BAB III
METODELOGI
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Dengan susunan Tata Cara Pelaksanaan Pekerjaan dan Koordinasi Pekerjaan yang baik antara
Penyedia Jasa sebagai Pelaksana Pekerjaan dalam hal ini dengan pemberi kerja (BWS
Kalimantan IV), maka Penyedia Jasa berkeyakinan dapat melaksanakan dengan baik.
III - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
1. Penapisan
Berikut dibawah ini bagan alir proses penapisan berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. 38 Tahun 2019 Tentang Jenis Rencana dan/atau
III - 2
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Lampiran
IV.
III - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Keterangan:
1. Pemrakarsa mengisi ringkasan penyajian informasi awal atas rencanaUsaha dan/atau
Kegiatan yang diusulkan. Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan wajib sesuai dengan
rencana tata ruang yang berlaku dan Peta Indikatif Penundaan Penerbitan IzinBaru yang
ditetapkan melalui Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
2. Uji ringkasan penyajian informasi awal dengan daftar jenis rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib memiliki amdal (Lampiran I).
3. Jika:
a. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat Usaha dan/atau Kegiatan pendukung atas Usaha dan/atau Kegiatan yang
diusulkan yang;
TERMASUK dalam daftar pada lampiran I, maka:
4. Terhadap rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan, disimpulkan
wajib memiliki Amdal.
5. Jika:
a. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat Usaha dan/atau Kegiatan pendukung atas usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan yang;
TIDAK TERMASUK dalam daftar pada lampiran I, maka:
6. Uji lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan apakah lokasi tersebut berada di dalam
dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung?
Catatan:
a. Gunakan daftar kawasan lindung pada Lampiran II (kawasan lindung dimaksud
wajib ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundangan); dan
b. Gunakan kriteria berbatasan langsung dengan kawasan lindung (Pasal 4 ayat (7)).
7. Jika:
a. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat Usaha dan/atau Kegiatan pendukung atas Usaha dan/atau Kegiatan yang
diusulkan yang TIDAK BERADA di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan
kawasan lindung, maka:
8. Terhadap rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan, disimpulkan wajib memiliki
UKL-UPL atau SPPL.
III - 4
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
9. Jika:
a. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat Usaha dan/atau Kegiatan pendukung atas usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan yang;
BERADA di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan
lindung, maka:
10. Uji ringkasan informasi dengan kriteria pengecualian atas jenis daftar jenis rencana
usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal yang berada dalam
dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung (Pasal 4 ayat (4)).
11. Jika:
a. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat Usaha dan/atau Kegiatan pendukung atas Usaha dan/atau Kegiatan yang
diusulkan yang;
TERMASUK dalam kriteria pengecualian dalam Pasal 6 ayat (1), maka:
12. Terhadap rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan, disimpulkan wajib
memiliki UKL-UPL atau SPPL.
13. Jika:
a. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat Usaha dan/atau Kegiatan pendukung atas usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan yang;
TIDAK termasuk dalam kriteria pengecualian wajib Amdal, maka:
14. Terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, disimpulkan wajib memiliki
Amdal.
Uraian di atas merupakan tahapan penapisan untuk penetapan jenis dokumen lingkungan
baik itu dokumen AMDAL, UKL-UPL, SPLLH.
III - 5
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Studi ini dirancang untuk mendapatkan data primer dan sekunder seakurat mungkin sehingga
dapat digunakan untuk menelaah dan mengamati komponen lingkungan yang diprakirakan
terkena dampak akibat kegiatan Intake dan Jaringan Transmisi Bendungan Sepaku Semoi,
Bendungan Batu Lepek, dan Air Tanah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten
Kutai kartanegara.
Data yang dikumpulkan meliputi komponen geo-fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi, budaya
dan kesehatan masyarakat. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data sekunder, yaitu
dengan menggunakan data-data yang telah ada tentang kegiatan pembangunan Pengambilan
Intake dan Jaringan Transmisi Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek, dan Air
Tanah Kab Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai kartanegara.
Metoda pengumpulan data sehubungan dengan kegiatan konsultasi publik sesuai Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan
Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan serta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan,
meliputi :
III - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
mengenai harapan dan persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan studi ini. Merujuk pada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2012, Konsultasi Publik dapat
dilaksanakan 10 hari setelah pengumuman AMDAL di media cetak.
Metoda pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara menghubungi dan mencatat data
instansi terkait sesuai dengan kebutuhan. Adapun jenis data sekunder yang diperlukan dalam
Penyusunan Dokumen Lingkungan ini meliputi rencana kegiatan, metode konstruksi,
pengadaan tanah, peta topografi dan peta geologi, data iklim, hidrologi, data kependudukan,
kesehatan dan sosial ekonomi masyarakat, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota/Kabupaten/Provinsi, jaringan jalan (nasional, propinsi dan kabupaten/kota) dan studi
atau dokumen perencanaan lainnya yang dapat menunjang kegiatan penyusunan dokumen
lingkungan hidup. Data sekunder yang dibutuhkan menurut jenis dan sumbernya
selengkapnya disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data Sekunder yang Diperlukan
No Jenis Data Sekunder Sumber Data
1 Data Rencana Kegiatan Pemrakarsa (BWS Kalimantan IV)
2 Metode Konstruksi Buku Referensi (Buku Panduan)
Pusat Survey Geologi di Bandung
3 Peta Topografi dan Geologi
Badan Informasi Geospasial
Klimatologi (iklim, suhu udara,
Badan Meteorologi dan Geofisika
4 kelembaban, curah hujan, arah dan
kecepatan angin)
Data Kependudukan, Kesehatan dan
5 BPS Kota/Kabupaten dan Kecamatan/Desa setempat.
Sosial Ekonomi
6 RUTR, RTRW dan RDTR Dinas PU, Bappeda Kota/Kabupaten,
7 Jaringan Jalan Negara Dinas PU Kota/Kabupaten
III - 8
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 9
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Data curah hujan dikumpulkan dengan mencatat data hujan dari stasiun-stasiun
penakar hujan yang ada di wilayah studi untuk periode 10 tahun terakhir untuk
mengetahui hujan rata-rata tahunan dan tipe curah hujannya.
2) Analisi Data
Metode analisa data untuk sub komponen iklim dilakukan dengan metode analogi.
Data-data tersebut akan digunakan untuk data penunjang dalam menganalisa dampak.
Suhu dan kelembaban udara
Analisis data suhu udara dan kelembaban akan dilakukan dengan menetapkan
suhu rata-rata, suhu maksimum dan minimum, kelembaban rata-rata dan
kelembaban maksimum dan minimum. Sedangkan untuk menghitung suhu rata-
rata dan kelembaban rata-rata udara dilakukan dengan menghitung suhu dan
kelembanan rata-rata secara aritmatik.
Angin
Data yang diperoleh dari hasil pencatatan dan pengukuran arah dan kecepatan
angin kemudian diolah untuk memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola
wind rose yang diperoleh akan digunakan untuk memprakirakan arah dan
kecepatan angin dominan.
Curah hujan
Dengan memperhatikan topografi yang relatif datar, maka perhitungan tebal hujan
rata-rata daerah penelitian menggunakan metode Poligon Thiessen. Metode
Poligon Thiessen dipergunakan untuk menghitung hujan rata-rata dengan cara
membuat poligon yang mewakili luas persebaran hujan masing-masing stasiun
pencatat hujan. Dari masing-masing stasiun hujan dihubungkan satu sama lain
dengan garis. Pada garis penghubung tersebut ditarik garis tegaklurus pada titik
tengahnya sehingga garis-garis yang tegak lurus tersebut akan berpotongan pada
suatu titik. Dari banyak perpotong garis pada titik-titik di antara tiga stasiun
pencatat hujan tersebut akan membentuk suatu poligon yang banyak seperti
Gambar 3.2
III - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Catatan:
P1 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 1
P2 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 2
P3 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 3
P4 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 4
P5 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 5
A1 : Luas daerah poligon 1
A2 : Luas daerah poligon 2
A3 : Luas daerah poligon 3
A4 : Luas daerah poligon 4
A5 : Luas daerah poligon 5
An : Luas daerah poligon ke n
P : Curah hujan rata-rata daerah penelitian
Penetapan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951) menggunakan rasio atau
nisbah nilai Q, yaitu perbandingan antara jumlah rerata bulan kering dengan jumlah
rerata bulan basah. Persamaannya adalah sebagai berikut:
III - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Penetapan bulan kering dan bulan basah, dicari dengan menghitung adanya bulan
kering dan bulan basah setiap tahunnya, kemudian dijumlah untuk jumlah tahun
pencatatan dan kemudian dirata-ratakan. Bulan kering terjadi apabila curah hujan
< 60 mm/bulan, dan bulan basah terjadi apabila curah hujan >100 mm/bulan,
sedangkan curah hujan antara 60 - 100 mm/bulan dikatakan bulan lembab.
