Anda di halaman 1dari 25

3.

DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) Sesuai dengan Pasal 39 undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 disebutkan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK) dialokasikan kepada pemerintah daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah. sementara itu, Pasal 51 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 menyebutkan bahwa DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional dan menjadi urusan daerah. Pengertian DAK diatur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah, yang menyebutkan bahwa: Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Pasal 162 UU No.32/2004 menyebutkan bahwa DAK dialokasikan dalam APBN untuk daerah tertentu dalam rangka pendanaan desentralisasi untuk (1) membiayai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah Pusat atas dasar prioritas nasional dan (2) membiayai kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu. Unsur-unsur DAK dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN; b. Dialokasikan kepada daerah tertentu; c. Digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah; d. Kegiatan khusus yang didanai dengan DAK harus sesuai dengan prioritas nasional/fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN; e. DAK ditentukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau diusulkan oleh daerah tertentu;

f. DAK diperuntukan guna membiayai kegiatan fisik pelayanan masyarakat dengan umur ekonomis yang panjang.

A. Formulasi Kebijakan Dana Alokasi Khusus TA 2012 Formulasi yang berkaitan dengan alokasi DAK secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu (1) arah dan penggunaan DAK, (2) penetapan program dan kegiatan, (3) penghitungan alokasi DAK, dan (4) administrasi pengelolaan DAK. 1) Arah dan Penggunaan DAK Arah Kebijakan DAK Tahun 2012, yaitu: a) Mendukung pencapaian prioritas nasional, termasuk program-program prioritas nasional yang bersifat lintas sektor/kewilayahan sesuai dengan kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expenditure framework) dan penganggaran berbasis kinerja (performance based budgeting); b) Membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan relative rendah dalam membiayai pelayanan publik dalam rangka pemerataan pelayanan dasar dan mendorong pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM). c) Meningkatkan kualitas perhitungan alokasi dak, serta mempercepat penyusunan petunjuk teknis penggunaan DAK yang ditujukan untuk mendorong penyusunan APBD yang efektif, efisien, dan tepat waktu. d) Meningkatkan koordinasi pengelolaan DAK secara utuh dan terpadu di pusat dan daerah sehingga terwujud sinkronisasi kegiatan dak dengan kegiatan lain yang didanai dari sumber-sumber pendanaan lainnya. e) Meningkatkan penyediaan data-data teknis yang akurat sebagai basis kebijakan kementerian dan lembaga dalam rangka meningkatkan keserasian dan menghindari duplikasi kegiatan antar bidang DAK. f) Mendorong penggunaan kinerja pelaporan sebagai salah satu

pertimbangan dalam penyusunan kriteria pengalokasian DAK.

DAK Tahun 2012 digunakan untuk mendanai kegiatan di 19 bidang, yaitu: (1) Pendidikan; (2) Kesehatan; (3) Infrastruktur Jalan; (4) Infrastruktur Irigasi; (5) Infrastruktur Air Minum; (6) Infrastruktur sanitasi; (7) Prasarana Pemerintahan Daerah; (8) Kelautan dan Perikanan; (9) Pertanian; (10) lingkungan Hidup; (11) Keluarga Berencana; (12) Kehutanan; (13) sarana Perdagangan; (14) sarana dan Prasarana daerah tertinggal; (15) listrik Perdesaan; (16) Perumahan dan Kawasan

Permukiman; (17) Keselamatan Transportasi Darat; (18) Transportasi Perdesaan; serta (19) sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan. 2) Penetapan Program Dan Kegiatan Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan khusus yang di danai dari DAK merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional dan menjadi urusan daerah. Pasal 52 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 menyatakan bahwa program yang menjadi prioritas nasional dimaksud dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun anggaran bersangkutan. Berdasarkan prioritas nasional sebagaimana tercantum dalam RKP tersebut, menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus dan ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. selanjutnya, menteri teknis menyampaikan kegiatan khusus yang telah ditetapkan tersebut kepada Menteri Keuangan.

Penetapan Program dan Kegiatan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbangnas) (1) Rencana Kerja Pemerintah (RKP) (2) Program (Prioritas Nasional) (3) Kegiatan Khusus (5) !1)

Departemen Dalam Negeri (4) (4) Menteri Teknis

Departemen Keuangan (4)

Bappenas

3) Penghitungan Alokasi DAK Penghitungan alokasi DAK dilakukan melalui 2 tahapan, yaitu: a) Penentuan daerah tertentu yang menerima alokasi DAK b) Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah. Penentuan daerah tertentu yang mendapat alokasi DAK harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. sementara itu, penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan dengan

perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. a) Kriteria Umum Sesuai dengan pasal 40 undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 dinyatakan bahwa alokasi DAK mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD. Kriteria umum dihitung untuk melihat kemampuan APBD untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan dalam rangka pembangunan daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi belanja pegawai. Dalam bentuk rumus, kriteria umum tersebut dapat ditunjukkan pada beberapa persamaan di bawah ini: Kemampuan Keuangan Daerah = Penerimaan Umum APBD Belanja Pegawai Daerah Penerimaan umum = PAD + DAU + (DBH DBHDR) Belanja Pegawai Daerah = Belanja PNSD Dimana: PAD APBD DAU DBH = Pendapatan Asli Daerah = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah = Dana Alokasi umum = Dana Bagi Hasil

DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi PNSD = Pegawai Negeri sipil Daerah Kemampuan keuangan daerah dihitung melalui indeks fiskal neto (IFN) tertentu yang ditetapkan setiap tahun. Dalam tahun 2012, arah kebijakan umum DAK adalah untuk membantu daerah-daerah yang kemampuan keuangan daerahnya relatif rendah. Hal ini diterjemahkan bahwa DAK dialokasikan untuk daerah-daerah yang kemampuan keuangan daerahnya berada di bawah rata-rata nasional atau IFN-nya

kurang dari 1 (satu). Dalam hal ini, rata-rata kemampuan keuangan daerah secara nasional dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini.
Kemampuan Keuangan Daerah Z = Rata-rata Nasional Kemampuan Keuangan Daerah

Rata-rata Kemampuan Keuangan Daerah secara Nasional

Selanjutnya, perhitungan IFN dilakukan dengan membagi kemampuan keuangan daerah dengan rata-rata nasional kemampuan keuangan daerah. Jika IFN < 1, atau dengan kata lain daerah tersebut memiliki kemampuan keuangan daerah lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata nasional, maka daerah tersebut mendapatkan prioritas dalam memperoleh DAK. Rumus IFN dapat dilihat di bawah ini.
Kemampuan Keuangan Daerah Z Indeks Fiskal Netto Daerah Z = Rata-rata Nasional Kemampuan Keuangan Daerah

b) Kriteria Khusus Ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-

undangan, dan karakteristik daerah. untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat serta seluruh daerah tertinggal diprioritaskan mendapatkan alokasi DAK. Karakteristik daerah yang meliputi : 1. Untuk Provinsi : a. Daerah tertinggal b. Daerah pesisir dan/atau kepulauan c. Daerah perbatasan dengan negara lain d. Daerah rawan bencana

e. Daerah ketahanan pangan f. Daerah pariwisata 2. Untuk Kabupaten dan Kota : a. Daerah tertinggal b. Daerah pesisir dan/atau kepulauan c. Daerah perbatasan dengan negara lain d. Daerah rawan bencana e. Daerah ketahanan pangan f. Daerah pariwisata

c) Kriteria Teknis Kriteria teknis dirumuskan oleh kementerian negara/departemen teknis terkait. Kriteria teknis tersebut dicerminkan dengan indikatorindikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi saranaprasarana pada masing-masing bidang/kegiatan yang akan didanai oleh DAK. 1. Kriteria Teknis dan Ruang Lingkup Kegiatan DAK Pendidikan Lingkup Kegiatan a. SD/SDlB : menuntaskan rehabilitasi ruang kelas rusak berat dan pembangunan ruang perpustakaan beserta perabotnya dan sarana untuk peningkatan mutu pendidikan b. SMP/SMPlB : 1) rehabilitasi ruang kelas (RK) rusak sedang dan berat, 2) membangun ruang kelas baru (RKB) untuk memenuhi kesenjangan antara jumlah rombongan belajar (rombel) dengan jumlah RK yang ada dan memenuhi target APK di tahun 2015; 3) membangun ruang perpustakaan beserta perabotnya; dan 4) membangun ruang belajar lainnya termasuk penyediaan alat pendidikan untuk laboratorium IPA, komputer, bahasa, dan ruang ketrampilan/serbaguna

Indikator Teknis a. SD 1) Jumlah Ruang Kelas Rusak Sedang 2) Jumlah Ruang Kelas Rusak Berat 3) Jumlah SD yang Belum Memiliki Perpustakaan 4) Angka Partisipasi Murni (APM) SD b. SMP 1) Jumlah ruang belajar rusak sedang SMP/SMPlB 2) Jumlah ruang belajar rusak berat SMP/SMPlB 3) Jumlah SMP/SMPlB yang belum memiliki perpustakaan 4) Jumlah ruang kelas baru (RKB) yang masih dibutuhkan sekolah 5) Jumlah ruang belajar lain (RBl) yang masih dibutuhkan sekolah 6) Jumlah SMP/SMPlB yang masih membutuhkan alat laboratorium I PA 7) Jumlah SMP/SMPlB yang masih membutuhkan alat peraga matematika 8) Jumlah SMP/SMPlB yang masih membutuhkan alat peraga IPS 9) Jumlah SMP/SMPlB yang masih membutuhkan alat olahraga 10) Jumlah SMP/SMPlB yang masih membutuhkan alat kesenian 11) Jumlah SMP/SMPlB yang masih membutuhkan alat laboratorium bahasa 12) Capaian Partisipasi Pendidikan (Angka Partisipasi Kasar

SMP/SMPlB)

2. Kriteria Teknis dan Ruang Lingkup Kegiatan DAK Kesehatan Lingkup Kegiatan a. pelayanan kesehatan dasar yakni pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan bagi puskesmas dan jaringannya, antara lain meliputi peningkatan puskesmas mampu menjalankan persalinan normal,

pembangunan puskesmas baru termasuk rumah dinas tenaga kesehatan; serta Pembangunan Poskesdes; b. pelayanan kesehatan rujukan, antara lain meliputi pemenuhan

fasilitas tempat tidur kelas III Rs, pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan PoNEK Rs, serta pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan untuk pelayanan darah; c. pelayanan kefarmasian, antara lain meliputi pengadaan obat dan perbekalan kesehatan, pembangunan baru/rehabilitasi dan

penyediaan sarana pendukung instalasi farmasi kabupaten dan kota, dan pembangunan baru instalasi farmasi gugus pulau/satelit dan sarana pendukungnya Indikator Teknis a. Pelayanan Dasar 1) Jumlah poskesdes, Jumlah Desa dan usulan Poskesdes 2) Jumlah Puskesmas, jumlah penduduk, usulan puskesmas 3) Jumlah Puskesmas PoNED, usulan puskesmas PoNED 4) IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) 5) luas Wilayah b. Pelayanan Rujukan Provinsi dan Kab/kota 1) BoR Klas III 2) sarana prasarana PoNEK Rs 3) sarana Prasarana Pelayanan Darah 4) sarana Prasarana IgD Rs di Rs Pemerintah type D c. Farmasi 1) Jumlah penduduk miskin data jamkesmas Th 2011 2) Jumlah penduduk 3) Anggaran obat dan Perbekkes APBD 2 Th 2011 4) Prediksi sisa stok obat s/d Desember 2011 5) Kondisi sarana prasarana Instalasi Farmasi 6) Kondisi sarana prasarana pendukung Instalasi Farmasi

3. Kriteria Teknis dan Ruang Lingkup DAK Bidang Infrastruktur Lingkup Kegiatan a. Bidang Infrastruktur Jalan Pemeliharaan berkala jalan dan

jembatan provinsi / kabupaten / kota, peningkatan kapasitas jalan dan jembatan provinsi / kabupaten / kota, serta pembangunan jalan dan jembatan provinsi/kabupaten/kota b. Bidang Infrastruktur Irigasi rehabilitasi jaringan irigasi pada

daerah irigasi yang rusak agar kualitas layanan irigasi dapat segera kembali seperti sedia kala, dan peningkatan/pembangunan jaringan irigasi sebagai perwujudan kontribusi daerah terhadap pemenuhan target nasional tersebut. c. Bidang Infrastruktur Air Minum mendorong peningkatan

