Oleh:
LA ODE ABDUL WAHAB
Dosen STIE Port Numbay Jayapura
ABSTRAK
Tujuan penulisan ini adalah menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang kinerja dan kemampuan
keuangan daerah Kabupaten Jayapura pada tahun anggaran 2010-2014.
Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan rasio kemandirian daerah, rasio
ketergantungan daerah, rasio desentralisasi fiskal, rasio efektivitas dan rasio efisiensi keuangan daerah.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah, kemampuan keuangan daerah Kabupaten Jayapura, diukur
dari tingkat kemandirian daerah pada tahun anggaran 2010-2014 masuk dalam kriteria sangat kurang, dan
tingkat ketergantungan daerah pada periode tersebut masuk dalam kriteria sangat tinggi dengan kriteria
pola hubungan instruktif. Rasio desentralisasi fiskal masih sangat kurang, tingkat efektivitas Pendapatan
Asli Daerah pada tahun 2010-2014 tergolong dalam katagori sangat efektif dengan rasio efisiensi
pemungutan Pendapatan Asli Daerah yang sangat efisien. Kemampuan keuangan daerah Kabupaten
Jayapura dalam hal ini tingkat kemandirian dan ketergantungan daerah serta tingkat desentralisasi fiscal
dinilai baik jika pemerintah Kabupaten Jayapura sudah bisa menaikkan prosentase penerimaan
Pendapatan Asli Daerah menjadi di atas 40% terhadap dana perimbangan.
METODE PENELITIAN
Pola Hubungan Pemerintah Pusat dan Lokasi Penelitian
Daerah Adapun lokasi penelitian tempat penulis
Jenis rasio yang dapat dikembangkan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
berdasarkan data keuangan yang bersumber penelitian ini adalah di lingkungan Pemerintah
dari APBD adalah rasio kemandirian. Kabupaten Jayapura.
Menurut Halim (2002:128) gambaran citra
kemandirian daerah dalam berotonomi dapat Jenis dan Sumber Data
diketahui melalui beberapa besar kemampuan Data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
sumber daya keuangan untuk daerah tersebut, adalah data sekunder. Menurut Umar (2003:42)
agar mampu membangun daerahnya di samping data sekunder adalah data primer yang telah
mampu pula untuk bersaing secara sehat dengan diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak
kabupaten lainnya dalam mencapai otonomi pengumpul data primer atau data oleh pihak
yang sesungguhnya. Upaya nyata di dalam lain. Data ini diperoleh dengan menggunakan
mengukur tingkat kemandirian yaitu dengan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak
membandingkan besarnya realisasi PAD dengan buku dan diperoleh berdasarkan catatan–catatan,
total pendapatan daerah. laporan dari beberapa isntansi terkait yang ada
Secara konsepsional, pola hubungan antara di lingkungan pemerintahan Kabupaten
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, Jayapura yang berhubungan dengan penelitian
harus dilakukan dengan kemampuan keuangan ini.
daerah dalam membiayai pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan, walaupun Metode Pengumpulan Data
pengukuran kemampuan keuangan daerah ini Teknik pengumpulan data yang dilakukan
akan menimbulkan perbedaaan. Ada empat peneliti adalah dengan cara Logging data, yaitu
macam pola yang memperkenalkan "hubungan saat pengumpulan data. Pada tahapan terakhir
situasional" yang dapat digunakan dalam ini proses mengumpulkan data penelitian yang
diperlukan, maka menggunakan teknik Tabel 1 Kriteria Penilaian Kemandirian
pengumpulan data antara lain : Keuangan Daerah
a. Wawancara (interview) Prosentase PAD
Kemandirian
Teknik ini dilakukan dengan memberikan terhadap
Keuangan Daerah
pertanyaan terbuka dan mengarah pada Dana Perimbangan
kedalaman infromasi serta dilakukan tidak 0,00 – 10,00 Sangat Kurang
secara formal dan terstruktur guna menggali 10,01 – 20,00 Kurang
pandangan dan informasi dari obyek yang 20,01 – 30,00 Sedang
diteliti dari informan tersebut. Informan pada 30,01 – 40,00 Cukup
penelitian ini adalah Staff Bagian Akuntansi dan 40,01 – 50,00 Baik
bendahara pengeluaran BPKAD Kabupaten >50,00 Sangat Baik
Jayapura. Sumber: Tim Litbang Depdagri – Fisipol
UGM , 1991
b. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan cara b. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
mencatat atau mengcopy dokumen-dokumen, Rasio tingkat ketergantungan keuangan
arsip-arsip maupun data lain yang terkait daerah adalah rasio yang dihitung dengan
dengan masalah yang diteliti. Dokumen yang cara membandingkan jumlah pendapatan
diperlukan antara lain : Laporan Realisasi transfer yang diterima oleh penerimaan
Anggaran APBD Kabupaten Jayapura dan daerah dengan total penerimaan daerah.