B. Kualitas Udara
1) Pengumpulan Data
Data kuaitas udara merupakan data primer yang diperoleh dari pengukuran di
lapangan pengukuran kualitas udara akan dilakukan di lokasi rencana kegiatan yang
diperkirakan akan terkena dampak. Data yang diperlukan untuk menunjang kualitas
udara adalah arah dan kecepatan angin, kelembaban, temperatur, dan tekanan udara.
Arah dan kecepatan angin diukur dengan menggunakan Anemometer, kelembaban
dan mengukur tekanan udara dengan menggunakan Barometer.
Parameter yang dikumpulkan untuk kualitas udara meliputi :
Kualitas udara ambien
Parameter kualitas udara ambien yang akan diteliti sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Pengukuran
kualitas udara didasarkan pada pergerakan dan arah angin .pengambilan contoh udara
ambien dilakukan dengan mengaplikasikan impinger untuk gas dan dust sampler
untuk pengukuran debu. Larutan gas dan contoh udara yang diperoleh kemudian akan
dianalisis di laboratorium dengan menggunakan spektrofotometer dan kromatografi
gas untuk mendapatkan konsentrasi gas-gas.
Cara Penentuan Sampling Kualitas Udara
a. Persyaratan Pemilihan Lokasi Pengambilan Contoh Uji
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam pemilihan titik pengambilan
contoh uji adalah :
- Hindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya absorpsi atau
adsorpsi (seperti dekat dengan gedung atau pohon).
- Hindari tempat dimana pengganggu kimia terhadap bahan pencemar yang akan
diukur dapat terjadi : emisi dari kendaraan bermotor yang dapat mengotori
pada saat menukur ozon, amonial dari pabrik refrigerant yang dapat mengotori
pada saat mengukur gas-gas asam.
III - 12
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
- Hindari tempat dimana pengganggu fisik dapat menghasilkan suatu hasil yang
menganggu pada saat mengukur debu tidak boleh dekat dengan incinerator
baik domestik maupun komersial, gangguan listrik terhadap peralatan
pengambil contoh uji dari jaringan listrik tegangan tinggi.
- Letakkan peralatan di daerah dengan gedung.bangunan yang rendah dan saling
berjauhan.
- Apabila pemantauan bersifat kontinyu, maka pemilihan lokasi harus
mempertimbangkan perubahan kondisi peruntukkan pada masa datang.
b. Persyaratan Penempatan Peralatan Pengambilan Contoh Uji
Peralatan pengambilan contoh uji ditempatkan dengan persyaratan sebagai
berikut:
- Letakkan peralatan pengambilan contoh uji pada daerah yang aman.
- Penempatan pengambilan contoh uji di atap bangunan dapat lebih baik untuk
daerah dengan kepadatan penduduk
- Letakkan di atap bangunan yang bersih dan tidak terpengaruh oleh emisi gas
buang dari dapur, incenerator atau sumber lokasi lainnya.
2) Analisis Data
Metoda dan peralatan yang digunakan untuk analisis parameter kualitas udara tertera
pada Tabel 5.2.
Data yang terkumpul kemudian dibandingkan dengan baku mutu udara ambien
berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Baku
Mutu Udara Ambien Nasional), sedangkan kebisingan dibandingkan dengan baku
tingkat kebisingan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48
Tahun 1996.
Tabel 3.2 Metode Analisis dan Peralatan Pengukuran Iklim,
Kualitas Udara dan Kebisingan
Parameter Kualitas Peralatan
No Metode Analisis Peralatan Analisis
Udara Lapangan
1. Temperatur Udara Direct Reading Thermometer -
2. Kelembaban Udara Pengukuran Langsung Hygrometer -
Gerak Alir / Analisis Wind
3. Arah Angin Wind Vane -
Rose (Bunga Angin)
Laju Alir/Analisis Wind
4. Kecepatan Angin Anemometer -
Rose (Bunga Angin)
5. Karbon Monoksida (CO) NDIR Impinger NDIR Analyzer
6. Nitrogen Dioksida (NO2) Saltzman Impinger Spectrofotometer
III - 13
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Lokasi
Lokasi sampling kualitas udara dan pengukuran kebisingan ditentukan berdasarkan
beberapa pertimbangan yaitu :
i) Arah angin dominan.
ii) Keadaan topografi setempat dan permukiman penduduk sekitar tapak proyek.
iii) Komponen kegiatan yang berpotensi menghasilkan emisi gas buang dan debu yaitu
di tapak proyek Pengambilan Intake dan Jaringan Transmisi Bendungan Sepaku
Semoi, Bendungan Batu Lepek, dan Air Tanah Kabupaten Panajam Paser Utara
dan Kabupaten Kutai Kartanegara dan sekitar akses jalan kendaraan.
III - 14
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
D. Geologi
1) Pengumpulan Data
Data geologi yang dikumpulkan merupakan data sekunder dari berbagai studi yang
pernah dilakukan, peta geologi, peta geologi kebencanaan meliputi kebencaan
vukkanik dan tektonik, struktur geologi patahan atau sesar serta peta hidrogeologi,
laporan geologi daerah tersebut. Data tersebut untuk menggambarkan kondisi geologi
lingkungan terutama kondisi daya dukung dan kendala geologi khususnya pada
pembahasan konstruksi Pengambilan Intake dan Jaringan Transmisi Bendungan
Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek, dan Air Tanah Kab. PPU dan Kab. Kukar
menginformasikan nilai permeabilitas tanah/batuan untuk setiap satuan geologi teknik
dan kedalaman dan arah muka air tanah.
2) Analisis Data
Fisiografi suatu daerah lebih ditekankan pada pengelompokan morfo (bentuk) muka
bumi yang berupa bukit, lembah, sungai, danau dengan ciri yang spesifik sehingga
dapat dianalisa sejarah terbentuknya. Apabila sejarah ini dihubungkan dengan struktur
geologi, maka disebut dengan fisiotektonik. Analisa yang berhubungan dengan
parameter Geologi adalah Geologi Regional dan Geologi Detil Tapak Proyek dan
sekitarnya, sehingga didapatkan bahasan bahwa Proyek yang akan bertumpu diatasnya
aman terhadap proses alam yang secara terus menerus berjalan.
III - 15
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Tinjauan terhadap aspek kualitas air tanah dilakukan dengan cara pengambilan
sampel secara langsung dilapangan dan kemudian dianalisis dilaboratorium yang
meliputi, parameter fisik, kimia dan parameter bakteriorologis.
Tujuan dari uji laboratorium terhadap sampel tersebut adalah untuk mengetahui
komposisi atau konsentrasi dan keadaan subyek dengan suatu pandangan untuk
menentukan unsur-unsur pokok dalam air tersebut, dengan demikian akan diketahui
layak atau tidak air tanah tersebut digunakan untuk kebutuhan air baku. Instrumen
yang digunakan untuk pengambilan sampel air tanah adalah botol plastik bersih
untuk menguji parameter fisik dan kimia sedangkan untuk menguji parameter biologi
pengambilan sampel air tanah dengan menggunakan botol kaca yang sudah
disterilkan.
2) Metode Analisa
Untuk mengetahui kondisi kualias air tanah, maka hasil analisis laboratorium sampel
air bersih dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air. Metode analisis kualitas air bersih dilakukan seperti pada tabel berikut:
III - 16
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 17
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
air. Untuk penghitungan jumlah perkiraan terdekat bakteri colitinja dan coliform
diambil contoh air sebanyak 200 ml yang disimpan dalam erlemeyer steril dan
ditempatkan di dalam kotak es. Metode pengumpulan data kualitas air mengacu
pada KepMenLH No 37 Tahun 2003 tentang metode analisa kualitas air
permukaan dan pengambilan contoh air permukaan serta mengacu pada SNI
6989.57-2008 tentang metoda pengambilan contoh air permukaan.
