Anda di halaman 1dari 63

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana Akuntanbilitas dan Transparansi

Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Kayu Aro, Kecamatan Kampar Utara, Kabupaten Kampar,

Provinsi Riau.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data yang diperoleh melalui

wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik Analisis data dengan pengumpulan data, menyajikan

dan Menyusun data sehingga menghasilkan kesimpulan.

Hasil penelitian ini yaitu Akuntanbilitas di Desa Kayu Aro telah sesuai dengan indicator.

Namun transparansi di Desa Kayu Aro belum sesuai, Hal ini disebabkan karena belum tersedianya

website milik desa yang dapat mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi terbaru

dengan mudah

Kata kunci : transparansi, akuntanbilitas, alokasi keuangan desa


ABSTRACT

The purpose of this study is to find out how the Accountability and Transparency of Village

Fund Allocation Management in Kayu Aro Village, North Kampar District, Kampar Regency, Riau

Province.

This study uses a qualitative method. Collecting data obtained through interviews,

observation and documentation. Techniques of data analysis by collecting data, presenting and

compiling data so as to produce conclusions.

The results of this study are Accountability in Kayu Aro Village is in accordance with the

indicators. However, transparency in Kayu Aro Village is not appropriate, this is due to the

unavailability of a village-owned website that can make it easier for the community to access the

latest information easily.

Keywords: transparency, accountability, village financial allocation


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Akuntansi pemerintahan merupakan salah satu bidang ilmu akuntansi yang sangat

pesat perkembangannya, akuntansi pemerintah merupakan bagian dari ilmu akuntansi

dibidang pencatatan dan pelaporan transaksi-transaksi yang terjadi di bidang pemerintahan.

Hal ini bisa terjadi karena adanya tuntutan transparansi dan akuntanbilitas publik yang

diterapkan atas dana-dana masyarakat yang dikelola oleh pemerintah setempat, sehingga

memunculkan penggunaan akuntansi di dalam pencatatan dan juga melaporkan kinerja yang

sudah di lakukan oleh pemerintah.

Dalam bidang ekonomi, perbaikan kinerja instansi pemerintah akan mendorong

perbaikan iklim investasi, sedangkan dalam bidang politik perbaikan kinerja instasi

pemerintah akan mampu memperbaiki tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

Dengan konsep good governance harus senantiasa diaplikasikan dalam setiap aktivitas pada

instansi pemerintahan, khususnya dalam pengelolaan Dana Desa yang di letakan pada

penelitian ini (Rustriani, 2016).

Guna membentuk negara yang baik dan transparan, perlunya diterapkan tata kelola

pemerintahan yang baik (good governance).Good Governance merupakan bentuk cara

mengelola urusan-urusan publik, membangun manajemen pembangunan dengan baik

diantaranya administrasi pembangunan, manajemen pembangunan yang menempatkan peran

sentral. Transparansi ditandai oleh Kebajikan, regulasi, program,

1
2

anggaran dan kegiatan pemerintah terbuka pada publik. Good governance merupakan salah

satu elemen penting untuk proses perkembangan dalam pemerintahan, salah satu aktualisasi

nilai dari prinsip-prinsip good governance adalah transparansi dan akuntanbilitas.

Pemerintahan yang baik (good governance) adalah terwujudnya penyelenggaraan pemerintah

yang professional, transparan, akuntabel, berkepastian hukum, bersih, semangat pelayanan,

memiliki kredibilitas, peka dan tanggap terhadap segenap kepentingan dan aspirasi yang di

dasari oleh etika, dan pertanggung jawaban publik dan intergritas pengabdian dalam

mengembangkan misi perjuangan bangsa untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara

(Kumalasari, 2016).

Akuntabilitas adalah suatu pertangungjawaban pemerintah kepada publik atas setiap

aktivitas yang dilakukan untuk melaporkan dan menyajikan kegiatan-kegiatan yang telah

dilaksanakan oleh pemerintah kepada masyarakat. Pertanggungjawaban tersebut dilakukan

agar pemerintah dapat transparan kepada masyarakat dengan komitmen yang telah terbentuk

dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan akuntanbilitas dilingkungan instansi pemerintah, dapat

diperhatikan dari prinsip-prinsip nya sebagai berikut: (1) Harus ada komitmen, dari pimpinan

dan seluruh staf instansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel, (2)

Harus menerapkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya

secara baik dan konsisten dengan mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku, (3)

Dapat menunjukan tingkat pencapaiannya tujuan dan sasaran yang ditetapkan dan di

tagetkan. (4) Harus berorientasi dalam pencapaian visi dan misi serta hasil dari manfaat

yang telah diperoleh, (5) Harus jujur, objektif, transparan, dan inovatif dalam bentuk

pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntanbilitas

(LAN dan BPKP, modul 1). Selain Akuntanbilitas untuk pelaksanaan Pemerintahan yang

baik juga diperlukan adanya unsur Transparansi.


3

Transparansi berarti keterbukaan pemerintah dalam memberikan informasi yang

terkait dengan aktivitas pengelolaan dalam sumber publik kepada pihak-pihak yang

membutuhkan informasi (Susliyanti, 2017).Transparansi adalah salah satu perinsip yang

dapat menjamin akses kebebasan bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh informasi

tentang penyelenggaraan kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, sehingga hasil

yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan target. Transparansi dibangun atas dasar

kebebasan memperoleh informasi, informasi yang berkaitan dengan publik.

Pemerintahan pada era Presiden Joko Widodo memiliki sembilan agenda prioritas.

Sembilan agenda prioritas itu disebut Nawa Cita. Salah satu program dari Nawa Cita yaitu

membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat beberapa daerah dan desa dalam

kerangka negara kesatuan. Program tersebut direncanakan karena desa-desa kurang

diperhatikan oleh pemerintahan di era sebelumnya sehingga pembangunan infrastruktur

kurang merata (Prasetyo 2017). Dengan demikian, Presiden Joko Widodo mengalokasikan

bantuan untuk setiap desa yang diperuntukkan dalam pembangunan infrastruktur terutama

desa-desa yang kurang diperhatikan pembangunan dan perkembanggannya.

Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan

pemerintahan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan

unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa

dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa. Agar tujuan pembangunan desa benar-

benar dapat diwujudkan, maka arah kebijakan pembangunan desa hendaklah berorientasi

kepada azas manfaat yang berhasil dan berdaya guna. Bukan hanya sekedar keingin-inginan

segelintir elit desa, namun merupaan kebutuhan bersama seluruh masyarakat desa tidak

terkecuali masyarakat miskin dan terpinggirkan. (Lesmana H, 2017).


4

Pendapatan Desa yang berasal dari alokasi APBN saat ini dikenal sebagai Dana Desa

(DD). Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi Desa yang

di transfer melalui APBN Kabupaten/Kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan

masyarakat- masyarakat. Adanya Dana Desa merupakan salah satu implementasi visi

pemerintah untuk “Membangun indonessia dari Pinggiran dalam kerangka NKRI”.

Pengalokasian Dana Desa dilakukan dengan menggunakan alokasi yang dibagi secara merata

dan alokasi yang dibagi berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah, angka kemiskinan, dan

tingkat kesulitan geografis (Sujarweni V.Wiratna. 2019).Undang-Undang Desa merupakan

salah satu komitmen besar untuk mendorong peluasan kesejahteraan bagi seluruh lapisan

masyarakat. Untuk menyejahterakan rakyat Indonesia diperlukan pembangunan sampai ke

desa-desa, jadi memang diharapkan tidak ada lagi desa yang akan tertinggal. Harapan lain

dapat menjadi salah satu lompatan sejarah sebagai proses pembangunan yang sedang

berlangsung. Undang- Undang desa dapat menjadi salah satu komitmen program yang

berpihak pada rakyat sebagai dasar pembangunan 10 tahun terakhir yang merupakan wujud

keberpihakan kepada kelompok masyarakat akar rumput yang dalam piramida kependudukan

berada di paling bawah (Sujarweni V.Wiratna. 2019).

ADD adalah Alokasi Dana Desa yang dananya bersumber dari pemerintah kabupaten

yang bertujuan untuk stimulan atau pancingan kepada masyarakat desa supaya

menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, salah satu

pendapatan desa yang penggunaannya terintregasi dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa (APBDes) (Sujarweni V.Wiratna. 2019).

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian terdahulu tentang

Akuntanbilitas dan Transparansi Alokasi Dana Desa seperti, Wiradarma (2017) yang
5

melakukan penelitian pada Desa Bengkel Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng,

dimana permasalahan dalam penelitian ini adalah pembuatan laporan realisasi yang banyak

faktor mempengaruhi sulitnya mengimplementasikan prinsip Transparansi dan Akuntabilitas

dalam pertanggungjawaban pemerintah desa terhadap pelaporan Alokasi Dana Desa,

lemahnya sumber daya manusia aparat desa yang ada di desa merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi kinerja pemerintahan desa seperti halnya dalam pembuatan laporan

realisasi, selain itu keterlambatan dana alokasi dana desa yang masuk juga mempengaruhi,

peran serta masyarakat juga cenderung mempengaruhi.

Penelitian yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sunjiwani

(2013) melakukan analisis tentang Akuntabilitas dan Transparansi Alokasi Dana Desa, pada

penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu ini, peneliti ingin menguji tingkat

Akuntabilitas dan Transparansi dengan objek penelitian yang berbeda-beda untuk mengetahui

apakah dan bagaimanakah prinsip akuntabilitas dan transparansi terhadap pengelolaan ADD

yang ada pada objek penelitian tersebut berjalan sesuai standar ketentuan yang berlaku yaitu

Permendagri No. 20 Tahun 2018.

Berasarkan survey dan data permasalahan yang ditemui peneliti berdasarkan prinsip

Akuntanbilitas yaitu adanya rencana-rencana pembangunan desa yang belum terealisasikan

karena dana yang tidak mencukupi dikarenakan sebagian dana disalurkan untuk bantuan

covid dan keterlambantan anggaran dari pemerintah pusat yang terjadi pada awal tahun yang

menyebabkan terjadinya keterlambatan untuk pembayaran gaji perangkat desa karena

mengikuti pola tahap pencairan dari Kabupaten dan dalam pengelolaan alokasi dana desa juga

sering terlambat karena perubahan Peraturan Bupati (Perbup) yang sering terjadi.

Permasalahan selanjutnya di Desa Kayu Aro terkait dengan prinsip Transparansi yaitu

mengenai media publik seperti kurang berjalan website dan facebook yang menyebabkan
6

masyarakat tidak dapat mengakses informasi dengan mudah di internet dan desa juga tidak

menyediakan papan informasi, baliho dan struktur perangkat desa hal ini menyebabkan tidak

dapatnya masyarakat mengakses informasi dengan baik.

Sehubungan dengan apa yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul Akuntanbilitas dan Transparansi Pengelolaan

Alokasi Dana Desa di Desa Kayu Aro Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar.

1.2 Rumusan Masalah

Berasarkan urairan latar belakang di atas, adapun permasalahan dalam penelitian :

1. Bagaimana Akuntanbilitas dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Kayu Aro

Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar?

2. Bagaimana Transparansi dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Kayu Aro

Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui Akuntanbilitas dan Transparansi terhadap pengelolaan Alokasidana desa di Desa

Kayu Aro.

1.4 Manfaat Penelitian

Berikut beberapa manfaat penelitian yang dapat dikontribusikan oleh peneliti

a. Bagi penulis, penelitian ini untuk menambah ilmu dan pengetahuan penulis mengenai

akuntanbilitas dan transparansi atas pengelolaan Alokasi dana desa dan penelitian ini

salah satu tahap dalam mendapatkan gelar Sarjana Akuntansi dari Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Islam Riau.

b. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan


7

sebagai pandangan atau bahan pembanding kepada calon peneliti lain yang akan

melakukan penelitian sejenis penelitian yang lebih luas.

c. Bagi Desa, penelitian ini diharapkan dapat membuat pemerintahan desa lebih

akuntanbel dan transparan atas pengelolaan dana desa yang di kelola.

d. Bagi masyarakat desa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

masyarakat desa mengenai pengelolaan Keuangan Desa.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I : PENAHULUAN

Bab ini merupakan bentuk rimgkas dari keseluruhan isi penelitian

dan gambaran permasalahan yang diangkat. Bab ini berisi Latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS


Bab ini menjelaskan telaah pustaka terkait tentang Definisi Desa,

Pengeloaan Alokasi Dana Desa, Akuntanbilitas dan

TransparansiPengelolaan Alokasi Dana Desa, Penelitian

Terdahulu dan HipotesisPenelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN


Bab ini menjelaskan tentang ruang lingkup penelitian yaitu lokasi

penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data dan

teknik analisa data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Bab ini menjelaskan dan membahas mengenai hasil penelitian yang

telah dilakukan.
8

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN


Bab ini menguraikan beberapa hal yang menyatakan kesimpulan

dari keseluruhan isi penelitian dan mengemukakan saran bagi

berbagai pihak.
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Telaah Pustaka

2.1.1 Good Govemment Governance

Good Govemment Governance diartikan sebagai suatu bentuk pemerintahan yang

baik, sedangkan world bank juga mengartikan bahwa good governance sebagai

penyelenggaran manajemen pembangunan yang komplit serta dapat dipertanggungjawabkan

yang berbanding lurus dengan prinsip demokrasi (Mardismo:2021: si maupun pasar yang

efesien, serta penghindaran salah pengalokasian dana 23).

UNDP memberikan karakteristik good governance, yaitu (Mardismo : 2021:23-24):

2.1.1.1 Participation, maksudnya bahwa setiap warga memiliki hak suara dalam membuat

keputusan, baik secara langsung ataupun melalui intermediasi insitusi legitimasi yang

newakili kepentingannya.

2.1.1.2 Rule Of Law, dimana kerangka hukum harus bersifat adil serta dilaksanakan tanpa

pandang bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusia.

2.1.1.3 Transparancy, dimana transparan tercipta atas dasar kebebasan arus komunikasi

2.1.1.4 Responsiveness, dimana Lembaga-lembaga dan proses-proses harus melayani setiap

stakeholders.

9
10

2.1.1.5 Consensus orientation, dimana good governance merupakan perantara kepentingan

yang berbeda untuk memperoleh pikiran terbaik bagi kepentingan yang lebih luas

baik dalam hak kebijakan-kebijakan maupunprosedur-prosedur.

2.1.1.6 Equality, dimana semua warga baik laki-laki maupun perempuanmemilikikesempetan

dalam meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka.

2.1.1.7 Effectiveness and Efficiency, dimana setiap proses maupun Lembaga dapat

menghasilkan apa yang telah digariskan menggunakan sumber-sumber yang telah ada

sebaik-baiknya.

2.1.1.8 Accountability, dimana setiap pembuat keputusan pada pemerintahan sector swasta

dan masyarakat bertanggungjawab kepada masyarakat dan lembaga- lembaga

stakeholder

2.1.1.9 Strategic vision, dimana para pemimpin dan public harus mempunyai perspektif

‘good governannce’ dan membanggakan manusia yang luas dan jauh kedepan sejalan

dengan apa yang diperlukan.

2.1.2 Akuntanbilitas

Akuntanbilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau

menjawab dan menerangkan kinerja serta tindakan seseorang atau pimpinan suatu unit

organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau yang berwenang meminta

pertanggungjawaban. Akutanbilitas akan semakin baik jika didukung oleh suatu sistem

akuntansi yang menghasilkan informasi akurat, handal, tepat waktu, serta dapat

dipertanggungjawabkan (Ayu Komang, 2014). Akuntanbilitas juga dapat dikatakan

sebagai pertanggungjawaban atas keberhasilan maupun kegagalan dalam melaksanakan

sebuah misi organisasi serta adanya kewajiban untuk melaporkannya.


11

Petanggungjawaban dilakukan media yang akan dikejakan secara berkala

(Mardiasmo:2012)

Akuntanbilitas diartikan sebagai sebuah bentuk kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan sebuah keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan organisasi

dalam mencapai sasaran yang telah di terapkan untuk periode-periode sebelumnya yang

dilakukan secara periodik (Mustofa, 2012)

Abdul Halim dan Muhamad Ikbal (2012:83) akuntanbilitas adalah kewajiban

untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan

tindakan seseorang atau badan hukum pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang

memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau

pertanggungjawaban.

Mardiasmo (2012:46) akuntanbilitas adalah sebuah kewajiban melaporkan dan

bertanggung jawab atas keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan misi oganisasi

dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui media

pertanggungjawaban yang dikerjakan secara berkala.

Sukasmanto (dalam Sumpeno; 2011:222) Akuntanbilitas dalam pemerintahan

desa melibatkan kemampuan pemerintah desa untuk mempertanggungjawababkan

kegiatan yang dilaksanakan dalam kaitannya dengan masalah pembangunan dan

pemerintahan desa. Pertanggungjawaban yang di maksud disini ialah masalah yang ada

di dalam Anggaran Pendapatan Desa (APBDes), Alokasi Dana Desa (ADD), dan Dana

Desa (DD). Menurut Mahsun (2015) secara sempit akuntanbilitas adalah bentuk

pertanggungjawaban yang mengacu kepada siapa yang bertanggung jawab.

Menurut (Adisasmita:2011) dalam akuntanbilitas terdapat prinsip-prinsip yang

harus diperhatikan adalah sebagai berikut:


12

a. Harus ada komitmen dari pemimpin dan seluruh staf instansi untuk

melaksanakan pengelolaan dengan tujuan agar akuntabel.

b. Harus ada suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber daya secara

konsisten dengan peraturan hukum yang berlaku.

c. Harus dapat menunjukan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat

yang akan di peroleh.

d. Jujur, objektif, transparan dan inovatif dimana sebagai peran perubahan

manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemuktajhiran metode dan teknik

pengukkuran kinerja dan menyusu laporan akuntanbilitas.

e. Meningkatkannya kepercayaan dan keputusan publik tehadap pengelolaan

keuangan oleh pemerintah desa.

f. Timbulnya kesadaran masyarakat tentang hak untuk menilai penyelenggaraan

pemerintah desa.

g. Berkurangnya kasus KKN di dalam lingkup pemerintah desa.

h. Adanya laporan keterangan penyelenggaraan pemerintah secara tertulis


kepada badan permusyawaratan desa (BPD) pada akhir tahun anggaran

i. Adanya informasi penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada

masyarakat tahun anggaran.

Indikator pengukuran akuntabilitas berdasarkan Permendagri No. 20 Tahun


13

Tabel 2.1 Indikator Perencanaan

No Indikator

1 “Perencanaan pengelolaan keuangan desa merupakan perencaanaan


penerimaan dan pengeluaran pemerintahan desa pada tahun anggaran yang
dianggarkan dalam APB Desa”.

2 “Sekertaris desa mengoordinasikan penyusunan rancangan APB Desa


berdasarkan RKP Desa tahun berkenaan dan pendoman penyusunan APB
Desa yang diatur dengan Peraturan Bupati/Wali kota setiap tahun”.

3 “Rancangan APB Desa yang telah disusun merupakan bahan penyusunan


peraturan desa tentang APB Desa”.

4 Sekertaris Desa menyampaikan Rancangan Peraturan Desa tentang


APBDesa.

5 Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) disampaikan kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan
disepakati bersama dalam musyawarah BPD.

6 Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa sebagaimana dimaksudpada


ayat (2) disepakati bersama dalam musyawarah BPD.
Sumber 1: Data Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No.20 Thn 2018 pasal 31-3

Tabel 2.2 Indikator Pelaksanaan

No Indikator

1 “Pelaksanaan pengelolaan keuangan desa merupakan penerimaan dan


pengeluaran desa yang dilaksanakan melalui rekening kas desa pada bank
yang ditunjuk Bupati/Wali Kota”.

2 “Rekening kas desa dibuat oleh pemerintah desa dengan spesimen tanda
tangan kepala desa dan kaur keuangan”.

3 Desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya, rekening kas


Desa dibuka di wilayah terdekat yang dibuat oleh pemerintah Desa dengan
spesimen tanda tangan kepala Desa dan Kaur Keuangan.
14

4 Bupati/Wali Kota melaporkan daftar nomor rekening kas Desa kepada


Gubenur dengan Tembusan Mentri melalui Direktur Jendral Bina
Pemerintahan Desa.

5 Kaur Keuangan dapat menyimpan uang tunai pada jumlah tertentu untuk
memenuhi kebutuhan oprasional pememrintahan Desa.
Sumber 2: Data Peraturan Mentri Dalam Negri RI No.20 Thn 2018 pasal 43-44

Tabel 2.3 Indikator Penatausahaan

No Indikator

1 “Penatausahaan keuangan dilakukan oleh kaur keuangan sebagai


pelaksanaan fungsi kebendaharaan”.

2 “Penatausahaan dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan dan


pengeluaran dalam buku kas umum”.

3 “Pencatatan pada buku kas umum ditutup setiap akhir tahun”.

4 Pengeluaran atas beban APB Desa dilakukan berdasarkan RAK Desa yang
telah disetujui oleh Kepala Desa.

5 Pengeluaran atas beban APB Desa untuk kegiatan yang dilakukan secara
swakelola dikeluarkan oleh Kaur Keuangan kepada Kaur dan Kasi
Pelaksanaan kegiatan anggaran atas dasar DPA dan SPP yang diajukan serta
telah disetujui oleh Kepala Desa
Sumber 3: Data Peraturan Mentri Dalam Negri RI No.20 Thn 2018 pasal 63 dan 66
15

Tabel 2.4 Indikator Pelaporan

No Indikator

1 “Kepala desa menyampaikan laporan pelaksanaan APB Desa semester


pertama kepada Bupati/Wali Kota melalui Camat”.

2 “Laporan terdiri atas laporan pelaksanaan APB Desa dan laporan realisasi
kegiatan”.

3 “Kepala desa menyusun laporan dengan menggabungkan seluruh laporan


paling lambat minggu kedua bulan juli tahun berjalan”.

4 Bupati/Wali kota menyampaikan laporan konsolidasi pelaksanaan APB Desa


kepada Mentri melalui direktur Jendral Bina Pemerintahan Desa paling
lambat minggu kedua bulan agustus tahun berjalan.
Sumber 4: Data Peraturan Mentri Dalam Negri RI No. 20 Thn 2018 pasal 68-69

Tabel 2.5
Indikator Pertanggungjawaban

No Indikator

1 “Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi APB


Desa kepada Bupati/Wali Kota melalui Camat setiap akhir tahun”.

2 “Laporan pertanggungjawaban disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan


setelah akhir tahun anggaran berkenaan yang ditetapkan dengan peraturan
desa”.

3 “Laporan Pertanggungjawaban berisikan laporan keuangan yang terdiri dari


laporan realisasi APB Desa dan catatan atas laporan keuangan, laporan
realisasi kegiatan, daftar program sektoral, program daerah dan program
lainnya yang masuk ke desa”.
4 Laporan pertanggungjawaban sebagimana dimaksud dalam pasal 70
merupakan bagian dari laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir
tahun anggaran.
5 Bupati/Wali menyampaikan laporan konsolidasi realisasi pelaksanaan APB
Desa kepada Mentri melalui Direktur Jendral Bina Pemerintahan Desa paling
lamabt minggu kedua Bulan April tahun berjalan.
Sumber 5: Data Peraturan Mentri Dalam Negri RI No.20 Thn 2018 pasal 70-71
16

2.1.3 Transparansi

Peraturan Dalam Negeri No. 37 Tahun 2007 pasal 4 (7), tentang pedoman

pengelolaan keuangan daerah, dimana dapat di katakan bahwa transparan adalah prinsip

keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan

akses informasi seluas-luasna tantang keuangan daerah.

Nurhayati (2017) menyatakan bahwa definisi transparansi adalah membeikan

informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan

pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan

menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang

di percayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

Menurut Hoesada (2019:273) Asas transparansi mengandung unsur pengungkapan dan

penyediaan informasi yang memadai dan mudah diakses oleh pemangkku kepentingan

desa.

Menurut Agus Dwiyanto (2015:80) transparansi adalah sebagai penyediaan

informasi tentang pemerintahan bagi publik dan dijaminnya kemudahan di dalam

memperoleh informasi-informasi yang akurat dan memadai.

Transparansi juga dapat di artikan sebagai keterbukaan organisasi dalam

memberikan informasi yaitu terkait dengan pengelolaan sumber daya publik kepada

pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan (Mahmudi,2016). Dengan

dilakukannya transparansi publik akan memperoleh informasi yang aktual dan faktual,

sehingga mereka dapat menggunakan informasi tersebut untuk (1) membandingkan

kinerja keuangan yang dicapai dengan yang direncanakan (realita

v.s anggaran). (2) menilai ada tindakanya korupsi dan menipulasi dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran, (3) menentukan tingkat kepatuhan


17

terhadap peraturan perundangan yang terkait, (4) mengetahui hak dan kewajiban

masing-masing pihak, yaitu antara manajemen organisasi sektor pubik dengan

masyarakat dan dengan pihak lain yang terkait (Mahmudi,2010).

Transparansi merupakan salah satu aspek mendasar bagi terwujudnya

penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Perwujudan tata pemerintahan yang baik

mensyaratkan adanya keterbukaan, keterlibatan dan kemudahan akses bagi masyarakat

terhadap proses penyelenggaraan pemerintah. Keterbukaan dan kemudahan informasi

penyelenggaraan pemerintah memberikan pengaruh untuk mewujudkan berbagai

indikator lainnya (Umami & Nurodin, 2017)

Menurut Krina (dalam Hanifah dan praptoyo,2015:7), Prinsip-prinsip transparasi

dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti berikut:

1) Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua

proses-proses pelayanan publik Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-

pertanyaan pubik tentang berbagai kebijakan dan pelayanan publik, maupun

proses-proses di dalam sektor publik

2) Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi

maupun penyimpangan tindakan aparat publik di dalam kegiatan melayani.

Pemerintah desa mewujudkan prinsip transparansi (keterbukaan) melalui

penyelenggaraan pemerintahan, masyarakat diberikan kesempatan untuk mengetahui

kebijakan yang akan dan telah diambil oleh pemerintah (Tahir, 2014: 115). Maka dari

transparansi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dapat dilihat dalam dua hal

yaitu:

1. Salah satu wujud pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat.

2. Upaya meningkatkan manajemen pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintah

yang baik dan mengurangi kesempatan dan praktek kolusi, korupsi dan
18

nepotisme.

Transparansi memiliki tiga karakteristik, Mardiasmo (2018:19) mengemukakan

karakterstik tersebut yaitu sebagai berikut :

a. Informatif. Pemberian arus informasi, berita, penjelasan mekanisme, prosedur,

data, fakta kepada stakeholders yang membutuhkan inormasi secara jelas dan

akurat.

b. Keterbukaan. Keterbukaan informasi publik memberikan hak kepada setiap

orang untuk memperoleh informasi dengan mengakses data yang ada di badan

publik, dan menegaskan bahwa setiap informasi publik itu harus bersifat terbuka

dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi.

c. Pengungkapan. Pengungkapan kepada masyarakat atau publik (stakeholders)

atas aktifitas dan kinerja finansial.

Indikator pengukuran transparansi menurut Pemendagri No. 114 Tahun

2014dan Permendagri No. 20 Tahun 2018:

Tabel 2.6 Indikator Transparansi

No Indikator
1 “Kepala desa menyampaikan informasi mengenai APB Desa kepada
masyarakat melalui media informasi”.
2 “Pembukuan arus kas masuk dan arus kas keluar memuat semua informasi
yang berisikan pengeluaran belanja atas beban APB Desa yang didukung
oleh bukti yang lengkap dan sah”.
3 “Kelapa desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi APB
Desa kepada Bupati/Wali Kota melalui Camat setiap akhir tahum”.
4 “Kepala desa menyelenggarakan MUSRENBANGDES untuk membahahs
dan menyepakati rancangan RKP Desa”.
5 “Musyawarah perencanaan pembangunan desa diikuti oleh Pemerintah
Desa. Badan Permusawaratan Desa, dan unsur masyarakat yang terdiri dari :
tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, dll yan
disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat”.
Sumber 6: Data Permenagri No.114 Thn 2014 dan Permendagri No.20 Thn 2018
19

2.1.4 Desa

Menurut Permenagri No. 20 Tahun 2018 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum

yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal

usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni

oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang

Kepala Desa) atau desa merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

(V. Wiratna Sujarweni,2019:1,2)

Desa dimaknai sebagai kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang

mempunyai sistem pemerintahan sendiri yang dikepalai oleh seorang kepala desa (Raharjo

Muhamad Mu’iz,2021:1)

Desa menurut asal katanya berasal dari bahasa sanskerta, yaitu “dhesi” yang berarti

tanah kelahiran. Jadi, desa tidak hanya dilihat penampakan sebutan desa fiksinya saja, tetapi

juga dimensi sosial budayanya. Desa yang berarti tanah kelahiran selain menunjukan tempat

atau daerah juga menggambarkan kehidupan sosial budaya dan kegiatan penduduknya. Desa

juga dapat didefinisikan bentuk pemeintahan kecil yang ada di negri ini. Luas wilayah desa

biasanya tidak telalu luas dan dihuni oleh sejumlah keluarga. Mayoritas penduduknya bekerja

dibidang agraris dan tingkat pendidikannya cenderung rendah, karena jumlah penduduknya

tidak begitu banyak, hubungan kekerabatan antar masyarakat biasanya terjalin kuat, para

masyarakatnya juga masih percaya atau memegang teguh adat dan tradisi yang ditinggalkan

para leluhur mereka (Icuk Rangga Bawono & Erwin Setyadi,2019:1)


20

Undang-Undang Desa yang disahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

tersebut memang merupakan sesuatu yang istimewa. Keistimewaan Undang-Undang Desa

tersebut antara lain sebagai berikut :

2.1.4.1 Desa akan mendapatkan dana miliyaran rupiah secara langsung Berdasarkan Undang-

Undang Desa No.6 Tahun 2014 pasal 73 Ayat 3 menyebutkan Alokasi Dana Desa

minimal akan digelontorkan secara langsung ke desa sebanyak 10% dari dana

perimbangan yang akan diterima oleh Kabupaten/Kota. Jadi setiap tahun desa akan

menerima dana miliyaran rupiah untuk kemajuan desa. Wakil Ketua Pansus RUU

Desa, Budiman Sudjatmiko, menyatakan jumlah 10% dari dana perimbangan yang

diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah

dikurangi Dana Alokasi Khusus. Artinya dana sekitar RP 104,6 triliun ini dibagi

sekitar 72.000 desa. Sehingga total RP 1,4 miliar per tahun per desa. Tetapi akan

disesuaikan dengan geografis, jumlah penduduk dan jumlah kemiskinan. Dana ini

diajukan desa melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang anggotanya

merupakan wakil dari pendidik desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan

secara degan mokratis. BPD merupakan badan pemusyawaratan di tingkat desa yang

dituntut membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan

Pemerintah Desa, besidang minimal setahun sekali.

2.1.4.2 Penghasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa diatur dengan jelas. Menurut Undang-

Undang Desa No 6 Tahun 2014 Pasal 66 penghasilan kepala desa danperangkat desa

akan mendapatkan kejelasan penggajian berupa gaji tetap setiap bulan. Penggajian

kepala desa dan perangkat dea tersebut berdasarkan dari mana perimbangan APBN.

Selain itu kepala desa dan perangkat desa akan mendapatkan fasilitas beruba jaminan

kesehatan dan penerimaan lainnyayang sah.

2.1.4.3 Wewenang Kepala Desa Berdasarkan Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014 Pasal
21

72, dimana kepala desa berwenang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

yaitu adanya peluang desa untuk mengatur penerimaan yang merupakan pendapatan

desa masing-masing. Namun demikian, diharapkan para kepala desa menjalankan

semua tugasnya dengan tanggung jawab yang lebih besar atas kewenangan yang

diberikan.

2.1.4.4 Masa Jabatan Kepala Desa Bertambah Berdasarkan Undang-Undang Desa No6 Tahun

2014 Pasal 39 masa jabatan kepala desa saat ini adalah 6 tahun dan dapat mejabat

paling banyak 3 kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut. Untuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD) juga sama yaitu dapat menjabat

sebanyak-banyaknya 3 kali masa jabatan, baik secara berturut-turut maupun tidak

berturut-turut. Pada undang-undang sebelumnya hanya dapat menjabat sebanyak-

banyaknya 2 kali masa jabatan.

2.1.4.5 Badan Permusyawaratan Desa Mempunyai Fungsi yang lebih mendalam.

2.1.4.6 Berdasarkan Undang-Undang Desa No 6 Tahun 2014 Pasal 55, Badan Permusyawaratan
Desa mempunyai fungsi:

2.1.4.6.1 membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama kepala desa;

2.1.4.6.2menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa;dan

2.1.4.6.3 melakukan pengawasan kinerja kepala desa(V. Wiratna Sujawerni,2019:1,2,3,4)

Indah (2015), menyatakan sistem pemerintahan saat ini, membuat desa

mempunyai peran yang strategis dalam membantu pemerintah daeah dalam proses

penyelenggaraan pemerintahan termasuk pembangunan. Dalam Undang-Undang No.6 Tahun

2014 disebutkan bahwa pengaturan desa bertujuan untuk:

a. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas desa yang sudah ada dengan

keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI).
22

b. Memberkati kejelasan status dan kepastian hukum atas desa ketatanegaraan

Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

c. Melestarikan dan mewujudkan adat, tradisi, dan budaya setempat.

d. Mendorong prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat desa untuk

pengembangan potensi dan asset desa guna kesejahteraan bersama.

e. Membentuk pemerintah desa yang professional, efisien dan efektif, terbuka serta

bertanggungjawab.

f. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna

mempercepat mewujudkan kesejahteraan umum.

