Anda di halaman 1dari 10

Data Teknis – 5

Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

DATA TEKNIS 5 PENDEKATAN, METODOLOGI DAN


PROGRAM KERJA

A. Pendekatan Teknis dan Metodologi


1. Pendekatan Teknis
Manajemen Rantai Pasok
Pemahaman Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)
secara umum adalah integerasi aktivitas-aktivitas yang berawal dari
pengadaan barang dan jasa, mengubah bahan baku menjadi barang
dalam proses dan barang jadi, dan mengatarkan barang-barang
tersebut kepada para pelanggannya dengan cara yang efisien.
Berikut ada beberapa definisi dasar tentang manajemen Rantai Pasok
adalah sebagai berikut:
 Simchi dan Levi (2003): “Is set of approaches utilized to efficiently
integrate supplier, manufacturers, warehouse and stores, so that
merchandise is producted and distributed at the right quantities, to
the right locations and at the right time, in order to minimize
system wide cost while satisfying service level requirement.”
 Hanfield (2002): “Is the integration and management of supply
chain organization and activities through coorperative
organizational relationship, effective business process, and high
levels of information sharing to create high-performing value
sistems that provide member organizations a sustainable
competitive advantage”.
Dalam definisi tersebut, secara umum pemahaman rantai pasok akan
mengandung makna terjadinya aliran material dari awal sampai ke
konsumen dengan memperhatikan faktor ketepatan waktu, biaya dan
jumlah produknya.

Pemasaran

5-1
Data Teknis – 5
Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Definis Pemasaran
Menurut Stanton (2001), definisi pemasaran adalah suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan baik
kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Dari definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa


pemasaran merupakan usaha terpadu untuk menggabungkan
rencana-rencana strategis yang diarahkan kepada usaha pemuas
kebutuhan dan keinginan konsumen untuk memperoleh keuntungan
yang diharapkan melalui proses pertukaran atau transaksi. Kegiatan
pemasaran perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada
konsumen bila ingin mendapatkan tanggapan yang baik dari
konsumen. Perusahaan harus secara penuh tanggung jawab tentang
kepuasan produk yang ditawarkan tersebut. Dengan demikian, maka
segala aktivitas perusahaan, harusnya diarahkan untuk dapat
memuaskan konsumen yang pada akhirnya bertujuan untuk
memperoleh laba.

Konsep Pemasaran
Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi
perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat
didalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut konsep pemasaran
(marketing concept). Konsep pemasaran tersebut dibuat dengan
menggunakan tiga faktor dasar yaitu:
1. Saluran perencanaan dan kegiatan perusahaan harus berorientasi
pada konsumen/ pasar.
2. Volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan
perusahaan, dan bukannya volume untuk kepentingan volume itu
sendiri.
3. Seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus
dikoordinasikan dan diintegrasikan secara organisasi.

5-2
Data Teknis – 5
Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Menurut Swastha dan Irawan, (2005 : 10) mendefinisikan konsep


pemasaran sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa
pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan
sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Bagian pemasaran pada
suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam
rangka mencapai besarnya volume penjualan, karena dengan
tercapainya sejumlah volume penjualan yang diinginkan berarti kinerja
bagian pemasaran dalam memperkenalkan produk telah berjalan
dengan benar. Penjualan dan pemasaran sering dianggap sama tetapi
sebenarnya berbeda.

Tujuan utama konsep pemasaran adalah melayani konsumen dengan


mendapatkan sejumlah laba, atau dapat diartikan sebagai
perbandingan antara penghasilan dengan biaya yang layak. Ini
berbeda dengan konsep penjualan yang menitikberatkan pada
keinginan perusahaan. Falsafah dalam pendekatan penjualan adalah
memproduksi sebuah pabrik, kemudian meyakinkan konsumen agar
bersedia membelinya. Sedangkan pendekatan konsep pemasaran
menghendaki agar manajemen menentukan keinginan konsumen
terlebih dahulu, setelah itu baru melakukan bagaimana caranya
memuaskan.

