PENDAHULUAN
Pada sistem pemerintahan yang ada dan berlaku pada saat ini, desa
Tujuan dari kebijakan Otonomi Daerah adalah memberi peluang dan kesempatan bagi
terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih di daerah, yang berarti pelaksanaan
tugas pemerintah daerah harus didasarkan pada prinsip : efektif, efisien, terbuka dan
Adanya PP No.72 tahun 2005 dan di revisi UU No.6 tahun 2014 tentang
Desa sangat jelas mengatur tentang pemerintahan Desa, yang menyatakan bahwa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang meniliki batas-batas wilayah yang
1
Indonesia. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah
setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati
yang diharapkan dengan munculnya undang-undang desa tersebut, akan tetapi disisi
baik pusat maupun daerah tidak menyikapi dengan baik konsekuensi dengan
maka desa menjadi prioritas pembangunan yang diawali dengan Nawacita ke-tiga
Jusuf Kalla yaitu “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah
dan desa”. Salah satu agenda besarnya adalah mengawal implementasi Undang-
undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa secara sistematis, konsisten dan
2
bukan hanya sekedar menjalankan amanat UU Desa, tetapi juga modalitas penting
untuk mengawal perubahan desa untuk mewujudkan desa yang mandiri dan inovatif
(Kessa, 2015:4).
Dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran
pelaksanaan Kewenangan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa serta
Permendes PDTT No. 21 Tahun 2015, Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai
pelaksanaan program dan kegiatan berskala lokal Desa bidang Pembangunan Desa
Indonesia (PMK) No. 49 Tahun 2016, rincian Dana Desa setiap desa dialokasikan
secara merata dan berkeadilan berdasarkan Alokasi Dasar dan Alokasi Formula.
yang mendapatkan kucuran Dana Desa sebesar Rp 24 miliar pada tahun 2016.
Muara Sabak. Kabupaten ini memiliki luas wilayah sekitar 5.445,0 km 2 yang terbagi
3
Salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur
luas wilayah 477,17 km2 yang terdiri dari 1 kelurahan dan 6 desa dan jumlah
penduduk sebanyak 15.027 jiwa pada tahun 2016. (BPS Kabupaten Tanjung Jabung
Timur, 2017)
lebih pada tahun 2016. Besarnya dana yang diterima mengandung kekhawatiran
banyak pihak. Seperti kita ketahui bahwa dana desa digunakan untuk pembangunan
dikhawatirkan justru akan menjadi lahan aparatur desa melakukan tindak pidana
korupsi mengingat minimnya pengawasan karena letak geografis desa yang cukup
jauh dari pusat ibukota kabupaten/kota maupun ibukota provinsi. . Sekretaris daerah
Kabupaten Tanjung Jabung Timur juga meminta kepada Camat untuk terus
masing. Maka dari itu Kepala Desa diminta segera mempelajari pedoman dan
Jabung Timur”.
4
1.2. Perumusan Masalah
Jabunng Timur.
Jabung Timur.
5
1.4. Manfaat Penelitian
berharga bagi peneliti tentang Dana Desa (DD) khususnya pemanfaatan dana
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, decayang berarti
tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau village
town”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang
dimaksudkan daerah yang terdiri dari satu atau lebih dari satu (disumatera: negeri,
marga, dan sebagainya) yang digabungkan hingga merupakan suatu daerah yang
mempunyai syarat-syarat cukup untuk berdiri menjadi daerah otonom yang berhak
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sebab desa atau kota kecil itu
Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan dimuka bumi yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik, kultural yang saling
7
berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah lain.
