Anda di halaman 1dari 7

OPTIMALISASI PERAN PEMANGKU ADAT DALAM PEM

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberadaan dan hak-hak masyarakat hukum adat di Indonesia


ditegaskan UUD 1945 Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 sebagai salah satu
landasan konsititusional masyarakat adat yang menyatakan pengakuan
secara deklaratif bahwa negara mengakui dan menghormati keberadaan
dan hak-hak masyarakat hukum adat. Masyarakat hukum adat sebagai
bagian dari Warga Negara Indonesia juga memiliki hak-hak konstitusional
sebagai warga negara misalkan untuk mendapatkan penghidupan yang
layak, lingkungan yang baik, persamaan di hadapan hukum dan hak-hak
lainnya. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mengatur
tentang masyarakat hukum adat dapat di tetapkan sebagai desa adat
yang memiliki hak asalusul dan juga kewenangan diberikan oleh
pemerintah untuk diselenggarakan di dalam desa adat.
Selain masyarakat hukum adat, terdapat juga wadah partisipasi
masyarakat sebagai mitra pemerintahan desa dalam menjalankan
pembangunan yakni lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga adat
desa. Lembaga adat Desa dibentuk dalam rangka menjalanan fungsi adat
istiadat di Desa sebagai bagian partisipasi masyarakat dalam mendorong
pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pemerintah
Daerah Kabupaten Malaka merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Nusa tenggara Timur yang berupaya dalam menjalankan peraturan
perundang-undangan dengan cara melaksanakan upaya pemberdayaan
terhadap lembaga adat desa, lembaga adat desa dan masyarakat hukum
adat. Komitmen ini dipertegas melalui diprakarsainya Peraturan Daerah
Kabupaten Malaka Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penataan dan
Pemberdayaan Lembaga Kemasyarkatan Desa / Kelurahan, Lembaga
Adat Desa, dan Masyarakat Hukum Adat.
Inplementasi lebih lanjut adalah ditetapkannya Peraturan Bupati
Malaka tentang Insentif Lembaga Adat Desa yang telah dilaksanakan
selama 2 (dua) tahun yakni sejak diundangkannya Peraturan Bupati
tentang Insentif pemangku Adat yang ditetapkan dalam Lembaga Adat
Desa. Namun dalam implementasi lanjutannya terhambat dengan
permasalahan kedudukan dan peran pemangku adat dimaksud yakni (1)
belum optimalnya peran aktif pemangku adat dalam mendukung
pembangunan daerah (2) banyaknya oknum pemangku adat yang
berebutan, mengklaim dan mengaku sebagai liurai, loro, nain dan fukun
dan (3) ketersediaan Anggaran berbanding terbalik dengan jumlah
pemangku adat yang ada.

2
1.2. Rumusan Masalah

Upaya apa saja yang harus dilakukan Pemerintah Kabupaten Malaka


dalam mengoptimalkan peran pemangku adat dalam pembangunan daerah?

1.3. Maksud dan Tujuan

Karya tulis ini disusun sebagai persyaratan dalam mengikuti Seleksi


Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (JPT) Esselon II-B di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Malaka Tahun 2023, dengan tujuan menguraikan
strategi yang ditempuh Pemerintah Kabupaten Malaka melalui Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam mengoptimalkan peran
pemangku adat dalam pembangunan daerah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Strategi Kebijakan Optimalisasi Peran Pemangku Adat

Strategi adalah sebagai media yang digunakan untuk merancang


tindakan dalam mencapai suatu tujuan. Strategi optimalisasi peran
pemangku adat dalam pembangunan daerah adalah strategi membangun
komunikasi yang dilakukan melalui pendekatan personal dan pemantauan
pertisipatif pemangku adat berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Malaka Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penataan dan Pemberdayaan
Lembaga Kemasyarakatan Desa, Lembaga Adat Desa dan Masyarakat
Hukum Adat serta Peraturan Bupati Malaka Nomor 3 Tahun 2023 tentang
Tata cara Pemberian Insentif bagi Pemangku Adat
Strategi ini dirumuskan dalam 3 (tiga langkah yaitu pendekatan
personal, pemantauan partisipasi dan penyediaan anggaran yang
memadai dalam rangka mendukung peran pemangku adat (Liurai, Loro,
Nain dan Fukun).
Pemangku adat yang terejawantah dalam wadah Lembaga
Masyarakat Hukum Adat merupakan implementasi Visi Misi Bupati Dr.
Simon Nahak, SH., MH dan Wakil Bupati Louise Lucky Taolin,
S.Sos sebagai bentuk pengahargaan terhadap masyarakat hukum adat
yang merupakan representasi kearifan budaya lokal di desa.

2.2 Inovasi yang dilakukan


Inovasi yang akan dilakukan didasarkan pada strategi kebijakan
yang ditempuh dan merupakan pengembangan lebih lanjut dalam praksis
program/kegiatan yaitu:
a. Pendekatan Personal
Pendekatan personal atau pendekatan secara individu
merupakan pendekatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Malaka kepada pemangku adat. Pendekatan ini dilakukan kepada
masing-masing lembaga masyarakat hukum adat di desa.
Pendekatan personal dapat dikatakan sebagai kunci untuk
menjangkau pemangku adat. Tanpa adanya pendekatan personal
masyarakat sulit dijangkau, mengingat pemangku adat mampu
menyimpan sesuatu hal yang tidak bisa diungkapkan ke
sembarang orang sehingga pendekatan personal perlu untuk
dilakukan agar mendapat kepercayaan dari pemangku adat yang
nantinya dapat mengajak untuk berperan dalam pembangunan
berdasarkan kearifan local desa.

