Anda di halaman 1dari 34

KEWENANGAN PEMERINTAH DESA DALAM RANGKA MEMAJUKAN

PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA BERDASARKAN UNDANG – UNDANG


NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

(Studi Kasus Di Desa Sekarpuro Kecamatan Pakis Kabupaten Malang)

PROPOSAL

OLEH :

UBU WOLU ATI T. L. PADA


1905010232

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA
MALANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang yang mengatur tentang penyelengaraan pemerintahan desa yaitu

Undang-Undang No 6 Tahun2014 tentang Desa.Undang-Undang Desa tersebut merupakan

suatu komitmen besar untuk mendorong perluasan kesejahteraan bagi seluruh lapisan

masyarakat. Untuk itu menyejahterahkan rakyat indonesia di perlukan pembangunan sampai

kedesa-desa yang masih belum banyak melakukan pembangunan.harapan lain dapat menjadi

sebuah sejarah agar pedesaan indonesia dapat bersaing dengan pedesaan lainnya yang sudah

lebih dulu maju agar kepala desa dapat menjalankan tugasnya dari segi pembangunan dan

kesejahteraan masyarakat

Dalam konsiderans UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa disebutkan

bahwa desa memiliki hak asalusul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan citacita kemerdekaan

berdasarkan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam

perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, desa telah berkembang dalam berbagai

bentuk, sehingga perlu dlindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan

demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan

pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmus, dan sejahtera.

Dalam sejarah pengaturan desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang desa, namun

dalam pelaksanaanya, pengaturan tentang desa tersebut belum dapat mewadahi segala

kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa hingga saat ini. Selain itu, pelaksanaan

pengaturan desa yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

zaman, terutama antara lain menyangkut kedudukan masyarakat hukum adat, demokratisasi,
keberagaman, partisipasi masyarakat, serta kemajuan dan pemerataan pembangunan

sehingga menimbulkan kesenjangan antarwilayah, kemiskinan, dan masalah sosial budaya

yang dapat menggangu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kedudukan desa mempunyai prisip utama dalam negara kesatuan adalah negara yang

mempunyai kemerdekaan dan kedaulatan atas seluruh wilayah atau daerah yang dipegang

sepenuhnya oleh satu pemerintahan pusat. Kedudukan sendiri dalam NKRI tidak secara

eksplisit diatur dalam perundang-undangan, termasuk didalamnya UUD NRI tahun 1945.

Berdasarkan pasal 1 ayat 1 UndangUndang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa menyatakan

bahwa desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut

desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan desa, kepentingan masyarakat desa setempat

berdasarkan inisiatif masyarakat desa, hak asal-usul dan hak tradisional yang diakui dan

dihormati dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian sebagaimana yang

dimaksudkan dalam penjelasan umum UndangUndang Nomor 6 tahun 20141 tentang desa di

dalam undang-undang tersebut diatur mengenai kelembagaan desa/desa adat yaitu lembaga

pemerintahan desa/desa adat yang terdiri atas pemerintahan desa dan badan permusyawaratan

desa, lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga desa.

Negara dan pembangunan merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan satu

sama lain. Hal ini dikarenakan suatu Negara agar dapat mempertahankan kehidupannya,

selalu melakukan pembangunan. Pembangunan itu sendiri dapat dilakukan melalui berbagai

aspek, seperti: pembangunan ekonomi, sosial dan budaya maupun politik. Namun,

permasalahan pembangunan yang sering terjadi saat ini adalah masalah pembangunan

ekonomi. Hal ini didukung pula dengan adanya arus globalisasi, sehingga memudarkan batas

antar Negara dalam melakukan kegiatan ekonomi. Selain itu, pembangunan ekonomi juga

1
1 ayat 1 undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa
identik dengan kemajuan suatu bangsa. Padahal, tingginya tingkat ekonomi suatu Negara

belum tentu mencerminkan kemajuan dari suatu Negara secara keseluruhan. Hal ini

dikarenakan terkadang masalah-masalah seperti pemerataan pembangunan dan pendapatan,

pembangunan sumber daya manusia, bahkan aspek lingkungan sering terabaikan.2

Indonesia adalah negara yang memiliki ribuan pulau dan terdiri dari banyak desa.

Bahkan Indonesia merupakan wilayah yang di bangun dan bergantung dari desa. Desa

merupakan wilayah yang mempunyai potensi alam yang besar. Dari sumber daya alam

tersebut, dapat dijadikan sebagai sumber bahan makanan dan bahan mentah. Sumber daya

alam yang dimiliki desa inilah yang dapat dijadikan pendorong untuk meningkatkan

pembangunan ekonomi secara nasional. Hal ini dikarenakan Indonesia menganut system

ekonomi rakyat yang terbukti bias menopang perekonomian nasional bahkan pada saat krisis.

Namun, kenyataannya kebanyakan desa di Indonesia merupakan desa tertinggal.

Dengan kondisi desa yang seperti tertinggal, desa yang dapat dijadikan sebagai modal

pembangunan ekonomi, menjadi terhambat. Salah satu cara untuk meningkatkan atau

menggali potensi ekonomi desa agar tidak tertinggal, adalah dengan melakukan

pembangunan desa. Dengan adanya pembangunan desa, peningkatan ekonomi penduduk desa

khususnya di desa tertinggal akan dapat dilakukan sehingga menjadi desa yang tidak

tertinggal. Kondisi seperti ini memunculkan sebuah cara atau metode baru dalam hal

membangun ekonomi desa yaitu melalui pemberdayaan masyarakat.

Kepala desa adalah pejabat pemerintahan desa yang mempunyai wewenang, tugas

dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga desanya dan melaksanakan tugas dari

pemerintah dan pemerintah daerah. Kepada desa memiliki kedudukan sebagai pemimpin

desa yang bertanggung jawab atas pembangunan desa dan perannya sebagai ujung tombak

pembangunan. Peran sebagai kepala desa adalah hal yang sangat penting, karena posisinya

sebagai pemegang kekuasan tertinggi didesa, yang berhak dalam memutuskan keputusan
2
1 ayat 1 undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa
penting dalam desa, mengarahkan, menampung aspirasi masyarakat serta mengayomi

masyarakatnya sehingga saling membantu dan bekerja sama dalam pelaksanaan

pembangunan desa.