Hal-hal yang dapat diwujudkan dalam pelaksanaan Undang-Undang Desa No 6 Tahun 2014:

1. Desa dapat membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Dengan dana yang dikucurkan langsung ke desa, maka dapat digunakan oleh

desa untuk mendirikan BUMDes. Pengelolaan BUMDes sudah ditetapkan dalam

peraturan desa. Hasil dari BUMDes dapat digunakann untuk pengelolaan dan

pengembangan usaha, untuk membangun desa, memberdayakan masyarakat,

kesejahteraan warga desa, pengetaskankemisikinan desa, dll.

2. Swasembada Pangan

Pemerintah menargetkan bahwa ke depan desa dapat mewujudkan swasembada

pangan nasional. Dengan dana desa tersebut dapat digunakan untuk pembuatan

irigasi yang baik untuk memaksimalkan hasil pertanian. Dana tersebut dapat

digunakan untuk membangun infrastruktur pertanian agar diperoleh hasil

pertanian yang paling bagus.

3. Masyarakat dilibatkan dalam pemantauan dan pengawasan pembangunan desa

Menurut Undang-Undang Desa No 6 Tahun 2014 Pasal 82 dijelaskan peran

serta masyarakat dalam melakukan pemantauan dan pengawasan pembangunan


23

dalam rangka terwujudnya tata kelola pemerintahan desa yang baik. Masyarakat

desa sebagai pemilik desa mempunyai hak untuk mendapatkan informasi

tentang rencana dan pelaksanaan pembangunan. Selain itu, masyarakat juga

dapat memantau langsung jalannya pemerintahan desa. Dari pantauan tersebut,

jika ada yang kurang tepat, maka dapat langsungdilaporkan kepada Pemerintah

Desa dan Badan Permusyawarataan Desa (V.Wiratna Sujarweni,2019:5).

2.1.5 Alokasi Dana Desa

Lili (2018) menyatakan Alokasi Dana Desa yang dikenal ADD adalah dana

yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten untuk desa yang bersumber dari APBN(

dana perimbangan) yang diterima oleh kabupaten setelah dikurangi belanja pegawai.

Soemantri (2011:75) menyebutkan pengertian Alokasi Dana Desa adalah dana

yang dialokasikan oleh pemerintahh Daerah untuk Desa yang bersumber dari bagian

Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Daerah.

Menurut Nurcholis (2011:89) Pengelolaan Alokasi Dana Desa merupakan satu

kesatuan dengan pengelolaan keuangan desa, adaapun rumus yang digunakan untuk

pengelolaan dana desa tersebut yaitu:

2.1.5.1 Asas Merata yaitu besarnya bagian Alokasi Dana Desa yang sama untuk setiap desa,

dengan nama lainnya disebut Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM)

2.1.5.2 Asas Adil yaitu besarnya bagian Alokasi Dana Desa berdasarkan Nilai Bobot Desa

(BDx) yang dihitung dengan rumus variabel tertentu, (misalnya Kemiskinan,

Keterjangkauan, Pendidikan Dasar, Kesehatan dan lain-lain),dengan nama lain disebut

Alokasi Dana Desa Propesional (ADDP).

Menurut Hanif (2018:89) Tujuan dari pelaksanaan penyaluran Alokasi Dana

Desa yaitu:

1. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.


24

2. Meningkatkan perencanaan di tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat.

3. Meningkatan pembangunan infrastruktur perdesaan.


4. Meningkatkan pengalaman nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka

mewujudkan peningkatan sosial.

5. Meningkatkan ketentraman dan ketertibaan masyarakat.

6. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan

kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat.

7. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royongg masyarakat.

8. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa Melalui Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes).

2.1.6 Tahapan Dalam Pengelolaan Dana Desa

Dengan berpedoman pada Peraturan Mentri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 113 Tahun 2014, pasal 20,24,38, dan 44 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Maka dalam Pengelolaan Dana Desa (DD) dapat di bagi menjadi beberapa tahap yaitu:

2.1.6.1 Perencanaan

2.1.6.1.1 Sekertaris desa menyusun Rencana Peraturan Desa tentang APBDesa

berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan.

2.1.6.1.2 Sekertari Desa menyampaikan rencana Peraturan Desa tenteng APBDesa

kepada Kepala Desa.

2.1.6.1.3 Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) disampaikan oleh Kepala Desa kepada Badan

Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan disepakati bersama.


25

2.1.6.1.4 Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disepakati bersama

sebagaimana dimaksud ayat (3) paling lambat bulan Oktober tahun

berjalan.

2.1.6.2 Pelaksanaan

2.1.6.2.1 Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan

kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.

2.1.6.2.2 Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di

wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh pemerintah

Kabupaten/Kota

2.1.6.2.3 Semua penerimaan dan pengeluaran desa sebagaimana dimaksudkan

pada ayat (1) harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

2.1.6.3 Pertanggungjawaban

2.1.6.3.1 Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap tahun anggaran.

2.1.6.3.2 Laporan pertanggung jawaban realisasi pelaksanaan APBDesa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari pendapatan, belanja,

dan pembiayaan.

2.1.6.3.3 Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peratun Desa.

Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDesa sebagaimana dimaksudkan pada ayat (3) dilampiri ;


26

1) Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun

Anggaran berkenanan;

2) Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Angaran

berkenaan; dan

3) Format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke

desa.

Adapun laporan keuangan yang harus dibuat oleh Pemerintah Desa yaitu Format

Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa, Buku Pembantu Kas Kegiatan. Buku

Bank, Buku Pajak, Neraca. Rencana Anggaran Biaya dan Surat Permintaan Pembayaran

serta pernyataan Tanggungjawab Belanja, Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa

pada semester pertama dan semester akhir tahun serta Laporan Pertanggungjawaban

Realisasi Pelaksanaan APBDesa. Disusun sesuai dengan format sebagaimana tercantum

dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Perencanaan Mentri.

2.1.6.4 Pengawasan

2.1.6.4.1 Pemerintah Provinsi wajib membina dan mengawasi pemberian dan

penyaluran Dana Desa, Alokasi Dana Desa, dan Bagi Hasil Pajak dan

retribusi Daerah dari Kabupaten Kota kepada Desa.

2.1.6.4.2 Pemerintah Kabupaten Kota wajib membina dan mengawasi pelaksanaan

pengelolaan keuangan desa.


27

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.7 Penelitian Terdahhulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


1. Abu Rahum,2015 Pengeloaan Dari hasil penelitian,
Alokasi Dana Desa bahwa faktor terhambatnya
(ADD) Dalam pengelolaan Alokasi Dan
Pembangunan Fisik Desa (ADD) dalam
Krayan Makmur pembangunan fisik Desa
Kecamatan Long Ikis Krayan Makmur adalah
KabupatenPaser. rendahnya tingkat
pendidikan perangkat desa
sehingga dapat
memperlambat berjalannya
pengelolaan Alokasi Dana
Desa (ADD) hal
ituterbukti dari
permasalahan yang ada di
Desa Krayan Makmur
membuat terhambatnya
suatu pembangunan.
2. Sanjiwani, 2013 Akuntanbilitas Berdasarkan data yang
Pengelolaan Dana diperoleh dapat disimpulkan
Desa (studi kasus bahhwa hasil yang
Pengeloaan Alokasi menunjukan azas
Dana Desa di transparatif, partisipatif,
Kecamatan dan
Kalisat akuntanbilitas sudah
28

Kabupaten Jember berjalan dengan baik, hanya


Tahun (2013) keahlian Sumber Daya
Manusia dalam
membuat laporan administrasi
masih sangatkurangmampu
sehingga
diperlukan bimbingan
dari pemerintah
daeah.
3. Noviyanti & Akuntanbilitasdan Pengeloaan Alokasi Dana
Mulyana, 2014
Transparasi Desa setiap tahunnya telah
Pengelolaan Alokasi sesuai dengan pedoman
Dana Desa(ADD) yang telah ditentukan oleh
Di Desa peraturan Bupati tentang
Nahaaya Kecamatan Alokasi Dana Desa di mana
Pasohilir Kabupaten selalu melakukan

Balungan Provinsi pembaruan.

Kalimantan Utara

4. Kadek Transparansi Seluruhkegiatan pengelolaan


Sirnawati,PutuAndi
Pengelolaan Alokasi dana ADD baikteknis
Suar JayaPutra &
Made Dana Desa maupun administratif
Arie Wahyuni,2017
(ADD) Di Desa tidak lepas dari BPD
Bubunan sebagai wakil masyarakat
Kecamatan Seririt untuk mengevaluasi seluruh
Kabupaten kegiatan agar dapat
Buleleng dipertanggungjawabkan
29

sesuai ketentuan yangberlaku.


Dalam pengelolaan Alokasi
Dana Desa terdapat kendala-
kendala yang
dihadapi berupa lemahnya
sumber daya manusia aparat
desa dalam melaksanakan
tugas mempengaruhi kinerja
pemerintah desa, disamping
juga keterlambatan dana
masuk juga mempengaruhi
pelaksanaan program ,di
sampingjuga partisipasi
masyarakat juga cenderung
mempengaruhi pengelolaan
ADD
Sumber 7: Data Olahan Penulis, 2022

2.3 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang dikemukakan,

Akuntanbilitas dan Transparansi Pengelolaan Dana Desa di Desa Kayu Aro Kacamatan

Kampar Utara Kabupaten Kampar belum dilaksanakan sesuai dengan Permendagri No.

20 Tahun 2018.
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian

Desain dari penelitin ini menggunakan metode penelitian kualitatif dimana

metode penelitian kualitatif merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan metodologi yang menyelidiki suatu fenomena social maupun masalah

manusia. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan juga bersifat

penemuan, dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumrn kunci (Juliansyah,

2011: 33-34).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif , yang mana pengumpulan data yang

diperoleh dilakukan dengan cara Survei, observasi, wawancara dan juga dokumentasi.

3.2. Objek Penelitian

Lokasi yang dipilih oleh peneliti untuk melakukan penelitian adalah Desa Kayu

Aro Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar.

3.3. Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian

3.3.1 Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa

Transparansi yaitu keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan terkait

keuagan daerah agar dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan juga masyarakat

(Mardiasmo, 2021:48). Pemerintah desa diwajibkan untuk menyampaikan informasi-

informasi mengenai APBDesa secara terbuka kepada masyarakat.

30
31

Indikator pengukuran transparansi sesuai dengan Permendagri No. 114 tahun

2014 dan Permendagri No. 20 Tahun 2018:

Tabel 3.1 Indikator Transparansi

No Indikator

1 “Kepala desa menyampaikan informasi mengenai APB Desa kepada


masyarakat melalui media informasi”.

2 “Pembukuan arus kas masuk dan arus kas keluar memuat semua informasi
yang berisikan pengeluaran belanja atas beban APB Desa yang didukung
oleh bukti yang lengkap dan sah”.

3 “Kelapa desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi APB


Desa kepada Bupati/Wali Kota melalui Camat setiap akhir tahum”.

4 “Kepala desa menyelenggarakan MUSRENBANGDES untuk membahahs


dan menyepakati rancangan RKP Desa”.

5 “Musyawarah perencanaan pembangunan desa diikuti oleh Pemerintah Desa.


