Anda di halaman 1dari 23

PENERAPAN PRINSIP TRANSPARANSI DALAM PENGELOLAAN

DANA DESA DI DESA BUYAT I KECAMATAN KOTABUNAN


KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

PROPOSAL

SIGIT FIANTO MAMANGGE


20081103018

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2023
LEMBAR PENGESAHAN
TELAH DILAKUKAN PROSES BIMBINGAN
OLEH DOSEN PEMBIMBING DAN TELAH MEMENUHI
SYARAT UNTUK DIAJUKAN DALAM UJIAN PROPOSAL

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dra. Trilke Erita Tulung, M.A, M.Si Jovano Deivid O. Panelewen, S.I.P, M.A
NIP. NIP.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa merupakan suatu unit pemerintahan di tingkat paling dasar dalam
struktur pemerintahan suatu negara atau wilayah tertentu. Konsep desa dapat
bervariasi di berbagai negara, namun umumnya merujuk pada suatu komunitas
atau pemukiman yang lebih kecil dibandingkan dengan kota atau perkotaan.
Desa adalah suatu wilayah pemukiman yang terdiri dari sejumlah rumah dan
bangunan, serta penduduk yang hidup bersama dalam suatu komunitas yang
relatif kecil. Desa seringkali memiliki karakteristik geografis yang berbeda-
beda, tergantung pada lokasi geografisnya. Beberapa desa terletak di daerah
pedesaan dengan ciri-ciri lingkungan alam, sementara yang lain mungkin
terletak di pinggiran kota. Desa umumnya memiliki tingkat otonomi yang
signifikan, yang berarti bahwa mereka memiliki kewenangan sendiri dalam
mengelola urusan pemerintahannya sesuai dengan kebutuhan dan potensi
lokal.
Desa dipimpin oleh kepala desa atau lurah. Dikelola secara bersama antara
perangkat pemerintahan desa yang bersinergi dengan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) atau lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga adat desa.
Mereka bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan pelaksanaan
program pembangunan di desa.
Desa memiliki struktur sosial yang umumnya lebih terkait erat, di mana
masyarakat saling mengenal dan berinteraksi secara langsung. Interaksi antar
warga desa seringkali lebih akrab dan berbasis pada hubungan sosial yang erat.
Pembangunan desa melibatkan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
penduduk desa melalui berbagai program pembangunan, termasuk dalam
bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan ekonomi. Sesuai dengan
undang-undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa telah mengatur hal-hal terkait
dengan desa dari pemberdayaan masyarakat desa, otonomi desa, pengelolaan
dana desa, perlindungan hak masyarakat adat, Transparansi dan Akuntabilitas.
Pemerintah juga menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa yang mengatur lebih lanjut tentang pemberian dana desa, penentuan
alokasi dana desa, mekanisme penganggaran, dan tata cara pelaksanaan
pembangunan di desa. Kementrian dalam negeri juga menerbitkan Peraturan
Menteri No. 113 Tahun 2014 Tentang Dana desa yang Mengatur tata cara
pelaksanaan penyaluran dana desa, mekanisme penggunaan dana desa, dan
pelaporan pertanggungjawaban penggunaan dana desa.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
menerbitkan 2 peraturan Menteri yaitu; Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Keuangan Desa yang mengatur tata cara penyusunan
anggaran, pengelolaan keuangan, serta pelaporan dan pertanggungjawaban
keuangan desa, termasuk dana desa. Dan juga Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2019
tentang Pedoman Pelaksanaan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa menjadi pedoman teknis bagi pemerintah desa dalam menyusun anggaran
pendapatan dan belanja desa, termasuk alokasi dan penggunaan dana desa.
Disamping itu Kementerian Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri
Keuangan No. 201 Tahun 2022 Tentang Pengelolaan dana desa yang mengatur
juga tentang Menetapkan pedoman pengelolaan dana desa, termasuk tata cara
penganggaran, pelaksanaan anggaran, dan pertanggungjawaban penggunaan
dana desa. Memberikan ketentuan terkait sumber pendanaan desa, termasuk
alokasi dana dari pemerintah pusat. Menetapkan pedoman tentang perencanaan
pembangunan desa dan penyusunan anggaran desa yang melibatkan partisipasi
masyarakat. Menyusun ketentuan tentang pertanggungjawaban keuangan desa,
termasuk penyusunan laporan keuangan dan audit. Memberikan pedoman
terkait pembiayaan dan pengelolaan utang oleh desa. Menekankan pada aspek
akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan desa, termasuk
publikasi informasi keuangan. Menetapkan peran dan tanggung jawab
pemerintah pusat dalam membina dan mengawasi keuangan desa.
Penerapan prinsip transparansi dalam pengelolaan dana desa sangat penting
untuk memastikan akuntabilitas, partisipasi masyarakat, dan pengawasan yang
baik. Berikut adalah beberapa latar belakang mengenai penerapan prinsip
transparansi dana desa:
1. Menghindari Penyalahgunaan Dana Transparansi dapat mencegah
penyalahgunaan dana desa. Dengan membuat informasi keuangan dan
penggunaan dana desa secara terbuka, masyarakat memiliki akses untuk
memantau dan mengevaluasi bagaimana dana tersebut digunakan.
2. Meningkatkan Akuntabilitas Transparansi membantu meningkatkan tingkat
akuntabilitas pemerintah desa dan pengelolaan dana desa. Ketika informasi
keuangan dan pengelolaan dana dapat diakses oleh masyarakat, pemerintah
desa akan lebih cenderung bertanggung jawab dalam penggunaan dana
tersebut.
3. Mendorong Partisipasi Masyarakat Dengan memberikan akses informasi
yang jelas dan mudah dimengerti mengenai dana desa, masyarakat akan
lebih termotivasi untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan terkait
alokasi dana dan proyek yang akan dilaksanakan. Ini menciptakan iklim
partisipatif yang lebih sehat.
4. Peningkatan Kinerja Pembangunan Transparansi dana desa dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembangunan di tingkat desa.
Masyarakat yang terlibat dapat memberikan masukan yang berharga untuk
memastikan bahwa dana desa digunakan secara optimal untuk proyek-
proyek yang benar-benar dibutuhkan.
5. Kepatuhan Terhadap Aturan dan Regulasi Transparansi mendukung
penerapan aturan dan regulasi terkait pengelolaan dana desa. Ini
menciptakan lingkungan yang sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola
keuangan yang baik dan memastikan bahwa dana desa tidak
disalahgunakan.
6. Membangun Kepercayaan Masyarakat Transparansi merupakan fondasi
dari kepercayaan masyarakat. Dengan menyediakan informasi yang jujur
dan terbuka, pemerintah desa dapat membangun kepercayaan masyarakat
dalam pengelolaan dana desa dan kebijakan pembangunan.
7. Meningkatkan Monitoring dan Evaluasi Transparansi memungkinkan
masyarakat dan pihak-pihak terkait untuk secara efektif memonitor dan
mengevaluasi hasil penggunaan dana desa. Hal ini memungkinkan
perbaikan dan penyesuaian yang diperlukan selama implementasi proyek.

