Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH AKUNTABILITAS TRANSPARANSI DAN PEMAHAMAN

PERANGKAT DESA TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DESA


KECAMATAN BIRU-BIRU KABUPATEN DELI SERDANG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.Ak)

OLEH

NAMA : HANITA ADELIA TARIGAN


NPM : 19510148
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN
MEDAN
2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa merupakan sebuah komunitas dalam lingkungan yang kecil dan terikat
pada lokalitas tertentu sebagai tempat tinggal dan juga tempat pemenuhan kebutuhan
hidup keseharian masyarakat desa yang bergantung pada bidang pertanian (Adisasmita,
2010:28). Menurut Undang Undang No.6 tahun 2014 Desa adalah masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakasa masyarakat, hak
asal usul atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan Republik Indonesia.

Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok dalam perwujudan good


governance yang saat ini sedang di upayakan di Indonesia. Pada Akuntabilitas,
pemerintah diminta untuk melaporkan hasil dari program-program yang telah
dilaksanakan sehingga masyarakat dapat menilai langsung bagaimana kinerja
pemerintah apakah sudah efisien dan efektif. Dalam pasal 3 Undang Undang No.28
tahun 1999 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan asas akuntabilitas yaitu asas
yang menentukan bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan negara harus bisa
dipertanggungjawabkan kepada rakyat atau masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
negara tertinggi sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku di
Indonesia. Menurut CUI-ITB (2004:34) adanya keterkaitan antara transparansi dan
akuntabilitas yaitu: “Transparansi dan akuntabilitas secara konsep saling berketaitan.
Tanpa transparansi tidak ada akuntabilitas dan begitu pula sebaliknya.

Transparansi bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pertanggungjawaban yang


akan dilaksanakan, bagaimana realitas pelaksanaannya metode apa yang digunakan
dalam melaksanakan tugas dan juga dampaknya. Transparansi yang tidak diikuti dengan
akuntabilitas tidak menjamin hasil dari pelaksanaan kebijakan menjadi efisien dan
efektif. Salah satu contoh pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu dalam pembangunan
nasional, pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan
kemakmuran rakyat, kesehatan dan pendidikan yang tinggi sehingga memungkinkan
mutu kehidupan masyarakat meningkat dan didukung oleh penyelenggaraan pemerintah
dan koordinasi masyarakat yang efesien dan efektif. Namun kenyataan dilapangan,
pemerintah masih banyak yang belum bisa melakukan akuntabilitas terhadap
masyarakat.

Sementara itu, tujuan dari pembangunan desa tertulis dalam UndangUndang


No.6 Tahun 2014 adalah meningkatkan kesejahteraan hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan masyarakat melalui pembangunan sarana prasarana desa,
pengembangan potensi ekonomi lokal, pemenuhan kebutuhan dasar dan pemanfaatan
sumber daya alam secara berkelanjutan yang dilaksanakan secara kebersamaan dan
kekeluargaan guna mewujudkan perdamaian dan keadilan sosial. Sejalan dengan
tuntutan dan dinamika pembangunan nasional, perlu dilakukan program pembangunan
pada pedesaan. Pemerintah Desa dapat menyusun sebuah perencanaan dalam
pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya sebagai pemeri ntah desa, namun
pembangunan desa harus tetap mengacu pada program perencanaan pembangunan yang
sudah dibuat dari tingkat kabupaten/kota (Wahid, 2006). Penelitian ini dilakukan pada
Desa. Desa merupakan salah satu desa di Kecamatan Biru - Biru Kabupaten Deli
Serdang, Desa tersebut memiliki jumlah 17 Dusun dengan luas seluruh wilayah desa
7,79 (Km2 ).

Pertanggungjawaban aparat desa dalam mengidentifikasi masalah-masalah yang


terjadi di desa akan menurunkan mutu dari suatu sistem akuntansi yang ada di desa
tersebut. Pengidentifikasian terhadap pencatatan, penganalisian dalam setiap pencatatan
di sistem akuntansi keuangan akan membawa perubahan yang positif terhadap akuntansi
keuangan desa. Permasalahan dalam akuntabilitas pengelolaan keuangan desa dapat di
lihat dari keakuratan sistem akuntansi suatu desa, transparansi yang selalu dilakukan per
periodenya, keandalan informasi yang dimiliki oleh perwakilan desa akan membawa
perubahan dengan membandingkan hasil yang dikelola mereka dengan yang dikelola
oleh orang lain. Pada masa sekarang keakuratan dalam sistem akuntansi keuangan desa
dipertanyakan oleh banyak orang, karena melihat fasilitas dan juga perangkat desanya
yang memang kurang di saring oleh badan perwakilan desa. Adanya
pertanggungjawaban yang baik akan sistem akuntansi keuangan yang dilakukan oleh
perangkat desa akan membawa desa dan sistem akuntansinya kearah keakuratan dalam
pengelolaan keuangannya, atau dapat dikatakan orang-orang akan lebih
mempercayainya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan sejauh mana
pengaruh pemahaman perangkat desa terhadap pengelolaan keuangan desa di
Kecamatan Biru-Biru. Maka peneliti melihat bagaimana sebaiknya pengelolaan dana
desa dikelola dari sudut pandang akuntabilitas, transparansi dan pemahaman perangkat
desa dalam mewujudkan tata kelola yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Apakah transparansi berpengaruh terhadap efektivitas program pembangunan


pada Desa Kecamatan Biru – Biru Kebupaten Deli Serdang?
2. Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap efektivitas program pembangunan
pada Desa Kecamatan Biru – Biru Kebupaten Deli Serdang?
3. Apakah transparansi berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat Desa
Kecamatan Biru – Biru Kebupaten Deli Serdang?
4. Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat Desa
Kecamatan Biru – Biru Kebupaten Deli Serdang?
5. Apakah efektivitas program pembangunan berpengaruh terhadap partisipasi
masyarakat pada Desa Kecamatan Biru – Biru Kebupaten Deli Serdang?
6. Apakah transparansi berpengaruh terhadap efektivitas program pembangunan
melalui partisipasi masyarakat pada Desa Kecamatan Biru – Biru Kebupaten
Deli Serdang?
7. Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap efektivitas program pembangunan
melalui partisipasi masyarakat pada Desa Kecamatan Biru – Biru Kebupaten
Deli Serdang?
1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh transparansi terhadap efektivitas
program pembangunan pada desa
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh akuntabilitas terhadap efektivitas
program pembangunan desa.
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh partisipasi masyarakat terhadap
efektivitas program pembangunan pada Desa.
4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh transparansi terhadap partisipasi
masyarakat pada Desa.
5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh akuntabilitas terhadap partisipasi
masyarakat pada Desa.
6. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh transparansi terhadap efektivitas
program pembangunan melalui partisipasi masyarakat pada desa.
7. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh akuntabilitas terhadap efektivitas
program pembangunan melalui partisipasi masyarakat pada Desa.
1.4 Manfaat Peneliti
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Sebagai langkah awal dalam mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh selama duduk dibangku kuliah serta menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai pengaruh transparansi dan akuntabilitas terhadap
efektivitas program pembangunan desa.
2. Bagi pihak Kantor Desa Kecamatan Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang
Sebagai bahan masukan bagi instansi dan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan strategis sekaligus koreksi
kinerjanya.
3. Bagi Universitas
Untuk menambah wawasan dan informasi mengenai pengaruh
transparansi dan akuntabilitas terhadap efektivitas program
pembangunan desa dengan partisipasi masyarakat sebagai variabel
intervening serta sebagai bahan referensi bagi mahasiswa lain yang
nantinya ajan melakukan penelitian sejenis.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Uraian Teori


2.1.1 Desa
Menurut Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 pasal 1 menjelaskan bahwa Desa
adalah desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.1.2 Ciri Desa

Dikutip dari Geografi Kota dan Desa (2014) karya Daldjoni, ada tiga ciri desa yang bisa

membedakannya dari kota. Berikut tiga ciri dan penjelasannya :

1. Desa dan masyarakatnya sangat dekat dengan alam. Kegiatan mereka sangat

bergantung pada iklim dan cuaca.