Badan Permusawaratan Desa, dan unsur masyarakat yang terdiri dari : tokoh
adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, dll yandisesuaikan
dengan kondisi sosial budaya masyarakat”.
Sumber 8: Permendagri No. 114 tahun 2014 dan Permendagri No. 20 Tahun 2018

3.3.2 Akuntanbilitas Pengelolaan Keuangan Desa

Akuntabilitas merupakan suatu proses pertanggungjawaban atas pengelolaan

sumber daya untuk menyajian dan melaporan segala kegiatankegiatan yang telah

terwujud secara periodik. Indikator pengukuran akuntabilitas berdasarkan Permendagri

No. 20 Tahun 2018:


32

Tabel 3.2 Indikator Perencanaan

No Indikator

1 “Perencanaan pengelolaan keuangan desa merupakan perencaanaan


penerimaan dan pengeluaran pemerintahan desa pada tahun anggaran yang
dianggarkan dalam APB Desa”.

2 “Sekertaris desa mengoordinasikan penyusunan rancangan APB Desa


berdasarkan RKP Desa tahun berkenaan dan pendoman penyusunan APB
Desa yang diatur dengan Peraturan Bupati/Wali kota setiap tahun”.

3 “Rancangan APB Desa yang telah disusun merupakan bahan penyusunan


peraturan desa tentang APB Desa”.

4 Sekertaris Desa menyampaikan Rancangan Peraturan Desa tentang


APBDesa.

5 Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) disampaikan kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati
bersama dalam musyawarah BPD.

6 Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) disepakati bersama dalam musyawarah BPD.
Sumber 9: Data Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No.20 Thn 2018 pasal 31-32

Tabel 3.3 Indikator Pelaksanaan

No Indikator

1 “Pelaksanaan pengelolaan keuangan desa merupakan penerimaan dan


pengeluaran desa yang dilaksanakan melalui rekening kas desa pada bank
yang ditunjuk Bupati/Wali Kota”.

2 “Rekening kas desa dibuat oleh pemerintah desa dengan spesimen tanda
tangan kepala desa dan kaur keuangan”.

3 Desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya, rekening kas


Desa dibuka di wilayah terdekat yang dibuat oleh pemerintah Desa dengan
spesimen tanda tangan kepala Desa dan Kaur Keuangan.

4 Bupati/Wali Kota melaporkan daftar nomor rekening kas Desa kepada


Gubenur dengan Tembusan Mentri melalui Direktur Jendral Bina
Pemerintahan Desa.
33

5 Kaur Keuangan dapat menyimpan uang tunai pada jumlah tertentu untuk
memenuhi kebutuhan oprasional pememrintahan Desa.

Sumber 10: Data Peraturan Mentri Dalam Negri RI No.20 Thn 2018 pasal 43-44

Tabel 3.4 Indikator Penatausahaan

No Indikator

1 “Penatausahaan keuangan dilakukan oleh kaur keuangan sebagai


pelaksanaan fungsi kebendaharaan”.

2 “Penatausahaan dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan dan


pengeluaran dalam buku kas umum”.

3 “Pencatatan pada buku kas umum ditutup setiap akhir tahun”.

4 Pengeluaran atas beban APB Desa dilakukan berdasarkan RAK Desa yang
telah disetujui oleh Kepala Desa.

5 Pengeluaran atas beban APB Desa untuk kegiatan yang dilakukan secara
swakelola dikeluarkan oleh Kaur Keuangan kepada Kaur dan Kasi
Pelaksanaan kegiatan anggaran atas dasar DPA dan SPP yang diajukan serta
telah disetujui oleh Kepala Desa
Sumber 11: Data Peraturan Mentri Dalam Negri RI No.20 Thn 2018 pasal 63 dan 66

Tabel 3.5 Indikator Pelaporan

No Indikator

1 “Kepala desa menyampaikan laporan pelaksanaan APB Desa semester


pertama kepada Bupati/Wali Kota melalui Camat”.

2 “Laporan terdiri atas laporan pelaksanaan APB Desa dan laporan realisasi
kegiatan”.

3 “Kepala desa menyusun laporan dengan menggabungkan seluruh laporan


paling lambat minggu kedua bulan juli tahun berjalan”.

4 Bupati/Wali kota menyampaikan laporan konsolidasi pelaksanaan APB Desa


kepada Mentri melalui direktur Jendral Bina Pemerintahan Desa paling
lambat minggu kedua bulan agustus tahun berjalan.
Sumber 12: Data Peraturan Mentri Dalam Negri RI No. 20 Thn 2018 pasal 68-69
34

Tabel 3.6 Indikator Pertanggungjawaban

No Indikator

1 “Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi APB


Desa kepada Bupati/Wali Kota melalui Camat setiap akhir tahun”.

2 “Laporan pertanggungjawaban disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan


setelah akhir tahun anggaran berkenaan yang ditetapkan dengan
peraturan desa”.

3 “Laporan Pertanggungjawaban berisikan laporan keuangan yang terdiri dari


laporan realisasi APB Desa dan catatan atas laporan keuangan, laporan
realisasi kegiatan, daftar program sektoral, program daerah dan program
lainnya yang masuk ke desa”.

4 Laporan pertanggungjawaban sebagimana dimaksud dalam pasal 70


merupakan bagian dari laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir
tahun anggaran.

5 Bupati/Wali menyampaikan laporan konsolidasi realisasi pelaksanaan APB


Desa kepada Mentri melalui Direktur Jendral Bina Pemerintahan Desa paling
lamabt minggu kedua Bulan April tahun berjalan.
Sumber 13: Data Peraturan Mentri Dalam Negri RI No.20 Thn 2018 pasal 70-71
3.4 Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah primer dan data sekunder. Data primer dilakukan

dengan melalui wawancara kepada narasumber, Sumber data merupakan faktor yang sangat

penting, karena sumber data akan menyangkut kualitas dari hasil penelitian. Oleh karenanya,

sumber data menjadi bahan pertimbangan dala penentuan metode pengumpulan data. Sumber

data terdiri dari : sumber data primer dan sumber data sekunder.

1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau

perseorangan, seperti hasil wawancara kepada sekertaris Desa, Tokoh Masyarakat, Warga

Sekitar dan survey langsung di temapat penelitian.

2. Data Skunder
Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh
35

pihak pengumpulan data primer atau oleh pihak lain, data primer disajikan antara lain dalam

bentuk tabel, dokumen, arsip, soft file, dan data lain yang berbentuk pdf dan word yang

berhubungan dengan data penelitian. Data sekunder digunakan oleh peneliti untuk proses

lebih lanjut.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, dokumentasi dan juga

observasi.

1. Wawancara dilakukan kepada ibu Andri selaku sekertaris di Desa Kayu Aro dengan

memberikan pertanyaan terbuka juga dengan menggunakan alat perekam dari

handphone.

2. Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang menunjang

berlangsungnya kegiatan ADD. Sedangkan Observasi dilakukan dengan mengamati

secara langsung keadaan desa Kayu Aro.

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah semua data yang diperlukan dalam penelitian ini sudah terkumpul, maka data-

data tersebut akan dikelompokan dan kemudian data yang terkumpul akan dianalisa dengan

menggambarkan secara nyata dari hasil penelitian berupa data dan informasi hasil

wawancara, dokumentasi dan lain sebagainya.

Analisis deskriptif yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan,

mempersiapkan, dan menganalisis data sehingga mendapat gambaran yang jelas mengenai

masalah yang diteliti. Metode analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang

diteliti. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang terdapat di Desa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Desa Kayu Aro
A. Letak Geografis Desa Kayu Aro
Kayu Aro merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara,

Kabupaten Kampar, provisi Riau, Indonesia. Secara geografis Desa Kayu Aro terletak pada

koordinat Lintang Selatan dan Bujur Timur. Secara Geografis Luas Wilayah Desa Kayu Aro

terbagi atas Dua Wilayah Dusun, yaitu Dusun 1 Sei Melintang dan Dusun 2 Beringin yang

letaknya dibagi oleh Jalan Poros Tengah Desa dan juga dibagi dalam Dua wilayah RW dan 9

RT, yang dimana dalam pembagiannya Dusun Sei Melintang dengan jumlah 4 RT dan

Dusun Beringin dengan jumlah 5 RT. Secara fisik geografis Desa Kayu Aro memiliki

kawasan daratan luas dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Sibuak Kec.

Tapung Sebelahh Selatan : Desa Sawah

Kec. Tapung

Sebelah Timur : Desa Naga Beralih Kec. Kampar Utara

Sebelah Barat : Desa Sei Lambu Makmur Kec.

Tapung.

Pada awal tahun 1996 lebih tepatnya 13 Januari 1996 terjadi Transmigrasi warga dari

berbagai daerah, ada yang datang dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta

dan warga Masyarakat tempatan atau APPDT, bahkan ada yang dari ABRI atau

Purnawirawan. Dimana total warga yang ditempatkan berjumlah 200 KK.

Setelah lebih kurang 1 tahun berada lebih di lokasi Transmigrasi. Pada 1997 warga

ingin memiliki nama sebuah Desa karena pada saat itu masih dipimpin oleh seorang Kepala

Unit Pemukiman Transmigrasi (KUPT) maka segala jenis pemikiran atau gagasan dari warga

masyarakat melalui hasil Musyawarah disepakati nama desa yang tepat yaitu adalah “Kayu
36
37

Aro”. Nama Kayu Aro di ambil dari sebuah batang pohon yang bernama Kayu Aro yang

dikenal oleh warga masyarakat sebagai pohon yang betuah. Maka diputuskan Desa ini

bernama Desa Kayu Aro dan Pencetus dan penggegas nama Desa Kayu Aro adalah Bpk.

MUHAMMAD NUR (Alm).

B. Pertumbuhan Penduduk Desa Kayu Aro

Jumlah Penduduk Desa Kayu Aro 1.073 (seribu tujuh puluh tiga) jiwa, 542 (lima ratus

empat puluh dua) jiwa penduduk laki-laki dan 531 (lima ratus tiga puluh satu) jiwa penuduk

perempuan. Jumlah KK Desa Kayu Aro sebesar 306 (tiga ratus enam) jiwa.

Tabel 4.1
Penduduk menurut Kelompok Umur di Desa Kayu Aro
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
USIA Usia
(Orang) (Orang) (Orang) (Orang)
0-12 bulan 9 7 39 tahun 12 11
1 tahun 4 1 40 10 8
2 6 4 41 9 9
3 6 7 42 8 14
4 7 9 43 13 13
5 5 8 44 10 13
6 2 5 45 13 11
7 4 4 46 15 15
8 3 4 47 13 8
9 6 2 48 19 9
10 5 5 49 11 13
11 6 6 50 14 10
12 8 6 51 6 6
13 9 4 52 5 8
14 3 2 53 8 9
15 11 6 54 7 9
16 5 5 55 8 7
17 8 11 56 6 7
18 12 14 57 0 1
19 12 8 58 0 1
20 12 12 59 0 3
21 15 16 60 4 1
22 11 8 61 2 0
23 10 14 62 4 0
38

24 23 11 63 0 2
25 7 13 64 0 4
26 15 14 65 0 1
27 8 7 66 1 1
28 10 7 67 2 0
29 9 11 68 2 0
30 10 12 69 0 0
31 5 12 70 0 1
32 16 9 71 1 0
33 7 17 72 0 0
34 6 11 73 1 1
35 6 8 74 0 0
036 15 14 75 0 1
37 8 8 Diatas 75 3 3
338 11 9 Total 542 531
Sumber data: Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan

C. Potensi Desa Kayu Aro


Desa Kayu Aro memiliki potensi Sumber Daya Alam sebagai berikut: Luas Desa 619,5

ha yang terdiri dari (1) Tanah Tegal / Ladang seluas 533,5 ha, (2) Tanah Pemukiman seluas

3,3 ha, (3) Tanah Pekarangan seluas 82,7 ha. Jumlah Bulan Hujan pada Desa Kayu Aro

adalah 7 bulan dengan Suhu rata-rata harian 31º C dan Tinggi tempat dari permukaan laut 56

Mdl.