Dengan memahami dan menerapkan prinsip transparansi, pengelolaan dana


desa dapat menjadi lebih efektif, efisien, akuntabel, dan berdampak positif pada
pembangunan di tingkat desa. Dalam artian setiap program desa yang
bersumber dari dana desa memiliki spirit meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam rangka pemenuhan fasilitas infrasturktur sebagai penunjuang
pelayang public serta pengembangan sumberdaya dan potensi masyarakat desa.
Terkait dengan penggunaan Dana Desa yang begitu banyak bisa terlihat
apakah transparansi dari pemerintah desa kepada masyarakat bisa di akses oleh
masyarakat dan apakah pemerintah desa membuat hal tersebut ada dampak
yang terjadi di masyarakat
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, penulis tertarik
dengan untuk mendeskripsikan sejauh mana transparansi dana desa untuk
kepentingan informasi dan keterbukaan pemerintah desa kepada masyarakat.
Agar supaya pengawasan dan kesesuaian dana desa yang di sepakati di
Musrembangdes bisa sesuai dengan realita lapangan yang ada. Dan Desa Buyat
I Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur menjadi desa
yang dipilih oleh penulis dengan judul “Penerapan Prinsip Transparansi
Dalam Pengelolaan Dana Desa di Desa Buyat I Kecamatan Kotabunan
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang di atas maka permasalahah yang akan di kaji ialah:
1. Bagaimana mekanisme komunikasi antara pemerintah desa dan masyarakat
terkait penggunaan dana desa?
2. Bagaimana dampak penerapan prinsip transparansi terhadap efisiensi dan
efektivitas penggunaan dana desa?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian untuk mengetahui
bagaimana Penerapan Prinsip Transparansi Dalam Pengelolaan Dana Desa di
Desa Buyat I Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.

1.4 Manfaat Penelitian


- Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu
pemerintahan.
- Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi penambahan pengetahuan kepada
masyarakat dan pemerintah desa agar supaya bisa mengawasi serta
melihat kesesuaian rencana yang sudah direncanakan. Dan juga
menambah wawasan penulis. Dan menjadi referensi dan masukan
kepada Pemerintahan Desa Buyat I Kecamatan Kotabunan Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang berarti
tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau
village diartikan sebagai “a groups of hauses or shops in a country area, smaller
than a town”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di
Daerah Kabupaten.
Dikutip dari buku "Smart Village: Mewujudkan SDGs Desa Berbasis
Inovasi & Digitalisasi" karya Gunawan Prayitno dkk, pengertian desa menurut
Koentjaraningrat diartikan melalui dua jenis komunitas, yaitu komunitas besar
meliputi kota, negara bagian, dan negara. Serta komunitas kecil seperti rukun
tetangga, desa, dan dusun. Dari klasifikasi tersebut, dapat diartikan bahwa desa
adalah komunitas kecil yang menetap di suatu tempat dan memiliki aktivitas
ekonomi yang beragam, tidak hanya di sektor pertanian.
Desa menurut UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
mengartikan Desa sebagai berikut : “Desa atau yang disebut nama lain,
selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal
1 ayat 12). Desa memiliki wewenang sesuai yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang Desa yakni:
a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak
asal-usul desa
b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni
urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan
pelayanan masyarakat.
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundangundangan
diserahkan kepada desa.
Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan kemampuan
penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna dan
peningkatan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemajuan pembangunan.

2.2 Konsep Transparansi


2.2.1 Pengertian Transparansi
Yang dimaksud dengan konsep transparansi dalam penelitian ini
adalah terbukanya akses bagi masyarakat dalam memperoleh informasi
mengenai perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban. Hal ini didasarkan pada pendapat beberapa ahli,
yaitu sebagai berikut.

Lalolo (2003:13) transparansi adalah prinsip yang menjamin akses


atau keabsahan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang
penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan,
proses pembuatan serta hasil yang dicapai.

Mustopa Didjaja (2003:261) Transparansi adalah keterbukaan


pemerintahan dalam membuatr kebijakan-kebijakan sehingga dapat
diketahui oleh masyarakat. Transparansi pada akhirnya akan
menciptakan akuntabilitas antara pemerintah dengan rakyat.

Mardiasmo dalam Kristianten (2006:45) menyebutkan transparansi


adalah keterbukaan pemerintah dalam memberikan informasi yang
terkait dengan aktifitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak
yang membutuhkan yaitu masyarakat. Mardiasmo menyebutkan tujuan
transparansi dalam pemerintahan desa yaitu :
1. Salah satu perwujudan pertanggungjawaban pemerintahan desa
kepada masyarakat
2. Upaya peningkatan manajemen pengelolaan pemerintahan
3. Upaya peningkatan manajemen pengelolaan dan penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dan mengurangi kesempatan praktek KKN.

Menurut Kristianten (2006:31) transparansi akan memberikan


dampak positif dalam tata pemerintahan. Transparansi akan
meningkatkan pertanggungjawaban para perumus kebijakan sehingga
control masyarakat terhadap para pemegang otoritas pembuat kebijakan
akan berjalan efektif.
2.2.2 Prinsip Prinsip Transparansi
Setidaknya ada 6 prinsip transparansi yang dikemukakan oleh
Humanitarian Forum Indonesia (HFI) yaitu.
1. Adanya informasi yang mudah dipahami dan di akses seperti dana,
cara pelaksanaan, dan bentuk bantuan atau program
2. Adanya publikasi dan media mengenai proses kegiatan dan detail
keuangan.
3. Adanya laporan berkala mengenai pendayagunaan sumberdaya
dalam perkembangan proyek yang dapat di akses oleh umum
4. Laporan tahunan
5. Website atau media publikasi organisasi
6. Pedoman dalam penyebaran informasi

Mustopa Didjaja (2003:261) prinsip transparansi tidak hanya


berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut keuangan, transparansi
pemerintah dalam perencanaan meliputi 5 hal sebagai berikut :
1. Keterbukaan dalam rapat penting dimana masyarakat ikut
memberikan pendapat
2. Keterbukaan informasi yang berhubungan dengan dokumen yang
perlu dikatahui oleh masyarakat
3. Keterbukaan prosedur (pengambilan keputusan atau prosedur
penyusunan rencana)
4. Keterbukaan register yang berisi fakta hukum (catatan sipil, buku
tanah dll)
5. Keterbukaan menerima peran serta masyarakat

Kristianten (2006:52) menyebutkan bahwa transparansi anggaran


adalah informasi terkait perencanaan penganggaran merupakan hak
setiap masyarakat. Hak masyarakat yang terkait penganggaran yaitu.

a. Hak untuk mengetahui


b. Hak untuk mengamati dan menghadiri pertemuan public
c. Hak untuk mengemukakan pendapat
d. Hak untuk memperoleh dokumen public
e. Hak untuk diberi informasi

Berdasarkan pernyataan tersebut, beberapa prinsip yang dimaksud


dalam penelitian ini antara lain, adanya keterbukaan informasi yang
bahasanya mudah di pahami oleh masyarakat, keterbukaan mengenai
detail keuangan dana desa tersebut yang di lakukan pemerintah desa
buyat I kepada masyarakat. Prinsip transparansi menciptakan tingkat
kepercayaan publik timbal baluk dengan pemerintah melalui
penyediaan informasi yang akurat dan memadai. Transparansi akan
mengurangi keraguan dalam proses pengambilan keputusan mengenai
pengelolaan dana desa, karena penyebarluasan berbagai informasi yang
selama ini aksesnya hanya di miliki pemerintah dapat memberikan
informasi kepada masyarakat untuk turut memberi keputusan. Selain itu
transparansi menghilangkan korupsi dalam lingkum pemerintahan desa
dengan masyarakat ikut dalam pengambilan keputusan.
2.2.3 indikator transparansi
Kristianten (2006:73) menyebutkan bahwa transparansi dapat
diukur melalui beberapa indicator :
a. kesediaan dan aksesibilitas dokumen
b. kejelasan dan kelengkapan informasi
c. keterbukaan proses
d. kerangka regulsi yang menjamin transparansi

transparansi merujuk pada kesedian informasi pada masyarakat dan


penjelasan tentang aturan undang undang dan keputusan pemerintah
dengan indicator sebagai berikut.