Kinerja kepala desa sebagai kepala pemerintahan desa atau pemimpin desa harus dapat

menjalankan tugas pokok untuk memimpin dan mengkoordinasikan pemerintah dalam

melaksanakan pembangunan desa.Kepemimpinan kepala desa merupakan salah satu aspek

yang menonjol berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pembangunan desa tersebut.

Kepala desa mempunyai peran penting dalam kedudukannya sebagai pemimpin yang dekat

dengan masyarakat. Dengan posisi yang demikian itu, prinsip pengaturan tentang kepala

desa adalah:

a) Sebutan kepala desa disesuaikan dengan sebutan lokal yang disetiap desa mempunyai

kepala desa atau pemimpin desa tersebut.

b) Kepala desa berkedudukan sebagai kepala pemerintahan desa dan sebagai pemimpin

masyarakat.

c) Kepala desa dipilih secara demokratis dan langsung oleh masyarakat setempat,

kecuali bagi desa yang dapat menggunakan mekanisme lokal dan dijadikan dasar

oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam menetapkan kebijakan pemerintah

desa.

Kemudian pembangunan desa merupakan suatu cara upaya dalam mengembangkan

wilayah suatu pedesaan yang kemudian dapat menjadikan suatu desa yang mampu

mengelolah sumber kekayaan desa dengan baik. Tidak jauh dari itu sebuah pembangunan

wilayah pedesaan tersebut tidak terlepas dari peran serta dari seluruh masyarakat desa

tersebut.Penyelenggaraan pemerintah desa merupakan subsistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintah, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakatnya.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan kewenangan tugas dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

dalam memajukan perekonomian masyarakat di desa Sekarpuro Kecamatan Pakis

Kabupaten Malang ?

2. Apa hambatan yang dihadapi dan upaya mengatasi dalam memajukan perekonomian

masyarakat Desa Sekarpuro Kecamatan Pakis Kabupaten Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kewenangan kepala desa dalam

memajukan perekonomian masyarakat di Desa Sekarpuro sehubungan dengan hal tersebut,

maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kewewengan desa sebagai pelaksana tugas dari pemerintah

Kabupaten/Kota dalam memajukan perekonomian masyarakat Desa Sekarpuro.

2. Untuk mengetahui kendala atau hambatan dari wewengan yang dihadapi desa

Sekarpuro dalam memajukan perekonomian=masyarakat di Desa Sekarpuro.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini untuk mendiskripsikan bagaimana kewengan pemerintah desa dalam

rangka memajukan perekonomian masyarkat desa, dan apa saja yang menjadi hambatan

pemerintah dalam perekonoian masyarakat desa serta mengetahui bagaimana

pengelolaan dana desa di Desa Jatimulyo kecematan pegajahan kabupaten serdang

menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi pemerintah desa


Bagi pemerintah desa dan kepala desa tentunya menjadi sumbangan pikiran

terhadap langkah-langkah yang akan dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan

ekonomi masyarakat Desa Sekarpuro.

b. Bagi masyarakat

Sebagai hasil dari penelitian yang diharapkan masyarakat mendapat bahan

informasi dan masukan bagi masyarakat terhadap kepala Desa dalam meningkatkan

kesejatraan masyarakat desa. Masyarakat dihaapkan untuk berperan aktif untuk

meningkatkan kesejatraan masyarakat dengan membarikan masukan-masukan yang

mendukung kepala desa membuat kebijakan yang pro terhadap masyarakat desa

Sekarpuro.

c. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman awal yang memberikan semangat tersendiri dan dapat

menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya kewengan pemerintah desa

dalam memajukan dana desa yang menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa.

1.5 Sistematika Skripsi

Salah satu aspek penting dalam kegiatan penelitian adalah menyangkut suatu manfaat

penelitian, baik dari manfaat teoritis maupun manfaat praktis.

Dalam penelitian ini manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan masukan bagi kepala desa

dalam meningkatkan pembangunan dan tugas kepala desa.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Diharapkan hasil penelitian nantinya dapat memberikan sumbangan pikiran dalam

analisis UU no 6 tahun 2014 tentang desa dalam kewenangan pemerintah desa dalam
rangka memajukan perekonomian masyarakat desa sekarpuro kecamatan pakis

kabupaten malang

2. Sebagai wawasan keilmuan dibidang kepemimpinan khususnya bagi mahasiswa

fakultas Hukum universitas wisnuwardhana malang

3. Sebagai salah satu persyaratan dalam meraih gelar sarjana hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang.

1.5.3 Sistematika Pembahasan

Pembahasan dan penyajian suatu peneliti harus terdapat kateraturan agar terciptanya

karya ilmiah yang baik serta mempunyai alur pikiran yang jelas dan terfokus pada pokok

permasalahan. Oleh karena, itu penulis sistematika pembahasan dalam 5 (lima) bab dari judul

“kewenangan pemerintah desa dalam rangka memajukan perekonomian masyarakat desa

berdasarkan undang-undang nomor 6 tahun 2014. (Studi Kasus Desa Sekarpuro Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)”.

Adapun sistematika penulisan skripsi, yaitu:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

Sehingga dalam bagian ini jelaslah tergambar masalah yang akan ditelit.

Bab II Kajian Teori

Bab ini berisi tentang pengertian pemerintahan desa,pemeritah da pemerintahan desa,

dan kewenangan, gambaran umum Desa Sekarpuro.

Bab III Metedo Penelitian


Bab ini berisi tentang gambaran umum desa sekarpuro, letak geografis desa

sekarpuro, jumlah penduduk serta mengetahui kewenangan pemerintah desa,jenis

penelitian,solusi penelitian,pendekatan,teknik pengumpulan data,teknik analisa data.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan

Bab ini berisi tentang masalah penelitian serta jawaban dari rumusan masalah, hasil

penelitian yang akan dilakukan akan di analisis sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan.

Dalam bab ini akan analisis kewenangan pemerintah desa dalam rangka memajukan

perekonomian masyarakat desa berdasarkan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang

desa. Kemudian dijelaskan faktor faktor pengahambat dalam memajukan perekonomian desa.