Tabel 4.2 Kelompok Penduduk Menurut Mata Pencaharian


Laki-laki Perempuan
JENIS PEKERJAAN
(Orang) (Orang)
1. Petani 128 -
2. Buruh tani 243 40
3. Buruh migrant perempuan - -
4. Buruh migrant laki-laki - -
5. Pegawai Negeri Sipil 4 2
6. Pengrajin industri rumah tangga 1
7. Pedagang keliling - -
8. Peternak 40 1
9. Dokter swasta - -
10. Bidan swasta - 1
11. Pensiunan TNI/POLRI 3 -
12. Guru honorer 1
39

13. Ibu Rumah Tngga -


Jumlah 419 9
Jumlah Total Penduduk 354
Sumber Data: Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan

D. Kondisi Pendidikan Desa Kayu Aro

Pendidikan merupakan aspek ketiga yang menjadi indikator dalam penggolongan pada

masyarakat sejahtera dan prasejahtera, dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi maka

akan mendorong tumbuhnya sumber daya manusia yang handal dan trampil, sehingga

memungkinkan akan mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran. Tingkat pendidikan

masyarakat Desa Kayu Aro pada tahun 2022 adalah:

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan


Laki-laki Perempuan
TINGKATAN PENDIDIKAN
(Orang) (Orang)
1. Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 9 7
2. Usia 3-6 tahun yang sedang TK/ playgroup 8 16
3. Usia 7–18 tahun yang tidak pernah sekolah 2 0
4. Usia 7–18 tahun yang sedang sekolah 69 53
5. Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah
6. Usia 18-56 tahun tidak tamat SD
7. Usia 18- 56 tahun tidak tamat SLTP
8. Usia 18 – 56 tahun tidak tamat SLTA
9. Tamat SD/ sederajat 82 92
10. Tamat SMP/ sederajat 116 109
11. Tamat SMA/ sederajat 122 97
12. Tamat D-1/ sederajat 2
13. Tamat D-2/ sederajat
14. Tamat D-3/ sederajat 2 2
15. Tamat S-1/ sederajat 8 22
16. Tamat S-2/ sederajat 1
17. Tamat S-3/ sederajat
18. Tamat SLB A
19. Tamat SLB B
40

20. Tamat SLB C


Jumlah 419 400
JumlahTotal 819
Sumber data: Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan

E. Struktur Pemerintahan Desa Kayu Aro

Gambar 4.1
Struktur Organisasi Desa

Dari bagian struktur organisasi diatas bisa di jelaskan sebagai berikut:

a. Kepala Desa

Kepala Desa adalah penjabat sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan

keuangan desa, mempunyai kewenangan:

1. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBes

2. Menetapkan PTPKD (Perencanaan Tenaga Kerja Desa)

3. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa

4. Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDes


41

5. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDes

b. Sekertaris Desa

Sekertaris Desa bertindak selaku koordinator PTPKD yang mempunyai tugas:

1. Menyusun dan melaksanakan Kebijakan Pengelolaan APBDes

2. Menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes, perubahan APBD

PTPKD dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes

3. Melakukan pengendalian tehadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan

dalam APBDes

4. Menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes

5. Melakukan vartifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran

ABPDes

c. Kelapa Seksi

Kepala Seksi bertindak sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya

yang mempunyai tugas :

1. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya

2. Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemassyarakatan Desa

yang telah ditetapkan di dalam APBDes

3. Melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran

belanja kegiatan

4. Mengendalikan pelakasanaan kegiatan

d. Kepala Dusun

Kepala Dusun ialah orang yang mengetahui satu wilayah dan suatu dusun di

Desa tersebut. di dalam satu desa terdapat beberapa Dusun dan di dalam satu

Dusun terdiri dari beberapa RT dan RW.


42

Berikut adalah nama-nama penjabat yang memerintah di Desa Kayu Aro

Tabel 4.4
Nama Penjabat Pemerintahan Desa Kayu Aro
NO NAMA APARATUR JABATAN STATUS
DESA KEPEGAWAIAN
1 PARMONO KEPALA DESA NON PNS
2 EDI WARTOYO SELERTARIS DESA NON PNS

3 TETI MARDIANA KEPALA URUSAN NON PNS


PERENCANAAN

4 FITRI ANDRI YANI KEPALA URUSAN NON PNS


KEUANGAN

5 RINALDI KEPALA URUSAN NON PNS


UMUM
6 MUHAMMAD ABD KEPALA SEKSI NON PNS
RONI PEMERINTAHAN
7 SETIYANTO KEPALA SEKSI NON PNS
KESRA
8 WINAHYU DWI KEPALA SEKSI NON PNS
NOVRIANSYAH PELAYANAN
9 SRI MULADNO KEPALA DUSUN I NON PNS

10 BAYU JULIANTO KEPALA DUSUN II NON PNS

Sumber: Data Perangkat Desa

Selain Penjabat yang memerintah di Desa Kayu Aro langsung, berikut adalah daftar

Badan Permusyawaratan Desa di Desa Kayu Aro Kecamatan Kampar Utara. Masa Bakti

2017-2023

Tabel 4.5
Daftar Nama Badan Pemusyawaratan Desa Kayu Aro
NO NAMA JABATAN KETERANGAN
LAMA BARU
1 2 3 4 5
1. MUHAMMAD IDRIS, M.Pd KETUA ANGGOTA TETAP
2. BADIYATUN NGALIYAH SEKERTARIS ANGGOTA TETAP
3. SUROSO ANGGOTA ANGGOTA TETAP
4. RINALDI ANGGOTA ANGGOTA TETAP
5. MASRICO ANGGOTA ANGGOTA TETAP
43

6. DEVI PELIYANI - ANGGOTA PAW


Sumber: Data Perangkat Desa

F. Visi dan Misi Desa Kayu Aro

Visi adalah suatu gambaran yang menentang tentang keadaan masa depan yang

diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa. Penyusunan Visi Desa Kayu Aro ini

dilakukan dengan pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan di

Desa Kayu Aro seperti pemeintahan desa, BPD, toko masyarakat, tokoh agama, lembaga desa

dan masyarakat desa pada umumnya. Pertimbangan kondisi eksternal di desa seperti satuan

kerja wilayah pembangunan di kecamatan.

Selain penyusunan visi juga telah ditetapkan misi-misi yang memuat sesuatu pernyataan

yang harus dilaksanakan oleh desa agar tercapainya visi desa terebut. Visi berada di atas misi.

Pernyataan visi kemudian dijabarkan ke dalam misi agar dapat di oprasionalkan / dikerjakan.

Sebagaimana penyusunan visi, misipun dalam penyusunannya menggunakan pendekatan

partisipatif dan pertimbangan potensi dan kebutuhan Desa Kayu Aro.

G. Visi Desa
Berdasarkan kondisi masyarakat Desa Kayu Aro saat ini, tantangan yang dihadapi 6 tahun

mendatang serta dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh Desa Kayu Aro

sumber pendapatan dari PAD, dana desa dari tingkat II, dan pusat yang amanatnya untuk

pembangunan, oprasional, pemberdayaan aparatur pemerintahan dan kelembagaan yang ada

di desa Kayu Aro, Visi pembangunan Kayu Aro tahun 2018-2023 yakni: “Terciptanya

pelayanan prima kepada masyarakat serta mewujudkan pembangunan masyarakat Desa Kayu

Aro dengan prinsip kejujuan yang berlandaskan iman dan Taqwa”

Filosofi Visi:
44

a. Menjujung tinggi nila-nilai ajaran agama yang dianut, benar-benar telah dijadikan

tuntunan utama setiap nafas kehidupan dan penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan, kemasyarakatan dan pribadi, sehingga adanya kekuatan batin yang

mendalam di jiwa setiap individu

b. Menumbuh kembangkan kebudayaan yang sudah ada, sehingga mampu bertahan dan

bersifat akomodatif terhadap kemajuan peningkatan drajat, harkat, martabat manusia

dan ikut dalam kontribusi

c. Kondisi kehidupan sosial masyarakat dipandang dari sisi pendidikan, kesehatan,

kesejahteraan, keamanan, kenyamanan, ketentraman, dan ketertiban sudah semakin

meningkat sehingga menjadi kondusif untuk memacu pembangunan

d. Stabilitas ekonomi yang dapat dipertahankan dan bersifat dinamis, produktifitas,

mengurangi pegangguran, menurunkan kemiskinan, membina usaha kecil kebutuhan

masyarakat

e. Iklim demokratisasi yang semakin kondusif, stabilitas politik, maka keamanan dan

ketertiban terkendali, partisipasi dan kecerdasan masyarakat berpolitik semakin baik,

penyelenggaraan pemerintahan yang kondusif, kualitas dan profesionalisme aparatur

meningkat dan kapasitas yang semakin kuat sehingga tercapai Kayu Aro Bersatu.

H. Misi Desa
Untuk mencapai tujuan dari Visi di atas maka disusunlah Misi sebagai langkah-langkah

penjabaran dari visi di atas sebagai berikut:

Misi :

1. Memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan cermat kepada masyarakat.

2. Menciptakan transparansi pelayanan administrasi pemerintah kepada masyarakat.

3. Meningkatkan kinerja aparatur pemerintah yang bersih dan bertanggug jawab.


45

4. Mewujudkan Desa Kayu Aro yang bersih, indah dan tertib.

5. Mewujudkan pembangunan Desa yang merata dan betahap.

Pembangunan jangka menengah Desa Kayu Aro tahun 2018-2023 sebagai berikut:

1. Menjadikan kinerja pemerintahan desa, maksudnya adalah meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia yang mampu menguasai IPTEK dengan memiliki nilai-nilai

moral religius dan kultural, manajemen pembangunan insfratuktur yang maju dan

mampu diakses secara merata tanpa ada tertinggal di dasari ketaqwaan yang luhur.

2. Mewujudkan nilai-nilai kebudayaan masyarakat, maksudnya adalah dengan budaya

mampu bertahan terhadap kemajuan dan ikut kontribusi, memberi rasa aman.

3. Mewujudkan sosial masyarakat, maksudnya adalah kehidupan masyarakat menjemuh

kebersamaan dapat membangun kebutuhan

4. Menjadikan stabilitas ekonomi masyarakat, maksud nya adalah kondisasikan

pendapatan yang mendasar, di dukung usaha sesuai profesi dan kemampuan.

5. Mewujudkan suasana kehidupan masyarakat dan menyelenggarakan pemerintahan

yang demokratis, maksudnya adalah menjadikan suasana kemasyarakatan dan

penyelenggaraan pemerintahan yang dinamis sesuai dengan nilai-nilai luhur yang

terkandung dalam pancasila dan konstitusi negara dalam koridor NKRI, meningkatkan

kesadaran nasionalisme.