Laporan perincian PAD Kabupaten Jayapura Semakin tinggi rasio ini maka semakin
tahun 2010-2014, dari SKPD Dispenda besar tingkat ketergantungan pemerintah
kabupaten Jayapura. daerah terhadap penerimaan pusat dan/atau
pemerintah propinsi. Rasio ini dirumuskan
Teknik Analisis Data sebagai berikut (Mahmudi, 2010 : 142):
Analisis kinerja keuangan diukur melalui Rasio Ketergantungan =
penghitungan rasio-rasio keuangan yang
merupakan alat ukur kemampuan keuangan Kriteria untuk menetapkan ketergantungan
daerah. Rumus yang digunakan dalam keuangan daerah dapat dikategorikan
mengukur kemampuan keuangan Pemerintah seperti Tabel berikut ini:
Kabupaten/Kota/Provinsi menurut Halim Tabel 2 Kriteria Penilaian Ketergantungan
(2001:127) adalah sebagai berikut: Keuangan Daerah
a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Prosentase PAD terhadap Ketergantungan
Tingkat Kemandirian Keuangan daerah Total Penerimaan Non Keuangan
adalah ukuran yang menunjukkan Subsidi Daerah
kemampuan keuangan pemerintah daerah 0,00 – 10,00 Sangat Rendah
dalam membiayai sendiri kegiatan 10,01 – 20,00 Rendah
pemerintahan, pembangunan, dan 20,01 – 30,00 Sedang
pelayanan kepada masyarakat, yang diukur 30,01 – 40,00 Cukup
dengan rasio Pendapatan Asli Daerah 40,01 – 50,00 Tinggi
(PAD) terhadap jumlah bantuan pemerintah >50,00 Sangat Tinggi
pusat dan pinjaman. Sumber: Tim Litbang Depdagri – Fisipol
Berikut formula untuk mengukur tingkat UGM , 1991
Kemandirian Keuangan Daerah :
Rasio Kemandirian = c. Rasio Desentralisasi Fiskal
Tingkat Desentralisasi Fiskal adalah ukuran
Kriteria untuk menetapkan kemandirian untuk menunjukkan tingkat kewenangan
keuangan daerah dapat dikategorikan dan tanggung jawab yang diberikan
seperti Tabel berikut ini: pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk melaksanakan pembangunan. Tingkat
desentralisasi fiskal dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan rasio PAD
terhadap total penerimaan daerah. Berikut
formula untuk mengukur tingkat
Desentralisasi Fiskal :
Rasio Desentralisasi Fiskal =
Adapun kriteria untuk menetapkan rasio
desentralisasi fiskal dapat dikategorikan Pemerintah daerah dalam melakukan
seperti tabel berikut : pemungutan pendapatan dikategorikan
Tabel 3 Kriteria Penilaian Rasio Desentralisasi Fiskal efektif apabila nilai prosentasinya besar.
Prosentase PAD Semakin besar rasio ektifitas berarti kinerja
Desentralisasi
terhadap Total pemerintahan daerah semakin baik.
Fiskal
Penerimaan Daerah
0,00 – 10,00 Sangat Kurang e. Rasio Efisiensi PAD
10,01 – 20,00 Kurang Rasio efisiensi adalah rasio yang
20,01 – 30,00 Sedang menggambarkan perbandingan antara
30,01 – 40,00 Cukup besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
40,01 – 50,00 Baik memperoleh pendapatan dengan realisais
>50,00 Sangat Baik pendapatan yang diterima. Pemerintah
Sumber: Tim Litbang Depdagri – Fisipol daerah dalam melakukan pemungutan
UGM , 1991 pendapatan dikategorikan efisien apabila
yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau
d. Rasio Efektifitas PAD dibawah 100 persen. Semakin kecil rasio
Rasio efektifitas menggambarkan efisiensi berarti kinerja pemerintahan
kemampuan pemerintah daerah dalam daerah semakin baik.
merealisasikan pendapatan asli daerah yang Rasio Efisiensi =
direncanakan dibandingkan dengan target
yang ditetapkan berdasarkan potensi riil
daerah. Tabel 5 Kriteria Penilaian Efisien
Prosentase PAD terhadap
Rasio Efektifitas = Tingkat Efisiensi
Total Penerimaan Daerah
Tabel 4 Kriteria Penilaian Efektifitas 100% ke atas Tidak Efisien
Pendapatan Asli Daerah 90% - 100% Kurang Efisien
Prosentase PAD 80% - 90% Cukup Efisien
Tingkat
terhadap Total 60% - 80% Efisien
Efektivitas
Penerimaan Daerah Dibawah 60% Sangat Efisien
Di atas 100 % Sangat Efektif Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.
