Anda di halaman 1dari 9

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG,

PERHUBUNGAN
APBD TAHUN 2018

PEKERJAAN :

RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN


IRIGASI (RP2I)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


A. KETENTUAN UMUM

1. Latar Belakang

Irigasi sebagai suatu sistem pemberian air harus diatur dan dikelola dengan baik.
Dalam pengelolaan sistem irigasi ada beberapa prinsip yang harus dijalankan oleh
pengelola, yaitu;

1) Pengelolaan irigasi diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan


masyarakat petani dan dengan menempatkan perkumpulan petani pemakai air
sebagai pengambil keputusan dan pelaku utama dalam pengelolaan irigasi yang
menjadi tanggung jawabnya.

2) Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan irigasi yang efisien dan efektif


serta dapat memberikan manfaat yang sebesar besarnya kepada masyarakat
petani, pengelolaan irigasi dilaksanakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan
air permukaan dan air bawah tanah secara terpadu.

3) Penyelenggaraan pengelolaan irigasi dilaksanakan dengan prinsip satu sistem


irigasi satu kesatuan pengelolaan dengan memperhatikan kepentingan
pengguna di bagian hulu, tengah, dan hilir secara seimbang.

4) Penyelenggaraan pengelolaan irigasi dilakukan dengan melibatkan semua pihak


yang berkepentingan agar dapat dicapai pemanfaatan jaringan irigasi yang
optimal.

5) Keberlanjutan sistem irigasi dilaksanakan dengan dukungan keandalan air


irigasi dan prasarana irigasi yang baik, guna menunjang peningkatan
pendapatan petani.

6) Dalam rangka menunjang peningkatan pendapatan petani, pengelolaan irigasi


dilaksanakan dengan mengantisipasi modernisasi pertanian dan diversifikasi
atau penganekaragaman usaha tani dengan dukungan penyediaan sarana dan
prasarana sesuai kebutuhan.

Sesuai dengan Pedoman RP2I, RP2I ini bisa disusun oleh setiap kabupaten di
Indonesia, dimulai dari kabupaten-kabupaten yang mengikuti program PISP, WISMP
dan NTB-WRMP. Melalui penyusunan RP2I diharapkan bisa mencapai sasaran-
sasaran berikut ini:

1) Peningkatan koordinasi antar instansi pemerintah bidang irigasi (Dinas PU/SDA,


BAPPEDA, dan Dinas Pertanian), baik pada tingkat pusat, provinsi, maupun
kabupaten. Hal ini diperlukan supaya program yang dilaksanakan oleh ke-tiga
instansi tingkat kabupaten menjadi terfokus dan lebih efektif. Juga, suatu Daerah
Irigasi bisa menjadi wewenang instansi pusat, provinsi atau kabupaten, sesuai
dengan luasnya serta letaknya terhadap batas administrasi. Oleh karena itu,
koordinasi kegiatan antar instansi pemerintah pada tiga tingkat menjadi penting
sekali.

2) Peningkatan penyelenggaraan perencanaan pengembangan dan pengelolaan


jaringan irigasi secara terpadu, dengan melibatkan seluruh stakeholder terkait
bidang irigasi (Dinas PU/SDA, BAPPEDA, Dinas Pertanian, Komisi Irigasi,

2
P3A/GP3A/IP3A, dan elemen masyarakat baik dari LSM, perguruan tinggi,
maupun pengguna jaringan irigasi). Perencanaan terpadu tersebut harus sesuai
dengan kondisi yang ada di kabupaten yang bersangkutan (ketersediaan air,
lahan, tenaga manusia dan pasar untuk produk pertanian), dan juga harus
mempertimbangkan kemampuan finansial pada kabupaten tersebut.
Perencanaan ini bukan merupakan keharusan dari pemberi pinjaman,
akantetapi menjadi suatu kebutuhan untuk kabupaten sendiri dalam upaya
meningkatkan efisiensi jaringan irigasi serta produksi pertanian.

3) Peningkatan peran Petani Pemakai Air melalui Pengembangan dan Pengelolaan


Sistem Irigasi secara Partisipatif (PPSIP), dengan melibatkan Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A) secara aktif dalam pengambilan
keputusan, perencanaan serta pelaksanaan.

