Anda di halaman 1dari 58

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI

BIDANG PERTANIAN CABAI DI DESA WONOKERTO

Disusun oleh :

Marselinus Pain (16520138)


Erwana Sayfudin (16520015)
Dimas Prasetyo Hadiwanto (16520103)
Tomi Wijaya (16520160)
Novenansius Bilton S (16522035)
Agustinus Rohmana Dwi Candra (16520037)
Aloysius Dapa Mede (16520060)
Laurensius Ensawing Salom (16520002)

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”


YOGYAKARTA
2018
BAB 1

1. LATAR BELAKANG

Desa Wonokerto yang terletak di kaki Gunung Merapi terkenal dengan


tanaman salaknya. Sebagian warga desa tersebut menggantungkan hidup dari
salak pondoh dan pertanian. Desa ini juga merupakan desa yang selalu terancam
oleh aktivitas erupsi gunung Merapi. Desa Wonokerto memiliki potensi wisata
yakni Panorama Merapi, hutan konservasi dengan aneka floranya dan ratusan
jenis burung serta satwa lainya. Terdapat pula obyek wisata ritual yaitu Gua
Semar, Kedung Cuwo, Sendang Pancuran, Pring Wali, dan Batu Tunggang.
Desa Wonokerto yang terletak di kaki Gunung Merapi dengan jarak sekitar
dari puncak 4–6 km dari puncak. Luas wilayah desa mencapai 1558 ha, dengan
batas wilayah sebelah utara desa Girikerto, sebelah Selatan desa Donokerto,
sebelah barat Kabupaten Magelang dan sebelah timur desa Girikerto. Dengan
jumlah dukuh : 13 dukuh, Jumlah RT 63 RT dan 29 RW. Kondisi geografis desa
Wonokerto dengan ketinggian 398-976 mdpl, curah hujan 3908 mm, suhu rata-
rata 24-28 derajat celcius dan sebagian besar wilayahnya termasuk dataran tinggi.

Jumlah penduduk desa sejumlah 8.904 jiwa dengan jumlah laki-laki 4.380
orang dan perempuan 4.380 orang dengan jumlah Kepala Keluarga 2.586 KK.
Tingkat pendidikan Lulusan SD : 2297 orang, lulusan SLTP : 1216 orang, lulusan
SMA : 869 orang dan lulusan D3 dan sarjana : 219 orang. Sebagian warga desa
tersebut menggantungkan hidup dari salak pondoh dan sektor pertanian.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa membuat
kebijakan tentang desa dalam memberi pelayanan, peningkatan peran serta dan
pemberdayaan masyarakat desa yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat.
Lahirnya otonomi daerah serta dalam era globalisasi, maka pemerintah daerah
dituntut memberikan pelayanan yang lebih prima serta memberdayakan
masyarakat sehingga masyarakat ikut terlibat dalam pembangunan untuk
kemajuan daerahnya, karena masyarakatlah yang lebih tahu apa yang mereka
butuhkan serta pembangunan yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien, dan
dengan sendirinya masyarakat akan mempunyai rasa memiliki dan tanggung
jawab. Penelitian dengan topik Peran Pemerintah Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Pertanian, bertujuan untuk Untuk mengetahui dan
menganalisis peranan Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat di
bidang pertanian serta mengetahui faktor-faktor yang mendorong dan
menghambat Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat di Desa
Wonokerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Metode penelitian yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif yang menekankan unsur manusia
sebagai instrumen penelitian. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan,maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa peranan Pemerintah
Desa dalam pemberdayaan masyarakat dibidang pertanian dapat dilihat dari
beberapa indikator, yakni: Peranan pemerintah desa dalam pembinaan. Pembinaan
kehidupan masyarakat desa dilakukan oleh kepala desa dengan menggunakan
konsep kesadaran dan kemauan dari masyarakat sendiri. Peranan pemerintah desa
dalam memberikan pelayanan dan pengembangan kepada masyarakat seperti
dalam kegiatan disektor pertanian maka kontribusi yang sangat besar dalam
bidang pertanian adalah aktivitas usaha tani. Berdasarkan hasil wawancara
dilapangan menunjukkan bahwa pemerintah sangat berperan dalam memberikan
pemberdayaan kepada masyarakat khususnya dibidang pertanian.

2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana peran Pemerintah Desa dalam pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanian?
3. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Untuk mengetahui tujuan dari peran Pemerintah Desa dalam pemberdayaan
masyarakat di bidang pertanian
Untuk menambah wawasan dan menambah pengetahuan peneliti berkaitan dengan
peran Pemerintah Desa dalam pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian
4. KERANGKA TEORI

a. Peran
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain
sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah
yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.
Menurut Abu Ahmadi (1982) peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia
terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang
berdasarkan status dan fungsi sosialnya.
Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2002:243), yaitu peran merupakan
aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.
Dari hal diatas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang peran yang telah
ditetapkan sebelumnya disebut sebagai peranan normatif. Sebagai peran normatif
dalam hubungannya dengan tugas dan kewajiban dinas perhubungan dalam
penegakan hukum mempunyai arti penegakan hukum secara total enforcement,
yaitu penegakan hukum secara penuh, (Soerjono Soekanto 1987: 220) .
Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh individu-
individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku
individu, yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan.
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup
berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara
anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya.
Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan. Dalam
kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang dinamakan peran (role). Peran
merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka
orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan. Untuk memberikan
pemahaman yang lebih jelas ada baiknya terlebih dahulu kita pahami tentang
pengertian peran, (Miftah Thoha, 1997).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa peran adalah suatu
sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang
terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan
hal-hal diatas dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan dinas
perhubungan, peran tidak berarti sebagai hak dan kewajiban individu, melainkan
b. Pemerintah Desa
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Definisi
tersebut termuat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa ujung tombak Pemerintah
Desa adalah Kepala Desa, sedangkan perangkat desa yang lain hanyalah sekedar
membantu tugas Kepala Desa semata. Artinya, secara umum Kepala Desa
memiliki wewenang yang luas untuk mengatasnamakan tindakannya sebagai
tindakan Pemerintah Desa yang dalam hal ini sebagai wakil Desa sebagai badan
hukum publik. Namun, kewenangan tersebut juga harus diartikan menjadi satu
kesatuan pertanggungjawaban yang harus dipikul oleh seorang Kepala Desa
mencakup seluruh tindakan Pemerintah Desa. Pengecualian terhadap hal ini,
seharusnya didasarkan pada suatu ketentuan peraturan perundang-undangan.
Struktur yang dimuat oleh Undang-Undang terhadap Pemerintah Desa seakan-
akan membuat Kepala Desa menjadi ‘Presiden’ di wilayah Desa-nya sendiri,
sedangkan Perangkat Desa dapat dipersamakan sebagai menteri yang hanya
sekedar membantu pelaksanaan kegiatan Kepala Desa sebagai Pemerintah Desa.
Untuk itu, seorang Kepala Desa wajib memiliki kemampuan tata kelola yang baik
untuk menjalankan tugasnya. Undang-Undang Desa terbaru memberikan
kewenangan Pemerintah Desa untuk membentuk Badan Usaha Milik Desa.
Kewenangan ini makin memperjelas pengakuan Desa sebagai salah satu bentuk
pemerintahan integral dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia selain
kewenangan-kewenangan lainnya.
Seharusnya, untuk melakukan perbuatan hukum atas nama Desa sebagai badan
hukum publik adalah dilakukan oleh Pemerintah Desa. Namun, Undang-Undang
Desa terbaru menggarisbawahi bahwa yang berwenang mewakili Desa di dalam
maupun di luar pengadilan adalah Kepala Desa. Oleh karena itu, semakin
terbuktilah posisi Kepala Desa pada hakikatnya adalah sama dengan Pemerintah
Desa secara keseluruhan. Walaupun demikian, konstruksi hukum tersebut
menurut Marzha Tweedo, S.H. perlu mendapatkan penyempurnaan karena
menjadikan ambigu untuk menafsirkan tindakan Pemerintah Desa dengan
tindakan Kepala Desa dalam jabatannya.

Paul H Landis

Pemerintah Desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari
2.500 jiwa dengan cirri-ciri sebagai berikut :

1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antar ribuan jiwa
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuan terhadap kebiasaan
3. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam sekitar seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
c. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan menurut Suhendra (2006:74-75) adalah “suatu kegiatan yang
berkesinambungan, dinamis, secara sinergis mendorong keterlibatan semua potensi
yang ada secara evolutif dengan keterlibatan semua potensi”.
- Selanjutnya pemberdayaan menurut Ife (dalam Suhendra, 2006:77) adalah
“meningkatkan kekuasaan atas mereka yang kurang beruntung (empowerment aims to
increase the power of disadvantage)”.
- Sedangkan menurut Widjaja (2003:169) pemberdayaan masyarakat adalah upaya
kan kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga masyarakat dapat
mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan
mengembangkan diri secara mandiri baik di bidang ekonomi, sosial, agama dan
budaya.
- Lebih lanjut Kartasasmita (1995:95) mengemukakan bahwa upaya memberdayakan
rakyat harus dilakukan melalui tiga cara yakni :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk
berkembang. Kondisi ini berdasarkan asumsi bahwa setiap individu dan masyarakat
memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Hakikat dari kemandirian dan
keberdayaan rakyat adalah keyakinan dan potensi kemandirian tiap individu perlu
untuk diberdayakan. Proses pemberdayaan masyarakat berakar kuat pada proses
kemandirian tiap individu, yang kemungkinan meluas ke keluarga, serta kelompok
masyarakat baik ditingkat lokal maupun nasional.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat dengan menerapkan
langkah-langkah nyata, menampung berbagai masukan, menyediakan prasarana dan
sasaran yang baik fisik (irigasi, jalan, dan listrik). Maupun sosial (sekolah dan fasilitas
pelayanan kesehatan) yang dapat diakses oleh masyarakat lapisan paling bawah.
Terbentuknya akses pada berbagai peluang akan membuat rakyat makin berdaya,
seperti tersedianya lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran. Dalam
upaya pemberdayaan masyarakat ini yang penting antara lain adalah peningkatan
mutu dan perbaikan sarana pendidikan dan kesehatan, serta akses pada sumber-
sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan
pasar.
3. Memberdayakan masyarakat dalam arti melindungi dan membela kepentingan
masyarakat yang lemah. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah jangan sampai
yang lemah bertambah lemah atau mungkin terpinggirkan dalam menghadapi yang
kuat oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar
sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi dan membela harus
dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan
eksploitasi atas yang lemah.
Menurut Sumaryadi (2005:11) pemberdayaan masyarakat adalah "upaya
mempersiapkan masyarakat seiring dengan langkah upaya memperkuat kelembagaan
masyarakat agar mereka mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan
kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan". Selain itu
pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi juga pada dasarnya sebagai berikut:
1. Membantu pengembangan manusiawi yang autentik dan integral dari masyarakat
lemah, rentan, miskin perkantoran, masyarakat adat yang terbelakang, kaum muda
pencari kerja, kaum cacat dan kelompok wanita yang
didiskriminasikan/dikesampingkan.
2. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosial ekonomis
sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup
mereka, namun sanggup berperan serta dalam pengembangan masyarakat. Dari
pendapat tersebut maka, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
- Sedangkan menurut Prijono dan Pranaka (1996:105-106) mengemukakan bahwa
pemberdayaan masyarakat harus dilakukan melalui tiga cara, yaitu :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk
berkembang kondisi ini berdasarkan asumsi bahwa setiap individu dan masyarakat
memiliki potensi untuk mengorganisasi dirinya sendiri dan potensi kemandirian tiap
individu perlu diberdayakan. Proses pemberdayaan masyarakat berakar kuat pada
proses kemandirian tiap individu, yang kemudian meluas ke keluarga, serta kelompok
masyarakat baik di tingkat lokal maupun nasional.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat dengan menerapkan
langkah-langkah nyata, menampung berbagai masukan, menyediakan prasarana baik
fisik (irigasi,jalan,dan listrik) maupun sosial (sekolah dan fasilitas pelayanan
kesehatan) yang dapat diakses oleh masyarakat lapisan paling bawah. Terbentuknya
akses pada berbagai peluang akan membuat masyarakat semakin berdaya, seperti
tersedianya lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di pedesaan,
dalam upaya memberdayakan masyarakat ini yang penting antara lain adalah
peningkatan mutu dan perbaikan sarana pendidikan dan kesehatan serta akses pada
sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan
kerja, dan pasar.
3. Memberdayakan masyarakat dalam arti melindungi dan membela kepentingan
masyarakat lemah. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah jangan sampai yang
lemah bertambah lemah atau makin terpinggirkan dalam menghadapi yang kuat. Oleh
karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya
dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi dan membela harus dilihat
sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan
eksploitasi atas yang lemah.
Berdasarkan pada beberapa konsep diatas, maka saya dapat menyimpulkan
pemberdayaan adalah upaya membangun daya itu untuk mendorong (Encourage),
memotivasi dan membangkitkan kesadaran dan dapat dijelaskan bahwa
pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan atau meningkatkan
kemandirian masyarakat dari yang kurang berdaya menjadi lebih berdaya, bukan
membuat masyarakatnya menjadi tergantung pada berbagai program pembangunan
yang ada, tetapi yang harus dihasilkan dan dinikmati atas hasil usaha sendiri.
Selain itu upaya memberdayakan masyarakat dapat dilakukan melalui tiga
cara, yaitu yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Memperkuat
potensi atau daya yang dimiliki, dan memberdayakan masyarakat dalam arti
melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah. Pemberdayaan bukan hanya
meliputi individu-individu dalam masyarakat saja, tetapi juga unsur-unsur pranata
penduduknya.
Misalnya, nilai-nilai modern, kerja keras, hemat, kemerdekaan, rasa tanggung jawab
dan sebagainya. Demikian pula dengan pembaharuan lembaga-lembaga sosial dan
pengintegrasiannya kedalam kegiatan-kegiatan pembangunan serta kegiatan
pembangunan serta peranan masyarakat didalamnya. Inilah Beberapa Definisi
Pemberdayaan Masyarakat Menurut Para Ahli
d. Pertanian
1. Menurut Mosher (1966),
pertanian adalah suatu bentuk produksi yang khas, yang didasarkan pada proses
pertumbuhan tanaman dan hewan. Petani mengelola dan merangsang
pertumbuhan tanaman dan hewan dalam suatu usaha tani, dimana kegiatan
produksi merupakan bisnis, sehinggga pengeluaran dan pendapatan sangat penting
artinya.
2. Menurut Van Aarsten (1953),
agriculture adalah digunakannya kegiatan manusia untuk memperoleh hasil yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan atau hewan yang pada mulanya dicapai dengan
jalan sengaja menyempurnakan segala kemungkinan yang telah diberikan oleh
alam guna mengembangbiakkan tumbuhan dan atau hewan tersebut.
5. RUANG LINGKUP PENELITIAN
1. Pembinaan terhadap masyarakat
2. Pelayanan Dan Pengembangan Terhadap Masyarakat
6. METODE PENELITIAN:
a. penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif .Penelitian deskriptif kualitatif merupakan salah satu dari jenis penelitian
yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.
Menurut David Williams (1995), penelitian kualitatif adalah pengumpulan data
pada suatu latar ilmiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh
orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Adapun pengertian penelitian
deskriptif menurut Sukmadinata (2006: 72) menjelaskan penelitian deskriptif
adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskrepsikan fenomena-
fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.