90% - 100% Efektif 690.900.327, 1996
80% - 90% Cukup Efektif
60% - 80% Kurang Efektif
Kurang dari 60% Tidak Efektif
Sumber: Tim Litbang Depdagri – Fisipol UGM , 1991
Rata-Rata 6,94
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Berdasarkan rasio tingkat kemandirian tingkat kemandirian keuangan daerah
keuangan pada Tabel 4.1 di atas, rata-rata Kabupaten Jayapura selama periode tahun
anggaran 2010-2014 adalah sebesar 6,94%, dapat digali oleh pemerintah daerah, sedangkan
sehingga diklasifikasikan menurut kriteria untuk pajak yang cukup besar masih dikelola
penilaian kemandirian keuangan daerah adalah oleh pemerintah pusat, yang dalam pemungutan
Kabupaten Jayapura dengan tingkat berdasarkan undang-undang/persyaratan
kemandirian keuangan daerah sangat kurang. pemerintah dan daerah hanya menjalankan serta
Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten menerima bagian dalam bentuk dana
Jayapura selama periode tahun anggaran 2010- perimbangan yang terdiri dari : bagi
2014 memiliki ketergantungan tinggi terhadap hasilpajak/bukan pajak, DAU, DAK dan
bantuan pemerintah pusat melalui dana bantuan propinsi.
perimbangan, dan jika dihubungkan dengan Inisiatif , kreatifitas dan kemauan daerah sangat
pola hubungan antara pemerintah pusat dan diperlukan dalam meningkatkan PAD.
daerah, maka Kabupaten Jayapura masuk dalam Pemerintah daerah harus mencari jalan yang
kategori pola hubungan instruktif, dimana dapat memungkinkan mengatasi kekurangan
peranan pemerintah pusat lebih dominan pembiayaannya, hal ini memerlukan kreatifitas
daripada kemandirian pemerintah daerah. dari aparat pelaksana keuangan daerah untuk
Rasio Kemadirian yang masih rendah mencari sumber-sumber pembiayaan dalam
menunjukan bahwa pada sumber penerimaan program peningkatan PAD.
daerah masih kurang maksimal. Hal ini Berikut grafik perkembangan rasio kemandirian
dikarenakan masih relatif kurangnya PAD yang Kabupaten Jayapura Tahun 2010 – 2014:
Grafik 1
Rasio Kemandirian Kabupaten Jayapura 2010-2014
14,00
12,00
10,00
8,00
6,00 Kemandirian
4,00
2,00
-
2010 2011 2012 2013 2014
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa keuangan Kabupaten Jayapura cukup tinggi, ini
walaupun tingkat kemandirian keuangan daerah dikarenakan terjadinya turunnya realisasi
Kabupaten Jayapura relative rendah, akan tetapi penerimaan pendapatan asli daerah sebesar
dari tahun ke tahun memiliki kecenderungan 18,47% sedangkan pada pos dana perimbangan
yang selalu naik. Hal ini menggambarkan mengalami kenaikan sebesar 3,13%.
bahwa penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Jayapura sejak tahun 2010 hingga Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
2014 mengalami kenaikan rata-rata sebesar Tingkat Ketergantungan Daerah adalah ukuran
19,88%, sedangkan penerimaan Dana tingkat kemampuan daerah dalam membiayai
Perimbangan rata-rata sebesar 8,20% tiap aktifitas pembangunan daerah melalui
tahunnya. Ini juga menunjukkan bahwa, optimalisasi PAD, yang diukur dengan rasio
pemerintah Kabupaten Jayapura telah berusaha antara PAD dengan total penerimaan Anggaran
meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya, Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tanpa
dengan tujuan agar mampu mewujudkan subsidi (Dana Perimbangan).
