LAPORAN PENDAHULUAN
DISAHKAN DI : SEMARANG
TANGGAL :
Laporan Pendahuluan ini telah sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja dan disetujui oleh pemilik
pekerjaan.
Disetujui :
Sekretaris
Pranu Arisanto, ST.MT. :................
NIP. 198305062010121004
Anggota
Dra. Tuti Yuliani, ST.MT. :................
NIP. 195507221985032003
Mengetahui,
Pejabat Pembuat Komitmen Operasi dan Pemeliharaan SDA I
Satker Operasi dan Pemeliharaan SDA Pemali Juana
Kami menyadari, bahwa Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
Laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam laporan yang telah kami susun ini mungkin masih
terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami juga sangat mengharapkan adanya
saran sebagai masukan untuk pembuatan laporan sejenis di masa yang akan datang.
Semarang,
PT. SIDODADI SAKTI
SITI YULIATI, ST
Direktur
i
Daftar Isi
BAB I ........................................................................................................................I-1
Pendahuluan ................................................................................................ I-1
3.1 Umum.........................................................................................Iii-1
3.2 Pendekatan Umum .......................................................................Iii-1
3.4.3 Simulasi Dan Optimasi Neraca Air Dalam Setahun ................. Iii-25
3.4.4 Rencana Operasi Dan Pemeliharaan Bendungan .................... Iii-44
1.1.1 Umum
Secara umum bendungan dibangun untuk menampung air di dalam
bendungan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai keperluan antara lain
kebutuhan irigasi, air baku, air minum, pembangkit tenaga listrik, pengendali banjir,
objek pariwisata dan lain sebagainya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat no 27 Tahun 2015 tentang bendungan, adalah bahwa
pembangunan bendungan meningkatkan kemanfaatan fungsi sumber daya air,
pengawetan air, pengendali daya rusak air, dan fungsi pengaman tampungan limbah
tambang (tailing) atau tamping lumpur.
I-1
serta Bangunan Air Lainnya yang salah satunya adalah melaksanakan pekerjaan
penyusunan Rencana Pengelolaan Bendungan Nglangon.
1.2.1 Maksud
Maksud dari kegiatan pekerjaan ini adalah melakukan pengumpulan data,
survey, identifikasi, kajian dan analisa dalam rangka penyusunan dokumen Rencana
Pengelolaan Bendungan Nglangon.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Rencana Pengelolaan Bendungan Nglangon adalah
tersusunnya dokumen rencana pengelolaan Bendungan Nglangon.
1.2.3 Sasaran
Sedangkan sasaran kegiatan Rencana Pengelolaan Bendungan Nglangon
adalah terpeliharanya kelangsungan fungsi layanan dengan adanya Rencana
Pengelolaan Bendungan Nglangon.
Data sumber daya air ( mata air, hujan, debit, air tanah, klimatologi, inflow
outflow dll.)
Data sumber daya lahan (peta topografi, peta tanah, peta tata guna lahan,
hasil tata guna lahan, tata ruang dll.)
Data socio-economy
Data konservasi
Kelembagaan bendungan
Memasang patok tetap (SDM) di sepanjang tepi kiri dan kanan Bendungan
untuk setiap jarak 1 (satu) km, dengan jumlah patok minimal 3 (tiga) pasang, masing
masing 3 (tiga) patok di sisi kiri dan 3 (tiga) patok disisi sebelah kanan Bendungan.
C. Melakukan analisa prediksi laju sedimen serta identifikasi daerah- daerah sumber
sedimen.
a. Peta wilayah kerja pengelolaan air irigasi sesuai tugas dan tanggung jawabnya
( Skala 1 : 25.000 atau disesuaikan ).
b. Peta daerah irigasi (skala 1 : 5.000).
c. Data teknis bendungan.
d. Skema jaringan irigasi.
e. Skema rencana pembagian dan pemberian air.
f. Gambar purna konstruksi (as built drawing).
g. Dokumen dan data data lain, meliputi:
- Manual pengoprasian bendungan, bangunan ukur debit.
- Data seri dari catatan curah hujan.
- Data debit sungai.
- Data elevasi dan volume Bendungan.
- Data Klimatologi
11. SNI 19-6502.2, 2004 Tata Cara Pembuatan Peta Rupa Bumi skala 1 :
25000.
12. Pedoman Dan Inspeksi Dan Evaluasi Keamanan Bendungan, Maret 2003,
Kantor Sekretariat Komisi Keamanan Bendungan, Departemen
Pemukiman Dan Prasarana Wilayah, Direktorat Sumber Daya Air.
No Jenis Laporan
1 RMK
2 Laporan Pendahuluan
4 Laporan Pengujung :
a. Laporan Hidrologi
6 Laporan Akhir :
b. Laporan Akhir
II-1
ha), Demak (81.063,09 ha), Jepara (69.501,73 ha), Kudus (32.888,08 ha), Sragen
(27.011,00 ha), Semarang (25.494,21 ha), Pati (5.652,90 ha), Rembang (5.001,93
ha), dan Kabupaten Ngawi (30,36 ha). Tepatnya terletak pada posisi koordinat antara
110 26' 22" - 111 34' 17" Bujur Timur dan antara 6 35' 58'' - 7 27' 44'' Lintang
Selatan. (Sumber : Detail Desain Dan Studi Penyusunan Ukl/Upl Untuk Pekerjaan
Remedial/ Rehabilitasi Minor Bendungan Nglangon,2012)
S. JRAGUNG
Luas DAS 354.1 km2 S. RANDUGUNTING
Panjang 75 km Luas DAS 115,0 km2
Lintas Kab Demak, Panjang 40 km
Grobogan, dan Smg Lintas Kab Blora, S. LASEM
Rembang & Pati Luas DAS 252,9 km2
Panjang 33,5 km
Kab Rembang
S. DOLOK
Luas DAS 89,1 km2
Panjang 45,5 km
Lintas Kab Demak S. BABON
dan Semarang Luas DAS 226 km2
Panjang 37,7 km S. CAPLUK
Lintas Kab Demak Luas DAS 135,6 km2
dan Semarang Panjang 33,6 km
Kab Rembang
S. BKT
Luas DAS 94,0 km2
Panjang 17,6 km
Lintas Kota Smg
dan Kab Smg
S. LUSI
Luas DAS 1758 km2
Panjang 82,0 km
Lintas Kab Blora &
Grobogan
S. BKB
Luas DAS 203,4 km2
Panjang 35 km
Lintas Kota Smg, Kab
Smg & Kendal
S. SERANG
Luas DAS 254,00 km2
Lintas Kab Seragen,
S. TUNTANG Grobogan & Boyolali
Luas DAS 820,8 km2
Panjang 106,5 km
Lintas Kab Demak,
Grobogan, Salatiga
& Semarang
(Sumber : Detail Desain Dan Studi Penyusunan Ukl/Upl Untuk Pekerjaan Remedial/ Rehabilitasi Minor Bendungan Nglangon,2012)
Gambar II.1 : Lokasi Pekerjaan Rencana Pengelolaan bendungan Nglangon pada WS Jratunseluna
II-3
Gambar II.2 : Genangan Waduk Nglangon Di Kab.Grobogan Jawa Tengah
(Sumber : Google, 18-8-2013)
II-4
3. Tubuh Bendungan
Tipe : Urugan tanah homogin
Tinggi di atas dasar sungai : 14,80 m
Tinggi di atas galian : 21,00 m
Panjang puncak : 330 m
Lebar puncak : 4,50 m
Elevasi puncak : 81,00 m
Volume tubuh bendungan : 74.000 m3
4. Spillway (Pelimpah)
Tipe : Ogee tanpa pintu
Kapasitas : 41,93 m3/dtk
Elevasi mercu : 79,00 m
Panjang mercu bersih : 15,00 m
II-7
2.4 KONDISI GEOLOGI
- Geologi Regional
Kondisi geologi Sungai Lusi berada pada Zona Kendeng terdiri dari
pegunungan lipatan berbentuk Antiklinorium. Morfologi di daerah tersebut
dapat dibagi menjadi 3 satuan, yaitu Satuan Morfologi dataran rendah,
perbukitan bergelombang dan Satuan Morfologi perbukitan terjal, dengan
punggung perbukitan tersebut umumnya memanjang berarah Barat
Timur, sehingga pola aliran sungai umumnya hampir sejajar (sub-parallel)
dan sebagian berpola mencabang (dendritic).
Gambar II.5 : Peta Fisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur (Van Bemmellen, 1949)
II-8
Ciri morfologi Zona Kendeng berupa jajaran perbukitan rendah dengan
morfologi bergelombang, dengan ketinggian berkisar antara 50 hingga 200
meter. Jajaran yang berarah barat-timur ini mencerminkan adanya
perlipatan dan sesar naik yang berarah barat-timur. Intensitas perlipatan
dan anjakan yang mengikutinya mempunyai intensitas yang sangat besar
di bagian barat dan berangsur melemah di bagian timur. Akibat adanya
anjakan tersebut, batas dari satuan batuan yang bersebelahan sering
merupakan batas sesar. Lipatan dan anjakan yang disebabkan oleh gaya
kompresi juga berakibat terbentuknya rekahan, sesar dan zona lemah yang
lain pada arah tenggara-barat laut, barat daya-timur laut dan utara-
selatan.
Proses eksogenik yang berupa pelapukan dan erosi pada daerah ini
berjalan sangat intensif, selain karena iklim tropis juga karena sebagian
besar litologi penyusun Mandala Kendeng adalah batu lempung-napal-
batupasir yang mempunyai kompaksitas rendah, misalnya pada formasi
Pelang, Formasi Kerek dan Napal Kalibeng yang total ketebalan ketiganya
mencapai lebih dari 2000 meter.
Karena proses tektonik yang terus berjalan mulai dari zaman Tersier
hingga sekarang, banyak dijumpai adanya teras-teras sungai yang
menunjukkan adanya perubahan base of sedimentation berupa
pengangkatan pada Mandala Kendeng tersebut. Sungai utama yang
mengalir di atas Mandala Kendeng tersebut salah satunya adalah Sungai
Lusi yang mengalir ke arah barat, dimulai dari Blora, Purwodadi dan terus
ke barat hingga bermuara di Kali Serang di kemudian sampai ke pantai
utara Jawa Tengah.
- Stratigrafi Regional
1. Formasi Pelang terdiri dari napal abu-abu yang masif sampai berlapis
yang kaya fosil dan batulempung abu-abu dengan sisipan batugamping
bioklastik. Lapisan ini diendapkan pada lingkungan neritik dan berumur
Oligosen Akhir - Miosen Awal.
2. Formasi Notopuro terdiri dari endapan lahar, tuf, dan batu pasir tufaan
berumur Pleistosen yang diendapkan pada lingkungan darat.
Adapun sumber data yang digunakan untuk referensi stasiun pencatat hujan
adalah stasiun-stasiun yang ada di dalam koordinasi Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG). Dalam wilayah studi terdapat 19 stasiun pencatat hujan
selama 17 tahun dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2013. Data yang
diperoleh antara lain :
- Data Klimatologi Kelembaban Relatif (RH) Rata-rata (%)
- Data Klimatologi Temperatur Bulanan Rata-rata (oC)
- Data Klimatologi Penyinaran Matahari (Q) (%)
- Data Klimatologi Kecepatan Angin (Km/jam)
Posisi dari seluruh stasiun hujan dan poligon thiessen yang digunakan pada
pekerjaan ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Lokasi Kegiatan
Gambar II.7 : Peta Isohyet Curah Hujan Tahunan Provinsi Jawa Tengah
4
8
0
0
0
0
4
9
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
5
1
0
0
0
0
5
2
0
0
0
0
5
3
0
0
0
0
5
4
0
0
0
0
5
5
0
0
0
0
5
6
0
0
0
0
5
7
0
0
0
0
5
8
0
0
0
0
N
Pati
0
0
0
9
0
2
5
5
2
0
9
0
0
0
W E %
U %Ngampel
U
4B R006B
Gendongan
R022
0
0
0
S Gegersapi Gempol %
U 9
0
2
4 Tempel
4
2
0
9
R6
0
0
0
SE205B SE217ASE216
0
8. Sta Ngaringan (SE 220)
0
Jomblong
%
U %
U Gobang
9. Sta Nglangon (SE 216)
%
U 10. Sta Pojok (SE 241A)
Lampis
11. Sta Purwodadi (SE 204)
SE217 12. Sta Semen (SE 205B)
0 %
U
0
0 Glugu 13. Sta Simo (SE 217) 9
0
2
0 14. Sta Tambakselo (SE 211)
0
2
0
9
0
Peganjing 15. Sta Tawangharjo (SE 213)
0
0
4
8
0
0
0
0
4
9
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
5
1
0
0
0
0
5
2
0
0
0
0
5
3
0
0
0
0
5
4
0
0
0
0
5
5
0
0
0
0
5
6
0
0
0
0
5
7
0
0
0
0
5
8
0
0
0
0
0
0
BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI PEMALI JUANA Kab Grobogan Stasiun Hujan
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI PEMALI JUANA Sungai Lusi PETA STA HUJAN
Batas Zona Kab Blora Subdas
Pekerjaan : Batas Kabupaten Batas DAS Skala :
0 5 10 15 Kilometers
Studi Pengembangan dan Pengelolaan SDA di Sub DAS Lusi
3.1 UMUM
III-1
mengusulkan perlunya dibuat suatu prosedur pelaksanaan kegiatan yang tertuang
dalam bagan alir pelaksanaan kegiatan dan bagan organisasi pelaksana kegiatan yang
baik dan benar sehingga kegiatan yang dikerjakan diharapkan berjalan dengan lancar
dan selesai tepat waktu.
Analisis ini dihitung dari hujan titik dari beberapa stasiun penakar hujan
yang berpengaruh terhadap daerah aliran sungai. Salah satu metode
yang digunakan untuk menghitung hujan wilayah/daerah adalah metode
Thiesen. Cara diperoleh dengan cara membuat poligon yang memotong
tegak lurus pada tengah-tengah garis hubung dua pos penakar hujan,
persamaannya adalah sebagai berikut :
dimana :
RAVG = Curah hujan rata-rata (mm)
Ai = Luas pengaruh stasiun ke i dari 1 sampai n (km2)
A = Luas daerah aliran sungai (km2)
Ri = Curan hujan pada stasiun ke-I dari 1 sampai n (mm)
dimana :
P = Probabilitas (%)
m = nomor urut data dari seri yang telah disusun
n = banyaknya data
0.2 0.1 0.05 0.01
n
5 0.45 0.51 0.56 0.67
10 0.32 0.37 0.41 0.49
15 0.27 0.30 0.34 0.40
20 0.23 0.26 0.29 0.36
25 0.21 0.24 0.27 0.32
30 0.19 0.22 0.24 0.29
35 0.18 0.20 0.23 0.27
40 0.17 0.19 0.21 0.25
45 0.16 0.18 0.20 0.24
50 0.15 0.17 0.19 0.23
N > 50 1.07/n0,5 1.22/n0,5 1.36/n0,5 1.63/n0,5
(Ef - Of)
X =
Ef
dimana :
X = Harga Chi-Square
DK = K - (P + 1)
dimana :
DK = Derajat kebebasan
K = Banyaknya kelas
Dk
n 0.2 0.1 0.05 0.01
1 1.642 2.706 3.841 6.635
2 3.219 4.605 5.991 9.21
3 4.642 6.251 7.815 11.345
4 5.989 7.779 9.448 13.277
5 7.289 9.236 11.07 15.086
6 8.558 10.645 12.592 16.812
7 9.803 12.017 14.067 18.475
8 11.03 13.362 15.507 20.09
9 12.242 14.684 16.919 21.666
10 13.442 15.987 18.307 23.209
11 14.631 17.275 19.675 24.725
12 15.812 18.549 21.026 26.217
13 16.985 19.812 22.362 27.688
14 18.151 21.064 23.685 29.141
15 19.311 22.307 24.996 30.578
16 20.465 23.542 26.296 32.978
17 21.617 24.769 27.587 33.409
18 22.76 25.989 28.869 34.805
19 23.9 27.204 30.114 36.191
20 25.38 24.412 31.41 37.566
21 26.171 29.615 32.671 38.932
22 27.301 30.813 33.924 40.289
23 28.429 32.007 35.172 41.638
24 29.553 33.196 6.415 42.98
25 30.675 34.382 37.652 44.314
26 37.795 35.563 38.885 45.642
27 32.912 36.761 40.113 46.963
28 34.027 37.916 41.337 48.278
29 35.139 39.087 42.557 49.588
30 36.25 40.156 43.773 50.892
log x1
log x i 1
(log x log 1) 2
S1 i 1
n 1
n
n. (log x1 log x ) 3
i 1
Cs
( n 1) * ( n 2) * ( S1) 3
Di mana :
S1 = Standar deviasi.
Cs = Koefesien Skewness
Hasil pengujian dengan grafik probabilitas rencana dan pengamatan untuk jenis
distribusi ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.
100
y = 495.0e-0.05x
R = 0.961
Probabilitas (%)
10
y = 3086.e-0.09x
R = 0.993
0.1
1 21 41 61 81 101 121
Curah Hujan (mm)
Metode ini sering digunakan untuk menghitung besarnya curah hujan yang
terjadi dalam suatu periode, dari SNI 03-2415-1991rumus yang diberikan
adalah :
Xt = Xa + K.Sx
Dimana :
Xt = besaran curah hujan yang diharapkan terjadi dalam periode ulang (t)
tertentu (mm).
K = frequensi factor
Sx = standar deviasi
Harga frequensi factor tergantung dari banyaknya data yang dianalisis, dan
tergantung juga pada periode ulang (kala hujan) yang dikehendaki sehingga
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Yt Yn
k
Sn
Dimana :
K : frequensi factor
Yt Yn
Xt Xa xSx
Sn
Dan untuk mendapatkan standar deviasi (Sx) digunakan rumus seperti berikut:
Sx = (Xi-Xa)2
(n-1)
Sx = standar deviasi
Tabel III.3 : Hubungan Reduksi Variat Rata-rata (Yn) dengan Jumlah Data
(n) (GUMBEL I)
n Yn n Yn n Yn n Yn
n Sn n Sn n Sn n Sn
Hasil pengujian dengan grafik probabilitas rencana dan pengamatan untuk jenis
distribusi ini dapat dilihat pada gambar berikut ini
100
y = 1189.e-0.07x
R = 0.998
Probabilitas (%)
10
y = 495.0e-0.05x
R = 0.961
0.1
1 21 41 61 81 101 121 141
Curah Hujan (mm)
Qn =C..q.A
1 0,012 A 0,7
C =
1 0,075 A 0,7
dengan,
dengan,
= koefisien reduksi
dengan,
Rt = R + Sx.U
dengan,
5. Intensitas Hujan
t . R24
Rt =
t 1 0,0008 260 R24 2 t 2
t . R24
Rt =
t 1
Rt = 0,707 . R24 t + 1
dengan,
1. Data Dasar
Rumus Kirpich
L1,156
tc = 0,945
D 0,365
dimana :
Rumus Giandotti
1
4A 2
L1,156
tc = 1
2
0,8h
dimana :
tc = (tcKirpich + tcGiandotti)
M dalam hari
iT = RTtc
dengan :
C = Ci + Ct + Cp + Cs + Cc
dengan :
< 25 0,05
25 50 0,15
50 75 0,25
> 75 0,30
Kemiringan Ct
Kondisi Topografi
(m/km)
K(cm/de
Kemampuan Infiltrasi Tanah Cs
t)
C iT A
QT =
3,6
dengan :
R 24
R0 =
t
2
5 3
Rt = R0
T
dengan,
tr
0,8 tr
Qp
0,3 Qp
0,3 2 Qp
Tp T0,3 15 T0,3
Tp = Tg + 0,8 tr
dengan,
L = panjang sungai
1 1
Qp = AR0
36 0,3Tp T0,3
dengan,
T0,3 = Tg
1
= 0,47 (A.L)0,25
Tg
2,4
t
Lengkung Naik = Qp
Tp
t Tp
= Qp 0,3 0,3
T
Lengkung Turun 1
t Tp 0,5 T0,3
Lengkung Turun 2
= Qp 0,3
1,5 T0,3
t Tp 0,5 T0,3
Lengkung Turun 3
= Qp 0,3
2 T0,3
tr t
Q
Qp
tp
Tb
tp C t ( L . L c ) 0 , 3
tp
te ; tr 1 jam
5,5
cp. A
Qp 2.78
tp
Tb 72 3tp
bila :
te tr tp tp 0 ,25( te tr )
te tr Tp tp 0,5tr
Qp .Tp
h 1mm
h. A
(i x ) 2
y 10
x
Evapotranspirasi
ET0 = C W Rn 1 W f u ea ed
dalam hal ini,
= 0,75 . Rs Rn1
= 0,34 0,044 ed
f(n/N) = fungsi kecerahan matahari = 0,1 0,9 n
N
ed = ea RH
Angka kebutuhan air irigasi adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh
tanaman untuk tumbuh secara normal. Untuk tumbuh secara normal tersebut
menyangkut kebutuhan untuk pembasahan tanah, pengolahan tanah, pertumbuhan
tanaman dan pematangan butir. Disamping dipengaruhi pula oleh jenis tanaman,
periode pertumbuhan, sifat tanah, keadaan iklim dan keadaan topografi.
Maksud dan tujuan dari perhitungan angka kebutuhan air untuk irigasi
adalah :
- Menentukan pola tanam, rencana tanam dan intensitas tanam.
- Menentukan dimensi saluran pembawa dan bangunan
pengambilannya.
M . ek M.T
Lp = dan k =
k
e 1 S
dimana :
Jenis bulanan ke
tanaman 1 2 3 4 5 6
c. Perkolasi.
Perkolasi
Tekstur / Struktur Tanah
(mm/hari)
Tanah datar 1
d. Hujan Effective
Xt = X + R (n-1)
Dimana :
Bulan
1 Gol 2 Gol 3 Gol 4 Gol 5 Gol 6 Gol
ke
6 0,07
f. Effisiensi Irigasi.
Dimana :
Simulasi dilakukan dengan kondisi kebutuhan luas lahan yang dapat terairi,
dengan maksud untuk memastikan bahwa kapasitas Bendungan yang
direncanakan dapat mencukupi volume tampungan yang diperlukan.
I-O = ds/dt
Vt = Vt-1 + It - Ot - Ost
dengan :
E. SEDIMENTASI
Semua waduk baik buatan maupun alamiah yang menampung air dari satu
atau beberapa daerah aliran sungai yang masuk ke dalamnya, mempunyai
masalah sedimentasi. Proses sedimentasi di waduk berlangsung secara terus-
menerus sampai batas waktu tertentu.
1. Metoda Sedimentologi
Sedimen ini bergerak melayang di atas dasar saluran. Berat butir secara
terus menerus dikompensasi oleh gerak turbulen aliran atau oleh aksi difusi
dan aliran turbulen. Dengan data AWLR atau debit aliran sungai harian, maka
debit sedimen rata-rata dalam jangka waktu tertentu yang masuk ke dalam
waduk dapat dihitung dengan salah satu pendekatan berikut ini (Yulien, P.Y.
1995) :
Karena itu untuk mendapatkan debit sedimen diperlukan debit air dan
konsentrasi sedimen yang dikandungnya pada debit tersebut di lokasi
pos duga air. Dengan bantuan lengkung aliran (discharge rating
Qs = k x c x Qw
Dimana :
k = 0,0864
c = konsentrasi sedimen ( mg/l )
Qw = debit air ( m3/detik )
Qs = debit sedimen ( ton/hari )
Dengan power regression untuk harga logaritma debit air (log Qw) dan
logaritma debit sedimen (log Qs) diperoleh persamaan :
atau
Qs = a Qw b
Dimana :
S xy (x i x )( y i y)
r ( x , y) 1
.......... (2.10)
SxSy n n
(x
1
i x ) . ( y i y)
2
1
2
n xy ( x )( y)
r ( x , y)
[n x 2 ( x ) 2 ].[n y 2 ( y) 2 ]
.......... (2.11)
n(logQw)(LogQs) ((logQw))((logQs))
r(logQw, logQs)
[n(logQs)2 ((logQw))2 ].[n(logQs)2 ((logQs))2 ]
Bila harga r(log Qw, log Qs) mendekati + 1 berarti korelasi antara log
Qw dan log Qs mendekati sempurna, tetapi sebaliknya bila harga r
sangat jauh dari nilai + 1, hubungan antara kedua variabel tersebut
sangat lemah.. Bila harga r positip dikatakan korelasi naik
(meningkat), bila r negatip dikatakan korelasi turun (berkebalikan) dan
bila harga r mendekati nol berarti hampir tidak ada korelasi diantara
kedua variabel tersebut.