b. Unit analisis
Kelompok
Berbagai kelompok sosial dapat pula menjadi unit analisis dalam penelitian ilmu
sosial.Peneliti berupaya untuk memperoleh karakteristik yang dimiliki suatu
kelompok yang dipandang sebagai satu enititas tunggal.Sebagaimana unit analisis
lainnya, kita dapat mengemukakan karakteristik kelompok-kelompok sosial
berdasarkan individu anggotanya.Misal : suatu keluarga, kelompok pertemanan,
kelompok suatu kota dan lain-lain.
Obyek penelitian adalah kelompok pertanian desa dan subyek penelitian adalah
pemerintah desa.
Jumlah informan yang akan di wawancarai diantaranya sebagai berikut:

1.Pemerintah desa
2. Kepala Dusun
3. Ketua RT
4. Ketua kelompok tani
5. Petani cabai
6. Warga masyarakat

c. Teknik pengumpulan data


1.Observasi
Observasi adalah metode dasar dalam memperoleh data pada penelitian
kualitatif.Observasi dalam hal ini lebih umum, dibandingkan dengan observasi
terstruktur dan tersistematis sebagaimana yang digunakan pada penelitian
kuantitatif. Tujuan dari penelitian kualitatif adalah memahami perilaku subyek
secara apa adanya. Hal ini berbeda dengan observasi pada penelitian kuantitatif
yang membatasi observasi pada ringkasan berupa angka-angka dalam mengamati
subyek penelitian.Observasi pada penelitian kualitatif berbentuk narasi atau
deskripsi dari hal-hal yang dilakukan subyek dalam kondisi yang alami (natural
settings).Secara umum, observasi dibagi menjadi dua, yakni observasi partisipan
dan observasi non-partisipan.

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013: 144) mengemukakan bahwa, observasi


merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikologis. Dan di antara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.
Pada penelitian ini teknik observasi dilakukan oleh penulis untuk melihat dan
mengamati langsung peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat di
bidang pertanian cabai
2.Wawancara
Wawancara Mendalam Secara sederhana dapat dipahami bahwa, wawancara
merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu kept tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang telah diteliti,
tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam.Wawancara secara umum dapat dibagi menjadi tiga yakni, wawancara
terstruktur, wawancara semiterstruktur dan wawancara tak terstruktur.

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013: 231) wawancara adalah pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksi makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara merupakan metode
yang digunakan untuk mendapatkan data secara langsung dari sasaran penelitian.
Wawancara diperlukan untuk mendukung hasil dilapangan, selain itu juga
menghasilkan penelitian yang objektif. Objektif dalam artian tidak hanya
merupakan subjektivitas penelitian ataupun dari narasumber yang tidak puas
dengan objek yang di teliti.
Dalam penelitian ini maka penulis mempersiapkan sebelumnya. Wawancara
dilakukan kepada informan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya
3.Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013: 240), dekomentasi adalah catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Studi dekomen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Pada penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk mencari beberapa data
sekunder yang terkait dengan penelitian ini.
d. Teknik analisis data
1.Reduksi data
Reduksi data adalah proses pemilihan , pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakkan dan tranformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis dilapangan. Proses ini berlangsung terus-menrus selama
penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana
terlihat dari kerangka konseptual penelitian permasalahan studi, dan pendekatan
pengumpulan data yang dipilih peneliti.
Reduksi data meliputi:
1.Meringkas data
2.Menelusur tema
3.Membuat gugus-gugus
4.Menulis memo
Reduksi Data, Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
“kasar” yang muncul dari càtatan-catatan tertulis di lapangan. Sebagaimana kita
ketahui, reduksi data, berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi
kualitatif berlangsung.Sebenarnya bahkan sebelum data benar-benar terkumpul,
antisipasi ákan adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitinya memutuskan
(acapkali tanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian,
permasalahan penelitian, dan pendekátan pengumpulan data yang mana yang
dipilihnya.
2.Penyajian data
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, memberi
kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan bentuk
penyajian data kualitatif :
1. Teks naratif : berbentuk catatan lapangan
2. Matriks, grafik, jaringan, dan bagan, bentuk-bentuk ini menggabungkan
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga
memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah
tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali..
3.Penarikan kesimpulan
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus selama
berada dilapangan dari permulaan pengumpulan data, penelitian kualitatif mulai
mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori ),
penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin alur sebab akibat,
dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan ini ditangani secara longgar, tetap terbuka
dan keptic, tetapi kesimpulan sudah disediakan.Mula-mula belum jelas, namun
kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh.
Kesimpulan-kesimpulan itu diverifikasi selama penelitian berlangsung, dengan
cara :
1. Memikir ulang selama penulisan.
2. Tinjauan ulang catatan lapangan
3. Tinjauan kembali dan tukar pikiran antar teman sejawat untuk
mengembangkan kesepakatan intersubjektif
4. Upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam
seperangkat data yang lain

BAB 2

PROFIL DESA

A. Geografis Desa Wonokerto

1. Batas Administrasi

Secara administratif Desa Wonokerto merupakan salah satu desa yang berada

di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah Desa

Wonokerto memiliki batas-batas dengan wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa Girikerto Kecamatan Turi

- Sebelah Timur : Desa Girikerto Kecamatan Turi

- Sebelah Selatan : Desa Donokerto Kecamatan Turi

- Sebelah Barat : Desa Srumbung Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.

Desa Wonokerto terdiri dari 13 padukuhan yang terdiri dari 61 RT dan 29 RW

yang dapat dirincikan pada Tabel II.1 sebagai berikut :


Tabel II.1
Pembagian Wilayah Padukuhan, RW dan RT Desa Wonokerto
No Nama Pedukuhan Jumlah RW Jumlah RT

1 Tunggularaum 2 4

2 Gondoarum 2 5

3 Sempu 3 7

4 Banjarsari 2 4

5 Manggungsari 2 4

6 Imorejo 2 3

7 Jambusari 3 4

8 Sari 2 5

9 Kembang 2 4

10 Pojok 2 5

11 Sangurejo 2 5

12 Becici 3 6

13 Dadapan 2 5

Total 29 61

(Sumber : Profil Desa Wonokerto Tahun 2017)

Pada hakekatnya Desa Wonokerto menggambarkan potret desa secara

eksisting beserta persoalannya untuk dikaji lebih mendalam dalam rangka

pengembangan desa kedepan dalam jangka 6 tahun yang berfokus pada 3 sektor yaitu

Agribisnis, Agroindustri dan Agrowisata.

2. Kondisi Fisik Wilayah

Luas wilayah Desa Wonokerto 1.002,9Ha, yang terdiri dari wilayah untuk

sawah/pertanian, ladang/tegalan, perkebunan, permukiman, industri, perdagangan dan

jasa, hutan rakyat dan lain-lain. Adapun perinciannya dapat dilihat pada Tabel II.2

sebagai berikut :
Tabel II.2
Penggunaan lahan Eksisting Desa Wonokerto
Jenis Penggunaan Lahan

Perdagangan dan
Sawah/Pertanian

Ladang/Tegalan

Permukinam
Perkebunan

Jumlah
Lain-lain
Nama

Industri

Hutan
No

Jasa
Pedukuhan

1 Tunggularum 5 80 - 40 44 - 17 4 190

108
2 Gondoarum 10 38 - 50 10 - - -
86,5
3 Sempu - 1,2 - 34 51,3 - - -

4 Banjarsari 74 13,5 - 1,9 4,9 - - - 94,3

86
5 Manggungsari 4 20,5 - 53,5 8 - - -
64,2
6 Imorejo 25,3 5,4 1 1 31,5 - - -

7 Jambusari 37 10 - - 2 - - 1 50

8 Sari 36 - - 10 9 - - - 55

61,5
9 Kembang 8 - - 45 7,5 1 - -
43,3
10 Pojok 5 2,7 - 14,6 21 - - -

11 Sangurejo 28 4 - - 8 - - - 40

66,9
12 Becici 3,4 2,8 0,2 31,8 25,8 2,9 - -
57,2
13 Dadapan 0,7 9 - 32,5 15 - - -

Total 236,4 187,1 1,2 314,3 238 3,9 17 5 1002,9

100.00%
Prosentase (%) 23,57% 18,66% 0,12% 31,34% 23,73% 0,39% 1,70% 0,50%

(Sumber : Profil Desa Wonokerto Tahun 2017)


Dari luas wilayah tersebut masing-masing wilayah memiliki karakteristik yang

berbeda, keadaan ini membawa pengaruh yang kuat dalam hal sumber daya pangan

dan mata pencaharian penduduk Desa Wonokerto.

3. Kondisi Topografi

Desa Wonokerto berada di kaki /lereng gunung merapi yang terletak di

Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis,


Desa Wonokerto terletak pada ketinggian 400 s/d 900 m dari permukaan air laut.

Dengan ketinggian tersebut, sebagian besar wilayahnya adalah pertanian.

4. Kondisi Hidrologi

Desa Wonokerto adalah daerah pertanian dengan sumber mata air 26 mata air

yang mengalir ke beberapa sungai krasak, sungai bedog dan sungai sempor, yang

mencukupi kebutuhan irigasi pertanian. Curah hujan rata-rata 3,908 mm pertahun

dengan suhu udara 240C s/d 280C. Sumber air tanah yang mengalir di bawah

permukaan berada di jalur mata air Turi - Sleman yang pemanfaatannya digunakan

untuk sumber air bersih dan irigasi.Namun pada musim kemarau sebagian wilayah

kekurangan air untuk pertanian, sedangkan untuk kebutuhan air minum sumber air

tanah/ sumur di Desa Wonokerto masih tercukupi.

5. Kondisi Geologi

Kondisi tanah di wilayah Desa Wonokerto merupakan daerah

perbukitan/pegunungan yang subur dengan struktur tanah yang merupakan tanah

berpasir dan berbatu cadas.

B. Demografis Desa Wonokerto

1. Jumlah Penduduk

Data-data kependudukan ini meliputi penduduk berdasarkan jenis kelamin,

penduduk 5 tahun terakhir, struktur umur, struktur pendidikan, dan struktur mata

pencaharian.

Jumlah penduduk Desa Wonokerto pada tahun 2017 adalah 8.802 jiwa dengan

rincian 4.463 jiwa laki-laki dan 4.339 jiwa perempuan. Jumlah Kepala Keluarga (KK)
di Desa Wonokerto adalah 3.652 KK yang dapat dilihat dalam tabel II.3 sebagai

berikut:

Tabel II.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Nama Jenis Kelamin
No Jumlah Jumlah KK
Padukuhan Laki-laki Perempuan
1 Tunggularum 291 276 567 186
2 Gondoarum 282 290 572 572
3 Sempu 592 521 1113 357
4 Banjarsari 253 309 662 203
5 Imorejo 356 332 688 224
6 Manggungsari 323 311 634 177
7 Jambusari 340 350 690 187
8 Dukuhsari 333 316 649 188
9 Kembang 321 332 652 184
10 Pojok 326 338 664 196
11 Becici 390 464 854 249
12 Dadapan 411 481 891 280
13 Sangurejo 511 600 1111 299
Total 4829 4948 9777 2.911
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

Dari data diatas, terlihat jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin,lebih

banyak didominasi oleh perempuan, yang tersebar dihampir semua Pedukuhan.

Tabel II.4
Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Padukuhan
Luas Wilayah
No Nama Padukuhan Jumlah KK Jumlah Jiwa
( Ha )
1 Tunggularum 190 186 567
2 Gondoarum 192 180 572
3 Sempu 174 357 1113
4 Banjarsari 158 203 662
5 Manggungsari 147 224 688
6 Imorejo 135 177 634
7 Jambusari 131 187 690
8 Dukuhsari 124 188 649
9 Kembang 151 184 652
10 Pojok 148 196 664
11 Becici 168 299 854
12 Dadapan 177 280 891
13 Sangurejo 189 299 1111
Total 1002,9 2.696 9.682
(Sumber : Profil Desa Wonokerto Tahun 2017)

Jika dilihat dari struktur umur, tahun 2017 penduduk di Desa Wonokerto

berumur lebih dari 50 tahun sejumlah 2.132 jiwa yang merupakan usia non produktif,

sedangkan untuk usia balita dan anak-anak antara 0-14 tahun sebesar 2.101 jiwa, dan

untuk usia remaja/usia sekolah yaitu 1.855 jiwa, serta sisanya usia produktif sejumlah

3.594 jiwa. Jumlah penduduk Desa Wonokerto berdasarkan struktur umur dapat

dilihat pada tabel II.5

Tabel II.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Umur
Struktur Umur (Jiwa)
No Nama Padukuhan
0 – 14 15 – 24 25 – 49 > 50
1 Tunggularum 135 140 164 150
2 Gondoarum 121 165 198 103
3 Sempu 260 173 502 201
4 Banjarsari 142 207 232 128
5 Manggungsari 124 95 271 147
6 Imorejo 157 98 266 139
7 Jambusari 216 188 159 86
8 Dukuhsari 151 87 267 87
9 Kembang 127 155 215 153
10 Pojok 143 117 233 141
11 Sangurejo 305 130 456 141
12 Becici 144 164 362 219
13 Dadapan 76 136 269 437
Total 2.101 1.855 3.594 2.132
(Sumber : Prifil Desa Wonokerto Tahun 2017)

Jumlah penduduk dengan ijasah terakhir SMP menempati porsi yang terbesar

yaitu 2.569 jiwa sedangkan yang terkecil adalah pendidikan anak usia dini (PAUD)
sebanyak 314 jiwa. Jumlah penduduk Desa Wonokerto berdasarkan struktur umur

dapat dilihat pada tabel II.6

Tabel II.6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Pendidikan

Ijazah TK

Ijazah SD

Akademi/
Sekolah

Sekolah
Belum

PAUD

Ijazah

Ijazah

Ijazah

Tidak
(jiwa)

(jiwa)

(jiwa)

(jiwa)

(jiwa)

(jiwa)

(jiwa)

(jiwa)
SMU
SMP
Nama

PT
No
Padukuhan

1 Tunggularum 35 30 73 300 75 30 6 40
2 Gondoarum 34 4 73 183 105 110 12 66
3 Sempu 68 14 58 283 201 237 51 224
4 Banjarsari 60 17 49 184 116 172 26 85
5 Manggungsari 87 35 27 144 147 150 12 35
6 Imorejo 31 47 21 408 39 74 23 17
7 Jambusari 46 27 59 160 184 136 5 32
8 Dukuhsari 62 50 132 121 104 77 12 34
9 Kembang 24 14 36 151 179 165 59 22
10 Pojok 42 14 54 89 117 231 64 23
11 Sangurejo 93 27 34 175 235 410 56 2
12 Becici 42 11 45 130 146 197 23 295
13 Dadapan 48 24 57 241 232 242 14 60
Total 672 314 718 2.569 1.880 2.231 363 935
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

Berdasarkan struktur mata pencaharian, jumlah terbesar adalah sebagai lain-

lain yaitu 4.495 jiwa disusul petani sebesar 3.141 jiwa, buruh sejumlah 605 jiwa,

pedagang sejumlah 504 jiwa, pegawai swasta sejumlah 444 jiwa, pegawai negeri

sejumlah 279 jiwa dan 120 jiwa dengan mata pencaharian perkebunan. Sedangkan

jumlah yang terkecil adalah sebagai industri rumah tangga yaitu 94 jiwa, dan lebih

lengkapnya jumlah penduduk Desa Wonokerto berdasarkan struktur mata pencaharian

dapat dilihat pada tabel II.7


Tabel II.7
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Pegawai Swasta
Pegawai Negeri
Perkebunan

Industri RT
Pedagang

Lain-lain

Jumlah
Buruh
Petani
Nama
No
Padukuhan

1 Tunggularum 204 100 120 9 2 10 5 139 589


2 Gondoarum 370 - - 6 5 - - 206 587
3 Sempu 406 26 - 85 29 83 9 498 1.136
4 Banjarsari 106 51 - 26 21 8 7 490 709
5 Manggungsari 389 1 - 17 2 45 - 183 637
6 Imorejo 307 7 - 29 11 24 4 278 660
7 Jambusari 47 100 - 23 26 22 12 419 649
8 Dukuhsari 135 32 - 15 24 31 28 327 592
9 Kembang 119 - - 20 24 64 4 419 650
10 Pojok 294 52 - 12 29 36 4 207 634
11 Sangurejo 220 98 - 207 48 41 15 403 1.032
12 Becici 394 73 - 14 19 46 6 337 889
13 Dadapan 150 65 - 41 39 34 - 589 918
Total 3.141 605 120 504 279 444 94 4.495 9.682
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

Tabel diatas menjelaskan bahwa, Penduduk dengan mata pencaharian lain-lain

lebih banyak dengan jumlah 4.495 Orang, berikutnya penduduk dengan mata

pencaharian Petani berjumlah 3.141 Orang. Sedangkan penduduk dengan mata

pencaharian sebagai industri rumah tangga yang paling rendah dengan jumlah 94

Orang.

2. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk Desa Wonokerto dapat dilihat di dalam tabel II.8 sebagai

berikut :
Tabel II.8
Kepadatan Penduduk Menurut Padukuhan
Jumlah Luas Luas Kepadatan
Nama
No Penduduk Wilayah Permukiman Wilayah
Padukuhan
( Jiwa ) ( Ha ) ( Ha ) ( Jiwa/Ha )
1 Tunggularum 589 190 44 3,10
2 Gondoarum 587 108 10 5,44
3 Sempu 1.136 86,5 51,3 13,13
4 Banjarsari 709 94,3 4,9 7,52
5 Manggungsari 637 86 8 7,41
6 Imorejo 660 64,2 31,5 10,28
7 Jambusari 649 50 2 12,98
8 Dukuhsari 592 55 9 10,76
9 Kembang 650 61,5 7,5 10,57
10 Pojok 634 43,3 21 14,64
11 Sangurejo 1.032 40 8 25,80
12 Becici 889 66,9 25,8 13,29
13 Dadapan 918 57,2 15 16,05
Jumlah 9.682 1.002,9 238 11,61
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

Kepadatan penduduk di Desa Wonokerto relatif rendah karena sebagian besar

padukuhan kepadatannya berada dibawah 50 jiwa/ha.

C. Sosial, Ekonomi Dan Budaya Desa Wonokerto

1. Kondisi Sosial

Kondisi sosial masyarakat Desa Wonokerto yang penuh kebersamaan,

kegotong-royongan hingga saat ini masih terpelihara dengan baik. Nilai-nilai

kekeluargaan masih dijunjung tinggi, sehingga setiap ada persoalan yang muncul

selalu diselesaikan dengan jalan kekeluargaan dan melalui musyawarah melalui

mufakat. Disamping itu, hubungan kekerabatan dan keterikatan yang kuat mendorong

masyarakat untuk saling bantu-membantu baik dalam hal kesusahan maupun ketika

masyarakat punya hajatan seperti kenduri/kondangan yang sering dilaksanakan untuk

memperingati hari-hari besar islam maupun peringatan-peringatan lainnya. Banyak


sekali organisasi kemasyarakatan yang berkembang dan berjalan aktif. Adapun

organisasi-organisasi yang ada di seluruh wilayah Desa Wonokerto di masing-masing

padukuhan dapat dilihat di tabel berikut ini.

Tabel II.9
Jumlah Organisasi Kemasyarakatan
Lembaga Organisasi Kemasyarakatan Desa Jumlah
No
Wonokerto

1 LPMD 1

2 PKK 1

3 Rukun Warga 29

4 Rukun Tetangga 61

5 Karang Taruna 1

6 Kelompok Tani 17

7 Lembaga Adat 4

8 Badan Usaha Milik Desa 1

9 Pecinta Alam 1

10 Yayasan 2

11 KAMTIPNAS 1

Jumlah 119

(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

2. Kondisi Ekonomi

Kondisi perekonomian Desa Wonokerto terbagi menjadi beberapa sektor.