kemandirian daerah yang lebih bagus. Dari hasil analisis yang dilakukan penulis
Berdasarkan grafik di atas juga dapat dilihat diperoleh data ketergantungan keuangan daerah
bahwa pada tahun 2011 nilai rasio kemandirian Kabupaten Jayapura tahun 2010-2014 sebagai
mengalami penurunan, hal ini menunjukkan berikut:
bahwa pada tahun tersebut tingkat kemandirian
Tabel 7
Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Kabupaten Jayapura
Tahun 2010-2014
Dana Total Penerimaan Rasio Pola
Tahun Keterangan
Perimbangan Daerah Ketergantungan Hubungan
2010 501,433,089,663 669,100,670,982 74.94 Sangat Tinggi Instruktif
Rata-Rata 74.27
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Berdasarkan rasio tingkat ketergantungan dana perimbangan mengalami kenaikan sebesar
keuangan daerah pada Tabel 4.2 di atas, rata- Rp. 80.619.817.167 atau sebesar 13% dari tahun
rata tingkat ketergantungan keuangan daerah sebelumnya. Hal ini juga menggambarkan
Kabupaten Jayapura selama periode tahun bahwa pada tahun tersebut ketergantungan
anggaran 2010-2014 adalah sebesar 74,27%, pemerintah Kabupaten Jayapura terhadap
sehingga diklasifikasikan menurut kriteria bantuan pemerintah pusat dalam hal ini dana
penilaian ketergantungan keuangan daerah perimbangan, sangat tinggi.
adalah sangat tinggi. Terlebih lagi pada tahun Berikuti grafik perkembangan rasio
2012, rasio ketergantungan keuangan daerah ketergantungan keuangan daerah Kabupaten
Kabupaten Jayapura mencapai 79,58%, hal ini Jayapura periode 2010 sampai dengan 2014.
dikarenakan pada tahun tersebut penerimaan
Grafik 2
Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
Kabupaten Jayapura Tahun 2010-2014
85,00
Ketergantungan
80,00
Rasio
75,00
70,00 Ketergantungan
65,00
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Grafik di atas menggambarkan rasio 42% dari tahun sebelumnya. Dengan kanaikan
kemandirian ketergantugan keuangan daerah penerimaan Pendapatan Asli Daerah inilah yang
kabupaten Jayapura pada tahun 2012 sangat menyebabkan menurunnya tingkat
tinggi dibandingkan tahun sebelum dan ketergantungan keuangan Daerah Kabupaten
sesudahnya, ini dikarenakan pada tahun tersebut Jayapura pada tahun 2013 dan tahun 2014,
dana perimbangan mengalami kenaikan yang karena dengan naiknya penerimaan Pendapatan
cukup signifikan, yaitu sebesar 13% dari tahun Asli Daerah, maka akan mempengaruhi
sebelumnya. Akan tetapi tingkat ketergantungan tingginya total penerimaan daerah, sehingga
keuangan daerah Kabupaten Jayapura pada dengan sendirinya akan mengurangi tingginya
tahun 2013 sampai 2014 mengalami penurunan, kontribusi Dana Perimbangan terhadap Total
dimana pada tahun 2013 turun sebesar 9% dan Pendapatan Daerah Kabupaten Jayapura.
pada tahun 2014 turun sebesar 4% dari tahun Besarnya derajat ketergantungan keuangan
sebelumnya. Ini dikarenakan pada tahun-tahun daerah yang tinggi terhadap pusat dalam jangka
tersebut penerimaan Pendapatan Asli Daerah panjang akan mengakibatkan pemerintah pusat
Kabupaten Jayapura mengalami kenaikan yang mengalami finansial distress (tekanan berat
cukup signifikan, yaitu pada tahun 2013 naik keuangan) karena kesulitan menanggung beban
sebesar 31% dan pada tahun 2014 naik sebesar keuangan daerah. Salah satu penyebab kondisi
itu adalah ketidakmampuan pemerintah daerah dengan menggunakan rasio PAD terhadap total
dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah penerimaan daerah.