4) Penerapan konsep Pengelolaan Aset Irigasi (PAI), sebagaimana diamanatkan


dalam PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, BAB X (Pasal 65 s/d Pasal 73)
mengenai inventarisasi, perencanaan pengelolaan, pelaksanaan pengelolaan,
evalusai pelaksanaan pengelolaan serta pemutakhiran hasil inventarisasi Aset
Irigasi.

2. Maksud, Tujuan dan Sasaran

a. Maksud rencana kegiatan


Maksud dari kajian ini adalah untuk membantu pemerintah daerah Kabupaten
Bangka Selatan dan pelaku pengelolaan irigasi lainnya (Kelembagaan Pengelola
Irigasi).

b. Tujuan rencana kegiatan


Adapun tujuannya untuk meningkatkan kinerja dalam pengelolaan irigasi
Kabupaten Bangka Selatan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

c. Sasaran kegiatan
Sasaran dari pekerjaan ini untuk mengetahui:
a. Rencana tata ruang Nasional, Provinsi dan Kabupaten;
b. Kesesuain dengan perencanaan pembangunan dan pengembangan Rencana
Tata Ruang Wilayah;
c. Analisis biaya dan manfaat pembangunan irigasi;
d. Kajian lain.

3. Keluaran

Keluaran yang diharapkan Penyusunan RP2I ini adalah produk perencanaan yang
disusun sesuai dengan Pedoman RP2I. Penyusunan RP2I yang direncanakan dalam
dua tahap:
1) Tahap I, berisi Program Pengelolaan Irigasi
 program pengembangan kelembagaan pemerintah kabupaten
 program pemberdayaan petani pemakai air
 program pengeolaan irigasi serta rencana pendanaan;
2) Tahap II, berisi Program Pengembangan Irigasi
 identifikasi potensi pengembangan irigasi di kabupaten,

3
 rencana pengembangan irigasi
 serta rencana pendanaan untuk 5 tahun kedepan

4. Lokasi Kegiatan

Rencana kegiatan yang akan ditelaah adalah seluruh daerah irigasi yang terdapat di
Kabupaten Bngka Selatan.

B. LINGKUP PEKERJAAN

RP2I Tahap I (Rencana Pengelolaan Irigasi)

1) Langkah 1: Membentuk Tim Penyusunan RP2I


Untuk mempermudah koordinasi antara tiga instansi pemerintah yang membidangi
Irigasi di kabupaten yang bersangkutan, yaitu Bappeda, Dinas PU/SDA dan Dinas
Pertanian.

2) Langkah 2: Penyusunan Nota Kesepahaman (MoU) antara Level SDA


Sebelum mulai penyusunan RP2I, diperlukan Nota Kesepahaman (MOU) antara
instansi Dinas PU/SDA di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota, berisi
kesepakatan tentang tanggungjawab pengelolaan DI-DI Pemerintah, untuk menjalin
kerja sama dan menghindari tumpang tindih dalam pekerjaan. Daftar DI yang dipakai
mengacu kepada Keputusan Menteri PU No. 390 tahun 2007 tentang Penetapan
Status Daerah Irigasi. MOU tersebut harus menentukan DI-DI yang akan ditugas-
bantukan dari satu tingkat kepada tingkat lain.
Tim Penyusun harus menyiapkan dua macam MoU sbb.:
MoU antara instansi terkait dalam kabupaten yang bertanggungjawab dalam
penyusunan RP2I, pelaksanaan dan pengendalian (difasilitasi oleh Bappeda
kabupaten).
MoU antara kabupaten dan instansi yang terlibat di tingkat provinsi dan pusat
(difasilitasi oleh Bappeda kabupaten) sbb:
 Untuk DI-DI lintas kabupaten, diperlukan MoU antara kabupaten dan provinsi
yang berwenang untuk pengelolaan irigasinya;
 Untuk DI-DI lintas provinsi, diperlukan MoU antara kabupaten, provinsi dan pusat;
 Untuk DI-DI utuh dalam kabupaten yang menjadi wewenang provinsi atau pusat,
juga diperlukan MoU antara kabupaten dan provinsi / pusat.

3) Langkah 3: Pengumpulan Data yang diperlukan untuk RP2I Tahap I


Tim Penyusun mencatat data yang diperlukan, yang akan dikumpulkan oleh 3 Instansi
yang membidangi irigasi. Informasi utama yang diperlukan adalah sbb
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH:
(PERDA Irigasi, Strategi Pembangunan Daerah Bidang Pertanian dan Infrastruktur, Rencana
Tata Ruang di kabupaten, Program Pengembangan Pertanian.

INFORMASI UMUM:
(Kondisi fisik dan demografi di kabupaten, kondisi Pertanian, kinerja Komisi Irigasi, peran
wanita dalam kegiatan Irigasi).

DATA KEADAAN ASET FISIK IRIGASI PER DI:


(Jenis, kondisi dan tingkat berfungsinya Saluran dan Bangunan Air).

DATA KEADAAN P3A/GP3A/IP3A PER DI:


(Jumlah yang sudah dibentuk, Status, dan Kinerja).

DATA KEADAAN PERTANIAN PER KECAMATAN: 4


(Pola Tanam, Produksi dan Produktivitas, Pemasaran, Pendapatan Petani).
Semua data yang diperlukan untuk menyusun RP2I merupakan data sekunder, yang bisa
didapat dari dokumen yang sudah ada (seperti Renstra, PSETK dan laporan rutin tentang
operasi & pemiliharaan jaringan irigasi), KECUALI untuk data keadaan Aset fisik Irigasi per
Daerah Irigasi. Data tersebut merupakan data primer dari inventarisasi aset irigasi yang
terbaru, melalui program PAI.

4) Langkah 4: Kajian Kebijakan Daerah, Rencana Tata Ruang Daerah


Tim Penyusun harus mendapatkan dan menkaji instrumen perencanaan
pembangunan daerah yang berlaku di kabupaten yang bersangkutan, terutama
Rencana Tata Ruang.

5) Langkah 5: Menyusun Ringkasan Kebijakan Daerah Bidang Pertanian


Membuat ringkasan tentang Kebijakan dan Strategi 5 tahun Pembangunan Daerah
Bidang Pertanian, dikutip dari Renstra atau dokumen perencanaan yang lain.

6) Langkah 6: Identifikasi Masalah tentang Irigasi di Kabupaten


Mengadakan Diskusi Identifikasi Masalah tentang Irigasi. Hal ini dilaksanakan dalam
rangka pemetaan masalah tentang pengembangan dan pengelolaan irigasi, dan
menyamakan persepsi antara Dinas dengan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A)
dan menerima usulan dari P3A/GP3A dan wakil masyarakat.

Materi yang dibahas dalam Diskusi Identifikasi Masalah, adalah maslah-masalah


utama yang terjadi berkaitan dengan keberlanjutan sistem irigasi pada kabupaten yang
bersangkutan, dan usulan upaya pemecahannya, sebagai berikut :

 Gambaran ketersediaan air dalam 5 tahun mendatang, berdasarkan kondisi


daerah aliran sungai (DAS) maupun perubahan iklim (dari keterangan BMG
setempat);
 Masalah utama tentang penguasaan lahan dan pemilikan lahan sawah irigasi,
gambaran tren ketersediaan lahan irigasi dalam 5 tahun mendatang;
 Masalah utama tentang pola tanam, pemasaran hasil produksi pertanian serta
pendapatan petani sawah irigasi;
 Masalah utama tentang keadaan Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI),
termasuk Dinas yang membidangi irigasi, Komisi Irigasi, dan kinerja Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A);
 Masalah utama tentang penyediaan Dana Pengelolaan Irigasi (DPI);
 Prioritas Daerah Irigasi untuk program pemeliharaan (berkala) jaringan irigasi
dalam 5 tahun mendatang;
 Prioritas Daerah Irigasi (DI) untuk program rehabilitasi jaringan irigasi dalam 5
tahun mendatang.

7) Langkah 7: Kajian Kebutuhan Pengembangan Kelembagaan


Tim Penyusun harus mengkaji kebutuhan kelembagaan instansi pemerintah yang
membidangi irigasi di kabupaten, sehubungan dengan:
 Perkembangan terakhir Redefinisi Tugas untuk kerjasama operasional antar
instansi pemerintah daerah, sesuai Peraturan Daerah yang telah disusun oleh

5
provinsi dan kabupaten yang bersangkutan berkaitan dengan PP No. 20 tahun
2006, PP No. 38 tahun 2007 dan PP No. 41 tahun 2007;
 Kebutuhan staff per SKPD, sebagai implikasi dari perubahan tugas tersebut di
atas;
 Hasil dari Training Needs Assessment (TNA) yang terakhir, dalam rangka
pengembangan SDM.

