Anda di halaman 1dari 45

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada sistem pemerintahan yang ada dan berlaku pada saat ini, desa

mempunyai wewenang yang penting dalam membantu pemerintah daerah dalam

pelaksanaan pemerintahan, termasuk pembangunan. Semua ini dilakukan sebagai

langkah nyata pemerintah daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah.

Tujuan dari kebijakan Otonomi Daerah adalah memberi peluang dan kesempatan bagi

terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih di daerah, yang berarti pelaksanaan

tugas pemerintah daerah harus didasarkan pada prinsip : efektif, efisien, terbuka dan

akuntabel. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Desa

memberikan kesempatan kepada masyarakat desa untuk mengatur dan mengurus

rumah tangganya sendiri, dengan persyaratan yang diamanatkan dalam undang-

undang tersebut, yakni diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip

demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, serta memperhatikan

potensi dan keaneka-ragaman daerah.

Adanya PP No.72 tahun 2005 dan di revisi UU No.6 tahun 2014 tentang

Desa sangat jelas mengatur tentang pemerintahan Desa, yang menyatakan bahwa

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang meniliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

1
Indonesia. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah

keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan

masyarakat. Pemerintahan desa berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintahan Desa dan Badan

Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati

dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Munculnya undang-undang desa tersebut semakin memberi keleluasaan

kepada desa untuk melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan

mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh desa. Banyak sisi positif

yang diharapkan dengan munculnya undang-undang desa tersebut, akan tetapi disisi

lain juga dikhawatirkan akan memunculkan banyak permasalahan ketika pemerintah

baik pusat maupun daerah tidak menyikapi dengan baik konsekuensi dengan

munculnya undang-undang desa tersebut.

Dengan telah disahkannya Undang-undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa,

maka desa menjadi prioritas pembangunan yang diawali dengan Nawacita ke-tiga

Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Nawacita ke-tiga Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden

Jusuf Kalla yaitu “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah

dan desa”. Salah satu agenda besarnya adalah mengawal implementasi Undang-

undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa secara sistematis, konsisten dan

berkelanjutan dengan fasilitasi, supervisi dan pendampingan. Pendampingan desa itu

2
bukan hanya sekedar menjalankan amanat UU Desa, tetapi juga modalitas penting

untuk mengawal perubahan desa untuk mewujudkan desa yang mandiri dan inovatif

(Kessa, 2015:4).

Dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat (PP No. 8 Tahun 2016). Dalam

pelaksanaan Kewenangan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa serta

penggunaan Dana Desa di wilayah kabupaten/kota sebagaimana yang termuat dalam

Permendes PDTT No. 21 Tahun 2015, Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai

pelaksanaan program dan kegiatan berskala lokal Desa bidang Pembangunan Desa

dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia (PMK) No. 49 Tahun 2016, rincian Dana Desa setiap desa dialokasikan

secara merata dan berkeadilan berdasarkan Alokasi Dasar dan Alokasi Formula.

Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan kabupaten di Provinsi Jambi

yang mendapatkan kucuran Dana Desa sebesar Rp 24 miliar pada tahun 2016.

Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang terletak di Provinsi Jambi beribukotakan

Muara Sabak. Kabupaten ini memiliki luas wilayah sekitar 5.445,0 km 2 yang terbagi

dalam 11 kecamatan, 20 kelurahan, dan 73 desa.

3
Salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur

adalah Kecamatan Dendang. Kecamatan Dendang beribukota Rantau Indah, dengan

luas wilayah 477,17 km2 yang terdiri dari 1 kelurahan dan 6 desa dan jumlah

penduduk sebanyak 15.027 jiwa pada tahun 2016. (BPS Kabupaten Tanjung Jabung

Timur, 2017)

Kecamatan Dendang mendapatkan kucuran Dana Desa sebesar Rp 4 miliar

lebih pada tahun 2016. Besarnya dana yang diterima mengandung kekhawatiran

banyak pihak. Seperti kita ketahui bahwa dana desa digunakan untuk pembangunan

desa dan mampu menyelesaikan masalah kemiskinan di pedesaan, namun

dikhawatirkan justru akan menjadi lahan aparatur desa melakukan tindak pidana

korupsi mengingat minimnya pengawasan karena letak geografis desa yang cukup

jauh dari pusat ibukota kabupaten/kota maupun ibukota provinsi. . Sekretaris daerah

Kabupaten Tanjung Jabung Timur juga meminta kepada Camat untuk terus

melakukan pembinaan dan pengawasan kepada pemerintah Desa di wilayah masing-

masing. Maka dari itu Kepala Desa diminta segera mempelajari pedoman dan

petunjuk pengelolaan keuangan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa

tertarik untuk melakukan penelitian dan pengkajian tentang “Analisis Efektivitas

Pengelolaan Keuangan Dana Desa di Kecamatan Dendang, Kabupaten Tanjung

Jabung Timur”.

4
1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penyusunan dan penetapan rencana pengelolaan keuangan

dana desa di Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

2. Bagaimana efektivitas dana desa dalam pembangunan desa dan pemberdayaan

masyarakat di Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pengelolaan keuangan dana

desa di Kecamatan Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah sebagaimana disebutkan di atas, maka

adapaun tujuan penelitian ini dilakukan yaitu:

1. Untuk menganalisis proses penyusunan dan penetapan rencana pengelolaan

dana desa di Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

2. Untuk menganalisis efektivitas dana desa dalam pembangunan desa dan

pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung

Jabunng Timur.

3. Untuk mengamati faktor-faktor yang dapat berdampak pada tingkat efektivitas

pengelolaan keuangan dana desa Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung

Jabung Timur.

5
1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai landasan penelitian selanjutnya dan sebagai pengetahuan yang sangat

berharga bagi peneliti tentang Dana Desa (DD) khususnya pemanfaatan dana

desa di Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur .

2. Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan

Dana Desa (DD) khususnya pemerintah di Kecamatan Dendang Kabupaten

Tanjung Jabung Timur.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, decayang berarti

tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau village

diartikan sebagai “a groups of hauses or shops in a country area, smaller than

town”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk

mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang

diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.

Penjelasan resmi pasal 1, UU 1948/22 menyatakan bahwa desa

dimaksudkan daerah yang terdiri dari satu atau lebih dari satu (disumatera: negeri,

marga, dan sebagainya) yang digabungkan hingga merupakan suatu daerah yang

mempunyai syarat-syarat cukup untuk berdiri menjadi daerah otonom yang berhak

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sebab desa atau kota kecil itu

adalah pemerintahan daerah-daerah yang terbawah. Sebenarnya desa juga adalah

suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya.

Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan dimuka bumi yang

ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik, kultural yang saling

7
berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah lain.

Selain dari itu Menurut Bintarto ada beberapa unsur desa yang lain :

1. Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, beserta

penggunaannya termasuk juga unsur lokasi, luas dan batas yang merupakan

lingkungan geografi setempat.

2. Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan,

persebaran, dan mata pencaharian penduduk desa setempat.

3. Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulandan ikatan ikatan pergaulan

warga desa. Jadi, menyangkut seluk-beluk kehidupan masyarakat desa.

Ketiga unsur desa ini tidak lepas satu sama lain, artinya tidak berdiri sendiri

melainkan merupakan suatu kesatuan.

2.1.1.1. Ciri-ciri Desa

Adapun ciri-ciri desa secara umum adalah :

a. Pembangunan di desa relatif lambat.

b. Hampir semua masyarakat desa hidup dari usaha pertanian dengan skala

usaha yang kecil. Walaupun sebagian besar masyarakat bermata

pencaharian sebagai petani / agraris, namun sebenarnya mata pencaharian

masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh faktor alam yang ada.

Berdasarkan mata pencahariannya, desa dapat dibedakan menjadi : desa

8
nelayan, desa agraris, desa perkebunan, desa peternakan, desa industri dan

sebagainya.

c. Corak kehidupan didesa berdasarkan pada ikatan kekeluargaan yang erat.

Masyarakat merupakan gemeinschafet yang memiliki unsur gotong

royong yang kuat.

d. Orientasi pembangunan di desa lebih diwarnai oleh adat, tradisi dan

kekeluargaan.

e. Perekonomian desa sangat dipengaruhi oleh musim, bencana hama,

penyakit, kekeringan dan juga lainnya.

f. Di pedesaan, adat dan tradisi masih terbentuk dan berkembang secara

turun-temurun.

2.1.1.2. Jenis Desa

Menurut Sriartha (2004:13), desa dapat diklompokkan berdasarkan tingkat

pembangunan dan kemampuan mengembangkan potensi yang dimilikinya, maka desa

dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Swadaya

Desa Desa swadaya merupakan suatau wilayah pedesaan yang hamper

seluruh masyarakatnya mampu memenuhi kebutuhannya dengan cara

mengadakan sendiri. Ciri-ciri desa swadaya adalah daerahnya terisolir dari daerah

lainnya, penduduknya jarang, mata pencaharian homogen yang bersifat agraris,

9
bersifat tertutup, masyarakat memegang teguh adat, teknologi masih rendah,

sarana dan prasarana sangat kurang, hubungan antar manusia sangat erat dan

pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga.

b. Desa swakarya

Desa swakarya adalah desa yang sudah bisa memenuhi kebutuhan sendiri,

kelebihan produksi sudah mulai dijual ke daerah lainnya. Ciri-ciri desa swakarya

antara lain, adanya pengaruh dari luar sehingga mengakibatkan perubahan pola

pikir, masyarakat sudah mulai terlepas dari adat, produktivitas mulai meningkat

dan sarana dan prasarana sudah mulai membaik.

c. Desa swasembada

Desa swasembada adalah desa yang lebih maju dan mampu

mengembangkan semua potensi yang ada secara optimal dengan ciri-ciri,

hubungan antar manusia bersifat rasional, teknologi dan pendidikan tinggi,

produktivitas tinggi, terlepas dari adat, sarana prasarana lengkap dan modern

(Wida, 2016:13).

2.1.1.3. Kewenangan Desa

Untuk menunjang kemandirian desa maka desa perlu diberikan kewenangan

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Adapun menurut RUU

Pemerintah, kewenangan desa meliputi : (1) Kewenangan yang sudah ada

berdasarkan hak asal usul desa dan kewenangan lokal berskala desa yang diakui

kabupaten/kota. (2) Kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan

10
Kabupaten/kota yang dilimpahkan pelaksanaannya kepada desa sebagai lembaga dan

kepada kepala desa sebagai penyelenggara pemerintah desa juga dibantu oleh BPD

dan perangkat desa. Adapun perangkat desa lainnya terdiri dari :

1. Sekretaris Desa

2. Pelaksana teknis Lapangan

3. Unsur kewilayahan

Badan Permusyawaratan desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan

demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD terdiri dari

Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama, atau tokoh

masyarakat lainnya. Adapun wewenang BPD antara lain :

a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan

peraturan kepala desa.

c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa

d. Membentuk panitia pemilihan kepala desa

e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan

aspirasi masyarakat.

11
2.1.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

APBN adalah undang-undang, sehingga merupakan kesepakatan antara

Pemerintah dan DPR, sebagaimana disebutkan dalam pasal 23 Undang-Undang Dasar

1945 yaitu: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari

pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan

dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara,

selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara

yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

Pemerintah menyusun APBN setiap tahun dalam rangka penyelenggaraan

fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara. APBN tersebut harus dikelola

secara tertib dan bertanggung jawab sesuai kaidah umum praktik penyelenggaraan

tata kepemerintahan yang baik. Sesuai pasal 26 Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara, setelah APBN ditetapkan dengan undang-undang,

pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.

APBN harus didesain sesuai dengan fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan

fungsi stabilisasi dalam upaya mendukung penciptaan akselerasi pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dan berkualitas. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17

12
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dijelaskan: fungsi alokasi mengandung arti

bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan

pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian,

fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, fungsi stabilisasi mengandung arti

bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan

keseimbangan fundamental ekonomi.

Beberapa faktor penentu postur APBN antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendapatan Negara

Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

(1) indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi;

(2) kebijakanpendapatan negara; (3) kebijakan pembangunan ekonomi; (4)

perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum; dan (5) kondisi dan

kebijakan lainnya. Contohnya, target penerimaan negara dari SDA migas turut

dipengaruhi oleh besaran asumsi lifting minyakbumi, lifting gas, ICP, dan asumsi

nilai tukar. Target penerimaan perpajakan ditentukanoleh target inflasi serta

kebijakan pemerintah terkait perpajakan seperti perubahan besaran pendapatan

tidak kena pajak (PTKP), upaya ekstensifikasi peningkatan jumlah wajib pajak

dan lainnya.

2. Belanja Negara

13
Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1)

asumsi dasarmakro ekonomi; (2) kebutuhan penyelenggaraan negara; (3)

kebijakan pembangunan; (4) resiko (bencana alam, dampak krisis global) dan (4)

kondisi dan kebijakan lainnya. Contohnya, besaran belanja subsidi energi

dipengaruhi oleh asumsi ICP, nilai tukar, serta target volume BBM bersubsidi.

3. Pembiayaan

Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1)

asumsi dasa rmakro ekonomi; (2) kebijakan pembiayaan; dan (3) kondisi dan

kebijakan lainnya.

2.1.3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas

dan disetujui bersama antara Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) , dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah . APBD disusun sesuai

dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan daerah .

Pengertian APBD menurut M.Suparmoko adalah anggaran yang memuat daftar

pernyataan rinci tentang jenis dan jumlah penerimaan, jenis dan jumlah pengeluaran

negara yang diharapkan dalam jangka waktu satu tahun tertentu (Murbanto, 2016).

Proses penyusunan APBD sebelum otonomi daerah berbeda dengan setelah

era otonomi daerah . Penyusunan APBD sebelum otonomi daerah tidak melibatkan

masyarakat secara langsung terhadap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan

14
sehingga aspirasi masyarakat kurang mendapat perhatian . Namun setelah era

otonomi daerah , penyusunan APBD lebih mengutamakan program dan kegiatan yang

benar-benar dibutuhkan oleh rakyat di daerah yang bersangkutan untuk memecahkan

masalah yang dihadapi dan mengembangkan potensi lokal di daerahnya. APBD

disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan

upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input

yang ditetapkan . Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan

perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk setiap sumber

pendapatan .

2.1.4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)

Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) adalah peraturan desa yang

memuat sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun

waktu satu tahun. APBDes terdiri atas bagian pendapatan Desa, belanja Desa dan

pembiayaan. Rancangan APBDes dibahas dalam musyawarah perencanaan

pembangunan desa. penyusunan APBDes berdasar pada RKPDesa, yaitu rencana

pembangunan tahunan yang ditetapkan dengan Peraturan Desa (Perdes). APBDes

yang ditetapkan dengan Peraturan Desa atau Perdes, merupakan dokumen rencana

kegiatan dan anggaran yang memiliki kekuatan hukum. Adapun Ketentuan

Penyusunan APBDes :

a. APBDes disusun berdasarkan RKPDesa yang telah ditetapkan dengan Perdes.

15
b. APBDes disusun untuk masa 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai 1

Januari sampai 31 Desember tahun berikutnya.

c. Prioritas Belanja Desa disepakati dalam Musyawarah Desa dan Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Desa berdasarkan pada penilai kebutuhan

masyarakat.

d. Rancangan APBDes harus dibahas bersama dengan Badan Permusyawaratan

Desa (BPD).

e. APBDes dapat disusun sejak bulan September dan harus ditetapkan dengan

Perdes, selambat-lambatnya pada 31 Desember pada tahun yang sedang

dijalani.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disebutkan

bahwa APBDes memuat tiga hal yakni Pendapatan Desa, Belanja Desa dan

Pembiayaan Desa.

1. Pendapatan Desa

Semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa

dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.

Ada tiga jenis pendapatan desa yakni pendapatan asli desa, dana transfer

dan pendapatan lain-lain:

a. Pendapatan Asli Desa (PAD)

Meliputi hasil usaha, hasil aset, swadaya, partisipasi, gotong royong,

dan lain-lain pendapatan asli desa. Hasil usaha desa dapat merujuk

16
pada Badan Usaha Milik Desa dan tanah kas desa. Sementara hasil

aset antara lain tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum,

jaringan irigasi.

Ada baiknya, sebelum merancang RAPB Desa, pemerintah desa

bersama masyarakat mengidentifikasi aset dan potensi desa. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan data tentang potensi

penerimaan desa yang diperoleh dari pengelolaan aset dan potensi

desa. Sehingga, dalam penyusunan APBDes bisa didasarkan pada data

yang disusun bersama masyarakat.

b. Dana Transfer

1) Dana Desa bersumber dari belanja pusat dengan

mengefektifkan program berbasis desa secara merata dan

berkeadilan.

2) Bagi hasil pajak dan retribusi dari Daerah Kabupaten/Kota

(paling sedikit 10 persen dari pajak dan retribusi daerah).

3) Alokasi Dana Desa (paling sedikit 10 persen dari dana

perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam anggaran

APBD setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus).

4) Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi.

5) Bantuan Keuangan dari APBD Kabupaten/Kota.

c. Pendapatan lain-lain

17
Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat dan

Pendapatan lain-lain yang sah.

2. Belanja Desa

Meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan

kewajiban desa dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh desa. Belanja Desa dipergunakan dalam

rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan desa. Klasifikasi belanja

desa terdiri atas kelompok:

a. Penyelenggaraan pemerintahan desa.

b. Pelaksanaan pembangunan desa.

c. Pembinaan kemasyarakatan desa.

d. Pemberdayaan masyarakat desa.

e. Belanja tak terduga.

Kelompok belanja di atas dibagi dalam kegiatan sesuai dengan kebutuhan

desa yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintahan Desa

(RPKDesa). Di masing-masing kegiatan tersebut kemudian diperinci

berdasarkan jenis belanja, antara lain:

a. Belanja pegawai.

b. Belanja barang dan jasa.

c. Belanja modal.

3. Pembiayaan Desa

18
Meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan

desa terdiri atas kelompok:

a. Penerimaan pembiayaan: Sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa

tahun sebelumnya), pencairan dana cadangan, hasil penjualan

kekayaan desa yang dipisahkan.

b. Pengeluaran pembiayaan: pembentukan dana cadangan dan

penyertaan modal desa.

Pembentukan dana cadangan ditetapkan melalui peraturan desa. Dalam

penganggaran dana cadangan tidak boleh melebihi tahun akhir masa

jabatan Kepala Desa. Peraturan desa tentang dana cadangan sekurang-

kurangnya memuat:

a. Penetapan tujuan pembentukan dana cadangan;

b. Program dan kegiatan yang akan didanai dari dana cadangan;

c. Besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus

dianggarkan;

d. Sumber dana cadangan; dan

e. Tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.

2.1.5. Dana Desa (DD)

19
Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2014 mendefenisikan dana desa sebagai

dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang

diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan

pemberdayaan masyarakat. Pengelolaan Dana Desa merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari pengelolaan keuangan desa dalam APBDesa. Dana desa dikelola

berdasarkan azas-azas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib

anggaran dan dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai 1 Januari

sampai 31 Desember 2016. Pengelolaan Dana Desa sebesar 10% diperuntukkan untuk

operasional pemerintahan desa dan 90% diperuntukkan untuk pembangunan fisik dan

non-fisik (pemberdayaan masyarakat) dengan ketentuan non-fisik tidak lebih dari

30%. Dana Desa sebesar 10% digunakan untuk belanja operasional pemerintahan

desa yang meliputi:

a. Musyawarah-musyawarah desa

b. Penyusunan dokumen APBDesa

c. Tunjangan transportasi

d. Perjalanan dinas

e. Insentif kegiatan dan kepala dusun

f. Pembuatan laporan

g. Papan informasi Desadan alat tulis kantor.

20
Menurut Syachbrani (2012) Dana Desa adalah bagian keuangan desa yang

diperoleh dari bagi Hasil Pajak Daerah dan bagian dari Dana Perimbangan Keuangan

Pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. Dana Desa dalam APBD

kabupaten/kota dianggarkan pada bagian pemerintah desa, dimana mekanisme

pencairannya dilakukan secara bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan dan

kondisi pemerintah daerah. Adapun tujuan dari alokasi dana ini adalah sebagai

berikut:

1. Mempercepat pertumbuhan dan pembangunan Desa dalam rangka mengatasi

berbagai persoalan yang selama ini ada.

2. Mengembangkan kualitas dan kesejahteraan masyarakatnya karena

Masyarakat desa yang berkualitas tentu menjadi input yang bermanfaat baik

bagi desa itu sendiri maupun bagi daerah lainnya.

3. Meningkatkan pemerataan pendapatan dan pemerataan pembangunan.

2.1.5.1. Penganggaran Dana Desa

Penyusunan anggaran dana desa dijelaskan pada PP No. 60 tahun 2014.

Anggaran dana desa merupakan bagian dari Anggaran Belanja Pusat

nonkementerian/lembaga sebagai pos cadangan dana desa. Penyusunan pagu

anggaran cadangan dana desa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang penyusunan rencana dana pengeluaran Bendahara

Umum Negara. Pagu anggaran cadangan dana desa diajukan oleh pemerintah kepada

21
Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan menjadi pagu dana desa.

Pagu anggaran yang telah disetujui merupakan bagian dari anggaran transfer ke

daerah dan desa.

2.1.5.2. Pengalokasian Dana Desa

1. Dana desa setiap kabupaten/kota di alokasikan berdasarkan perkalian antara

jumlah desa disetiap kabupaten/kota dan rata-rata dana desa setiap provinsi.

2. Rata-rata Dana Desa setiap provinsi dialokasikan berdasarkan jumlah desa

dalam provinsi yang bersangkutan serta jumlah penduduk kabupaten/kota,

luas wilayah, angka kemiskinan, dan tingkat kesulitan geografis

kabupaten/kota.

3. Jumlah penduduk, luas wilayah, dan angka kemiskinan dihitung dengan

bobot: 30% untuk jumlah penduduk , 20% untuk luas wilayah, dan 50% untuk

angka kemiskinan.

4. Tata cara pembagian dan penetapan besaran Dana Desa setiap desa ditetapkan

dengan peraturan bupati/walikota yang disampaikan kepada Menteri dengan

tembusan gubernur.

2.1.5.3. Penyaluran Dana Desa

Penyaluran dana desa sesuai dengan PP No. 60 tahun 2014 tersebut dilakukan

oleh kabupaten/kota ke desa. Penyaluran dana desa dilakukan dengan cara

pemindahbukuan dari RKUD ke rekening kas desa. Penyaluran dana desa

22
sebagaimana dimaksud dalam PP tersebut dilakukan secara bertahap pada tahun

anggaran dengan ketentuan: tahap I pada bulan April sebesar 40%, tahap II pada

bulan Agustus sebesar 40% dan tahap III pada bulan November sebesar 20%.

2.1.5.4. Penggunaan Dana Desa

1. Bidang Pembangunan Desa

Penggunaan Dana Desa untuk pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas hidup, serta

penanggulangan kemiskinan. Untuk itu, penggunaan Dana Desa untuk

pembangunan desa diarahkan pada program-program seperti:

a. Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrastruktur atau

sarana dan prasarana fisik untuk penghidupan, termasuk ketahanan

pangan dan permukiman;

b. Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana

kesehatan masyarakat;

c. Pembangunan, pengembangan dan pemelliharaan sarana dan prasarana

pendidikan, sosial dan kebudayaan;

23
d. Pengembangan usaha ekonomi masyarakat, meliputi pembangunan

dan pemeliharanaan sarana produksi dan distribusi;

e. Pembangunan dan pengembangan sarana prasarana energi terbarukan

serta kegiatan pelestarian lingkungan hidup.

2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa

Penggunaan Dana Desa dibidang pemberdayaan masyarakat desa bertujuan

untuk meningkatkan kapasitas warga dalam pengembangan wirausaha,

peningkatan pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu warga,

kelompok masyarakat, antara lain:

a. Peningkatan investatsi ekonomi desa melalui pengadaan,

pengembangan atau bantuan alat-alat produksi, permodalan, dan

peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan pemagangan;

b. Dukungan kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUMDesa

atau BUMDesa Bersama, maupun oleh kelompok dan/atau lembaga

ekonomi masyarakat desa lainnya;

c. Bantuan peningkatan kapasitas untuk program dan kegiatan ketahanan

pangan Desa;

d. Pengorganisasian masyarakat, fasilitasi dan pelatihan paralegal dan

bantuan hukum masyarakat desa, termasuk pembentukan kader

pemberdayaan masyarakat desa dan pengembangan kapasitas ruang

belajar masyarakat di desa;

24
e. Promosi dan edukasi kesehatan masyarakat serta gerakan hidup bersih

dan sehat, termasuk peningkatan kapasitas pengelolaan

Posyandu,Poskesdes, Polindes dan ketersediaan atau keberfungsian

tenaga medis/swamedikasi di desa;

f. Dukungan terhadap kegiatan pengelolaan Hutan/Pantai/Desa dan

Hutan/Pantai Kemasyarakatan;

g. Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat untuk energi terbarukan

dan pelestarian lingkungan hidup;

h. Bidang kegiatan pemberdayaan ekonomi lainnya yang sesuai dengan

analisa kebutuhan desa dan telah ditetapkan dalam musyawarah desa.

2.1.5.5. Pelaporan Dana Desa

Penyampaian laporan realisasi penggunaan dana desa berdasarkan PP No.

60 tahun 2014 dilakukan oleh kepala desa kepada bupati/walikota setiap semester.

Penyampaian laporan realisasi penggunaan dana desa dilakukan dengan

ketentuan:

1. Semester I paling lambat minggu keempat bulan Juli tahun anggaran

berjalan

2. Semester II paling lambat minggu keempat bulan Januari tahun

anggaran berikutnya.

25
Bupati/walikota menyampaikan laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi

penggunaan dana desa kepada meneteri degan tembusan menteri yang

menanganai desa, menteri teknis/pimpinan lembaga pemerintahan

nonkementerian terkait dan gubernur paling lambat minggu keempat bulan Maret

tahun anggaran berikutnya.

2.1.5.6. Pengawasan Dana Desa

Pemerintah Pusat melakukan pemantauan dan evaluasi atas pengalokasian dan

penggunaan dana desa. Pemantauan ini dilakukan terhadap penerbitan peraturan

bupati/walikota mengenai tatacara pembagian dan penetapan besaran dana desa,

penyaluran dana desa dari RKUD (Rekening kas umum daerah) ke RKD (Rekening

kas daerah), laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi penggunaan dana desa dan

sisa dana desa. Sedangkan evaluasi dilakukan terhadap penghitungan pembagian

besaran dana desa setiap desa oleh kabupaten/kota, dan juga realisasi penggunaan

dana desa. Pengawasan yang berasal dari desa dilakukan oleh BPD dan Masyarakat

desa.Pihak Kecamatan juga akan melakukan monitoring semua desa dalam

penggunaan dana desa.

2.1.6. Efektivitas

Efektivitas merupakan kemampuan pemerintah desa untuk mencapai tujuan

atau target yang telah ditentukan sebelumnya dengan memperhatikan kuantitas,

kualitas, dan waktu. Apabila pencapaian tujuan semakin besar, maka organisasi

26
tersebut dapat dikatakan efektif dalam menjalankan suatu program. Terkait penelitian

yang dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas pegelolaan DD dalam

pelaksanaan pembangunan yang diukur berdasarkan penilaian masyarakat, maka

definisi konseptual yang digunakan dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian. Hal

ini dimaksudkan untuk menghindari bias selama penelitian dilakukan (Panca

Setiawati, 2016:25).

Berdasarkan hal tersebut, maka ukuran efektivitas yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1) Integrasi, yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi

pemerintah desa (aparatur desa) sebagai pengelola DD untuk mengadakan

sosialisasi, pengembangan konsensus, dan komunikasi antara pengelola dan

masyarakat.

2) Adaptasi, merupakan kemampuan aparatur desa untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya sebagai upaya pendekatan dalam menjalankan

pembangunan sesuai dengan kepentingan masyarakat.

3) Pencapaian tujuan, adalah keseluruhan upaya yang dilakukan oleh aparatur

desa untuk dapat mencapai tujuan pembangunan sesuai dengan perencanaan.

4) Ketepatan penggunaan anggaran, yaitu upaya yang dilakukan untuk mencegah

terjadinya pemborosan anggaran dana desa yang dialokasikan dan ditentukan

sebelumnya untuk pelaksanaan program pembangunan.

27
5) Ketepatan penggunaan sumber daya manusia, merupakan suatu usaha yang

dilakukan dalam memilih pihak-pihak yang akan menjalankan program

pembangunan.

6) Ketepatan penggunaan waktu yang tersedia, seluruh aktivitas yang dilakukan

dalam proses pembangunan dapat disesuaikan dengan waktu yang telah

ditetapkan sebelumnya. Apabila dalam pelaksanaan pembangunan waktu yang

diperlukan lebih banyak maka hal ini juga berarti bahwa pelaksanaan

pembangunan kurang efektif.

2.2. Penelitian Sebelumnya

Moh.Sofiyanto dkk (2016) meneliti Pengelolaan Dana Desa dalam

Upaya Meningkatkan Pembangunan di Desa Banyuates Kecamatan Banyuates

Kabupaten Sampang dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan Dana

Desa sehingga dapat meningkatkan pembangunan. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa Pengelolaan Dana Desa oleh Pemerintah Desa Banyuates baik secara teknis

maupun administrasi sudah berjalan sesuai dengan peraturan yang sudah ada.

Pemerintah Desa Banyuates sudah mempertaggungjawabkan pengelolaan Dana Desa

dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya Surat Pertanggung Jawaban

(SPJ) yang isinya terdiri dari Buku Kas Umum (BKU), kwitansi, tanda terima, SPP,

28
dan NDP. Dalam hal ini pemerintah desa memang serius dalam mengelola Dana Desa

untuk meningkatkan sarana dan prasarana serta kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM). Dana Desa juga memberikan dampak positif terhadap pembangunan di desa

Banyuates baik dibidang pembangunan fisik maupun pemberberdayaan masyarakat.

I wayan Saputra (2016) meneliti Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana

Desa Pada Desa Lembean Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli Tahun 2009-

2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) tingkat efektivitas pengelolaan

alokasi dana desa pada Desa Lembean tahun 2009-2014, (2) hambatan yang dihadapi

dalam merealisasi alokasi dana desa pada Desa Lembean, (3) cara menanggulangi

hambatan dalam merealisasi alokasi dana desa pada Desa Lembean. Jenis penelitian

ini adalah deskriptif. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi dan wawancara.

Analisis data menggunakan teknik efektivitas dan rasio kreteria efektivitas. Hasil

penelitian menunjukkan (1) Efektivitas pengelolaan alokasi dana desa dari tahun

2009-2014 sudah berada dalam kategori efektif. Tingkat efektivitas pengelolaan

alokasi dana desa pada Desa Lembean yaitu tahun 2009 (98,98%), 2010 (100%),

2011 (100%), 2012 (98,24%), 2013 (100%), dan 2014 (99,57%). (2) Hambatan yang

dialami dalam merealisasi alokasi dana desa pada Desa Lembean adalah pemahaman

masyarakat terhadap ADD, miss komunikasi , dan pencairan alokasi dana desa yang

terlambat. (3) menanggulangi hambatan dalam merealisasi alokasi dana desa dapat

dilakukan dengan pelatihan, meningkaatkan koordinasi unit kerja, dan anggaran dana

cadangan.

29
Marliyantin Rorong (2015) meneliti Efektivitas Penggunaan Dana Desa

dalam Pembangunan di Desa Bango Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara

Tahun Anggaran 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas

penggunaan dana desa dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat serta

hambatan dan solusi dari penggunaan dana desa tersebut. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Pada efektivitas Ketepatan penentuan waktu untuk

melaksanakan Pekerjaan pembuatan jalan rabat beton di desa Bango belum optimal

karna tidak adanya efisiensi penggunaan tenaga kerja sehingga sebaiknya setiap

pekerjaan dibuatkan rencana kerja agar warga turut serta dalam mengadakan

pengawasan dan jangan membiarkan kegiatan yang ada terabaikan. Kemudian Pada

Efektivitas dengan Ketepatan dalam pengukuran dalam penggunaan dana desa dapat

terlihat efektif karna pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang pada panjang

jalan rabat beton dan kedalaman sumur air bersih dengan menggunakan alat yang

sama oleh pengukur yang berbeda yaitu TPK dan BPD, hasilnya tetap atau tidak

berubah.

Azwardi Sukanto (2014) meneliti tentang Efektivitas Alokasi Dana Desa

(ADD) dan Kemiskinan di Sumatera Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui gambaran tentang distribusi alokasi dana desa di Provinsi Sumatera

Selatan, dan hubungannya dengan tingkat kemiskinan. Data menggunakan data

runtun waktu dari tahun 2006 hingga 2012. Metode statistic yang digunakan adalah

kualitatif dan kuantitatif, dengan model regresi sederhana. Hasil kajian menemukan

beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

30
penyaluran dana ADD belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bila dilihat dari

jumlah yang disalurkan hingga tahun 2012 belum satu pun yang memenuhi ketentuan

yang berlaku (minimal 10% dari dana bagi hasil ditambah pajak dikurangi belanja

pegawai). Namun, daerah yang telah melakukan penyaluran ADD menunjukkan

peningkatkan, bila tahun 2006 sebesar 35,71%, meningkat menjadi 90% ditahun

2012. Alasan yang mengemuka, peraturan tersebut tidak memberikan sanksi terhadap

dearah yang tidak menyalurkan ADD. Bila suatu daerah merasa belum mampu untuk

menganggarkan ADD pemerintah provinsi maupun pusat tidak bisa melakukan

tindakan (sanksi). Hasil regresi sederhana menunjukkan adanya pengaruh yang

negatif antara ADD terhadap tingkatkemiskinan, demkian juga hasil simulasi ADD

minal 10% terhadap terhadap kemiskinan pun menunjukkan hubungan yang negatif.

Sulis Setyawati (2017) meneliti tentang Efektivitas Pengalokasian Dana

Desa di Desa Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan efektivitas

pengalokasian Dana Desa di Desa Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang

Kabupaten Kutai Kartanegara dan untuk mengidentifikasi faktor penghambatnya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Efektivitas Pengalokasian Dana Desa (DD) di Desa Karang

Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya diperoleh hasil yang efektif dari segi

pengalokasian dana desa pada aspek perencanaan yang mana dalam melaksanakan

31
perencanaan sesuai dengan kebutuhan atau prioritas di desa dan yang kurang efektif

pada waktu dan biaya yang mana hal ini dikarenakan keterlambatan pencairan dana

desa sehingga berpengaruh pada proses kegiatan penyelenggaraan desa, dalam mutu

hasil yang diperoleh sudah efektif hal ini dapat dilihat dari indeks pembangunan

manusia yang mencapai 0,83%.

2.3. Kerangka Penelitian

UU NO 6 TAHUN 2014
TENTANG DESA

PP NO 60 TAHUN 2014
TENTANG DANA DESA

PERBUB
KAB.TANJABTIMUR
NO.4 TAHUN 2015
TENTANG DANA DESA

IMPLEMENTASI DANA
DESA DI TINGKAT DESA

32
PERENCANAAN

PELAKSANAAN
EFEEKTIVITAS

PERTANGGUNGJAWABAN

HASIL

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Jenis penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan

(menggambarkan) dengan jelas dan seadanya bagaimana tingkat efektivitas

pengelolaan keuangan Dana Desa di Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung

Timur. Penelitian deskriptif kualitatif adalah menguraikan pendapat responden apa

adanya sesuai dengan pertanyaan penelitian, kemudian dianalisis dengan kata-kata

33
yang melatarbelakangi responden berperilaku seperti itu, direduksi, ditriangulasi,

disimpulkan dan diverifikasi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian tentang efektivitas pengelolaan keuangan Dana Desa ini

dilaksanakan di Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pemilihan

lokasi penelitian ini dilakukan atas pertimbangan akan pentingnya peningkatan

efektivitas pengelolaan keuangan Dana Desa yang dilaksanakan oleh pengelola Dana

Desa di Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur serta pertimbangan

lokasi penelitian yang berjarak cukup jauh dari ibukota provinsi. Sehingga jarak desa

yang cukup jauh tersebut beresiko terhadap penyelewengan kekuasaan akibat

minimnya tingkat transparansi, akuntabilitas yang rendah. Adapun penelitian ini

dilakukan selama tiga bulan yakni pada bulan Agustus sampai Oktober 2018.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data dan informasi mengenai efektivitas dana desa bagi pembangunan

ekonomi di pedesaan di kabupaten Asahan didasarkan pada dua jenis data yaitu data

primer dan data sekunder. Untuk data primer dan dalam penelitian ini diperoleh

langsung dari lokasi riset dengan mengumpulkan dari berbagai sumber yang terdiri

dari kepala desa, badan perwakilan desa dan masyarakat desa. Sedangkan data

sekunder diperoleh melalui hasil studi keputusan maupun publikasi resmi dari

berbagai instansi. Data ini bersumber dari jurnal-jurnal penelitian serta publikasi dari

bappeda, badan pemberdayaan masyarakat desa provinsi dan kabupaten, badan pusat

statistik dan lainnya.

34
3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Angket/Kuisioner

Data-data diperoleh dengan melakukan penyebaran pertanyaan berupa angket

kepada responden yang ditentukan berdasarkan relevansi terhadap topic

penelitian yang dilakukan. Sehingga data dan informasi yang dibutuhkan akan

digunakan untuk mengembangkan dan mendeskripsikan masalah yang diamati.

3.4.2. Wawancara

Untuk pengumpulan data utama (sebagai sumber data primer), peneliti akan

melakukan wawancara langsung secara mendalam kepada informan yang

kompeten dan berkaitan langsung dalam pengelolaan Dana Desa yang dibantu

dengan alat perekam sebagai bahan cross check terhadap data dan informasi

yang dicatat.

3.4.3. Studi kepustakaan

Pengumpulan data juga dilakukan melalui studi kepustakaan, yaitu melalui

data-data tertulis yang diperoleh dari berbagai dokumen-dokumen arsip serta

laporan-laporan resmi yang dikeluarkan oleh instansi-instansi pemerintahan

terkait seperti Badan Pusat Statistik, Lembaga Kementerian dan instansi lain

yang relevan. Data dan informasi juga didapat dengan menelaah buku-buku

dan literatur lain yang digunakan sebagai referensi.

3.4.4. Observasi dan dokumentasi

Pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan yang terarah, terencana

dan sistematis. Observasi yang dilakukan bertujuan untuk mengamati masalah

35
dan fenomena dimasyarakat, kemudian memahami fenomena/masalah tersebut

dan kemudian mencari jawaban melalui fakta dan kejadian di lapangan yang

merupakan objek penelitian. Hasil yang diperoleh kemudian dipotret, dicatat

maupun direkam guna untuk pertimbangan analisis.

3.5. Populasi dan Sampel

Penentuan metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan metode purposive random sampling yaitu pemilihan responden

dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria responden diantaranya

responden merupakan pejabat pemerintahan di lingkungan desa dan kecamatan atau

tokoh masyarakat dan pihak-pihak yang mengerti/memahami mengenai Dana Desa di

daerah terkait. Dari 10.223 rumah tangga yang menjadi populasi penelitian, jumlah

sampel ditentukan dengan rumus slovin. Adapun jumlah sampel penelitian adalah

sebagai berikut:

N
n = 1+ Ne ²
n = jumlah sample

N = jumlah populasi

e = margin error (10%)

10.223
n= =99,99 dibulatkan menjadi 100
1+10.223 x 0 ,1²

Tabel 3.1
Jumlah Responden

36
NO Nama Desa Jumlah Responden

1 Kuta Kandis Dendang 16

2 Koto Kandis 16

3 Sidomukti 17

4 Kuala Dendang 17

5 Catur Rahayu 17

6 Jati Mulyo 17

Total Responden 100

Dari hasil perhitungan di atas, maka diperoleh jumlah sampel/responden yang

akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Jumlah desa yang terdapat

37
di Kecamatan Dendang berjumlah 6 desa. Dari 6 desa tersebut akan diambil 16

hingga 17 responden berbeda untuk diwawancarai dan diminta informasi mengenai

dana desa. Adapun responden tersebut adalah: 5 orang kepala desa/perangkat desa, 3

orang kepala/anggota Badan Permusyawaratan Desa, 2 orang pendamping desa, 2

orang ketua/anggota persatuan pemuda/i desa, 2 orang tokoh masyarakat dan 3 orang

masyarakat desa setempat.

3.6. Metode Analisis Data

Metode Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriftif yaitu metode analisa dengan mengumpulkan data secara sistematis,

menganalisa dan menginterpretasikan data dengan gambaran-gambaran sehingga

mendapat kesimpulan dalam penelitian ini yang terdapat dua permasalahan yang

dianalisis.

Dalam penelitian ini, pada tahap awal yang dilakukan adalah pengujian

validitas dan reliabilitas. Hal ini dilakukan karena beberapa data yang digunakan

merupakan data primer yang harus diuji keabsahannya melalui teknik triangulasi.

3.6.1. Uji Validitas

38
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu

daftar pertanyaan dalam mendefenisikan suatu variabel. Uji validitas merupakan

instrumen dalam kuisioner dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur

bukan kesalahan sistematik. Sehingga indikator-indikator tersebut dapat

mencerminkan karakteristik dari variabel yang digunakan dalam penelitian.

Perhitungan validitas dari sebuah instrument dapat menggunakan rumus korelasi

product moment atau korelasi Pearson.

Dimana:

r = Koefiseien korelasi

n = Jumlah responden uji coba

x = Skor tiap item

y = Skor seluruh item responden uji coba

Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap

item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara

skor item dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor berarti

pengujian validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor

faktor, kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total

faktor (penjumlahan dari beberapa faktor).

39
Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang

digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan

apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya

suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien

korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika

berkorelasi signifikan terhadap skor total. Atau jika melakukan penilaian langsung

terhadap koefisien korelasi, bisa digunakan batas nilai minimal korelasi 0,30.

3.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.

Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang mampu

memberikan hasil ukur yang terpercaya. Reliabilitas juga merupakan salah satu ciri

atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik.

