Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL SMART VILLAGE

DESA BADAK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG

A. LATAR BELAKANG

Desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Bukan hanya


dikarenakan sebagian besar rakyat Indonesia bertempat tinggal di desa, tetapi desa
memberikan sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan
desa adalah merupakan bagian dari rangkaian pembangunan nasional. Berbagai bentuk
dan program untuk mendorong percepatan pembangunan kawasan perdesaan telah
dilakukan oleh pemerintah, namun hasilnya masih belum signifikan dalam meningkatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS),
mayoritas penduduk miskin di Indonesia mendiami kawasan perdesaan. Rendahnya
kesejahteraan masyarakat di kawasan perdesaan disebabkan antara lain oleh penyebaran
sumber daya ekonomi yang tidak merata antara desa dan kota.

Desa-desa di Indonesia memiliki ciri khas unik tersendiri serta permasalahan yang
berbeda. Persoalan ekonomi masih menjadi kendala bagi tercapainya Smart Village.
Menurut Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (2015),
meskipun pembangunan ekonomi khususnya sektor produksi telah diintervensi melalui
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun secara kelembagaan, reformasi
perdesaan masih mengalami kendala di kelompok tani seperti Koperasi Unit Desa (KUD)
atau Badan Usaha Unit Desa (BUUD).

Untuk mengatasi permasalahan ini, pembangunan desa harus dilakukan dengan cerdas
(smart), yaitu agar penyelesaian masalah dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan
pertumbuhan masalah itu sendiri. Solusi cerdas yang dimaksud adalah dengan
menerapkan desa cerdas (smart village), yaitu sebuah ekosistem yang memungkinkan
pemerintah, industri, akademisi maupun elemen masyarakat terlibat untuk menjadikan
desa menjadi lebih baik. Dalam konsep desa cerdas, konsep menjadi lebih baik diukur
dengan melihat kinerja pengelolaan sumber daya sehingga menjadi lebih efisien,
berkelanjutan dan melibatkan beragam elemen masyarakat. Konsep Smart Village
dibutuhkan agar desa-desa tersebut mampu mengetahui permasalahan yang ada di
dalamnya (sensing), memahami kondisi permasalahan tersebut (understanding), dan
dapat mengatur (controlling) berbagai sumber daya yang ada untuk digunakan secara
efektif dan efisien dengan tujuan untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya.

Dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa maka


menjadi peluang yang sangat besar bagi setiap desa yang ada di Indonesia untuk bisa
mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya secara mandiri sesuai kebutuhan
masing-masing dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Potensi desa
adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu desa yang
mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

B. KONSEP SMART VILLAGE

Di Indonesia hingga saat ini belum ada acuan yang pasti bagaimana sebuah desa itu dapat
dikatakan sebagai smart village, sehingga untuk mewujudkan smart village ini yang
terdekat atau yang sesuai adalah mengacu pada konsep smart city, yaitu teori Cohen
(2010) menyebutkan bahwa kota cerdas diidentifikasikan pada 6 (enam) dimensi.
Menurut Cohen dimensi pertama yang ada pada smart village yaitu dimensi smart
government mengacu pada prinsip good governance. Kunci utama pemerintahan yang
cerdas bertujuan untuk mengurangi kesenjangan di tingkat kota, kecamatan dan
kelurahan adalah tidak hanya memeratakan pembangunan fisik di setiap daerah, tetapi
juga peningkatan profesionalisme kinerja aparatur yang responsif terhadap kebutuhan
masyarakat dengan didukung oleh kecanggihan teknologi. Sedangkan dimensi yang
lainnya adalah smart economy (ekonomi cerdas), smart society (kehidupan sosial cerdas),
smart mobility (mobilitas cerdas), smart environment (lingkungan cerdas), dan quality of
live (hidup berkualitas).

Jika melihat prinsip good governance UNDP (1997) maka prinsip-prinsip berikut dapat
diterapkan dalam mewujudkan smart governance pada smart village adalah sebagai
berikut :

1. Transparansi atau keterbukaan dalam penyelenggaraan pemerintahan dapat


diwujudkan melalui berbagai cara yaitu dengan penyampaian informasi secara
langsung kepada masyarakat dalam berbagai pertemuan masyarakat desa,
pemasangan berbagai informasi di papan pengumuman, atau mungkin dapat
membuat website pemerintah desa untuk menampilkan segala informasi terkait
program dan pengggunaan anggaran pada suatu desa.
2. Partisipasi, pemerintah desa dapat melibatkan partisipasi atau keikutsertaan
masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Bentuk partisipasi
masyarakat antara lain dalam perencanaan pembangunan desa, partisipasi politik
dan partisipasi dalam berbagai kegiatan atau program desa.
3. Akuntabilitas, wujud akuntabilitas atau pertanggung jawaban pemerintah desa
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, dapat dilakukan antara lain dengan
menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis
kepada Badan Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran.
4. Penegakan Hukum, dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, Pemerintah Desa
harus bertindak berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
semua peraturan pelaksanaan tentang desa. Bentuk penegakan hukum yang lain
adalah pemberian sanksi bagi perangkat desa yang terbukti melanggar hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sanksi tersebut dapat berupa surat
peringatan sampai 3 kali dan pemberhentian apabila telah terbukti melanggar.
5. Daya Tanggap, pemerintah desa harus peka dan cepat tanggap dalam menanggapi
aspirasi masyarakat serta menghadapi persoalan yang terjadi dimasyarakat. Hal
tersebut dapat didukung dengan fasilitas layanan pengaduan masyarakat berupa
kotak surat pengaduan, pengaduan secara langsung, telepon dan sms.
6. Keadilan, prinsip keadilan di desa dapat dilakukan dengan merekrut sdm yang
berkompten dibidangnya tanpa melihat jenis kelamin status sosial atau
kedudukannya di masyarakat akan tetapi harus didasarkan kompetensi yang dimiliki
misalnya saja merekrut perangkat desa yang memiliki latar belakang pemerintahan
atau hukum.
7. Efektivitas dan Efisiensi, menerapkan optimalisasi SOP (Standar Operasional
Pelayanan) kepada masyarakat pada kantor pelayanan umum sebagai bentuk
pelayanan publik berupa jasa layanan administrasi yang bersifat umum seperti
kependudukan, pernikahan ataupun surat keterangan lainnya.
8. Orientasi pada kesepakatan, dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang
terjadi di lingkungan masyarakat, pemerintah desa harus mengutamakan
musyawarah mufakat dengan dilandasi semangat kekeluargaan. Contoh
permasalahan yang diselesaikan secara musyawarah di desa antara lain pembagian
waris, batas tanah, perselisihan warga, perselisihan rumah tangga dan kenakalan
remaja.
9. Visi Strategis, dalam pemerintahan desa kepala desa harus memiliki persepktif yang
luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan pada desa tersebut
setiap kepala desa harus memahami potensi apa yang ada di desa tersebut yang
dapat difokuskan untuk dikembangkan sehingga dapat memicu perekonomian atau
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di desa.
C. POTENSI DESA BADAK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG MENUJU SMART
VILLAGE

1. Letak Geografi

2.

D. USULAN IMPLEMENTASI SMART VILLAGE DESA BADAK KECAMATAN BELIK KABUPATEN


PEMALANG

Anda mungkin juga menyukai