Bab V Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh untuk menjawab pokok-pokok

masalah serta saran dari penulis dan daftar pustaka.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Desa dan pemerintah desa

2.1.1 Pengertian Desa

Desa secara etimologi berasal dari bahasa sansekerta, deca yang berarti tanah air,

tanah asal atau tanah kelahiran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah satu

kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan

sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa merupakan kelompok rumah luar kota

yang merupakan kesatuan. Desa terbentuk atas prakarsa beberapa kepala keluarga yang

sudah bertempat tinggal menetap dengan memperhatikan asal-usul wilayah dan keadaan

bahasa, adat, ekonomi serta sosial budaya orang-orang setempat yang pada akhirnya

terbentuklah desa. Desa merupakan kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga

yang sudah menetap dan ketergantungannya pada sumber daya alam sekitarnya dengan

harapan mempertahankan hidup untuk mencapai kesejahteraan. Desa merupakan satuan

pemerintahan di bawah kabupaten/kota. Desa tidak sama dengan kelurahan yang statusnya di

bawah camat. Kelurahan hanyalah wilayah kerja lurah untuk melaksanakan administrasi

kecamatan dan tidak mempunyai hak untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat.

Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa”

menyatakan bahwa “Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam

mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,

demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat” (Widjaja, 2003: 3).3

3
HAW. Widjaya, 2003, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, h. 164

Pasal 1 Angka 1 Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

1 Suparmini, Agustina Tri Wijayanti. 2015. Buku Ajar Masyarakat Desa Dan Kota (Tinjauan Geografis,
Sosiologis Dan Historis). Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta. hlm. 4
Sedangkan pengertian desa menurut UU Nomor 6 tahun 2014, desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

2.1.2 jenis-jenis desa

Jenis Desa yaitu Desa terdiri atas Desa dan Desa Adat. Penyebutan Desa atau Desa

Adat disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di daerah masing-masing untuk

mencegah terjadinya tumpang tindih wilayah, kewenangan, duplikasi kelembagaan antara

Desa dan Desa Adat dalam satu wilayah. Desa atau yang disebut dengan nama lain

mempunyai karakteristik yang berlaku umum untuk seluruh Indonesia, sedangkan Desa

adat mempunyai karakteristik yang berbeda dari desa umumnya, terutama karena kuatnya

pengaruh adat terhadap sistem pemerintahan lokal, pengelolaan sumber daya lokal, dan

kehidupan sosial budaya masyarakat desa.

Desa Adat pada prinsipnya merupakan warisan organisasi kepemerintahan

masyarakat lokal yang dipelihara secara turun-temurun yang tetap diakui dan

diperjuangkan oleh pemimpin dan masyarakat Desa Adat agar dapat berfungsi

mengembangkan kesejahteraan dan identitas sosial budaya lokal. Desa Adat memiliki hak

asal usul yang lebih dominan daripada hak asal usul Desa sejak Desa Adat itu lahir

sebagai komunitas asli yang ada di tengah masyarakat. Desa Adat adalah sebuah kesatuan

masyarakat hukum adat yang secara 4historis mempunyai batas wilayah dan identitas

budaya yang terbentuk atas dasar teritorial yang berwenang mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat Desa berdasarkan hak asal usul.

4
Pada dasarnya kesatuan masyarakat hukum adat terbentuk berdasarkan tiga prinsip

dasar, yaitu genealogis, teritorial, dan/atau gabungan genealogis dengan teritorial. Yang

diatur dalam Undang-Undang ini adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang

merupakan gabungan antara genealogis dan teritorial. Dalam kaitan itu, negara mengakui

dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang

masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Implementasi dari kesatuan masyarakat hukum adat tersebut telah

ada dan hidup di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti huta/nagori di

Sumatera Utara, gampong di Aceh, nagari di Minangkabau, marga di Sumatera bagian

selatan, tiuh atau pekon di Lampung, desa pakraman/desa adat di Bali, lembang di Toraja,

banua dan wanua di Kalimantan, dan negeri di Maluku.

Di dalam perkembangannya, Desa Adat telah berubah menjadi lebih dari 1 (satu)

Desa Adat; 1 (satu) Desa Adat menjadi Desa; lebih dari 1 (satu) Desa Adat menjadi Desa;

atau 1 (satu) Desa Adat yang juga berfungsi sebagai 1 (satu) Desa/kelurahan. Maka dari

itu, Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 memungkinkan perubahan status dari Desa atau

kelurahan menjadi Desa Adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia atas prakarsa masyarakat.

Demikian pula, status Desa Adat dapat berubah menjadi Desa/kelurahan atas prakarsa

masyarakat.

2.1.3 kedudukan desa dalam struktur pemerintah

Pasal 5 Undang-Undang tentang Desa, Desa berkedudukan di wilayah

Kabupaten/Kota. Desa yang berkedudukan di wilayah kabupaten/Kota dibentuk dalam

sistem pemerintahan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-

daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan

undang-undang, mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan, menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan

pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintahan Pusat,

dan Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta

hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-

undang. Dalam hal ini diketahui bahwa Desa berkedudukan di Kabupaten/Kota yang bisa

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya serta menjalankan otonomi seluas-

luasnya termasuk dalam hal hak asal usul masyarakat desa.

2.1.4 perbedaan desa dan keluarahan

Dalam Pasal 1 UU Nomor 6 tahun 2014, telah diatur tentang difinisi desa,

menyatakan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa sebagai tempat kesatuan atau perkumpulan penduduk itu memiliki wewenang dalam

mengatur dan melaksanakan tugasnya dalam mensejahterakan penduduknya. Badan yang

bertugas dalam menyelenggarakan wewenang dan tugas tersebut adalah lembaga

Pemerintahan desa, seperti kepala desa, perangkat desa dan lembaga kemasyarakatan.