Sektor utama adalah pertanian termasuk di dalamnya perkebunan salak, perikanan dan

peternakan. Hal ini bisa dilihat dari mata pencaharian penduduk, yang rata-rata adalah

petani Untuk sektor pertanian didominasi oleh pertanian/perkebunan salak pondoh

yang merupakan pendapatan utama para petani dan merupakan sektor yang telah
mengangkat perekonomian masyarakat Desa Wonokerto. Akan tetapi sekarang

kondisi pertanian belum tergarap secara optimal. Kondisi ini dipicu karena rusaknya

sistem irigasi yang ada hampir diseluruh wilayah Wonokerto akibat dampak sekunder

erupsi gunung merapi tahun 2010. Efek yang ditimbulkan dari rusaknya sistem irigasi

adalah masyarakat hanya dapat panen 2 kali dalam setahun sehingga panen salak

pondoh menurun karena pertumbuhannya tidak maksimal.

Hampir semua masyarakat Desa Wonokerto menanam dan berusaha yang

berhubungan dengan salak pondoh, baik itu pengepul atau pedagang, penyedia

angkutan ataupun jasa lainnya seperti membersihkan lahan salak pondoh. Namun

demikian sektor yang lain seperti industri rumah tangga, perdagangan dan jasa juga

banyak digeluti oleh masyarakat Desa Wonokerto.

Walaupun mayoritas masyarakat Desa Wonokerto adalah bekeja sebagai

petani, tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Wonokerto berdasarkan pedukuhan

dapat dilihat dalam tabel II.10 berikut ini :

Tabel II.10
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Desa Wonokerto
Tingkat Kesejahteraan Keluarga
Nama
No Sejahtera Pra Sejahtera 1 Pra Sejahtera 2 Miskin Jumlah
Padukuhan
(KK) (KK) (KK) (KK)
1 Tunggularum 10 37 55 71 173
2 Gondoarum 17 34 88 34 173
3 Sempu 300 0 0 30 330
4 Banjarsari 117 28 28 42 215
5 Manggungsari 93 25 24 28 170
6 Imorejo 49 53 67 27 196
7 Jambusari 30 45 47 68 190
8 Dukuhsari 32 56 36 24 148
9 Kembang 50 41 42 37 170
10 Pojok 29 55 62 26 172
11 Sangurejo 101 77 56 47 281
12 Becici 52 82 78 36 248
13 Dadapan 58 44 77 51 230
Total 938 577 660 521 2.696
(Sumber : Profil Desa Wonokerto tahun 2017)

Fasilitas ekonomi dan perdagangan yang berada di Desa Wonokerto sudah

cukup lengkap dan memadahi terutama untuk tingkat layanan dengan skala lokal.

Pasar yang ada di Desa Wonokerto tidak hanya melayani wilayah Desa Wonokerto

saja, akan tetapi juga melayani desa di sekitarnya.

Tabel II.11
Sebaran Fasilitas Ekonomi Desa Wonokerto
Pasar
Waru
No Modern/ Pasar Warung/
Padukuhan Ruko Toko ng
Swalayan/ Tradisional Kios
PKL
Supermarket
1 Tunggularum - - - - 9 1
2 Gondoarum - - 1 1 2 -
3 Sempu 1 1 - 5 29 8
4 Banjarsari - - - 3 8 2
5 Manggungsari - - - - 10 -
6 Imorejo - - - - 8 -
7 Jambusari - - - - 7 2
8 Dukuhsari - - - - 11 -
9 Kembang - 1 - - 8 -
10 Pojok - - - - 11 1
11 Sangurejo - - 8 14 4 4
12 Becici - - - - 13 -
13 Dadapan - - - - 10 -
Total 1 2 9 23 130 18
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

Di sektor domestik, peran kaum perempuan dalam mengelola rumah tangga,

seperti industri makanan dan minuman, kerajinan, salon, dan potensi yang lain belum

tergarap secara maksimal. Hal tersebut dikarenakan terkendala masalah modal,

pemasaran hasil produksi maupun kurangnya skill/keahlian dari warga masyarakat

yang potensial. Selain itu, potensi perikanan/kolam ikan juga banyak dibudidayakan

oleh masyarakat untuk meningkatkan pendapatan ekonomi dan kesejahteraan

keluarga.
Di Wonokerto juga memiliki obyek wisata baik yang dikelola oleh desa

maupun oleh masyarakat yaitu Wisata Bumi Perkemahan di Padukuhan Pojok, Wisata

Alam di Padukuhan Tunggularum. Sedangkan peternakan yang dikembangkan di

Desa Wonokerto adalah ternak sapi perah, sapi potong, kerbau, kambing, domba,

kelinci, bebek/itik, burung puyuh dan ayam. Harapan dikembangkannya potensi/usaha

peternakan tersebut oleh masyarakat tidak lain juga untuk dapat meningkatkan

pendapatan ekonomi dan kesejahteraan keluarga.

Selain itu kegiatan perekonomian yang terdapat di Desa Wonokerto

diantaranya kelompok simpan pinjam sebanyak 10 Lembaga dengan keanggotaan

mencapai ratusan orang serta berbagai macam usaha kelontong yang sebagian besar di

sekitar pasar Balerante.

3. Kondisi Budaya

Budaya yang berkembang di Desa Wonokerto adalah budaya masyarakat

agraris, salah satunya adalah sifat gotong royong dan kekeluargaan masyarakatnya

masih tinggi. Keberadaan kesenian di Desa Wonokerto sangat beragam yang

bernuansa adat jawa seperti kesenian jathilan, Kubro Siswo, Dayakan, Badwi,

Wayang Orang sampai yang bernuansa Islami seperti Hadroh. Semua berkembang

dengan baik dan selaras dikarenakan masyarakat Desa Wonokerto selain agamis juga

mempunyai budaya kearifan lokal yang tinggi terhadap anggota masyarakat sekitar.

Warga Desa Wonokerto juga masih menjunjung tinggi adat istiadat mereka sebagai

orang Jawa seperti masih menjalankan/melaksanakan berbagai upacara-upacara

tradisi yang berkaitan dengan daur hidup atau life circle, di anataranya adalah sebagai

berikut :

a. Upacara Mitoni yaitu selamatan pada saat usia kehamilan mencapai genap 7

bulan.
b. Upacara Puputan yaitu upacara selamatan pada saat tali pusar bayi sudah

lepas/mengering.

c. Jagongan yaitu acara wungon (tidak tidur semalam suntuk) atau bertandang di

rumah keluarga yang baru melahirkan bayi pada malam hari selama kurang lebih

7 malam (satu minggu).

d. Selapanan yaitu acara kenduri atau selamatan bertepatan dengan usia bayi 35 hari

sebagai ucapan rasa syukur.

e. Upacara kematian, dari surtanah, upacara kenduri tiga hari, tujuh hari, empat

puluh hari, setahun, dua tahun sampai 1000 hari.

f. Upacara khitanan yaitu tanda bahwa anak lelaki sudah mulai memasuki aqil balig

menjadi laki-laki dewasa.

g. Upacara pernikahan dengan berbagai urutan pernak pernik tradisi jawa seperti

siraman, midodareni, ijab, panggih dan resepsi.

h. Upacara Adat Merti Bumi sebagai icon Desa wonokerto yang diwujudkan atas

rasa syukur kepada Tuhan

i. Upacara Adat Pager Bumi yang secara garis besar hampir sama dengan upacara

adat merti bumi

Kelompok RT (Rukun Tetangga) kegiatannya cukup menonjol dan fanatik

akan pembangunan baik dari pengerjaan dan segi pembiayaan meski demikian

kesatuan warga dusun masih tetap terpelihara. Even-even penting seperti peringatan

hari besar nasional hari besar keagamaan dan kegiatan adat dilaksanakan rutin setiap

tahunnya sehingga dalam kegiatan tersebut sebagai pembelajaran generasi penerusnya

serta memberikan kesempatan kepada grup-grup seni budaya yang ada didalamnya

untuk mengekspresikan kemampuannya. Semua kegiatan ini adalah sebuah bentuk

realisasi masyarakat desa Wonokerto yang masih mengusung budaya kekeluargaan


Tabel II.12
Jenis Kegiatan Budaya Desa Wonokerto
Jumlah
Jumlah Penaggung
Jenis kegiatan/
No peserta jawab Keterangan
Kegiatan minggu, bulan,
kegiatan kegiatan
tahun
1 Merti Bumi 1 X 1 Thn 500 Kristanto
2 Merti Bumi Tiap Thn 581 Ketua Panitia
Nyadran 173
Jathilan 50
Syawalan
Natalan
3 Kobrosiswo 1x1 Mg 204 Ridwan Latihan
Hadro/Rebana
4 Tari Topeng 1 X1 Mg 75 Supangat Latihan
5 Kobrasiswo 1 X1 Mg 65 & 25 Latihan
Sholawatan
6 Saparan 1x1 Thn 400
Jatilan
7 Jathilan 1x1 Bln 50 Sumanto Latihan
8 Sparan 1x1 Th 660 Dukuh
Nyadran
9 Nyadran
Merti Dusun 1x 1 Th 890 Dukuh
Rebana
10 Kuda Lumping Tiap Bln 45 Dukuh Latihan rutin
Nyadran Tiap Thn 500 Dukuh
Syawalan Tiap Thn 150 Dukuh
11 Merti Dusun Tiap Thn 650 Dukuh
12 Sholawatan 1x1/Bln 20
Laras Madyo 1 Th 299
Nyadran
Syawalan
14 Kubro Siswo Per-Bln 100 Wawan R Ds.Pulesari
Bergodo Per-Bln 100 Sarjono Ds.Pulesari
Merti Bumi Per-Thn 300 Dukuh Ds.Pulesari
Sadranan Per-Thn 2000 Takmir Padukuhan
Kenduri Per-Bln 275 RT/RW Padukuhan
Hadroh Per-Bln 30 Harjito Ds.Kopen
Sinoman Per-Bln 275 Pemuda Ds.Kopen
Gotong Royong Per-Mg 200 Dukuh Padukuhan
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

Di Desa Wonokerto terdapat barbagai kawasan heritage/pusaka budaya baik

berupa pusaka alam maupun pusaka budaya (rumah tradisional yang berupa joglo dan

limasan). Bangunan maupun benda tersebut sebagian besar dalam kondisi cukup baik,

karena dirawat oleh pemiliknya.


D. Kondisi Tata Guna Lahan Desa Wonokerto

1. Sumber Daya Alam

a. Pertanian

Pada umumnya, lahan di wilayah Desa Wonokerto digunakan untuk lahan

pertanian, namun sebagian dari wilayahnya tidak dapat dimanfaatkan secara

maksimal untuk lahan pertanian, dalam satu tahun masyarakat hanya bisa panen

sebanyak dua kali dan pruduksinya mengalami penurunan. Hal ini disebabkan

saluran irigasi yang rusak akibat dampak sekunder bencana erupsi gunung merapi

dan pertumbuhan tanaman tidak maksimal.

Namun demikian tanaman padi, jagung, kacang tanah, dan cabai masih

menjadi tanaman pertanian di Desa Wonokerto, terutama tanaman cabai yang

hasilnya cukup menjanjikan disaat harganya mahal. Sektor pertanian berperan

cukup besar dalam pembangunan daerah Desa Wonokerto, baik berperan langsung

terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Sleman, penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat dan

penciptaan ketahanan pangan maupun peran tidak langsung melalui penciptaan

kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis

dengan subsektor dan sektor lain.

