Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN JAYAPURA

Oleh:
LA ODE ABDUL WAHAB
Dosen STIE Port Numbay Jayapura

ABSTRAK

Tujuan penulisan ini adalah menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang kinerja dan kemampuan
keuangan daerah Kabupaten Jayapura pada tahun anggaran 2010-2014.
Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan rasio kemandirian daerah, rasio
ketergantungan daerah, rasio desentralisasi fiskal, rasio efektivitas dan rasio efisiensi keuangan daerah.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah, kemampuan keuangan daerah Kabupaten Jayapura, diukur
dari tingkat kemandirian daerah pada tahun anggaran 2010-2014 masuk dalam kriteria sangat kurang, dan
tingkat ketergantungan daerah pada periode tersebut masuk dalam kriteria sangat tinggi dengan kriteria
pola hubungan instruktif. Rasio desentralisasi fiskal masih sangat kurang, tingkat efektivitas Pendapatan
Asli Daerah pada tahun 2010-2014 tergolong dalam katagori sangat efektif dengan rasio efisiensi
pemungutan Pendapatan Asli Daerah yang sangat efisien. Kemampuan keuangan daerah Kabupaten
Jayapura dalam hal ini tingkat kemandirian dan ketergantungan daerah serta tingkat desentralisasi fiscal
dinilai baik jika pemerintah Kabupaten Jayapura sudah bisa menaikkan prosentase penerimaan
Pendapatan Asli Daerah menjadi di atas 40% terhadap dana perimbangan.

Kata kunci : kemampuan keuangan daerah, kemandirian daerah, ketergantungan daerah,


desentralisasi fiskal, efektivitas, efisiensi

LATAR BELAKANG MASALAH Pemerintah Daerah dan undang-undang nomor


Pertimbangan mendasar dari terselenggaranya 25 tahun 1999 juncto undang-undang nomor 33
Otonomi Daerah (otda) adalah ditinjau dari tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
perkembangan kondisi didalam negeri yang Antara Pusat dan Daerah dengan sistem
mengindikasikan bahwa rakyat menghendaki pemerintahan desentralisasi dan sudah mulai
keterbukaan dan kemandirian (desentralisasi). efektif dilaksanakan sejak 1 januari 2001. Pada
Menurut Halim (2001 : 2) “selain itu keadaan umumnya faktor-faktor yang mempengaruhi
diluar negeri yang juga menunjukkan semakin keberhasilan otonomi daerah adalah
maraknya globalisasi yang menuntut daya saing kemampuan sumber daya manusia (aparat
tiap Negara, termasuk daya saing Pemerintahan maupun masyarakat), sumber daya alam,
Daerahnya.” Selanjutnya peningkatan kemampuan keuangan (finanacial), kemampuan
kemandirian Pemerintahan Daerah tersebut manajemen, kondisi sosal budaya masyarakat,
diharapkan dapat diraih melalui otonomi daerah. dan karakteristik ekologis. Adapun misi utama
Tujuan program otonomi daerah menurut undang-undang nomor 33 tahun 2004 adalah
Bastian (2006 : 338) adalah Untuk menciptakan bukan hanya untuk melimpahkan kewenangan
kehidupan politik yang lebih demokratis, pembangunan dari Pemerintah Pusat ke
menciptakan sistem yang lebih menjamin Pemerintah Daerah, tetapi yang lebih penting
pemerataan dan keadilan, memungkinkan setiap adalah efisiensi dan efektifitas sumber daya
daerah menggali potensi natural dan cultural keuangan. Selanjutnya Bastian (2001 : 6)
yang dimiliki, dan kesiapan menghadapi menyatakan bahwa “untuk itu diperlukan suatu
tantangan globalisasi, serta yang sangat penting laporan keuangan yang handal dan dapat
adalah terpeliharanya Negara Kesatuan dipercaya agar dapat menggambarkan sumber
Republik Indonesia. Dengan kata lain, daya keuangan daerah berikut dengan analisis
pemerintah ingin melaksanakan pasal 18 UUD prestasi pengelolaan sumber daya keuangan
1945, yaitu dengan melaksanakan otonomi yang daerah itu sendiri.” Analisis prestasi dalam hal
luas, nyata, dan bertanggung jawab. ini adalah kinerja keuangan dari Pemerintahan
Otonomi Daerah di Indonesia didasarkan pada Daerah itu sendiri yang dapat didasarkan pada
undang-undang nomor 22 tahun 1999 juncto kemandirian dan kemampuannya untuk
undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang memperoleh, memiliki, memelihara dan
memanfaatkan keterbatasan sumber-sumber daerah di Indonesia sebagai implementasi
ekonomis daerah untuk pemenuhan seluas- desentralisasi fiskal di Kabupaten Jayapura.
luasnya kebutuhan masyarakat didaerah. Kemampuan pemerintah daerah Kabupaten
Pelaksanaan otonomi daerah identik dengan Jayapura dalam mengelola keuangan dituangkan
adanya tuntutan Good Governance dalam dalam APBD yang langsung maupun tidak
rangka efektifitas dan efisiensi pembangunan langsung mencerminkan kemampuan
daerah dalam kerangka otonomi memerlukan pemerintah daerah dalam membiayai
prasyarat berupa tata cara pemerintahan yang pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan,
baik dan bersih. Terselenggaranya Good pembangunan dan pelayanan sosial masyarakat.
Governance merupakan prasayarat utama untuk Untuk itu evaluasi terhadap pengelolaan
mewujudkan aspirasi masyarakat dalam keuangan daerah dan pembiayaan keuangan
mencapai tujuan dan cita-cita Bangsa dan daerah akan sangat menentukan kedudukan
Negara. Menurut Sedarmayanti (2003 : 2) suatu pemerintah daerah.
“perlu diperhatikan pula adanya mekanisme Berdasarkan data APBD Kabupaten Jayapura
untuk meregulasi akuntabilitas pada setiap selama 5 (lima) tahun anggaran, pada posisi
instansi pemerintah dan memperkuat peran pendapatan menunjukkan bahwa Dana
kapasitas parlemen, serta tersedianya akses yang Perimbangan masih mendominasi penerimaan
sama pada informasi bagi masyarakat luas”. daerah dibandingkan dengan PAD. Hal ini
Pada dasarnya terdapat tiga pilar utama didalam mengindikasikan masih tingginya
mewujudkan good governance, yaitu : ketergantungan fiscal pemerintah daerah
Akuntabilitas, Transparasi, dan Partisipasi. Kabupaten Jayapura terhadap Pemerintah Pusat
Salah satu upaya nyata didalam penerapan selama kurun waktu 2010-2014 kendati paket
prinsip-prinsip dasar Good Governance ini otonomi daerah telah digulirkan. Pada sisi
adalah didalam penyampaian laporan belanja daerah terus mengalami peningkatan
keterangan pertanggungjawaban keuangan dari tahun ke tahun, hal ini merupakan dampak
pemerintahan daerah dengan standar akuntansi dari kewenangan otonomi daerah, dimana
pemerintahan yang telah diterima secara umum. pemerintah daerah secara aktif dan lebih leluasa
Karena sebagian besar otonomi daerah (tugas melakukan pembiayaan dalam upaya
dan kewenangan mengatur daerah sendiri) pengembangan segala bentuk aktifitas program-
diberikan kepada daerah otonom kabupaten dan program pembangunan di daerah.
daerah otonom kota atas dasar pertimbanagan Hal inilah yang membuat penulis merasa
budaya, politik (demokrasi), dan ekonomi lokal. tertarik untuk melakukan suatu analisis
Pada umumnya APBD suatu daerah didominasi mengenai kemampuan keuangan Daerah
oleh sumbangan Pemerintahan Pusat dan Pemerintah Kabupaten Jayapura. Dimana
sumbangan lain-lain, yang diatur dengan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
peraturan perundang-undangan, yaitu sekitar memberikan gambaran tentang sejauh mana
75% dari total penerimaan daerah. Hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura mampu
menyebabkan daerah masih tergantung kepada membiayai pelaksanaan tugas-tugas
Pemerintahan Pusat sehingga kemampuan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
daerah untuk mengembangkan potensi yang sosial masyarakat di tahun-tahun berikutnya.
mereka miliki menjadi terbatas. Rendahnya
PAD suatu daerah bukanlah disebabkan oleh TINJAUAN PUSTAKA
karena secara struktural daerah memang miskin Keuangan Daerah
atau tidak memilki sumber-sumber keuangan Menurut Mamesah dalam Halim (2007:23),
yang potensial, tetapi lebih banyak disebabkan keuangan daerah dapat diartikan sebagai ”semua
oleh kebijakan pemerintahan pusat. Selain ini hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan
sumber-sumber keuangan dikuasai oleh pusat uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa
sehingga hal ini menyebabkan daerah kurang uang maupun barang yang dapat dijadikan
mandiri dalam pengelolaan hasil materil sumber kekayaan daerah sepanjang belum
daya-sumber daya dan potensi daerah tersebut. dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang
Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah UU lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai
No. 22 Tahun 1999 berubah menjadi UU No. 32 ketentuan/peraturan perundangan yang
Tahun 2004, tentang Otonomi Daerah UU No. berlaku.”
25 Tahun 1999 menjadi UU No. 33 Tahun 2004 Menurut Halim (2004:20), ruang lingkup
tentang keuangan daerah serta diberikannya keuangan daerah terdiri dari ”keuangan daerah
kekhususan tahun 2001 di Papua, merupakan yang dikelola langsung dan kekayaan daerah
sebagai tonggak baru pengelolaan keuangan yang dipisahkan. Yang termasuk dalam
keuangan daerah yang dikelola langsung adalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah, dan
(APBD) dan barang-barang inventaris milik ditetapkan dengan Peraturan Daerah.”
daerah. Keuangan daerah yang dipisahkan Pada era Orde Lama, defenisi APBD yang
meliputi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).” dikemukakan oleh Wajong (1962:81) dalam
Keuangan daerah dalam arti sempit yakni Halim (2004:15) adalah: Rencana pekerjaan
terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan keuangan (financieel werkplan) yang dibuat
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk jangka waktu tertentu, dalam waktu mana
(APBD). Oleh sebab itu, keuangan daerah badan legislatif (DPRD) memberikan kredit
identik dengan APBD.” (Saragih, 3003:12) kepada badan eksekutif (kepala daerah) untuk
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah
Nomor 105 tahun 2000 (sekarang diganti tangga daerah sesuai dengan rancangan yang
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun menjadi dasar (grondslag) penetapan anggaran,
2005), tentang pengelolaan dan dan yang menunjukkan semua penghasilan
pertanggungjawaban Keuangan Daerah, dalam untuk menutup pengeluaran tadi.
ketentuan umumnya menyebutkan bahwa yang Unsur-unsur APBD menurut Halim (2004:15-
dimaksud dengan keuangan daerah adalah 16) adalah sebagai berikut:
semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka a. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat uraiannya secara rinci,
dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala b. Adanya sumber penerimaan yang
bentuk kekayaan daerah tersebut, dalam merupakan target minimal untuk menutupi
kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas
Daerah. Pemerintah mengeluarkan berbagai tersebut, dan adanya biya-biaya yang
peraturan pelaksanaan terhadap keuangan merupakan batas maksimal pengeluran-
daerah setelah dikeluarkannya undang-undang pengeluaran yang akan dilaksanakan,
yang berkaitan dengan otonomi daerah. c. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan
dalam bentuk angka,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah d. Periode anggaran yang biasanya 1 (satu)
(APBD) tahun,
Pengertian dan Unsur-unsur APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Struktur APBD
(APBD) merupakan suatu rencana keuangan Struktur APBD yang terbaru adalah berdasarkan
tahunan daerah yang memuat tentang rencana Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13
penerimaan, rencana pengeluaran serta rencana tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan
pembiayaan daerah selama satu tahun anggaran. keuangan daerah. Adapun bentuk dan susunan
Menurut Bastian (2006:189), APBD merupakan APBD yang didasarkan pada Permendagri 13/
”pengejawantahan rencana kerja Pemda dalam 2006 pasal 22 ayat (1) terdiri atas 3 bagian,
bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu yaitu:“pendapatan daerah, belanja daerah, dan
tahunan dan berorientasi pada tujuan pembiayaan daerah.”
kesejahteraan publik.” Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud
Menurut Saragih (2003:122), ”Anggaran dalam pasal 22 ayat (1) dikelompokkan atas
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan
dasar dari pengelolaan keuangan daerah dalam lain-lain pendapatan daerah yang sah. Belanja
tahun anggaran tertentu, umumnya satu tahun.” menurut kelompok belanja terdiri dari belanja
Menurut Mamesah dalam Halim (2007:20), tidak langsung dan belanja langsung.
APBD dapat didefenisikan sebagai: Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan
Rencana operasional keuangan Pemerintah pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Daerah, dimana disatu pihak menggambarkan Penerimaan pembiayaan mencakup sisa lebih
perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna perhitungan anggaran tahun anggaran
membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek- sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan,
proyek daerah dalam satu tahun anggaran hasil penjualan kekayaan daerah yang
tertentu, dan pihak lain menggambarkan dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah,
perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan
penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran- penerimaan piutang daerah. Pengeluaran
pengeluaran yang dimaksud. pembiayaan mencakup pembentukan dana
Menurut Halim dan Nasir (2006 :44), Anggaran cadangan, penyertaan modal (investasi)
Pendapatan dan Belanja Daerah adalah ”rencana pemerintah daerah, pembayaran pokok utang,
keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dan pemberian pinjaman daerah. (Permendagri
dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah 13/ 2006).
Sedangkan struktur APBD berdasarkan format Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun pasal 6, ”Sumber-sumber Pendapatan Asli
2002 terdiri atas 3 bagian, yaitu:“pendapatan, Daerah terdiri dari:a. Pajak Daerah, b. Retribusi
belanja, dan pembiayaan.” Pendapatan dibagi daerah. c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah
menjadi 3 kategori yaitu Pendapatan Asli yang dipisahkan, d. Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain Daerah (PAD) yang sah”.
pendapatan daerah yang sah. Belanja Menurut Mardiasmo (2002:132), ”Pendapatan
digolongkan menjadi 4 yakni belanja aparatur Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari
daerah, belanja pelayanan publik, belanja bagi sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil
hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tak perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan
tersangka. Belanja aparatur daerah diklasifikasi kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
menjadi 3 kategori yaitu belanja administrasi Pendapatan Asli Daerah yang sah”.
umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan Menurut Halim (2004:67) “Pendapatan Asli
belanja modal/ pembangunan. Belanja Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan
pelayanan publik dikelompokkan menjadi 3 daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli
yakni belanja administrasi umum, belanja daerah. Pendapatan Asli Daerah dipisahkan
operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal. menjadi empat jenis pendapatan, yaitu:pajak
Pembiayaan dikelompokkan menurut sumber- daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
sumber pembiayaan yaitu:sumber penerimaan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik
daerah dan sumber pengeluaran daerah. Sumber daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang
pembiayaan berupa penerimaan daerah sah.”
adalah:sisa lebih anggaran tahun lalu,
penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil Definisi Kinerja Keuangan Daerah
penjualan aset daerah yang dipisahkan dan Kinerja (Performance) dapat diartikan sebagai
transfer dari dana cadangan. Sumber aktivitas terukur dari suatu entitas selama
pembiayaan berupa pengeluaran daerah terdiri periode tertentu sebagai bagian dari ukuran
atas:pembayaran utang pokok yang telah jatuh keberhasilan pekerjaan.
tempo, penyertaan modal, transfer ke dana Menurut Halim (2004 : 24) “kinerja keuangan
cadangan, dan sisa lebih anggaran tahun daerah atau kemampuan daerah merupakan
sekarang. (Halim, 2004:18). salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk
melihat kemampuan daerah dalam menjalankan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) otonomi daerah.” Hadirnya otonomi daerah
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang yang dimulai dengan hadirnya undang-undang
diperoleh dari sumber-sumber pendapatan nomor 22 tahun 1999 tentunya membawa
daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah konsekuensi terhadap pembiayaan daerah.
daerah. Pendapatan asli daerah merupakan Sebelum era otonomi daerah, hampir sebagian
tulang punggung pembiayaan daerah, oleh pemerintahan provinsi, kabupaten dan kota se-
karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi Indonesia memperoleh sumber-sumber
diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan pendapatan yang berasal dari bagi hasil
oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD, Pemerintahan Pusat. Menurut Mardiasmo (2002
semakin besar kontribusi yang dapat diberikan : 30) dengan otonomi terdapat dua aspek kinerja
oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD keuangan yang dituntut agar lebih baik
berarti semakin kecil ketergantungan dibanding dengan sebelum otonomi daerah.
Pemerintah daerah terhadap bantuan Pemerintah Aspek pertama adalah bahwa daerah diberi
pusat. kewenangan mengurus pembiayaan daerah
Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 dengan kekuatan utama pada kemampuan
pasal 1, ”Pendapatan Asli Daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kehadiran
penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber- undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang
sumber di dalam daerahnya sendiri yang Pendapatan Pajak dan Retribusi Daerah serta
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai peraturan pelaksanaannya adalah momentum
dengan peraturan perundang-undangan yang dimulainya pengelolaan sumber-sumber
berlaku.” pendapatan daerah secara penuh (desentralisasi
Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber fiskal). Aspek kedua yaitu disisi manajemen
penerimaan daerah yang asli digali di daerah pengeluaran daerah, sesuai azas otonomi daerah
yang digunakan untuk modal dasar Pemerintah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus lebih
daerah dalam membiayai pembangunan dan akuntabel dan transparan tentunya menuntut
usaha-usaha daerah untuk memperkecil daerah agar lebih efisien dan efektif dalam
ketergantungan dana dari pemerintah pusat.
pengeluaran daerah. Kedua aspek tersebut dapat pengukuran kinerja keuangan daerah yang
disebut sebagai Reformasi Pembiayaan. dikembangkan berdasarkan data keuangan yang
Reformasi manajemen sektor publik terkait bersumber dari APBD adalah sebagai berikut :
dengan perlunya digunakan model manajemen a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
pemerintahan yang baru yang sesuai dengan Kemandrian keuangan daerah (otonomi fiskal)
tuntutan perkembangan jaman, karena menunjukkan kemampuan Pemerintah Derah
perubahan ini tidak hanya perubahan dalam membiayai sendiri kegiatan
paradigma, namun juga perubahan manajemen. pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
Model manajemen yang cukup populer kepada masyarakat yang telah membayar pajak
misalnya adalah New Public Management yang dan retribusi sebagi sumber pendapatan yang
mulai dikenal tahun 1980-an dan populer tahun diperlukan daerah. Kemandrian keuangan
1990-an yang mengalami bebarapa bnetuk daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya
konsep “manageralism”, “market based public pendapatan asli daerah dibandingkan dengan
administrator”, dan lain sebagainya. pendapatan daerah yang berasal dari sumber
Manajemen sektor publik berorientasi kinerja, yang lain, misalnya bantuan pusat ataupun dari
bukan berorientasi pada kebijakan yang pinjaman.
membawa konsekuensi pada perubahan Rasio Kemandirian =
pendekatan anggaran yang selama ini dikenal
dengan pendekatan anggaran tradisional Rasio Kemandirian menggambarkan
(tradisional budget) menjadi penganggaran ketergantungan daerah terhadap sumber dana
berbasis kinerja (performance budget), tuntutan ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian
melakukan efisiensi, optimalisasi pendapatan, mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan
pemangakasan biaya (cost cutting) dan daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama
kompetisi tender (compulsory competitive pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah,
tendering contract). Dalam penelitian ini, istilah dan demikian pula sebaliknya. Rasio
yang penulis maksudkan tentang Kinerja kemandirian juga menggambarkan tingkat
Keuangan Pemerintahan Daerah adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan
pencapaian dari suatu hasil kerja dibidang daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian,
keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam
belanja daerah dengan menggunakan indikator membayar pajak dan retribusi daerah yang
keuangan yang ditetapkan melalui suatu merupakan komponen utama pendapatan asli
kebijakan atau ketentuan perundang-undangan daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar
selama satu periode anggaran. Bentuk dari pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan
pengukuran kinerja tersebut berupa rasio tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin
keuangan yang terbentuk dari unsur laporan tinggi.
pertanggungjawaban Kepala Daerah berupa b. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
perhitungan APBD. Dale A Henderson Tingkat Ketergantungan Daerah adalah ukuran
menuliskan didalam Journal of Accounting yang tingkat kemampuan daerah dalam membiayai
berjudul Performance Measure for Non Profit aktifitas pembangunan daerah melalui
Organization bahwa terdapat indikator optimalisasi PAD, yang diukur dengan rasio
pengukuran kinerja organisasi non profit antara antara PAD dengan total penerimaan Anggaran
lain : Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tanpa
a. Customer focused subsidi (Dana Perimbangan). Dengan Formulasi
b. Balance sebagai berikut :
c. Timely
d. Cost Effective Rasio Ketergantungan =
e. Compatible and Comparable
Didalam penilaian indikator kinerja sekurang- c. Rasio Desentralisasi Fiskal
kurangnya ada empat tolok ukur penilaian Tingkat Desentralisasi Fiskal adalah ukuran
kinerja keuangan pemerintahan daerah yaitu: untuk menunjukkan tingkat kewenangan dan
a. Penyimpangan antara realisasi anggaran tanggung jawab yang diberikan pemerintah
dengan target yang ditetapkan dalam pusat kepada pemerintah daerah untuk
APBD. melaksanakan pembangunan. Tingkat
b. Efisiensi Biaya desentralisasi fiskal dalam penelitian ini diukur
c. Efektifitas Program. dengan menggunakan rasio PAD terhadap total
d. Pemerataan dan keadilan. penerimaan daerah. Berikut formula untuk
Menurut Widodo dalam Halim (2002 : 126) mengukur tingkat Desentralisasi Fiskal :
terdapat beberapa analisa rasio didalam
Rasio Desentralisasi Fiskal = pelaksanaan otonomi daerah, terutama
pelaksanaan undang-undang nomor 25 tahun
1999 yang telah diubah menjadi Undang-
d. Rasio Efektifitas dan Efisiensi Pendapatan
Undang No.33 tahun 2004 tentang
Asli Daerah
"Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan
Pusat dan Daerah" (Halim, 2002:168-169), Paul
pemerintah daerah dalam merealisasikan
Hersey dan Kenneth Blanchard dalam Halim
pendapatan asli daerah yang direncanakan
(2001) mengemukakan mengenai hubungan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan
antara pemerintah pusat dan daerah dalam
berdasrkan potensi riil daerah.
pelaksanaan otonomi daerah antara lain:
Rasio Efektifitas = a. Pola hubungan instruktif, peranan
Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas pemerintah pusat lebih dominan daripada
dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai kemandirian pemerintah daerah.
mencapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100 b. Pola hubungan Konsultatif campur tangan
persen. Namun demikian semakin tinggi rasio pemerintah pusat sudah mulai berkurang,
efektifitas, menggambarkan kemepuan daerah karena daerah dianggap sedikit lebih mampu
yang semakin baik. Guna memperoleh ukuran melaksanakan otonomi.
yang lebih baik, rasio efektifitas tersebut perlu c. Pola hubungan partisipatif peranan
dipersandingkan dengan rasio efisiensi yang pemerintah pusat semakin berkurang
dicapai pemerintah daerah. Rasio efisiensi mengingat daerah yang bersangkutan tingkat
adalah rasio yang menggambarkan kemandiriannya mendekati mampu
perbandingan antara besarnya biaya yang melaksanakan urusan otonomi daerah.
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan d. Pola hubungan delegatif campur tangan
dengan realisais pendapatan yang diterima. pemerintah pusat sudah tidak ada karena
Kinerja keuangan pemerintah daerah dalam daerah telah benar-benar mampu mandiri
melakukan pemungutan pendapatan dalam melaksanakan urusan otonomi daerah.
dikategorikan efisien apabila yang dicapai Bertolak dari teori tersebut, karena adanya
kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100 persen. potensi sumber daya alam dan sumber daya
Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja manusia yang berbeda, akan terjadi pula
pemerintahan daerah semakin baik. perbedaan pola hubungan dan tingkat
Rasio Efektifitas =
kemandirian suatu daerah.

METODE PENELITIAN
Pola Hubungan Pemerintah Pusat dan Lokasi Penelitian
Daerah Adapun lokasi penelitian tempat penulis
Jenis rasio yang dapat dikembangkan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
berdasarkan data keuangan yang bersumber penelitian ini adalah di lingkungan Pemerintah
dari APBD adalah rasio kemandirian. Kabupaten Jayapura.
Menurut Halim (2002:128) gambaran citra
kemandirian daerah dalam berotonomi dapat Jenis dan Sumber Data
diketahui melalui beberapa besar kemampuan Data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
sumber daya keuangan untuk daerah tersebut, adalah data sekunder. Menurut Umar (2003:42)
agar mampu membangun daerahnya di samping data sekunder adalah data primer yang telah
mampu pula untuk bersaing secara sehat dengan diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak
kabupaten lainnya dalam mencapai otonomi pengumpul data primer atau data oleh pihak
yang sesungguhnya. Upaya nyata di dalam lain. Data ini diperoleh dengan menggunakan
mengukur tingkat kemandirian yaitu dengan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak
membandingkan besarnya realisasi PAD dengan buku dan diperoleh berdasarkan catatan–catatan,
total pendapatan daerah. laporan dari beberapa isntansi terkait yang ada
Secara konsepsional, pola hubungan antara di lingkungan pemerintahan Kabupaten
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, Jayapura yang berhubungan dengan penelitian
harus dilakukan dengan kemampuan keuangan ini.
daerah dalam membiayai pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan, walaupun Metode Pengumpulan Data
pengukuran kemampuan keuangan daerah ini Teknik pengumpulan data yang dilakukan
akan menimbulkan perbedaaan. Ada empat peneliti adalah dengan cara Logging data, yaitu
macam pola yang memperkenalkan "hubungan saat pengumpulan data. Pada tahapan terakhir
situasional" yang dapat digunakan dalam ini proses mengumpulkan data penelitian yang
diperlukan, maka menggunakan teknik Tabel 1 Kriteria Penilaian Kemandirian
pengumpulan data antara lain : Keuangan Daerah
a. Wawancara (interview) Prosentase PAD
Kemandirian
Teknik ini dilakukan dengan memberikan terhadap
Keuangan Daerah
pertanyaan terbuka dan mengarah pada Dana Perimbangan
kedalaman infromasi serta dilakukan tidak 0,00 – 10,00 Sangat Kurang
secara formal dan terstruktur guna menggali 10,01 – 20,00 Kurang
pandangan dan informasi dari obyek yang 20,01 – 30,00 Sedang
diteliti dari informan tersebut. Informan pada 30,01 – 40,00 Cukup
penelitian ini adalah Staff Bagian Akuntansi dan 40,01 – 50,00 Baik
bendahara pengeluaran BPKAD Kabupaten >50,00 Sangat Baik
Jayapura. Sumber: Tim Litbang Depdagri – Fisipol
UGM , 1991
b. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan cara b. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
mencatat atau mengcopy dokumen-dokumen, Rasio tingkat ketergantungan keuangan
arsip-arsip maupun data lain yang terkait daerah adalah rasio yang dihitung dengan
dengan masalah yang diteliti. Dokumen yang cara membandingkan jumlah pendapatan
diperlukan antara lain : Laporan Realisasi transfer yang diterima oleh penerimaan
Anggaran APBD Kabupaten Jayapura dan daerah dengan total penerimaan daerah.
Laporan perincian PAD Kabupaten Jayapura Semakin tinggi rasio ini maka semakin
tahun 2010-2014, dari SKPD Dispenda besar tingkat ketergantungan pemerintah
kabupaten Jayapura. daerah terhadap penerimaan pusat dan/atau
pemerintah propinsi. Rasio ini dirumuskan
Teknik Analisis Data sebagai berikut (Mahmudi, 2010 : 142):
Analisis kinerja keuangan diukur melalui Rasio Ketergantungan =
penghitungan rasio-rasio keuangan yang
merupakan alat ukur kemampuan keuangan Kriteria untuk menetapkan ketergantungan
daerah. Rumus yang digunakan dalam keuangan daerah dapat dikategorikan
mengukur kemampuan keuangan Pemerintah seperti Tabel berikut ini:
Kabupaten/Kota/Provinsi menurut Halim Tabel 2 Kriteria Penilaian Ketergantungan
(2001:127) adalah sebagai berikut: Keuangan Daerah
a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Prosentase PAD terhadap Ketergantungan
Tingkat Kemandirian Keuangan daerah Total Penerimaan Non Keuangan
adalah ukuran yang menunjukkan Subsidi Daerah
kemampuan keuangan pemerintah daerah 0,00 – 10,00 Sangat Rendah
dalam membiayai sendiri kegiatan 10,01 – 20,00 Rendah
pemerintahan, pembangunan, dan 20,01 – 30,00 Sedang
pelayanan kepada masyarakat, yang diukur 30,01 – 40,00 Cukup
dengan rasio Pendapatan Asli Daerah 40,01 – 50,00 Tinggi
(PAD) terhadap jumlah bantuan pemerintah >50,00 Sangat Tinggi
pusat dan pinjaman. Sumber: Tim Litbang Depdagri – Fisipol
Berikut formula untuk mengukur tingkat UGM , 1991
Kemandirian Keuangan Daerah :
Rasio Kemandirian = c. Rasio Desentralisasi Fiskal
Tingkat Desentralisasi Fiskal adalah ukuran
Kriteria untuk menetapkan kemandirian untuk menunjukkan tingkat kewenangan
keuangan daerah dapat dikategorikan dan tanggung jawab yang diberikan
seperti Tabel berikut ini: pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk melaksanakan pembangunan. Tingkat
desentralisasi fiskal dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan rasio PAD
terhadap total penerimaan daerah. Berikut
formula untuk mengukur tingkat
Desentralisasi Fiskal :
Rasio Desentralisasi Fiskal =
Adapun kriteria untuk menetapkan rasio
desentralisasi fiskal dapat dikategorikan Pemerintah daerah dalam melakukan
seperti tabel berikut : pemungutan pendapatan dikategorikan
Tabel 3 Kriteria Penilaian Rasio Desentralisasi Fiskal efektif apabila nilai prosentasinya besar.
Prosentase PAD Semakin besar rasio ektifitas berarti kinerja
Desentralisasi
terhadap Total pemerintahan daerah semakin baik.
Fiskal
Penerimaan Daerah
0,00 – 10,00 Sangat Kurang e. Rasio Efisiensi PAD
10,01 – 20,00 Kurang Rasio efisiensi adalah rasio yang
20,01 – 30,00 Sedang menggambarkan perbandingan antara
30,01 – 40,00 Cukup besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
40,01 – 50,00 Baik memperoleh pendapatan dengan realisais
>50,00 Sangat Baik pendapatan yang diterima. Pemerintah
Sumber: Tim Litbang Depdagri – Fisipol daerah dalam melakukan pemungutan
UGM , 1991 pendapatan dikategorikan efisien apabila
yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau
d. Rasio Efektifitas PAD dibawah 100 persen. Semakin kecil rasio
Rasio efektifitas menggambarkan efisiensi berarti kinerja pemerintahan
kemampuan pemerintah daerah dalam daerah semakin baik.
merealisasikan pendapatan asli daerah yang Rasio Efisiensi =
direncanakan dibandingkan dengan target
yang ditetapkan berdasarkan potensi riil
daerah. Tabel 5 Kriteria Penilaian Efisien
Prosentase PAD terhadap
Rasio Efektifitas = Tingkat Efisiensi
Total Penerimaan Daerah
Tabel 4 Kriteria Penilaian Efektifitas 100% ke atas Tidak Efisien
Pendapatan Asli Daerah 90% - 100% Kurang Efisien
Prosentase PAD 80% - 90% Cukup Efisien
Tingkat
terhadap Total 60% - 80% Efisien
Efektivitas
Penerimaan Daerah Dibawah 60% Sangat Efisien
Di atas 100 % Sangat Efektif Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.
90% - 100% Efektif 690.900.327, 1996
80% - 90% Cukup Efektif
60% - 80% Kurang Efektif
Kurang dari 60% Tidak Efektif
Sumber: Tim Litbang Depdagri – Fisipol UGM , 1991