8) Langkah 8: Penetapan DI-DI Prioritas


Menetapkan daftar DI prioritas, yang sesuai dengan aspirasi wakil P3A/GP3A. Daftar
ini akan menjadi acuan dalam menyusun program dalam RP2I.

9) Langkah 9: Penyusunan Draft RP2I Tahap I


Tim Penyusun mengkaji data yang dikumpulkan, dan menyusun draft RP2I sesuai
dengan Daftar Isi dan Format pada Pedoman RP2I dan Panduan Penyusunan RP2I
ini. Pekerjaan ini mencakup:
 Penyusunan kegiatan untuk program 5 tahun;
 Penyusunan estimasi biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan program 5 tahun;
 Penyusunan draft RP2I.

10) Langkah 10: Presentasi Draft RP2I Tahap I


Tim Penyusun mempresentasikan dan membahas draft RP2I Tahap I

RP2I Tahap II (Rencana Pengembangan Irigasi)

Tahap II termasuk penyusunan program dan rencana kegiatan untuk pengembangan


irigasi, penetapan RP2I oleh Bupati, dan penyampaian RP2I kepada GP3A, dan
dijelaskan sbb:

1) Langkah 1: Pengumpulan Data yang diperlukan untuk RP2I Tahap II.


Mencatat data yang diperlukan, Informasi utama yang diperlukan adalah Rencana
Tata Ruang yang ada di kabupaten, Rencana Induk (Pola) PSDA wilayah sungai yang
ada di kabupaten, program pengembangan pertanian yang berlaku di kabupaten, data
tentang keberadaan dan kondisi prasarana pendukung kegiatan irigasi yang ada, dan
data harga satuan untuk pelaksanaan fisik yang berlaku di kabupaten.

2) Langkah 2: Kajian Kebutuhan Pengembangan bidang Pertanian di Kabupaten


Mengkaji program kabupaten yang sudah ada tentang pengembangan bidang
pertanian, dan menyusun ringkasannya sebagai acuan untuk penyusunan program
pengembangan irigasi.

3) Langkah 3: Kajian Potensi Pengembangan Irigasi di Kabupaten


Mengkaji rencana induk pengelolaan Sumber daya Air di wilayah sungai (Pola PSDA-
WS) yang relevan untuk wilayah lahan irigasi yang ada di kabupaten, untuk
mempertimbangkan potensi sumber daya air yang ada yang mendukung
pembangunan atau peningkatan jaringan irigasi.
Kegiatan ini juga harus termasuk kajian rencana tata ruang kabupaten, untuk
memastikan kesesuaian rencana pengembangan irigasi dengan rencana penggunaan
lahan untuk perluasan pemukiman atau industri pada masa mendatang.

6
Dari kajian tersebut, dibuat daftar DI yang potensial untuk dikembangkan (termasuk
DI baru dan DI yang dapat ditingkatkan), daftar kegiatan serta program pelaksanaan.

4) Langkah 4: Penyusunan Rencana Pembiayaan 5 Tahun untuk Pelaksanaan


RP2I
 Dari program pengembangan jaringan irigasi, dibuat estimasi biaya untuk
pelaksanaan selama 5 tahun ke depan.
 Disusun kompilasi biaya untuk semua kegiatan RP2I yang direncanakan dalam
periode 5 tahun, termasuk program-program yang ada dalam RP2I Tahap I.

5) Langkah 5: Kajian Finansial terhadap Rencana Pembiayaan RP2I


Dibuat kajian kelayakan finansial terhadap total biaya hasil kompilasi. Kajian ini
dilakukan dengan menggunakan spreadsheet komputer yang sudah disediakan dari
program PISP.

6) Langkah 6: Penyusunan draft RP2I Tahap II


Menyusun draft RP2I sesuai dengan Daftar Isi dan Format pada Pedoman RP2I dan
Panduan Penyusunan RP2I ini.