Tabel II.13
Potensi Pertanian Desa Wonokerto
Hasil produksi / tahun
Jumlah panen dalam
Luas sawah / ladang
Potensi Pertanian

Keterangan
Pemasaran
setahun
Lokasi

( ha )
No

1 Salak Pondoh Tunggularum 30 Ha 2 180 ton Kondisi sb&sd


Padi 3 Ha 2 3 ton erupsi merapi
gagal panen
2 Salak 50 Ha 2 Pasar
Padi Gondoarum 10 Ha 1 Pasar
Cabai 15 Ha 1 Pasar
3 Salak Sempu 134 Ha 2 2.633,5 ton Pasar Kondisi sb erupsi
Pondoh merapi
4 Salak Pondoh Banjarsari 70 Ha 2 1.849 ton Pasar Kondisi sb&sd
70 Ha 2 924,5 ton Pasar erupsi merapi
gagal panen
5 Salak Pondoh Manggungsari 53,5 Ha 2 648 ton Pasar Kondisi sb erupsi
merapi
6 Padi, Imorejo 3,3 Ha 2 26,4 ton Pasar Lok
Palawijo 3,3 Ha 854,9 ton
Salak 51,58 Ha
7 Salak Pondoh Jambusari 76 Ha 2 657,2 ton Pasar Lok
8 Salak Dukuhsari 36,9 Ha 2 300 ton Pasar Lok
Padi 3 Ha 2 3 ton
Lombok 1 Ha 2 1 ton
9 Salak Sangurejo 20 Ha 2 Pengepul
Padi 2 Ha 2
10 Salak Pondok Becici 59,5 Ha 2 541 Ton Pasar Lok
11 Salak Pondoh Dadapan 32 Ha 2 12 ton Pasar Lok
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

b. Perkebunan

Perkebunan yang menjadi sandalan dan merupakan pendapatan utama

masyarakat di Desa Wonokerto adalah perkebunan Salak Pondoh yang terdapat di

hampir semua wilayah Desa Wonokerto. Namun, dalam kondisi saat ini,

masyarakat petani salak mengalami kendala dalam pemulihan kembali

perkebunan Salak Pondoh pasca erupsi gunung merapi yang diakibatkan karena

pohon salak tertutup abu vulkanik dan rusaknya saluran irigasi untuk perkebunan

tersebut dan bagaimana pemasaran hasil panen agar bisa lebih luas jangkauan

pemasarannya.
c. Perikanan

Perikanan/kolam ikan merupakan potensi yang cukup menjanjikan apabila

dimanfaatkan secara baik dan maksimal. Karena ketersediaan akan air yang

cukup, maka warga masyarakat Desa Wonokerto memanfaatkan sebagian

lahannya untuk lahan perikanan yang dikelola secara kelompok. Salah satu

contohnya adalah Kelompok Perikanan Mina Taruna yang terdapat di Padukuhan

Pojok.

d. Sumber Mata Air

Air merupakan kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh mahluk

hidup. Namun, bagi masyarakat Desa Wonokerto dalam mendapatkan sumber air

bersih untuk kebutuhan sehari-hari tidak mengalami kesulitan karena di wilayah

Desa Wonokerto banyak sekali sumber air terutama sumur gali dan mata air

alami. Yang mengalami kesulitan adalah air untuk memenuhi kebutuhan lahan

pertanian sawah dan perkebunan salak yang saluran irigasinya rusak akibat

bencana sekunder erupsi merapi/banjir lahar dingin.

e. Tambang Pasir

Tambang pasir merupakan sumber daya alam yang dikelola oleh warga

masyarakat di Padukuhan Tunggularum untuk menambah pendapatan ekonomi

dan kesejahteraan keluarga.

f. Peternakan
Di sektor peternakan, Desa Wonokerto memiliki beberapa kelompok

ternak yang telah menyatu dalam sebuah kandang kelompok yaitu di

Tunggularum, Gondoarum, Manggungsari. Selain itu, juga terdapat kelompok

ternak kelinci di dusun Dadapan.

g. Wisata Alam

Desa Wonokerto memiliki obyek wisata baik yang dikelola oleh desa

maupun oleh masyarakat yaitu Wisata bumi Perkemaan digarongan dan Wisata

Alam di Tunggularum. Pengelolaan obyek wisata secara profesional akan

mendorong tumbuh kembangnya industri pariwisata, memperluas dan

memeratakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan pendapatan

dana kesejahteraan masyarakat, mendukung perolehan Pendapatan asli Daerah

Kabupaten Sleman secara optimal, serta membawa citra daerah di mata

masyarakat luar Desa Wonokerto.

Tabel II.14

Potensi Sumber Daya Alam Desa Wonokerto

No Jenis Sumber Lokasi Luas ( Ha )


Daya Alam
1 Pasir Dukuh Tunggularum 20 Ha
Dukuh Tunggularum 0,1 Ha
2 Mata Air Dukuh Sempu 0,02 Ha
Dukuh Sari 0,12 Ha
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

Dari tabel diatas terlihat bahwa, Pasir merupakan jenis Sumber Daya Alam

yang cukup potensial, berikutnya untuk ketersediaan mata air tersebar pada tiga

pedukuhan, antara lain, Tunggularum, Sempu dan dukuh Sari dimana luas lahan

mata air, lebih besar berada di Dukuh sari.


2. Tata Guna Lahan

Komposisi penggunaan lahan di Desa Wonokerto dengan perincian pada tabel

II.15 sebagai berikut :

Tabel II.15

Penggunaan Lahan Desa Wonokerto

Jenis Penggunaan Lahan

Perdagangan dan
Sawah/Pertanian

Ladang/Tegalan

Permukiman
Perkebunan

Lain-lain

Jumlah
Industri
Nama

Hutan
Jasa
No
Padukuhan

1 Tunggularum 5 80 - 40 44 - 17 4 190
2 Gondoarum 10 38 - 50 10 - - - 108
3 Sempu - 1,2 - 34 51,3 - - - 86,5
4 Banjarsari 74 13,5 - 1,9 4,9 - - - 94,3
5 Manggungsari 4 20,5 - 53,5 8 - - - 86
6 Imorejo 25,3 5,4 1 1 31,5 - - - 64,2
7 Jambusari 37 10 - - 2 - - 1 50
8 Dukuhsari 36 - - 10 9 - - - 55
9 Kembang 8 - - 45 7,5 1 - - 61,5
10 Pojok 5 2,7 - 14,6 21 - - - 43,3
11 Sangurejo 28 4 - - 8 - - - 40
12 Becici 3,4 2,8 0,2 31,8 25,8 2,9 - - 66,9
13 Dadapan 0,7 9 - 32,5 15 - - - 57,2
Total 236,4 187,1 1,2 314,3 238 3,9 17 5 1002,9
Prosentase (%) 23,57% 18,66% 0,12% 31,34% 23,73% 0,39% 1,70% 0,50% 100,00%
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

Penggunaan lahan Desa Wonokerto sangat fariatif, yaitu untuk sawah/

pertanian, ladang/ tegalan, industri, perkebunan, pemukiman, perdagangan dan jasa,

hutan dan lain-lain. Penggunaan lahan desa lebih didominasi oleh perkebunan,

mengingat potensi pengembangan salak pondoh merupakan salah satu jenis

perkebunan yang menjadi primadona desa.


3. Kondisi Lingkungan Permukiman

a. Pendidikan

Fasilitas Pendidikan di Desa Wonokerto cukup memadahi mulai dari

PAUD, Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU)/Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK). Dari 13 padukuhan, 7 padukuhan memiliki fasilitas PAUD,

pendidikan TK terdapat di 6 Padukuhan. Sementara untuk SD juga tersebar di 7

Padukuhan. Pendidikan SMP dan SMU/SMK hanya ada 1 yang terletak di

Padukuhan Sangurejo karena padukuhan tersebut terletak di wilayah yang dekat

pusat pemerintahan Kecamatan Turi. Adapun untuk jenjang pendidikan Perguruan

Tinggi belum ada. Untuk mendapatkan pelayanan pendidikan tersebut, pelajar

harus keluar dari wilayah Wonokerto yang sesuai dengan jenjang pendidikan yang

dituju. Sebaran fasilitas pendidikan dapat dilihat pada tabel II.16 tentang Jumlah

dan Sebaran Fasilitas Pendidikan berikut ini.

Tabel II.16
Jumlah dan Sebaran Fasilitas Pendidikan
Nama
No PAUD TK SD SMP SMU/SMK
Padukuhan
1 Tunggularum 1 - - - -
2 Gondoarum - - - - -
3 Sempu 1 1 1 - -
4 Banjarsari 1 - - - -
5 Manggungsari - 1 1 - -
6 Imorejo 1 1 - -
7 Jambusari - - 1 - -
8 Dukuhsari 1 - - - -
9 Kembang - 1 1 - -
10 Pojok - - - - -
11 Sangurejo 1 2 1 1 1
12 Becici 1 1 - - -
13 Dadapan - 1 - -
Jumlah 7 7 7 1 1
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)
b. Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang terdapat di Desa Wonokerto cukup lengkap.

Terdapat 3 buah puskesmas pembantu di Padukuhan Gondoarum, Padukuhan

Sempu dan Padukuhan Banjarsari. Selain itu, juga terdapat POSKESDES yang

terletak di Padukuhan Imorejo dan Polindes di Padukuhan Banjarsari. Sedangkan

posyandu terdapat pada 13 padukuhan yang ada di Desa Wonokerto.

Tabel II.17
Jumlah dan Sebaran Fasilitas Kesehatan
Nama Puskesmas
No Posyandu Poskesdes
Padukuhan Pembantu
1 Tunggularum - 1 -
2 Gondoarum 1 1 -
3 Sempu 1 1 -
4 Banjarsari 1 3 1
5 Manggungsari - 1 -
6 Imorejo - 1 1
7 Jambusari - 1 -
8 Dukuhsari - 1 -
9 Kembang - 1 -
10 Pojok - 1 -
11 Sangurejo - 3 -
12 Becici - 4 -
13 Dadapan - 1 -
Jumlah 3 20 2
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

Selain itu, di Desa Wonokerto juga diidentifikasi tentang penduduk

penyandang cacat, baik yang cacat bawaan lahir maupun cacat karena kecelakaan.

Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel II.18 berikut ini :


Tabel II.18
Jumlah Penyandang Cacat
Jumlah Penyandang Cacat (Jiwa)
Nama
No Tuna Tuna Tuna Tuna Tuna
Padukuhan
Netra Rungu Wicara Daksa Grahita
1 Tunggularum - 1 - 1 -
2 Gondoarum 1 2 2 - -
3 Sempu - - 1 - 7
4 Banjarsari - 9 3 2 -
5 Manggungsari - 2 4 3 -
6 Imorejo - 1 2 - 4
7 Jambusari - 1 1 - 1
8 Dukuhsari - - 3 - 2
9 Kembang 1 2 1 3 2
10 Pojok - - 1 - -
11 Sangurejo 1 - - 4 6
12 Becici - 1 3 3 4
13 Dadapan - - - 7 7
Jumlah 3 19 21 23 33
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

Di Desa Wonokerto penyandang cacat umtulk Tuna Grahita lebih banyak

dengan jumlah 33 Orang, dan yang paling terendah adalah Tuna Netra sebanyak 3

Orang.

c. Peribadatan

Fasilitas peribadatan yang ada di Desa Wonokerto terdiri dari masjid dan

mushola/langgar. Hampir semua padukuhan di Desa Wonokerto sudah memiliki

tempat peribadatan masjid ataupun langgar/mushola. Sedangkan fasilitas

peribadatan agama lain selain Islam, tidak terdapat di Wonokerto karena bisa

dikatakan bahwa hampir semua penduduk Desa Wonokerto beragama Islam.

Untuk penduduk non muslim pelayanan peribadatan dilakukan di wilayah lain.