Selain dari itu Menurut Bintarto ada beberapa unsur desa yang lain :
1. Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, beserta
penggunaannya termasuk juga unsur lokasi, luas dan batas yang merupakan
3. Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulandan ikatan ikatan pergaulan
Ketiga unsur desa ini tidak lepas satu sama lain, artinya tidak berdiri sendiri
b. Hampir semua masyarakat desa hidup dari usaha pertanian dengan skala
8
nelayan, desa agraris, desa perkebunan, desa peternakan, desa industri dan
sebagainya.
kekeluargaan.
turun-temurun.
a. Swadaya
mengadakan sendiri. Ciri-ciri desa swadaya adalah daerahnya terisolir dari daerah
9
bersifat tertutup, masyarakat memegang teguh adat, teknologi masih rendah,
sarana dan prasarana sangat kurang, hubungan antar manusia sangat erat dan
b. Desa swakarya
Desa swakarya adalah desa yang sudah bisa memenuhi kebutuhan sendiri,
kelebihan produksi sudah mulai dijual ke daerah lainnya. Ciri-ciri desa swakarya
antara lain, adanya pengaruh dari luar sehingga mengakibatkan perubahan pola
pikir, masyarakat sudah mulai terlepas dari adat, produktivitas mulai meningkat
c. Desa swasembada
produktivitas tinggi, terlepas dari adat, sarana prasarana lengkap dan modern
(Wida, 2016:13).
berdasarkan hak asal usul desa dan kewenangan lokal berskala desa yang diakui
10
Kabupaten/kota yang dilimpahkan pelaksanaannya kepada desa sebagai lembaga dan
kepada kepala desa sebagai penyelenggara pemerintah desa juga dibantu oleh BPD
1. Sekretaris Desa
3. Unsur kewilayahan
Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama, atau tokoh
aspirasi masyarakat.
11
2.1.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
1945 yaitu: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari
fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara. APBN tersebut harus dikelola
secara tertib dan bertanggung jawab sesuai kaidah umum praktik penyelenggaraan
APBN harus didesain sesuai dengan fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan
12
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dijelaskan: fungsi alokasi mengandung arti
Beberapa faktor penentu postur APBN antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendapatan Negara
(1) indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi;
perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum; dan (5) kondisi dan
kebijakan lainnya. Contohnya, target penerimaan negara dari SDA migas turut
dipengaruhi oleh besaran asumsi lifting minyakbumi, lifting gas, ICP, dan asumsi
tidak kena pajak (PTKP), upaya ekstensifikasi peningkatan jumlah wajib pajak
dan lainnya.
2. Belanja Negara
13
Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1)
kebijakan pembangunan; (4) resiko (bencana alam, dampak krisis global) dan (4)
dipengaruhi oleh asumsi ICP, nilai tukar, serta target volume BBM bersubsidi.
3. Pembiayaan
asumsi dasa rmakro ekonomi; (2) kebijakan pembiayaan; dan (3) kondisi dan
kebijakan lainnya.
dan disetujui bersama antara Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) , dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah . APBD disusun sesuai
pernyataan rinci tentang jenis dan jumlah penerimaan, jenis dan jumlah pengeluaran
negara yang diharapkan dalam jangka waktu satu tahun tertentu (Murbanto, 2016).
era otonomi daerah . Penyusunan APBD sebelum otonomi daerah tidak melibatkan
masyarakat secara langsung terhadap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan
14
sehingga aspirasi masyarakat kurang mendapat perhatian . Namun setelah era
otonomi daerah , penyusunan APBD lebih mengutamakan program dan kegiatan yang
disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan
upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input
perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk setiap sumber
pendapatan .
Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) adalah peraturan desa yang
waktu satu tahun. APBDes terdiri atas bagian pendapatan Desa, belanja Desa dan
yang ditetapkan dengan Peraturan Desa atau Perdes, merupakan dokumen rencana
Penyusunan APBDes :
15
b. APBDes disusun untuk masa 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai 1
masyarakat.
Desa (BPD).
e. APBDes dapat disusun sejak bulan September dan harus ditetapkan dengan
dijalani.
bahwa APBDes memuat tiga hal yakni Pendapatan Desa, Belanja Desa dan
Pembiayaan Desa.
1. Pendapatan Desa
Semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa
dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.
Ada tiga jenis pendapatan desa yakni pendapatan asli desa, dana transfer
dan lain-lain pendapatan asli desa. Hasil usaha desa dapat merujuk
16
pada Badan Usaha Milik Desa dan tanah kas desa. Sementara hasil
aset antara lain tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum,
jaringan irigasi.
b. Dana Transfer
berkeadilan.
c. Pendapatan lain-lain
17
Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat dan
2. Belanja Desa
kewajiban desa dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
a. Belanja pegawai.
c. Belanja modal.
3. Pembiayaan Desa
18
Meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
kurangnya memuat:
dianggarkan;
19
Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2014 mendefenisikan dana desa sebagai
dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
terpisahkan dari pengelolaan keuangan desa dalam APBDesa. Dana desa dikelola
anggaran dan dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai 1 Januari
sampai 31 Desember 2016. Pengelolaan Dana Desa sebesar 10% diperuntukkan untuk
operasional pemerintahan desa dan 90% diperuntukkan untuk pembangunan fisik dan
30%. Dana Desa sebesar 10% digunakan untuk belanja operasional pemerintahan
a. Musyawarah-musyawarah desa
c. Tunjangan transportasi
d. Perjalanan dinas
f. Pembuatan laporan
20
Menurut Syachbrani (2012) Dana Desa adalah bagian keuangan desa yang
diperoleh dari bagi Hasil Pajak Daerah dan bagian dari Dana Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. Dana Desa dalam APBD
kondisi pemerintah daerah. Adapun tujuan dari alokasi dana ini adalah sebagai
berikut:
Masyarakat desa yang berkualitas tentu menjadi input yang bermanfaat baik
Umum Negara. Pagu anggaran cadangan dana desa diajukan oleh pemerintah kepada
21
Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan menjadi pagu dana desa.
Pagu anggaran yang telah disetujui merupakan bagian dari anggaran transfer ke
jumlah desa disetiap kabupaten/kota dan rata-rata dana desa setiap provinsi.
kabupaten/kota.
bobot: 30% untuk jumlah penduduk , 20% untuk luas wilayah, dan 50% untuk
angka kemiskinan.
4. Tata cara pembagian dan penetapan besaran Dana Desa setiap desa ditetapkan
tembusan gubernur.
Penyaluran dana desa sesuai dengan PP No. 60 tahun 2014 tersebut dilakukan
22
sebagaimana dimaksud dalam PP tersebut dilakukan secara bertahap pada tahun
anggaran dengan ketentuan: tahap I pada bulan April sebesar 40%, tahap II pada
bulan Agustus sebesar 40% dan tahap III pada bulan November sebesar 20%.
kesehatan masyarakat;
23
d. Pengembangan usaha ekonomi masyarakat, meliputi pembangunan
pangan Desa;
24
e. Promosi dan edukasi kesehatan masyarakat serta gerakan hidup bersih
Hutan/Pantai Kemasyarakatan;
60 tahun 2014 dilakukan oleh kepala desa kepada bupati/walikota setiap semester.
ketentuan:
berjalan
anggaran berikutnya.
25
Bupati/walikota menyampaikan laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi
nonkementerian terkait dan gubernur paling lambat minggu keempat bulan Maret
penyaluran dana desa dari RKUD (Rekening kas umum daerah) ke RKD (Rekening
kas daerah), laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi penggunaan dana desa dan
besaran dana desa setiap desa oleh kabupaten/kota, dan juga realisasi penggunaan
dana desa. Pengawasan yang berasal dari desa dilakukan oleh BPD dan Masyarakat
2.1.6. Efektivitas
kualitas, dan waktu. Apabila pencapaian tujuan semakin besar, maka organisasi
26
tersebut dapat dikatakan efektif dalam menjalankan suatu program. Terkait penelitian
definisi konseptual yang digunakan dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian. Hal
Setiawati, 2016:25).
sebagai berikut:
masyarakat.
27
5) Ketepatan penggunaan sumber daya manusia, merupakan suatu usaha yang
pembangunan.
diperlukan lebih banyak maka hal ini juga berarti bahwa pelaksanaan
bahwa Pengelolaan Dana Desa oleh Pemerintah Desa Banyuates baik secara teknis
maupun administrasi sudah berjalan sesuai dengan peraturan yang sudah ada.
dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya Surat Pertanggung Jawaban
(SPJ) yang isinya terdiri dari Buku Kas Umum (BKU), kwitansi, tanda terima, SPP,
28
dan NDP. Dalam hal ini pemerintah desa memang serius dalam mengelola Dana Desa
untuk meningkatkan sarana dan prasarana serta kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM). Dana Desa juga memberikan dampak positif terhadap pembangunan di desa
Desa Pada Desa Lembean Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli Tahun 2009-
2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) tingkat efektivitas pengelolaan
alokasi dana desa pada Desa Lembean tahun 2009-2014, (2) hambatan yang dihadapi
dalam merealisasi alokasi dana desa pada Desa Lembean, (3) cara menanggulangi
hambatan dalam merealisasi alokasi dana desa pada Desa Lembean. Jenis penelitian
ini adalah deskriptif. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi dan wawancara.
Analisis data menggunakan teknik efektivitas dan rasio kreteria efektivitas. Hasil
penelitian menunjukkan (1) Efektivitas pengelolaan alokasi dana desa dari tahun
alokasi dana desa pada Desa Lembean yaitu tahun 2009 (98,98%), 2010 (100%),
2011 (100%), 2012 (98,24%), 2013 (100%), dan 2014 (99,57%). (2) Hambatan yang
dialami dalam merealisasi alokasi dana desa pada Desa Lembean adalah pemahaman
masyarakat terhadap ADD, miss komunikasi , dan pencairan alokasi dana desa yang
terlambat. (3) menanggulangi hambatan dalam merealisasi alokasi dana desa dapat
dilakukan dengan pelatihan, meningkaatkan koordinasi unit kerja, dan anggaran dana
cadangan.
29
Marliyantin Rorong (2015) meneliti Efektivitas Penggunaan Dana Desa
hambatan dan solusi dari penggunaan dana desa tersebut. Hasil penelitian
melaksanakan Pekerjaan pembuatan jalan rabat beton di desa Bango belum optimal
karna tidak adanya efisiensi penggunaan tenaga kerja sehingga sebaiknya setiap
pekerjaan dibuatkan rencana kerja agar warga turut serta dalam mengadakan
pengawasan dan jangan membiarkan kegiatan yang ada terabaikan. Kemudian Pada
Efektivitas dengan Ketepatan dalam pengukuran dalam penggunaan dana desa dapat
terlihat efektif karna pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang pada panjang
jalan rabat beton dan kedalaman sumur air bersih dengan menggunakan alat yang
sama oleh pengukur yang berbeda yaitu TPK dan BPD, hasilnya tetap atau tidak
berubah.
runtun waktu dari tahun 2006 hingga 2012. Metode statistic yang digunakan adalah
kualitatif dan kuantitatif, dengan model regresi sederhana. Hasil kajian menemukan
beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
30
penyaluran dana ADD belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bila dilihat dari
jumlah yang disalurkan hingga tahun 2012 belum satu pun yang memenuhi ketentuan
yang berlaku (minimal 10% dari dana bagi hasil ditambah pajak dikurangi belanja
peningkatkan, bila tahun 2006 sebesar 35,71%, meningkat menjadi 90% ditahun
2012. Alasan yang mengemuka, peraturan tersebut tidak memberikan sanksi terhadap
dearah yang tidak menyalurkan ADD. Bila suatu daerah merasa belum mampu untuk
negatif antara ADD terhadap tingkatkemiskinan, demkian juga hasil simulasi ADD
minal 10% terhadap terhadap kemiskinan pun menunjukkan hubungan yang negatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan efektivitas
melaksanakan tugas dan fungsinya diperoleh hasil yang efektif dari segi
pengalokasian dana desa pada aspek perencanaan yang mana dalam melaksanakan
31
perencanaan sesuai dengan kebutuhan atau prioritas di desa dan yang kurang efektif
pada waktu dan biaya yang mana hal ini dikarenakan keterlambatan pencairan dana
desa sehingga berpengaruh pada proses kegiatan penyelenggaraan desa, dalam mutu
hasil yang diperoleh sudah efektif hal ini dapat dilihat dari indeks pembangunan
UU NO 6 TAHUN 2014
TENTANG DESA
PP NO 60 TAHUN 2014
TENTANG DANA DESA
PERBUB
KAB.TANJABTIMUR
NO.4 TAHUN 2015
TENTANG DANA DESA
IMPLEMENTASI DANA
DESA DI TINGKAT DESA
32
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
EFEEKTIVITAS
PERTANGGUNGJAWABAN
HASIL
BAB III
METODE PENELITIAN
33
yang melatarbelakangi responden berperilaku seperti itu, direduksi, ditriangulasi,
efektivitas pengelolaan keuangan Dana Desa yang dilaksanakan oleh pengelola Dana
lokasi penelitian yang berjarak cukup jauh dari ibukota provinsi. Sehingga jarak desa
dilakukan selama tiga bulan yakni pada bulan Agustus sampai Oktober 2018.