Kepala desa adalah termasuk struktur pemerintahan yang bertugas dalam

menyeleggarakan segala urusan pemerintah, dan berkewajiban dalam mengurus dan

meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan perangkat desa adalah suatu susunan

beberapa orang perwakilan dari penduduk desa yang tugas nya adalah sama dengan kepala

desa yaitu untuk menyelenggarakan pemerintah yang baik dan kesejahteraan penduduk itu
sendiri. Kepala desa sebagai kepala pemerintahan di desa dalam menjalanakan wewenang

tidak dapat sewenang-wenang tetapi juga ada aturan-aturan yang memberikan batasan

terhadap wewenang yang di milikinya tersebut, dan juga dalam menentukan wewenang

yang dipegang oleh kepala desa tersebut juga memiliki Undang-Undang atau aturan yang

mengatur. Singkatnya di dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 mengatur secara rinci dan detail

mengenai desa. Sedangkan keberadaan kelurahan secara detail dan rinci diatur dalam PP 73

Tahun 2005 tentang Kelurahan.

Kelurahan merupakan sebuah daerah administratif di wilayah Indonesia yang berada

di bawah wilayah kecamatan dan dipimpin oleh seorang Lurah. Lebih jelas mengenai

konsep kelurahan di atur dalam Pasal 1 angka 5 PP 73 Tahun 2005 yang menegaskan

bahwa Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat Daerah Kabupaten/Kota

dalam wilayah kerja Kecamatan. Mengenai kedudukan kelurahan berada di wilayah

kecamatan yang bertanggunjawab kepada Bupati/Walikota melalui Camat. Di Dalam

melakasanakan tugasnya Lurah berpedoman pada Pasa 5 yaitu :

a) pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan;

b) pemberdayaan masyarakat;

c) pelayanan masyarakat;

d) penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; 5

e) pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; dan

f) pembinaan lembaga kemasyarakatan

Difinisi konsep kelurahan juga ditegaskan oleh Daldjoeni yang menegaskan bahwa

kelurahan adalah pembagian wilayah administrative di Indonesia di bawah keacamatan.

Dalam konteks otonomi di Indonesia, kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai

perangkat daerah Kabupaten/Kota. Selanjutnya kelurahan merupakan unit pemerintahan

5
R.H.Unang Sunardjo, 1983, Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Bandung: Tarsito.
terkecil setingkat dengan desa. Berbeda dengan desa, kelurahan memiliki hak untuk

mengatur wilayahnya secara terbatas.

Selain ada pemerintahan dalam bentuk kelurahan, ada juga pemerintahan dalam desa.

Difinisi konsep desa dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 43 UU Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah. Ketentuan Pasal 1 angka 43 menentukan bahwa Desa adalah

desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

dan mengurus Urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya dalam Pasal

1 angka 3 menegaskan Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan

nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

2.2 Pemerintahan Desa

2.2.1 Pengertian Pemerintah Desa

Pemerintah desa merupakan bagian dari pemerintah nasional, yang

penyelenggaraanya ditujukan kepada desa. Menurut Hanif Nurcholis6,pemerintah

mempunyai tugas pokok yaitu: (1) melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan

pemerintahan umum, membangun dan membina masyarakat; (2) menjalankan tugas

pembantuan dari pemerintah, pemerintah Provinsi, dan pemerintah kabupaten. Dari tugas

pokok tersebut, lahirlah fungsi pemerintah desa yang berkaitan langsung dengan situasi

sosial dalam kehidupan bermasyarakat.7

Pemerintah Desa menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai

unsur penyelenggara pemerintah desa. Pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan
6
Hanif Nurcholis, 2011. pemerintahdesa. Jakarta : penerbit ERLANGGA
7
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa,
perangkat desa bertugas menyelenggarakan sistem pemerintahan desa, pembangunan,

pemberdayaan masyarakat, pemberian pelayanan dan pembinaan kemasyarakatan desa.

Sejalan dengan itu, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa juga mengartikan

bahwa pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu

perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara kepemerintahan desa.8

2.2.2 pemerintahan desa

Kata pemerintahan dan kata pemerintah memiliki pengertian yang berbeda.

Pemerintah mengandung pengertian sebagai “organ” atau alat Negara yang menjalankan

tugas dan fungsi pemerintahan, sedangkan pemerintahan mengandung pengertian sebagai

“fungsi” dari pemerintah. Istilah pemerintah dalam arti “organ” atau alat negara, dapat

dibedakan menjadi dua yakni pemerintah dalam arti sempit, khusus hanya menyangkut

kekuasaan eksekutif. Menurut UUD 1945, pemerintah adalah presiden dan dibantu oleh

Menterimenteri. Pemerintah dalam arti luas adalah semua organ negara termasuk DPR

(eksekutif dan legislatif). Pada umumnya, yang disebut dengan “pemerintah” adalah

sekelompok individu yang mempunyai wewenang tertentu untuk melaksanakan

kekuasaan yang dalam arti ini melaksanakan wewenang yang sah dan melindungi serta

meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui perbuatan dan pelaksanaan berbagai

keputusan. Pemerintah desa sebagai penyelenggara pemerintahan dilaksanakan kepala

desa yang dibantu oleh perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Dalam kehidupan bernegara pemerintahan sangat dibutuhkan untuk mengatur rakyat,

mengayomi rakyat, serta memenuhi kebutuhan rakyat karena sifat hakikat negara

memiliki sifat memaksa, monopoli, dan mencakup keduanya. Dengan adanya

pemerintahan, semua wilayah dan batas-batasnya dapat dikontrol dan diawasi serta dapat

8
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
diatur dengan mudah. Setiap wilayah memiliki pemerintahan dan perangkat

pemerintahannya sendiri mulai dari desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan

pemerintah pusat. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengetahui pemerintah desa

dan perangkatnya. Istilah pemerintahan dan pemerintah sendiri dalam masyarakat secara

umum diartikan sama, dimana kedua kata tersebut diucapkan bergantian (pemerintah atau

pemerintahan). Sebutan kedua kata atau istilah tersebut menunjuk pada penguasa atau

pejabat. Mulai dari Presiden hingga Kepala Desa, artinya semua orang yang memegang

jabatan disebutlah pemerintah atau pemerintahan, tetapi orang yang bekerja di dalam

lingkungan pemerintah atau pemerintahan disebut orang pemerintah(an).

2.2.3 Unsur pemerintah desa

2.2.3.1 Pengertian Kepala Desa

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang petunjuk

pelaksanaan undang-undang desa, dalam struktur organisasi pemeritahan desa,

disebutkan bahwa “kepala desa adalah pemimpin pemerintah desa tertinggi yang dalam

melaksanakan tugasnya dibantu oleh perangkat desa. Kepala desa diangkat dan dilantik

oleh bupati melalui pemilihan langsung oleh penduduk desa warga negara Republik

Indonesia dengan masa jabatan 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1

(satu) kali masa jabatan berikutnya9

Kepala desa berkedudukan sebagai alat pemerintah desa yang memimpin

penyelenggaraan pemerintahan desa. Kepala Desa bukan saja menjalankan pemerintahan,

membina ketertiban dan ketentraman, menjaga supaya hukum yang dilanggar dapat

dipulihkan seperti sediakala, tetapi juga agar orang-orang yang melanggar hukum itu

tidak mengulangi lagi perbuatannya dan orang-orang yang telah didamaikan benar-benar

damai seperti semula.

9
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang petunjuk pelaksanaan undang-undang desa
Kepala desa adalah kepala organisasi pemerintahan desa yang berkedudukan strategis

dan mempunyai tanggung jawab yang luas. Tanggung jawab meliputi urusan tugas

pekerjaan yang terpisah dan terbagi kepada pejabat instansi pemerintah berdasarkan asas

dekonsentrasi dan desentraliasi, sedangkan di desa tanggung jawab urusan tugas

pelayanan itu terpusat pada kepala desa. Tanggung jawab urusan tugas pekerjaan itu

dapat dilaksanakan sendiri oleh kepala desa atau melalui orang lain.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, kepala desa mempunyai tugas dan

kewajiban: memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelaksanaan pendataan

penduduk untuk kepentingan nasional dan melaporkannya kepadapemerintah melalui

bupati dan tembusan camat, membina kehidupan masyarakat desa, membina

perekonomian desa, memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa,

mendamaikan perselisihan masyarakat di desa, di bantu oleh lembaga adat desa,

mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya,

mengajukan rancangan peraturan desa dan bersama BPD menetapkannya sebagai

peraturan desa, menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang didesa

bersangkutan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014, kepala desa mempunyai

wewenang menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Pelaksanakan tugasnya kepala desa mempunyai wewenang memimpin penyelenggaraan

pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD, mengajukan

rancangan peraturan desa, menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan

bersama BPD, menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB

Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD, membina kehidupan masyarakat desa,

membina perekonomian desa, mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif,

mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum
untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan melaksanakan

wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.2.4 Tugas dan Kewenangan Kepala Desa

Kepala desa dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan UU

Desa No. 6 Tahun 2014 maka dikatakan dalam pasal 26 sebagai berikut:

1) Kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan

pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan

masyarakat desa.

2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala desa

berwenang :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa.

b. Mengankat dan memberhentikan perangkat desa.

c. Memegang kekuasaan pengelolaan dan asset desa.

d. Menetapkan peraturan desa.

e. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa.

f. Membina kehidupan masyarakat desa.

g. Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa1011

h. Membina dan meningkatkan perekonomian desa serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk

yang sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa

3) Dalam menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala desa

berhak :

a. Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa.

10
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014, kepala desa mempunyai wewenang menyelenggarakan urusan
pemerintahan.
11
UU Desa No. 6 Tahun 2014 pasal 26 tugas dan tanggung jawab kepala desa
b. Mengajukan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa. c.

Mengajukan rancangan peraturan desa.

c. Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan

lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan.

d. Memberikan mandat pelaksanaan tugas kewajiban lainnya kepada

perangkat desa

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 dalam melaksanakan tugas,

wewenang, kewajiban, dan hak kepala desa sebagaimana dimaksud pada

pasal 14 yaitu :

a. Kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,

pembangunan, dan kemasyarakatan.

b. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala

desa mempunyai wewenang

1 Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama BPD

2 Mengajukan rancangan peraturan desa.

3 Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama

BPD

4 Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB

Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD

5 Membina kehidupan masyarakat desa.

6 Membina perekonomian desa.

7 Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif

2.2.5 Hubungan pemerintah Desa dan BPD


Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala desa dalam hal ini bertanggung

jawab kepada Badan Permusyawaratan Desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tersebut kepada bupati.Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum publik maupun

hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda dan bangunan serta dapat dituntut dan

menuntut di pengadilan. Untuk itu, kepala desa dengan persetujuan Badan

Permusyawaratan Desa mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum

dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan.Sebagai perwujudan

demokrasi, di desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) yang sesuai

dengan budaya yang berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai

lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa dan Keputusan Kepala Desa.

Badan Permusyawaratan Desa adalah wakil penduduk desa yang dipilih dari

dan oleh penduduk desa yang mempunyai fungsi mengayomi, adat istiadat, membuat

peraturan desa dan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan desa. Untuk itu BPD dan

kepala desa menetakan peraturan desa. Dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya, kepala desa bertanggung jawab kepada rakyat melalui BPD dan

melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada bupati

2.2.5.1 Pengertian Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

disebut BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Oleh

karenanya BPD sebagai jembatan penghubung antara kepala desa dengan masyarakat desa,

juga dapat menjadi lembaga yang berperan sebagai lembaga representasi dari masyarakat.
Dalam Permendagri Nomor 110 Tahun 2016 BPD berkedudukan sebagai lembaga yang

melaksanakan fungsi pemerintahan.

2.2.5.2 Tugas dan Kewenangan BPD

Kemudian di dalam pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa anggota BPD merupakan wakil

dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan yang

pengisiannya dilakukan secara demokratis melalui proses pemilihan secara langsungatau

musyawarah perwakilan. Ayat 2 menyebutkan Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan

jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang. Kemudian

dalam ayat 3 menyebutkan Penetapan Jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud jumlah

penduduk dan kemampuan Keuangan Desa. Tugas Badan Permusyawaratan desa diatur

dalam Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan

Permusyawaratan Desa pasal 32, bahwa Badan Permusyawaratan Desa mempunyai tugas:

a. Menggali aspirasi masyarakat;

b. Menampung aspirasi masyarakat;

c. Mengelola aspirasi masyarakat;

d. Menyalurkan aspirasi masyarakat;

e. Menyelenggarakan musyawarah bpd;

f. Menyelenggarakan musyawarah desa;

g. Membentuk panitia pemilihan kepala desa;

h. Menyelenggarakan musyawarah desa khusus untuk pemilihan kepala desa antar

waktu;

i. Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa;

j. Melaksanakan pengawasan terhadap kinerja kepala desa;

k. Melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan desa;


2.3 Kewenangan pemerintah desa

2.3.1 pengertian wewenang

Kata kewenangan berasal dari kata dasar wewenang yang diartikan sebagai hal

berwenang, hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu. Kewenangan adalah

apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan berasal dari kekuasaan legislate (diberi oleh

undang-undang) atau dari kekuasaan eksekutif administrative. Kewenangan yang biasanya

terdiri dari beberapa wewenang adalah kekuasaan terhadap segolongan orang tertentu atau

kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan.

Dalam literature ilmu politik, ilmu pemerintahan, dan ilmu hukum sering ditemukan

istilah kekuasaan, kewenangan, dan wewenang. Kekuasaan sering disamakan begitu saja

dengan kewenangan dan kekuasaan sering dipertukarkan dengan istilah kewenangan,

demikian pula sebaliknya. Bahkan kewenangan sering disamakan juga dengan wewenang.

Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan dalam arti bahwa “ada satu pihak yang memerintah

dan pihak lain yang diperintah” (the rule and the ruled).

Ateng Syafrudin berpendapat ada perbedaan antara pengertian kewenangan dan

wewenang. Kita harus membedakan antara kewenangan (authority, gezag) dengan

wewenang (competence, bevoegheid). Kewenangan adalah apa yang diberikan oleh undang-

undang, sedangkan wewenang hanya mengenai suatu “onderdeel” (bagian) tertentu saja dari

kewenangan. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang (rechtshe voegdheden).

Wewenang merupakan lingkup tindakan hukum public, lingkup wewenang pemerintahan,


12
tidak hanya meliputi wewenang membuat keputusan pemerintah (bestuur), tetapi meliputi

wewenang dalam rangka pelaksanaan tugas, dan memberikan wewenang serta distrubi

wewenang utamanya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.15Secara yuridis,

12
Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia, Hal. 78
pengertian wewenang adalah kemampuan yang diberikan oleh peraturan perundang-

undangan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum.

2.3.2 jenis-jenis wewenang

Di dalam negara hukum dikenal atas legalitas yang menjadi pilar utamanya dan

merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar dalam setiap penyelenggaraan

pemerintahan dan keneharaan di setiap negara hukum terutama bagi negara-negara hukum

dan sistem konstitunental. Philipus M. hadjon13 mengemukanan bahwa kewenangan

diperoleh melalui tiga sumber yaitu ; atribusi, delegasi, mandate. Kewenangan atribusi

lazimnya digariskan melalui pembagian kekuasaan negara oleh Undang-undang Dasar,

kewenangan delegasi dan mandate adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan

Bedanya kewenangan delegasi terdapat adanya pemindahan atau pengalihan

kewenangan yang ada, atau dengan kata lain pemindahan atribusi kepada pejabat

dibawahnya dengan dibarengi pemindahan tanggung jawab. Sedangkan pada kewenangan

mandat yaitu dalam hal ini tidak ada sama sekali pengakuan kewenangan atau pengalihan

tangan kewenangan, yang ada hanyajanji-janji kerja intern antara penguasa dan pegawai

(tidak adanya pemindahan tanggung jawab atau tanggung jawab tetap pada yang memberi

mandat). Setiap kewenangan dibatasi oleh isi atau materi, wilayah dan waktu. Cacat dalam

aspek-aspek tersebut menimbulkan cacat kewenangan (onbevoegdheid) yang menyangkut

cacat isi, cacat wilayah, dan cacat waktu.14

Atribusi terjadinya pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu

ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Atribusi kewenangan dalam peraturan

perundang-undangan adalah pemberian kewenangan membentuk peraturan perundang-

undangan yang pada puncaknya diberikan oleh UUD 1945 atau UU kepada suatu lembaga
13
Philipus m. Hadjon, Wewenang, Makalah, Universitas Airlangga, Surabaya, Hal. 112
14
Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, 2013, Jakarta, PT Raja Grafindo, Hal.104
negara atau pemrintah. Kewenangan tersebut melekat terus menerus dan dapat dilaksanakan

atas prakarsa sendiri setiap diperlukan. Disini dilahirkan atau dicipkatakan suatu wewenang

baru. Legislator yang kompeten untuk memberikan atribusi wewenang pemerintahan

dibedakan: original legislator, dalam hal ini di tingkat pusat adalah MPR sebagai pembentuk

Undang-undang Dasar dan DPR bersama Pemerintah sebagai yang melahirkan suatu undang-

undang. Dalam kaitannya dengan kepentingan daerah, oleh konstitusi diatur dengan

melibatkan DPD. Di tingkat daerah yaitu DPRD dan pemerintah daerah yang menghasilkan

Peraturan Daerah.

Pada delegasi, terjadilah pelimpahan suatu wewenang yang teah ada oleh badan atau

jabatan tata usaha negara yang telah memperoleh wewenang pemerintahan secara atributif

kepada badan atau jabatan tata usaha negara lainnya. Jadi suatu delegasi selalu diawali oleh

atribusi wewenang.

Pengertian mandat dalam asas-asas Hukum Administrasi Negara, berbeda dengan

pengertian mandataris dalam konstruksi mandataris menurut penjelasan UUD 1945 sebelum

perubahan. Dalam Hukum Administrasi Negara mandat diartikan sebagai perintah untuk

melaksanakan atasan, kewenangan dapat sewaktu-waktu dilaksanakan oleh pemberi mandat,

dan tidak terjadi peralihan tanggung jawab. Berdasarkan uraian tersebut, apanila wewenang

yang diperoleh organ pemerintahan secara atribusi itu bersifat asli berasal dari peraturan

perundang-undangan, yaitu dari redaksi pasal-pasal tertentu dalam peraturan perundang-

undangan. Penerima dapat menciptakan wewenang baru atau memperluas wewenang yang

sudah ada dengan tanggung jawab intern dan ekstern pelaksanaan wewenang yang

didistribusikan sepenuhnya berada pada penerima wewenang atribusi

2.3.3 karekteristik wewenang

Kewenangan secara umum merupakan lingkup kekuasaan yang dimiliki seseorang atau

kelompok untuk memerintah, mengatur, dan menjalankan tugas di bidangnya masing-


masing. Kewenangan merupakan unsur dari kekuasaan yang dimiliki seseorang. Dalam

berkuasa biasanya seorang pemegang kuasa berwenangan untuk menjalankan kekuasaannya