2. Penduduk desa merupakan satu unit kerja dan unit social. Dengan jumlah yang

tak besar, mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian.

3. Ikatan kekeluargaan penduduk desa lebih kuat dengan penduduk lain.

2.1.3 Unsur Daerah


Menurut Bintarto (2014), desa mempunyai tiga unsur yakni :

1. Daerah

Dalam arti tanah - tanah yang produktif dan yang tidak.Juga

penggunaannya, termasuk juga unsur lokasi, luas, dan batas yang merupakan

lingkungan geografi setempat.


2. Penduduk

Meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, rasio jenis kelamin, komposisi

penduduk, persebaran, dan kualitas penduduknya.

3. Tata Kehidupan

Ini berkaitan erat dengan adat istiadat, norma, dan aspek budaya lainnya.

2.2 Pengertian Pemerintah Desa

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 tahun 2018 menjelaskan

bahwa pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan juga

Pemerintah Desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu

perangkat desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Desa. Pada Undang-Undang

No. 6 2014tentang desa, dijelaskan bahwa desa merupakan sebuah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Dan juga UU Nomor 6 Tahun 2014 beserta peraturan

pelaksanaannya telah mengamankan pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam

mengelola pemerintah dan berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk di

dalamnya pengelolaan keuangan dan kekayaan milik desa. Untuk mengatur serta

menjalankan suatu kewenangan dalam mengatur desa disebut dengan pemerintah desa,

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat yang bertempat tinggal di desa

diperlukan pendapatan desa agar tujuan pembangunan tercapai.


Dalam konteks Desa, Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

tentang Desa, disebutkan Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-

batas wilayah yang berwenang untuk menagtur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati

dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berada di

Kabupaten/Kota. Dalam pasal 2 ayat (1) dikatakan bahwa desa dibentuk atas prakarsa

masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat

setempat. Pada ayat (2) tertulis bahwa pembentukan desa harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk

2. Luas wilayah

3. Bagian wilayah kerja

4. Perangkat

Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari

perangkat daerah Kabupaten/Kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat

daerah.Berbeda dengan kelurahan, desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih

luas.Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi

kelurahan. Kewenangan desa adalah :

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak

asal-usul desa.

2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan


pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan

masyarakat.

3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/kota.

4. Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.

5. Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintah desa terdiri atas

pemerintah desa (yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

6. Kepala desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan

Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 5 tahun, dan dapat

diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan.Kepala desa juga memiliki

wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan

bersama BPD.

7. Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

oleh penduduk desa setempat.Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa

mengikuti Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005.Perangkat Desa

bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya.Perangkat desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat

Desa lainnya.Salah satu perangkat desa adalah sekretaris desa, yang diisi

Pegawai Negri Sipil. Sekretaris desa diangkat oleh Sekretaris Daerah

Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota. Perangkat Desa lainnya

diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang ditetapkan dengan
keputusan kepala desa.Perangkat desa juga mempunyai tugas untuk

mengayomi kepentingan masyarakatnya.

Dalam melaksanakan tugasnya, kepala desa mempunyai wewenang yang

tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa, antara lain :

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa.

2. Mengerjakan rancangan peraturan desa.

3. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama Badan

Permusyawaratan Desa.

4. Menyusun dan mengerjakan rancangan peraturan desa mengenai Anggaran

Pendapatan Belanja Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama Badan

Permusyawaratan Desa.

5. Membina kehidupan masyarakat desa.

6. Membina perekonomian desa.

7. Mengkoordinasi pembangunan desa secara partisipatif.

8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan Perundang-undangan.

9. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.3 Pengelolaan Keuangan Desa

Dalam Permendagri Nomor 20 tahun 2018 pasal 6 menjelaskan bahwa

Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa dengan

periodisasi 1(satu) tahun anggaran, terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember. Kekuasaan pengelolaan keuangan desa dipegang oleh kepala desa, dalam

Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 menyatakan bahwa dalam siklus pengelolaan

keuangan desa merupakan tanggung jawab dan tugas dari kepala desa dan pelaksana

teknis pengelolaan keuangan desa.

Gambaran rincian proses Siklus Pengelolaan Keuangan Desa adalah sebagai

berikut :

2.1.2 Siklus Pengelolaan Keuangan Desa

Adapun 5 siklus Pengelolaan Keuangan Desa, sebagai berikut :

1. Perencanaan

Dalam Permendagri No 20 Tahun 2018 pasal 31 menjelaskan bahwa

Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa merupakan perencanaan

penerimaan dan pengeluaran pemerintahan.Desa pada tahun anggaran

berkenaan yang dianggarkan dalam APBDesa.

Mekanisme perencanaan menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 adalah

sebagai berikut :

a. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Desa tentang APBDesa

berdasarkan RKPDesa. Kemudian Sekretaris Desa menyampaikan

kepada Kepala Desa.

b. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disampaikan Kepala Desa

kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk pembahasan lebih lanjut.

c. Rancangan tersebut kemudian disepakati bersama, dan kesepakatan

tersebut paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.


d. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati

bersama, kemudian disampaikan oleh Kepala Desa kepada

Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 hari

sejak disepakati untuk dievaluasi. Bupati/Walikota dapat mendelegasikan

evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada camat atau

sebutan lain.

e. Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa paling

lama 20 hari kerja diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang

APBDesa. Jika dalam waktu 20 hari kerja Bupati/Walikota tidak

memberikan hasil evaluasi maka Peraturan Desa tersebut berlaku dengan

sendirinya.

f. Jika Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja

terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

g. Apabila Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan

Peraturan Desa tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan

umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka

Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja

terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

h. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa tetap

menetapkan Rancangan Pearturan Desa tentang APBDesa menjadi

Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota.

i. Pembatalan Peraturan Desa, sekaligus menyatakan berlakunya APBDesa

tahun anggaran sebelumnya. Dalam hal pembatalan, Kepala Desa hanya


dapat melakukan pengeluaran terhadap operasional penyelenggaraan

Pemerintah Desa.

j. Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa paling lama 7

(tujuh) hari kerja setelah pembatalana dan selanjutnya Kepala Desa

bersama BPD mencabut peraturan desa dimaksud.