a. Akses pada informasi benar tanpa ada koreksi


b. Penyediaan informasi benar tentang prosedur dan biaya
c. Mudah diakses informasinya
d. Menyusun suatu alur pengaduan jika terjadi pelanggaran

Berdasarkan indicator-indikator yang telah dijelaskan diatas,


indikator prinsip transparansi dalam meneliti ini adalah.

a. Ketersediaan dan mengakses informasi yang benar tentang


perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban.
b. Adanya musyawarah yang melibatkan masyarakat.
c. Keterbukaan proses pengelolaan
d. Keterbukaan informasi tentang dokumen dana desa

2.3 Kosep Pengelolaan


2.3.1 Pengertian Dana Desa
Menurut buku saku dana desa yang diterbitkan oleh Menteri
Keuangan mendefinisikan dana desa sebagai anggaran yang berasal
dari APBN yang ditujukan khusus untuk desa dalam rangka untuk
melakukan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat melalui dana
APBD Kabupaten. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun
2014 tentang Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang
diberikan kepada desa yang ditransfer melalui APBD Kabupaten dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat. Sementara itu menurut Lili (2018) dana
desa ialah dana yang diterima desa setiap tahun yang berasal dari APBN
yang sengaja diberikan untuk desa dengaan cara mentransfer langsung
lewat APBD Kabupaten yang dipakai untuk mendanai segala proses
penyelenggaraan urusan pemerintah atau pembangunan desa dan
memberdayakan semua masyarakat pedesaan.
Berdasarkan referensi diatas dana desa merupakan dana yang harus
diberikan kepada desa karena desa membutuhkan hal terkait untuk
pembangunan, membantu ekonomi desa dan membuat desa itu bisa
lebih maju. Dan alurnya juga dari APBN ke APBD dan di transfer ke
desa masing-masing.

2.3.2 Sumber Dana Desa


Desa dalam hal ini memiliki kewenangan untuk menjalankan
pemerintahan secara mandiri yang bertujuan untuk percepatan
tumbuhkan dan pembangunan. Berdasarkan permendagri No. 113
Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa, bahwa sumber
pendapatan desa terdiri atas 3 sumber, yaitu.
1. Pendapatan Asli Desa (PADes)
Pendapatan ini terdiri aras jenis.
a. Hasil usaha : Bumdes, tanah kas desa.
b. Hasil asset : Pasar desa, tempat pemandian umum, irigasi.
c. Swadaya, partisipasi dan gotong royong : peran masyarakat
berupa tenaga, barang yang dinilai dengan uang.
d. Pendapatan lain-lain desa : hasil pungutan desa.
2. Transfer meliputi dana desa, bagian dari hasil pajak daerah, bantuan
keuangan dari APBD Provinsi dan Kabupaten.
3. Pendapatan lain lain meliputi hibah dan pendapatan desa yang sah.
2.3.3 Tujuan dan manfaat Dana Desa
sementara itu menurut UU No. 6 tahun 2014 menyebutkan bahwa
tujuan dana desa adalah memberikan pelayanan kepada penduduk
umum di desa-desa, mengurangi kemiskinan, meningkatkan ekonomi
desa, tidak membedakan bidang antara pembangunan antar desa,
menguatkan penduduk desa sebagai subjek pembaruan.
Pengalokasian anggaran ke desa dilakukan oleh pemerintah serta
berguna dalam mempercepat rencana pembangunan insfraktruktur agar
sesuai dengan pertumbuhan masyarakat yang bertambah pesat. Manfaat
adanya anggaran desa adalah.
1. Meningkatkan aspek ekonomi dan pembangunan
Adanya dana desa bisa mempercepat penyaluran di desa desa
bisa mengatasi permasalahan yang dapat di selesaikan
khususnya dalam hal infrastruktur kebutuhan masyarakat karena
pendistribusian dana desa dilaksanakan secara adil dan merata.
2. Memajukan SDM yang ada di desa
Besarnya anggaran dana desa harus dikelola oleh SDM yang
harus berkualitas dalam mengelola dana tersebut. Oleh karena
itu selain dana tersebut digunakan untuk insfrastruktur untuk
masyarakat, dana desa juga digunakan untuk membangun SDM
yang berkualitas.
Bisa penulis ambil maknanya bahwa tujuan dan manfaat dari adanya
dana desa tidak lain dan bukan untuk digunakan hanya pada hal tertentu
tetapi untuk kepentingan masyarakat itu sendiri seperti ekonomi,
Infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat.

