Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PENDAHULUAN

Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi


Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

BAB III
METODELOGI
PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1 PROSES PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN


Untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Dokumen Lingkungan Intake Dan
Jaringan Transmisi Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara, sampai dengan
didapatkannya suatu hasil kerja yang optimal seperti yang disyaratkan dalam Kerangka
Acuan Kerja (KAK). Penyedia Jasa mengusulkan perlunya dibuat suatu prosedur pelaksanaan
pekerjaan yang tertuang dalam bagan alir pelaksanaan pekerjaan dan bagan organisasi
pelaksana pekerjaan yang baik dan benar, sehingga pekerjaan yang dikerjakan diharapkan
berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu. Dalam pelaksanaannya Penyedia Jasa
melakukan pendekatan umum penyelesaian pelaksanaan pekerjaan dengan menyusun Jadwal
Pelaksanaan Pekerjaan, Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan dengan menyusun jadwal
pelaksana pekerjaan, organisasi pelaksana pekerjaan serta organisasi penggunaan peralatan
yang baik serta berkelanjutan. Untuk diketahui bahwa proses penerbitan izin lingkungan
terlebih dahulu menyusun dokumen lingkungan yang meliputi dokumen AMDAL atau UKL-
UPL tergantung dari hasil penapisan dan arahan Dinas Lingkungan Hidup untuk penyusunan
dokumen yang diperlukan bagi rencana kegiatan. Hal ini sesuai dengan pengertian izin
lingkungan dalam UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup adalah Izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau
kegiatan. Oleh sebab itu dalam BAB III ini akan menjelaskan metode proses penyusunan
dokumen lingkungan guna mendapatkan izin lingkungan.

Dengan susunan Tata Cara Pelaksanaan Pekerjaan dan Koordinasi Pekerjaan yang baik antara
Penyedia Jasa sebagai Pelaksana Pekerjaan dalam hal ini dengan pemberi kerja (BWS
Kalimantan IV), maka Penyedia Jasa berkeyakinan dapat melaksanakan dengan baik.

III - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Kegiatan Penyusunan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi Bendungan


Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah Kabupaten Penajam Paser Utara Dan
Kabupaten Kutai Kartanegara ini memerlukan Dokumen AMDAL untuk mendapatkan Surat
Rekomendasi Kelayakan dari Dinas Lingkungan Hidup Setempat. Sehubungan dengan
otonomi daerah, Pemerintah Daerah (Pemda) dimana lokasi proyek berada,
bertanggungjawab dalam pelaksanaan Penyusunan Dokumen Lingkungan Intake Dan
Jaringan Transmisi Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara.
Referensi hukum untuk pelaksanaan pekerjaan ini meliputi, tetapi tidak terbatas pada:
a. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
b. Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. 38 Tahun 2019
Tentang Jenis Rencana dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
d. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 16 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan.
e. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 17 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup
dan Izin Lingkungan.
f. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 8 Tahun 2013 Tentang Tata
Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Serta Penerbitan Izin
Lingkungan.
Sebagai langkah awal penyusunan Dokumen AMDAL, maka yang harus dilakukan yaitu
penapisan. Penapisan adalah langkah awal untuk menentukan arahan jenis dokumen
lingkungan hidup yang wajib disusun yang di terbitkan oleh Dinas Lingkungan Hidup
Setempat.

1. Penapisan
Berikut dibawah ini bagan alir proses penapisan berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. 38 Tahun 2019 Tentang Jenis Rencana dan/atau

III - 2
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Lampiran
IV.

Gambar 3.1 Bagan Alir Proses Penapisan

III - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Keterangan:
1. Pemrakarsa mengisi ringkasan penyajian informasi awal atas rencanaUsaha dan/atau
Kegiatan yang diusulkan. Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan wajib sesuai dengan
rencana tata ruang yang berlaku dan Peta Indikatif Penundaan Penerbitan IzinBaru yang
ditetapkan melalui Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
2. Uji ringkasan penyajian informasi awal dengan daftar jenis rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib memiliki amdal (Lampiran I).
3. Jika:
a. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat Usaha dan/atau Kegiatan pendukung atas Usaha dan/atau Kegiatan yang
diusulkan yang;
TERMASUK dalam daftar pada lampiran I, maka:
4. Terhadap rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan, disimpulkan
wajib memiliki Amdal.
5. Jika:
a. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat Usaha dan/atau Kegiatan pendukung atas usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan yang;
TIDAK TERMASUK dalam daftar pada lampiran I, maka:
6. Uji lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan apakah lokasi tersebut berada di dalam
dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung?
Catatan:
a. Gunakan daftar kawasan lindung pada Lampiran II (kawasan lindung dimaksud
wajib ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundangan); dan
b. Gunakan kriteria berbatasan langsung dengan kawasan lindung (Pasal 4 ayat (7)).
7. Jika:
a. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat Usaha dan/atau Kegiatan pendukung atas Usaha dan/atau Kegiatan yang
diusulkan yang TIDAK BERADA di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan
kawasan lindung, maka:
8. Terhadap rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan, disimpulkan wajib memiliki
UKL-UPL atau SPPL.

III - 4
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

9. Jika:
a. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat Usaha dan/atau Kegiatan pendukung atas usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan yang;
BERADA di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan
lindung, maka:
10. Uji ringkasan informasi dengan kriteria pengecualian atas jenis daftar jenis rencana
usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal yang berada dalam
dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung (Pasal 4 ayat (4)).
11. Jika:
a. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat Usaha dan/atau Kegiatan pendukung atas Usaha dan/atau Kegiatan yang
diusulkan yang;
TERMASUK dalam kriteria pengecualian dalam Pasal 6 ayat (1), maka:
12. Terhadap rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan, disimpulkan wajib
memiliki UKL-UPL atau SPPL.
13. Jika:
a. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat Usaha dan/atau Kegiatan pendukung atas usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan yang;
TIDAK termasuk dalam kriteria pengecualian wajib Amdal, maka:
14. Terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, disimpulkan wajib memiliki
Amdal.
Uraian di atas merupakan tahapan penapisan untuk penetapan jenis dokumen lingkungan
baik itu dokumen AMDAL, UKL-UPL, SPLLH.

2. Tahap Penyusunan Dokumen


Setelah mendapatkan arahan jenis dokumen lingkungan yang perlu disusun dari Dinas
Lingkungan Hidup Setempat, maka disusunlah dokumen lingkungan tersebut. Perlu
diketahui jenis dokumen yang masuk dalam dokumen lingkungan meliputi Dokumen
AMDAL, Formulir Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL),
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL),

III - 5
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) dan Dokumen Pengelolaan Lingkungan


Hidup (DPLH).
Berikut pedoman penyusunan dari masing-masing dokumen tersebut :
A. Dokumen AMDAL
Peyusunan Dokumen AMDAL diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan
RI No. 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
Lampiran I-III.
B. Formulir Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup diatur dalam
Peraturan Menteri Negara Lingkungan RI No. 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Lampiran IV.
C. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPLH) diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan RI No. 16 Tahun 2012
Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Lampiran V.
D. Dokumen Evalauasi Lingkungan Hidup (DELH) dan Dokumen Pengelolaan
Lingkungan Hidup (DPLH) diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan RL No. P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 Tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Yang Telah
Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen
Lingkungan Lampiran I dan Lampiran II.
3. Tahap Verifikasi
Tahap verifikasi adalah tahap setelah proses penyusunan dokumen lingkungan selesai.
Pada tahap ini dokumen lingkungan dibahas di Dinas Lingkungan Hidup Setempat.
Setelah dibahas jika dokumen ada yang perlu diperbaiki, maka dokumen diperbaiki
terlebih dahulu sebelum dikeluarkannya Rekomendasi Kelayakan Lingkungan Hidup.

3.2 LANGKAH-LANGKAH DALAM MELAKUKAN METODE DOKUMEN


LINGKUNGAN

3.2.1 METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA


Tujuan pengumpulan dan analisis data yaitu :

1. Menelaah, mengamati, mengukur parameter lingkungan yang diperkirakan akan


terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek,

III - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

2. Menentukan kualitas lingkungan dari berbagai parameter yang diperkirakan akan


terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek,
3. Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang diperkirakan
akan terkena dampak besar dan penting dari lingkungan hidup sekitarnya,
4. Memprakirakan perubahan kualitas lingkungan hidup awal akibat kegiatan proyek.
Secara umum studi yang akan dilakukan berdasarkan data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui pengamatan, pengukuran,dan wawancara dilapangan. Untuk
wawancara seluruh masyarakat berpeluang untuk menjadi responden, sedangkan data
sekunder diperoleh dengan studi pustaka/literatur yang dihimpun. Metode yang digunakan
untuk pengumpulan data disesuaikan dengan komponen yang akan ditelaah.

Studi ini dirancang untuk mendapatkan data primer dan sekunder seakurat mungkin sehingga
dapat digunakan untuk menelaah dan mengamati komponen lingkungan yang diprakirakan
terkena dampak akibat kegiatan Intake dan Jaringan Transmisi Bendungan Sepaku Semoi,
Bendungan Batu Lepek, dan Air Tanah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten
Kutai kartanegara.

Data yang dikumpulkan meliputi komponen geo-fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi, budaya
dan kesehatan masyarakat. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data sekunder, yaitu
dengan menggunakan data-data yang telah ada tentang kegiatan pembangunan Pengambilan
Intake dan Jaringan Transmisi Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek, dan Air
Tanah Kab Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai kartanegara.

3.2.2 KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN KETERBUKAAN INFORMASI

Metoda pengumpulan data sehubungan dengan kegiatan konsultasi publik sesuai Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan
Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan serta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan,
meliputi :

 Pengumuman di media cetak (koran) tentang informasi akan dilaksanakannya rencana


kegiatan. Bahkan selama pelaksanaan penyusunan dokumen lingkungan juga tetap
terbuka peluang untuk menyerap saran, pendapat dan tanggapan masyarakat.
 Konsultasi Publik (Pertemuan Konsultasi Masyarakat), dilakukan melalui tatap muka
dengan masyarakat dan tokoh masyarakat dengan sasaran akan terkumpul informasi

III - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

mengenai harapan dan persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan studi ini. Merujuk pada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2012, Konsultasi Publik dapat
dilaksanakan 10 hari setelah pengumuman AMDAL di media cetak.

3.2.3 PENGUMPULAN DATA SEKUNDER

Metoda pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara menghubungi dan mencatat data
instansi terkait sesuai dengan kebutuhan. Adapun jenis data sekunder yang diperlukan dalam
Penyusunan Dokumen Lingkungan ini meliputi rencana kegiatan, metode konstruksi,
pengadaan tanah, peta topografi dan peta geologi, data iklim, hidrologi, data kependudukan,
kesehatan dan sosial ekonomi masyarakat, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota/Kabupaten/Provinsi, jaringan jalan (nasional, propinsi dan kabupaten/kota) dan studi
atau dokumen perencanaan lainnya yang dapat menunjang kegiatan penyusunan dokumen
lingkungan hidup. Data sekunder yang dibutuhkan menurut jenis dan sumbernya
selengkapnya disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data Sekunder yang Diperlukan
No Jenis Data Sekunder Sumber Data
1 Data Rencana Kegiatan Pemrakarsa (BWS Kalimantan IV)
2 Metode Konstruksi Buku Referensi (Buku Panduan)
 Pusat Survey Geologi di Bandung
3 Peta Topografi dan Geologi
 Badan Informasi Geospasial
Klimatologi (iklim, suhu udara,
 Badan Meteorologi dan Geofisika
4 kelembaban, curah hujan, arah dan
kecepatan angin)
Data Kependudukan, Kesehatan dan
5 BPS Kota/Kabupaten dan Kecamatan/Desa setempat.
Sosial Ekonomi
6 RUTR, RTRW dan RDTR Dinas PU, Bappeda Kota/Kabupaten,
7 Jaringan Jalan Negara Dinas PU Kota/Kabupaten

3.2.4 PENGUMPULAN DATA PRIMER


Jenis data primer yang dibutuhkan dalam penyusunan Dokumen Lingkungan ini yaitu aspek
Geofisik kimia meliputi iklim (suhu udara, kelembaban, arah dan kecepatan angin, curah
hujan) aspek biologi meliputi flora dan fauna di wilayah studi; aspek sosial, ekonomi dan
budaya meliputi persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan dan data terkait lainnya.
Banyaknya sampel yang diambil tergantung kondisi daerah yang akan diteliti, yang akan
diuraikan lebih lanjut jika telah diadakan survey pendahuluan.

III - 8
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

3.2.4.1 KOMPONEN LINGKUNGAN GEO-FISIK KIMIA


Komponen lingkungan geo-fisik-kimia yang ditelaah dalam studi ini meliputi :
A. Iklim (suhu udara, kelembaban, arah dan kecepatan angin dan curah hujan)
B. Kualitas Udara
C. Intensitas Kebisingan
D. Geologi
A. Iklim
Parameter yang diteliti dalam sub komponen iklim meliputi data iklim yang relevan
dengan studi ini adalah curah hujan, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin.
1) Pengumpulan Data
Data iklim yang dikumpulkan merupakan data sekunder data iklim di daerah lokasi
proyek diperoleh dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika).
Parameter parameter iklim yang dikumpulkan meliputi:
 Suhu udara
Data suhu udara dikumpulkan dari stasiun meteorologi terdekat, selain itu suhu
udara diukur langsung di beberapa lokasi. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan thermometer bola kering dan thermometer untuk suhu maksimum
dan minimum.
 Kelembaban
Data kelembaban akan dikumpulkan dari data sekunder hasil pencatatan stasiun
meteorologi terdekat. Selain itu pengukuran akan dilakukan langsung dengan
alat Termohygrometer .
 Angin
Data arah dan kecepatan angin dalam serangkaian waktu (time series) akan
dikumpulkan dari stasiun meteorologi terdekat. Data yang diperoleh kemudian
akan diolah untuk memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola wind rose
yang diperoleh akan digunakan untuk memprakirakan arah dan tingkat
pencemaran udara.
 Curah hujan

III - 9
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Data curah hujan dikumpulkan dengan mencatat data hujan dari stasiun-stasiun
penakar hujan yang ada di wilayah studi untuk periode 10 tahun terakhir untuk
mengetahui hujan rata-rata tahunan dan tipe curah hujannya.
2) Analisi Data
Metode analisa data untuk sub komponen iklim dilakukan dengan metode analogi.
Data-data tersebut akan digunakan untuk data penunjang dalam menganalisa dampak.
 Suhu dan kelembaban udara
Analisis data suhu udara dan kelembaban akan dilakukan dengan menetapkan
suhu rata-rata, suhu maksimum dan minimum, kelembaban rata-rata dan
kelembaban maksimum dan minimum. Sedangkan untuk menghitung suhu rata-
rata dan kelembaban rata-rata udara dilakukan dengan menghitung suhu dan
kelembanan rata-rata secara aritmatik.
 Angin
Data yang diperoleh dari hasil pencatatan dan pengukuran arah dan kecepatan
angin kemudian diolah untuk memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola
wind rose yang diperoleh akan digunakan untuk memprakirakan arah dan
kecepatan angin dominan.
 Curah hujan
Dengan memperhatikan topografi yang relatif datar, maka perhitungan tebal hujan
rata-rata daerah penelitian menggunakan metode Poligon Thiessen. Metode
Poligon Thiessen dipergunakan untuk menghitung hujan rata-rata dengan cara
membuat poligon yang mewakili luas persebaran hujan masing-masing stasiun
pencatat hujan. Dari masing-masing stasiun hujan dihubungkan satu sama lain
dengan garis. Pada garis penghubung tersebut ditarik garis tegaklurus pada titik
tengahnya sehingga garis-garis yang tegak lurus tersebut akan berpotongan pada
suatu titik. Dari banyak perpotong garis pada titik-titik di antara tiga stasiun
pencatat hujan tersebut akan membentuk suatu poligon yang banyak seperti
Gambar 3.2

III - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Gambar 3.2 Poligon Thiessen

Catatan:
P1 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 1
P2 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 2
P3 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 3
P4 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 4
P5 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 5
A1 : Luas daerah poligon 1
A2 : Luas daerah poligon 2
A3 : Luas daerah poligon 3
A4 : Luas daerah poligon 4
A5 : Luas daerah poligon 5
An : Luas daerah poligon ke n
P : Curah hujan rata-rata daerah penelitian

Penetapan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951) menggunakan rasio atau
nisbah nilai Q, yaitu perbandingan antara jumlah rerata bulan kering dengan jumlah
rerata bulan basah. Persamaannya adalah sebagai berikut:

III - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Penetapan bulan kering dan bulan basah, dicari dengan menghitung adanya bulan
kering dan bulan basah setiap tahunnya, kemudian dijumlah untuk jumlah tahun
pencatatan dan kemudian dirata-ratakan. Bulan kering terjadi apabila curah hujan
< 60 mm/bulan, dan bulan basah terjadi apabila curah hujan >100 mm/bulan,
sedangkan curah hujan antara 60 - 100 mm/bulan dikatakan bulan lembab.
B. Kualitas Udara
1) Pengumpulan Data
Data kuaitas udara merupakan data primer yang diperoleh dari pengukuran di
lapangan pengukuran kualitas udara akan dilakukan di lokasi rencana kegiatan yang
diperkirakan akan terkena dampak. Data yang diperlukan untuk menunjang kualitas
udara adalah arah dan kecepatan angin, kelembaban, temperatur, dan tekanan udara.
Arah dan kecepatan angin diukur dengan menggunakan Anemometer, kelembaban
dan mengukur tekanan udara dengan menggunakan Barometer.
Parameter yang dikumpulkan untuk kualitas udara meliputi :
Kualitas udara ambien
Parameter kualitas udara ambien yang akan diteliti sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Pengukuran
kualitas udara didasarkan pada pergerakan dan arah angin .pengambilan contoh udara
ambien dilakukan dengan mengaplikasikan impinger untuk gas dan dust sampler
untuk pengukuran debu. Larutan gas dan contoh udara yang diperoleh kemudian akan
dianalisis di laboratorium dengan menggunakan spektrofotometer dan kromatografi
gas untuk mendapatkan konsentrasi gas-gas.
Cara Penentuan Sampling Kualitas Udara
a. Persyaratan Pemilihan Lokasi Pengambilan Contoh Uji
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam pemilihan titik pengambilan
contoh uji adalah :
- Hindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya absorpsi atau
adsorpsi (seperti dekat dengan gedung atau pohon).
- Hindari tempat dimana pengganggu kimia terhadap bahan pencemar yang akan
diukur dapat terjadi : emisi dari kendaraan bermotor yang dapat mengotori
pada saat menukur ozon, amonial dari pabrik refrigerant yang dapat mengotori
pada saat mengukur gas-gas asam.

