Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

TRISEMESTER II (BULAN APRIL – JUNI 2023)


PEMANFAATAN DATA IDM DALAM PROSES
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

DI SUSUN OLEH :

1. ZAKARIA (PD)
2. DIAN ANGGRAINI (PD)
3. BUDI (PLD)
4. MANUSTA (PLD)
5. NAZARUDIN (PLD)

KECAMATAN SIMPANGKATIS KABUPATEN BANGKA TENGAH


PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Laporan Proyek
Perubahan tentang “Pemanfaatan Data IDM Dalam Proses Perencanaan Desa”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas peserta pelatihan training
peningkatan kapasitas TPP tahun 2022 lalu yaitu rencana kerja proyek perubahan
pasca pelaksanaan training peningkatan kapasitas untuk PD/PLD tahun 2022.
Laporan Proyek Perubahan ini diharapkan untuk membantu TA Komponen 2A
(terutama) dalam menyusun bahan ajar pelaksanaan training peningkatan
kapasitas tahun 2023 ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam Laporan Proyek
Perubahan ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Laporan ini.

Simpangkatis, Juni 2023

PD/PLD Kec. Simpangkatis


DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar …………………………………………… i
Daftar Isi …………………………………………… ii
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang …………………………………………… 1

B. Manfaat Kegiatan …………………………………………… 2

C. Permasalahan dan Ruang …………………………………………… 3


Lingkup Kegiatan

D. Tahapan dan Jadwal Kegiatan …………………………………………… 4

BAB II. PEMBAHASAN


A. Kondisi Desa Sebelum Kegiatan ……………………………………………

B. Kondisi Yang Diharapkan ……………………………………………

C. Kondisi Setelah Kegiatan ……………………………………………

D. Peluang dan Kendala ……………………………………………

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………………

B. Saran ……………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahwa berdasarkan Undang–Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Landasan Pemikiran dalam
pengaturan mengenai desa adalah keaneka-ragaman, partisipasi, otonomi asli,
demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.
Sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Pemerintah ini disusun
dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Desa yang didasarkan pada asas
penyelenggaraan pemerintahan yang baik serta sejalan dengan asas pengaturan
Desa sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, antara lain kepastian hukum, tertib penyelenggaraan pemerintahan,
tertib kepentingan umum, keterbukaan, profesionalitas, akuntabilitas, efektivitas
dan efisiensi, kearifan lokal, keberagaman serta partisipasi. Dalam melaksanakan
pembangunan Desa, diutamakan nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan
kegotong-royongan guna mewujudkan perdamaian dan keadilan sosial.

Peraturan Pemerintah ini menjadi pedoman bagi Pemerintah dan Pemerintah


Daerah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mewujudkan
tujuan penyelenggaraan Desa sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yakni “Terwujudnya Desa yang maju, mandiri,
dan sejahtera tanpa harus kehilangan jati diri”.

Indeks Desa Membangun (IDM) merupakan Indeks Komposit yang dibentuk


berdasarkan tiga indeks, yaitu Indeks Ketahanan Sosial, Indeks Ketahanan
Ekonomi dan Indeks Ketahanan Ekologi/Lingkungan. Perangkat indikator yang
dikembangkan dalam Indeks Desa Membangun dikembangkan berdasarkan
konsepsi bahwa untuk menuju Desa maju dan mandiri perlu kerangka kerja
pembangunan berkelanjutan di mana aspek sosial, ekonomi, dan ekologi menjadi
kekuatan yang saling mengisi dan menjaga potensi serta kemampuan Desa untuk
mensejahterakan kehidupan Desa. Kebijakan dan aktivitas pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa harus menghasilkan pemerataan dan keadilan,
didasarkan dan memperkuat nilai-nilai lokal dan budaya, serta ramah lingkungan
dengan mengelola potensi sumber daya alam secara baik dan berkelanjutan.
Dalam konteks ini ketahanan sosial, ekonomi, dan ekologi bekerja sebagai
dimensi yang memperkuat gerak proses dan pencapaian tujuan pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Indeks Desa Membangun memotret perkembangan kemandirian Desa
berdasarkan implementasi Undang-Undang Desa dengan dukungan Dana Desa
serta Pendamping Desa. Indeks Desa Membangun mengarahkan ketepatan
intervensi dalam kebijakan dengan korelasi intervensi pembangunan yang tepat
dari Pemerintah sesuai dengan partisipasi Masyarakat yang berkorelasi dengan
karakteristik wilayah Desa yaitu tipologi dan modal sosial.

