Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, telah memberikan

dasar pemikiran bahwa desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada

Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya,

penjelasan pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 menyebutkan bahwa dalam territorial Negara terdapat lebih kurang 250

“Zelfbesturende Landschappen” dan “Volksgemeenshappen” seperti desa di

Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau dusun dan marga di Palembang dan

sebagainya. Daerah-daerah tersebut mempunyai susunan asli dan oleh

karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.

Keberagaman karakteristik dan jenis desa atau yang disebut dengan

nama lain, tidak menjadi penghalang bagi para pendiri bangsa untuk

menjatuhkan pilihannya pada bentuk Negara kesatuan dengan memberikan

pengakuan dan jaminan terhadap keberadaan kesatuan masyarakat hukum

dan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya.

Pemerintah Desa secara historis dibentuk oleh masyarakat desa dengan

memilih beberapa orang anggota masyarakat yang dipercaya dapat mengatur,

menata, melayani dan memelihara, mempertahankan dan melindungi berbagai

aspek kehidupan masyarakat. Aspek kehidupan masyarakat desa biasanya

yang utama adalah hukum adat baik tertulis maupun tidak tertulis, sosial

budaya kemasyarakatan, ekonomi, pertanian, perkebunan, perikanan,

perdagangan dan sebagainya.

1
2

Meningkatkan taraf hidup masyarakat desa sebenarnya sudah banyak

dilakukan dan masih terus dilakukan, baik melalui pendidikan, kesehatan, program

keluarga berencana dan sebagainya, namun karena kurangnya partisipasi

masyarakat untuk mengikuti kegiatan yang dilaksanakan tersebut tidak

membuahkan hasil yang berarti.

Untuk mengatasi hal tersebut tidak terus berlarut, maka dituntut peran aktif

kepala desa untuk memperbaikinya karena kepala desa sebagai pemimpin dalam

suatu desa mempunyai tugas dan tanggung jawab melayani urusan pemerintahan,

pembangunan, ekonomi, keamanan dan kemasyarakatan di desanya demi menuju

desa yang maju. Hal yang dilakukan Kepala Desa beserta perangkatnya untuk

memotivasi masyarakat dengan jalan melalui pendekatan kepada warga desa akan

pentingnya kegiatan yang selama ini dilaksanakan sehingga tingkat kehidupan

masyarakat semakin membaik.

Dalam kegiatan pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan

perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggungjawab masyarakat

terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup

mereka . Artinya melalui partisipasi yang diberikan, berarti benar-benar menyadari

bahwa kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh pemerintah sendiri, tetapi menuntut keterlibatan masyarakat

dalam pembangunan tersebut.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan desa, pemerintah desa yakni kepala desa beserta perangkatnya

dituntut perannya dalam memotivasi masyarakat dapat memberikan kontribusi

langsung melalui partisipasi dalam setiap program pembangunan yang

dilaksanakan.
3

Di Desa Bonda, sesuai dengan pengamatan penulis, peran perangkat

desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan

nampaknya belum maksimal hal ini terlihat dari program yang dilaksanakan

oleh pemerintah desa, partisipasi masyarakat masih kurang bahkan setiap

pelaksanaan pembangunan hanya sebagian kecil masyarakat yang terlibat

langsung di dalamnya.

Fenomena tersebut di atas terjadi karena beberapa hal :

1. Perangkat desa masih kurang dalam memberikan motivasi terhadap

masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

2. Kurangnya sumber daya perangkat desa dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat terhadap pembangunan.

3. Perangkat desa masih menganggap hanya sebatas membantu kepala desa

sehingga kurang berperan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat.

Dari uraian di atas penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan judul “Peran Perangkat Desa dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat terhadap Pembangunan di Desa Bonda Kecamatan Papalang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut: “Bagaimana peran perangkat desa dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan di Desa Bonda

Kecamatan Papalang?.
4

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah :”Untuk Mengatahui

peran perangkat desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap

pembangunan di Desa Bonda Kecamatan Papalang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini kiranya dapat menambah masukan bagi pengembang

teori yang dapat digunakan oleh mahasiswa maupun masyarakat umum

baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang.

2. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarja pada Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tomakaka Mamuju.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1 Teori Utama

2.1.1 Pengertian Peran

Siangian (2000 : 74), memberikan penjelasanan bahwa peran

merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila

seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan

status yang dimilikinya, maka ia telah menjalankan perannya.

Inu Kencana (2003 : 72) menjelaskan bahwa Peran adalah tingkah

laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status

antara kedudukan dan Peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada

Peranan tanpakedudukan.

Yeyen Maryani (2011 : 279), memberikan definisi bahwa peran

berarti (1) perangkat yang dimiliki seseorang yang sama kedudukannya

di masyarakat, (2) bagian yang dimainkan oleh seseorang pemain atau

tindakan yang dilakukan dalam suatu peristiwa, disini ditekankan bahwa

Pemerintah adalah salah satu unsur yang memiliki peran besar dalam

pembinaan dan menjalankan wewenang serta kekuasaan mengatur

kehidupan sosial ekonomi Masyarakat.

Tidak ada peran tanpa kedudukan. Kedudukan tidak berfungsi

tanpa peran, contoh: Achieved Status adalah kedudukan yang diperoleh

seseorang dengan disengaja. Peran merupakan hal yang sangat

penting bagi seseorang, karena dengan peran yang dimilikinya ia akan

dapat mengatur perilaku dirinya dan orang lain.

5
6

Seseorang dapat memainkan beberapa peran sekaligus pada saat

yang sama, seperti seorang wanita dapat berperan sebagai isteri dan

karyawan kantor. Konflik peran timbul ketika seseorang harus memilih salah

satu diantara perannya misalnya sebagai ibu atau sebagai karyawan

kantor. Pada umumnya konflik peran timbul ketika seseorang dalam

keadaan tertekan, karena merasa dirinya tidak sesuai atau kurang mampu

melaksakan peranan yang diberikan masyarakat kepadanya. Akibatnya, ia

tidak melaksanakan perannya dengan ideal dan sempurna.

2.1.2 Perangkat Desa

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bahwa

perangkat Desa terdiri atas :

1) Sekretaris Desa

2) Pelaksanan Kewilayahan Desa

3) Pelaksana Teknis Desa

Perangkat desa diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan

dengan Camat atas nama Bupati/Walikota yang bertugas membantu kepala

Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, serta

bertanggungjawab kepada kepala desa.

Perangkat desa diangkat dari warga desa yang memenuhi persyaratan

sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa

yaitu :

1. Berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum atau sederajat.

2. Berusia 20 tahun sampai dengan 42 tahun.


7

3. Terdaftar sebagai penduduk desa dan bertempat tinggal di Desa paling kurang

1 (satu) tahun sebelum pendaftaran, dan

4. Syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa juga dijelaskan

mengenai larangan bagi perangkat desa yaitu :

a. Merugikan kepentingan umum

b. Membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota keluarga, pihak

lain dan atau golongan tertentu.

c. Menyalagunakan wewenang, tugas hak dan kewajibannya perangkat desa.

d. Melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan atau golongan tertentu

e. Melakukan tindakan meresahkan sekelompok warga desa

f. Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan atau

jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang

akan dilakukannya.

g. Mejadi pengurus partai politik

h. Menjadi anggota atau pengurus organisasi terlarang

i. Merangkap jabatan sebagai ketua atau anggota Badan Permusyawaratan

Desa, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan

Perwakilan Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota

dan jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

j. Ikut serta dan terlibat dalam kampanye pemilihan umum atau pemilihan kepala

daerah.

k. Melanggar sumpah/janji jabatan

l. Meninggalkan tugas selama 60 hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang jelas

dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.


8

2.1.3 Pengertian Partisipasi

Sugiyanto (2002) mengatakan bahwa kalimat Partisipasi sebenarnya

adalah istilah dalam bidang manajemen, saat ini telah lebih berkembang luas

jadi bukan monopoli ilmu manajemen saja, dalam artian istilah partisipasi itu

sudah umum dan dalam arti yang luas, istilah ini sebenarnya diambil dari

bahasa asing participation, yang artinya mengikutsertakan pihak lain.

Pemimpin dalam melaksanakan tugas-tugasnya akan lebih berhasil bilamana

pemimpin tersebut mampu meningkatkan partisipasi bawahannya, hal ini

berarti bawahan akan merasa lebih dihargai sehingga dapat diharapkan

semangat dan kegairahan kerja serta tanggung jawabnya dapat ditingkatkan.

Dalam peningkatan partisipasi tersebut seharusnya dapat dan harus

mampu meningkatkan rasa harga diri dan ikut memiliki, bila sudah berhasil

demikian, maka dapat megharapkan semangat dan kegirahan kerja serta

rasa ikut bertanggung jawab rekan sejawat akan dapat ditingkatkan sehingga

keputusan-keputusan dan rencana-rencana yang di kemukakan akan dapat

dilaksanakan dengan lebih baik.