Selain pengumpulan data primer, dilakukan pula pengumpulan data sekunder yang
meliputi peta-peta, data statistik dan laporan-laporan yang dapat menggambarkan
rona lingkungan perairan di wilayah studi.
2) Analisis data
Analisis contoh air selain dilakukan di laboratorium rujukan dengan menggunakan
metode APHA (1980), juga dilakukan pengukuran langsung dilapangan (in situ)
untuk paramater kualitas air yang cepat berubah seperti pH, DO dan TDS
menggunakan alat yang dapat dibaca langsung seperti pH meter dan DO meter.
Untuk mengevaluasi kualitas air pada setiap titik sampling, hasil pengukuran dari
laboratorium contoh air dibandingkan dengan baku mutu air menurut Peraturan
Pemerintah Indonesia No. 82 tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, Kelas II (peruntukan untuk air baku). Parameter-
parameter dan metode analisis kualitas air yang akan diteliti selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 4.4.
3) Lokasi
Lokasi pengambilan contoh air permukaan dilakukan di air permukaan dan
Bendungan Sepaku Semoi dan Batu Lepek, titik sampling disesuaikan dengan
kondisi di lapangan. Pengambilan sampling air permukaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui kualitas air permukaan di lokasi tersebut sebelum ada kegiatan
kemudian pada saat dilakukan pemantauan lingkungan dapat dibandingkan dengan
hasil analisa kualitas air permukaan ini.
III - 18
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 19
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 20
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Data-data di atas tersebut digunakan dasar sebagai acuan untuk kesesuaian tata
ruang, yang mana nantinya surat kesesuaian lokasi kegiatan dengan tata ruang akan
dikeluarkan/diterbitkan oleh Dinas Tata Ruang Setempat.
2) Analisis Data
Analisis ruang dan lahan dilakukan dengan jalan interpretasi peta baik peta
administrasi sebagai peta dasar maupun peta-peta penunjang lainnya, seperti peta
kemiringan, peta ketinggian, peta jenis tanah, peta kemampuan tanah, peta
penggunaan lahan dan peta rencana pola ruang, struktur ruang dan peta kawasan
strategis daerah sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah diperdakan.
Analisis data aspek tata ruang dilakukan dengan merujuk pada Peraturan Daerah
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah terutama untuk melihat berbagai rencana
kegiatan di sekitar lokasi. Serta analisis eksternal menyangkut analisis terhadap
kedudukan lokasi kegiatan dalam konstelasi makro dikaitkan kebijakan perencaan
pembangunan daerah, baik kebijakan spasial maupun kebijakan sektoral serta
menganalisis terhadap kedudukan lokasi kegiatan dalam konteks keruangan makro.
B. Transportasi
Jenis – jenis survey yang akan dilaksanakan sangat terkait dengan lingkup analisis
yang akan dilakukan yaitu untuk mengetahui kinerja dari setiap ruas jalan.
1) Pengumpulan Data
Parameter yang dianalisis adalah analisis kondisi jalan, analisis kapasitas jalan,
dan analisis volume lalu lintas hal ini menyangkut dengan kinerja untuk setiap
ruas jalan yang akan terkena dampak kinerja ruas jalan dan volume lalulintas pada
ruas jalan yang di lokasi studi.
Pengumpulan data dilakukan dengan 2 (dua) cara, yakni: survei sekunder dan
survei primer. Adapun metoda pelaksanaan survai tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
a. Survei Sekunder
Survei sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi terkait untuk meminta
sejumlah dokumentasi data dari institusi pengelola sistem transportasi,
perencana tata ruang dan sejumlah instansi lain yang dapat menyediakan data
yang berkaitan dengan pelaksanaan studi.
b. Survei Primer
III - 21
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Dalam studi ini, survei primer dilakukan dengan cara pengamatan secara
langsung di lapangan. Survei primer yang perlu dilakukan adalah survei
lalulintas
Survei lalulintas diperlukan untuk melihat kondisi dan kinerja sistem
transportasi di wilayah studi untuk kemudian dilakukan analisis pada kondisi
’dengan’ dan ’tanpa’ Pembangunan. Volume lalu lintas yang diperoleh
kemudian dijadikan dasar dalam memprediksi besaran perjalanan yang akan
dilayani oleh koridor jalan yang sedang dikaji.
Survei Inventarisasi Jalan
Survei inventarisasi jalan dilakukan guna mengidentifikasi kondisi
eksisting jaringan jalan di wilayah studi, termasuk diantaranya
keberadaan fasilitas dan utilitas.
Survei Lalu Lintas
Survei lalu lintas yang akan dilaksanakan pada lokasi studi adalah survei
pencacahan lalu lintas (traffic counting) terklasifikasi. Pencacahan
lalulintas, merupakan perhitungan volume lalulintas yang dilakukan
dengan cara mencacah/menghitung jumlah kendaraan yang lewat pada
pos-pos survei sesuai dengan klasifikasinya. Volume lalulintas
merupakan informasi dasar yang diperlukan untuk fase perencanaan,
desain, manajemen sampai pengoperasian jalan lintas.
Secara umum, volume lalulintas merupakan salah satu karakteristik
dasar lalulintas, selain kepadatan dan kecepatan. Ketiga karakteristik lalu
lintas ini memiliki hubungan yang sangat erat. Lebih jauh lagi, data
volume lalulintas seringkali digunakan sebagai dasar dalam perencanaan
desain jalan, evaluasi kinerja jalan, analisis kecelakaan, penentuan
tingkat pertumbuhan lalu lintas, dan lainnya.
Informasi yang akan diperoleh dari survei ini, meliputi:
Volume jam puncak
Lalu lintas harian rata-rata (LHR)
Komposisi kendaraan
Distribusi arah
Jenis Kendaraan
III - 22
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
2) Analisis Data
a. Metode Analisis Kinerja Ruas Jalan
Kinerja ruas jalan dianalisis dengan menggunakan model matematis yang telah
ditetapkan dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) sebagai suatu
standar nasional. Parameter yang digunakan dalam analisis tersebut adalah :
Kecepatan Arus Bebas
Kecepatan Rata – Rata
Derajat Kejenuhan
Waktu Tempuh Perjalanan
Tingkat Pelayanan
III - 23
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
V/C Ratio = Q / C
Keterangan :
V/C : Perbandingan Volume Kendaraan dengan Kondisi Ruas Jalan
Q : Volume Lalu Lintas dalam Satuan Mobil Penumpang per Jam
(smp/jam)
C : Kapasitas Efektif dalam Satuan Mobil Penumpang per Jam (smp/jam)
III - 24
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Tabel 3.8 Tingkat Pelayanan dan Karakteristik Operasi Terkait Ruas Jalan
Batas
Tingkat
Karakteristik Lingkup
Pelayanan
V/C
Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi, pengemudi
A dapat memilih kecepatan yang diinginkan tanpa 0,00 – 0,20
hambatan
Arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh
B kondisi lalu lintas. Pengemudi memiliki kebebasan yang 0,20 – 0,44
cukup untuk memilih kecepatan
Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan
C dikendalikan. Pengemudi mulai dibatasi dalam memilih 0,45 – 0,74
kecepatan
Arus mendekati tidak stabil, kecepatan masih
D 0,75 – 0,84
dikendalikan, V/C masih ditolerir
Volume lalu lintas mendekati berada pada kapasitas arus
E 0,85 – 1,00
tidak stabil, kecepatan terkadang terhenti
Arus yang dipaksakan atau macet, kecepatan rendah,
F volume dibawah kapasitas, antrian panjang dan terjadi > 1,00
hambatan-hambatan yang besar
Sumber: Buku Menuju Tertib Lalu Lintas, 1997
III - 25
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 26
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 27
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
𝐴𝑀 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐴𝑅 = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
III - 28
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
𝐹𝑀 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐹𝑅 = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐹𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
Sedangkan data yang diperoleh untuk jenis satwa lainnya dianalisis secara
deskriptif. Kelompok satwa yang masuk kategori ini yaitu mamalia dan
herpetofauna (Reptilia dan Amphibia).
3) Lokasi
a) Flora
Pengumpulan data mengenai flora dilakukan di lokasi proyek dan sekitarnya
karena akan ada kegiatan pembukaan lahan. Selain itu dilakukan pula
inventarisasi tumbuhan alami, budi daya pada kebun dan pekarangan. Lokasi
yaitu di tapak proyek rencana kegiatan.