III - 12
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

- Hindari tempat dimana pengganggu fisik dapat menghasilkan suatu hasil yang
menganggu pada saat mengukur debu tidak boleh dekat dengan incinerator
baik domestik maupun komersial, gangguan listrik terhadap peralatan
pengambil contoh uji dari jaringan listrik tegangan tinggi.
- Letakkan peralatan di daerah dengan gedung.bangunan yang rendah dan saling
berjauhan.
- Apabila pemantauan bersifat kontinyu, maka pemilihan lokasi harus
mempertimbangkan perubahan kondisi peruntukkan pada masa datang.
b. Persyaratan Penempatan Peralatan Pengambilan Contoh Uji
Peralatan pengambilan contoh uji ditempatkan dengan persyaratan sebagai
berikut:
- Letakkan peralatan pengambilan contoh uji pada daerah yang aman.
- Penempatan pengambilan contoh uji di atap bangunan dapat lebih baik untuk
daerah dengan kepadatan penduduk
- Letakkan di atap bangunan yang bersih dan tidak terpengaruh oleh emisi gas
buang dari dapur, incenerator atau sumber lokasi lainnya.
2) Analisis Data
Metoda dan peralatan yang digunakan untuk analisis parameter kualitas udara tertera
pada Tabel 5.2.
Data yang terkumpul kemudian dibandingkan dengan baku mutu udara ambien
berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Baku
Mutu Udara Ambien Nasional), sedangkan kebisingan dibandingkan dengan baku
tingkat kebisingan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48
Tahun 1996.
Tabel 3.2 Metode Analisis dan Peralatan Pengukuran Iklim,
Kualitas Udara dan Kebisingan
Parameter Kualitas Peralatan
No Metode Analisis Peralatan Analisis
Udara Lapangan
1. Temperatur Udara Direct Reading Thermometer -
2. Kelembaban Udara Pengukuran Langsung Hygrometer -
Gerak Alir / Analisis Wind
3. Arah Angin Wind Vane -
Rose (Bunga Angin)
Laju Alir/Analisis Wind
4. Kecepatan Angin Anemometer -
Rose (Bunga Angin)
5. Karbon Monoksida (CO) NDIR Impinger NDIR Analyzer
6. Nitrogen Dioksida (NO2) Saltzman Impinger Spectrofotometer

III - 13
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Parameter Kualitas Peralatan


No Metode Analisis Peralatan Analisis
Udara Lapangan
7. Sulfida Dioksida (SO2) Pararosanilin Impinger Spectrofotometer
8. Debu Gravimetri High Vol. Sampler Timbangan
9. Kebisingan Direct Reading (Analog) Sound Level Meter -
Sumber : BMG, PP No. 41 Tahun 1999 dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun
1996.

Lokasi
Lokasi sampling kualitas udara dan pengukuran kebisingan ditentukan berdasarkan
beberapa pertimbangan yaitu :
i) Arah angin dominan.
ii) Keadaan topografi setempat dan permukiman penduduk sekitar tapak proyek.
iii) Komponen kegiatan yang berpotensi menghasilkan emisi gas buang dan debu yaitu
di tapak proyek Pengambilan Intake dan Jaringan Transmisi Bendungan Sepaku
Semoi, Bendungan Batu Lepek, dan Air Tanah Kabupaten Panajam Paser Utara
dan Kabupaten Kutai Kartanegara dan sekitar akses jalan kendaraan.

iv) Jarak sebaran maksimum dari tapak proyek.


C. Intensitas Kebisingan
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data kebisingan dilakukan melalui pengukuran langsung di lapangan
tingkat kebisingan diukur menggunakan alat Sound Level Meter.
2) Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan antara data yang diperoleh dari
hasil sampling dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup: Kep-
48/MENKLH/11/1996.
Tabel 3.3 Tingkat Kebisingan Berdasarkan KepMenLH No.48 Tahun 1996
Peruntukan Kawasan/Lingkup Kegiatan Tingkat Kebisingan (dBA)
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 62
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70

III - 14
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Peruntukan Kawasan/Lingkup Kegiatan Tingkat Kebisingan (dBA)


8. Khusus :
- Bandara Udara*)
- Stasiun Kereta Api*)
- Pelabuhan Laut 70
- Cagar Budaya 60
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau Sejenisnya 55
2. Sekolah atau Sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah atau Sejenisnya 55
Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996
Keterangan : *)Disesuaikan dengan Menteri Perhubungan

D. Geologi
1) Pengumpulan Data
Data geologi yang dikumpulkan merupakan data sekunder dari berbagai studi yang
pernah dilakukan, peta geologi, peta geologi kebencanaan meliputi kebencaan
vukkanik dan tektonik, struktur geologi patahan atau sesar serta peta hidrogeologi,
laporan geologi daerah tersebut. Data tersebut untuk menggambarkan kondisi geologi
lingkungan terutama kondisi daya dukung dan kendala geologi khususnya pada
pembahasan konstruksi Pengambilan Intake dan Jaringan Transmisi Bendungan
Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek, dan Air Tanah Kab. PPU dan Kab. Kukar
menginformasikan nilai permeabilitas tanah/batuan untuk setiap satuan geologi teknik
dan kedalaman dan arah muka air tanah.
2) Analisis Data
Fisiografi suatu daerah lebih ditekankan pada pengelompokan morfo (bentuk) muka
bumi yang berupa bukit, lembah, sungai, danau dengan ciri yang spesifik sehingga
dapat dianalisa sejarah terbentuknya. Apabila sejarah ini dihubungkan dengan struktur
geologi, maka disebut dengan fisiotektonik. Analisa yang berhubungan dengan
parameter Geologi adalah Geologi Regional dan Geologi Detil Tapak Proyek dan
sekitarnya, sehingga didapatkan bahasan bahwa Proyek yang akan bertumpu diatasnya
aman terhadap proses alam yang secara terus menerus berjalan.

E. Kualitas Air Tanah


1) Metode Pengumpulan Data

III - 15
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Tinjauan terhadap aspek kualitas air tanah dilakukan dengan cara pengambilan
sampel secara langsung dilapangan dan kemudian dianalisis dilaboratorium yang
meliputi, parameter fisik, kimia dan parameter bakteriorologis.
Tujuan dari uji laboratorium terhadap sampel tersebut adalah untuk mengetahui
komposisi atau konsentrasi dan keadaan subyek dengan suatu pandangan untuk
menentukan unsur-unsur pokok dalam air tersebut, dengan demikian akan diketahui
layak atau tidak air tanah tersebut digunakan untuk kebutuhan air baku. Instrumen
yang digunakan untuk pengambilan sampel air tanah adalah botol plastik bersih
untuk menguji parameter fisik dan kimia sedangkan untuk menguji parameter biologi
pengambilan sampel air tanah dengan menggunakan botol kaca yang sudah
disterilkan.
2) Metode Analisa
Untuk mengetahui kondisi kualias air tanah, maka hasil analisis laboratorium sampel
air bersih dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air. Metode analisis kualitas air bersih dilakukan seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Hasil Analisis Kualitas Air Bersih


PARAMETER SATUAN BAKU MUTU
NO
Parameter Unit Specification
A FISIKA
1 Bau - Tidak Berbau
2 Warna Skala TCU 50
3 Residu terlarut (TDS) mg/L 1.500
4 Kekeruhan Skala NTU 25
0
5 Suhu C Suhu udara + 3 0C
B KIMIA
B.1 Kimia Anorganik
1 Air Raksa mg/L 0,001
2 Arsen mg/L 0,05
3 Besi mg/L 1,0
4 Flourida mg/L 1,5
5 Kadmium mg/L 0,005
6 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
7 Klorida mg/L 600
8 Kronium, valensi 6 mg/L 0,05
9 Mangan mg/L 0,5
10 Nitrat, sebagai N mg/L 10
11 Nitrit, sebagai N mg/L 1,0
12 pH mg/L 0,05

III - 16
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

PARAMETER SATUAN BAKU MUTU


NO
Parameter Unit Specification
13 Salenium mg/L 0,01
14 Seng mg/L 15
15 Sianida mg/L 0,1
16 Sulfat mg/L 400
17 Timbal mg/L 0,05
B.2 Kimia Organik
1 Aldrin dan dieldrin mg/L 0,0007
2 Benzene mg/L 0,01
3 Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001
4 Chloroform (total Isomer) mg/L 0,007
5 Chloroform mg/L 0,03
6 2.4-D mg/L 0,10
7 DDT mg/L 0,03
8 Detergen mg/L 0,5
9 1,2-Dichloroethene mg/L 0,01
10 1.1-Dichloroethene mg/L 0,0003
11 Heptachlor dan heptaclor epoxide mg/L 0,003
12 Hexachlorobenzene mg/L 0,00001
13 Gamma-HCH (Lindane) mg/L 0,004
14 Methoxychlor mg/L 0,10
15 Pentachloropenol mg/L 0,01
16 Pestisida total mg/L 0,10
17 2,4,6-trichorophenol mg/L 0,01
18 Zat Organik (KMNO4) mg/L 10
C Mikrobiologi
1 Total Coliform (MPN) Jumlah per 100 mL 0
2 Coliform tinja belum diperiksa Jumlah per 100 mL 0
Sumber : PerMenKes No. 416 Tahun 1990

3.2.4.2 KOMPONEN LINGKUNGAN HIDROLOGI (KUALITAS AIR PERMUKAAN)


A. Kualitas Air Permukaan
1) Pengumpulan data
Untuk memperoleh data air permukaan akan dilakukan pengambilan contoh air.
Beberapa parameter kualitas air yang cepat berubah seperti pH, DO dan TDS
diukur langsung dilapangan (in situ). Pengambilan contoh air dilakukan dengan
cara grab sampling. Jumlah sampel untuk analisis kandungan non-logam, logam
dan pestisida pada setiap titik sampling adalah 2 liter, yaitu masing-masing 1 liter
untuk analisis parameter non logam dan 1 liter untuk analisis logam dan pestisida.
Contoh air untuk analisis logam dan pestisida diawetkan dengan asam nitrat dan
asam chlorida pekat dengan takaran masing-masing sebanyak 2 ml per liter contoh

III - 17
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

air. Untuk penghitungan jumlah perkiraan terdekat bakteri colitinja dan coliform
diambil contoh air sebanyak 200 ml yang disimpan dalam erlemeyer steril dan
ditempatkan di dalam kotak es. Metode pengumpulan data kualitas air mengacu
pada KepMenLH No 37 Tahun 2003 tentang metode analisa kualitas air
permukaan dan pengambilan contoh air permukaan serta mengacu pada SNI
6989.57-2008 tentang metoda pengambilan contoh air permukaan.
Selain pengumpulan data primer, dilakukan pula pengumpulan data sekunder yang
meliputi peta-peta, data statistik dan laporan-laporan yang dapat menggambarkan
rona lingkungan perairan di wilayah studi.

2) Analisis data
Analisis contoh air selain dilakukan di laboratorium rujukan dengan menggunakan
metode APHA (1980), juga dilakukan pengukuran langsung dilapangan (in situ)
untuk paramater kualitas air yang cepat berubah seperti pH, DO dan TDS
menggunakan alat yang dapat dibaca langsung seperti pH meter dan DO meter.
Untuk mengevaluasi kualitas air pada setiap titik sampling, hasil pengukuran dari
laboratorium contoh air dibandingkan dengan baku mutu air menurut Peraturan
Pemerintah Indonesia No. 82 tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, Kelas II (peruntukan untuk air baku). Parameter-
parameter dan metode analisis kualitas air yang akan diteliti selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 4.4.

3) Lokasi
Lokasi pengambilan contoh air permukaan dilakukan di air permukaan dan
Bendungan Sepaku Semoi dan Batu Lepek, titik sampling disesuaikan dengan
kondisi di lapangan. Pengambilan sampling air permukaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui kualitas air permukaan di lokasi tersebut sebelum ada kegiatan
kemudian pada saat dilakukan pemantauan lingkungan dapat dibandingkan dengan
hasil analisa kualitas air permukaan ini.

Tabel 3.5 Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Permukaan


Baku Mutu Lingkungan
Metode Analisis/
No Parameter Satuan Baku Mutu PP RI No.
Peralatan
82/2001 Kelas II
A FISIKA

III - 18
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Baku Mutu Lingkungan


Metode Analisis/
No Parameter Satuan Baku Mutu PP RI No.
Peralatan
82/2001 Kelas II
0
1 Temperatur C Termometer Deviasi 3
2 Residu Tersuspensi (TSS) mg/L Gravimetri 50
3 Residu Terlarut (TDS) mg/L Gravimetri 1000
B KIMIA ANORGANIK
1 pH - pH-meter 6–9
2 Kobalt mg/L AAS 0,2
3 Barium mg/L AAS -
4 Cromium (Cr=6) mg/L AAS 0,05
5 Besi (Fe) mg/L AAS -
6 Mangan (Mn) mg/L AAS -
7 Tembaga (Cu) mg/L AAS 0,02
8 Seng (Zn) mg/L AAS 0,05
9 Kadmium (Cd) mg/L AAS 0,01
10 Arsen (As) mg/L AAS 1
11 Boron (B) mg/L AAS 1
12 Air Raksa (Hg) mg/L AAS 0,002
13 Selenium (Se) mg/L AAS 0,05
14 Flourida (F) mg/L SPADNS 1,5
15 Khlorida (Cl) mg/L Titrimetri -
16 Khlorine bebas (Cl2) mg/L Iodometri 0,03
20 Hidrogen Sulfida (H2S) mg/L Iodometri 0,002
21 Sulfat (SO4) mg/L Spektrofotometri -
22 Total Fosfat (P) mg/L Titrimetri 0,2
23 Sianida (CN) mg/L Spektrofotometri 0,02
25 DO mg/L Titrimetri 4
26 BOD5 mg/L Titrimetri 3
27 COD mg/L Titrimetri 25
C MIKROBIOLOGI
1 Fecal Coliform Jml/100 ml MPN 1.000
2 Total Coliform Jml/100 ml MPN 5.000
D KIMIA ORGANIK
1 Detergen (MBAS) µg/L Spektrofotometri 200
2 Minyak dan Lemak µg/L Ekstrasi Freon/Grav 1.000

III - 19
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

B. Peningkatan Limpasan Air Permukaan


1) Pengumpulan Data
Data mengenai aspek hidrologi yang dikumpulkan meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah: debit air (m 3/dt), kecepatan arus
(m/dt), kedalaman dan lebar sungai, kondisi saluran (drainase), koefisien air larian
per jenis bukaan lahan serta luas tutupan lahan. Data tersebut diperoleh dengan
melakukan pengukuran dan pengamatan langsung pada sungai-sungai di sekitar
lokasi proyek.
2) Analisis Data
Analisis hidrologi dibatasi untuk daerah aliran sungai yang cukup besar dan
penting yang berkaitan dengan kegiatan di wilayah studi.
Debit sungai dihitung berdasarkan metode langsung dan metode tidak langsung.
Metode langsung yaitu pengukuran debit sesaat sungai dilakukan dengan
menggunakan metode ”velocity area method”, yaitu pengukuran penampang basah
sungai berdasarkan kedalaman, lebar sungai dan kecepatan aliran.
3.2.4.3 KOMPONEN LINGKUNGAN RUANG, LAHAN DAN TRANSPORTASI
A. Ruang dan Lahan
1) Pengumpulan Data
Parameter yang dianalisis dalam komponen ruang yaitu analisis eksternal
menyangkut dengan kedudukan lokasi kegiatan dalam perencanaan pembangunan
daerah. Data ruang dan lahan akan diperoleh melalui pengumpulan data sekunder
dan primer. Untuk mengetahui kesesuaian atau ketidaksesuaian intensitas
pemanfaatan lahan akan dikaji berdasarkan pendekatan peraturan yang ada,
peraturan yang akan dikumpulkan mencakup :
- Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 1 Tahu 2016 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016-2036
- Peraturan Daerah Kabupaten Kabupaten Panajam Paser Utara Nomor 3 Tahun
2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Panajam Paser Utara
Tahun 2013-2033
- Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 9 Tahun 2013 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2013-2033

III - 20
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Data-data di atas tersebut digunakan dasar sebagai acuan untuk kesesuaian tata
ruang, yang mana nantinya surat kesesuaian lokasi kegiatan dengan tata ruang akan
dikeluarkan/diterbitkan oleh Dinas Tata Ruang Setempat.
2) Analisis Data
Analisis ruang dan lahan dilakukan dengan jalan interpretasi peta baik peta
administrasi sebagai peta dasar maupun peta-peta penunjang lainnya, seperti peta
kemiringan, peta ketinggian, peta jenis tanah, peta kemampuan tanah, peta
penggunaan lahan dan peta rencana pola ruang, struktur ruang dan peta kawasan
strategis daerah sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah diperdakan.
Analisis data aspek tata ruang dilakukan dengan merujuk pada Peraturan Daerah
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah terutama untuk melihat berbagai rencana
kegiatan di sekitar lokasi. Serta analisis eksternal menyangkut analisis terhadap
kedudukan lokasi kegiatan dalam konstelasi makro dikaitkan kebijakan perencaan
pembangunan daerah, baik kebijakan spasial maupun kebijakan sektoral serta
menganalisis terhadap kedudukan lokasi kegiatan dalam konteks keruangan makro.