Identifikasi dan Evaluasi Risiko Manajemen Rantai Pasok


Sejumlah permasalahan yang menyebabkan melemahnya ketahanan
pangan saat ini dapat diidentifikasi, yaitu konversi lahan pertanian,
menurunnya produktifitas pertanian, sarana dan prasarana pertanian
yang tidak memadai, lemahnya kelembagaan (regulasi dan
infrastruktur), serta sistem pemasaran dan rantai pasokan yang
tidak terkendali. Khusus pada sebab permasalahan terakhir, adanya
kesenjangan informasi antara konsumen dan produsen menyebabkan
terjadinya distorsi pada aspek distribusi dan aksesibilitas ketahanan
pangan. Distorsi ini memunculkan sejumlah persoalan tidak lancarnya
pasokan bahan pangan, tidak proporsionalnya pembagian risiko, nilai
tambah dan keuntungan antar pelaku, rendahnya mutu dan keamanan

5-3
Data Teknis – 5
Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

produk pangan, tidak efisiennya biaya sepanjang rantai pasokan serta


melonjaknya harga produk pangan. Petani, sebagai penyedia bahan
baku adalah pelaku utama yang menderita kerugian dalam distorsi
tersebut, yaitu menanggung porsi risiko yang lebih besar dan
menerima porsi keuntungan dan nilai tambah yang lebih kecil (Arifin,
dkk. 2001).
Risiko didefinisikan sebagai hasil dari kejadian yang berpengaruh
negatif yang mempunyai kemungkinan terjadi dan menghasilkan
sejumlah kerusakan (March and Shapira 1987). Sedangkan
dalam kamus besar bahasa Indonesia, risiko adalah kemungkinan
terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan. Risiko rantai
pasok dapat didefinisikan sebagai: kerusakan yang mempunyai
kemungkinan terjadi yang disebabkan oleh suatu kejadian dalam
sebuah perusahaan pada rantai pasok atau lingkungannya sehingga
menimbulkan pengaruh negatif terhadap proses bisnis pada lebih dari
satu perusahaan dalam rantai pasok (Kersten, Hohrath, and Böger
2007). Peningkatan tingkat kebergantungan dan kompleksitas dari
jaringan rantai
pasok saat ini menjadikan rantai pasok secara keseluruhan menjadi
lebih rentan terhadap gangguan. Setiap gangguan yang terjadi dalam
salah satu pelaku rantai pasok dapat mempengaruhi jaringan rantai
pasok secara keseluruhan seperti berhentinya arus informasi dan
sumber daya dari hulu ke hilir dalam rantai pasok yang menyebabkan
ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan.
Dua metode utama untuk mengevaluasi risiko rantai pasok
adalah metode evaluasi risiko berdasarkan pendapat pakar dan
metode evaluasi risiko secara statistik (Klimov and Merkuryev 2006).
Metode evaluasi risiko berdasarkan pendapat pakar biasanya disebut
sebagai model evaluasi risiko kualitatif dan metode evaluasi secara
deterministik dan statistik disebut sebagai model evaluasi risiko
kuantitatif. Beberapa model evaluasi risiko kualitatif yang telah
dilakukan adalah Santoso (2005), Wu et al. (2006) dan Schoenherr et
al. (2008). Sedangkan beberapa model kuantitatif manajemen risiko
rantai pasok telah juga dikembangkan oleh Nagurney et al. (2005),

5-4
Data Teknis – 5
Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Xiaohui et al. (2006), Li and Hong (2007), Neureuther and Kenyon


(2008) dan Lee (2008). Selain itu telah dikembangkan juga model
gabungan antara evaluasi risiko kualitatif dan kuantitatif seperti yang
dilakukan oleh Arisoy (2007) dan Wu dan Olson (2008).
Manajemen risiko rantai pasok produk pertanian berbeda dengan
manajemen risiko rantai pasok produk manufaktur, karena (1) produk
pertanian bersifat mudah rusak, (2) proses penanaman, pertumbuhan
dan pemanenan tergantung pada iklim dan musim, (3) hasil panen
memiliki bentuk dan ukuran bervariasi, (4) produk pertanian bersifat
kamba, sehingga produk pertanian sulit untuk ditangani (Austin

1992; Brown 1994). Manajemen risiko rantai pasok produk pertanian


menjadi lebih sulit, karena beberapa sumber ketidakpastian dan
hubungan yang kompleks antara pelaku dalam rantai pasok tersebut.
Sebagai produk pertanian, komoditas jagung tidak terlepas
dari sifat-sifat tersebut, yaitu musiman karena pola tanam jagung
tidak merata sepanjang tahun, sehingga kemungkinan terjadinya
fluktuasi harga sangat tinggi. Berdasarkan data perkembangan harga
jagung, pada bulan September-November merupakan puncak harga
jual tertinggi. Pada bulan September-Desember, kebutuhan
(konsumsi) lebih besar dibandingkan produksi, yang menyebabkan
harga jagung naik. Periode tersebut merupakan puncak paceklik,
sehingga harga jagung tinggi. Dalam periode Januari-April, produksi
lebih tinggi dari kebutuhan, sehingga terjadi kelebihan produksi, yang
menyebabkan harga jagung cenderung rendah (Zubachtirodin dkk.
2007). Di samping itu petani umumnya menjual hasil jagung hanya ke
pedagang
pengumpul atau ke pasar (pedagang penyalur kota atau pengecer di
pasar umum). Dengan demikian, harga yang diterima petani relatif
rendah dan fluktuatif. Keadaan ini kurang menguntungkan bagi
petani, sebab tidak adanya jaminan harga yang layak. (Sarasutha
dkk. 2007). Beberapa permasalahan jagung nasional adalah
produktivitas rendah, yakni rata-rata 5 ton/ha dan mutu rendah.
Kontinuitas produksi belum terjamin, kepastian pasar, dan harga

5-5
Data Teknis – 5
Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

belum ada. Modal investasi dan modal kerja terbatas. Petani belum
bersahabat dengan lembaga keuangan formal karena kelompok tani
dan gapoktan belum berfungsi optimal. Dari sisi pabrikan, masalahnya
adalah pasokan bahan baku belum terjamin, sehingga pabrik
beroperasi di bawah kapasitas optimal dan harus impor bahan baku
jagung. Masalah lain, koordinasi pabrik dengan petani masih lemah,
belum ada kerjasama pabrik dengan kelompok tani dan gapoktan,
struktur pasar tidak bersaing sempurna, sehingga biaya transaksi
tinggi. Oleh karena itu kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
risiko pada setiap tingkatan rantai pasok, pengukuran risiko rantai
pasok, dan mitigasi risiko rantai pasok untuk mendukung tindakan
pengambilan keputusan yang tepat dalam manajemen rantai pasok
yang efektif, efisien dan responsif pada setiap tingkatan rantai pasok
komoditas jagung. Sehingga akan tercipta kestabilan pasokan produk
pangan dan non-pangan untuk meningkatkan kemandirian pangan
nasional serta dapat mengantisipasi terjadinya krisis kerawanan
pangan. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan suatu model
identifikasi dan evaluasi risiko rantai pasok komoditas jagung pada
setiap tingkatan jaringan rantai pasok.

2. Metodologi
a. Metode Penelitian
Metode Penelitian berisi uraian tentang metode penelitian
yang digunakan dalam melakukan penelitian sebagai
bahan penunjang penyusunan Naskah Akademik
Ketahanan Pangan Kota Tangerang. Metode ini terdiri dari
metode pendekatan dan metode analisis data. Metode
penelitian di bidang hukum dilakukan melalui pendekatan
yuridis normatif maupun yuridis empiris, dengan
menggunakan data sekunder maupun data primer.
1)  Metode yuridis normatif, dilakukan melalui studi pustaka
yang menelaah (terutama) data sekunder, baik yang

