Anda di halaman 1dari 13

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MANAJEMEN KEUANGAN PADA

BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH


KABUPATEN MAMUJU UTARA

Luthfi Patu
Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
Objective to know the form of an evaluation of the aspects of the barriers of government
policy on financial supervision in Finance and Asset Management Agency District of North
Mamuju. This type of research is qualitative. The method used is the collection of the data include:
interviews, direct observation, and Documentation. Based on the results of the research
implementation implemntasi Policy manajmen Finance Agency Financial Management and Asset
District North Mamuju still need mandapat subsidy centers, because of the budget than income
became a benchmark of the failure of the implementation of regional autonomy because of the data
known that the region still require subsidies from and the center has not been able to manage
existing resources seen from policy changes related to the welfare of society, it should be analyzed
the characteristics of the problem. The amount of local expenditure than revenue due to the region
in the process of financial management override of political communication between local
government and parliament that is representative of the totality of the percentage of the population
covered by the target group. So the program to achieve policy goals are not sepenuhnyat ercapai.
Keywords: Characteristics Problems, Characteristics of Policy, Environment Variables

Salah satu tujuan pemerintah adalah Pada era otonomi terjadi pergeseran
untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh wewenang dan tanggung jawab dalam
rakyat. Sehubungan dengan itu pemerintah pengalokasian sumber daya dari pemerintah
berupaya untuk mewujudkan keseimbangan pusat ke pemerintah daerah. Pelimpahan
fiskal dengan mempertahankan kemampuan wewenang dari pemerintah pusat kepada
keuangan negara yang bersumber dari pemerintah daerah yang diatur dalam UU No.
pendapatan pajak dan sumber-sumber lainnya 22 tahun 1999 ini dibarengi dengan
guna memenuhi keinginan masyarakat. pelimpahan keuangan dari pemerintah pusat
Dipicu dengan adanya krisis moneter dan ke pemerintah daerah sehingga setiap daerah
transisi politik sejak 1 Januari 2001, Republik berhak mengatur dan mengelola
Indonesia membuat kebijakan untuk keuangannya secara mandiri.
menerapkan desentralisasi (otonomi daerah) Undang-undang republik Indonesia
yang didasarkan pada UU No. 22 tahun 1999 nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
tentang “Pemerintah Daerah” dan UU No. 25 Daerah (yang direvisi dari undang-undang
tahun 1999 tentang “Perimbangan Keuangan nomor 22 tahun 1999), menimbang bahwa
antara Pusat dan Daerah”. UU No. 22 tahun dalam rangka penyelenggaraan pemerintah
1999 pada prinsipnya mengatur daerah sesuai dengan amanat Undang-
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
lebih mengutamakan pelaksanaan asas Tahun 1945, pemerintah daerah yang
desentralisasi dimana kota dan kabupaten mengatur dan mengurus sendiri urusan
bertindak sebagai “motor” sedangkan pemerintahan menurut asas otonomi dan
pemerintah propinsi sebagai koordinator. tugas pembantuan, diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan

88
89 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 2, Februari 2016 hlm 88-100 ISSN: 2302-2019

masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah


pemberdayaan dan peran serta masyarakat, Kabupaten Mamuju Utara pencapaian
serta peningkatan daya saing daerah dengan realisasi hanya 98,97% dari anggaran yang
memperhatikan prinsip demokrasi, telah di tetapkan pada tahun 2014.
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan Berdasarkan hasil observasi diperoleh data
kekhususan suatu daerah dalam sistem bahwa anggaran belanja pada tahun 2014
Negara Kesatuan Republik Indonesia. sebesar Rp. 626.027.335.227,-. yang meliputi
Dampak pelaksanaan otonomi daerah Belanja Tidak Langsung dan Belanja
adalah tuntutan terhadap pemerintah dalam Langsung jauh lebih besar dibandingkan
menciptakan good governanace sebagai dengan Pendapatan Daerah sebesar Rp.
prasyarat dengan mengedepankan 548.188.056.170,- yang meliputi Pendapatan
akuntabilitas dan transparansi. Anggaran Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer,
merupakan managerial plan for action untuk dan Pendapatan Lain yang Sah.
tercapainya tujuan organisasai pemerintah. Idealnya semua pengeluaran
Anggaran sektor publik berbasis kinerja pemerintah daerah dapat dicukupi dengan
merupakan sistem perencanaan, menggunakan PAD-nya, sehingga daerah
penganggaran, dan evaluasi yang menjadi benar-benar otonom. Besarnya
menekankan pada keterkaitan antara anggaran belanja daripada pendapatan
anggaran dengan hasil yang diinginkan menjadi tolak ukur dari kegagalan
(Anggraini dan Puranta, 2010:15). implementasi kebijakan otonomi daerah
Penganggaran sektor publik terkait dalam karna dari data tersebut diketahui bahwa
proses penentuan jumlah alokasi dana untuk daerah masih membutuhkan subsidi dari
tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan pusat dan belum mampu mengelola sumber
moneter. daya yang ada. Tujuan utama pemberian
Berdasarkan pasal 5 UU No. 33 tahun dana perimbangan dalam kerangka otonomi
2004 sumber-sumber penerimaan daerah daerah adalah untuk pemerataan kemampuan
adalah pendapatan daerah dan pembiayaan. fiskal pada tiap daerah (equalizing transfer)
Pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan (Ehtisham, 2002).
Asli Daerah (PAD), dana perimbangan dan Problematika pelaksanaan pengelolaan
lain-lain pendapatan. Dana Perimbangan keuangan daerah oleh pemerintah daerah
Keuangan Pusat-Daerah merupakan yaitu lemahnya sistem pengawasan dan
mekanisme transfer pemerintah pusat-daerah pengendalian terhadap pengelolaan keuangan
terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan daerah. Masalah-masalah yang dihadapi
Sumber Daya Alam (DBHP dan SDA), Dana dalam pengelolaan keuangan daerah
Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi diantaranya yaitu:
Khusus (DAK). Dana pembiayaan daerah 1. Rendahnya efektivitas dan efisiensi
berasal dari Sisa Lebih Anggaran daerah penggunaan keuangan pemerintah akibat
(SAL), pinjaman daerah, dana cadangan maraknya irasionalitas pembiayaan
daerah dan privatisasi kekayaan daerah yang kegiatan negara. Kondisi ini disertai oleh
dipisahkan. rendahnya akuntabilitas para pejabat
Sulawesi Barat merupakan salah satu pemerintah dalam mengelola keuangan
provinsi baru di Indonesia. Manajemen dari publik. Karenanya, muncul tuntutan yang
segala aspek termasuk keuangan masih dalam meluas untuk menerapkan sistem
proses pembenahan terkait adanya anggaran berbasis kinerja.
pemekaran wilayah yang secara langsung 2. Tidak adanya skala prioritas yang
akan mempengaruhi penganggaran. terumuskan secara tegas dalam proses
Berdasarkan data dari Dinas Pendapatan, pengelolaan keuangan negara yang
Luthfi Patu, Implementasi Kebijakan Manajemen Keuangan Pada Badan Pengelolaan Keuangan…………………90

menimbulkan pemborosan sumber daya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia


publik. Selama ini, hampir tidak ada upaya (SBI)
untuk menetapkan skala prioritas anggaran 6. Proses perencanaan di daerah juga masih
di mana ada keterpaduan antara rencana lemah, sehingga program atau proyek
kegiatan dengan kapasitas sumber daya tidak bisa diselesaikan dalam satu tahun
yang dimiliki. Juga harus dilakukan anggaran
analisis biaya-manfaat (cost and benefit 7. Pelaksanaan anggaran buruk,
analysis) sehingga kegiatan yang kesejahteraan bangsa juga merosot. Hal
dijalankan tidak saja sesuai dengan skala ini terlihat dari APBN yang terus
prioritas tetapi juga mendatangkan tingkat meningkat, tetapi kemiskinan dan
keuntungan atau manfaat tertentu bagi pengangguran tetap besar.
publik. 8. Hingga saat ini ketimpang anggaran
3. Terjadinya banyak kebocoran dan pusat dan daerah masih sangat besar (70
penyimpangan sebagai akibat dari adanya persen berbanding 30 persen), dan
praktek KKN. seharusnya relatif berimbang
4. Rendahnya profesionalisme aparat 9. Belanja aparatur di Provinsi ataupun
pemerintah dalam mengelola anggaran Kabupaten/Kota saat ini sangat tinggi,
publik. mencapai 71 persen dan belanja publik
Inilah merupakan sindrom klasik yang hanya 29 persen
senantiasa menggerogoti negara-negara yang 10. Pembangunan tidak benar-benar
ditandai oleh superioritas pemerintah. berdampak langsung pada
Dinamika pemerintah, termasuk pengelolaan pemberantasan kemiskinan.
keuangan di dalamnya, tidak dikelola secara Menurut Halim (2001), ciri utama suatu
profesional sebagaimana dijumpai dalam daerah mampu melaksanakan otonomi adalah
manajemen sektor swasta. Jarang ditemukan (1) kemampuan keuangan daerah, yang
ada manajer yang profesional dalam sektor berarti daerah tersebut memiliki kemampuan
publik. Bahkan terdapat negasi yang tegas dan kewenangan untuk menggali sumber-
untuk memasukkan kerangka kerja sektor sumber keuangan, mengelola dan
swasta ke dalam sektor publik di mana nilai- mengguanakan keuangannya sendiri untuk
nilai akuntabilitas, profesionalisme, membiayai penyelenggaraan pemerintahan;
transparansi, dan economic of scale menjadi (2) Ketergantungan kepada bantuan pusat
kerangka kerja utamanya. harus seminimal mungkin, oleh karena itu,
Rendahnya kualitas administrasi PAD harus menjadi sumber keuangan
keuangan negara juga menjadi penghambat terbesar yang didukung oleh kebijakan
pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah. perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Masalah yang terkait administrasi negara Kedua ciri tersebut akan mempengaruhi
tersebut yaitu: pola hubungan antara pemerintah pusat dan
1. Tersendat-sendatnya pengajuan anggaran daerah. Secara konseptual, pola hubungan
2. Rendahnya daya serap anggaran keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
3. Kelambatan melaporkan keuangan serta harus sesuai dengan kemampuan daerah
tidak sesuai standar akuntansi dalam membiayai pelaksanaan pemerintahan.
pemerintah Oleh karena itu, untuk melihat kemampuan
4. Buruknya komunikasi politik antara daerah dalam menjalankan otonomi daerah,
Pemda dan DPRD menjadi penyebab salah satunya dapat diukur melalui kinerja
keterlambatan penetapan anggaran keuangan daerah.
5. Dana APBN menumpuk di rekening Pemerintah Indonesia telah melakukan
Bank Pemda, yang selanjutnya disimpan reformasi manajemen keuangan negara baik
91 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 2, Februari 2016 hlm 88-100 ISSN: 2302-2019

pada pemerintah pusat maupun pada ini berkaitan dengan tujuan-tujuan kebijakan
pemerintah daerah dengan ditetapkannya dengan realisasi dari kebijakan tersebut.
paket undang-undang bidang keuangan Problematika implementasi kebijakan
negara, yaitu UU 17 Tahun 2003 tentang pengelolaan keuangan daerah oleh
Keuangan Negara, UU 1 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah yaitu lemahnya sistem
Perbendaharaan Negara. Peraturan pengawasan dan pengendalian terhadap
perundang-undangan tersebut menyatakan pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena
bahwa Gubernur / Bupati / Walikota itu, perlu adanya analisis aspek
menyampaikan rancangan peraturan daerah impelementasi yang mempengaruhi
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan manajemen keuangan daerah, agar segala
APBD kepada DPRD berupa laporan tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pengimplementasian suatu kebijakan
Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 merupakan puncak dari suatu peraturan
(enam) bulan setelah tahun anggaran ataupun kebijakan tersebut dibuat. Tahap
berakhir. Laporan Keuangan disusun dan pengimplementasian secara umum
disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi merupakan bagaimana suatu kebijakan yang
Pemerintahan (PP 24 tahun 2005). dikeluarkan yang menjadi suatu jawaban dari
Pada intinya implementasi kebijakan masalah yang dialami masyarakat diterapkan
tersebut menginginkan adanya transparansi agar maksimal dan dapat menjawab
dan akuntabilitas dalam pengelolaan permasalahan tersebut. Namun, tahap
keuangan daerah. Namun, reformasi pengimplementasian bukanlah merupakan
pengelolaan keuangan yang dilakukan bagian yang mudah. Pembuat kebijakan perlu
pemerintah ini ternyata menemui beberapa melihat dan menyusun strategi yang baik
masalah dalam pelaksanaannya. Sejak agar kebijakan yang dibuat benar-benar bisa
berlakunya paket undang-undang mengenai berjalan dengan baik. Oleh karena itu,
pengelolaan keuangan kepada pemerintah diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang
daerah pada era otonomi daerah, belum jelas dan pemikiran yang meluas agar suatu
tampak kemajuan yang signifikan dalam kebijakan tersebut dapat diimplementasikan
peningkatan transparansi dan akuntabilitas dengan baik.
keuangan Daerah bahkan dari segi Hal ini tentunya bukan atas dasar
penyusunan dan perencanaan kebutuhan pendapat saja, melainkan bagaimana kita
anggaran pun masih belum tepat. melihat banyak diantara kebijakan-kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, baik
pelaksanaan dari pengendalian aksi kebijakan Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah
dalam kurun waktu tertentu. Implementasi yang ternyata bisa dikatakan gagal dalam
kebijakan adalah hal yang paling berat, pengimplementasian sehingga kebijakan
karena masalah-masalah yang kadang tidak yang dikeluarkan tersebut kedepannya
dijumpai dalam konsep muncul di lapangan. hanyalah seperti hiasan saja bagi selama
Ancaman utama dari implementasi kebijakan masa kepemimpinannya dengan catatan telah
adalah inkonsistensi implementasi. Dalam pernah dibuat suatu Peraturan. Hal ini bisa
pelaksanaannya kemungkinan bisa terjadi disebabkan berbagai hal yang ternyata tidak
adanya kendala dan penyimpangan yang diperhitungkan pada saat
dilakukan oleh pelaksananya kemungkinan pengimplementasiaannya seperti ketidak
bisa terjadi adanya kendala dan cocokan budaya masyarakat setempat,
penyimpangan yang dilakukan oleh kebelumsiapan masyarakat, dan hal-hal
pelaksana kebijakan. Masalah implementasi lainnya. Kejadian lainnya adalah bahwa
sebenarnya pembuat keputusan sudah melihat
Luthfi Patu, Implementasi Kebijakan Manajemen Keuangan Pada Badan Pengelolaan Keuangan…………………92

masalah tersebut, hanya saja masih belum diperoleh secara langsung dari obyek
tepat bagaimana cara mengatasinya. Oleh penelitian setelah informan memberikan
karena itu, Teori Daniel A. Mazmanian dan jawaban yang sesuai dengan fokus
Paul A. Sabatier dalam Subarsono (2005) pertanyaan baik melalui wawancara maupun
menyatakan bahwa ada tiga kelompok pengisian kuesioner. 2. Data sekunder, yakni
variabel yang mempengaruhi kesuksesan data yang diperoleh dari perpustakaan,
implementasi, yakni; laporan-laporan, arsip, dokumen-dokumen
1. Karakteristik dari Masalah (tractability of serta data dan informasi lain yang ada
the problems) hubungannya dengan penelitian ini.
2. Karakteristik Kebijakan / undang-undang Analisis data di lakukan melalui 3
(ability of statute to structure proses analisis secara bersamaan, yaitu (1)
implementation) reduksi data (Data Reduction), (2) penyajian
3. Variabel Lingkungan (non statutory data (Data Display), dan (3) penarikan
variables affecting implementation) kesimpulan/verifikasi (Conclusion
Drawing/Verification). Komponen dalam
METODE analisis data tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode Deskriptif.
Penggunaan pendekatan kualitatif Pengumpulan
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran Penyajian Data
Data
tentang implemntasi kebijakan manajemen
keuangan pada badan pengelolaan keuangan
dan aset daerah kabupaten mamuju utara.
Sama dengan yang di kemukakan Nawawi PenarikanKesimpulan/
(2003) metode deskriptif dapat diartikan Reduksi Data
Verifikasi
sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan subyek atau obyek penelitian
(seseorang, Lembaga, masyarakat dan lain-
lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta Gambar 1. Komponen dalam analisis data
yang tampak atau sebagaimana mestinya. Model Interaktif
Sumber: Diadopsi dari Miles dan Huberman dalam
Informan dalam peneilitian di tentukan Sugiyono (2013:247)
dengan pengambilan sampling secara
Purposive dengan alasan bahwa informan HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dipilih adalah orang yang dianggap
paling mengetahui terhadap permasalahan Pengimplementasian suatu kebijakan
implemntasi kebijakan manajemen keuangan merupakan puncak dari suatu peraturan
dan aset daerah di kabupaten mamuju utara . ataupun kebijakan tersebut dibuat. Tahap
Adapun Informan dalam penelitian ini pengimplementasian secara umum
berjumlah 5 orang yang terdiri dari:1. Kepala merupakan bagaimana suatu kebijakan yang
Badan, 2. Kepala Sub Bagian Program dan dikeluarkan yang menjadi suatu jawaban dari
Keuangan, 3. Kepala Sub Bidang Anggaran, masalah yang dialami masyarakat diterapkan
Pembiayaan, dan belanja, 4. Bidang agar maksimal dan dapat menjawab
Akuntansi dan Pelaporan, 5. Bidang Aset permasalahan tersebut. Namun, tahap
Daerah. pengimplementasian bukanlah merupakan
Jenis data dalam penelitian ini ada dua bagian yang mudah. Pembuat kebijakan perlu
yaitu 1. Data primer yakni data yang melihat dan menyusun strategi yang baik
93 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 2, Februari 2016 hlm 88-100 ISSN: 2302-2019

agar kebijakan yang dibuat benar-benar bisa hanya sebagian kecil dari semua populasi
berjalan dengan baik. Oleh karena itu, yang ada ketimbang kelompok sasarannya
diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang menyangkut seluruh populasi itu sendiri.
jelas dan pemikiran yang meluas agar suatu Bahwa dalam rangka mensukseskan
kebijakan tersebut dapat diimplementasikan implementasi dari kebijakan otonomi daerah
dengan baik. menyangkut pengelolaan keuangan, maka di
Hal ini tentunya bukan atas dasar perlukan evaluasi implementasi dengan
pendapat saja, melainkan bagaimana kita mengkaji karakteristik masalah. Hal ini dapat
melihat banyak diantara kebijakan-kebijakan digambarkan melalui wawancara dengan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah, baik informan Hj. Sukmawati.K.SH.MH selaku
Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan
yang ternyata bisa dikatakan gagal dalam Aset Daerah Kabupaten Mamuju Utara dan
pengimplementasian sehingga kebijakan sama dengan informan lainnnya sebagai
yang dikeluarkan tersebut kedepannya berikut :
hanyalah seperti hiasan saja bagi selama “Secara teknis semua aturan dari pelayanan
masa kepemimpinannya dengan catatan telah yang di berikan oleh BPPKAD Mamuju
pernah dibuat suatu Peraturan. Hal ini bisa Utara sudah di laksanakan semaksimal
disebabkan berbagai hal yang ternyata tidak mungkin sesuai aturan yang berlaku, tetapi
diperhitungkan pada saat terkadang masih sulit untuk
pengimplementasiaannya seperti ketidak mengkomunikasikan hal-hal secara teknik
cocokan budaya masyarakat setempat, keuangan di karenakan SDM yang ada di
kebelumsiapan masyarakat, dan hal-hal BPPKAD masih kurang dan terbatas.
lainnya. Kejadian lainnya adalah bahwa Kebijakan ini terkait dengan tugas dan fungsi
sebenarnya pembuat keputusan sudah melihat pengelolaan keuangan dari beberapa SKPD.
masalah tersebut, hanya saja masih belum Sangat sulit mengatur pengelolaan keuangan
tepat bagaimana cara mengatasinya. di masing-masing SKPD, pemanfaatannya
pun masih perlu memperhatikan
1) Karakteristik Masalah akuntabilitas yang artinya perlu
Karakteristik masalah yang dimaksud memanfaatkan dana sebaik mungkin.” (Hasil
dalam teori ini terdiri dari 3 hal penting. wawancara tanggal 10 Desember 2015) .
Pertama, Karakteristik masalah menyangkut Berdasarkan pendapat dari informan,
Tingkat Kesulitan Teknis dari masalah yang peneliti dapat menyimpulkan bahwa
ada yaitu dilihat bagaimana permasalahan kebijakan ini merupakan kebijakan yang
yang terjadi, apakah termasuk permasalahan bersifat sosial karna melibatkan beberapa
social yang secara teknis mudah diselesaikan unit, namun pada dasarnya teknisnya dapat
atau masuk kategori masalah social yang diatasi karna terkait dengan kebutuhan
secara teknis sulit untuk dipecahkan. Kedua, sumber daya manusia dalam hal pengawasan
tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran keuangan dari masing-masing unit yang
yaitu menyangkut kelompok sasaran dari terkait.
pembuatan suatu kebijakan atau dapat Hal ini sama dengan hal yang
dikatakan masyarakat setempat yang dapat diutarakan oleh Agusfin (2012) bahwa
bersifat homogeny ataupun heterogen. problematika pelaksanaan pengelolaan
Ketiga, prosentase kelompok sasaran keuangan daerah oleh pemerintah daerah
terhadap total populasi dalam artian bahwa yaitu lemahnya sistem pengawasan dan
suatu program atau kebijakan akan lebih pengendalian terhadap pengelolaan keuangan
mudah diimplementasikan ketika sasarannya daerah. Salah satu masalah yang dihadapi
hanyalah sekelompok orang tertentu atau dalam pengelolaan keuangan daerah adalah
Luthfi Patu, Implementasi Kebijakan Manajemen Keuangan Pada Badan Pengelolaan Keuangan…………………94

rendahnya profesionalisme aparat pemerintah Masalah sumber daya manusia yang


dalam mengelola anggaran publik yang telah di gambarkan melalui wawancara
mengakibatkan tersendat - sendatnya dengan informan tetap menjadi hambatan
perencanaan anggaran sehingga tidak dapat teknis meskipun adanya kesamaan komitmen
dimanfaatkan dengan efisien dan efektif. dalam mengimplementasi pengelolaan
Rendahnya kuantitas tenaga dan keuangan sesuai dengan aturan otonomi
kualitas sumber daya manusia dalam daerah. Hal ini di gambarkan melalui
mengelola administrasi keuangan negara juga wawancara dengan Marda , SE selaku Kabid
menjadi penghambat pelaksanaan Akuntansi dan Pelaporan sebagai berikut ;
pengelolaan keuangan daerah. Implementasi “Sebagai Pegawai Negeri Sipil seharusnya
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, punya komitmen yang harus dipegang teguh
terutama desentralisasi fiskal memerlukan oleh masing-masing individu, entah siapa
adanya transparansi dan akuntabilitas. Hal ini pun itu harus bertanggungjawab dengan
menjadi prasyarat penting demi terpenuhinya pekerjaan yang diembankan ke individu
tujuan pemberian otonomi daerah, yaitu tersebut, bagian akuntansi sendiri lebih
meningkatnya kesejahteraan masyarakat, kepada melakukan pencatatan, pelaporan
meningkatnya pelayanan umum, dan dan verivikasi sebagai bagian dari sistem
meningkatnya daya saing daerah. pengelolaan keuangan daerah, namun
Sumber daya manusia yang profesional komitmen yang kuat tidak cukup jika SDM
dalam perbaikan transparansi dan sebagai pelaksana tidak memadai”. (Hasil
akuntabilitas fiskal merupakan salah satu wawancara tanggal 15 Desember 2015).
kunci bagi keberhasilan perombakan Hasil wawancara yang sama juga
desentralisasi kewenangan pengelolaan diutarakan oleh informan lainnya dari
keuangan daerah. Sistem politik yang penelitian ini di peroleh gambaran bahwa
demokratis dan sistem pemerintahan yang besarnya belanja daerah dibandingkan
didasarkan pada otonomi daerah juga pendapatan daerah dikarenakan dalam proses
menuntut adanya transparansi serta pengelolaan keuangan mengesampingkan
akuntabilitas keuangan negara. Tanpa adanya komunikasi politik antara Pemerintah daerah
akuntabilitas dan transparansi keuangan, dengan DPRD yang merupakan perwakilan
rakyat tidak akan mau membayar pajak dan dari prosentase totalitas penduduk yang
investor tidak mau membeli Surat Utang tercakup dalam kelompok sasaran. Sehingga
Negara (SUN). Selain itu, konflik antar program pencapaian tujuan kebijakan tidak
daerah dapat dipicu oleh perasaan curiga sepenuhnya tercapai.
karena tidak transparan dan tidak Menurut Sabatier dan Mazmanian
akuntabelnya keuangan negara. Akibatnya, dalam Subarsono (2005), suatu program atau
pendapatan daerah berkurang sementara kebijakan akan lebih mudah
anggaran belanja tidak mengalami diimplementasikan ketika sasarannya
perubahan. hanyalah sekelompok orang tertentu atau
Kondisi yang semakin buruk ini saat hanya sebagian kecil dari semua populasi
mengingat dana yang dikelola oleh yang ada ketimbang kelompok sasarannya
pemerintah adalah dana publik. Disamping menyangkut seluruh populasi itu sendiri.
itu, kondisi ini merupakan tantangan bagi
pemerintah daerah untuk memperbaiki 2) Karakteristik Kebijakan
kualitas laporan keuangan mereka dengan Daniel A. Mazmanian dan Paul A.
menerapkan akuntansi menuju transparansi Sabatier yang dikutip Wahab (2004),
dan akuntabilitas agar dapat memaksimalkan menjelaskan makna implementasi kebijakan
kesejahteraan publik. dengan mengatakan bahwa memahami apa
9 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 2, Februari 2016 hlm 88-100 ISSN: 2302-2019

yang senyatanya terjadi sesudah suatu tidak banyak perubahan yang di lakukan oleh
program dinyatakan berlaku atau dirumuskan BPKAD untuk sekarang karena masih
merupakan fokus perhatian implementasi terhitung propinsi baru dan kabupaten baru
kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan jadi masih mengikuti arahan dan akan terus
kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah diperbaiki kesalahan- kesalahan yang ada.
disahkannya pedoman-pedoman kebijakan Serta alokasi dana sudah ada sesuai pagu
Negara, yang mencakup baik usaha-usaha yang sudah ditetapkan oleh DPR dalam
untuk mengadministrasikannya maupun penganggaran Daerah. Harusnya
untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pemerintah pusat memperhatikan bagaimana
pada masyarakat atau kejadian kejadian. kebijkan tersebut di implementasikan pada
Pengertian implementasi di atas apabila daerah yang baru”. (Hasil wawancara
dikaitkan dengan kebijakan adalah bahwa tanggal 10 Desember 2015).
sebenarnya kebijakan itu tidak hanya Hasil wawancara tersebut
dirumuskan lalu dibuat dalam suatu bentuk menggambarkan bahwa kebijakan telah
positif seperti undang-undang dan kemudian tertuang dengan jelas dalam UU No. 33 tahun
didiamkan dan tidak dilaksanakan atau 2014 yaitu mengenai Perimbangan Keuangan
diimplmentasikan, tetapi sebuah kebijakan antara Pusat dan Daerah dimana pada
harus dilaksanakan atau diimplementasikan prinsipnya mengatur penyelenggaraan
agar mempunyai dampak atau tujuan yang Pemerintahan Daerah yang lebih
diinginkan. Implementasi kebijakan mengutamakan pelaksanaan asas
merupakan suatu upaya untuk mencapai desentralisasi dimana kota dan kabupaten
tujuan-tujuan tertentu dengan sarana-sarana bertindak sebagai “motor” sedangkan
tertentu dan dalam urutan waktu tertentu. pemerintah propinsi sebagai koordinator.
Implementasi kebijakan desentralisasi Seyogyanya, pemerintah daerah yang dalam
dan otonomi daerah, terutama desentralisasi penelitian ini di fokuskan pada BPKAD
fiskal memerlukan adanya transparansi dan harus lebih memaksimalkan pelaksanaan
akuntabilitas. Perbaikan transparansi dan tugasnya dalam mengelola keuangan dan aset
akuntabilitas fiskal merupakan salah satu daerah sehingga dapat memberi masukan
kunci bagi keberhasilan perombakan kepada instansi terkait untuk memanfaatkan
desentralisasi kewenangan pengelolaan dana perimbangan yang tertuang dalam
keuangan daerah. Oleh karena itu, kajian kebijakan dengan sebaik mungkin terutama
karakteristik kebijakan sangat penting dalam pada aspek akuntabilitas dan transparansi.
pengimplementasian kebijakan. Akuntabilitas pengelolaan keuangan
Hal tersebut digambarkan melalui daerah juga perlu ditunjang dengan reformasi
wawancara peneliti dengan Kepala Badan keuangan pemerintah mengingat banyaknya
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah persoalan yang berkembang pada sektor itu
Kabupaten Mamuju Utara sebagai berikut : seperti rendahnya tingkat efektivitas dan
“Dalam kebijakan otonomi daerah efisiensi pemanfaatan anggaran, irasionalitas
khususnya pengelolaan keuangan daerah, dalam pengelolaan, serta banyaknya
jelas tertuang dalam kebijakan bahkan penyimpangan atau penyalahgunaan.
sistematik pengelolaan keuangan daerah Perubahan dalam pengelolaan
sebenarnya sudah diatur dalam Peraturan keuangan daerah harus tetap berpegang pada
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran (anggaran) yang baik. Prinsip manajemen
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 keuangan daerah yang diperlukan untuk
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara mengontrol kebijakan keuangan daerah
Republik Indonesia Nomor 4578) dimana tersebut meliputi (Mardiasmo, 2002):
Luthfi Patu, Implementasi Kebijakan Manajemen Keuangan Pada Badan Pengelolaan Keuangan…………………96

1. Akuntabilitas sehingga kesempatan untuk korupsi dapat


Akuntabilitas adalah prinsip diminimalkan.
pertanggungjawaban publik yang berarti 4. Transparansi
bahwa proses penganggaran mulai dari Transparansi adalah keterbukaan
perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan pemerintah dalam membuat kebijakan-
harus benar-benar dapat dilaporkan dan kebijakan keuangan daerah sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kepada DPRD diketahui dan diawasi oleh DPRD dan
dan masyarakat. Akuntabilitas masyarakat. Transparansi manajemen
mensyaratkan bahwa pengambil keuangan daerah pada akhirnya akan
keputusan berperilaku sesuai dengan menciptakan horizontal accountability
mandat yang diterimanya. Untuk ini, antara pemerintah daerah dengan
perumusan kebijakan, bersama-sama masyarakatnya sehingga tercipta
dengan cara dan hasil kebijakan tersebut pemerintahan daerah yang bersih, efektif,
harus dapat diakses dan dikomunikasikan efisien, akuntabel, dan responsif terhadap
secara vertikal maupun horizontal dengan aspirasi dan kepentingan masyarakat.
baik. 5. Pengendalian
2. Value for Money Penerimaan dan pengeluaran daerah
Value for money berarti (APBD) harus selalu dimonitor, yaitu
diterapkannya tiga prinsip dalam proses dibandingkan antara yang dianggarkan
penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi, dengan yang dicapai. Untuk itu perlu
dan efektivitas. Ekonomi berkaitan dengan dilakukan analisis varians (selisih)
pemilihan dan penggunaan sumber daya terhadap penerimaan dan pengeluaran
dalam jumlah dan kualitas tertentu pada daerah agar dapat sesegera mungkin dicari
harga yang paling murah. Efisiensi berarti penyebab timbulnya varians dan tindakan
bahwa penggunaan dana masyarakat antisipasi ke depan.
(public money) tersebut dapat
menghasilkan output yang maksimal 3) Karakteristik Lingkungan
(berdaya guna). Efektivitas berarti bahwa Karakteristik lingkungan dalam
penggunaan anggaran tersebut harus penelitian ini membahas tentang variabel
mencapai target-target atau tujuan diluar undang-undang yang mempengaruhi
kepentingan publik. Indikasi keberhasilan implementasi. Adapun variabel tersebut
otonomi daerah dan desentralisasi adalah membahas menangani kondisi sosial
terjadinya peningkatan pelayanan dan ekonomi dan teknologi terkait dengan
kesejahteraan masyarakat (social welfare) mengukur seberapa besar dukungan lokal
yang semakin baik, kehidupan demokrasi terhadap peraturan tersebut. Selain itu,
yang semakin maju, keadilan, pemerataan, variabel ini juga membahas menganai
serta adanya hubungan yang serasi antara dukungan publik terkait dengan adanya
pusat dan daerah serta antar daerah. dukungan dari instansi-instansi atasan baik
Keadaan tersebut hanya akan tercapai dalam alokasi anggaran maupun
apabila lembaga sektor publik dikelola perlindungan dari aktor yang tidak
dengan memperhatikan konsep value for mendukung kebijakan. Serta sikap dan
money. sumber-sumber yang dimiliki kelompok-
3. Kejujuran dalam Manajemen Keuangan kelompok sasaran berkaitan dengan
Publik (Probity) bagaimana kelompok sasaran menyikapi
Manajemen keuangan daerah harus kebijakan ini.
dipercayakan kepada staf yang memiliki Dukungan publik terhadap sebuah
integritas dan kejujuran yang tinggi, kebijakan cenderung besar ketika kebijakan
97 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 2, Februari 2016 hlm 88-100 ISSN: 2302-2019

yang dikeluarkan memberikan kemudahan. dapat memiliki kemampuan untuk


Jika di analisis, apakah kebijakan otonomi mempengaruhi badan-badan pelaksana secara
daerah yang mengatur pengelolaan keuangan tidak langsung melalui kritik yang
daerah dapat memberi kemudahan atau justru dipublikasikan terhadap kinerja badan-badan
kesulitan bagi daerah dalam pelaksana, dan membuat pernyataan yang
mensejahterahkan rakyat ? Hal inilah yang ditujukan kepada badan legislative.
dikaji dalam penelitian ini. Kelompok-kelompok masyarakat dapat
Wawancara dengan Kepala Badan mempegaruhi proses implementasi kebijakan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah baik yang sifatnya mendukung program
Kabupaten Mamuju Utara menggambarkan maupun yang menentang program.
bahwa : Kelompok-kelompok masyarakat berinteraksi
“Kami sebagai instansi yang mengelola dengan variabel lain melalui sejumlah
keuangan dan aset daerah dan mengetahui tertentu yaitu Pertama, keanggotaan sumber-
bagaimana kondisi keungan daerah dan sumber keuangan mereka cenderung
pemanfaatan keuangan, sangat berterima berbeda-beda sesuai dengan dukungan publik
kasih terhadap dukungan lokal. Dengan bagi posisi mereka dan lingkup perubahan
adanya dukungan lokal baik itu dari perilaku yang dikehendaki oleh tujuan
masyarakat dan instansi terkait yang berada peraturan. Kedua, kelompok-kelompok
di naungan pemerintah daerah sangat masyarakat dapat secara langsung
mempengaruhi pendapatan daerah sehingga mempengaruhi keputusan-keputusan badan-
nantinya penyusunan anggaran sesuai badan pelaksana melalui pemebrian komentar
dengan kebutuhan daerah’. (Hasil atas keputusan-keputusan yang bersangkutan
wawancara tanggal 15 Desember 2015). dan melalui sumbangan mereka berupa
Hasil wawancara di atas sama dengan sumber-sumber yang diberikan. Ketiga,
pendapat Sabatier dan Mazmanian dalam kelompok-kelompok tersebut mungkin
Fadillah Putra (2003) menganggap bahwa mampu mempengaruhi kebijakan secara
suatu implementasi akan efektif apabila tidak lansung yaitu melalui publikasi hasil
birokrasi pelaksanaannya memenuhi apa penelitian yang kritis mengenahi prestasi
yang telah digariskan oleh peraturan kerja badan tersebut atau melalui
(petunjuk pelaksana maupun petunjuk pengumpulan pendapat umum.
teknis). Jika pelaksana kebijakan belum Berdasarkan pendapat para ahli,
sepenuhnya melaksanakan kebijakan, maka peneliti menyimpulkan bahwa salah satu
tujuan dari dikeluarkannya kebijakan tersebut penyebab besarnya anggaran belanja
belum tercapai. dibanding pendapatan adalah sikap dari
Kebijakan ini merupakan kebijakan sasaran kebijakan yaitu pengelola keuangan
yang melibatkan beberapa unit dan instansi masing-masing instansi. Masing-masing
terkait, oleh karena itu kebijakan ini perlu implementator belum mampu melaksanakan
memperhatikan dukungan publik menurut kebijakan ini dengan baik. Para
Sabatier dan Mazmanian dalam Subarsono implementator belum memahami mengenai
(2005). Kelompok pemilih yang ada dalam manajamen pengelolaan keuangan yang baru.
masyarakat dapat mempengaruhi Sehingga, pemanfaatannya pun masih belum
implementasi kebijakan melalui berbagai optimal.
cara, seperti; 1) kelompok pemilih dapat Implementator harusnya memahami
melakukan intervensi terhadap keputusan manajemen pengelolaan keuangan yang baru,
yang dibuat badan-badan pelaksana melalui agar pemanfaatan dana bisa seefisien
berbagai komentar dengan maksud untuk mungkin. Dalam manajemen keuangan,
mengubmah kebijakan. 2) kelompok pemilih secara garis besar terdapat dua pendekatan
Luthfi Patu, Implementasi Kebijakan Manajemen Keuangan Pada Badan Pengelolaan Keuangan…………………98

utama yang memiliki perbedaan mendasar. (b) Pendekatan baru yang sering dikenal
Kedua pendekatan tersebut adalah dengan pendekatan New Public
(Mardiasmo, 2002) : Management
(a)Anggaran tradisional atau anggaran
konvensional; dan

ANGGARAN TRADISIONAL NEW PUBLIC MANAGEMENT

Sentralistis Desentralisasi &devolved management


Berorientasi pada input Berorientasi pada input, output, dan
Tidak terkait dengan perencanaan outcome
Utuh dan(value for money)
komprehensif dengan
jangka panjang
Line-item dan incrementalism perencanaan jangka
Berdasarkan sasaranpanjang
dan target kinerja
Batasan departemen yang kaku (rigid Lintas departemen
department) aturan klasik:
Menggunakan (cross department)
Zero-Base Budgeting, Planning
Vote accounting
Prinsip anggaran bruto Programming
Sistematik danBudgeting
rasional System
Bersifat tahunan Bottom-up budgeting
Sumber : Mardiasmo (2002)

Traditional budget didominasi oleh (performance budgeting), Zero Based


penyusunan anggaran yang bersifat line-item Budgeting (ZBB), dan Planning,
dan incrementalism, yaitu proses penyusunan Programming, and Budgeting System (PPBS).
anggaran yang hanya mendasarkan pada Pendekatan baru dalam sistem anggaran
besarnya realisasi anggaran tahun publik tersebut cenderung memiliki
sebelumnya, konsekuensinya tidak ada karakteristik umum sebagai berikut
perubahan mendasar atas anggaran baru. Hal (Mardiasmo, 2002):
ini seringkali bertentangan dengan kebutuhan 1. Komprehensif/komparatif
riil dan kepentingan masyarakat. Dengan 2. Terintegrasi dan lintas departemen
basis seperti ini, APBD masih terlalu berat 3. Proses pengambilan keputusan yang
menahan arahan, batasan, serta orientasi rasional
subordinasi kepentingan pemerintah atasan. 4. Berjangka panjang
Hal tersebut menunjukkan terlalu 5. Spesifikasi tujuan dan perangkingan
dominannya peranan pemerintah pusat prioritas
terhadap pemerintah daerah. Besarnya 6. Analisis total cost dan benefit (termasuk
dominasi ini seringkali mematikan inisiatif opportunity cost)
dan prakarsa pemerintah daerah, sehingga 7. Berorientasi input, output, dan outcome
memunculkan fenomena pemenuhan (value for money), bukan sekedar input.
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis 8. Adanya pengawasan kinerja.
dari pemerintah pusat. Dalam upaya pemberdayaan
Reformasi sektor publik yang salah pemerintah daerah, maka perspektif
satunya ditandai dengan munculnya era New perubahan yang diinginkan dalam
Public Financial Management telah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran
mendorong usaha untuk mengembangkan daerah adalah sebagai berikut (Mardiasmo,
pendekatan yang lebih sistematis dalam 2002):
perencanaan anggaran sektor publik. Seiring 1. Pengelolaan keuangan daerah harus
dengan perkembangan tersebut, muncul bertumpu pada kepentingan publik
beberapa teknik penganggaran sektor publik, (public oriented). Hal ini tidak saja
misalnya adalah teknik anggaran kinerja terlihat pada besarnya porsi
99 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 2, Februari 2016 hlm 88-100 ISSN: 2302-2019

pengalokasian anggaran untuk Secara lebih spesifik, paradigma


kepentingan publik, tetapi juga terlihat anggaran daerah yang diperlukan di era
pada besarnya partisipasi masyarakat otonomi daerah adalah sebagai berikut:
dalam perencanaan, pelaksanaan dan 1. Anggaran Daerah harus bertumpu pada
pengawasan/pengendalian keuangan kepentingan publik.
daerah. 2. Anggaran Daerah harus dikelola dengan
2. Kejelasan tentang misi pengelolaan hasil yang baik dan biaya rendah (work
keuangan daerah pada umumnya dan better and cost less).
anggaran daerah pada khususnya. 3. Anggaran Daerah harus mampu
3. Desentralisasi pengelolaan keuangan dan memberikan transparansi dan akuntabilitas
kejelasan peran para partisipan yang secara rasional untuk keseluruhan siklus
terkait dalam pengelolaan anggaran, anggaran.
seperti DPRD, KDH, Sekda dan 4. Anggaran Daerah harus dikelola dengan
perangkat daerah lainnya. pendekatan kinerja (performance
4. Kerangka hukum dan administrasi bagi oriented) untuk seluruh jenis pengeluaran
pembiayaan, investasi, dan pengelolaan maupun pendapatan.
uang daerah berdasarkan kaidah 5. Anggaran Daerah harus mampu
mekanisme pasar, value for money, menumbuhkan profesionalisme kerja di
transparansi dan akuntabilitas. setiap organisasi yang terkait.
5. Kejelasan tentang kedudukan keuangan 6. Anggaran Daerah harus dapat memberikan
DPRD, KDH, dan PNS-Daerah, baik keleluasaan bagi para pelaksananya untuk
ratio maupun dasar pertimbangannya. memaksimalkan pengelolaan dananya
6. Ketentuan tentang bentuk dan struktur dengan memperhatikan prinsip value for
anggaran, anggaran kinerja, dan money.
anggaran multi-tahunan. Jika implementator menyikapi dan
7. Prinsip pengadaan dan pengelolaan mendukung kebijakan ini maka
barang daerah yang lebih profesional. implementator perlu memahami manajemen
8. Standar dan sistem akuntansi keuangan pengelolaan anggaran di era otonomi.
daerah, laporan keuangan, peran akuntan Sehingga pemanfaatan anggaran daerah
independen dalam pemeriksaan, sesuai dengan anggaran pendapatan daerah.
pemberian opini dan rating kinerja
anggaran, dan transparansi informasi KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
anggaran kepada publik. Kesimpulan
9. Aspek pembinaan dan pengawasan yang Kegagalan pemanfaatan PAD
meliputi batasan pembinaan, peran disebabkan oleh beberapa faktor.
asosiasi, dan peran anggota masyarakat Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan
guna pengembangan profesionalisme bahwa kegagalan pemanfaatan PAD dan dana
aparat pemerintah daerah. Perimbangan di Kabupaten Mamuju Utara
10. Pengembangan sistem informasi disebabkan oleh faktor karakteristik masalah
keuangan daerah untuk menyediakan dan lingkungan.
informasi anggaran yang akurat dan 1. Perubahan kebijakan terkait dengan
pengembangan komitmen pemerintah kesejahteraan masyarakat maka sebaiknya
daerah terhadap penyebarluasan perlu dianalisis karakteristik masalah.
informasi sehingga memudahkan Besarnya belanja daerah dibandingkan
pelaporan dan pengendalian, serta pendapatan daerah dikarenakan dalam
mempermudahkan mendapatkan proses pengelolaan keuangan
informasi.
Luthfi Patu, Implementasi Kebijakan Manajemen Keuangan Pada Badan Pengelolaan Keuangan…………………100

mengesampingkan komunikasi politik DAFTAR PUSTAKA


antara Pemerintah daerah dengan DPRD. Anggraini, Yunita dan Puranta, Hendra,
2. Salah satu penyebab besarnya anggaran 2010. Administrasi Berbasis Kinerja:
belanja dibanding pendapatan adalah sikap Penyusunan APBD Secara
dari sasaran kebijakan yaitu pengelola Komprenhensif. Yogyakarta. UPP
keuangan masing-masing instansi. STIM YKPN.
Masing-masing implementator belum Ehtisham, Ahmad dkk. 2002.
mampu melaksanakan kebijakan ini Intergovernmental Grant System:
dengan baik. Para implementator belum Application of a General Framework to
memahami mengenai manajamen Indonesia. IMF Working Paper No.
pengelolaan keuangan yang baru.
WP/02/128. International Monetary
Fund. Wosington DC.
Rekomendasi Halim, Abdul, 2002. Akuntansi Sektor Publik
Berkenaan dengan implementasi , akuntansi Keuangan Daerah. Edisi
kebijakan pemerintah tentang pemanfaatan Pertama, Salemba, Jakarta.
dana perimbangan sesuai dengan kebijakan Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik.
otonomi daerah, saran yang perlu diberikan, Yogyakarta: Penerbit Andi.
yaitu agar peran DPPKAD yang bertugas Riwu Kaho,
mengelola keuangan daerah perlu lebih Nawawi. 2003. Metode Penelitian Bidang
maksimal dalam memeberikan informasi Sosial. Gajah Mada.
secara akuntabel dantransparansi kepada University Press. Yogyakarta.
pihak terkait agar pemanfaatan keuangan Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik.
dapat terlaksana dengan baik demi
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
mensukseskan tujuan dari otonomi daerah. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Hal ini sangat penting agar program yang Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
telah dibuat dan upaya yang telah dilakukan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
dapat berjalan dengan baik dan memberikan Daerah
dampak yang positif serta mengatasi UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
permasalahan yang ada di lapangan. Keuangan Pusat dan Pemerintah
Daerah
UCAPAN TERIMA KASIH UUD 1945, Pasal 18, 18A, dan 18B
Alhamdulillahirobbil Allamin. Puji Wahab, Solihin Abdul. 2004. Analisis
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Kebijakan dari Formulasi ke
SWT atas Rahmat, Rezki dan Hidayah-Nya Implementasi Kebijakan Negara. Edisi
yang diberikan sehingga penulis dapat Ketiga. Bumi Aksara. Jakarta.
menyelesaikan penelitian dan penulisan
artikel dengan bimbingan serta motivasi dari
berbagai pihak, kami haturkan ucapan
terimah kasih yang sebasar-besarnya
utamanya kepada Ketua Tim Pembimbing
Bapak Dr. Nawawi Natsir, M.Si. dan
Anggota Tim Pembibing Bapak Dr.
Nurhannis, M.Si. Semoga artikel ini dapat
bermanfaat bagi kita sekalian, terutama bagi
diri penulis.

Anda mungkin juga menyukai