7) Langkah 7: Presentasi draft RP2I Tahap II di Komisi Irigasi


Mempresentasikan dan membahas draft RP2I Tahap II

8) Langkah 8: Penyusunan Final RP2I (Tahap I + II)


Memperbaiki naskah RP2I bila perlu, dan membuat versi Final, yang berisi Rencana
Pengelolaan dan Rencana Pengembangan Irigasi.

C. PERSONALIA
Pekerjaan penyusunan RP2I harus dilaksanakan oleh suatu tim studi dengan
kualifikasi minimal sebagai berikut :

JABATAN DALAM
NO KUALIFIKASI/SERTIFIKASI
TIM
Berpendidikan minimal S1 dari bidang studi Teknik Sipil
1. Ketua Tim dan berpengalaman minimal 8 tahun, dan memiliki
SKA minimal madya.
Berpendidikan minimal S1 dari bidang studi Teknik
2. Ahli Geodesi Geodesi dan berpengalaman minimal 5 tahun, dan
memiliki SKA minimal muda.
Berpendidikan minimal S1 dari bidang studi Hukum dan
3. Ahli Kelembagaan berpengalaman minimal 5 tahun.

Berpendidikan minimal S1 dari bidang studi


Ahli Perencanaan
4 Perencanaan Wilayah (Planologi) dan berpengalaman
Wilayah
minimal 5 tahun, dan memiliki SKA minimal muda.

7
Berpendidikan minimal S1 dari bidang studi ekonomi
5 Ahli Sosial Ekonomi dan berpengalaman minimal 5 tahun

Berpendidikan minimal S1 dari bidang studi Pertanian


6 Ahli Pertanian atau Ilmu Tanah dan berpengalaman minimal 5 tahun.

TENAGA PENUNJANG

Berpendidikan minimal S1 dari bidang studi Teknik


1 Asisten Teknik Sipil Geografi dan berpengalaman minimal 3 tahun, dan
memiliki SKA minimal muda.
Asisten Ahli Berpendidikan minimal S1 dari bidang studi Teknik
2 Perencanaan Lingkungan dan berpengalaman minimal 3 tahun, dan
Wilayah memiliki SKA minimal muda.
Berpendidikan minimal SMA dan berpengalaman
3 Drafter minimal 3 tahun

Berpendidikan minimal SMA dan berpengalaman


4 Administrasi minimal 3 tahun

D. WAKTU PELAKSANAAN DAN MATRIK PELAKSANAAN


KEGIATAN
a. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan penyusunan RP2I adalah selama 150 (seratus lima puluh) hari
kalender.

b. Matrik Pelaksanaan Kegiatan


BULAN
NO URAIAN KEGIATAN 1 2 3 4
1 LAPORAN PENDAHULUAN
2 LAPORAN ANTARA
3 KONSEP LAPORAN AKHIR
4 LAPORAN AKHIR

E. PELAPORAN HASIL STUDI


1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat tahapan pelaksanaan perencanaan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya : 1 (satu) bulan sejak SPMK
diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.
2. Laporan Antara
Laporan Antara memuat tahapan hasil survey yang telah dilaksanakan.

8
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya : 3 (tiga) bulan sejak SPMK
diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.
3. Konsep Laporan Akhir
Konsep Laporan Akhir memuat tahapan pelaksanaan. Laporan Hasil kemajuan
pekerjaan dibuat dalam bentuk Bar chart dan S-Curve.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya : 4 (empat) bulan sejak
SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.
4. Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat perbaikan/koreksi atas konsep laporan akhir sesuai dengan hasil
pembahasan dengan Pemberi Tugas. Laporan diserahkan sebanyak @ 5 (lima)
rangkap, selambat-lambatnya 4 bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan,
termasuk softcopy keseluruhan laporan, yang disimpan/direkam dalam flashdisk
sebanyak 2 (dua) buah/rangkap

F. Biaya
Biaya yang untuk melaksanakan kegiatan ini dibebankan kepada Dana APBD
Kabupaten Bangka Barat Tahun Anggaran 2018.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari pekerjaan ini dirinci dan dijabarkan dalam
lampiran.

G. LAIN-LAIN

Hal – hal yang bersangkutan dengan pekerjaan detail engineering design ini, yang
belum tercantum di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) akan diatur kemudian oleh
Pelaksana Pekerjaan dengan Pemberi Tugas yang dituangkan dalam kontrak.

Anda mungkin juga menyukai