Anda di halaman 1dari 3

Sejarah

Tidak bisa dipungkiri bahwa terdapat banyak persoalan bersama di Wilayah


Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Dan dalam upaya untuk mengatasi
masalah tersebut dan menciptakan keserasian di wilayah tersebut Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah sepakat untuk
mengembangkan kerjasama dan membentuk suatu wadah kerjasama Terdapat
beberapa tahapan dalam sejarah berdirinya kerjasama di wilayah Jabodetabek.1

Dengan mengacu pada Rencana Induk DKI Jakarta tahun 1965-1985, dimana
salah satu pasalnya menyebutkan pengembangan pembangunan yang ada di wilayah
DKI Jakarta juga diarahkan ke wilayah Botabek dan perlunya kerjasama dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, maka Pemerintah Pusat mengeluarkan :

 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1974.

 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 151 Tahun 1975 tentang

Perubahan Batas Wilayah DKI Jakarta.

Mengingat kerjasama antara Provinsi DKI Jakarta dengan Jawa Barat dianggap
sangat perlu untuk dilaksanakan, maka dengan adanya Keputusan Bersama Gubernur
Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Gubernur Daerah Tingkat I Jawa Barat
Nomor 6375/A-1/1975 dan 2450/A/K/BKD/75 dibentuk Badan Persiapan Daerah
untuk Pengembangan Metropolitan Jabodetabek. Untuk melaksanakan kerjasama
dimaksud maka keluarlah Keputusan Bersama Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Jawa Barat dan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
1/DP/040/PD/76 dan 3 Tahun 1976 tentang Pembentukan Badan Kerjasama
Pembangunan Jabotabek dan Peraturan Bersama Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor D.IV-320/d/II/76 dan
197.Pem.121/SK/76 tentang Kerjasama Dalam Rangka Pembangunan Jakarta, Bogor,
Tangerang dan Bekasi (Jabotabek) yang disyahkan dengan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor : Pem. 10/34/16-282 tanggal 26 Agustus 1976.

Secara historis, terbentuknya Kerjasama wilayah Jabotabek (DKI-Jakarta, Bogor,


Tangerang dan Bekasi) merupakan cerminan dari (top-down) planning concept pada

1 Diakses dari profil BKSP di www.jabodetabekjur.jakarta.go.id/content/index.php?id


masa lalu. Melihat kronologi pembentukan Jabotabek tampak dominasi kepentingan
Provinsi Daerah Khusus IbuKota Jakarta sebagai Ibu Kota Negara yang semakin hari
terjepit dengan permasalahan pembangunan, terutama dalam aspek kependudukan
yang berdampak pada masalah Tata Ruang.

Setelah upaya perubahan wilayah administratif DKI Jakarta yang telah dilakukan
dengan ‘mengambil’ 16 Desa dari Jawa Barat dan memindahkan Kelurahannya ke
Provinsi Jawa Barat, kemudian disusul dengan berbagai Keputusan Bersama antar dua
Provinsi terkait. Upaya lobbying para teknokrat dan eksekutif dalam menindaklanjuti
gagasan Jabotabek ke instansi tertinggi negara berhasil melahirkan Instruksi Presiden
Nomor 13 Tahun 1976 2 . Inpres tersebut ditujukan kepada (1) Menteri Negara
Ekonomi, Keuangan dan Industri/ Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
(2) Menteri Dalam Negeri serta (3) Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
sehingga makin memperkuat landasan kebijakan bagi Departemen terkait.

Proses sebelum dan hingga lahirnya Inpres tersebut diatas amat penting bagi
penilaian faktor pengendali regionalisasi Jabotabek. Dominasi konsepsi para
perencana pada direktorat teknis merupakan faktor yang tidak dapat dipungkiri lagi.
Salah satu produk hukum awal Jabotabek sebagai region (kesatuan ruang geografis
yang terdiri dari beberapa daerah otonom) yang terbentuk dengan melibatkan dua
Provinsi terkait selain berupa Keputusan Bersama adalah kebijakan yang telah
tertuang pada Peraturan Bersama5 dengan fokus peningkatan keterpaduan dan
keserasian pembangunan wilayah. Peraturan bersama ini kemudian disahkan dalam
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Pem.10/34/16-282 tertanggal 26 Agustus
1976 dan No. 79 Tahun 1993 tanggal 8 Oktober 1993.

Agar kerjasama bersifat terorganisir, dibentuklah Badan Kerjasama


Pembangunan (BKSP) Jabodetabek pada tahun 1976 sesuai Keputusan Bersama
Gubernur Kepala DKI Jakarta dan Gubernur Kepala Daerah. Tingkat I Jawa Barat No.
(D.IV-3201/d/11/1976)/(197/Pem.121/SK/1976) tertanggal 14 Mei 1976. Tujuan dari
dibentuknya BKSP Jabodetabekjur adalah untuk mewujudkan keterpaduan,
keselarasan, keserasian dan keseimbangan pelaksanaan pembangunan Jabodetabekjur

2 Konon lahirnya gagasan Jabotabek tercetus dalam sebuah training yang diadakan oleh Direktorat Cipta Karya –
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Republik Indonesia bekerjasama dengan The Netherlands
Directorate For International Technical Assistance (Delft Technische Hoegesschool) pada tanggal 12 February –
31 Maret 1973 (sumber: publikasi Sekretariat Badan Kerjasama Pembangunan Jabotabek, hal. 3, Maret 2003.
yang saling terkait, saling mempengaruhi, saling ketergantungan dan saling
menguntungkan yang memberi manfaat kepada kesejahteraan masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingan bersama daerah.3 Melihat dari tujuan tersebut,
dapat dikatakan bahwa ketiga provinsi berupaya agar pembangunan dan pelayanan
dapat seimbang dilaksanakan. Maka, BKSP Jabodetabekjur menjadi “payung”
lembaga kerjasama sama antar wilayah Jabodetabekjur sehingga kerjasama yang
dilakukan dapat lebih terorganisir. Kerjasama yang dilaksanakan pun tidak lagi hanya
di bidang pembangunan fisik, melainkan juga pembangunan non-fisik. Permasalahan
sampah, perdagangan, koperasi dan UKM, lingkungan hidup, ketertiban dan
keamanan, sosial dan tenaga kerja juga menjadi ruang lingkup kerjasama yang
ditangani oleh BKSP Jabodetabekjur.

Sejak berdirinya Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP) Jabotabek pada tahun


19766 hingga 19947 telah terjadi beberapa upaya perbaikan, khususnya dalam rangka
efektifitas kerja organisasi yang kemudian disahkan oleh Keputusan Menteri Dalam
4
Negeri. Pada awalnya, kerjasama yang dijalin adalah berupa kerjasama
pembangunan fisik dengan tujuan membina pola permukiman penduduk dan
penyebaran kesempatan kerja. Pembangunan wilayah Bogor, Tangerang, dan Bekasi
merupakan sebuah kebutuhan, mengingat wilayah-wilayah tersebut merupakan
wilayah strategis bagi Pemerintah DKI Jakarta dan juga sebaliknya. Koordinasi
antar-wilayah dalam upaya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan pembangunan
menjadi kebutuhan bagi wilayah Jabotabek.

3 Pasal 3 Peraturan Bersama Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Gubernur Jawa Barat, Gubernur Banten, Bupati
Bogor, Walikota Bogor, Walikota Depok, Bupati Tangerang, Walikota Tangerang, Bupati Bekasi, Walikota Bekasi,
dan Bupati Cianjur tentang BKSP Jabodetabekjur.
4 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 107 Tahun 1994

Anda mungkin juga menyukai