Qs = 31,56 x c x Qw
dimana :
Prosentase
Konsentrasi Jenis Bahan Bahan Asal
Sed. Dasar
Sed. Layang Sed. Dasar Sed. Layang Terhadap
Sed. Layang
Sama dengan
Kecil Pasir 50%
bahan bed load
1000 ppm ke
Clay, silt dengan
bawah Kerikil dan batu 5%
sedikit pasir
Sama dengan
Sedang Pasir 10 20 %
bahan bed load
Sama dengan
Besar Pasir 10 20 %
bahan bed load
7500 ppm ke
Clay, silt, 25 %
atas Kerikil dan batu 28%
pasir atau kurang
3. Total Sedimen
Total sedimen dapat dibagi menjadi tiga macam (Julien, P.Y., 1995) :
1) Sedimen Yil
SY = SDR . EA . A
Dimana :
11 Suripin Upper Solo Log SDR = 2.31+3.07 log Rb+ 0.41 log
S-1.26 log (Fl+Fw)
Tingkat bahaya erosi suatu DAS dapat dilihat dari nilai indeks bahaya erosi
yang didefinisikan sebagai nisbah antara erosi potensial dengan besarnya erosi yang
masih dapat dibiarkan yang nilainya tergantung dengan sifat dan substratum tanah
sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah :
Nilai T
No Sifat Tanah dan Substratum
(ton/ha/th)
Sedangkan Klasifikasi indeks bahaya erosi dinyatakan oleh Hammer (1981) sbb :
Tugas utama para ahli adalah mengurangi ancaman tersebut, untuk itu
perlu adanya program keamanan yang harus diberlakukan sejak tahap penyiapan
desain, pelaksanaan konstruksi serta pada masa operasi dan pemeliharaan.
Panduan O&P adalah merupakan dokumen tertulis yang khusus yang berisi
ketentuan dan petunjuk lengkap, yang harus dapat memenuhi kebutuhan operasi dan
pemeliharaan bagi bangunan Bendungan, bangunan pelengkap serta peralatannya
agar berfungsi dengan baik. Panduan disusun secara lugas, tegas dan mudah
dipahami.
1. OPERASIONAL
1. Air : curah hujan, tinggi air hujan dan kapasitas sumber air /
mata air
1. Petunjuk Operasi
a. Operasi Bendungan
d. Keadaaan Darurat
g. Pemeriksaaan Rutin
f) Tokoh Masyarakat
c) Koperbal Lusi
e) Tokoh Masyarakat
3. PEMELIHARAAN
a. Pemeliharaan Rutin
b. Pemeliharaan Berkala
c. Pemeliharaan Sesaat
A. Pemeliharaan Rutin
2. Pembersihan Sampah
Mekanisme Pembersihan :
Dilakukan hanya pada sampah - sampah terapung yang
mengumpul di tepi tampungan.
B. Pemeliharaan Berkala
1. Pemeliharaan Tanggul
C. Pemeliharaan Darurat
Proses ini sebagian besar dilaksanakan oleh "PROYEK" dalam hal ini
perlu diperhatikan :
Form - form mulai dari "Undangan Pelelangan" sampai dengan
Penetapan Pemenang" sebelum pelaksanaan fisik di lapangan
Form - form saat pelaksanaan fisik di lapangan (AS Built Drawing,
Angsuran, Amandemen, Pekerjaan Tambah, serta Serah Terima
Pekerjaan)
Perwujudan Sistem Pelaporan (harian, mingguan dan bulanan)
3. STRUKTUR ORGANISASI
BIDANG OP
KOORDINATOR
LAPANGAN
4. TUGAS PERSONIL
a. Tingkat Koperbal Wilayah Lusi
c. Satgas Keamanan
d. Koordinator Lapangan
e. Tingkat Juru
Bendungan : Tanggal :
Muka Air :
Tampungan (embankment/urugan) :
Tinggi : Panjang :
Puncak :
Tanda-tanda pergeseran
(displacement) Y/T. Di hulu atau
hilir
Lereng Hilir
Tanda-tanda gerakan?
(Sinkholes)? Retakan?
Tanda-tanda Rembesan?
Kondisi Tumbuh-tumbuhan?
Pengukur Rembesan?
Kebocoran
Dimana?
Jumlah
Jenis?
Kondisi?
Lain-lain?
Tanda-tanda rembesan
Dimana?
Tanda-tanda Erosi?
Daerah basah?
Dimana?
Bangunan Pelimpah
Dinding
Kondisi?
Daerah basah?
Dimana?
Kondisi Sambungan?
Kinerja Pengoperasian?
Ketidakwajaran?
Daerah Sekitar
Tanda-tanda longsor?
Tanda-tanda rembesan?
Pengambilan (Outlet)
Lokasi?
Jenis?
Akses/Jalan masuk?
Kondisi?
Daerah basah?
Dimana?
Kondisi Sambungan?
Bendungan
Endapan?
Daerah Hilir
Maksud dari pola operasi disini adalah merupakan pola pendistribusian air
yang pada dasarnya dipengaruhi oleh komponen-komponen outflow maupun
komponen-komponen inflow.
Adapun tabel tinggi bukaan pintu outlet dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
0.5000
0.4000
Debit Q (m3/dt)
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00 55.00 60.00 65.00
120.000
100.000
Lama Pengaliran (Hari)
80.000
60.000
40.000
20.000
0.000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Tangga Tali
C. PEMELIHARAAN BENDUNGAN
Selain itu yang tidak kalah penting adalah akses jalan. Sarana
jalan merupakan alat untuk melakukan inspeksi dan mobilisasi
personil maupun peralatan dari dan ke tempat yang akan dituju.
Diwaktu banjir melalui retak melintang ini biasanya air sungai dapat
mengalir dan menggerus dinding retakan, menyebabkan retak
membesar dan akhirnya menjebolkan tanggul.