Menurut Moeljarto (2006) parisipasi merupakan salah satu cara untuk

memotivasi yang mempunyai ciri khas lain dari pada yang lain, dikarenakan

peningkatan partisipasi lebih ditekankan pada segi psikologis dari pada

materi, dengan jalan melibatkan seseorang di dalamnya,maka orang tersebut

akan merasa ikut bertanggung jawab.

Yeyen Maryani (2011) memberikan definisi bahwa partisipasi adalah

iku berperan serta dalam suatu kegiatan yang telah direncanakan dalam satu

lembaga atau organisasi.


9

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa partisipasi adalah suatu cara untuk mempengaruhi orang lain agar

dapat melibatkan diri dalam satu kegiatan yang telah direncanakan dan ikut

bertanggung jawab dalam kegiatan tersebut.

2.1.4 Pengertian Masyarakat

Sebagai makhluk sosial , manusia tidak pernah bisa hidup sendiri,

karena dimanapun dan bilamanapun manusia senantiasa memerlukan kerja

sama dengan orang lain. Manusia membentuk pengelompokan sosial

dengan sesamanya dalam mempertahankan hidup dan mengembangkan

kehidupan. Kemudian dalam kehidupan bersamanya itu, manusia

memerlukan pula adanya organisasi yaitu suatu jaringan interaksi sosial

antar sesama untuk menjamin ketertiban sosial. Interaksi-interaksi sosial

itulah yang melahirkan yang dinamakan masyarakat. Dimana masyarakat

merupakan kumpulan sekelompok orang yang saling berinteraksi dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam buku-buku sosiologi, umumnya diberikan definisi-definis

masyarakat yang rumusannya tidak terlalu sama. Dengan kata lain, istilah-

istilah yang dipakai dalam definisi-definisi itu berbeda antara satu dengan

yang lainnya. Karena para sosiologi tidak selalu mengambil sudut pandang

yang sama terhadap masyarakat yang lokasi dan waktunya pun berbeda.

Ada yang memandang masyarakat dari sudut kebudayaan. Dan ia

mempertanggungjawabkan pilihannya itu dengan alasan bahwa unsur

kebudayaan merupakan unsur terpenting dari masyarakat.

Selanjutnya ada yang lebih tertarik pada aspek organisasi serta

kerjasama masyarakat, dengan alasan bahwa unsur organisasi dan kerja-


10

sama merupakan unsur terpenting dari masyarakat. Adapula yang lebih terfokus

pada kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat itu. Dengan alasan bahwa

unsur kelompok-kelompok merupakan unsur yang menentukan dalam masyarakat.

Dari penjelasan di atas, jelas memberikan dampak kepada perbedaan istilah

yang digunakannya. Sebab ia terpulang kepada titik fokus kajian dan perhatiannya.

Kendati sasaran dan objek kajian yang dituju adalah sama, yaitu masyarakat.

Kalau membandingkan masyarakat dengan kelompok sosial dan lebih

memperhatikan perbedaan jumlah anggota yang terhimpun dalam dua fenomena

sosial itu, maka yang menonjol adalah jumlah anggota kelompok lebih kecil

daripada jumlah anggota masyarakat, atau yang juga acap disebut masyarakat

besar. Bertolak dari pendekatan ini, maka masyarakat dapat didefinisikan sebagai

kesatuan terbesar dari manusia-manusia yang saling bekerjasama untuk

memenuhi kebutuhan bersama atas dasar kebudayaan yang sama.

Namun bila memandang kelompok-kelompok sebagai komponen masyarakat

. maka dapat diberikan definisi lain atasnya, dimana masyarakat adalah suatu

jalinan kelompok-kelompok sosial yang saling mengait dalam kesatuan yang lebih

besar, berdasarkan kebudayaan yang sama (Hendropuspito,2009).

Menurut Koentjaraningrat (2000), Masyarakat adalah kesatuan hidup

manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat yang bersifat

kontinyu dan yang terkait oleh suatu rasa identitas bersama.

Dalam bahasa inggris dipakai Istilah society yang berasal dari bahsa latin

yang berarti kawan, istilah masyarakat sendiri berasal dari kata arab yaitu syirk

yang berarti bergaul, memang demikian adanya sebab masyarakat adalah

sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dalam istilah ilmiahnya dikenal

sebagai saling berinteraksi.


11

Suatu kesatuan manusia atau masyarakat selalunya mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut :

1. Masyarakat mampunyai prasarana yang yang dapat dijadikan alat perantara

untuk saling berinteraksi secara intensif dan dengan frekuensi yang tinggi,

prasarana terasa begitu penting dikalangan masyarakat yang memiliki mobilitas

tinggi dibandingkan dengan masyarakat tradosional.

2. Masyarakat mempunyai ikatan kesatuan sebagai manusia yaitu pola-pola

tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas

kesatuan itu serta suatu kontinuitas dalam ukuran waktu atau zaman.

3. Masyarakat mempunyai rasa identitas diantara para anggotanya yang berbeda

dari kesatuan manusia lainnya

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

masyarakat merupakan kesatuan yang mempunyai prasarana, ikatan kesatuan dan

rasa identitas.

Istilah masyarakat telah menjadi bagian yang sangat umum dalam

pembicaraan sehari-hari tanpa membedakan kelas-kelasnya secara khusus,

didalam uraian tentang lapisan senantiasa dijumpai istilah kelas (social class)

seperti yang sering terjadi dalam beberapa istilah sosiologi, maka istilah kelas juga

tidak selalu mempunyai arti yang sama walaupun pada hakikatnya mewujudkan

sistem kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat.

Dalam masyarakat terdapat pola tingkah laku yang khas mengenai faktor

kehidupannya dalam batas kesatuan itu, dimana pola itui bersifat mantap dan

kontinyu dan sudah menjadi adat istiadat yang khas meliputi sektor kehidupan.
12

Selain istilah masyarakat dijumpai pula istilah komunitas (community) atau

masyarakat setempat yang berarti suatu kesetuan hidup manusia yang menempati

suatu wilayah yang nyata dan yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istisdat.

Berbicara tentang masyarakat kita tidak akan terlepas dari individu setiap

orang yang kemudian berkembang dan menjadi sebuah kelompok dalam lapisan

serta kelas-kelas dalam masyarakat dengan tujuan dan kepentingan yang berbeda-

beda antara satu dengan yang lain namun tetap saling membutuhkan satu sama

lain demi kelangsungan hidup bermasyarakat dalam wilayah tertentu.

a. Masyarakat setempat (community)

Istilah community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”

istilah mana menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa.

Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik itu besar maupun kecil hidup

bersama sedikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat

memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi

disebut masyarakat setempat.

Dengan demikian kriteria yang utama bagi adanya suatu masyarakat

setempat adalah adanya social relationships antara anggota suatu kelompok.

Dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat menunjuk pada bagian

masyarakat yang bertempat tinggal disuatu wilayah dengan batas-batas tertentu

dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar

diantara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas

wilayahnya.

Dapat disimpulkan secara singkat bahwa masyarakat setempat adalah

suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial

yang tertentu.
13

b. Tipe-tipe masyarakat setempat

Dalam mengadakan klasifikasi masyarakat setempat, dapat digunakan

empat kriteria yang saling berpautan, yaitu :

a) Jumlah penduduk,

b) Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman

c) Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat,

d) Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.

Kriteria tersebut di atas, dapat digunakan untuk membedakan antara

bermacam-macam jenis masyarakat setempat yang sederhana dan modern,

serta antara masyarakat pedesaan dan perkotaan.

c. Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan

Dalam masyarakat yang modern, sering dibedakan antara lain

masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan rural community, dan

urban community. Perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan

dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat yang

modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari

kota. Sebaliknya pada masyarakat bersahaja pengaruh dari kota secara relatif

tidak ada. Pembedaan anatara masyarakat pedesaan dengan masyarakat

perkotaan, pada hakikatnya bersifat gradual.

Agak sulit untuk memberikan batasan apa yang dimaksud dengan

perkotaan, oleh karena adanya hubungan antara konsentrasi penduduk dengan

gejala-gejala sosial yang dinamakan urbanisme (yang akan siuraikan

kemudiana). Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang

lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga

masyarakat pedesaan lainnya.


14

Yang dimaksud dengan masyarakat perkotaan atau urban communuty

adalah masyarakat yang tidak tertentu jimlah penduduknya. (Soerjono

Soekanto, 2000 :149).

Menurut Purba, (2002 : 4) bahwa : “Masyarakat adalah sekumpulan

orang-orang beserta pranatanya yang hidup dalam satu wlayah atau

lingkungan dan melakukan interaksi sosial dengan norma-norma yang ada.

Manusia memerlukan lingkungan sosial demi kelangsungan hidupnya.