Tinggi rendahnya reliabiltias, secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka

yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis, besarnya koefisien

reliabilitas berkisaran 0.0-1.0; akan tetapi pada kenyataannya koefisien reliabilitas

sebesar 1 tidak pernah dicapai dalam pengukuran karena manusia sebagai subjek

pengukuran psikologis merupakan sumber kekeliruan potensial. Disamping itu

walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif atau negatif, akan tetapi dalam hal

reliabilitas, koefisien reliabilitas yang besar kurang dari nol (0.0) tidak ada artinya

karena intepretasi reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien reliabilitas yang

positif. Koefisien reliablitas gabungan pertanyaan untuk skor pertanyaan politoni,

40
maka koefisien reliabilitas dihitung menggunakan koefisien Alpha yang dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:

α = Koefisien reliabilitas

k = Banyaknya pertanyaan

Sj² = Nilai varians jawaban item ke-j

S² = Nilai varians skor total

3.6.3. Analisis Efektivitas Keuangan

Suatu program atau kegiatan dikatakan efektif apabila output yang

dilaksanakan bisa memenuhi target yang diharapkan, dengan demikian efektivitas

berfokus pada hasil. Menurut Halim (2001:72), efektivitas adalah hubungan antara

output pusat tanggung jawab dan tujuan target. Output dalam hal ini adalah realisasi

belanja desa yang bersumber dari Dana Desa, sedangkan tujuan dalam hal ini yaitu

target belanja desa. Makin besar kontribusi output terhadap tujuan, maka semakin

efektif pula pengelolaan keuangan desa tersebut. Dengan demikian, analisis

efektivitas pengelolaan keuangan Dana Desa dapat dilihat berdasarkan perbandingan

antara realisasi belanja dengan target belanja yang dapat dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut:

41
Realisasi Belanja
Efektivitas = x 100 %
Target Belanja

Standar efektivitas menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 690.900-

327 tahun 1996 tentang kriteria penilaian kinerja keuangan dapat diketahui dengan

berbagai kriteria yang terdapat dibawah ini:

1. Hasil perbandingan atau tingkat pencapaian di atas 100% berarti sangat efektif

2. Hasil perbandingan antara 90% - 100% berarti efektif

3. Hasil perbandingan antara 80% - 90% berarti cukup efektif

4. Hasil perbandingan antara 60% - 80% berarti kurang efektif

5. Hasil perbandingan di bawah 60% berarti tidak efektif (Santoso, 2011:39).

3.7. Definisi Operasional Variabel

Untuk menjelaskan defenisi operasional dalam penelitian ini, maka variabel-

variabel dapat dioperasionalkan sebagai berikut:

1. Efektivitas; Menurut Undang-undang No. 6 Tahun 2014 efektivitas adalah asas

yang menentukan bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan harus berhasil

mencapai tujuan yang diinginkan masyarakat Desa. Efektivitas pengelolaan

keuangan Dana Desa dalam hal ini meliputi kejelasan tujuan yang dicapai,

kejelasan strategi dan pencapaian tujuan, proses analisis dalam perumusan

kebijakan yang mantap, perencanaan yang matang, penyusunan program yang

42
tepat, ketersediaan sarana dan prasarana dan sistem pengawasan dan pengendalian

yang bersifat mendidik.

2. Pembangunan desa; Merupakan segala upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan

melalui pemenuhan kebutuhan dasar pembangunan sarana dan prasarana Desa,

pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan

lingkungan secara berkelanjutan yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan

dan pengawasan (UU No. 6 Tahun 2014).

3. Rencana Kerja Pemerintah Desa; Ialah penjabaran dari Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

4. Pengelolaan keuangan desa; Adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban

keuangan desa (BPKP, 2015).

5. Dana Desa; Merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan

untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan,

pembinaan kemasyarakatan dan pembardayaan masyarakat (PP No.60 Tahun

2016).

Daftar Pustaka

43
Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Timur. 2017. Kabupaten Tanjung Jabung
Timur dalam Angka 2017.
. 2017. Statistik Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur 2017.
. 2017. Kecamatan Dendang Dalam Angka 2017.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2017. Buku Saku Dana Desa (Dana
Untuk Mensejahterakan Rakyat).
Muntanah, Siti., dkk. 2013. Efektivitas Pengeloaan Keuangan Dana Desa di
Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas. Jurnal Ekonomi Universitas
Purwokerto.
Peraturan Bupati Tanjung Jabung Timur No. 1 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pengeloaan Keuangan Desa di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Peraturan Bupati Tanjung Jabung Timur No.32 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa di Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Tahun Anggaran 2016.
Peraturan Bupati Tanjung Jabung Timur No.4 Tahun 2015 Tentang Tata Cara
Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa Setiap Desa.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49 tahun 2016 tentang tata cara pengalokasian,
penyaluran, penggunaan, pemantauan dan Evaluasi dana desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari
APBN.
Republik Indonesia. 2004. Undang Undang Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah,
Jakarta
Republik Indonesia. 2014. Undang Undang Nomor 6 tentang Desa, Jakarta.
Republic Indonesia. 2016. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2016 tentang
PerubahanKedua Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Saputra, I Wayan. 2016. Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Pada Desa
Lembean Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli tahun 2009-2014. Jurnal
Jurusan Pendidikan Ekonomi (JJPE). Volume 6 Nomor 1, 2016.

44
Setyawati, Sulis. 2017. Efektivitas Pengalokasian Dana Desa Di Desa Karang
Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai
Kartanegara.Jurnal Administrasi Negara. Volume 5 Nomor 3, 2017.
Sofiyanto.Moh., dkk. 2016. Pengeloaan Dana Desa dalam Upaya Meningkatkan
Pembangunan di Desa Banyuates Kecamatan Banyuates Kabupaten
Sampang. Jurnal Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Unisma. Halaman 1.
Subroto, Agus. 2009. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa( Studi Kasus
Pengelolaan Alokasi Dana Desa Di Desa-Desa Dalam Wilayah Kecamatan
Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Tahun 2008 ). Tesis. Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang.
Sukanto, Azwardi. 2014. Efektifitas Alokasi Dana Desa (Add) Dan Kemiskinan di
Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12 No.1.
Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya. Halaman 29-41.
Yulita, Rahma. 2016. Efektivitas Pelaksanaan Penggunaan Alokasi Dana Desa (Add)
di Desa Setako Raya Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hul. Jurnal
FISIP Volume 3 No 2. Universitas Riau.

45

Anda mungkin juga menyukai