5) Fauna
Pengumpulan data mengenai fauna dilakukan di lokasi yang sama dengan
pegumpulan data flora.
Biota Air
6) Pengumpulan Data
Organisme perairan yang diteliti meliputi plankton, benthos, ikan, Crustasea
(udang), Molusca dan Reptilia. Pengambilan contoh organisme plakton dilakukan
melalui penyaringan air sebanyak 60 liter dengan menggunakan plankton net No 25
suspensi plankton yang diperoleh diawetkan dengan formalin 4%. Untuk
mendapatkan contoh organisme benthos dilakukan pengambilan lumpur dengan
menggunakan alat Eckman grab. Kedua organisme tersebut kemudian diperiksa
secara mikroskopis dan dideterminasi dengan menggunakan buku identifikasi Ward
and Whipple (1965). Sementara itu data nekton khususnya jenis ikan dilakukan
dengan cara pengamatan langsung dan wawancara dengan penduduk setempat serta
pencarian data sekunder dari Dinas perikanan setempat.
7) Analisis Data
Data yang didapat kemudian dianalisis melalui perhitungan indeks keanekaan,
dimana untuk organisme plankton dan benthos dilakukan berturut-turut dengan
menggunakan rumus Simpson dan Shannon & Wiener. Formula untuk penghitungan
indeks keanekaan Simpson adalah sbb. :
III - 29
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
t
ni
H' 1
1 N
III - 30
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
a) Data Primer
Pengumpulan data primer diperoleh melalui dua cara yaitu teknik non survei dan
survei atau menggunakan pendekatan triangulasi (menggunakan lebih dari satu
metode). Teknik non survei pada dasarnya mengikuti prinsip pengumpulan data
dengan menggunakan ethnographic method. Beberapa teknik yang dilakukan
dengan menggunakan teknik non survei adalah :
i) Dengar pendapat (public hearing), merupakan proses memperoleh keterangan
mengenai isu-isu terkait aspek sosial ekonomi dan budaya pada lokasi kegiatan
meliputi : sikap, harapan dan saran-saran dari masyarakat mengenai rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan. Dengar pendapat dilaksanakan bersama-sama
dengan aparat setempat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, LSM, instansi terkait
dan penduduk yang terkena dampak langsung dari kegiatan.
ii) Wawancara mendalam (depth interview) merupakan proses memperoleh
keterangan secara mendalam mengenai berbagai aspek yang menyangkut rencana
kegiatan meliputi : sikap, harapan, tanggapan, dan saran-saran dari masyarakat
mengenai rencana kegiatan. Wawancara dilaksanakan dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden, menggunakan
suatu alat yang disebut dengan interview guide. Wawancara dilaksanakan kepada
tokoh masyarakat, tokoh adat, instansi terkait dan aparat setempat yang bisa
diminta tanggapan dan saran–sarannya menyangkut rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan. Selain itu wawancara akan dilaksanakan kepada masyarakat yang
terkena dampak langsung dari kegiatan yaitu para pemilik lahan dan penduduk
yang bertempat tinggal dekat lokasi proyek.
III - 31
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 32
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Data Sekunder
Data dalam studi dapat dibagi ke dalam aras makro (kabupaten dan kecamatan) dan
aras mikro (wilayah desa/dusun, rumah tangga, dan individu). Data aras makro
inilah yang umumnya dikumpulkan dengan memanfaatkan dokumen–dokumen
atau laporan–laporan resmi. Data makro mengenai kependudukan, pola
pemukiman, peluang bekerja dan berusaha, kondisi sosio–budaya, perekonomian
dan pendapatan daerah dan kamtibmas, dikumpulkan terutama melalui dokumen–
dokumen yang telah tersedia.
Lembaga yang menjadi sumber data, antara lain :
a. Kantor Biro Pusat Statistik, Kota/Kabupaten setempat
b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Pemerintah Daerah
Kota/Kabupaten setempat.
c. Kantor Dinas Lingkungan Hidup Setempat.
d. Kantor Kecamatan setempat
e. Kantor Desa setempat
III - 33
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Namun untuk menentukan wilayah–wilayah yang akan dijadikan sampel dan penentuan
unit elementer yang akan dijadikan anggota sampel, dilakukan secara purposive karena
ada pertimbangan–pertimbangan tertentu yang diambil berdasarkan tujuan penelitian.
Pertimbangan yang dijadikan acuan dalam pengambilan sampel adalah wilayah
permukiman penduduk tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang
mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan, yang diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar dari kegiatan proyek. Perubahan mendasar yang
dimaksud adalah yang terkena dampak langsung dari kegiatan proyek.
Atas dasar pertimbangan di atas telah dilakukan pra survei ke permukiman penduduk
yang akan dijadikan wilayah studi dengan memperhatikan wilayah–wilayah yang
menjadi batas proyek, batas adminsitratif, batas sosial dan batas ekologis. Tujuan dari
pra survei untuk melakukan pengenalan terhadap sifat–sifat populasi yang merupakan
syarat utama dalam melakukan pemilihan sampel secara purposive.
Atas dasar pertimbangan di atas penentuan jumlah sampel yang paling sesuai dengan
lingkungan pemukiman penduduk di sekitar rencana wilayah studi dilakukan dengan
menarik jumlah sampel secara 3 tahap dimana tahapan kegiatannya adalah sebagai
berikut:
i) Sampling tahap pertama, yaitu memilih psu (primary sampling unit)
ii) Sampling tahap kedua, yaitu memilih unit elementer yang ada dalam psu yang
terpilih pada sampling.
iii) Sampling tahap ketiga, yaitu memilih anggota sampel dari unit elementer yang
ada dari psu yang terpilih pada sampling tahap kedua dengan menggunakan sample
fraction secara berimbang.
i) Pada pemilihan anggota sampel untuk rencana kegiatan yang dijadikan psu
(primary sampling unit) secara purposive adalah Kecamatan terkait karena
rencana proyek secara administratif ada di kecamatan tersebut.
ii) Setelah penentuan psu, kemudian akan dipilih psu unit elementer (sampel kedua)
yaitu desa/kelurahan yang terkena dampak langsung dari kegiatan. Jumlah desa
yang terkena dampak langsung dari kegiatan dan lokasinya paling dekat dengan
kegiatan secara purposive.
III - 34
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
iii) Setelah penentuan desa yang ada sebagai unit elementer, kemudian dilakukan
penentuan jumlah Kepala Keluarga (KK) yang akan dijadikan anggota sampel
tahap ketiga. Anggota sampel dipilih secara purposive yaitu penduduk yang tinggal
di lokasi dekat lokasi kegiatan. Kepala Kelurga (KK) diambil dari jumlah KK yang
terkena dampak dari rencana aktifitas kegiatan Pengambilan Intake dan Jaringan
Transmisi Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek, dan Air Tanah
Kabupaten Panajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Mulai dari
kegiatan konstruksi sampai kegiatan operasi.
iv) Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang telah diketahui akan ditarik lagi menjadi
sampel secara berdasarkan sample fraction yang telah ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
f = m x M atau m = f x M
III - 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 36
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 37
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 38
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
2) Metode Analisis
Data analisis dengan metode analisis dampak kesehatan lingkungan dan epidemiologi
diantaranya : statistik sederhana, deskriptif evaluatif dan pedoman resmi yang sesuai
dengan kepentingannya (misalnya status gizi balita, tingkat kematian bayi, sumber daya
kesehatan).
3) Parameter yang akan diteliti
Parameter kesehatan masyarakat yang diteliti sesuai dengan Keputusan Kepala
Bapedal No : 124/12/1997 meliputi :
Status kesehatan masyarakat (data primer) diukur dari : tingkat paparan pencemar,
riwayat penyakit, dan tingkat kenyamanan penduduk.
Untuk mengukur tingkat paparan pencemar diukur dari parameter : lama
tinggal/menetap responden, ada tidak adanya gangguan pencemar, asal gangguan,
dan frekuensi terjadinya gangguan.
Untuk mengukur riwayat penyakit yang pernah/sering dialami oleh responden,
diukur dari parameter : ada tidak adanya penyakit selama kurun waktu tertentu,
jenis penyakit, pengidentifikasi penyakit, serta tempat berobat.