sesuai dengan wewenang yang diberikan kepadanya. Menurut Kaplan (2011:6) “kewenangan

adalah kekuasaan Formal yang berhak untuk mengeluarkan perintah dan membuat peraturan-

peraturan serta berhak mengharapkan kapatuhan terhadap peraturan-peraturan”. Adapun

pengertian kewenangan menurut Budihardjo (2011:7) adalah kekuasaan yang dilembagakan,

kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu yang dimaksudkan untuk

menimbulkan akibat hukum, dan hak yang berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak

melakukan tindakan tertentu atau menuntut pihak lain untuk melakukan tindakan tertentu.

Menurut Bagir Manan wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan.

Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat dan tidak berbuat.Wewenang sekaligus

berarti hak dan kewajiban.

Pengertian kewenangan menurut Stout (2010:71) adalah Pengertian yang berasal dari

hukum organisasi pemerintah, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan yang

berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang-wewenang pemerintah oleh subjek

hukum publik di dalam hubungan hukum publik. Adapun pengertian kewenangan menurut

Tonaer (2011:5) adalah kemampuan untuk melaksanakan hukum positif, dan dengan begitu,

dapat diciptakan hubungan hukum antara pemerintah dengan warga negara. Otoritas atau

kewenangan sering didefinisikan sebagai kekuasaan, kekuasaan yang memerintahkan

kepatuhan kekuasaan itu meletakkan kleimnya atas otoritas yang dikuasai. Yang dimaksud

dengan otoritas atau wewenang ialah hak yang sudah didirikan, dalam ketertiban sosial

manapun, untuk menetapkan kebijaksanaan, untuk mengumumkan keputusan pertimbangan

atas pokok persoalan yang relevan, dan untuk mendamaikan pertentangan-pertentangan, atau

pembimbing bagi orang-orang lain.

2.4 Perekonomian Masyarakat


2.4.1 Pengertian Lembaga Perekonomian Masyarakat

Kelembagan berasal dari kata lembaga yang berarti aturan dalam organisasi atau

kelompok masyarakat untuk mambantu anggotanya dapat berinteraksi dengan yang lain

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu lembaga juga dapat diartikan sebgai

aturan dalam sebuah kelompok sosial yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosia,

politik, dan ekonomi. Kelembagaan berisi sekelompok orang yang bekerjasama dengan

pembagian tugas tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang

berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Sementara

tindakan ekonomi adalah setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling baik

dan paling menguntungkan. Dalam melakukan tindakan, maka ada motif ekonomi

diantaranya motif intrinsic yang dilakukan berdasarkan kemauan sendiri dan motif ekstrinsif

berdasarkan keinginan atas dorongan orang lain (Clara, 2012).15

Ekonomi kelembagaan masyarakat dalam perencanan pembangunan peternakan

merupakan pembentukan suatu organisasi masyarakat dalam memperoleh sebuah

keuntungan, kebutuhan, penghargaan, kekuasaan serta dapat menolong sesama melalui

interaksi antar anggotanya. Hal inilah yang melatar belakangi ekonomi lembaga

kemasyarakatan dalam perencanaan pembangunan peternakan agar dapat mewujudkan satu

bagian dari struktur sosial sehingga menjadi utuh dan saling berkesinambungan khususnya

dalam usaha peternakan.Kondisi ekonomi kelembagaan masyarakat dalam perencanaan

pembangunan peternakan yang ada di Kelurahan Tallumpanua Kecamatan Suppa Kabupaten

Pinrang, terdapat beberapa ekonomi kelembaga masyarakat diantaranya BUD (Badan Usaha

Desa), SPP (simpan pinjam perempuan), KUD (koperasi unit desa), dan koperasi. Keempat

15
(Clara, 2012) lembaga perekonomian masyarkat
ekonomi lembaga kemasyarakatan merupakan suatu kegiatan kelompok masyarakat yang

dianggap penting demi mencapai kebutuhan masyarakat.

2.7 Gambaran Umum Desa Sekarpuro

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur

yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis

mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis
untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan

terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakekat

penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong peneliti

untuk melakukan penelitian.

3.1 Jenis penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris yang bersifat

kualitatif menekankan unsur manusia sebagai instrumen penelitian, dengan menekankan

unsur manusia sebagai instrumen penelitian maka akan mempermudah penyesuaian dengan

kenyataan yang terjadi dilapangan. Peneliti akan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti

obyek kajiannya dan mengadakan interaksi langsung dengan masyarakat yang bertujuan

mendapatkan informasi yang mendalam mengenai peranan pemerintah desa dalam

meningkatkan kesejahteran masyarakat termasuk faktor penghambat dan pendorong dalam

memberdayakan masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2003).

3.2 Solusi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sekarpuro yang terletak di Desa Sekarpuro Jl. Locari,

Kabupaten Malang, Adapun jadwal penelitian, yang tertera pada tabel dibawah ini.

3.3 Pendekatan penelitian

3.3.1 pendekatan perundang-undangan

Pendekatan perundangan-undangan adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara

menganalisa aturan dan regulasi yang berkaitan dengan isu hukum tersebut. Pendekatan

Histori adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara melihat suatu permasalahan yang
melatar belakangi dengan apa yang dipelajari serta perkembangan pengaturan terkait isu

yang terjadi di masyarakat.

3.3.2 Pendeketan konsep

Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarah pemerintah desa untuk

mengusai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep.konsep

adalah klasifikasi perangsang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama.konsep merupakan

stuktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.

Pendekatan konsep merupkan suatu pendekatan penelitian secara langsung dalam

menyajikan konsep dalam memberi kesempatan kepada pemeritah desa untuk menjadi

wewenagan dalam memajukan perekonomian masyarakat.

