Anda di halaman 1dari 39

Yth.

Kepala Perangkat Daerah dilingkup


Pemerintah Kota Semarang
Di -
SEMARANG

SURAT EDARAN
NOMOR B / 3468 / 900 / VI TAHUN 2023
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN RINCIAN BELANJA RKPD/ RENJA/ KUAPPAS
TAHUN ANGGARAN 2024

1. Latar Belakang
Bahwa dalam rangka efektifitas capaian target RPJMD Kota Semarang Tahun
2021-2026 perlu adanya keselarasan antara output dan belanja pada sub kegiatan
RKPD/Rencana Kerja (Renja)/KUAPPAS Tahun 2024 maka setiap sub kegiatan harus
disertai dengan Rincian Belanja.
Berkaitan hal tersebut maka perlu mengeluarkan Surat Edaran tentang
pedoman penyusunan Rincian Belanja RKPD/Rencana Kerja (RENJA)/Kebijakan
Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA/PPAS) Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang Tahun Anggaran 2024.

2. Maksud dan Tujuan


a. Surat Edaran ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi SKPD dalam penyusunan
Rincian Belanja RKPD/RENJA/KUAPPAS Tahun Anggaran 2024;
b. Surat Edaran ini bertujuan agar dalam penyusunan Rincian Belanja
RKPD/RENJA/KUAPPAS dalam penyusunan rincian belanja dilakukan secara
tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, manfaat untuk masyarakat, serta
taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Surat Edaran ini meliputi tata cara penyusunan Rincian Belanja
RKPD/RENJA/KUAPPAS Tahun Anggaran 2024.
4. Dasar
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2023 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6856);
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6757);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5041);
d. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2020 tentang Standar Harga Satuan Regional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 57);
e. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang
Tahun 2016 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 114)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 3
Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Semarang
(Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2021 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Daerah Kota Semarang Nomor 140);
f. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2021 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun 2021-2026
(Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2021 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Daerah Kota Semarang Nomor 143);
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2019 tentang Sistem Informasi
Pemerintah Daerah (Berita Negara Repunlik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1114);
h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi,
Kodefikasi, Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah
(Berita Negara Repunlik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1447);
i. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 1781);
j. Peraturan Wali Kota Semarang Nomor 20 Tahun 2023 tentang Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Daerah (Berita Daerah Kota Semarang Tahun 2023 Nomor
20);

5. Prinsip-Prinsip Penyusunan Rincian Belanja RKPD/RENJA/KUAPPAS Tahun


Anggaran 2024
Untuk memenuhi kaidah-kaidah dalam penyusunan Rincian Belanja
RKPD/RENJA/KUAPPAS dalam Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) pada
Surat Edaran ini, perlu disampaikan hal-hal sebagai berikut :
a. Kepala SKPD agar menyusun Rincian Belanja RKPD/RENJA/KUAPPAS kedalam
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) dengan berpedoman pada
prinsip-prinsip peningkatan efesiensi, efektifitas, transparan dan akuntabel;
b. Dalam penyusunan Rincian Belanja RKPD/RENJA/KUAPPAS sebagaimana angka
2 huruf a, mengacu pada Pedoman Teknis Penyusunan Rincian Belanja
RKPD/RENJA/KUAPPAS sebagaimana tercantum dalam lampiran surat ini;
c. Rincian Belanja RKPD/RENJA/KUAPPAS yang telah ditandatangani Kepala SKPD
diserahkan kepada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang
selaku PPKD;
d. Batas waktu penyampaian Rincian Belanja RKPD/RENJA/KUAPPAS yang telah
ditandatangani Kepala SKPD kepada PPKD sesuai dengan jadwal mekanisme
penyusunan Perencanaan dan Penganggaran APBD 2024;
e. Kode akun belanja, Standar Harga Satuan (SHS), Analisis Standar Belanja
(ASB), Standar Biaya Umum (SBU), dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK),
dan Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) Tahun 2024 sebagai
acuan dalam penyusunan Rincian Belanja RKPD/RENJA/KUAPPAS Tahun
Anggaran 2024;
f. Kepala SKPD/SKPKD bertanggungjawab sepenuhnya secara administrasi, teknis
dan fisik terhadap keseluruhan materi Rincian Belanja pada masing-masing sub
kegiatan SKPD/PPKD Tahun Anggaran 2024 yang disusun.
6. Penutup
Demikian Surat Edaran ini untuk menjadi perhatian, agar dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya dan penuh tanggungjawab.
Semarang, 14 Juni 2023
An. WALI KOTA SEMARANG
SEKRETARIS DAERAH

Ir. ISWAR AMINUDDIN, MT.


1

Lampiran : Surat Edaran Sekretaris Daerah Kota Semarang


Nomor : B/3468/900/VI Tahun 2023
Tanggal : 14 Juni 2023
Perihal : Pedoman Penyusunan Rincian Belanja RKPD/RENJA/KUAPPAS
Tahun Anggaran 2024

I. Teknis Penyusunan Rincian Belanja RKPD/RENJA/KUAPPAS


Penyusunan Rincian Belanja RKPD/RENJA/KUAPPAS, agar memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Rincian Belanja RKPD/RENJA/KUAPPAS disusun didasarkan pada Program,
Kegiatan, dan Sub Kegiatan serta Pagu Anggaran yang ditetapkan;
2. Program, Kegiatan, dan Sub Kegiatan harus memberikan infomasi yang jelas dan
terukur serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari
Program, Kegiatan, dan Sub Kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator,
tolok ukur dan target kinerjanya;
3. Sub kegiatan sebagaimana dimaksud angka 2, harus sesuai dengan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan
Perundang Undang;
4. Sub kegiatan sebagaimana dimaksud angka 2, memperhatikan Anggaran
Responsif Gender (ARG) dengan menggunakan Gender Analysis Pathway (GAP)
dan Gender Budget Statemen (GBS) sebagai dasar dalam penyusunan Rincian
Belanja RKPD/RENJA/KUAPPAS;
5. Untuk program, kegiatan dan sub kegiatan dalam penyusunan Rincian Belanja
RKPD/RENJA/KUAPPAS dikelompokkan berdasarkan sumber dana (PAD, DAU,
DAK, DBHCHT, Bankeu dan Dana-Dana Transfer Lainnya).
6. Untuk sumber dana yang berasal dari BOS/BOP menggunakan akun belanja BOS.
7. Untuk sumber dana yang berasal dari BLUD menggunakan akun belanja BLUD
8. Indikator Kegiatan:
a. Indikator kinerja kegiatan harus sesuai dan dapat menggambarkan
keluaran dan hasil yang akan dicapai dari pelaksanaan kegiatan;
b. indikator Keluaran sejauh mungkin menggunakan ukuran-ukuran
kuantitatif yang menjelaskan kinerja keluaran yang diharapkan dari
pelaksanaan kegiatan;
c. Indikator Kegiatan harus memiliki korelasi terhadap target capaian kinerja
program pada kegiatan;
9. Belanja ATK, Makan dan Minum, dan SPPD dianggarkan secara efektif dan efisien
sesuai kebutuhan;
2

10. Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 2 Tahun 2022
tentang Percepatan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dan Produk
Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi, maka SKPD diwajibkan untuk
mengalokasikan minimal 40% dari total belanja untuk pembelian/pengadaan
produk dalam negeri dan produk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi
(Lampiran, Form 1);
11. Penginputan anggaran rincian belanja sudah mencantumkan sumber dana
berdasarkan pagu yang diberikan TAPD.

A. PENDAPATAN DAERAH.
1. Pendapatan Daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2024
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian
serta dasar hukum penerimaannya.
2. Pendapatan dan penetapan Target Pajak Daerah dan Retribusi Daerah harus
didasarkan pada data potensi dengan memperhatikan perkiraan pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2023 serta evaluasi target dan realisasi tahun
sebelumnya.
3. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pajak Daerah
dianggarkan pada akun Pajak Daerah pada Kelompok Pendapatan Asli Daerah
dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek sesuai kode rekening yang
berkenaan, terdiri atas :
a. Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Perdesaan;
b. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;
c. Pajak Barang dan Jasa Tertentu yang terdiri atas :
1) Makanan dan/atau Minuman;
2) Tenaga Listrik;
3) Jasa Perhotelan;
4) Jasa Parkir;
5) Jasa Kesenian dan Hiburan
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Air Tanah;
f. Pajak Mineral Bukan Logam Batuan;
g. Pajak Sarang Burung Walet;
4. Penganggaran Retribusi Daerah dianggarkan pada akun Pendapatan Daerah
pada Kelompok Pendapatan Asli Daerah dengan jenis Retribusi Daerah dan
3

diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek sesuai dengan kode rekening yang
berkenaan, terdiri atas :
a. Retribusi Jasa Umum yang terdiri atas :
1) Pelayanan kesehatan;
2) Pelayanan kebersihan;
3) Pelayanan parkir di tepi jalan umum;
4) Pelayanan pasar; dan pengendalian lalu lintas.
b. Retribusi Jasa Usaha yang terdiri atas :
1) Penyediaan tempat kegiatan usaha berupa pasar grosor, pertokoan,
dan tempat kegiatan usaha lainnya;
2) Penyediaan tempat pelelangan ikan, ternak, hasil bumi dan hasil
hutan termasuk fasilitas lainnya dalam lingkungan tempat pelelangan;
3) Penyediaan tempat khusus parkir di luar badan jalan;
4) Penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/vila;
5) Pelayanan rumah pemotongan hewan ternak;
6) Pelayanan jasa kepelabuhan;
7) Pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga;
8) Pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan
kendaraan di air;
9) Penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah; dan
10) Pemanfaatan aset daerah yang tidak mengganggu penyelenggaraan
tugas dan fungsi organisasi perangkat daerah dan/atau optimalisasi
aset daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Retribusi Perizinan Tertentu yang terdiri atas :
1) Persetujuan bangunan gedung;
2) Penggunaan tenaga kerja asing; dan
3) Pengelolaan pertambangan rakyat.
5. Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah dianggarkan pada akun Pendapatan
Daerah pada Kelompok Pendapatan Asli Daerah dengan jenis Lain-lain PAD
Yang Sah dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek sesuai kode
rekening yang berkenaan, terdiri atas:
a. hasil penjualan BMD yang tidak dipisahkan;
b. hasil pemanfaatan BMD yang tidak dipisahkan;
c. hasil kerja sama daerah;
d. jasa giro;
e. hasil pengelolaan dana bergulir;
4

f. pendapatan bunga;
g. penerimaan atas tuntutan ganti kerugian Keuangan Daerah;
h. penerimaan komisi, potongan, atau bentuk lain sebagai akibat penjualan,
tukar-menukar, hibah, asuransi, dan/atau pengadaan barang dan jasa
termasuk penerimaan atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan
uang pada bank, penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atau
dari kegiatan lainnya merupakan Pendapatan Daerah;
i. penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing;
j. pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
k. pendapatan denda pajak daerah;
l. pendapatan denda retribusi daerah;
m. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
n. pendapatan dari pengembalian; dan
o. pendapatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
6. Pendapatan transfer merupakan pendapatan yang berasal dari entitas
pelaporan lain, seperti pemerintah pusat atau daerah otonom lain dalam
rangka perimbangan keuangan. Transfer dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dalam rangka desentralisasi ini disebut juga dana
perimbangan.
a. Transfer pemerintah pusat
Semua Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat keluar dengan portal
dahulu pada saat daerah sedang menyusun RAPBD. Transfer pemerintah
pusat, terdiri dari :
1) Dana Perimbangan
a) Dana Transfer Umum
(1) Dana Bagi Hasil (DBH)
(a) Pendapatan dari DBH-Pajak yang terdiri atas DBH-Pajak
Bumi dan Bangunan (DBH-PBB) selain PBB Perkotaan dan
Perdesaan, dan DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh) yang
terdiri dari DBH-PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Orang Pribadi
Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21 dianggarkan
paling tinggi sesuai dengan alokasi yang ditetapkan dalam
Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2024 atau Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2024,
5

dengan memperhatikan realisasi penerimaan DBH 3 (tiga)


tahun terakhir atau informasi resmi mengenai alokasi
DBH-Pajak Tahun Anggaran 2023 yang dipublikasi. atau
informasi resmi mengenai alokasi DBH-Pajak Tahun
Anggaran 2024 yang dipublikasikan melalui portal
Kementerian Keuangan.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun Anggaran 2024 atau Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2024
ditetapkan dan/atau terdapat perubahan setelah
Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2024
ditetapkan. Pemerintah Daerah harus menyesuaikan
alokasi DBH-Pajak dimaksud pada Peraturan Daerah
tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2024 atau
ditampung dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagi
Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2024.
(b) Pendapatan dari DBH-Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT)
dianggarkan sesuai dengan alokasi yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT
menurut provinsi/kabupaten/kota Tahun Anggaran 2024.
Apabila Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian
DBHCHT menurut provinsi/kabupaten/kota Tahun
Anggaran 2023 belum ditetapkan, penganggaran
pendapatan DBH-CHT didasarkan pada tren realisasi
pendapatan DBH-CHT 3 (tiga) tahun terakhir yaitu Tahun
Anggaran 2022, Tahun Anggaran 2021 dan Tahun
Anggaran 2020.
Dalam hal Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian
DBHCHT menurut provinsi/kabupaten/kota Tahun
Anggaran 2024 telah ditetapkan dan/atau terdapat
perubahan setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2024 ditetapkan, Pemerintah Daerah harus
menyesuaikan alokasi DBH-CHT dimaksud dengan terlebih
dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2024 dengan
pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk
6

selanjutnya dituangkan dalam peraturan daerah tentang


perubahan APBD Tahun Anggaran 2024 atau ditampung
dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2024. Sisa DBH-CHT di
rekening kas umum daerah pemerintah kabupaten/kota,
diprioritaskan untuk dianggarkan penggunaannya pada
Tahun Anggaran 2024 secara bertahap atau sekaligus.
(c) Pendapatan Dana Bagi Hasil yang bersumber dari Sumber
Daya Alam (DBH-SDA) yang terdiri dari DBH-Kehutanan,
DBH Pertambangan Mineral dan Batubara, DBH-
Pertambangan Minyak Bumi, DBH-Pertambangan Gas
Bumi, DBH Pengusahaan Panas Bumi dan DBH-Perikanan,
dianggarkan paling tinggi sesuai dengan alokasi yang
ditetapkan dalam Peraturan Presiden mengenai Rincian
APBN Tahun Anggaran 2024 atau Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Alokasi DBHSDA Tahun Anggaran
2024 dengan memperhatikan realisasi penerimaan DBH 3
(tiga) tahun terakhir yaitu Tahun Anggaran 2022, Tahun
Anggaran 2021 dan Tahun Anggaran 2020.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun Anggaran 2024 mengenai Alokasi DBH-SDA atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-SDA
telah ditetapkan dan/atau terdapat perubahan alokasi
DBH-SDA setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2024 ditetapkan, Pemerintah Daerah harus
menyesuaikan alokasi DBH-SDA dimaksud pada peraturan
daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2024
atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang
tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2024.
Apabila terdapat pendapatan lebih DBH-SDA Tahun
Anggaran 2024 seperti pendapatan kurang salur tahun-
tahun sebelumnya atau selisih pendapatan Tahun
Anggaran 2023, pendapatan lebih tersebut dituangkan
dalam peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2024 atau ditampung dalam LRA bagi
Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2024 atau informasi resmi
7

mengenai alokasi DBH-SDA Tahun Anggaran 2024 yang


dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan.
(d) Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun
Anggaran 2024 dianggarkan sesuai dengan Peraturan
Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2024
atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana
Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun Anggaran
2024. Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun Anggaran 2024 atau Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas
Bumi Tahun Anggaran 2024 belum ditetapkan,
penganggaran Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi
tersebut didasarkan pada penganggaran Dana Tambahan
DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun Anggaran 2023 dengan
memperhatikan realisasi Tahun Anggaran 2022.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun Anggaran 2024 atau Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas
Bumi Tahun Anggaran 2024 tersebut ditetapkan setelah
peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2024
ditetapkan, Pemerintah Daerah harus menyesuaikan Dana
Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi dimaksud dengan
terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan Kepala
Daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2024
dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk
selanjutnya dituangkan dalam peraturan daerah tentang
perubahan APBD Tahun Anggaran 2024 atau ditampung
dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2024. Pendapatan DBH-
Pajak, DBH-CHT dan DBH-SDA untuk daerah induk dan
daerah otonom baru karena pemekaran, didasarkan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Dana Alokasi Umum (DAU)
DAU bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuan
8

peraturan perundangundangan. Pendapatan DAU


dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai
Rincian APBN Tahun Anggaran 2024. Dalam hal Peraturan
Presiden dimaksud belum ditetapkan, penganggaran
pendapatan DAU didasarkan pada alokasi DAU Tahun
Anggaran 2023.
Apabila Peraturan Presiden ditetapkan setelah peraturan
daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2024 ditetapkan,
Pemerintah Daerah harus menyesuaikan alokasi DAU
dimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan APBD
Tahun Anggaran 2024 atau ditampung dalam LRA bagi
Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD
Tahun Anggaran 2024.
(3) Dana Transfer Khusus
DAK Fisik dan Non Fisik
Dialokasikan untuk mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
terdiri atas DAK Fisik dan DAK Non Fisik. Pendapatan DAK
dimaksud dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden
mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2024 atau informasi
resmi mengenai alokasi DAK Tahun Anggaran 2024 yang
dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan.
Dalam hal Rancangan KUA dan Rancangan PPAS disepakati
bersama antara kepala daerah dengan DPRD sebelum
Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran
2024 ditetapkan atau sebelum informasi resmi mengenai
alokasi DAK Tahun Anggaran 2024 dipublikasikan melalui
portal Kementerian Keuangan, penganggaran DAK langsung
dituangkan dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD
Tahun Anggaran 2023. Apabila Peraturan Presiden mengenai
rincian APBN Tahun Anggaran 2024 ditetapkan atau informasi
resmi mengenai alokasi DAK Tahun Anggaran 2024 melalui
portal Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah
peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2024
ditetapkan, maka Pemerintah Daerah harus menganggarkan
9

DAK dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan


Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun
Anggaran 2024 dengan pemberitahuan kepada pimpinan
DPRD, untuk selanjutnya dituangkan dalam peraturan daerah
tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2024 atau
ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak
melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2024.

2) Dana Insentif Fiskal


Dana Insentif Fiskal bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada
Daerah tertentu berdasarkan kriteria tertentu dengan tujuan untuk
memberikan penghargaan atas perbaikan dan/ atau pencapaian
Kinerja tertentu. Penganggaran Dana Insentif Fiskal dialokasikan
sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun
Anggaran 2024 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman
Umum dan Alokasi Dana Insentif Fiskal Tahun Anggaran 2024. Dalam
hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2024
atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum dan
Alokasi Dana Insentif Fiskal Tahun Anggaran 2024 ditetapkan
dan/atau terdapat perubahan setelah peraturan daerah tentang APBD
Tahun Anggaran 2024 ditetapkan. Pemerintah Daerah harus
menyesuaikan alokasi Dana Insentif Fiskal dimaksud dengan terlebih
dahulu melakukan perubahan peraturan Kepala Daerah tentang
penjabaran APBD Tahun Anggaran 2024 dengan pemberitahuan
kepada Pimpinan DPRD. untuk selanjutnya dituangkan dalam
peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2024 atau
dituangkan dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
perubahan APBD Tahun Anggaran 2024. Dikarenakan pada saat
penyusunan KUA ini alokasi pendapatan dari Dana Insentif Fiskal
belum diketahui, sehingga target pendapatan tersebut belum bisa
dicantumkan atau informasi resmi mengenai alokasi Dana Insentif
Fiskal Tahun Anggaran 2024 yang dipublikasikan melalui portal
Kementerian Keuangan.
10

b. Transfer antar daerah


1) Pendapatan Bagi Hasil
Pendapatan bagi hasil merupakan dana yang bersumber dari
Pendapatan Daerah Provinsi yang dialokasikan kepada Daerah
Kabupaten/Kota berdasarkan angka persentase tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang meliputi Bagi
hasil Pajak Kendaraan Bermotor, Bagi Hasil Bea Balik Nama KB, Bagi
Hasil Pajak Bahan Bakar KB, Bagi hasil Pajak Air Permukaan dan Bagi
Hasil Pajak Rokok.
Pendapatan kabupaten/kota yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak
Daerah pemerintah provinsi didasarkan pada penganggaran belanja
Bagi Hasil Pajak Daerah dalam APBD pemerintah provinsi Tahun
Anggaran 2024.
2) Bantuan Keuangan
Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baik
yang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterima dari
Pemerintah Provinsi Atau Pemerintah Kabupaten/Kota lainnya
dianggarkan dalam APBD penerima bantuan sepanjang sudah
dianggarkan dalam APBD pemberi bantuan.
Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan
bersifat umum tersebut diterima setelah peraturan daerah tentang
APBD Tahun Anggaran 2024 ditetapkan. Maka pemerintah daerah
harus menyesuaikan bantuan keuangan dimaksud pada peraturan
daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2024 atau
dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak
melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2024.
Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan
bersifat khusus tersebut diterima setelah peraturan daerah tentang
APBD Tahun Anggaran 2024 ditetapkan. maka pemerintah daerah
harus menyesuaikan bantuan keuangan bersifat khusus dimaksud
dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan Walikota
tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2024 dengan
pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung
dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran
2024 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak
melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2024.
11

Dikarenakan pada saat penyusunan Kebijakan Umum APBD alokasi


pendapatan dari bantuan keuangan belum diketahui. Maka
pendapatan dari bantuan keuangan provinsi belum diketahui, karena
pendapatan tersebut belum ditetapkan.
7. Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-lain Pendapatan
Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Pendapatan Hibah
mekanisme pencatatan pendapatan dimaksud pada Badan Pendapatan
Daerah, Akun Pendapatan, Kelompok Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah,
Jenis Hibah, Obyek Pendapatan Hibah dari Pemerintah Pusat, Rincian Obyek
Pendapatan Hibah dari Pemerintah Pusat, Sub Rincian Obyek Pendapatan
Hibah dari Pemerintah Pusat.
8. Dalam menyusun Rincian Belanja RKPD/RENJA/KUAPPAS pendapatan agar
dirinci menurut jenis pendapatan, obyek pendapatan sampai dengan sub
rincian pendapatan.

B. PRINSIP-PRINSIP BELANJA DAERAH.


1. Diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan Urusan Pemerintahan Konkuren
yang menjadi kewenangan Perangkat Daerah yang terdiri dari Urusan Wajib
Pelayanan Dasar dan Non Pelayanan Dasar, serta Urusan Pilihan, disusun
berdasarkan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dan input
yang direncanakan;
2. Penganggaran Belanja agar memperhatikan pula prinsip kewajaran dan
kepatutan, efisien, efektif, dan bertanggung jawab dalam pencapaian
sasaran / target;
3. Alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap SKPD harus terukur
dan diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
yang telah ditetapkan;
4. Tepat dalam Penempatan Kode Rekening Belanja.
5. Berpedoman pada Standar Harga di Lingkungan Pemerintah Kota Semarang
meliputi:
a. Standar Harga Satuan (SHS);
b. Standar Biaya Umum (SBU);
c. Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK);
d. Analisis Standar Biaya (ASB).
12

6. Rincian Belanja Yang Tidak Diperkenankan Untuk Dialokasikan yaitu Belanja


Langganan Internet dan pengadaan server kecuali Diskominfo,
Dispendukcapil, Area Traffic Control System (ATCS) Dishub, BPKAD dan
Bapenda untuk sewa host to host dengan perbankan. Untuk Bagian
Pengadaan Barang dan Jasa (LPBJ) masih diperkenankan menganggarkan
pembayaran langganan co-location dan lokasi yang tidak/belum terjangkau
dan/atau tidak terlayani oleh Diskominfo berdasarkan surat keterangan dari
Diskominfo
7. Tidak diperkenankan menganggarkan sub kegiatan yang hanya diuraikan ke
dalam jenis belanja pegawai (kecuali pada sub kegiatan Penyediaan Gaji dan
Tunjangan ASN), objek belanja honorarium, rincian objek belanja dan sub
rincian objek belanja honorarium ASN.
8. Dalam penyusunan Rincian Belanja RKPD/RENJA/KUA dan PPAS pengadaan
belanja modal harus berpedoman dengan Surat Edaran Walikota Semarang
Perihal Penyusunan RKBMD Tahun 2023.
9. Belanja Operasi
a. Belanja Pegawai
1) Belanja pegawai digunakan untuk menganggarkan kompensasi yang
diberikan kepada Kepala Daerah, wakil Kepala Daerah, pimpinan dan
anggota DPRD, serta pegawai ASN dan ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Sehinga tidak
diperkenankan menganggarkan honor bagi Non ASN di jenis belanja
pegawai.
2) Kebijakan kompensasi sebagaimana dimaksud nomor 1) antara lain
gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan melekat, tambahan
penghasilan pegawai, jaminan kesehatan dan keselamatan kerja.
3) Penganggaran belanja pegawai terdiri dari Gaji dan Tunjangan ASN,
Tambahan Penghasilan ASN, Insentif bagi ASN atas Pemungutan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD,
Tambahan Penghasilan (Tamsil) Guru PNSD, Jasa Pelayanan
Kesehatan bagi ASN, Honorarium, Jasa Pengelolaan BMD, Gaji dan
Tunjangan DPRD, Gaji dan Tunjangan KDH/WKDH, Penerimaan
Lainnya Pimpinan DPRD serta KDH/WKDH, Pegawai BLUD, dan jasa
layanan lainnya yang diamanatkan dalam peraturan perundang-
undangan.
13

4) Gaji dan Tunjangan ASN terdiri dari gaji pokok, tunjangan keluarga,
tunjangan melekat, tambahan penghasilan pegawai, jaminan
kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan
Tabungan Perumahan Rakyat Pemberi Kerja.
5) Dalam menganggarkan Gaji dan Tunjangan ASN dengan
memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan ASN,
pemberian gaji ketiga belas, Tunjangan Hari Raya, dan
memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 1,5% (satu koma
lima persen) dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan
tunjangan serta mempertimbangkan pengangkatan calon ASN (PNS
dan PPPK) berdasarkan formasi pegawai yang sudah ditetapkan.
6) Penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Wali Kota/Wakil Wali Kota,
Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD mempedomani Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial dan Peraturan Presiden Nomor 82
Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun
2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 82
Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan; sedangkan pengembangan
cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan diluar cakupan
penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS,
tidak diperkenankan dianggarkan;
7) Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Kematian Bagi ASN
mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015 Tentang
Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Jaminan Kematian Bagi Pegawai
Aparatur Sipil Negara sebagaimana diubah menjadi Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015 Tentang Jaminan Kecelakaan Kerja
Dan Jaminan Kematian Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara.
8) Penganggaran Jaminan Kesehatan (4% dari gaji pokok dan tunjangan
yang melekat), Jaminan Kecelakaan Kerja (0,24% dari gaji pokok).
dan Jaminan Kematian (0,72% dari gaji pokok) yang menjadi beban
Pemerintah dianggarkan tersendiri pada masing-masing SKPD;
14

9) Penganggaran Iuran Simpanan Peserta Tabungan Perumahan Rakyat


(TAPERA) bagi ASN mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat
Pemberi Kerja sebesar 0,5% dari gaji pokok.
10) Belanja Gaji dan Tunjangan ASN bersumber dari Dana Alokasi Umum
(DAU).
11) Penganggaran Tambahan Penghasilan ASN (TPP) pada sub rincian
objek belanja Tambahan Penghasilan berdasarkan beban kerja,
dikecualikan Inspektorat dan Bagian Pengadaan Barang dan Jasa
Setda dianggarkan pada Tambahan Penghasilan berdasarkan Kondisi
Kerja.
12) Penganggaran Tambahan Penghasilan ASN (TPP) dianggarkan 12 Kali
sebesar 100% untuk TPP Reguler, khusus untuk penganggaran TPP 13
dan TPP THR sebesar 50%.
13) Belanja Tambahan Penghasilan ASN (TPP) bersumber dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
14) Tunjangan Profesi Guru ASN Daerah dan Dana Tambahan Penghasilan
Guru ASN Daerah yang bersumber dari APBN TA 2023 melalui DAK Non
Fisik, insentif pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah,
insentif dan/atau tunjangan kepada pejabat atau pegawai berupa
belanja jasa pengelolaan BMD serta honorarium merupakan salah
satu penghitungan dalam kriteria tambahan penghasilan berdasarkan
pertimbangan objektif lainnya.
15) Honorarium yang termasuk belanja pegawai terdiri dari :
a. Honorarium Penanggungjawaban Pengelola Keuangan seperti :
(1) BUD/Kuasa BUD
(2) KPA
(3) PPK SKPD
(4) PPTK
(5) Bendahara Penerimaan
(6) Bendahara Pengeluaran
(7) Bendahara Penerimaan Pembantu
(8) Bendahara Pengeluaran Pembantu
(9) Pembantu Bendahara Penerimaan Pembantu
(10) Pembantu Bendahara Pengeluaran Pembantu
Keterangan :
15

- Khusus honorarium PA di peruntukan bagi PA yang mengelola


kegiatan pekerjaan Kontruksi dan barang di atas 100 M per
paket, untuk jasa konsultasi dan jasa lainnya diatas 10 M per
paket;
- Besaran honorarium bendahara pengeluaran (BP) di dasarkan
pada besaran pagu yang hanya di kelola oleh bendahara
pengeluaran (total pagu OPD di kurangi besaran pagu yang di
KPA-kan), bukan dari total pagu OPD yang bersangkutan.
b. Honorarium Pengadaan Barang/Jasa
Honorarium ini diberikan kepada pejabat pengadaan barang/jasa
untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dikecualikan
honorarium pengadaan belanja modal dikapitalisasikan dibelanja
modal.
c. Honorarium Perangkat Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa
(UKPBJ)
Honorarium ini diberikan kepada aparatur sipil negara yang
diberi tugas pada UKPBJ berdasarkan surat keputusan pejabat
yang berwenang.
16) Jasa Pengelolaan BMD
Honorarium diberikan kepada Pengurus Barang/Pengurus Barang
tingkat Kuasa Pengguna Barang.

b. Belanja Barang dan Jasa


1) Kebijakan Honorarium
a) Penganggaran honorarium sebagai imbalan yang diberikan
kepada ASN dan Non ASN berdasarkan penugasan dan
besarannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan termasuk honor tim dan panitia dianggarkan dalam
Belanja Barang dan Jasa.
b) Penganggaran jasa sebagai imbalan yang diberikan kepada ASN
dan Non ASN berdasarkan keahlian/profesi secara spesifik yang
dituangkan dalam perjanjian/penugasan dan besarannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (termasuk
honor narasumber) dianggarkan dalam Belanja Barang dan Jasa.
c) Jika di SKPD tidak ada Kuasa pengguna barang, maka SKPD yang
bersangkutan hanya dapat menganggarkan honor pengurus
16

barang (SKPD tidak boleh menganggarkan honor pengurus


barang tingkat kuasa pengguna barang (pengurus barang
pembantu));
d) Honor TIM dapat diberikan dalam hal memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1) mempunyai keluaran (output) jelas dan terukur;
2) bersifat koordinatif untuk tim pemerintah daerah:
(a) dengan mengikutsertakan instansi pemerintah di luar
pemerintah daerah yang bersangkutan untuk tim yang
ditandatangani oleh kepala daerah; atau
(b) antar satuan kerja perangkat daerah untuk tim yang
ditandatangani oleh sekretaris daerah.
3) bersifat temporer dan pelaksanaan kegiatannya perlu
diprioritaskan;
4) merupakan tugas tambahan atau perangkapan fungsi bagi
yang bersangkutan di luar tugas dan fungsi sehari-hari;
5) dilakukan secara selektif, efektif, dan efisien; dan
6) Menjalankan amanat peraturan perundang-undangan.
e) Honor tidak dapat diberikan atas TIM yang dibentuk selain
Walikota dan Sekretaris Daerah.
f) Anggota TIM terdiri dari eselon II maksimal 2 orang, eselon III
maksimal 3 orang, eselon IV, pelaksana dan pejabat fungsional
maksimal 5 orang, batasan jumlah ini hanya berlaku untuk
anggota TIM yang berasal dari ASN dilingkungan Pemerintah Kota
Semarang berdasarkan tabel dibawah ini:
No Jabatan Klasifikasi I
1 Pejabat Eselon I dan Eselon II 2
2 Pejabat Eselon III 3
3 Pejabat Eselon IV, Pelaksana, dan 5
Pejabat Fungsional

g) Pembatasan anggota tim sebagaimana tersebut dalam huruf f)


diatas hanya berlaku bagi anggota tim yang berasal dari ASN di
lingkungan Pemerintah Kota Semarang.
h) Untuk anggota TIM yang disebutkan khusus dalam Standar Harga
Satuan di Lingkungan Pemerintah Kota Semarang seperti TAPD
jumlah anggota TIM dapat melebihi sebagaimana disebutkan
dalam huruf f diatas.
17

i) Sekretariat tim pelaksana kegiatan hanya dapat dibentuk untuk


menunjang tim pelaksana kegiatan dan yang ditetapkan oleh
sekretaris daerah.
j) Jumlah sekretariat tim pelaksana kegiatan diatur sebagai
berikut:
(1) paling banyak 10 (sepuluh) orang untuk tim pelaksana
kegiatan yang ditetapkan oleh kepala daerah; atau
(2) paling banyak 7 (tujuh) orang untuk tim pelaksana kegiatan
yang ditetapkan oleh sekretaris daerah.
k) Honorarium panitia diberikan kepada aparatur sipil negara yang
diberi tugas oleh pejabat yang berwenang sebagai panitia atas
pelaksanaan kegiatan seminar, rapat kerja, sosialisasi,
diseminasi, workshop, sarasehan, simposium, lokakarya, dan
kegiatan sejenis serta kegiatan lainya yang memerlukan
kepanitiaan seperti panitia hari jadi, penyerahan DPA, dll
sepanjang peserta yang menjadi sasaran utama kegiatan berasal
dari luar satuan kerja perangkat daerah penyelenggara dan/
atau masyarakat.
Dalam hal pelaksanaan kegiatan seminar, rapat kerja,
sosialisasi, diseminasi, workshop, sarasehan, simposium,
lokakarya, dan kegiatan sejenis memerlukan tambahan panitia
yang berasal dari non aparatur sipil negara harus dilakukan
secara selektif dengan mempertimbangkan urgensi, dengan
besaran honorarium mengacu pada besaran honorarium untuk
anggota panitia.
Untuk jumlah peserta 40 (empat puluh) orang atau lebih, jumlah
panitia yang dapat diberikan honorarium maksimal 10% (sepuluh
persen) dari jumlah peserta dengan mempertimbangkan
efisiensi dan efektivitas. Sedangkan untuk jumlah peserta
kurang dari 40 (empat puluh) orang, jumlah panitia yang dapat
diberikan honorarium paling banyak 4 (empat) orang.
Pembentukan Panitia tersebut diatas dapat di tanda tangani
oleh Kepala SKPD.
l) Honorarium panitia penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan
pelatihan dapat diberikan kepada panitia penyelenggara
pendidikan dan pelatihan yang melaksanakan fungsi tata usaha
pendidikan dan pelatihan, evaluator, dan fasilitator kunjungan
18

serta hal lain yang menunjang penyelenggaraan pendidikan dan


pelatihan berjalan dengan baik dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) merupakan tugas tambahan atau perangkapan fungsi bagi
yang bersangkutan;
2) dilakukan secara selektif dengan mempertimbangkan
urgensinya;
3) jumlah peserta 40 (empat puluh) orang atau lebih, jumlah
panitia yang dapat diberikan honorarium paling tinggi 10%
(sepuluh persen) dari jumlah peserta dengan
mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan;
4) jumlah peserta kurang dari 40 (empat puluh) orang,
jumlah panitia yang dapat diberikan honorarium paling
banyak 4 (empat) orang; dan
5) jam pelajaran yang digunakan untuk kegiatan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan adalah 45
(empat puluh lima) menit.
m) Untuk pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tidak
diperkenankan menganggarkan honor bagi pendamping
pengajar.
n) Tidak diperkenankan menganggarkan honorarium lembur.
o) Untuk honor TIM dan Sekretariat TIM dianggarkan dalam akun
5.1.02.02.01.0004 Belanja Jasa Tim Pelaksana Kegiatan dan
Sekretariat Tim Pelaksana Kegiatan.
p) Honor Narasumber dan Panitia yang berasal dari dalam
penyelenggara hanya dapat dianggarkan sepanjang pesertanya
sebagian besar dari luar penyelenggara. Besaran honorarium
narasumber mengacu pada SHS, dianggarkan dalam Belanja
Barang dan Jasa dan melekat pada Sub Kegiatan yang
bersangkutan dan diberikan 50% dari nilai standar harga.
q) Honorarium narasumber atau pembahas diberikan kepada
pejabat negara, pejabat daerah, aparatur sipil negara, dan
pihak lain yang memberikan informasi atau pengetahuan dalam
kegiatan seminar, rapat, sosialisasi, diseminasi, bimbingan
teknis, workshop, sarasehan, simposium, lokakarya, focus group
discussion, dan kegiatan sejenis (tidak termasuk untuk kegiatan
pendidikan dan pelatihan);
19

r) Gaji TPHL dan Honor non ASN (Pegawai Kontrak) yang melalui
perikatan dianggarkan pada Sub Kegiatan yang bersangkutan,
dianggarkan 12 bulan.
s) Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Kematian Bagi
Non ASN mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2019 Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan
Kerja Dan Jaminan Kematian;
t) Penganggaran Jaminan Kesehatan Non ASN (4%), Jaminan
Kecelakaan Kerja Non ASN (0,24%) dan Jaminan Kematian Non
ASN (0,3%) yang menjadi beban Pemerintah dianggarkan
tersendiri pada masing-masing SKPD;

2) Perjalanan Dinas
a. perjalanan dinas dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa
prinsip antara lain:
1) selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi
dan prioritas yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
2) ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian
kinerja satuan kerja perangkat daerah;
3) efisiensi penggunaan belanja daerah;
4) akuntabilitas pemberian perintah pelaksanaan perjalanan
dinas dan pembebanan Perjalanan dinas; dan
5) Laporan hasil perjalanan dinas.
b. Biaya Perjalanan dinas terdiri dari :
(1) Uang Harian;
(2) Biaya transport ( Keberangkatan dan Kepulangan );
(3) Biaya Penginapan;
(4) Biaya Representasi (Khusus Walikota, Wakil Walikota, Eselon
II dan DPRD);
(5) Biaya Sewa Kendaraan.
(6) Biaya Pemeriksaan Kesehatan Covid 19 (Genose/Rapid
Test/PCR Test/Swap Test) atau pemeriksaan kesehatan sesuai
dengan yang dipersyaratkan.
20

c. Uang Harian terdiri atas uang makan, uang saku, transport lokal
yang diberikan secara lumpsum sesuai tanggal pelaksanaan
Perjalanan Dinas.
d. Khusus untuk biaya perjalanan dinas ke Luar Negeri hanya dapat
dianggarkan tersentral pada Bagian Kerjasama dan Otonomi
Daerah Sekretariat Daerah.
e. Uang Representasi
Uang representasi diberikan sebagai pengganti atas pengeluaran
tambahan dalam kedudukan sebagai Walikota, Wakil Walikota,
Pimpinan dan Anggota DPRD, dan pejabat eselon II yang setara
dalam rangka perjalanan dinas seperti biaya tips porter, tips
pengemudi, yang diberikan secara lumpsum.
f. Dalam hal belanja Perjalanan Dinas Luar Daerah mendampingi
DPRD maksimal 3 personil per SKPD (untuk Setda pembatasannya
per Asisten) khusus untuk Setwan maksimal 5 personil
Pembatasan tersebut tidak termasuk driver untuk pejabat eselon
II dan pimpinan Dewan.
g. Penyediaan anggaran untuk Perjalanan Dinas yang
mengikutsertakan Tenaga Kontrak Kegiatan diperhitungkan dalam
Belanja Perjalanan Dinas.
h. Untuk kegiatan rapat/pertemuan yang diselenggarakan diluar
kantor dapat dilakukan sehari penuh dan menginap dapat
menggunakan akomodasi paket fullboard dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Untuk pejabat eselon II atau yang disetarakan keatas,
akomodasi 1 (satu) kamar untuk 1 (satu) orang;
2) Untuk pejabat eselon III ke bawah, akomodasi 1 (satu) kamar
untuk 2 (dua) orang;
3) Tidak berlaku untuk pelaksanaan kegiatan dengan peserta
kegiatan hanya dari satu SKPD.
i. Untuk fullboard dalam kota hanya diperkenankan apabila
sebagian pesertanya berasal dari luar Pemerintah Kota Semarang.
j. Untuk fullboard dalam /luar kota dianggarkan pada paket metting
belanja perjalanan dinas dalam daerah/luar daerah (luar kota).
k. Perjalanan dinas di dalam kota yang kurang dari 8 (delapan) jam
hanya diberikan uang transport lokal termasuk pemberian uang
21

transportasi pada masyarakat dalam rangka menghadiri rapat,


seminar, dan sejenisnya.
l. Biaya perjalanan dalam Kota bagi pejabat negara/pegawai
Aparatur Sipil Negara/Anggota POLRI/TNI/Pihak lain diberikan
dengan ketentuan :
(1) Diberikan dalam rangka melaksanakan Tugas / kegiatan /
pekerjaan di luar kantor yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugas kantor / instansi yang bersifat insidentil dalam batas
wilayah Kota Semarang (PP);
(2) Tidak dapat diberikan untuk kegiatan atau rapat dalam
komplek perkantoran yang sama, kecuali hari libur;
(3) Disertai Surat Tugas, dan Laporan Hasil Perjalanan Dinas;
(4) Bagi yang tidak mendapatkan fasilitas kendaraan dinas
jabatan / operasional (Mobil/Roda 4).
m. Bagi PNS pemegang kendaraan dinas roda 2 yang mendapat uang
transport kegiatan, maka pada hari yang sama PNS yang
bersangkutan tidak di berikan BBM untuk kendaraan yang
bersangkutan (berdasarkan Surat Edaran Walikota Nomor
B/2588/900/VI/2021 Perihal SPJ Anggaran Belanja BBM dengan
Perjalanan Dinas).
n. Studi Komparasi
Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam negeri dan luar
negeri memperhatikan ketentuan:
(1) Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka
kunjungan kerja atau studi banding, baik perjalanan dinas
dalam negeri maupun perjalanan dinas luar negeri, dilakukan
secara selektif, frekuensi, jumlah hari dan jumlah orang
dibatasi serta memperhatikan target kinerja dari perjalanan
dinas dimaksud sehingga relevan dengan substansi kebijakan
Pemerintah Daerah. Hasil kunjungan kerja atau studi banding
dilaporkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Untuk kegiatan kunker atau konsultasi/studi komparasi
dengan lokasi diluar provinsi di pulau jawa dalam satu lokus
maksimal 2 hari, dan untuk lokasi di luar provinsi di luar jawa
untuk satu lokus maksimal 3 hari.
22

(3) ASN, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, pimpinan dan
anggota DPRD dapat melakukan perjalanan keluar negeri.
Perjalanan luar negeri mempedomani ketentuan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2019 tentang Tata
Cara Perjalanan ke Luar Negeri di Lingkungan Kementerian
Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.
3) Pemeliharaan Sarana dan Inventaris Kantor
a) Satuan Biaya Pemeliharaan Kendaraan Dinas digunakan untuk
mempertahankan kendaraan dinas agar tetap dalam kondisi
normal dan siap pakai sesuai dengan peruntukannya. Satuan biaya
tersebut sudah termasuk biaya bahan bakar minyak, dan
perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).
b) Biaya pemeliharaan kendaraan dinas tidak diperuntukan bagi :
(1) Kendaraan yang rusak berat yang memerlukan biaya
pemeliharaan besar dan untuk selanjutnya harus
dihapuskan dari daftar inventaris; dan/atau
(2) Pemeliharaan kendaraan dinas yang bersifat rekondisi
dan/atau overhaul.
(3) Kendaraan operasional dinas yang berusia diatas 10 Tahun
kecuali yang mendapatkan ijin kelayakan operasional dari
Dinas Perhubungan Kota Semarang.
c) Satuan biaya pemeliharaan gedung/bangunan
Untuk perencanaan kebutuhan biaya pemeliharaan rutin
gedung/bangunan di dalam negeri dengan maksud:
(1) Menjaga/mempertahankan gedung dan bangunan kantor di
dalam negeri agar tetap dalam kondisi semula, atau
(2) Perbaikan dengan tingkat kerusakan kurang dari atau sama
dengan 2% (dua persen) dari nilai bangunan saat ini, tidak
termasuk untuk pemeliharaan gedung/bangunan di dalam
negeri yang memiliki spesifikasi khusus berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
(3) Pemeliharaan Gedung Kantor dan Satuan Pendidikan Sekolah
di Dinas Pendidikan dapat dianggarkan melalui OM.
d) Biaya pemeliharaan gedung atau bangunan dalam negeri
dialokasikan untuk:
(1) Gedung atau bangunan milik daerah dan/atau
23

(2) Gedung atau bangunan milik pihak lain yang disewa dan/atau
dipinjam oleh pengguna barang dan dalam perjanjian diatur
tentang adanya kewajiban bagi pengguna barang untuk
melakukan pemeliharaan.
(3) Anggaran pemeliharaan gedung dianggarkan pada SKPD yang
bersangkutan. Untuk bangunan yang dibangun atau
dikerjakan oleh SKPD teknis (bukan SKPD
pengguna/bersangkutan), maka SKPD
pengguna/bersangkutan harus menganggarkan pemeliharaan
terhadap bangunan yang dibangun atau dikerjakan oleh SKPD
teknis.
4) Belanja Pengadaan Pakaian Dinas, Pakaian Olahraga, dan Pakaian
hari-hari tertentu ditentukan standar harga dan jenis serta kualitas
yang sama untuk seluruh perangkat daerah dan di sentralkan di
Sekretariat Daerah Kota Semarang Kecuali Pakaian kerja yang
membutuhkan spesifikasi khusus seperti pakaian seragam Damkar,
Dishub, Satpol, BPBD, PSL, PSR, PDH untuk di Setwan, Sekretariat
Daerah, Walikota, Wakil Walikota, Seragam Tim Saber Pungli,
Seragam Pelayanan untuk Distaru, Seragam PKK tingkat Kota, Dharma
Wanita tingkat Kota, Korsik, Tim Yustisi Pendapatan, Seragam
Pengiriman Kontingen Olahraga, Tim Ambulance Hebat/Seragam
Ambulance Siaga, Pakaian Laboratorium, Pakaian Dinas Lapangan
Penyuluh Pertanian, Pakaian seragam untuk outbond kepala SKPD
yang diselenggarakan BKPP dan pakaian olah raga diklat yang di
selenggarakan BKPP, Seragam Peringatan hari-hari besar/tertentu
seperti Hari Jadi Kota Semarang, dan Kegiatan yang diselenggarakan
di tingkat Provinsi dan/atau Nasional, dan Kegiatan Khusus Lainnya.
5) Outbond / capacity building tidak di perbolehkan kecuali atas
pertimbangan TAPD yang dilaksanakan oleh BKPP, dan anggaran yang
bersumber dari BLUD;
6) Pengadaan tenaga kontrak kegiatan / non ASN didasarkan pada Surat
Keputusan Walikota tentang Persetujuan Pengelolaan Pegawai
Kontrak sebagai Penunjang Kegiatan pada SKPD.
7) Semua program/kegiatan/sub kegiatan yang berkaitan dengan Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) baik tentang
aplikasi/software (Online dan Offline), Infrastruktur TIK dan SDM TIK
24

(sosialisasi/bimtek/kursus/diklat) agar dikoordinasikan dengan Tim


Koordinasi SPBE Kota Semarang Cq. Diskominfo. (Lampiran, Form 3).
8) SKPD yang akan membangun sistem informasi baik melalui perangkat
daerah teknis ataupun dikerjakan secara mandiri dan atau dengan
pihak ketiga diharuskan menyediakan dokumen-dokumen terkait
seperti; analisa kebutuhan tujuan dan fungsi aplikasi, flow chart,
proses bisnis dan sebagainya. Dalam hal pembelian lisensi/software
diharuskan sesuai dengan kebutuhan dan tugas fungsi dari perangkat
daerah. Kegiatan-kegiatan tersebut dikonsultasikan dengan Tim
Koodinasi SPBE (melalui perangkat daerah teknis yang menangani
dalam hal ini adalah Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistika
Kota Semarang)
9) SKPD tidak diperkenankan menganggarkan belanja hosting diluar
milik Pemkot Semarang.
10) Domain yang digunakan untuk berbagai web/aplikasi online harus
memakai semarangkota.go.id.
11) SKPD tidak boleh memiliki server / cloud server sendiri kecuali
diperkenankan oleh peraturan yang berlaku (Contoh: Dispenduk).
12) Pembangunan jaringan internet/intranet atau fiber optic (FO) untuk
kepentingan SKPD mendapat rekomendasi dari Tim Koordinasi SPBE
(melalui Diskominfo Kota Semarang).
13) Barang dengan nilai perolehan memenuhi batas minimal kapitalisasi
dan memiliki kriteria sebagai aset tetap akan tetap memiliki
karakteristik sebagai pelengkap (asesoris) atas suatu aset tetap,
barang pecah belah, mudah rusak dan rawan hilang diperlakukan
sebagai persediaan. Untuk belanja barang sebagaimana tersebut
dibawah ini dianggarkan dalam Belanja Barang / Jasa:
No Kelompok/Jenis Barang Contoh Nama Barang
1 Perlengkapan rumah tangga gelas, piring, toples, mangkok, sendok,
dan barang pecah belah garpu, sepatula, tabung
kimia/biologi/fisika, vas bunga,
regulator gas, regulator oksigen, gambar
presiden dan wakil presiden, lambang
garuda, akuarium, kursi plastik, tanda
batas tanah (pathok), tanda papan
pengumuman (tomprang), tirai, gorden,
vertical/horisontal blind,
karpet/hambal, wallpaper
25

No Kelompok/Jenis Barang Contoh Nama Barang


2 Barang perlengkapan flashdisk, routing wifi/internet, mouse,
komputer dan jaringan pointer, keyboard, baterey laptop,
stabiliser, charger laptop, modem,
hardisk internal, hardisk eksternal, stop
kontak portable, roll kabel, bohlam
lampu/lampu jalan, lampu lilit/hias.
3 Perlengkapan Tidur pada bantal, guling, kasur/kasur lipat/
Rumah Sakit atau Rumah sleeping bag, sprei, selimut, handuk,
Jompo/ Panti Asuhan krey pembatas ruangan, regulator
oksigen, matras plastik/perlak, matras
senam lantai.
4 Rambu lalu lintas papan nama jalan, gasson, traffic cone,
kaca tikung, water barrier
5 Alat kesehatan cold box/thermos vaksin, infanometer,
resusitation for aduit, doppler, forcep,
pulse oxymeteri, insisi mes, diagnostik
set/alat gigi, bor gigi, tip scaller piezo,
tang gigi, citojeck, gelas supit, tiang
infuse, alat test uric acid, alat test GCT
Accutrend, plastis instrumen,
pemeriksaan gula darah stik, stetoscop,
implant kit, UKS kit, posyandu kit,
kebidanan set, partus set, para film,
tensimeter digital, termometer
manual/digital, thermal gun/thermo
gun, timbangan badan digital.

14) Atas aset tetap Pemerintah Kota yang dimanfaatkan/digunakan pihak


lain, maka pemeliharaan, perawatan dan biaya operasional menjadi
tanggung jawab pihak pemakai.
15) Pengadaan belanja jasa yang akan diserahkan atau dijual kepada
masyarakat/pihak lain dalam rangka melaksanakan program,
kegiatan dan sub kegiatan Pemerintahan Daerah berdasarkan visi dan
misi Kepala Daerah yang tertuang dalam RPJMD dan dijabarkan dalam
RKPD, dianggarkan dalam jenis belanja barang dan jasa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
16) Pengadaan belanja jasa yang akan diserahkan kepada
masyarakat/pihak ketiga/pihak lain pada tahun anggaran berkenaan
dimaksud dianggarkan sebesar harga beli yang akan diserahkan
kepada pihak ketiga/pihak lain/masyarakat ditambah seluruh
belanja yang terkait dengan pengadaan jasa sampai siap diserahkan.
26

17) Belanja Uang dan/atau jasa untuk Diberikan kepada Pihak


Ketiga/Pihak Lain/Masyarakat digunakan untuk menganggarkan Uang
dan/atau Jasa untuk Diberikan Kepada Pihak Ketiga/Pihak
Lain/Masyarakat memperhatikan asas kepatutan, kewajaran,
rasionalitas dan efektifitas dalam pencapaian sasaran program,
kegiatan dan sub kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan waktu
pelaksanaan sub kegiatan dalam rangka mencapai target kinerja sub
kegiatan dimaksud. Belanja barang dan jasa berupa pemberian Uang
yang diberikan kepada masyarakat/pihak lain diberikan dalam
bentuk:
a) pemberian hadiah yang bersifat perlombaan;
b) penghargaan atas suatu prestasi;
c) pemberian beasiswa kepada masyarakat;
d) penanganan dampak sosial kemasyarakatan akibat penggunaan
tanah milik Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan
pembangunan proyek strategis nasional dan non proyek strategis
nasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e) Bantuan fasilitasi premi asuransi pertanian dan perikanan;
dan/atau
f) Belanja barang dan jasa berupa pemberian uang lainnya yang
diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
18) Untuk penganggaran Sub Kegiatan dibawah ini berpedoman pada
Analisis Standar Belanja (ASB) Tahun Anggaran 2024 Sebagai berikut:
a) Evaluasi Kinerja Perangkat Daerah
b) Koordinasi dan Penyusunan Dokumen DPA-SKPD
c) Koordinasi dan Penyusunan Dokumen DPA-SKPD Perubahan
d) Koordinasi dan Penyusunan Dokumen RKA-SKPD
e) Koordinasi dan Penyusunan Dokumen RKA-SKPD Perubahan
f) Koordinasi dan Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar
Realisasi SKPD
g) Koordinasi dan Penyusunan Laporan Keuangan AKhir Tahun
h) Koordinasi dan Penyusunan Laporan Keuangan
Bulanan/Triwulanan/Semesteran SKPD
i) Penyusunan Dokumen Perencanaan Perangkat Daerah
j) Penyusunan Pelaporan dan Analisis Prognosis Realisasi Anggaran
k) Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan
27

l) Bimbingan Teknis Implementasi Peraturan Perundang-Undangan


m) Fasilitasi Kunjungan Tamu
n) Penyelenggaraan Rapat Kordinasi dan Konsultasi
o) Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan
p) Fasilitasi Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat

c. Belanja Hibah.
1) Belanja hibah diberikan kepada pemerintah pusat, pemerintah
daerah lainnya, badan usaha milik negara, BUMD, dan/atau badan dan
lembaga, serta organisai kemasyarakatan yang berbadan hukum, yang
secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, besifat tidak wajib
dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus setiap tahun
anggaran, kecuali ditentukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Penganggaran belanja hibah dianggarkan pada SKPD terkait dan
dirinci menurut objek, rincian objek, dan sub rincian objek pada
program, kegiatan, dan sub kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi
perangkat daerah terkait. Untuk belanja hibah yang bukan
merupakan urusan dan kewenangan pemerintah daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan untuk
menunjang pencapaian sasaran program, kegiatan dan sub kegiatan
pemerintah daerah, dianggarkan pada perangkat daerah yang
melaksanakan urusan pemerintahan umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3) Belanja hibah memenuhi kriteria paling sedikit :
a) Peruntukan secara spesifik telah ditetapkan;
b) Bersifat tidak wajib, tidak mengikat;
c) Tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali :
(1) Kepada pemerintah pusat dalam rangka mendukung
penyelenggaraan pemerintahan daerah sepanjang tidak
tumpang tindih penggunaanya dengan APBN sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
(2) Badan dan lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
(3) Partai politik dan/atau;
(4) Ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan
28

4) Pemberian hibah didasarkan atas usulan tertulis yang disampaikan


kepada Walikota Semarang.

d. Belanja Bantuan Sosial


1) Belanja bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian
bantuan berupa uang dan/atau barang kepada individu, keluarga,
kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus
menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial, kecuali dalam keadaan
tertentu dapat berkelanjutan.
2) Keadaan tertentu dapat berkelanjutan diartikan bahwa bantuan
sosial dapat diberikan setiap tahun anggaran sampai penerima
bantuan telah lepas dari resiko sosial.
3) Bantuan sosial berupa uang adalah uang yang diberikan secara
langsung kepada penerima seperti beasiswa bagi anak miskin, yayasan
pengelola yatim piatu, nelayan miskin, masyarakat lanjut usia,
terlantar, cacat berat, dan tunjangan kesehatan putra putri pahlawan
yang tidak mampu.
4) Bantuan sosial berupa barang adalah barang yang diberikan secara
langsung kepada penerima bantuan kendaraan operasional untuk
sekolah luar biasa swasta dan masyarakat tidak mampu, bantuan
perahu untuk nelayan miskin, bantuan makanan/pakaian kepada
yatim piatu/tuna sosial, ternak bagi kelompok kurang mampu, dan
penyandang disabilitas.
5) Bantuan sosial berupa uang kepada individu, keluarga, kelompok,
dan/atau masyarakat terdiri atas bantuan sosial yang direncanakan
dan yang tidak dapat direncanakan.
6) Penganggaran bantuan sosial yang direncanakan dianggarkan pada
SKPD terkait dan dirinci menurut objek, rincian objek, dan sub rincian
objek pada program, kegiatan, dan sub kegiatan sesuai dengan tugas
dan fungsi perangkat daerah terkait.
7) Penganggaran bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya dianggarkan dalam Belanja Tidak Terduga.
29

10. Belanja Modal


a. Belanja modal digunakan untuk menganggarkan pengeluaran yang
dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap dan aset lainnya.
b. Tidak diperkenankan menganggarkan belanja modal diatas aset yang
bukan milik Pemerintah Kota Semarang.
c. Belanja Modal alat kantor dan rumah tangga dilakukan secara selektif
didasarkan pada Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) dan
disentralkan di Sekretariat pada masing-masing SKPD.
d. Nilai aset tetap yang dianggarkan dalam belanja modal tersebut
adalah sebesar harga beli atau bangun aset ditambah seluruh belanja
yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset siap
digunakan, sesuai dengan yang dimaksud dalam Pasal 64 ayat (4)
Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Lampiran I Pernyataan Standar Akuntasi
Pemerintahan (PSAP) 01 dan PSAP 07, Peraturan Pemerintah Nomor 71
tahun 2010 tentang Estándar Akuntansi Pemerintahan serta Buletin
Teknis Estándar Akuntansi Pemerintahan Nomor 17 tentang Akuntansi
Aset Tak Berwujud Berbasis Akrual.
e. Pengadaan aset tetap memenuhi kriteria :
1) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
2) Merupakan obyek pemeliharaan atau barang tersebut memerlukan
biaya atau ongkos untuk dipelihara;
3) Biaya perolehan aset dapat diukur secara handal;
4) Perolehan barang tersebut untuk digunakan dan dimaksudkan
untuk digunakan serta tidak untuk dijual/ dihibahkan/
disumbangkan/ diserahkan kepada pihak ketiga;
5) Memenuhi batas minimal kabitalisasi aset yang diatur dalam
peraturan Walikota Semarang tentang kebijakan akutansi
Pemerintah Kota Semarang.
f. Batas minimal kapitalisasi aset sebagaimana huruf e angka (3) untuk
pembelian barang tahun berkenaan (perolehan baru) sesuai dengan
Peraturan Wali Kota Semarang Nomor 20 Tahun 2023 tentang
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah (Berita Daerah Kota
Semarang Tahun 2023 Nomor 20) adalah sebagai berikut:
30

Tabel 1.1 Batas Minimal Kapitalisasi untuk Pembelian Barang Tahun


Berkenaan (Perolehan Baru)
Jumlah Harga
No. Uraian Lusin/Set/
Satuan (Rp)
1 Tanah 1
2 Peralatan dan Mesin, terdiri atas:
2.1 Alat-alat Berat 300.000
2.2 Alat-alat Angkutan: 300.000
2.3 Alat-alat Bengkel dan Alat Ukur 300.000
2.4 Alat-alat Pertanian/Peternakan 300.000
2.5 Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga 300.000
- Alat-alat Kantor 300.000
- Alat-alat Rumah Tangga 300.000
2.6 Alat Studio dan Alat Komunikasi 300.000
2.7 Alat-alat Kedokteran 300.000
2.8 Alat-alat Laboratorium 300.000
2.9 Alat Keamanan 300.000
3 Gedung dan Bangunan, yang terdiri
atas:
3.1 Bangunan Gedung 50.000.000
3.2 Bangunan Monumen 50.000.000
4 Jalan, Irigasi dan Jaringan, yg terdiri
atas:
4.1 Jalan dan Jembatan 10.000.000
4.2 Bangunan Air/Irigasi 10.000.000
4.3 Instalasi 1.000.000
4.4 Jaringan 1.000.000
5 Aset Tetap Lainnya, yang terdiri atas: Tidak dibatasi
5.1 Buku dan Perpustakaan Tidak dibatasi
5.2 Barang Bercorak Tidak dibatasi
Kesenian/Kebudayaan
5.3 Hewan/Ternak dan Tumbuhan Tidak dibatasi

5.4 Biota Perairan Tidak dibatasi


5.5 Tanaman Tidak dibatasi
5.6 Barang Koleksi Non Budaya Tidak dibatasi
5.7 Aset tetap renovasi Tidak dibatasi
6 Konstruksi Dalam Pengerjaan Tidak dibatasi

g. Dalam hal tidak memenuhi kriteria batas minimal kapitalisasi aset


tetap dianggarkan dalam belanja barang dan jasa.
h. Selain kriteria sebagaimana dimaksud, juga memuat kriteria lainnya
yaitu: berwujud, biaya perolehan aset tetap dapat diukur secara
andal, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas,
dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
i. Belanja modal dirinci menurut jenis belanja yang terdiri atas:
(1) belanja modal tanah;
31

(2) belanja modal peralatan dan mesin;


(3) belanja modal bangunan dan gedung;
(4) belanja modal jalan, jaringan, dan irigasi;
(5) belanja modal aset tetap lainnya;
(6) belanja aset lainnya.
j. Suatu pengeluaran belanja pemeliharaan akan diberlakukan sebagai
belanja Modal, jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
(1) Manfaat ekonomi atas barang/aset tetap yang dipelihara,
meliputi:
(a) Bertambah ekonomis/efisien dan/atau
(b) Bertambah umur ekonomis dan/atau
(c) Bertambah volume dan/atau
(d) Bertambah kapasitas produktifitas
(2) Memenuhi batas minimal kapitalisasi aset
k. Batas Minimal Kapitalisasi Pemeliharaan (pengeluaran setelah
perolehan) sebagaimana tersebut huruf j angka (6) diatas sesuai
dengan Peraturan Wali Kota Semarang Nomor 20 Tahun 2023 tentang
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah (Berita Daerah Kota
Semarang Tahun 2023 Nomor 20) adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2 Batas Kapitalisasi Pemeliharaan (Pengeluaran Setelah
Perolehan)
Jumlah Harga
No. Uraian Lusin/Set/Satuan
(Rp)
1 Tanah 1
2 Peralatan dan Mesin, terdiri atas:
2.1 Alat-alat Berat 300.000
2.2 Alat-alat Angkutan 300.000
2.3 Alat-alat Bengkel dan Alat Ukur 300.000
2.4 Alat-alat Pertanian/Peternakan 300.000
2.5 Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga 300.000
- Alat-alat Kantor 300.000
- Alat-alat Rumah Tangga 300.000
2.6 Alat Studio dan Alat Komunikasi 300.000
2.7 Alat-alat Kedokteran 300.000
2.8 Alat-alat Laboratorium 300.000
2.9 Alat Keamanan 300.000
3 Gedung dan Bangunan, yang terdiri
atas:
3.1 Bangunan Gedung 50.000.000
3.2 Bangunan Monumen 50.000.000
4 Jalan, Irigasi dan Jaringan, yg terdiri
atas:
4.1 Jalan dan Jembatan 10.000.000
32

Jumlah Harga
No. Uraian Lusin/Set/Satuan
(Rp)
4.2 Bangunan Air/Irigasi 10.000.000
4.3 Instalasi 1.000.000
4.4 Jaringan 1.000.000
5 Aset Tetap Lainnya, yang terdiri atas: Tidak dibatasi
5.1 Buku dan Perpustakaan Tidak dibatasi
5.2 Barang Bercorak Kesenian/ Tidak dibatasi
Kebudayaan/Olahraga
5.3 Hewan/Ternak dan Tumbuhan Tidak dibatasi
5.4 Biota Perairan Tidak dibatasi
5.5 Tanaman Tidak dibatasi
5.6 Barang Koleksi Non Budaya Tidak dibatasi
5.7 Aset tetap renovasi Tidak dibatasi
6 Konstruksi Dalam Pengerjaan Tidak dibatasi

l. Penganggaran belanja pemeliharaan dapat dilakukan sebagai berikut:


1) Atas aset yang tercatat sebagai aset Pemerintah Kota Semarang;
2) Atas aset yang dipinjam Pemerintah Kota Semarang dari pihak lain
yang dalam perjanjian pinjam pakainya memuat kewajiban bagi
Pemerintah Kota Semarang untuk melakukan pemeliharaan atas
aset yang menjadi obyek pinjam pakai tersebut;
m. Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
n. Dalam rangka efisiensi dan efektifitas, Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum yang luasnya tidak lebih dari 5 (lima) hektar,
dapat dilakukan:
(1) secara langsung oleh Pemerintah Kota Semarang dengan pihak yang
berhak atas tanah yang bersangkutan, dengan cara jual beli, tukar
menukar, atau cara lain yang disepakati; atau
(2) dengan menggunakan tahapan pengadaan tanah.
(3) penetapan lokasi untuk tahapan diterbitkan oleh Walikota dengan
mempedomani Pasal 126 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
o. Penganggaran pengadaan barang milik daerah dilakukan sesuai dengan
kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah berdasarkan prinsip
efisiensi, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil, dan
akuntabel dengan mengutamakan produk dalam negeri.
p. Pemeliharaan atas aset yang dibangun oleh Pemerintah Pusat yang
diperuntukkan untuk diserahkan Pemerintah Kota Semarang
33

(khususnya dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat) dapat dilakukan pemeliharaan setelah dilakukan serah terima
melalui berita acara serah terima operasional.
q. Belanja Modal non konstruksi yang bersumber dari APBD harus
dianggarkan di Sekretariat Badan/Kantor/Dinas/Kecamatan kecuali
Belanja Jasa Konsultansi.
r. Untuk Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa (diluar konsultan)
pada kegiatan pembangunan yang bersifat fisik diatur sebagai berikut:
1) Untuk kegiatan dengan nilai sampai dengan Rp.200.000.000
setinggi-tingginya 5%;
2) Untuk kegiatan dengan nilai lebih dari Rp. 200.000.000 sampai
dengan Rp. 1.000.000.000 setinggi-tingginya 3%;
3) Untuk kegiatan dengan nilai lebih dari Rp. 1.000.000.000 sampai
dengan Rp. 5.000.000.000 setinggi-tingginya Rp. 100.000.000;
4) Untuk kegiatan nilai lebih dari Rp. 5.000.000.000 sampai dengan
Rp. 10.000.000.000 setinggi-tingginya Rp. 150.000.000;
5) Untuk kegiatan dengan nilai lebih dari Rp. 10.000.000.000 setinggi-
tingginya Rp. 200.000.000.
s. Belanja Pengadaan Kendaraan Dinas (Kendaraan Operasional)
dilakukan secara selektif dengan persetujuan dari Ketua TAPD /
Walikota, dipusatkan di Sekretariat Daerah kecuali Sekretariat DPRD,
Inspektorat, dan pengadaan kendaraan dinas yang penganggarannya
bersumber dari BLUD sedangkan untuk kendaraan yang bersifat khusus
dapat dilaksanakan oleh SKPD terkait.
t. Jika SKPD menganggarkan Belanja Modal, juga menganggarkan belanja
pendukung seperti ATK, makan minum, honor pengadaan, dll dalam
Belanja Modal yang bersangkutan.
u. SKPD wajib mengusulkan belanja pendukung tersebut pada huruf (t)
kepada BPKAD agar dapat diinput di SIPD dalam rekening Belanja
Modal yang bersangkutan (dikapitalisasi) (Lampiran, Form 2).
v. Tidak diperbolehkan adanya pergeseran Belanja Modal sampai dengan
uraian dalam sub rincian objek melalui perubahan
Perkada/Pergeseran Anggaran, hal ini akan mengakibatkan perubahan
output dan target kinerja termasuk RKBMD yang sudah direncanakan
pada tahapan dokumen perencanaan, yang mana dokumen tersebut
sudah masuk pada substansi pembahasan Dewan (melalui pembahasan
RKA SKPD) dan mendapat persetujuan DPRD.
34

w. Perubahan pada belanja modal hanya diperkenankan pada saat


pembahasan APBD Murni dan Perubahan APBD.

11. Belanja Tidak Terduga


a. Belanja tidak terduga digunakan untuk menganggarkan:
1) pengeluaran untuk keadaan darurat termasuk keperluan mendesak
yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Keadaan darurat meliputi
bencana alam, bencana nonalam, bencana sosial dan/atau kejadian
luar biasa, pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan,
dan/atau kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu
kegiatan pelayanan publik.
2) Keperluan mendesak sesuai dengan karakteristik masing-masing
Pemerintah Daerah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3) Kriteria keadaan darurat dan keperluan mendesak ditetapkan
dalam Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2024.
b. pengembalian atas kelebihan pembayaran atas penerimaan daerah
tahun-tahun sebelumnya untuk menganggarkan pengembalian atas
kelebihan pembayaran atas penerimaan daerah yang bersifat tidak
berulang yang terjadi pada tahun sebelumnya;
c. Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya.
d. Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan anggaran penanganan
Corona Virus Disease 19 dan wabah lainnya pada Belanja Tidak Terduga
dengan memperhatikan kebijakan kesehatan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

C. PEMBIAYAAN DAERAH
1. Pinjaman Daerah
a. Pinjaman Daerah, Pembayaran Pokok Pinjaman dan Bunga Pinjaman yang
dilakukan oleh BLUD harus dikoordinasikan dengan TAPD.
b. Penerimaan Pinjaman Daerah BLUD harus dikonsolidasikan ke Struktur
APBD pada kelompok Penerimaan Pembiayaan.
c. Pembayaran Pokok Hutang dan Bunga Pinjaman harus dikonsolidasi ke
Struktur APBD pada kelompok pengeluaran pembiayaan.
2. Penyertaan Modal BUMD
Penyertaan Modal BUMD dianggarkan dalam pos Pembiayaan Daerah.
35

II. Kegiatan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sesuai ketentuan yang
berlaku tidak diperkenankan menganggarkan dana pendamping dari APBD.
III. Hal-hal yang belum/tidak diatur dalam Pedoman Penyusunan ini agar mengacu
pada Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

An. WALI KOTA SEMARANG


SEKRETARIS DAERAH

Ir. ISWAR AMINUDDIN, MT.


36

LAMPIRAN

Form 1. Kandungan TKDN dalam Belanja OPD


OPD :………….
TKDN
Kode
Sub Kegiatan Anggaran (Rp)
Rek
Rp %

Tanda Tangan Kepala OPD


………………….
Form disampaikan ke Bappeda dan BPKAD paling lambat setelah proses verifikasi

Form 2. Kapitalisasi Belanja Pendukung

Komponen Kode Belanja Modal


Belanja
Belanja 1 Belanja 2 Belanja 3 Belanja 4 Belanja dst
Pendukung
5

Tanda Tangan Kepala OPD


………………….
Form segera disampaikan ke BPKAD pada saat input rincian belanja

Form 3. Persetujuan dari Diskominfo


Persetujuan
Kode Sub Jenis Keterangan/Uraian Diskominfo
Anggaran
Rek Kegiatan Belanja Belanja
Nama Ttd

Tanda Tangan Kepala OPD


…………………
Form disampaikan ke Bappeda dan BPKAD paling lambat sebelum proses inputting RKA

Anda mungkin juga menyukai