Untuk mengukur tingkat kenyamanan, digunakan parameter-parameter : keluhan
adanyakebisingn, debu, udara panas, air keruh,sering keluar air mata/mata pedas,
dan sesak napas.
Status kesehatan masyarakat (data sekunder) diukur dari : penyakit terbanyak
diwilayah studi, akses terhadap sarana dan layanan kesehatan, fasilitas kesehatan,
tenaga kesehatan.
Status kesehatan Lingkungan (data primer maupun sekunder) diukur dari : kondisi
rumah tinggal responden, dan sarana sanitasi yang meliputi : sumber air bersih,
sarana MCK (mandi, cuci, kakus), saluran draniase, dan sistem pengendalian
vektor penyakit.
4) Metode Analisa Data
Untuk menganalisis data sekunder maupun primer data kesehatan masyarakat dan
kesehatan lingkungan dilakukan dengan menyusun tabel frekwensi dan dilakukan
analisis secara diskriptif ( proporsi ).
III - 39
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Tabel 3.12 Metode Pengumpulan dan Analisis Data Komponen Kesehatan Masyarakat
Metode
Komponen Parameter Pengumpulan
Sumber data/alat ukur Analisis Data
data
Kesehatan Prevalensi Penyakit Data Primer Wawancara,kuesioner Prevalence Rate
Masyarakat Tingkat Paparan Data Primer Wawancara,Kuesioner a
p
Pencemar n
Riwayat Penyakit Data Primer Wawancara,Kuesioner a
p
n
Tingkat Kenyamanan Data Primer Wawancara,Kuesioner a
p
n
Penyakit Terbanyak Data Sekunder Puskesmas Diskripsi
Cakupan Gizi Data Sekunder Puskesmas Diskripsi
Angka kesakitan Data Sekunder Puskesmas Diskripsi
Angka kecacadan Data Sekunder Puskesmas Diskripsi
Angka Kematian Data Sekunder Puskesmas Diskripsi
Akses layanan Data Sekunder Puskesmas Diskripsi
kesehatan
Tenaga kesehatan Data Sekunder Puskesmas, BPPS Diskripsi
Fasilitas Keseshatan Data Sekunder Puskesmas, BPPS Diskripsi
Kesehatan Kondisi Rumah Data Primer Observasi, Wawancara Diskripsi
Lingkungan Sarana Air Bersih Data Primer Observasi, Wawancara Diskripsi
Sarana MCK Data Primer Observasi, Wawancara Diskripsi
Sarana Pembuangan Data Primer Observasi, Wawancara Diskripsi
Sampah
Sistem Draniase Data Primer Observasi, Wawancara Diskripsi
Sistem Pengendalian Data Primer Observasi, Wawancara Diskripsi
Vektor Penyakit
III - 40
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 41
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
IV Kesehatan Masyarakat
- Morbiditas Kesehatan Masyarakat X X X X
f. Bagan Alir
Pada dasarnya metode identifikasi dampak potensial menggunakan bagan alir
untuk mengidentifikasi urutan dampak dari dampak primer ke sekunder.
III - 42
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 43
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Dimana :
Dn = besarnya perubahan kualitas lingkungan setelah n tahun
Ktn = kualitas lingkungan sebelum ada kegiatan pembangunan pada saat tn
Kktn = kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan pembangunan pada waktu tn
Kto = kualitas lingkungan awal
n = kurun waktu n tertentu.
b. Menjelaskan mengenai mekanisme aliran dampak yang bersifat langsung maupun tidak
langsung, yaitu :
Kegiatan yang berdampak langsung terhadap komponen 44ocial
Kegiatan yang berdampak langsung pada komponen fisik kimia yang selanjutnya
pada komponen biologi dan akhirnya pada komponen 44ocial
Kegiatan yang berdampak langsung pada komponen fisik kimia yang selanjutnya
pada komponen 44ocial
Kegiatan yang dampaknya berantai diantara komponen 44ocial itu sendiri
Kegiatan-kegiatan tersebut yang berdampak balik pada rencana kegiatan.
Besarnya perubahan lingkungan yang dianalisis mencakup keseluruhan komponen
lingkungan yaitu komponen fisika-kimia, biologi dan 44ocial, ekonomi serta budaya.
III - 44
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
usaha atau kegiatan adalah manusia yang secara langsung menikmati produk suatu
rencana usaha atau kegiatan dan atau yang diserap secara langsung sebagai tenaga
kerja pada rencana usaha atau kegiatan.
b. Luas wilayah persebaran dampak
Dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan bersifat penting bila :
rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami
perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak,
atau segi kumulatif dampak.
c. Lamanya dampak berlangsung
Dampak suatu usaha atau kegiatan ada yang berlangsung relatif singkat, yakni hanya
pada tahap tertentu dari siklus usaha atau kegiatan (perencanaan, konstruksi, operasi,
pasca operasi); namun ada pula yang berlangsung relatif lama, sejak tahap
konstruksi hingga masa pasca operasi usaha atau kegiatan. Berdasarkan pengertian
ini dampak lingkungan bersifat penting bila : rencana usaha atau kegiatan
mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau
tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak yang berlangsung hanya
pada satu atau lebih tahapan kegiatan.
d. Intensitas dampak
Intensitas dampak mengandung pengertian perubahan lingkungan yang timbul
bersifat hebat, atau drastis,serta berlangsung di areal yang relatif luas, dalam kurun
waktu yang relatif singkat
e. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak.
Mengingat komponen lingkungan hidup pada dasarnya tidak ada yang berdiri
sendiri, atau dengan kata lain satu sama lain saling terkait dan pengaruh
mempengaruhi, maka dampak pada suatu komponen lingkungan umumnya
berdampak lanjut pada komponen lingkungan lainnya. Atas dasar pengertian ini
dampak tergolong penting bila:rencana usaha atau kegiatan menimbulkan dampak
sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama
dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer.
f. Sifat kumulatif dampak
Kumulatif mengandung pengertian bersifat bertambah, bertumpuk, atau bertimbun.
Dampak suatu usaha atau kegiatan dikatakan bersifat kumulatif bila pada awalnya
III - 45
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
dampak tersebut tidak tampak atau tidak dianggap penting, tetapi karena aktivitas
tersebut bekerja berulang kali atau terus menerus, maka lama kelamaan dampaknya
bersifat kumulatif.
g. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak kegiatan terhadap lingkungan ada yang bersifat dapat dipulihkan, namun
ada pula yang tidak dapat dipulihkan walau dengan intervensi manusia
sekalipun.Dampak bersifat penting bila :perubahan yang akan dialami oleh suatu
komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi
manusia
Penjelasan mengenai mekanisme aliran dampak yang bersifat langsung maupun tidak
langsung, yaitu:
Besarnya dampak terhadap komponen/parameter lingkungan sebagai akibat kegiatan
proyek secara langsung maupun tidak langsung akan diprakirakan memakai berbagai
rumus formal matematik. Dengan cara ini besarnya dampak dapat ditetapkan secara
kuantitatif. Model matematik ini terutama untukmemprakirakan dampak pada komponen
lingkungan fisik kimia dan beberapa aspek biologi. Salah satu metode formal adalah
baku mutu lingkungan.
Prakiraan dampak terhadap suatu komponen lingkungan dapat ditempuh melalui
penggunaan standar atau baku mutu yang telah ditetapkan atau dibakukan berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku baik ditingkat nasional, sektoral maupun regional.
Penggunaan baku mutu akan dilakukan dengan cara membandingkan suatu nilai
parameter komponen lingkungan yang telah maupun diprakirakan akan berubah terhadap
nilai ambang batas yang diizinkan.
Metode analisis atau metode untuk menghitung besaran variabel atau parameter lingkungan
rona proyek akan menggunakan rumusan matematik yang telah ada. Dalam hal belum
ditemukan rumusan matematik yang sesuai, maka tim penyusun akan menganalisis secara
analogi dengan catatan bahwa :
Sifat-sifat fisik, sosial ekonomi sebagai bahan prediksi harus sama antara kondisi
wilayah proyek dengan kondisi yang dibandingkan.
Kecenderungan perubahan juga harus sesuai.
III - 46
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
1
Tabel dari Institutional Strengthening in Environmental Management (ISEM) dalam Emissions of Light & Heavy
Vehicles, Design Manual for Road and Bridge, Vol. 11, Environmental Assesment, HMSO, London, 1994.
