Anda di halaman 1dari 21

KEBIJAKAN PEGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN

DAERAH

DI SUSUN OLEH:

NAMA : Aulia Salsabili

NPP : 29.0776

KELAS : A-3

FAKULTAS : Politik Pemerintahan

PRODI : Politik Indonesia Terapan

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

KAMPUS PAPUA

2020

1
PENDAHULUAN

Kebijakan pengelolaan keuangan negara dan daerah memang sangat diperlukan

agar tidak terjadi miss komunikasi dalam pengelolaan keuangan tersebut. Dan

kebijakan pengelolaan ini dilakukan agar dapat terjadi pemerataan antar daerah

dalam memperoleh anggaran dana dari pemerintah pusat sesuai keadaan daerah

tersebut. Selain itu kebijakan ini juga membantu dalam pengembangan daerah

tersebut agar lebih maju sehingga dapat meningkatan PAD daerah tersebut.

Selanjutnya dari PAD tersebut nantinya akan muncul sumber-sumber dana APBD

yang dapat digunakan dalam peningkatan daerah tersebut.

Tujuan

Untuk menganalisis pengelolaan suatu negara dan daerah sehingga terjadi

hubungan yang searah tidak berlawan sehingga dapat meningkatkan pendapat

negara dan daerah tersebut guna mengurangi angka penganggran dan kemiskinan

suatu wilayah tersebut.

Batasan Masalah

1. Pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah.

2. Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah dalam keterkaitannya dengan

peraturan perundang-undangan.

3. Sumber-Sumber Dana APBD.

4. Pengertian Pemeberian Pinjaman dan Hibah serta Penerusan Pinjaman.

2
1. PENGERTIAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan

pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam

peraturan menteri ini meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas

umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD,

penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD,

pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan

daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,

pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan

pengelolaan keuangan BLUD.

Pengelolaaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan /penyusunan

anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). APBD disusun sesuai dengan

kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.

Penyusunan APBD sebagaimana berpedoman kepada RKPD dalam rangka

mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.

APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,

distribusi, dan stabilisasi. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD yang

disusun oleh pemerintah daerah telah mengalami perubahan dari yang bersifat

incramental menjadi anggaran berbasis kinerja sesuai dengan tuntutan reformasi.

Dilihat dari aspek masyarakat (customer) dengan adanya peningkatan pelayanan

3
dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik maka dapat meningkatnya

tuntutan masyarakat akan pemerintah yang baik, hal ini menjadi tantangan

tersendiri bagi pemerintah untuk bekerja secara lebih efisien dan efektif terutama

dalam menyediakan layanan prima bagi seluruh masyarakat. Dilihat dari sisi

pengelolaan keuangan daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka

kontribusi terhadap APBD meningkat tiap tahun anggaran hal ini didukung pula

dengan tingkat efektivitas dari penerimaan daerah secara keseluruhan sehingga

adanya kemauan dari masyarakat untuk membayar kewajibannya kepada

Pemerintah Daerah dalam bentuk pajak dan retribusi.

Jadi pemaham tentang pelaku pengelola keuangan daerah harus diartikan sebagai

pejabat pada lingkungan eksekutif (pemerintah daerah). Untuk itu maka dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah

disebutkan ada beberapa pelaku yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan

daerah yaitu :

1) Bupati selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah yang

karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan

pengelolaan keuangan daerah.

2) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah

kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang selanjutnya disebut dengan.

kepala SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan

bertindak sebagai bendahara umum daerah. Pejabat tersebut pada Pemerintah

4
Daerah diemban oleh Kepala Bagian Keuangan pada sekretariat Daerah

Kabupaten Jeneponto.

3) Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang

bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.

4) Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan

anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.

Jadi yang dimaksud disini adalah : Kepala Dinas/Badan, para Camat serta para

Kepala Kantor.

5) Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang

milik daerah. Pejabat pengguna barang adalah sama dengan pejabat pengguna

anggaran yaitu Kepala Dinas/Badan, para Camat serta para Kepala Kantor.

6) Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD

adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD.

Pejabat dimaksud adalah orang-orang di lingkungan bagian keuangan yang

ditunjuk oleh Bendahara Umum Daerah melalui penetapan dengan Keputusan

Bupati.

7) Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk

melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan

sebagian tugas dan fungsi SKPD.

8) Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPK-

SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.

5
9) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah

pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari

suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.

10) Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk

menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan

mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan

APBD pada SKPD.

11) Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima,

menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan

uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada

SKPD.

6
2. HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH DALAM

KETERKAITANNYA DENGAN PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN.

Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dapat diartikan sebagai suatu

sistem yang mengatur bagaimana caranya sejumlah dana dibagi di antara berbagai

tingkat pemerintah, serta bagimana cara mencari sumber-sumber pembiayaan

daerah untuk menunjang kegiatan-kegiatan sektor publiknya (Devas, 1989: 179).

Instrumen yang dipergunakan dalam perimbanhan keuangan antara pusat

dan daerah adalah UU No. 25 Tahun 1999:

Dana Perimbangan, yaitu

Dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada daerah

untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;

Dana Alokasi Umum (DAU), yaitu

Dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan

kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;

Dana Alokasi Khusus (DAK), yaitu

Dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu

membiayai kebutuhan tertentu;

Dana Bagi Hasil, yaitu Pembagian hasil penerimaan dari

7
SDA dari, minyak bumi, gas alam, pertambangan umum, kehutanan, dan

perikanan

Penerimaan perpajakan (tax sharring) dari pajak perseorangan (PPh), Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB), dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB).

Pengaturan relasi keuangan pemerintah pusat dan daerah, yang antara lain

dilaksanakan melalui dana perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah

(PKPD) adalah

Dalam rangka pemberdayaan (empowerment) masyarakat dan pemerintah daerah

agar tidak tertinggal di bidang pembangunan,

Untuk mengintensifkan aktivitas dan kreativitas perekonomian masyarakat daerah

yang berbasis pada potensi yang dimiliki setiap daerah. Pemda dan DPRD

bertindak sebagai Fasilitator dalam pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh

rakyatnya. Artinya dalam era otda rakyat harus berperan aktif dalam perencanaan

dan pelaksanaan pembangunan daerahnya

Mendukung terwujudnya good governance oleh Pemda melalui perimbangan

keuangan secara transparan, dan

Untuk menyelenggarakan otonomi daerah secara demokratis, efektif, dan efisien

dibutuhkan SDM yang profesional, memiliki moralitas yang baik. Oleh sebab itu,

desentralisasi fiskal yang dilaksanakan melalui perimbangan keuangan akan

meningkatkan kemampuan daerah dalam membangun dan pemberian pelayanan

kepada masyarakat daerah, bukan hanya sekedar pembagian dana, lalu terjadi

“desentralisasi KKN” dari pusat ke daerah.

8
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah suatu sistem

pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan dan

bertanggung jawab.

Pemerintah Pusat memiliki hubungan keuangan dengan Daerah untuk membiayai

penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang diserahkan dan/atau ditugaskan

kepada Daerah

Hubungan Keuangan dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang

diserahkan kepada Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi: a. pemberian sumber pendapatan asli daerah berasal dari pemungutan

pajak daerah, dan retribusi daerah; b. pemberian dana bersumber dari

perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; c. pemberian dana

penyelenggaraan otonomi khusus untuk Pemerintahan Daerah tertentu yang

ditetapkan dalam Undang-Undang; dan d. pemberian pinjaman dan/atau hibah,

dana darurat, insentif (fiskal).

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan

konsekuensi dari adanya urusan pemerintahan yang diserahkan dan/atau

ditugaskan kepada Pemerintahan Daerah.

9
3. SUMBER-SUMBER DANA APBD

APBD atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah bentuk

pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan

daerah. APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang

sudah disetujui oleh DPRD. Tahun anggaran APBD ini meliputi masa satu tahun,

sejak tanggal 1 Januari sampai 31 Desember tahun berjalan.

APBD terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah.

Penyusunan APBD ini menjadi bukti dari terlaksananya kegiatan desentralisasi

keuangan daerah, yakni kemandirian pengelolaan anggaran yang dilakukan

pemerintah daerah.

Tujuan APBD

Sebagai pedoman pendapatan dan pengeluaran belanja pemerintah daerah.

Membantu pemerintah daerah menjalankan kebijakan fiskal.

Menciptakan efisiensi dan keadilan penyediaan barang dan jasa.

Menentukan prioritas belanja pemerintah daerah.

Meningkatkan transparansi pemerintah daerah terhadap masyarakat dan DPRD.

Fungsi APBD

APBD punya fungsi yang sama seperti APBN, yakni fungsi alokasi, stabilisasi,

dan distribusi. Alokasi untuk membayar pengeluaran pemerintah daerah di segala

bidang sesuai kebutuhannya, distribusi untuk menyalurkan dana bagi masyarakat

10
dalam bentuk subsidi, premi, atau dana pensiun, serta stabilisasi untuk memenuhi

kebijakan fiskal.

Namun, fungsi stabilitas dan distribusi lebih efektif bila dilaksanakan pemerintah

pusat dalam APBN, sedangkan pemerintah daerah biasanya lebih efektif

melaksanakan fungsi alokasi karena pemerintah daerah lebih tahu kebutuhan dan

standar pelayanan masyarakat.

Selain 3 fungsi di atas, APBD juga berfungsi sebagai otorisasi yakni pedoman

untuk melakukan pendapatan dan belanja daerah pada tahun berjalan, perencanaan

sebagai pedoman untuk melakukan rencana kegiatan pada tahun berjalan, serta

pengawasan sebagai pedoman untuk menilai kinerja pemerintah daerah.

Prosedur Penyusunan APBD

Sama seperti APBN, APBD pun punya prosedur penyusunan, nih. Awalnya, akan

ada penyampaian KUA (Kebijakan Umum Anggaran) APBD bersamaan dengan

rencana kerja pemerintah daerah

Lalu, pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang APBD

beserta penjelasan dan dokumen pendukung pada DPRD yang nantinya akan

dibahas untuk disetujui. Setelah itu, akan ada pengesahan oleh Menteri Dalam

Negeri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota terhadap rancangan

peraturan kepala daerah yang dilakukan maksimal 15 hari kerja pasca rancangan

diterima.

Sebelum APBD ditetapkan oleh gubernur, paling lambat 3 hari kerja sudah harus

disampaikan pada Mendagri untuk evaluasi. Lalu, Mendagri akan memberikan

11
hasil evaluasi maksimal 15 hari pasca rancangan diterima. Bila Mendagri tidak

memberikan hasil evaluasinya dalam waktu 15 hari itu, gubernur bisa menetapkan

rancangan peraturan daerah APBD menjadi peraturan daerah APBD.

Kalau bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan lebih tinggi,

gubernur dan DPRD bisa menyempurnakan rancangan paling lambat 7 hari sejak

hasil evaluasi diterima.

Tapi, kalau hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti, Mendagri bakalan membatalkan

sekaligus menyatakan berlakunya pagu atau acuan APBD tahun sebelumnya. Nah,

kalau APBD sudah ditetapkan dengan peraturan daerah, pelaksanaannya

dijalankan lebih lanjut dengan keputusan gubernur/bupati/walikota.

Sumber-sumber APBD

Pendapatan daerah

Pendapatan daerah bisa bersumber dari:

Pajak daerah dibagi jadi 2 yakni pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.

Contohnya pajak kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor,

pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, dan lainnya.

Retribusi daerah, misalnya retribusi pelayanan kesehatan, kebersihan, dan lain-

lain.

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, misalnya dividen dan

penyertaan modal daerah pada pihak ketiga.

12
Lain-lain penerimaan daerah yang sah, seperti jasa giro, pendapatan bunga,

komisi, potongan.

Dana perimbangan, yang terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dana

alokasi khusus.

Pendapatan lain seperti hibah dan pendapatan dana darurat.

Pembiayaan

Sumber yang satu ini merupakan sisa lebih perhitungan anggaran daerah (SILPA),

penerimaan pinjaman daerah, dana cadangan daerah, serta hasil penjualan

kekayaan daerah yang dipisahkan.

Belanja Daerah

Belanja daerah digunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang

jadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota. Belanja daerah terdiri dari urusan

wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penanganannya pada bidang tertentu bisa

dilaksanakan antarpemerintah daerah dengan ketentuan undang-undang.

13
4. PENGERTIAN PEMEBERIAN PINJAMAN DAN HIBAH SERTA

PENERUSAN PINJAMAN

PINJAMAN

Pemberi An pinjaman adalah kegiatan yang dilakukan oleh badan badan usaha di

bidang keuangan untuk memudahkan Anggota nya dalam memenuhi kebutuhan

akan uang dengan syarat pengembalian sesuai kesepakatan. beserta bunga.

Pinjaman Luar Negeri adalah setiap penerimaan Negara baik dalam bentuk devisa

dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau

jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali

dengan persyaratan tertentu.( sumber PP No. 2 tahun 2006 ) 

Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima

sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga

Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. (sumber PP 54

tahun 2005) PENERUSAN PINJAMAN DAERAH

Pinjaman daerah adalah alternatif sumber pendanaan APBD (Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah) dan solusi untuk menutup kekurangan kas daerah

yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung berbagai kegiatan untuk kepentingan

daerah seperti kegiatan-kegiatan pendukung pertumbuhan ekonomi daerah,

kegiatan-kegiatan untuk kepentingan layanan masyarakat, dan lain sebagainya

dengan kewajiban untuk mengembalikan pinjaman tersebut dengan batas waktu

14
yang telah ditentukan. Pinjaman daerah ini telah diatur dalam beberapa dasar

hukum.

Terdapat beberapa prinsip pinjaman daerah yang berlaku, diantaranya adalah:

● Pinjaman daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan daerah guna

mendukung pelaksanaan program desentralisasi, khususnya untuk mengatasi

kekurangan kas daerah

● Pinjaman daerah dimanfaatkan untuk membiayai berbagai kegiatan yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan

inisiatif dan kewenangan daerah yang bersangkutan. Penyelenggaraan kegiatan-

kegiatan tersebut tentunya harus berdasarkan pada peraturan perundang-

undangan.

● Daerah tidak dapat memperoleh pinjaman daerah secara langsung dari luar

negeri.

● Pemerintah pusat atau pemerintah daerah lain dapat memberikan pinjaman

daerah yang mana dana pinjaman berasal dari pinjaman atau bantuan dari luar

negeri.

● Pinjaman daerah yang diberikan tidak melebihi angka defisit APBD serta Batas

Kumulatif Pinjaman Daerah yang sebelumnya telah dicantumkan dalam peraturan

perundang-undangan yang masih berlaku.

Adapun syarat-syarat melakukan pinjaman daerah antara lain:

15
1. Jumlah total antara sisa pinjaman daerah dan pinjaman yang baru akan didapat

tidak lebih dari 75% dari jumlah APBD tahun sebelumnya.

2. Derajat kemampuan finansial daerah untuk mengembalikan pinjaman (DSCR)

minimal 2,5 %

3. Tidak memiliki beban tunggakan atas kewajiban/ hutang yang berasal dari

pihak pemerintah pusat

4. Pinjaman jangka panjang dan jangka menengah wajib mendapatkan persetujuan

pihak SPRD.

Pinjaman daerah yang berasal dari pemerintah pusat nantinya akan disalurkan

melalui Kementerian Keuangan, sedangkan pinjaman daerah yang berasal dari

masyarakat akan disalurkan melalu pasar modal yang mana wujud pinjaman

berupa obligasi daerah. Nah, soal prosedur pinjaman daerah, pinjaman ini harus

melalui prosedur yang berbeda sesuai dengan sumbernya. Dan, berikut

ketentuannya:

● Pinjaman daerah dari pihak pemerintah pusat, sumber pinjaman berasal dari luar

negeri

● Pinjaman daerah dari pihak pemerintah, sumber pinjaman dapat berasal dari

selain pinjaman luar negeri

● Pinjaman daerah dari pihak selain pemerintah (baik pinjaman jangka panjang

maupun jangka pendek), pinjaman tetap dapat disalurkan asal tidak melebihi batas

kumulatif pinjaman dari pemda maupun pemerintah pusat.

16
HIBAH

Pengertian hibah sebagaimana dijelaskan dalam ketentuan Pasal 1666 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata adalah suatu persetujuan, dengan mana seorang

penghibah menyerahkan suatu barang secara cuma-cuma, tanpa dapat menariknya

kembali, untuk kepentingan seseorang yang menerima penyerahan barang itu.

Dana hibah merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi di dunia finansial.

Bagi suatu pemerintahan, dana hibah adalah salah satu sumber Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah yang digunakan untuk pembiayaan

program-progam di daerahnya. Lantas, apa yang dimaksud dengan dana hibah?

Dana hibah merupakan sebuah pemberian dalam bentuk uang, barang, atau jasa,

dari satu pihak ke pihak lain secara cuma-cuma. Pihak-pihak tersebut bisa berupa

pemerintah daerah, pemerintah pusat, perusahaan daerah, masyarakat, serta

organisasi masyarakat. Dana hibah tidak bersifat wajib dan tidak dilakukan secara

terus menerus. Dana hibah juga berbeda dengan bantuan sosial, dimana bantuan

sosial adalah pemberian bantuan dari pemerintah kepada individu, keluarga,

kelompok dan atau masyarakat yang bersifat selektif dengan tujuan untuk

melindungi penerima bantuan dari resiko sosial. Secara eksplisit, dana hibah bisa

diibaratkan sebagai sebuah hadiah yang diberikan satu pihak kepada pihak lain.

Dana hibah sendiri dibagi menjadi tiga. Pembagian ini berdasarkan pada bentuk

hibah itu sendiri, yaitu hibah dalam bentuk uang, hibah dalam bentuk barang, dan

hibah dalam bentuk jasa. Hibah dalam bentuk jasa biasanya berupa bantuan teknis

pendidikan, pelatihan, penelitian, dan jasa lainnya

17
Penerima Dana Hibah

Dalam aturan perundang-undangan, pihak-pihak yang berhak menerima dana

hibah adalah:

Pemerintah

Menurut pasal 5 huruf a, dana hibah kepada pemerintah diberikan kepada satuan

kerja dari kementerian atau lembaha pemerintah non kementerian yang wilayah

kerjanya berada dalam daerah yang bersangkutan.

Pemerintah daerah lainnya

Menurut pasal 5 huruf b, dana  hibah kepada pemerintah daerah lainnya diberikan

kepada daerah otonom baru hasil pemekaran daerah sebagaimana diamanatkan

peraturan perundang-undangan.

Perusahaan daerah

Menurut Pasal 5 huruf c, dana hibah kepada perusahaan daerah diberikan kepada

Badan Usaha Milik Daerah dalam rangka penerusan hibah yang diterima

pemerintah daerah dari pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Masyarakat

Menurut pasal 5 huruf d, dana hibah kepada masyarakat diberikan kepada

kelompok orang yang memiliki kegiatan tertentu dalam bidang perekonomian,

pendidikan, kesehatan, keagamaan, kesenian, adat istiadat, dan keolahragaan non-

profesional.

Organisasi kemasyarakatan

18
Menurut pasal 5 huruf e , dana hibah kepada organisasi kemasyarakatan diberikan

kepada organisasi kemasyarakatan yang dibentuk berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

Dalam peraturannya, tidak sembarang masyarakat dan organisasi kemasyarakatan

bisa menerima dana hibah. Terdapat berbagai persyaratan agar masyarakat dan

organisasi kemasyarakatan bisa menerima dana hibah.

PENERUSAN PINJAMAN

Penerima Penerusan Pinjaman Luar Negeri adalah Pemerintah Daerah dan Badan

Usaha Milik Negara.

bahwa dalam rangka pengaturan penerusan pinjaman luar negeri dan penerusan

pinjaman dalam negeri

sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu disusun

kembali aturan mengenai tata cara penerusan pinjaman dalam negeri dan luar

negeri guna memberikan alternatif pembiayaan kepada Badan Usaha Milik

Negara

dan Pemerintah Daerah serta mendorong kegiatan prioritas pembangunan

nasional;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf

b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penerusan

Pinjaman Dalam Negeri Dan Penerusan

Pinjaman Luar Negeri Kepada Badan Usaha Milik Negara Dan Pemerintah

19
Daerah;

1. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan Dan

Penerusan Pinjaman Dalam Negeri Oleh Pemerintah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4885);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan

Pinjaman Luar Negeri Dan Penerimaan Hibah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5202);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5219);

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 207 /PMK.05/2008 ten tang Tata Cara

Penarikan Pinjaman Dan/ Atau Hibah Luar Negeri Yang Diteruspinjamkan

Kepada Badan Usaha Milik Negara/Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Menteri Keuangan

Penerusan Pinjaman Luar Negeri yang selanjutnya disingkat PPLN adalah PLN

yang diteruspinjamkan kepada penerima PPLN yang harus dibayar kembali

dengan ketentuan dan persyaratan tertentu.Perjanjian Penerusan Pinjaman Dalam

Negeri yang selanjutnya disingkat Perjanjian PPDN adalah kesepakatan tertulis

mengena1 penerusan pmJaman antara Pemerintah dan penerima PPDN.

20
Kebijakan pengelolaan keuangan negara dan daerah memang sangat

diperlukan agar dapat berjalan sesuai aturan yang berlaku dan untuk

menunjang potensi daerah tersebut agar daerah tersebut dapat lebih maju.

Selain itu agar negara dapat mengatur daerah mana yang perlu

mendapatkan pengelolaan lebih. Selain itu pengelolaan keuangan juga

akan memudahkan negara dalam mengontrol keuangan suatu daerah

sehingga tidak terjadi penyelewengan.

21

Anda mungkin juga menyukai