sambungan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di perkotaan, pemasangan master meter untuk masyarakat miskin perkotaan; serta peningkatan pelayanan air minum di lokasi rawan air dan/atau terpencil. d. Bidang Infrastruktur sanitasi untuk air limbah, persampahan, dan drainase, pengembangan prasarana dan sarana air limbah komunal; pengembangan fasilitas pengurangan sampah dengan pola 3R (reduce, reuse, dan recycle), serta pengembangan prasarana dan sarana drainase mandiri yang berwawasan lingkungan,

ecodrainage, drainase skala kawasan. Indikator Teknis a. Bidang Infrastruktur Jalan 1) Panjang Jalan 2) Panjang Jalan Kondisi Tidak Mantap 3) luas Wilayah 4) Jumlah Penduduk 5) Besaran APBD Pembangunan tahun berjalan

6) Alokasi sektor Jalan (di luar DAK) 7) Pelaporan b. Bidang Infrastruktur Irigasi 1) luas Daerah Irigasi 2) Kondisi Daerah Irigasi 3) Rata-rata produksi pada sawah 4) luas Wilayah 5) Besaran APBD Pembangunan tahun berjalan 6) Alokasi sektor Irigasi (di luar DAK) 7) Pelaporan c. Bidang Infrastruktur Air Minum 1) Jumlah Desa/Kelurahan Rawan Air Bersih 2) Jumlah Penduduk Miskin 3) Cakupan Air Minum 4) Besaran APBD Pembangunan Tahun Berjalan 5) Alokasi sector Air Minum (diluar DAK) 6) Pelaporan d. Bidang Infrastruktur sanitasi 1) Jumlah Desa/Kelurahan Rawan sanitasi 2) Jumlah Penduduk Miskin 3) luas Wilayah Kumuh 4) Cakupan Pelayanan sanitasi 5) Besaran APBD Pembangunan tahun berjalan 6) Alokasi sektor sanitasi (di luar DAK) 7) Pelaporan

4. Kriteria Teknis dan Ruang Lingkup DAK Kelautan dan Perikanan Lingkup Kegiatan Pengembangan sarana dan prasarana perikanan tangkap termasuk didalamnya pengadaan kapal untuk DAK provinsi; pengembangan sarana dan prasarana perikanan budidaya;

pengembangan sarana dan prasarana pengolahan, peningkatan mutu dan pemasaran hasil perikanan; pengembangan sarana dan prasarana pemberdayaan ekonomi masyarakat di pesisir dan pulau-pulau kecil; pengembangan sarana dan prasarana pengawasan sumber daya

kelautan dan perikanan; pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan perikanan; dan pengembangan sarana statistik kelautan dan perikanan. Indikator Teknis a. Provinsi 1) Produksi Tangkap 2) Panjang Pantai 3) Jumlah Nelayan b. Kab/Kota 1) Jumlah Produksi Perikanan (ton) 2) Jumlah Kapal Berlabuh (unit) 3) Jumlah Pangkalan Pendaratan Ikan (unit) 4) luas lahan Budidaya (ha) 5) Jumlah Tenaga Kerja Perikanan (orang) 6) Jumlah Pokmaswas (kelompok) 7) luas Kawasan Konservasi Perairan (ha) 8) Jumlah Pasar Ikan Tradisional (unit) 9) Jumlah unit Pengolahan Ikan (unit) 10) Jumlah Penyuluh Perikanan (orang) 11) Jumlah Kawasan Minapolitan (kawasan)

5. Kriteria Teknis dan Ruang Lingkup DAK Pertanian Lingkup Kegiatan a. perluasan areal pertanian; b. penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan air; c. penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan lahan; d. penyediaan lumbung pangan masyarakat atau gudang pangan pemerintah; e. pembangunan/rehabilitasi Kecamatan; f. penyediaan prasarana dan sarana Balai Perbenihan/Perbibitan g. Kabupaten untuk Tanaman Pangan / Hortikultura / Perkebunan / Peternakan; h. pembangunan/rehabilitasi Pusat/Pos/Klinik Pelayanan Kesehatan Hewan dan Inseminasi Buatan; i. penanganan pasca panen. Indikator Teknis a. luas Penggunaan lahan b. Jumlah Balai Penyuluhan Pertanian c. Jumlah Penyuluh Pertanian d. Jumlah Balai Benih/Perbibitan e. Jumlah Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan)/Pos Inseminasi Buatan (IB) Balai Penyuluhan Pertanian di

6. Kriteria Teknis dan Ruang Lingkup DAK Lingkungan Hidup Lingkup Kegiatan Pemantauan kualitas air yang dilakukan melalui kegiatan pembangunan gedung laboratorium, penyediaan sarana dan prasarana pemantauan kualitas air, pembangunan laboratorium bergerak, dan kendaraan operasional; pengendalian pencemaran melalui kegiatan

penerapan teknologi sederhana untuk pengurangan limbah), Taman Kehati, Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAl) medik dan usaha Kecil dan Menengah (uKM), dan pengadaan kendaraan pengangkut sampah; pengendalian polusi udara melalui kegiatan pengadaan alat pemantau kualitas udara; serta perlindungan sumber daya air melalui kegiatan penanaman di luar kawasan hutan, dan pengadaan papan informasi. Indikator Teknis a. Kepadatan penduduk b. Panjang sungai tercemar c. luas tutupan lahan d. Bentuk kelembagaan e. Ruang tutupan hijau f. Volume sampah g. Kinerja Pelaporan/Pelaksanaan DAK

7. Kriteria Teknis dan Ruang Lingkup DAK Prasarana Pemerintahan Daerah Lingkup Kegiatan Pembangunan kantor Bupati, Walikota, sekretariat Daerah, DPRD, sekretariat DPRD, Dinas, Badan dan Kantor sKPD lainnya. Indikator Teknis a. Jumlah sKPD yang belum memiliki kantor sendiri b. Jumlah sKPD yang kondisinya rusak c. Daerah yang pindah ibukota d. luas Praspem yang masih dibutuhkan

8. Kriteria Teknis dan Ruang Lingkup DAK Keluarga Berencana Lingkup Kegiatan Penyediaan sarana mobilitas (motor) dan sarana pengelolaan data berbasis teknologi informasi (Personal computer) bagi

PKB/PlKB/PPlKB, pemenuhan sarana pelayanan KB di Klinik KB statis (Implant Kit, IUD Kit) dan sarana Pelayanan KB Keliling (MuYAN) dan pembangunan gudang Alat/obat Kontrasepsi, dan penyediaan sarana dan prasarana penerangan KB keliling (MuPEN), pengadaan Public Adress dan KIE. Indikator Teknis a. Indeks Penyuluh KB / Petugas lapangan KB b. Indeks Pengendali Petugas lapangan KB c. Indeks Jumlah Desa / Kelurahan d. Indeks Jumlah Kecamatan e. Indeks Klinik KB

9. Kriteria Teknis dan Ruang Lingkup DAK Kehutanan Lingkup Kegiatan Rehabilitasi hutan produksi, hutan lindung, lahan kritis, Tahura dan Hutan Kota; sarana dan prasarana pengamanan hutan; sarana dan prasarana Taman Hutan Rakyat (Tahura); sarana dan prasarana KPH; serta sarana dan prasarana penyuluhan. Indikator Teknis a. Kab/ Kota 1) luas Wilayah 2) luas Hutan Mangrove 3) luas lahan Kritis 4) luas lahan Kritis di luar Kawasan

5) luas Hutan lindung 6) luas Kawasan Konservasi 7) luas lahan gambut 8) Daerah Penghasil/Jumlah DBH yang Diperoleh 9) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) 10) Rencana Reboisasi Hutan dan lahan (RHl) 11) Pelaporan b. Provinsi 1) luas Tahura 2) luas Kawasan Konservasi 3) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) 4) Rencana Reboisasi Hutan dan lahan (RHl) 5) Pelaporan

10. Kriteria Teknis dan Ruang Lingkup DAK Sarana Perdagangan Lingkup Kegiatan Mendanai kegiatan pembangunan dan pengembangan pasar tradisional; peningkatan sarana metrologi legal; serta pembangunan gudang, fasilitas dan peralatan penunjangnya dalam kerangka sistem Resi gudang. Indikator Teknis a. Pembangunan, Perluasan dan Renovasi Pasar Tradisional : 1) Jumlah desa yang tdk memiliki pasar permanen/semi permanen pd jarak < 3 km 2) Jumlah Pasar Tanpa Bangunan 3) Prosentase jumlah pasar rusak b. Peningkatan sarana Metrologi legal : 1) Jumlah unit pengawasan berjalan Tera/Tera ulang uTTP - Jumlah sKPD yang menangani metrologi legal

- Jumlah potensi uTTP yang belum tertangani 2) Jumlah Pengadaan Pos ukur ulang - Jumlah pasar percontohan - Jumlah pasar tertib ukur c. Pembangunan gudang, sarana Penunjang, & Peralatan gudang 1) Jumlah Produksi Padi 2) Jumlah Produksi Jagung 3) Jumlah Produksi Kopi 4) Jumlah Produksi Kakao 5) Jumlah Produksi lada 6) Jumlah Produksi Karet 7) Jumlah Produksi Rumput laut 11. Kriteria Teknis dan Ruang Lingkup DAK Perumahan dan Kawasan Permukiman Lingkup Kegiatan Membantu daerah dalam mendanai kebutuhan fisik

infrastruktur perumahan dan permukiman dalam rangka mencapai standar Pelayanan Minimum (SPM) meliputi : a. penyediaan sarana dan prasarana air minum, b. sarana septik tank komunal, c. tempat pengolahan sampah terpadu (TPsT), d. jaringan distribusi listrik, dan e. penerangan jalan umum. Indikator Teknis a. Indeks Backlog Perumahan b. Indeks Kemiskinan c. Indeks Kesiapan lokasi Perumahan dan Permukiman : 1) sub Indeks Perda Tata Ruang (RTRW) 2) sub Indeks Bantuan stimulan Psu Kemenpera 3) sub Indeks Pembangunan Rumah Tahun 2012

4) sub Indeks Rawan Air Minum dan atau sanitasi d. Indeks Rencana Pembangunan Rumah per Kab/Kota2012

12. Kriteria Teknis dan Ruang Lingkup DAK Listrik Perdesaan Lingkup Kegiatan Pembangunan pembangkit listrik dengan memanfaatkan potensi energi terbarukan. Indikator Teknis a. Rasio elektrifikasi kabupaten kota (pada propinsi yang mempunyai rasio elektrifikasi dibawah 50%) b. Harga BPP listrik per propinsi

13. Kriteria Teknis dan Ruang Lingkup DAK Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan Lingkup Kegiatan Pembangunan jalan/peningkatan kondisi permukaan jalan nonstatus yang menghubungkan kecamatan perbatasan prioritas dengan pusat kegiatan disekitarnya. Indikator Teknis a. Panjang garis Batas Kecamatan Perbatasan b. Jumlah Desa Wilayah Perbatasan c. luas Wilayah Perbatasan d. Jumlah Penduduk di Kecamatan Perbatasan

14. Kriteria Teknis dan Ruang Lingkup DAK Transportasi Perdesaan Lingkup Kegiatan Jalan poros desa melalui pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan jalan antardesa yang menghubungkan sentra produksi dengan sentra pemasaran di Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT), serta angkutan perdesaan melalui pengadaan sarana transportasi angkutan penumpang dan barang yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah. Indikator Teknis a. Indeks Kebutuhan Prasarana Angkutan yaitu Rasio jumlah desa bukan aspal / jumlah desa moda transport darat b. Indeks Kebutuhan sarana Angkutan yaitu rata-rata waktu tempuh per km dari desa ke kecamatan c. Indeks Karakteristik Kewilayahan yaitu rasio jumlah desa pertanian, jasa dibagi total jumlah desa d. Kawasan strategis Cepat Tumbuh

15. Kriteria

Teknis

dan

Ruang

Lingkup

DAK

Keselamatan

Transportasi Darat Lingkup Kegiatan Pengadaan dan pemasangan fasilitas dan peralatan keselamatan jalan melalui pemasangan rambu jalan, marka jalan, pagar pengaman jalan, alat pengatur isyarat lalu lintas, paku jalan; dan delienator. Indikator Teknis a. Indeks Aksesibilitas (panjang jalan/luas wilayah) b. Indeks Kepadatan Penduduk (jumlah penduduk/luas wilayah)

16. Kriteria Teknis dan Ruang Lingkup DAK Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal Lingkup Kegiatan Penyediaan moda transportasi darat/perairan untuk

meningkatkan mobilitas barang dan penumpang antar wilayah perdesaan dengan pusat pertumbuhan; pembangunan dan

rehabilitasi dermaga kecil atau tambatan perahu untuk mendukung angkutan orang dan barang, khususnya dermaga kecil atau tambatan perahu di wilayah pesisir yang tidak ditangani Kementerian Perhubungan; penyediaan/pembangunan pembangkit energi listrik perdesaan yang memanfaatkan sumber energi mikrohidro dan pikohidro dan; serta pembangunan/rehabilitasi embung irigasi untuk menunjang sektor pertanian. Indikator Teknis a. Indeks Infrastruktur 1) Indeks Infrastruktur energi - Indeks Rumah Tangga - Indeks Desa 2) Indeks Infrastruktur Transportasi - Indeks Akses Kendaraan Roda 4 - Indeks Jalan - Indeks Moda Transportasi b. Indeks Administrasi Pelaporan Dari beberapa penjelasan di atas, proses pengalokasian DAK dapat dijelaskan pada Gambar di bawah ini.

Dari gambar di atas, terdapat serangkaian proses yang harus dilalui, baik dalam menentukan daerah tertentu yang menerima DAK maupun dalam menentukan besaran alokasi masingmasing daerah. Tahap 1 : Menentukan Daerah Tertentu Penerima DAK 1. Jika suatu daerah memenuhi kriteria umum yang ditunjukkan dengan IFN < 1, maka daerah tersebut pada proses ini layak mendapat alokasi DAK; 2. Jika pada proses no. 1 di atas daerah tidak memenuhi, maka dilihat kriteria khusus yang pertama yaitu apakah daerah tersebut termasuk dalam pengaturan otonomi khusus atau

termasuk dalam 199 kabupaten tertinggal. Jika ya, maka daerah tersebut layak memperoleh alokasi DAK; 3. Jika daerah tersebut tidak termasuk dalam kriteria khusus pada butir 2 di atas, maka lihat kembali kriteria khusus yang kedua yaitu karakteristik wilayah yang ditunjukkan dengan indeks kewilayahan (IKW). Pada proses ini, IFN dan IKW digabungkan sehingga menghasilkan IFW. Dalam hal ini apabila IFW > 1, maka daerah tersebut layak memperoleh DAK; 4. Jika daerah tersebut ternyata masih belum layak untuk mendapatkan DAK pada proses nomor 3 di atas, maka dilihat kriteria teknisnya untuk masing-masing bidang yang didanai dari DAK yang dicerminkan dengan indeks teknis (IT). Pada proses ini, IT digabungkan dengan IFW sehingga

menghasilkan IFWT. Jika IFWT > 1, maka daerah tersebut layak mendapat alokasi DAK pada bidang tersebut. Tahap 2 : Menentukan Besaran Alokasi DAK masing-masing Daerah setelah proses penentuan daerah tertentu dilalui, maka harus dihitung besaran alokasi untuk masing-masing bidang dan masing-masing daerahnya (ADB, alokasi daerah dan bidang); IFWT masing-masing daerah dikalikan dengan Indeks

Kemahalan Konstruksi (IKK) dan menghasilkan Bobot Daerah (BD) untuk masing-masing daerah; Selanjutnya, BD tersebut dikalikan dengan pagu alokasi DAK masing-masing bidang sehingga dihasilkan alokasi daerah bersangkutan untuk masing-masing bidang. 4) Administrasi Pengelolaan DAK a) Dana Pendamping