3.3.3 Pendekatan sosiologis

Dalam metode penelitian hukum menurut Prof. Dr.Soerjono Soekanto, SH.,

MA16 terdiri dari penelitian hukum normatif dan penelitian hukum sosiologis atau

empiris. Penelitian hukum normatif terdiri dari penelitian terhadap azas-azas hukum,

sistematika hukum, sinkronisasi hukum dan perbandingan hukum. Sedangkan penelitian

hukum sosiologis atau empiris merupakan penelitian terhadap identifikasi hukum dan

efektifitas hukum dalam dinamika sosial kemasyarakatan. Untuk itu hukum seringkali

dihubungkan dengan dinamika kemasyarakatan yang sedang dan akan terjadi.

Namun berbeda menurut Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, SH., MS., LLM 17 yang

menyatakan bahwa penelitian socio-legal research (penelitian hukum sosiologis) bukan

penelitian hukum. Menurut beliau penelitian hukum sosiologis maupun penelitian hukum

hanya memiliki objek yang sama, yakni hukum. Penelitian hukum sosiologis hanya

menempatkan hukum sebagai gejala sosial, dan hukum hanya dipandang dari segi luarnya

saja, dan yang menjadi topik seringkali adalah efektifitas hukum, kepatuhan terhadap hukum,

16
Prof. Dr.Soerjono Soekanto, SH., MA
17
Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, SH., MS., LLM,jakarta penelitian hukum sosiologis 2011 hlm 62
implementasi hukum, hukum dan masalah sosial atau sebaliknya. Untuk itu hukum selalu

ditempatkan sebagai variabel terikat dan faktor-faktor non-hukum yang mempengaruhi

hukum dipandang sebagai variabel bebas. Dalam Penelitian hukum sosiologis untuk

menganalisis hipotesa diperlukan data, sehingga hasil yang diperoleh adalah menerima atau

menolak hipotesis yang diajukan.

Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purvosive

sampling dan snowball sampling, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.

Menurut Faisal (dalam Sugiono, 2016: 221)18 sumber data atau informan sebaiknya yang

memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Mereka yang menguasai atau memahami tentang peningkatan kemajuaan


perekonomian masyarakat di kantor Kepala Desa Sekarpuro, sehingga sesuatu itu
bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya. Dalam hal ini yang memahami
dan menguasinya yaitu pemerintah desa.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat dalam
memajukan perekonomian masyarakat yaitu pemerintah desa.
3. Masyarakat yang terlibat atau ikut berpartisipasi dalam proses memajukan
perekonomian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian Kepustakaan yaitu memanfaatkan perpustakaan sebagai saran dalam

mengumpulkan data dengan mempelajari buku –buku sebagai bahan refrensi. Penelitian

Lapangan yaitu penelitin yang dilakukan secara langsung dilapangan dengan

menggunakan beberapa Teknik sebagai berikut:

a. Observasi, ini dalam proses pengumpulan data berfungsi untuk mencatat peristiwa,

situasi, kondisi, dan hal-hal yang berguna dalam penelitian. Hasilnya yaitu

18
Sugiono, 2016: hlm 22
informasi yang berupa catatan harian, daftar checklist, turun serta melihat secara

langsung bagaimana pembangunan itu terlaksana.

b. Wawancara, dalam penelitian ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya

terbuka agar responden memberikan informasi sebanyak mungkin dari pertanyaan

yang diajukan peneliti. Lembar wawancara ini merupakan pedoman utama dalam

pengumpulan data dari responden yang digunakan sebagai bahan penelitian tentang

peranan kepala desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa

Sekarpuro.

c. Dokumentasi, digunakan untuk menggali informasi subjek yang telah tercatat

sebelumnya. Hal ini berupa catatan tertulis, dokumen, foto, dan lain sebagainya.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data

3.5 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka metode analisis data yang digunakan adalah

deskriptif peran kepala desa. Melalui teknik tersebut, akan digambarkan seluruh fakta

yang diperoleh dari lapangan dengan menerapkan prosedur sebagai berikut: analisis

deskriptif kualitatif dengan mengembangkan kategori-kategori yang relevan dengan

tujuan penelitian. Penafsiran terhadap hasil analisis deskriptif kualitatif dengan

berpedoman kepada teori-teori yang sesuai.

Menurut Miles dan Huberman (1992:16),19 secara umum analisis data kualitatif terdiri

dari 3 (tiga) alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan masing-masing adalah:

1. Reduksi
Data Reduksi data yaitu sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

19
Menurut Miles dan Huberman secara umum analisis data kualitatif (1992:hlm 16)
catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

memanajemen, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengoordinasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan kesimpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis data adalah penyajian data dalam

bentuk sekumpulan informasi yang tersusun secara lebih sistematis yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan

melihat penyajian data kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa

yang harus dilakukan, lebih jauh menganalisis atau mengambil tindakan berdasarkan

atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian data tersebut. Data dapat

disajikan dalam bentuk matriks, jaringan grafik, bagan dan sebagainya yang

mempermudah peneliti memahami pola umum dari data atau informasi yang

diperoleh.

3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Pengambilan kesimpulan pada hakekatnya adalah memberi pemaknaan dari data

yang diperoleh. Untuk itu sejak pengumpulan data awal, peneliti berusaha memaknai

data yang diperoleh dengan cara mencari pola, model, tema, hubungan persamaan,

alur sebab akibat dan hal lain yang sering muncul. Pada awalnya kesimpulan itu

masih kabur tetapi semakin lama kesimpulan akan semakin jelas setelah dalam

proses selanjutnya didukung oleh data yang semakin banyak. Kesimpulan-

kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Singkatnya makna-

makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan

kecocokannya sehingga akan diperoleh satu keyakinan mengenai kebenarannya.

3.6 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian merupakan objek penelitian dimana kegiatan penelitian dilakukan.

Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah atau memperjelas lokasi

yang menjadi sasaran dalam penelitian. Adapun alasan dipilihnya lokasi penelitian di Desa

Sekarpuro Kecamatan Pakis Kabupaten Malang sebagai lokasi penelitian yaitu karena di

Desa sekarpuro belum pernah diadakan penelitian yang serupa khususnya mengenenai

kewenangan pemerintah desa dalam rangka memajukan perekonomian masyarakat

berdasarkan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tetang desa di Desa sekarpuro Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang.

Anda mungkin juga menyukai