Anda di halaman 1dari 259

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU

NOMOR 4 TAHUN 2014


TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 -2034

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU,

Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kota


Baubau dengan memanfaatkan ruang wilayah secara
berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras,
seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
pertahanan keamanan, berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 perlu disusun rencana tata ruang
wilayah;
b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, serta terjadinya perubahan faktor-
faktor eksternal dan internal, membutuhkan
penyesuaian penataan ruang wilayah Kota Baubau
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014
1
secara dinamis dalam satu kesatuan tata lingkungan
berlandaskan kondisi fisik, kondisi sosial budaya, dan
kondisi sosial ekonomi melalui penetapan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Baubau sampai Tahun
2034;
c. bahwa berdasarkan evaluasi Peraturan Daerah
RTRW Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Baubau tahun 2011-2030, sudah
tidak sesuai dengan kebutuhan pengaturan dan
Pengendalian Rencana Tata Ruang sehingga perlu
dilakukan penyesuaian dan penyempurnaan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, maka
perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Baubau Tahun 2014 – 2034;

Mengingat : 1 Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Kota Baubau (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
93,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4120);
2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasiona
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


2
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
4 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
5 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739)sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


3
Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5490);
6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5168);
7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang - Undangan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor5234);
8 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
PenyelenggaraanPemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
9 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


4
10 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4833);
11 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5103);
12 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
13 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang
Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5393);

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


5
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH KOTA BAUBAU

dan

WALIKOTA BAUBAU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA


RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 -
2034.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kota Baubau di Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Walikota adalah Walikota Baubau.
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Baubau.
4. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut,dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


6
kesatuan wilayah,tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.
6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
8. Pola ruang adalah adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
10. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang.
11. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur
ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui
penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
12. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
mewujudkan tertib tata ruang.
13. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
14. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota yang selanjutnya disingkat
RTRWK adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari
wilayah kota, yang merupakan penjabaran dari RTRWP, yang
berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kota,

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


7
rencana struktur ruang wilayah kota, rencana pola ruang
wilayah kota, penetapan kawasan strategis kota, arahan
pemanfaatan ruang wilayah kota, dan ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kota.
15. Dokumen RTRWK adalah dokumen yang terdiri atas Buku
Rencana dan Album Peta dengan skala minimal 1 : 25.000 (satu
banding dua puluh lima ribu).
16. Rencana Rinci Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata
ruang pada kawasan yang merupakan kesatuan geografis
beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek fungsional dan disusun
berdasarkan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan
sebagai perangkat operasionalisasi rencana tata ruang wilayah.
17. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR
adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kota
yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kota.
18. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kota yang selanjutnya
disingkat RTR Kawasan Strategis Kota adalah rencana tata ruang
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap
ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
19. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


8
20. Wilayah Pertambangan yang selanjutnya disingkat WP adalah
wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan
tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang
merupakan bagian dari tata ruang nasional.
21. Wilayah Sungai yang selanjutnya disingkat WS adalah kesatuan
wilayah pengelolaan sumberdaya air dalam satu atau lebih
daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya
kurang dari atau sama dengan 2.000 (dua ribu) kilometer
persegi.
22. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah
suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke laut secara alami yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
23. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh
batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air
tanah berlangsung.
24. Daerah Irigasi selanjutnya disebut DI adalah kesatuan lahan
yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
25. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat SPAM
adalah satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non-fisik dari
prasarana dan sarana air minum.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


9
26. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disingkat
TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat
pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan
sampah terpadu.
27. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya
disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
penggunaan ulang, pendauran ulang, pemilahan, pengumpulan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
28. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA
adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah
ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.
29. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung
atau budidaya.
30. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.
31. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
sumberdaya buatan.
32. Kawasan perumahan adalah kawasan yang pemanfaatannya
untuk perumahan dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


10
33. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya
dan/atau lingkungan.
34. Kawasan strategis kota adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya
dan/atau lingkungan.
35. Kawasan minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang
mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra
produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan,
pelayanan jasa dan/atau kegiatan pendukung lainnya.
36. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan
secara nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan.
37. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala internasional, nasional atau beberapa provinsi.
38. Pusat Kegiatan Nasional Promosi yang selanjutnya disingkat PKNp
adalah pusat kegiatan yang dipromosikan dapat ditetapkan
sebagai PKN.
39. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


11
40. Pusat kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau
administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau
regional.
41. Sub pusat kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial
dan/atau administrasi yang melayani sub wilayah kota.
42. Pusat lingkungan adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial
dan/atau administrasi yang melayani skala lingkungan wilayah
kota.
43. Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah
area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.
44. Ruang terbuka non hijau yang selanjutnya disebut RTNH adalah
ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam
kategori RTH berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa
badan air.
45. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang
termasuk masyarakat hukum adat, korporasi dan/atau
pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam penataan
ruang.
46. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


12
47. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya
disebut BKPRD adalah badan bersifat adhoc yang dibentuk untuk
mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi dan Kabupaten/Kota
dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Gubernur
dan Bupati/Walikota dalam koordinasi penataan ruang di
daerah.

BAB II

RUANG LINGKUP PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA

Bagian Kesatu

Ruang Lingkup Wilayah Administrasi

Pasal 2

(1) Ruang lingkup wilayah administrasi dari RTRWK mencakup daerah


yang meliputi 8 (delapan) kecamatan yaitu :
a. Kecamatan Betoambari;
b. Kecamatan Murhum;
c. Kecamatan Batupoaro;
d. Kecamatan Wolio;
e. Kecamatan Kokalukuna;
f. KecamatanSorawolio;
g. Kecamatan Bungi; dan
h. Kecamatan Lea-Lea.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


13
(2) Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki posisi
geografis yang terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa
diantara 5021’ - 5030’ Lintang Selatan dan diantara 122030’ –
122045’ Bujur Timur.
(3) Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai batas-
batas wilayah:
a. sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kabupaten
Buton; Kapontori
b. sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kabupaten
Buton; Pasarwajo
c. sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kabupaten
Buton Selatan; dan
Batauga
d. sebelah barat berbatasan dengan Selat Buton.

(4) Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai luas


wilayah daratan kurang lebih (±) 298,57 (dua ratus sembilan puluh
delapan koma lima puluh tujuh) kilometer persegi dan wilayah
perairan laut kurang lebih (±) 96,79 (sembilan puluh enam koma
tujuh puluh sembilan) kilometer persegi.

Bagian Kedua

Lingkup Materi

Pasal 3

Lingkup substansi dari RTRWK terdiri atas :


a. tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


14
b. rencana struktur ruang wilayah kota;
c. rencana pola ruang wilayah kota;
d. penetapan kawasan strategis wilayah kota;
e. arahan pemanfaatan ruang wilayah kota; dan
f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

BAB III

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG


WILAYAH KOTA

Bagian Kesatu

Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota

Pasal 4

Tujuan penataan ruang daerah adalah untuk mewujudkan ruang


wilayah kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan yang
berbasis pada sektor perdagangan dan jasa guna mencapai daerah yang
maju, sejahtera dan berbudaya.

Bagian Kedua

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota

Pasal 5
Kebijakan penataan ruang daerah terdiri atas :

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


15
a. perwujudan pusat kegiatan yang memperkuat kegiatan perdagangan,
pariwisata dan kegiatan kota lainnya secara optimal;
b. pemeliharaan dan pelestarian fungsi kawasan lindung;
c. pengembangan kawasan wisata dan pemeliharaan kawasan
bersejarah;
d. pengembangan kawasan perumahan;
e. pengembangan sistem transportasi dalam rangka mendukung sistem
pelayanan kegiatan kota;
f. pengembangan sistem prasarana perkotaan lainnya;
g. pengembangan sektor kelautan; dan
h. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara.

Pasal 6

Strategi perwujudan pusat kegiatan yang memperkuat kegiatan


perdagangan, pariwisata dan kegiatan kota lainnya secara optimal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, terdiri atas :
a. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa skala regional
sebagai kawasan strategis kota;
b. membentuk pusat kegiatan kawasan pariwisata, pusat
perdagangan kota dan pusat kegiatan pelayanan umum secara
berhierarki;
d. mengembangkan wilayah kota yang masing-masing dilayani oleh
pusat- pusat pelayanan dan menetapkan peran, fungsi dan
struktur kegiatan utama secara spesifik;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


16
e. menyediakan ruang untuk perdagangan dengan cara mengarahkan
secara spesifik pusat perdagangan hasil budidaya tanaman
pertanian dan holtikultura serta hasil perikanan;
f. mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa yang
mendukung kegiatan pariwisata dan mudah dijangkau;
g. mengembangkan kegiatan perkantoran yang mudah terjangkau
dan nyaman;
h. meningkatkan pengembangan ruang pada wilayah perluasan dengan
mengembangkan pusat-pusat bagian wilayah kota yang baru
meliputi bagian utara, bagian selatan dan bagian timur; dan
i. mengembangkan sistem pusat-pusat kegiatan fungsional perkotaan
sesuai dengan jenis dan skala pelayanannya untuk menjalarkan
dan menyeimbangkan perkembangan kota sesuai dengan struktur
ruang kota.
Pasal 7
Strategi pemeliharaan dan pelestarian fungsi kawasan lindung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, terdiri atas :
a. mengkonservasi dan memproteksi kawasan hutan lindung, hutan
kota dan hutan bakau;
b. mengembangkan kawasan lindung untuk direhabilitasi/reboisasi
pada kawasan hutan lindung yang mengalami kerusakan, mencegah
meluasnya kerusakan di kawasan lindung sesuai standar mutu
lingkungan;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


17
c. membatasi perkembangan pemanfaatan lahan yang sudah
berlangsung di kawasan lindung, untuk secara bertahap
dikembalikan menjadi kawasan lindung;
d. merehabilitasi, mereboisasi, dan mencegah kerusakan kawasan
hutan;
e. menetapkan komponen-komponen kawasan lindung kota;
f. memadukan arahan kawasan lindung nasional dan provinsi dalam
kawasan lindung kota;
g. menetapkan RTH minimal 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah
kota;
h. menyediakan informasi kepada masyarakat mengenai batas-batas
kawasan lindung, kawasan budidaya serta syarat-syarat
pelaksanaan kegiatan budidaya dalam kawasan lindung;
i. mengembangkan infrastruktur fisik penyelamatan lingkungan;
j. menetapkan ruang yang memiliki potensi rawan bencana;
k. mengendalikan kawasan budidaya terbangun di kawasan rawan
bencana;
l. mengembangkan jalur-jalur dan tempat-tempat evakuasi; dan
m. mengembangkan sistem penanggulangan bencana wilayah kota
secara terpadu.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


18
Pasal 8

Strategi pengembangan kawasan wisata dan pemeliharaan


kawasan bersejarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c,
terdiri atas :
a. melestarikan dan melindungi kawasan cagar budaya, bangunan
bersejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial
budaya masyarakat yang memiliki sejarah;
b. melakukan revitalisasi kawasan yang mendukung pencitraan kota
berwawasan budaya;
c. mengembangkan pariwisata budaya dan lingkungan hidup;
d. mengembangkan dan promosi produk-produk wisata minat khusus;
e. meningkatkan peran masyarakat dan swasta sebagai pelaku utama
wisata;
f. meningkatkan pemasaran wisata; dan
g. memanfaatkan sebagian kawasan hutan untuk wisata ekologi dan
wisata alam.

Pasal 9

Strategi pengembangan kawasan perumahan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 huruf d, terdiri atas:
a. membangun perumahan yang sehat, nyaman dan layak huni;
b. membatasi perkembangan perumahan yang kurang serasi
dengan konservasi lingkungan;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


19
c. mengembangkan rumah susun dan rumah vertikal pada kawasan-
kawasan yang berkepadatan tinggi dan/atau memiliki daya dukung
dan daya tampung rendah; dan
d. mengembangkan kawasan perumahan baru dengan sarana dan
prasarana lengkap.

Pasal 10

Strategi pengembangan sistem transportasi dalam rangka mendukung


sistem pelayanan kegiatan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf e, terdiri atas:
a. meningkatkan pemerataan aksebilitas pada seluruh wilayah;
b. meningkatkan kualitas, prasarana dan jangkauan pelayanan sistem
angkutan umum sebagai moda/jenis angkutan alternatif bagi
masyarakat;
c. meningkatkan pelayanan dan sistem angkutan kota dengan
mengintegrasikan sistem perpindahan antar moda darat, laut, dan
udara;
d. meningkatkan pelayanan sistem transportasi laut skala regional dan
nasional;
e. meningkatkan pelayanan sistem transportasi udara skala domestik;
f. mengembangkan sistem jaringan jalan terpadu di dalam kota
yang terintegrasi dengan jaringan jalan antar wilayah, antar sistem
pusat pelayanan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


20
g. membuka jaringan-jaringan jalan baru untuk meningkatkan
akesibilitas lalu lintas menerus antar kota, antar pusat pelayanan,
antar lingkungan, dan pergerakan di dalam lingkungan;
h. mengembangkan sistem angkutan umum kota yang terintegrasi;
i. meningkatkan kualitas jalan-jalan lingkungan perumahan kota;
j. menyediakan sistem jaringan jalan pejalan kaki (pedestrian);
k. mengembangkan jalur-jalur evakuasi bencana; dan
l. memantapkan tatanan kepelabuhan dan alur pelayaran.

Pasal 11
Strategi pengembangan sistem prasarana perkotaan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f, terdiri atas :
a. meningkatkan sistem pengendalian terhadap bahaya banjir;
b. mengatur sistem drainase di perumahan;
c. melindungi sumber air baku secara kuantitas, kualitas dan
kontinuitas;
d. meningkatkan sistem pelayanan air minum;
e. memperkecil angka kebocoran pipa jaringan distribusi air minum
yang relatif masih tinggi;
f. menangani air limbah domestik melalui pengelolaan air limbah
secara terpadu;
g. menangani air limbah non domestik melalui sistem pengelolaan
limbah non domestik yang tidak mencemari lingkungan;
h. pengembangan persampahan terpadu yang berwawasan
lingkungan;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


21
i. meningkatkan pelayanan jaringan energi dan kelistrikan secara
merata;
j. meningkatkan kerjasama penyediaan air baku terpadu lintas
wilayah;
k. meningkatkan kualitas dan pemerataan pelayanan jaringan
telekomunikasi ke seluruh wilayah kota; dan
l. mengembangkan masterplan drainase dan meningkatkan pelayanan
sistem drainase kota.

Pasal 12
Strategi pengembangan sektor kelautan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf g, terdiri atas:
a. mengidentifikasi potensi wilayah pesisir dan laut;
b. mengoptimalkan pemanfaatan dan mengatur pengelolaan wilayah
pesisir dan laut secara terpadu;
c. meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan
dan pelestarian sumberdaya wilayah pesisir dan laut;
d. membuat zonasi pemanfaatan ruang laut;
e. meningkatkan sarana dan prasarana penangkapan ikan yang
ramah lingkungan; dan
f. pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan yang
mengancam kelestarian lingkungan kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


22
Pasal 13
Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan kemanan
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf h, meliputi:

a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan


keamanan;

b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di


sekitar kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga
fungsi dan peruntukannya;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya
tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan
negara sebagai zona penyangga; dan
d. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan
keamanan.

BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 14
(1) Rencana struktur ruang wilayah kota di daerah terdiri atas :
a. sistem perkotaan; dan
b. sistem jaringan prasarana wilayah kota.
(2) Sistem jaringan prasarana wilayah kota sebagaimana dimaksud
pada ayat(1) huruf b, terdiri atas:

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


23
a. sistem prasarana utama; dan
b. sistem prasarana lainnya.
(3) Rencana struktur ruang wilayah kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian minimal
1:25.000 (satu banding dua puluh lima ribu) yang tercantum dalam
Lampiran I dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Bagian Kedua
Sistem Perkotaan

Pasal 15

1) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)


huruf a, terdiri atas :

a. PKNp; d. sub pusat kota; dan


b. P K W ; e. pusat lingkungan.
c. pusat kota;
2) PKNp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, ditetapkan
di Kota Baubau.
3) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, ditetapkan di
Baubau.
4) Pusat kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
terdapat di Kecamatan Betoambari dan Wolio dengan fungsi
pelayanan kota sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa,
pusat kegiatan perhubungan laut dan pusat pemerintahan.
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014
24
5) Sub pusat kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
terdiri atas

a. pusat pelayanan pemerintahan di Kelurahan Lamangga


Kecamatan Murhum;
b. pusat pelayanan pemerintahan, pendidikan tinggi, bandar
udara, pariwisata, depot BBM dan perumahan di Kelurahan
Katobengke Kecamatan Betoambari;
c. pusat pelayanan pemerintahan, industri pariwisata, perikanan,
industri pengolahan, perdagangan, pergudangan dan
perumahan di Kelurahan Waruruma Kecamatan Kokalukuna;
d. pusat pelayanan pemerintahan, perumahan, pertanian
tanaman pangan dan kehutanan di Kelurahan Liabuku
Kecamatan Bungi;
e. pusat pelayanan pemerintahan, pertanian, perkebunan,
kehutanan dan pertambangan di Kelurahan Kaisabu Baru
Kecamatan Sorawolio;
f. pusat pelayanan perumahan, perikanan, fasilitas olah raga
dan prasarana energi/kelistrikan di Kelurahan Lowu-
lowu dan Kolese Kecamatan Lea-lea; dan
g. pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan dan jasa di
Kelurahan Wameo Kecamatan Batupoaro.
6) Pusat lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
e, terdiri atas :
a. pusat pelayanan perdagangan dan jasa di Kelurahan
Bataraguru Kecamatan Wolio;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


25
b. pusat pelayanan perdagangan dan jasa di Kelurahan
Nganganaumala Kecamatan Batupoaro;
c. pusat pelayanan pemerintahan, pendidikan dan perumahan di
Kelurahan Lipu Kecamatan Betoambari;
d. pusat pelayanan pemerintahan dan pariwisata di Kelurahan
Liwuto Kecamatan Kokalukuna;
e. pusat pelayanan pemerintahan dan pertanian di Kelurahan
Waliabuku Kecamatan Bungi;
f. pusat pelayanan pertanian, perdagangan dan jasa di
Kelurahan Karya Baru Kecamatan Sorawolio;
g. pusat pelayanan perdagangan dan jasa di Kelurahan
Nganganaumala Kecamatan Batupoaro.
7) Rincian sistem perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama

Pasal 16
Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (2) huruf a, terdiri atas :

a. sistem jaringan transportasi darat;


b. sistem jaringan transportasi laut; dan
c. sistem jaringan transportasi udara.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


26
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat

Pasal 17
1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 huruf a, terdiri atas:

a. sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan; dan


b. jaringan lalu lintas angkutan sungai, danau dan
penyeberangan.
2) Sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :

a. jaringan jalan dan jembatan;


b. jaringan prasarana lalu lintas; dan
c. jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan.

Pasal 18
1) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam 17 ayat (2) huruf
a, terdiri atas:

a. jaringan jalan primer yaitu jalan kolektor primer satu


meliputi ruas jalan Mataompana – Sp.3 Bure Km.1,40/SP.3
Jl.Hasanudin – Jl. Pahlawan, Jalan R.A. Kartini, Jalan Murhum,
Jalan Gajahmada, Jalan KS. Tubun, Jalan Jend. Sudirman, Jalan
Sultan Hasanuddin dan Jalan Pahlawan;
b. jaringan jalan sekunder terdiri atas :

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


27
1. Jaringan jalan kolektor sekunder meliputi ruas Jalan Yos
Sudarso, Jalan R.A Kartini, Jalan Jend. Sudirman, Jalan
Sultan Hasanuddin, Jalan R.E Martadinata, Jalan Jend.
Ahmad Yani, Jalan H. Agus Salim, Jalan Budi Utomo, Jalan
Diponegoro, Jalan Letter Buton, Jalan Balai Kota, Jalan
Kapten Tendean, Jalan S. Pandjaitan, Jalan Wolter
Monginsidi, Jalan S. Parman, Jalan Kamali, Jalan Jend.
Suprapto, Jalan Husni Thamrin, Jalan KS. Tubun, Jalan Sutan
Syahrir, Jalan Tjut Ditiro, Jalan Tjut Nyak Dien, Jalan
Patimura, Jalan Dr. Soetomo, Jalan Teuku Umar, Jalan Jambu
Mete, Jalan Anoa,Jalan Rusa, Jalan Sibarata, Jalan Gajah
Mada, Jalan Wakaaka, Jalan Panglima Polim, Jalan
Pahlawan, Jalan Hayam Wuruk, Jalan Erlangga, Jalan
Murhum, Jalan Betoambari, Jalan Bataraguru, Jalan
Bulawambona, Jalan Labalawo, Jalan Labalawo I, Jalan
Cokro Aminoto, Jalan Dr. Wahidin, Jalan Wa Ode Wau, Jalan
Lakarambau, Jalan Elangi, Jalan Padang Kuku, Jalan Seram,
Jalan Gajah Mada II, Jalan 10 November, Jalan Waborobo –
Lawela, Jalan Pantai Nirwana – Lawela, Jalan Komp.
Keraton, Jalan Keraton– Waborobo, Jalan Dayanu
Ikhsanuddin – P. Nirwana, Jalan Betoambari – Sulaa, Jalan
Kapitalau, Jalan Bhakti Abri, Jalan Liabuku – LowuLowu –
Kalialia, Jalan Poros Palabusa, Jalan Poros Sambali – Kantor
Walikota Baru, Jalan Poros Sulaa – Simp. 5, Jalan Poros Ktr.
Walikota – Simp. 5, Jalan Poros Sambali – RSU, Jalan Poros

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


28
Kalialia – Palabusa, Jalan Poros Palabusa – Kolagana, Jalan
Perkerasan Waborobo, Jalan Perkerasan Palabusa, Jalan
Pantai Kamali, Jalan Sambali – STM, Jalan Masuk STM, ruas
jalan Poros Ktr. PKK – Bonekom, ruas jalan Poros SMP 7 –
Sambali, ruas jalan Poros Simp. 5 – Gua Lakasa, ruas jalan
Poros Simp. 5 – Padangkuku, Jalan P. Nirwana – Dayanu
Ikhsanuddin, Jalan Gua Lakasa – Ikhsanuddin, Jalan
Kolagana – Palabusa, Jalan Perkerasan Waborobo Simp.
5 (T.II), Jalan Perkerasan RSU – K.Walikota dan Jalan
Perkerasan Kolese Kolagana;
2. Jaringan jalan lokal sekunder meliputi ruas Jalan Kelapa,
Jalan Marinir, Jalan Gatot Subroto, Jalan Imam Bonjol, Jalan
Kaimuddin Al Idris, Jalan Sutoyo, Jalan Emil Saelan, Jalan
Chairil Anwar, Jalan M. Yamin, Jalan Katamso, Jalan
Hidayatullah, Jalan Sarikaya,Jalan Dahlia, Jalan Anggrek,
Jalan Teratai, Jalan Kamboja, Jalan Mawar, Jalan Mawar I,
Jalan Hang Jebat, Jalan Hang Lekir, Jalan Hang Tuah,
Jalan Simalui, Jalan SD Wangkanapi, Jalan Labuke, Jalan
Sitamanajo, Jalan Sijawangkati, Jalan Sipajonga, Jalan
Latsitarda, Jalan Latsitarda II (Lorong Taksi), Jalan La Ode
Boha, Jalan Wa Ode Walanda, Jalan Sapati Manjawari, Jalan
Katamba, Jalan Cakalang, Jalan Rumah-Rumah, Jalan
Wawokia, Jalan Depot, Jalan Jambu Bangkok, Jalan Nangka,
Jalan Melati, Jalan Sukun, Jalan Sijawangkati I, Jalan
Komp. Sulaa, Jalan Latsitarda III, Jalan Komp. Lakologou,

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


29
Jalan Pantai Nirwana, Jalan Seram II, Jalan Bintara, Jalan
Sapati Baluwu, Jalan Komp. Perumnas Waruruma, Jalan
Komp. Liwuto & Sukanayo, Jalan Komp. Perintis, Jalan P.
Antasari, Jalan Senopati, Jalan Laode Malim, Jalan Masuk
Ps. Hidayatullah, Jalan Burasatongka, JalanGirisa, Jalan
Masuk Permandian Bungi, Jalan Masuk Cekdam Kel.
Bungi, Jalan Masuk Cekdam Kel. Karya Baru, Jalan Masuk
Cekdam Kel. Karya Baru, Jalan Masuk Puskesmas
Bataraguru, Jalan Masuk Puskesmas Katobengke, Jalan
Masuk Batu Maali, Jalan JUT Kaisabu Baru – Karya Baru,
Jalan JUT Wonco I, II, III, Pajalele, Jalan Perkerasan Kolese,
Jalan Perkerasan Sulaa, Jalan Perkerasan Karya Baru, Jalan
Perkerasan Kodolokatapi, Lr. Kulkas, Lr. Pecek, Jalan Masuk
Air Terjun Samparona I, Jalan Masuk Air Terjun
Samparona II, Lr. Gudang Kumala, Jalan Masuk Puskesmas
Sorawolio, Jalan Lingkar Pasar Sorawolio, Jalan
Penghubung Gonda – Bugi, Jalan SMP 7 Baadia – RSU, Jalan
Samping Ktr. Karya Baru, Jalan Masuk Baruga Karya Baru,
Jalan Masuk Tanggul Kel. Tomba, Jalan Masuk Tanggal Kel.
Bataraguru, Jalan Pendidikan, Jalan Kuningan, Jalan Baabul
Ikhsan, Jalan Bawah Mesjid Lamangga, Jalan Kembang,
Jalan Komp. Labuantae, Jalan Peropa, Jalan Masuk Ps.
Almarhamah, Jalan Poros Kokalukuna, Jalan STM – Ktr.
PKK, Jalan Samp. UMB– Dinkes, Jalan Perjuangan (Depan
SPBU Palatiga), Jalan Dusun Lestari, Jalan Lingkar

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


30
Kampeonaho, Jalan Lingkar Bagea, Jalan Lodji, Jalan Masuk
Masjid Kabumbu, Jalan Bawah Pemancar, Jalan Lingk.
Kadolo, Jalan Lingkar TVRI dan Jalan Perkerasan TPA Baru;
dan
3. Jaringan jalan lingkungan sekunder meliputi ruas Jalan
Kaluku, Jalan Lingk. Wurahabake, Jalan Lingk. Limbo
Wolio/Konsolidasi, Jalan Komp. Perumnas Gunung Sari,
Jalan Komp. Perumnas BWI, Jalan Lingk. Jabal Rahma, Jalan
Komp. Karing-Karing, Jalan Lingk. Lowu-Lowu, Jalan Lingk.
Pala-Pala, Jalan Belakang Mesjid Pimpi, Jalan Masuk Bak Air
Baadia, Jalan Masuk Pek. Baaria – Ms. Quba, Jalan Lingk.
Wanajati, Jalan Blk. SMAN 2 BAU BAU, Jalan Lingk. Tower
Wangganga dan Jalan Inspeksi Bendung Wamembe.
c. jaringan jalan lainnya dalam wilayah kota meliputi ruas Jalan
Bawah Pemancar – Waromosio, Jalan Padangkuku – Wabagere
dan ruas jalan Waborobo – RSU; dan
d. rencana jaringan jalan baru pada jalan lingkar yang
menghubungkan Jalan Sultan Dayanu Ikhsanudin – Jalan
Pahlawan – Jalan Anoa.
2) Jembatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf
a, merupakan rencana jembatan antarpulau terdiri atas :

a. jembatan yang menghubungkan Kecamatan Lea-lea dengan


Pulau Makassar; dan
b. jembatan yang menghubungkan Pulau Muna dengan Pulau
Buton di Kecamatan Lea-lea.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


31
3) Rincian sistem jaringan jalan dan jembatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam Lampiran
III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Pasal 19

1) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal


17 ayat(2)huruf b, terdiri atas :

a. terminal penumpang terdiri atas :

1. rencana terminal penumpang tipe B di Kecamatan


Kokalukuna; dan
2. rencana terminal penumpang tipe C di Kecamatan
Betoambari dan Sorawolio.

b. terminal barang berupa terminal truk angkutan barang yang


lokasinya dekat pergudangan, pelabuhan laut dan pelabuhan
penyeberangan, direncanakan di Kecamatan Kokalukuna dan
Lea-lea;
c. rencana alat penimbang kendaraan bermotor/jembatan
timbang di Kelurahan Kadolokatapi Kecamatan Wolio;
d. unit pengujian kendaraan bermotor terdapat di Kelurahan
Bukit Wolio Indah Kecamatan Wolio; dan
e. rencana sentra parkir khusus terdiri atas :

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


32
1. sentra parkir khusus yang menggunakan lahan khusus
untuk parkir dan tidak menggunakan badan jalan di pusat
pemerintahan, perkantoran dan perdagangan dan jasa; dan
2. sentra parkir khusus yang menggunakan badan jalan
dengan ketentuan mengacu pada peraturan perundang-
undangan.
2) Rincian jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 20
(1) Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c, terdiri atas:
a. jaringan trayek angkutan orang terdiri atas :
1. trayek angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) terdiri
atas:
a) Kendari – Baubau;
b) Baubau – Buton;
c) Baubau – Muna;
d) Baubau – Buton Utara;
e) Raha – Waara – Baubau; dan
f) rencana trayek Wangi-Wangi – Buton – Baubau.
2. trayek angkutan perkotaan yang melayani seluruh wilayah
kota. b. jaringan lintas angkutan barang terdiri atas :

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


33
1. Baubau – Makassar;
2. Baubau – Surabaya;
3. Baubau – Buton;
4. Baubau – Wakatobi;
5. Baubau – Buton Utara;
6. Baubau – Muna; dan
7. Baubau – Bombana.
(2) Rincian jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Pasal 21
(1) Jaringan lalu lintas angkutan sungai, danau dan penyeberangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b, terdiri
atas:
a. pelabuhan penyeberangan; dan
b. lintas penyeberangan.
(2) Pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas :
a. pelabuhan penyeberangan berupa pelabuhan
penyeberangan lintas antarkabupaten/kota terdiri atas :
1. Pelabuhan Penyeberangan Baubau di Kelurahan Batulo
Kecamatan Wolio; dan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


34
2. Rencana relokasi Pelabuhan Penyeberangan Baubau di
Kelurahan Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea.
(3) Lintas penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdiri atas:
a. lintas penyeberangan antarkabupaten/kota pada perairan
Selat Buton yang menghubungkan :
1. antara Pelabuhan Penyeberangan Baubau dengan
Pelabuhan Penyeberangan Waara di Kabupaten Buton; dan
2. Pelabuhan Penyeberangan Baubau – Pelabuhan Laut Talaga
di Kabupaten Buton – Pelabuhan Penyeberangan
Dongkala di Kabupaten Bombana – Pelabuhan
Penyeberangan Mawasangka di Kabupaten Buton.
b. rencana lintas penyeberangan antarkabupaten/kota melalui
perairan Selat Buton yang menghubungkan Pelabuhan
Penyeberangan Baubau– Pulau Kadatua di Kabupaten Buton
Selatan – Pulau Siompu di Kabupaten Buton Selatan – Pulau
Batu Atas di Kabupaten Buton Selatan.

(4) Rincian sistem jaringan lalu lintas angkutan sungai,danau dan


penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran VI yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


35
Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi Laut

Pasal 22
(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 huruf b, terdiri atas:
a. tatanan kepelabuhanan; dan
b. trayek angkutan laut.
(2) Tatanan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri dari :
a. pelabuhan pengumpul terdapat pada Pelabuhan Murhum di
Kelurahan Wale Kecamatan Wolio;
b. pelabuhan pengumpan terdiri atas :
1. pelabuhan pengumpan eksisting terdiri atas :
a) Pelabuhan Jembatan Batu di Kelurahan Wale Kecamatan
Wolio; dan
b) Pelabuhan Topa di Kelurahan Sulaa Kecamatan
Betoambari.
2. rencana pelabuhan pengumpan pada relokasi Pelabuhan
Jembatan Batu di Kelurahan Lakologou Kecamatan
Kokalukuna.
c. terminal khusus terdiri atas :
1. terminal khusus eksisting pada Terminal Transit BBM di
Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari; dan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


36
2. rencana terminal khusus pertambangan di Kecamatan Lea-
lea.
(3) Trayek angkutan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas :
a. trayek angkutan laut pelayaran nasional meliputi :
1. Benoa - Makassar – Pelabuhan Murhum – Pelabuhan
Laut Nusantara Raha - Pelabuhan Laut Nusantara Kendari –
Kolonodale – Luwuk – Gorontalo – Bitung – Gorontalo – Luwuk
– Kolonodale – Pelabuhan Laut Nusantara Kendari –
Pelabuhan Laut Nusantara Raha – Pelabuhan Murhum –
Makassar – Labuan Bajo – Bima – Lembar - Benoa;
2. Kijang – Jakarta – Surabaya – Makassar – Pelabuhan Murhum
– Namlea - Ambon - Ternate – Bitung – Ternate – Ambon –
Namlea – Makassar – Surabaya – Jakarta - Kijang;
3. Jakarta – Surabaya - Makassar – Pelabuhan Murhum –
Ambon – Banda – Tual – Dobo – Kaimana – Fak-fak – Kaimana
– Dobo – Tual – Banda – Ambon – Pelabuhan Murhum –
Makassar – Surabaya - Jakarta;
4. Pelabuhan Murhum – Makassar – Pare-Pare - Balikpapan –
Tarakan – Nunukan – Balikpapan – Pare-Pare – Makassar
– Maumere – Loweleba – Kupang – Loweleba - Maumare –
Makassar – Pare-Pare – Balikpapan – Tarakan – Nunukan –
Balikpapan – Pare-Pare – Makassar – Pelabuhan Murhum;
5. Surabaya – Benoa – Bima – Makassar – Pelabuhan Murhum -
Pelabuhan Pangulubelo – Ambon – Banda – Saumlaki – Tual –

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


37
Dobo – Timika – Agast – Merauke – Agast – Timika –
Dobo – Tual – Saumlaki – Banda – Ambon - Pelabuhan
Murhum – Makassar – Bima – Benoa – Surabaya;
6. Surabaya - Makassar – Pelabuhan Murhum – Banggai – Bitung
– Ternate – Sorong – Manokwari – Biak – Serui – Jayapura –
Serui – Biak – Manokwari – Sorong – Ternate – Bitung –
Banggai – Pelabuhan Murhum – Makassar - Surabaya;
7. Makassar – Pelabuhan Murhum – Namlea – Ambon – Fak-
Fak – Sorong – Manokwari – Wasior - Nabire – Jayapura –
Biak – Serui –Nabire – Manokwari – Sorong – Fak-Fak –
Ambon – Namlea –Pelabuhan Murhum – Makassar;
8. Jakarta – Surabaya – Makassar – Pelabuhan Murhum –
Sorong –Manokwari – Jayapura – Manokwari – Sorong –
Pelabuhan Murhum – Makassar – Surabaya – Jakarta;
9. Jakarta – Surabaya – Makassar – Pelabuhan Murhum – Sorong
– Manokwari – Jayapura – Manokwari – Sorong – Pelabuhan
Murhum– Makassar – Surabaya – Jakarta; dan
10. Pelabuhan Murhum – Banggai – Taliabo – Mangoli –
Sanana – Mangoli – Taliabo – Banggai – Pelabuhan Murhum.
b. trayek angkutan laut pelayaran regional meliputi :
1. Pelabuhan Murhum – Pelabuhan Laut Nusantara
Raha –Pelabuhan Laut Nusantara Kendari;
2. Pelabuhan Murhum – Pelabuhan Laut Nusantara Kendari;
3. Pelabuhan Murhum – Pelabuhan Kasipute di
Kabupaten Bombana;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


38
4. Pelabuhan Murhum – Pelabuhan Pangulubelo di
Kabupaten Wakatobi;
5. Pelabuhan Murhum – Pelabuhan Pangulubelo –
Kaledupa di Kabupaten Wakatobi;
6. Pelabuhan Murhum – Pelabuhan Ambeua di Kabupaten
Wakatobi– Pelabuhan Buranga Kaledupa di Kabupaten
Wakatobi;
7. Pelabuhan Murhum – Pelabuhan Waha di Kabupaten
Wakatobi;
8. Pelabuhan Jembatan Batu – Pelabuhan Boepinang di
Kabupaten Bombana;
9. Pelabuhan Jembatan Batu – Pelabuhan Sikeli di
Kabupaten Bombana;
10. Pelabuhan Jembatan Batu – Pelabuhan Kasipute di
Kabupaten Bombana;
11. Pelabuhan Jembatan Batu – Pelabuhan Dongkala di
Kabupaten Bombana;
12. Pelabuhan Jembatan Batu – Pelabuhan Talaga di
Kabupaten Buton Selatan;
13. Pelabuhan Jembatan Batu – Batu Atas di Kabupaten
Buton Selatan;
14. Pelabuhan Jembatan Batu – Pelabuhan Banabungi Pulau
Kadatua di Kabupaten Buton Selatan;
15. Pelabuhan Jembatan Batu – Waara di Kabupaten Buton
Tengah;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


39
16. Pelabuhan Jembatan Batu – Kadatua di Kabupaten
Buton Selatan;
17. Pelabuhan Jembatan Batu – Siompu Barat di Kabupaten
Buton Selatan;
18. Pelabuhan Jembatan Batu – Sangia Wambulu di
Kabupaten Buton Tengah;
19. Pelabuhan Jembatan Batu – Mawasangka Tengah di
Kabupaten Buton Tengah;
20. Pelabuhan Jembatan Batu – Mawasangka Timur di
Kabupaten Buton Tengah;
21. Pelabuhan Topa – Kadatua di Kabupaten Buton Selatan;
22. Pelabuhan Topa – Siompu di Kabupaten Buton Selatan;
23. Pelabuhan Topa – Pelabuhan Talaga di Kabupaten Buton
Tengah;
24. Pelabuhan Topa – Banabungi Pulau Kadatua di Kabupaten
Buton Selatan; dan
25. Pelabuhan Topa – Batu Atas di Kabupaten Buton Selatan.
(4) Rincian sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran VII dan VIII yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


40
Paragraf 4
Sistem Jaringan Transportasi Udara
Pasal 23
(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 huruf c, terdiri atas :

a. tatanan kebandarudaraan; dan


b. ruang udara untuk penerbangan.
(2) Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, merupakan bandar udara pengumpan yang terdapat pada
Bandar Udara Betoambari di Kelurahan Katobengke Kecamatan
Betoambari.
(3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, terdiri atas :

a. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) terdiri atas :


1. kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas;
2. kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
3. kawasan di bawah permukaan transisi;
4. kawasan di bawah permukaan horizontal dalam;
5. kawasan di bawah permukaan kerucut; dan
6. kawasan di bawah permukaan horizontal luar.
b. ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan.
(4) Rincian sistem jaringan transportasi dara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan
bagian yang tidak terpisah kandari Peraturan Daerahini.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


41
Bagian Keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 24
Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (2) huruf c, terdiri atas :
a. sistem jaringan energi;
b. sistem jaringan telekomunikasi;
c. sistem jaringan sumberdaya air; dan
d. sistem jaringan infrastruktur perkotaan.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi

Pasal 25
(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf
a, ditetapkan dalam rangka memenuhi kebutuhan energi kelistrikan
dalam jumlah yang cukup dan menyediakan akses energi
kelistrikan bagi masyarakat untuk kebutuhan sekarang dan masa
datang.
(2) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas :
a. pembangkit tenaga listrik; dan
b. jaringan prasarana energi.
(3) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, terdiri atas:

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


42
a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) terdapat di Kelurahan
Kaobula Kecamatan Batupoaro dan Kelurahan Kolese
Kecamatan Lea-lea;
b. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kelurahan Kolese
Kecamatan Lea-lea;
c. rencana Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)
terdapat di Kecamatan Bungi; dan
d. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terdiri atas :
1. PLTS eksisting terdapat di Kecamatan Bungi; dan
2. rencana PLTS di Kecamatan Lea-lea dan Betoambari.
(4) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, terdiri atas:
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi terdiri atas :

1. Terminal Transit BBM di Kelurahan Sulaa Kecamatan


Betoambari dengan jaringan suplai BBM diperoleh dari Kota
Balikpapan dan didistribusikan ke Kota Kendari, Kabupaten
Muna, Kolaka, Palopo (Provinsi Sulawesi Selatan), Kolonodale,
Banggai dan Luwuk (Provinsi Sulawesi Tengah); dan

2. Depo BBM terdapat di Kelurahan Lipu Kecamatan


Betoambari. b. jaringan transmisi tenaga listrik terdiri atas :
1. kawat saluran udara terdiri atas :
a) jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
berupa SUTM 150 KV menghubungkan Baubau – Buton
(melintasi Selat Buton) - Raha dan Baubau – Buton –
Buranga; dan
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014
43
b) jaringan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)
di setiap kecamatan.
2. rencana saluran kabel bawah tanah tegangan menengah.
c. gardu listrik terdiri atas :
1. Gardu Induk (GI) terdapat pada GI Baubau di
Kelurahan Kaobula Kecamatan Batupoaro; dan
2. GI distribusi terdapat di :
a) Kelurahan Sulaa, Waborobo dan Lipu di Kecamatan
Betoambari;
b) Kelurahan Baadia dan Wajo di Kecamatan Murhum;
c) Kelurahan Bukit Wolio Indah, Kadolokatapi dan Batulo di
Kecamatan Wolio;
d) Kelurahan Bone-Bone, Lanto dan Kaobula di Kecamatan
Batupoaro;
e) Kelurahan Kadolomoko, Waruruma dan Lakologou di
Kecamatan Kokalukuna;
f) Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio;
g) Kelurahan Liabuku, Waliabuku dan Kampeonaho di
Kecamatan Bungi; dan
h) Kelurahan Lowu-lowu Kecamatan Lea-lea.
(5) Rincian sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum dalam Lampiran X yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


44
Paragraf 2
Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 26
(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 huruf b, ditetapkan dalam rangka meningkatkan
aksesibilitas masyarakat dan dunia usaha terhadap layanan
telekomunikasi.
(2) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas :
a. sistem jaringan kabel;
b. sistem jaringan nirkabel;
dan c. sistem jaringan satelit.
(3) Sistem jaringan kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, terdiri atas :
a. Stasiun Telepon Otomat (STO) terdapat di Kelurahan
Batulo Kecamatan Wolio; dan
b. rencana jaringan serat optik.
(4) S i s t e m jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, terdiri atas:
a. jaringan seluler berupa pengembangan menara telekomunikasi
Base Transceiver Station (BTS) untuk penguatan sinyal
menjangkau seluruh daerah, dengan penempatan menara BTS
eksisting terdapat di setiap kecamatan;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


45
b. sistem jaringan stasiun radio lokal dengan stasiun pemancar
terdapat di setiap kecamatan; dan
c. sistem jaringan stasiun televisi lokal dengan stasiun eksisting
terdapat di Kelurahan Bataraguru Kecamatan Wolio.

(5) Menara BTS telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


huruf a, diselenggarakan secara bersama oleh penyelenggara
telekomunikasi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(6) Sistem jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c, berupa pemanfaatan jaringan satelit untuk
pengembangan telekomunikasi dan internet di seluruh daerah.
(7) Rincian sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XI yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumberdaya Air

Pasal 27
(1) Sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 huruf c, terdiri atas :
a. WS;
b. Cekungan Air Tanah (CAT);
c. jaringan irigasi;
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014
46
d. jaringan air baku;
e. sistem pengendalian banjir; dan
f. sistem pengamanan pantai.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan sumberdaya air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi aspek konservasi
sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian
daya rusak air secara terpadu dengan memperhatikan arahan pola
dan rencana pengelolaan sumberdaya air.
(3) WS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, ditetapkan WS
lintas kabupaten/kota yang terdapat pada WS Buton yang melintasi
wilayah kota dan Kabupaten Buton.
(4) WS Buton sebagaimana dimaksud pada ayat (3), memiliki DAS
dalam daerah meliputi DAS Wonco, DAS Baubau, DAS Kabongka,
DAS Bungi, DAS Ambe dan DAS Winto.
(5) Cekungan Air Tanah (CAT) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, merupakan CAT lintas kabupaten terdapat pada CAT Bau-
Bau.
(6) Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
berfungsi mendukung kegiatan pertanian di daerah meliputi
jaringan irigasi primer, sekunder dan tersier.
(7) Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6), merupakan
Daerah Irigasi (DI) terdiri atas :
a. DI kewenangan pemerintah provinsi berupa DI lintas
kabupaten/kota terdapat pada DI Wonco I, DI Wonco II dan DI
Wonco III di Kecamatan Bungi; dan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


47
b. DI kota terdiri atas :
1. DI Matawatu di Kecamatan Sorawolio;
2. DI Kalialia di Kecamatan Lea-lea; dan
3. DI Loko di Kelurahan Kantalai Kecamatan Lea-lea.
4. DI Loko dan Wamembe di Kelurahan Kantalai Kecamatan Lea-
lea.
(8) Jaringan air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
merupakan pengembangan pemanfaatan air permukaan dan air
tanah sebagai sumber air baku dalam rangka penyediaan air baku
terdiri atas :
a. Sungai Baubau; dan
b. mata air terdapat di :
1. Kecamatan Sorawolio meliputi mata air Kasombu di
Kelurahan Karya Baru, mata air Ntowu di Kelurahan Kaisabu
Baru, mata air Ntolibu, mata air Wakonti dan mata air Koba;
dan
2. Kecamatan Bungi meliputi mata air Wa Eni di
Kelurahan
Kampeonaho dan mata air Liabuku di Kelurahan Liabuku; dan
3. mata air Wamembe di Kelurahan Kalia-Lia, mata air Karaha
di Kelurahan Kantalai Kecamatan Lea-lea.
(9) Pemanfaatan air permukaan dan air tanah sebagai sumber air
baku sebagaimana dimaksud pada ayat (8), dilakukan secara
terbatas dengan memperhatikan konservasi dan pencegahan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


48
kerusakan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(10) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e, merupakan kegiatan pembangunan, rehabilitasi serta
Operasional dan Pemeliharaan (OP) prasarana dan sarana
pengendalian banjir yang diarahkan terintegerasi dengan sistem
drainase terdiri atas:
a. Cek Dam terdapat pada Cek Dam Sorawolio di Kecamatan
Sorawolio;
b. tanggul sungai terdapat di :
1. Kelurahan Bataraguru, Tomba dan Wale di Kecamatan
Wolio;
2. Kelurahan Wajo Kecamatan Murhum; dan
3. Kelurahan Nganganaumala Kecamatan Batupoaro.
c. b r o n j o n g sungai terdapat pada Sungai Baubau;
d. normalisasi sungai terdapat di :
1. wilayah sekitar permandian Bungi di Kelurahan
Lakologou Kecamatan Kokalukuna; dan
2. DAS Baubau.
(11) S i s t e m pengaman pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f, meliputi kegiatan pembangunan, rehabilitasi dan
pemeliharaan prasarana dan sarana pengaman pantai terdiri atas :
a. bangunan pemecah gelombang di Kelurahan Wameo
Kecamatan Batupoaro;
b. talud pantai di Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari; dan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


49
c. rehabilitasi kawasan mangrove terdiri atas :
1. rehabilitasi kawasan mangrove eksisting di Kelurahan Lowu-
Lowu Kecamatan Lea-Lea dan Kelurahan Liabuku
Kecamatan Bungi; dan
2. rencana rehabilitasi kawasan mangrove di Kelurahan
Tampuna Kecamatan Bungi.
(12) Rincian sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XII yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 4

Sistem Jaringan Infrastruktur Perkotaan

Pasal 28

(1) Sistem jaringan infrastruktur perkotaan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 24 huruf d, terdiri atas :
a. SPAM;
b. sistem pengelolaan air limbah;
c. sistem jaringan persampahan;
d. system jaringan draenase
e. penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan
untuk pejalan kaki;
f. jalur evakuasi bencana; dan
g. sistem penanggulangan kebakaran.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


50
(2) Rincian sistem jaringan infrastruktur perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XIII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 29
(1) SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) huruf a,
ditetapkan dalam rangka menjamin kuantitas, kualitas dan
keberlanjutan penyediaan air minum untuk kebutuhan
penduduk beserta kegiatannya dan meningkatkan efisiensi dan
cakupan pelayanan.