2. Pelaksanaan

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 pasal 43, Pelaksanaan pengelolaan

keuangan desa merupakan penerimaan dan pengeluaran Desa yang

dilaksanakan melalui rekening kas desa pada bank yang ditunjuk

Bupati/Walikota. Jika desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di

wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota.Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung

oleh bukti yang lengkap dan sah.Dalam kondisi Desa yang belum memiliki

pelayanan perbankan diwilayahnya, rekening kas desa dibuka di wilayah

terdekat.

3. Penatausahaan

Dalam Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 pasal 63, penatausahaan

keuangan dilakukan oleh Kaur Keuangan sebagai pelaksana fungsi

kebendaharaan. Penatausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran dalam buku

kas umum.Pencatatan dalam buku kas umum sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) ditutup setiap akhir bulan. Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018

laporan pertanggungjawaban yang wajib dibuat oleh bendahara desa adalah :


a. Buku Kas Umum

Buku kas umum digunakan untuk mencatat berbagai aktivitas yang

menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas, baik secara tunai maupun

kredit, digunakan juga untuk mencatat mutasi perbankan atau kesalahan

dalam pembukuan.Buku kas umum dapat dikatakan sebagai sumber

dokumen transaksi.

b. Buku Kas Pembantu Pajak

Buku pajak digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka

penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan pajak.

c. Buku Bank

Buku bank digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka

penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan uang bank.

4. Pelaporan

Menurut Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 pasal 68, Kepala Desa

menyampaikan laporan pelaksanaan APBDesa semester pertama kepada

Bupati/Walikota melalui Camat. Adapun kewenangan Kepala Desa dalam

menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut yaitu :

a. Menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada

Bupati/Walikota berupa :

1) Laporan semester pertama berupa laporan realisasi PABDesa,

disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan.

2) Laporan semester akhir tahun, disampaikan paling lambat pada akhir

bulan Januari tahun berikutnya.


b. Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Dsa (LPPD)

setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota.

c. Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir

masa jabatan kepada Bupati/Walikota.

d. Menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan desa

secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran.

5. Pertanggungjawaban

Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 pasal 70, Kepala Desa menyampaikan

laporan pertanggungjawaban realisasi APBDesa kepada Bupati/Walikota

melalui camat setiap akhir tahun anggaran. Laporan pertanggungjawaban

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat 3 (tiga)

bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan yang ditetapkan sengan

Peraturan Desa.

Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan :

a. Laporan keuangan, terdiri dari :

1) Laporan realisasi APBDesa, dan

2) Catatan atas laporan keuangan.

b. Laporan realisasi kegiatan

c. Daftar program sektoral, program daerah dan program lainnya yang

masuk ke desa.

Beberapa disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam Pengelolaan

Keuangan Desa yaitu :


1. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional

yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang

dianggarkan merupakan batas tertinggi tersedianya pengeluaran belanja.

2. Pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan

dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum

tersedia atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APB Desa/Perubahan

APB Desa.

3. Semua penerimaan dan pengeluaran derah dalam tahun anggaran yang

bersangkutan harus dimasukkan dalam APB Desa dan dilakukan melalui rekening

desa.

Menurut Soleh dan Rochmansjah (2015:3) menyatakan bahwa pengelolaan

keuangan desa adalah Pengelolaan Keuangan Desa (APBDesa) yaitu mencakup

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan desa.

Berdasarkan Permendagri 20 tahun 2018 pasal 1 ayat 6 disebutkan bahwa pengelolaan

keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa.

2.4 Akuntabilitas

Dalam PP RI Nomor 29 tahun 2014 pasal 1 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SAKIP, adalah rangkaian sitematik dari

berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan

pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengiikhtisaran, dan pelaporan

kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan

kinerja instansi pemerintah.Dalam pasal 7 Undang-Undang No. 28 Tahun 1999


menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan asas akuntabilitas adalah asas yang

menentukan bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.Menurut Ardianto (2014:97), akuntabilitas adalah evaluasi terhadap proses

pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk dapat dipertanggungjawabkan serta

sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi untuk dapat lebih meningkatkan kinerja

pada masa yang akan datang.

Akuntabilitas adalah kewajiban agen (pemerintah) untuk mengelola sumber

daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan

dengan penggunaan sumber daya publik kepada pemberi mandat

(Principle).Akuntabilitas publik adalah pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja

pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. (Mahmudi 2015:9).Akuntabilitas

adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban untuk menjawab dan

menerangkan kinerja dan tindakan sesorang/badan hukum/kolektif suatu organisasi

kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau

pertanggungjawaban (Waluyo 2009:195). Menurut Harahap (2015:66) pengertian

akuntabilitas dalam penelitian ini yaitu pertanggungjawaban tim pelaksana pengelolaan

keuangan desa kepada masyarakat, dimana kepala desa sebagai penanggungjawab

utama. Pengertian ini didasarkan pada pendapat beberapa ahli antara lain : Menurut

Rasul (2012:81) akuntabilitas adalah kemampuan memberi jawaban kepada otoritas

yang lebih tinggi atas tindakan seseorang atau sekelompok orang terhadap masyarakat

luas dalam suatu organisasi. Menurut Hadi (2010:29), Akuntabilitas yakni para
pengambil keputusan dalam organisasi sektor publik, swasta serta masyarakat madani

memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik (masyarakat umum)

sebagaimana halnya pada pemilik kepentingan.

Akuntabilitas dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (Agent)

untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan

segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi

amanah (Principle) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta

pertanggungjawaban (Mardiasmo 2009:20):

1. Akuntabilitas Vertikal (Vertical Accountability)

Pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih

tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada

pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR.

2. Akuntabilitas Horizontal (Horizontal Accountability)

Pertanggungjawaban horizontal adalah pertanggungjawaban kepada

masyarakat luas.

Akuntabilitas dapat diperoleh melalui :

1. Usaha untuk membuat para aparat pemerintah mampu bertanggungjawab

untuk setiap perilaku pemerintah dan responsif pada identitas dimana

mereka memperoleh kewenangan.

2. Penetapan kriteria untuk mengukur performa aparat pemerintah serta

penetapan mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah terpenuhi.

2.1.4 Dimensi Akuntabilitas

Menurut Rasul (2012:81), dimensi akuntabilitas ada 5 yaitu :


1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran (Accuntability for Probity and

Legality),

Akuntabilitas hukum terkait dengan dilakukannya kepatuhan terhadap hukum

dan peraturan lain yang disyaratkan dalam organisasi, sedangkan akuntabilitas

kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan, korupsi dan

kolusi. Akuntabilitas hukum menjamin ditegakkannya supremasi hukum,

sedangkan akuntabilitas kejujuran menjamin adanya praktik organisasi yang

sehat.

2. Akuntabilitas Manajerial

Akuntabilitas manajerial yang dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas

kinerja (performance accountability) adalah pertanggungjawaban untuk

melakukan pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien.

3. Akuntabilitas Program

Lembaga publik harus mempertanggungjawabkan program yang telah

dibuat sampai pelaksanaan program.

4. Akuntabilitas Kebijakan

Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan

kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak dimasa

depan. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa kebijakan

tersebut, mengapa kebijakan itu dilakukan.