B. Transportasi
Jenis – jenis survey yang akan dilaksanakan sangat terkait dengan lingkup analisis
yang akan dilakukan yaitu untuk mengetahui kinerja dari setiap ruas jalan.
1) Pengumpulan Data
Parameter yang dianalisis adalah analisis kondisi jalan, analisis kapasitas jalan,
dan analisis volume lalu lintas hal ini menyangkut dengan kinerja untuk setiap
ruas jalan yang akan terkena dampak kinerja ruas jalan dan volume lalulintas pada
ruas jalan yang di lokasi studi.
Pengumpulan data dilakukan dengan 2 (dua) cara, yakni: survei sekunder dan
survei primer. Adapun metoda pelaksanaan survai tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
a. Survei Sekunder
Survei sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi terkait untuk meminta
sejumlah dokumentasi data dari institusi pengelola sistem transportasi,
perencana tata ruang dan sejumlah instansi lain yang dapat menyediakan data
yang berkaitan dengan pelaksanaan studi.
b. Survei Primer

III - 21
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Dalam studi ini, survei primer dilakukan dengan cara pengamatan secara
langsung di lapangan. Survei primer yang perlu dilakukan adalah survei
lalulintas
Survei lalulintas diperlukan untuk melihat kondisi dan kinerja sistem
transportasi di wilayah studi untuk kemudian dilakukan analisis pada kondisi
’dengan’ dan ’tanpa’ Pembangunan. Volume lalu lintas yang diperoleh
kemudian dijadikan dasar dalam memprediksi besaran perjalanan yang akan
dilayani oleh koridor jalan yang sedang dikaji.
 Survei Inventarisasi Jalan
Survei inventarisasi jalan dilakukan guna mengidentifikasi kondisi
eksisting jaringan jalan di wilayah studi, termasuk diantaranya
keberadaan fasilitas dan utilitas.
 Survei Lalu Lintas
Survei lalu lintas yang akan dilaksanakan pada lokasi studi adalah survei
pencacahan lalu lintas (traffic counting) terklasifikasi. Pencacahan
lalulintas, merupakan perhitungan volume lalulintas yang dilakukan
dengan cara mencacah/menghitung jumlah kendaraan yang lewat pada
pos-pos survei sesuai dengan klasifikasinya. Volume lalulintas
merupakan informasi dasar yang diperlukan untuk fase perencanaan,
desain, manajemen sampai pengoperasian jalan lintas.
Secara umum, volume lalulintas merupakan salah satu karakteristik
dasar lalulintas, selain kepadatan dan kecepatan. Ketiga karakteristik lalu
lintas ini memiliki hubungan yang sangat erat. Lebih jauh lagi, data
volume lalulintas seringkali digunakan sebagai dasar dalam perencanaan
desain jalan, evaluasi kinerja jalan, analisis kecelakaan, penentuan
tingkat pertumbuhan lalu lintas, dan lainnya.
Informasi yang akan diperoleh dari survei ini, meliputi:
 Volume jam puncak
 Lalu lintas harian rata-rata (LHR)
 Komposisi kendaraan
 Distribusi arah
Jenis Kendaraan

III - 22
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Data lalu lintas bersifat data primer, yaitu pengambilan langsung di


lapangan (traffic counting). Adapun kendaraan yang dihitung adalah
jumlah kendaraan dengan jenis kendaraan.
Tabel 3.6 Jenis Kendaraan Yang Diamati
KLASIFIKASI
NO PENJELASAN GAMBAR
KENDARAAN
1. Sepeda Motor Sepeda motor dengan dua atau tiga
(MC) roda (meliputi sepeda motor dan
kendaraan roda tiga sesuai sistem
klasifikasi Bina Marga).
2. Kendaraan Ringan Kendaraan bermotor beroda empat,
(LV) dengan dua gandar berjarak 2,0 -
3,0 m (termasuk kendaraan
penumpang, oplet, mikro bis, pick-
up dan truk kecil, sesuai sistem
klasifikasi Bina Marga).

3. Kendaraan Berat Kendaraan bermotor dengan dua


Menengah gandar, dengan jarak 3,5 - 5 , 0 m
(MHV) (termasuk bis kecil, truk dua as
dengan enam roda, sesuai sistem
klasifikasi Bina Marga)
4. Kedaraan Besar Bis dengan dua atau tiga gandar
(LB) dengan jarak as 5,0 - 6,0 m.

5. Truk Besar Truk tiga gandar dan truk kombinasi


(LT) dengan jarak gandar (gandar pertama
ke kedua) < 3,5 m (sistem klasifikasi
Bina Marga)

2) Analisis Data
a. Metode Analisis Kinerja Ruas Jalan
Kinerja ruas jalan dianalisis dengan menggunakan model matematis yang telah
ditetapkan dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) sebagai suatu
standar nasional. Parameter yang digunakan dalam analisis tersebut adalah :
 Kecepatan Arus Bebas
 Kecepatan Rata – Rata
 Derajat Kejenuhan
 Waktu Tempuh Perjalanan
 Tingkat Pelayanan

III - 23
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Metode perhitungan lalu lintas dilakukan dengan memperkirakan volume laju


harian rata – rata (LHR). Dari rasio volume LHR terhadap kapasitas jalan
(V/C), kemudia ditentukan tingkat pelayanan jalan mengacu pada Highway
Capacity Manual.
Perhitungan satuan mobil penumpang mengacu pada Buku Pedoman
Perencanaan dan Pengoperasian Lalu Lintas di Wilayah Perkotaan (Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat, 1999):
Tabel 3.7 Satuan Mobil Penumpang (SMP) Untuk Berbagai Jenis Kendaraan
No Jenis Kendaraan SMP
1 Sepeda 0,25
2 Becak 0,8
3 Motor (Roda 2) 0,33
4 Kendaraan Roda Tiga 1,0
5 Mobil Penumpang Angkutan Kota Pick Up 1,0
6 Truck Ringan (< 5 Ton) 1,5
7 Truck Sedang (5-10 Ton) 2,0
8 Truck Besar/Truck Gandeng (> 10 Ton) 2,5
9 Bus Sedang/Mikrobus 1,8
10 Bus Besar 2,0
Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Lalu Lintas di Wilayah Perkotaan
(Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1999)

V/C Ratio = Q / C
Keterangan :
V/C : Perbandingan Volume Kendaraan dengan Kondisi Ruas Jalan
Q : Volume Lalu Lintas dalam Satuan Mobil Penumpang per Jam
(smp/jam)
C : Kapasitas Efektif dalam Satuan Mobil Penumpang per Jam (smp/jam)

C = Co x Fcw x Fcsf x Fcsp x FCcs


Keterangan:
C = kapasitas sesungguhnya (smp/jam)
Co = kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = faktor penyesuaian lebar jalan
FCsf = faktor penyesuaian hambatan samping

III - 24
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

FCsp = faktor penyesuaian pemisahan arah


FCcs = faktor penyesuaian ukuran kota
Nilai perbandingan V/C (V/C Ratio) adalah nilai yang menunjukkan kondisi
ruas jalan dalam melayani volume lalu lintas yang terjadi. Nilai V/C Ratio
untuk ruas jalan di daerah pengaruh diperoleh berdasarkan hasil survey
volume lalu lintas di ruas serta survey geometrik, untuk mendapatkan besarnya
kapasitas eksisting.
Kondisi tingkat pelayanan ruas jalan yang ditinjau dapat diketahui dari
perbandingan antara volume kendaraan (V) yang lewat dengan kapasitas (C)
ruas jalan. Dari hasil hitungan kapasitas, dapat diidentifikasi derajat kejenuhan
(DS = degree of saturation) yang terjadi, yaitu perbandingan antara volume
arus lalu lintas kendaraan yang lewat dengan kapasitas ruas jalan. Derajat
kejenuhan merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kinerja ruas
jalan pada kondisi sebelum ada kegiatan, selama masa konstruksi dan masa
operasional
DS = V/C
Dengan:
V = volume arus lalu lintas (smp/jam)
C = kapasitas (smp/jam)

Tabel 3.8 Tingkat Pelayanan dan Karakteristik Operasi Terkait Ruas Jalan
Batas
Tingkat
Karakteristik Lingkup
Pelayanan
V/C
Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi, pengemudi
A dapat memilih kecepatan yang diinginkan tanpa 0,00 – 0,20
hambatan
Arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh
B kondisi lalu lintas. Pengemudi memiliki kebebasan yang 0,20 – 0,44
cukup untuk memilih kecepatan
Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan
C dikendalikan. Pengemudi mulai dibatasi dalam memilih 0,45 – 0,74
kecepatan
Arus mendekati tidak stabil, kecepatan masih
D 0,75 – 0,84
dikendalikan, V/C masih ditolerir
Volume lalu lintas mendekati berada pada kapasitas arus
E 0,85 – 1,00
tidak stabil, kecepatan terkadang terhenti
Arus yang dipaksakan atau macet, kecepatan rendah,
F volume dibawah kapasitas, antrian panjang dan terjadi > 1,00
hambatan-hambatan yang besar
Sumber: Buku Menuju Tertib Lalu Lintas, 1997

III - 25
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

3.2.4.4 KOMPONEN LINGKUNGAN BIOLOGI


A. Biota Darat
1) Pengumpulan Data
a) Flora
Pada tiap tipe vegetasi akan dilakukan pengumpulan data berupa pencatatan
jenis-jenis tumbuhan serta jumlah individu masing-masing jenis. Pegumpulan
data tumbuhan dilakukan dengan meggunakan metoda petak kuadrat (Oosting,
1969). Disamping itu dilakukan pula inventarisasi tanaman pada kebun yang
diprakirakan terkena dampak proyek.
3) Fauna
Survei dilakukan untuk identifikasi fauna vertebrata yang ada di lokasi, baik itu
yang terlihat langsung maupun berdasarkan tanda-tanda keberadaannya (suara
dan jejak). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei
di lokasi kegiatan, yaitu dengan melakukan penjelajahan di lokasi proyek dan
sekitarnya. Jenis-jenis fauna vertebrata yang teridentifikasi di lokasi survey
selanjutnya dibuat dalam bentuk daftar nama jenis. Selain itu dilakukan juga
wawancara terhadap penduduk lokal sebagai data pendukung. Khusus untuk
pegumpulan data jenis burung digunakan teknik Point Count (Bibby, dkk.,
1992). Teknik ini dimaksudkan untuk mencatat populasi burung secara
kuantitatif. Teknik Point Count dilakukan dengan cara berjalan menyusuri jalur
transek yang telah ditentukan di lokasi kegiatan, dimana pada jalur transek ini
diletakkan titik-titik pengamatan atau titik hitung dengan radius masing-masing
titik 200 meter. Pada masing-masing titik tersebut dilakukan pengamatan jenis
burung selama 20 menit, kemudian mencatat setiap jenis burung yang dijumpai
serta jumlah individu masing-masing jenis.
2) Analisis Data
a) Flora (Vegetasi)
Parameter yang diteliti akan memberikan gambaran mengenai deskripsi
komunitas vegetasi di wilayah studi, namun difokuskan kepada vegetasi yang
diperkirakan akan terganggu akibat pembangunan jalan, termasuk tanaman
penghijauan serta lokasi/habitat yang berbeda seperti sawah, kebun campuran
dan tegal pekarangan. Paremeter yang diteliti meliputi komposisi spesies dan

III - 26
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

struktur kuantitatifnya, jenis, luas areal, dan produksi. Parameter-parameter


kuantitatif vegetasi yang diukur meliputi : dominasi, kerapatan dan potensi
ekonomi vegetasi.
Analisis jenis dilakukan untuk mengetahui keberadaan jenis-jenis tanaman
baik yang bersifat ekonomis, langka maupun yang dilindungi undang-undang di
Indonesia.
1. Struktur vegetasi dari suatu komunitas dapat diamati dalam petak ukur
berbentuk segi empat (kuadrat) atau lingkaran. Struktur vegetasi dapat
diketahui dengan menghitung beberapa variabel (Mueller-Dombois dan
Ellenberg, 1974; Cox, 1975; Mechael, 1985; Soeranegara dan Indrawan,
1985; Colinvoux, 1986) berikut :
a. Kerapatan total adalah jumlah seluruh individu dalam suatu area
tertentu.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Kerapatan =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

b. Kerapatan nisbi atau kerapatan relatif :


𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑚 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 (%) = 𝑥 100 %
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

c. Keanekaragaman jenis adalah banyaknya jenis dalam suatu area


tertentu.
d. Dominasi total adalah banyaknya individu dalam suatu komunitas
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

e. Dominasi nisbi (dominasi relatif) adalah prosentase banyaknya


individu tertentu yang terdapat dalam petak ukur dibagi dengan jumlah
individu seluruh spesies dikalikan 100.

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠


𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 (%) = 𝑥 100 %
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

f. Kekerapan (frekuensi) adalah prosentase terdapatnya suatu jenis pada


petak ukur yang dibuat.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑑𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑙𝑜𝑡
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡

III - 27
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

g. Kekerapan nisbi (kekerapan relatif) adalah prosentase terdapatnya


suatu jenis pada petak ukur yang dibuat dibagi jumlah frekuensi untuk
seluruh spesies dikalikan 100.
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 (%) = 𝑥 100 %
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

h. Importance value atau nilai penting spesies :


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 + 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 + 𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓
i. Summed Dominance Ratio (SDR) :
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 + 𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓
𝑆𝑢𝑚𝑚𝑒𝑑 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝑆𝐷𝑅) =
2
j. Volume pohon= ¼ x  x d2 x t; t = tinggi pohon
Tata cara Ludwig dan Reynold (1988) digunakan untuk menentukan :
komponen indeks kekayaan (menyatakan jumlah jenis dalam suatu
komunitas), dan indeks kemerataan jenis (menyatakan kemerataan
jenis dalam komunitas). Selain itu juga dilakukan penghitungan indeks
keragaman.
4) Fauna
Jenis-jenis burung yang dijumpai selanjutnya dibuat dalam bentuk daftar nama
jenis burung. Penamaan setiap jenis berdasarkan nama ilmiah, nama lokal, dan
pencatatan status distribusi burung mengacu pada seri Buku Panduan
Lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan
(MacKinnon, 1998) dan buku Daftar Jenis Burung Indonesia 2 (Sukmantoro
dkk., 2007). Dari data burung yang dikumpulkan kemudian dianalisis untuk
mengetahui jumlah burung dan kelimpahan tiap jenis, penyebaran serta status
perlindungan jenis burung tersebut. Kelimpahan Mutlak (AM) adalah jumlah
individu setiap jenis sedangkan Frekuensi Mutlak (FM) atau penyebaran
adalah jumlah kehadiran suatu jenis burung pada titik pengamatan.
Kelimpahan Relatif (AR) burung dihitung dengan rumus:

𝐴𝑀 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐴𝑅 = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

Sedangkan Frekuensi Relatif (FR) dihitung dengan rumus:

III - 28
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

𝐹𝑀 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐹𝑅 = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐹𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
Sedangkan data yang diperoleh untuk jenis satwa lainnya dianalisis secara
deskriptif. Kelompok satwa yang masuk kategori ini yaitu mamalia dan
herpetofauna (Reptilia dan Amphibia).

3) Lokasi
a) Flora
Pengumpulan data mengenai flora dilakukan di lokasi proyek dan sekitarnya
karena akan ada kegiatan pembukaan lahan. Selain itu dilakukan pula
inventarisasi tumbuhan alami, budi daya pada kebun dan pekarangan. Lokasi
yaitu di tapak proyek rencana kegiatan.
5) Fauna
Pengumpulan data mengenai fauna dilakukan di lokasi yang sama dengan
pegumpulan data flora.
Biota Air
6) Pengumpulan Data
Organisme perairan yang diteliti meliputi plankton, benthos, ikan, Crustasea
(udang), Molusca dan Reptilia. Pengambilan contoh organisme plakton dilakukan
melalui penyaringan air sebanyak 60 liter dengan menggunakan plankton net No 25
suspensi plankton yang diperoleh diawetkan dengan formalin 4%. Untuk
mendapatkan contoh organisme benthos dilakukan pengambilan lumpur dengan
menggunakan alat Eckman grab. Kedua organisme tersebut kemudian diperiksa
secara mikroskopis dan dideterminasi dengan menggunakan buku identifikasi Ward
and Whipple (1965). Sementara itu data nekton khususnya jenis ikan dilakukan
dengan cara pengamatan langsung dan wawancara dengan penduduk setempat serta
pencarian data sekunder dari Dinas perikanan setempat.
7) Analisis Data
Data yang didapat kemudian dianalisis melalui perhitungan indeks keanekaan,
dimana untuk organisme plankton dan benthos dilakukan berturut-turut dengan
menggunakan rumus Simpson dan Shannon & Wiener. Formula untuk penghitungan
indeks keanekaan Simpson adalah sbb. :

III - 29
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

t
 ni 
H'  1    
1 N 

Dimana : S’ : Indeks Keanekaan Simpson (1975).


Ni : Jumlah individu jenis i
N : Jumlah individu seluruh jenis
Odum (1975) menggolongkan tingkat pencemaran suatu perairan berdasarkan nilai
indeks keanekaan plankton (Indeks Simpson) sebagai berikut :
> 0,8 : Tercemar ringan
0,6 - 0,8 : Tercemar sedang
< 0,6 : Tercemar berat
Sedangkan penghitungan indeks keanekaan Shannon & Wiener telah dijelaskan pada
bagian flora.
Lee et al. (1978) menggolongkan tingkat pencemaran suatu perairan berdasarkan
nilai indeks keanekaan benthos (Indeks Shannon & Wiener) sebagai berikut :
> 2 : Tidak tercemar
1,6 - 2,0 : Tercemar ringan
1,0 - 1,5 : Tercemar sedang
< 1,0 : Tercemar berat
8) Lokasi
Pengambilan sampel biota air dilakukan di air permukaan lokasi kegiatan, titik
sampling disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Pengumpulan data mengenai
jenis-jenis ikan dilakukan pengamatan di badan sungai bersamaan dengan
pengambilan contoh air, dan informasi dari penduduk sekitar.

3.2.4.5 KOMPONEN LINGKUNGAN SOSIAL EKONOMI BUDAYA


Setiap kegiatan pembangunan tidak hanya mempengaruhi ekosistem tetapi juga komponen-
komponen sosiosistem yaitu demografi, sosial ekonomi, sosial budaya. Sampling aspek
sosial, ekonomi dan budaya, dilaksanakan melalui wawancara secara acak (random) dengan
responden penduduk. Wawancara dengan penduduk diutamakan yang terdapat di sekitar
lokasi rencana kegiatan kegiatan.
1) Pengumpulan Data

III - 30
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Studi terhadap komponen sosekbud dilaksanakan dengan menggunakan metode Survai


Deskriptif ditujukan untuk menelaah gejala-gejala sosial yang sedang terjadi, untuk
menggambarkan dan menginterpretasikan secara mendalam faktor–faktor dominan
yang sedang, dimana diperkirakan akan berpengaruh terhadap parameter yang diteliti.
Penggambaran dilakukan dengan melakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif
terhadap parameter sosial ekonomi dan sosial budaya.
Studi terhadap komponen sosial ekonomi dan budaya dilakukan terhadap penduduk
yang diprakirakan terkena dampak langsung baik positif maupun negatif dari kegiatan
proyek. Pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder.

a) Data Primer
Pengumpulan data primer diperoleh melalui dua cara yaitu teknik non survei dan
survei atau menggunakan pendekatan triangulasi (menggunakan lebih dari satu
metode). Teknik non survei pada dasarnya mengikuti prinsip pengumpulan data
dengan menggunakan ethnographic method. Beberapa teknik yang dilakukan
dengan menggunakan teknik non survei adalah :
i) Dengar pendapat (public hearing), merupakan proses memperoleh keterangan
mengenai isu-isu terkait aspek sosial ekonomi dan budaya pada lokasi kegiatan
meliputi : sikap, harapan dan saran-saran dari masyarakat mengenai rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan. Dengar pendapat dilaksanakan bersama-sama
dengan aparat setempat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, LSM, instansi terkait
dan penduduk yang terkena dampak langsung dari kegiatan.
ii) Wawancara mendalam (depth interview) merupakan proses memperoleh
keterangan secara mendalam mengenai berbagai aspek yang menyangkut rencana
kegiatan meliputi : sikap, harapan, tanggapan, dan saran-saran dari masyarakat
mengenai rencana kegiatan. Wawancara dilaksanakan dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden, menggunakan
suatu alat yang disebut dengan interview guide. Wawancara dilaksanakan kepada
tokoh masyarakat, tokoh adat, instansi terkait dan aparat setempat yang bisa
diminta tanggapan dan saran–sarannya menyangkut rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan. Selain itu wawancara akan dilaksanakan kepada masyarakat yang
terkena dampak langsung dari kegiatan yaitu para pemilik lahan dan penduduk
yang bertempat tinggal dekat lokasi proyek.

III - 31
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

iii)Pengumpulan data dengan pengamatan langsung (observasi) terhadap aspek–


aspek sosekbud di wilayah studi yaitu:
 Suatu metode yang dilakukan untuk mencatat keadaan sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat serta perilaku tipikal dari objek studi tanpa
menggantungkan data dari ingatan seseorang yang diamati.
 Suatu metode yang dilakukan untuk memperoleh data dari objek studi baik
yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tidak mau
berkomunikasi secara verbal.
Sedangkan teknik survei dilaksanakan untuk kegunaan perhitungan statistik yang
lebih spesifik. Parameter yang akan dianalisis mencakup sebagian data
kependudukan, peluang kerja dan berusaha, taraf hidup masyarakat, serta persepsi
dan sikap masyarakat terhadap proyek.
Salah satu teknik survei yang digunakan adalah pengambilan data melalui daftar
pertanyaan (kuesioner). Merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara
komprehensif dengan wawancara terstruktur menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner) baik bersifat terbuka maupun tertutup. Pengambilan data dilakukan
kepada masyarakat sekitar yang terkena dampak langsung kegiatan, pihak–pihak
yang terkait dengan rencana kegiatan, dan masyarakat yang diprakirakan terkena
persebaran dampak dari kegiatan. Guna efektifnya teknik pengumpulan data dengan
metode ini dilengkapi dengan daftar pertanyaan yang berisi:
 Pertanyaan tentang fakta
 Pertanyaan tentang pendapat (opini)
 Pertanyaan tentang persepsi

Tabel 3.9 Metoda Pengamatan Data Sosial Ekonomi


Metoda Kuantitatif
Data Sekunder 1. Data Demografi Metoda Kualitatif
2. Data Ekonomi
Data primer 1. Test individu
1. Menggunakan kuisioner
2. Interview tak berstruktur
2. Interview
3. Cerita
3. Penskalaan perilaku
4. Dengar pendapat
Partisipasi observasi Survai pelaku sendiri

Pengamatan observasi 1. Observasi tidak langsung


Observasi tak berstruktur
individu atau kelompok 2. Observasi langsung berstruktur

III - 32
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Data Sekunder
Data dalam studi dapat dibagi ke dalam aras makro (kabupaten dan kecamatan) dan
aras mikro (wilayah desa/dusun, rumah tangga, dan individu). Data aras makro
inilah yang umumnya dikumpulkan dengan memanfaatkan dokumen–dokumen
atau laporan–laporan resmi. Data makro mengenai kependudukan, pola
pemukiman, peluang bekerja dan berusaha, kondisi sosio–budaya, perekonomian
dan pendapatan daerah dan kamtibmas, dikumpulkan terutama melalui dokumen–
dokumen yang telah tersedia.
Lembaga yang menjadi sumber data, antara lain :
a. Kantor Biro Pusat Statistik, Kota/Kabupaten setempat
b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Pemerintah Daerah
Kota/Kabupaten setempat.
c. Kantor Dinas Lingkungan Hidup Setempat.
d. Kantor Kecamatan setempat
e. Kantor Desa setempat

2) Metode Pemilihan Anggota Sampel Dari Populasi


Pemilihan anggota sampel dilakukan terhadap penduduk yang diprakirakan terkena
dampak langsung dari proyek yaitu :
i) Para pemilik lahan, yang lahannya akan terkena rencana kegiatan.
ii) Penduduk (bukan pemilik lahan) yang bertempat tinggal di lahan yang akan
dijadikan kegiatan Pengambilan Intake dan Jaringan Transmisi Bendungan Sepaku
Semoi, Bendungan Batu Lepek, dan Air Tanah Kabupaten Panajam Paser Utara
dan Kabupaten Kutai Kartanegara.
iii) Penduduk yang bertempat tinggal di sekitar rencana kegiatan.
Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara
pengambilan sample gugus bertahap dengan purposive sampling (pemilihan sampel
secara bertujuan). Alasan kedua metoda tersebut digunakan karena populasi letaknya
tersebar secara geografis, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan kerangka sampel
dari semua unsur-unsur yang terdapat dalam populasi tersebut. Untuk mengatasi hal ini,
maka unit–unit analisa dikelompokan ke dalam gugus–gugus yang merupakan satuan–
satuan dari mana sampel akan diambil.

III - 33
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Namun untuk menentukan wilayah–wilayah yang akan dijadikan sampel dan penentuan
unit elementer yang akan dijadikan anggota sampel, dilakukan secara purposive karena
ada pertimbangan–pertimbangan tertentu yang diambil berdasarkan tujuan penelitian.
Pertimbangan yang dijadikan acuan dalam pengambilan sampel adalah wilayah
permukiman penduduk tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang
mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan, yang diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar dari kegiatan proyek. Perubahan mendasar yang
dimaksud adalah yang terkena dampak langsung dari kegiatan proyek.
Atas dasar pertimbangan di atas telah dilakukan pra survei ke permukiman penduduk
yang akan dijadikan wilayah studi dengan memperhatikan wilayah–wilayah yang
menjadi batas proyek, batas adminsitratif, batas sosial dan batas ekologis. Tujuan dari
pra survei untuk melakukan pengenalan terhadap sifat–sifat populasi yang merupakan
syarat utama dalam melakukan pemilihan sampel secara purposive.
Atas dasar pertimbangan di atas penentuan jumlah sampel yang paling sesuai dengan
lingkungan pemukiman penduduk di sekitar rencana wilayah studi dilakukan dengan
menarik jumlah sampel secara 3 tahap dimana tahapan kegiatannya adalah sebagai
berikut:
i) Sampling tahap pertama, yaitu memilih psu (primary sampling unit)
ii) Sampling tahap kedua, yaitu memilih unit elementer yang ada dalam psu yang
terpilih pada sampling.
iii) Sampling tahap ketiga, yaitu memilih anggota sampel dari unit elementer yang
ada dari psu yang terpilih pada sampling tahap kedua dengan menggunakan sample
fraction secara berimbang.

Pemilihan Anggota Sampel Pada lokasi kegiatan adalah sebagai berikut :

i) Pada pemilihan anggota sampel untuk rencana kegiatan yang dijadikan psu
(primary sampling unit) secara purposive adalah Kecamatan terkait karena
rencana proyek secara administratif ada di kecamatan tersebut.
ii) Setelah penentuan psu, kemudian akan dipilih psu unit elementer (sampel kedua)
yaitu desa/kelurahan yang terkena dampak langsung dari kegiatan. Jumlah desa
yang terkena dampak langsung dari kegiatan dan lokasinya paling dekat dengan
kegiatan secara purposive.

III - 34
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

iii) Setelah penentuan desa yang ada sebagai unit elementer, kemudian dilakukan
penentuan jumlah Kepala Keluarga (KK) yang akan dijadikan anggota sampel
tahap ketiga. Anggota sampel dipilih secara purposive yaitu penduduk yang tinggal
di lokasi dekat lokasi kegiatan. Kepala Kelurga (KK) diambil dari jumlah KK yang
terkena dampak dari rencana aktifitas kegiatan Pengambilan Intake dan Jaringan
Transmisi Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek, dan Air Tanah
Kabupaten Panajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Mulai dari
kegiatan konstruksi sampai kegiatan operasi.
iv) Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang telah diketahui akan ditarik lagi menjadi
sampel secara berdasarkan sample fraction yang telah ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
f = m x M atau m = f x M

Dimana : f = sample fraction


M = jumlah total populasi
m = jumlah KK yang dijadikan anggota sampel
v) Besarnya sample fraction (f) untuk menentukan jumlah KK yang akan dijadikan
responden di masing–masing desa ditentukan secara purposive yaitu sebesar 5%
untuk desa. Pertimbangan sample fraction didasarkan pada jumlah KK.

Tabel 3.10 Cara Pengumpulan Data Komponen Sosial Ekonomi Budaya


Sumber Data Metode Analisis
Komponen Parameter
No Data Data
Lingkungan Lingkungan Kuantitatif Kualitatif
Primer Sekunder
1 Sosial 1. Keadaan pusat - Observasi Monografi Tabulasi Mencoba gambarkan
Ekonomi kegiatan kecamatan aliran barang/uang
perekonomian, dan desa masuk & keluar dari
infrastruktur suatu kawasan,
matapencaharian& menemukenali potensi
pendapatan desa

2. Sistem penguasaan - Deep Monografi Tabulasi Mencoba gambarkan


tanah, interview kecamatan aliran barang/uang
pertanian,peternakan dan desa masuk & keluar dari
,perikanan dsb suatu kawasan,
menemukenali potensi
desa
2 Demografi Struktur - Observasi Monografi - Tabulasi silang Menggambarkan
kependudukan : kecamatan - Kecenderungan potensi & masalah
Jumlah, kepadatan, dan desa memusat demografi yg ada
pola kependudukan, - Mean (X), dsb
struktur umur, jenis
kelamin, pen-didikan,
persebaran penduduk

III - 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Sumber Data Metode Analisis


Komponen Parameter
No Data Data
Lingkungan Lingkungan Kuantitatif Kualitatif
Primer Sekunder
dan mobilitas.
3 Sosial 1. Perikehidupan - Observasi -- - Kecenderungan Gambarkan pola
Budaya sehari-hari: adat - Deep memusat kehidupan, adat
istiadat, tata cara, interview - Tabulasi silang istiadat dan sistem
interaksi intra & - Kuesioner kepercayaan
antar kelompok
masyarakat, sistem
kepercayaan, tata
nilai dan norma
yang berlaku.
2. Sikap, nilai dan - Observasi -- - Tabulasi silang Identifikasi sikap
persepsi berbagai - Deep - Kecenderungan oposisi, dukungan &
kelompok interview memusat menentang, yg
masyarakat - Kuesioner diinginkan dari proyek
terhadap rencana oleh masyarakat
proyek.
3. Stratifikasi sosial - Observasi -- - Kecenderungan Gambaran stratifi- kasi
dan distribusi - Deep memusat sosial & mobilitas
kekuasaan, interview - Mean (X) kependudukan
mobilitas vertikal - Kuesioner
dan horisontal.
4. Integritas dan - Observasi -- - Kecenderungan Gambaran keeratan
kohesi sosial yang - Deep memusat hubungan sosial yg
ada. interview - Sociogram ada
- Kuesioner - X (rata-rata)
- Deskriptif
statistik
5. Kondisi & tatanan - Observasi -- -- Gambaran struktur dan
pranata sosial yg - Deep fungsi pranata sosial
ada & fungsi interview yg ada
masing-masing - Kuesioner
pranata
6. Orbitasi kawasan & - Observasi -- -- Gambaran interaksi
interaksinya dg - Deep antar daerah
kawasan lain interview
- Kuesioner
7. Tingkat - Observasi -- -- Prediksi dampak sosial
pengalaman - Deep budaya yg akan terjadi
masyarakat dgn interview dgn keberadaan
perubahan dan - Kuesioner proyek
interaksi dengan
budaya lain dan
cara adaptasi yang
dilakukan
8. Fasilitas & sarana - Observasi -- -- Gambaran pola &
sosial dan budaya - Interview tingkat kehidupan
yang ada yang ada
9. Peningkatan - Deep Monografi -- Mitigasi dampak
sejarah budaya interview desa dan negatif proyek
yang ada - Kuesioner kecamatan terhadap adat &
budaya setempat
10. Masalah sosial - Deep in- Monografi -- Temukenali cara
yang ada & cara terview key desa dan masyarakat setempat
penanggulanganny informan kecamatan pecahkan masalah

III - 36
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Sumber Data Metode Analisis


Komponen Parameter
No Data Data
Lingkungan Lingkungan Kuantitatif Kualitatif
Primer Sekunder
a.

4 Kesehatan Keadaan & sistem - Deep Monografi X = rata-rata Identifikasi jenis,


Masyarakat kesehatan: predator, interview puskesmas pola penyakit, sis-tem
sanitasi lingkungan, - Kuesioner pengobatan &
fasilitas medis, kesehatan masyarakat
pelayanan medis,
endemi, pandemi dan
epidemi

3.2.4.6 KOMPONEN LINGKUNGAN KESEHATAN MASYARAKAT


Mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-124/12/1997 Tentang Paduan Kajian
Aspek Kesehatan Masyarakata Dalam Penyusunan Dokumen Lingkungan, metode
pengumpulan dan analisis data kesehatan masyarakat.

1) Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data akan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif melalui :
observasi/pengamatan lapangan, wawancara menggunakan kuisoner, wawancara
mendalam, penelusuran data dan informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat
setempadan pengumpulan data sekunder. Macam data yang dikumpulkan meliputi pola
penyakit, macam pelayanan kesehatan, sarana kesehatan (jamban, sarana pengolahan
air), kondisi sanitasi lingkungan, macam penyakit menular yang ada, air bersih,
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat dan aspek kependudukan yang
berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Intrumen penelitian (kuisoner) akan dibuat
khusus dan digabung bersama kuisoner sosial. Data kualitatif akan diambil sendiri oleh
peneliti atau bergabung bersama aspek sosial.
Cara pengumpulan Data
Karena perlunya mendapatkan data yang akurat, diperlukan desain dan metode
pengumpulan data yang tepat. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara
atau sumber pengumpulan data, seperti :
A. Menurut Cara Pengumpulan data, seperti :
a. Langsung dengan wawancara person dengan person, pengumpulan data
berhadapan langsung dengan sumber informasi.
b. Tidak langsung melalui telepon atau surat, jadi melalui media atau alat/cara
tertentu untuk mencapai responden.

III - 37
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

B. Menurut Sumber Pengumpulannya :


a. Data primer : data dikumpulkan langsung oleh pihak yang memerlukannya
dari tangan pertama atau subjek peneliti.
b. Data sekunder : data diperoleh dari pihak yang sudah mengumpulkan data itu
sebelumnya dimana pembaca data tinggal langsung membaca atau
memperolehnya secara tertulis dari pengumpul data pertama.
Sumber Data
Berbagai jenis data dapat diperoleh dari berbagai sumber :
c. Data Kependudukan
- Sensus penduduk (setiap 10 tahun)
- Survei : untuk memperoleh beberapa data demografis/karakteristik penduduk.
b. Kelahiran dan kematian
a. Pencatatan akte kelahiran dan surat keterangan meninggal
b. Klinik/rumah bersalin dan tempat pelayanan kesehatan lainnya
c. Data Kesakitan
a. Rekaman medis
b. Praktik dokter swasta
c. Pendataan dan penelitian khusus
d. Data lainnya
a. Penelitian/data sanitasi dan lingkungan
b. Catatan imunisasi
c. Pencatatan dan pelaporan keluarga berencana
Tabel 3.11 Informasi Dasar Epidemiologi Tentang Penyakit
1. Riwayat alamiah pada individu d. Kohor perlangsungannya
e. Indikator awal (untuk skrening)
f. Pengaruh berbagai obat-obatan
g. Kemungkinan sembuh
h. Kebutuhan pelayanan
i. Dampak sosial
2. Etiologi penyakit a. Faktor penyebab khusus
b. Faktor risiko lainnya
3. Perkembangan di komunitas a. Kecendurangan menurut waktu
b. Variasi menurut umur
4. Perbedaan dalam kejadian penyakit a. Jenis kelamin
b. Etnik
c. Kelas sosial
d. Pekerjaan
e. Area geologis
5. Kemungkinan pencegahan a. Kegiatan khusus melawan faktor kuasa

III - 38
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

b. Kegiatan umum terhadap faktor risiko lain


c. Pengaruh pelayanan kesehatan
d. Dampak kebijaksanaan kesehatan
Sumber : Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam AMDAL, 2011

2) Metode Analisis
Data analisis dengan metode analisis dampak kesehatan lingkungan dan epidemiologi
diantaranya : statistik sederhana, deskriptif evaluatif dan pedoman resmi yang sesuai
dengan kepentingannya (misalnya status gizi balita, tingkat kematian bayi, sumber daya
kesehatan).
3) Parameter yang akan diteliti
Parameter kesehatan masyarakat yang diteliti sesuai dengan Keputusan Kepala
Bapedal No : 124/12/1997 meliputi :
 Status kesehatan masyarakat (data primer) diukur dari : tingkat paparan pencemar,
riwayat penyakit, dan tingkat kenyamanan penduduk.
 Untuk mengukur tingkat paparan pencemar diukur dari parameter : lama
tinggal/menetap responden, ada tidak adanya gangguan pencemar, asal gangguan,
dan frekuensi terjadinya gangguan.
 Untuk mengukur riwayat penyakit yang pernah/sering dialami oleh responden,
diukur dari parameter : ada tidak adanya penyakit selama kurun waktu tertentu,
jenis penyakit, pengidentifikasi penyakit, serta tempat berobat.
 Untuk mengukur tingkat kenyamanan, digunakan parameter-parameter : keluhan
adanyakebisingn, debu, udara panas, air keruh,sering keluar air mata/mata pedas,
dan sesak napas.
 Status kesehatan masyarakat (data sekunder) diukur dari : penyakit terbanyak
diwilayah studi, akses terhadap sarana dan layanan kesehatan, fasilitas kesehatan,
tenaga kesehatan.
 Status kesehatan Lingkungan (data primer maupun sekunder) diukur dari : kondisi
rumah tinggal responden, dan sarana sanitasi yang meliputi : sumber air bersih,
sarana MCK (mandi, cuci, kakus), saluran draniase, dan sistem pengendalian
vektor penyakit.
4) Metode Analisa Data
Untuk menganalisis data sekunder maupun primer data kesehatan masyarakat dan
kesehatan lingkungan dilakukan dengan menyusun tabel frekwensi dan dilakukan
analisis secara diskriptif ( proporsi ).

III - 39
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Tabel 3.12 Metode Pengumpulan dan Analisis Data Komponen Kesehatan Masyarakat
Metode
Komponen Parameter Pengumpulan
Sumber data/alat ukur Analisis Data
data
Kesehatan Prevalensi Penyakit Data Primer Wawancara,kuesioner Prevalence Rate
Masyarakat Tingkat Paparan Data Primer Wawancara,Kuesioner  a
p 
Pencemar n
Riwayat Penyakit Data Primer Wawancara,Kuesioner  a
p 
n
Tingkat Kenyamanan Data Primer Wawancara,Kuesioner  a
p 
n
Penyakit Terbanyak Data Sekunder Puskesmas Diskripsi
Cakupan Gizi Data Sekunder Puskesmas Diskripsi
Angka kesakitan Data Sekunder Puskesmas Diskripsi
Angka kecacadan Data Sekunder Puskesmas Diskripsi
Angka Kematian Data Sekunder Puskesmas Diskripsi
Akses layanan Data Sekunder Puskesmas Diskripsi
kesehatan
Tenaga kesehatan Data Sekunder Puskesmas, BPPS Diskripsi
Fasilitas Keseshatan Data Sekunder Puskesmas, BPPS Diskripsi
Kesehatan Kondisi Rumah Data Primer Observasi, Wawancara Diskripsi
Lingkungan Sarana Air Bersih Data Primer Observasi, Wawancara Diskripsi
Sarana MCK Data Primer Observasi, Wawancara Diskripsi
Sarana Pembuangan Data Primer Observasi, Wawancara Diskripsi
Sampah
Sistem Draniase Data Primer Observasi, Wawancara Diskripsi
Sistem Pengendalian Data Primer Observasi, Wawancara Diskripsi
Vektor Penyakit

3.3 METODE IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL, EVALUASI DAMPAK


POTENSIAL DAN PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3.3.1 IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL
Identifikasi dampak potensial adalah menduga semua dampak yang berpotensi terjadi
jika rencana kegiatan dilakukan pada lokasi tersebut. Langkah ini menghasilkan daftar
‘dampak potensial’.
Adapun metode yang dikenal dalam identifikasi dampak potensial adalah :
a. Studi Pustaka
b. Interaksi Kelompok
c. Overlay
Menggunakan sejumlah peta di lokasi yang akan dibangun proyek dan daerah
sekitarnya, tiap peta menggambarkan komponen-komponen lingkungan yang
lengkap (meliputi aspek fisik-kimia, biologi, sosial-ekonomi, dan sosial budaya).
Metode tumpang tindih (metode penampalan), sering disebut sebagai metode

III - 40
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

identifikasi dampak, khususnya dampak yang mempunyai penyebab geografis,


misanyal pada proyek jalan raya. Tekniknya adalah menampang tindihkan peta
dengan pemberian warna pada masing-masing peta.
- Kelebihan : pemilihan alternatif dan mengidentifikasi dampak tertentu.
- Kekurangan : tidak dapat menyajikan dampak kuantitatif
d. Daftar Uji
1. Daftar Uji Sederhana
Metode yang sangat sederhana ialah daftar uji yang merupakan daftar
komponen dan besaran lingkungan yang mungkin akan terkena dampak.
Parameter yang diprakirakan akan terkena dampak diberi tanda ceklis.
2. Daftar Uji Kuisoner
Daftar uji lain berbentuk kuisoner sering terjadi daftar uji kuisoner digunakan
untuk prakiraan dampak. Namun para peneliti hanya berusaha untuk
menjawab pertanyaan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki,
tanpa pengumpulan data terlebih dahulu. Hasilnya ialah laporan yang sangat
dangkal dan banyak jawaban yang merupakan tebakan. Masalah ini dapat
diatasi, apabila penggunaan daftar uji merupakan langkah pendahuluan untuk
menentukan informasi yang diperlukan sebagai persiapan untuk melakukan
prakiraan dampak.
3. Daftar Uji Deskriptif
Daftar uji deskriptif menguraikan secara singkat apa yang harus dilakukan
oleh peneliti, data yang diperlukan, sumber data dan teknik perkiraan.
e. Matriks
Merupakan bentuk checklist dalam dua dimensi, dengan bentuk matriks
tersebut dapat ditetapkan interaksi antara aktivitas proyek dengan komponen
lingkungan. Matriks ini disusun dengan terlebih dahulu membuat tabel atau sel
yang dibagi 2 sel untuk sel A (besaran dampak: kecil sampai dengan sangat
besar) dan sel B (derajat dampak: kurang penting sampai dengan sangat penting)
dilanjutkan dengan memberikan skor dan kode positif atau negatif.
Kelemahannya adalah tidak dapat menggambarkan dampak tidak langsung.
Metode ini dikenal juga dengan Metode Leopold. Berikut contoh metode matriks
pada Tabel 3.13

III - 41
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Tabel 3.13 Contoh Metode Matriks


Komponen Tahap Pra
Tahap Konstruksi Tahap Operasional
Kegiatan Konstruksi
No Keterangan
Komponen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Lingkungan
I Fisik-Kimia
1 Iklim, Kualitas Udara dan Kebisingan TAHAP PRA KONSTRUKSI
- Kualitas Udara (Penurunan Kualitas Udara) X X X X X 1 = Investigasi Pendahuluan dan Perizinan
- Intensitas Kebisingan (Peningkatan Kebisingan) X X X X X 2 = Pengukuran dan Sosialisasi

2 Hidrologi dan Kualitas Air TAHAP KONSTRUKSI


- Kualitas Air Permukaan (Penurunan Kualitas Air Permukaan) X X X X 3 = Pengadaan Tenaga Kerja dan Pengoperasian Basecamp
- Kualitas Air Permukaan (Penurunan Kuantitas Air Permukaan) X 4 = Mobilisasi Alat dan Material
- Air Larian (Peningkatan Air Larian) X X 5 = Penyiapan Lahan
6 = Peninggian Mercu Bendung dan Pembangunan Bak Pengumpul
3 Ruang, Lahan dan Tanah 7 = Penggalian dan Pemasangan Pipa
- Kerusakan Prasarana Jalan X 8 = Pembangunan bak Pra-Sedimentasi Tegak
- Gangguan Lalu Lintas X X
- Estetika Lingkungan (Timbulan limbah padat) X TAHAP OPERASIONAL
9 = Pengadaan Tenaga Kerja
II Biologi 10 = Pengoperasian Intake dan Pipa Transmisi
- Flora 11 = Pemeliharaan Intake dan Pipa Transmisi
- Fauna
- Biota Air X X X KETERANGAN
X = Ada Keterkaitan Antara Komponen Rencana
III Sosial Ekonomi dan Budaya Kegiatan Dengan Komponen Lingkungan
- Peluang Kerja dan Usaha (Peningkatan) X X
- Pendapatan Penduduk (Penurunan/Peningkatan) X X
- Keresahan Masyarakat X X X X

IV Kesehatan Masyarakat
- Morbiditas Kesehatan Masyarakat X X X X

f. Bagan Alir
Pada dasarnya metode identifikasi dampak potensial menggunakan bagan alir
untuk mengidentifikasi urutan dampak dari dampak primer ke sekunder.

Gambar 3.3 Contoh Bagan Alir Kegiatan Sejenis

III - 42
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

3.3.2 METODE EVALUASI DAMPAK POTENSIAL


Metode evaluasi dampak potensial meliputi :
a. Diskusi Tim
b. Telaahan Pustaka dan Peraturan
c. Menggunakan Kriteria Dampak Penting
- Apaka beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi ? (Hal ini
dapat dilihat dari hasil analisis data sekunder dan survey lapangan)
- Apakah komponen lingkungan memegang peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen
lingkungan lainnya (nilai ekonomis) sehingga perubahan besar pada masyarakat
dan keutuhan ekosistem. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey lapangan.
- Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen lingkungan
tersebut ? Hal ini dapat dilihat dari terjemahan hasil konsultasi masyarakat.
- Apakah ada peraturan atau kebijakan yang akan dilanggar atau dilampaui oleh
dampak tersebut ? Hal ini dapat dijawab dengan memperlajari peraturan-
peraturan yang menetapkan baku mutu lingkungan, baku emisi/limbah, tata ruang
dll.

3.3.3 SASARAN PRAKIRAAN DAMPAK PENTING


Prakiraan dampak merupakan salah satu kegiatan dalam studi dokumen lingkungan yang
bertujuan untuk menduga besarnya perubahan kualitas lingkungan yang ditimbulkan oleh
kegiatan yang akan dilaksanakan. Besarnya perubahan kualitas lingkungan tersebut
merupakan selisih antara kualitas lingkungan sebelum adanya kegiatan dan kualitas
lingkungan setelah adanya kegiatan.
Sasaran prakiraan dampak penting adalah :
a. Memprakirakan besarnya perubahan yang terjadi terhadap komponen lingkungan pada
“kondisi tanpa proyek (Rona Awal)” dan pada “kondisi setelah ada proyek (Rona
Proyek)”. Secara sistematis besarnya perubahan terhadap lingkungan dapat digambarkan
sebagai berikut:
Dn = (Kktn - Kto) - (Ktn - Kto)
= Kktn - Ktn

III - 43
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Dimana :
Dn = besarnya perubahan kualitas lingkungan setelah n tahun
Ktn = kualitas lingkungan sebelum ada kegiatan pembangunan pada saat tn
Kktn = kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan pembangunan pada waktu tn
Kto = kualitas lingkungan awal
n = kurun waktu n tertentu.
b. Menjelaskan mengenai mekanisme aliran dampak yang bersifat langsung maupun tidak
langsung, yaitu :
 Kegiatan yang berdampak langsung terhadap komponen 44ocial
 Kegiatan yang berdampak langsung pada komponen fisik kimia yang selanjutnya
pada komponen biologi dan akhirnya pada komponen 44ocial
 Kegiatan yang berdampak langsung pada komponen fisik kimia yang selanjutnya
pada komponen 44ocial
 Kegiatan yang dampaknya berantai diantara komponen 44ocial itu sendiri
 Kegiatan-kegiatan tersebut yang berdampak balik pada rencana kegiatan.
 Besarnya perubahan lingkungan yang dianalisis mencakup keseluruhan komponen
lingkungan yaitu komponen fisika-kimia, biologi dan 44ocial, ekonomi serta budaya.

