Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang menganut asas

desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan, hal ini dikarenakan

pemerintah pusat telah memberi kesempatan dan kebebasan melalui pemerintah

daerah untuk mengelola daerahnya atau disebut juga dengan sistem otonomi

daerah sebagai mana tercantum dalam Undang-undang mengenai otonomi daerah.

Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa daerah otonom

atau daerah yang menjalankan otonomi daerah merupakan kesatuan masyarakat

hukum yang didalamnya terdapat batas-batas wilayah dan hak serta kewajiban

mengatur dan mengelola kegiatan pemerintahan serta program terkait kepentingan

masyarakat daerah tersebut sesuai konsep pemerintahan daerah itu sendiri dengan

mengingkut sertakan aspirasi dan keinginan masyarakat sesuai dengan konsep

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Suatu negara atau daerah dikatakan maju apabila desa-desa suatu negara

atau daerah dianggap maju atau telah berhasil melaksanakan pemerintahan

desanya karena negara-negara maju tersebut sejalan dengan provinsi-provinsi

yang maju dalam mendukung perekonomian nasional serta provinsi-provinsi yang

maju konsisten. dengan kabupaten dan kota yang sedang berkembang, dan mereka

telah berhasil memainkan peran kabupaten dan kota dalam mendukung

pemerintah provinsi. menjalankan perannya sebagai desa. Artinya, dasar

kemajuan suatu negara ditentukan oleh kemajuan desa tersebut.

1
Pemerintah Indonesia sangat terorganisir dalam upaya memajukan desa,

karena setiap desa memiliki peraturan yang mengikat. Undang-Undang No 6

Tahun 2014 mengungkapkan bahwa Desa merupakan kesatuan masyarakat yang

sah dengan batas-batas wilayah, yang diberdayakan untuk mengurus setiap

penyelenggaraan pemerintahan, mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan aspirasi masyarakat, hak asal usul atau hak tradisional yang

telah diterapkan dan dihormati dalam sistem ketatanegaraan pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Dengan diterbitkannya Undang-Undang nomor 6

tahun 2014 maka pemerintah desa semakin kuat dalam menjalankan

pemerintahannya karena tidak lagi diatur oleh UU No. 33 Tahun 2004 mengenai

otonomi daerah melainkan dengan undang- undang tersendiri.

Sesuai dengan Peraturan Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 dalam

kaitannya dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)

dimana desa diikat dengan acuan dan petunjuk teknis perencanaan dan

pengelolaan keuangan desa. Pengelolaan keuangan desa dapat dijadikan sebagai

alat untuk menjadikan masyarakat desa berbasis pengetahuan karena dapat

mencakup banyak hal yang berhubungan dengan lingkungan hidup desa dan

pembangunan di desa. Secara umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDes) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Desa dan Badan

Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan peraturan Desa. Menurut

Sumpeno (2011:212) APBDes merupakan suatu rencana tahunan mengenai

keuangan desa yang disusun dan disetujui menurut peraturan terkait sebuah desa

2
yang berisikan estimasi sumber pendapatan dan belanja untuk pencapaian

kebutuhan program pembangunan desa.

Dalam hal keuangan desa sebagai sumber pendapatan. Pendapatan desa

berasal dari pendapatan asli desa, serta sistem bagi hasil pajak Paling sedikit 10%

dari wilayah kabupaten/kota adalah desa dan dibebaskan dari retribusi. Sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2005, No. 72 Tahun 2005

Sebuah Kabupaten/Kota ditugaskan sebagian ke setiap desa di mana ia berada.

Secara regional, redistribusi dana perimbangan fiskal pusat dan daerah

Kabupaten/Kota menerima minimal 10% untuk desa. Distribusi setiap desa dalam

jangkauan Daerah dibuat proporsional dan menjadi penyaluran dana desa,

kemudian bantuan keuangan pemerintah pusat, pemerintah Pemerintah provinsi

dan kabupaten (kota) menyediakan dana dan Sumbangan Pihak Ketiga yang Tidak

Mengikat Kepada Desa.

Sebagaimana dinyatakan dalam undang-undang 32/2004 dan PP 72/2005

Pendapatan pemerintah desa perlu dikompilasi ke dalam laporan realisasi

Laporan Pertanggun gjawaban Pelaksanaan dan Pemenuhan APBDes. Laporan

diperoleh dari hasil perhitungan Proses pengelolaan keuangan desa, dimulai

dari tahap perencanaan dan penganggaran, dilanjutkan dengan pelaksanaan dan

pengelolaan Masuk ke fase pelaporan dan akuntabilitas manajemen Keuangan

desa untuk penyampaian laporan kinerja kepada komite desa dan pemerintah

pusat sebagai tolak ukur keberhasilan kinerja desa.

Kajian sebelumnya oleh Utomo (2015) tentang implementasi kebijakan

penganggaran pendapatan dan belanja desa untuk meningkatkan pembangunan

3
desa menunjukkan bahwa implementasi kebijakan APBDes di desa masih

belum berjalan sesuai rencana yang disusun oleh pemerintah daerah, hal ini

dikarenakan SDM yang ada di desa masih sangat minim dan kurangnya

sosialisasi dari pemerintah Kabupaten. Rencana pembangunan desa hanya

memenuhi persyaratan hukum, dan pemerintah desa tidak mempertimbangkan

untuk mengajukan laporan pembangunan desa kepada masyarakat. Menurut

Pragita (2020) berpendapat bahwa proses penyusunan APBDes dalam

pembangunan desa, menunjukkan bahwa proses penyusunan APBDes telah

dilakukan sesuai dengan prosedur dan persyaratan yang ditentukan oleh

peraturan yang berlaku, dan menyadari bahwa APBDes telah terealisasi

sepenuhnya.

Berdasarkan fakta dilapangan yang telah dilakukan oleh peneliti tentang

data pendapatan desa dan belanja desa mulai dari tahun 2019 sampai dengan

tahun 2021 diperoleh informasi dari Sekertaris Desa dan Bendahara Desa

bahwa Anggaran desa yang diperoleh desa ponggiha tidak terlalu jauh berbeda

dengan perubahan desa yang dikeluarkan oleh desa ponggiha. Tahun 2018

terdapat sisa kas sebesar Rp 59.500.000 dan di belanjakan di tahun 2019 di bidang

pembangunan,dan pada tahun 2019 tidak ada sisa kas, Tahun 2020 terjadi sisa kas

sebesar Rp 60.378.801, pada tahun 2021 tidak ada sisa kas.

Penggunaan analisis rasio sebagai alat analisis keuangan secara luas sudah

diterapkan pada lembaga perusahaan yang bersifat komersial, sedangkan pada

lembaga publik khususnya pemerintah desa masih terbatas. Hal ini dikarenakan:

4
1. Keterbatasan penyajian laporan keuangan pada lembaga pemerintahan desa

yang sifatnya dan cakupannya berbeda dengan penyajian laporan keuangan

oleh lembaga perusahaan yang bersifat komersial.

2. Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagian masih

dilakukan berdasarkan pertimbangan anggaran tradisional (incremental

budget) yaitu besarnya masing-masing komponen pendapatan dan

pengeluaran dihitung meningkatkan sejumlah persentase tertentu. Oleh sebab

itu sering kali mengabaikan rasio keuangan dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa.

3. Penilaian keberhasilan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagai

penelitian pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa lebih ditekankan

pada pencapaian target, sehingga kurang memperhatikan bagaimana

perubahan yang terjadi pada komposisi ataupun struktur Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa-nya.

Ada beberapa model pelaksanaan APBDes di setiap desa. Pembangunan

desa, setiap tahun anggaran memiliki jalur atau ruas jalan yang menjadi sasaran

atau fokus pembangunan dalam pembangunan desa. Perbedaan pelaksanaan

APBDes di setiap desa seringkali dipengaruhi oleh visi dan misi pemerintah

desa, dan aspirasi masyarakat desa. Tentang fenomena Penelitian yang

dilakukan oleh peneliti saat melaksanakan studi banding di Desa Ponggiha,

Kecamatan Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Desa

Ponggiha sedang dalam pengembangan atau Pengembangan sektor

pemberdayaan masyarakat, perkembangan, kesehatan. Selain itu juga Desa

5
Ponggiha memprioritaskan pembangunan dalam bidang pekerjaan umum yang

terkait dengan sarana dan prasarana desa serta dana APBdesa juga digunakan

untuk pengembangan potensi lainnya. Berdasarkan uraian latar belakang

masalah di atas, maka penulis tertarik untuk membuat suatu penelitian skripsi

yang berjudul “Analisis Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa di Desa

ponggiha Kecamatan lasusua”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan

masalah sebagai berikut: “Bagaimana pengelolaan anggaran pendapatan dan

belanja desa pada Desa ponggiha kecamatan lasusua?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang diuraikan diatas,

maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Menganalisis tentang

pengelolaan pendapatan dan belanja desa pada Desa ponggiha kecamatan lasusua.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Selain sebagai syarat menyelesaikan pendidikan, juga dapat menambah

pengetahuan bidang ilmu manajemen keuangan, dan melatih penulis untuk

dapat menerapkan teori-teori yang diperoleh dari bangku kuliah.

6
2. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan

referensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dalam pengambilan

keputusan, terutama dalam penentuan arah yang strategis untuk menilai

kinerja keuangan pemerintah desa dalam anggaran pendapatan dan belanja

desa di masa yang akan datang.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian akuntansi

Akuntansi merupakan suatu proses mencatat, mengklasifikasikan,

meringkas, mengelola dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang

berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang

menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan

serta tujuan lainnya. Akuntansi berasal dari kata asing accounting yang artinya

dalam bahasa Indonesia adalah menghitung atau mempertanggungjawabkan.

Sugiri dan Riyono (2008), akuntansi didefinisikan sebagai suatu kegiatan

jasa yang fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, khususnya yang

berkaitan dengan keuangan. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi

masukan dalam proses pegambilan keputusan ekonomik dan rasional. Berikut

merupakan beberapa contoh keputusan ekonomik adalah sebagai berikut :

1. Menerima atau menolak permintaan kredit (bagi bank atau lembaga keuangan

lain yang sedang mempertimbangkan permintaan kredit dari nasabah atau

colon nasabahnya).

2. Melepas kembali atau mempertahankan saham (surat tanda pemikiran pada

persero terbatas) yang sekarang dimiliki.

3. Mengeluarkan saham atau obligasi untuk menarik dana dari masyarakat.

Akuntansi terdiri dari tiga komponen utama yaitu sebagai berikut :

8
a. Input (masukan) : berupa transaksi, yaitu peristiwa bisnis yang bersifat

keuangan.

b. Proses (prosedur) : meliputi berbagai fungsi mulai dari pengidentifikasi

transaksi sampai dengan penyajian informasi keuangan. Proses utama

akuntansi adalah pencatatan yang terdiri dari dua fungsi yaitu penjumlahan

dan pemindah bukuan.

c. Outuput (keluaran) : berupa informasi keuangan seperti laporan laba rugi,

laporan perubahan ekuitas, perubahan posisi keuangan, dan laporan arus

kas.

Menurut Thomas Sumarsan (2013) menjelaskan bahwa :

Akuntansi adalah suatu seni untuk mengumpulkan, mengidentifikasikan,

mengklasifikasikan, mencatat transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan

keuangan, sihingga dapat menghasilkan informasi yaitu laporan keuangan yang

dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Metode pencatatan, penggolongan, analisa dan pengendalian transaksi

serta kegiatan-kegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya. Kegiatan

akuntansi,diantaranya :

1. Pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan untuk suatau

pengambilan keputusan.

2. Pemrosesan data yang bersangkutan kemudian pelaporan informasi yang

dihasilkan.

3. Pengkomunikasian informasi kepada pemakai laporan.

9
Winwin yadianti, Ilham Wahyudin (2006) Akuntansi adalah suatu sistem

informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan kejadian

ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang berkepentingan.

Dari pengertian tersebut terkandung kegiatan akuntasi yaitu :

1. Mengidentifikasi

Kejadian ekonomi berkaitan dengan aktivitas ekonomi yang relevan dari suatu

oraganisasi tertentu. Pembayaran utang, pembayaran pemebalian tunai,

penjualan kredit adalah contoh dari kejadian ekonomi tersebut

2. Mencatat

Secara historis aktivitas keuangan organisasi. Pencatatan dilakukan secara

sistematis, berurutan sesuai kronologi kejadian dan harus dapat diukur dalam

satuan moneter. Dalam proses pencatatan ini, kejadiaekonomi kemudian

diklasifikasikan dan diringkas.

3. Mengkomunikasikan

Kejadian ekonomi kepada pihak yang berkepentingan dalam bentuk laporan

keuangan yang memuat informasi keuangan organisasi yang dapat dijadikan

dasar dalam pengambilan keputusan.

Salah satu unsur penting dalam mengkomunikasikan peristiwa peristiwa

ekonomi adalah kemampuan akuntan untuk menganalisisan menginterprestasikan

informasi yang dilaporkan. Proses akuntansi dapat diterangkan menjadi seperti

sajian dalam gambar 2.1

10
Gambar 2.1

Akuntansi juga merupakan suatu ilmu yang di dalamnya berisi bagaimana

proses pemikiran sehingga dihasilkan suatu kerangka konseptual yang mencakup

prinsip, standar, metode, dan teknik, serta prosedur yang akan dijadikan landasan

dalam pelaporan keuangan dan informasi-informasi lainnya untuk melaporkan

keadaan keuangan dari suatu kesatuan usaha.

2.1.2 Akuntansi pemerintahan daerah

Definisi Akuntansi Pemerintahan Menurut Para Ahli - Menurut Revrisond

Baswir (2000), Akuntansi Pemerintahan (termasuk akuntansi untuk lembaga non

profit pada umumnya) merupakan bidang akuntansi yang berkaitan dengan

lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk tidak mencari

laba. Walaupun lembaga pemerintah senantiasa berukuran besar, namun

sebagaimana dalam perusahaan ia tergolong sebagai lembaga mikro.

Bachtiar Arif dkk (2002) mendefinisikan akuntansi pemerintahan sebagai

suatu aktivitas pemberian jasa untuk menyediakan informasi keuangan pemerintah

berdasarkan proses pencatatan, pengklaifikasian, pengikhtisaran suatu transaksi

11
keuangan pemerintah serta penafsiran atas informasi keuangan tersebut.

Sedangkan menurut Abdul Halim (2002) menyebutkan bahwa Akuntansi

Pemerintahan adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka menyediakan informasi

kuantitatif terutama yang bersifat keuangan dari entitas pemerintah guna

pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari pihak-pihak yang

berkepentingan atas berbagai alternatif arah tindakan.

Sistem akuntansi pemerintah daerah didasarkan pada peraturan

perundangan sebagai berikut:

1. Undang-Undang No 32 Tahun 2004 sebagai pengganti dari Undang- Undang

No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

2. Undang-Undang No 33 Tahun 2004 sebagai pengganti dari UndangUndang No

25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000.

4. Keputusan Mendagri No. 29 Tahun 2002 Karakteristik akuntansi pemerintah

daerah adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah mencakup 3 hal:

1. Akuntabilitas, yakni mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber

daya khususnya keuangan serta pelaksanaan kebijakan pemerintah

dalam rangka pencapain tujuan yang telah ditetapkan melalaui laporan

keuanagan secara periodik.

2. Manajerial, yakni menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk

perencanaan dan pengelolaan keuangan pemerintah serta memudahkan

12
pengendalian yang efektif atas aset, hutang dan ekuitas dana.

3. Transaparansi, yakni menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi

masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintah

yang baik.

b. Asumsi dasar akuntansi keuangan Pemerintah Daerah mencakup hal- hal

berikut:

1. Basis Kas, yakni pendapatan diakui pada saat dibukukan pada kas daerah

dan belanja diakui pada saat dikeluarkan dari kas daerah.

2. Asas universalitas, yakni semua pengeluaran harus tercantum dalam

anggaran.

3. Asas bruto, yakni tidak ada kompensasi antara penerimaan dan

pengeluaran. Artinya setiap penerimaan dicatat seluruhnya dalam pos

penerimaan denganjumlah kotor, tidak dikurangkan dari pengeluaran,

sehingga informasi total penerimaan dan total pengeluaran akan selalu

tersedia.

4. Dana Umum, yakni unit pengelola APBD merupakan entitas fiskal dan

akuntansi yang mempertanggungjawabkan keseluruhan penerimaan dan

pengeluaran daerah, termasuk aset, hutang dan ekuitas dana. Setiap dana

yang digunakan untuk membiayai kegiatan khusus dan

dipertanggungjawabkan secara khusus merupakan bagian tak terpisahkan

dari Dana Umum atau APBD. 99 Entitas Akuntansi Pemerintah Daerah.

Entitas pelaporan keuangan mengacu pada konsep bahwa setiap pusat

pertanggungjawaban harus bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya sesuai

13
dengan batasan peraturan yang ada. Sehingga, entitas pelaporan keuangan

pemerintah daerah terdiri dari:

1. Pemerintah Daerah secara keseluruhan yang merupakan badan eksekutif

daerah.

2. DPRD, Pemerintah Daerah Propinsi Kabupaten Kota, Dinas dari

pemerintahan daerah Propinsi Kabupaten Kota dan lembaga teknis daerah

Propinsi Kabupaten Kota.

Penetapan unit instansi sebagai entitas akuntansi pemerintah daerah

didasarkan pada pengertian bahwa pengukuran kinerja akan lebih tepat jika

dilakukan atas suatu fungsi, dimana dinas merupakan suatu unit kerja yang paling

mendekati gambaran suatu fungsi kepemerintahan terrtentu. Klasifikasi Perkiraan.

Bagan perkiraan standar diperlukan sebagai pedoman pelaksanaan akuntansi

sehingga memungkinkan perlakukan akuntansi yang seragam dan konsisten, dan

kemudian dapat mempermudah penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

Klasifikasi perkiraan dan pengkodeannya diperlukan untuk memfasilitasi

konsolidasi kinerja keuangan pemerintah daerh dan untuk menyelaraskan

akuntansi keuangan pemerintah daerah dengan sistem statistik keuangan

internasional dalam konsep Government Finance Statistics GFS. Menurut GFS

Manual, anggaran negara diklasifikasikan menurut fungsi, dan akan dirinci

kedalam sub fungsi, program dan kegiatan untuk masing-masing tingkatan

organisasi, sehingga bagan perkiraan standar disesuaikan dengan klasifikasi

anggaran tersebut.

Akuntansi Pemerintah (Peraturan Pemerintah No.24 tahun 2005,

14
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun

2010), menyatakan bahwa laporan keuangan disusun untuk menyediakan

informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang

dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan.

Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-

upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan

secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk berbagai

kepentingan seperti:

1. Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

2. Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu

entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi

perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan

ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

3. Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat

berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui

secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam

pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya

15
pada peraturan perundang-undangan.

4. Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerational Equity)

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan

pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran

yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan

ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

2.1.3 Pengertian Desa

Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang ada di Negeri ini. Luas

wilayah desa biasanya tidak terlalu luas dan dihuni oleh sejumlah keluarga.

Mayoritas penduduknya bekerja di bidang agraris dan tingkat pendidikannya

cenderung rendah karena jumlah penduduknya tidak begitu banyak, hubungan

kekerabatan antar masyarakatnya biasanya terjalin kuat. Para masyarakatnya juga

masih percaya dan memegang teguh adat dan tradisi yang di tinggalkan pada

leluhur mereka.

Pengertian desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa menyatakan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan / hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam

sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Hanif Nurcholis (2011), desa adalah satuan pemerintahan

terendah. Salah satu bentuk urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan

desa adalah pengelolaan keuangan desa. Keuangan desa adalah semua hak dan

16
kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan

pelaksanaan hak dan kewajiban.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) desa adalah kesatuan wilayah

yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri

(dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa merupakan kelompok rumah diluar

kota yang merupakan kesatuan.

2.1.4 Pendapatan Desa

2.1.4.1 Pengertian Pendapatan Desa

Pendapatan desa adalah segala jenis pendapatan yang berasal dari sumber-

sumber yang dimiliki desa atau sumber-sumber yang berada di bawah pengelolaan

desa. Pendapatan Desa adalah semua hak desa yang diakui sebagai penambahan

nilai bersih keuangan Desa yang diperoleh dalam setiap tahun anggaran.

Kekayaan desa adalah semua hak desa yang diakui sebagai salah satu sumber

pendapatan desa yang dikelola oleh pemerintah desa.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP) pada pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

Nomor 2 Tentang Laporan RealisasAnggaran dinyatakan bahwa pendapatan

adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara / Daerah yang menambah

ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang

menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

Menurut peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113

Tahun 2014, pendapatan desa adalah semua penerimaan uang melalui rekening

17
desa yang merupakan hak desa dalam 1 (Satu) Tahun Anggaran yang tidak perlu

dibayar kembali oleh desa.

Pendapatan desa adalah semua penerimaan kas desa yang menambah

ekuitas pada periode tahun anggaran yang bersangkutan dan hak menjadi

pemerintah desa yang tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah desa.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang

bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retrebusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah,

yang bertujuan untuk memberikan kelulusan pada daetah dalam menggali

pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas

disentralisasi. 1. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia NO. 28 tahun 2009

tentang pajak daerah dan retribusi daerah pendapatan asli daerah yaitu sumber

keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri

dari hasil pajak daerah, retrebusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan dan lainlain pendapatan asli daerah yang sah. 2. Salah satu upaya

untuk melihat kemampuan daerah dari segi keuangan daerah dalam rangka

mengurangi ketergantungan tehadap pemerintah pusat, adalah dengan melihat

komposisi dari penerimaan daerah yang ada. Semakin besar komposisi

pendapatan asli daerah, maka semakin pula kemampuan pemerintah daerah untyk

memikul tanggungjawab yang lebih besar. Tetapi semakin kecil komposisi

pendapatan asli daerah terhadap penerimaan daerah maka ketergantungan

terhadap pusat semakin besar. Sedangkan dampak yang dirasakan masyarakaat

dengan adanya peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah adalah kelancaran

18
pembangunan. Pembangunan meliputi berbagai sektor diantaranya adalah

pembangunan jalan, pembangunan fasilitas umum dan fasilita lainnya.

Dalam peraturan permendagri nomor 113 tahun 2014 tentang

pengelolaan keuangan desa, peraturan tersebut memiliki lima (5 ) tahab dalam

melakukan pengelolaan keuangan desa yang baik yang seharusnya memang

dijalankan sebagai ketentuan umum, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

dalam keuangan daearah terlebih dahulu di susun oleh sekertaris desa tentang

APBDesa berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan, selanjutnya hal tersebut

disampaikan kepada kepala desa untuk dibahas dan disepakati secara

bersama oleh badan permusyawaratan Desa. Setelah rancangan tersebut

dibahas dan disepakati oleh kepala desa bersama badan permusyawaratan

desa maka rancangan yang telah disepakati tersebut diajukan kepada

Bupati/walikota camat paling lambat 3 hari setelah disepakati untuk di

evaluasi.

2. Pelaksanaan

Setelah rencana terbentuk pemimpin harus memimpin dan menggerakkan

para staf/bawahannya berdasarkan pada rencana yang telah ditetapkan untuk

mewujudkan rencana. Pelaksanaan APBDesa berhubungan dengan

pendapatan Desa.

3. Penatausahaan

Penatausahaan dilakukan oleh bendahara Desa. Setiap pencatatan dan

pengeluaran, tutup buku setiap akhir bulan secara tertib serta wajib bendahara

19
mempertanggung jawabkannya merupakan tugas yang harus dialakukan oleh

bendahara.

4. Pelaporan

Laporan realisasi dalam APBDesa akan disampaikan oleh kepala desa kepada

Bupati/walikota yang dimana hal tersebut merupakan laporan semeter

pertama disampaikan paling lambat pada akhir bulan juli tahun berjalan dan

untuk pelaporan semester akhir disampaikan paling lambat pada bulan januari

tahun berikutnya.

5. Pertanggung jawaban

Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa

diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis atau menggunakan media

yang mudah diakses oleh masyarakat, misalnya saja menggunakan papan

pengumuman, atau membuka forum untuk masyarakat maupun menggunakan

media informasi lainnya. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBDesa disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui

perantara Camat paling lambat 1 (satu) bulan setelah akhir tahun anggaran

berkenaan.

Sebagaimana di jelaskan bahwa Keuangan desa adalah barang publik

(public goods) yang dimana hal tersebut sangat langkah dan terbatas.

2.1.4.2 Sumber-Sumber pendapatan Desa

Menurut Undang-Undang Desa Pasal 72 ayat (1), sumber pendapatan

desa terdiri atas :

a. Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan

20
partisipasi,gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa

b. Alokasi anggaran pendapatan dan belanja negara.

c. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten / kota

d. Alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang

diterima Kabupaten / Kota

e. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan belanja Dearah Provinsi

dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten / Kota

f. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga

g. Lain-lain pendapatan desa yang sah.

Anggaran Pendapatan Desa (APBDES) merupakan rencana keuangan

tahunan pemerintahan Desa. Secara yuridis APBDES merupakan produk hukum

desa berupa Peraturan Desa, dimana merupakan produk kesepakatan antara

Badan Permusyawaratan Desa dengan Kepala Desa dalam musyawarah

desa.Secara substansi APBDES merupakan produk perencanaan yang disusun

berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) dan merupakan

penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDES).

Peraturan desa tentang APBDES tersebut ditetapkan paling lambat tanggal 31

Desember tahun anggaran sebelumnya.

Dari aspek struktur atau komponen, APBDES terdiri dari

pendapatan, belanja dan pembiayaan. Pendapatan adalah semua penerimaan Desa

dalam 1 (satu) tahun anggaran yang menjadi hak Desa dan tidak perlu

dikembalikan oleh Desa. Pendapatan yang terdiri dari Pendapatan Asli Desa,

Hasil Transfer dan Pendapatan Lainnya:

21
a. Pendapatan asli Desa

Pendapatan asli Desa adalah penerimaan Desa yang diperoleh atas usaha

sendiri sebagai pelaksanaan kewenangan Desa, baik dalam bentuk hasil usaha

Desa, hasil aset, swadaya partisipasi dan gotong royong, dan pendapatan asli

desa lain. Pendapatan Asli Desa dapat diperoleh dari :

1) Hasil usaha

Hasil usaha adalah seluruh hasil usaha milik Desa yang dikelola secara

terpisah berdasarkan Peraturan Desa berpedoman pada Peraturan Daerah

Kabupaten Buleleng Nomor 10 Tahun 2015 tentang Pembentukan dan

Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa. Salah satu hasil usaha yang

menimbulkan penerimaan bagi pendapatan Desa dari hasil usaha Desa,

antara lain hasil BUM Desa.

2) Hasil aset

Hasil aset adalah seluruh hasil dari barang milik Desa yang berasal dari

kekayaan asli milik Desa, dibeli atau diperoleh atas beban APB Desa

atau perolehan hak lainnya yang sah. Seperti; tanah kas Desa, tambatan

perahu, bangunan Desa, pelelangan ikan yang dikelola oleh Desa,

pelelangan hasil pertanian, hutan milik desa, mata air milik Desa,

pemandian umum, wisata Desa dan lain-lain kekayaan asli Desa sesuai

dengan Peraturan Desa.

3) Swadaya, partisipasi dan gotong royong

Swadaya, partisipasi dan gotong royong masyarakat adalah penerimaan

yang berasal dari sumbangan masyarakat Desa. Penganggaran

22
penerimaan swadaya, partipasi dan gotong royong harus dihitung secara

cermat dan riil dalam bentuk uang yang masuk ke rekening kas Desa

untuk mendukung pelaksanaan suatu kegiatan yang akan dilaksanakan

oleh Pemerintah Desa.

4) Pendapatan asli Desa lain

Pendapatan asli Desa lain adalah penerimaan Desa yang diperoleh antara

lain dari hasil pungutan Desa sesuai dengan kewenangan Desa yang

ditetapkan dan diatur dalamPeraturan Desa. Pemerintah Desa dilarang

melakukan pungutan Desa di luar yang ditetapkan dan diatur dalam

Peraturan Desa dan penyusunan rancangan Peraturan Desa tentang

pungutan Desa wajib mendapat evaluasi dari Bupati.

b. Transfer

1) Dana Desa

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa ditransfer melalui

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten dan digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,

pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

2) Bagian dari Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Bagian dari hasil pajak paerah dan retribusi daerah merupakan salah satu

sumber pendapatan Desa yang berasal dari bagian hasil pajak daerah dan

retribusi daerah kabupaten. Bagian dari Hasil pajak daerah dan retribusi

daerah dianggarkan sesuai Peraturan Bupati tentang TataCara Pembagian

23
dan Penetapan Rincian Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Bagi Hasil Pajak

dan Retribusi Daerah Kabupaten kolaka utara Tahun Anggaran 2021.

Apabila Peraturan Bupati tersebut belum ditetapkan, penganggaran

pendapatan dari bagian hasil pajak daerah dan retribusi daerah

kabupaten didasarkan pada tahun sebelumnya atau informasi atas alokasi

sementara bagian hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten yang

akan diterima masing-masing Desa di Kabupaten kolaka utara.

c. Pendapatan lain

Pendapatan lain adalah pendapat Desa yang terdiri atas :

1) Penerimaan dari hasil kerja sama Desa;

2) Penerimaan dari bantuan perusahaan yang berlokasi di Desa;

3) Penerimaan dari hibah dan sumbangan dari pihak ke tiga;

4) Koreksi kesalahan belanja tahun anggaran sebelumnya yang

mengakibatkan penerimaan di Kas Desa pada tahun anggaran berjalan;

5) Bunga bank;

6) Hadiah lomba yang diikuti oleh Pemerintah Desa;

7) Pendapatan lain Desa yang sahpendapatan asli desa, transfer dan

pendapatan lainnya.

2.1.5 Belanja Desa

2.1.5.1 Pengertian Belanja Desa

Belanja di lingkungan akuntansi pemerintah di indonesia diartikan sebagai

semua pengeluaran bendahara umum negara / daerah yang mengurangi ekuitas

dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan

24
diperoleh kembali pembayarannya oleh pemerintah.

Menurut Siregar (2015), Belanja desa adalah semua pengeluaran dari

rekening kas umum desa yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode

tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali

oleh pemerintah desa.

Belanja desa berdasarkan peraturan Menteri dalam Negeri RepubliK

Indonesia Nomor 113 Tahun 2014. Tentang pengelolaan keuangan desa adalah

semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1

(satu) Tahun Anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh

desa. Besarnya alokasi belanja desa harus disesuaikan dengan pendapatan desa

yang diperoleh. Makin besarpendapatan desa maka akan semakin besar pula

belanja desa yang bisa digunakan untuk pembangunan desa. Dengan

meningkatnya belanja desa pada tiap tahunnya mengakibatkan pembangunan

sarana prasarana desa dan Dusun pada tahun-tahun yang akan datang juga

meningkat secara signifikan Hoesada (2014).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar

Akuntansi Pemerintah (SAP) pada pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

Nomor 3 Tentang Laporan Arus Kas dinyatakan bahwa belanja adalah semua

pengeluaran dari Rekening kas umum Negara / Daerah yang mengurangi ekuitas

dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan

diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Belanja desa terdiri dari belanja : bidang pemerintahan desa, bidang

pelaksanaan pembangunan desa, bidang pembinaan kemasyarakatan desa, bidang

25
pemberdayaan masyarakat dan bidang penanggulangan bencana keadaan darurat

mendesak desa. Belanja Desa adalah semua pengeluaran yang merupakan

kewajiban Desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diterima kembali

oleh Desa.

Adapun pembiayaan desa terdiri dari : penerimaan pembiayaan dan

pengeluaran pembiayaan. Pembiayaan Desa adalah semua penerimaan yang perlu

dibayar kembali atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun

anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Yang

termasuk penerimaan pembiayaan adalah : SILPA tahun sebelumnya, pencairan

dana cadangan, hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan kecuali tanah dan

bangunan. Sedangkan termasuk pengeluaran pembiayaan adalah : pembentukan

dana cadangan dan penyertaan modal.

Ada parameter atau ukuran untuk menentukan sejauhmana APBDES

dinilai baik atau berkualitas yaitu disusun dan ditetapkan tepat waktu, materi yang

disusun singkron dengan perencanaan kegiatan di Kecamatam,Kabupaten,

Provinsi maupun arah kebijakan nasional serta kegiatan yang telah ditetapkan

memiliki nilai-nilai inovasi dalam peningkatan kualitas pelayanan, berupa

pengadaan aplikasi yang memudahkan pelaksanaan sikronisasi penginputan data

Desa ke Kecamatan.

2.1.5.2 Jenis-Jenis Belanja Desa

Menurut Anwar Mishabul (2011) jenis-jenis belanja Desa terdiri atas:

a. Belanja Pegawai adalah pengeluaran penghasilan tetap dan tunjangan bagi

Kepala Desa dan perangkat Desa serta tunjangan Badan Permusyawaratan

26
Daerah. Dianggarkan dalam kelompok penyelenggaraan pemerintahan Desa.

Kegiatan pembayaran penghasilan tetap dan tunjangan yang dibayarkan setiap

bulan.

b. Belanja Barang dan Jasa adalah pengeluaran pembelian/pengadaan barang

yang dinilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan.

Belanja barang / jasa antara lain:

1) Alat tulis kantor

2) Bahan/ material

3) Pemeliharaan kantor

4) Cetak / penggandaan

5) Benda pos

6) perlengkapan dan peralatan kantor

7) Makanan dan minuman rapat

8) Pakaian dinas dan atributnya

9) Perjalanan dinas

10) Upah kerja

11) Operasional pemerintah desa

12) Operasional BPD

c. Belanja modal adalah pengeluaran dalam rangka pembelian / pengadaan

barang atau bangunan yang nilai manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan.

Pembelian/pengadaan barang atau bangunan untuk kegiatan penyelenggaraan

kewenangan desa.

27
2.1.6 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

2.1.6.1 Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

Anggaran pendapatan dan belanja desa merupakan suatu proses rencana

keuangan tahunan pemerintah desa yang telah dibahas atau disetujui bersama oleh

pemerintah daerah dan badan permusyawaratan daerah yang ditetapkan dengan

peraturan desa yang meliputi pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Adanya

anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa) pelaksanaan ke pemerintahan

desa akan memiliki rencana yang strategis dan terukur berdasarkan anggaran yang

sudah ada dan yang akan digunakan.

Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun

2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa, dinyatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya

disebut Anggaran Pendapatan Desa, adalah rencana keuangan tahunan

Pemerintahan Desa.

Anggaran pendapatan dan belanja desa adalah pertanggungjawaban dan

pemegang manajemen desa untuk memberikan informasi tentang semua

aktivitas dan kegiatan desa kepada masyarakat dan pemerintah desa atas

pengelolaan dana keuangan desa dan pelaksanaan berupa rencanarencana program

yang dibiayai dengan uang desa.

2.1.6.2 Fungsi Anggaran Desa

Anggaran desa mempunyai fungsi utama yaitu sebagai berikut:

a. Alat Perencanaan

Anggaran merupakan alat pengendali manajemen desa dalam rangka

28
mencapai tujuan. Anggaran desa digunakan untuk merencanakan kegiatan

apa saja yang dilakukan oleh desa beserta rincian biaya yang dibutuhkan

dan rencana sumber pendapatan yang akan diperoleh desa.

b. Alat Pengendalian

Anggaran berisi perencanaan detail atas pendapatan dan pengeluaran desa,

dimaksudkan dengan adanya anggaran, semua bentuk pengeluaran dan

pemasukan dapat di pertanggung jawabkan kepada publik. Tanpa adanya

anggaran, desa akan sulit mengendalikan pengeluaran dan pemasukan.

c. Alat kebijakan fiskal

Dengan menggunakan anggaran dapat diketahui bagaimana kebijaksanaan

fiskal yang akan dijelaskan desa, dengan demikian akan mudah

memprediksi dan mengestimasi ekonomi dan organisasi.

d. Alat koordinasi dan komunikasi

Dalam menyusun anggaran, pasti antar unit kerja akan melakukan

komunikasi dan koordinasi. Dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran

harus di komunikasikan ke seluruh perangkat desa.

e. Alat penilaian kerja

Perencanaan anggaran dan pelaksanaannya akan menjadi penilaian kinerja

perangkat desa. Kinerja perangkat desa akan dinilai berdasarkan

pencapaian target anggaran serta pelaksanaan efisiensi anggaran.

f. Alat motivasi

Anggaran dapat digunakan untuk memberi motivasi kepada perangkat

desa dalam bekerja secara efektif dan efisien.

29
2.2 Tujuan Empiris

Empiris merupakan suatu keadaan yang berdasarkan pada peristiwa atau

kejadian nyata yang pernah dialami serta didapat dengan melalui penelitian,

pengamatan ataupun juga eksperimen yang pernah dilakukan. Kejadian

tersebut bisa didapatkan melalui penelitian, observasi ataupun eksperimen. Di

dalam empiris, pengalaman (kejadian nyata) menjadi dasar yang sangat mutlak

dan peran akal sangatlah sehat. Bila ada pernyataan, data itu empiris, berarti data

tersebut didasarkan pada penelitian ataupun eksperimen yang telah dilakukan.

Menurut Sugiyono (2013), empiris merupakan suatu metode pengamatan

yang dilakukan oleh indera manusia, sehingga metode yang digunakan juga dapat

atau bisa diketahui serta juga diamati oleh orang lain.

2.3 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


N Nama Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
o Peneliti Penelitian
1 Hidayah., Pendapatan Desa Penelitian ini hasil penelitian
N.,K., dalam memenuhi tergolong dan pembahasan
Supriadi., Belanja Desa penelitian yang telah
Dwihandoko., pada kuantitatif. dikemukakan
T.,H., (2018) Desa sebelumnya
Sambilawang maka didapatkan
Kecamatan kesimpulan
Dlanggu bahwa realisasi
Kabupaten anggaran
Mojokerto. pendapatan dan
belanja yang
terdapat di Desa
Sambilawang
sudah terealisasi
dengan baik hal
ini dapat dilihat
dari jumlah
pendapatan yang

30
selalu melebihi
anggaran yang
ditargetkan dan
jumlah belanja
selalu lebih
rendah daripada
pendapatan
belanja di Desa
Sambilawang.
2 Tambunan., mengetahui Penelitian ini Hasil penelitian
A., (2021) proses menggunakan dan pelaksanaan
penyusunan metode deskriptif realisasi
Anggaran dengan anggaran pada
Pendapatan dan pendekatan bidang
Belanja Desa kuantitatif dengan pembangunan
(APBDes) pada teknik analisis desa telah
Desa Parbuluan data dilaksanakan
VI diantaranya
KecamatanParbu direalisasikan
luan anggaran pada
Kabupaten Dairi pembangunan
infrastruktur
berupa jalan,
baik itu
pembukaan ruas
jalan,
pengerasan,
ataupun
pengaspalan, hal
ini tercermin
pada serapan
dana dalam
laporan realisasi
anggaran periode
tahun laporan
realisasi
anggaran 2017-
2019.
3. Suhairi (2016) Menganalisis Teknik analisis Analisis statistik
pengaruh data dalam deskriptif
pendapatan penelitian digunakan untuk
desa terhadap deskriptif mendeskripsikan
belanja desa kuantitatif ini ciri-ciri variabel
pada Desa menggunakananal yang diteliti
Kepayang isis sedangkan
Kecamatan statistik yang analisis statistik

31
Kepenuhan Hulu terdiri inferensial
dari digunakan untuk
analisisstatistik melakukan
deskriptif danpengujian atas
analisis statistik hipotesis
inferensial. penelitianyang
telah dibuat.
4. Sunarti (2020) Analisis Jenis penelitian Berdasarkan
pendapatan yang hasil penelitian
dan belanja desa digunakan adalah yang telah dibuat
(studikasus pada deskriptif Bahwa
kantordesa biji kuantitatif. sumber
nangka pendapatan yang
kecamatan sinjai terdiri dari
borong) Pendapatan Asli
Desa,
Pendapatan
Transfer, dan
Pendapatan
Lain-lain,
terdapat sumber
pendapatan
tertinggi dari
pendapatan
yaitu pendapatan
transfer pada
tahun 2019. Hal
ini
menunjukkan
bahwa
pendapatan asli
desa tidak
mandiri karena
tidak mencapai
75% ke atas.
Dilihat pada
tahun 2017 rasio
kemandirian
sebesar 30%
kemudian pada
tahun
2018 rasio yang
diperoleh 35%
dan tahun
selanjutnya
yaitu tahun 2019

32
tingkat
persentasenya
sebesar 33%.
Tingkat
persentasenya
5. Titin akmala Analisis Jenis penelitian in Berdasarkan
(2021) pendapatan adalah dengan hasil penelitian
desa dan belanja memnggunakan ini bahwa
desa (apbdes) di pendekatan pengelolaan
desa kualitatif yang APBDes di desa
bontolangkasasel berjenisstudi bontolankasa
atan kasus selatan sudah
berdasarkan pada
prinsip
transparansi
dengan
memasang
baliho/papan
transparansi
yang memuat
item yang ada di
dalam
APBDes mulai
dari
pendapatan,belan
ja hingga
pembiayaan dan
prinsip
akuntabilitas
pada tahab
pelaporan dalam
pertanggung
jawaban
pengelolaan
alokasi dana
desa sesuai
dengan
ketentuan yang
ada

Berdasarkan table diatas, menurut Hidayah., N.,K., Supriadi.,

Dwihandoko., T.,H., (2018) Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui kemampuan Pendapatan Desa dalam memenuhi Belanja Desa pada

33
Desa Sambilawang Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini

tergolong penelitian kuantitatif. Objek yang diteliti adalah data Keuangan dari

Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) tahun

2015 sampai 2017. Data yang diperoleh dari data sekunder dari hasil wawancara

dari pihak terkait. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linier

Sederhana dan SPSS. hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

sebelumnya maka didapatkan kesimpulan bahwa realisasi anggaran pendapatan

dan belanja yang terdapat di Desa Sambilawang sudah terealisasi dengan baik hal

ini dapat dilihat dari jumlah pendapatan yang selalu melebihi anggaran yang

ditargetkan dan jumlah belanja selalu lebih rendah daripada pendapatan belanja di

Desa Sambilawang.

Sedangkan menurut Tambunan., A., (2021) Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDes) pada Desa Parbuluan VI Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi serta

untuk mengetahui realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)

dalam pembangunan Desa Parbuluan VI Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif

dengan teknik analisis data yang diperoleh dari analisis laporan anggaran dan

realisasi anggaran Desa Parbuluan VI, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi,

Provinsi Sumatera Utara serta wawancara dengan perangkat desa terkait. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa proses penyusunan APBDes dilakukan dimulai

dari proses penyusunan RKPDes hingga berakhir pada penetapan anggaran yang

dilakukan oleh pihak Kabupaten yang terkait dan perealisasian anggaran telah

34
dilaksanakan seluruhnya dan ditemukan adanya lebih anggaran disetiap periode

anggaran. Hasil penelitian dan pelaksanaan realisasi anggaran pada bidang

pembangunan desa telah dilaksanakan diantaranya direalisasikan anggaran pada

pembangunan infrastruktur berupa jalan, baik itu pembukaan ruas jalan,

pengerasan, ataupun pengaspalan, hal ini tercermin pada serapan dana dalam

laporan realisasi anggaran periode tahun laporan realisasi anggaran 20172019.

Menurut Suhairi (2016) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh pendapatan desa terhadap belanja desa padaDesa

Kepayang Kecamatan Kepenuhan Hulu.Teknik analisis data dalam penelitian

deskriptif kuantitatif ini menggunakan analisis statistik yang terdiri dari

analisisstatistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Analisis statistik

deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan ciri-ciri variabel yang diteliti

sedangkan analisis statistik inferensial digunakan untuk melakukan pengujian

atas hipotesis penelitianyang telah dibuat.

Sedangkan menurut Sunarti, 2020 Analisis Pendapatan dan Belanja Desa

di Desa Biji Nangka Kecamatan Sinjai Borong Program Studi Manajaemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing

oleh Pembimbing I oleh Bapak Akhmad dan Pembimbing II Bapak Firman Syah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pendapatan dan Belanja desa

pemerintah Desa Biji Nangka Kecamatan Sinjai Borong Periode 2017-2019 yang

bersumber dari dana desa. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif

kuantitatif. Dimana teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik

obsevasi dan dokumentasi. Data yang diolah dalam penelitian ini adalah laporan

35
realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Biji Nangka

Kecamatan Sinjai Borong. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber

pendapatan desa yang tertinggi didapat pada pendapatan transfer, dan sumber

pendapatan desa yang di peroleh digunakan untuk belanja desa, terdapat belanja

desa yang tertinggi yaitu pada bidang pelaksanaan pembangunan desa.

Akmala., T., sedangkan menurut (2021) Analisis Pengelolaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Bontolangkasa Selatan

Kabupaten Gowa, Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Amir dan

Pembimbing II Muttiarni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Bontolangkasa Selatan

Kabupaten Gowa. Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan

kualitatif yang berjenis studi kasus. Sumber data yang digunakan dalam

pendekatan ini adalah sumber data primer dan data sekunder. Sumber data

primer diperoleh melalui wawancara dan sumber data sekunder diperoleh dari

buku, internet, dan dokumen-dokumen yang terkait. Informan dalam penelitian ini

adalah sekretaris desa dan bendahara desa di Desa Bontolangkasa Selatan

Kabupaten Gowa. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Pengelolaan APBDes di

Desa Bontolangkasa Selatan sudah berdasarkan pada prinsip transparansi dengan

memasang Baliho/papan transparansi yang memuat item yang ada di dalam

APBDes mulai dari Pendapatan, Belanja hingga Pembiayaan dan prinsip

akuntabilitas pada tahap pelaporan dalam pertanggungjawaban pengelolaan

alokasi dana desa sesuai dengan ketentuan yang ada.

36
2.4 Kerangka Konsep

Dalam konteks otonomi daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan

yang luas untuk menangani semua urusan pemerintahan. Pengelolaan keuangan

daerah sebagaimana dijabarkan dalam APBD merupakan salah satu aspek

pelaksanaan otonomi daerah dan harus dilakukan secara berdaya guna dan

berhasil guna untuk dapat mempengaruhi kesejahteraan rakyat. Berdasarkan hal

tersebut, APBD dapat dijadikan tolok ukur untuk mengevaluasi kinerja fiskal

pemerintah daerah. Dengan semakin besarnya tuntutan masyarakat terhadap

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berdasarkan prinsip-prinsip tata

pemerintahan yang baik, maka diperlukan reformasi tata kelola pemerintahan

yang telah ada dengan melakukan reformasi birokrasi, penegakan hukum, dan

peningkatan kualitas pelayanan publik. Oleh karena itu, peran pengawasan

intern daerah sangat diperlukan dan harus ditingkatkan sesuai dengan

mandatnya.

Demikian pula tujuan program kerja pemerintah daerah dituangkan

dalam rencana kerja untuk jangka waktu yang telah ditentukan, kemudian

disusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk mendukung

pelaksanaan rencana kerja tersebut. Untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dalam rencana kerja, pimpinan wilayah melakukan beberapa fungsi

yaitu perencanaan, penempatan staf, pengarahan dan pengendalian. Penerapan

akuntansi dalam pemerintahan sebelum reformasi pengelolaan keuangan

nasional masih menganut sistem pencatatan tunggal. Dalam sistem pencatatan

ini, menurut Abdul Halim (2004) pencatatan transaksi ekonomi dilakukan

37
dengan satu kali pencatatan, dan kenaikan kas hasil transaksi akan dicatat pada

sisi penerima, dan transaksi ekonomi yang mengakibatkan penurunan kas akan

dicatat pada sisi keluaran.

Pengelolaan anggaran daerah menjadi salah satu perhatian utama para

pengambil kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Sejalan dengan itu, berbagai

undang-undang dan produk hukum telah diundangkan dan diperbaiki atau

diperbaiki untuk menciptakan sistem pengelolaan anggaran yang dapat

memenuhi berbagai keinginan dan kebutuhan masyarakat, yaitu membentuk

semangat desentralisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas.

penyelenggaraan pemerintahan umum dan proses pengelolaan keuangan daerah.

Memperhatikan bahwa pengendalian kebijakan keuangan daerah memerlukan

lima prinsip pengelolaan keuangan daerah, antara lain: 1. Akuntabilitas, yang

mensyaratkan pembuat kebijakan untuk bertindak sesuai dengan mandat atau

kepercayaan yang telah diterimanya. Oleh karena itu, komunikasi vertikal dan

horizontal kepada publik harus dilakukan, baik dalam proses penyusunan

kebijakan, sejauh mana kebijakan yang telah dirumuskan berhasil, maupun

hasil dari kebijakan tersebut. 2. Value for money, keberhasilan pemerintahan

daerah dan desentralisasi yang ditandai dengan peningkatan pelayanan dan

kesejahteraan masyarakat, kemajuan kehidupan demokrasi, keadilan dan

hubungan yang harmonis antara pusat dan daerah, daerah dan daerah. Keadilan

tersebut hanya dapat dicapai jika penyelenggaraan pemerintahan daerah

dikelola dengan memperhatikan konsep value for money. 3. Mengelola

keuangan publik dengan integritas (korupsi) Pengelolaan keuangan daerah

38
harus dipercayakan kepada orang-orang yang bersih dan jujur sehingga peluang

terjadinya korupsi dapat diminimalisir. 4. Transparansi, keterbukaan

pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan keuangan daerah sehingga

dapat dipahami dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Transparansi dalam

pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan akuntabilitas

horizontal antara pemerintah daerah dengan masyarakat, sehingga

menghasilkan pemerintahan daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel, dan

tanggap terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat. 5. Neraca Pembayaran

Daerah (APBD) harus selalu dievaluasi, yaitu membandingkan antara yang

telah dilaksanakan dengan yang telah dicapai.

Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap perbedaan pendapatan dan

belanja daerah tersebut, sehingga dapat sesegera mungkin diketahui penyebab

terjadinya perbedaan tersebut, sehingga dapat diambil langkah-langkah ke

depan. Sesuai prosedur Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)

Kepmendagri No. No. 29 Tahun 2002, meliputi : 1. Pencatatan, bagian

keuangan menggunakan sistem pembukuan double entry untuk pencatatannya.

Menggunakan basis kas selama periode pelaporan dan membuat penyesuaian

kumulatif untuk mencerminkan aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah pada

akhir periode pelaporan. 2. Pelaksanaa. 3. Pelaporan, setelah semua proses di

atas selesai, laporan keuangan diperoleh. Laporan akuntansi tahunan berupa

lampiran laporan pelaksanaan anggaran, neraca, laporan arus kas dan buletin

keuangan. Laporan keuangan disusun untuk memberikan informasi penting

tentang status keuangan suatu entitas ekonomi dan semua transaksi yang

39
dilakukan selama periode pelaporan.

Dalam kerangka pikir ini, akan dijelaskan mengenai keberadaan variabel

yang akan dijadikan sebagai dimensi penelitian yaitu pendapatan desa dan belanja

desa. Adapun secara skematis alur kerangka penelitian terdapat dalam gambar

kerangka penelitian adalah sebagai berikut:

Otonomi Daerah

Pengelolaan APBDes

Perencanaan APBDes Pelaksanaan APBDes Pelaporaan APBDes Pertanggung Jawaban APBDes

Partisipatif Partisipatif Transparansi Akuntabilitas


Transparansi Akuntabilitas Akuntabilitas

Gambar 2.

40
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dari perumusan masalah yang telah dituliskan maka, penelitian ini

menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan maksud

untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang pengelolaan APBDes

terhadap pembangunan desa melalui analisis data dengan menggambarkan data

yang sudah dikumpulkan serta studi pustaka berkaitan dengan pengelolaan

APBDes terhadap pembangunan desa untuk memperkuat analisa peneliti dalam

menarik kesimpulan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Desa ponggiha dengan mengambil

data dari bagian sekertaris desa di Jalan badi,Desa ponggiha, Kecamatan lasusua,

Kabupaten kolaka utara, Provinsi Sulawesi Tenggara, Kode Pos 93912. Adapun

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan 17 agustus s/d 17 september 2021.

Berikut tabel pelaksanaan penelitian:

Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian

No Keterangan Tahun 2021 Tahun 2022


Agt-Sept Okt-Des Jan Feb-Mart Apr-Mei Nov
1 Pra riset
2 Pengajuan Judul
3 Bimbimgan Proposal
4 Seminar proposal
5 Pengumpulan data
6 Bimbingan hasil
7 Seminar hasil
8 Sidang tutup

41
3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2010:117) populasi merupakan wilayah yang dipilih

oleh peneliti untuk sebuah penelitian untuk mendapatkan sebuah kesimpulan yang

didalamnya mencakup beberapa objek ataupun subjek yang memiliki kualitas dan

ciri-ciri tertentu sesuai dengan keperluan seorang peneliti. Berdasarkan penjelasan

tersebut yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi

dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Desa Ponggiha

Kecamatan Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara.

Menurut Sugiyono (2010:81) sampel merupakan sebagian dari

keseluruhan objek ataupun subjek yang dimiliki oleh sebuah populasi. Sampel

yang diambil dalam penelitian ini adalah Dana Desa ataupun Alokasi Dana Desa

untuk sector pembangunan desa.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data ini diperoleh dari hasil wawancara sederhana dengan Bapak

SUKARDI,S.E selaku sekertaris desa ponggiha berkaitan dengan pengelolaan

APBDes untuk pembangunan desa dengan narasumber yang merupakan

perangkat desa pada Desa Ponggiha Kecamatan Lasusua, Kabupaten Kolaka

Utara.

b. Data Sekunder

Data sekunder ini diperoleh dari Kantor Kepala Desa pada Desa Ponggiha

dimana data tersebut berupa dokumen sebagai berikut:

42
1. Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja

Desa (APBDes) Desa Parbuluan Ponggiha tahun 2019-2021

2. Rencana Pembangunan Desa tahun 2019-2021

3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) tahun 2019-2021

4. Profil Desa Ponggiha

5. Data lainnya yang terkait

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan salah satu unsur atau komponen utama dalam

melaksanakan penelitian, artinya „tanpa data tidak akan ada penelitian" dan data

dipergunakan dalam suatu penelitian merupakan data yang harus benar.

Pengumpulan data merupakan suatu langkah dalam metode ilmiah melalui

prosedur sistematik, logis, dan proses pencarian data yang valid, baik diperoleh

secara langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder).

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menjaga akurasi

penelitian dan hasilnya pada penelitian ini adalah metode observasi atau

pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah proses pencatatan yang dilakukan secara sistematis, pola

perilaku subjek (orang), objek (benda-benda) atau kejadian yang sistematik

tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang

diteliti. Pada pengamatan ini tahapan yang dilakukan meliputi pengalaman

secara umum mengenai hal-hal yang sekiranya ada kaitannya dengan masalah

yang diteliti, setelah itu dimulai dengan mengidentifikasi aspek-aspek yang

43
menjadi pusat perhatian, kemudian dilakukan pembatasan objek pengamatan

dan dilakukan pencatatan.

2. Wawancara/ Interview

Penelitian dengan metode wawacara, yaitu tanya jawab dengan para informan

untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dengan cara bertatap muka

antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai. Oleh

karena itu dalam melaksanakan wawancara perlu diciptakan hubungan yang

baik antara penulis dan informan agar diperoleh data dan informasi yang

akurat.

3. Dokumen atau Arsip

Dokumen merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan

catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti,

sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan

perkiraan. Disamping memperoleh dari keterangan-keterangan dari responden

melalui wawancara, penelitian ini menggunakan dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan Pengelolaan APBDes.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun temuan penelitian

secara sistematis dari hasil wawancara, dokumentasi dan data-data dilapangan.

Hasil dari temuan penelitian tersebut dapat ditafsirkan lebih dalam untuk

menemukan makna sehingga dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian

tersebut agar dapat dipahami. Dalam menganalisa data yang digunakan penulis

adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian terhadap suatu

44
obyek pada masa sekarang dan penuturan, menganalisis, dan mengklarifikasikan

data yang diperoleh untuk intrepetasi secara tepat. Tahapan analisis data yaitu,

sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pada tahap ini peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan sejak awal.

Proses pengumpulan data sebagaimana diungkap sebelumnya yaitu

melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi untuk memperoleh data

yang dibutuhkan.

2. Penyajian Data

Langkah berikutnya setelah proses reduksi data berlangsung adalah penyajian

data, sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Artinya apakah

peneliti meneruskan analisisnya atau mencoba untuk mengambil sebuah

tindakan dengan memperdalam temuan tersebut.

3. Reduksi Data

Dalam tahap reduksi data merupakan bagian dari kegiatan analisis sehingga

pilihan peneliti tentang bagaimana data yang dibutuhkan, dibuang, pola-pola

mana yang meringkas sejumlah bagian tersebut. Cerita-cerita apa yang

berkembang, merupakan pilihan-pilihan analisis. Dengan begitu proses

reduksi data dimaksudkan untuk lebih menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang bagian data yang tidak diperlukan, serta

45
mengorganisasi data sehingga memudahkan. untuk dilakukan penarikan

kesimpulan yang kemudian akan dilanjutkan dengan proses verifikasi.

4. Kesimpulan

Tahap akhir proses pengumpulan data adalah verifikasi dan penarikan

kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang ditampilkan.

Beberapa cara dapat dilakukan dalam proses ini yaitu dengan melakukan

pencatatan untuk pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan, dan

pencarian kasus-kasus negative (kasus khas, berbeda, mungkin pula

menyimpang dari kebiasaan yang ada dimasyarakat).

46
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Desa ponggiha

4.1.1.1 Sejarah Desa

Desa ponggiha adalah salah satu desa di kecamatan lasusua yang terdiri

bulan maret tahun 1996 dari pemekaran Kelurahan Lasusua mempunyai luas

wilayah 20,20 km, dilihat dari topografi wiyayah desa ponggiha merupakan

daerah dataran dan daerah pegunungan. Terdapat satu dusun yang letaknya di

pegunungan yaitu dusun IV. Desa ponggiha sudah dijabat 5 kepala desa yaitu:

1. Drs. DEWANGGA RAMLI, tahun 1996 s/d 2020 (pejabat)

2. H. SYAMSUDDIN LAITTE tahun 2000 s/d 2005 (Definitif)

3. Drs. BAKHTIAR tahun 2005 s/d 2015 (Definitif)

4. WAHYUDDIN SYAKUR, ST tahun 2015 s/d 2017 (pejabat)

5. RAHMAT, SE tahun 2017 s/d sekarang (Definitif)

4.1.1.2 Aspek Geografis

Secara administrasi desa ponggiha terletak diwilayah Kecamatan Lasusua

kabupaten kolaka utara. Adapun batas-batas wilayah desa ponggiha, yaitu:

a. Sebelah utara berbatasan dengan desa lanipa-nipa

b. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan lasusua

c. Sebelah barat berbatasan dengan teluk bone

d. Sebelah timur berbatasan dengan uluiwoi

Desa ponggiha terdiri 4 ( empat) dusun, orbitasi jarak tempuh ke ibukota

47
kecamatan 1 (satu) km, dari ponggiha ke ibukota kabupaten 1 ( satu ) km, dan

jarak ke ibukota provinsi adalah 302 km.

4.1.1.3 Kependudukan

Tabel 4.1.1 Jumlah Kependudukan Desa Ponggiha


Jumlah Penduduk
Nama Jumlah Jumlah
Laki-Laki Perempuan
Dusun Penduduk JIwa KK
(Jiwa) (Jiwa)
Dusun I 460 481 941 287
Dusun II 410 370 780 197
Dusun III 517 405 922 253
Dusun IV 64 88 152 43
Total 1.451 1.344 2.795 780

Dari table diatas terlihat Jumlah pendudduk ponggiha secara umum

berkisar 2.795 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 780 KK.

DENGAN PERSETUJUAN

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA POPNGGIHA

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DESA PONGGIHA KEC.LASUSUA

KABUPATEN KOLAKA UTARA

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

TAHUN ANGGARAN 2019

Pasal 1

Anggaran pendapatan dan belanja desa tahun 2019 dengan rincian sebagai

berikut:

48
1. Anggaran Pendapatan Desa Rp. 1.387.612.577

2. Anggaran Belanja Desa:

a. Anggaran belanja penyelenggaraan pemerintahan Rp 333.366.577

b. Anggaran belanjan pelaksanaan pembangunan Rp 750.946.000

c. Anggaran belanja pembinaan kemasyarakatan Rp 70.300.000

d. Anggaran belanja pemberdayaan masyarakat Rp 173.000.000

e. Anggaran belanja tak terduga Rp 10.000.000 +

Rp 1.387.612.577

3. Surplus/devisit Rp. 0

4. Pembiayaan desa Rp

a. Penerimaan pembiayaan Rp 59.500.000

b. Pengeluaran Rp 50.000.000 -

Rp 9.000.000

Pasal 2

Uraian lebih lanjut mengenai anggaran pendapatan dan belanja desa sebagaimana

dimaksud pasal 1 tercantum dalam lamoira peraturan desa ini

Pasal 3

Lampiran sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari peraturan desa ini

Pasal 4

Apabila dipandang perlu, kapala desa dapat menetapkan keputusan desa guna

pelaksanaan peraturan desa ini

49
Pasal 5

Peraturan desa ini mulai berlaku sejak tanggal penetapan

DITETAPKAN DI : PONGGIHA

PADA TANGGAL: JANUARI 2019

KEPALA DESA PONGGIHA

RAHAMAT, SE

4.1.1.4 visi dan misi

4.1.1.4.1 visi

sebagai dokumen yang menjabarkan diri dokumen RPJM desa,maka

seluruh rencana program dan kegiatan pembangunan yang akan dilakukan oleh

desa secara bertahap dan berkesinambungan harus dapat menghantarkan

tercapaianya Visi-Misi desa.

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan

yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa,penyusunan visi

desa ponggiha ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-

pihak yang berkepentingan di desa ponggiha seperti pemerintah desa, BPD, tokoh

masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda serta lembaga masyarakat desa dan

masyarakat desa pada umumnya. Pertimbangan kondisi eksternal di desa seperti

satuan kerja wilayah pembangunan di kecamatan lasusua mempunyai titik berat

sector infranstruktur, maka berdasarkan pertimbangan diatas visi desa ponggiha

adalah:

50
“ Terwujudkan ponggiha sebagai desa yang mandiri

berbasis pertanian, untuk mencapai masyarakat yang

sehat, cerdas dan lenih sejahtera”

4.1.1.4.2 Misi

Selain menentukan visi telah ditetapkan misi yang memuat suatu

pernyataan yang harus dilaksanakan oleh desa agar tercapainya visi desa tersebut,

visi berada diatas misi. Pernyataan visi kemudian dijabarkan kedalam misi agar

dapat dioperasionalkan/dikerjakan. Sebagaimana penyusunannya menggunakan

pendekatan partisipatif dan pertimbangan potensi dan kebutuhan desa ponggiha,

sebagaimna proses yang dilakukan, maka misi desa ponggiha adalah :

1. Meningkatkan pembangunan onfrastruktur yang mendukung perekonomian

desa seperti : jalan, jembatan, serta infrastruktur strategis lainnya.

2. Meningkatkan pembangunan dibidang kesehatan untuk mendorong derajad

kesehatan masyarakat agar dapat bekerja lebih optimal dan memiliki harapan

hidup yang lebih panjang.

3. Meningkatkan pembangunan pendidikan untuk mendorong peningkatan

kualitas sumber daya manusia agar memiliki kecerdasan dan daya saing lebih

baik.

4. Meningkatkan pembangunan ekonomi dengan mendprong semakin tumbuh

dan berkembangnya pembangunan dibidang pertanian dalam arti

luas,industry, perdagangan dll.

5. Menciptakan tata kelolah pemerintah yang lebih baik berdasarkan

demokratisasi, transparansi, penegakan hukum dan keadilan.

51
6. Pengupayakan pelestarian sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dan

pemerataan pembangunan guna meningkatkan perekonomian.

7. Bidang pelaksanaan pembangunan desa antara lain:

 Program pembangunan jembatan, deuker dan jalan desa

 Program pembangunan jalan usaha tani

 Program pembanguna desa

 Program pembangunan sarana dan prasarana pelayanan pendidikan

 Program pembangunan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan

 Program pembangunan sarana dan prasarana olah raga

 Program pengembangan usaha produksi

 Program pelestarian lingkungan hidup

 Program pengembangan kawasan wisata

8. Bidang pembinaan kemasyarakatan antara lain:

 Pembinaan lembaga kemasyarakatan

 Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban

 Pembinaan kerukunan antar umat beragama

 Pembersihan daerah aliran sungai

9. Bidang pemberdayaan masyarakat

 Pelatihan usaha ekonomi, pertanian, perikanan, dan perdagangan

 Pelatihan teknolohi tepat guna

 Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan bagi kepala desa, perangkat desa

dan badan permusyawaratan desa

52
 Peningkatan kapasitas masyarakat, SDM perempuan dan generasi muda

10. Bidang penanggulangan bencana, darurat dan mendesak

4.1.1.5 Struktur Pemerintahan Desa

STRUKTUR ORGANISASI

PEMERINTAH DESA PONGGIHA

KECAMATAN LASUSUA

KABUPATEN KOLAKA UTARA

53
4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belabja Desa Pada Desa

Ponggiha

Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ada beberapa

hal yang harus diperhatikan yang meliputi penggunaan program APBDes, yang

dimulai dari tahap perencanaan, berupa sosialisasi kepada masyarakat, dilanjutkan

dengan penyusunan rencana kegiatan Program APBDes, penyaluran dan

pencairan dana. Pengelolaan APBDes juga meliputi pelaksanaan kegiatan,

monitoring hingga pelaporan seluruh kegiatan dalam penggunaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa.

Table 4.2.1 Perubahan anggaran pendapatan dan belanja desa pada desa
ponggiha tahun anggaran 2019
Kode Uraian Anggaran Perubahan Bertambah/
Rekening Berkurang
Pendapatan desa
Pendapatan 1.328.112.577 1.328.112.577
transfer
Pendapatan lain- 59.500.000 59.500.000
lain
Jumlah
1.387.612.577 1.387.612.577
pendapatan
Belanja
Bidang
Penyelenggara
333.366.577 328.570.577 (4.796.000)
pemerintahan
Desa
Bidang
pelaksanaan
671.446.000 755.856.000 84.410.000
pembangunan
desa
Bidang
pembinaan 70.300.000 75.096.000 4.796.000
Kemasyarakatan
Bidang 243.000.000 228.090.000 (14.910.000)

54
pemberdayaan
masyarakat
Bidang
penanggulangan
10.000.000
brncana,darurat -
dan
mendesak desa
Jumlah belanja 1.328.112.577 1.387.612.577 59.500.000

Berdasarkan table perubahan anggaran pendapatan dan belanja desa di

desa ponggiha,dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan yang semula dianggarakan

sebesar Rp 1.387.612.577 dan tidak mengalami perubahan sedangkan anggaran

belanja desa semula dianggarkan sebesar Rp 1.328.112.577 menjadi Rp

1.387.612.577 dengan demikian terjadi selisih sebesar Rp 59,500.000.sehingga

dapat disimpulkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja desa mengalami

peningkatan.

Table 4.2.2 Perubahan anggaran pendapatan dan belanja desa pada desa
ponggiha tahun anggaran 2020
Kode Uraian Anggaran Perubahan Bertambah/
Rekening Berkurang
Pendapatan desa
Pendapatan
1.401.283.857 1.340.905.056 (60.378.801)
transfer
Pendapatan lain-
18.349.730 18.349.730
lain
Jumlah
1.419.633.587 1.359.254.786 (60.378.801)
pendapatan
Belanja
Bidang
Penyelenggara
374.100.587 338.528.786 (35.571.801)
pemerintahan
Desa
Bidang
pelaksanaan
813.652.545 626.283.454 (187.286.091)
pembangunan
desa
Bidang
pembinaan 56.600.000 42.600.000 (14.000.000)
Kemasyarakatan

55
Bidang
pemberdayaan 125.280.455
masyarakat
Bidang
penanggulangan
brncana,darurat 351.842.546
dan
mendesak desa
Jumlah belanja 1.369.633.587 1.359.254.786 10.378.801

Berdasarkan table perubahan anggaran pendapatan dan belanja desa di

desa ponggiha,dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan yang semula dianggarakan

sebesar Rp 1.419.633.587 menjadi Rp 1.359.254.786 sehingga mengalami

selisih Rp 60.378.801, sedangkan anggaran belanja desa semula dianggarkan

sebesar Rp 1.369.633.587 menjadi Rp 1.359.254.786 dengan demikian terjadi

selisih sebesar Rp 10.378.801.sehingga dapat disimpulkan bahwa anggaran

pendapatan dan belanja desa mengalami meningkat.

Table 4.2.3 Perubahan anggaran pendapatan dan belanja desa pada desa
ponggiha tahun anggaran 2021
Kode Uraian Anggaran Perubahan Bertambah/
Rekening Berkurang
Pendapatan desa
Pendapatan
1.431.620.000 1.431.620.000
transfer
Pendapatan lain-
1.525.000 1.525.000
lain
Jumlah
1.436.739.604 1.436.739.604
pendapatan
Belanja
Bidang
Penyelenggara
367.442.604 403.637.086 36.194.482
pemerintahan
Desa
Bidang
pelaksanaan
783.697.000 700.195.559 (83.501.441)
pembangunan
desa
Bidang 52.600.000 53.600.000 1.000.000

56
pembinaan
Kemasyarakatan
Bidang
pemberdayaan 33.000.000
masyarakat
Bidang
penanggulangan
brncana,darurat 200.000.000 279.306.959 79.306.959
dan
mendesak desa
Jumlah belanja 1.436.739.604 1.436.739.604 -

Berdasarkan table perubahan anggaran pendapatan dan belanja desa di

desa ponggiha,dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan yang semula dianggarakan

sebesar Rp 1.436.739.604 menjadi Rp 1.436.739.604 sehingga tidak mengalami

selisih , sedangkan anggaran belanja desa semula dianggarkan sebesar Rp

1.436.739.604 menjadi sebesar Rp 1.436.739.604 dan tidak mengalami

selisi .sehingga dapat disimpulkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja desa

mengalami meningkat.

Dalam peraturan permendagri nomor 113 tahun 2014 tentang pengelolaan

keuangan desa, peraturan tersebut memiliki lima (4) tahab dalam melakukan

pengelolaan keuangan desa yang baik yang seharusnya memang dijalankan

sebagai ketentuan umum, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

Dalam keuangan daearah terlebih dahulu di susun oleh sekertaris desa

tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan, selanjutnya hal

tersebut disampaikan kepada kepala desa untuk dibahas dan disepakati secara

bersama oleh badan permusyawaratan Desa. Setelah rancangan tersebut

dibahas dan disepakati oleh kepala desa bersama badan permusyawaratan

57
desa maka rancangan yang telah disepakati tersebut diajukan kepada

Bupati/walikota camat paling lambat 3 hari setelah disepakati untuk di

evaluasi.

Hasil wawancara dengan sekertaris desa ponggiha

“setiap kami melakukan wawancara kami tahap awal yang kami

lakukan itu yaitu di dalamnya melibatkan badan permusyawaratan desa

(BPD) serta masyarakat secara partisipatif untuk memanfaatkan semua

sumber daya desa dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama, perencanaa

dalam 1 tahun itu di adakan beberapa kali musyawarah, seperti musyawarah

rencana pembangunan desa itu dilaksanakan pada bulan tujuh (7) sampai

bulan sepuluh (10) yang disebut LKP, kadang bersamaan ada musyawarah

perubahan dan musyawarah perencanaan untuk tahun depan yang di lakukan

pada bulan 7 atau bulan 8,kami tidak melakukan musyawarah perencanaan

diakhir tahun tapi kami mengadakan musyawara perencanaan untuk tahun

depan itu dari awal, berdasarkan usulan-usulan masyarakat itu harur

berdasarkan RPJMDes karena visi misi kepala desa berkaitan dengan

RPJMdes”

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa

perencanaan pengelolaan dana desa dilakukan beberapa kali

musyawarah,seperti msyawarah rencana pembangunan, musyawarah

perubahan dan musyawarah perencanaan untuk tahun depan dan melibatkan

masyarakat dan para tokoh masyarakat.

2. Pelaksanaan

58
Tahapan selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan atas perencanaan yang

telah disetujui. Tahap pelaksanaan seringkali didefinisikan dengan proses

realisasi APBDesa. Proses realisasi harus berpedoman pada Peraturan Desa

tentang APBDesa yakni Peraturan Desa Ponggiha nomor 06 tahun 2020

tentang Perubahan atas Peraturan Desa Ponggiha nomor 04 tahun 2020

tentang APBDesa tahun 2020.

Menurut keterangan Sekertaris Desa Ponggiha, pada wawancara 24

Mei 2021 beliau menyampaikan: “…Untuk mengatasi pandemi pemerintah

pusat tentu berupaya bergerak secepat mungkin supaya dampak pandemi ini

bisa di minimalkan. Sejak pandemi dimulai pemerintah telah mengeluarkan

beberapa kebijakan. Nah, kita sebagai pemerintah desa tentu ikut bekerja

sama dengan melaksanakan kebijakan-kebijakan itu. Dampaknya, ya perlu

merubah APBDesa itu. Perubahan ini tidak cuma sekali, karena situasinya

saat itu belum terkondisikan jadi perlu persiapan kalau sewaktu-waktu ada

kebijakan baru.”

Selain itu hasil wawancara selanjutnya diperoleh informasi bahwa

semua kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa dilakukan kerjasama

bersama pemerintah desa dan masyarakat, kecuali yang berbentuk fisik atau

non fisik, karena kami tidak menggunakan sistem tender kami hanya

menggunakan sistem borong karna semua pengelolaan anggaran yang

berkaitan dengan pembangunan dikelolah sendri oleh desa, dan kami sendiri

yang turun lapangan untuk membeli bahan untuk pembangunan desa, untuk

upah pemborong itu dibayar melalui dana desa.

59
Dalam penerapannya APBDesa sangat terbuka dalam menghadapi

perubahan, baik dalam hal pendapatan, belanja, maupun pembiayaan. Oleh

karenanya perlu dilakukan evaluasi dan hasilnya menjadi dasar penyusunan

Perubahan APBDes. Menurut Kementrian Keuangan, perubahan peraturan

desa tentang APBDes dapat dilakukan apabila terjadi :

1. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis biaya

2. keadaan yang menyebabkan SilPA tahun sebelumnya harus digunakan

3. penambahan dan/atau pengurangan pendapatan desa tahun berjalan.

Dalam satu tahun anggaran, kecuali dalam keadaan darurat luar biasa,

APBDes dapat dilakukan perubahan hanya satu kali selambat-lambatnya 3

bulan (akhir bulan September) sebelum tahun anggaran berakhir. Perubahan

APBDes tahun anggaran 2019 masuk dalam kategori (1) yakni keadaan yang

menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis biaya. Perubahan

APBDes belum dapat dipastikan kedepannya dikarenakan kondisi pada masa

pandemi covid-19 yang tidak stabil dan regulasi pemerintah yang terus

berubah. Selama tahun anggaran 2019 sampai 2021 APBDesa Desa Ponggiha

setidaknya mengalami tiga kali perubahan karena menyesuaikan kebijakan

yang dikeluarkan pemerintah. Adapun fase-fase perubahan tersebut antara

lain:

a. Perubahan APBDesa Fase Pertama

Pemerintah Republik Indonesia, dalam upaya meminimalisir

penyebaran virus corona, telah berupaya mengeluarkan berbagai kebijakan

untuk meminimalkan penyebaran dan akibat yang ditimbulkan selama

60
pandemi covid-19. Pada 24 Maret, Menteri Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal, Abdul Halim Iskandar, menerbitkan Surat Edaran Menteri Desa

No. 8 Tahun 2020 tentang Desa Tanggap Covid-19 dan Penegasan Padat

Karya Tunai (PKT). Surat Edaran tersebut dimaksudkan sebagai acuan

pemerintah desa dalam pelaksanaan Desa Tanggap Covid-19 dan Pelaksanaan

Padat Karya Tunai Desa (PKTD) dengan menggunakan dana desa. Terdapat

beberapa hal penting dalam Surat Edaran tersebut, yaitu:

Pertama, membentuk desa tanggap Covid-19 dan membentuk relawan

desa lawan Covid-19 yang strukturnya antara lain : Kepala Desa, BPD (Tuha

Peut), Perangkat Desa, Anggota BPD, Kepala Dusun, Pendamping PKH,

Tokoh Agama, Tokoh Adat, dan lain-lain yang bermitra dengan

Babinkamtibmas, Babinsa, dan Pendamping Desa. Relawan-relawan ini

kemudian dibentuk menjadi satuan gugus tugas tanggap Covid-19. Tugasnya

antara lain adalah

a. Melakukan edukasi melalui sosialisasi

b. Mendata penduduk rentan sakit

c. Mengindentifikasi fasilitas desa yg bisa dijadikan sebagai ruang isolasi

d. Melakukan penyemprotan desinfektan

e. Menyediakan hand sanitizer

f. Menyediakan alat kesehatan untuk deteksi dini, serta pencegahan

penyebaran wabah dan penularan Covid 19

61
g. Menyediakan informasi penting, pencatatan tamu yang masuk desa,

pencatatan keluar masuknya warga desa ke daerah lain, pendataan warga

desa yang baru pulang dari perantauan, dan

h. Memastikan tidak kegiatan warga berkumpul/kerumunan banyak orang.

Kedua, dalam upaya pencegahan Covid-19, dana desa digunakan dengan

pola PKTD melalui pengelolaan secara swakelola dan menggunakan SDA dan

SDM desa. Pekerjaan diprioritaskan bagi anggota keluarga miskin, penganggur,

serta anggota warga masyarakat marjinal lainnya. Pembayaran upah kerja

diberikan setiap hari. Pelaksanaan kegiatan PKTD menerapkan jarak aman antara

satu pekerja dengan pekerja lainnya minimal dua meter, dan bagi pekerja yang

batuk diwajibkan memakai masker.

Ketiga, SE ini menjadi dasar bagi Perubahan APBDesaa, yaitu untuk

menggeser pembelanjaan bidang dan sub-bidang lain menjadi bidang

penanggulangan bencana, keadaan darurat mendesak, dan bidang pelaksanaan

pembangunan desa untuk kegiatan PKTD. Pada desa-desa yang masuk dalam

wilayah Keadaan Luar Biasa (KLB) Covid-19 maka APBDesa dapat langsung

diubah untuk memenuhi kebutuhan tanggap Covid-19. Kriteria KLB sendiri diatur

dalam Perbup/Perwal mengenai pengelolaan keuangan desa.

Berdasarkan Surat Edaran tersebut, Pemerintah Desa Ponggiha telah

membentuk satuan gugus tugas tanggap Covid-19 dan melakukan pengadaan alat-

alat kesehatan untuk protokol kesehatan. Menurut kebijakan tersebut, harus

dilakukan perubahan terhadap APBDesa. Namun menurut keterangan Sekertaris

Desa Ponggiha, pada tahun anggaran 2020 untuk wilayah Kecamatan Lasusua

62
mengalami keterlambatan penetapan APBDesa. Dimana seharusnya APBDesa

telah ditetapkan pada awal tahun namun karena beberapa hal APBDesa wilayah

Kecamatan Lasusua baru ditetapkan sekitar akhir bulan maret. Sehingga tidak

diperlukan adanya perubahan APBDesa karena penyesuaian APBDesa dapat

dilakukan sebelum penetapan APBDesa tahun anggaran 2020 dilakukan.

b. Perubahan APBDesa Fase Kedua

Pada 20 April 2020, Menteri Keuangan mengeluarkan PMK RI No

40/PMK.07/2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan No

205/PMK.07/2019 Tentang Pengelolaan Dana Desa. Berdasarkan kebijakan ini,

prioritas penggunaan Dana Desa dialihkan untuk menanggulangi dampak

ekonomi atas pandemi Covid-19 berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Mengikuti kebijakan tersebut, Bupati Kolaka Utara Mengeluarkan Perbub No. 4

Tahun 2020 Tentang Tata Cara Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa

Pada Setiap Desa Serta Pedoman Teknis Penggunaan Dana Desa Tahun

Anggaran 2020.

c. Perubahan APBDesa Fase Ketiga

Presiden Joko Widodo menghimbau agar mempercepat penyaluran Dana

Desa untuk Bantuan Langsung Tunai Desa. Merespon himbauan tersebut,

Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor

50/PMK.07/2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 205/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana Desa. PMK tersebut

memuat pokok-pokok aturan sebagai berikut:

a) Desain ulang penyaluran dana desa

63
Memberikan relaksasi persyaratan penyaluran Dana Desa Tahap I dan

Tahap II. Relaksasi tersebut membuat Peraturan Desa APBDesa sebagai

persyaratan penyaluran Dana Desa tahap I, menjadi persyaratan penyaluran tahap

III sehingga lebih sederhana. Penyaluran Dana Desa Tahap I dan Tahap II

masingmasing dilakukan dalam tiga kali penyaluran, yaitu sebesar 15%, 15% dan

10%. Berbeda dengan PMK 205/PMK.07/2019 yang mewajibkan adanya laporan

pelaksanaan BLT Desa sebagai syarat penyaluran, maka pada PMK

50/PMK.07/2020 ini, persyaratan penyaluran Dana Desa tersebut dihilangkan

Penyaluran Dana Desa tersebut juga dapat dilakukan 2 kali sebulan dengan

rentang waktu paling cepat 2 minggu.

b) Mengubah Skema Bantuan Langsung Tunai Desa (BLT Desa)

Berdasarkan PMK 50/PMK.07/2020 ini, pemerintah memutuskan untuk

menambah besaran dan jangka waktu pemberian BLT Desa sehingga total BLT

Desa bertambah dari Rp1.800.000/Keluarga Penerima Manfaat (KPM) menjadi

Rp2.700.000/KPM. Di samping itu, jangka waktu ditambah dari 3 bulan menjadi

6 bulan dengan rincian tiga bulan pertama sebesar Rp600.000/KPM/bulan

sedangkan tiga bulan berikutnya sebesar Rp300.000/KPM/bulan.

Menindaklanjuti PMK 50/PMK.07/2020, pada akhir Juli 2020, Bupati

Kolaka Utara, kembali mengeluarkan Peraturan Bupati Kolaka Utara yaitu

Perbub No. 30 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bupati

Kolaka Utara No 4 Tahun 2020 Tentang Tata Cara Pembagian dan Penetapan

Rincian Dana Desa Pada Setiap Desa Serta Pedoman Teknis Penggunaan Dana

Desa Tahun Anggaran 2020.

64
Dalam kebijakan tersebut, sesuai dengan PMK 50/PMK.07/2020, Bantuan

Langsung Tunai (BLT) yang sebelumnya akan diberikan selama 3 bulan

diperpanjang menjadi 6 bulan, per bulan akan diberikan sebesar Rp 300.000 per

keluarga untuk 3 bulan mendatang.

Perubahan APBDesa Desa Ponggiha terletak pada anggaran belanja desa,

sementara anggaran pendapatan dan anggaran pembiayaan tidak mengalami

perubahan. Perubahan tersebut terkait dengan kebijakan yang dikeluarkan

pemerintah pusat dalam rangka mengatasi dampak pandemi. Pandemi merupakan

bencana yang tidak direncanakan atau tidak terduga sehingga dikategorikan

sebagai belanja tidak terduga. Menurut penuturan Sekertaris Desa pada saat

wawancara 24 Mei 2021 sebagai berikut: “APBDesa kan dasarnya disusun dari

RKP Desa, jadi ya anggaran untuk pandemi jelas tidak ada. Makanya setelah ada

kebijakan pemerintah APBDesa perlu diubah sehingga ada anggaran untuk

pandemi. Nah, anggaran pandemi ini diambil dengan menggeser biaya anggaran

belanja lain yang diputuskan berdasarkan skala prioritas.”

4. Pelaporan

Teknis pelaporan pengelolaan keuangan desa diatur dalam Permendagri

nomor 113 tahun 2014 pasal 37. Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa

dibahas oleh Pemerintah Desa dengan BPD, setelah disepakati kemudian

ditetapkan dalam Peraturan Desa (Perdes). Perdes ini akan disampaikan kepada

Bupati sebagai bagian dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan

disampaikan paling pada akhir bulan juli tahun berjalan dan untuk pelaporan

65
semester akhir disampaikan paling lambat pada bulan januari tahun berikutnya.

Adapun rincian laporan sebagai berikut:

a. Laporan kepada Bupati/Walikota (melalui camat):

1. Laporan Semesteran Realiasasi Pelaksanaan APBDesa.

2. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa kepada

Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran.

3. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa.

4. Laporan kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

5. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan

APBDesa terdiri dari Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan.

b. Laporan Realiasasi Pelaksanaan APBDesa

Laporan Realiasasi Pelaksanaan APBDesa disampaikan kepada

Bupati/Walikota melalui camat, terdiri dari:

1. Laporan Semester Pertama, disampaikan paling lambat pada akhir bulan

Juli tahun berjalan.

2. Laporan Semester Akhir Tahun, disampaikan paling lambat pada akhir

bulan Januari tahun berikutnya.

c. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa

Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa merupakan

laporan yang disampaikan secara periodik kepada BPD terhadap

pelaksanaan APBDesa yang telah disepakati di awal tahun dalam bentuk

Peraturan Desa. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan

APBDesa dilampiri:

66
1. Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa

Tahun Anggaran berkenaan.

2. Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun

Anggaran.

3. Format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang

Masuk ke Desa

d. Rancangan Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban Realiasi

Pelaksanaan APBDesa tidak dilakukan evaluasi sebagaimana proses

peraturan desa untuk penetapan APBDesa. Hal ini didasarkan pada

Permendagri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan

Desa pada pasal 14 dimana dinyatakan hanya 4 (empat) jenis Rancangan

Peraturan Desa yang telah dibahas dan disepakati oleh Kepala Desa dan

BPD yang dilakukan evaluasi oleh Bupati/Walikota melalui camat yaitu

tentang:

1. APBDesa,

2. Pungutan,

3. Tata Ruang, dan;

4. Organisasi Pemerintah Desa

5. Pertanggung Jawaban

Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa

diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis atau menggunakan media yang

mudah diakses oleh masyarakat, misalnya saja menggunakan papan

pengumuman, atau membuka forum untuk masyarakat maupun menggunakan

67
media informasi lainnya. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBDesa disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui perantara

Camat paling lambat 1 (satu) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan.

Pengelolaan adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan dengan

memanfaatkan sumberdaya manusia ataupun sumberdaya lainnya yang dapat

diwujudkan dalam kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa juga tak lepas

dari adanya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan terealisasinya setiap tahap

kegiatan. Dukungan ini bisa berupa tenaga dan juga dalam bentuk swadaya

gotong royong masyarakat, selain itu juga merupakan bentuk kerjasama yang erat

antara pelaksana dan masyarakat.

4.2.2 Kinerja Penyerapa Dana Desa

Tak hanya mengubah pengalokasian dana alokasi umum (DAU) dalam

anggaran pendapatan dan belanja desa ( APBN ), pemerintah juga mengubah

mekanisme penyaluran dana transfer ke daerah dan dana desa. Perubahan tersebut

dilakukan melalui penyaluran dana transfer ke daerah dan dana desa dengan basis

kinerja.

Kinerja dana transfer ke daerah dan dana desa tersebut dilakukan

berdasarkan kinerja penyerapan anggaran hingga kinerja output.melalui perubahan

mekanisme penyaluran ini, diharapkan manajemen kas pemerintahan pusat lebih

baik dan dana simpanan daerah tidak terlalu banyak mengendap di perbankan

daerah.

68
Hasil wawancara dengan sekertaris desa ponggiha kec.lasusua kab.kolaka

utara mebgatakan bahwa:

“ kinerja penyerapan dana desa 100% ,kemudian dalam setahun itu

dilakukan 3 kali dan tahapan dana desa 40%,30%,30%, jadi nanti 70% tahap

pertama, sehingga baru bisa dicairkan 30% untuk tahap ke dua. “

Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa proses kinerja

penyerapan dana desa 100% dan dilakukan 3 kali tahapan oleh pemerintah desa.

69
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pengelolaan

anggaran pendapatan dan belanja desa pada desa ponggiha kecamatan lasusua

kabupaten kolaka utara.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Penyusunan APBDes dimulai dengan pelaksanaan kegiatan RKPDes

kemudian melaksanakan penyusunan Rancangan Peraturan Desa tentang

APBDes (RAPBDes) kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan

RAPBDes tersebut kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan

disepakati bersama. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes disepakati

bersama paling lambat bulan Juli tahun berjalan oleh Kepala Desa beserta

BPD. Selanjutnya RAPBDes yang telah disepakati bersama selanjutnya

disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat dalam kurun waktu

paling lama tiga hari sejak disepakati untuk dievaluasi kembali. Selanjutnya

Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi tersebut Rancangan APBDes

dalam kurun waktu paling lama dua puluh hari kerja sejak diterimanya

RAPBDes tersebut lalu RAPBDes tersebut ditetapkan paling lambat tanggal

31 Desember tahun anggaran berjalan.

2. Pelaksanaan realisasi anggaran pada bidang pembangunan desa maupun

penanggulangan bencana, darurat dan mendesak desa telah dilaksanakan

diantaranya direalisasikannya anggaran pada pembangunan infrastruktur

70
berupa jalan, baik itu pembukaan ruas jalan, pengerasan, ataupun

pengaspalan, hal ini tercermin pada serapan dana dalam laporan realisasi

anggaran periode tahun laporan realisasi anggaran 2019-2021. Sedangkan

pada penanggulangan bencana berupa penangulangan covid-19.

3. perencanaan pengelolaan dana desa dilakukan beberapa kali musyawarah,

seperti musyawarah rencana pembangunan, musyawarah perubahan dan

musyawarah perencanaan untuk tahun depan dan melibatkan masyarakat dan

para tokoh masyarakat. pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja dana

desa pada desa ponggiha sudah berdasarkan pada prinsip transparansi dengan

memasang baliho/ papan transparansi yang memuat item yang ada di dalam

APBDes mulai dari pendapatan , belanja hingga pembiayaan dan prinsip

akuntabilitas pada tahab pelaporan dalam pertanggung jawaban pengelolaan

alokasi dana desa sesuai dengan ketentuan yang ada.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan ksesimpulan tentang anggaran pendapatan dan

belanja desa di desa ponggiha, maka penulis dapat mengajukan saran terkait

dengan penelitian ini.

1. Bagi pemerintah desa

a. Perbaikan secara terus menerus adalah faktor dari program APBDes

dengan selalu mengikuti peraturan perundangn-undangan terbaru, agar

pemerintah desa dapat mengelolah anggaran tersebut dengan baik.

b. Tetap Memahami prinsip tranparansi harus dilakukan secara berkala

kepada pemerintah desa, BPD, dan tokoh masyarakat guna meningkatkan

71
semangat dan motivasi serta kreatifitas masyarakat dalam pembangunan

desa.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Dalam penelitian selanjutnya bisa mengkoordinasikan terlebuh dahulu kepada

para informan mengenai waktu yang akan di gunakan untuk wawancara.

72
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah., N.,K., Supriadi., dwihandoko., T.,H., (2018) analisis pendapatan desa


terhadap belanja desa pada desa sambilawang periode 2015-2017.
Pemerintah Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan
Keuangan Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa.
perubahan atas Pemerintah Daerah No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah. Lembaga Negara RI Tahun 2004. Sekretariat Negara. Jakarta.
Pragita, T. (2020). Program studi administrasi bisnis fakultas ilmu social dan
ilmu politik universitas muhammadiyah mataram 2020.
Sugiyono. (2010). Metodepenelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan R & D. Alfabeta.
Suhairi (2016). Analisis pendapatan desa terhadap Belanja desa pada desa
kepayang Kecamatan kepenuhan hulu.
Sunarti (2020). Analisis pendapatan dan belanja desa (studi Kasus pada kantor
desa biji nangka Kecamatan sinjai borong).
Sunarti (2020). Analisis pendapatan dan belanja desa (studi Kasus pada kantor
desa biji nangka Kecamatan sinjai borong).
Tambunan., A., (2021). Analisis anggaran pendapatan dan belanja Desa terhadap
pembangunan desa Di desa parbuluan vi Kab. Dairi
Tarung., D., R., A.,(2016). Perlakuan akuntansi atas persediaan Bahan baku, barang
dalam proses dan Barang jadi pada cv.kartika.
Titin akmala (2021) Analisis pendapatan desa dan belanja desa (apbdes) di desa
bontolangkasa selatan
Undang – Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa.
Utomo, S. J. (2015). Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Desa (APBDes) Untuk Meningkatkan Pembangunan Desa. Jurnal
Mediatrend, 10(1),19–31.

73
LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA

Berikut adalah wawancara yang dilakukan penulis dengan Bapak

SUKARDI, SE selaku Sekretaris Desa di Desa Ponggiha, Kecamatan Lasusua,

Kabupaten Kolaka Utara. Wawancara dilakukan pada:

Hari :
Tanggal :
Tempat :

1. Tahap Perencanaan

a. Bagaimana pemerintah desa mewujudkan prinsip transparansi dalam

proses perencanaan pengelolaan APBDes?

- Wujud yang dilakukan pemerintah desa dalam hal transparansi yaitu

dengan membuat papan bicara dimana didalamnya termuat apa-apa

yang dilakukan dalam tahun berjalan lengkap dengan anggaran

digunakan, sehingga seluruh warga masyarakat dapat melihat

langsung.

b. Bagaimana mekanisme perencanaan pengelolaan APBDes yang dilakukan

oleh pemerintah desa?

- Mekanisme berawal dari Musyawarah Dusun (MusDus) atau

penggalian gagasan, hasil dari Musyawarah Dusun dibawah ke

Musyawarah Desa (MusDes) kemudian di musyawarahkan bersama

Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Hasil dari MusDes

menghasilkan Rancangan Kegiatan Pembangunan Desa (RKPdes).

74
Setelah pagu anggaran diketahui oleh pemerintah desa maka dibuatlah

rancangan APBDes, kemudian di evaluasi oleh pemerintah

kecamatan. Jika tidak ada koreksi, maka itulah yang akan menjadi

APBDes setelah ditetapkan oleh BPD.

c. Bagaimana pemerintah desa mengakomodir seluruh masukan dari peserta

musyawarah desa dalam proses perencanaan pengelolaan dana desa?

- Pemerintah Desa tidak bisa langsung mengakomodir seluruh masukan

dari warga, tapi dibuatkan longlist kemudian dirapatkan untuk

menentukan skala prioritas.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Bagaimana peran pemerintah desa dalam mendukung keterbukaan dan

penyampaian informasi secara jelas kepada masyarakat dalam proses

pelaksanaan program didanai dari APBDes?

- Peran pemerintah desa yaitu selalu memberikan pemahaman kepada

warga agar pro aktif dalam setiap kegiatan pembangunan di desa,

untuk mengawasi pembangunan karena dana yang digunakan adalah

dari masyarakat itu sendiri.

b. Bagaimana pemerintah desa melaksanakan prinsip transparansi dalam

pelaksanaan APBDes?

- Pemerintah desa menyampaikan kepada seluruh masyarakat melalui

penyampaian ditempat-tempat umum seperti masjid, sekolah dan

lainlain. Kita juga memasang papan bicara ditempat-tempat strategis

yang mudah diketahui warga.

75
3. Tahap Pelaporan

Terkait laporan pertanggungjawaban, apakah juga diinformasikan kepada

masyarakat?

- Biasanya dalam bentuk lisan apa tulisan dan media apa? - Terkait laporan

pertanggungjawaban setiap tahun disampaikan kepada warga melalui

BPD. Kami juga selalu menyampaikan laporan realisasi pembangunan

dimasjid-masjid dan setiap rapat bulanan triwulan juga disampaikan

kepada warga yang hadir.

4. Tahap Pertanggungjawaban

a. Bagaimana pemerintah desa melaksanakan prinsip akuntabilitas dalam

pertanggungjawaban pengelolaan alokasi dana desa?

- Dalam prinsip akuntabilitas pengelolaan ADD maka pemerintah desa

selalu mengadakan rapat setiap tiga bulan bersama tripedes

(Pemerintah Desa, Bhabinkabtibmas, Babinsa) dalam rapat tersebut

disampaikan perkembangan pembangunan desa dan warga berperan

aktif dalam hal bisa menanyakan progres kegiatan yang didanai oleh

ADD dan DD.

b. Apakah ada kesulitan dari pemerintah desa dalam membuat daftar

pertanggungjawaban administrasi? Sudah sesuai dengan standar yang

berlaku atau belum?

- Berbicara kesulitan dalam membuat pertanggungjawaban tetap ada,

tetapi kita selalu didampingi oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Desa, sehingga jika ada masalah bisa segera teratasi dan

76
Alhamdulillah sistem yang digunakan selalu terupdate karena

berbasis online.

c. Bagaimana pemerintah desa dalam melaksanakan prinsip akuntabilitas

dalam pertanggungjawaban administrasi?

- Dalam pertanggungjawaban secara administrasi pemerintah desa

selalu menerapkan kekompakan (kerja tim) sehingga semua merasa

bertanggungjawab yang pada akhirnya kesalahan yang mungkin

terjadi bisa di minimalisir.

77

Anda mungkin juga menyukai