Adapun jumlah dan sebaran fasilitas peribadatan di Desa Wonokerto dapat dilihat

pada tabel II.19 sebagai berikut :


Tabel II.19
Jumlah dan Sebaran Fasilitas Peribadatan
Nama Mushola/ Klenteng/
No Masjid Gereja
Padukuhan Langgar Vihara
1 Tunggularum 1 - - -
2 Gondoarum 1 1 - -
3 Sempu 4 1 - -
4 Banjarsari 3 - - -
5 Manggungsari 1 - - -
6 Imorejo 4 - - -
7 Jambusari 2 2 - -
8 Dukuhsari 2 1 - -
9 Kembang 2 2 - -
10 Pojok 3 3 - -
11 Sangurejo 6 1 - -
12 Becici 4 3 - -
13 Dadapan 3 1 - -
Jumlah 36 15 0 0
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

Untuk fasilitas peribadatan Masjid-lah yang terbanyak 36 unit, berikut

Mushola/Langgar sebanyak 15 unit. Penyebaran Masjid lebih banyak berada di

Dukuh Sangorejo sebanyak 6 unit.

d. Perekonomian

Fasilitas perekonomian yang terdapat di Desa Wonokerto terdiri dari pasar

modern/ swalayan supermarket, pasar, ruko, toko dan warung/kios dan warung

PKL. Selengkapnya jumlah dan sebaran fasilitas perekonomian dapat dilihat pada

tabel II.20 dibawah ini :

Tabel II.20
Jumlah dan Sebaran Fasilitas Perekonomian
Pasar
Pasar
Nama Modern/ Warung/ Warung
No Tradisio Ruko Toko
Padukuhan Swalayan Kios PKL
nal
Supermarket
1 Tunggularum - - - - 9 1
2 Gondoarum - - 1 1 2 -
3 Sempu 1 1 - 5 29 8
4 Banjarsari - - - 3 8 2
5 Manggungsari - - - - 10 -
6 Imorejo - - - - 8 -
7 Jambusari - - - - 7 2
8 Dukuhsari - - - - 11 -
9 Kembang - 1 - - 8 -
10 Pojok - - - - 11 1
11 Sangurejo - - 8 14 4 4
12 Becici - - - - 13 -
13 Dadapan - - - - 10 -
Total 1 2 9 23 130 18
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

Fasilitas perekonomian lebih didominasi oleh warung/kios dengan jumlah

130 unitr yang penyebarannya lebih banyak berada di Dukuh Sempuh, dengan

jumlah 29 unit.

e. Ruang Terbuka Hijau

Fasilitas ruang terbuka hijau yang terdapat di wilayah Desa Wonokerto

meliputi lapangan olah raga, jalur hijau, taman, tempat bermain dan hutan rakyat.

Secara lebih rinci, kondisi ruang terbuka hijau di wilayah Desa Wonokerto dapat

dilihat dalam tabel II.21

Tabel II.21
Ruang Terbuka Hujau
Ruang Terbuka Hijau dalam m2
Nama
No Lapangan Jalur Tempat Hutan
Padukuhan Taman
Olah Raga Hijau Bermain Rakyat
1 Tunggularum 300 - 300 100 40.000
2 Gondoarum - 1200 - - -
3 Sempu 250 - - 100 -
4 Banjarsari 400 - - - -
5 Manggungsari - - - - -
6 Imorejo 375 - - - -
7 Jambusari 720 - - - -
8 Dukuhsari 100 200 150 -
9 Kembang - - - - -
10 Pojok - - - - -
11 Sangurejo 3000 - - -
12 Becici 10.800 - 30 - -
13 Dadapan 400 - - - -
Jumlah 16.345 1.400 330 350 40.000
(Sumber : Profil Desa WononkertoTahun 2017)

f. Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum

Fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum yang terdapat di Desa

Wonokerto antara lain kantor balai desa, balai pertemuan, kantor dinas, gardu

jaga, stasiun radio amatir, bengkel kerja, kantor parpol dan kantor lainnya. Yang

paling banyak adalah gardu jaga dan tersebar di seluruh padukuhan di Desa

Wonokerto. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel II.22

Tabel II.22
Jumlah dan Sebaran Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Pertemuan
Balai Desa

Radio/TV

Lain lain
Bengkel
Kantor

Kantor

Kantor

Kantor
Gardu

Kerja
Dinas
Balai

KUA
Jaga

Nama
No
Padukuhan

1 Tunggularum - 1 - 4 - - - -
2 Gondoarum - - - 4 - - - -
3 Sempu - - - 6 2 - - 2
4 Banjarsari - 1 - 3 - - - -
5 Manggungsari - - - 2 - - - -
6 Imorejo 1 1 - 4 - - - -
7 Jambusari - - - 4 - 4 - -
8 Dukuhsari - - - 5 - 5 - -
9 Kembang - 1 - 3 - 7 - -
10 Pojok - - - 4 - 1 - -
11 Sangurejo - - 1 4 - 6 1 -
12 Becici - - - 8 - 2 - -
13 Dadapan - - - 6 - 2 - -
Total 1 4 1 57 2 27 2 2
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

4. Kondisi Prasarana Permukiman (Utilitas)

a. Jalan dan Jembatan

Jalan merupakan sarana penghubung baik antar dusun, antar padukuhan,

antar Desa, antar Kecamatan, antar Kabupaten maupun antar Propinsi. Komposisi
status jalan yang ada di Desa Wonokerto adalah jalan propinsi, jalan kabupaten,

jalan desa dan jalan lingkungan. Jalan Propinsi di Desa Wonokerto

menghubungkan antara Desa Candibinangun dan desa lainnya seperti Desa

Wonokerto (Kecamatan Turi), Desa Margorejo dan wonokerto (Kecamatan

Tempel). Jalan desa yang ada menghubungkan antar padukuhan, seluruh

padukuhan sudah terkoneksi menjadi sebuah sistem jaringan jalan desa. Jalan

lingkungan adalah jalan-jalan yang berada lingkungan pemukiman. Hampir

seluruh padukuhan di Desa Wonokerto jenis konstruksi jalannya sudah beraspal.

Selain aspal jenis lainnya adalah cor beton dan jalan tanah. Kondisi jalan yang ada

di Desa Wonokerto bervariasi mulai dari berkondisi baik, kondisi sedang sampai

dengan kondisi rusak. Selengkapnya tentang kondisi jalan dapat dilihat dalam

tabel II.23 berikut ini :

Tabel II.23
Kondisi Jaringan Jalan Desa Wonokerto
Status Jalan TIM RPJMDES Jalan Kondisi
Panjang ( M )

Lebar ( M )

Nama
Kabupaten

Lingkunga

Beton/Cor
Makadam
Propinsi

Rusaka
Sedang
No Padukuhan
Tanah
Rabat
Aspal
Desa

Baik
n

1 Tunggularum 6.900 4 1.000 2.500 3.400 3.500 - - 3.400 4.000 2.500 400 6.900
2 Gondoarum 4.800 4 1.000 750 3.050 1.000 - 750 3.050 800 1.500 2.500 4.800
3 Sempu 7.636 4 616 2.400 4.620 6.361 - 445 830 2.384 3.422 1.830 7.636
4 Banjarsari 9.600 4 1.500 700 7.400 3.250 - 1.850 4.500 1.500 6.900 1.200 9.600
5 Manggungsri 7.395 4 - 1.850 5.545 1.350 - 3.050 2.995 1.150 2.650 3.595 7.395
6 Imorejo 8.900 4 1.000 800 7.100 3.740 - 300 4.860 2.940 300 5.660 8.900
7 Jambusari 5.350 4 - 3.150 2.200 3.150 - 1.290 910 1.000 3.550 800 5.350
8 Dukuhsari 7.200 4 - 1.000 6.200 1.850 - 1.300 4.050 900 1.650 4.650 7.200
9 Kembang 4.320 4 1.300 1.800 1.220 3.100 400 - 820 - 3.150 1.170 4.320
10 Pojok 6.415 4 1.250 2.800 2.365 2.600 - 1.515 2.300 2.500 2.065 1.850 6.415
11 Sangurejo 3.900 4 900 1.200 1.800 3.100 - 800 - - 3.000 900 3.900
12 Becici 12.050 4 - 5.300 6.750 9.140 750 150 2.010 4.750 4.850 2.450 12.050
13 Dadapan 14.080 4 - 9.550 4.530 11.070 2.910 - 100 7.680 1.750 4.650 14.080
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

Jembatan juga merupakan fasilitas pendukung dari keberadaan jalan yang

merupakan akses penghubung jalan yang melintasi/melewati aliran sungai kecil


maupun besar. Kondisi jembatan yang ada di wilayah Desa Wonokerto disajikan

dalam tabel II.24 berikut ini :

Tabel II.24
Kondisi Jembatan Desa Wonokerto
Dimensi Konstruks Status Kondisi
i
Panjang ( M )

Lebar ( M )

Kabupaten
Lokasi /

Sedang
No

Orang

Rusak
Beton

Kayu

Desa

Baik
Padukuhan

Besi
1 Tunggularum 68 4 68 - - - - - - - -
2 Gondoarum 220 1 - - - - - - - - 55
3 Sempu 17 7 17 - - 13 4 - 7 10 -
4 Banjarsari - - - - - - - - - - -
5 Manggungsari - - - - - - - - - - -
6 Imorejo 16 - 16 - - 10 - 6 10 6 -
7 Jambusari 12 4 12 - - - 12 - - 12 -
8 Dukuhsari 4 4 4 - - - 4 - - - 4
9 Kembang - - 39 - - - 42 24 10 9
10 Pojok 132 64 132 - - - 130 2 - - 30
11 Sangurejo 9 3 - - - - 9 - - - 9
12 Becici 23 4 8 4 - - 23 - - 10 13
13 Dadapan 27 4 27 - - - 27 - - 5 22
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

b. Drainase

Jaringan drainase yang terdapat di Desa Wonokerto ada 3 jenis yaitu

drainase dengan konstruksi beton terbuka, beton tertutup dan tanah. Sebagian

besar jalan sudah mempunyai saluran drainase yang berfungsi untuk mengalirkan

air hujan agar tidak terjadi genangan.


Tabel II.25
Kondisi Jaringan Drainase Desa Wonokerto
Dimensi Konstruksi Kondisi
Batu
Beton
Bata

Panjang (M)
Lokasi
No

Lebar (M)

Tertutup

Tertutup
Terbuka

Terbuka
( Ruas Jalan )

Sedang
Tanah

Rusak
Baik
1 Tunggularum 5.000 0,5 - - 1.000 - 4.000 - - 4.000
2 Gondoarum 2.000 0,3 - - - - - - - 2.000
3 Sempu 4.840 0,5 - 100 2.690 - 2.050 100 2.690 350
4 Banjarsari 5.400 0,5 2.400 - 4.700 - 4.900 - 3.900 2.500
5 Manggungsari
6 Imorejo 99 0,6 80 - - 19 - - 80 19
7 Jambusari 6.500 0,6 6.500 - 6.500 - 6.500 - - -
8 Dukuhsari 2.800 2 - - - - 1.800 - - 1.800
9 Kembang 300 - 395 - - 300 170 125
10 Pojok 1.100 0.4 - - 700 - 400 - 100 1.000
11 Sangurejo 2.650 0,5 - - 1.600 - 1.250 - 2.650 -
12 Becici 3.200 2 - - 3.200 - 2.450 300 800 2.600
13 Dadapan 8.003 0,5 - - 8.003 - 13.803 - - 8.003
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

c. Irigasi

Ketersediaan saluran irigasi di Desa Wonokerto cukup memadai dan telah

dapat mengaliri sawah dan perkebunan salak. Jaringan irigasi di Desa Wonokerto

terdiri dari tiga jenis yaitu Saluran Irigasi Teknis, ½ Teknis dan Tanah. Namun,

untuk kondisi sekarang, rusaknya jaringan irigasi akibat dampak bencana erupsi

gunung merapi telah membuat sebagian daerah mengalami bencana kekeringan di

area persawahan dan perkebunan salak pondoh. Daerah tersebut hanya mampu

panen sebanyak dua kali dalam setahun dan hasil panennya kurang maksimal.
Tabel II.26
Kondisi Jaringan Irigasi Desa Wonokerto
Dimensi Konstruksi Kondisi

½ Teknis
Panjang
Lokasi /

Sedang
Teknis

Tanah

Rusak
Lebar
No

(M)

(M)

Baik
Ruas / RT

1 Tunggularum 2.500 0,6 500 2.000 500 2.000


2 Gondoarum 7.100 0,6 500 550 6.050 - 6.500 -
3 Sempu 11.085 0,6 2.785 1.250 5.700 2.785 4.950 2.000
4 Banjarsari 4.200 0,5 - 2.500 1.700 - 4.200 -
5 Manggungsari 6.080 0,6 550 - 5.530 550 - 5.530
6 Imorejo 8.420 0,5 220 2.600 5.600 1.370 6.650 400
7 Jambusari 4.000 0,7 - - 4.000 - 3.500 500
8 Dukuhsari 3.500 5,5 - 300 3.200 200 300 3.000
9 Kembang 6.470 0,5 2.050 1.500 2.920 200 4.150 2.120
10 Pojok 5.400 0,5 850 - 4.550 - 5.300 100
11 Sangurejo 2.000 0,5 - 900 1.100 - 1.600 400
12 Becici 8.550 0,5 - 1.650 5.000 300 2.650 5.600
13 Dadapan 7.300 0,5 - - 7.300 - - 7.300
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

d. Air Bersih

Masyarakat Desa Wonokerto mayoritas menggunakan sumur gali, mata air

sungai dan galon sebagai sumber air bersih. Untuk sumber dari mata air dibuatkan

bak penampung dan dialirkan ke bak pembagi yang selanjutnya diteruskan ke

rumah-rumah warga. Adapun yang memanfaatkan air bersih dari sumber mata air

sekarang banyak mengalami kendala di lapangan berupa jalur pipa sudah banyak

yang rusak dan perlunya ada pembenahan lebih lanjut.


Tabel II.27
Sumber Air Bersih per Rumah
Penggunaan Air Bersih/Minum (Rumah)
Nama
No Sumur
Padukuhan Mata Air Sungai Galon
Gali
1 Tunggularum 173 - - -
2 Gondoarum 173 - - -
3 Sempu 246 141 - -
4 Banjarsari 196 165 - 45
5 Manggungsari 169 1 - -
6 Imorejo 134 57 5 -
7 Jambusari 140 67 - 57
8 Dukuhsari 1 125 - -
9 Kembang 77 94 - 1
10 Pojok 120 172 - -
11 Sangurejo 118 78 - 85
12 Becici 25 250 - -
13 Dadapan 18 183 4 26
Jumlah 1.590 1.333 9 214
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

e. Sampah

Dalam hal pengelolaan sampah di Desa Wonokerto dikelola dengan sistem

setempat, sampah dikelola masing-masing warga dengan cara dibuang ke tempat

sampah, dikubur/ ditimbun dan atau kemudian dibakar, bahkan ada juga yang

dimanfaatkan menjadi pupuk (khusus untuk sampah daun, sayuran, rumput).

Namun, masih ada juga masyarakat yang membuang ke sungai ataupun

membuangnya secara sembarangan. Hal ini terlihat dibeberapa tempat terutama di

lahan-lahan kosong di kawasan bantaran sungai yang kemudian dijadikan areal

pembuangan sampah masyarakat sekitar. Tetapi jumlah pembuangan sampah

belum menimbulkan masalah yang serius mengingat volumenya masih kecil,

namun persoalan ini bagi peneliti perlu ditanggapi oleh Pemerintah Desa agar

segera ditangani sehingga kedepannya tidak menimbulkan masalah yang lebih


serius mengingat kepadatan penduduk yang makin hari makin bertambah yang

dapat berpengaru pada timbulan sampah yang dihasilkan.

Tabel II.28
Pengelolaan Sampah Desa Wonokerto
Pengelolaan Sampah ( KK )
Nama
No Tempat Dibuat
Padukuhan Dibakar Ditimbun
Sampah Pupuk
1 Tunggularum 173 173 - -
2 Gondoarum - 173 - -
3 Sempu 242 178 306 -
4 Banjarsari 215 215 - -
5 Manggungsari - 170 - -
6 Imorejo 196 196 24 -
7 Jambusari 190 190 - -
8 Dukuhsari - 148 - -
9 Kembang 186 186 - -
10 Pojok 63 109 - -
11 Sangurejo 81 200 - -
12 Becici 173 102 275 -
13 Dadapan 196 20 20 -
Jumlah 1.715 2.060 625 0
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

Kondisi di atas didukung dengan minimnya sarana dan prasarana dalam

pengelolaan sampah. Jika dilihat dari jumlah sarana dan prasarana pendukungnya,

hanya sedikit yang memiliki sarana tempat sampah. Sarana dan prasarana

pengelolaan sampah.

f. Limbah

Setiap rumah tangga pasti tidak akan lepas dari permaslahan limbah rumah

tangga. Ada 4 hal yang dilakukan warga Desa Wonokerto dalam pengelolaan

limbah rumah tangga khususnya untuk saluran pembuangannya, yaitu salurannya

terbuka dari tanah salurannya terbuka dari rabat beton salurannya tertutup

paralon/beton dan tidak ada saluran pembuangan. Warga yang belum memiliki
saluran pembuangan limbah rumah tangga, membiarkan air limbah mengalir di

halaman sekitar rumah atau mengalir mengikuti kontur / kemiringan tanah.

Tabel II.29

Kondisi Saluran Limbah Rumah Tangga Desa Wonokerto

Saluran Limbah Rumah Tangga (KK)


Nama Saluran Saluran Saluran Tidak Ada
No
Padukuhan Terbuka Terbuka Dari Tertutup Saluran
Dari Tanah Rabat Beton Paralon/Beton Pembuangan
1 Tunggularum 173 - - -
2 Gondoarum 173 - - -
3 Sempu 247 18 47 12
4 Banjarsari 187 - - -
5 Manggungsari 170 - - -
6 Imorejo 196 - - -
7 Jambusari 178 - 12 -
8 Dukuhsari 120 8 20 -
9 Kembang 165 - 1 -
10 Pojok 172 - - -
11 Sangurejo -
12 Becici 251 - - 17
13 Dadapan 199 - - -
Jumlah 2.231 26 80 29
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

g. Sanitasi

Dalam permasalahan pelayanan sanitasi, masyarakat Desa Wonokerto

mayoritas telah menggunakan kamar mandi sendiri sebagai sarana MCK. Akan

tetapi sebagian ada juga yang menggunakan sungai dan MCK umum yang

terdapat di wilayahnya. Dari data yang ada, dijelaskan bahwa masyarakat yang

mempunyai kamar mandi sebagai sarana MCK, menggunakan sungai dan

menggunakan MCK Umum.


Tabel II.30
Penggunaan MCK Desa Wonokerto
Penggunaan MCK (KK)
Nama
No Kamar MCK
Padukuhan Sungai
Mandi Umum
1 Tunggularum 100 - 3
2 Gondoarum 173 - -
3 Sempu 315 13 2
4 Banjarsari 178 - -
5 Manggungsari 152 - 18
6 Imorejo 191 5 -
7 Jambusari 190 - -
8 Dukuhsari 140 8 -
9 Kembang 148 11 2
10 Pojok 156 10 6
11 Sangurejo 273 8 -
12 Becici 261 17 7
13 Dadapan 199 8 1
Jumlah 2.476 80 39
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

h. Listrik

Pelayanan jaringan listrik telah menjangkau seluruh kawasan di Desa

Wonokerto. Hampir semua rumah yang sudah dapat mengakses listrik, tetapi

terdapat beberapa rumah belum mendapatkan pelayanan listrik. Warga yang

belum mendapatkan akses listrik tersebut tetap dapat menikmati layanan listrik

dengan cara menumpang dengan mengambil arus listrik kepada tetangga.

Penyambungan listrik yang demikianlah yang cenderung membahayakan

masyarakat, karena kabel yang digunakan untuk menyalur listrik tersebut tidak

sesuai dengan standart yang sudah ditentukan. Cara-cara penyambungan yang

kurang tepat tentunya akan mengakibatkan konsleting yang dapat mengakibatkan

kebakaran.
Tabel II.31
Pelayanan Jaringan Listrik per Rumah
Pelayanan Jaringan Listrik
Nama Rumah Tangga (Rumah)
No
Padukuhan
PLN Belum Terlayani
1 Tunggularum 109 63
2 Gondoarum 171 2
3 Sempu 279 17
4 Banjarsari 200 31
5 Manggungsari 122 48
6 Imorejo 154 27
7 Jambusari 179 -
8 Dukuhsari 126 17
9 Kembang 139 21
10 Pojok 135 19
11 Sangurejo 193 -
12 Becici 198 46
13 Dadapan 105 32
Jumlah 2.110 323
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

5. Kondisi Fisik Perumahan

Keadaan bangunan fisik perumahan warga masyarakat Desa Wonokerto

sebagian besar bersifat permanen dengan jumlah 2.250 unit. Sedangkan sisanya

bersifat semi permanen dan non permanen yaitu 133 unit dan 70 unit. Dari 2.696 KK

yang ada di Desa Wonokerto, baru sekitar 90 % nya yang sudah memiliki bangunan

rumah sendiri. Biasanya KK yang menempati bersama dalam satu rumah, masih ada

ikatan/hubungan kekuarga dengan rumah yang ditempatinya.

Tabel II.32
Kondisi Rumah Tiap Padukuhan
Kondisi Rumah
Nama
No Sem. Non Jumlah
Padukuhan Permanen
Permanen Permanen
1 Tunggularum 155 12 5 172
2 Gondoarum 159 11 3 173
3 Sempu 280 9 7 296
4 Banjarsari 203 19 9 231
5 Manggungsari 163 3 4 170
6 Imorejo 173 6 2 181
7 Jambusari 159 7 13 179
8 Dukuhsari 131 9 3 143
9 Kembang 134 15 11 160
10 Pojok 148 5 1 154
11 Sangurejo 189 2 2 193
12 Becici 225 13 6 244
13 Dadapan 131 2 4 137
Jumlah 2.250 113 70 2.433
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

Kondisi rumah di wilayah Desa Wonokerto pasca erupsi gunung merapi tahun

2010 tidak terlalu membawa dampak yang besar baik bencana primer maupun

primernya. Sebagian besar rumah tidak mengalami kerusakan/aman. Akan tetapi

terdapat rumah yang juga mengalami kerusakan baik rusak berat maupun rusak

ringan. Hal itu disebabkan karena atap rumah penduduk tertimbun abu vulkanik

maupun pasir akibat letusan tersebut. Secara terperinci kondisi rumah dapat dilihat

dalam tabel II.33 dibawa ini :

Tabel II.33
Kondisi Rumah Pasca Erupsi Gunung Merapi 2010
Kondisi Pasca Erupsi Gunung Merapi 2010
Nama
No Rusak Rusak Rusak Jumlah
Padukuhan Tidak Rusak
Berat Sedang Ringan
1 Tunggularum - 5 12 155 172
2 Gondoarum - 4 7 162 173
3 Sempu - 3 4 289 296
4 Banjarsari - - - 231 231
5 Manggungsari - - - 170 170
6 Imorejo - - - 181 181
7 Jambusari - - - 179 179
8 Dukuhsari - - - 143 143
9 Kembang - - - 160 160
10 Pojok - - - 154 154
11 Sangurejo - - - 193 193
12 Becici - - - 244 244
13 Dadapan - - - 137 137
Jumlah - 12 23 2.398 2.433
(Sumber : Profil Desa WonokertoTahun 2017)

E. Pemerintahan Desa Wonokerto

Struktur Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa Wonokerto


Gambar II.1. Struktur Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa Wonokerto

Berdasarkan pada struktur diatas terlihat bahwa struktur Pemerintah Desa

Wonokerto telah memenuhi standar yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja

Pemerintah Desa.

Visi Dan Misi Pemerintah Desa Wonokerto

Visi

WONOKERTO SEBAGAI DESA SIAGA BENCANA YANG AMAN, NYAMAN,

ADIL, MAKMUR, SEJAHTERA BERBUDAYA DAN RELIGIUS.