HASIL DAN PEMBAHASAN diperoleh, maka tingkat kemandirian keuangan


Berdasarkan hasil penelitian penulis dengan daerah Kabupaten Jayapura dapat dilihat pada
menggunakan data-data sekunder yang tabel berikut ini:
Tabel 6
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Jayapura
Tahun 2010-2014
Pendapatan Asli Dana Rasio Pola
Tahun Keterangan Hubungan
Daerah (PAD) Perimbangan Kemandirian

2010 28.812.145.760 501.433.089.663 5,75 Sangat Kurang Instruktif

2011 24.319.641.889 517.659.850.489 4,70 Sangat Kurang Instruktif

2012 32.544.334.958 598.279.667.656 5,44 Sangat Kurang Instruktif

2013 47.003.680.309 636.419.891.977 7,39 Sangat Kurang Instruktif

2014 81.007.745.806 708.726.243.361 11,43 Kurang Instruktif

Rata-Rata 6,94
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Berdasarkan rasio tingkat kemandirian tingkat kemandirian keuangan daerah
keuangan pada Tabel 4.1 di atas, rata-rata Kabupaten Jayapura selama periode tahun
anggaran 2010-2014 adalah sebesar 6,94%, dapat digali oleh pemerintah daerah, sedangkan
sehingga diklasifikasikan menurut kriteria untuk pajak yang cukup besar masih dikelola
penilaian kemandirian keuangan daerah adalah oleh pemerintah pusat, yang dalam pemungutan
Kabupaten Jayapura dengan tingkat berdasarkan undang-undang/persyaratan
kemandirian keuangan daerah sangat kurang. pemerintah dan daerah hanya menjalankan serta
Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten menerima bagian dalam bentuk dana
Jayapura selama periode tahun anggaran 2010- perimbangan yang terdiri dari : bagi
2014 memiliki ketergantungan tinggi terhadap hasilpajak/bukan pajak, DAU, DAK dan
bantuan pemerintah pusat melalui dana bantuan propinsi.
perimbangan, dan jika dihubungkan dengan Inisiatif , kreatifitas dan kemauan daerah sangat
pola hubungan antara pemerintah pusat dan diperlukan dalam meningkatkan PAD.
daerah, maka Kabupaten Jayapura masuk dalam Pemerintah daerah harus mencari jalan yang
kategori pola hubungan instruktif, dimana dapat memungkinkan mengatasi kekurangan
peranan pemerintah pusat lebih dominan pembiayaannya, hal ini memerlukan kreatifitas
daripada kemandirian pemerintah daerah. dari aparat pelaksana keuangan daerah untuk
Rasio Kemadirian yang masih rendah mencari sumber-sumber pembiayaan dalam
menunjukan bahwa pada sumber penerimaan program peningkatan PAD.
daerah masih kurang maksimal. Hal ini Berikut grafik perkembangan rasio kemandirian
dikarenakan masih relatif kurangnya PAD yang Kabupaten Jayapura Tahun 2010 – 2014:
Grafik 1
Rasio Kemandirian Kabupaten Jayapura 2010-2014

14,00
12,00
10,00
8,00
6,00 Kemandirian

4,00
2,00
-
2010 2011 2012 2013 2014

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa keuangan Kabupaten Jayapura cukup tinggi, ini
walaupun tingkat kemandirian keuangan daerah dikarenakan terjadinya turunnya realisasi
Kabupaten Jayapura relative rendah, akan tetapi penerimaan pendapatan asli daerah sebesar
dari tahun ke tahun memiliki kecenderungan 18,47% sedangkan pada pos dana perimbangan
yang selalu naik. Hal ini menggambarkan mengalami kenaikan sebesar 3,13%.
bahwa penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Jayapura sejak tahun 2010 hingga Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
2014 mengalami kenaikan rata-rata sebesar Tingkat Ketergantungan Daerah adalah ukuran
19,88%, sedangkan penerimaan Dana tingkat kemampuan daerah dalam membiayai
Perimbangan rata-rata sebesar 8,20% tiap aktifitas pembangunan daerah melalui
tahunnya. Ini juga menunjukkan bahwa, optimalisasi PAD, yang diukur dengan rasio
pemerintah Kabupaten Jayapura telah berusaha antara PAD dengan total penerimaan Anggaran
meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya, Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tanpa
dengan tujuan agar mampu mewujudkan subsidi (Dana Perimbangan).
kemandirian daerah yang lebih bagus. Dari hasil analisis yang dilakukan penulis
Berdasarkan grafik di atas juga dapat dilihat diperoleh data ketergantungan keuangan daerah
bahwa pada tahun 2011 nilai rasio kemandirian Kabupaten Jayapura tahun 2010-2014 sebagai
mengalami penurunan, hal ini menunjukkan berikut:
bahwa pada tahun tersebut tingkat kemandirian
Tabel 7
Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Kabupaten Jayapura
Tahun 2010-2014
Dana Total Penerimaan Rasio Pola
Tahun Keterangan
Perimbangan Daerah Ketergantungan Hubungan
2010 501,433,089,663 669,100,670,982 74.94 Sangat Tinggi Instruktif

2011 517,659,850,489 709,148,045,861 73.00 Sangat Tinggi Instruktif

2012 598,279,667,656 751,825,620,630 79.58 Sangat Tinggi Instruktif

2013 636,419,891,977 868,437,011,822 73.28 Sangat Tinggi Instruktif

2014 708,726,243,361 1,004,538,507,482 70.55 Sangat Tinggi Instruktif

Rata-Rata 74.27
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Berdasarkan rasio tingkat ketergantungan dana perimbangan mengalami kenaikan sebesar
keuangan daerah pada Tabel 4.2 di atas, rata- Rp. 80.619.817.167 atau sebesar 13% dari tahun
rata tingkat ketergantungan keuangan daerah sebelumnya. Hal ini juga menggambarkan
Kabupaten Jayapura selama periode tahun bahwa pada tahun tersebut ketergantungan
anggaran 2010-2014 adalah sebesar 74,27%, pemerintah Kabupaten Jayapura terhadap
sehingga diklasifikasikan menurut kriteria bantuan pemerintah pusat dalam hal ini dana
penilaian ketergantungan keuangan daerah perimbangan, sangat tinggi.
adalah sangat tinggi. Terlebih lagi pada tahun Berikuti grafik perkembangan rasio
2012, rasio ketergantungan keuangan daerah ketergantungan keuangan daerah Kabupaten
Kabupaten Jayapura mencapai 79,58%, hal ini Jayapura periode 2010 sampai dengan 2014.
dikarenakan pada tahun tersebut penerimaan