Lingkungan sosial yang serasi itu bukan hanya dibutuhkan oleh orang

seorang melainkan juga oleh seluruh orang-orang di dalam kelompok

masyarakat tersebut. Akibat dari pesatnya pembangunan dan meningkatnya

kebutuhan manusia, berbagai persoalan masyarakat muncul dan

berkembang seperti :

a) Berkembangnya konflik atau friksi sosial dengan atau tanpa kekerasan

yang disebabkan oleh berbagai hal, antara lain persaingan dan konflik

kepentingan tanpa atau menggunakan simbol-simbol suku, agama, ras

dan golongan.

b) Ketidak merataan akses sosial ekonomi

c) Meningkatnya jumlah pengangguran.

d) Meningkatnya ketimpangan/kesenjangan sosial ekonomi.

e) Meningkatnya angka kemiskinan.

Permasalahan-permasalahan tersebut baik secara langsung maupun

tidak langsung dapat mempengaruhi dan mengubah kondisi dan keadaan

masyarakat dalam satu wilayah.


15

2.1.5 Pengertian Pembangunan.

Istilah pembangunan juga menunjukan hasil proses pembangunan itu

sendiri. Secara etimologi, pembangunan berasal dari kata bangun,

ditambah awalan “pe“ dan akhiran “ an “, guna menunjukan perihal orang

membangun, atau perihal bagaimana pekerjaan membangun itu

dilaksanakan.

Kata bangun setidak-tidaknya mengandung tiga arti. bangun dalam arti

sadar atau siuman. Kedua, berarti bentuk. Ketiga, bangun berarti kata kerja,

membangun berarti mendirikan. Dilihat dari segi ini, konsep, pembangunan

meliputi ketiga arti tersebut.

Konsep itu menunjukan pembangunan sebagai berikut :

a. Masukan, kesadaran kondisi mutlak bagi berhasilnya perjuangan bangsa.

b. Proses, yaitu membangun atau mendirikan berbagai kebutuhan

bardasarkan rasio.

c. Keluaran, yaitu berbagai bentuk bangun sebagai hasil perjuangan, baik

fisik maupun non fisik (Taliziduhu Ndraha, 2007).

Para ahli banyak mengunakan berbagai istilah dalam mendefinisikan

pembangunan. Antara lain dengan menggunakan kata Modernisasi,

perubahan sosial (sosial change), development, pertumbuhan (growth) dan

lain sebagainya. Kata pembangunan seperti yang diungkapkan oleh

beberapa ahli sangatlah bervariasi yaitu :

1) Bimantoro Tjokoamidjojo dan Mustopadidjaja yang menyebutkan bahwa

pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa

akhir.
16

2) Sondang P. Siagian, (2009: 12) mengemukakan pendapatnya mengenai

pembangunan itu adalah suatu usaha pertumbuhan dan perubahan yang

berencana dan dilakukan oleh suatu bangsa secara sadar, Negara dan

pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.

3) Riyadi (2008 :2) menjelaskan bahwa pembangunan adalah suatu usaha atau

proses perubahan demi tercapainya tingkat kesejahteraan atau mutu hidup

suatu masyarakat dan individu-individu di dalamnya yang berkehendak dan

melaksanakan pembangunan itu.

Menurut Mardikanto (2014 : 3) bahwa dalam istilah pembangunan

terkandung banyak pokok-pokok pikiran yang antara lain sebagai berikut :

a. Pembangunan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan yang tidak pernah

kenal berhenti untuk terus menerus mewujudkan perubahan-perubahan dalam

kehidupan masyarakat dalam rangka mencapai perbaikan mutu hidup dalam

situasi lingkungan yang juga terus menerus mengalami perubahan.

b. Proses pembangunan yang terjadi bukanlah suatu yang sifatnya alami melaikan

suatu proses yang dilaksanakan dengan sadar dan terencana. Artinya

pembangunan tersebut dilaksanakan melalui suatu proses perencanaan

terlebih dahulu, untuk menganalisis masalah-masalah atau kebutuhan-

kebutuhan yang harus dipenuhi, tujuan-tujuan yang ditetapkan atau hendak

dicapai, alternative pencapaian tujuan dan pengambilan keputusan tentang

cara-cara mencapai tujuan.

c. Proses perubahan yang akan dilaksanakan dan ingin dicapai dalam setiap

pembangunan adalah perubahanyangenyeluruh dan mencakup bergam aspek

dan tatanan kehidupan masyarakat yang bersangkutan.

d. Pembangunan dimaksudkan untuk menghasilkan individu-individu.


17

Dari berbagai definisi yang di kemukakan di atas, maka dapat di ambil

kesimpulan bahwa pembangunan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan,

kebersamaan, kesempatan, kemandirian dan saling ketergantungan masyarakat,

yang pada akhirnya untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat itu sendiri.

Menurut Siagian (2000) bahwa ada beberapa pendekatan tentang teori-teori

pembangunan desa yang dapat dijadikan acuan dalam membahas tentang

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa yaitu :

1. Teori Evoluasi

Teori Evolusi menyatakan bahwa setiap komunitas akan mengalami

perubahan dari kehidupan yang sangat sederhana kearah yang semakin

kompleks, sebagai akibat dari perubahan-perubahan sosial, ekonomi,

kependudukan, geografi, teknologi maupun ideologi.

2. Teori Perubahan Sosial

a) Teori perubahan sosial menyatakan bahwa pembangunan terjadi sebagai

akibat adanya perubahan struktur sosial dalam bentuk pembagian

pekerjaan.

b) Teori Perubahan sosial juga menyatakan bahwa pembangunan terjadi

karena terjadinya perubahan masyarakat yakni dari masyarakat tradisional

kearah masyarakat perkotaan.

3. Teori Struktural Fungsional

Teori struktural fungsional menyatakan bahwa pembangunan terjadi

karena adanya perubahan status dari suatu interaksi sosial yang terjadi :

a) Adaptasi terhadap kebutuhan situasional

b) Pencapaian tujuan-tujuan

c) Integrasi atau pengaturan tata hubungan


18

d) Pola pemeliharaan atau pengurangan ketegangan dari pola budaya tertentu.

4. Teori Ekonomi

Teori Ekonomi mengemukakan bahwa pembangunan terjadi karena

beberapa kondisi ekonomi yang mencakup :

a) Hasil dan pendapatan

b) Tingkat Produktivitas

c) Tingkat kehidupan

d) Sikap dan pranata

e) Rasionalitas

5. Teori Konflik

Teori konflik menyatakan bahwa pembangunan terjadi karena adanya

konflik atau pertentangan kepentingan ekonomi antara kelas pemodal (yang

berkuasa) dengan kelas yang tertindas (buruh).

6. Teori Ekologi

Teori ekologi menyatakan bahwa pembangunan terjadi sebagai akibat

pemanfaatan sumber daya alam baik yang melimpah maupun optimasi

pemanfaatan sumber daya alam yang semakin terbatas.

Menurut Barata Kusuma (2003) bahwa setiap proses pembangunan pada

dasarnya terdapat dua kelompok atau sub sistem pelaku-pelaku pembangunan :

1. Sekelompok kecil warga masyarakat yang merumuskan perencanaan dan

berkewajiban untuk mengorganisasi dan menggerakkan warga masyarakat

yang lain untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Yang dimaksud dengan

merumuskan perencanaan pembangunan tersebut, tidak berarti bahwa ide-ide

yang berkaitan dengan rumusan kegiatan dan cara mencapai tujuan hanya

dilakukan sendiri oleh kelompok warga masyarakat tersebut, akan tetapi


19

mereka sekedar merumuskan semua ide-ide atau aspirasi yang dikehendaki

oleh seluruh warga masyarakat melalui suatu mekanisme yang telah disepakati.

Dan Perencanaan pembangunan di arus paling bawah disalurkan melalui

pertemuan kelompok atau permusyawaratan pada lembaga yang terbawah baik

secara formal mapun informal.

2. Masyarakat luas yang berpartisipasi dalam pembangunan baik dalam bentuk

pemberian imput (ide, biaya, tenaga dan lain-lain), pelaksanaan kegiatan,

pemantauan dan pengawasan serta pemanfaatan hasil-hasil pembangunan.

Dalam kenyataan pelaksana utama kegiatan pembangunan justru terdiri dari

kelompok masyarakat luas, sedangkan kelompok elit masyarakat hanya

berfungsi sebagai penerjemah kebijakan dan perencanaan pembangunan

sekaligus mengorganisir dan menggerakkan partisipasi masyarakat.

Sub-sistim pemerintah dan penggerak adalah aparat pemerintahan,

penyuluh, pekerja social, tokoh masyarakat, LSM dan LPSM yang terlibat dan

berkewajiban untuk :

1) Bersama-sama warga masyarakat merumuskan dan mengambil keputusan serta

memberikan legitimasi tentang kebijakan dan perencanaan pembangunan.

2) Menginformasikan atau menerjemahkan kebijakan dan perencanaan

pembangunan kepada seluruh warga masyarakat.

3) Mengorganisir dan menggerakkan partispasi masyarakat

4) Bersama-sama masyarakat melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap

pelaksanaan pembangunan

5) Mengupayakan pemerataan hasil-hasil pembangunan kepada seluruh warga

masyarakat, khususnya yang terlibat langsung sebagai pelaksanaan dan atau

dijadikan sasaran utama pembangunan secara adil.