2.3.4 Pengertian Pengelolaan Dana Desa


Menata dana desa adalah senagkaian kegiatan yang terdiri dari
perencanaan, implementasi dan evaluasi serta tanggung jawab atas
kegiatan yang telah dilaksanakan maka dalam mengelola dana desa
harus berprinsip terbuka, tanggungjawab dan partisipasi serta
dilaksanakan secara teratur dan patuh untuk mendorong terciptanya
good governance dalam pelaksanaan pemerintahan di masyarakat desa
(permendagri No. 113 Tahun2014). Berdasarkan penjelasan diatas
dapat diketahui jika pengelolaan dana desa adalah kegiatan yang
meliputi proses penyelenggaraan anggaran yang berasal dari APBN
yang akan disalurkan ke setiap desa yang selanjutnya akan diawasi dan
dipertanggungjawabkan penggunaannya.

2.3.4 Prinsip Pengelolaan Dana Desa


Menurut Roberto, Lutfi, dan Nurnaningsih (2015), menyatakan dalam
mengatur pengelolaan Dana Desa harus sesuai dengan prinsip Dana
Desa yaitu:
1. Semua aktivitas yang dibiayai Dana Desa diprogramkan,
diimplementasikan serta dimonitoring dengan transparan sesuai
prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat.
2. Semua aktivitas wajib akui menurut manajerial, umum serta
undang-undang.
3. Dana Desa dilakukan dilaksanakan melalui dasar ekonomis, teratur
serta terarah.
4. Aktivitas yang didanai oleh Dana Desa sungguh transparan guna
menambah prasarana umum yang berguna untuk melayani
masyarakat dalam hal mencukupi kebutuhan pokok, memperkokoh
organisasi desa dan aktivitas lainnya yang diperlukan oleh warga
masyarakat yang diputuskan lewat musyawarah.
5. Dana Desa wajib ditulis di APBDesa dan proses penganggarannya
mengikuti mekanisme yang berlaku.
Prinsip penggunaan anggaran desa pada umumnya berhubungan
dengan dana desa yang nantinya harus dilaporkan ke pemerintah dan
juga negara sesuai dengan peraturan yang berlaku, baik itu berupa
peraturan pemerintah ataupun undan-undang.

