Dosen pengampu:
Disusun oleh:
Mitahul Jannah(504190058)
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Penelitian ini diambil dari permasalahan adanya ketergantungan bantuan dana dari pusat
tersebut memberikan pandangan tentang keuangan daerah yang tidak dikelola dengan baik
menandakan bahwa masih rendahnya kemandirian keuangan daerah.selain itu juga diperlukan
analisis terhadap anggaran pendapatan daerah berupa perhitungan rasio efektifitas,rasio derajat
desentralisasi,rasio ketergantungan,rasio kemandirian keuangan daerah.suatu daerah dpat
dikatakan mandiri apabila pengeluaran biaya belanja daerah untul urusan penyelenggara
pemerintahan dapat dibiayaisendiri oleh daerahnya yg berasal dari sumber-sumber pendapatan
daerah. Menurut Undang-undang 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah mengatur tentang
hak dan kewajiban daerah. Salah satu dari hak dan kewajiban daerah tersebut menjelaskan
tentang upaya pemerintah yang dapat dilakukan untuk menunjang kemandirian daerah yaitu
dengan memungut pajak dan retribusi. Pajak dan retribusi ini nantinya akan memberikan imbalan
atau balasan secara tidak langsung dan tujuan dari pungutan tersebut yaitu untuk membangun
daerah menjadi lebih baik dengan membiayai kebutuhan fasilitas-fasilitas daerah dan
mensejahterakan masyarakat karenanya Dana Transfer yang diberikan oleh pemerintah pusat
dikeluarkan pada setiap tahun anggarannya. Jumlah besaran dari dana transfer ke daerah berbeda
juga pada tiap tahunnya dan dibagikan ke seluruh daerah dengan mematuhi peraturan yang
berlaku. Hal tersebut dilakukan dalam 3 mendukung kemandirian daerah dalam mengelola
keuangan untuk dapat mendukung pelaksanaan pemerintahan di daerah dengan tujuan
menunjang kesejahteraan masyarakat.1
1
Robby Adzan Maulana, ‘Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Menunjang Kemandirian Keuangan
Daerah Kota Bandung’, Jurnal IPDN, 2022, 1–8 <http://eprints.ipdn.ac.id/7317/1/RINGKASAN SKRIPSI_ROBBY
ADZAN MAULANA_29.1140_ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH %28PAD%29 DALAM
MENUNJANG KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KOTA BANDUNG.pdf>.
Berikut ini adalah anggaran pendapatan belanja daerah kab.merangin tahun 2021-2022:
Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten atau Kota untuk
mengembangkan potensi ekonominya. Oleh karena itu pembangunan daerah dilaksanakan secara
terpadu dan serasi serta diarahkan agar pembangunan yang berlangsung disetiap daerah benar-
benar sesuai dengan prioritas dan potensi daerah. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, maka
semakin meningkat pengeluaran pemerintah dalam hal ini belanja daerah guna menyediakan
sarana prasarana dan pelayanan bagi masyarakat. Salah satu sudut pandang kebijakan yang dapat
dilakukan adalah melalui kebijakan pengeluaran pemerintah daerah yang dituangkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah memerlukan perhatian terutama dalam hal
pengalokasiaan anggaran, diupayakan dialokasikan pada sektor-sektor yang dapat terciptanya
sumber-sumber pendapatan baru bagi daerah dan tentunya didukung oleh partisipasi dari
masyarakat.2
B. Identifikasi Masalah
Ada beberapa masalah yg terjadi,yg menjadi poinnya adalah ketergantungan bantuan dana
dari pusat tersebut memberikan pandangan tentang keuangan yg tidak dikelola dengan baik.
Dengan demikian menandakan bahwa masih rendahnya kemandirian keuangan di kab merangin.
2
Dewi Oktavina, ‘Faktor Yang Mempengaruhinya Dalam Rangka Oonomi Daerah : Pendekatan Error Correction
Model’, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 10.2 (2012), 88–101.
C. Batasan Masalah.
Batasan masalah digunakan untuk memberikan ruang lingkup agar pembahasan masalah tidak telalu
luas.adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
D. Rumusan Masalah.
Rumusan Masalah yang terjadi adalah bagaimana anggaran Pendapatan belanja daerah Dan
pencatatannya pada tahun 2020-2022 ?
E. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah Untuk Mengetahui
anggaran Pendapatan belanja Daerah Dan Pencatatannya Pada Tahun 2020-2022.
F. Manfaat penelitian
1. Bagi pemerintah:diharapkan dapat meningkatkan anggaran pendapatan belanja daerah melalui hasil
pajak,hasil retribusi,dan hasil pendapatan lain-lain yang sah dalam meningkatkan kesejahteraan daerah
2. Bagi penulis:dapat meningkatkan ilmu pengetahuan tentang pendapatan yg ada didaerah dan menjadi
refenrensi bagi peneliti dimasa yg akan datang.
BAB II
A. Landasan daerah
Anggaran pendapat belanja daerah (APBD) merupakan rencana keuangan pemerintah daerah
selama satu tahun yang telah ditetapkan oleh peraturan daerah.APBD dapat dijadikan sebagai
sarana komunikasi pemerintah daerah dengan masyarakatnya mengenai prioritas pengalokasian
yang dilakukan oleh pemerintah daerah setelah berkoordinasi dengan pihak
legislative,DPRD.APBD terdiri dari tiga komponen utama yaitu pendapatan daerah,dan
pembiayaan daerah.pendapatan daerah terdiri dari pos pendapatan daerah (PAD),pos
perimbangan,dan pos lain-lain pendapatan yang sah.
Didalam pos PAD terdapat komponen pajak daerah dan retribusi daerah yg merupakan
sumber pendapatan utama dari pemerintah daerah itu sendiri yang diperoleh pemerintah daerah
dari pemerintah pusat.sebagai perwujudan dari pelaksanaan desentralisasi fiksal.selain
pendapatan yang diperoleh dari daerah tersebut dan pemerintah pusat,pemerintah juga
memperoleh pendapatan dari daerah lain yg berupa komponen dana bagi hasil pajak dan provinsi
dan pemda lainnya yg ada didalam pos lain-lain pendapatan daerah yg sah.
Pendapatan asli daerah merupakan salah atu komponen penyusun pendapatan daerah yg bersumber
dari potensi dari dareah itu sendiri yg di pungut berdasarkan peraturan daerah tersebut.sesuai dengan
peraturan peundang-undangan yg berlaku.berdasarkan undang-undang tentang keuangan
Negara,kekuasaan,atas pengelolaan kekayaan Negara dipisahkan dilaksanakan oleh wakil pememrintah
dalam kepemilikan kekayaan Negara yg dipisahkan yg dikuasai oleh menteri keuangan.sedangkan
pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan yg dananya bersumber dari APBD,diserahkan kepada
gubernur/bupati/walikota selaku kepala pememrintaah daerah .3
Di era otonomi daerah sekarang ini,daerah mendapat kewenangan yg lebih besar untuk mengatur dan
mengurus rumah tangga nya sendiri.salah satu cir dari kemampuan suatu daerah dalam menjalankan
otonomi daerah yaitu terletak pada kemampuan daerah untuk mengelola keuangannya.oleh karna itu
daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumver-sumber keuangan
sediri,mengelola dan menggunakannya untuk membiayai penyelenggaran pemerintah dan pembangunan
daerahnya.tuntutan peningkatan pendapatan asli daerah(PAD) semakin besar seiring dengan semakin
banyaknya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah pengalihan
personil,peralatan,pembiayaan,dan dokumen ke daerah dalam jumlah yg besar.sememtara itu sejauh ini
dana perimbangan yg merupakan transferan keuangan oleh pemerintah kepada daerah dalam rangka
mendukung pelaksanaan otonomi daerah,meskipun jumlahnya relative memadai namun daerah harus
lebih kreatif dalam meningkatkan PAD nya.oleh karna itu,daerah harus dapat menggali sumber-sumber
PAD yg potensi secara maksimal namun tentu saja harus dalam koridor peraturan perundang-undangan
yg berlaku.
Demgan demikian pendapatan asli daerah merupakan sumber pendapatan assli aderah merupakan
sumber pendapatan asli daerah berasalkan potensi daerah.pemerintahan daerah dapat menggali sumber
pendapatan asli daerah tersebut secara optimal yg sesuai dengan peraturan perundang-undangan yg
berlaku terdiri atas:
1. Pajak Daerah
.pajak yg berlaku di Indonesia dapat dibedakan menjadi pajak pusat dan pajak daerah.pajak pusat
adalah pajak-pajak yg dikelola oleh pemerintah pusat seperti pajak penghasilan (pph),pajak pertambahan
nilai (ppn) dan pajak pajak penjualan atas barang mewah (ppnbm).sememtara pajak daerah adalah pajajk-
pajak yg dikelola oleh pemerintah daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.pengalihan dan
pengelolaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB-P2) dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi
aderah fiskal.bentuk kebijakan tersebut dituangkan kedalam undang-undang no 28 tahun 2009 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah.hasil penerimaan pajak dan retribusi daerah diakui belum memadai dan
memiliki peranan yg relative kecil terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) khususnya
bagi daerah kabupaten /kota.dalam banyak hal dana alokasi umum maupun dana dana alokasi khusus
3
Fadjri Alihar, ‘No Titleהקיווי ענף: ’מצב תמונת, הנוטע עלון, 66 (2018), 37–39
<https://www.fairportlibrary.org/images/files/RenovationProject/Concept_cost_estimate_accepted_031914.pdf>.
dari pusat,tidak sepenuhnya dapat diharapkan menutupi semua kebutuhan pengeluaran daerah.Pajak
daerah dapat dikatakan sesuai sebagai pendapatan daerah (PAD) apabila dalam banyak hal mudah
mengindentifikasi lokasi objek pajak,walaupun kemungkinan terjadi perpindahan registrasi karena
perbedaan tariff yang mencolok antar berbagai daerah.disamping itu,pajak kendaraan bermotor juga
mempunyai hubungan yg erat antara pajak yg dipungut dengan pengeluaran pemerintah untuk perbaikan
jalan-jalan.4
Peraturan pemerintahan tersebut merupakan revisi dari pp no 91 tahun 2010 tentang jenis pajak
daerah yg dipunggut berdasarkan penetapan kepala daerah atau dibayar sendiri oleh wajib pajak.adapun
materi yg di atur dalam peraturan pemerintahan tersebut meliputi:
jenis-jenis pajak daerah dan pengaturan penetapan pajak dalam peraturan Pendaftaran wajib pajak dan
masa pajak
Berikut terdapat beberapa Fungsi Pajak Berdasarkan penjabaran pengertian tentang pajak :
1) . Fungsi Anggaran ( Budgetair ) Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran – pengelurnya.
2) . Fungsi Mengatur ( Cregulered ) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur dan
melaksanakan kebijaksanann pemerintah dalam bidang sosial maupun ekonomi.
Selain fungsi ada juga Pengelompokkan Pajak, terdapat tiga jenis pengelompokkan pajak yaitu,
menurut golongan, menurut sifat dan menurut pemungutnya.
a. Menurut Golongannya
4
Makalah Seminar Akademik, ‘Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur’,
2006.
1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan
2. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepadaorang laincontohnya:pajak pertambahan.
b. Menurut sifatnya
1. Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkat atau berdasarkan pada subjeknya,dalam arti
memerhatikan keadaan dari wajib pajak.contohnya:pajak penghasilan
2. Pajak objektif yaitu pajak yang berpangal pada objeknya,tanpa memerhatikan keadaan
dari wajib pajak .contohnya:pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang
mewah
c. Menurut pemungutannya
1. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan, pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah dan Bea Materai.
2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah Daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Contoh : Pajak Propinsi dan pajak Kabupaten/Kota.
Cara Menghitung Pajak PPh terutang dihitung dari tarif dikalikan penghasilan kena
pajak :
2. Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai bayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Pemerintah pusat kembali mengeluarkan regulasi tentang pajak daerah dan retribusi daerah
melalui undang-undang nomor 28 tahun 2009. Dengan undang- undang ini dicabut UU Nomor 18 tahun
1997, sebagaimana sudah diubah dengan undang-undang nomor 34 tahun 2000. Berlakunya undang-
5
Alihar.
undang pajak dan retribusi daerah yang baru di satu sisi memberikan keuntungan daerah dengan adanya
sumber-sumber pendapatan baru, namun disisi lain ada beberapa sumber pendapatan asli daerah yang
harus dihapus karna tidak boleh lagi dipungut oleh daerah terutama berasal dari retribusi daerah.6
a. Retribusi Jasa Umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah (pemda) untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
b. Retribusi Jasa Usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemda dengan
menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh
sektor swasta.
c. Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemda dalam rangka
pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
6
Departemen Keuangan and others, ‘Produktif Nasionalis’, Gedung Sutikno Slamet Lantai, 16.pajak daerah dan
retribusi daerah (1945), 2 <www.djpk.depkeu.go.id>.
Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan
Tertentu sebagaimana dimaksud di atas sebagai berikut:
7
Keuangan and others.
4. Pendapatan lain-lain yang sah
Pendapatan lain-lain yang sah yaitu pendapatan yg tidak termasuk jenis pendapatan lainnya
seperti pajak daerah,retribusi daerah,dan hasil kekayaaan yg dipisahkan.pendapatan lain-lain yg
sah adalah pendapatan daerah dari sumber lain misalnya sumbangan pada pihak ketiga kepada
daerah yg dilaksanakan sesuia dengan undang-undang yg berlaku (undang-undang RI nomor 34
tahun 2004). Selain jenis-jenis PAD di atas pendapatan daerah pula berasal dari lain-lain PAD
yang sah,seperti:
5. Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran adalah laporan menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan
penggunaan sumber daya kas yang dikelola oleh pemerintah dalam suatu periode. Realisasi
anggaran adalah pelaksanaan APBN/APBD. Laporan realisasi anggaran disusun oleh entitas
akuntansi dan entitas pelaporan.realisasi nggaran juga bisa diartikan laporan yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran pendapatan dan belanja dengan realisasinya yang
menunjukkan ketaatan terhadap peraturan.
8
Alihar.
B. STUDI RELEVAN
Penelitian terdahulu yang didapat dalam mendukung temuan penelitian. ada beberapa jurnal
yang berkaitan dengan tema penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1
Penelitian terdahulu
METODE PENELITIAN
1. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan jalan melakukan Tanya jawab dengan pihak yg
berwenang diantaranya kepala dinas bagian keuangan dan staf oegawai bagian keuangan yg terlibat
langsung serta berhubungan dengan data yg diperlukan peneliti yg ada pada badan pendapatan
daerah kabupaten merangin.
2. Observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yg akan diteliti
berdasarkan pengetahuan dan fenomena yg diketahui sebelumnya untuk mendapatkan data atau
informasi yg dibutuhkan dg penulis pada badan pendapatan asli daerah di kabupaten merangin.
3. Dokumen yaitu pengumpulan data yg dilakukan dengan sebuah data yg tertulis dan bersifat
informasi di kertas atau media elektronik yg dibutuhkan penulis pada badan pendapatan daerah
dokumen yang diperlukan berupa laporan pencatatan realisasi anggaran. .
Metode analisis data yang dugunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif,penelitian deskriptif kualitatif ini adalah desain penelitian yg disusun dalam rangka
memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yg berasal dari subjek atau objek
penelitian.adapun langkah-langkah yg di lakukan untuk menganalisis adalah reduksi data,penyajian
data dan penarikan kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Akademik, Makalah Seminar, ‘Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa
Timur’, 2006
Alihar, Fadjri, ‘No Titleהקיווי ענף: ’מצב תמונת, הנוטע עלון, 66 (2018), 37–39
<https://www.fairportlibrary.org/images/files/RenovationProject/Concept_cost_estimate_accepted_
031914.pdf>
Maulana, Robby Adzan, ‘Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Menunjang Kemandirian
Keuangan Daerah Kota Bandung’, Jurnal IPDN, 2022, 1–8
<http://eprints.ipdn.ac.id/7317/1/RINGKASAN SKRIPSI_ROBBY ADZAN
MAULANA_29.1140_ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH %28PAD%29 DALAM
MENUNJANG KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KOTA BANDUNG.pdf>
Oktavina, Dewi, ‘Faktor Yang Mempengaruhinya Dalam Rangka Oonomi Daerah : Pendekatan Error
Correction Model’, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 10.2 (2012), 88–101