Misi

1. Meningkatkan kesadaran, pemahaman dan pengetahuan masyarakat dalam

menghadapi bencana mengingat wilayah Desa wonokerto merupakan Kawasan

Rawan Bencana (KRB) I,II dan III khususnya bencana akibat eropsi gunung berapi
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan Sumber

Daya Alam (SDA) secara arif dan bijaksana

3. Mewujutkan Pemerintah Desa yang akuntabel, transparan, berintegritas, berdedikasi,

bermartabat dan bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang

mengedepankan kepentingan masyarakat diatas kepentingan sendiri/golongan

4. Menjadikan Desa Wonokerto sebagai Desa Wisata yang didukung oleh sumber daya

alam, seni dan budaya, industri kreatif dan industri kuliner

5. Meningkatkan kualitas pendidikan, budi pekerti, agama, informal dan non formal

untuk menciptakan simber daya manusia yang trampil, cerdas, berbudi pekerti luhur

dan berdaya saing

6. Menjadikan Desa Wonokerto sebagai desa yang sejahtera, adil dan makmur bertumpu

pada tiga pilar yaitu Agro Industri, Agro Bisnis dan Agro Wisata.
BAB III

PEMBAHASAN

1. DISKRIPSI INFORMAN

Analisis terkait tabel informan yang menjadi sumber informasi dalam pencarian data
pada penelitian ini adalah bahwa informan-informan yang kita gunakan adalah subjek
yang berhubungan dengan pemberdayaan petani cabe. Baik yang berhubungan secara
langsung maupun tidak langsung. Dari informan-informan tersebut kita memperoleh
informasi untuk menjawab ruang lingkup yang telah kelompok buat.

Secara keseluruhan, dalam penelitian ini berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh
dari informan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan petani Cabe di Desa
Wonokerto belum optimal. Dikarenakan faktor-faktor dari masyarakat terkhusus petani
cabe dan peran dari Pemerintah Desa yang belum optimal dalam mendapatkan umpan
balik dari petani cabe.

1. Deskripsi Informan Menurut Nama:

NO NAMA
1. Trihartono
2. Riswanto
3. Miniati
4. Arif
5. Antonius Karyadi
6. Harjono
7. Siswanto
8. Sri Marsinen
9. Adikarso
10. Turyono
11. Tri Ismanto
12. Siswowiyono
13. Mustijo
14. Irwanto
15. Haryanto
16. Supriyadi
17. Kristanto
18. Tomon
19. Sutomo
20. Riyanto Sulistya S.E.
21. Purwanta
22. Riyanti Ningsih
23. Iswarianti
24. Sri Istiningsih
25. Sulastri
26. Suwardi
27. Tejo
28. Sarmin
29. Tauqid Armunanto
30. Sunaryadi
31. Erwanti
32. Suroto
33. Kodariah
34. Musimin
35. Ariyanto
36. Puji

2. Deskripsi Informan Menurut Tingkat Pendidikan:

NO KETERANGAN JUMLAH %
1. SR 1 3%
2. SD 6 17%
3. SLTP/SMP 4 11%
4. SLTA/SMA/SMK 19 53%
5. D3 3 8%
6. S1 3 8%
JUMLAH 36 100%
3. Deskripsi Informan Menurut Usia:

NO KETERANGAN JUMLAH %
1. < 20 tahun 0 0%
2. 21 – 30 tahun 4 11%
3. 31 - 40 tahun 4 11%
4. > 40 tahun 28 78%
JUMLAH 36 100%

4. Deskripsi Informan Menurut Pekerjaan:

NO KETERANGAN JUMLAH %
1. Pemerintah Desa 9 25%
2. BPD 1 3%
3. Pendamping Desa 1 3%
4. Kepala RW 1 3%
5. Aktivis Desa 1 3%
6. Petani Salak 11 31%
7. Pengepul Salak 6 16%
8. Ketua Kelompok Tani / Ketua Gapoktan 5 13%
9. Penjual Olahan Salak 1 3%
Jumlah 36 100%

5. Deskripsi Informan Menurut Gender:

NO KETERANGAN JUMLAH %
1 Laki-laki 27 75%
2 Perempuan 9 25%
Jumlah 36 100%
2. ANALISIS DATA

a. Peran Pemerintah Desa Wonokerto dalam mengaktualisasi potensi petani salak

Hasil dari kegiatan wawancara dengan Staff Kasie Kesejahteraan dapat


disimpulkan bahwa peran pemerintah desa dalam pemberdayaan petani cabe di Desa
Wonokerto sudah ada. Tetapi ada bebarapa hal yang menjadi faktor penghambat
berjalannya pemberdayaan petani cabe seperti kesadaran dari sebagian petani cabe
yang enggan dengan sendirinya mengubah pola dalam membudidayakan cabe lebih
baik lagi. Fasilitasi untuk memberdayakan petani cabe dari pemeritah desa juga perlu
bukan hanya menjadi jembatan bagi petani saja tapi harus ada tindak lanjut dari para
petani supaya pemberdayaan itu benar-benar tercapai.

Ketika pemberdayaan tercapai secara otomatis maka akan ada perubahan


untuk kesejahteraan hidup masyarakat khususnya petani cabe yang menjadi potensi di
Desa Wonokerto. Pemberdayaan tersebut perlu sinergi dan kerjasama dari petani cabe
dan pemerintah desa. Jadi tidak ada istilah sia-sia dari masing-masing usaha yang
telah dilakukan dari petani cabe maupun Pemerintah Desa.

b. Peran Pemerintah Desa Wonokerto dalam mengorganisir petani salak di Desa Wonokerto

Berdasarkan hasil dari wawancara diatas, saya dapat menarik kesimpulan


bahwa peran pemerintah dalam pemberdayaan petani salak di Desa Wonokerto masih
sangat minim, sebatas menjadi jembatan dan fasilitasi bagi kelompok tani dengan
Dinas Pertanian. Selain itu pemberdayaan petani salak di Desa Wonokerto masih
belum tercapai karena adanya faktor dari masing-masing individu kelompok tani yang
belum bisa mengaplikasikan sepenuhnya hasil dari fasilitasi pemerintah desa seperti
pelatihan yang diselenggarakan Dinas Pertanian. Pemberdayaan hanya sekedar
program tetapi tidak ada tindakan atau langkah nyata dari petani salak.

Menurut Pak Sunaryadi, sebenarnya pemberdayaan untuk dapat memberikan


kesejahteraan masyarakat terutama bagi petani salak dalam rangka meningkatan taraf
hidup petani salak tidak terlalu sulit. Hanya bagaimana para petani mau dan mampu
untuk berpikir bagaimana keluar dari zona nyaman untuk perubahan yang lebih baik.
Para petani cukup mengubah bagaimana mereka bercocok tanam. Lebih peduli
terhadap budidaya tanaman salak tidak hanya sekedar dibiarkan tumbuh dan berbuah,
melainkan petani juga harus mempunyai bekerja lebih guna menghasilkan panen salak
yang lebih baik untuk pasar ekspor. Di samping itu, untuk keberlangsungan hasil
pertanian, petani bisa melakukan penanaman tanaman selain salak, supaya bisa
menjadi tanaman sampingan yang juga dapat meningkatkan penghasilan petani.

Hal lain selain aspek budidaya, perlu adanya pengolahan dari hasil panen salak
supaya petani salak dapat berinovasi dan berkembang. Tetapi yang menjadi pekerjaan
rumah baru ketika petani sudah dapat berinovasi dengan pengolahan produk dari salak
adalah pemasaran dari produk tersebut. Pemasaran (marketing) menjadi hal yang
penting juga untuk dapat di atasi oleh pemerintah desa Wonokerto dan kelompok tani
salak secara bersama-sama.

“…………………………………………….”. (Ernawati)

Dari hasil wawancara dengan Bu. Erwanti bahwa kesimpulan dari peran
pemerintah terhadap pemberdayaan petani salak dapat dilihat dari aspek penjualan
salak. Selain melihat pemberdayaan dari segi petani salak, kita juga harus melihat
pemberdayaan petani salak dari segi penjualan salak. Sektor penjualan merupakan
titik puncak dari keberhasilan pemberdayaan petani salak. Apakah pemberdayaan
tersebut sudah tercapai atau belum dapat kita lihat dari bagaimana persentasi
penjualan salak hasil panen para petani salak.

“…………………………………………….”. (Ernawati)

Kebanyakan penjualan hasil panen salak di desa Wonokerto langsung kepada


para pengepul salak dan masih jarang yang menjualnya/ menjajakannya sendiri secara
mandiri. Seperti dibawa ke kios-kios lain daerah untuk meningkatkan harga salak itu
sendiri. Dengan keadaan itu, maka kita dapat melihat bahwa pemberdayaan untuk
petani salak di Desa Wonokerto memang masih sangat rendah. Ada faktor lain yang
juga perlu diperhatikan, seperti dari para pengepul/penjual salak. Pemerintah desa
juga harus memberikan pemberdayaan kepada penjual/pegepul salak, karena
ditangan-tangan mereka lah kesejahteraan bagi petani salak Desa Wonokerto bisa
tercapai. Penjual/pengepul salak menjadi hal penting karena mereka adalah kaki
tangan bagi petani-petani salak di Desa Wonokerto. Setidaknya pemerintah desa ikut
ambil bagian untuk bisa memfasilitasi penjual salak dengan alat-alat penunjang yang
digunakan untuk meningkatkan nilai pemasaran (marketing) dari salak yang dijual ke
luar daerah. Itu menjadi sesuatu yang penting, mengingat bahwa kebanyakan para
pengepul salak di Desa Wonokerto berjalan dalam usahanya secara mandiri, belum
adanya campur tangan dari pemerintah Desa Wonokerto. Padahal secara tidak
langsung para penjual salak juga dapat berperan dalam meningkatkan pemberdayaan
petani salak, jika pemerintah ikut serta ambil bagian untuk hal tersebut.

c. Peran Pemerintah Desa Wonokerto dalam menentukan arah kebijakan terkait


peningkatan kualitas hidup masyarakat di Wonokerto melalui pemberdayaan petani salak
desa

Anggapan Pak Hartono, “Untuk kebijakan dari pemerintah desa, tidak ada mas,
tidak ada juga kebijakan mengenai petani salak untuk Desa ini. Jadi selama ini untuk
pengelolaan salak kebanyakan datang dari inisiatif petani salak atau kelompok tani salak
sendiri. Mereka ada yang menjualnya sendiri ke pasar atau jualan di depan rumahnya,
ada yang di ekspor, dan ada yang dikirim ke daerah-daerah sekitar, seperti: Magelang,
Semarang, dll”.

Menurut Pak Tomon, Berkaitan dengan kebijakan peraturan karena salak tidak
hanya di Wonokerto saja, jadi ini sebenarnya regional, regional itu tidak hanya sekitar
Magelang, kemudian Tempel tidak hanya disitu saja, maka ini menjadi kewenangan
Pemerintah Kabupaten, kemudian mengapa banyak petani yang istilahnya fakum, perlu
diketahui bahwa memang petani salak di Desa Wonokerto bisa dikatakan tidak ada
pilihan lain bagi mereka, karena semakin lama komoditas salak ini akan semakin tidak
punya nilai jual lagi, dulu awalnya 1 kg salak bisa untuk membeli 1 kg beras, tapi
sekarang salak mencapai komoditas harga terburuk beberapa bulan yang lalu, terbukti
dari harga salak hanya Rp1.500 /kg, jadi 4 kg salak baru bisa beli 1 kg beras. “Mengapa
bisa seperti ini karena memang sekarang banyak sekali saingan dari salak di Desa
Wonokerto ini yaitu ada mangga, rambutan, durian, strowberri, dll”, kata Pak Tomon.

Anda mungkin juga menyukai