20

Sedangkan yang dimaksud dengan sub system masyarakat atau pengikut

adalah sebagian besar masyarakat yang tidak termasuk dalam sub system

pemerintah/penggerak di atas yang berkewajiban untuk :

1. Menyampaikan ide-ide atau gagasan tentang kegiatan pembangunan yang

perlu dilaksanakan dan cara mencapai tujuan pembangunan yang diharapkan

baik secara langsung maupun melalui perwakilan yang sah dalam suatu forum

yang diselenggarakan untuk keperluan tersebut.

2. Secara foristif menerima dan aktif berpartisipasi dalam pembangunan.

3. Memberikan masukan atau umpang balik tentang kegiatan pembangunan.

4. Menerima dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan.

Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dari kedua sub system

pelaku-pelaku pembangunan yaitu :

a. Aparat pemerintah atau penguasa, di dalam pengambilan keputusan tentang

kebijakan dan perencanaan pembangunan harus senantiasa mendengarkan,

memahami dan menghayati aspirasi masyarakat, memahami kondisi dan

masalah-masalah yang sedang dan akan dihadapi oleh masyarakat.

b. Menyampaikan kepada masyarakat tentang apa yang sedang dan telah

direncanakan oleh pemerintah/penguasa, serta menyampaikan cara-cara yang

dipilih untuk melaksanakan pembangunan yang direncanakan itu. Untuk

selanjutnya masyarakat harus aktif mempersiapkan diri untuk berpartisipasi

dalam pembangunan.

c. Pemerintah harus meningkatkan kemampuan masyarakat seperti pengetahuan,

sikap dan keterampilan dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk

berpartisipasi dalam setiap kegiatan pembangunan.


21

2.1.6 Lingkup Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan

Telaan tentang partisipasi yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa partisipasi atau peranserta pada dasarnya merupakan

suatu bentuk keterlibatan dan keikut sertaan secara aktif dan sukarela baik

karena alasan-alasan dari dalam maupun dari luar dalam keseluruhan proses

kegiatan yang bersangkutan yang mencakup pengambilan keputusan dalam

perencanaan, pelaksanaan, pengendalian (pemantauan, evaluasi dan

pengawasan) serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai.

Menurut Mardikanto (2014) bahwa ada empat macam kegiatan yang

me nunjukkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan sebagai

berikut :

1. Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan

Pada umumnya setiap program pembangunan masyarakat

termasuk pemanfaatan sumber daya lokal dan alokasi anggarannya selalu

ditetapkan oleh pemerintah pusat yang banyak hal lebih mencerminkan

kelompok-kelompok kecil elit yang berkuasa dan kurang mencerminkan

keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak. Karena itu partisipasi

masyarakat dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya

forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung

dalam proses pengambilan keputusan tentang program-program

pembangunan pembangunan di wilayah setempat atau di tingkat lokal.

2. Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan seringkali diartikan

sebagai partisipasi masyarakat banyak (yang umumnya lebih miskin) untuk


22

secara sukarela menyumbangkan tenaganya di dalam kegiatan pembangunan.

Di lain pihak lapisan masyarakat yang di atasnya (yang umumnya terdiri atas

orang-orang kaya) dalam banyak hal lebih banyak memperoleh manfaat dari

hasil pembangunan, tidak dituntut sumbangannya secara proporsional.

Karena itu partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan

harus diartikan sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk

tenaga kerja, uang tunai atau beragam bentuk korbanan lainnya yang sepadam

dengan manfaat yang akan diterima oleh masing-masing warga masyarakat

yang bersangkutan.

Di samping itu yang sering dilupakan daam pelaksanaan pembangunan

adalah partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan proyek-proyek

pembangunan kemasyarakatan yang telah berhasil diselesaikan. Oleh sebab itu

perlu adanya kegiatan khusus untuk mengorganisir warga masyarakat guna

memeligara hasil-hasil pembangunan agar manfaatnya dapat terus dinikmati

daam jangka panjang.

3. Partisipasi Masyarakat dalam Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan

Kegiatan pemantauan dan evaluasi program pembangunan sangat

diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapat dicapai seperti yang diharapkan,

tetapi juga diperlukan untuk memperoleh umpang balik tentang masalah-

masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang

bersangkutan. Dalam hal ini partisipasi masyarakat untuk mengumpulkan

informasi yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat

pembangunan sangat diperlukan. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat untuk

mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta

perilaku aparat pembangunan sangat diperlukan.


23

4. Peratisipasi dalam Pemanfaatan Hasil Pembangunan

Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hasil pembangunan

merupakan unsur terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan

pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak

sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Di

samping itu pemanfaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan

dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap

program pembangunan yang akan datang.

Namun demikian partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hasil

pembangunan seringkali menganggap bahwa dengan selesainya

pelaksanaan pembangunan itu otomatis manfaatnya akan dirasakan oleh

masyarakat, padahal seringkali masyarakat tidak memahami manfaat dari

setipa program pembangunan secara langsung sehingga hasil

pembangunan yang dilaksanakan menjadi sia-sia.

2.2 Teori Pendukung

Asal kata “Desa” adalah dari bahasa India, yaitu “swadesi”. Swadesi

berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang

merujuk pada satu kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma, serta

memiliki batas yang jelas. Istilah desa ini, juga biasa disebut dengan istilah

lain pada daerah-daerah tertentu.

Terjadinya perbedaan istilah desa tersebut tidak lain karena

dipengaruhi oleh budaya dan adat istiadat dari setiap desa yang

bersangkutan, karena adat istiadat atau budaya masyarakat berbeda antara

daerah yang satu dengan daerah lainnya.


24

Menurut Pratikno, (99:2002), mengatakan bahwa :“Sifat yang dimiliki oleh

desa tersebut adalah otonom, oleh karenanya sejak semula keberadaan desa

adalah otonom dari kekuasaan yang lebih tinggi, dimana desa telah diberikan

kewenangan penuh untuk memilih secara langsung Kepala Desa.

Dari pengertian tersebut di atas, maka dalam Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2015, tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan batasan pengertian

desa sebagai berikut : Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistim

pemerintahan nasional dan berada di daerah.

Selanjutnya mengenai pemerintah desa dan pemerintahan desa menurut

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, telah diberikan batasan

pengertian sebagai berikut : “Pemerintah desa adalah Kepala Desa dan Perangkat

Desa, sedangkan Pemerintahan desa adalah kegiatan pemerintahan yang

dilaksanakan oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

Perbedaan budaya dan adat istiadat dari setiap daerah di wilayah Indonesia

pendefenisian tentang desa. Akibatnya para ahli atau pakar mengemukakan

pendapatnya tentang desa didasarkan pada tinjauan yang berbeda-beda.

Dipandang dari segi geografi menurut Bintarto bahwa, defenisi desa adalah

suatu hasil perwujudan antara kegiatan sekelompok manusia dengan

lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu adalah suatu wujud atau penampakan di

muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial ekonomis, politis,

dan kultural yang saling berinteraksi antara unsur tersebut. Jika dipandang dari

segi pergaulan hidup menurut Bouman, yaitu sebagai salah satu bentuk kuno dari

kehidupan bersama sebanyak beberapa ribu orang, dan hampir semuanya saling
25

mengenal, kebanyakan orang yang termasuk di dalamnya hidup dari pertanian,

perikanan, dan sebaginya, usaha yang dapat dipengaruhi oleh hukum dan

kehendak alam. Olehnya itu dalam tempat tinggal itu terdapat banyak ikatan-ikatan

keluarga yang rapat, ketaatan pada tradisi dan kaidah-kaidah sosial.

Dipandang dari segi hubungan dan penempatannya di dalam susunan tertib

pemerintahan, defenisi desa dari segi ini muncul dari Departemen Dalam Negeri

yang termaktub dalam Pola Dasar dan Gerak Operasional Pembangunan

Masyarakat Desa. Adapun pengertian desa yang dimaksud adalh sebagai berikut.

“Desa atau dengan nama aslinya yang setingkat yang merupakan kesatuan

masyarakat hukum berdasarkan susunan asli adalah suatu ‘badan hukum’ dan

‘badan pemerintahan’ yang merupakan bagian wilayah kecamatan atau wilayah

yang melingkunginya”.

Desa atau yang disebut dengan nama lain, adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat

yang diakui dan dihormati dam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-

usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa ini

dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Pemerintahan desa adalah peyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

NegaraKesatuan Republik Indonesia.