(2) SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terintegrasi dengan


sistem jaringan sumberdaya air untuk menjamin ketersediaan air
baku.

(3) SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:


a. SPAM jaringan perpipaan meliputi unit air baku, unit produksi,
unit distribusi, unit pelayanan dan unit pengelolaan dengan
kapasitas produksi sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan daerah; dan
b. SPAM bukan jaringan perpipaan meliputi sumur dangkal,
sumur dalam dan bak penampungan air hujan melalui proses
pengolahan sederhana atau Sistem Pengolahan Air Sederhana
(SIPAS) yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) SPAM jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a, terdiri atas :

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


51
a. Instalasi Pengolahan Air (IPA) terdapat di Kelurahan Baadia
Kecamatan Murhum dan Kelurahan Bukit Wolio Indah
Kecamatan Wolio; dan
b. rencana penambahan IPA dan reservoir utama di Kelurahan
Lowu-lowu Kecamatan Lea-lea.
(5) SPAM bukan jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b, terdiri atas :
a. sistem komunal terdiri atas :
1. bersumber dari air sungai pada Sungai Baubau, Sungai Bungi
dan Sungai Kaongkeongkea; dan
2. sarana pengolahan air bersih berupa alat Desalinisasi air
laut menjadi air tawar terdapat di :
a) Kelurahan Kalialia Kecamatan Lea-lea; dan
b) Pulau Makassar yaitu Kelurahan Sukanayo dan Liwuto
di
Kecamatan Kokalukuna.
b. sistem individual bersumber dari air tanah dangkal dan/atau
dalam yang digabungkan dengan air hujan melalui proses
SIPAS.

Pasal 30
(1) Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 ayat (1) huruf b, ditetapkan dalam rangka pengurangan,
pemanfaatan kembali dan pengolahan air limbah sesuai
ketentuan peraturan perundang- undangan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


52
(2) Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas :
a. sistem pembuangan air limbah setempat yang dilakukan
secara individual melalui pengolahan dan pembuangan air
limbah setempat, dikembangkan pada kawasan yang belum
memiliki sistem pembuangan air limbah terpusat; dan
b. sistem pembuangan air limbah terpusat yang dilakukan secara
kolektif melalui jaringan pengumpul, pengolahan dan
pembuangan air limbah secara terpusat.
(3) Sistem pembuangan air limbah setempat sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, terdapat di setiap kecamatan.
(4) Sistem pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b, dilaksanakan dengan memperhatikan aspek
teknis, lingkungan dan sosial budaya masyarakat setempat serta
dilengkapi dengan zona penyangga sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Sistem pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud
pada ayat(2) huruf b, terdapat di :
a. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terdiri atas :
1. IPAL eksisting terdiri atas:
1. IPAL medis terdapat pada fasilitas kesehatan di :
1) Rumah Sakit Umum Kota Baubau di Kelurahan
Baadia
Kecamatan Murhum;
2) Puskesmas di setiap kecamatan; dan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


53
3) Klinik kesehatan di Kelurahan Bataraguru Kecamatan
Wolio, Kelurahan Wajo dan Lamangga di Kecamatan
Murhum, Kelurahan Nganganaumala Kecamatan
Batupoaro dan Kelurahan Wangkanapi Kecamatan
Wolio.

2. IPAL industri terdapat di :

1) PLTD di Kecamatan Batupoaro dan Kelurahan Kolese


Kecamatan Lea-lea; dan

2) Pertamina di Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari.

3. IPAL rumahtangga terdapat pada kawasan perumahan di :

1. Kelurahan Lipu, Waborobo dan Sulaa Kecamatan


Betoambari;
2. Kelurahan Bukit Wolio Indah dan Batulo Kecamatan
Wolio;
3. Kelurahan Waruruma dan Sukanaeyo Kecamatan
Kokalukuna;
4. Kelurahan Karya Baru Kecamatan Sorawolio;
5. Kelurahan Kaobula dan Bone-bone, Tarafu
Kecamatan Batupoaro;
6. Kelurahan Lamangga Kecamatan Murhum; dan
7. rusunawa di Kelurahan Wameo dan Kaobula
Kecamatan Batupoaro serta Kelurahan Lipu Kecamatan
Betoambari.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


54
2. rencana IPAL di :
a) Tempat Penampungan Ikan Wameo di Kecamatan
Batupoaro;
b) Pelabuhan Murhum di Kecamatan Wolio; dan c) lokasi
lainnya di setiap kecamatan.
b. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) terdapat di
Kelurahan Kadolokatapi Kecamatan Wolio.

Pasal 31
(1) Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 ayat (1) huruf c, ditetapkan dalam rangka mengurangi,
menggunakan kembali dan mendaur ulang sampah guna
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumberdaya.
(2) Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terdiri atas :
a. TPS direncanakan pada unit lingkungan perumahan dan pusat-
pusat pelayanan di setiap kelurahan;
b. TPST terdapat di BTN Palagimata Kelurahan Lipu
Kecamatan Betoambari; dan
c. TPA terdapat pada TPA Wakonti di Kelurahan Kadolokatapi
Kecamatan Wolio dengan metode pengurugan berlapis bersih.
(3) Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), merupakan sistem pengelolaan sampah terdiri atas :

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


55
a. pengurangan sampah yaitu dengan cara pembatasan
timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau
pemanfaatan kembali sampah; dan
b. penanganan sampah yaitu dengan cara terdiri atas :

1. pemilahan sampah rumah tangga dilakukan dengan


menyediakan fasilitas tempat sampah organik dan anorganik
di setiap rumah tangga, kawasan perumahan, kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum,
fasilitas sosial dan fasilitas lainnya;
2. pengumpulan sampah dilakukan sejak pemindahan sampah
dari tempat sampah rumah tangga ke TPS/TPST sampai ke
TPA, dengan tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai
dengan jenis sampah;
3. pengangkutan sampah rumah tangga dan sejenis sampah
rumah tangga ke TPS/TPST hingga ke TPA;
4. pengolahan sampah dilakukan dengan mengubah
karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah yang
dilaksanakan di TPS/TPST dan TPA; dan
5. pemrosesan akhir sampah dilakukan dengan pengembalian
sampah dan/atau residu hasil pengolahan ke media
lingkungan secara aman.

Pasal 32
(1) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(1) huruf d, berfungsi untuk mengalirkan limpasan air hujan
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014
56
dan air permukaan lainnya untuk menghindari genangan air di
wilayah kota dan terintegrasi dengan sistem pengendalian banjir
terutama pada kawasan perumahan, perdagangan dan perkantoran.
(2) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas :

a. drainase primer terdiri atas :

1. drainase primer eksisting terdapat pada sungai-sungai


besar beserta anak sungai di Sungai Baubau dan Sungai
Bungi; dan
2. rencana drainase primer di Kota Mara Kelurahan Kaobula,
Wameo dan Wameo Kecamatan Batupoaro.

b. drainase sekunder terdiri atas :


1. saluran drainase sekunder eksisting terdapat pada tepi jalan
di Jalan Yos Sudarso, Jalan R.A Kartini, Jalan Jend. Sudirman,
Jalan Sultan Hasanuddin, Jalan RE Martadinata, Jalan Jend.
Ahmad Yani, Jalan H. Agus Salim, Jalan Kelapa, Jalan Budi
Utomo, Jalan Diponegoro, Jalan Gatot Subroto, Jalan Imam
Bonjol, Jalan Kaimuddin Al-Idris, Jalan Letter Buton, Jalan
Balaikota, Jalan Sutoyo, Jalan Emil Saelan, Jalan Chairil Anwar,
Jalan M. Yamin, Jalan Kapten Tendean, Jalan Katamso, Jalan S.
Panjaitan, Jalan Wolter Monginsidi, Jalan S. Parman, Jalan
Kamali, Jalan Jend Suprapto, Jalan Husni Thamrin, Jalan KS.
Tubun, Jalan Sutan Syahrir, Jalan Tjut Ditiro, Jalan Tjut Nyak
Dien, Jalan Pattimura, Jalan Dr. Soetomo, Jalan Teuku Umar,

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


57
Jalan Jambu Mete, Jalan Hidayatullah, Jalan Sarikaya, Jalan
Rusa, Jalan Dahlia, Jalan Anggrek, Jalan Teratai, Jalan
Kamboja, Jalan Mawar, Jalan Sibatara, Jalan Gajah Mada,
Jalan Wakaaka, Jalan Panglima Polim, Jalan Hang Jebat, Jalan
Hang Lekir, Jalan Hang Tuah, Jalan Hayam Wuruk, Jalan
Erlangga, Jalan Murhum, Jalan Betoambari, Jalan Bataraguru,
Jalan Bulawambona, Jalan Labalawo, Jalan Labalawo I, Jalan
Labuke, Jalan Sitamanajo, Jalan Cokro Aminoto, Jalan
Sijawangkati, Jalan Sipanjonga, Jalan Dr. Wahidin, Jalan
Latsitarda, Jalan Latsitarda II (Lr Taksi), Jalan Wa Ode Wau,
Jalan La Karambau, Jalan La Elangi, Jalan Sapati Manjawari,
Jalan Katamba, Jalan Cakalang, Jalan Rumah-rumah, Jalan
Wawokia, Jalan Seram, Jalan 10 November, Jalan Depot dan
Jalan Jambu Bangkok; dan
2. rencana saluran drainase sekunder pada tepi jalan di jaringan
jalan kolektor menuju drainase primer.
c. drainase tersier terdiri atas :

1. saluran drainase tersier eksisting terdapat pada tepi jalan di


Jalan Marinir, Jalan Simalui, Jalan SD Wangkanapi, Jalan La
Ode Boha, Jalan Wa Ode Walanda, Jalan Nangka, Jalan
Melati dan Jalan Sukun; dan
2. rencana saluran tersier pada tepi jalan di jaringan jalan lokal
dan lingkungan sekunder menuju drainase sekunder di
setiap kecamatan pada kawasan permukiman.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


58
(3) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga
dapat dilaksanakan melalui pembuatan dan pengembangan kolam
retensi air hujan dan kolam detensi air limpasan meliputi :
a. Rencana kolam retensi air hujan di Kelurahan Kaobula
Kecamatan Batupoaro dan Kelurahan Kaisabu Baru di
Kecamatan Sorawolio;
b. Rencana kolam detensi air limpasan di Kelurahan
Ngkaringkaring, Kampeonaho Kecamatan Bungi dan
Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio.

Pasal 33
(1) Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan
untuk pejalan kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(1) huruf e, bertujuan untuk menunjang keamanan dan keselamatan
pejalan kaki.
(2) Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan
untuk pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
berupa ruang pejalan kaki yang terdapat di sisi jalan, sisi air,
kawasan komersial/perkantoran, RTH, bawah tanah dan atas tanah.
(3) Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan
untuk pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri atas
:
a. penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan
jalan untuk pejalan kaki terdapat di Jalan R.A. Kartini, Jalan
Betoambari, Jalan Wolter Monginsidi, Jalan RE Martadinata, Jalan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


59
Letter Buton, Jalan Murhum, kawasan Kota Mara, kawasan Pantai
Kamali dan kawasan Benteng Keraton; dan
b. rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana
jaringan jalan untuk pejalan kaki pada jaringan jalan kolektor.