3.3.4 PRAKIRAAN BESARAN DAMPAK PENTING


Sasaran prakiraan dampak penting adalah sebagai berikut:
 Memperkirakan besarnya perubahan yang terjadi terhadap komponen lingkungan pada
“kondisi tanpa proyek (Rona Awal) dan pada kondisi setelah ada proyek (Rona Proyek)”.
 Memberikan indikasi tentang arti pentingnya perubahan tersebut dengan mengacu pada
kriteria menurutKeputusan Kepala Bapedal No. 056 tahun 1994 tentang Pedoman
Mengenai Dampak Penting yaitu :
a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan, penentuannyadidasarkan
pada perubahan sendi-sendi kehidupan pada masyarakat tersebut.Jumlah manusia
yang terkena dampak menjadi penting bila manusia di wilayah studi AMDAL yang
terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan,
jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari
usaha atau kegiatan di wilayah studi. Adapun yang dimaksud dengan manfaat dari

III - 44
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

usaha atau kegiatan adalah manusia yang secara langsung menikmati produk suatu
rencana usaha atau kegiatan dan atau yang diserap secara langsung sebagai tenaga
kerja pada rencana usaha atau kegiatan.
b. Luas wilayah persebaran dampak
Dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan bersifat penting bila :
rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami
perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak,
atau segi kumulatif dampak.
c. Lamanya dampak berlangsung
Dampak suatu usaha atau kegiatan ada yang berlangsung relatif singkat, yakni hanya
pada tahap tertentu dari siklus usaha atau kegiatan (perencanaan, konstruksi, operasi,
pasca operasi); namun ada pula yang berlangsung relatif lama, sejak tahap
konstruksi hingga masa pasca operasi usaha atau kegiatan. Berdasarkan pengertian
ini dampak lingkungan bersifat penting bila : rencana usaha atau kegiatan
mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau
tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak yang berlangsung hanya
pada satu atau lebih tahapan kegiatan.
d. Intensitas dampak
Intensitas dampak mengandung pengertian perubahan lingkungan yang timbul
bersifat hebat, atau drastis,serta berlangsung di areal yang relatif luas, dalam kurun
waktu yang relatif singkat
e. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak.
Mengingat komponen lingkungan hidup pada dasarnya tidak ada yang berdiri
sendiri, atau dengan kata lain satu sama lain saling terkait dan pengaruh
mempengaruhi, maka dampak pada suatu komponen lingkungan umumnya
berdampak lanjut pada komponen lingkungan lainnya. Atas dasar pengertian ini
dampak tergolong penting bila:rencana usaha atau kegiatan menimbulkan dampak
sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama
dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer.
f. Sifat kumulatif dampak
Kumulatif mengandung pengertian bersifat bertambah, bertumpuk, atau bertimbun.
Dampak suatu usaha atau kegiatan dikatakan bersifat kumulatif bila pada awalnya

III - 45
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

dampak tersebut tidak tampak atau tidak dianggap penting, tetapi karena aktivitas
tersebut bekerja berulang kali atau terus menerus, maka lama kelamaan dampaknya
bersifat kumulatif.
g. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak kegiatan terhadap lingkungan ada yang bersifat dapat dipulihkan, namun
ada pula yang tidak dapat dipulihkan walau dengan intervensi manusia
sekalipun.Dampak bersifat penting bila :perubahan yang akan dialami oleh suatu
komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi
manusia
Penjelasan mengenai mekanisme aliran dampak yang bersifat langsung maupun tidak
langsung, yaitu:
 Besarnya dampak terhadap komponen/parameter lingkungan sebagai akibat kegiatan
proyek secara langsung maupun tidak langsung akan diprakirakan memakai berbagai
rumus formal matematik. Dengan cara ini besarnya dampak dapat ditetapkan secara
kuantitatif. Model matematik ini terutama untukmemprakirakan dampak pada komponen
lingkungan fisik kimia dan beberapa aspek biologi. Salah satu metode formal adalah
baku mutu lingkungan.
 Prakiraan dampak terhadap suatu komponen lingkungan dapat ditempuh melalui
penggunaan standar atau baku mutu yang telah ditetapkan atau dibakukan berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku baik ditingkat nasional, sektoral maupun regional.
Penggunaan baku mutu akan dilakukan dengan cara membandingkan suatu nilai
parameter komponen lingkungan yang telah maupun diprakirakan akan berubah terhadap
nilai ambang batas yang diizinkan.
Metode analisis atau metode untuk menghitung besaran variabel atau parameter lingkungan
rona proyek akan menggunakan rumusan matematik yang telah ada. Dalam hal belum
ditemukan rumusan matematik yang sesuai, maka tim penyusun akan menganalisis secara
analogi dengan catatan bahwa :
 Sifat-sifat fisik, sosial ekonomi sebagai bahan prediksi harus sama antara kondisi
wilayah proyek dengan kondisi yang dibandingkan.
 Kecenderungan perubahan juga harus sesuai.

III - 46
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

3.3.5 METODE BESARAN DAMPAK PENTING


A. Metode Formal (Matematis)
A.1. Kualitas Udara
Untuk memprakirakan dampak pencemaran udara yang disebabkan oleh kegiatan mobilisasi
alat dan material dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
E = (Vol x faktor polutan) x Faktor kecepatan
Dimana :
E = Peningkatan polutan
Vol = Volume kendaraan
Faktor polutan = tabel 1
Faktor kecepatan = Kecepatan kendaraan

1
Tabel dari Institutional Strengthening in Environmental Management (ISEM) dalam Emissions of Light & Heavy
Vehicles, Design Manual for Road and Bridge, Vol. 11, Environmental Assesment, HMSO, London, 1994.

III - 47
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Tabel 3.14 Institutional Strengthening in Environmental Management (ISEM)


Distance/ Motorcycle (Distance Convertion) Light Vehicle (LV’s) Heavy Vehicles (HV’s)
Pollutant CO (ppm) HC (ppb) NOx (ppb) PM (µg/m3) CO (ppm) HC (ppb) NOx (ppb) PM (µg/m3) CO (ppm) HC (ppb) NOx (ppb) PM (µg/m3)
5 0,520 580,17 2,00 20,14 0,505 98,5 200,4 6,56 0,370 46,39 909,8 117,8
10 0,492 548,95 1,89 15,97 0,478 93,2 189,1 6,18 0,350 43,90 858,5 167,5
15 0,422 471,20 1,62 16,39 0,410 80,0 162,2 5,34 0,300 37,68 736,4 144,7
20 0,361 402,88 1,39 14,06 0,350 68,4 138,7 4,598 0,256 32,2 629,7 124,1
25 0,310 245,74 1,19 12,16 0,301 58,7 119,3 3,96 0,220 27,65 541,6 107,3
30 0,268 298,62 1,03 10,56 0,260 50,7 103,2 3,44 0,190 23,88 468,5 93,2
35 0,233 259,75 0,90 9,15 0,226 44,1 89,8 2,98 0,165 20,77 407,7 80,8
40 0,204 226,18 0,78 8,10 0,198 38,4 78,4 2,64 0,145 18,09 355,9 71,5
45 0,178 198,49 0,69 7,12 0,173 33,7 68,8 2,32 0,127 15,87 312,4 62,9
50 0,157 174,34 0,61 6,29 0,152 29,6 60,6 2,05 0,111 13,94 275,1 55,6
55 0,138 153,14 0,53 5,53 0,134 26,0 53,4 1,80 0,098 12,25 242,4 48,8
60 0,123 135,47 0,47 5,00 0,119 23,0 47,3 1,63 0,087 10,83 214,7 44,2
65 0,108 119,57 0,42 4,48 0,105 20,3 41,9 1,46 0,077 9,56 190,2 39,8
70 0,098 108,02 0,37 3,93 0,083 18,0 37,2 1,28 0,068 8,48 168,9 34,7
75 0,085 93,65 0,33 3,82 0,083 15,9 33,1 1,18 0,061 7,49 150,3 32,0
80 0,078 83,84 0,30 3,19 0,074 14,2 29,5 1,04 0,054 6,69 133,9 28,2
85 0,068 74,21 0,28 2,89 0,065 12,8 26,4 0,94 0,048 5,93 119,9 25,5
90 0,061 65,97 0,24 2,67 0,059 11,2 23,6 0,87 0,043 5,28 107,1 23,6
95 0,055 58,90 0,21 2,48 0,053 10,0 21,2 0,80 0,039 4,71 96,2 21,7
100 0,049 52,42 0,19 2,24 0,048 8,9 19,1 0,73 0,035 4,19 86,7 19,8
105 0,044 47,12 0,17 2,03 0,043 8,0 17,2 0,66 0,031 3,77 78,1 17,9
110 0,040 41,82 0,16 1,81 0,039 7,1 15,5 0,59 0,029 3,34 70,4 16,0
115 0,036 38,29 0,14 1,72 0,035 6,5 14,1 0,56 0,026 3,06 64,0 15,2
120 0,033 34,16 0,13 1,60 0,032 5,8 12,8 0,52 0,023 2,73 58,1 14,1
125 0,030 28,27 0,12 1,50 0,029 5,2 11,7 0,49 0,021 2,45 53,1 13,3
130 0,028 25,33 0,11 1,38 0,027 4,8 10,7 0,45 0,020 2,26 48,6 12,2
135 0,026 25,33 0,10 1,29 0,025 4,3 9,8 0,42 0,018 2,03 44,5 11,4
140 0,024 23,56 0,09 1,17 0,023 4,0 9,1 0,38 0,017 1,88 41,3 10,3
145 0,022 21,20 0,08 1,17 0,021 3,6 8,4 0,38 0,015 1,70 38,1 10,3
150 0,021 19,44 0,08 1,07 0,020 3,3 7,8 0,35 0,015 1,55 35,4 9,5
155 0,019 18,28 0,07 1,07 0,018 3,1 7,3 0,35 0,013 1,46 33,1 9,5
160 0,018 16,49 0,07 0,95 0,017 2,8 6,6 0,31 0,012 1,32 30,9 8,4
165 0,016 15,31 0,07 0,95 0,016 2,8 6,4 0,31 0,012 1,22 29,1 8,4
170 0,015 14,14 0,06 0,88 0,015 2,4 6,0 0,28 0,011 1,13 27,2 7,6
175 0,014 13,55 0,06 0,88 0,014 2,3 5,7 0,28 0,010 1,08 25,9 7,6
180 0,014 12,37 0,06 0,88 0,014 2,1 5,3 0,28 0,010 0,99 24,1 7,6
185 0,013 11,19 0,05 0,74 0,013 1,9 5,1 0,24 0,010 0,89 23,2 6,5
190 0,012 10,80 0,05 0,74 0,012 1,8 4,8 0,24 0,009 0,85 21,8 6,5
195 0,011 10,01 0,05 0,74 0,011 1,7 4,5 0,24 0,008 0,80 20,4 6,5
200 0,011 8,84 0,04 0,64 0,011 1,5 4,2 0,21 0,008 0,71 19,1 5,7
(1) Design Manual for Roads and Bridge, Volime 11, Environmental assessment, HMSO, London, 1994 (Tables for Emissions of Light and Heavy Vehicle)
(2) World Bank Asia Technical Department, motorcycle Emission Standards and Emission Control Technology, September 1994 (with respect to Motor Cycle Emissi

III - 48
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Cara lain untuk memprakirakan besarnya emisi gas buang dari kegiatan mobilisasi
alat dan material (menggunakan dump truck) dihitung menggunakan persamaan
Gaussian dengan model sumber garis (line source) seperti persamaan berikut :

2QL  H 
2

C ( x, z )  .Exp 0,5  
(2 )0,5 zu   z  

Dimana :
C (x, z) = Konsentrasi pencemar di udara ambient (atmosfir), g/m3
X = Jarak antara jalan dengan penerima (receptor), m
Z = Tinggi receptor diatas permukaan tanah, m
QL = Laju emisi (emision rate) per unit jarak, gr/det.m
π = Koefisien 3,14
u = Rata-rata kecepatan angin pada sumbu X, m/det
H = Tinggi sumber titik gas buang dari kendaraan, m
z = Koefisien dispersi vertikal Gaussian, m
Sedangkan untuk memprakirakan resuspensi debu yang diakibatkan oleh pergerakan
roda kendaraan (dump truck) pada saat kegiatan pengangkutan material/tanah dapat
didekati dengan rumus empirik dari Midwest Research Institute (MRI, 1979) sebagai
berikut :
eu= 5,9 (s/12) (S/30) (W/3) 0,7 (w/4) 0,5 (d/365)
Dimana :
eu = Jumlah debu per kecepatan (lb/mile)
s = Silt content (%)
S = Kecepatan kendaraan (mile/hour)
W = Berat kendaraan (ton)
w = Jumlah roda kendaraan
d = Jumlah hari tidak hujan
A.2. Intensitas Kebisingan:
Tingkat kebisingan yang akan timbul pada tahap konstruksi atau dari sumber yang
berasal dari genset/pompa dapat dihitung dengan persamaan sumber titik / tidak
bergerak, sebagai berikut :
r2
LP2 = LP1 – 20.log
r1

III - 49
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Dimana :
LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r1, dBA
LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r2, dBA
r1 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber kebisingan 1
r2 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber kebisingan 2
Selanjutnya untuk prakiraan intensitas kebisingan yang bersumber dari sumber
garis/bergerak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
r2
LP2 = LP1 – 10.log
r1
Dimana :
LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r1, dBA
LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r2, dBA
r1 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber kebisingan 1
r2 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber kebisingan 2

Cara lain, terutama untuk menentukan intensitas kebisingan yang ditimbulkan oleh lalu
lalangnya truk pengangkut alat dan bahan pada jalur jalan pengangkutan, secara teori
dapat didekati dengan rumus dari Rau dan Wooten (1980) :
Leq = Loi + 10 log (Ni/Si) + 10 log (15/d) + 0,s - 13
Dimana :
Loi = Tingkat kebisingan kendaraan type I = 80 dBA (J.Rau dan Wooten,1980)
Ni = Jumlah kendaraan (Truk) yang lewat per jam
Si = Kecepatan rata-rata Truk, 30 km/jam
D = Jarak sumber bising terhadap titik pengukuran
S = “Shiedding Factor”, daerah terbuka dengan tanaman agak jarang = 3
dBA
A.3. Dugaan Dampak Peningkatan Aliran Air Permukaan (Run-off)
Untuk menghitung besarnya peningkatan aliran air permukaan (run-off) di lokasi tapak
proyek dihitung dengan menggunakan persamaan, Chow, 1964, yaitu :
Q = C x I x A m3 / hari hujan
Q = (Ca – Cb) x I x Y m3 / hari hujan

III - 50
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Dimana :
Q = debit air larian (m3/hari-hujan)
C = koefisien air larian
I = intensitas hujan (m/hari-hujan)
A = luas daerah (m2)
∆Q = air larian yang disebabkan pembukaan lahan oleh proyek
Ca = Koefisien air larian pada lahan setelah adanya proyek
Cb = koefisien air larian pada lahan sebelum adanya proyek
Y = luas lahan yang berubah penggunaannya.
Tabel 3.15 Nilai Koefisien Aliran Permukaan (C) Berbagai Bentuk Penutupan Lahan

Koefisien Aliran Permukaan


No Tipe Wilayah Drainase dan Penutupan Lahan
(C)
1 Lahan Rumput :
 Tanah berpasir, lereng datar, 2 % 0,05-0,10
 Tanah berpasir, lereng sedang, 2-7 % 0,10-0,15
 Tanah berpasir, lereng curam, 7 % 0,15-0,20
 Tanah liat, lereng datar, 2 % 0,13-0,17
 Tanah liat, lereng sedang, 2-7 % 0,18-0,22
 Tanah liat, lereng curam, 7 % 0,25-0,35
2 Pusat keramaian kota :
 Wilayah perkotaan 0,70-0,95
 Wilayah perkampungan 0,50-0,70
3 Permukiman :
 Sangat jarang 0,30-0,50
 Agak padat 0,40-0,60
 Padat 0,60-0,75
 Luar kota 0,25-0,40
 Daerah apartemen 0,50-0,70
4 Kawasan industri :
 Jarang 0,50-0,80
 Padat 0,60-0,90
5 Taman pemakaman 0,10-0,25
6 Tempat bermain 0,20-0,35
7 Jalan kereta 0,20-0,40
8 Daerah semak belukar, belum terjamah 0,10-0,30
9 Jalan :
 Aspal 0,70-0,95
 Beton 0,80-0,95
 Berbatu 0,70-0,85
10 Jalan setapak 0,75-0,85
11 Atap 0,75-0,95
Sumber : Sumarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, 2001

III - 51
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

A.4. Dugaan Dampak Pencemaran Kualitas Air Permukaan


Besarnya beban pencemaran terhadap kualitas air (peningkatan pencemaran di badan
air penerima) yang disebabkan karena kegiatan operasional dengan persamaan :
n n
BP   BPdp j   BPtp j
j 1 j 1

Dimana :
BP = beban pencemaran;
dp = dengan proyek
tp = tanpa proyek
J = jenis sumber pencemar

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003
tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air,
bahwa penentuan daya tampung beban pencemaran dapat ditentukan dengan
menggunakan metoda neraca massa. Model matematika yang menggunakan
perhitungan neraca massa dapat digunakan menentukan konsentrasi rata-rata aliran
hilir (down stream) yang berasal dari sumber pencemar point sources dan non point
sources, perhitungan ini dapat pula dipakai untuk menentukan persentase perubahan
laju alir atau beban polutan.
Dengan menganggap pencampuran yang sempurna antara air di sungai dengan bahan
pencemar, maka kadar bahan pencemar dalam sungai dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :

 Ci * Qi  Mi
CR  
 Qi  Qi
Dimana :
CR = konsentrasi rata-rata konstituen untuk aliran gabungan (mg/l);
Ci = konsentrasi konstituen pada aliran ke-i (mg/l);
Qi = laju aliran ke-i (m3/dt);
Mi = massa konstituen pada aliran ke-i (mg/l)
Dampak operasional terhadap kualitas air permukaan adalah :

C = (Cdp – Ctp) mg/l


A.5. Penentuan Debit Air Permukaan dan Tingkat Sedimentasi

III - 52
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Untuk menduga debit air sesaat dilakukan dengan pendekatan persamaan empirik
(Sosrodarsono dan Takeda, 1983), yaitu:
Q = 0.8 x A x V
Dimana :
Q = debit saluran (m³/detik)
A = luas penampang saluran (m²)
V = kecepatan aliran pada penampang (m/detik)
0,8 = faktor koreksi pengukuran kecepatan aliran permukaan
Luas penampang kali ditentukan dengan cara mengukur lebar muka air dan
kedalamandasar kalidi beberapa titik pengukuran kearah lebar saluran. Kecepatan aliran
kaliyang diukur adalah kecepatan aliran permukaan air kalidengan menggunakan
current meter/pelampung permukaan. Debit puncak, dihitung dengan
menggunakan metode rasional (Chow, 1964 dan Harijay et al, 1990), yaitu :
Qm = 0.00278 x C x I x A
Dimana :
Q = debit saluran (m³/detik)
I = Intensitas curah hujan maksimum (mm/jam)
A = luas daerah pengaliran (km²)
C = Koefisien limpasan
Tingkat sedimentasi saluran, diduga dengan menggunakan rumus empiris (Arsjad,
1980) sebagai berikut :
Qs = 0.0864 x Q x C
Dimana :
Qs = beban sedimen (ton/hari)
Q = debit saluran (m3/detik)
C = kandungan sedimentasi tersuspensi (mg/l)
A.6 Dugaan Dampak Terhadap Komponen Biologi
Soemarwoto (1987) menghitung berkurangnya jenis tanaman akibat makin sempitnya
hutan dengan rumus :
S = C x Az