4
b. Pemantauan Partisipatif
Pelaksanaan Strategi Pendekatan Personal didukung dengan
adanya Strategi pemantauan partisipatif. Kedua strategi ini memiliki
kaitan yang tidak dapat terpisahkan karena pendekatan personal
dilanjutkan dengan pemantauan partisipatif melalui monitoring.
Pemantauan akan lebih mudah, efektif dan efisian ketika dilakukan
melalui monitoring secara terus menerus.
Berdasarkan hasil kajian dampak pengembangan desa mandiri
terhadap ketahanan pangan, sumber daya manusia berkualitas, tata
Kelola pemerintahan yang baik, infrastruktur publik dan
pengentasan kemiskinan di Kabupaten Malaka pada umumnya dan
desa-desa pada khususnya yang dilakukan oleh Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa kerjasama dengan 127 desa di
Malaka menunjukkan dampak positif terhadap peran pemangku adat
(Liurai, Loro, Nain dan Fukun) dalam pembangunan.
c. Penyediaan Anggaran yang memadai
Penyediaan anggaran yang memadai dalam rangka mendukung
peran pemangku adat (Liurai, Loro, Nain dan Fukun) dalam
pembangunan baik di daerah kabupaten pada umumnya dan di desa
pada khususnya merupakan stimulant/ daya dorong partisipatisi
pemangku adat mulai dari koordinasi perencanaan pembangunan
dan anggaran di tingkat desa maupun di tingkat kabupaten. Untuk itu
anggaran yang disedian tidak sekadar insentif tetapi dapat pula
berupa biaya akomodasi dan transportasi pada setiap kegiatan.

2.3 Kendala/ Hambatan yang dihadapi

Pelaksanaan pendekatan dan pemantauan partisipatif tidak selalu


berjalan mulus, meskipun terdapat beberapa hal yang menjadi faktor
pendorong berhasilnya strategi optimalisasi peran pemangku adat.
Terdapat juga hambatan atau kendala. Adapun faktor penghambat yaitu
kurang terbukanya pemangku adat baik secara persona maupun secara
lembaga dan minimnya wawasan pemangku adat mengenai perannya
dalam pembangunan.

2.4 Solusi pemecahan terhadap kendala/hambatan yang dihadapi.

Pendekatan personal dan monitoring terus menerus perlu dilakukan


lebih sering agar pemangku adat lebih mengerti dan memahami peranya.
Minimnya kesadaran pemangku adat terhadap upaya pembangunan di
daerah maupun di desa harus ditumbuhkembangkankan agar kemauan
untuk berpartisipasi sesuai perannya dalam pembangunan. Selain itu 5
perlu mengenalkan kesadaran terhadap pemangku adat bahwasannya
perannya sejak dari desa melalui membangun jaringan kerja dengan
semua sektor pemerintahan untuk mendapat dukungan anggaran dari
pemerintah pusat, provinsi, Kabupaten dan dari sektor swasta.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, dapat ditarik simpul bahwa strategi


optimalisasi peran pemangku adat yang dilakukan melalui membangun
komunikasi dengan praksis program/kegiatan Pendekatan Personal dan
Pemantauan Partisipatif. Namun ada kendala/hambatan terbangunnya
komunikasi adalah kurang terbukanya pemangku adat baik secara
persona maupun secara lembaga dan minimnya wawasan pemangku
adat mengenai perannya dalam pembangunan. Untuk itu perlu
diupayakan komununikasi yang intens agar pemangku adat lebih
mengerti dan memahami perannya dan kesadaran partisipasi harus
ditumbuhkembangkankan agar kemauan untuk berpartisipasi sesuai
perannya dalam pembangunan.

Tujuan akhir optimalisasi peran pemangku adat berdasarkan


Peraturan Daerah Kabupaten Malaka Nomor 5 tahun 2021 adalah
memberikan penguatan dan motivasi secara personal maupun secara
kelembagaan dalam membina kehidupan sosial budaya masyarakat di
Kabupaten Malaka. Untuk mewujudkannya maka dibutuhkan sinergi
program dengan lembaga pemerintahan desa yang ada. Dalam
pelaksanaannya peranan dan koordinasi dari pemerintah Pusat, Provinsi,
Kabupaten dan Desa menjadi strategis dan perlu ditingkatkan lagi..
Karya tulis ini merupakan acuan bagi pemangku adat dalam
Lembaga Masyarakat Hukum Adat di Desa yang bersifat fleksibel dan
dinamis sepanjang proses pembangunan sesuai dengan visi dan misi
Pemerintah Kabupaten Malaka yang telah ditetapkan dan diharapkan
akan terjadi sinkronisasi program antar Instansi/Lembaga terkait dalam
Pembangunan di Kabupaten Malaka dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di desa.

3.2. Rekomendasi

Untuk itu yang menjadi rekomendasi dalam optimalisasi peran pemangku


adat adalah “Apabila anggaran memungkinkan maka akan diberikan
pembiayaan akomodasi dan transpotasi dalam setiap kegiatan
pembangunan di daerah maupun di desa.

Anda mungkin juga menyukai