5. Akuntabilitas Finansial

Akuntabilitas ini merupakan pertanggungjawaban lembaga-lembaga

publik untuk menggunakan dana publik secara ekonmis, efisien dan efektif,
tidak ada pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi. Akuntabilitas finansial

ini sangat penting karena menjadi sorotan utama masyarakat.Akuntabilitas

finansial ini mengharuskan lembaga-lembaga publik untuk membuat laporan

keuangan untuk menggambarkan kinerja finansial organisasi kepada pihak

luar.Dari pendapat tersebut ada beberapa dimensi akuntabilitas yang dimaksud

dalam penelitian ini yaitu pertanggungjawaban hukum kepala desa,

pertanggungjawaban kinerja, pertanggungjawaban program,

pertanggungjawaban kebijakan dan pertanggungjawaban oleh tim pelaksana atas

pengelolaan keuangan desa.

Menurut Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan RI dalam Subroto (2009) akuntabilitas adalah kewajiban untuk

memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan

tindakan seseorang/pimpinan suatu unit organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau

yang berwenang meminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas adalah hal yang penting

untuk menjamin nilai-nilai seperti efisiensi, efektivitas, reliabilitas,dan prediktibiltas.

Suatu akuntabilitas tidak abstrak tapi konkrit dan harus ditentukan oleh hukum melalui

seperangkat prosedur yang sangat spesifik mengenai masalah apa saja yang harus

dipertanggungjawabkan.

Sulistiyani dan Subroto (2009) menyatakan bahwa transparansi dan akuntabilitas

adalah dua kata kunci dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun penyelenggaraan

perusahaan yang baik, dinyatakan juga bahwa dalam akuntabilitas terkandung

kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala kegiatan terutama dalam bidang

administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Akuntabilitas dapat dilaksanakan
dengan memberikan akses kepada semua pihak yang berkepentingan, bertanya atau

menggugat pertanggungjawaban para pengambil keputusan dan pelaksanaan baik

ditingkat program, daerah dan masyarakat.

2.1.5 Indikator Akuntanbilitas

Indikator akuntabilitas menurut Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 pasal 70

yaitu :

1. Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi APBDesa

kepada Bupati/Walikota melalui camat setiap akhir tahun anggaran.

2. Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan

paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan yang

ditetapkan dengan Peraturan Desa.

3. Peraturan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan :

a. Laporan keuangan terdiri atas :

1) Laporan realisasi APBDesa

2) Catatan atas laporan keuangan

b. Laporan realisasi anggaran

c. Daftar program sektoral, program daerah dan program lainnya yang masuk

ke desa.

2.1.6 Indikator Akuntanbilitas

Indikator akuntabilitas menurut Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 pasal 70

yaitu :

4. Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi APBDesa

kepada Bupati/Walikota melalui camat setiap akhir tahun anggaran.


5. Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan

paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan yang

ditetapkan dengan Peraturan Desa.

6. Peraturan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan :

d. Laporan keuangan terdiri atas :

3) Laporan realisasi APBDesa

4) Catatan atas laporan keuangan

e. Laporan realisasi anggaran

f. Daftar program sektoral, program daerah dan program lainnya yang masuk

ke desa.

2.5 Transparansi

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN) dan Departemen Dalam

Negeri (2002), menyebutkan transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau

kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi terhadap penyelenggaraan

pemerintah, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya,

serta hasil-hasil yang dicapai. Dalam PP RI Nomor 86 Tahun 2017 pasal 6 ayat 1

transparan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a, yaitu membuka diri terhadap

hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif

tentang penyelenggaraan pemerintah Daerah dengan tetap memperhatikan perlindungan

atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia Negara. Pasal 4 ayat 7 Peraturan Menteri

Dalam Negeri Republik Indonesia No. 37 Tahun 2007, tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah, dikatakan transparan adalah prinsip keterbukaan yang


memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-

luasnya tentang keuangan daerah.

Transparansi adalah pemberian pelayanan publik harus bersifat terbuka, mudah

dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai

serta mudah dimengerti (Mahmudi 2015:224).Transparansi dibangun atas dasar

kebebasan arus informasi.Proses-proses, lembaga-lembaga dan informasi yang secara

langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat

dipahami dan dimonitor (Solekhan 2012:19).Transparansi dibangun atas dasar

kebebasan memperoleh informasi, informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik

secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan (Mardiasmo 2009:18).

Salah satu unsur utama dalam pengelolaan keuangan yang baik adalah dengan

adanya transparansi. Transparansi merupakan salah satu prinsip good governance

transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas, seluruh proses

pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak

yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti

dan dipantau. Dengan adanya transparansi menjamin akses atau kebebasan bagi setiap

orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni

informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil

yang dicapai. Transparansi juga memiliki arti keterbukaan organisasi dalam

memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik

kepada pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan (Mahmudi 2016:17-18).

Transparansi menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk

memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang


kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.

Transparansi menjadi sangat penting bagi pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah dalam

menjalankan mandat dari rakyat. Mengingat pemerintah saat ini memiliki kewenangan

mengambil berbagai keputusan penting yang berdampak bagi orang banyak, pemerintah

harus menyediakan informasi yang lengkap mengenai apa yang dikerjakannya. Tahap

perencanaan dan penganggaran, pemerintah desa harus melibatkan masyarakat desa

yang dipresentasikan oleh Badan Pemusyawarahan Desa (BPD), sehingga program

kerja dan kegiatan yang disusun dapat mengakomodir kepentingan dan kebutuhan

masyarakat desa serta sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh desa tersebut.

Selain itu, pemerintah desa harus bias menyelenggarakan pencatatan atau

minimal melakukan pembukuan atas transaksi keuangannya sebagai wujud

pertanggungjawaban keuangan yang dilakukannya. Definisi dari berbagai sumber diatas

maka dapat disimpulkan bahwa transparansi adalah keterbukaan pemerintah kepada

masyarakat untuk dapat mengakses berbagai informasi tentang pengelolaan dana desa,

berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara

terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah tersebut. Dengan adanya

transparansi maka publik akan memperoleh informasi yang aktual dan faktual sehingga

masyarakat dapat menggunakan informasi tersebut (Mahmudi 2015:18) untuk :

1. Membandingkan kinerja keuangan yang dicapai dengan yang direncanakan

(realisasi vs anggaran).

2. Menilai adanya tidak unsur korupsi dan manipulasi dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran.

3. Menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait


4. Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu antara manajemen

organisasi sektor publik dengan masyarakat dan pihak lain yang terkait.

Menurut Hadi (2010:29) transparansi merupakan prinsip yang menjamin akses

atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan

pemerintah, yakni meliputi informasi tentang kebijakan, proses pembuatan, dan

pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Transparan yakni adanya kebijakan

terbuka bagi pengawasan, sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi

mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik.Sabarno

(2010:38) transparansi merupakan salah satu aspek mendasar bagi terwujudnya

penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Perwujudan tata pemerintahan yang baik

mensyaratkan adanya keterbukaan, keterlibatan dan kemudahan akses bagi masyarakat

terhadap proses penyelenggaraan pemerintah.Keterbukaan dan kemudahan informasi

penyelenggaraan memberikan pengaruh untuk mewujudkan berbagai indikator

lainnya.Menurut Dwiyanto (2015:80) transparansi adalah sebagai penyedia informasi

tentang pemerintahan bagi publik dan dijaminnya kemudahan di dalam memperoleh

informasi-informasi yang akurat dan memadai.Berdasarkan pengertian tersebut diatas

dapat disimpulkan bahwa transparansi adalah memberikan informasi yang terbuka baik

itu mengenai informasi keuangan maupun kebijakan yang diambil oleh pemerintah

sserta menjamin akses bagi setiap orang atau masyarakat dalam memperoleh informasi

tersebut.

Transparansi menjadi sangat penting bagi pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah

dalam menjalankan mandate dari rakyat. Mengingat pemerintah saat memiliki

kewenangan mengambil berbagai keputusan penting yang berdampak bagi orang


banyak, pemerintah harus menyediakan informasi yang lengkap mengenai apa yang

dikerjakannya. Dengan transparansi, kebohongan sulit untuk disembunyikan.Dengan

demikian transparansi menjadi instrument penting yang dapat menyelamatkan uang

rakyat dari perbuatan korupsi (Kumalasari).Menurut Didjaja (2013:25) dan kemudian

dipertegas kembali pada Arif (2017:17), tansparansi adalah keterbukaan pemerintah

dalam membuat kebijakan-kebijakan sehungga dapat diketahui oleh

masyarakat.Ardianto (2014:50), dan kemudian di pertegas kembali pada

Setiyanningrum (2017:11) Transparansi merupakan keterbukaan pemerintah kepada

publik tentang semua informasi yang berkaitan dengan aktivitas penyelenggaraan

pemerintahan.Mardiasmo (2012:30) menyebutkan transparansi adalah keterbukaan

pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan

sumber daya publik kepada pihak yang membutuhkan yaitu masyarakat.

2.6 Indikator Transparasi

Transparansi dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu adanya kebijakan terbuka

terhadap pengawasan, adanya akses informasi sehingga masyarakat dapat menjangkau

setiap segi kebijakan pemerintah, dan berlakunya prinsip check and balance antara

lembaga eksekutif dan legislatif. Tujuan dari transparansi adalah membangun rasa

saling percaya antara pemerintah dengan publik dimana pemerintah harus memberi

informasi akurat bagi publik yang membutuhkan, terutama informasi handal berkaitan

dengan masalah hukum, peraturan, dan hasil yang dicapai dalam proses pemerintahan,

adanya mekanisme yang memungkinkan masyarakat mengakses informasi yang

relevan, adanya peraturan yang mengatur kewajiban pemerintah daerah menyediakan

informasi kepada masyarakat, serta membutuhkan budaya ditengah masyarakat untuk


mengkritisi kebijakan yang dihasilkan pemerintah Transparansi berarti keterbukaan

dalam memberikan informasi tanpa ada yang dirahasiakan oleh pengelola kepada para

pemangku kepentingan. Transparansi memiliki beberapa indikator. Indikator

transparansi menurut Mardiasmo (2009:19) adalah sebagai berikut:

1.Informatif (Informativeness)

Pemberian arus informasi, berita, penjelasan mekanisme, prosedur data, fakta

kepada stakeholder yang membutuhkan informasi secara jelas dan akurat.

2.Keterbukaan (Opensses)

Keterbukaan informasi publik memberi hak kepada setiap orang untuk

memperoleh informasi dengan mengakses data yang ada dibadan publik, dan

menegaskan bahwa informasi publik itu harus bersifat terbuka dan dapat diakses

oleh setiap pengguna informasi publik.

3.Pengungkapan (Disclouser)

Pengungkapan kepada masyarakat atau publik atas aktivitas dan kinerja

informasi finansial. Pengungkapan sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu

pengungkapan sukarela, adalah pengungkapan informasi yang dilakukan secara

sukrela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku atau

pengungkapan melebihi yang diwajibkan, sedangkan pengungkapan wajib

adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan atas apa yang diwajibkan oleh

standar akuntansi atau badan pengawas.

2.7 Pemahaman Prangkat Desa

Perangkat desa merupakan bagian dari unsur pemerintah desa yang terdiri dari

sekretaris desa dan perangkat desa lainnya yang merupakan aparatur desa dibawah
naungan Kepala Desa (Gunawan, 2013).Perangkat desa dituntut mengelola dan

mengembangkan masyarakat dan segala sumber daya yang kita miliki secara baik yang

bercirikan demokratis juga desentralistis (Indrianasari 2017).Perangkat Desa adalah

seseorang yang berkedudukan sebagai unsur pembantu Kepala Desa yang bergabung

dalam pemerintahan desa.Perangkat Desa sebagai satu unsur pelaku desa memiliki

peran penting tersendiri dalam mengembangkan kemajuan bangsa melalui

desa.Kalimandhanu (2014) mengungkapkan bahwa pemahaman sebagian perangkat

desa terhadap pengelolaan keuangan desa masih rendah. Lestari et al. (2016)

menyatakan bahwa faktor utama yang jadi penghambat kesiapan desa dalam penerapan

akuntansi desa adalah pemahaman tentang akuntansi desa karena masih kurangnya

sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan pemerintah dan fasilitas yang tersedia di desa

kurang memadai.Terkait dengan hal tersebut maka setiap pengelola keuangan harus

memiliki pemahaman yang baik agar laporan keuangan yang disajikan dapat

dipublikasikan dan dapat disajikan secara wajar dan di mengerti pembaca laporan.

1. Kepala Desa

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 Kepala Desa (kades) merupakan pemegang

kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam

kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan. Kepala Desa sebagai pemegang

kekuasaan pengelolaan keuangan desa, mempunyai kewenangan :

a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa.

b. Menetapkan PTKD (Perencanaan Tenaga Kerja Desa).

c. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa.

d. Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa.


e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa.

2. Sekretaris Desa

Menurut Permendagri No 20 tahun 2018 Sekretaris Desa bertindak selaku

koordinator PTPKD yang mempunyai tugas :

a. Menyusun dan melaksanakan Kebijakan Pengelolaan APBDesa.

b. Menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa, perubahan APBD

PTPKD dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa.

c. Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan

dalam APBDesa.

d. Menyusun laporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa.

e. Melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APBDesa.

Menurut Undang-Undang No. 6 tahun 2014 bagian kelima Perangkat Desa,

Pasal 48 dan Pasal 49 ayat (1) yaitu, Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa,

Pelaksana Kewilayahan, dan Pelaksana Teknis. Pasal 49 ayat (1), perangkat desa

bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. .

Peraturan Pemerintah tersebut bertujuan agar penyelenggaraan administrasi

Pemerintahan Desa terlaksana lebih baik.Mengingat posisi Sekretaris Desa bisa

dikatakan sebagai “otak” dari penyelenggaraan Pemerintah Desa. Segala proses

administrasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemerintah Desa diatur dan

dikendalikan oleh Sekretaris Desa. Dengan kata lain bagian sekretariat desa adalah

dapur penyelenggaraan Pemerintah Desa. Dengan demikian wajar apabila ketentuan

tersebut diberlakukan untuk Sekretaris Desa.

3. Kepala Seksi
Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 Kepala Seksi bertindak sebagai pelaksana

kegiatan sesuai dengan bidangnya yang mempunyai tugas :

a. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa yang

telah ditetapkan di dalam APBDesa.

c. Melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja

kegiatan.

d. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan.

e. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan pada Kepala Desa.

f. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.

4. Kaur Keuangan

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 Kaur Keuangan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 4 huruf c melaksanakan fungsi kebendaharaan. Kaur keuangan

mempunyai tugas :

a. Menyusun RAK Desa; dan

b. Melakukan penatausahaan yang meliputi menerima, menyimpan,

menyetor/membayar, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan

penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka

pelaksanaan APBDesa.

5. Pelaksana Teknis Desa

a. Kepala Urusan Pemerintahan (KAUR PEM)

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018, KAUR PEM bertugas untuk membantu

kepala desa dalam mengelola administrasi dan perumusan bahan kebijakan desa.
Berfungsi melaksanakan kegiatan berkaitan dengan kependudukan, pertanahan,

pembinaan ketentraman, dan ketertiban masyarakat.

b. Kepala Urusan Pembangunan (KAUR Pembangunan)

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 KAUR Pembangunan bertugas untuk

membantu kepala desa dalam menyiapkan teknis pengembangan ekonomi desa

serta mengelola administrasi pembangunan dan layanan masyarakat.Berfungsi

untuk melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan, menyiapkan analisa dan

kajian perkembangan ekonomi masyarakat serta mengelola tugas pembantuan.

c. Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat (KAUR KESRA)

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 KAUR KESRA bertugas membantu

kepala desa mempersipakan perumusan kebijakan teknis penyusunan program

keagamaan dan melaksanakan program pemberdayaan dan social

kemasyarakatan.Berfungsi melaksanakan hasil persiapan program keagamaan,

pemberdyaan masyarakat dan social kemasyarakatan.

d. Kepala Urusan Keuangan (KAUR KEU)

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 bahwa KAUR KEU berfungsi untuk

membantu sekretaris desa dalam mengelola sumber pendapatan, administrasi

keuangan, penyusunan APB desa dan laporan keuangan desa. Serta melakukan

tugas lain yang diberikan sekretaris.

e. Kepala Urusan Umum (KAUR UMUM)

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 tugas Kepala Urusan (KAUR UMUM)

adalah membantu sekretaris desa dalam melaksanakan administrasi umum, tata


usaha dan kearsipan, pengelolaan inventaris kekayaan desa, serta mempersiapkan

bahan rapat dan laporan.

2.8 Indikator Pemahaman Prangkat Desa

1. Pemahaman Kepala Desa (menurut PP No. 20 Tahun 2018 Pasal 3 No. 2)

a. Kepala Desa memahami penetapan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa.

b. Kepala Desa memahami PTKD (Perencanaan Tenaga Kerja Desa).

c. Kepala Desa memahami penetapan petugas yang melakukan pemungutan

penerimaan desa.

d. Kepala Desa memahami persetujuan pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan

dalam APBDesa.

e. Kepala Desa memahami tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

APBDesa.

2. Pemahaman Sekretaris Desa (menurut PP No. 20 Tahun 2018 Pasal 5 No. 2)

a. Sekretaris Desa memahami penyusunan dan pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan

APBDesa.

b. Sekretaris Desa memahami penyusunan Rancangan Peraturan Desa tentang

APBDesa, perubahan APBD PTPKD dan pertanggungjawaban pelaksanaan

APBDesa.

c. Sekretaris Desa memahami pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang

telah ditetapkan dalam APBDesa.

d. Sekretaris Desa memahami penyusunan laporan dan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBDesa. Melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan

dan pengeluaran APBDesa.


3. Pemahaman Kaur Keuangan Desa (menurut PP No. 20 Tahun 2018 pasal 8 No.

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 bendahara dijabat oleh staf pada urusan

keuangan, Kaur Keuangan mempunyai tugas :

a. Kaur Keuangan Desa memahami penyusunan RAK Desa; dan

b. Kaur Keuangan Desa memahami dalam hal penerimaan, penyimpanan,

penyetoran/pembayaran, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan

penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka

pelaksanaan APB Desa.

2.9 Penelitian Terdahulu

Umami dan Nurodin (2017), Andriani (2019), Kumalasari (2016)

menjelaskan bahwa akuntabilitas berpengaruh terhadap pengelolaan keuang desa,

sedangkan Sari, Indra, Taqwa (2019), Zudewa (2019) menjelaskan dalam

penelitiannya bahwa akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan

desa. Umami, Nurodin (2017), Andriani (2019), Kumalasari (2016), menjelaskan

dalam penelitiannya bahwa transparansi berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan

desa, sedangkan Sukmawati, Nurfitriani (2019), Naufal (2018) mengatakan bahwa

transparansi tidak berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan desa. Yesina,

Yulianti, Puspitasari (2018), Yuliana (2017), Kurnia (2019) mengatakan dalam

penelitian yang dilakukan bahwa perangkat desa berpengaruh terhadap pengelolaan

keuangan desa, sedangkan Kurniawan (2019), Sari (2018) mengatakan bahwa

perangkat desa tidak berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan desa.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


No Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Peneliti
1. Risya Pengaruh Independen: Transparansi dan
Umami, Transparansi Dan Transparansi, akuntabilitas secara
Idang Akuntabilitas Akuntabilitas parsial berpengaruh
Nurodin Terhadap Dependen : terhadap
(2017) Pengelolaan Pengelolaan pengelolaan
Keuangan Desa Keuangan Desa keuangan desa
2. Matia Pengaruh Independen : Transparansi,
Andriani Transparansi Transparansi, akuntabilitas dan
(2019) Akuntabilitas dan Akuntabilitas, partipasi
Partisipasi Partisipasi masyarakat
Masyarakat Dependen : berpengaruh
Terhadap Pengelolaan terhadap
Pengelolaan Dana Dana Desa pengelolaan dana
Desa desa
3. Fitri Pengaruh Independen : Secara parsial
Sukmawati Transparansi dan Transparansi, transparansi tidak
dan Alfi Akuntabilitas Akuntabilitas berpengaruh
Nurfitriani Terhadap Dependen : terhadap
(2019) Pengelolaan Pengelolaan pengelolaan
Keuangan Desa Keuangan Desa keuangan desa
Sedangkan
akuntabilitas
berpengaruh
terhadap
pengelolaan
keuangan desa
Secara simultan
transparansi dan
akuntabilitas
4. Nur Ida Analisis Faktor Independen : Perangkat desa
Yesinia, Yang Perangkat desa, berpengaruh
Norita Citra Mempengaruhi Sistem terhadap
Yulianti, Akuntabilitas Pengendalian akuntabilitas
Dania pengelolaan Internal pengelolaan alokasi
Puspitasari Alokasi Dana Desa Dependen : dana desa
(2018) Akuntabilitas
Pengelolaan
Alokasi Dana
Desa