(PAD), sedangkan belanja daerah khususnya Rasio Desentralisasi Fiskal juga merupakan
belanja pegawai selalu mengalami kenaikan rasio untuk mengukur tingkat kemampuan
yang cukup besar. pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan
Ditinjau dari segi pola hubungan antar pusat dan Pendapatan Asli Daerah guna membiayai
daerah, maka ketergantungan keuangan daerah pembangunan. Derajat Desentralisasi Fiskal,
Kabupaten Jayapura selama 5 tahun terakhir khususnya komponen Pendapatan Asli Daerah
masuk dalam kategori pola hubungan instruktif, (PAD) dibandingkan dengan Total Pendapatan
dimana pemerintah daerah Kabupaten Jayapura Daerah (TPD) di kali 100% (seratus persen).
memiliki ketergantungan yang tergolong sangat Secara umum, semakin tinggi Skala Interval
tinggi pada dana transfer dari pusat, atau dengan Derajat Desentralisasi Fiskal berarti semakin
kata lain peranan pemerintah pusat lebih tinggi tingkat Kemampuan Keuangan Daerah
dominan daripada kemandirian pemerintah untuk membiayai pembangunan daerahnya. Dan
daerah. sebaliknya, semakin rendah Skala Interval
Derajat Desentralisasi Fiskal berarti semakin
Rasio Desentralisasi Fiskal rendah Kemampuan Keuangan Daerah untuk
Tingkat Desentralisasi Fiskal adalah ukuran membiayai pembangunan daerahnya.
untuk menunjukkan tingkat kewenangan dan Berdasarkan hasil penghitungan yang dilakukan
tanggung jawab yang diberikan pemerintah penulis, diperoleh besarnya rasio desentralisasi
pusat kepada pemerintah daerah untuk fiscal Kabupaten Jayapura tahun 2010-2014
melaksanakan pembangunan. Tingkat sebagai berikut:
desentralisasi fiskal dalam penelitian ini diukur
Tabel 8
Rasio Desentralisasi Fiskal Kabupaten Jayapura
Tahun 2010-2014
Rasio
Pendapatan Asli Daerah Total Penerimaan
Tahun Desentralisasi Kriteria
(PAD) Daerah
Fiskal
2010 28,812,145,760 669,100,670,982 4.31 Sangat Kurang
2011 24,319,641,889 709,148,045,861 3.43 Sangat Kurang
2012 32,544,334,958 751,825,620,630 4.33 Sangat Kurang
2013 47,003,680,309 868,437,011,822 5.41 Sangat Kurang
2014 81,007,745,806 1,004,538,507,482 8.06 Sangat Kurang
Rata-Rata 5.11
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Dari hasil perhitungan Rasio Desentralisasi selama tahun 2010-2014 dalam hal peningkatan
Fiskal tersebut dapat dilihat bahwa tingkat Pendapatan Asli Daerah masih sangat kurang
kemampuan pemerintah daerah Kabupaten karena hanya memberikan kontribusi rata-rata
Jayapura dalam melaksanakan otonomi daerah sebesar 5,11% dari total pendapatan daerah.
Grafik 3
Rasio Desentralisasi Fiskal
Kabupaten Jayapura Tahun 2010-2014
10,00
8,00
6,00
Rasio
4,00 Desentralisasi
Fiskal
2,00
-
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Grafik ini menunjukkan bahwa lima tahun mengalami penurunan sebesar Rp.
terakhir kemampuan pemerintah daerah 4.492.503.871 atau 18,47% dari total
Kabupaten Jayapura untuk meningkatkan penerimaan PAD tahun sebelumnya. Pada tahun
Pendapatan Asli Daerah-nya hampir sama untuk 2011, peneriman pajak daerah dan retribusi
setiap tahunnya, dengan kontribusi yang sangat daerah Kabupaten Jayapura mengalami
minim. Minimnya PAD yang dihasilkan oleh penurunan masing-masing sebesar Rp.
Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura karena 678.901.143 (17%) dan Rp. 557.421.749 (7%)
kurang maksimalnya pemerintah daerah dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, nilai-
Kabupaten Jayapura dalam hal pemungutan nilai sangat mempengaruhi besarnya total
pajak dan retribusi yang belum optimal dan penerimaan PAD Kabupaten Jayapura pada
kesadaran masyarakat dalam membayar tahun 2011.
pajaknya masih kurang. Selain itu juga
kurangnya pembekalan kepada personil Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah
penagihan yang langsung turun ke lapangan Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan
untuk melakukan penagihan langsung. Namun pemerintah daerah dalam merealisasikan
demikian, sejak tahun 2011 sampai dengan pendapatan asli daerah yang direncanakan
2014, rasio desentralisasi fiscal Kabupaten dibandingkan dengan target yang ditetapkan
Jayapura cenderung mengalami kenaikan, berdasrkan potensi riil daerah. Kemampuan
karena pada tahun-tahun tersebut pendapatan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan
asli daerah Kabupaten Jayapura terus efektif apabila rasio yang dicapai minimal
mengalami kenaikan. sebesar satu atau 100 persen. Namun demikian,
Pada tahun 2010-2011, rasio desentralisasi semakin tinggi rasio efektivitas, maka
fiskal Kabupaten Jayapura mengalami kemampuan daerah pun semakin baik.
penurunan 25,56% dari rasio tahun sebelumnya. Adapun hasil perhitungan tingkat efektivitas
Hal ini dikarenakan pada tahun 2011, total pendapatan asli daerah, dapat dilihat pada table
penerimaan PAD Kabupaten Jayapura berikut ini:
Tabel 9
Tingkat Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jayapura
Tahun 2010-2014
Realisasi Target
Rasio
Tahun Pendapatan Asli Pendapatan Asli Kriteria
Efektivitas
Daerah (PAD) Daerah (PAD)
2010 28,812,145,760 23,263,943,124 123.85 Sangat Efektif
Rata-Rata 116.09
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Berdasarkan hasil penelitian efektivitas PAD di tergolong dalam katagori sangat efektif dengan
Kabupaten Jayapura tahun 2010-2014 dapat rata-rata selama lima tahun terakhir sebesar
dijelaskan bahwa efektivitas PAD di Kabupaten 116,09 persen.
Jayapura pada tahun 2010 sampai dengan 2014
Grafik 4
Tingkat Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Jayapura
Tahun 2010-2014
150,00
Rasio Efektivitas
100,00
50,00
Rasio Efektivitas
-
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Grafik di atas menunjukkan bahwa, tingkat yaitu naik sebesar 48,17% dari tahun
efektivitas pendapatan asli daerah Kabupaten sebelumnya. Pihak pemerintah daerah harus
Jayapura selama lima tahun terakhir sangat mampu menganalisa dengan baik besarnya
fluktuatif, hal ini dikarenakan tingkat target penerimaan yang ditetapkan.
kedisiplinan masyarakat dalam melakukan Efektivitas yang tinggi ini merupakan gambaran
pembayaran pajak dan retribusi, sehingga bahwa, pemerintah Kabupaten Jayapura telah
mempengaruhi besarnya penerimaan bekerja keras dalam meningkatkan pencapain
pendapatan asli daerah Kabupaten Jayapura. peneriman Pendapatan Asli Daerahnya dari
Pada tahun 2011 rasio efektivitas PAD tahun ke tahun.
Kabupaten Jayapura mengalami penurunan
sebesar 27,12%, dan kembali mengalami Rasio Efisiensi
kenaikan pada tahun 2012 dan 2013 masing- Kinerja keuangan pemerintah daerah dalam
masing sebesar 3,86% dan 25,58%. Sedangkan melakukan pemungutan pendapatan
pada tahun 2014, rasio efektivitas PAD dikategorikan efisien apabila yang dicapai
mengalami penurunan sebesar 11,95% dari kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100 persen.
tahun sebelumnya. Terjadinya penurunan Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja
tingkat efektivitas penerimaan PAD Kabupaten pemerintahan daerah semakin baik.
Jayapura pada tahun 2014 tidak sebabkan Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisiensi
karena turunnya atau tidak tercapainya target pemungutan pendapatan asli daerah Kabupaten
yang telah ditetapkan, akan tetapi disebabkan Jayapura pada tahun 2010 sampai dengan 2014,
karena penetapan target penerimaan PAD yang diperoleh data-data sebagai berikut:
cukup tinggi, dibandingkan tahun sebelumnya,
Tabel 10
Tingkat Efisiensi Pemungutan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jayapura
Tahun 2010-2014
Realisasi Biaya Pemungutan
Rasio
Tahun Pendapatan Asli Pendapatan Asli Daerah Kriteria
Efisiensi
Daerah (PAD) (PAD)
2010 28.812.145.760 1.163.197.156 4,04 Tidak Efektif
2011 24.319.641.889 1.248.062.700 5,13 Tidak Efektif
2012 32.544.334.958 1.605.687.596 4,93 Tidak Efektif
2013 47.003.680.309 1.725.823.578 3,67 Tidak Efektif
2014 81.007.745.806 3.329.820.428 4,11 Tidak Efektif
Rata-Rata 4,38
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Dari hasil perhitungan Rasio efisiensi tersebut Asli Daerah Kabupaten Jayapura selama lima
dapat dilihat bahwa tingkat efisiensi tahun terakhir adalah sebesar 4,38 persen,
pemungutan pendapatan asli daerah pemerintah dimana semakin kecil rasio efisiensi berarti
daerah Kabupaten Jayapura selama tahun 2010- kinerja pemerintahan daerah semakin baik
2014 sudah sangat efisien, hal ini dikarenakan dalam pemungutan pendapatan asli daerah.
rata-rata rasio efisiensi pemungutan Pendapatan
Grafik 5
Tingkat Efisiensi Pemungutan Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Jayapura
Tahun 2010-2014
6,00
5,00
Rasio Efisiensi
4,00
3,00
2,00 Rasio Efisiensi
1,00
-
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Grafik 4.5 menunjukkan bahwa tingkat efisiensi pemungutan PAD menunjukkan nilai rasio
pemungutan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten efisiensi penerimaan yang menurun, ini
Jayapura selama tahun 2010 sampai dengan menggambarkan bahwa pada tahun tersebut
2014 sangat efisien. Walaupun nilai rasio terjadi over target, dimana pada tahun 2012
efisiensi pemungutan PAD fluktuatif, akan mengalami over target sebesar 1,34% dan pada
tetapi masih masuk dalam kategori sangat tahun 2013 sebesar 36,18%. Sedangkan pada
efisien karena berada di bawah nilai 60%. Pada tahun 2014, jika dilihat pada grafik di atas
tahun 2010 besarnya rasio efisiensi pemungutan mengalami kenaikan, artinya bahwa pada tahun
PAD Kabupaten Jayapura adalah sebesar 2014 tingkat efisiensi penerimaan PAD
4,04%, tahun 2011 mengalami kenaikan Kabupaten Jayapura tetap sangat efisien, namun
menjadi 5,13%, hal ini dikarenakan penerimaan tidak sebesar nilai efisiensi pada tahun sebelum,
PAD Kabupaten Jayapura tidak mencapai target dimana dari total biaya pemungutan PAD yang
penerimaan yang telah ditetapkan yaitu hanya dikeluarkan, pemerintah daerah hanya
sebesar 97,43%. mendapatkan over target PAD sebesar 21,64%.
Jika dilihat berdasarkan grafik di atas, pada
tahun 2012 dan 2013 tingkat efisiensi
Tabel 11
Rekapitulasi Hasil Analisis Kinerja Keuangan Daerah
Kabupaten Jayapura Tahun 2010-2014
TAHUN
INDIKATOR Rata-Rata Kriteria
2010 2011 2012 2013 2014
Rasio Kemadirian Sangat
5,75 4,70 5,44 7,39 11,43 6,94
Keuangan Daerah Kurang
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis penulis mengenai
kinerja keuangan daerah Kabupaten Jayapura DAFTAR PUSTAKA
periode 2010 sampai dengan 2014, maka
penulis menarik kesimpulan bahwa kemampuan Azhar, Mhd Karya Satya, 2008. “Analisis
keuangan Daerah Kabupaten Jayapura pada Kinerja Keuangan Pemerintahan
Tahun Anggaran 2010-2014 diukur berdasarkan Daerah Kabupaten/Kota Sebelum dan
rasio Ketergantungan Keuangan Daerah, masuk Setelah Otonomi Daerah”, Tesis,
dalam criteria daerah dengan tingkat Departemen Akuntansi Sekolah Pasca
ketergantungan yang masih Sangat Tinggi. Hal Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas
inilah yang menyebabkan tingkat Kemandirian Sumatera Utara, Medan.
Daerah Sangat Kurang, sehingga dengan Badan Litbang Depdagri RI dan FISIPOL –
sendiriya tingkat Desentralisasi Fiskal juga UGM, 1991, Pengukuran Kemampuan
masuk dalam kriteria sangat kurang. Namun, Keuangan Daerah
efektifitas penerimaan PAD Kabupaten Badan Pusat Statistik Kabupaten Jayapura dan
Jayapura sudah Sangat Efektif, dan Efisiensi Badan Perencanaan Pembangunan
pengelolaan PAD juga sudah menunjukkan hasil Daerah Kota Jayapura 2013
yang Sangat Efisien, akan tetapi harus tetap Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik
ditingkatkan sehingga dapat mengurangi Suatu Pengantar, Salemba Empat,
ketergantungan keuangan daerah Kabupaten Jakarta.
