Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah
menjelaskan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah dari pemerintah
pusat kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus daerah yang bersangkutan,
menerbitkan beberapa peraturan yang dibutuhkan selama tidak melenceng dari Undang-
Undang Dasar NKRI 1945 dan peraturan yang lebih tinggi kedudukannya tanpa melibatkan
pemerintah pusat di dalamnya. Adanya pendelegasian wewenang tersebut menimbulkan suatu
konsekuensi, yakni kebebasan pemerintah daerah otonom dalam menentukan kebesaran
anggaran yang akan digunakan dalam menjalankan pemerintahan dan mengembangkan
daerah otonomi, atau yang lebih dikenal dengan desentralisasi fiskal. Meskipun dalam
otonomi daerah adalah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah tingkat
kabupaten/kota yaitu seperti yang di atur dalam undang-undang pemerintahan daerah diatas
untuk dapat mewujudkan pemerintahan yang baik dalam pengelolaan anggaran, namun
secara esensial sebenarnya harus di pahami bahwa kemandirian tersebut harus di mulai dari
level pemerintahan di tingkat yang paling bawah yaitu desa, sehingga dalam hal ini
pembangunan daerah dapat lebih di arahkan kepada pemberdayaan masyarakat desa melalui
pemerintah desa..
Anggaran sangatlah penting dalam meningkatkan pembangunan di desa, dengan
adanya pembangunan yang maksimal maka akan terciptalah tata kelola yang baik di desa.
Kaho (2002:40) mengatakan bahwa ada empat hal yang paling penting dalam partisipasi
masyarakat terhadap proses pelaksanaan pembangunan, yaitu: partisipasi dalam keputusan
atau perencanaan, partisipasi pelaksanaan, partisipasi dalam memanfaatkan hasil, partisipasi
dalam mengevaluasi. Selain dari anggaran desa, masyarakat desa juga memiliki pengaruh
yang sangat penting dalam meningkatkan pembangunan di desa tersebut.
Dana desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, peningkatan
kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan yang dituangkan dalam Rencana
Kerja Pemerintah Desa (RKPDes). Kegiatan yang dilaksanakan dibiayai dari Dana Desa
berpedoman pada pedoman teknis yang ditetapkan oleh bupati/walikota mengenai kegiatan
yang dibiayai dari Dana Desa. Kegiatan yang dilaksanakan dibiayai dari Dana Desa
diutamakan dilakukan secara swakelola dengan menggunakan sumber daya lokal, dan
diupayakan dengan lebih banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat desa setempat.
Dana Desa dalam APBN sebesar 10% dari dana di luar Dana Transfer Daerah secara
bertahap. Dengan adanya Dana Desa maka diharapkan pembangunan dan pemberdayaan desa
menjadi lebih optimal. Sumber keuangan desa berasal dari: (a) Pendapatan Asli Desa; (b)
Dana Desa yang bersumber dari APBN; (c) Bagian dari Hasil Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah Kab/Kota; (d) Alokasi Dana Desa dari kab/kota; (e) Bantuan Keuangan dari APBD
Provinsi dan APBD Kab/Kota; (f) Hibah dan sumbangan pihak ke-3, serta; (g) Lain-lain
pendapatan yang sah.
Hasil penelitian Ismail, dkk (2013) di Kabupaten Boyolali juga menemukan bahwa
para aparat desa belum memiliki kesiapan dimana mereka belum memahami sepenuhnya
pengelolaan dana desa, serta diperparah dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia,
minimnya sosialisai dan bimbingan. Di sisi lain mereka juga memiliki semangat dalam
pelaksanaan program dana desa karena sangat membantu pembangunan fisik. Penelitian
Harning dan Amri (2016) di Banda Aceh juga menemukan bahwa dalam pelaksanaan dana
desa terhambat kurangnya sosialisasi, belum bakunya aturan pelaksanaan, serta dana yang
terlambat dicairkan. Akan tetapi pelaksanaan kegiatan di lapangan cukup baik dengan
terselesaikannya kegiatan fisik dan pertanggungjawaban, meskipun masih minim partisipasi
masyarakat luas, hanya kalangan tertentu saja. Masni (2019) penelitian menunjukkan bahwa
pengelolaan Dana Desa baik dalam tahap perencenaan, tahap pelaksanaan, tahap pelaporan,
dan tahap pertanggungjawaban sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan Permendagri No.
113 Tahun 2014, namun masih perlu adanya pelatihan yang cukup untuk menambah kualitas
sumber daya manusianya.
Salah satu studi penulis pada penelitian di Desa Lamagute Kecamatan Ile Ape Timur,
Kabupaten Lembata. Dalam realitas kinerja Pemerintah Desa Lamagute dari tahun ketahun
telah melakukan perbaikan baik dari infrastruktur desa, pemberdayaan masyarakat, dan
perekonomian masyarakat. Kondisi infrastruktur di Desa Lamagute sudah bisa dikatakan baik
walaupun masih terdapat beberapa jalan yang masih rusak dan masih kurangnya tanggapan
dari pemerintah Desa. Sementara itu, perkembangan pemberdayaan desa di Desa Lamagute
juga sudah bisa dikatakan baik program kerja atau aktivitas untuk meningkatkan
pemberdayaan masyarakat sudah berlangsung dengan baik. Dana desa yang di dapat 30%
digunakan untuk pembangunan dan 70% untuk pemberdayaan masyarakat. Hal ini
mendorong peneliti ingin mengkaji realisasi anggaran dana desa dalam menyikapi
akuntabilitas penggunaan anggaran dana desa baik itu dari segi kebutuhan pembangunan
infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat di desa tersebut. Melihat hal tersebut diatas,
dalam pencapaian sebuah keberhasilan dari pembangunan desa yang menyeluruh, dapat
dicapai dengan mempertimbangkan potensi sumber daya dan wilayah yang merupakan
sasaran utama program pembangunan pedesaan. Berdasarkan uraian di atas, penulis
mengambil judul skripsi: “ANALISIS PENGARUH DANA DESA TERHADAP
PEMBANGUNAN DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi: Desa
Lamagute Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata)”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang pemikiran diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan
adalah:
1. Bagaimana pengaruh dana desa terhadap Pembangunan Infrastruktur Desa?
2. Bagaimana pengaruh dana desa terhadap Pemberdayaan Masyarakat Desa?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh Dana Desa Di Desa Lamagute terhadap Pembangunan Desa.
2. Untuk mengetahui pengaruh Dana Desa di Desa Lamagute terhadap Pemberdayaan
Masyarakat Desa.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara akademis peneliti ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan
konsep-konsep analisis pengaruh pemanfaatan dana desa khususnya pada pembangunan
infrastruktur desa dan pemberdayaan masyarakat serta diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi pengembangan pembelajaran di perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan masukan bagi pemerintah desa
dan menjadi acuan di dalam pembuatan RAPBDesa serta hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan bagi pemerintah desa dalam pembangunan dan pemberdayaan
masyarat desa dan menambah literatur dalam ruang linkup pembangunan khususnya
pembangunan infrastruktur perdesaan serta pemberdayaan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai