Luthfi Patu
Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Tadulako
Abstract
Objective to know the form of an evaluation of the aspects of the barriers of government
policy on financial supervision in Finance and Asset Management Agency District of North
Mamuju. This type of research is qualitative. The method used is the collection of the data include:
interviews, direct observation, and Documentation. Based on the results of the research
implementation implemntasi Policy manajmen Finance Agency Financial Management and Asset
District North Mamuju still need mandapat subsidy centers, because of the budget than income
became a benchmark of the failure of the implementation of regional autonomy because of the data
known that the region still require subsidies from and the center has not been able to manage
existing resources seen from policy changes related to the welfare of society, it should be analyzed
the characteristics of the problem. The amount of local expenditure than revenue due to the region
in the process of financial management override of political communication between local
government and parliament that is representative of the totality of the percentage of the population
covered by the target group. So the program to achieve policy goals are not sepenuhnyat ercapai.
Keywords: Characteristics Problems, Characteristics of Policy, Environment Variables
Salah satu tujuan pemerintah adalah Pada era otonomi terjadi pergeseran
untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh wewenang dan tanggung jawab dalam
rakyat. Sehubungan dengan itu pemerintah pengalokasian sumber daya dari pemerintah
berupaya untuk mewujudkan keseimbangan pusat ke pemerintah daerah. Pelimpahan
fiskal dengan mempertahankan kemampuan wewenang dari pemerintah pusat kepada
keuangan negara yang bersumber dari pemerintah daerah yang diatur dalam UU No.
pendapatan pajak dan sumber-sumber lainnya 22 tahun 1999 ini dibarengi dengan
guna memenuhi keinginan masyarakat. pelimpahan keuangan dari pemerintah pusat
Dipicu dengan adanya krisis moneter dan ke pemerintah daerah sehingga setiap daerah
transisi politik sejak 1 Januari 2001, Republik berhak mengatur dan mengelola
Indonesia membuat kebijakan untuk keuangannya secara mandiri.
menerapkan desentralisasi (otonomi daerah) Undang-undang republik Indonesia
yang didasarkan pada UU No. 22 tahun 1999 nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
tentang “Pemerintah Daerah” dan UU No. 25 Daerah (yang direvisi dari undang-undang
tahun 1999 tentang “Perimbangan Keuangan nomor 22 tahun 1999), menimbang bahwa
antara Pusat dan Daerah”. UU No. 22 tahun dalam rangka penyelenggaraan pemerintah
1999 pada prinsipnya mengatur daerah sesuai dengan amanat Undang-
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
lebih mengutamakan pelaksanaan asas Tahun 1945, pemerintah daerah yang
desentralisasi dimana kota dan kabupaten mengatur dan mengurus sendiri urusan
bertindak sebagai “motor” sedangkan pemerintahan menurut asas otonomi dan
pemerintah propinsi sebagai koordinator. tugas pembantuan, diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan
88
89 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 2, Februari 2016 hlm 88-100 ISSN: 2302-2019
pada pemerintah pusat maupun pada ini berkaitan dengan tujuan-tujuan kebijakan
pemerintah daerah dengan ditetapkannya dengan realisasi dari kebijakan tersebut.
paket undang-undang bidang keuangan Problematika implementasi kebijakan
negara, yaitu UU 17 Tahun 2003 tentang pengelolaan keuangan daerah oleh
Keuangan Negara, UU 1 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah yaitu lemahnya sistem
Perbendaharaan Negara. Peraturan pengawasan dan pengendalian terhadap
perundang-undangan tersebut menyatakan pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena
bahwa Gubernur / Bupati / Walikota itu, perlu adanya analisis aspek
menyampaikan rancangan peraturan daerah impelementasi yang mempengaruhi
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan manajemen keuangan daerah, agar segala
APBD kepada DPRD berupa laporan tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pengimplementasian suatu kebijakan
Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 merupakan puncak dari suatu peraturan
(enam) bulan setelah tahun anggaran ataupun kebijakan tersebut dibuat. Tahap
berakhir. Laporan Keuangan disusun dan pengimplementasian secara umum
disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi merupakan bagaimana suatu kebijakan yang
Pemerintahan (PP 24 tahun 2005). dikeluarkan yang menjadi suatu jawaban dari
Pada intinya implementasi kebijakan masalah yang dialami masyarakat diterapkan
tersebut menginginkan adanya transparansi agar maksimal dan dapat menjawab
dan akuntabilitas dalam pengelolaan permasalahan tersebut. Namun, tahap
keuangan daerah. Namun, reformasi pengimplementasian bukanlah merupakan
pengelolaan keuangan yang dilakukan bagian yang mudah. Pembuat kebijakan perlu
pemerintah ini ternyata menemui beberapa melihat dan menyusun strategi yang baik
masalah dalam pelaksanaannya. Sejak agar kebijakan yang dibuat benar-benar bisa
berlakunya paket undang-undang mengenai berjalan dengan baik. Oleh karena itu,
pengelolaan keuangan kepada pemerintah diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang
daerah pada era otonomi daerah, belum jelas dan pemikiran yang meluas agar suatu
tampak kemajuan yang signifikan dalam kebijakan tersebut dapat diimplementasikan
peningkatan transparansi dan akuntabilitas dengan baik.
keuangan Daerah bahkan dari segi Hal ini tentunya bukan atas dasar
penyusunan dan perencanaan kebutuhan pendapat saja, melainkan bagaimana kita
anggaran pun masih belum tepat. melihat banyak diantara kebijakan-kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, baik
pelaksanaan dari pengendalian aksi kebijakan Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah
dalam kurun waktu tertentu. Implementasi yang ternyata bisa dikatakan gagal dalam
kebijakan adalah hal yang paling berat, pengimplementasian sehingga kebijakan
karena masalah-masalah yang kadang tidak yang dikeluarkan tersebut kedepannya
dijumpai dalam konsep muncul di lapangan. hanyalah seperti hiasan saja bagi selama
Ancaman utama dari implementasi kebijakan masa kepemimpinannya dengan catatan telah
adalah inkonsistensi implementasi. Dalam pernah dibuat suatu Peraturan. Hal ini bisa
pelaksanaannya kemungkinan bisa terjadi disebabkan berbagai hal yang ternyata tidak
adanya kendala dan penyimpangan yang diperhitungkan pada saat
dilakukan oleh pelaksananya kemungkinan pengimplementasiaannya seperti ketidak
bisa terjadi adanya kendala dan cocokan budaya masyarakat setempat,
penyimpangan yang dilakukan oleh kebelumsiapan masyarakat, dan hal-hal
pelaksana kebijakan. Masalah implementasi lainnya. Kejadian lainnya adalah bahwa
sebenarnya pembuat keputusan sudah melihat
Luthfi Patu, Implementasi Kebijakan Manajemen Keuangan Pada Badan Pengelolaan Keuangan…………………92
masalah tersebut, hanya saja masih belum diperoleh secara langsung dari obyek
tepat bagaimana cara mengatasinya. Oleh penelitian setelah informan memberikan
karena itu, Teori Daniel A. Mazmanian dan jawaban yang sesuai dengan fokus
Paul A. Sabatier dalam Subarsono (2005) pertanyaan baik melalui wawancara maupun
menyatakan bahwa ada tiga kelompok pengisian kuesioner. 2. Data sekunder, yakni
variabel yang mempengaruhi kesuksesan data yang diperoleh dari perpustakaan,
implementasi, yakni; laporan-laporan, arsip, dokumen-dokumen
1. Karakteristik dari Masalah (tractability of serta data dan informasi lain yang ada
the problems) hubungannya dengan penelitian ini.
2. Karakteristik Kebijakan / undang-undang Analisis data di lakukan melalui 3
(ability of statute to structure proses analisis secara bersamaan, yaitu (1)
implementation) reduksi data (Data Reduction), (2) penyajian
3. Variabel Lingkungan (non statutory data (Data Display), dan (3) penarikan
variables affecting implementation) kesimpulan/verifikasi (Conclusion
Drawing/Verification). Komponen dalam
METODE analisis data tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode Deskriptif.
Penggunaan pendekatan kualitatif Pengumpulan
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran Penyajian Data
Data
tentang implemntasi kebijakan manajemen
keuangan pada badan pengelolaan keuangan
dan aset daerah kabupaten mamuju utara.
Sama dengan yang di kemukakan Nawawi PenarikanKesimpulan/
(2003) metode deskriptif dapat diartikan Reduksi Data
Verifikasi
sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan subyek atau obyek penelitian
(seseorang, Lembaga, masyarakat dan lain-
lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta Gambar 1. Komponen dalam analisis data
yang tampak atau sebagaimana mestinya. Model Interaktif
Sumber: Diadopsi dari Miles dan Huberman dalam
Informan dalam peneilitian di tentukan Sugiyono (2013:247)
dengan pengambilan sampling secara
Purposive dengan alasan bahwa informan HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dipilih adalah orang yang dianggap
paling mengetahui terhadap permasalahan Pengimplementasian suatu kebijakan
implemntasi kebijakan manajemen keuangan merupakan puncak dari suatu peraturan
dan aset daerah di kabupaten mamuju utara . ataupun kebijakan tersebut dibuat. Tahap
Adapun Informan dalam penelitian ini pengimplementasian secara umum
berjumlah 5 orang yang terdiri dari:1. Kepala merupakan bagaimana suatu kebijakan yang
Badan, 2. Kepala Sub Bagian Program dan dikeluarkan yang menjadi suatu jawaban dari
Keuangan, 3. Kepala Sub Bidang Anggaran, masalah yang dialami masyarakat diterapkan
Pembiayaan, dan belanja, 4. Bidang agar maksimal dan dapat menjawab
Akuntansi dan Pelaporan, 5. Bidang Aset permasalahan tersebut. Namun, tahap
Daerah. pengimplementasian bukanlah merupakan
Jenis data dalam penelitian ini ada dua bagian yang mudah. Pembuat kebijakan perlu
yaitu 1. Data primer yakni data yang melihat dan menyusun strategi yang baik
93 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 2, Februari 2016 hlm 88-100 ISSN: 2302-2019
agar kebijakan yang dibuat benar-benar bisa hanya sebagian kecil dari semua populasi
berjalan dengan baik. Oleh karena itu, yang ada ketimbang kelompok sasarannya
diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang menyangkut seluruh populasi itu sendiri.
jelas dan pemikiran yang meluas agar suatu Bahwa dalam rangka mensukseskan
kebijakan tersebut dapat diimplementasikan implementasi dari kebijakan otonomi daerah
dengan baik. menyangkut pengelolaan keuangan, maka di
Hal ini tentunya bukan atas dasar perlukan evaluasi implementasi dengan
pendapat saja, melainkan bagaimana kita mengkaji karakteristik masalah. Hal ini dapat
melihat banyak diantara kebijakan-kebijakan digambarkan melalui wawancara dengan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah, baik informan Hj. Sukmawati.K.SH.MH selaku
Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan
yang ternyata bisa dikatakan gagal dalam Aset Daerah Kabupaten Mamuju Utara dan
pengimplementasian sehingga kebijakan sama dengan informan lainnnya sebagai
yang dikeluarkan tersebut kedepannya berikut :
hanyalah seperti hiasan saja bagi selama “Secara teknis semua aturan dari pelayanan
masa kepemimpinannya dengan catatan telah yang di berikan oleh BPPKAD Mamuju
pernah dibuat suatu Peraturan. Hal ini bisa Utara sudah di laksanakan semaksimal
disebabkan berbagai hal yang ternyata tidak mungkin sesuai aturan yang berlaku, tetapi
diperhitungkan pada saat terkadang masih sulit untuk
pengimplementasiaannya seperti ketidak mengkomunikasikan hal-hal secara teknik
cocokan budaya masyarakat setempat, keuangan di karenakan SDM yang ada di
kebelumsiapan masyarakat, dan hal-hal BPPKAD masih kurang dan terbatas.
lainnya. Kejadian lainnya adalah bahwa Kebijakan ini terkait dengan tugas dan fungsi
sebenarnya pembuat keputusan sudah melihat pengelolaan keuangan dari beberapa SKPD.
masalah tersebut, hanya saja masih belum Sangat sulit mengatur pengelolaan keuangan
tepat bagaimana cara mengatasinya. di masing-masing SKPD, pemanfaatannya
pun masih perlu memperhatikan
1) Karakteristik Masalah akuntabilitas yang artinya perlu
Karakteristik masalah yang dimaksud memanfaatkan dana sebaik mungkin.” (Hasil
dalam teori ini terdiri dari 3 hal penting. wawancara tanggal 10 Desember 2015) .
Pertama, Karakteristik masalah menyangkut Berdasarkan pendapat dari informan,
Tingkat Kesulitan Teknis dari masalah yang peneliti dapat menyimpulkan bahwa
ada yaitu dilihat bagaimana permasalahan kebijakan ini merupakan kebijakan yang
yang terjadi, apakah termasuk permasalahan bersifat sosial karna melibatkan beberapa
social yang secara teknis mudah diselesaikan unit, namun pada dasarnya teknisnya dapat
atau masuk kategori masalah social yang diatasi karna terkait dengan kebutuhan
secara teknis sulit untuk dipecahkan. Kedua, sumber daya manusia dalam hal pengawasan
tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran keuangan dari masing-masing unit yang
yaitu menyangkut kelompok sasaran dari terkait.
pembuatan suatu kebijakan atau dapat Hal ini sama dengan hal yang
dikatakan masyarakat setempat yang dapat diutarakan oleh Agusfin (2012) bahwa
bersifat homogeny ataupun heterogen. problematika pelaksanaan pengelolaan
Ketiga, prosentase kelompok sasaran keuangan daerah oleh pemerintah daerah
terhadap total populasi dalam artian bahwa yaitu lemahnya sistem pengawasan dan
suatu program atau kebijakan akan lebih pengendalian terhadap pengelolaan keuangan
mudah diimplementasikan ketika sasarannya daerah. Salah satu masalah yang dihadapi
hanyalah sekelompok orang tertentu atau dalam pengelolaan keuangan daerah adalah
Luthfi Patu, Implementasi Kebijakan Manajemen Keuangan Pada Badan Pengelolaan Keuangan…………………94
yang senyatanya terjadi sesudah suatu tidak banyak perubahan yang di lakukan oleh
program dinyatakan berlaku atau dirumuskan BPKAD untuk sekarang karena masih
merupakan fokus perhatian implementasi terhitung propinsi baru dan kabupaten baru
kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan jadi masih mengikuti arahan dan akan terus
kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah diperbaiki kesalahan- kesalahan yang ada.
disahkannya pedoman-pedoman kebijakan Serta alokasi dana sudah ada sesuai pagu
Negara, yang mencakup baik usaha-usaha yang sudah ditetapkan oleh DPR dalam
untuk mengadministrasikannya maupun penganggaran Daerah. Harusnya
untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pemerintah pusat memperhatikan bagaimana
pada masyarakat atau kejadian kejadian. kebijkan tersebut di implementasikan pada
Pengertian implementasi di atas apabila daerah yang baru”. (Hasil wawancara
dikaitkan dengan kebijakan adalah bahwa tanggal 10 Desember 2015).
sebenarnya kebijakan itu tidak hanya Hasil wawancara tersebut
dirumuskan lalu dibuat dalam suatu bentuk menggambarkan bahwa kebijakan telah
positif seperti undang-undang dan kemudian tertuang dengan jelas dalam UU No. 33 tahun
didiamkan dan tidak dilaksanakan atau 2014 yaitu mengenai Perimbangan Keuangan
diimplmentasikan, tetapi sebuah kebijakan antara Pusat dan Daerah dimana pada
harus dilaksanakan atau diimplementasikan prinsipnya mengatur penyelenggaraan
agar mempunyai dampak atau tujuan yang Pemerintahan Daerah yang lebih
diinginkan. Implementasi kebijakan mengutamakan pelaksanaan asas
merupakan suatu upaya untuk mencapai desentralisasi dimana kota dan kabupaten
tujuan-tujuan tertentu dengan sarana-sarana bertindak sebagai “motor” sedangkan
tertentu dan dalam urutan waktu tertentu. pemerintah propinsi sebagai koordinator.
Implementasi kebijakan desentralisasi Seyogyanya, pemerintah daerah yang dalam
dan otonomi daerah, terutama desentralisasi penelitian ini di fokuskan pada BPKAD
fiskal memerlukan adanya transparansi dan harus lebih memaksimalkan pelaksanaan
akuntabilitas. Perbaikan transparansi dan tugasnya dalam mengelola keuangan dan aset
akuntabilitas fiskal merupakan salah satu daerah sehingga dapat memberi masukan
kunci bagi keberhasilan perombakan kepada instansi terkait untuk memanfaatkan
desentralisasi kewenangan pengelolaan dana perimbangan yang tertuang dalam
keuangan daerah. Oleh karena itu, kajian kebijakan dengan sebaik mungkin terutama
karakteristik kebijakan sangat penting dalam pada aspek akuntabilitas dan transparansi.
pengimplementasian kebijakan. Akuntabilitas pengelolaan keuangan
Hal tersebut digambarkan melalui daerah juga perlu ditunjang dengan reformasi
wawancara peneliti dengan Kepala Badan keuangan pemerintah mengingat banyaknya
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah persoalan yang berkembang pada sektor itu
Kabupaten Mamuju Utara sebagai berikut : seperti rendahnya tingkat efektivitas dan
“Dalam kebijakan otonomi daerah efisiensi pemanfaatan anggaran, irasionalitas
khususnya pengelolaan keuangan daerah, dalam pengelolaan, serta banyaknya
jelas tertuang dalam kebijakan bahkan penyimpangan atau penyalahgunaan.
sistematik pengelolaan keuangan daerah Perubahan dalam pengelolaan
sebenarnya sudah diatur dalam Peraturan keuangan daerah harus tetap berpegang pada
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran (anggaran) yang baik. Prinsip manajemen
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 keuangan daerah yang diperlukan untuk
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara mengontrol kebijakan keuangan daerah
Republik Indonesia Nomor 4578) dimana tersebut meliputi (Mardiasmo, 2002):
Luthfi Patu, Implementasi Kebijakan Manajemen Keuangan Pada Badan Pengelolaan Keuangan…………………96
utama yang memiliki perbedaan mendasar. (b) Pendekatan baru yang sering dikenal
Kedua pendekatan tersebut adalah dengan pendekatan New Public
(Mardiasmo, 2002) : Management
(a)Anggaran tradisional atau anggaran
konvensional; dan