ekonomi di pedesaan di kabupaten Asahan didasarkan pada dua jenis data yaitu data
primer dan data sekunder. Untuk data primer dan dalam penelitian ini diperoleh
langsung dari lokasi riset dengan mengumpulkan dari berbagai sumber yang terdiri
dari kepala desa, badan perwakilan desa dan masyarakat desa. Sedangkan data
sekunder diperoleh melalui hasil studi keputusan maupun publikasi resmi dari
berbagai instansi. Data ini bersumber dari jurnal-jurnal penelitian serta publikasi dari
bappeda, badan pemberdayaan masyarakat desa provinsi dan kabupaten, badan pusat
34
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Angket/Kuisioner
penelitian yang dilakukan. Sehingga data dan informasi yang dibutuhkan akan
3.4.2. Wawancara
Untuk pengumpulan data utama (sebagai sumber data primer), peneliti akan
kompeten dan berkaitan langsung dalam pengelolaan Dana Desa yang dibantu
dengan alat perekam sebagai bahan cross check terhadap data dan informasi
yang dicatat.
terkait seperti Badan Pusat Statistik, Lembaga Kementerian dan instansi lain
yang relevan. Data dan informasi juga didapat dengan menelaah buku-buku
35
dan fenomena dimasyarakat, kemudian memahami fenomena/masalah tersebut
dan kemudian mencari jawaban melalui fakta dan kejadian di lapangan yang
daerah terkait. Dari 10.223 rumah tangga yang menjadi populasi penelitian, jumlah
sampel ditentukan dengan rumus slovin. Adapun jumlah sampel penelitian adalah
sebagai berikut:
N
n = 1+ Ne ²
n = jumlah sample
N = jumlah populasi
10.223
n= =99,99 dibulatkan menjadi 100
1+10.223 x 0 ,1²
Tabel 3.1
Jumlah Responden
36
NO Nama Desa Jumlah Responden
2 Koto Kandis 16
3 Sidomukti 17
4 Kuala Dendang 17
5 Catur Rahayu 17
6 Jati Mulyo 17
akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Jumlah desa yang terdapat
37
di Kecamatan Dendang berjumlah 6 desa. Dari 6 desa tersebut akan diambil 16
dana desa. Adapun responden tersebut adalah: 5 orang kepala desa/perangkat desa, 3
orang ketua/anggota persatuan pemuda/i desa, 2 orang tokoh masyarakat dan 3 orang
mendapat kesimpulan dalam penelitian ini yang terdapat dua permasalahan yang
dianalisis.
Dalam penelitian ini, pada tahap awal yang dilakukan adalah pengujian
validitas dan reliabilitas. Hal ini dilakukan karena beberapa data yang digunakan
merupakan data primer yang harus diuji keabsahannya melalui teknik triangulasi.
38
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu
instrumen dalam kuisioner dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur
Dimana:
r = Koefiseien korelasi
item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara
skor item dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor berarti
pengujian validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor
faktor, kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total
39
Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang
digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan
apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya
suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien
korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika
berkorelasi signifikan terhadap skor total. Atau jika melakukan penilaian langsung
terhadap koefisien korelasi, bisa digunakan batas nilai minimal korelasi 0,30.
memberikan hasil ukur yang terpercaya. Reliabilitas juga merupakan salah satu ciri
sebesar 1 tidak pernah dicapai dalam pengukuran karena manusia sebagai subjek
walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif atau negatif, akan tetapi dalam hal
reliabilitas, koefisien reliabilitas yang besar kurang dari nol (0.0) tidak ada artinya
40
maka koefisien reliabilitas dihitung menggunakan koefisien Alpha yang dihitung
Dimana:
α = Koefisien reliabilitas
k = Banyaknya pertanyaan
berfokus pada hasil. Menurut Halim (2001:72), efektivitas adalah hubungan antara
output pusat tanggung jawab dan tujuan target. Output dalam hal ini adalah realisasi
belanja desa yang bersumber dari Dana Desa, sedangkan tujuan dalam hal ini yaitu
target belanja desa. Makin besar kontribusi output terhadap tujuan, maka semakin
antara realisasi belanja dengan target belanja yang dapat dihitung menggunakan
41
Realisasi Belanja
Efektivitas = x 100 %
Target Belanja
327 tahun 1996 tentang kriteria penilaian kinerja keuangan dapat diketahui dengan
1. Hasil perbandingan atau tingkat pencapaian di atas 100% berarti sangat efektif
keuangan Dana Desa dalam hal ini meliputi kejelasan tujuan yang dicapai,
42
tepat, ketersediaan sarana dan prasarana dan sistem pengawasan dan pengendalian
pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan
5. Dana Desa; Merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
2016).
Daftar Pustaka
43
Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Timur. 2017. Kabupaten Tanjung Jabung
Timur dalam Angka 2017.
. 2017. Statistik Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur 2017.
. 2017. Kecamatan Dendang Dalam Angka 2017.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2017. Buku Saku Dana Desa (Dana
Untuk Mensejahterakan Rakyat).
Muntanah, Siti., dkk. 2013. Efektivitas Pengeloaan Keuangan Dana Desa di
Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas. Jurnal Ekonomi Universitas
Purwokerto.
Peraturan Bupati Tanjung Jabung Timur No. 1 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pengeloaan Keuangan Desa di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Peraturan Bupati Tanjung Jabung Timur No.32 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa di Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Tahun Anggaran 2016.
Peraturan Bupati Tanjung Jabung Timur No.4 Tahun 2015 Tentang Tata Cara
Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa Setiap Desa.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49 tahun 2016 tentang tata cara pengalokasian,
penyaluran, penggunaan, pemantauan dan Evaluasi dana desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari
APBN.
Republik Indonesia. 2004. Undang Undang Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah,
Jakarta
Republik Indonesia. 2014. Undang Undang Nomor 6 tentang Desa, Jakarta.
Republic Indonesia. 2016. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2016 tentang
PerubahanKedua Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Saputra, I Wayan. 2016. Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Pada Desa
Lembean Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli tahun 2009-2014. Jurnal
Jurusan Pendidikan Ekonomi (JJPE). Volume 6 Nomor 1, 2016.
44
Setyawati, Sulis. 2017. Efektivitas Pengalokasian Dana Desa Di Desa Karang
Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai
Kartanegara.Jurnal Administrasi Negara. Volume 5 Nomor 3, 2017.
Sofiyanto.Moh., dkk. 2016. Pengeloaan Dana Desa dalam Upaya Meningkatkan
Pembangunan di Desa Banyuates Kecamatan Banyuates Kabupaten
Sampang. Jurnal Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Unisma. Halaman 1.
Subroto, Agus. 2009. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa( Studi Kasus
Pengelolaan Alokasi Dana Desa Di Desa-Desa Dalam Wilayah Kecamatan
Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Tahun 2008 ). Tesis. Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang.
Sukanto, Azwardi. 2014. Efektifitas Alokasi Dana Desa (Add) Dan Kemiskinan di
Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12 No.1.
Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya. Halaman 29-41.
Yulita, Rahma. 2016. Efektivitas Pelaksanaan Penggunaan Alokasi Dana Desa (Add)
di Desa Setako Raya Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hul. Jurnal
FISIP Volume 3 No 2. Universitas Riau.
45