Anda di halaman 1dari 4

1.

Mempertahankan Perpres 85 tahun 2020 terkait Soal Kemendesa Tupoksi


2. Memetakan Tupoksi sesuai permasalahan di Desa
3. Revisi UU Desa harus dikawal pembangunan desa secara utuh terkait fungsi
(Perencanaan, Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban)
4. Penguatan soal Partisipasi Masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan desa
5.
6. Revisi PP 43 yang merupakan turunan dari UU 6, jika UU 6 berhasil direvisi, maka revisi
PP 43 pun bisa jadi tidak berlaku

Desa : Kesatuan Masyarakat

Perlu menyentuh masyarakat lewat media/publikasi dengan Topik Keterancaman desa


dari sisi mana,
Sampah teknokrasi dan new fragmentasi

Memperkuat lewat desa melalui SDM, Ekonomi BUMDesa.

Dr. Ari Sudjito

Kegalauan dalam melihat UU Desa,


Neraca
Perencanaan
Pelaksanaan
Pencapaian = dipengaruhi oleh apa
Kegagalan = dipengaruhi oleh apa

Kemenangan masyarakat sipil yang harus dikawal sebagai representatif dari UU Desa

Sutoro Eko

(Reborn)
3 Hal yang ada didalam policy paper

15% Recalling UU Desa, positioning Desa


25% Neraca tadi, Refleksi
UU Covid : termasuk yang mendistorsi Dana Desa mulai dikeroyok oleh sektor”
Pencaplokan porsi” oleh sektor”
60% Transformasi Desa (keyword untuk reward)

Debat ke 5 : Kami Bukan Pembangunan tapi transformasi (quote)


Wawancara rocky gerung dan pak luhut
Keberhasilan penanganan COVID itu dari desa

Contoh transformasi : menikmati pelayanan pemerintah


Pembangunan dan Pemberdayaan diselipkan
Isu-isu Transformasi
1. Infrastruktur
2. Sosial Budaya
3. Ekonomi
4. Urbanisasi dan Ruralisasi
5. Ekologi dan lingkungan
6. Tata Kelola Desa (Sinergi, SDM) Ingga
7. Pengembangan Kawasan Perdesaan

Mulai dari membuat pertanyaan sambal membuat draft

Arena Politik Anggaran

Sutoro
Prakarsa Partisipasi
Literasi Desa = Peningkatan Kapasitas Desa (Desa menghadirkan dirinya sendiri)

Pak Andi
5W 1H

WHAT
Transformasi Tata Kelola Desa, Sinergitas Pembangunan, Peningkatan SDM Desa, Kebijakan
Asimetris
WHO
Pemdes, Masyarakat Desa Pemda Kabupaten, Pemda Provinsi, Pemerintah Pusat,
WHEN
1 dekade terakhir
WHERE
Indonesia
WHY
Isu-isu soal Tata Kelola Pembangunan Desa:
1. Lemahnya sinergi program-program Pemerintah yang dilaksanakan di Desa, sehingga
terjadi kebingungan di Desa,
2. SDM Desa yang dianggap belum mampu mengatur sendiri, soal lemahnya partisipasi
masyarakat desa,
3. Lemahnya pendampingan oleh supradesa, seperti contoh saat ini banyak camat yang
merasa tidak berwenang atas Desa karena Demokrasi di Desa

HOW
Bagaimana cara mengatasi hal tersebut
1. Bagaimana mensinergikan Program-program Pemerintah Desa dengan pemerintah di
atasnya? Soal pemahaman Pusat dan Pusat, Pusat dan Daerah yang berbeda, jadi
kami memandang perlu adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya konsolidasi baik itu
tujuannya belanja masalah untuk pembuatan kebijakan, maupun sosialisasi atas
terbitnya kebijakan baru.
2. Perlunya program peningkatan kualitas SDM yang tepat sasaran, artinya instrumen
pengukuran yang konkret terkait Kualitas SDM Desa dibutuhkan sebagai dasar
identifikasi permasalahan.
3. Koordinasi dan Konsolidasi diperlukan untuk memperkuat peran masing-masing
stakeholder, mulai dari Pemerintah Desa, Camat, Pemerintah Daerah
Kabupaten, Pemerintah Daerah Provinsi, hingga Pemerintah Pusat, dalam
melaksanakan tugasnya. Dengan koordinasi yang baik, setiap pemangku
kepentingan dapat memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam
pelaksanaan program dan kebijakan, yang pada gilirannya akan meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan pembangunan secara
keseluruhan.

1. High Speech (Presentasi singkat)


2. Keyword (Kata Kunci)
3.

- Makro
Kebijakan

- Meso
Cara pandang
- Mikro
1. Fokus dan Lokus
2. Membela Desa : Tata Kelola untuk memperkuat posisi desa sebagai subyek.
3. Subyek itu hilang karena bias-bias yang terjadi.

Lemahnya sinergi program-program pemerintah di tingkat desa menjadi salah satu


permasalahan utama dalam tata kelola pembangunan desa. Hal ini menyebabkan
kebingungan dalam pelaksanaan program di tingkat desa karena Desa dianggap
sebagai obyek, bukan subyek pembangunan. Maka cara pandang ini yang harus
dilakukan, jika cara pandang subyek maka artinya partisipasi masyarakat desa menjadi
poin utama dalam pembangunan. Sedangkan, rendahnya partisipasi masyarakat desa
juga menjadi hambatan, yang sering kali disebabkan oleh persepsi bahwa SDM desa
belum mampu mengatur dirinya sendiri. Ditambah lagi, pendampingan oleh supradesa
seringkali terasa lemah, terutama karena adanya ketidakjelasan dalam wewenang antara
berbagai tingkatan pemerintahan.

Untuk mengatasi tantangan ini, langkah-langkah konkret perlu diambil. Pertama,


diperlukan upaya yang lebih besar untuk mensinergikan program-program pemerintah
di desa dengan pemerintah di atasnya melalui kegiatan konsolidasi. Ini melibatkan
pemahaman yang jelas tentang hubungan antara pusat, daerah, dan desa, serta
memperkuat komunikasi dan koordinasi antara mereka. Kedua, perlunya program
peningkatan kualitas sumber daya manusia desa yang tepat sasaran, yang memerlukan
instrumen pengukuran konkret untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada dan
merancang solusi yang tepat. Terakhir, koordinasi dan konsolidasi antar stakeholder,
termasuk pemerintah desa, pemerintah daerah kabupaten, pemerintah daerah provinsi
dan pemerintah pusat sangat penting untuk memahami peran dan tanggung jawab
masing-masing dalam pelaksanaan program dan kebijakan. Dengan langkah-langkah
ini, diharapkan efektivitas pembangunan desa dapat ditingkatkan secara menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai