Anda di halaman 1dari 3

Pointer Paparan Kepala Bappeda Provinsi Lampung

Slide 1 : Judul: KEDUDUKAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I) DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG

Slide 2, : Beberapa Isu dan permasalahan Pengelolaan Irigasi, salah satunya pada penilaian Indeks Kinerja
3, 4 Sistem Irigasi (IKSI) Provinsi Lampung tahun 2019 didapatkan 4 Daerah Irigasi bernilai “ Jelek” dan 10
Daerah Irigasi bernilai “Kurang”. Nilai rata – rata IKSI 2019 = 52.83 (Kurang).
Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, Good governance, dan pemberdayaan masyarakat, maka
Pemerintah mengeluarkan kebijakan dalam pengelolaan sumber daya air dan irigasi yaitu
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi secara Partisipatif (PPSIP) yang pada dasarnya
menitikberatkan kepada pembagian kewenangan pengelolaan irigasi antara Pemerintah dengan
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten, pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air,
pelibatan petani dalam seluruh kegiatan dan tahapan pengelolaan irigasi, serta meningkatkan
kinerja pengelolaan sistem irigasi untuk peningkatan produksi tanaman pangan dan kesejahteraan
masyarakat petani.

Ada 3 kegiatan dalam PPSIP yaitu Pendanaan, Perencanaan dan Kelembagaan. Di dalam paparan ini
akan difokuskan pada kegiatan Perencanaan yaitu Penyusunan Rencana Pengembangan dan
Pengelolaan Irigasi (RP2I).

Bentuk Koordinasi dalam pelaksanaan PPSI yang melibatkan PUPR, Pertanian dan Bappeda
Slide 5 : Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi (RP2I) merupakan Instrument perencanaan yang
disiapkan oleh kabupaten/provinsi/BBWS/BWS yang berisi program 5 (lima) tahun untuk
pelaksanaan penyelenggaraan irigasi berbasis peran serta masyarakat petani.
Tujuan utama yang ingin dicapai yaitu terwujudnya peningkatan kesejahteraan petani di kabupaten
yang bersangkutan dan untuk mewujudkan keberlanjutan dari sistem irigasi.

Stakeholders yang terkait penyusunan RP2I adalah merupakan instansi pemerintah yang
membidangi irigasi yang terdiri dari Dinas PU, Bappeda, Dinas Pertanian, BBWS/BWS termasuk
membutuhkan keterlibatan P3A/GP3A/IP3A yang pada keseluruhannya dokumen draft RP2I
akhirnya disahkan oleh Komisi Irigasi.

Slide 6, : Dasar hukum penyusunan RP2I adalah UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, UU
7 Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Menteri PUPR yang terkait dengan
PPSIP.
Kedudukan RP2I dalam kebijakan pembangunan daerah berfungsi sebagai alat perencanaan untuk
menindaklanjuti kebijakan dan strategi pemerintah hingga pemerintah daerah terkait dengan
program pengelolaan dan pengembangan irigasi yang sesuai dengan undang-undang dan peraturan
tentang Irigasi yang berlaku.

Melalui RP2I dapat dilakukan sinkronisasi program program yang direncanakan oleh instansi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang membidangi irigasi sehingga tepat sasaran dan
dapat mewujudkan hal-hal sebagai berikut:
1. pelaksanaan program masing-masing kewenangan mengacu pada dokumen RP2I yang
ditandatangani oleh masing-masing pihak
2. keberlanjutan sistem irigasi
3. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani pemakai air
Slide 8 : Prinsip penyelenggaraan dan penyusunan RP2I adalah:

1. berlaku untuk semua daerah irigasi kewenangan

2. berlaku untuk 5 tahun


3. memerlukan koordinasi Lintas kewenangan Daerah Irigasi

4. memerlukan dorongan peran serta Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) termasuk
keterlibatan petani perempuan

5. perencanaan yang responsif gender

6. mengoptimalisasikan koordinasi

7. untuk mewujudkan keberlanjutan sistem irigasi

Tahapan penyusunan RP2I dilakukan melalui proses:

1. Persiapan yang diikuti dengan kegiatan pembentukan tim penyusunan RP2I dan
penentuan daerah irigasi

2. tahapan pengumpulan data dan analisa data yang merupakan proses pengumpulan data
kajian kebijakan nasional dan daerah, ringkasan kajian kebijakan nasional dan daerah termasuk
seleksi daerah irigasi

3. Konsultasi publik yang merupakan proses penjaringan identifikasi masalah secara


partisipatif termasuk merangkum hasil konsultasi publik.

4. Penyusunan draft RP2I yang kemudian akan diikuti pembahasan dan pengesahan
dokumen RP2I yang merupakan dasar dari pelaksanaan RP2I. Penyusunan draft RP2I diikuti
dengan proses pengisian formulir RP2I dan termasuk penyusunan draft dokumen RP2I.

Mekanisme legalisasi Dokumen RP2I:

1. Untuk RP2I Daerah Irigasi kewenangan pusat, dokumen RP2I disusun oleh BBWS/BWS kemudian
ditandatangani oleh Kepala BBWS/BWS

2. Untuk RP2I Daerah Irigasi kewenangan provinsi, dokumen RP2I disusun oleh Dinas PSDA Provinsi
yang ditandatangani oleh Kepala Dinas PSDA Provinsi.

3. Untuk RP2I Daerah Irigasi Kewenangan Kabupaten, dokumen RP2I disusun oleh Dinas PSDA
Kabupaten, selanjutnya dikumpulkan oleh Bappeda Kabupaten untuk dimintakan
pengesahan/tanda tangan oleh Bupati. Kemudian Bappeda Kabupaten mengumpulkan dokumen
RP2I Kewenangan Pusat dan RP2I Kewenangan Provinsi, lalu digabungkan dengan dokumen RP2I
Kabupaten. Dari ketiga dokumen tersebut menjadi lampiran atas surat Bupati yang memberikan
keterangan terdapat tiga dokumen RP2I di wilayah kabupaten.

Slide 9, : INTERNALISASI RP2I DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN


10, 11
Untuk mencapai tujuan mewujudkan pengelolaan irigasi yang sinergis dengan pertanian, maka RP2I
harus terintegrasi dengan Rencana Pembangunan Daerah dan Rencana Pembangunan Perangkat
Daerah. Jika dalam RTRW dan RPJMD , aspek RP2I sudah mendapat prioritas, maka RP2I akan lebih
terarah diintegrasikan untuk mendukung kebijakan infrastruktur dan ketahanan pangan dan lebih
mudah dalam mengarahkan kebijakan penganggaran dan sumber dananya (sebagai dokumen untuk
memperkuat posisi tawar Perangkat Daerah dalam meyakinkan DPRD), sehingga pelaksanaan
program dan kegiatan PPSI dapat berkelanjutan.
RP2I diterjemahkan ke dalam bentuk program/kegiatan/sub kegiatan berbasiskan klasifikasi,
kodefikasi dan nomenklatur dalam Permendagri 90 Tahun 2019 dan Kepmendagri 050-5889 Tahun
2021 tentang Pemutakhiran klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur perencanaan pembangunan
dan Keuangan daerah.
Slide 12, : Tinjauan Kebijakan Pemerintah Provinsi Lampung dalam Perda Provinsi Lampung Nomor 12 Tahun
13, 14 2021 tentang Perubahan RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2019-2024 terkait dengan irigasi yaitu
pada Misi ke-4: Mengembangkan Infrastruktur Guna Meningkatkan Efisiensi Produksi dan
Konektivitas Wilayah.

Slide 14 adalah penjabaran Perubahan Renstra Dinas PSDA Provinsi Lampung Tahun 2019-2024 dari
IKU RPJMD (Tingkat Infrastruktur Dasar Wilayah (%) ) yang merupakan Indikator Kinerja Daerah
yaitu Persentase Luas Areal Sawah Daerah Irigasi dengan IP>2.

Slide 15, : GAMBARAN DAERAH IRIGASI PROVINSI LAMPUNG YANG TERDAMPAK IPDMIP
16, 17 Dalam program IPDMIP, kegiatan penyusunan RP2I merupakan target Disbursment Link Indicator
(DLI) – 4. Dalam 1 (satu) wilayah administrasi kabupaten, RP2I disusun untuk semua DI Kewenangan
Pusat, Provinsi, dan Kabupaten. Untuk Provinsi Lampung, Kabupaten peserta IPDMIP adalah
Kabupaten Pesawaran, Lampung Tengah, Tulang Bawang, Mesuji dan Tanggamus. Namun, Daerah
Irigasi (DI) kewenangan Pusat dan Provinsi terdapat di Kabupaten Pesawaran, Lampung Tengah dan
Tanggamus. RP2I pada tiga Kabupaten ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
Dokumen RP2I yang dibuat oleh Kabupaten Pesawaran, Lampung Tengah, Tanggamus dan BBWS
Mesuji Sekampung secara keseluruhan.

RP2I Provinsi Lampung Tahun 2021-2024 berisi program-program Pengembangan dan Pengelolaan
Irigasi dengan target meningkatnya penilaian Indeks Kinerja Sistem Irigasi (IKSI). Peningkatan kinerja
air memerlukan upaya pelaksanaan operasi dan pemeliharaan irigasi yang dilaksanakan secara
menyeluruh termasuk dalam hal kelembagaannya sebagai satu kesatuan sistem mulai dari
bangunan utama, jaringan primer, jaringan sekunder sampai petak tersier.

Slide 18 : Penutup:
1. RP2I merupakan kerja kolaborasi dari para pihak terkait irigasi baik itu dari Pemerintah dan
Non Pemerintah, dari unsur Bappeda, Dinas PU, dan Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman
Pangan, Holtikultura dengan tugas masing-masing yang terbagi dalam dokumen RP2I.

2. Diperlukan Pemantauan dan evaluasi kegiatan yang dilakukan dengan berbasis


outcome/output akhir yakni peningkatan produktifitas pertanian dan ketahanan pangan

3. Program pembangunan jaringan irigasi baru harus memperhatikan rencana pembangunan


pertanian pada kabupaten/kota yang bersangkutan, karena pembangunan jaringan irigasi
baru dilakukan bersamaan dengan pengembangan lahan pertanian beririgasi, serta kegiatan
pendukung yang lainnya.
4. Upaya Pengembangan Daerah Irigasi masih terus dilakukan, sudah dimulai dengan Studi
Identifikasi Pengembangan Irigasi Baru dengan memanfaatkan irigasi skala kecil untuk 4
Kabupaten (Pesisir Barat, Lampung Tengah, Tanggamus dan Pringsewu)

5. Terkait keterbatasan anggaran pada APBD dalam hal pendanaan kegiatan, Pemda dapat
memanfaatkan skema pembiayaan melalui DAK dan dana Hibah.

6. Kegiatan RP2I agar dapat dilaksanakan di seluruh Daerah Irigasi baik kewenangan
Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten, maka perlu diusulkan dalam rancangan peraturan
pemerintah yang sedang disusun sebagai acuan untuk merencanakan pengembangan dan
pengelolaan system irigasi.

Anda mungkin juga menyukai