III - 47
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 48
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Cara lain untuk memprakirakan besarnya emisi gas buang dari kegiatan mobilisasi
alat dan material (menggunakan dump truck) dihitung menggunakan persamaan
Gaussian dengan model sumber garis (line source) seperti persamaan berikut :
2QL H
2
C ( x, z ) .Exp 0,5
(2 )0,5 zu z
Dimana :
C (x, z) = Konsentrasi pencemar di udara ambient (atmosfir), g/m3
X = Jarak antara jalan dengan penerima (receptor), m
Z = Tinggi receptor diatas permukaan tanah, m
QL = Laju emisi (emision rate) per unit jarak, gr/det.m
π = Koefisien 3,14
u = Rata-rata kecepatan angin pada sumbu X, m/det
H = Tinggi sumber titik gas buang dari kendaraan, m
z = Koefisien dispersi vertikal Gaussian, m
Sedangkan untuk memprakirakan resuspensi debu yang diakibatkan oleh pergerakan
roda kendaraan (dump truck) pada saat kegiatan pengangkutan material/tanah dapat
didekati dengan rumus empirik dari Midwest Research Institute (MRI, 1979) sebagai
berikut :
eu= 5,9 (s/12) (S/30) (W/3) 0,7 (w/4) 0,5 (d/365)
Dimana :
eu = Jumlah debu per kecepatan (lb/mile)
s = Silt content (%)
S = Kecepatan kendaraan (mile/hour)
W = Berat kendaraan (ton)
w = Jumlah roda kendaraan
d = Jumlah hari tidak hujan
A.2. Intensitas Kebisingan:
Tingkat kebisingan yang akan timbul pada tahap konstruksi atau dari sumber yang
berasal dari genset/pompa dapat dihitung dengan persamaan sumber titik / tidak
bergerak, sebagai berikut :
r2
LP2 = LP1 – 20.log
r1
III - 49
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Dimana :
LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r1, dBA
LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r2, dBA
r1 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber kebisingan 1
r2 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber kebisingan 2
Selanjutnya untuk prakiraan intensitas kebisingan yang bersumber dari sumber
garis/bergerak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
r2
LP2 = LP1 – 10.log
r1
Dimana :
LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r1, dBA
LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r2, dBA
r1 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber kebisingan 1
r2 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber kebisingan 2
Cara lain, terutama untuk menentukan intensitas kebisingan yang ditimbulkan oleh lalu
lalangnya truk pengangkut alat dan bahan pada jalur jalan pengangkutan, secara teori
dapat didekati dengan rumus dari Rau dan Wooten (1980) :
Leq = Loi + 10 log (Ni/Si) + 10 log (15/d) + 0,s - 13
Dimana :
Loi = Tingkat kebisingan kendaraan type I = 80 dBA (J.Rau dan Wooten,1980)
Ni = Jumlah kendaraan (Truk) yang lewat per jam
Si = Kecepatan rata-rata Truk, 30 km/jam
D = Jarak sumber bising terhadap titik pengukuran
S = “Shiedding Factor”, daerah terbuka dengan tanaman agak jarang = 3
dBA
A.3. Dugaan Dampak Peningkatan Aliran Air Permukaan (Run-off)
Untuk menghitung besarnya peningkatan aliran air permukaan (run-off) di lokasi tapak
proyek dihitung dengan menggunakan persamaan, Chow, 1964, yaitu :
Q = C x I x A m3 / hari hujan
Q = (Ca – Cb) x I x Y m3 / hari hujan
III - 50
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Dimana :
Q = debit air larian (m3/hari-hujan)
C = koefisien air larian
I = intensitas hujan (m/hari-hujan)
A = luas daerah (m2)
∆Q = air larian yang disebabkan pembukaan lahan oleh proyek
Ca = Koefisien air larian pada lahan setelah adanya proyek
Cb = koefisien air larian pada lahan sebelum adanya proyek
Y = luas lahan yang berubah penggunaannya.
Tabel 3.15 Nilai Koefisien Aliran Permukaan (C) Berbagai Bentuk Penutupan Lahan
III - 51
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Dimana :
BP = beban pencemaran;
dp = dengan proyek
tp = tanpa proyek
J = jenis sumber pencemar
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003
tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air,
bahwa penentuan daya tampung beban pencemaran dapat ditentukan dengan
menggunakan metoda neraca massa. Model matematika yang menggunakan
perhitungan neraca massa dapat digunakan menentukan konsentrasi rata-rata aliran
hilir (down stream) yang berasal dari sumber pencemar point sources dan non point
sources, perhitungan ini dapat pula dipakai untuk menentukan persentase perubahan
laju alir atau beban polutan.
Dengan menganggap pencampuran yang sempurna antara air di sungai dengan bahan
pencemar, maka kadar bahan pencemar dalam sungai dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
Ci * Qi Mi
CR
Qi Qi
Dimana :
CR = konsentrasi rata-rata konstituen untuk aliran gabungan (mg/l);
Ci = konsentrasi konstituen pada aliran ke-i (mg/l);
Qi = laju aliran ke-i (m3/dt);
Mi = massa konstituen pada aliran ke-i (mg/l)
Dampak operasional terhadap kualitas air permukaan adalah :
III - 52
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Untuk menduga debit air sesaat dilakukan dengan pendekatan persamaan empirik
(Sosrodarsono dan Takeda, 1983), yaitu:
Q = 0.8 x A x V
Dimana :
Q = debit saluran (m³/detik)
A = luas penampang saluran (m²)
V = kecepatan aliran pada penampang (m/detik)
0,8 = faktor koreksi pengukuran kecepatan aliran permukaan
Luas penampang kali ditentukan dengan cara mengukur lebar muka air dan
kedalamandasar kalidi beberapa titik pengukuran kearah lebar saluran. Kecepatan aliran
kaliyang diukur adalah kecepatan aliran permukaan air kalidengan menggunakan
current meter/pelampung permukaan. Debit puncak, dihitung dengan
menggunakan metode rasional (Chow, 1964 dan Harijay et al, 1990), yaitu :
Qm = 0.00278 x C x I x A
Dimana :
Q = debit saluran (m³/detik)
I = Intensitas curah hujan maksimum (mm/jam)
A = luas daerah pengaliran (km²)
C = Koefisien limpasan
Tingkat sedimentasi saluran, diduga dengan menggunakan rumus empiris (Arsjad,
1980) sebagai berikut :
Qs = 0.0864 x Q x C
Dimana :
Qs = beban sedimen (ton/hari)
Q = debit saluran (m3/detik)
C = kandungan sedimentasi tersuspensi (mg/l)
A.6 Dugaan Dampak Terhadap Komponen Biologi
Soemarwoto (1987) menghitung berkurangnya jenis tanaman akibat makin sempitnya
hutan dengan rumus :
S = C x Az
Dimana : S = jumlah jenis; A = luas hutan; C dan Z konstan (Mc Arthur dan Wilson
dan Williamson, 1981). Prediktornya adalah A. Luas hutan berubah karena proyek
III - 53
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
a. Kerapatan (Density)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 = 𝐻𝑒𝑘𝑡𝑎𝑟
b. Frekuensi (Frecuency)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑖𝑡𝑢
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑖𝑡𝑢
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
c. Dominansi (Dominancy)
Dominansi mutlak suatu jenis = jumlah dari nilai kelindungan atau nilai luas
basal atau nilai biomasa atau volume dari jenis itu.
d 1 xd 2
Kelindungan dapat dihitung dengan rumus = x dibagi dengan luas
4
petak contoh; dimana = d1 dan d2 adalah diameter tajuk suatu jenis. Seringkali
d1 dan d2 adalah luas bidang dasar.
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑖𝑡𝑢
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 = 𝑥 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
III - 54
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Cara pendugaan pengaruh komponen sosial ekonomi dapat diklasifikasikan atas dua
kelompok yaitu kelompok Eksptrapolasi dan kelompok Normatif (Munn, 1979). Cara
Eksptrapolasi pada dasarnya adalah melakukan pendugaan yang didasarkan pada
kondisi saat lalu dan masa kini secara konsisten. Adanya data sosial ekonomi dalam
kurun waktu tertentu dipergunakan untuk memperkirakan kondisi yang akan datang
secara linier atas dasar trend yang ada. Sedangkan metode Normatif merupakan metode
yang dilakukan dengan cara menentukan sasaran (kondisi sosial ekonomi) terlebih
dahulu. Kemudian untuk mencapai tujuan sasaran ini dilakukan pendugaan terhadap
perubahan sosial ekonomi, pada saat ini dan di waktu-waktu mendatang dengan kurun
waktu yang ditentukan.