B. Manfaat Kegiatan
Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 02 Tahun
2016 tentang Indeks Desa Membangun, Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 21
Tahun 2020 tentang Pedoman Umum Pembangunan Desa dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa, oleh karena itu data IDM sangat dibutuhkan dalam Proses
Pencanaan Pembangunan Desa. Data IDM juga merupakan salah satu dasar bagi
Kementrian Keuangan untuk menetapkan Pengalokasian Dana Desa, alokasi
afirmasi untuk Desa Tertinggal dan Sangat Tertinggal dengan jumlah penduduk
miskin (JPM) tertinggi sebesar 1% dan alokasi kinerja untuk Desa Berkembang,
Maju, dan Mandiri serta indicator lainnya sebesar 4% dari total anggaran Dana
Desa.
Data IDM digunakan sebagai acuan/pedoman perencanaan pembangunan
Desa dan Perdesaan bagi Kementrian/Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa dan pemangku Kepentingan
Lainnya.
Pendataan desa adalah kegiatan mengumpulkan data dan informasi
mengenai program dan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa
beserta masyarakat. Dengan adanya pendataan program pembangunan
desa/kelurahan, maka akan diketahui potensi sumber daya yang dimiliki desa.
Data-data program pembangunan desa digunakan oleh pemerintah,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dimaksudkan untuk:
1. Mensinergikan pelaksanaan pembangunan desa/kelurahan sesuai dengan
kebutuhan desa.
2. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan berupa
pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam mengelola program
pembangunan desa.
3. Sebagai bahan kebijakan pengelolaan program pembangunan desa.

Data program desa tadi pada akhirnya akan didayagunakan.


Pendayagunaan data program tersebut diarahkan pada pemanfaatan data untuk
pembangunan di desa dalam rangka mendukung perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pelestarian
kebijakan penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, pelayanan
publik, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa,
kelurahan dan lembaga masyarakat.
Maka, pendayagunaan data program pembangunan desa dimanfaatkan untuk:
a. Mengetahui karakteristik model program pembangunan desa dan
permasalahan pembangunan di setiap desa.

b. Sebagai bahan masukan strategis dalam musyawarah perencanaan


pembangunan partisipatif berbasis masyarakat yang menjadi pedoman dalam
penentuan arah program pembangunan desa.

c. Koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi kebijakan dan program


pembangunan.

d. Menjadi alat deteksi permasalahan yang menghambat laju pembangunan desa.

e. Menyediakan bahan penilaian dan pengukuran kinerja pembangunan desa.

f. Lokasi sasaran dan keluarga penerima berbagai program penanggulangan


kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.
C. Permasalahan Dan Ruang Lingkup Kegiatan
Untuk menentukan produk atau proyek unggulan perlu adanya
perencanaan. Perencanaan yang dimaksud tidak keluar dari pinsip-prinip dasar
pembangunan desa, yakni dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat desa itu sendiri. Masyarakat sebagai kekuatan utama, harus bisa
mengenal masalah-masalah yang ada dan harus dihadapi di wilayahnya masing-
masing.
Maka dibutuhkan suatu kemampuan dalam pemetaan untuk mencari
memecahkan masalah/mencari jalan keluar. Pemetaan juga dimaksudkan agar
masyarakat bisa mengenali potensi-potensi apa saja yang bisa digali kemudian
dikembangkan untuk pembangunan.
Biasanya, masalah makro yang kerap ditemukan di desa masih seputar
kemiskinan, kesenjangan, kegagalan transformasi dan merosotnya peran
kelembagaan lokal desa (lembaga-lembaga adat, masyarakat adat dan lainnya).
Kemiskinan di pedesaan biasanya juga diwarnai oleh bias gender. Untuk
kesenjangan sendiri akibat ketidakmampuan masyarakat desa memiliki atau
menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia.
Sedangkan kegagalan transformasi lebih diakibatkan karena strategi
industrialisasi yang kurang terarah. Akibatnya masyarakat desa tidak memiliki
kemampuan mengimbangi pembangunan yang berasal dari luar wilayahnya.
Sementara merosotnya kelembagaan lokal desa lebih disebabkan adanya
pergeseran nilai dan persepsi di antara anggota kelembagaan lokal, dalam
memandang alokasi faktor-faktor produksi dan alokasi sumber daya yang ada.
Alhasil, kita masih sering menemukan masyarakat yang aspirasi/kebutuhan
tidak direspon, mereka pada akhirnya melakukan kegiatan eksploitasi sumber
daya di sekitarnya. Jalan pintas yang dipilih tersebut seringkali bertabrakan
dengan regulasi negara. Inilah yang pada akhirnya memicu konflik kepentingan di
tingkat desa.
Melihat gambaran itu, masyarakat desa masih perlu diberikan pemahaman
mengenai pemetaan sosial desa khususnya memverifikasi dokumen-dokumen
pembangunan desa (RPJM Desa, RKP Desa dan RAPB Desa). Agar tidak terjadi
konflik akibat regulasi dengan tingkat kebutuhan masyarakat. Hal ini agar
masyarakat desa bisa terlibat secara bermakna dalam pembangunan desa.
D. Tahapan Dan Jadwal Kegiatan
Tahapan Perencanaan Tahunan Desa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Desa Sebelum Kegiatan


Pemuktahiran data IDM sudah dilaksanakan dari tahun 2016 dengan output
Pemerintah Desa memiliki data IDM. Tetapi proses perencanaan pembangunan
Desa dilakukan melalui Musyawarah Desa, dengan panduan data yang dimiliki
oleh Pemerintah Desa, seperti Profil Desa, data hasil pengkajian keadaan desa
(data sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya pembangunan dan
sumber daya sosial budaya) yang terlampir dalam dokumen RPJM Desa, tidak
menggunakan data IDM dikarenakan belum adanya sinergi yang kuat antara
berbagai pihak untuk mengimplementasikan kebijakan dan program yang sesuai
dengan hasil evaluasi IDM.
Penyusunan perencanaan pembangunan Desa hanya berdasarkan
aspirasi/usulan dari masyarakat dengan tidak menggunakan data
pembanding/data yang akurat yang berisikan potensi-potensi yang dimiliki oleh
Desa tersebut. Oleh karena itu, proses perencanaan pembangunan desa belum
maksimal, efisien dan efektif.

B. Kondisi Yang Diharapkan


Pembangunan desa menjadi fokus utama dalam upaya mencapai
kesetaraan dan kesejahteraan di seluruh Indonesia. Indeks Desa Membangun
(IDM) telah menjadi alat yang berharga dalam mengukur dan mengevaluasi
kemajuan pembangunan desa. Pada tahun 2023, penting untuk menilai dampak
IDM terhadap upaya pembangunan desa di Indonesia.

IDM merupakan indikator yang komprehensif yang mencakup berbagai


aspek pembangunan desa, termasuk kesehatan, pendidikan, ekonomi,
infrastruktur, dan partisipasi masyarakat. Dalam mengukur kinerja desa, IDM
memberikan gambaran yang holistik tentang tingkat kesejahteraan dan kemajuan
yang telah dicapai.

Salah satu kondisi yang diharapkan dari IDM adalah identifikasi kebutuhan
dan prioritas pembangunan desa. Dengan menggunakan IDM, pemerintah dan
pemangku kepentingan dapat mengidentifikasi area-area yang membutuhkan
perhatian lebih untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa. Hal ini
membantu dalam pengambilan keputusan terkait alokasi sumber daya dan
program pembangunan yang lebih efektif dan efisien.

C. Kondisi Setelah Kegiatan


Dampak IDM terlihat dalam upaya memperbaiki infrastruktur desa. Melalui
evaluasi IDM, pemerintah dapat mengetahui kondisi infrastruktur yang ada di
desa-desa dan mengarahkan investasi yang diperlukan untuk memperbaikinya.
Misalnya, jika IDM menunjukkan bahwa akses air bersih masih menjadi masalah
di banyak desa, pemerintah dapat mengalokasikan anggaran untuk membangun
sumur atau sistem penyediaan air yang lebih baik. Melalui Indeks Desa Membangun,
Pemerintah Desa dapat mengetahui perkembangan Status Kemandirian Desa melalui
analisa dan nilai komposit seluruh nilai skoring masing-masing indikator terpilih
berdasarkan konsep kebijakan pembangunan yang ditetapkan serta otoritas
kewenangan, tugas dan fungsi Kementerian Desa, PDTT. Dengan demikian hasil analisa
IDM dalam penetapan status Kemandirian Desa akan dapat menjadi alat bantu
pengintegrasian perencanaan. Indeks Desa Membangun diperlukan sebagai acuan
terhadap status desa diatur dalam PermendesaPDTTrans Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Indeks Desa Membangun.

Selain itu, IDM juga mendorong partisipasi masyarakat dalam


pembangunan desa. Dengan melibatkan masyarakat dalam pengembangan IDM
dan pemantauan kemajuan pembangunan, masyarakat desa merasa memiliki
peran aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Hal ini dapat
meningkatkan rasa memiliki, partisipasi, dan tanggung jawab masyarakat
terhadap pembangunan desa mereka sendiri.

Salah satu dampak penting dari IDM adalah peningkatan kualitas hidup
masyarakat desa. Dengan memperhatikan aspek-aspek seperti kesehatan,
pendidikan, dan ekonomi, IDM dapat membantu mengarahkan upaya
pembangunan desa untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan
menciptakan lapangan kerja yang lebih baik. Misalnya, melalui pemetaan
kebutuhan kesehatan desa berdasarkan IDM, pemerintah dapat mengalokasikan
sumber daya untuk memperkuat fasilitas kesehatan dan program pencegahan
penyakit di desa.
D. Peluang dan Kendala
Namun, meskipun IDM memiliki dampak yang positif, masih ada beberapa
tantangan yang perlu diatasi. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan
data yang akurat dan terkini untuk mengukur indikator dalam IDM. Dalam
beberapa kasus, data yang tersedia terkadang kurang lengkap atau tidak
mutakhir, sehingga dapat memengaruhi akurasi penilaian IDM.

Selain itu, koordinasi yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah


daerah, dan masyarakat desa juga merupakan faktor penting dalam mencapai
dampak yang maksimal dari IDM. Diperlukan sinergi yang kuat antara berbagai
pihak untuk mengimplementasikan kebijakan dan program yang sesuai dengan
hasil evaluasi IDM.

Pada akhirnya, evaluasi IDM terhadap pembangunan desa di Indonesia


tahun 2023 adalah langkah penting untuk memastikan bahwa upaya
pembangunan desa berjalan sesuai harapan dan tujuan yang ditetapkan. Evaluasi
yang komprehensif, inklusif, dan berkelanjutan akan memberikan pemahaman
yang lebih baik tentang dampak IDM dan memperkuat komitmen untuk mencapai
pembangunan desa yang berkelanjutan, inklusif, dan adil di seluruh Indonesia.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil laporan proyek perubahan di atas dapat disimpulkan:


1. Pendataan desa adalah kegiatan mengumpulkan data dan informasi
mengenai program dan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Desa beserta masyarakat. Dengan adanya pendataan program
pembangunan desa/kelurahan, maka akan diketahui potensi sumber daya
yang dimiliki desa.
2. Data IDM digunakan sebagai acuan/pedoman perencanaan pembangunan
Desa dan Perdesaan bagi Kementrian/Lembaga, Pemerintah Daerah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa dan pemangku
Kepentingan Lainnya.
3. Pendayagunaan data program tersebut diarahkan pada pemanfaatan data
untuk pembangunan di desa dalam rangka mendukung perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pelestarian
kebijakan penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat,
pelayanan publik, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan desa, kelurahan dan lembaga masyarakat.

B. Saran
Meskipun penyusun menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
laporan proyek perubahan ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak
kekurangan yang perlu penyusun perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan penyusun.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan
laporan yang bermanfaat bagi banyak orang.

Anda mungkin juga menyukai