Grafik 2
Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
Kabupaten Jayapura Tahun 2010-2014
85,00
Ketergantungan

80,00
Rasio

75,00

70,00 Ketergantungan

65,00
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun

Grafik di atas menggambarkan rasio 42% dari tahun sebelumnya. Dengan kanaikan
kemandirian ketergantugan keuangan daerah penerimaan Pendapatan Asli Daerah inilah yang
kabupaten Jayapura pada tahun 2012 sangat menyebabkan menurunnya tingkat
tinggi dibandingkan tahun sebelum dan ketergantungan keuangan Daerah Kabupaten
sesudahnya, ini dikarenakan pada tahun tersebut Jayapura pada tahun 2013 dan tahun 2014,
dana perimbangan mengalami kenaikan yang karena dengan naiknya penerimaan Pendapatan
cukup signifikan, yaitu sebesar 13% dari tahun Asli Daerah, maka akan mempengaruhi
sebelumnya. Akan tetapi tingkat ketergantungan tingginya total penerimaan daerah, sehingga
keuangan daerah Kabupaten Jayapura pada dengan sendirinya akan mengurangi tingginya
tahun 2013 sampai 2014 mengalami penurunan, kontribusi Dana Perimbangan terhadap Total
dimana pada tahun 2013 turun sebesar 9% dan Pendapatan Daerah Kabupaten Jayapura.
pada tahun 2014 turun sebesar 4% dari tahun Besarnya derajat ketergantungan keuangan
sebelumnya. Ini dikarenakan pada tahun-tahun daerah yang tinggi terhadap pusat dalam jangka
tersebut penerimaan Pendapatan Asli Daerah panjang akan mengakibatkan pemerintah pusat
Kabupaten Jayapura mengalami kenaikan yang mengalami finansial distress (tekanan berat
cukup signifikan, yaitu pada tahun 2013 naik keuangan) karena kesulitan menanggung beban
sebesar 31% dan pada tahun 2014 naik sebesar keuangan daerah. Salah satu penyebab kondisi
itu adalah ketidakmampuan pemerintah daerah dengan menggunakan rasio PAD terhadap total
dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah penerimaan daerah.
(PAD), sedangkan belanja daerah khususnya Rasio Desentralisasi Fiskal juga merupakan
belanja pegawai selalu mengalami kenaikan rasio untuk mengukur tingkat kemampuan
yang cukup besar. pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan
Ditinjau dari segi pola hubungan antar pusat dan Pendapatan Asli Daerah guna membiayai
daerah, maka ketergantungan keuangan daerah pembangunan. Derajat Desentralisasi Fiskal,
Kabupaten Jayapura selama 5 tahun terakhir khususnya komponen Pendapatan Asli Daerah
masuk dalam kategori pola hubungan instruktif, (PAD) dibandingkan dengan Total Pendapatan
dimana pemerintah daerah Kabupaten Jayapura Daerah (TPD) di kali 100% (seratus persen).
memiliki ketergantungan yang tergolong sangat Secara umum, semakin tinggi Skala Interval
tinggi pada dana transfer dari pusat, atau dengan Derajat Desentralisasi Fiskal berarti semakin
kata lain peranan pemerintah pusat lebih tinggi tingkat Kemampuan Keuangan Daerah
dominan daripada kemandirian pemerintah untuk membiayai pembangunan daerahnya. Dan
daerah. sebaliknya, semakin rendah Skala Interval
Derajat Desentralisasi Fiskal berarti semakin
Rasio Desentralisasi Fiskal rendah Kemampuan Keuangan Daerah untuk
Tingkat Desentralisasi Fiskal adalah ukuran membiayai pembangunan daerahnya.
untuk menunjukkan tingkat kewenangan dan Berdasarkan hasil penghitungan yang dilakukan
tanggung jawab yang diberikan pemerintah penulis, diperoleh besarnya rasio desentralisasi
pusat kepada pemerintah daerah untuk fiscal Kabupaten Jayapura tahun 2010-2014
melaksanakan pembangunan. Tingkat sebagai berikut:
desentralisasi fiskal dalam penelitian ini diukur

Tabel 8
Rasio Desentralisasi Fiskal Kabupaten Jayapura
Tahun 2010-2014
Rasio
Pendapatan Asli Daerah Total Penerimaan
Tahun Desentralisasi Kriteria
(PAD) Daerah
Fiskal
2010 28,812,145,760 669,100,670,982 4.31 Sangat Kurang
2011 24,319,641,889 709,148,045,861 3.43 Sangat Kurang
2012 32,544,334,958 751,825,620,630 4.33 Sangat Kurang
2013 47,003,680,309 868,437,011,822 5.41 Sangat Kurang
2014 81,007,745,806 1,004,538,507,482 8.06 Sangat Kurang
Rata-Rata 5.11
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Dari hasil perhitungan Rasio Desentralisasi selama tahun 2010-2014 dalam hal peningkatan
Fiskal tersebut dapat dilihat bahwa tingkat Pendapatan Asli Daerah masih sangat kurang
kemampuan pemerintah daerah Kabupaten karena hanya memberikan kontribusi rata-rata
Jayapura dalam melaksanakan otonomi daerah sebesar 5,11% dari total pendapatan daerah.

Grafik 3
Rasio Desentralisasi Fiskal
Kabupaten Jayapura Tahun 2010-2014
10,00

8,00

6,00
Rasio

4,00 Desentralisasi
Fiskal
2,00

-
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Grafik ini menunjukkan bahwa lima tahun mengalami penurunan sebesar Rp.
terakhir kemampuan pemerintah daerah 4.492.503.871 atau 18,47% dari total
Kabupaten Jayapura untuk meningkatkan penerimaan PAD tahun sebelumnya. Pada tahun
Pendapatan Asli Daerah-nya hampir sama untuk 2011, peneriman pajak daerah dan retribusi
setiap tahunnya, dengan kontribusi yang sangat daerah Kabupaten Jayapura mengalami
minim. Minimnya PAD yang dihasilkan oleh penurunan masing-masing sebesar Rp.
Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura karena 678.901.143 (17%) dan Rp. 557.421.749 (7%)
kurang maksimalnya pemerintah daerah dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, nilai-
Kabupaten Jayapura dalam hal pemungutan nilai sangat mempengaruhi besarnya total
pajak dan retribusi yang belum optimal dan penerimaan PAD Kabupaten Jayapura pada
kesadaran masyarakat dalam membayar tahun 2011.
pajaknya masih kurang. Selain itu juga
kurangnya pembekalan kepada personil Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah
penagihan yang langsung turun ke lapangan Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan
untuk melakukan penagihan langsung. Namun pemerintah daerah dalam merealisasikan
demikian, sejak tahun 2011 sampai dengan pendapatan asli daerah yang direncanakan
2014, rasio desentralisasi fiscal Kabupaten dibandingkan dengan target yang ditetapkan
Jayapura cenderung mengalami kenaikan, berdasrkan potensi riil daerah. Kemampuan
karena pada tahun-tahun tersebut pendapatan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan
asli daerah Kabupaten Jayapura terus efektif apabila rasio yang dicapai minimal
mengalami kenaikan. sebesar satu atau 100 persen. Namun demikian,
Pada tahun 2010-2011, rasio desentralisasi semakin tinggi rasio efektivitas, maka
fiskal Kabupaten Jayapura mengalami kemampuan daerah pun semakin baik.
penurunan 25,56% dari rasio tahun sebelumnya. Adapun hasil perhitungan tingkat efektivitas
Hal ini dikarenakan pada tahun 2011, total pendapatan asli daerah, dapat dilihat pada table
penerimaan PAD Kabupaten Jayapura berikut ini:
Tabel 9
Tingkat Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jayapura
Tahun 2010-2014
Realisasi Target
Rasio
Tahun Pendapatan Asli Pendapatan Asli Kriteria
Efektivitas
Daerah (PAD) Daerah (PAD)
2010 28,812,145,760 23,263,943,124 123.85 Sangat Efektif