5. Kurniawan, Pengaruh Independen : Transparansi dan


Putra Adi Transparansi, Transparansi, akuntabilitas
(2019) Akuntabilitas dan Akuntabilitas, berpengaruh
Peran Perangkat Perangkat Desa terhadap
No Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Peneliti
Desa Terhadap Dependen : pengelolaan
Pengelolaan Pengelolaan keuangan desa
Keuangan Desa Keuangan Desa Sedangkan peran
perangkat desa
tidak berpengaruh
terhadap
pengelolaan
keuangan desa
6. Setiana Pengaruh Independen : Pemahaman
Yuliana Pemahaman Pemahaman perangkat desa
(2017) Perangkat Desa Perangkat Desa berpengaruh
Terhadap Dependen : terhadap
Akuntabilitas Akuntabilitas akuntabilitas
Pengelolaan Dana Pengelolaan pengelolaan danan
Desa Dana Desa desa
7. Indrianasa Pengaruh Perangkat Independen : Peran perangkat
(2017) Desa Dalam Perangkat Desa desa berpengaruh
Akuntabilitas Dependen : terhadap
Pengelolaan Akuntabilitas akunatbilitas
Keuangan Desa Pengelolaan pengelolaan
Keuangan Desa keuangan desa
8. Putra (2017) Pengaruh Independen : Akuntabilitas dan
Akuntabilitas dan Akuntabilitas, transparansi
Transparansi Transparansi berpengaruh positif
Pengelolaan Dependen : terhadap
Alokasi Dana Desa Pengelolaan pengelolaan alokasi
Alokasi Dana dana desa
Desa
9. Kumalasari Pengaruh Independen: Akuntabilitas dan
(2016) Transparansi dan Transparansi, transparansi
Akuntabilitas Akuntabilitas berpengaruh positif
Pemerintah Desa Pemerintah Desa terhadap
dalam pengelolaan Dependen : pengelolaan alokasi
alokasi dana desa Pengelolaan dana desa
Alokasi Dana
Desa
10. Novia Pengaruh Perangkat Independen : Perangkat desa
Syahputri Desa dan Sistem Perangkat Desa, berpengaruh
Saragih, Akuntansi Sistem terhadap
Denny Keuangan Desa Akuntansi pengelolaan
Kurnia Terhadap Keuangan Desa keuangan desa
(2019) Akuntabilitas Dependen :
Pengelolaan Akuntabilitas
Keuangan Desa Pengelolaan
No Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Peneliti
Keuangan Desa
Sumber: berbagai Jurnal 2020

2.10 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Akuntabilitas
(X1)
H1

H2 Pengelolaan
Transparansi Keuangan
(X2) Desa (Y)

H3
Perangkat
(X3)

H4

2.11 Originalitas Penelitian

Penelitian tentang Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi dan Pemahaman

Perangkat Desa Terhadap Pengelolaan Keuangan Desa sudah pernah dilakukan oleh

peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian ini merupakan replikasi dan penelitian yang

dilakukan oleh Kurniawan (2019) perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu :
1. Independen penelitian ini adalah akuntabilitas, transparansi dan pemahaman

perangkat desa, sedangkan pada penelitian sebelumnya adalah transparansi,

akuntabilitas, dan peran perangkat desa.

2. Dependen variabel penelitian ini adalah pengelolaan keuangan desa sama

dengan sebelumnya.

3. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aparat Desa se-kecamatan

Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang, populasi sebelumnya yaitu Aparat Desa se-

kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo.

Tabel 2.3 Originilitas Penelitian

Uraian Penelitian Terdahulu Penelitian Milik Peneliti


Putra Adi Kurniawan
2019
Variabel Dependen Pengelolaan Keuangan Pengelolaan Keuangan
Desa Desa
Variabel Independen Transparansi, Akuntabilitas,
akuntabilitas dan peran Transparansi,
perangkat desa Pemahaman Perangkat
Desa
Tahun Penelitian 2019 2020
Populasi Penelitian Aparat Desa se- Aparat Desa se-
Kecamatan Wates Kecamatan Biru-Biru
Sumber : berbagai jurnal, 2020

2.12 Hipotesis

1. Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Pengelolaan Keuangan Desa di Kecamatan

Biru-Biru.

Akuntabilitas adalah sebuah kewajiban melaporkan dan bertanggung jawab atas

keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai hasil yang
telah ditetapkan sebelumnya, melalui media pertanggungjawaban yang dikerjakan

secara berkala.Secara garis besar mengenai penjelasan akuntabilitas dapat di ambil

kesimpulan bahwa akuntabilitas adalah merupakan pertanggungjawaban oleh lembaga

yang diberi wewenang dalam mengelola sumber daya publik.

Umami, dan Nurodin, (2017) dalam penelitiannya mengatakan bahwa

akuntabilitas berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan desa. Andriani (2019) juga

mengatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan

desa.Kumalasari (2018) juga mengatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh terhadap

pengelolaan keuangan desa pada penelitian yang sudah dilakukan. Berdasarkan hal

tersebut maka, hipotesis pertama dirumuskan adalah sebagai berikut :

H1 : Akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan desa

di Kecamatan Biru-Biru.

2. Pengaruh Transparansi terhadap Pengelolaan Keuangan Desa di

Kecamatan Biru-Biru

Menurut Dwiyanto (2015:80) transparansi adalah sebagai penyediaan informasi

tentang pemerintahan bagi publik dan dijaminnya kemudahan didalam memperoleh

informasi-informasi yang akurat dan memadai.Transparansi adalah pemberian

pelayanan publik yang harus bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua

pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah di mengerti

(Mahmudi 2015:244).

Umami dan Nurodin (2017) dalam penelitiannya memiliki bahwa transparansi

berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan desa.Andriani (2019) dalam

penelitiannya mengatakan bahwa transparansi berpengaruh terhadap Pengelolaan


Keuangan Desa, dan Kumalasari (2016) mengatakan bahwa transparansi berpengaruh

terhadap pengelolaan keuangan desa. Berdasarkan hal tersebut maka, hipotesis kedua

dirumuskan adalah sebagai berikut :

H2 : Transparansi berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan desa

di Kecamatan Biru-Biru.

3. Pengaruh Pemahaman Perangkat Desa terhadap Pengelolaan Keuangan

Desa di kecamatan Biru-Biru

Perangkat desa merupakan dimana sekumpulan atau sekelompok orang yang

bekerja di dalam suatu instansi tertentu dan juga ikut serta dalam membuat laporan-

laporan yang ada.Perlu adanya pendamping perangkat desa untuk pemahaman

pengelolaan keuangan desa.

Berdasarkan penelitian dari Yesinia, Yulianti, Puspitasari (2018) dalam

penelitiannya mengatakan bahwa Perangkat desa berpengaruh terhadap Pengelolaan

Keuangan Desa, Kurnia (2019) dan Yuliana (2017) dalam penelitiannya mengatakan

bahwa pemahaman perangkat desa berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan desa.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis ketiga dirumuskan adalah sebagai berikut :

H3 : Pemahaman Perangkat Desa berpengaruh signifikan Terhadap

Pengelolaan Keuangan Desa.

4. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Pemahaman Perangkat Desa

terhadap Pengelolaan Keuangan Desa di kecamatan Biru-Biru

Akuntabilitas adalah kewajiban pemegang amanah/agent/kepala desa dan

aparatnya untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan

mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada


pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta

pertanggungjawaban tersebut.

Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2019) mengatakan bahwa

Akuntabilitas, Transparansi dan Pemahaman Perangkat Desa berpengaruh terhadap

Pengelolaan Keuangan Desa. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka hipotesis keempat

dirumuskan adalah sebagai berikut :

H4: Akuntanbilitas, Transparansi, dan Pemahaman Perangkat Desa

berpengaruh signifikan terhadap Pengelolaan Keuangan Desa.

2.13 Struktur Organisasi

Gambar 2.4 Struktur Organisasi

Sumber. Kantor Desa Penen

Penjelasan Struktur Organisasi Desa

1. Kepala Desa
Kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintah desa, melaksanakan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

2. Sekretaris Desa

Sekretaris desa bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang administrasi

pemerintahan.

3. Kepala Urusan bertugas membantu sekretaris desa dalam urusan pelayanan

administrasi pendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintah desa.

a. Kepala urusan keuangan memiliki fungsi seperti melaksanakan urusan

keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan, administrasi sumber-

sumber pendapatan dan pengeluaran.

b. Kepala urusan perencanaan memiliki fungsi mengoordinasikan urusan

perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja

desa, menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan, melakukan

monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan laporan.

c. Kepala Kaur Tata Usaha bertugas menyusun laporan pelaksanaan kegiatan

sesuai bidang tugasnya untuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes.

4. Kepala Dusun sebagai unsur satuan tugas kewilayahan yang bertugas

membantu Kepala Desa dalam pelaksanaan tugasnya di wilayahnya.

5. BPD membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala

Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja Kepala Desa.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam metode ini, peneliti menggunakan metode Kuantitatif karena

dalam pelaksanaanya meliputi data yang berupa angka, atau data berupa kata

kalimat dikoversikan menjadi data yang berbentuk angka. Menurut Nanang

Martono (2016),data yang berupa angka teSrsebut kemudian diolah dan

dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi ilmiah dibalik angka

tersebut.Sugiyono (2015) mengemukakan penelitian kuaantitatif adalah

penelitian berupa angka dan analisis menggunakan statistik.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di Desa Penen Kecamatan

Biru -Biru Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan waktu penelitian diperkirakan

dalam waktu 3 bulan.

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, Sugiyono


(2010:115). Populasi dalam penelitian ini adalah aparat desa di Desa pada

Kecamatan Biru-Biru yaitu sebanyak 17 Desa.

3.3.2 Sampel

Sedangkan menurut Arikunto (2006) menyatakan bahwa “sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang di teliti. Apabila subjeknya kurang dari 100,

lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-

25% atau lebih”. Seluruh populasi akan di teliti dengan pemilihan responden

berdasarkan kriteria tertentu (purposive sampling). Kriteria yang digunakan

untuk memilih kriteria responden adalah aparatur dan pejabat tim pengelola

Keuangan Desa yang melaksanakan fungsi dalam Pengelolaan Keuangan Desa

yang terdiri dari Kepala Desa sebagai penanggung jawab dan kaur keuangan

sebagai pemegang kas dan sekretaris desa sebagai pengelolaan kebijakan

APBDesa. Maka dalam setiap desa akan diambil 3 responden.

Tabel 3.1 Daftar Desa Kecamatan Biru – Biru

No. Nama Desa Responden


1. Aji Baho 3
2. Biru-Biru 3
3. Candi Rejo 3
4. Kuala Dekah 3
5. Kutomulyo 3
6. Mardinding Julu 3
7. Mbaruai 3
8. Namo Suro Baru 3
9. Namo Tualang 3
10. Penen 3
11. Peria-ria 3
12. Rumah Great 3
13. Sarilaba Jahe 3
14. Selamat 3
15. Sidodadi 3
16. Sidomulyo 3
17. Tanjung Sena 3
Jumlah responden 51
Sumber. Kecamatan Biru – Biru

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2,

yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang berupa penjelasan-

penjelasan atau uraian-uraian. Dalam penelitian ini data kualitatif

yang digunakan adalah pengisian kuesioner dari para responden.

b. Data Kuantitatif Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka dan

dapat di hitung dengan satuan hitung (Sugiyono, 2002 : 13).

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dikehendaki sesuai dengan permasalahan dalam

skripsi ini, maka penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut :

1. Metode Angket

Metode angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Ibid : 151).

Peneliti menggunakan metode ini utuk mencari data yang berhubungan

langsung dengan subjek yang berupa pengaruh Akuntabilitas, Transparansi

dan Pemahaman Perangkat Desa terhadap Pengelolaan Keuangan Desa di

Desa Kecamatan Biru-Biru.


2. Metode Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, artinya barang-barang tertulis

(Ibid :158). Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti mendapatkan data-

data tertulis seperti dokumen-dokumen misalnya : Visi dan Misi dan struktur

organisasi pada Kecamatan Biru-Biru.


DAFTAR PUSTAKA

April, V. N., Akuntabilitas, P., Masyarakat, D. A. N. P., & Siregar, M. (2020).


JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 4 No. 2 April 2020. 4(2).

Husaini, Lucy Aditya, L. (2013). Analisis Pengaruh Akuntabilitas Dan Transparansi


Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. In
Akuntansi dan manajemen: Vol. Volume 3, (Issue 1).

Kessa, W. (2015). Perencanaan Pembangunan Desa. Kementerian Desa, Pembangunan


Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia, 67.

Rigian, D., & Sari, R. P. (2018). Pengaruh akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi
Terhadap kinerja anggaran berbasis value for money. 2015, 38– 47.

Shalfiah, R. (2013). Peran Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam


Mendukung program-program Pemerintah Kota Bontang. EJournal Ilmu
Pemerintahan, 1(3), 975–984.
http://perpustakaan.unmul.ac.id/ejournal/index.php/um/article/view/92

Solihat, E. (n.d.). 2013 PENDIDIKAN TERHADAP PARTISIPASI ORANGTUA


MURID. 135–143.

Sugista, R. A. (2017). Pengaruh Transpansi, Akuntabilitas, Dan Partisipasi Masyarakat


Dalam Pengelolaan Keuangan Desa Terhadap Pembangunan Desa. In Jurnal
Sosiologi (Vol. 01).

Rigian, D., & Sari, R. P. (2018). Pengaruh akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi
Terhadap kinerja anggaran berbasis value for money. 2015, 38– 47

Baiq Nurrizkianan, dkk. Determinasi Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan


Keungan Daerah dan Implikasinya Terhadap Kepercayaan Public-Stakeholder.
Jurnal: Akuntansi dan Investasi, Vol 18, No.1, 2017
Irna Setiyanningrum. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Dan Pengawasan Terhadap
Kinerja Anggaran Dengan Konsep Value For Money pada Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) di Yogyakarta. Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta, 2017

Loina Lalolo Krina P. Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi &
Partisipasi. Jakarta: Sekertariat Good Public Governance Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, 2016

Muhammad Firdiansyah Adiwirya. Akuntabilitas, Transparansi, dan Anggaran Berbasis


Kinerja Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Denpasar. Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. Vol 11.2., 2015

Nico Andrianto. Good e-Government: Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui e-


Government. Malang: Bayumedia Publishing, 2007

Putu Andi Suar Jaya Putra, dkk. Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Alokasi
Dana Desa (ADD) di Desa Bubunan Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng.
Jurnal:Akuntansi Vol : 8 No : 2 Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai