Anda di halaman 1dari 21

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Peranan

Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu

peristiwa. Peranan merupakan suatu aspek yang dinamis dari suatu kedudukan

(status). Peranan merupakan sebuah landasan persepsi yang digunakan setiap

orang yang berinteraksi dalam suatu kelompok atau organisasi untuk melakukan

suatu kegiatan mengenai tugas dan kewajibannya. Dalam kenyataannya, mungkin

jelas dan mungkin juga tidak begitu jelas. Tingkat kejelasan ini akan menentukan

pula tingkat kejelasan peranan seseorang (Sedarmayanti, 2004: 33). 

Menurut Soekanto (2003: 243) peranan adalah aspek dinamis kedudukan

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Setiap orang memiliki

macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidup. Hal ini

sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi

masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat

dalam menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan masyarakat.

9
10

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat dalam organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi struktur

sosial masyarakat

2.1.1 Pemerintah Desa

Menurut Adisasmita (2006:38-39) aparatur pemerintah desa sebagai


pemimpin juga sebagai penyelenggara pembangunan harus memiliki tanggung
jawab atas perubahan yang akan terjadi, baik perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat maupun perubahan sosial kemasyarakatan. Untuk itu pemerintah desa
selaku kepala pemerintahan dalam usaha mengantisipasi perubahan-perubahan
tersebut harus memiliki kemampuan untuk berpikir atau berbuat secara rasional
dalam mengambil keputusan yang akan terjadi ditengah-tengah masyarakat.

Pemerintah Desa mempunyai peranan yang lebih penting terhadap

kemajuan dan perkembangan desa dalam meningkatkan pembangunan desa. dapat

dijabarkan sebagai berikut (Mondong Hendra, 2011:8)

1. Pembinaan Terhadap Masyarakat

a. Pembinaan Masyarakat Dalam Bidang Ekonomi


Peranan dan prakarsa pemerintah masih dominan dalam perencanaan dan
pelaksanaan maupun untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan
teknis warga desa dalam pembangunan desa. Berbagai teori mengatakan
bahwa kesadaran dan partisipasi warga desa menjadi kunci keberhasilan
warga desa. Sedangkan untuk menumbuhkan kesadaran warga desa akan
pentingnya usaha-usaha pembangunan sebagai sarana untuk
memperbaiki kondisi sosial dan meningkatkan partisipasi warga desa
dalam pembangunan banyak tergantung pada kemampuan pemerintah
desa khususnya pimpinan atau kepala desa. Peranan pemerintah dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang ekonomi yaitu
pendapatan dan kekayaan di Desa sungai Rengit dengan pemberian
raskin, pemberian beasiswa bagi siswa miskin dan pembinaan di bidang
kewiraswastaan.
11

b. Pembinaan Masyarakat Desa Pada Bidang Hukum


Pembinaan di bidang hukum dilakukan oleh pemerintah desa dengan
bekerja sama dengan dinas terkait dan pihak kepolisian yang
dimaksudkan agar pemuda dapat memberikan bimbingan
kemasyarakatan dan pengentasan anak dilembaga-lembaga
pemasyarakatan anak Negara. Contoh pemuda berkumpul untuk diberi
penyuluhan tentang akibat adanya perkelahian antar pelajar atau
semacamnya.

c. Pembinaan Masyarakat Pada Bidang Agama


Pembinaan ini untuk meningkatkan kehidupan beragama dikalangan
masyarakat. Contohnya kerja bakti untuk membangun atau
membersihkan tempat ibadah. memberikan fasilitas kegiatan keagaman
seperti pembuatan mesjid, penambahan alat-alat ceramah keagamaan,
pembentukan ikatan remaja mesjid, pengadaan yasinan yang diikuti ibu-
ibu dan bapak-bapak.

d. Pembinaan Masyarakat Dalam Bidang Kesehatan


Pembinaan ini ditujukan untuk pembentukan generasi muda yang sehat
baik fisik maupun mental serta mampu berperan dalam upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat dan lingkunganya. melalui
pengadaan posyandu rutin setiap bulannya, meningkatkan kerjasama
antara bidan dengan dukun dalam membantu proses persalinan dan
memberikan penyuluhan mengenai Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS).

2. Pelayanan Terhadap Masyarakat


Pelayanan terhadap masyarakat merupakan perangkat desa memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat diharapkan menjadi lebih
responsive terhadap kepentingan masyarakat itu sendiri, dimana paradigma
pelayanan masyarakat yang telah berjalan selama ini beralih dari
pelayanan yang sifatnya sentralistik kepelayanan yang lebih memberikan
fokus pada pengelelolaan yang berorientasi pada masyarakat. Adapun
bentuk pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat di Desa Tampo
kecamatan napabalano kabupaten muna yaitu apabilah masyarakat yang
bersangkutan membutuhkan pelayanan maka aparat pemerintah desa
berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan terbaik
kepada warganya.

3. Pengembangan Terhadap Masyarakat


Pengembangan terhadap masyarakat merupakan efektifnya masyarakat
dalam suatu program atau suatu kebijakan seperti halnya kebijakan tentang
pelaksanaan dalam upaya meningkatkan pembangunan desa tidak terlepas
dan dukungan atau partisipasi dari masyarakat untuk menaati atau
melaksanakan peraturan yang ada. Peraturan dalam hal ini pada dasarnya
12

bertujuan bagi dua aspek yakni bagi pemerintah desa dan bagi masyarakat
itu sendiri.
Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat sehingga
sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Dari uraian tersebut, dapat kita ketahui karena begitu pentingnya
keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan sehingga masyarakat
terlebih dahulu diberikan dasar yang kokoh agar tingkat partisipasi yang
diberikan masyarakat bisa maksimal. Menempatkan masyarakat sebagai
subjek pembangunan memberikan arti bahwa masyarakat diposisikan
sebagai salah satu pilar penting dan strategis disamping pemerintah dan
swasta. Posisi ini juga sekaligus menunjukan bahwa masyarakat bukan
hanya sebagai pelaksana pembangunan, tetapi disamping itu masyarakat
juga berperan sebagai perencana dan pengontrol berbagai program
pembangunan baik program yang datang dari pemerintah maupun program
yang lahir dan dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri.

Peran pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap

pembangunan desa yaitu:

1. Sebagai dinamisator yaitu pemerintah desa dalam hal ini kepala desa harus
memiliki kemampuan dalam memberikan bimbingan, pengarahan, maupun
dalam mengajak masyarakat dalam berpartisipasi aktif dalam setiap
pembangunan.
2. Sebagai katalisator yaitu berkaitan dengan aparatur pemerintah desa dalam
melihat dan mengkoordinir langsung faktor-faktor yang dapat mendorong
laju perkembangan pembangunan.
3. Sebagai Pelopor yaitu Sebagai aparatur pemerintah yang memiliki
kewibawaan tinggi, maka pemerintah desa harus dapat mengayomi
masyarakat, memberikan contoh yang baik, memiliki dedikasi (loyalitas )
yang tinggi, serta dapat memberikan penampilan yang baik pula terhadap
masyarakat agar pemerintah dapat dihargai dan dihormati serta disegani
oleh masyarakat.

Menurut Widjaja (2004:20) yang dimaksud dengan pemerintahan desa

adalah kepala desa dan perangkat desa sementara BPD adalah badan perwakilan

desa yang terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat yang mengayomi adat istiadat,

membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta

melakukan pengawasan terhadap penyelenggaran pemerintahan desa.


13

Dalam upaya menjalankan pemerintah desa, kepala desa berkoordinir

dengan Badan Pemusyawaratan Desa (BPD). Berdasarkan Undang – Undang

Nomor 32 tahun 2004 merupakan wadah dan penyalur aspirasi masyarakat di desa

sebagai perwujudan Demokrasi Pancasila dalam Pemerintahan Desa. Keputusan –

keputusan yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dan mufakat dengan

memperhatikan kenyataan hidup yang berkembang pada seluruh lapisan

masyarakat desa yang bersangkutan. BPD/K berfungsi sebagai tempat

menampung dan menelaah rencana dan cara pelaksanaan yang diajukan oleh

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan menyampaikan hasil telaahan

tersebut Kepada Pemerintah Desa atau Kelurahan, Selain itu juga BPD/K juga

berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam pembuatan Pemerintah Desa seperti

dalam pembuatan dan pelaksanaan peraturan desa, anggaran pendapatan dan

belanja desa serta keputusan Kepala Desa.

Desa merah mata menunjukan bahwa kepala desa selaku pemerintah desa

sudah mempunyai kemampuan untuk menggerakan partisipasi dari masyarakat

dalam menyelenggarakan pembangunan, karena pemerintah desa sering

melibatkan diri atau sering terjun langsung kelapangan untuk memberikan

motivasi kepada masyarakat bahwa pentingnya pembangunan tersebut karena

pembangunan yang dilaksanakan adalah untuk kepentingan masyarakat juga.

Disamping itu juga, pemerintah desa dijadikan pola panutan yang tinggi sehingga

masyarakat merasa terpanggil untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap gerak

pembangunan yang dilaksanakan.


14

Langkah-langkah yang diambil oleh kepala Desa Sungai Rengit untuk

mendapatkan dukungan penuh kepada masyarakat sebagai berikut :

1. Koordinasi , digunakan untuk meningkatkan hubungan kerja antar aparat


desa dan kelembagaan BPD, LPMD, dan PKK agar terjalin sinergitas
hubungan yang dinamis dan harmoni yang dapat meningkatkan kinerja
aparat desa.
2. Sosialisasi, digunakan dalam rangka menyebarluaskan kebijakan-
kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah desa sebagai penanggung jawab
atas tugas pemerintahan disertai dengan sosialisasi peraturan-peraturan
desa yang telah dirumuskan bersama dengan BPD, sekaligus mendorong
peran dan partisipasi penuh komponen masyarakat dalam menyukseskan
program pembangunan di Desa dalam rangka pemberantasan kemiskinan.
3. Dialog, membuka forum-forum dialog antara pemerintah desa dan
komponen masyarakat untuk menjaring keinginan dan kebutuhan
masyarakat, sekaligus mencegah terjadinya pembiasan informasi yang
tidak benar yang dapat memicu stabilitas keamanan dan ketertiban
masyarakat.
Pengawasan, digunakan agar kinerja pemerintah dan lembaga mitra BPD,
LPMD, dan PKK masing-masing memberian konstribusi positif guna
pencapaian tujuan pembangunan yang diharapakan.

2.1.2 Konsep Partisipasi Masyarakat

Menurut Cohen dan Uphoff, (2007:48) partisipasi masyarakat adalah

keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembuatan keputusan

tentang apa yang dilakukan, dalam pelaksanaan program dan pengambilan

keputusan untuk berkontribusi sumber daya atau bekerjasama dalam organisasi

atau kegiatan khusus, berbagi manfaat dari program pembangunan dan evaluasi

program pembangunan. Secara sederhana, partisipasi masyarakat adalah peran

serta atau keikutsertaan masyarakat. Untuk mendorong rakyat mau berpartisipasi

dalam proses pembangunan itu sendiri masih merupakan masalah yang perlu

dicari pemecahannya. Mendorong, bukan mengharuskan partisipasi masyarakat;

seperti halnya mendorong masyarakat untuk mau berkorban, juga membutuhkan


15

insentif tersendiri. Tidak cukup dikatakan bahwa karena pembangunan itu untuk

masyarakat, maka adalah mutlak bilah rakyat mau berpartisipasi dalam

pembangunan. Pengalaman pembangunan membuktikan bahwa seringkali

pembangunan yang dikatakan untuk kepentingan rakyat ternyata tidak sesuai

dengan harapan rakyat.

Adapun partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat berbentuk berbagai

macam, yang secara umum dapat dijelaskan sebagi berikut :

1. Keterlibatan menentukan arah strategi dan kebijaksanaan pembangunan


yang dilakukan pemerintah. Hal ini bukan saja berlangsung dalam proses
politik, tetapi juga dalam proses sosial; hubungannya antara kelompok
kepentingan dalam masyarakat,
2. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan pembangunan. Hal ini dapat berupa sumbangan dalam hal
mobilisasi sumber-sumber pembiayaan pembangunan, kegiatan yang
produktif serasi, dan pengawasan sosial atas jalannya pembangunan
3. Keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan secara
berkeadilan. Bagian-bagian daerah maupun golongan masyarakat tertentu
dapat ditingkatkan keterlibatannya di dalam kegiatan produktif melalui
perluasan kesempatan dan pembinaan.

Ada beberapa macam partisipasi yang dikemukakan oleh ahli. Menurut

Sundariningrum (Sugiyah, 2010:38) mengklasifikasikan partisipasi menjadi dua

berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu:

a. Partisipsai langsung merupakan partisipasi yang terjadi apabilah individu


menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini
terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas
pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain
atau terhadap ucapannya.
b. Partisipasi tidak langsung merupakan partisipasi yang terjadi apabila
individu mendelegasikan hak partisipasinya pada orang lain.
16

Lebih rinci Siti Irene Astuti. D., (2011:61) membedakan partisipasi menjadi

empat jenis yaitu:

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan.


partisipasi dalam pengambilan keputusan merupakan Partisipasi yang
berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat yang berkaitan
dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Dalam
partisipasi ini masyarakat menuntut untuk ikut menentukan arah dan
orientasi pembangunan. Wujud dari partisipasi ini antara lain seperti
kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan
terhadap program yang ditawarkan
2. Partisipasi dalam pelaksanaan.
partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi: menggerakkan
sumber daya, dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran
program.
3. Partisipasi dalam pengambilan manfaat.
partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini tidak lepas dari
hasil pelaksanaan program yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan
kuantitas maupun kualitas. Dari segi kualitas, dapat dilihat dari
peningkatan output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat seberapa
besar prosentase keberhasilan program.
4. Partisipasi dalam evaluasi.
partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini
berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh.
Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang
telah direncanakan sebelumnya.