2011 24,319,641,889 24,961,254,000 97.43 Efektif

2012 32,544,334,958 32,113,751,921 101.34 Sangat Efektif

2013 47,003,680,309 34,516,471,560 136.18 Sangat Efektif

2014 81,007,745,806 66,596,408,557 121.64 Sangat Efektif

Rata-Rata 116.09
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Berdasarkan hasil penelitian efektivitas PAD di tergolong dalam katagori sangat efektif dengan
Kabupaten Jayapura tahun 2010-2014 dapat rata-rata selama lima tahun terakhir sebesar
dijelaskan bahwa efektivitas PAD di Kabupaten 116,09 persen.
Jayapura pada tahun 2010 sampai dengan 2014

Grafik 4
Tingkat Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Jayapura
Tahun 2010-2014
150,00
Rasio Efektivitas

100,00

50,00
Rasio Efektivitas

-
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Grafik di atas menunjukkan bahwa, tingkat yaitu naik sebesar 48,17% dari tahun
efektivitas pendapatan asli daerah Kabupaten sebelumnya. Pihak pemerintah daerah harus
Jayapura selama lima tahun terakhir sangat mampu menganalisa dengan baik besarnya
fluktuatif, hal ini dikarenakan tingkat target penerimaan yang ditetapkan.
kedisiplinan masyarakat dalam melakukan Efektivitas yang tinggi ini merupakan gambaran
pembayaran pajak dan retribusi, sehingga bahwa, pemerintah Kabupaten Jayapura telah
mempengaruhi besarnya penerimaan bekerja keras dalam meningkatkan pencapain
pendapatan asli daerah Kabupaten Jayapura. peneriman Pendapatan Asli Daerahnya dari
Pada tahun 2011 rasio efektivitas PAD tahun ke tahun.
Kabupaten Jayapura mengalami penurunan
sebesar 27,12%, dan kembali mengalami Rasio Efisiensi
kenaikan pada tahun 2012 dan 2013 masing- Kinerja keuangan pemerintah daerah dalam
masing sebesar 3,86% dan 25,58%. Sedangkan melakukan pemungutan pendapatan
pada tahun 2014, rasio efektivitas PAD dikategorikan efisien apabila yang dicapai
mengalami penurunan sebesar 11,95% dari kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100 persen.
tahun sebelumnya. Terjadinya penurunan Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja
tingkat efektivitas penerimaan PAD Kabupaten pemerintahan daerah semakin baik.
Jayapura pada tahun 2014 tidak sebabkan Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisiensi
karena turunnya atau tidak tercapainya target pemungutan pendapatan asli daerah Kabupaten
yang telah ditetapkan, akan tetapi disebabkan Jayapura pada tahun 2010 sampai dengan 2014,
karena penetapan target penerimaan PAD yang diperoleh data-data sebagai berikut:
cukup tinggi, dibandingkan tahun sebelumnya,
Tabel 10
Tingkat Efisiensi Pemungutan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jayapura
Tahun 2010-2014
Realisasi Biaya Pemungutan
Rasio
Tahun Pendapatan Asli Pendapatan Asli Daerah Kriteria
Efisiensi
Daerah (PAD) (PAD)
2010 28.812.145.760 1.163.197.156 4,04 Tidak Efektif
2011 24.319.641.889 1.248.062.700 5,13 Tidak Efektif
2012 32.544.334.958 1.605.687.596 4,93 Tidak Efektif
2013 47.003.680.309 1.725.823.578 3,67 Tidak Efektif
2014 81.007.745.806 3.329.820.428 4,11 Tidak Efektif
Rata-Rata 4,38
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Dari hasil perhitungan Rasio efisiensi tersebut Asli Daerah Kabupaten Jayapura selama lima
dapat dilihat bahwa tingkat efisiensi tahun terakhir adalah sebesar 4,38 persen,
pemungutan pendapatan asli daerah pemerintah dimana semakin kecil rasio efisiensi berarti
daerah Kabupaten Jayapura selama tahun 2010- kinerja pemerintahan daerah semakin baik
2014 sudah sangat efisien, hal ini dikarenakan dalam pemungutan pendapatan asli daerah.
rata-rata rasio efisiensi pemungutan Pendapatan
Grafik 5
Tingkat Efisiensi Pemungutan Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Jayapura
Tahun 2010-2014

6,00
5,00
Rasio Efisiensi

4,00
3,00
2,00 Rasio Efisiensi

1,00
-
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Grafik 4.5 menunjukkan bahwa tingkat efisiensi pemungutan PAD menunjukkan nilai rasio
pemungutan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten efisiensi penerimaan yang menurun, ini
Jayapura selama tahun 2010 sampai dengan menggambarkan bahwa pada tahun tersebut
2014 sangat efisien. Walaupun nilai rasio terjadi over target, dimana pada tahun 2012
efisiensi pemungutan PAD fluktuatif, akan mengalami over target sebesar 1,34% dan pada
tetapi masih masuk dalam kategori sangat tahun 2013 sebesar 36,18%. Sedangkan pada
efisien karena berada di bawah nilai 60%. Pada tahun 2014, jika dilihat pada grafik di atas
tahun 2010 besarnya rasio efisiensi pemungutan mengalami kenaikan, artinya bahwa pada tahun
PAD Kabupaten Jayapura adalah sebesar 2014 tingkat efisiensi penerimaan PAD
4,04%, tahun 2011 mengalami kenaikan Kabupaten Jayapura tetap sangat efisien, namun
menjadi 5,13%, hal ini dikarenakan penerimaan tidak sebesar nilai efisiensi pada tahun sebelum,
PAD Kabupaten Jayapura tidak mencapai target dimana dari total biaya pemungutan PAD yang
penerimaan yang telah ditetapkan yaitu hanya dikeluarkan, pemerintah daerah hanya
sebesar 97,43%. mendapatkan over target PAD sebesar 21,64%.
Jika dilihat berdasarkan grafik di atas, pada
tahun 2012 dan 2013 tingkat efisiensi
Tabel 11
Rekapitulasi Hasil Analisis Kinerja Keuangan Daerah
Kabupaten Jayapura Tahun 2010-2014
TAHUN
INDIKATOR Rata-Rata Kriteria
2010 2011 2012 2013 2014
Rasio Kemadirian Sangat
5,75 4,70 5,44 7,39 11,43 6,94
Keuangan Daerah Kurang

Rasio Ketergantungan Sangat


74,94 73,00 79,58 73,28 70,55 74,27
Keuangan Daerah Tinggi
Rasio Desentraliasi Sangat
4,31 3,43 4,33 5,41 8,06 5,11
Fiskal Kurang
Sangat
Rasio Efektivitas 123,85 97,43 101,34 136,18 121,64 116,09
Efektif
Sangat
Rasio Efisiensi 4,04 5,13 4,93 3,67 4,11 4,38
Efisien
Sumber: Data Diolah, 2016
Berdasarkan table di atas dapat diketahui bahwa Dari hasil penelitian ini, penulis menilai bahwa
pertumbuhan dan tingkat efektivitas serta kemampuan keuangan daerah Kabupaten
efisiensi penerimaan pendapatan asli daerah Jayapura dalam hal ini tingkat kemandirian dan
Kabupaten Jayapura selama tahun 2010-2014 ketergantungan daerah serta tingkat
masuk dalam criteria yang sudah tinggi, namun desentralisasi fiscal dinilai baik jika pemerintah
hal tersebut belum memberikan kontribusi yang Kabupaten Jayapura sudah bisa menaikkan
maksimal terhadap kemampuan keuangan prosentase penerimaan Pendapatan Asli Daerah
daerah Kabupaten Jayapura dalam memenuhi menjadi di atas 40% terhadap dana
besarnya belanja daerah. perimbangan, karena dengan demikian
Dari data yang telah diperoleh penulis, total Pendapatan Asli Daerah akan memberikan
penerimaan daerah Kabupaten Jayapura yang kontribusi yang lebih besar terhadap total
masih didominasi oleh dana perimbangan, Belanja Daerah.
menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah Namun demikian, usaha pemerintah Kabupaten
masih belum mampu untuk membiayai belanja Jayapura dalam meningkatkan penerimaan
daerah yang setiap tahunnya naik. Hal inilah Pendapatan Asli Daerah sudah cukup berhasil,
yang menyebabkan rendahnya tingkat hal ini dapat dilihat dari pencapaian target yang
kemandirian daerah dan tingginya tingkat telah ditetapkan selalu dicapai di atas 100
ketergantungan daerah, serta masih sangat persen. Pihak pemerintah daerah Kabupaten
kuranganya tingkat desentralisasi fiskal Jayapura, hanya perlu menggali potensi-potensi
pemerintah Kabupaten Jayapura. baru sumber pendapatan asli daerah, sehingga
mampu mengurangi tingkat ketergantungan penerimaan pajak dan retribusi daerah,
daerah terhadap pusat. sehingga perlu adanya pelatihan yang lebih
rutin kepada personil penagihan yang
PENUTUP langsung turun ke lapangan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis penulis mengenai
kinerja keuangan daerah Kabupaten Jayapura DAFTAR PUSTAKA
periode 2010 sampai dengan 2014, maka
penulis menarik kesimpulan bahwa kemampuan Azhar, Mhd Karya Satya, 2008. “Analisis
keuangan Daerah Kabupaten Jayapura pada Kinerja Keuangan Pemerintahan
Tahun Anggaran 2010-2014 diukur berdasarkan Daerah Kabupaten/Kota Sebelum dan
rasio Ketergantungan Keuangan Daerah, masuk Setelah Otonomi Daerah”, Tesis,
dalam criteria daerah dengan tingkat Departemen Akuntansi Sekolah Pasca
ketergantungan yang masih Sangat Tinggi. Hal Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas
inilah yang menyebabkan tingkat Kemandirian Sumatera Utara, Medan.
Daerah Sangat Kurang, sehingga dengan Badan Litbang Depdagri RI dan FISIPOL –
sendiriya tingkat Desentralisasi Fiskal juga UGM, 1991, Pengukuran Kemampuan
masuk dalam kriteria sangat kurang. Namun, Keuangan Daerah
efektifitas penerimaan PAD Kabupaten Badan Pusat Statistik Kabupaten Jayapura dan
Jayapura sudah Sangat Efektif, dan Efisiensi Badan Perencanaan Pembangunan
pengelolaan PAD juga sudah menunjukkan hasil Daerah Kota Jayapura 2013
yang Sangat Efisien, akan tetapi harus tetap Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik
ditingkatkan sehingga dapat mengurangi Suatu Pengantar, Salemba Empat,
ketergantungan keuangan daerah Kabupaten Jakarta.
Jayapura terhadap pemerintah pusat. Bastian,Indra, 2004. Manual Akuntansi
Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Keuangan Pemerintahan Daerah,
Jayapura dalam hal ini tingkat kemandirian dan BPFE , Yogyakarta.
ketergantungan daerah serta tingkat Erfa, Azhir, 2008. ”Analisis Kinerja Keuangan
desentralisasi fiscal dinilai baik jika pemerintah Pemerintahan Daerah Setelah Otonomi
Kabupaten Jayapura sudah bisa menaikkan Khusus (Studi Kasus Pada
prosentase penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pemerintahan Daerah Kabupaten Aceh
menjadi di atas 40% terhadap dana Utara)”, Skripsi, Departemen
perimbangan, karena dengan demikian Akuntansi Fakultas Ekonomi
Pendapatan Asli Daerah akan memberikan Universitas Sumatera Utara
kontribusi yang lebih besar terhadap total Halim, Abdul dan Jamal Abdul Nasir, 2006.
Belanja Daerah. “Kajian tentang Keuangan Daerah
Pemerintah Kota Malang”, Jurnal
SARAN Manajemen Usahawan, Nomor 06 Th
1. Pemeritah Kabupaten Jayapura harus XXXV Juni 2006, Lembaga
mampu menggali potensi-potensi sumber Management FE-UI, Jakarta, hal 42.
pendapatan asli daerah yang baru dengan Halim, Abdul, 2001, Manajemen Keuangan
memanfaat sumber daya-sumber daya yang Daerah, Yogyakarta: UPP–AMP
telah ada, seperti pengelolaan Danau Sentani YKPN
menjadi tempat wisata dan daerah Halim, Abdul, 2002, Akuntansi Sektor Publik,
transmigrasi Kertosai menjadi daerah Jakarta: Salemba Empat.
Agrowisata, sehingga dapat memberikan Halim, Abdul, 2004. Akuntansi Keuangan
kontribusi terhadap penerimaan Pendapatan Daerah, Edisi Revisi, Penerbit Salemba
Asli Daerah. Empat.
2. Pemerintah Kabupaten Jayapura harus Halim, Abdul, 2007. Akuntansi Sektor Publik
meningkatkan sosialisasi manfaat pajak dan Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi
retribusi kepada masyarakat, sehingga Ketiga, Penerbit Salemba Empat.
mampu meningkatkan kesadaran masyarakat Haryati, Sri, 2006. “Perbandingan Kinerja
untuk membayar pajak dan retribusi. Keuangan Daerah Sebelum dan
3. Kurangnya pembekalan kepada personil Sesudah Kebijakan Otonomi Daerah
penagihan yang langsung turun ke lapangan Kabupaten Sleman Tahun 1998-2000
untuk melakukan penagihan langsung, juga dan 2000-2001”, Skripsi, Departemen
menyebabkan masih kurang maksimalnya Akuntansi Fakultas Ekonomi,
Universitas Islam Indonesia, Republik Indonesia, 2002. Keputusan Menteri
Yogyakarta. Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002
Husein Umar, 2003, Metodologi Penelitian tentang Pedoman Pengurusan,
Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta. Pertanggungjawaban dan Pengawasan
: PT. Gramedia Pustaka Keuangan Daerah Serta Tata Cara
Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Penyusunan Anggaran Pendapatan
Pemerintah Daerah Edisi Kedua. dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Usaha Keuangan Daerah dan
Manajemen YKPN. Penyusunan Perhitungan Anggaran
Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Pendapatan dan Belanja Daerah.
Keuangan Daerah, Penerbit Andi, Saragih, Juli Panglima, 2003. Desentralisasi
Yogyakarta. Fiskal dan Keuangan Daerah dalam
Republik Indonesia 2004. Undang-undang Otonomi, Penerbit Ghalia Indonesia,
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Jakarta.
Pemerintahan Daerah Sedarmayanti, 2003. Good Governanace
Republik Indonesia 2004. Undang-undang (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Rangka Otonomi Daerah : Upaya
Perimbangan antara Keuangan Membangun Organisasi Efektif dan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Efisisen Melalui Restrukturisasi dan
Daerah. Pemberdayaan. Mandar Maju,
Republik Indonesia 2006. Peraturan Menteri Bandung.
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tangkilisan, Hesel Nogi S, 2003. Kebijakan
tentang Pedoman Pengelolaan Publik Yang Membumi (Konsep dan
Keuangan Daerah. Strategi), Cetakan Pertama, Penerbit
Republik Indonesia 2006. Peraturan Yayasan Pembaharuan Administrasi
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Publik
tentang Pelaporan Keuangan dan Wajong J., Administrasi Keuangan Daerah,
Kinerja Instansi Pemerintah. Cetakan ke III, Jakarta, Penerbit Balai
Buku Ichtiar, 1998.

Anda mungkin juga menyukai