26

Pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kepala desa

dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Dalam

menyelenggarakan pemerintahan desa, pemerintah desa harus memerhatikan

batas-batas kewenangannya. Mengapa demikian? Alasannya, hal-hal yang

menjadi kewenangan pemerintah desa sudah ditentukan dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi

tarik ulur atas kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Istilah Desa sering kali dipahami dalam dua gambaran utama, yaitu :

a) Pemahaman secara sosiologis, artinya dalam konteks ini desa dipahami

sebagai satu kesatuan mayarakat (komunitas) yang memiliki batas-batas

wilayah tertentu, dimana para anggotanya saling kenal dan mengenal dengan

baik dan bercorak masyarakat yang homogen.

b) Pemahaman dalam konteks tata pemerintahan, desa dianggap sebagai unit

pemerintahan yang memiliki karakter khas dan karenanya memiliki sifat yang

khas pula.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka landasan pemikiran dalam

pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, otonomi asli, demokratisasi

dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, dengan otonomi yang dimiliki

oleh desa ataupun dengan sebutan lainnya, pemerintah telah memberikan

pendelegasian untuk melaksanakan urusan pemerintahan daerah tertentu.

Sebagai perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa

dibentuk Badan Permusyawaratan Desa ataupun dengan sebutan lain sesuai

dengan budaya yang berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi

sebagai lembaga pengaturan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa,

anggaran pendapatan dan belanja desa, dan Keputusan Kepala Desa.


27

Di desa dapat pula dibentuk lembaga kemasyarakat yang berfungsi sebagai

mitra kerja pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa. Kepala

Desa sebagai pemerintah desa, pada dasarnya bertanggung jawab langsung

kepada rakyat desa yang tata cara pertanggung jawabannya disampaikan kepada

Bupati atau Walikota melalui Camat.

Sedangkan kepada Badan Permusyawaratan Desa, Kepala Desa Wajib

Memberikan keterangan laporan pertanggung jawabannya yang selanjutnya

disampaikan kepada rakyat tentang informasi pokok pertanggung jawabannya

dengan senantiasa memberi peluang kepada masyarakat melalui Badan

Permusyawaratan Desa untuk menanyakan atau meminta keterangan lebih lanjut

terhadap hal-hal yang bertalian dengan pertanggung jawaban dimaksud. Dalam

Kehidupan manusia, tidak dapat seorang pun dapat lepas dari peraturan, baik

peraturan itu dibuatnya sendiri maupun yang dipaksakan oleh lingkungannya. Hal

ini karena adanya keterbatasan kemampuan yang manusia itu sendiri. Pada

awalnya peraturan tersebut dapat terbentuk cara dan corak kerja, yang pada

gilirannya nanti menjadi suatu sistem yang berangkai, yang kompleksitasnya

tergantung tingkat budaya seseorang atau sekelompok orang.

Perlu dikatahui bahwa kebebasan berangkat dari faktor manusia, dimana

seseorang yang ingin eksis dalam hidupnya, sedangkan peraturan berangkat dan

faktor keterbatasan manusia sebagai mahluk yang diciptakan. Pada umunya gejala

dan peristiwa tersebut tidak terjadi satu kali tetapi karena berbagai jenis peristiwa

dan gejala pemerintahan tersebut bereneka ragam temponya, sehingga dapat

dibedakan menjadi peristiwa pemerintahan sekali dan peristiwa pemerintahan

berulang kali.
28

Menurut Syafeii (2003) bahwa secara etimologi, pemerintahan dapat

diartikan sebagai berikut :

1) Perintah berarti melakukan pekerjan menyuruh. Yang berarti didalamnya

terdapat dua pihak, yaitu yang memerintah memiliki wewenang dan yang

diperintah memiliki kepatuhan akan keharusan.

2) Setelah ditambah awalan ”pe” menjadi pemerintahan yang berarti badan yang

melakukan kekuasaan memerintah.

3) Setelah ditambah lagi akhiran ”an” menjadi pemerintahan. Berarti perbuatan,

cara , hal atau urusan dan badan pemerintah tersebut.

Dari uraian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian

pemerintahan adalah satu rangkaian perbuatan, cara atau badan pemerintah itu

sendiri dalam menata negara atau daerahnya, agar mampu mencapai tujuan yaitu

pembangunan manusia seutuhnya.

Dalam menjalankan tugas dan tanggung pemerintah senantiasa

memperhatikan kebutuhan masyarakat, agar apa yang pemerintah lakukan dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri, terutama pemerintah desa

yang sudah pasti akan bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Menurut Rasyid (2000 ; 11) bahwa ”Tujuan utama dibentuknya

pemerintahan adalah untuk menjaga suatu sistem ketertiban didalam mana

masyarakat bisa menjalani kehidupannya secara wajar.Pemerintahan modern pada

hakekatnya, adalah pelayanan kepada masyarakat.

Pemerintahan tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri tetapi untuk

melayani masyarakat menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota

masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitas demi mencapai

kemajuan bersama.
29

Oleh karena itu, secara umum, tugas-tugas pokok pemerintahan mencakup

tujuh bidang pelayanan yaitu :

1) Menjamin diterapkannya perlakuan yanga adil kepada setiap warga masyarakat

tampa membedakan status apapun yang melatar belakangi keberadaan

mereka. Jaminan keadilan ini terutama harus tercermin melalui keputusan-

keputusan pengadilan, dimana kebenaran diupayakan pembuktiannya secara

maksimal, dan dimana konstitusi dan hukum yang berlaku dapat ditapsirkan

dan diterapkan secara adil serta dimana perselisihan bisa didamaikan.

2) Menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan serangan dari luar, dan

menjaga agar tidak terjadi permberontakan dari dalam yang dapat

menggulingkan perintah yang sah atau mengancam integritas negara melalui

cara-cara kekerasan.

3) Memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya berbedaan atau

kesalapahaman diantara warga masyarakat, dan menjamin agar perubahan

apapun yang terjadi didalam masyarakat dapat berlangsung secara damai.

4) Melakukan pekerjaan umum dan memberi pelayanan dalam bidang-bidang

yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga non pemerintah, atau yang akan

lebih baik jika dikerjakan oleh pemerintah. Ini antara lain mencakup

pembangunan jalan, penyediaan pasilitas pendidikan yang terjangkau oleh

mereka yang berpendapatan rendah, pelayanan pos, pelayanan kesehatan

masyarakat, penyediaan air bersih, transportasi dan sebagainya.

5) Melakukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, membantu orang

miskin dan memelihara orang-orang cacat, jompo dan anak-anak terlantar,

menampung serta menyalurkan para gelandangan kesektor kegiatan yang

produktif dan semacamnya.


30

6) Menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan masyarakat luas,

seperti mengendalikan laju implasi, demndorong penciptaan lapangan kerja

baru, memajukan perdagangan domestik dan antar bangsa, serta kebijakan

lain yang secara langsung menjamin peningkatan ketahanan ekonomi negara

dan masyarakat.

7) Menerapkan kebijakan untuk pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup, seperti air, tanah, dan hutan. Pemerintahan juga berkewajiban

mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan untuk memanfaatkan

sumber daya alam dengan mengutamakan keseimbangan antara ekploitasi

dan reservasi.

Uraian tersebut di atas, menggambarkan adanya jangkauan tugas yang

luas kompleks, dengan tanggung jawab yang sangat berat terpikul di atas

pundak setiap pemerintah. Oleh karena itu untuk mengembangkan semua

amanah itu, selain diperlukan konstitusi, hukum, etika dan lembaga-lembaga

yang canggih, juga dibutuhkan dukungan aparatur yang tangguh dan kualifaid.

2.3 Kerangka Pikir

Peningkatan Peran
Partisipasi Perangkat
Masyarakat Desa

Penguatan Pembangunan Pembangunan


Lembaga Bidang Bidang
pemberdayaan Pendidikan Kesehatan
Masyarakat

Gambar 2.1
Kerangka Pikir
31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian di laksanakan selama 2 (dua) bertempat di desa Bonda

Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju. Adapun alasan memilih lokasi

penelitian ini karena ingin mengetahui tentang peran perangkat desa dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap Pembangunan di Desa Bonda

Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Dalam penelitian ini sesuai dengan pengamatan penulis di kantor

desa jumlah penduduk di Desa Bonda sebanyak 3.064, sehingga yang

menjadi populasi adalah jumlah keseluruhan terhadap obyek yang akan

diteliti. Adapun populasi yang akan diambil untuk memenuhi kriteria

penulisan ini yaitu, Kepala Desa dan perangkat desa, anggota BPD,

Tokoh masyarakat dan masyarakat desa Bonda dengan jumlah populasi

sebanyak 3.064 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel menurut Arikunto (2004) bahwa sampel adalah

sebahagian dari jumlah keseluruhan populasi yang akan dijadikan

sampel dan memiliki kekuatan tersendiri untuk memberikan keterangan

yang akurat.

31
32

Mengingat jumlah populasi yang begitu besar, maka dalam

penarikan sampel penulis menggunakan rumus Slovin (2014) yakni :

n =__N____
1+N.e2

Dimana n = ukuran sampel

n = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan

pengambilan sampel.

n = __3.064__
1 + N. (0,1)2

n= _ 1 225_____
1+1.225. (0,01)

n= 1.225
49

n= 25

Dengan dasar tersebut, maka penulis menetapkan sampel sebanyak 13

orang yang urutannya sebagai berikut :

1. Kepala Desa Bonda 1 orang

2. Perangkat Desa Bonda 5 orang

3. Anggota BPD Desa Bonda 9 orang

4. Masyarakat Desa Bonda 10 orang

Jumlah Sampel sebanyak 25 orang

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan cara sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu :


33

a) Observasi, yakni mengadakan pengamatan langsung mengenai peran

perangkat desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap

Pembangunan di Desa Bonda Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju.

b) Kuesioner, yakni suatu teknik pengumpulan data melalui daftar pertanyaan

yang penulis bagikan dan diisi oleh responden itu sendiri sesuai dengan

pertanyaan mengenai peran perangkat desa dalam meningkatkan

partisipasi masyarakat terhadap Pembangunan di Desa Bonda Kecamatan

Papalang Kabupaten Mamuju.

3.4 Teknik Analisis Data

Untuk Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik

Analisis Deskriftif kuantitatif. Teknik ini menurut Harbani Pasolong (2004 : 40)

dalam bukunya berjudul tentang Kepemimpinan Pemerintah Daerah bahwa

Analisis Deskriftif adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengkaji satu

variabel dengan memperhatikan distribusi variabel yang belum diketahui

populasinya.

Dengan demikian rumus yang penulis gunakan dalam menganilisis

data tersebut yaitu :

P = f X 100%
n

Keterangan :
P = Persentase
F = Frekwensi yang diperoleh
N = Jumlah frekwensi dari seluruh kategori
100% = Angka Penggali (Harbani Pasolong, 2004)
34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

4.1.1 Letak Geografis

Desa Bonda berada pada ketinggian 0,5 m dari permukaan laut

dengan keadaan topografi tanah hitam. Suhu rata - rata harian di Desa

Bonda sekitar 200 – 350 C dengan curah hujan rata-rata 3.230 mm

pertahun, Desa Bonda merupakan salah satu desa yang berada di

walayah Kecamatan Papalang, letak desa dari ibu kota Kecamatan

berjarak 2 km sedangkan jarak dari ibukota Kabupaten Mamuju berjarak

50 km, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Sampaga

Sebelah timur berbatasan dengan : Desa Toabo dan Topore

Sebelah barat berbatasan dengan : Selat Makassar

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Papalang

Jumlah Penduduk di Desa Bonda sebanyak 3.064 jiwa , dari 1.587

jiwa penduduk laki-laki, dan 1.477 jiwa penduduk perempuan. Untuk

jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 771 kk. Jumlah penduduk

tersebut tersebar pada 9 dusun dalam wilayah Desa Bonda dengan

kepadatan penduduk rata-rata 42 rumah perkilometer.

Untuk mengetahui keadaan penduduk Desa Bonda dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

34
35

Tabel 1
Keadaan Penduduk dirinci dalam Dusun
di Desa Bonda Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju.

KK Laki-Laki Perempuan Jumlah


No. Dusun
(Jiwa) (jiwa) (Jiwa)
1 Beringin 72 141 143 284

2 Jaramele 44 90 81 171

3 Jati 155 317 294 611

4 Kapas 117 245 229 474

5 Paniki 110 223 195 418

6 Rosso 21 39 40 79

7 Tambung 24 44 39 83

8 Tawaro 80 149 151 300

9 Toangsang 148 339 305 644

Jumlah 771 1.587 1.477 3.064


Sumber : Data Kantor Desa Bonda, Oktober 2016

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak

dibandingkan jumlah penduduk perempuani yakni laki-laki mencapa 1.587 jiwa,

sedangkan jumlah penduduk perempuan hanya mencapai 1.477 jiwa, sedangkan

jumlah kepala keluarga mencapai 771 kk.

Dari luas wilayah 51.180 ha seperti tersebut di atas, maka pertanian dan

perkebunan di desa Bonda sangat berpotensi untuk dikembangkan, mengingat

desa ini memiliki tanah yang subur serta lahan yang cukup untuk mengembangkan

potensi tersebut.

Penggunaan tanah di Desa Bonda adalah tanaman tahunan seperti kakao,

kelapa dan sebagainya dan sebagian besar tanah tersebut telah digunakan oleh

masyarakat yang ada di Desa Bonda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.


36

Sedangkan tanaman musiman seperti padi juga telah dikembangkan

sehingga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya lebih baik.

4.1.2 Program Pembangunan Desa Bonda Tahun 2016

Dalam tahun 2016, pemerintah desa Bonda telah menyusun program

pembangunan yang dianggap sangat penting dalam melaksanakan

pembangunan desa seperti :

1. Penambahan Jaringan Listrik

2. Pengadaan Ternak Sapi

3. Pembangunan Tanggul

4. Pengadaan Mesing Katin-ting

5. Pengadaan Jaring Ikan Terbang

6. Pengadaan Bibit Buah- Buahan

7. Pengadaan Bibit Rumput Laut

8. Pengadaan Karamba Apung

9. Pengadaan Karamba Tancap

10. Pengadaan Bibit Ayam

11. Pembangunan Jalan Setapak

12. Pembangunan Drainase

13. Pembangunan Gedung PKK

14. Pembangunan Jalan Tani

15. Pengnadaan Parut Kelapa

16. Percetakan SAWH

17. Rehabilitas Jalan

18. Perbaikan Lapangan


37

19. Pengadaan Kapal

20. Pembangunan Buronjong

21. Pengadaan Pengopengan Kelapa

22. Pembangunan Perpustakaan dan Taman Bacaan

23. Pembangunan Gedung TPA/ Sanggar Belajar

24. Pengadaan Bibit Jahe

25. Pengadaan Jambang Keluarga.

26. Bantuan Pagar Kebun

27. Pembangunan Jembatan

28. Pengadaan Sumur

29. Pengadaan Mesin Rumput

30. Pembangunan Pos Yandu

31. Bantuan Modal Usaha

32. Rehab Lantai Dermaga

33. Pembangunan Pos Kamling

34. Pembentukan dan Pembinaan Sanggar Seni Tradisional

35. Pengadaan pertandingan (STQ Tingkat Desa).

4.2 Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Pemerintah Desa Bonda

Sebagaimana kita ketahui bahwa pemerintah desa adalah bagian

integral dari pemerintahan desa dimana pemerintah desa merupakan organ

pelaku kebijakan desa yang terdiri atas Kepala Desa dan perangkat desa

yang bermitra dengan Badan Permusyawaratan Desa. Sehubungan dengan

hal tersebut di atas, maka organisasi pemerintah Desa Bonda adalah

sebagai berikut :
38

a. Kepala Desa

b. Sekretaris Desa

c. Perangkat Desa yang terbagi atas

- Kaur Pemerintahan

- Kaur Pembangunan

- Kaur Kesra

- Kaur Ekonomi

d. Kepala Dusun.

4.2.1 Tugas dan Fungsi Kepala Desa

Memegang teguh dan mengamalakan pancasila , melaksanakan UUD

45 serta mempertahankan dan memelihara, keutuhan Negara kesatuan

Republik Indonesia.

1) Meningkatkan kesejahtaraan masyarakat

2) Melaksanakan kehidupan demokrasi

3) Menjaga keamana dan ketertiban masyarakatan

4) Melaksnakan prinsip tata pemerintahan ddesa yang bersih dan bebas dari

KKN

5) Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa

6) Mentaati danmenegakan seluruh peraturan perundang-undangan

7) Menyelenggarakan administrasi desa yang baik

8) Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan keuangan desa

9) Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa.

10)Mendamaikan perselisihan masyarakat di ddesa yang dapat dibantu oleh

lembaga Desa.
39

11) Mengembangkan pendapatan masyarakat di Desa.

12) Membina, mengayomi dan melestarikan nilai –nilai social budaya dan

adat istiadat

13) Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di Desa

14) Mengembangkan potensi sumber daya manusia dan melestarikan

lingkungan hidup

15) Memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada

Bupati/Walikota memberikan laporan keterangan kepada BPD serta

menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintah desa kepada

masyarakat

16) Laporan penyelenggaraan pemerintah Desa disampaikan kepada Bupati/

melalui camat dalam satu (I) kali dalam satu (I) tahun

17) Laporan pertanggungjawaban kepada BPD disampaikan satu(I) kali

dalam satu (I) tahun dalam masyarakat BPD

18) Menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada

masyarakat dapat berupa selebaran yang ditempelkanpada papan

pengumuman atau secara lisan dalam berbagai pertemuan

19) Laporan akhir masa jabatan kepala desa disampaikan kepada

bupati/walikota melalui camat dan kepada BPD.

4.2.2 Tugas dan Fungsi Sekretaris Desa

Dalam menyelenggarakan pemerintahan desa, kepala desa didampingi

oleh sekretaris desa yang tugas dan fungsinya sebagai berikut :

1) Memberikan saran dan pendapat kepada kepala desa

2) Memimping, mengkordinir dan mengendalikan serta mengawasi semua

unsur /kegiatan desa.


40

3) Memberikan informasi mengenai keadaan sekertaris desa dan keadaan

umum desa

4) Merumuskan program kegiatan kepada kepala desa

5) Melaksanakan unsure surat menyurat kearsipan dan laporan

6) Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan mencatat hasil-

hasil rapat

7) Menyusun rancangan anggaran penerimaan dan belanja desa

8) Mengadakan kegiatan anggaran penerimaan dan belanja desa

9) Melaksanakan kegiatan pencatatan mutasi tanah dan pencatatan

administrasi pemerintahan

10) Melaksanakan administrasi pendudukan, adminnistrasi pemerintahan,

administrasi kemasyarakatan

4.2..3 Tugas dan Fungsi Kepala Urusan Pemerintahan

Untuk kelancaran tugas-tugas pemerintah desa, dalam susunan

organisasi pemerintah desa Bonda, urusan pemerintahan di tangani oleh

kepala urusan pemerintahan dengan tugas dan fungsinya sebagai berikut :

1) Melaksanakan kegiatan administrasi penduduk desa

2) Melaksanakan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam

hal kartu tanda penduduk (KTP)

3) Melaksanakan kegiatan admministrasi pemerintahan.

4) Melaksanakan penyelenggaraan buku administrasi peraturan desa dan

keputusan kepala desa

5) Melaksanakan pencatatan kegiatan monografi desa.


41

6) Melaksanakan kegiatan kemasyarakatan antara lain RT, RW dan

kegiatan ketentraman den ketertiban serta pertahanan sipil (catatan :

Sekarang menjadi pelindung masyarakat atau linmas )

7) Melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan berdasarkan

ketentuan yang berlaku

4.2.3 Tugas dan Fungsi Kepala Ekonomi

Mengenai urusan keuangan desa, ditangani langsung oleh kepala

urusan keuangan desa yang tugas dan fungsinya sebagai berikut :

1) Melakukan kegiatan pencatatan mengenai penghasilan kepala desa dan

perangkat desa sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

2) Mengumpulkan dan menganalisis data sumber penghasilan desa baru

untuk perkembangan

3) Melakukan kegiatan administrasi , Pajak yang dikelolah oleh desa

4) Melakukan kegiatan administrasi keuangan desa

5) Merencanakan penyusunan APBDes untuk dikonsultasikan dengan BPD

6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekertaris desa

4.2.5 Tugas dan Fungsi Kepala Urusan Kesejahteraan

Urusan umum dilaksanakan oleh kepala urusan umum pemerintah

desa Bonda yang tugas dan fungsinya sebagai berikut :

1) Melaksanakaan ,menerima dan mengendalikan surat-surat desa

mempunyai tugas keluar serta melaksanakan tata kearsipan.

2) Melaksanakan penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat-alat

kantor, pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor .

3) Melaksanakan dan mengusahakan ketertiban dan kebersihan kantor dan

bangunan lain milik desa


42

4) Menyelenggarakan pengelolaan buku administrasi umum

5) Mencatat inventarisasi kekayaan desa

6) Melaksanakan persiapan penyelenggaraan rapat dan penerimaan

tamu dinas serta kegiatan kerumahtaggaan pada umumnya

4.2.6 Kepala Urusan Pembangunan

Kepala urusan pembangunan merupakan perangkat pemerintah

desa Bonda yang tugas dan fungsinya sebagai berikut :

1) Melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan desa

2) Melaksanakan pencatatan hasil swadaya masyarakat dalam

pembangunan desa

3) Menghimpun data potensi desa, menganalisa dan memeliharanya

4) Melaksanakan pencatatan dan mempersiapkan bahan guna

pembuatan daftar usulan serta mencatat daftar isian kegiatan.

4.2.7 Tugas dan Fungsi Kepala Dusun

Kepala Dusun berfungsi Sebagai tangan kanan Kepala Desa

untuk meperlancar jalanya pemerintahan dan menjaga keamanan di

dusun setempat

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Sebagaimana dijelaskan pada bab terdahulu bahwa keberhasilan

pembangunan dan pneyelenggaraan pemerintahan dalam wilayah pemerintah

Desa tergantung bagaimana keterlibatan masyarakat dalam pembangunan

tersebut.

Pemerintah Desa Bonda dalam meningkatkan partisipasi masyarakat

terhadap pembangunan tidak lain adalah ingin melibatkan masyarakat dalam


43

setiap kegiatan pembangunan agar pemerintah Desa Bonda lebih mudah

mencapai keberhasilan dalam menyelenggarakan pembangunan tersebut.

4.3.1 Peran Perangkat Desa dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat


terhadap Pembangunan melalui Penguatan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat di Desa Bonda.

Peran Perangkat Desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat

terhadap pembangunan melalui penguatan lembaga pemberdayaan

masyarakat, sesuai dengan hasil penelitian penulis, nampaknya cukup

berperan hal ini dapat dilihat dari kegiatan perangkat Desa seperti Kaur

pembangunan telah melakukan berbagai hal seperti :

a) Penataan gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga.

b) Penguatan kapasitas lembaga pemberdayaan masyarakat.

c) Penataan lembaga-lembaga kemasyarakatan atau asosiasi lembaga

pemberdayaan masyarakat

d) Mengembangkan sistim kerja keswadayaan.

e) Peningkatan keterampilan masyarakat, peningkatan partisipasi dan

kemandirian masyarakat.

f) Peningkatan keterampilan para kader-kader pemberdayaan sebagai

fasilitator terdepan dalam pemberdayaan masyarakat.

g) Pemantapan sistem pendataan profil desa sebagai sumber data resmi

dalam penetapan program pembangunan sebagai penilaian keberhasilan

pembangunan di desa.

Dengan dilaksanakannya penguatan lembaga pemberdayaan

masyarakat oleh perangkat desa dalam hal ini kaur pembangunan sebagai

bidang tugasnya, maka masyarakat dapat mengambil bagian di dalamnya,


44

dimana lembaga pemberdayaan masyarakat yang ada di desa tersebut lebih efektif

dalam melaksanakan programnya karena mereka merasa dibutuhkan dan

diberdayakan. Selain itu dengan penataan lembaga pemberdayaan masyarakat

tersebut, maka lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya akan semakin teratur karena dibawah koordinasi pemerintah desa

melalui perangkat desa yang membidangi hal tersebut..

Untuk lebih jelasnya berikut tanggapan responden tentang peran perangkat

desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan melalui

penguatan lembaga pemberdayaan masyarakat dalam tabel di bawah ini.:

Tabel 2
Tanggapan Responden tentang Peran Perangkat Desa Dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
melalui Penguatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Frekuensi Persentase
No. Tanggapan Responden
(orang) (%)
1. Sangat Berperan 5 20

2. Cukup Berperan 13 52

3. Kurang Berperan 5 20

4. Tidak Berperan 2 8

Jumlah 25 100

Sumber Data : Hasil Olahan Kuesioner, Agustus 2017

Pada tabel 4 tersebut di atas, nampak bahwa peran perangkat desa dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan melalui penguatan

lembaga pemberdayan masyarakat dapat dikatakan cukup berperan, karena dari

25 orang responden, yang memberikan tanggapannya, responden yang

memberikan tanggapan sangat berperan 5 orang atau 20%, responden yang

memberikan tanggapan cukup berperan sebanyak 13 orang atau 52%, responden


45

yang memberikan tanggapan kurang berperan sebanyak 5 orang atau 20%

sedangkan responden yang memberikan tanggapan tidak berperan hanya 2

orang atau 8%.

Berdasarkan tanggapan responden tersebut di atas, maka dapatlah

dikatakan bahwa peran perangkat desa dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat terhadap pembangunan melalui penguatan lembaga

pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan cukup berperan karena

persentase tanggapan responden yang memberikan tanggapan sangat

berperan dan cukup berperan mencapai 72% sedangkan responden yang

memberikan tanggapan kurang berperan dan tidak berperan hanya 28%.

4.3.2 Peran Perangkat Desa dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

terhadap Pembangunan di Bidang Pendidikan di Desa Bonda.

Sebagai upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya

masyarakat, maka pemerintah Desa Bonda secara terarah, terpadu dan

menyeluruh telah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dengan

memberdayakan pendidikan melalui peningkatan partisipasi keluarga dan

masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

Peran perangkat desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat

terhadap pembangunan melalui pendidikan nampaknya cukup berperan. Hal

ini dapat dilihat dengan adanya peran perangkat desa peningkatan

pendidikan melalui peningkatan kesadaran keluarga akan pentingnya

pendidikan anak, mendorong terlaksananya pendidikan anak usia dini

bahkan perangkat desa melakukan sosialisasi terhadap keluarga dan

masyarakat akan arti pentingnya pendidikan anak.


46

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka berikut ini adalah tanggapan

responden tentang peran perangkat desa dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat terhadap pembangunan di bidang pendidikan dalam tebel sebagai

berikut.