2.3.5 Pengelola Dana Desa


Kepala Desa memegang kekuasaan untuk pengelola dana desa.
Namun dalam lapangan, Kepala Desa dibantu oleh perangkat desa
sehingga pelaksanaa pengelolaan dana desa dilaksanakan secara
Bersama-sama oleh kepala desa dan Pelaksana Teknis Pengelolaan
Keuangan Desa (PTPKD). Munurut Peraturan Bupati Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur Nomor 3 Tahun 2023 tentang Prioritas
Penggunaan Dana Desa pihak yang terkait dalam pengelolaan dana
desa.
1. Kepala Desa (Sangadi) selaku pemegang kekuasaan pengelolaan
dana desa
2. Sekertaris Desa selaku koordinator Pelaksana Teknis Pengelolaan
Keuangan Desa (PTPKD).
3. Kepala Seksi Selaku Pelaksana kegiatan sesuai bidangnya.
4. Bendahara selaku perangkat desa pada urusan keuangan.
2.3.6 Indikator Pengelolaan Dana Desa
Pengelolaan dana desa pada penelitian ini diukur menggunakan
indikator milik (Harjono, dkk (2014) yaitu :
1. Pengelolaan dana desa harus dilaksanakan dengan menyeluruh tanpa
ada fokus kepada pihak-pihak yang spesifik.
2. Operasional kegiatan mendukung efisiensi dan efektifitas.
Pengelolaan dana desa dilakukan secara efektif dan efisien, semua
program yang ditargetkan dapat mencapai hasil sesuai dengan yang
diinginkan dan dapat dipertangungjawabkan.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. John W. Creswell (2007), penelitian kualitatif merupakan metode-
metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah
individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau
kemanusiaan.
Menurut Rachmat Kriyantono (2006) menyatakan bahwa penelitian
metodologi kualitatif berasal dari pendekatan interpretif (subjektif). Riset
kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya.
Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, Disini yang
ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya
(kuantitas) data.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dikarenakan
peneliti menganggap permasalahan yang diteliti ini kompleks dan dinamis
sehingga data. Yang diperoleh dari para narasumber dijaring dengan metoden
yang lebih alamiah yakni dengan melakukan wawancara dan observasi
langsung terhadap pemerintah desa dan masyarakat dalam pengelolaan dana
desa di Desa Buyat I. penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang
bagaimana transparansi pemerintah desa Buyat I dalam mengelola dana desa
yang diberikan oleh Pemerintah Pusat.

3.2 Fokus Penelitian


Penelitian ini memfokuskan pada keterlibatan Pemerintah Desa Buyat I dan
Masyarakat Desa Buyat I dalam pengelolaan Dana Desa. Penulis
memfokuskan pada indikator-indikator teori dari Transparansi menurut
Kristianten : pertama, kesediaan dan aksesibilitas dokumen. Kedua, kejelasan
dan kelengkapan informasi. Ketiga, keterbukaan proses. Keempat, kerangka
regulsi yang menjamin transparansi.

3.3 Lokasi Penelitian


Hal yang penting dalam menentukan lokasi penelitian adalah dengan cara
mempertimbangkan dan mempelajari lebih dalam tentang fokus penelitian
serta rumusan masalah penelitian. Dengan mempertimbangkan segi geografis
dan praktis dari segi pertimbangan waktu, dana, dan juga tenaga perlu di
pertimbangkan dengan menetapkan lokasi penelitian.
Penulis memilih dan telah mempertimbagkan bahwa lokasi penelitian
terletak di Desa Buyat I, Kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur.
3.4 Informan
Informan adalah seorang yang dapat memberikan penjelasan atau informasi
mengenai masalah yang sedang diteliti dan dapat berperan sebagai narasumber
selama proses penelitian. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini,
yaitu :
1. Sangadi Desa Buyat I
2. Perangkat Desa Buyat I
3. Tokoh Masyarakat
4. Tokoh Agama
5. Tokoh Pemuda
6. Masyarakat Desa Buyat I
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data-data penelitian dari sumber data. Teknik pengumpulan
data merupakan suatu kewajiban, karena teknik pengumpulan data ini nantinya
digunakan sebagai dasar untuk menyusun instrument penelitian. Teknik
pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki
kredibilitas tinggi, begitupun sebaliknya.
1. Wawancara
Wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi
antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang
diwawancarai (interview) melalui komunikasi langsung (yusuf, 2014).
Metode wawancara/interview juga merupakan proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan responden/orang yang
diwawancarai. Untuk memperoleh data yang kredibel makin terview harus
dilakukan dengan Knowledgeable Respondent yang mampu menceritakan
dengan akurat fenomena yang diteliti.
2. Observasi
Observasi merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan secara sistematik
dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera terutama mata
terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisa pada waktu
kejadian itu terjadi. Dibandingkan dengan metode survey, metode
observasi lebih obyektif. Maksud utama observasi adalah menggambarkan
keadaan yang diobservasi. Kualitas penelitian ditentukan oleh seberapa
jauh dan mendalam peneliti mengerti tentang situasi dan konteks dan
menggambarkannya sealamiah mungkin (Semiawan, 2010).
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan arsip-
arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil atau
hukum-hukum dan lain-lain berhubungan dengan masalah penelitian.
Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang utama karena
pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui
pendapat, teori, atau hukum-hukum, baik mendukung maupun menolak
hipotesis tersebut.
Dokumentasi sebagai metode pengumpulan penelitian memiliki kelebihan
dan kelemahan, yaitu (Dimyati, 2013) :
a. Kelebihan metode dokumentasi
1.) Efisien dari segi waktu
2.) Efisien dari segi tenaga
3.) Efisien dari segi biaya
Metode dokumentasi menjadi efisien karena data yang kita butuhkan
tinggal mengutip dan memfotokopi saja dari dokumen yang ada.
Namun demikian, metode dokumentasi juga memiliki kelemahan
b. Kelemahan metode dokumentasi
1) Validitas data rendah, masih bisa diragukan
2) Reabilitas rendah, masih bisa diragukan.