Dimana : S = jumlah jenis; A = luas hutan; C dan Z konstan (Mc Arthur dan Wilson
dan Williamson, 1981). Prediktornya adalah A. Luas hutan berubah karena proyek

III - 53
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

pembangunan misalnya permukiman, pertambangan, perkebunan, dsb yang


menggunakan lahan hutan. Perubahan jumlah jenis merupakan akibat kegiatan
pengelolaan hutan atau berkurangnya luas kawasan hutan karena banyaknya konversi
hutan untuk penggunaan lain.
Berbagai cara matematis dipergunakan untuk memprediksi perubahan lingkungan dan
dampak yang timbul akibat suatu kegiatan terhadap vegetasi alam, dengan
memperhitungkan berbagai parameter, yaitu :

a. Kerapatan (Density)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 = 𝐻𝑒𝑘𝑡𝑎𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠


𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 =
𝐻𝑒𝑘𝑡𝑎𝑟
- Kerapatan mutlak suatu jenis sama dengan kerapatan suatu jenis
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑖𝑡𝑢
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 = 𝑥 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

b. Frekuensi (Frecuency)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑖𝑡𝑢
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑖𝑡𝑢
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

c. Dominansi (Dominancy)
 Dominansi mutlak suatu jenis = jumlah dari nilai kelindungan atau nilai luas
basal atau nilai biomasa atau volume dari jenis itu.
 d 1 xd 2 
 Kelindungan dapat dihitung dengan rumus =   x dibagi dengan luas
 4 
petak contoh; dimana = d1 dan d2 adalah diameter tajuk suatu jenis. Seringkali
d1 dan d2 adalah luas bidang dasar.
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑖𝑡𝑢
 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 = 𝑥 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

d. Nilai penting (Importance)


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 + 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 + 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓
e. Summed Dominance Ratio (SDR)
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔
𝑆𝐷𝑅 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 =
3

A.7. Dugaan Dampak Terhadap Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya

III - 54
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Cara pendugaan pengaruh komponen sosial ekonomi dapat diklasifikasikan atas dua
kelompok yaitu kelompok Eksptrapolasi dan kelompok Normatif (Munn, 1979). Cara
Eksptrapolasi pada dasarnya adalah melakukan pendugaan yang didasarkan pada
kondisi saat lalu dan masa kini secara konsisten. Adanya data sosial ekonomi dalam
kurun waktu tertentu dipergunakan untuk memperkirakan kondisi yang akan datang
secara linier atas dasar trend yang ada. Sedangkan metode Normatif merupakan metode
yang dilakukan dengan cara menentukan sasaran (kondisi sosial ekonomi) terlebih
dahulu. Kemudian untuk mencapai tujuan sasaran ini dilakukan pendugaan terhadap
perubahan sosial ekonomi, pada saat ini dan di waktu-waktu mendatang dengan kurun
waktu yang ditentukan.
1. Aspek Kependudukan
a. Laju Pertumbuhan Penduduk (Said Rusli, 1982)
Pt  Po(1  r )t
Dimana :
r = Laju pertumbuhan penduduk (%)
Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke-t (jiwa)
Po = Jumlah penduduk pada tahun ke-0 (jiwa)
t = Selisih tahun dengan tahun dasar
b. Rasio Beban Tanggungan/Dependency Ratio (Said Rusli, 1992)

P014  P60
DR  xk
Dimana : P1559
DR = Rasio Beban Tanggungan (%)
P 0-14 = Jumlah penduduk usia 0 - 14 tahun (jiwa)
P 60+ = Jumlah penduduk usia > 60 tahun (jiwa)
P 15-59= Jumlah penduduk usia 15 - 59 tahun (jiwa)
k = Konstanta (100)
c. Kepadatan Penduduk (Density) (Otto Soemarwoto, 1987)

Po(1  rtp )t
Dtp 
Ltot
Dimana :
Dtp = Kepadatan penduduk “tanpa proyek” pada waktu t (jiwa/km 2)
Po = Jumlah penduduk pada waktu acuan (ti) (jiwa)

III - 55
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

rtp = Laju tahunan pertumbuhan penduduk “tanpa proyek” (%)


t = Periode waktu perhitungan ti – to (tahun)
Ltot = Luas total daerah desa atau kecamatan (km 2)
Kepadatan penduduk “dengan proyek” dapat dihitung dari rumus :

Po(1  rdp )t
Ddp 
Dimana : Ltot  Li
Ddp = Kepadatan penduduk “dengan proyek” pada waktu t (jiwa/km 2)
Po = Jumlah penduduk pada waktu acuan (ti) (jiwa)
t = Periode waktu perhitungan ti – to (tahun)
Ltot = Luas total wilayah (km2)
Rdp = Laju tahunan pertumbuhan penduduk “dengan proyek” (%)
Li = Luas lahan yang dipakai untuk proyek
Dampak proyek terhadap kepadatan penduduk adalah :
D=(Ddp – Dtp)
d. Rasio Jenis Kelamin/Sex Ratio (Otto Soemarwoto, 1987)
L
SR  xk
Dimana : P
SR = Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
L = Jumlah penduduk laki-laki (jiwa)
P = Jumlah penduduk perempuan (jiwa)
k = Konstanta
3. Pendapatan
VA = NP - KBP
Dimana:
VA = Value Added
NP = Nilai akhir Produksi
KBP = Keseluruhan Biaya Produksi

4. Ketenagakerjaan
Model ketenagakerjaan dipergunakan untuk menggambarkan kondisi tenaga kerja,
potensi tenaga kerja dan kesempatan kerja.
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPA)

III - 56
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Tingkat partisipasi angkatan kerja akan dihitung dengan menggunakan rumus :

TPA 
 Angk. Kerja X 100%
 Tenaga Kerja
b. Tingkat Pengangguran (TP)

TPA 
 Pengangguran X 100%
 Angkatan Kerja
5. Keresahan Masyarakat
Membandingkan sikap/pendapat/persepsi negatif akibat kekhawatiran masyarakat
terhadap dampak dari kegiatan dengan persepsi positif terhadap pekerjaan.
Keresahan dinyatakan muncul ketika % URS lebih besar dari 100 persen
(Wahyudin, 2012), dengan formula sebagai berikut :
𝑃 (−)
% 𝑈𝑟𝑠 = 𝑥 100
𝑃 (+)
Dengan perincian :
% Urs : prosentase keresahan
P (+) : persepsi positif terhadap kegiatan
P (-) : persepsi negatif terhadap kegiatan
Prakiraan dampak terjadinya keresahan ditentukan dengan membandingkan
pendapat para responden yang didasarkan atas hasil analisis data dan informasi
lapangan. Adapun skala dan kriteria keresahan ditunjukkan dengan Tabel berikut :

Tabel 3.16 Skala dan Tingkat Keresahan Masyarakat


Tingkat
No Skala Keresahan
Keresahan
1. % Urs = 0 Tidak ada
2. % Urs < 100 Kurang
3. % Urs = 100 Sedang
4. 100 < % Urs < 200 Tinggi
5. % Urs lebih dari 200 Sangat Tinggi
Sumber : Wahyudin, 2012
6. Kesempatan Kerja dan Peluang Usaha
Membandingkan rasio jumlah tenaga kerja lokal yang direkrut dengan jumlah total
tenaga kerja yang dibutuhkan terhadap rasio jumlah tenaga kerja yang direkrut
dengan jumlah pengangguran di wilayah studi.

III - 57
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

formula yang digunakan untuk mengukur kesempatan kerja adalah sebagai berikut :
𝐿𝑂𝑖𝑛/𝐿𝑂𝑛
𝐿𝑂 = 𝑥 100
𝐿𝑂𝑛/𝑈𝐿
LO : tingkat kesempatan kerja
LOin : jumlah tenaga kerja lokal yang direkrut pada kegiatan i
LON : jumlah total tenaga kerja yang direkrut
UL : jumlah penduduk yang menganggur di wilayah studi
Adapun kriteria dampaknya adalah sebagai berikut :
a. kegiatan berdampak signifikan dalam memberikan kesempatan kerja
bilamana LO = 1 ;
b. kegiatan berdampak cukup bilamana LO bernilai antara 0 sampai
dengan kurang dari 1 dan antara lebih dari 1 sampai 2; dan
c. kegiatan kurang berdampak bilamana LO lebih dari 2.
7. Sosial Budaya
 Analisis kualitatif
Data sub komponen sosial budaya dianalisis secara kualitatif. Data kualitatif
disajikan dalam bentuk deskriptif dan diinterpretasikan untuk pemahamam sosial
budaya yang ada. Hasil interpretasi data kualitatif dipadukan dengan hasil analisis
data kuantitatif. Variabel sosio-budaya seperti proses-proses sosial, etos kerja
penduduk antar etnis, dinamika kelembagaan masyarakat, akulturasi dan asimilasi
antar golongan masyarakat, berbagai konflik kepentingan terhadap lahan, usul
penyelesaian terhadap ganti rugi tanah, serta persepsi dan sikap terhadap proyek
dilakukan pengolahan data kualitatif. Berdasarkan data lapangan dilakukan
pengelompokan-pengelompokan gejala, lalu disusun kategori sosial mengikuti
tahapan analisis isi dan analisis induktif. Kemudian dengan kerangka sosiologis,
data yang sudah diolah itu disimpulkan menjadi fakta sosial.
Mekanisme analisis data kualitatif dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka kemudian dilakukan analisis data.
Adapun metode analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang ada yaitu
identifikasi, kategorisasi, dan interpretasi. Berikut penjelasan metode analisis
pada penelitian kualitatif:
 Metode identifikasi digunakan ketika data yang telah terkumpul, kemudian
diidentifikasi baik berdasarkan lokasi dan pokok permasalahannya. Misalnya,

III - 58
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

untuk data lokasi kota dipisahkan dengan data pedesaan. Selain itu, juga
diidentifikasi argumentasi apa saja yang muncul di kota dan alasan apa pula
yang timbul di pedesaan.
 Metode kategorisasi diterapkan pada saat data yang sudah teridentifikasi
kemudian dikelompok-kelompokkan antara satu dengan yang lain sehingga
dapat diketahui data yang satu masuk ke dalam kategori data yang lain dan
sebaliknya data yang lain masuk ke dalam kategori yang lainnya lagi.
Misalnya, pada umumnya data serta alasan yang cenderung menolak
pembangunan pipa minyak dan gas dikelompokkan dalam satu kategori,
demikian pula data serta alasan yang cenderung mendukung pembangunan
pipa minyak dan gas juga dikelompokkan dalam satu kategori pula.
 Metode interpretasi dilakukan tatkala data yang sudah dikategorisasikan
masuk ke dalam masing-masing kelompok, kemudian dilakukan pengkaitan
hubungan antara satu dengan yang lain sehingga terlihat suatu jalinan atau
suatu koherensi antara satu hal dengan hal yang lain. Dari sana kemudian
dilakukan sejumlah interpretasi/penafsiran atas keterkaitan berbagai
fenomena tersebut. Untuk memperkuat interpretasi peneliti juga menggunakan
beberapa teori yang relevan untuk menjelaskan gejala atau fenomena sosial
yang ada. Di samping itu, sesuai kaidah penelitian kualitatif, melalui metode
analisis yang dipilih, Tim peneliti dapat membuat interpretasi dan dapat
mempunyai kekuatan argumentasi yang berdasarkan data yang diperoleh dari
lapangan (Miles, dalam Moleong 2000).
 Analisa Kuantitatif
Analisa kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode statistik sosial atau
model fungsi matematik. Aspek sosial budaya yang diukur diantaranya pola
hubungan sosial masyarakat yang dicerminkan dengan tingkat kerjasama
(cooperation), tingkat persaingan (competition), dan tingkat pertentangan
(conflict). Ketiga variabel tersebut diukur dengan menggunakan Skala Likert.
Skor Sikap
Untuk memberi interpretasi terhadap skor sikap individu dalam skala rating yang
dijumlahkan pada penelitian ini adalah dengan membandingkan skor tersebut
dengan harga rata-rata atau mean skor. Perbandingan relatif ini akan

III - 59
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

menghasilkan interpretasi skor individu sebagai lebih atau kurang favorabel


dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Agar perbandingan menjadi punya
arti, skor harus dinyatakan dalam satuan deviasi standar yang berarti skor
individu harus diubah terlebih dahulu menjadi skor standar.
Untuk menjadikan skor individu menjadi skor standar digunakan skor-T dengan
rumusan sebagai berikut :
𝑋 −×
𝑇 = 50 + 10 ( )
𝑠𝑑
Dimana :
X = adalah skor responden pada skala sikap
× = adalah mean (rata-rata) skor kelompok
sd = adalah standar deviasi skor kelompok
Setelah diperoleh skor-T untuk setiap variabel selanjutnya dapat dikelompokan
menjadi 2 kelompok yaitu :
Skor-T < Rata-rata : Unvafavorable atau responden cenderung bersikap negatif
(tidak mendukung) terhadap isi pernyatan variabel yang
diamati
Skor-T ≥ Rata-rata : Favorable atau responden cenderung bersikap positif
(mendukung) terhadap isi pernyatan variabel yang diamati.
A.8 Dugaan Dampak Terhadap Komponen Kesehatan Masyarakat
Formula indikator derajat kesehatan
A. Mortalitas
i. Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑦𝑖 (𝑏𝑒𝑟𝑢𝑚𝑢𝑟 < 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙
𝑥 1.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝

ii. Angka Kematian Balita Per 1.000 Kelahiran Hidup


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑑𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙
𝑥 1.000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
iii. Angka Kematian Ibu Melahirkan Per 100.000 Kelahiran Hidup
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙, 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑓𝑎𝑠
𝑥 100.0000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
iv. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑜ℎ𝑜𝑟
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟

III - 60
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

B. Morbiditas
1) Angka Kesakitan Malaria Per 1.000 Penduduk
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑚𝑎𝑙𝑎𝑟𝑖𝑎
𝑥 1.000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
2) Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑇𝐵 𝑃𝑎𝑟𝑢 𝐵𝑇𝐴 + 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑚𝑏𝑢ℎ
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
3) Prevalensi Penderita HIV Terhadap Pendudul
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝐽𝐼𝑉 (𝑏𝑎𝑛𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑚𝑎)
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜

4) Angka Acute Flassid Paralysis (AFP) pada anak usia < 15 tahun per
100.000 anak
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝐴𝐹𝑃 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎<15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
x 100.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎<15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

5) Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑑𝑒𝑚𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑢𝑒
𝑥 100.000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
C. Keadaan Lingkungan
1) Presentasi Rumah Sehat
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎
2) Persentase Tempat-Tempat Umum Sehat
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 − 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑢𝑚𝑢𝑚 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 − 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑢𝑚𝑢𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎
D. Perilaku Hidup Masyarakat
1) Presentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑝𝑒𝑟𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑛𝑡𝑎𝑢/𝑠𝑢𝑟𝑣𝑒𝑦
2) Presentase Posyandu Purnama Dan Mandiri
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑠𝑦𝑎𝑛𝑑𝑢 𝑝𝑢𝑟𝑛𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑜𝑠𝑦𝑎𝑛𝑑𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎
E. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
1) Persentase Penduduk Yang Memanfaatkan Puskesmas
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠
2) Persentase Penduduk Yang Memanfaatkan Rumah Sakit

III - 61
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡


𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
3) Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Lab. Kesehatan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟𝑖𝑢𝑚 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎
4) Persentase Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan
Spesialis Dasar
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑆 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑎𝑙𝑖𝑠 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔𝑎 𝑑𝑎

5) Persentase Obat Generik Berlogo (OGB) Dalam Persediaan Obat


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑜𝑏𝑎𝑟 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑜𝑔𝑜
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
F. Pelayanan Kesehatan
1) Persentase Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖
2) Persentase Desa Mencapai Universal Child Immunization (UCI)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝑈𝐶𝐼
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎
3) Persentase Desa Terkena Kejadian Luar Biasa (KLB) Yang Ditangani <
24 Jam
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑛𝑎 𝐾𝐿𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑖 < 24 𝑗𝑎𝑚
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑛𝑎 𝐾𝐿𝐵
4) Persentase Ibu Hamil Yang Mendapat Table Fe
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑡 𝐹𝑒
𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎
5) Persentase Bayi Yang Mendapat (ASI) Eksklusif
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐴𝑆𝐼 𝑒𝑘𝑠𝑘𝑙𝑢𝑠𝑖𝑓
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎
6) Persentase Murid Sekolah Dasar Yang Mendapatkan Pemeriksaan Gigi
Dan Mulut
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑆𝐷 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎𝑎𝑛 𝑔𝑖𝑔𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑙𝑢𝑡
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑆𝐷 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎
7) Persentase Pekerja Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Kerja
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔𝑛 𝑎𝑑𝑎
8) Persentase Keluarga Miskin Yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

III - 62
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑚𝑖𝑠𝑘𝑖𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑘𝑒𝑠


𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑚𝑖𝑠𝑘𝑖𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎
G. Sumber Daya Kesehatan
1) Rata-Rata Dokter Per 100.000 Penduduk
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑜𝑘𝑡𝑒𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ
𝑥 100.000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
2) Rata-Rata Dokter Spesialis Per 100.000 Penduduk
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑜𝑘𝑡𝑒𝑟 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑎𝑙𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ
x 100.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

3) Rata-Rata Dokter Keluarga Per 1.000 Keluarga


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑜𝑘𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ
𝑥 100.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
4) Rata-Rata Dokter Gigi Per 100.000 Penduduk
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑜𝑘𝑡𝑒𝑟 𝑔𝑖𝑔𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ
𝑥 100.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
5) Rata-Rata Apoteker Per 100.000 Penduduk
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑝𝑜𝑡𝑒𝑘𝑒𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑓𝑎𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ
x 100.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

6) Rata-Rata Bidan Per 100.000 Penduduk


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ
x 100.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

7) Rata-Rata Perawat Per 100.000 Penduduk


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ
𝑥 100.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

8) Rata-Rata Ahli Gizi Per 100.000 Penduduk


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎ℎ𝑙𝑖 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑢𝑔𝑎𝑠 𝑑𝑖 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑑𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ
𝑥 100.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
9) Rata-Rata AM Sanitasi Per 100.000 Penduduk
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎ℎ𝑙𝑖 𝑠𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑢𝑔𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ
𝑥 100.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
10) Rata-Rata Ahli Kesehatan Masyarakat Per 100.000 Penduduk
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑟𝑗𝑎𝑛𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑘𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑢𝑔𝑎𝑠 𝑑𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ
𝑥 100.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
11) Persentase Penduduk Yang Menjadi Peserta Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑗𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑙𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎

III - 63
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

H. Status Gizi
1) Persentase Balita Dengan Gizi Buruk
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑡𝑎𝑡𝑢𝑠 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑏𝑢𝑟𝑢𝑘
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑘𝑢𝑟/𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
2) Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 𝑟𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑔𝑖𝑧𝑖
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎

B. Metode Informal
Salah satu metode informal yang akan digunakan adalah metode anologi. Pada metode
ini, masalah-masalah yang telah timbul disuatu lokasi sebagai akibat rencana kegiatan
akan dikaji untuk dijadikan dasar dan pertimbangan padaprakiraan dampak yang akan
timbul di lokasi lain yang mempunyai perilaku ekosistem yang sama. Untuk komponen
sosial ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat, prakiraan dampaknya juga akan
digunakan metoda informal yaitu analogi terhadap gejala sosial dan kesehatan yang
pernah dan sedang terjadi dengan dampak pada kegiatan serupa. Tentu saja jika
menggunakan metoda analogi akan disebutkan kasus dan lokasinya dalam analisisnya
kelak.
1. Metode Pendekatan berdasarkan Empiris
Melalui metode yang berdasarkan hukum-hukum yang berlaku di lingkungan
yang menggambarkan sebab akibat. Komponen lingkungan yang prakiraan
dampaknya berdasarkan empiris antara lain peningkatan estetika lingkungan,
dan sebagainya.
2. Metode Pendekatan dengan Penggunaan Baku Mutu Lingkungan
Prakiraan dampak dengan metode ini dengan menggunakan pendekatan pada
standar atau kriteria baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan berdasarkan
pada peraturan perundangan yang berlaku, baik yang berskala nasional,
sektoral maupun regional. Standar (baku mutu) ataupun kriteria ini umumnya
dipergunakan sebagai pembanding terhadap nilai parameter komponen
lingkungan yang telah maupun yang akan diperkirakan berubah terhadap nilai
ambang batas yang diperbolehkan atau diijinkan. Komponen lingkungan yang
menggunakan baku mutu lingkungan adalah debu dan penurunan kualitas
udara dan perubahan kuantitas dan kualitas air.

III - 64
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

3. Metode Penilaian para Ahli (Professional Judgement)


Dampak lingkungan yang akan timbul dari rencana kegiatan, diprakirakan
oleh para anggota tim ahli sesuai dengan keahlian dari masing-masing anggota
tim. Dengan pengalaman dalam disiplin ilmu pakar yang bersangkutan
mempunyai intuisi yang kuat terhadap sesuatu hal dalam bidang atau
komponen yang ditekuni, maka pendugaan komponen lingkungan dapat
didekati dengan kepakaran ahli di bidangnya. Komponen lingkungan yang
digunakan biasanya bukan komponen yang detail, tetapi merupakan bidang
yang luas.
Sedangkan selisih kondisi perubahan lingkungan hidup tanpa dan dengan
adanya proyek merupakan besarnya perubahan lingkungan yang terjadi. Untuk
memudahkan penjelasan seberapa besar perubahan atau perbedaan yang
terjadi dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Q  Qdp  Qtp

Dimana :
Q = Dampak yang diprakirakan
Qdp = Kondisi lingkungan dengan proyek
Qtp = Kondisi lingkungan tanpa proyek

III - 65
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Tabel 3.17 Metode Pengumpulan, Analisa Data dan Prakiraan Dampak


Komponen
Lingkungan sesuai Data yang Metode Pengumpulan Metode Prakiraan
No Parameter Sumber Data Metode Analisis Data
dengan dampak dibutuhkan Data Dampak
hipotetik
1. Keresahan Masyarakat Jumlah keluhan dari - Tingkat keluhan - Wawancara - Wawancara - Tabulasi Analogi
masyarakat masyarakat - Kuisioner - Kuisioner - Analisa presentasi
- Interpretasi
2. Penurunan Jumlah Jumlah penurunan - Jenis tanaman - Inventarisasi - Hasil Observasi - Perbandingan dengan Pendekatan Model
Vegetasi vegetasi - Tingkat kerapatan - Observasi lapangan - Hasil Pengukuran daftar jenis tanaman Matematis
- Kelimpahan - Pengumpulan data yang dilindungi
- Index Diversitas sekunder - Standar baku index
diversitas
3. Debu dan Penurunan Kualitas udara konsentrasi gas-gas - Sampling dan analisa - Hasil analisa - Perhitungan - Pendekatan Model
Kualitas Udara (konsentrasi gas-gas yang terkandung laboratorium laboratorium - Perbandingan dengan Matematis
yang terkandung dalam udara ambient baku mutu - Dibandingkan dengan
dalam udara ambient) Peraturan Pemerintah
No. 41 Tahun 1999
4. Gangguan Kesehatan Jumlah masyarakat - Jenis gangguan - Wawancara - Data Primer - Deskriptif Analogi
Masyarakat yang mengalami kesehatan yang - Kuisioner - Kuisioner - Prosentase
gangguan kesehatan diderita - Data sekunder dari
- Jumlah penderita BPS

5. Terciptanya Jumlah lapangan - Jenis dan jumlah - Wawancara - Data Primer - Deskriptif Analogi
kesempatan kerja kerja lowongan pekerjaan - Kuisioner - Kuisioner - Prosentase
yang tercipta - Data sekunder dari
- Jumlah pencari kerja BPS
6. Kerusakan Jalan Panjang dan tingkat Kondisi jalan - Observasi - Survey Deskriptif Analogi
kerusakan jalan - Wawancara - Observasi
- Kondisi jalan
7. Tumpahan Material di Banyaknya material - Jumlah material - Observasi lapangan - Hasil observasi - Perbandingan dengan Pendekatan Model
Jalan yang tertumpah di yang tumpah di kondisi awal jalan Matematis
jalan jalan

III - 66
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Komponen
Lingkungan sesuai Data yang Metode Pengumpulan Metode Prakiraan
No Parameter Sumber Data Metode Analisis Data
dengan dampak dibutuhkan Data Dampak
hipotetik
8. Peningkatan Estetika - Tingkat estetika - Kondisi lingkungan - Observasi lapangan - Hasil observasi - Perbandingan dengan Empiris
Lingkungan lingkungan - Wawancara - Kondisi Lingkungan kondisi lingkungan
awal
9. Tersedianya Jalan Tingkat kapasitas - Tingkat pelayanan - Observasi lapangan - Hasil data primer - Perhitungan Pendekatan Model
Akses pelayanan jalan jalan observasi Matematis

10. Perubahan Kualitas Air Kualitas air konsentrasi senyawa - Sampling dan analisa - Hasil analisa - Perhitungan - Pendekatan Model
Permukaan permukaan yang terkandung laboratorium laboratorium - Perbandingan dengan Matematis
dalam air tanah baku mutu
11. Peningkatan Peningkatan - Jumlah pencari kerja - Wawancara - Data Primer - Deskriptif Analogi
Pendapatan pendapatan yang terserap - Kuisioner - Kuisioner - Prosentase
- Data sekunder dari
BPS
12. Peningkatan Limbah - Jumlah timbulan - Data jumlah Observasi Data primer hasil Interpretasi Pendekatan Model
Padat dan Cair limbah padat dan timbulan limbah observasi Matematis
Domestik cair domestik padat dan cair
domestik
13. Pembuangan Jumlah buangan - Data jumlah - Observasi lapangan - Hasil observasi dan - Perhitungan Pendekatan Model
Sedimentasi sedimentasi buangan perhitungan Matematis
bendungan sedimentasi
bendungan

III - 67
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

3.4 METODE EVALUASI HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN


HIDUP
Setelah dampak diprediksi, maka untuk merumuskan arah penanganan dampak penting yang
tepat dan untuk menelaah kelayakan lingkungan dari rencana kegiatan, maka telaahan dan
evaluasi yang mendalam, baik secara holistis maupun kausatif terhadap berbagai jenis
dampak yang telah diperkirakan sifat, besaran dan arti penting dampak tersebut, pada
dasarnya adalah melakukan penelaahan sebagai berikut :

 Penelaahan secara totalitas terhadap berbagai jenis dampak penting yang timbul tersebut
merupakan satu kesatuan yang saling terkait, mempengaruhi dan saling sinergis atau
saling antogonis.
 Penelaahan hubungan sebab akibat antara rencana kegiatan dan kondisi lingkungan
dengan dampak pentingyang timbul sehingga dapat diketahui dampak yang utama dan
dampak turunannya.

Merujuk pada Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan
Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak
Penting bahwa penelaahan secara totalitas dan hubungan sebab akibat tersebut diatas.
Maksudnya antara lain adalah penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan atas dasar
kemungkinan timbulnya dampak positif atau dampak negatif tidak dipandang sebagai faktor
yang masing-masing berdiri sendiri, melainkan harus diperhitungkan bobotnya guna
dipertimbangkan hubungan timbal baliknya untuk mengambil keputusan. Selain merujuk
kepada Peraturan Pemerintah dan Keputusan Kepala Bapedal tersebut di atas, metode evaluasi
dampak penting juga menggunakan Bagan Alir dan Metode Check List dengan Uraian
dimana metode ini menguraikan setiap komponen lingkungan yang diprakirakan terkena
dampak yang penting dan besar.

Untuk penjelasan yang lebih rinci dari kedua point tersebut diatas, maka di dalam bahasan
evaluasi dampak penting dalam dokumen ANDAL akan dijabarkan dari hal-hal sebagai
berikut:
 Telaahan terhadap dampak penting
 Telaahan sebagai dasar pengelolaan
 Pendekatan penanganan dampak penting
 Arahan penanganan dampak penting

IV-68
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

3.5 ARAHAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN


Dalam keseluruhan proses AMDAL di Indonesia, dokumen Rencana Pengelolaan
Lingkungan(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) mempunyai kedudukan yang
paling penting. Hal ini karena kedua dokumen tersebut akan terus digunakan oleh Pengguna
Jasa proyek dan instansi terkait lainnya sebagai pedoman dalam melaksanakan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan selama kegiatan proyek berlangsung. Dengan demikian, kualitas
dokumen RKL dan RPL akan sangat menentukan keberhasilan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan dari rencana kegiatan dalam hal ini rencana kegiatan. Rumusan yang akan dimuat
dalam dokumen RKL dan RPL dapat bersifat umum maupun khusus yang mencakup
pendekatan teknis dalam hal pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Rumusan penyusunan RKL dan RPL rencana Pengambilan Intake dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek, dan Air Tanah Kabupaten Panajam Paser
Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, akan mengacu pada Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup RI. Nomor 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen lingkungan
Hidup (Lampiran III), dengan pendekatan teknologi, sosial, ekonomi dan institusi. RKL dan
RPL yang disusun didasarkan pada arahan studi ANDAL dan dititik beratkan kepada dampak-
dampak penting yang teknologi penanganannya belum diketahui atau belum banyak dikenal
oleh calon pengelolanya.

3.5.1 PERUMUSAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)


Dokumen RKL diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengelolaan lingkungan
rencana Pengambilan Intake dan Jaringan Transmisi Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan
Batu Lepek, dan Air Tanah Kabupaten Panajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai
Kartanegara, guna meminimalkan dampak negatif penting dan mengembangkan dampak
positif penting yang diperkirakan akan timbul, sehingga rencana kegiatan tersebut dapat
berkelanjutan/sustainable.Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka dalam dokumen RKL akan
memuat informasi dan ketentuan mengenai pengelolaan lingkungan yang meliputi :

1. Jenis kegiatan yang menjadi sumber dampak penting.


2. Komponen lingkungan yang terkena dampak.
3. Tolok ukur dampak
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
5. Beberapa altematif pengelolaan lingkungan hidup berupa penanggulangan dan
pencegahan dampak 69egative serta pengembangan dampak positif

IV-69
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

6. Lokasi pengelolaan lingkungan


7. Periode pengelolaan lingkungan
8. Institusi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengawasi dan menerima
pelaporan dari pengelolaan lingkungan tersebut.
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) ditulis dalam bentuk uraian dan ikhtisarnya akan
dimuat dalam matrik RKL dan disertai penjelasan singkat sehingga pelaksana RKL dapat
melaksanakannya secara mudah.

3.5.2 PERUMUSAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)


Sebagai tindak lanjut pelaksanaan pengelolaan lingkungan, akan disusun Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) yang dituangkan dalam dokumen terpisah. Tujuan utama dari
penyusunan dokumen RPL adalah sebagai pedoman untuk pelaksanaan pemantauan
lingkungan, sehingga dapat dijamin bahwa rencana pengelolaan dampak lingkungan yang
tertuang dalam dokumen RKL dapat terlaksana secara efektif sesuai dengan sasaran yang
ditetapkan. Namun demikian, apabila dalam pelaksanaannya terdeteksi perubahan-perubahan
terhadap komponen/ parameter lingkungan tertentu yang tidak terduga sebelumnya, maka
dapat segera terdeteksi untuk selanjutnya dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya
pengelolaan lingkungan yang direncanakan pada tahap-tahap kegiatan selanjutnya.
Di dalam dokumen RPL berisi informasi dan ketentuan mengenai pemantauan lingkungan.
Seperti halnya pada dokumen RKL, maka dalam dokumen RPL akan terdiri dari uraian yang
ikhtisarnya akan dikemas dalam bentuk matrik RPL yang menjelaskan secara sistematis
langkah-langkah pelaksanaan RPL yang direncanakan, yang meliputi :
1. Jenis dan sumber dampak yang dipantau;
2. Parameter lingkungan yang dipantau,
3. Tujuan pemantauan lingkungan,
4. Lokasi pemantauan lingkungan,
5. Jangka waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan,
6. Institusi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengawasi dan menerima
pelaporan dari hasil kegiatan pemantauan tersebut.

3.5.3 LINGKUP PEKERJAAN DALAM RANGKA MENCAPAI SASARAN RPL


Untuk mencapai sasaran dan penjelasan RPL, maka pelaksanaan Studi AMDAL harus
mencakup hal-hal sebagai berikut :

IV-70
LAPORAN PENDAHULUAN
Penetapan Dokumen Lingkungan Intake Dan Jaringan Transmisi
Bendungan Sepaku Semoi, Bendungan Batu Lepek Dan Air Tanah
Kabupaten Penajam Paser Utara Dan Kabupaten Kutai Kartanegara

 Mempelajari lingkup RPL dan memprioritaskan dampak penting yang harus ditangani
sebagaimana yang ditetapkan dalam RKL.
 Mengkonsentrasikan pemantauan pada variabel atau parameter lingkungan seperti yang
digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan RKL.
 Menyebutkan tujuan pemantauan lingkungan secara jelas dan terukur.
 Memilih dan menetapkan metode pemantauan yang paling praktis dan mudah
dilaksanakan dengan tidak mengabaikan persyaratan teknis yang berlaku.
 Melengkapi peta petunjuk lokasi pemantauan dengan skala yang memadai.
 Menetapkan periode pelaksanaan RPL sesuai dengan kebutuhan.
 Merumuskan dan menetapkan institusi pelaksana RPL dengan mempertimbangkan hal-
hal yang dilakukan pada perumusan institusi RKL.
 Membahas dengan pengguna jasa dan instansi terkait lainnya untuk meyakinkan bahwa
RPL dapat dilaksanakan.
 Menyelenggarakan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengetahui apresiasi dan
aspirasi masyarakat terhadap rencana kegiatan.

IV-71

Anda mungkin juga menyukai