Tabel 3
Tanggapan Responden tentang Peran Perangkat Desa Dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam
Pembangunan di Bidang Pendidikan

Frekuensi Persentase
No. Tanggapan Responden
(orang) (%)
1. Sangat Berperan 5 20

2. Cukup Berperan 12 48

3. Kurang Berperan 6 24

4. Tidak Berperan 2 8

Jumlah 25 100

Sumber Data : Hasil Olahan Kuesioner, Agustus 2017

Sesuai dengan tanggapan responden tersebut di atas, jelas bahwa peran

perangkat desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap

pembangunan di pendidikan di Desa Bonda sudah cukup berperan, karena dari 25

orang responden, yang memberikan tanggapannya, responden yang memberikan

tanggapan sangat berperan 5 orang atau 20%, responden yang memberikan

tanggapan cukup berperan sebanyak 12 orang atau 48%, responden yang

memberikan tanggapan kurang berperan sebanyak 6 orang atau 24% sedangkan

responden yang memberikan tanggapan tidak berperan hanya 2 orang atau 8%.

Berdasarkan tanggapan responden tersebut di atas, maka dapatlah

dikatakan bahwa peran perangkat desa dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat terhadap pembangunan di bidang pendidikan dapat dikatakan cukup


47

berperan hal tersebut dapat dilihat dari persentase tanggapan responden

yang memberikan tanggapan sangat berperan dan cukup berperan mencapai

68% sedangkan responden yang memberikan tanggapan kurang berperan

dan tidak berperan hanya 32%.

4.3.3 Peran Perangkat Desa dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

terhadap Pembangunan di bidang Kesehatan di Desa Bonda.

Dalam rangka peningkata partisipasi masyarakat terhadap

Pembangunan melalui kesehatan, pemerintah Desa Bonda telah melakukan

sosialisasi warung hidup, apotik hidup atau TOGA (tanaman obat keluarga),

usaha peningkatan Gizi Keluarga, Pos Pelayanan Terpadu, kebiasaan hidup

sehat serta penyehatan lingkungan.

Dari hasil penelitian penulis dengan para responden, maka peran

perangkat desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap

Pembangunan di bidang kesehatan di Desa Bonda dapat dikatakan cukup

berperan, ini dibuktikan dari 25 orang responden yang memberikan

tanggapannya, responden yang memberikan tanggapan sangat berperan

dan cukup berperan lebih banyak dibandingkan dengan responden yang

memberikan tanggapan kurang berperan dan tidak berperan.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis sajikan tabel tentang peran

perangkat desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap

Pembangunan di bidang kesehatan di Desa Bonda sebagaimana dalam

tabel di bawah ini.


48

Tabel 4
Tanggapan Responden tentang Peran Perangkat Desa Dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam
Pembangunan di Bidang Kesehatan

Frekuensi Persentase
No. Tanggapan Responden
(orang) (%)
1. Sangat Berperan 6 24

2. Cukup Berperan 11 44

3. Kurang Berperan 7 28

4. Tidak Berperan 1 4

Jumlah 25 100
Sumber Data : Hasil Olahan Kuesioner, Agustus 2017

Sesuai dengan tanggapan responden tersebut di atas, jelas bahwa

peran perangkat desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap

pembangunan di pendidikan di Desa Bonda sudah cukup berperan, karena

dari 25 orang responden, yang memberikan tanggapannya, responden yang

memberikan tanggapan sangat berperan 6 orang atau 24%, responden yang

memberikan tanggapan cukup berperan sebanyak 11 orang atau 44%,

responden yang memberikan tanggapan kurang berperan sebanyak 7 orang

atau 28% sedangkan responden yang memberikan tanggapan tidak berperan

hanya 1 orang atau 4%.

Degan demikian dapat dikatakan bahwa peran perangkat desa dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan di bidang

kesehatan dapat dikatakan cukup berperan, hal tersebut dapat dilihat dari

persentase tanggapan responden yang memberikan tanggapan sangat

berperan dan cukup berperan mencapai 68% sedangkan responden yang

memberikan tanggapan kurang berperan dan tidak berperan hanya 32%.


49

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, maka ditarik

kesimpulan bahwa Peran perangkat desa dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat terhadap pembangunan dapat dilihat dari :

a. Penguatan lembaga pemberdayaan masyarakat sudah cukup berperan

karena persentase tanggapan responden yang memberikan tanggapan

sangat berperan dan cukup berperan mencapai 72% sedangkan responden

yang memberikan tanggapan kurang berperan dan tidak berperan 28%.

b. Pembangunan di bidang pendidikan dapat dikatakan cukup berperan

karena persentase tanggapan responden yang memberikan tanggapan

sangat berperan dan cukup berperan mencapai 68% sedangkan responden

yang memberikan tanggapan kurang berperan dan tidak berperan 32%.

c. Pembangunan di bidang kesehatan dapat dikatakan cukup berperan karena

persentase tanggapan responden yang memberikan tanggapan sangat

berperan dan cukup berperan mencapai 68% sedangkan responden yang

memberikan tanggapan kurang berperan dan tidak berperan hanya 32%

5.2 Saran-Saran

Sebagai akhir dari pembahasan skripsi ini, penulis menitipkan saran-

saran sebagai berikut :

a. Dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat, diharapkan perangkat

Desa Bonda dapat lebih mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat agar

49
50

masyarakat merasa bertanggung jawab dalam pembangunan di wilayah

desa tersebut.

b. Peran perangkat desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap

pembangunan di Desa Bonda, lebih meningkatkan pemahaman terhadap

nilai sosial budaya agar masyarakat dapat lebih memahami pembangunan di

desanya.
51

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2004, Metodologi Penelitian, Penerbit PT Mutiara S 2-Sumber Widya

Baratakusuma, 2003, Perencanaan Pembangunan Daerah, Rineka Cipta Jakarta.

Bimantoro Tjokroamidjojo, 2004, Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Penerbit


Yayasan Obor Indonesia.
Harbani Pasolong, 2004, “Metode Penelitian Administrasi” Lembaga Penerbit
Unhas (LEPHAS) Makassar.
Hendropuspito, 2009 ; Sistem Pengupahan Perusahaan, penerbit Obor Indonesia
Jakarta.
Inu Kencana Syafii’e, 2003, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Yayasan
Obor Indonesia
Koentjaraningrat, 2000, Metode-metode Penelitian Masyarakat, penerbit Gramedia
Pustaka Utama Jakarta.
Mardikanto Totok dan Poerwoko Soebianto, 2014, Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Perpektif Kebijakan Publik, Alfabeta Bandung.
Moeljarto, 2006, Pemberdayaan masyarakat Miskin, Penerbit Rajawali Jakarta.

Purba Jonny, 2002 “Pengelolaan Lingkungan Sosial”, Penerbit Yayasan Obor


Indonesia Jakarta.
Pratikno, 2002, Panduan Pasilitator Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Desa,
Lembaga Administrasi Republik Indonesia.

Rasyid Ryass Muhammad, 2000” Makna Pemerintahan” Penerbit PT Mutiara S 2-


Sumber Widya.

Riyadi, 2008. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Lembaga Adminitrasi Republik


Indonesia.

Siagian, SP, 2000, Pemimpin dan Kepemimpinan, Gajah Mada University Press

Soerjono Soekamto, 2000 Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Awal juni 1990, PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Sugiyanto, 2002, Analisisi Kebijakan Publik, Penerbit Yayasan Obor Indonesia
Jakarta
Taliziduhu Ndraha, 2007” Pemberdayaan Masyarakat, Suatu Tinjauan Masyarakat
Miskin, Penerbit Gadja Mada Ekpress Jakarta.
Yeyen Maryani, 2011, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, Penerbit Badan
Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
52

KUESIONER

No. Responden : ………………………………………………


Tanggal wawancara : ………………………………………………

I. Identitas Responden :
a. N a m a : ………………………………………………
b. Tempat/Tgl. Lahir : ………………………………………………
c. Umur : ………………………………………………
d. Jenis Kelamin : ………………………………………………
e. Alamat : ………………………………………………
f. Pendidikan : ………………………………………………
g. Pangkat/Golongan : ………………………………………………

II. Daftar Pertanyaan :


1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang peran perankat desa dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Bonda
melalui pengutan lembaga pemberdayaan masyarakat?.
a. Sangat berperan c. Kurang berperan
b. Cukup berperan d. Tidak berperan
2. Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang peran perankat desa dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Bidang
Pendidikan Desa Bonda?
a. Sangat berperan c. Kurang berperan
b. Cukup berperan d. Tidak berperan
3. Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang peran perankat desa dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Bidang
Kesehatan Desa Bonda?
a. Sangat berperan c. Kurang berperan
b. Cukup berperan d. Tidak berperan
53

4. Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang peran perankat desa dalam


meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Bonda
melalui Sosial Budaya?
a. Sangat berperan c. Kurang berperan
b. Cukup berperan d. Tidak berperan
5. Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang peran perankat desa dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Bonda
melalui peningkatan Kemampuan Ekonomi Masyarakat.
a. Sangat berperan c. Kurang berperan
b. Cukup berperan d. Tidak berperan

Responden

(……………….)

Anda mungkin juga menyukai