3.6 Metode Analisis Data


Menurut Sugiyono (2010: 335), yang dimaksud dengan teknik analisis data
adalah proses mencari data, menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit- unit,
melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data induktif. Analisis data induktif adalah penarikan kesimpulan yang
berangkat dari fakta-fakta khusus, untuk kemudian ditarik kesimpulan secara
umum. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mencari, mencatat, dan mengumpulkan
semua secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan
wawancara di lapangan yaitu pencatatan data dan berbagai bentuk data
yang ada di lapangan.

2. Reduksi Data
Menurut Sugiyono (2010: 338). Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya dan membuang hal yang tidak perlu. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan
3. Display Data
Menurut Mailes dan Huberman (Sugiyono, 2010: 341) yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks dan naratif. Pada tahap ini peneliti menyajikan data- data yang
telah direduksi ke dalam laporan secara sistematis. Data disajikan dalam
bentuk narasi berupa Pemerintah Desa dan Masyarakat Desa Buyat I.
4. Pengambilan kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2010: 345) adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan.
Dalam penelitian ini data yang telah diproses dengan langkah-
langkah seperti di atas, kemudian ditarik kesimpulan secara kritis dengan
menggunakan metode induktif yang berangkat dari hal-hal yang bersifat
khusus untuk memperoleh kesimpulan umum yang objektif. Kesimpulan
tersebut kemudian diverifikasi dengan cara melihat kembali pada hasil
reduksi dan display data sehingga kesimpulan yang diambil tidak
menyimpang dari permasalahan peneliti.

DAFTAR PUSTAKA
Lili, M. A. (2018). Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Upaya
Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Masyarakat di Desa Magmagan Karya
Kecamatan Lumar. Jurnal Ekonomi Daerah (JEDA0, 7(1).

Roberto, Silas., Lutfi, Muhtar., Nurnaningsih. (2015). Analisis Pengelolaan


Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara. Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar. Jurnal IDEAL. Universitas Tadulako Kampus
Bumi Tadulako Tondo. Palu.

Kristianten.2006. Transparansi Anggaran Pemerintah. Jakarta :Rineka Cipta

P. Loina Lalolo. K. 2003.Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabiitas,


Transparansi dan Partisipasi.Jakarta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan


PendekatanKuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Alfabet.

Dimyati, J. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada


PendidikanAnak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Conny R. Semiawan. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo

A. Muri Yusuf. 2014. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif &


Penelitian Gabungan”. Jakarta : prenadamedia group.

Harjono, dkk. (2014). Pengaruh Akuntabilitas dan Transparasi terhadap


Pengelolaan anggaran. Binus Business Review. Vol.5, No.2, Hlm.537-550.

Didjaja, Mustofa. (2003). Transparansi Pemerintah. Jakarta: Rineka Cipta.

Dwiyanto, Agus. (2006). Mewujudkan Good Governance Melayani


Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Anda mungkin juga menyukai