Anda di halaman 1dari 5

Strategi Pendampingan Bagi Pendamping

Lokal Desa
oleh Sutardjo Ps | Okt 18, 2017 | Tak Berkategori | 0 Komentar

Oleh; Kadek Agus Mahardika


Pendamping Desa Kecamatan Kediri, Tabanan

Apa Itu Pendamping Lokal Desa?Peraturan Pemerintan Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, pasal 129 ayat 1
menjelaskan pendamping Profesional terdiri atas Pendamping Desa di kecamatan, Pendamping
Teknis di kabupaten dan Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat di Provinsi. Pada ayat 3,
menjelaskan bahwa KPMD (kader Pemberdayaan Masyarakat Desa) berasal dari unsur
masyarakat yang dipilih oleh Desa untuk menumbuhkan dan mengembangkan serta
menggerakkan prakarsa, partisipasi, dan swadaya gotong royong.

Tidak ada disebutkan tentang Pendamping Lokal Desa atau PLD. Jika kita merujuk peraturan
yang lebih teknis dan mengerucut ke soal Pendampingan Desa yaitu Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015
Tentang Pendampingan Desa, juga sangat jelas tidak ada disebutkan tentang Pendamping
Lokal Desa. Lalu Pendamping Lokal Desa itu apa?
Ternyata Pendamping Lokal Desa dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, dimana
pasal 129 berubah menjadi; Tenaga pendamping profesional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 128 ayat (2) terdiri atas:
a. tenaga pendamping lokal Desa yang bertugas di Desa untuk mendampingi Desa dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kerja sama Desa, pengembangan BUM Desa, dan
pembangunan yang berskala lokal Desa;
b. tenaga pendamping Desa yang bertugas di kecamatan untuk mendampingi Desa dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kerja sama Desa, pengembangan BUM Desa, dan
pembangunan yang berskala lokal Desa;
c. tenaga pendamping teknis yang bertugas di kecamatan untuk mendampingi Desa dalam
pelaksanaan program dan kegiatan sektoral; dan
d. tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang bertugas meningkatkan kapasitas tenaga
pendamping dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, mengapa Permendes Nomor 3 Thun 2015 tentang
Pendampingan Desa tidak merujuk PP 47 tahun 2015 atau merubah permendes tersebut agar
sejalan dengan PP 47? Saya tidak tahu jawabannya!!!

Ruang Lingkup Tugas PLD


Berdasarkan modul pelatihan Pratugas PLD, ruanglingkup tugas PLD adalah seperti pada tabel
berikut;

Berdasarkan ruang lingkup tugas PLD tersebut maka seorang PLD wajib memiliki kompetensi
dasar atau kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Maka didalam modul
pelatihan Pratugas PLD di jelaskan materi atau pengetahuan yang harus dikuasai oleh PLD.
Diantaranya konsep atau folosofi tentang Desa dan Visi undang – undang Desa, tata kelola
Desa, pembangunan Desa, Pengembangan Ekonomi Desa, Penyusunan Peraturan di Desa,
Konsep pemberdayaan masyarakat, pendampingan, membangun Tim kerja di Desa sampai
pengetahuan teknis untuk bisa memfasilitasi desa dalam menyusun Buku Kas Umum,
memfasilitasai pengajuan SPP, memfasilitasi proses pengadaan barang dan jasa, memfasilitasi
penyusunan laporan Realisasi APBDes sampai penyusunan RKTL dll. Pertanyaannya
bagaimana agar PLD memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diharuskan tersebut?

Startegi saya selaku Pendamping Desa yang juga bertanggungjawab meningkatkan kapasitas
PLD adalah:
1. Mengkondisikan adanya forum belajar informal secara reguler, terjadwal, sistematis dan
responsif terhadap kebutuhan penyelesaian masalah kekinian dalam tugas pendampingan.
Tentu dibutuhkan syarat-syarat agar pengkondisian ini bisa terwujud. Diantaranya komitmen
PLD untuk disiplin menyediakan waktunya kurang lebih 1-2 jam dalam 1 minggu untuk serius
mengikuti forum belajar informal tersebut. Adanya peran aktif PLD dimana forum belajar
tersebut bisa menjadi ajang tukar pemikiran dan diskusi 2 arah sehingga PLD wajib memiliki
pengetahuan sendiri hasil dari membaca materi sendiri atau interaksi keilmuan di lapangan.
(sudah dicoba dilakukan di Desa Pejaten dengan nama Komunitas Kader Desa, diskusi setiap
hari kamis malam jam 7)
2. Mendorong PLD untuk mengarahkan pemerintah desa atau kelembagaan di desa, agar
mengadakan forum formal maupun informal dalam rangka Bintek (Bina Teknis) atau
sosialisasi (UU Desa, pengelolaan keuangan Desa, Penyusunan RKP, Pengadaan barang dan
jasa, dll tergantung kebutuhan pemangku kepentingan dan jadwal/kalender pemerintahan
Desa), dengan mengundang/mendatangkan nara sumber yang kompeten atau Ahli seperti
Pendamping Desa, Tenaga Ahli atau SKPD yang terkait. Sehingga secara langsung PLD bisa
mengklarifikasi hal-hal yang perlu penjelasan dan menanyakan hal-hal yang dianggap belum
jelas secara teknis maupun non teknis.
3. Mendorong PLD membuat jurnal atau buku harian untuk mencatat segala pertanyaan dan
permasalahan selama dilapangan sehingga menjadi bahan untuk dibahas dan dicarikan
solusinya baik didalam forum no.1 atau no.2 diatas, bahkan secara langsung ditanyakan ke PD
atau TA (Tapi sebelumnya usaha sendiri dulu dengan buka-buka buku dan googling, jika belum
yakin baru bertanya ke PD atau TA!!! Jangan manja….)

Dari 3 strategi saya diatas tentu semuanya menitik beratkan pada faktor PLD nya. Apakah PLD
mau tau? Mau Mengerti? dan mau maju? Jika semua kemauan itu tidak ada maka mohon maaf
“semangka di teba” jika ada yang komplain bahwa PDnya justru tidak mempunyai kompetensi
dan tidak mau membantu PLD dalam meningkatkan kapasitas maka ajukan saja pindah jadi
PLD di kecamatan Kediri atau nanti ikut melamar jadi PD, Hehehehe “mecande”.

Strategi Pendampingan PLD di Desa


Pada prinsipnya, PLD adalah ujung tombak keberhasilan program pemberdayaan masyarakat
desa. Salah satu agenda besar pendamping lokal desa adalah mengawal implementasi UU No.
6/2014 Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan dengan fasilitasi, supervisi, dan
pendampingan. Pendamping lokal desa itu bukan sekadar menjalankan amanat UU Desa, tetapi
juga modal penting untuk mengawal perubahan desa demi mewujudkan desa yang mandiri dan
inovatif (katanya Modul).

Pertanyaannya, Bagaimana caranya? Strategi pendampingan PLD di desa menurut hemat saya
adalah :
1. PLD harus memiliki TIM/group di Desa dampingan (bisa dari unsur kaur, LPM, BPD,
KPMD, Pemuda Desa, mantan Pelaku PNPM atau anak perbekel), caranya tentu dengan
pendekatan yang tepat, pas dan mengena. Apakah melalui pendekatan hobi, pendekatan
hubungan keluarga, pendekatan ekonomi/usaha, pendekatan politik/satu aliran dll (yang paling
gampang adalah pendekatan dengan membantu meringankan pekerjaan administratif kaur atau
kelembagaan Desa seperti mengetikkan dokumen atau ngajarin private exel). TIM ini harus
terus dikonsolidasikan dan ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya seiring dengan kebutuhan
program (RKTL) dan tantangan di Desa yang akhirnya TIM ini di lembagakan menjadi
komunitas kader Desa atau dengan nama lain. Dengan memiliki TIM maka kita telah memiliki
SDM yang bisa mensuport dan menjalankan apapun yang menjadi rencana/program
pendampingan kita termasuk mengumpulkan data untuk laporan setiap hari kamis.
2. Membangun jaringan sosial (social network). Menurut Modul; Hal mendasar yang harus
dipahami dari hubungan sosial yang melahirkan jaringan sosial adalah setiap orang mempunyai
akses yang berbeda terhadap sumber daya yang bernilai, seperti akses terhadap sumber daya
alam, informasi atau kekuasaan.

Artinya bahwa dengan memahami jaringan sosial di Desa akan memudahkan bagi pendamping
desa dalam membangun jaringan sosial baru untuk kepentingan implementasi UU Desa, serta
memudahkan untuk mengembangkan kerjasama.
Untuk membangunn jejaring sosial di pedesaan terlebih dahulu kita harus memetakan dan
mengenali siapa saja tokoh atau pihak kunci yang dapat kita ajak bersama untuk membangun
dan memajukan desa. Model pendekatan dalam kerja jaringan:
a. Model kontak person. Biasanya dilakukan oleh seseorang yang merupakan tokoh kunci dari
lembaga, sering menggunakan pendekatan pribadi, loby (silaturahmi), mediasi dan lain-lain.
b. Model kerja sama. Dapat dilakukan dengan pemerintah, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga
keuangan atau kelompok profesi lainnya dengan isu-isu yang sejenis dan sifatnya memberikan
bantuan stimulan, teknikal asistensi pada program yang sama.
c. Model aliansi. Kerja sama antar forum/lembaga untuk menyuarakan isu yang sama,
misalnya: ALIANSI GERAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN yang terdiri dari
pendamping desa, Pemda, NGO, dll.
d. Model koalisi. Beberapa forum/lembaga melakukan merger menggunakan satu nama, misal:
KOALISI PENGENTAS KEMISKINAN PEDESAAN, bersifat sementara (ad hoc) dipimpin
oleh seorang koordinator

Hanya dengan 2 strategi pokok tersebut saya yakin apa yang menjadi tujuan diadakannya
Pendamping Lokal Desa akan tercapai, sehingga tidak lagi akan ada kesan di Desa bahwa ada
atau tidak ada Pendamping Lokal Desa sama saja. Silahkan kita berfikir ulang untuk menyadari
secara filosifis bahkan secara spiritual tentang apa yang bisa kita buat untuk kemajuan Desa.

Sebab, kendala ekonomi atau gaji PLD yang rendah mungkin menjadi alasan untuk tidak
maksimal bekerja maka akan sia-sia tulisan ini dibaca sampai habis. Saya percaya dengan
membangun sumber daya Manusia di Desa dan jejaring sosial sebagai modal tak ternilai
harganya, maka akan menjadi mudah bagi kita secara personal untuk mencapai kesejahteraan
(Tanpa ketergantungan akan Gaji di PLD atau menjadi pemberdaya yang berdaya).

Rejeki akan datang sendiri untuk orang yang tulus dan giat bekerja. Utamakan Proses maka
hasil adalah bonus yang menambah kebahagiaan kita. Jangan Lupa bersinergi dengan PD dan
TA, Tim yang solid lahir dari komunikasi yang efektif dan tidak ada dusta diantara kita. Ayo
bantu Desa!!!!

*Ditulis Senin, 12 September 2016 pkl. 10.00 Wit

Anda mungkin juga menyukai