I. Gambaran Umum Pengelolaan Keuangan Desa Kayu Aro

Pengelolaan Keuangan Desa diatur dalam Dua rencana kerja, yang pertama ada RPJM

(Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Desa dan yang kedua ada RKP (Rencana Kerja

Pembangunan) Desa yang direncanakan di dalam APBDes (Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa) yang berisi tentang informasi yang akan dikerjakan dalam jangka waktu satu
46

tahun berjalan, beikut program kerja tersebut:

1. Pendapatan

a. Pendapatan Asli Desa

Pendapatan Asli Desa (PAD) yang Totalnya sebesar Rp. 40.000.000,00

b. Pendapatan Transfer

Pendapatan Transfer yang Totalnya sebesar Rp.1.120.546.715,00, yang terdiri

atas Dana Desa yang Totalnya sebesar Rp.661.401.000,00, Bagi Hasil Pajak dan

Retribusi Daerah totalnya sebesar Rp.42.532.468,00, Alokasi Dana Desa (ADD)

totalnya sebesar Rp. 316.613.247,00, dan Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota

totalnya sebesar Rp.100.000.000,00.

2. Belanja

a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa yang total keseluruhannya sebesar

Rp. 386.571.539,00, yang terdiri dari Penyelenggaraan Belanja Siltap dan

Tunjangan Rp.291.010.000,00 Penyediaan Sarana (Aset Tetap)

Perkantoran/Pemerintahan sebesar Rp.36.537.039,00

Penyusunan/Penapatan/Pemuktakhiran Profil Desa sebesar Rp.36.804.500,00 Tata

Praja Pemerintahan, Perencanaan, Keuangan sebesar Rp.22.220.000,00.

b. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa

Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa yang keseluruhan totalnya sebesar Rp.

605.046.500,00 yang terdiri atas Sub Bidang Pendidikan sebesar Rp.

97.335.000,00, Sub Bidang Kesehatan Rp. 208.534.000,00, Sub Bidang Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang sebesar Rp. 196.358.600,00, dan Sub Bidang
47

Perhubungan Komunikasi sebesar Rp. 1.900.000,00.

c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan

Bidang Pembinaan Kemasyarakatan yang total keseluruhanna sebesar Rp.

49.600.000,00, yang terdiri atas Sub Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum

sebesar Rp. 3.600.000,00, Sub Bidang Kebudayaan dan Keagamaan sebesar Rp.

34.000.000,00, Sub Bidang Kepemudaan dan Olahraga sebesar Rp. 4.000.000,00,

dan Bidang Kelembagaan Masyarakat sebesar Rp. 8.000.000,00.

d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Bidang Pembedayaan Masyarakat yang Total keseluruhannya sebesar Rp.

139.640.000,00, yang tediri atas Sub Bidang Pertanian dan Perternakan sebesar

Rp. 40.060.000,00, Sub Bidang Pemberdayaan Perempuan sebesar Rp.

68.505.000,00, Sub Bidang Dukungan Penanaman Modal sebesar Rp.

12.000.000,00.

e. Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat dan Mendesak Desa

Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat dan Mendesak Desa keseluruhan

totalnya sebesar Rp. 111.600.000,00 yang terdiri dari Sub Bidang Keadaan

Mendesak, Penanganan Keadaan Mendesak dan Belanja Tidak Terduga sebesar

Rp. 111.600.000,00.

3. Pembiayaan

a. Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan Pembiayaan dari sisa lebih perhitungan Anggaran (silpa) tahun

sebelumnya (2020) totalnya sebesar Rp. 131.911.324,00, yang terdiri atas saldo

dana Pendapatan Asli Desa (PAD) tahun Anggaran 2020 sebesar Rp.

40.000.000,00, Saldo Dana Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp.


48

493.564.000,00, Saldo Dana Desa (DD) Tahun Anggaran 2020 sebesar Rp.

818.154.000,00.

b. Pengeluaran Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan dari Modal Desa sebesar Rp. 818.154.000,00. yang

bersumber dari Silpa Dana Desa (DDS) Tahun 2021.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Akuntanilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Di Desa Kayu Aro

Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar

Peneliti menggunakan PERMENDAGRI No. 20 Tahun 2018 untuk pengukuran suatu

Akuntanbilitas pengelolaan alokasi dana desa (ADD) di desa kayu aro yang terdiri dari

indikator-indikator antara lain

1. Perencanaan
Tabel 4.1 Indikator Pengukuran Akuntanbilitas Perencanaan
No Indikator Narasumber Hasil Wawancara Keterangan Sesuai
(S), Belum Sesuai
(BS), Belum
Terjadi (BT)
1 Perencanaan Sekretaris Desa Perencanaan S
pengelolaan pengelolaan
keuangan desa keuangan desa telah
merupakan dilakukan
perencanaan
penerimmaan dan
pengeluaran
pemerintahan desa
pada tahun
anggaran yang
dianggarkan dalam
APBDesa
2 Sekertaris desa Sekretaris Desa Sekertaris desa telah S
mengoordinasikan mengoordnasikan
penyusunan penusunan
rancangan rancangan APBDesa
APBDesa berdasarkan
berdasarkan APBDesa yang
49

APBDesa yang diatur dengan


diatur dengan peraturan
Peraturan Bupati/Wali Kota
Bupati/Wali Kota
3 Rancangan Sekretaris Desa Rancangan S
ABPDesa yang ABPDesa yang
telahh disusun telahh disusun
merupakan bahan merupakan bahan
penyusunan penyusunan perturan
perturan desa desa tentang
tentang APBDesa APBDesa
4 Sekertaris Desa Sekretaris Desa Sekertaris Desa telah S
menyampaikan menyampaikan
Rancangan Rancangan
Peraturan Desa Peraturan Desa
tentang tentangAPBDesa
APBDesa.
5 Rancangan Sekretaris Desa Rancangan S
Peraturan Desa Peraturan Desa
tentang APB Desa tentang APB Desa
sebagaimana sebagaimana
dimaksud dimaksud
pada ayat (1) pada ayat (1)
disampaikan kepala disampaikan kepala
Desa kepada BPD Desa kepada BPD
6 Rancangan Sekretaris Desa Rancangan S
Peraturan Desa Peraturan Desa
tentang APB Desa tentang APB Desa
sebagaimana sebagaimana
dimaksud dimaksud
pada ayat (2) pada ayat (2)
disepakati bersama disepakati bersama
dalam musyawarah dalam musyawarah
BPD BPD

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti yang disajikan pada

tabel 4.1 Perencanaan dilakukan di Desa Kayu Aro Kecamatan Kampar Kabupateb Kampar

Utara, dalam hal ini penatausahaan telah sesuai dengan PEMENDAGRI No. 20 Tahun 2018.

Pelaksanaan

Tabel 4.2 Indikator Pengukuran Akuntanbilitas Indikator Pelaksanaan


No Indikator Narasumber Hasil Keterangan Sesuai
50

Wawancara/Dokumen (S), Belum Sesuai


(BS), Belum
Terjadi (BT)
1 Pelaksanaan Sekretaris Desa Pelaksanaan S
pengelolaan pengelolaan keuangan
keuangan desa desa meupakan
meupakan penerimaan dan
penerimaan dan pengeluaran desa
pengeluaran desa yang dilaksanakan
yang dilaksanakan melalui rekening kas
melalui rekening desa pada bank yang
kas desa pada ditunjuk Bupati/ Wali
bank yang Kota
ditunjuk Bupati/
Wali Kota
2 Rekening kas desa Sekretaris Desa Rekening kas untuk S
dibuat oleh desa telah dibuat oleh
pemerintah desa pemerintah desa
dengan spesimen dengan tanda tangan
tanda tangan kepala desa dan kaur
kepala desa dan keuangan
kaur keuangan
3 Desa yang belum Sekretaris Desa Desa yang belum S
memiliki memiliki pelayanan
pelayanan perbankan di
perbankan di wilayahnya, rekening
wilayahnya, kas Desa dibuka di
rekening wilayah terdekat
kas Desa dibuka di yang dibuat oleh
wilayah terdekat pemerintah Desa
yang dibuat oleh dengan spesimen
pemerintah Desa tanda tangan kepala
dengan spesimen Desa dan Kaur
tanda tangan Keuangan.
kepala Desa dan
Kaur Keuangan.
4 Bupati/Wali Kota Sekretaris Desa Telah dilakukan S
melaporkan daftar
nomor rekening
kas Desa kepada
Gubenur dengan
Tembusan Mentri
melalui Direktur
Jendral Bina
Pemerintahan
Desa
5 Kaur Keuangan Sekretaris Desa Telah dilakukan S
51

dapat menyimpan
uang tunai pada
jumlah tertentu
untuk
memenuhi
kebutuhan
oprasional
pememrintahan
Desa.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti yang disajikan pada tabel

4.2 Pelaksanaan dilakukan di Desa Kayu Aro Kecamatan Kampar Kabupateb Kampar Utara,

dalam hal ini penatausahaan telah sesuai dengan PEMENDAGRI No. 20 Tahun 2018.

2. Penatausahaan
Tabel 4.3 Indikator Pegukuran Akuntanbilitas Indikator Penatausahaan
No Indikator Narasumber Hasil Wawancara Keterangan Sesuai
(S), Belum Sesuai
(BS), Belum
Terjadi (BT)
1 Penatausahaan Sekretaris Desa Penatausahaan S
keuangan keuangan telah
dilakukan oleh dilakukan oleh
kaur keuangan bendahara
sebagai pelaksana
fungsi
kebendaharaan
2 Penatausahaan Sekretaris Desa Bendahara telah S
dilakukan dengan mencatat
mencatat setiap penerimaan dan
penerimaan dan pengeluaran dalam
pengeluaran dalam buku kas umum.
buku kas umum.
3 Pencatatan pada Sekretaris Desa Pencatatan pada S
buku kas umum buku kas umum
ditutup setiap ditutup setiap
akhir akhir
tahun tahun.
4 Pengeluaran atas Sekretaris Desa Pengeluaran atas S
beban APB Desa beban APB Desa
dilakukan telah dilakukan
berdasarkan RAK berdasarkan RAK
52

Desa yang Desa yang telah


telah disetujui oleh disetujui oleh
Kepala Desa. Kepala Desa
5 Pengeluaran atas Sekretaris Desa Pengeluaran atas S
beban APB Desa beban APB Desa
untuk kegiatan untuk kegiatan
yang dilakukan yang dilakukan
secara secara swakelola
swakelola dikeluarkan oleh
dikeluarkan oleh Kaur Keuangan
Kaur Keuangan kepada Kaur dan
kepada Kaur dan Kasi
Kasi Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan anggaran
kegiatan anggaran atas dasar DPA dan
atas dasar DPA dan SPP yang diajukan
SPP yang diajukan serta
serta telah disetujui oleh
telah disetujui oleh Kepala Desa
Kepala Desa

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti yang disajikan pada

tabel 4.3 Penatausahaan dilakukan di Desa Kayu Aro Kecamatan Kampar Kabupateb Kampar

Utara, dalam hal ini penatausahaan telah sesuai dengan PEMENDAGRI No. 20 Tahun 2018.