Notoatmodjo (2005), menyatakan metode yang dapat dipakai pada partisipasi

masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan masyarakat, diperlukan untuk memperoleh simpati


masyarakat. Pendekatan ini terutama ditujukan kepada pimpinan
masyarakat, baik yang formal maupun informal.
2. Pengorganisasian masyarakat, dan pembentukan panitia (tim).
a. Dikoordinasi oleh lurah atau kepala desa.
b. Tim kerja, yang dibentuk ditiap RT.
3. Anggota tim ini adalah pemuka-pemuka masyarakat RT yang
bersangkutan, dan dipimpin oleh ketua RT.
4. Survei diri (Community self survey)
Tiap tim kerja di RT, melakukan survei di masyarakatnya masing-masing
dan diolah serta dipresentasikan kepada warganya.
5. Perencanaan program
Perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkan
presentasi survei diri dari tim kerja, serta telah menentukan bersama
17

tentang prioritas masalah yang akan dipecahkan. Dalam merencanakan


program ini, perlu diarahkan terbentuknya dana sehat dan kader kesehatan.
Kedua hal ini sangat penting dalam rangka pengembangan partisipasi
masyarakat.
6. Training
Training untuk para kader kesehatan sukarela harus dipimpin oleh dokter
puskesmas. Di samping di bidang teknis medis, training juga meliputi
manajemen kecil-kecilan dalam mengolah program-program kesehatan
tingkat desa serta sistem pencatatan, pelaporan, dan rujukan.
7. Rencana Evaluasi
Dalam menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria-kriteria
keberhasilan suatu program pembangunan, secara sederhana dan mudah
dilakukan oleh masyarakat atau kader kesehatan sendiri.

2.1.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat

Sherry Arnstein (dalam Wicaksono 2010): adalah yang pertama kali

mendefinisikan tahap partisipasi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan antara

masyarakat (komunitas) dengan badan pemerintah (agency). Pernyataannya

bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan masyarakat (citizen

partisipation is citizen power), Arnstein menggunakan metafora tangga partisipasi

dimana tiap anak tangga mewakili strategi partisipasi yang berbeda yang

didasarkan pada distribusi kekuasaan.

Menurut pemikirannya Sherry Arnstein ini, mengatakan bahwa dari sudut

kemampuan masyarakat untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan,

terdapat tingkatannya sendiri-sendiri. Arnstein menformulasikan peran serta

masyarakat sebagai bentuk dari kekuatan rakyat (citizen partisipation is citizen

power). Peran partisipasi masyarakat menurut Arnstein adalah bagaimana

masyarakat dapat terlibat dalam perubahan sosial yang memungkinkan mereka

mendapatkan bagian keuntungan dari kelompok yang berpengaruh. Arnstein

menjabarkan partisipasi masyarakat yang didasarkan pada kekuatan masyarakat


18

untuk menentukan suatu produk akhir. Arnstein jugamenekankan bahwa terdapat

perbedaan yang sangat mendasar antara bentuk partisipasi masyarakat yang bersifat

upacara semu (empty ritual) dengan betuk partisipasi masyarakat yang mempunyai

kekuatan nyata (real power) yang diperlukan untuk mempengaruhi hasil akhir dari

suatu proses.

8. pengawasan masyarakat

7. pendelegasian

kekuasaan Kekuasaan Masyarakat

6. kemitraan

5. peredaman

4. konsultasi

3. menyampaikan Tingkat Partisipasi

informasi

2. terapi

1. manipulasi Tingkat Non Partisipasi

Sumber: Sherry Airstein, 1969. (dalam Wicaksono 2010)

Gambar 1 Delapan Tangga partisipasi Masyarakat

Delapan tangga partisipasi dari Arnstein ini memberikan pemahaman kepada

kita, bahwa terdapat potensi yang sangat besar untuk memanipulasi program

partisipasi masyarakat menjadi suatu cara yang mengelabui (devious method) dan

mengurangi kemampuan masyarakat untuk mempengaruhi proses pengambilan

keputusan.
19

1. Manipulasi (Manipulation)
Pada tangga partisipasi ini bisa diartikan relatif tidak ada komunikasi
apalagi dialog; tujuan sebenarnya bukan untuk melibatkan masyarakat
dalam perencanaan dan pelaksanaan program tapi untuk mendidik atau
”menyembuhkan” partisipan (masyarakat tidak tahu sama sekali terhadap
tujuan, tapi hadir dalam forum).
2. Terapi (Therapy)
Pada level ini telah ada komunikasi namun bersifat terbatas. Inisiatif datang
dari pemerintah dan hanya satu arah. Tangga ketiga, keempat dan kelima
dikategorikan sebagai derajat tokenisme dimana peran serta masyarakat
diberikan kesempatan untuk berpendapat dan didengar pendapatnya, tapi
mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa
pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan. Peran
serta pada jenjang ini memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk
menghasilkan perubahan dalam masyarakat.
3. Penyampaian Informasi (Information)
Pada jenjang ini komunikasi sudah mulai banyak terjadi tapi masih bersifat
satu arah dan tidak ada sarana timbal balik. Informasi telah diberikan kepada
masyarakat tetapi masyarakat tidak diberikan kesempatan melakukan
tangapan balik (feed back).
4. Konsultasi (Consultation)
Pada tangga partisipasi ini komunikasi telah bersifat dua arah, tapi masih
bersifat partisipasi yang ritual. Sudah ada penjaringan aspirasi, telah ada
aturan pengajuan usulan, telah ada harapan bahwa aspirasi masyarakat akan
didengarkan, tapi belum ada jaminan apakah aspirasi tersebut akan
dilaksanakan ataupun perubahan akan terjadi.
5. Peredam Kemarahan (Placation)
Pada tahap ini komunikasi telah berjalan baik dan sudah ada negosiasi
antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat dipersilahkan untuk
memberikan saran atau merencanakan usulan kegiatan. Namun pemerintah
tetap menahan kewenangan untuk menilai kelayakan dan keberadaan usulan
tersebut. Tiga tangga teratas dikategorikan sebagai bentuk yang
sesungguhnya dari partisipasi dimana masyarakat memiliki pengaruh dalam
proses pengambilan keputusan.
6. Kemitraan (Partnership)
Pada tangga partisipasi ini, pemerintah dan masyarakat merupakan mitra
sejajar. Kekuasaan telah diberikan dan telah ada negosiasi antara masyarakat
dan pemegang kekuasaan, baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan,
maupun monitoring dan evaluasi. Kepada masyarakat yang selama ini tidak
memiliki akses untuk proses pengambilan keputusan diberikan kesempatan
untuk bernegosiasiai dan melakukan kesepakatan.
7. Pendelegasian Kekuasaan (Delegated Power)
Ini berarti bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada masyarakat
untuk mengurus sendiri beberapa kepentingannya, mulai dari proses
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, sehingga masyarakat
20

memiliki kekuasaan yang jelas dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap


keberhasilan program.

8. Pengawasan Masyarakat (Citizen Control)


Dalam tangga partisipasi ini, masyarakat sepenuhnya mengelola berbagai
kegiatan untuk kepentingannya sendiri, yang disepakati bersama, dan tanpa
campur tangan pemerintah. Pendekatan partisipatif dalam perencanaan
pembangunan menjadikan masyarakat tidak hanya dianggap sebagai objek
pembangunan semata, tetapi juga sebagai subyek dalam pembangunan.
Pembangunan yang berorientasi pada masyarakat berarti hasil pembangunan
yang akan dicapai akan bermanfaat dan berguna bagi masyarakat, selain itu
juga resiko akan ditanggung pula oleh masyarakat

2.1.4 Konsep Pembangunan Desa

Pembangunan di desa merupakan pembangunan yang dilaksanakan secara

menyeluruh antara pemerintah dan masyarakat, dimana pemerintah wajib

memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan, dan fasilitas yang diperlukan.

Sedangkan masyarakat memberikan partisipasinya dalam bentuk swakarya dan

swadaya gotong royong masyarakat pada setiap pembangunan yang diinginkan

untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di desa (Tjahja

Supriatna 2000: 10).