Untuk menyatakan komitmen dan tanggung jawab daerah dalam pelaksanaan program yang didanai DAK, daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari nilai DAK yang diterimanya untuk mendanai kegiatan fisik. Dana Pendamping tersebut wajib dianggarkan dalam APBD tahun anggaran berjalan. Jika daerah tidak menganggarkan Dana Pendamping, pencairan DAK tidak dapat dilakukan. Dana Pendamping juga dicantumkan dalam Dokumen Pelaksana Anggaran (DPA-sKPD) atau dokumen pelaksana anggaran sejenis lainnya. Untuk daerah dengan kemampuan keuangan tertentu, yaitu selisih antara penerimaan umum APBD dan Belanja Pegawainya sama dengan 0 (nol) atau negatif maka tidak diwajibkan menganggarkan Dana Pendamping. b) Penganggaran Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan yang dapat dibiayai dari DAK, Menteri Teknis menetapkan Petunjuk Teknis pelaksanaan kegiatan DAK untuk masing-masing bidang. selanjutnya, pelaksanaan kegiatan yang didanai DAK harus selesai paling lambat 31 Desember tahun anggaran berjalan dan hasil dari kegiatan yang didanai DAK harus sudah dapat dimanfaatkan pada akhir tahun anggaran tesebut. Sesuai dengan PMK Nomor 216/PMK.07/2010 diatur bahwa daerah wajib menyampaikan rencana penggunaan DAK kepada Menteri/Kepala Badan terkait dengan tembusan Menteri Keuangan c.q. Dirjen Perimbangan Keuangan, yang memuat pilihan kegiatan, volume dan besaran, serta dana pendamping. Sementara itu, berdasarkan PMK No. 6/PMK.07/2012 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah Pasal 29, daerah penerima DAK dapat melakukan optimalisasi penggunaan DAK dengan merencanakan dan menganggarkan kembali kegiatan DAK dalam

APBD Perubahan tahun berjalan apabila akumulasi nilai kontrak pada suatu bidang DAK lebih kecil dari pagu bidang DAK tersebut. optimalisasi penggunaan DAK tersebut dilakukan untuk kegiatankegiatan pada bidang DAK yang sama dan sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan. Dalam hal terdapat sisa DAK pada kas daerah saat tahun anggaran berakhir, daerah dapat menggunakan sisa DAK tersebut untuk mendanai kegiatan DAK pada bidang yang sama tahun anggaran berikutnya sesuai dengan petunjuk teknis tahun anggaran sebelumnya dan/atau tahun berjalan. sisa DAK tidak dapat digunakan untuk dana pendamping DAK. c) Pemantauan dan Pengawasan Pemantauan dan pengawasan dari kegiatan yang dibiayai melalui Dana Alokasi Khusus ini melibatkan tiga hal penting, yaitu pemantauan teknis, pelaksanaan kegiatan dan administrasi keuangan serta penilaian terhadap manfaat kegiatan yang dibiayai oleh DAK tersebut. Menteri Teknis melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pemanfaatan dan teknis pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DAK sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pengawasan fungsional/pemeriksaan pelaksanaan kegiatan dan administrasi keuangan DAK dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan/atau aparat pengawasan intern pemerintah daerah. Apabila dalam pemeriksaan tersebut terdapat penyimpangan dan/atau

penyalahgunaan, BPK dan/atau aparat pengawas intern pemerintah daerah menindaklanjutinya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Daerah sendiri melalui tim koordinasi melakukan evaluasi terhadap manfaat pelaksanaan DAK yang melibatkan pihak terkait setempat. Sementara itu, untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan DAK di daerah dalam kaitannya dengan penyempurnaan kebijakan DAK, telah

diterbitkan surat Edaran Bersama (sEB) Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Nomor 0239/M.PPN/11/2008, sE 1722/MK.07/2008,

900/3556/sJ Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Teknis Pelaksanaan Dan Evaluasi Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK). SEB dimaksud lebih banyak mengatur tata hubungan dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi DAK yang dilaksanakan antar tingkat pemerintahan. d) Pelaporan Daerah menyampaikan laporan triwulanan yang memuat laporan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK kepada Menteri/Kepala Badan terkait dengan tembusan Menteri Keuangan c.q. Dirjen Perimbangan Keuangan, meliputi gambaran, rencana kegiatan, sasaran, hasil yang telah dicapai, hambatan, serta jumlah realisasi dana. Selanjutnya, Menteri Teknis menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan DAK pada akhir tahun anggaran kepada Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, dan Menteri Dalam Negeri.

Anda mungkin juga menyukai