1. Aspek Kependudukan
a. Laju Pertumbuhan Penduduk (Said Rusli, 1982)
Pt Po(1 r )t
Dimana :
r = Laju pertumbuhan penduduk (%)
Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke-t (jiwa)
Po = Jumlah penduduk pada tahun ke-0 (jiwa)
t = Selisih tahun dengan tahun dasar
b. Rasio Beban Tanggungan/Dependency Ratio (Said Rusli, 1992)
P014 P60
DR xk
Dimana : P1559
DR = Rasio Beban Tanggungan (%)
P 0-14 = Jumlah penduduk usia 0 - 14 tahun (jiwa)
P 60+ = Jumlah penduduk usia > 60 tahun (jiwa)
P 15-59= Jumlah penduduk usia 15 - 59 tahun (jiwa)
k = Konstanta (100)
c. Kepadatan Penduduk (Density) (Otto Soemarwoto, 1987)
Po(1 rtp )t
Dtp
Ltot
Dimana :
Dtp = Kepadatan penduduk “tanpa proyek” pada waktu t (jiwa/km 2)
Po = Jumlah penduduk pada waktu acuan (ti) (jiwa)
III - 55
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Po(1 rdp )t
Ddp
Dimana : Ltot Li
Ddp = Kepadatan penduduk “dengan proyek” pada waktu t (jiwa/km 2)
Po = Jumlah penduduk pada waktu acuan (ti) (jiwa)
t = Periode waktu perhitungan ti – to (tahun)
Ltot = Luas total wilayah (km2)
Rdp = Laju tahunan pertumbuhan penduduk “dengan proyek” (%)
Li = Luas lahan yang dipakai untuk proyek
Dampak proyek terhadap kepadatan penduduk adalah :
D=(Ddp – Dtp)
d. Rasio Jenis Kelamin/Sex Ratio (Otto Soemarwoto, 1987)
L
SR xk
Dimana : P
SR = Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
L = Jumlah penduduk laki-laki (jiwa)
P = Jumlah penduduk perempuan (jiwa)
k = Konstanta
3. Pendapatan
VA = NP - KBP
Dimana:
VA = Value Added
NP = Nilai akhir Produksi
KBP = Keseluruhan Biaya Produksi
4. Ketenagakerjaan
Model ketenagakerjaan dipergunakan untuk menggambarkan kondisi tenaga kerja,
potensi tenaga kerja dan kesempatan kerja.
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPA)
III - 56
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
TPA
Angk. Kerja X 100%
Tenaga Kerja
b. Tingkat Pengangguran (TP)
TPA
Pengangguran X 100%
Angkatan Kerja
5. Keresahan Masyarakat
Membandingkan sikap/pendapat/persepsi negatif akibat kekhawatiran masyarakat
terhadap dampak dari kegiatan dengan persepsi positif terhadap pekerjaan.
Keresahan dinyatakan muncul ketika % URS lebih besar dari 100 persen
(Wahyudin, 2012), dengan formula sebagai berikut :
𝑃 (−)
% 𝑈𝑟𝑠 = 𝑥 100
𝑃 (+)
Dengan perincian :
% Urs : prosentase keresahan
P (+) : persepsi positif terhadap kegiatan
P (-) : persepsi negatif terhadap kegiatan
Prakiraan dampak terjadinya keresahan ditentukan dengan membandingkan
pendapat para responden yang didasarkan atas hasil analisis data dan informasi
lapangan. Adapun skala dan kriteria keresahan ditunjukkan dengan Tabel berikut :
III - 57
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
formula yang digunakan untuk mengukur kesempatan kerja adalah sebagai berikut :
𝐿𝑂𝑖𝑛/𝐿𝑂𝑛
𝐿𝑂 = 𝑥 100
𝐿𝑂𝑛/𝑈𝐿
LO : tingkat kesempatan kerja
LOin : jumlah tenaga kerja lokal yang direkrut pada kegiatan i
LON : jumlah total tenaga kerja yang direkrut
UL : jumlah penduduk yang menganggur di wilayah studi
Adapun kriteria dampaknya adalah sebagai berikut :
a. kegiatan berdampak signifikan dalam memberikan kesempatan kerja
bilamana LO = 1 ;
b. kegiatan berdampak cukup bilamana LO bernilai antara 0 sampai
dengan kurang dari 1 dan antara lebih dari 1 sampai 2; dan
c. kegiatan kurang berdampak bilamana LO lebih dari 2.
7. Sosial Budaya
Analisis kualitatif
Data sub komponen sosial budaya dianalisis secara kualitatif. Data kualitatif
disajikan dalam bentuk deskriptif dan diinterpretasikan untuk pemahamam sosial
budaya yang ada. Hasil interpretasi data kualitatif dipadukan dengan hasil analisis
data kuantitatif. Variabel sosio-budaya seperti proses-proses sosial, etos kerja
penduduk antar etnis, dinamika kelembagaan masyarakat, akulturasi dan asimilasi
antar golongan masyarakat, berbagai konflik kepentingan terhadap lahan, usul
penyelesaian terhadap ganti rugi tanah, serta persepsi dan sikap terhadap proyek
dilakukan pengolahan data kualitatif. Berdasarkan data lapangan dilakukan
pengelompokan-pengelompokan gejala, lalu disusun kategori sosial mengikuti
tahapan analisis isi dan analisis induktif. Kemudian dengan kerangka sosiologis,
data yang sudah diolah itu disimpulkan menjadi fakta sosial.
Mekanisme analisis data kualitatif dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka kemudian dilakukan analisis data.
Adapun metode analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang ada yaitu
identifikasi, kategorisasi, dan interpretasi. Berikut penjelasan metode analisis
pada penelitian kualitatif:
Metode identifikasi digunakan ketika data yang telah terkumpul, kemudian
diidentifikasi baik berdasarkan lokasi dan pokok permasalahannya. Misalnya,
III - 58
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
untuk data lokasi kota dipisahkan dengan data pedesaan. Selain itu, juga
diidentifikasi argumentasi apa saja yang muncul di kota dan alasan apa pula
yang timbul di pedesaan.
Metode kategorisasi diterapkan pada saat data yang sudah teridentifikasi
kemudian dikelompok-kelompokkan antara satu dengan yang lain sehingga
dapat diketahui data yang satu masuk ke dalam kategori data yang lain dan
sebaliknya data yang lain masuk ke dalam kategori yang lainnya lagi.
Misalnya, pada umumnya data serta alasan yang cenderung menolak
pembangunan pipa minyak dan gas dikelompokkan dalam satu kategori,
demikian pula data serta alasan yang cenderung mendukung pembangunan
pipa minyak dan gas juga dikelompokkan dalam satu kategori pula.
Metode interpretasi dilakukan tatkala data yang sudah dikategorisasikan
masuk ke dalam masing-masing kelompok, kemudian dilakukan pengkaitan
hubungan antara satu dengan yang lain sehingga terlihat suatu jalinan atau
suatu koherensi antara satu hal dengan hal yang lain. Dari sana kemudian
dilakukan sejumlah interpretasi/penafsiran atas keterkaitan berbagai
fenomena tersebut. Untuk memperkuat interpretasi peneliti juga menggunakan
beberapa teori yang relevan untuk menjelaskan gejala atau fenomena sosial
yang ada. Di samping itu, sesuai kaidah penelitian kualitatif, melalui metode
analisis yang dipilih, Tim peneliti dapat membuat interpretasi dan dapat
mempunyai kekuatan argumentasi yang berdasarkan data yang diperoleh dari
lapangan (Miles, dalam Moleong 2000).
Analisa Kuantitatif
Analisa kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode statistik sosial atau
model fungsi matematik. Aspek sosial budaya yang diukur diantaranya pola
hubungan sosial masyarakat yang dicerminkan dengan tingkat kerjasama
(cooperation), tingkat persaingan (competition), dan tingkat pertentangan
(conflict). Ketiga variabel tersebut diukur dengan menggunakan Skala Likert.
