Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Perdesaan adalah daerah permukiman penduduk yang sangat dipengaruhi

oleh kondisi tanah, iklim, dan air sebagai syarat penting bagi terwujudnya pola

kehidupan agraris penduduk di tempat itu, sedangkan perdesaan adalah daerah

(kawasan) desa. Membangun desa berarti membangun sebagian besar penduduk

Indonesia, hal ini mudah dimengerti karena lebih dari delapan puluh persen

penduduk Indonesia tersebar di desa-desa seluruh Indonesia. Dinar Aji Atmaja

(2016).

Pemerintah desa dalam mengurus semua urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat, tentunya memerlukan pendapatan agar dapat

mencapai tujuan dalam pembangunan dan kesejahteraan desa. salah satu sumber

pendapatan desa yang dapat berfungsi sebagai sumber dalam kegiatan operasional

desa dan untuk pemberdayaan masyarakat yang di atur pada pasal 72 ayat 1 huruf

d Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa ialah Alokasi Dana Desa

yang biasa disebut sebagai ADD, Alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari

dana perimbangan yang di terima Kabupaten/ Kota. Alokasi Dana Desa

sebagaimana di maksud diatas paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana

perimbangan yang di terima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan Dan

Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Umum atau DAU.

Objek penelitian ini adalah Bungo Tanjung yang merupakan desa pecahan

dari desa Kauneran, desa Kauneran I merupakan salah satu desa dari 19 desa yang

ada di Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara.

Kecamatan Sonder sebelah utara berbatasan dengan Kota Tomohon, timur


Kecamatan Romboken, selatan dengan Kecamatan Kawangkoan, dan barat

dengan Kecamatan Tareran. Dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban yang ada,

setiap desa memerlukan sumber daya penunjang baik personil, dana dan juga

peralatan penunjang lainnya, untuk itulah dalam Peraturan Pemerintah No. 72

tahun 2005 tentang Desa telah mengatur sumber pembiayaan bagi Desa dalam

rangka memberikan pelayanan pada masyarakat antara lain dari sumber – sumber

Pendapatan Asli Desa, adanya kewajiban bagi Pemerintah dari pusat sampai

dengan Kabupaten/Kota untuk memberikan transfer dana bagi Desa, hibah

ataupun donasi. Salah satu bentuk transfer dana dari pemerintah adalah Alokasi

Dana Desa (ADD) yang telah ditetapkan sebesar 10% dari dana perimbangan

pemerintahan pusat dan daerah yang diterima masing–masing Pemerintah

Kabupaten/Kota. Untuk itulah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa di Kecamatan Sonder, Pemerintah Kabupaten Minahasa

memberikan Alokasi Dana Desa (ADD) dan Desa Kauneran I adalah salah satu

desa dari 19 (Sembilan belas) desa yang ada Kecamatan Sonder yang menerima

Alokasi Dana Desa.

Desa Kauneran I menerapkan Permendagri 113 tahun 2014 dalam

mengelolahkeuangan yang ada namun menurut temuan peneliti dilapangan dari

hasil observasi danwawancara awal dengan sekretaris desa Kauneran I, peran dan

tanggung jawab yang diterima oleh desa belum diimbangi dengan Sumber Daya

Manusia yang memadai dalam hal ini kualitas. Sebagai contoh dari hasil

wawancara awal dengan sekretaris desa Kauneran I peneliti menemukan bahwa,

sekretaris desa selaku koordinator pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa

belum melaksanakan tugasnya secara 100%, contohnya pada proses perencanaan


pengelolaan keuangan desa, ada tahap-tahap yang kurang diketahui oleh sekretaris

desa dalam hal ini sekretaris desa tidak mengetahui dan kurang memperhatikan

tahap evaluasi RKP desa tentang APBDesa yang harusnya dilakukan oleh Bupati.

Padahal dalam hal ini dengan jelas ditulis dalam Permendagri 113 tahun 2014

tentang Pengelolaan Keuangan Desa sekretaris desa memegang peran yang sangat

penting dalam pengelolaan keuangan desa, dari perencanaan, pelaksanaan,

pelaporan serta pertanggungjawabannya, hal ini terjadi akibat kurangnya

pengetahuan tentang Permendagri 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan

Desa. Begitu pula dengan bendahara desa yang baru menjabat selama beberapa

bulan dalam prakteknya bendahara desa masih harus banyak belajar dan

bendahara desa juga belum mengetahui secara menyeluruh tentang keadaan desa

dan tugasnya sebagai bendahara desa. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan,

maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuai perencanaan

pengelolaan keuangan desa sudah sesuai dengan Permendagri no.113 tahun 2014

di desa Bungo Tanjung Kecamatan Pariaman Timur Kota Pariaman.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka penulis akan

membahas tentang Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa dengan judul

“ANALISIS PERENCANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUNGO TANJUNG MENURUT PERATURAN MENTERI DALAM

NEGERI NO. 113 TAHUN 2014”

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

menyajikan rumusan masalah sebagai berikut:


1. Bagaimana perencanaan pengelolaan keuangan desa di Desa Bungo

Tanjung Kecamatan Pariaman Timur Kota Pariaman?

2. Apakah perencanaan pengelolaan keuangan desa di Desa Desa Bungo

Tanjung Kecamatan Pariaman Timur Kota Pariaman sesuai dengan

perencanaan pengelolaan keuangan desa menurut Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuaraikan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perencanaan pengelolaan keuangan desa di Desa Desa

Bungo Tanjung Kecamatan Pariaman Timur Kota Pariaman.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis kesesuaian perencanaan pengelolaan

keuangan desa di Desa Bungo Tanjung Kecamatan Pariaman Timur Kota

Pariaman dengan perencanaan pengelolaan keuangan Desa menurut

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Dengan adanya penelitian ini, maka penulis berharap dapat memberikan

manfaat kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Secara praktisi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan

untuk mengambil keputusan dalam hal perencanaan pengelolaan keuangan

desa di Desa Bungo Tanjung Kecamatan Pariaman Timur Kota Pariaman

supaya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 113 Tahun

2014.
2. Secara Teoritis

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat menjadi

tambahan ilmu dan pengalaman untuk mengaplikasikan berbagai teori yang

telah dipelajari, kemudian dapat berguna dalam pengembangan diri. Manfaat

bagi mahasiswa yaitu dapat dijadikan referensi dalam mengerjakan tugas

khususnya yang berkaitan dengn keuangan desa.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Perencanaan

Menurut Haryanto (2008:44) istilah perencanaan pembangunan,

khususnya pembangunan ekonomi, sudah biasa terdengar dalam pembicaraan

sehari-hari. Akan tetapi,perencanaan diartikan berbeda-beda dalam berbagai

literature yang berbeda. Conyers & hills (1994) mendefinisikan perencanaan

sebagai ”suatu proses yang berkesinambungan” yang mencakup “ keputusan-

keputusan atau pilihan-pilihan atas erbagai alternatif penggunanaan sumber daya

untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datatang.

2.2 Desa

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun

2014 Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah Kesatuan Masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.3 Otonomi Desa

Otonomi Desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan

merupakan pemberian dari Pemerintah. Sebaliknya pemerintah berkewajiban

menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. Sebagai kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa, desa

dapat melakukan perbuatan hukum publik maupun hukum perdata, memiliki


kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut dimuka pengadilan.

(https://lbhsembilandelapan.wordpress.com/ 2015/ 08/10/otonomi-menurut-

undang-undang-no-6-tahun-2014-tentang-desa/) Menurut Widjaja (2003:166)

Otonomi Desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan

hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat untuk

tumbuh dan berkembangan desa tersebut. Urusan pemerintahan berdasarkan asal-

usul desa, urusan yang menjadi wewenang pemerintahan Kabupaten atau Kota di

serahkan pengaturannya kepada desa. Namun dalam pelaksanaan hak,

kewenangan dan kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi desa harus tetab

menjunjung nilai-nilai tanggung jawab terhadap Negara Kestuan Republik

Indonesia dengan menekankan bahwa Desa adalah bagian yang tidak terpisahkan

dari Bangsa dan Negara Indonesia.

2.4 Keuangan Desa

Permendagri No. 113 Tahun 2014 menyatakan bahwa, Keuangan Desa

adalah semuahak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala

sesuatu berupa uang danbarang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan

kewajiban desa. Hak dan kewajiban dapat menimbulkan pendapatan, belanja,

pembiayaan dan pengelolaan. Dalam pasalnya yang kedua, Asas Pengelolaan

Keuangan Desa adalah sebagai berikut:

1. Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel,

partisipatif serta dilakukan dengan tertip dan disiplin.


2. Pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikelola

dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai

dengan tanggal 31 Desember

a. Transparan artinya terbuka, tidak ada yang ditutupi

b. Akuntabel artinya dapat dipertanggung jawabkan

c. Partisipatif artinya mengutamakan keterlibatan masyarakat

d. Tertib dan disiplin anggaran artinya konsisten, tepat waktu, tepat jumlah dan

taat asas.

Menurut UU No. 6 tahun 2014 pasal 71, Pendapatan Desa bersumber dari:

1. Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil asset, swadaya dan

partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa.

2. Alokasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara.

3. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota.

4. Alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang di

terima Kabupaten/Kota.

5. Bantuan keuangan dari Anggaran pendapatan dan Belanja Provinsi dan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

6. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga, dan

7. Lain-lain pendapatan Desa yang sah.

Alokasi anggaran yang dimaksud diatas bersumber dari belanja pusat

dengan mengefektifkan program yang berbasis desa secara merata dan

berkeadilan. Bagian hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota

paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari pajak dan retribusi daerah. Alokasi

dana desa paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari pajak dan retribusi daerah.
ADD mengandung makna bahwa desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri dengan kewenangan asli maupun yang

diberikan,yang menyangkut peranan pemerintah desa sebagai penyelenggara

pelayanan publik didesa dan sebagai pendamping dalam proses perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan daerah yang melibatkan masyarakat di tingkat desa.

Muntanah dan Murdijaningsih (2014:2).

Menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014, Pengelolaan Keuangan Desa

adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Kekuasaan

Pengelolaan Keuangan Desa antara lain:

2.5 Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa

2.5.1 Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan

Rencana Kerja Pemerintah Desa

Proses penyusunan perencanaan dimulai dengan tahap penyusunan

RPJMDes dan RKPdes. Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan

desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan

pembangunan Kabupaten/Kota. Perencanaan Pembangunan Desa disusun secara

berjangka meliputi:

a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam)

tahun. RPJM-Des adalah program pemerintah yang mengatur tentang

rancangan dan penyusunan pembangunan desa yang disusun oleh Kepala Desa

terpilih secepatnya untuk mewujudkan apa yang telah disampaikan pada janji

kampanye pemilihan Kepala Desa dan menjabarkan visi dan misi. Irwan

Muhadi (2013:8).
b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja

Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari rencana Pembangunan jangka

Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

2.5.2 Penetapan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa

Menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014 Bab III Pasalnya yang 3 menyatakan

bahwa:

1). Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan

mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang

dipisahkan. Kepala Desa mempunyai kewenangan:

a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa

b. Menetapkan PTPKD

c. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa

d. Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa dan

e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa

2). Kepala desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa dibantu oleh

PTPKD.

Pasal 4

PTPKD sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (3) berasal dari unsur

perangkat desa, Terdiri dari:

a. Sekretaris Desa,

b. Kepala seksi, dan

c. Bendahara Desa

2.5.3 Penyusunan Rancangan Peraturan Desa

Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Bab V menyatakan bahwa :


Pasal 20

(1) Sekretaris desa menyusun Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa

berdasarkan RKPDesa tahun berkenan.

(2) Sekretaris desa menyampaikan rancangan peraturan desa tentang APBDesa

kepada Kepala Desa.

(3) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disampaikan oleh Kepala Desa kepada Badan Permusyawaratan Desa

untuk dibahas dandisepakati bersama.

(4) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disepakati bersama sebagaimana

dimaksud dalam ayat (3) paling lambat bulan oktober tahun berjalan.

2.5.4 Evaluasi Rancangan Peraturan Desa

Pasal 21

(1) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati bersama

sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (3) disampaikan oleh Kepala Desa

kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga)

hari sejak disepakati untuk dievaluasi.

(2) Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya

Rancangan Peratuan Desa tentang APBDesa.

(3) Dalam hal ini Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas

waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Peraturan Desa tersebut berlaku

dengan sendirinya.

(4) Dalam hal ini Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan Desa

Tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan


perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa melakukan

penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya

hasil evaluasi.

Pasal 22

(1) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan kepala desa

tetap menetapkan Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa menjadi

Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan

Keputusan Bupati/Walikota.

(2) Pembatalan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus

menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya.

(3) Dalam hal pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Desa

hanya dapat melakukan pengeluaran terhadap operasional penyelenggaraan

Pemerintah Desa.

(4) Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa paling lama 7

(tujuh) hari kerja setelah pembatalan dan selanjutnya Kepala Desa bersama

BPD mencabut peraturan desa yang dimaksud.

2.6 Asas Pengelolaan Keuangan Desa

Keuangan Desa dikelola berdasarkan praktik-prakti pemerintahan yang

baik. Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana tertuang dalam

Permendagri No 113 Tahun 2014 yaitu transparan, akuntabel, partisipatif serta

dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

2.7 APBDesa
Menurut Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APBDesa, adalah

Rencana Keuangan Tahunan Pemerintahan Desa. APBDesa terdiri atas:

a. Pendapatan

b. Belanja Desa

c. Pembiayaan Desa

2.8 Penyusunan Rancangan APBDesa

Penyusunan rancangan APBDesa menurut Permendagri No 113 Tahun 2014

adalah:

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD) dan Rencana Kerja

Pembangunan Desa (RKPDesa) Pemerintah Desa Menyusun Perencanaan

pembangunan desa sesuai dengan kewenangan desa yang mengacu pada

perencanaan pembangunan Kota/Kabupaten.

2. Proses penganggaran (APBDesa)

Setelah RKPDesa ditetapkan maka dilanjutkan proses penyusunan

APBDesa. Rencana Kegiatan dan Rencana anggaran biaya yang telah ditetapkan

dalam RKPDesa dijadikan pedoman dalam proses penganggaranya. Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) merupakan rencana anggaran keuangan

tahunan pemerintah desa yang ditetapkan untuk menyelenggarakan program dan

kegiatan yang menjadi kewenangan desa.

2.9 Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan Tahun Judul Hasil Tulisan

Hisbul Manto Analisis


1. Hasil penelitian
Abd. Qodir
Perencanaan
Djaelani Pengelolaan menunjukkan bahwa
Keuangan Desa perencanaan APBDesa
Trapang disusun oleh
(Studi Pada Desa sekretaris desa untuk
Trapang Kecamatan kemudian diserahkan
Banyuates kepada kepala desa dan
Kabupaten dibahas dengan BPD untuk
Sampang) mendapatkan kesepakatan
bersama selanjutnya
diserahkan kepada camat
Banyuates. Setelah diterima
oleh camat Banyuates
kemudian dievaluasi dan
diserahkan kembali kepada
desa untuk ditanggapi
evaluasi tersebut.

Analisis Penerapan
2. Delyane Hasil dari penelitian
Permendagri No.113
Kadjudju1, Jenny Desa Motandoi dalam tahap
Tahun 2014 Dalam
Morasa2, Robert perencanaan dan
Perencanaan,
Lambey3 implementasi sudah sesuai
Pelaksanaan Dan
dengan
Pertanggungjawaba
Permendagri nomor 113
n Apbdes
tahun 2014, tetapi dalam
(Studi Kasus Desa
tahap pertanggungjawaban
Motandoi Dan
belum approriate dengan
Motandoi Selatan
Permendagri nomor 113
Kecamatan
tahun 2014, sedangkan Desa
Pinolosian Timur
Motandoi Selatan pada
Kabupaten Bolaang
perencanaan,
Mongondow Selatan)
implementasi, dan fase
pertanggungjawaban sudah
sesuai dengan Permendagri
nomor 113
tahun 2014.

3. Mewvi I. Walukow, Analisis Hasil penelitian


Lintje Kalangi, Perencanaan menunjukkan bahwa pada
Sherly Pinatik Pengelolaan tahap perencanaan
2017 Keuangan Desa pengelolaan keuangan desa
Sesuai di PT
Dengan Peraturan Desa Kauneran I masih
Menteri Dalam belum sesuai dengan
Negeri Nomor 113 Permendagri 113/2014. Ini
Tahun 2014 Di terlihat di
Desa Kauneran I peraturan pemerintah
Kecamatan Sonder tentang APBDesa yang
Kabupaten harus dievaluasi oleh Bupati
Minahasa / Walikota setempat
tidak diimplementasikan
sama sekali. Selain itu,
kurangnya partisipasi dari
masyarakat juga
menjadi fator lain dari
kendala dalam tahap
perencanaan manajemen
keuangan desa.
Ini menunjukkan bahwa
pengelolaan keuangan desa
di desa Kauneran I belum
menerapkan prinsip
partisipatif sesuai dengan
Permendagri 113/201.
4. Elsa Dwi Wahyu Analisis Hasil dari penelitian ini
Dewanti, Sudarno, Perencanaan adalah perencanaan
Taufik Kurrohman Pengelolaan pengelolaan keuangan desa
2016 Keuangan Desa di Desa Boreng dan analisis
Di Desa Boreng kesesuaian antara
(Studi Kasus Pada perencanaan pengelolaan
Desa Boreng keuangan desa di Desa
Kecamatan Boreng dengan perencanaan
Lumajang pengelolaan keuangan desa
Kabupaten menurut Permendagri No.
Lumajang) 37 Tahun 2007. Hasil
Financial analisis tersebut kemudian
Management Planning dibandingkan dengan hasil
Analysis For Villages wawancara dengan Kepala
Fund In Boreng Desa Boreng, Pendamping
Village Desa Boreng, BPD Desa
(Case Study at Boreng Boreng dan salah satu
Lumajang Regency) Perangkat Desa Boreng
mengenai perencanaan
pengelolaan keuangan desa
di Desa Boreng tersebut.

5. Inten Meutia PENGELOLAAN Hasil penelitian


Liliana mengungkap aspek
KEUANGAN DANA
pengelolaan keuangan
DESA secara umum telah sesuai
dengan apa yang diatur
dalam Permendagri No.
113/2014 dan mematuhi
prinsip
Dasar pengelolaan
keuangan. Pelaporan dan
pertanggungjawaban masih
Menjadi masalah bagi
beberapa desa. Belum
semua desa yang diteliti
memiliki sumber daya
manusia yang menguasai
aspek pelaporan dan
pertanggungjawaban.
Berkenaan dengan
komposisi belanja desa,
semua desa tidak memenuhi
aturan 70:30. Hal ini
mengakibatkan
ketimpangan dalam
pelaksanaan pembangunan
di pedesaan.

6
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis, Lokasi, Dan Waktu Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Lokasi

penelitian dalam penelitian ini yaitu di Desa Bungo Tanjung Kecamatan Pariaman

Timur Kota Pariaman. Waktu penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini di

mulai dari Bulan Januari 2017 sampai dengan Juli 2017.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini yaitu perencanaan pengelolaan

keuangan Desa yang berada pada Desa Bungo Tanjung Kecamatan Pariaman

Timur Kota Pariaman dan apakah perencanaan pengelolaan keuangan Desa pada

Desa Bungo Tanjung sesuai dengan pengelolaan keuangan Desa menurut

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014.

3.3 Pemilihan Informan

Informan yang dipilih untuk diwawancarai dalam perencanaan

pengelolaan keuangan desa akan diwakili oleh Kepala Desa, Sekretaris Desa dan

Bendahara Desa. Untuk kelengkapan data dalam penelitian ini, maka informan

yang dibutuhkan adalah pihak yang berperan penting didalam pengawasan

penggunaan keuangan Desa sebagai perwakilan dari masyarakat yaitu Badan

Permusyawaratan Desa (BPD).

3.4 Definisi Operasional Variabel

Pengelolaan Keuangan Desa Merupakan keseluruhan kegiatan yang

meliputi Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan, dan

Pertanggungjawaban, pengelolaan keuangan desa dilaksanakan dalam masa 1


(satu) Tahun anggaran, terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31

Desember. dan Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintahan desa adalah pemegang

kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dan mewakili pemerintahan desa dalam

kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan yang dibantu oleh perangkat-

perangkat Desa. Permendagri No. 113 Tahun 2014 Peraturan yang diberikan oleh

Pemerintah sebagai pedoman dalam pengelolaan keuangan Desa, agar setiap

pemerintahan Desa mengelola keuangannya berdasarkan Permendagri No. 113

Tahun 2014.

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data dari penelitian ini menggunakan analisis komparatif, Analisis

komparatif merupakan teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat

perbandingan antara elemen yang sama, sedangkan menurut Azwar (2011:8) pada

hakikatnya penelitian kausal-komparatf “ex post facto”, artinya data dikumpulkan

setelah semuanya terjadi. seperti penelitian ini yang membandingkan antara

perencanaan pengelolaan keuangan Desa pada Desa Trapang Kecamatan

Banyuates Kabupaten Sampang dengan standar-standar yang mengacu pada

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Keuangan Desa. Tahap-tahap pertama sebelum melakukan analisis data, peneliti

harus memahami terlebih dahulu teori-teori yang telah tertuang di Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan

Desa.

3.6 Uji Keabsahan

Dalam penelitian ini untuk melihat derajat kepercayaan atau keabsahan

hasil penelitian maka penulis menggunakan triangulasi.

Anda mungkin juga menyukai