SURAT EDARAN
NOMOR B / 3468 / 900 / VI TAHUN 2023
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN RINCIAN BELANJA RKPD/ RENJA/ KUAPPAS
TAHUN ANGGARAN 2024
1. Latar Belakang
Bahwa dalam rangka efektifitas capaian target RPJMD Kota Semarang Tahun
2021-2026 perlu adanya keselarasan antara output dan belanja pada sub kegiatan
RKPD/Rencana Kerja (Renja)/KUAPPAS Tahun 2024 maka setiap sub kegiatan harus
disertai dengan Rincian Belanja.
Berkaitan hal tersebut maka perlu mengeluarkan Surat Edaran tentang
pedoman penyusunan Rincian Belanja RKPD/Rencana Kerja (RENJA)/Kebijakan
Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA/PPAS) Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang Tahun Anggaran 2024.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Surat Edaran ini meliputi tata cara penyusunan Rincian Belanja
RKPD/RENJA/KUAPPAS Tahun Anggaran 2024.
4. Dasar
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2023 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6856);
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6757);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5041);
d. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2020 tentang Standar Harga Satuan Regional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 57);
e. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang
Tahun 2016 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 114)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 3
Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Semarang
(Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2021 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Daerah Kota Semarang Nomor 140);
f. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2021 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun 2021-2026
(Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2021 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Daerah Kota Semarang Nomor 143);
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2019 tentang Sistem Informasi
Pemerintah Daerah (Berita Negara Repunlik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1114);
h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi,
Kodefikasi, Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah
(Berita Negara Repunlik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1447);
i. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 1781);
j. Peraturan Wali Kota Semarang Nomor 20 Tahun 2023 tentang Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Daerah (Berita Daerah Kota Semarang Tahun 2023 Nomor
20);
10. Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 2 Tahun 2022
tentang Percepatan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dan Produk
Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi, maka SKPD diwajibkan untuk
mengalokasikan minimal 40% dari total belanja untuk pembelian/pengadaan
produk dalam negeri dan produk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi
(Lampiran, Form 1);
11. Penginputan anggaran rincian belanja sudah mencantumkan sumber dana
berdasarkan pagu yang diberikan TAPD.
A. PENDAPATAN DAERAH.
1. Pendapatan Daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2024
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian
serta dasar hukum penerimaannya.
2. Pendapatan dan penetapan Target Pajak Daerah dan Retribusi Daerah harus
didasarkan pada data potensi dengan memperhatikan perkiraan pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2023 serta evaluasi target dan realisasi tahun
sebelumnya.
3. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pajak Daerah
dianggarkan pada akun Pajak Daerah pada Kelompok Pendapatan Asli Daerah
dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek sesuai kode rekening yang
berkenaan, terdiri atas :
a. Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Perdesaan;
b. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;
c. Pajak Barang dan Jasa Tertentu yang terdiri atas :
1) Makanan dan/atau Minuman;
2) Tenaga Listrik;
3) Jasa Perhotelan;
4) Jasa Parkir;
5) Jasa Kesenian dan Hiburan
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Air Tanah;
f. Pajak Mineral Bukan Logam Batuan;
g. Pajak Sarang Burung Walet;
4. Penganggaran Retribusi Daerah dianggarkan pada akun Pendapatan Daerah
pada Kelompok Pendapatan Asli Daerah dengan jenis Retribusi Daerah dan
3
diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek sesuai dengan kode rekening yang
berkenaan, terdiri atas :
a. Retribusi Jasa Umum yang terdiri atas :
1) Pelayanan kesehatan;
2) Pelayanan kebersihan;
3) Pelayanan parkir di tepi jalan umum;
4) Pelayanan pasar; dan pengendalian lalu lintas.
b. Retribusi Jasa Usaha yang terdiri atas :
1) Penyediaan tempat kegiatan usaha berupa pasar grosor, pertokoan,
dan tempat kegiatan usaha lainnya;
2) Penyediaan tempat pelelangan ikan, ternak, hasil bumi dan hasil
hutan termasuk fasilitas lainnya dalam lingkungan tempat pelelangan;
3) Penyediaan tempat khusus parkir di luar badan jalan;
4) Penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/vila;
5) Pelayanan rumah pemotongan hewan ternak;
6) Pelayanan jasa kepelabuhan;
7) Pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga;
8) Pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan
kendaraan di air;
9) Penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah; dan
10) Pemanfaatan aset daerah yang tidak mengganggu penyelenggaraan
tugas dan fungsi organisasi perangkat daerah dan/atau optimalisasi
aset daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Retribusi Perizinan Tertentu yang terdiri atas :
1) Persetujuan bangunan gedung;
2) Penggunaan tenaga kerja asing; dan
3) Pengelolaan pertambangan rakyat.
5. Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah dianggarkan pada akun Pendapatan
Daerah pada Kelompok Pendapatan Asli Daerah dengan jenis Lain-lain PAD
Yang Sah dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek sesuai kode
rekening yang berkenaan, terdiri atas:
a. hasil penjualan BMD yang tidak dipisahkan;
b. hasil pemanfaatan BMD yang tidak dipisahkan;
c. hasil kerja sama daerah;
d. jasa giro;
e. hasil pengelolaan dana bergulir;
4
f. pendapatan bunga;
g. penerimaan atas tuntutan ganti kerugian Keuangan Daerah;
h. penerimaan komisi, potongan, atau bentuk lain sebagai akibat penjualan,
tukar-menukar, hibah, asuransi, dan/atau pengadaan barang dan jasa
termasuk penerimaan atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan
uang pada bank, penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atau
dari kegiatan lainnya merupakan Pendapatan Daerah;
i. penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing;
j. pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
k. pendapatan denda pajak daerah;
l. pendapatan denda retribusi daerah;
m. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
n. pendapatan dari pengembalian; dan
o. pendapatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
6. Pendapatan transfer merupakan pendapatan yang berasal dari entitas
pelaporan lain, seperti pemerintah pusat atau daerah otonom lain dalam
rangka perimbangan keuangan. Transfer dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dalam rangka desentralisasi ini disebut juga dana
perimbangan.
a. Transfer pemerintah pusat
Semua Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat keluar dengan portal
dahulu pada saat daerah sedang menyusun RAPBD. Transfer pemerintah
pusat, terdiri dari :
1) Dana Perimbangan
a) Dana Transfer Umum
(1) Dana Bagi Hasil (DBH)
(a) Pendapatan dari DBH-Pajak yang terdiri atas DBH-Pajak
Bumi dan Bangunan (DBH-PBB) selain PBB Perkotaan dan
Perdesaan, dan DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh) yang
terdiri dari DBH-PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Orang Pribadi
Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21 dianggarkan
paling tinggi sesuai dengan alokasi yang ditetapkan dalam
Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2024 atau Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2024,
5
4) Gaji dan Tunjangan ASN terdiri dari gaji pokok, tunjangan keluarga,
tunjangan melekat, tambahan penghasilan pegawai, jaminan
kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan
Tabungan Perumahan Rakyat Pemberi Kerja.
5) Dalam menganggarkan Gaji dan Tunjangan ASN dengan
memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan ASN,
pemberian gaji ketiga belas, Tunjangan Hari Raya, dan
memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 1,5% (satu koma
lima persen) dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan
tunjangan serta mempertimbangkan pengangkatan calon ASN (PNS
dan PPPK) berdasarkan formasi pegawai yang sudah ditetapkan.
6) Penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Wali Kota/Wakil Wali Kota,
Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD mempedomani Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial dan Peraturan Presiden Nomor 82
Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun
2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 82
Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan; sedangkan pengembangan
cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan diluar cakupan
penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS,
tidak diperkenankan dianggarkan;
7) Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Kematian Bagi ASN
mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015 Tentang
Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Jaminan Kematian Bagi Pegawai
Aparatur Sipil Negara sebagaimana diubah menjadi Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015 Tentang Jaminan Kecelakaan Kerja
Dan Jaminan Kematian Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara.
8) Penganggaran Jaminan Kesehatan (4% dari gaji pokok dan tunjangan
yang melekat), Jaminan Kecelakaan Kerja (0,24% dari gaji pokok).
dan Jaminan Kematian (0,72% dari gaji pokok) yang menjadi beban
Pemerintah dianggarkan tersendiri pada masing-masing SKPD;
14
r) Gaji TPHL dan Honor non ASN (Pegawai Kontrak) yang melalui
perikatan dianggarkan pada Sub Kegiatan yang bersangkutan,
dianggarkan 12 bulan.
s) Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Kematian Bagi
Non ASN mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2019 Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan
Kerja Dan Jaminan Kematian;
t) Penganggaran Jaminan Kesehatan Non ASN (4%), Jaminan
Kecelakaan Kerja Non ASN (0,24%) dan Jaminan Kematian Non
ASN (0,3%) yang menjadi beban Pemerintah dianggarkan
tersendiri pada masing-masing SKPD;
2) Perjalanan Dinas
a. perjalanan dinas dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa
prinsip antara lain:
1) selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi
dan prioritas yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
2) ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian
kinerja satuan kerja perangkat daerah;
3) efisiensi penggunaan belanja daerah;
4) akuntabilitas pemberian perintah pelaksanaan perjalanan
dinas dan pembebanan Perjalanan dinas; dan
5) Laporan hasil perjalanan dinas.
b. Biaya Perjalanan dinas terdiri dari :
(1) Uang Harian;
(2) Biaya transport ( Keberangkatan dan Kepulangan );
(3) Biaya Penginapan;
(4) Biaya Representasi (Khusus Walikota, Wakil Walikota, Eselon
II dan DPRD);
(5) Biaya Sewa Kendaraan.
(6) Biaya Pemeriksaan Kesehatan Covid 19 (Genose/Rapid
Test/PCR Test/Swap Test) atau pemeriksaan kesehatan sesuai
dengan yang dipersyaratkan.
20
c. Uang Harian terdiri atas uang makan, uang saku, transport lokal
yang diberikan secara lumpsum sesuai tanggal pelaksanaan
Perjalanan Dinas.
d. Khusus untuk biaya perjalanan dinas ke Luar Negeri hanya dapat
dianggarkan tersentral pada Bagian Kerjasama dan Otonomi
Daerah Sekretariat Daerah.
e. Uang Representasi
Uang representasi diberikan sebagai pengganti atas pengeluaran
tambahan dalam kedudukan sebagai Walikota, Wakil Walikota,
Pimpinan dan Anggota DPRD, dan pejabat eselon II yang setara
dalam rangka perjalanan dinas seperti biaya tips porter, tips
pengemudi, yang diberikan secara lumpsum.
f. Dalam hal belanja Perjalanan Dinas Luar Daerah mendampingi
DPRD maksimal 3 personil per SKPD (untuk Setda pembatasannya
per Asisten) khusus untuk Setwan maksimal 5 personil
Pembatasan tersebut tidak termasuk driver untuk pejabat eselon
II dan pimpinan Dewan.
g. Penyediaan anggaran untuk Perjalanan Dinas yang
mengikutsertakan Tenaga Kontrak Kegiatan diperhitungkan dalam
Belanja Perjalanan Dinas.
h. Untuk kegiatan rapat/pertemuan yang diselenggarakan diluar
kantor dapat dilakukan sehari penuh dan menginap dapat
menggunakan akomodasi paket fullboard dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Untuk pejabat eselon II atau yang disetarakan keatas,
akomodasi 1 (satu) kamar untuk 1 (satu) orang;
2) Untuk pejabat eselon III ke bawah, akomodasi 1 (satu) kamar
untuk 2 (dua) orang;
3) Tidak berlaku untuk pelaksanaan kegiatan dengan peserta
kegiatan hanya dari satu SKPD.
i. Untuk fullboard dalam kota hanya diperkenankan apabila
sebagian pesertanya berasal dari luar Pemerintah Kota Semarang.
j. Untuk fullboard dalam /luar kota dianggarkan pada paket metting
belanja perjalanan dinas dalam daerah/luar daerah (luar kota).
k. Perjalanan dinas di dalam kota yang kurang dari 8 (delapan) jam
hanya diberikan uang transport lokal termasuk pemberian uang
21
(3) ASN, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, pimpinan dan
anggota DPRD dapat melakukan perjalanan keluar negeri.
Perjalanan luar negeri mempedomani ketentuan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2019 tentang Tata
Cara Perjalanan ke Luar Negeri di Lingkungan Kementerian
Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.
3) Pemeliharaan Sarana dan Inventaris Kantor
a) Satuan Biaya Pemeliharaan Kendaraan Dinas digunakan untuk
mempertahankan kendaraan dinas agar tetap dalam kondisi
normal dan siap pakai sesuai dengan peruntukannya. Satuan biaya
tersebut sudah termasuk biaya bahan bakar minyak, dan
perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).
b) Biaya pemeliharaan kendaraan dinas tidak diperuntukan bagi :
(1) Kendaraan yang rusak berat yang memerlukan biaya
pemeliharaan besar dan untuk selanjutnya harus
dihapuskan dari daftar inventaris; dan/atau
(2) Pemeliharaan kendaraan dinas yang bersifat rekondisi
dan/atau overhaul.
(3) Kendaraan operasional dinas yang berusia diatas 10 Tahun
kecuali yang mendapatkan ijin kelayakan operasional dari
Dinas Perhubungan Kota Semarang.
c) Satuan biaya pemeliharaan gedung/bangunan
Untuk perencanaan kebutuhan biaya pemeliharaan rutin
gedung/bangunan di dalam negeri dengan maksud:
(1) Menjaga/mempertahankan gedung dan bangunan kantor di
dalam negeri agar tetap dalam kondisi semula, atau
(2) Perbaikan dengan tingkat kerusakan kurang dari atau sama
dengan 2% (dua persen) dari nilai bangunan saat ini, tidak
termasuk untuk pemeliharaan gedung/bangunan di dalam
negeri yang memiliki spesifikasi khusus berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
(3) Pemeliharaan Gedung Kantor dan Satuan Pendidikan Sekolah
di Dinas Pendidikan dapat dianggarkan melalui OM.
d) Biaya pemeliharaan gedung atau bangunan dalam negeri
dialokasikan untuk:
(1) Gedung atau bangunan milik daerah dan/atau
23
(2) Gedung atau bangunan milik pihak lain yang disewa dan/atau
dipinjam oleh pengguna barang dan dalam perjanjian diatur
tentang adanya kewajiban bagi pengguna barang untuk
melakukan pemeliharaan.
(3) Anggaran pemeliharaan gedung dianggarkan pada SKPD yang
bersangkutan. Untuk bangunan yang dibangun atau
dikerjakan oleh SKPD teknis (bukan SKPD
pengguna/bersangkutan), maka SKPD
pengguna/bersangkutan harus menganggarkan pemeliharaan
terhadap bangunan yang dibangun atau dikerjakan oleh SKPD
teknis.
4) Belanja Pengadaan Pakaian Dinas, Pakaian Olahraga, dan Pakaian
hari-hari tertentu ditentukan standar harga dan jenis serta kualitas
yang sama untuk seluruh perangkat daerah dan di sentralkan di
Sekretariat Daerah Kota Semarang Kecuali Pakaian kerja yang
membutuhkan spesifikasi khusus seperti pakaian seragam Damkar,
Dishub, Satpol, BPBD, PSL, PSR, PDH untuk di Setwan, Sekretariat
Daerah, Walikota, Wakil Walikota, Seragam Tim Saber Pungli,
Seragam Pelayanan untuk Distaru, Seragam PKK tingkat Kota, Dharma
Wanita tingkat Kota, Korsik, Tim Yustisi Pendapatan, Seragam
Pengiriman Kontingen Olahraga, Tim Ambulance Hebat/Seragam
Ambulance Siaga, Pakaian Laboratorium, Pakaian Dinas Lapangan
Penyuluh Pertanian, Pakaian seragam untuk outbond kepala SKPD
yang diselenggarakan BKPP dan pakaian olah raga diklat yang di
selenggarakan BKPP, Seragam Peringatan hari-hari besar/tertentu
seperti Hari Jadi Kota Semarang, dan Kegiatan yang diselenggarakan
di tingkat Provinsi dan/atau Nasional, dan Kegiatan Khusus Lainnya.
5) Outbond / capacity building tidak di perbolehkan kecuali atas
pertimbangan TAPD yang dilaksanakan oleh BKPP, dan anggaran yang
bersumber dari BLUD;
6) Pengadaan tenaga kontrak kegiatan / non ASN didasarkan pada Surat
Keputusan Walikota tentang Persetujuan Pengelolaan Pegawai
Kontrak sebagai Penunjang Kegiatan pada SKPD.
7) Semua program/kegiatan/sub kegiatan yang berkaitan dengan Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) baik tentang
aplikasi/software (Online dan Offline), Infrastruktur TIK dan SDM TIK
24
c. Belanja Hibah.
1) Belanja hibah diberikan kepada pemerintah pusat, pemerintah
daerah lainnya, badan usaha milik negara, BUMD, dan/atau badan dan
lembaga, serta organisai kemasyarakatan yang berbadan hukum, yang
secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, besifat tidak wajib
dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus setiap tahun
anggaran, kecuali ditentukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Penganggaran belanja hibah dianggarkan pada SKPD terkait dan
dirinci menurut objek, rincian objek, dan sub rincian objek pada
program, kegiatan, dan sub kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi
perangkat daerah terkait. Untuk belanja hibah yang bukan
merupakan urusan dan kewenangan pemerintah daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan untuk
menunjang pencapaian sasaran program, kegiatan dan sub kegiatan
pemerintah daerah, dianggarkan pada perangkat daerah yang
melaksanakan urusan pemerintahan umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3) Belanja hibah memenuhi kriteria paling sedikit :
a) Peruntukan secara spesifik telah ditetapkan;
b) Bersifat tidak wajib, tidak mengikat;
c) Tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali :
(1) Kepada pemerintah pusat dalam rangka mendukung
penyelenggaraan pemerintahan daerah sepanjang tidak
tumpang tindih penggunaanya dengan APBN sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
(2) Badan dan lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
(3) Partai politik dan/atau;
(4) Ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan
28
Jumlah Harga
No. Uraian Lusin/Set/Satuan
(Rp)
4.2 Bangunan Air/Irigasi 10.000.000
4.3 Instalasi 1.000.000
4.4 Jaringan 1.000.000
5 Aset Tetap Lainnya, yang terdiri atas: Tidak dibatasi
5.1 Buku dan Perpustakaan Tidak dibatasi
5.2 Barang Bercorak Kesenian/ Tidak dibatasi
Kebudayaan/Olahraga
5.3 Hewan/Ternak dan Tumbuhan Tidak dibatasi
5.4 Biota Perairan Tidak dibatasi
5.5 Tanaman Tidak dibatasi
5.6 Barang Koleksi Non Budaya Tidak dibatasi
5.7 Aset tetap renovasi Tidak dibatasi
6 Konstruksi Dalam Pengerjaan Tidak dibatasi
C. PEMBIAYAAN DAERAH
1. Pinjaman Daerah
a. Pinjaman Daerah, Pembayaran Pokok Pinjaman dan Bunga Pinjaman yang
dilakukan oleh BLUD harus dikoordinasikan dengan TAPD.
b. Penerimaan Pinjaman Daerah BLUD harus dikonsolidasikan ke Struktur
APBD pada kelompok Penerimaan Pembiayaan.
c. Pembayaran Pokok Hutang dan Bunga Pinjaman harus dikonsolidasi ke
Struktur APBD pada kelompok pengeluaran pembiayaan.
2. Penyertaan Modal BUMD
Penyertaan Modal BUMD dianggarkan dalam pos Pembiayaan Daerah.
35
II. Kegiatan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sesuai ketentuan yang
berlaku tidak diperkenankan menganggarkan dana pendamping dari APBD.
III. Hal-hal yang belum/tidak diatur dalam Pedoman Penyusunan ini agar mengacu
pada Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
LAMPIRAN