Jayapura terhadap pemerintah pusat. Bastian,Indra, 2004. Manual Akuntansi
Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Keuangan Pemerintahan Daerah,
Jayapura dalam hal ini tingkat kemandirian dan BPFE , Yogyakarta.
ketergantungan daerah serta tingkat Erfa, Azhir, 2008. ”Analisis Kinerja Keuangan
desentralisasi fiscal dinilai baik jika pemerintah Pemerintahan Daerah Setelah Otonomi
Kabupaten Jayapura sudah bisa menaikkan Khusus (Studi Kasus Pada
prosentase penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pemerintahan Daerah Kabupaten Aceh
menjadi di atas 40% terhadap dana Utara)”, Skripsi, Departemen
perimbangan, karena dengan demikian Akuntansi Fakultas Ekonomi
Pendapatan Asli Daerah akan memberikan Universitas Sumatera Utara
kontribusi yang lebih besar terhadap total Halim, Abdul dan Jamal Abdul Nasir, 2006.
Belanja Daerah. “Kajian tentang Keuangan Daerah
Pemerintah Kota Malang”, Jurnal
SARAN Manajemen Usahawan, Nomor 06 Th
1. Pemeritah Kabupaten Jayapura harus XXXV Juni 2006, Lembaga
mampu menggali potensi-potensi sumber Management FE-UI, Jakarta, hal 42.
pendapatan asli daerah yang baru dengan Halim, Abdul, 2001, Manajemen Keuangan
memanfaat sumber daya-sumber daya yang Daerah, Yogyakarta: UPP–AMP
telah ada, seperti pengelolaan Danau Sentani YKPN
menjadi tempat wisata dan daerah Halim, Abdul, 2002, Akuntansi Sektor Publik,
transmigrasi Kertosai menjadi daerah Jakarta: Salemba Empat.
Agrowisata, sehingga dapat memberikan Halim, Abdul, 2004. Akuntansi Keuangan
kontribusi terhadap penerimaan Pendapatan Daerah, Edisi Revisi, Penerbit Salemba
Asli Daerah. Empat.
2. Pemerintah Kabupaten Jayapura harus Halim, Abdul, 2007. Akuntansi Sektor Publik
meningkatkan sosialisasi manfaat pajak dan Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi
retribusi kepada masyarakat, sehingga Ketiga, Penerbit Salemba Empat.
mampu meningkatkan kesadaran masyarakat Haryati, Sri, 2006. “Perbandingan Kinerja
untuk membayar pajak dan retribusi. Keuangan Daerah Sebelum dan
3. Kurangnya pembekalan kepada personil Sesudah Kebijakan Otonomi Daerah
penagihan yang langsung turun ke lapangan Kabupaten Sleman Tahun 1998-2000
untuk melakukan penagihan langsung, juga dan 2000-2001”, Skripsi, Departemen
menyebabkan masih kurang maksimalnya Akuntansi Fakultas Ekonomi,
Universitas Islam Indonesia, Republik Indonesia, 2002. Keputusan Menteri
Yogyakarta. Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002
Husein Umar, 2003, Metodologi Penelitian tentang Pedoman Pengurusan,
Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta. Pertanggungjawaban dan Pengawasan
: PT. Gramedia Pustaka Keuangan Daerah Serta Tata Cara
Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Penyusunan Anggaran Pendapatan
Pemerintah Daerah Edisi Kedua. dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Usaha Keuangan Daerah dan
Manajemen YKPN. Penyusunan Perhitungan Anggaran
Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Pendapatan dan Belanja Daerah.
Keuangan Daerah, Penerbit Andi, Saragih, Juli Panglima, 2003. Desentralisasi
Yogyakarta. Fiskal dan Keuangan Daerah dalam
Republik Indonesia 2004. Undang-undang Otonomi, Penerbit Ghalia Indonesia,
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Jakarta.
Pemerintahan Daerah Sedarmayanti, 2003. Good Governanace
Republik Indonesia 2004. Undang-undang (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Rangka Otonomi Daerah : Upaya
Perimbangan antara Keuangan Membangun Organisasi Efektif dan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Efisisen Melalui Restrukturisasi dan
Daerah. Pemberdayaan. Mandar Maju,
Republik Indonesia 2006. Peraturan Menteri Bandung.
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tangkilisan, Hesel Nogi S, 2003. Kebijakan
tentang Pedoman Pengelolaan Publik Yang Membumi (Konsep dan
Keuangan Daerah. Strategi), Cetakan Pertama, Penerbit
Republik Indonesia 2006. Peraturan Yayasan Pembaharuan Administrasi
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Publik
tentang Pelaporan Keuangan dan Wajong J., Administrasi Keuangan Daerah,
Kinerja Instansi Pemerintah. Cetakan ke III, Jakarta, Penerbit Balai
Buku Ichtiar, 1998.