisis penelitian, berikut saran yang dapat penulis berikan :
Kepala desa perlu melakukan sosialisasi dan pengenalan terkait dengan kebijakan-
kebijakan terkait dengan tata cara pengelolaan Dana Desa kepada perangkat desa,
sehingga perangkat desa memiliki kompetensi maupun pengetahuan yang memadai
dengan pengelolaan Dana Desa sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang
berlaku.
Pemerintah Desa perlu melakukan sosialisasi mengenai prioritas penggunaan Dana Desa
kepada masyarakat, agar masyarakat mengetahui proses implementasi penggunaan
Dana Desa. Sehingga usulan-usulan yang diberikan.
Daftar Pustaka
Gibson, James L, Ivancevich, John M. Donnely Jr. James H. Organisasi dan Manajemen.
Perilaku Struktur Proses, Alih Bahasa: Wahid, Djoerban. Jakarta: Erlangga. 1995.
Bawono, Icuk Rangga. 2003. “Manajemen Strategik Sektor Publik : Langkah Tepat
Menuju Good Governance.” Jurnal Fakultas Ekonomi UNSOED Purwokerto
Kompas. 2015. “Jokowi Terbitkan PPP, Pagu Anggaran Dana Desa Bisa
Berubah.”Kompas.com.https://nasional.kompas.com/read/2015/05/18/02344391/
Jokowi.Terbitkan.PP.Pagu.Anggaran.Dana.Desa.Bisa.Berubah (April 26, 2018)