Nenurut Adisasmita Rahardjo (2006) bahwa pembangunan desa merupakan

seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa dan meliputi seluruh

aspek kehidupan masyarakat, serta dilaksanakan secara terpadu dengan

mengembangkan swadaya gotong royong. Tujuannya adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat desa berdasarkan kemampuan dan potensi sumber daya

alam (SDA) mereka melalui peningkatan kualitas hidup, ketrampilan dan prakarsa

masyarakat. Pembangunan desa/kelurahan mempunyai makna membangun

masyarakat pedesaan dengan mengutamakan pada aspek kebutuhan masyarakat.


21

Disini jelas bahwa pembangunan desa merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dengan pembangunan nasional.

Prinsip – Prinsip Pembangunan Desa (Tjahja Supriatna, 2000: 13) adalah:

1. Imbangan kewajiban yang serasi antara pemerintah dan masyarakat.

2. Dinamis dan berkelanjutan .

3. Menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi

Tujuan pembangunan desa jangka pendek adalah menunjang atau mendukung

keberhasilan pembangunan sektor – sektor yang mejadi prioritas desa untuk

meningkatkan produksi, perluasan lapangan kerja, pemerataan dan penyebaran

penduduk, pengembangan koperasi, Keluarga Berencana (KB), pendidikan dan

kesehatan.

Tujuan pembangunan desa jangka panjang adalah mengembangkan seluruh

desa di Indonesia menjadi desa swasembada melalui tahap – tahap pengembangan

desa swadaya dan desa swakarya dengan memperhatikan keserasian hubungan

antara pedesaan dengan perkotaan, imbangan kewajiban yang serasi antara

pemerintah dan masyarakat serta keterpaduan yang harmonis antar berbagai

program sektoral/regional/inpres dan partisipasi masyarakat yang disesuaikan

dengan kebutuhan masyarakat setempat dalam rangka pemerataan pembangunan

keseluruh wilayah Indonesia. (Tjahja Supriatna, 2000:64)

Secara umum pembangunan desa dapat berbentuk pembangunan fisik dan

non fisik atau pembangunan mental dan spiritual.


22

1. Pembangunan fisik, berupa pembangunan sarana dan prasarana, misalnya:

jembatan, gorong-royong, kebun percontohan, MCK, sarana ibadah dan

lain-lain.

2. Pembangunan non fisik, berupa pembangunan mental dan spiritual,

misalnya: penyuluhan pertanian, kesehatan keluarga, penyuluhan,

perbaikan gizi dan makanan.

Berdasarkan pembiayaannya, pembangunan desa dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu:

1. Pembangunan oleh pemerintah, yang terdiri dari:

a. Pembangunan melalui Inpres pembangunan yang dibiayai oleh

pemerintah pusat berupa pembangunan jembatan, jalan, dan lain – lain

yang tidak memungkinkan pemerintah desa ataupun pemerintah daerah.

b. Pembangunan tidak melalui Inpres pembangunan yang dibiayai oleh

pemerintah daerah meskipun yang dibangun termasuk urusan desa,

misalnya: pembangunan pasar.

2. Pembangunan oleh masyarakat desa, yang terdiri dari:

a. Pembangunan atas daya desa pembangunan yang dibiayai oleh desa

menurut anggaran belanja desa.

b. Pembangunan atas daya masyarakat desa Pembangunan atas daya

masyarakat desa adalah pembangunan yang langsung diselenggarakan

oleh, dari dan untuk masyarakat.


23

Sasaran yang ingin di capai dari pembangunan desa adalah pembangunan

sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat yang meliputi antara lain:

1. Pembangunan prasarana yang meliputi prasaran produksi, perhubungan,

pemasaran, prasarana sosial dan prasarana lainnya.

2. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa.

3. Memperluas kesempatan dan lapangan kerja baru.

4. Meningkatkan kesehatan dan lingkungan desa melalui program kebersihan,

keindahan dan ketertiban.

Keberhasilan pembangunan di Desa Sungai Rengit ditentukan oleh beberapa

faktor antara lain :

a. Keadaan desa yang meliputi keadaan sosial, budaya, keamanan.

b. Rencana pembangunan yang meliputi rencana, tujuan, sasaran, target dan

strategi pencapaian.

c. Sarana pembangunan meliputi kelembagaan, dana dan SDM serta SDA

yang tersedia.

d. Pelaksanaan, meliputi pelaksanaan aturan-aturan dan ketentuan - ketentuan

yang berlaku dan telah ditetapkan serta pengaturan dan pelaksanaan

rencana pembangunan.

Menurut Basrowi yang dikutip Siti Irene Astuti D (2011: 58), Pembangunan

yang berlangsung dipedesaan dalam kehidupan masyarakat dilaksankan dengan

gotong-royong terhadap pembangunan dilihat dari bentuknya dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu:


24

1. Pembangunan Fisik (Tenaga)


Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang tua) dalam bentuk
menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan dan
menyelenggarakan usaha sekolah. Dalam sebuah proses pembangunan di
desa ketelibatan masyarakat sangat dibutuhkan karena masyarakat
memerlukan alat untuk menunjang suatu pembangunan. Keikutsertaan
masyarakat dalam proses pembangunan merupakan suatu rangkaian yang
tidak terlepaskan dari jalannya perkembangan suatu desa. Dalam
pelaksanaan pembangunan biasanya masyarakat selalu ikut berkontribusi
didalam pembangunan. Salah satu bentuk partisispasi masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan ialah memberikan bantuan secara langsung
atau menjadi pelakasana atau pekerja dalam kegiatan pembangunan desa.
Biasanya bantuan dari masyarakat ada berbagai bentuk salah satunya
adalah terjun langsung menjadi pelaku atau pekerja dalam pelaksanaan
kegiatan pembangunan.

2. Pembangunan Non Fisik ( Ide atau Pikiran).

Partisipasi non fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam


menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya animo
masyarakat untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan,
sehingga pemerintah tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat untuk
bersekolah. Pada proses ini Kepala Desa bekerja sama dengan unsur-unsur
yang ada di masyarakat yaitu Badan Perwakilan Desa (BPD), tokoh agama
dan tokoh masyarakat yang dianggap mampu menuangkan program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan, baik dalam jangka pendek, menengah
maupun dalam jangka panjang. Namun dalam perencanaan ini Pemerintah
Desa Tampo tetap memberikan peluang kepada masyarakat untuk
memberikan sumbangsi pemikiran yang baik untuk rencana pembangunan
desa. Bentuk pembangunan non fisik ini merupakan bentuk yang sangat
potensial untuk menjadikan arah pembangunan kepada kebutuhan
masyarakat.

2.2 Penelitian yang relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan judul dengan

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Hendra Mondong (2011) Peran Pemerintah Desa dalam Meningkatkan

Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan di Desa Koreng. Dalam

penelitiannya bahwa Peranan pemerintah desa dalam meningkatkan

partisipasi masyarakat bagi terlaksananya pembangunan sudah berperan


25

dengan baik dalam rangka mengimplementasikan kebijakan sehubungan

dengan peningkatan partisipasi masyarakat, kemudian dilihat dari segi

kemampuan pemerintah desa dalam menggerakkan partisipasi masyarakat

sudah mampu sesuai dengan informasi yang ada, terdapat beberapa faktor

penghambat, namun hal yang demikian masih dapat diantisipasi oleh

pemerintah yang dalam hal ini adalah kepala desa lewat motivasi-motivasi

yang disampaikan langsung serta selalu meningkatkan efektifitas kerja dan

setiap aparatur pemerintah, dalam pelaksanaan tugas pemerintah sebagai

administrator dalam bidang pembangunan dan kemasyarakatan sudah

dapat dikategorikan berhasil, karena para pemerintah desa dan aparatur

pemerintah sering terjun langsung ke lapangan untuk memantau ataupun

untuk mengawasi langsung setiap kegiatan pembangunan yang sementara

dilaksanakan.

2. Peneliti selanjutnya dilakukan oleh M. Helmi Watoni Satka (2012),

dengan judul Strategi pemerintah desa meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan di Desa kerta Buana Kecamatan

Tenggarong Seberang. Dalam penelitinnya menyimpulkan bahwa Strategi

pemerintah desa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan Desa Kerta Buana secara umum sudah cukup baik yaitu

meliputi bidang ekonomi dengan pembinaan di bidang kewiraswastaan,

bidang hukum dengan mengadakan penyuluhan mengenai narkoba dan

perkelahian antar pelajar yang disampaikan oleh kepolisian, bidang agama

dengan memberikan alat-alat ceramah keagamaan, pembentukan ikatan


26

remaja mesjid dan pengadaan yasinan, bidang kesehatan dengan

pengadaan posyandu rutin setiap bulannya, dan memberikan penyuluhan

mengenai pentingnya PHBS. Akan tetapi pelayanan publik dan

pengembangan masyarakat masih kurang baik, karena sering terjadinya

keterlambatan pelayanan dan masyarakat hanya berpartisipasi dalam

bentuk tenaga dan ide atau pemikiran tanpa berpartisipasi dalam bentuk

dana. Faktor penghambat strategi pemerintah desa meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan Desa Kerta Buana yaitu

kurangnya kesadaran masyarakat, masih kurang baiknya sikap mental

masyarakat dan pendidikan masyarakat yang tergolong rendah.

3. Peneliti selanjutnya dilakukan oleh Rifko Setiawan Suangi (2013) Peranan

pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan di Desa Bongkudai Barat Kecamatan Modayag Barat

Dalam penelitianya menyimpulkan bahwa pemerintah desa Bongkudai

Barat telah melakukan upaya dan perannya, seperti mengajak masyarakat

untuk ikut dalam berbagai kegiatan desa dengan tujuan untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sesuai dengan

isi, tujuan, dan maksud dari setiap program-program pembangunan yang

ingin dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawabnya dan masyarakat

sebagai faktor pendukungnya dinyatakan kurang baik bila dilihat dari

rendahnya partisipasi masyarakat desa Bongkudai Barat.

Pemerintah desa dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya di Desa

Bongkudai Barat bedasarkan hasil penelitiannya belum maksimal


27

dikarenakan masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat maupun

aparat desa seihingga apa yang diharapkan oleh pemerintah desa belum

mencapai sasaran dan tujuan daripada pembangunan. Sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan di lapangan, masyarakat desa Bongkudai Barat

belum merasakan peran pemerintah desa dalam upaya untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat. Hal ini disebabkan karena pembangunan yang

dilakukan belum sepenuhnya menyentuh masyarakat dan adanya

pembangunan yang tidak tepat sasaran sehingga tidak dapat dinikmati oleh

masyarakat.

4. Peneliti selanjutnya dilakukan oleh Juraidah (2011) menyatakan bahwa

peran pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan Di Desa Mendik Karya Kecamatan Long Kali Kabupaten

Paser bedasarkan hasil penelitiannya peranan pemerintah desa belum

optimal dikarenakan kurangnya dalam memantau perkembangan

masyarakat sehingga dapat mengakibatkan kurangnya masyarakat dalam

berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan maupun

pengawasan serta evaluasi pembangunan di Desa Mendik Karya.

5. Peneliti selanjutnya dilakukan Oleh Miftahus Surur (2014) tentang Peran

Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

terhadap Program Pembangunan di Desa Rejoagung Ploso Jombang.

Berdasarkan hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa karakter

masyarakat desa Rejoagung adalah masyarakat yang mudah diajak untuk

berpartisipasi terhadap apapun yang bisa menjadikan desa lebih baik,


28

tetapi masyarakat harus diberi tahu dahulu dan diberikan pengertian

terhadap apa yang akan dilakukan oleh pemerintah desa, karena

masyarakat desa Rejoagung merupakan masyarakat yang tidak selalu aktif

untuk mencari informasi proses perkembangan desa tetapi mereka akan

mau berkerja sama bila ada ajakan untuk ikut berpartisipasi. Peran Kepala

Desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat adalah dengan cara :

a. MUSRENBANG (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)

b. Penggunaan strategi non finansial.

c. Pendekatan terhadap Masyarakat.

2.3 Kerangka Pemikiran

Perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah

dan melibatkan masyarakat luas, melalui pemberian wewenang perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah. Dengan cara ini pemerintah makin

mampu menyerap aspirasi masyarakat banyak, sehingga pembangunan yang

dilaksanakan dapat memberdayakan dan memenuhi kebutuhan masyarakat

banyak. Masyarakat harus menjadi pelaku dalam pembangunan, masyarakat perlu

dibina dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri permasalahan yang

dihadapi, merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, melaksanakan rencana

yang telah diprogramkan, menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan

program yang telah dirumuskan dan dilaksanakan. Paradigma pembangunan yang

sekarang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Artinya,

pemerintah tidak lagi sebagai pelaksana, melainkan lebih berperan sebagai


29

fasilitator dan katalisator dari dinamika pembangunan, sehingga dari mulai

perencanaan hingga pelaksanaan, masyarakat mempunyai hak untuk terlibat dan

memberikan masukan dan mengambil keputusan, dalam rangka memenuhi hak-

hak dasarnya. Untuk mengetahui tingkat partisipasi dalam pelaksanaan

musrenbangdes di Desa Merah mata maka dapat di lihat pada skema kerangka

pemikiran di bawah ini.

Gambar. 2

Skema Kerangka Pemikiran.

Peranan Pemerintah Desa Tingkat Partisipasi masyarakat

1. Pembinaan Terhadap Masyarakat 1.Pembangunan fisik


2. Pelayanan terhadap masyarakat 2. pembangunan non fisik
3. Pengembangan terhadap masyarakat

Anda mungkin juga menyukai