Adapun cara perbaikan pada tanggul yang rusak disesuaikan dengan jenis
kelemahan/kerusakan yang terjadi sebagaimana uraian di bawah ini:
Pada sungai yang deras arusnya, permukaan atau kaki lereng depan
pada beberapa lokasi dapat tergerus dengan mudah, maka muka
tanggul seperti ini, apabila gejala pengerusan mulai terjadi,
Melarang penggunaan
2.
2. Melakukan sosialisasi kepada
sempadan sungai sesuai
masyarakat setempat mengenai
aturan dan perundang-
aturan dan perundang-undangan
undangan yang berlaku
mengenai sungai yang berlaku
3. Melarang mendirikan
bangunan pada sempadan
3. Melakukan sosialisasi kepada
sungai
masyarakat mengenai manfaat
sungai, bahaya banjir dan cara
penanggulangannya
Melarang semua kegiatan
4. 4. Menyediakan peralatan untuk
yang masuk tanggul
penyampaian berita bahaya banjir
Membatasi kendaraan yang
5. melewati tanggul/Jalan
5. Melarang pembuangan sampah ke
Inspeksi
sungai.
Contoh pemeliharaan sungai dimaksud pada sub bab di atas antara lain
sebagai berikut :
PEMELIHARAAN SUNGAI
b. Pemeliharaan Korektif
- Pemeliharaan untuk mengembalikan kondisi bangunan seperti
waktu dibangun, misalnya dinding penahan, bendung yang
retak, dsb.
c. Pemeliharaan Khusus
- Pemeliharaan pada bangunan yang berfungsi < 70 % dan > 50
%
- Rehabilitasi, pemeliharaan bangunan yang fungsinya < 50 %
1. Administrasi
a) Pengeluaran gaji untuk pegawai negeri
b) Upah dan Tunjangan
- Berbagai tunjangan untuk pegawai (honorarium).
Tunjangan kesejahteraan keluarga, lembur dan
sebagainya.
- Upah pekerja / tenaga musiman.
c) Biaya Perjalanan untuk semua kegiatan
d) Bahan antara lain : Alat-alat kantor (kertas, pensil,
blanko, pena dan lain-lain).
e) Lain-lain antara lain : Listrik, telepon / alat komunikasi.
a) Bahan :
- Bahan untuk pemeliharaan bangunan (Cat. semen,
Pasir, batu dll).
1. Pemeliharaan Rutin :
Upah
Material
Perlengkapan (mesin potong rumput, sabit, dll)
2. Pemeliharaan Berkala :
Upah
Material
Perlengkapan (gergaji mesin, sabit, dll)
Pemeliharaan yang diborongkan
3. Perbaikan Darurat :
Upah
Material
Perlengkapan (prahu karet, tenda darurat, dll)
Pemeliharaan yang diborongkan
PIEZOMETER
Tipe
Frekuensi
Tipe Jumlah Lokasi Kondisi Penyimpanan
Pembacaan
Data
Pipa tegak
terbuka
Pneumatic
gas
Pneumatic
oli
Diafragma
kawat getar
Diafragma
tegangan
listrik
Hidrolik
Elektrikal
III-90
PEMANTAUAN REMBESAN
Tipe
Frekuensi
Tipe Jumlah Lokasi Kondisi Penyimpanan
Pembacaan
Data
V-Notch
(ambang
tajam)
Ambang
lebar
Gelas ukur
Pengamatan
visual
PENGUKUR DEFORMASI
Tipe
Frekuensi
Tipe Jumlah Lokasi Kondisi Penyimpanan
Pembacaan
Data
Patok geser
Magnetik vertikal
idel
horizontal.vertikal
Gerakan
horizontal/vertikal
lereng
Tipe
Frekuensi
Tipe Jumlah Lokasi Kondisi Penyimpanan
Pembacaan
Data
Seismograf
Aselerograf
Tipe
Frekuensi
Tipe Jumlah Lokasi Kondisi Penyimpanan
Pembacaan
Data
Bacaan
Visual
Papan
Duga
Sounding
Manual
Pelampung
dan grafik
Tranduser
tekanan
Tipe
Frekuensi
Tipe Jumlah Lokasi Kondisi Penyimpanan
Pembacaan
Data
Otomatis
Rec.
Float
Type
Rec.
Tipping
Bucket
Bendungan (embankment/urugan) :
Tinggi : Panjang :
Puncak :
Tanda-tanda pergeseran
(displacement) Y/T. Di
hulu atau hilir
Permukaan Tanah
Tanda-tanda gerakan?
Retakan?
Erosi? Penurunan?
Dimana? Kedalaman,
lebar dan panjang retakan
Lereng Hilir
Tanda-tanda gerakan?
(Sinkholes)? Retakan?
III-95
Bendungan : Tanggal :
Erosi? Penurunan?
Terkelupas
Dimana? Kedalaman,
lebar dan panjang retakan
Tanda-tanda
Rembesan?
Dimana? Kuantitas?
Warna?
Kondisi Tumbuh-
tumbuhan?
Jenis Perlindungan
Lereng?
Instrumentasi
Piezometers
Dimana?
Jumlah
Jenis?
Kondisi?