3. Pelaporan
Tabel 4.4 Indikator Pegukuran Akuntanbilitas Indikator Pelaporan
No Indikator Narasumber Hasil Wawancara Keterangan
Sesuai (S), Belum
Sesuai (BS),
Belum Terjadi
(BT)
1 Kepala desa Sekretaris Desa Kepala desa telah S
menyampaikan menyampaikan
laporan laporan pelaksanaan
pelaksanaan APBDesa semester
APBDesa pertama kepada
semester pertama Bupati/Wali Kota
kepada melalui Camat
Bupati/Wali Kota
melalui Camat
53

2 Laporan terdiri Sekretaris Desa Laporan terdiri atas S


atas Laporan Laporan
Pelaksanaan Pelaksanaan
APBDesa dan APBDesa dan
laporan realisasi laporan realisasi
kegiatan. kegiatan.
3 Kepala desa Sekretaris Desa Kepala desa S
menyusun laporan menyusun laporan
dengan dengan
menggabungkan menggabungkan
seluruh laporan seluruh laporan
paling lambat paling lambat
minggu kedua minggu kedua bulan
bulan juli juli berjalan.
berjalan.
4 Bupati/Wali kota Sekretaris Desa Bupati/Wali kota S
menyampaikan telah
laporan menyampaikan
konsolidasi laporan konsolidasi
pelaksanaan APB pelaksanaan APB
Desa kepada Desa kepada Mentri
Mentri melalui melalui direktur
direktur Jendral Jendral Bina
Bina Pemerintahan Desa
Pemerintahan paling lambat
Desa minggu kedua
paling lambat bulan agustus tahun
minggu kedua berjalan.
bulan agustus
tahun berjalan.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti yang disajikan pada

tabel 4.4 Pelaporan dilakukan di Desa Kayu Aro Kecamatan Kampar Kabupateb Kampar

Utara, dalam hal ini penatausahaan telah sesuai dengan PEMENDAGRI No. 20 Tahun 2018.

4. Pertanggungjawaban
Tabel 4.5 Indikator Pengukuran Akuntanbilitas Indikator Pertanggungjawaban
No Indikator Narasumber Hasil Wawancara Keterangan
Sesuai (S),
Belum
Sesuai (BS),
Belum
Terjadi (BT)
1 Kepala desa Sekretaris Desa Kepala Desa telah S
54

menyampaikan menyampaikan
laporan laporan pertanggung
pertanggungjawaban jawaban realisasi APB
realisai APBDesa Desa
kepada Bupati/Wali
Kota melalui Camat
setiap akhir tahun.
2 Laporan Sekretaris Desa Pelaporan sudah S
Pertangungjawaban dilakukan pada bulan
disampaikan paling Desember 2021
lambat 3 tiga bulan
akhir tahun
anggaran berkenaan
yang ditetapkan
dengan peraturan
desa.
3 Laporan Sekretaris Desa Laporan S
pertanggungjawaban pertanggungjawaban
berisikan laporan berisikan laporan
keuangan yang keuangan yang terdii
terdii dari laporan dari laporan realisasi
realisasi APBDesa APBDesa dan catatan
dan catatan atas atas laporan keuangan,
laporan keuangan, laporan realisasi
laporan realisasi kegiatan, daftar program
kegiatan, daftar sektoral, program
program sektoral, daerah dan program
program daerah dan lainnya yang masuk ke
program lainnya desa.
yang masuk ke desa.
4 Laporan Sekretaris Desa Laporan S
pertanggungjawaban pertanggungjawaban
sebagimana sebagimana dimaksud
dimaksud dalam dalam pasal 70
pasal 70 merupakan bagian dari
merupakan bagian laporan penyelenggaraan
dari laporan Pemerintahan Desa akhir
penyelenggaraan tahun anggaran.
Pemerintahan Desa
akhir
tahun anggaran.
5 Bupati/Wali Sekretaris Desa Bupati/Wali telah S
menyampaikan menyampaikan laporan
laporan konsolidasi konsolidasi realisasi
realisasi pelaksanaan APB
pelaksanaan APB Desa kepada Mentri
Desa kepada Mentri melalui Direktur Jendral
55

melalui Direktur Bina Pemerintahan Desa


Jendral Bina paling lamabt minggu
Pemerintahan Desa kedua Bulan April tahun
paling lamabt berjalan
minggu kedua Bulan
April tahun berjalan.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti yang disajikan pada

tabel 4.5 Pertanggungjawaban dilakukan di Desa Kayu Aro Kecamatan Kampar Kabupateb

Kampar Utara, dalam hal ini penatausahaan telah sesuai dengan PEMENDAGRI No. 20

Tahun 2018.

4.2.2 Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa ADD Di Desa Kayu Aro
Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar
Peneliti menggunakan PERMENDAGRI No. 20 Tahun 2018 untuk pengukuran suatu

Akuntanbilitas pengelolaan alokasi dana desa (ADD) di desa kayu aro yang terdiri dari

indikator-indikator antara lain.

Tabel 4.6 Indikator Pengukuran Transparansi


Keterangan
Sesuai (S),
No Indikator Narasumber Hasil Wawancara/Dokumen Belum
Sesuai
(BS),
Belum
Terjadi
(BT)
1 ‘Kepala desa Sekretaris Desa Kepala desa mengatakan
menyampaikan belum adanya sistem TS
informasi mengenai informasi seperti website
APBDesa kepada pribadi, whatsup, facebook
masyarakat melalui maupun sosial media lain
media informasi’ milik desa.
2 ‘Pembukuan arus kas Sekretaris Desa Pembukuan arus kas masuk
masuk dan arus kas dan arus kas keluar memuat S
keluar memuat semua semua informasi yang
informasi yang berisikan pengeluaran
berisikan pengeluaran belanja atas beban APBDesa
belanja atas beban yang didukung oleh bukti
56

APBDesa yang yang lengkap dan sah


didukung oleh bukti
yang lengkap dan
sah’
3 ‘Kepala desa Sekretaris Desa Laporan realisai
menyampaikan telah disampaikan S
laporan kepada
pertanggungjawaban Bupati/Walikota
realisasi APBDesa
kepada Bupati/Wali
Kota melalui Camat
setiap akhir tahun
anggaran’
4 ‘Kepala desa Sekretaris Desa Kepala desa
menyelenggaakan menyelenggaakan S
MUSRENBANGDES MUSRENBANGDES untuk
untuk membahas dan membahas dan menyepakati
menyepakati rancangan RKP Desa
rancangan RKP Desa’
5 ‘Musyawarah Sekretaris Desa Musyawarah perencanaan
perencanaan pembangunan desa diikuti S
pembangunan desa oleh Pemerintah Desa,
diikuti oleh Badan Permusyawaratan
Pemerintah Desa, Desa, dan unsur masyarakat
Badan yang terdiri dari ; Tokoh
Permusyawaratan Adat, Tokoh Agama, Tokoh
Desa, dan unsur Masyarakat, Tokoh
masyarakat yang Pendidikan, dll yang
terdiri dari ; Tokoh disesuaikan dengan kondisi
Adat, Tokoh Agama, sosial budaya masyarakat
Tokoh Masyarakat,
Tokoh Pendidikan,
dll yang disesuaikan
dengan kondisi sosial
budaya masyarakat’.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti yang disajikan pada

tabel 4.6 Pengukuran transparansi dilakukan di Desa Kayu Aro Kecamatan Kampar

Kabupateb Kampar Utara, dalam hal ini penatausahaan tidak sesuai dengan PEMENDAGRI

No. 20 Tahun 2018.


57

4.2.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan disajikan pada tabel 4.1 Indikator

Pengukuran Akuntanbilitas Perencanaan, Sekertaris desa mengoordinasikan penyusunan

rancangan APBDesa berdasarkan APBDesa yang diatur dengan Peraturan Bupati/Wali Kota.

Pada tahap akuntanbilitas perencaanaan telah sesuai dengan indikator.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan disajikan pada tabel 4.2 Indikator

Pengukuran Akuntanbilitas Pelaksanaan, Pelaksanaan pengelolaan keuangan desa meupakan

penerimaan dan pengeluaran desa yang dilaksanakan melalui rekening kas desa pada bank

yang ditunjuk Bupati/ Wali Kota, Pemerintah desa sudah memiliki rekening dan melakukan

transaksi pada rekening tersebut. Pada tahap akuntanbilitas pelaksanaan telah sesuai dengan

indikator.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan disajikan pada tabel 4.3 Indikator

Pengukuran Akuntanbilitas Penatausahaan, Penatausahaan keuangan dilakukan oleh kaur

keuangan sebagai pelaksana fungsi kebendaharaan, bendahara desa selalu mencatat laporan

pengeluaran dan pemasukan di dalambuku kas umum. Pada tahap akuntanbilitas pelaksanaan

telah sesuai dengan indikator.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan disajikan pada tabel 4.4 Indikator

Pengukuran Akuntanbilitas Pelaporan, Kepala desa menyampaikan laporan pelaksanaan

APBDesa semester pertama kepada Bupati/Wali Kota melalui Camat. Pada tahap

akuntanbilitas pelaporan telah sesuai dengan indikator.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan disajikan pada tabel 4.5 Indikator

Pengukuran Akuntanbilitas Pertanggungjawaban, Kepala desa menyampaikan laporan

pertanggungjawaban realisai APBDesa kepada Bupati/Wali Kota melalui Camat pada bulan

Desember 2021. Pada tahap akuntanbilitas pertanggungjawaban telah sesuai dengan


58

indikator. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa akuntanbilitas di Desa Kayu Aro

sudah accountable.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan disajikan pada tabel 4.6 Indikator

Transparansi, Kepala desa menyampaikan informasi mengenai APBDesa kepada masyarakat

melalui media informasi, hal ini tidak sesuai dengan indikator transparansi dikarenakan desa

kayu aro tidak memasang baliho dan desa kayu aro tidak memiliki media sosial seperti grup

whatssup, facebook, website dan media sosial lainnya yang dapat memudahkan masyarakat

untuk megakses informasi.

Berdasarkan hasil penelitian, Pembukuan arus kas masuk dan arus kas keluar memuat

semua informasi yang berisikan pengeluaran belanja atas beban APBDesa yang didukung

oleh bukti yang lengkap dan sah. Pada tahap transparansi telah sesuai dengan indikator.

Berdasarkan hasil penelitian, Kepala desa menyelenggaakan MUSRENBANGDES

untuk membahas dan menyepakati rancangan RKP Desa, setiap orang yang menghadiri

Musrengbangdes akan menandatangani daftar kehadiran. Pada tahap transparansi telah sesuai

dengan indikator.

Berdasarkan hasil penelitian, Musyawarah perencanaan pembangunan desa diikuti

oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat yang terdiri dari

; Tokoh Adat, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pendidikan, dll yang disesuaikan

dengan kondisi sosial budaya masyarakat.Pada tahap transparansi telah sesuai dengan

indikator. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Transparansi di Desa Kayu Aro belum

Transparan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa Akuntanbilitas di

Desa Kayu Aro Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar sudah dilaksanakan sesuai

dengan Peraturan Mentri Dalam Negri No. 20 Tahun 2018. Tetapi pada tahap Transparansi

Pengelolan Alokasi Dana Desa di Desa Kayu Aro Kecamatan Kampar Utara Kabupaten

Kampar belum sesuai. Hal ini disebabkan karena di Desa Kayu Aro belum memiliki website

atau media sosial laiinnya yang dapat mempermudah masyarakat untuk mengakses sebuah

informasi mengenai desa.

5.2 Saran

Penelitian ini hanya membahas secara teknis mengenail Pengelolaan Alokasi Dana

Desa yaitu mengenai Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan dan

Pertanggungjawaban. Sehingga kelemahan pada penelitian ini yaitu tidak terlalu membahas

secara detail setiap komponen Pengelolaan Alokasi Dana Desa.

Saran peneliti untuk pemerintah desa, ke depannya harus membuat website milik desa

atau media sosial lainnya karena informasi digital akan memudahkan masyarakat desa dalam

mengetahui segala informasi terkait pengelolaan alokasi dana desa.

59
60

Anda mungkin juga menyukai