5-6
Data Teknis – 5
Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

berupa peraturan perundang-undangan, maupun hasil-


hasil penelitian, hasil pengkajian dan referensi lainnya.
2)  Sedangkan pendekatan masalah (problem solving)
dapat dilakukan dengan menelaah data primer yang
diperoleh/dikumpulkan langsung dari masyarakat. Data
primer dapat diperoleh dengan cara: pengamatan
(observasi), diskusi (focu group discussion),
wawancara, mendengar pendapat narasumber atau para
ahli, menyebarkan kuesioner dan sebagainya.
3)  Pada umumnya metode penelitian pada Naskah
Akademik menggunakan pendekatan yuridis normatif,
yang utamanya menggunakan data sekunder, yang
dianalisis secara kualitatif. Namun demikian, data
primer juga sangat diperlukan sebagai penunjang dan
untuk mengkonfirmasi data sekunder.
b. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data
sekunder yang dikumpulkan melalui teknik wawancara dan
observasi baik dilapangan maupun di instansional dan studi
literatur, selain itu juga dilakukan pengisian checklist dan daftar
pertanyaan.
c. Desain Penelitian
Berdasarkan tujuannya, kegiatan Pembuatan Naskah Akademis
Ketahanan Pangang Kota Tangerang Selatan, dilakukan untuk
dapat diketahuinya naskah akademik, arahan pengendalian
pelaksanaan, yang mampu mengkosolidasikan pengembangan
kawasan dengan pusat-pusat pertumbuhan yang ada disekitarnya.

B. Program Kerja
Rencana kerja yang ditetapkan oleh konsultan guna melaksanakan
kegiatan ini terdiri dari tahapan kegiatan :
1. Tahap awal dan persiapan
Dalam tahapan ini dilakukan beberapa kegiatan yang dijadikan sebagai
acuan dan dasar bagi pelaksanaan kegiatan selanjutnya, kegiatan yang

5-7
Data Teknis – 5
Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

dilakukan adalah berupa persiapan pelaksanaan menyangkut


penyusunan program kerja (alur pikir dan jadwal), penyusunan instrumen
pendataan (kuesioner, peralatan, bahan dan tenaga) yang dilibatkan.
2. Tahap pengumpulan data
a. Melakukan pengumpulan data primer, melalui survey lapangan (8
Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah dan Pihak-pihak yang terkait.
b. Melakukan pengumpulan data sekunder dari institusi terkait.
3. Identifikasi Potensi Masalah
Setelah data semua terkumpul maka tahap selajutnya adalah melakukan
identifikasi masalah dengan merujuk refrensi-refrensi yang ada
4. Koordinasi dengan instansi terkait
Tahap ini adalah sangat penting yaitu melakukan koordinasi-koordinasi
dengan instansi terkait mengenai identifikasi masalah dan pemecahan
masalah
5. Perumusan raperda
Setelah semua teridentifikasi dan solusi/pemecahannya selanjutnya
merumuskan rancangan peratura daerah.

Secara skematis proses penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai


berikut :

5-8
Data Teknis – 5
Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar Alur pikir Penyusunan Naskah Akademik

 Isu yang muncul sebagai dasar


pertimbangan penyusunan Nsskah
Akademik Ketahanan Pangan Kota
Tangerang Selatan
 Pertumbuhan dan permasalahan
ketahanan pangan di kota Tangerang
Selatan
 Desentralisasi
 Globalisasi

Penjelasan tentang Kebijakan Ketahanan


Pangan Kota Tangerang Selatan

Urgensi penyusunan Nsskah Akademik


Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan

Landasan Teori dan Konsep

Landasan FiIosofis
Landasan FiIosofis
NASKAH AKADEMIS Landasan Sosiologis
KETAHANAN PANGAN Landasan Sosiologis
Tinjauan Yuridis
KOTA TANGERANG
Tinjauan Yuridis

Definisi atau batasan Pengertian Asas dan Prinsip

Materi Muatan penyusunan Nsskah


Akademik Ketahanan Pangan Kota
Tangerang Selatan

5-9
Data Teknis – 5
Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

C. Organisasi dan Personil


Struktur organisasi pelaksana pekerjaan disusun dengan berdasarkan
ketersediaan sumber daya dan tata hubungan antara tim, perusahaan, dan
pihak pengguna jasa serta pihak-pihak terkait.
Berdasarkan tujuan pelaksanaan pekerjaan (penyediaan Jasa
Konsultansi) dan lingkup pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan akan diatur
sebagai berikut :
SEKRETARIAT DAERAH
KOTA TANGERAN SELATAN
BAGIAN PEREKONOMIAN
Tim Teknis

KETUA TIM
(Ahli Ekonomi Pembangunan)

TENAGA AHLI

1. Ahli Administrasi
2. Ahli Ergonomi

TENAGA PENUNJANG
a. Surveyor
b. Operator Komputer
c. Sekretaris/Administrasi Kantor

Gambar 5.1. Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan

5 - 10

Anda mungkin juga menyukai