PROPOSAL
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Dra. Trilke Erita Tulung, M.A, M.Si Jovano Deivid O. Panelewen, S.I.P, M.A
NIP. NIP.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa merupakan suatu unit pemerintahan di tingkat paling dasar dalam
struktur pemerintahan suatu negara atau wilayah tertentu. Konsep desa dapat
bervariasi di berbagai negara, namun umumnya merujuk pada suatu komunitas
atau pemukiman yang lebih kecil dibandingkan dengan kota atau perkotaan.
Desa adalah suatu wilayah pemukiman yang terdiri dari sejumlah rumah dan
bangunan, serta penduduk yang hidup bersama dalam suatu komunitas yang
relatif kecil. Desa seringkali memiliki karakteristik geografis yang berbeda-
beda, tergantung pada lokasi geografisnya. Beberapa desa terletak di daerah
pedesaan dengan ciri-ciri lingkungan alam, sementara yang lain mungkin
terletak di pinggiran kota. Desa umumnya memiliki tingkat otonomi yang
signifikan, yang berarti bahwa mereka memiliki kewenangan sendiri dalam
mengelola urusan pemerintahannya sesuai dengan kebutuhan dan potensi
lokal.
Desa dipimpin oleh kepala desa atau lurah. Dikelola secara bersama antara
perangkat pemerintahan desa yang bersinergi dengan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) atau lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga adat desa.
Mereka bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan pelaksanaan
program pembangunan di desa.
Desa memiliki struktur sosial yang umumnya lebih terkait erat, di mana
masyarakat saling mengenal dan berinteraksi secara langsung. Interaksi antar
warga desa seringkali lebih akrab dan berbasis pada hubungan sosial yang erat.
Pembangunan desa melibatkan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
penduduk desa melalui berbagai program pembangunan, termasuk dalam
bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan ekonomi. Sesuai dengan
undang-undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa telah mengatur hal-hal terkait
dengan desa dari pemberdayaan masyarakat desa, otonomi desa, pengelolaan
dana desa, perlindungan hak masyarakat adat, Transparansi dan Akuntabilitas.
Pemerintah juga menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa yang mengatur lebih lanjut tentang pemberian dana desa, penentuan
alokasi dana desa, mekanisme penganggaran, dan tata cara pelaksanaan
pembangunan di desa. Kementrian dalam negeri juga menerbitkan Peraturan
Menteri No. 113 Tahun 2014 Tentang Dana desa yang Mengatur tata cara
pelaksanaan penyaluran dana desa, mekanisme penggunaan dana desa, dan
pelaporan pertanggungjawaban penggunaan dana desa.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
menerbitkan 2 peraturan Menteri yaitu; Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Keuangan Desa yang mengatur tata cara penyusunan
anggaran, pengelolaan keuangan, serta pelaporan dan pertanggungjawaban
keuangan desa, termasuk dana desa. Dan juga Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2019
tentang Pedoman Pelaksanaan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa menjadi pedoman teknis bagi pemerintah desa dalam menyusun anggaran
pendapatan dan belanja desa, termasuk alokasi dan penggunaan dana desa.
Disamping itu Kementerian Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri
Keuangan No. 201 Tahun 2022 Tentang Pengelolaan dana desa yang mengatur
juga tentang Menetapkan pedoman pengelolaan dana desa, termasuk tata cara
penganggaran, pelaksanaan anggaran, dan pertanggungjawaban penggunaan
dana desa. Memberikan ketentuan terkait sumber pendanaan desa, termasuk
alokasi dana dari pemerintah pusat. Menetapkan pedoman tentang perencanaan
pembangunan desa dan penyusunan anggaran desa yang melibatkan partisipasi
masyarakat. Menyusun ketentuan tentang pertanggungjawaban keuangan desa,
termasuk penyusunan laporan keuangan dan audit. Memberikan pedoman
terkait pembiayaan dan pengelolaan utang oleh desa. Menekankan pada aspek
akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan desa, termasuk
publikasi informasi keuangan. Menetapkan peran dan tanggung jawab
pemerintah pusat dalam membina dan mengawasi keuangan desa.