Pengukur Rembesan?
Kebocoran
Dimana?
Jumlah
Jenis?
Kondisi?
Lain-lain?
Daerah Hilir
Tanda-tanda rembesan
Dimana?
Tanda-tanda Erosi?
Daerah basah?
Dimana?
Bangunan Pelimpah
Dinding
Kondisi?
Pengelupasan? Erosi?
Kavitasi?
Daerah basah?
Dimana?
Kondisi Sambungan?
Kinerja Pengoperasian?
Ketidakwajaran?
Daerah Sekitar
Tanda-tanda longsor?
Tanda-tanda rembesan?
Jenis tumbuh-tumbuhan?
Kondisi?
Gangguan pada
bangunan?
Pengambilan (Outlet)
Lokasi?
Jenis?
Akses/Jalan masuk?
Kondisi?
Pengelupasan? Erosi?
Kavitasi?
Daerah basah?
Dimana?
Kondisi Sambungan?
Kolam Waduk
Endapan?
Tebing Waduk
Ukuran?
Dimana?
Daerah Hilir
Tebing
Erosi?
Pengaruh tumbuh-
tumbuhan/semak-semak
terhadap pengaliran?
Penduduk terdekat?
Perkiraan jumlah
penduduk? Rumah? Dan
lain-lain.
IV-1
Tabel IV.1 : Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.
RENCANA KERJA
KONSULTAN : PT. SIDODADI SAKTI
PEKERJAAN : RENCANA PENGELOLAAN BENDUNGAN NGLANGON
SATUAN KERJA : OPERASI DAN PEMELIHARAAN SDA PEMALI JUANA
PPK : OPERASI DAN PEMELIHARAAN SDA I
TAHUN ANGGARAN : 2015
BULAN
NO URAIAN PEKERJAAN BOBOT APRIL - MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER KET
% 24-30 1-7 8-15 16-23 24-31 1-7 8-15 16-23 24-30 1-7 8-15 16-23 24-31 1-7 8-15 16-23 24-31 1-7 8-15 16-23 24-30 1-7 8-15 16-20
I. KEGIATAN A 13.00
1 Persiapan 1.50 1.50 PERSONIL YANG TERLIBAT :
A, B, C, D, E, F, G, H, I A : TEAM LEADER
2 Penyusunan Rencana Mutu Kontrak (RMK) 2.00 1.00 1.00 B : TA. BENDUNGAN
A, I C : TA. GEODESI
3 Pengumpulan Data & Inspeksi Lapangan 2.00 0.50 1.50 D : TA. HIDROLOGI
Pendahuluan A, B, C, D, E E : TA. INSTRUMEN BENDUNGAN
4 Penyusunan Draft Laporan Pendahuluan 3.00 0.50 1.00 1.35 0.15 F : TA. O&P
A, B, J G : SURVEYOR
5 Diskusi Laporan Pendahuluan 1.50 1.50 H : DRAFTER
A, B, C, D, E, F I : ADMINISTRASI
6 Revisi dan Final Laporan Pendahuluan 3.00 1.25 1.25 0.50 J : OP. KOMPUTER
A, B, C, D, E,F
II. KEGIATAN B 32.00
1 Inventarisasi dan Survey Lapangan 6.75 1.05 0.70 1.05 1.25 1.35 1.35
A, B, E, F
2 Pengukuran Topografi 5.50 0.25 0.75 1.00 1.00 1.25 1.25
A, C, G
3 Pengukuran Sedimentasi 5.25 0.50 0.75 0.85 1.05 1.05 1.05
A, B, D, G
4 Perhitungan dan Penggambaran 8.50 0.25 0.75 1.75 1.75 1.00 0.75 2.25
5 Pembuatan Lap. Survey Topografi 6.00 0.50 0.50 0.75 0.95 0.95 0.75 0.50 1.10
dan Sedimentasi A, B, D, F, J
HERI SANTOSO, ST, MT. Ir. PANCA HERMAWAN SP.1 SITI YULIATI, ST
NIP. 197701162009121001 NIP. 196509151995021001 DIREKTUR
IV-2
4.2
DIREKTUR
SITI YULIYATI, ST
PERSONIL
TEAM LEADER
Ir. BAMBANG P., MT
IV-3
AHLI OP BENDUNGAN AHLI GEODESI AHLI BENDUNGAN AHLI HIDROLOGI AHLI INSTRUMEN BENDUNGAN
WIDYO NUGROHO P., ST NORMANDI, ST CANDRA K., ST EDI HANDOKO, ST Ir. SRI UTAMI
OFFICE BOY
FENDI P.
terdiri dari tenaga ahli, Team leader dan Tenaga Pendukung.
Personil untuk pekerjaan Rencana Pengelolaan Bendungan Nglangon
JADWAL PENUGASAN PERSONIL
BULAN JUMLAH
NO NAMA JABATAN APRIL-MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER BULAN
24-30 1-7 8-15 16-23 24-31 1-7 8-15 16-23 24-30 1-7 8-15 16-23 24-31 1-7 8-15 16-23 24-31 1-7 8-15 16-23 24-30 1-7 8-15 16-20 ORANG
I. TENAGA AHLI
SITI YULIATI, ST
DIREKTUR