Skor Sikap
Untuk memberi interpretasi terhadap skor sikap individu dalam skala rating yang
dijumlahkan pada penelitian ini adalah dengan membandingkan skor tersebut
dengan harga rata-rata atau mean skor. Perbandingan relatif ini akan
III - 59
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 60
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
B. Morbiditas
1) Angka Kesakitan Malaria Per 1.000 Penduduk
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑚𝑎𝑙𝑎𝑟𝑖𝑎
𝑥 1.000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
2) Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑇𝐵 𝑃𝑎𝑟𝑢 𝐵𝑇𝐴 + 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑚𝑏𝑢ℎ
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
3) Prevalensi Penderita HIV Terhadap Pendudul
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝐽𝐼𝑉 (𝑏𝑎𝑛𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑚𝑎)
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜
4) Angka Acute Flassid Paralysis (AFP) pada anak usia < 15 tahun per
100.000 anak
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝐴𝐹𝑃 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎<15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
x 100.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎<15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
III - 61
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 62
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
III - 63
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
H. Status Gizi
1) Persentase Balita Dengan Gizi Buruk
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑡𝑎𝑡𝑢𝑠 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑏𝑢𝑟𝑢𝑘
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑘𝑢𝑟/𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
2) Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 𝑟𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑔𝑖𝑧𝑖
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎
B. Metode Informal
Salah satu metode informal yang akan digunakan adalah metode anologi. Pada metode
ini, masalah-masalah yang telah timbul disuatu lokasi sebagai akibat rencana kegiatan
akan dikaji untuk dijadikan dasar dan pertimbangan padaprakiraan dampak yang akan
timbul di lokasi lain yang mempunyai perilaku ekosistem yang sama. Untuk komponen
sosial ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat, prakiraan dampaknya juga akan
digunakan metoda informal yaitu analogi terhadap gejala sosial dan kesehatan yang
pernah dan sedang terjadi dengan dampak pada kegiatan serupa. Tentu saja jika
menggunakan metoda analogi akan disebutkan kasus dan lokasinya dalam analisisnya
kelak.
1. Metode Pendekatan berdasarkan Empiris
Melalui metode yang berdasarkan hukum-hukum yang berlaku di lingkungan
yang menggambarkan sebab akibat. Komponen lingkungan yang prakiraan
dampaknya berdasarkan empiris antara lain peningkatan estetika lingkungan,
dan sebagainya.
2. Metode Pendekatan dengan Penggunaan Baku Mutu Lingkungan
Prakiraan dampak dengan metode ini dengan menggunakan pendekatan pada
standar atau kriteria baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan berdasarkan
pada peraturan perundangan yang berlaku, baik yang berskala nasional,
sektoral maupun regional. Standar (baku mutu) ataupun kriteria ini umumnya
dipergunakan sebagai pembanding terhadap nilai parameter komponen
lingkungan yang telah maupun yang akan diperkirakan berubah terhadap nilai
ambang batas yang diperbolehkan atau diijinkan. Komponen lingkungan yang
menggunakan baku mutu lingkungan adalah debu dan penurunan kualitas
udara dan perubahan kuantitas dan kualitas air.
III - 64
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Dimana :
Q = Dampak yang diprakirakan
Qdp = Kondisi lingkungan dengan proyek
Qtp = Kondisi lingkungan tanpa proyek
III - 65
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
5. Terciptanya Jumlah lapangan - Jenis dan jumlah - Wawancara - Data Primer - Deskriptif Analogi
kesempatan kerja kerja lowongan pekerjaan - Kuisioner - Kuisioner - Prosentase
yang tercipta - Data sekunder dari
- Jumlah pencari kerja BPS
6. Kerusakan Jalan Panjang dan tingkat Kondisi jalan - Observasi - Survey Deskriptif Analogi
kerusakan jalan - Wawancara - Observasi
- Kondisi jalan
7. Tumpahan Material di Banyaknya material - Jumlah material - Observasi lapangan - Hasil observasi - Perbandingan dengan Pendekatan Model
Jalan yang tertumpah di yang tumpah di kondisi awal jalan Matematis
jalan jalan
III - 66
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Komponen
Lingkungan sesuai Data yang Metode Pengumpulan Metode Prakiraan
No Parameter Sumber Data Metode Analisis Data
dengan dampak dibutuhkan Data Dampak
hipotetik
8. Peningkatan Estetika - Tingkat estetika - Kondisi lingkungan - Observasi lapangan - Hasil observasi - Perbandingan dengan Empiris
Lingkungan lingkungan - Wawancara - Kondisi Lingkungan kondisi lingkungan
awal
9. Tersedianya Jalan Tingkat kapasitas - Tingkat pelayanan - Observasi lapangan - Hasil data primer - Perhitungan Pendekatan Model
Akses pelayanan jalan jalan observasi Matematis
10. Perubahan Kualitas Air Kualitas air konsentrasi senyawa - Sampling dan analisa - Hasil analisa - Perhitungan - Pendekatan Model
Permukaan permukaan yang terkandung laboratorium laboratorium - Perbandingan dengan Matematis
dalam air tanah baku mutu
11. Peningkatan Peningkatan - Jumlah pencari kerja - Wawancara - Data Primer - Deskriptif Analogi
Pendapatan pendapatan yang terserap - Kuisioner - Kuisioner - Prosentase
- Data sekunder dari
BPS
12. Peningkatan Limbah - Jumlah timbulan - Data jumlah Observasi Data primer hasil Interpretasi Pendekatan Model
Padat dan Cair limbah padat dan timbulan limbah observasi Matematis
Domestik cair domestik padat dan cair
domestik
13. Pembuangan Jumlah buangan - Data jumlah - Observasi lapangan - Hasil observasi dan - Perhitungan Pendekatan Model
Sedimentasi sedimentasi buangan perhitungan Matematis
bendungan sedimentasi
bendungan
III - 67
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Penelaahan secara totalitas terhadap berbagai jenis dampak penting yang timbul tersebut
merupakan satu kesatuan yang saling terkait, mempengaruhi dan saling sinergis atau
saling antogonis.
Penelaahan hubungan sebab akibat antara rencana kegiatan dan kondisi lingkungan
dengan dampak pentingyang timbul sehingga dapat diketahui dampak yang utama dan
dampak turunannya.
Merujuk pada Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan
Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak
Penting bahwa penelaahan secara totalitas dan hubungan sebab akibat tersebut diatas.
Maksudnya antara lain adalah penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan atas dasar
kemungkinan timbulnya dampak positif atau dampak negatif tidak dipandang sebagai faktor
yang masing-masing berdiri sendiri, melainkan harus diperhitungkan bobotnya guna
dipertimbangkan hubungan timbal baliknya untuk mengambil keputusan. Selain merujuk
kepada Peraturan Pemerintah dan Keputusan Kepala Bapedal tersebut di atas, metode evaluasi
dampak penting juga menggunakan Bagan Alir dan Metode Check List dengan Uraian
dimana metode ini menguraikan setiap komponen lingkungan yang diprakirakan terkena
dampak yang penting dan besar.
Untuk penjelasan yang lebih rinci dari kedua point tersebut diatas, maka di dalam bahasan
evaluasi dampak penting dalam dokumen ANDAL akan dijabarkan dari hal-hal sebagai
berikut:
Telaahan terhadap dampak penting
Telaahan sebagai dasar pengelolaan
Pendekatan penanganan dampak penting
Arahan penanganan dampak penting
IV-68
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
IV-69
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
IV-70
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Mempelajari lingkup RPL dan memprioritaskan dampak penting yang harus ditangani
sebagaimana yang ditetapkan dalam RKL.
Mengkonsentrasikan pemantauan pada variabel atau parameter lingkungan seperti yang
digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan RKL.
Menyebutkan tujuan pemantauan lingkungan secara jelas dan terukur.
Memilih dan menetapkan metode pemantauan yang paling praktis dan mudah
dilaksanakan dengan tidak mengabaikan persyaratan teknis yang berlaku.
Melengkapi peta petunjuk lokasi pemantauan dengan skala yang memadai.
Menetapkan periode pelaksanaan RPL sesuai dengan kebutuhan.
Merumuskan dan menetapkan institusi pelaksana RPL dengan mempertimbangkan hal-
hal yang dilakukan pada perumusan institusi RKL.
Membahas dengan pengguna jasa dan instansi terkait lainnya untuk meyakinkan bahwa
RPL dapat dilaksanakan.
Menyelenggarakan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengetahui apresiasi dan
aspirasi masyarakat terhadap rencana kegiatan.
IV-71