Penerapan prinsip transparansi dalam pengelolaan dana desa sangat penting
untuk memastikan akuntabilitas, partisipasi masyarakat, dan pengawasan yang
baik. Berikut adalah beberapa latar belakang mengenai penerapan prinsip
transparansi dana desa:
1. Menghindari Penyalahgunaan Dana Transparansi dapat mencegah
penyalahgunaan dana desa. Dengan membuat informasi keuangan dan
penggunaan dana desa secara terbuka, masyarakat memiliki akses untuk
memantau dan mengevaluasi bagaimana dana tersebut digunakan.
2. Meningkatkan Akuntabilitas Transparansi membantu meningkatkan tingkat
akuntabilitas pemerintah desa dan pengelolaan dana desa. Ketika informasi
keuangan dan pengelolaan dana dapat diakses oleh masyarakat, pemerintah
desa akan lebih cenderung bertanggung jawab dalam penggunaan dana
tersebut.
3. Mendorong Partisipasi Masyarakat Dengan memberikan akses informasi
yang jelas dan mudah dimengerti mengenai dana desa, masyarakat akan
lebih termotivasi untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan terkait
alokasi dana dan proyek yang akan dilaksanakan. Ini menciptakan iklim
partisipatif yang lebih sehat.
4. Peningkatan Kinerja Pembangunan Transparansi dana desa dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembangunan di tingkat desa.
Masyarakat yang terlibat dapat memberikan masukan yang berharga untuk
memastikan bahwa dana desa digunakan secara optimal untuk proyek-
proyek yang benar-benar dibutuhkan.
5. Kepatuhan Terhadap Aturan dan Regulasi Transparansi mendukung
penerapan aturan dan regulasi terkait pengelolaan dana desa. Ini
menciptakan lingkungan yang sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola
keuangan yang baik dan memastikan bahwa dana desa tidak
disalahgunakan.
6. Membangun Kepercayaan Masyarakat Transparansi merupakan fondasi
dari kepercayaan masyarakat. Dengan menyediakan informasi yang jujur
dan terbuka, pemerintah desa dapat membangun kepercayaan masyarakat
dalam pengelolaan dana desa dan kebijakan pembangunan.
7. Meningkatkan Monitoring dan Evaluasi Transparansi memungkinkan
masyarakat dan pihak-pihak terkait untuk secara efektif memonitor dan
mengevaluasi hasil penggunaan dana desa. Hal ini memungkinkan
perbaikan dan penyesuaian yang diperlukan selama implementasi proyek.
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Reduksi Data
Menurut Sugiyono (2010: 338). Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya dan membuang hal yang tidak perlu. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan
3. Display Data
Menurut Mailes dan Huberman (Sugiyono, 2010: 341) yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks dan naratif. Pada tahap ini peneliti menyajikan data- data yang
telah direduksi ke dalam laporan secara sistematis. Data disajikan dalam
bentuk narasi berupa Pemerintah Desa dan Masyarakat Desa Buyat I.
4. Pengambilan kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2010: 345) adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan.
Dalam penelitian ini data yang telah diproses dengan langkah-
langkah seperti di atas, kemudian ditarik kesimpulan secara kritis dengan
menggunakan metode induktif yang berangkat dari hal-hal yang bersifat
khusus untuk memperoleh kesimpulan umum yang objektif. Kesimpulan
tersebut kemudian diverifikasi dengan cara melihat kembali pada hasil
reduksi dan display data sehingga kesimpulan yang diambil tidak
menyimpang dari permasalahan peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Lili, M. A. (2018). Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Upaya
Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Masyarakat di Desa Magmagan Karya
Kecamatan Lumar. Jurnal Ekonomi Daerah (JEDA0, 7(1).