(4) Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana


jaringan jalan untuk pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), diarahkan dapat diakses oleh semua orang termasuk
penyandang cacat dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 34
(1) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (1)huruf f, merupakan penyediaan jalur dan ruang yang
dapat digunakan sebagai tempat keselamatan dan tempat berlindung
jika terjadi bencana.
(2) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi jalur evakuasi dan titik kumpul baik dalam skala kota,
kawasan maupun lingkungan.
(3) Jalur evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan
jalur paling aman dan terdekat melalui jaringan jalan dan/atau jalur
khusus menuju ruang evakuasi bencana, terdiri atas :
a. jalur A melalui ruas Jalan Sultan Murhum - Jalan Bataraguru -
Jalan Betoambari - Jalan Gajahmada - Kawasan Benteng
Keraton - Jalan Raya Palagimata menuju Kawasan Palagimata;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


60
b. jalur B melalui ruas Jalan Wolter Monginsidi - Jalan KH Agus Salim
- Jalan Yos Sudarso - Jalan R.A. Kartini - Jalan Letter Buton - Jalan
Balaikota - Jalan Cut Nyak Dien - Jalan Sultan Hasanuddin - Jalan
Pahlawan - Jalan Bakti ABRI menuju Kawasan Palatiga di
Kelurahan Bukit Wolio Indah Kecamatan Wolio;
c. jalur C melalui Jalan Anoa – ruas jalan Lea-lea menuju
kawasan Kantor Kecamatan Lea-lea;dan
d. jalur D melalui Jalan Anoa menuju kawasan Kantor Kecamatan
Kokalukuna.

(4) Titik kumpul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan zona-
zona aman terdekat dari lokasi bencana dapat berupa
penyediaan ruang terbuka di dataran tinggi dan/atau
memanfaatkan lapangan, fasilitas pendidikan, perkantoran dan/atau
fasilitas lainnya terdiri atas :
a. kawasan Palatiga di Kelurahan Bukit Wolio Indah Kecamatan
Wolio;
b. kawasan Palagimata di Kelurahan Lipu Kecamatan Betoambari;
c. lapangan di Kecamatan Sorawolio;
d. kawasan Kantor Kecamatan Lea-lea; dan
e. kawasan Kantor Kecamatan Kokalukuna.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


61
Pasal 35
(1) Penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (1) huruf g, ditetapkan untuk mencegah dan menanggulangi
kebakaran dalam lingkup kota, lingkungan dan bangunan.
(2) Layanan sistem proteksi kebakaran meliputi :
a. pencegahan kebakaran;
b. pemberdayaan peran masyarakat;
c. pemadam kebakaran; dan
d. penyelamatan jiwa dan harta benda.
(3) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
selanjutnya diatur dalam Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
Kota Baubau.

BAB V
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KOTA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 36
(1) Rencana pola ruang wilayah kota terdiri atas :
a. kawasan lindung; dan
b. kawasan budidaya.
(2) Rencana pola ruang wilayah kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digambarkan dalam peta tingkat ketelitian minimal 1 : 25.000
(satu banding dua puluh lima ribu) sebagaimana tercantum dalam

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


62
Lampiran XIV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Kawasan Lindung

Pasal 37
(1) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1)
huruf a, terdiri atas:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. RTH kota;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
e. kawasan rawan bencana alam;
f. kawasan lindung geologi; dan
g. kawasan lindung lainnya.
(2) Rincian kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran XV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


63
Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung
Pasal 38
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1)
huruf a, seluas 4.554 (empat ribu lima ratus lima puluh empat) hektar
yang terdapat di Kecamatan Betoambari, Wolio, Sorawolio, Bungi dan
Lea-lea.

Paragraf 2
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 39
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. sempadan pantai;
b. sempadan sungai; dan
c. kawasan sekitar mata air.
(2) Sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdapat pada sepanjang pantai di Kecamatan Betoambari,
Murhum, Wolio, Kokalukuna, Lea-lea, Bungi dan Batupoaro dengan
ketentuan:
a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100
(seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat;
dan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


64
b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik
pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap
bentuk dan kondisi fisik pantai.
(3) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdapat pada sepanjang sungai di Kecamatan Murhum, Wolio,
Bungi dan Batupoaro terdiri atas :
a. garis sempadan pada sungai tidak bertanggul ditentukan :
1. paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 (tiga)
meter;
2. paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20
(dua puluh) meter; dan
3. paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai lebih dari 20 (dua puluh) meter.
b. garis sempadan pada sungai bertanggul ditentukan paling sedikit
berjarak 3 (tiga) meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang
alur sungai.
(4) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, terdapat pada lokasi mata air di Kecamatan Sorawolio, Bungi dan
Lea-lea, dengan ketentuan berjarak 200 (dua ratus) meter di sekitar
mata air.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


65
Paragraf 3
RTH Kota
Pasal 40
(1) RTH kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf c,
terdiri atas:
a. RTH hutan kota;
b. RTH taman kota dan lingkungan;
c. RTH jalur hijau jalan;
d. RTH sabuk hijau;
e. RTH fungsi tertentu; dan
f. RTH purbakala dan situs sejarah.
(2) RTH hutan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdapat di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio,
meliputi Hutan Arboretum dan Hutan Kota Kaisabu.
(3) RTH taman kota dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, terdapat di setiap kecamatan.
(4) RTH jalur hijau jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
terdiri atas :
a. RTH jalur hijau jalan meliputi median dan pulau jalan yang
terdapat di Kecamatan Betoambari, Wolio, Kokalukuna dan
Murhum; dan
b. rencana RTH jalur hijau jalan.
(5) R T H sabuk hijau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
terdiri atas:

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


66
a. sabuk hijau Palagimata di Kelurahan Lipu dan Sulaa Kecamatan
Betoambari dan Kelurahan Baadia Kecamatan Murhum; dan
b. RTH tepi kawasan bandar udara yang terdapat di Kelurahan
Katobengke Kecamatan Betoambari
c. RTH lainnya terdapat di :
1 Kelurahan Wajo, Lamangga, Wameo, Melai dan Baadia
di Kecamatan Murhum;
2 Kelurahan Sukanayo dan Liwuto di Kecamatan Kokalukuna;
dan
3 Kelurahan Liabuku, Kecamatan Bungi dan Kelurahan Lowu-
lowu di Kecamatan Lea-lea.
(6) RTH fungsi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e,
terdiri atas :
a. RTH pemakaman terdapat di :
1 Taman Pemakaman Umum (TPU) di setiap kecamatan; dan
2 Taman Makam Pahlawan di Kelurahan Kaisabu Kecamatan
Sorawolio.
b. RTH sempadan sungai terdapat pada bantaran sungai di
Sungai Baubau, Sungai Bungi, Sungai Tirta Rimba dan Sungai
Wonco;
c. RTH sempadan pantai terdapat di :
1 hutan Mangrove Lakologou di Kelurahan Lakologou
Kecamatan Kokalukuna;
2 hutan Mangrove Kantalai di Kelurahan Kantalai Kecamatan
Lea-lea;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


67
3 hutan Mangrove Lowulowu di Kel. Lowu-lowu Kec.Lea-lea;
dan
4 hutan Mangrove Palabusa di Kelurahan Palabusa Kecamatan
Lea- lea.
d. RTH pengaman sumber air baku/mata air terdapat di :
1 Kawasan Palatiga di Kelurahan Bukit Wolio Indah
Kecamatan Wolio;
2 Kawasan Palatiga – Wakonti di Kelurahan Bukit Wolio Indah
Kecamatan Wolio; dan
3 Kawasan Benteng Waborobo di Kelurahan Waborobo
Kecamatan Betoambari.
(7) RTH purbakala dan situs sejarah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f, terdapat di :
a. luar dan dalam Benteng Keraton di Kecamatan Murhum;
b. luar dan dalam Benteng Sorawolio di Kecamatan Wolio;
c. luar dan dalam Benteng Kolese di Kecamatan Lea-lea;
d. Taman Rumah Adat Kamali di Kelurahan Tomba Kecamatan
Wolio;
e. Taman Rumah Adat Batulo di Kelurahan Batulo Kecamatan
Wolio;
f. Taman Rumah Bonto di Kecamatan Wolio.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


68
Paragraf 4

Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

Pasal 41
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf d, terdiri atas :
a. taman wisata alam; dan
b. cagar budaya.
(2) Kawasan suaka alam dan pelestarian alam sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), merupakan kawasan hutan konservasi seluas 470,02
(empat ratus tujuh puluh koma nol dua) hektar yang terdapat di
Kecamatan Wolio, Kokalukuna dan Sorawolio.
(3) Taman wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
yaitu Taman Wisata Alam Tirta Rimba ditetapkan seluas 488 (empat
ratus delapan puluh delapan) hektar yang terdapat di Kecamatan
Kokalukuna.

(4) Cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri
atas:
a. Benteng Keraton di Kelurahan Melai Kecamatan Murhum;
b. Benteng Sorawolio di Kelurahan Bukit Wolio Indah Kecamatan
Wolio;
c. Benteng Baadia di Kelurahan Baadia Kecamatan Murhum;
d. Benteng Lowu-lowu di Kelurahan Lowu-lowu Kecamatan Lea-
Lea;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


69
e. Benteng Tobe - tobe di Kelurahan Labalawa Kecamatan
Betoambari;
f. Benteng Kaisabu di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan
Sorawolio;
g. Benteng Kalampa di Kelurahan Lipu Kecamatan Betoambari;
h. Makam Betoambari di Kecamatan Betoambari;
i. Rumah Adat Malige di Kelurahan Wale Kecamatan Wolio
dan Kelurahan Melai Kecamatan Murhum;
j. Istana Ilmiah di Kelurahan Wale Kecamatan Wolio;
k. situs rumah adat di Kelurahan Lipu dan Katobengke di
Kecamatan Betoambari, serta Kelurahan Wajo dan Baadia di
Kecamatan Murhum; dan
l. situs bangunan bersejarah lainnya di Kecamatan Wolio.

Paragraf 5
Kawasan Rawan Bencana Alam

Pasal 42
Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
ayat (1) huruf e, terdiri atas :
a. kawasan rawan tanah longsor di Kecamatan Wolio dan Sorawolio;
b. kawasan rawan gelombang pasang di Kelurahan Wameo dan Bone-
Bone di Kecamatan Batupoaro; dan
c. kawasan rawan banjir di Kecamatan Bungi.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


70
Paragraf 6
Kawasan Lindung Geologi

Pasal 43
(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
ayat (1) huruf f, terdiri atas :

a. kawasan rawan bencana alam geologi; dan


b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
(2) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, terdiri atas:

a. kawasan yang terletak di zona patahan aktif meliputi


Kelurahan Kadolokatapi Kecamatan Wolio dan Kelurahan
Kaisabu Baru dan Gonda Baru Kecamatan Sorawolio;
b. kawasan rawan gerakan tanah yaitu zona kerentanan
menengah di Kecamatan Betoambari dan Bungi;
c. kawasan rawan abrasi terdapat pada wilayah pesisir di
Kecamatan Betoambari, Batupoaro, Bungi dan Lea-lea; dan
d. kawasan rawan tsunami pada wilayah pesisir.
(3) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu kawasan
imbuhan air tanah terdiri atas :

a. CAT Baubau; dan


b. kawasan Karst di Kecamatan Betoambari.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


71
Paragraf 7
Kawasan Lindung Lainnya

Pasal 44
Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
ayat (1) huruf g, yaitu rencana kawasan konservasi laut daerah di
Kecamatan Lea-lea.

Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya

Pasal 45
(1) Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(1) huruf b, terdiri atas :

a. kawasan perumahan;
b. kawasan perdagangan dan jasa;
c. kawasan perkantoran;
d. kawasan industri;
e. kawasan pariwisata;
f. kawasan RTNH;
g. kawasan ruang evakuasi bencana;
h. kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal;
i. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
j. kawasan peruntukan lainnya.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


72
(2) Rincian kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum sebagai Lampiran XVI yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 1
Kawasan Perumahan
Pasal 46
(1) Kawasan perumahan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 45
ayat (1) huruf a, bertujuan untuk :
a. memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan
dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan rakyat;
b. mewujudkan kawasan perumahan yang layak dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi dan teratur;
c. memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran
penduduk yang rasional; dan
d. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya
dan bidang-bidang lain.
(2) Kawasan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas :
a. kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi;
b. kawasan perumahan dengan kepadatan sedang; dan
c. kawasan perumahan dengan kepadatan rendah.
(3) Kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, terdapat di :

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


73
a. kawasan perumahan eksisting dengan kepadatan tinggi
terdapat di:

1. Kelurahan Bataraguru, Tomba, Wale, Batulo,


Wangkanapi dan Kadolo di Kecamatan Wolio;
2. Kelurahan Kadolomoko, Lakologou dan Waruruma di
Kecamatan Kokalukuna;
3. Kelurahan Wameo, Kaobula, Bone-Bone, Nganganaumala,
Lanto dan Tarafu di Kecamatan Batupoaro; dan
4. Kelurahan Wajo, Lamangga dan Tanganapada di
Kecamatan Murhum.
b. rencana rumah susun di Kelurahan Sulaa dan Katobengke
Kecamatan Betoambari, Kelurahan Lakologou Kecamatan
Kokalukuna.
(4) Kawasan perumahan dengan kepadatan sedang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, terdiri atas :
a. kawasan perumahan eksisting dengan kepadatan sedang
terdapat di:

1. Kelurahan Bukit Wolio Indah dan Kadolokatapi di


Kecamatan Wolio;
2. Kelurahan Baadia dan Melai di Kecamatan Murhum;
3. Kelurahan Waborobo, Katobengke, Lipu, Sulaa dan
Labalawa di Kecamatan Betoambari; dan
4. Kelurahan Waruruma, Liwuto, Lakologou dan
Sukanayo di Kecamatan Kokalukuna.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


74
b. rencana kawasan transmigrasi di Kelurahan Tampuna
Kecamatan Bungi.
(5) Kawasan perumahan dengan kepadatan rendah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c, terdapat di :
a. Kelurahan Palabusa, Kantalai, Kalialia, Kolese dan
Lowulowu di Kecamatan Lea-lea;
b. Kelurahan Tampuna, Kampeonaho, Waliabuku, Liabuku
dan Ngakringkari di Kecamatan Bungi;
c. Kelurahan Kaisabu Baru, Karya Baru, Gonda Baru dan
Bugi di Kecamatan Sorawolio; dan
d. Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari.

Paragraf 2
Kawasan Perdagangan dan Jasa

Pasal 47
(1) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45 ayat (1) huruf b, bertujuan untuk menyediakan ruang
bagi pengembangan sektor ekonomi melalui lapangan usaha
perdagangan dan jasa.
(2) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas :

a. pasar tradisional; dan


b. pusat perbelanjaan dan toko modern.
(3) Kawasan pasar tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, terdiri atas :
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014
75
a. pasar tradisional skala pelayanan kota terdiri atas :
1. Pasar Wameo di Kelurahan Wameo Kecamatan Batupoaro;
2. Pasar Karya Nugraha di Kelurahan Bataraguru
Kecamatan Wolio;dan
3. Pasar Sentral di Kelurahan Wale Kecamatan Wolio.
b. pasar mingguan skala pelayanan sub wilayah kota terdapat di :
1. Kelurahan Karya Baru Kecamatan Sorawolio;
2. Kelurahan Ngkaringkari Kecamatan Bungi;
3. Kelurahan Lowu-lowu, Kalialia dan Palabusa di Kecamatan
Lea-lea;dan
4. Kelurahan Lakologou Kecamatan Kokalukuna.
(4) Kawasan pusat perbelanjaan dan toko modern sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, direncanakan di Kecamatan
Murhum, Batupoiaro dan Wolio, dan tersebar pada setiap
kecamatan

Paragraf 3
Kawasan Perkantoran
Pasal 48
(1) Kawasan perkantoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. kawasan perkantoran pemerintahan;

b. kawasan perkantoran swasta; dan


c. rencana kawasan perkantoran.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


76
(2) Kawasan perkantoran pemerintahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. kawasan perkantoran pemerintahan di Kecamatan Wolio dan
Kawasan Palagimata di Kelurahan Lipu Kecamatan Betoambari;
dan
b. kawasan perkantoran pemerintahan tingkat kecamatan
dan/atau kelurahan yang bersifat pelayanan langsung kepada
masyarakat, tersebar di setiap kecamatan dan/atau kelurahan.
(3) Kawasan perkantoran swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, berada menyatu/bercampur diantara kawasan perdagangan
dan jasa di Kecamatan Wolio, Murhum dan Betoambari.
(4) Rencana kawasan perkantoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, ditetapkan di Kelurahan Waruruma Kecamatan Kokalukuna
dan Kawasan Palatiga di Kelurahan Bukit Wolio Indah Kecamatan
Wolio.

Paragraf 4
Kawasan Industri
Pasal 49
(1) Kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1)
huruf d, terdiri atas :

a. kawasan industri rumah tangga/kecil;


b. kawasan industri menengah; dan
c. kawasan industri besar.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


77
(2) Kawasan industri rumah tangga/kecil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :

a. kawasan industri kecil terdapat di :


1. sebagian Kelurahan Lipu dan Sulaa di Kecamatan
Betoambari;
2. sebagian Kelurahan Baadia di Kecamatan Murhum;
dan
3. kelompok industri pengolahan tanaman enau di
Kecamatan Sorawolio.
b. kelompok kerajinan kain tenun terdapat di :
1. K e l u r a h a n Melai dan Bone-Bone di Kecamatan Murhum;
2. Kelurahan Sukanayo dan Liwuto di Kecamatan Kokalukuna;
dan
3. Kelurahan Tanganapada Kecamatan Murhum.

c. kelompok kerajinan kuningan di Kelurahan Lamangga


Kecamatan Murhum.
(3) Kawasan industri menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdiri atas :

a. kawasan industri mutiara di Kelurahan Palabusa Kecamatan


Lea-lea;dan
b. kawasan industri perikanan pada kawasan pantai di
Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari.
(4) Kawasan industri besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, direncanakan di Kecamatan Kokalukuna.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


78
Paragraf 5
Kawasan Pariwisata
Pasal 50
(1) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(1) huruf e, bertujuan untuk menyelenggarakan jasa pariwisata
atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana
pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.
(2) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:

a. kawasan pariwisata nasional;


b. kawasan pariwisata budaya;
c. kawasan pariwisata alam; dan
d. kawasan pariwisata buatan.
(3) Kawasan pariwisata nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a, ditetapkan sebagai Kawasan Pengembangan
Pariwisata Nasional (KPPN) di KPPN Baubau dan sekitarnya.
(4) Kawasan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, terdiri atas :

a. wisata sejarah pada cagar budaya meliputi benda, bangunan,


struktur, situs dan kawasan cagar budaya yang terdapat di
setiap kecamatan;
b. perkampungan tradisional dengan adat dan tradisi budaya
masyarakat yang khas yang terdapat di :

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


79
1. Kelurahaan Sulaa, Waborobo, Labalawa, dan Katobengke di
Lipu
2. Kelurahan
KecamatanMelai Kecamatan Murhum;
Betoambari;
3. Kelurahan Karyabaru, Kaisabu Baru, Gonda Baru dan Bugi
di Kecamatan Sorawolio; dan
4. Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi.
c. kehidupan adat, tradisi masyarakat dan aktifitas budaya
yang khas serta kesenian yang terdapat di setiap kecamatan.
(5) Kawasan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c, terdiri atas :

a. Pantai Nirwana di Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari;


b. Pantai Lakeba di Kelurahan Katobengke Kecamatan
Betoambari;
c. Pantai Kokalukuna di Kelurahan Waruruma Kecamatan
Kokalukuna;
d. Pantai Lakorapu di Kelurahan Liwuto Kecamatan Kokalukuna;
e. Gua Lakasa di Kelurahan Lipu Kecamatan Betombari;
f. Gua Ntiti di Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari;
g. Gua Kaisabu di Kelurahan Kaisabu Kecamatan Sorawolio;
h. Gua di Kelurahan Karya Baru Kecamatan Sorawolio;
i. Gua Moko di Kecamatan Betoambari;
j. Gua Lanto di Kelurahan Kadolomoko Kecamatan Kokalukuna;
k. Batu Poaro di Kelurahan Wameo Kecamatan Murhum;
l. Permandian Bungi di Kelurahan Kampeonaho Kecamatan Bungi;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


80
m. wisata alam pada Hutan Lindung Wakonti di Kelurahan
Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio;
n. Air Terjun Tirta Rimba di Kelurahan Waruruma Kecamatan
Kokalukuna;
o. Air Terjun La Samparona dan Wa Kantongara di Kelurahan
Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio;
p. Air Terjun Lagaguna di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan
Sorawolio;
q. pemandangan alam pada saujana Bukit Palatiga di Kecamatan
Wolio dan kawasan Palagimata di Kecamatan Betoambari; dan
r. kawasan wisata pada Sungai Baubau di Kecamatan Murhum,
Wolio dan Batupoaro.
(6) Kawasan pariwisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d, terdiri atas :

a. sarana rekreasi Pantai Kamali di Kelurahan Wale Kecamatan


Wolio;
b. kawasan Kota Mara di Kelurahan Nganganaumala, Kaobula
dan Wameo di Kecamatan Batupoaro;
c. sarana rekreasi Bukit Kolema di Kelurahan Waruruma
Kecamatan Kokalukuna;
d. wisata rekreasi di Bumi Perkemahan Samparona Kelurahan
Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio;
e. sentra industri kerajinan di Kecamatan Murhum, Betoambari,
Batupoaro, Kokalukuna, Lea-lea dan Sorawolio;
f. Kampung Nelayan di Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


81
g. Bukit Mardadi di Kelurahan Kolese Kecamatan Lea-lea;
h. Bendung Wonco di Kelurahan Kampeonaho Kecamatan Bungi;
dan
i. Museum Kebudayaan Keraton Buton di Kelurahan Baadia
Kecamatan Murhum.

Paragraf 6
Kawasan RTNH
Pasal 51
(1) Kawasan RTNH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1)
huruf f, berfungsi untuk menampung kegiatan sosial, budaya dan
ekonomi masyarakat kota terdiri atas :

a. alun-alun kawasan pemerintahan;


b. lapangan olahraga.
(2) Alun–alun kawasan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, terdapat di Kecamatan Betoambari dan Wolio.
(3) Lapangan olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
berupa rencana pembangunan stadion di Kelurahan Lowu-lowu
Kecamatan Lea- lea.

Paragraf 7
Kawasan Ruang Evakuasi Bencana
Pasal 52
(1) Kawasan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45 ayat (1) huruf g, merupakan tempat sementara evakuasi

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


82
para korban bencana dengan lokasi harus memiliki tingkat
keamanan terjamin dan mudah terjangkau oleh bantuan dari luar
daerah.
(2) Kawasan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), direncanakan di Kecamatan Sorawolio dan Lea-lea.

Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Ruang Bagi Kegiatan Sektor Informal
Pasal 53
(1) Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf h, berupa
ruang untuk kegiatan pedagang kaki lima (PKL).
(2) Ruang untuk kegiatan pedagang kaki lima (PKL) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdapat di :

a. Pantai Kamali dan Pasar Sentral di Kelurahan Wale Kecamatan


Wolio;
b. sekitar Pelataran Bukit Wantiro dan Bukit Kolema di
Kelurahan Kadolomoko Kecamatan Wolio;
c. sekitar wisata Air Terjun Tirta Rimba di Kelurahan
Waruruma Kecamatan Kokalukuna; dan
d. kawasan Pujaserata Maedhani di Kelurahan Lamangga
Kecamatan Murhum.
e. kawasan-kawasan lainnya yang tersebar disetiap Kecamatan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


83
Paragraf 9
Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pasal 54
(1) Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (1) huruf i, terdiri atas :

a. kawasan pesisir;
b. kawasan pulau-pulau kecil;
c. kawasan minapolitan; dan
d. kawasan pengolahan ikan
(2) Kawasan pesisir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
berupa wilayah kota yang memiliki kawasan pantai terdapat di :

a. sebagian wilayah Kelurahan Bone-Bone, Tarafu, Wameo,


Kaobula dan Nganganaumala di Kecamatan Batupoaro;
b. sebagian wilayah Kelurahan Sulaa dan Katobengke di
Kecamatan Betoambari;
c. sebagian wilayah Kelurahan Wale dan Batulo di Kecamatan
Wolio;
d. sebagian wilayah Kelurahan Kadolo, Kadolomoko,
Waruruma, Sukanayo, Liwuto dan Lakologou di Kecamatan
Kokalukuna; dan
e. sebagian wilayah Kelurahan Lowu-lowu, Kolese, Kalialia dan
Palabusa di Kecamatan Lea-lea.
(3) Kawasan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdiri atas :

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


84
a. pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni terdapat di Kecamatan
Bungi meliputi Pulau Batusori, Pulau Batu Kapal, Pulau Fotu
Lawele, Pulau Sawanga Ngkidino, Pulau Sawanga Balano, Pulau
Sau Ngkurisa I, Pulau Sau Ngkurisa II, Pulau Sau Ngkurisa III,
Pulau Batu Tiga I, Pulau Batu Tiga II, Pulau Batu Tiga III, Pulau
Wantea, Pulau Gu dan Pulau Kaunda-Unda; dan
b. pulau-pulau kecil yang berpenghuni terdapat pada Pulau
Makassar di Kecamatan Kokalukuna.
(4) Kawasan minapolitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, ditetapkan sebagai kawasan minapolitan perikanan budidaya di
Kecamatan Kokalukuna, Batupoaro dan Lea-lea.
(5) Kawasan pengolahan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d, merupakan kawasan sarana dan prasarana perikanan
tangkap berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sekaligus
berfungsi sebagai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang terdapat pada
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Wameo di Kelurahan Wameo
Kecamatan Batupoaro yang dilengkapi Gudang Pendingin Ikan dan
Pabrik Es Balok.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau- pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau- Pulau Kecil di Kota Baubau.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


85
Paragraf 10
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 55
Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 ayat (1) huruf j, terdiri atas :

a. kawasan peruntukan hutan produksi;


b. kawasan pertanian;
c. kawasan pelayanan umum;
d. kawasan pergudangan; dan
e. kawasan pertahanan dan keamanan negara.

Pasal 56
Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 55 huruf a, terdiri atas :

a. kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 5.005 (lima ribu


lima) hektar yang terdapat di Kecamatan Sorawolio dan Bungi; dan
b. kawasan Hutan Produksi (HP) seluas 1.901 (seribu sembilan ratus
satu) hektar yang terdapat di Kecamatan Wolio,Betoambari,
Kokalukuna, Sorawolio, Murhum dan Bungi.

Pasal 57
(1) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf
b, terdiri atas :

a. kawasan pertanian tanaman pangan terdapat di :

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


86
1. Kelurahan Ngkaringkari dan Liabuku di Kecamatan Bungi;
2. Kelurahan Liabuku Kecamatan Lea-lea; dan
3. Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio.
b. kawasan hortikultura terdapat di Kelurahan Ngkaringkari
Kecamatan Bungi dan Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan
Sorawolio;
c. kawasan perkebunan terdapat di :
1. Kelurahan Kalialia dan Palabusa di Kecamatan Lea-lea;
2. Kelurahan Kampeonaho, Tampuna, Ngkaringkari, Liabuku
dan Waliabuku di Kecamatan Bungi;
3. Kelurahan Kaisabu Baru, Karya Baru, Gonda Baru dan
Bugi di Kecamatan Sorawolio; dan
4. Kelurahan Labalawa dan Baadia di Kecamatan Murhum.
d. kawasan peternakan diarahkan untuk pengembangan
komoditas ternak unggulan yang terdapat di Kelurahan Kaisabu
Baru Kecamatan Sorawolio dan Kelurahan Liabuku Kecamatan
Bungi.
(2) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
direncanakan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Daerah di Kota Baubau.

Pasal 58
Kawasan pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55
huruf C, terdiri atas :
a. kawasan pendidikan terdiri atas :

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


87
1. kawasan pendidikan dasar tersebar pada pusat lingkungan di
setiap kecamatan;

2. kawasan pendidikan menengah diarahkan pada sub pusat kota


di setiap kecamatan; dan
3. kawasan pendidikan tinggi diarahkan di Kecamatan Murhum,
Sorawolio dan Betoambari.
b. kawasan pelayanan kesehatan terdiri atas :
1. tempat praktek dokter dan apotek diarahkan tersebar merata
di seluruh wilayah kota terutama dalam kawasan perumahan;
2. Puskesmas dan Balai Pengobatan diarahkan di setiap pusat
lingkungan; dan
3. kawasan pelayanan kesehatan skala kota/regional berupa
Rumah Sakit Umum di Kelurahan Baadia Kecamatan Murhum
diarahkan terintegrasi dengan fasilitas kesehatan lainnya.
c. kawasan peribadatan diarahkan tersebar di setiap kecamatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 59
Kawasan pergudangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf D,
merupakan rencana kawasan pergudangan di Kecamatan Kokalukuna
dan Bungi.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


88
Pasal 60
Kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 55 huruf E, terdiri atas :
a. Komando Distrik Militer (KODIM) di Kelurahan Batulo Kecamatan
Wolio;
b. Komando Rayon Militer (KORAMIL) di Kecamatan Wolio dan Bungi;
c. Komando Strategi Angkatan Darat di Kelurahan Palabusa
Kecamatan Lea- lea;
d. Kepolisian Resor (POLRES) Kota Baubau di Kelurahan Batulo
Kecamatan Wolio;
e. Kepolisian Sektor (POLSEK) terdiri atas :
1. POLSEK Wolio di Kelurahan Lamangga Kecamatan Murhum;
2. POLSEK Sorawolio di Kelurahan Karya Baru Kecamatan
Sorawolio;
3. POLSEK Bungi di Kelurahan Waliabuku Kecamatan Bungi; dan
4. POLSEK Waruruma di Kelurahan Waruruma Kecamatan
Kokalukuna.
f. Kepolisian Satuan Lalu Lintas Kota Baubau di Kelurahan Batulo
Kecamatan Wolio; dan
g. Polisi Pengamanan Perairan (POLAIR) di Kelurahan Wameo
Kecamatan Batupoaro.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


89
BAB
VI
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH KOTA
Pasal 61
(1) Kawasan strategis wilayah kota di daerah terdiri atas :

a. kawasan strategis provinsi; dan


b. kawasan strategis kota.
(2) Kawasan strategis wilayah kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digambarkan dalam peta tingkat ketelitian minimal 1:25.000
(satu banding dua puluh lima ribu) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XVII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(3) Rincian rencana kawasan strategis wilayah kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XVIII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 62
Kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat
(1) huruf a, merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi berupa kawasan pusat perdagangan di Kota
Baubau.
Pasal 63
(1) Kawasan strategis kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61
ayat (1) huruf b, terdiri atas :

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


90
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi;
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya; dan
c. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan.
(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :

a. kawasan strategis perdagangan dan jasa di bidang pariwisata dan


pertanian terdiri atas:
1. agrowisata pertanian di Kelurahan Karya Baru Kecamatan
Sorawolio,Kelurahan Kadolokatapi Kecamatan Wolio dan
Kelurahan Ngkaringkari Kecamatan Bungi;
2. kawasan Bumi Perkemahan Samparona di Kelurahan Kaisabu
Baru Kecamatan Sorawolio;
3. kawasan wisata belanja dan kuliner Pujaserata Maedani di
Kelurahan Lamangga Kecamatan Murhum;
4. taman rekreasi di :
a) Pantai Kamali dan Taman BRI di Kelurahan Wale
Kecamatan Wolio; dan
b) Bukit Kolema dan Bukit Wantiro di Kelurahan
Kadolomoko Kecamatan Kokalukuna.
b. kawasan Minapolitan di Kecamatan Kokalukuna, Batupoaro dan
Kecamatan Lea-lea; dan
c. kawasan Terminal Transit BBM di Kelurahan Sulaa Kecamatan
Betoambari.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


91
(3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas :

a. kawasan Benteng Keraton di Kelurahan Melai Kecamatan


Murhum;
c. kawasan Benteng Sorawolio di Kelurahan Bukit Wolio Indah
Kecamatan Wolio;
d. kawasan Benteng Baadia di Kelurahan Baadia Kecamatan
Murhum;
e. kawasan Benteng Lowu-lowu di Kelurahan Lowu-lowu
Kecamatan Lea- Lea;
f. kawasan Benteng Tobe-tobe di Kelurahan Labalawa Kecamatan
Betoambari;
g. kawasan Benteng Kaisabu di Kelurahan Kaisabu Baru
Kecamatan
Sorawolio;
h. kawasan Benteng Kalampa di Kelurahan Lipu Kecamatan
Betoambari;
i. kawasan Makam Betoambari di Kecamatan Betoambari;
j. kawasan Rumah Adat Malige di Kelurahan Wale Kecamatan
Wolio dan Kelurahan Melai Kecamatan Murhum;
k. kawasan Istana Ilmiah di Kelurahan Wale Kecamatan Wolio;
l. kawasan situs rumah adat di Kelurahan Lipu dan Katobengke di
Kecamatan Betoambari, serta Kelurahan Wajo dan Baadia di
Kecamatan Murhum; dan
m. kawasan situs bangunan bersejarah lainnya di Kecamatan Wolio.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


92
(4) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
terdiri atas :

a. kawasan ekowisata pada Kebun Raya di Kelurahan Kaisabu


Baru Kecamatan Sorawolio;
b. kawasan Tirta Rimba di Kelurahan Kadolomoko Kecamatan
Kokalukuna; dan
c. kawasan Gua Lakasa dan Pantai Nirwana di Kelurahan Sulaa
Kecamatan Betoambari.

Pasal 64
(1) Untuk operasionalisasi RTRWK Baubau disusun Rencana Rinci Tata
Ruang berupa RDTR dan RTR Kawasan Strategis Kota.
(2) Rencana Rinci Tata Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

BAB VII
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA
Pasal 65
(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota di daerah merupakan
perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi
program utama pemanfaatan ruang.
(2) Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah
kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


93
a. usulan program utama;
b. lokasi;
c. besaran;
d. sumber pendanaan;
e. instansi pelaksana; dan
f. waktu dan tahapan pelaksanaan.
(3) Indikasi program utama sebagaimana dimaksud ayat (2), disusun
dalam matrik indikasi program utama lima tahunan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIX yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 66
(1) Program utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2)
huruf a, terdiri atas :
a. perwujudan rencana struktur wilayah kota terdiri atas :

1. perwujudan pusat pelayanan kegiatan kota; dan


2. perwujudan sistem jaringan prasarana kota yang mencakup
pula sistem prasarana nasional dan wilayah/regional dalam
wilayah kota terdiri atas :
a) perwujudan sistem jaringan transportasi di wilayah kota
meliputi sistem prasarana transportasi darat, laut dan
udara;
b) perwujudan sistem jaringan energi dan kelistrikan;
c) perwujudan sistem jaringan sumberdaya air;
d) perwujudan sistem jaringan telekomunikasi;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


94
e) perwujudan sistem persampahan, sanitasi dan drainase;
dan f) perwujudan sistem jaringan lainnya.
b. perwujudan rencana pola ruang wilayah kota terdiri atas :

1. perwujudan kawasan lindung; dan


2. perwujudan kawasan budidaya.
c. perwujudan kawasan-kawasan strategis kota.
(2) Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf b,
merupakan tempat dari usulan program utama yang akan
dilaksanakan.
(3) Besaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf
c, merupakan perkiraan pendanaan dari masing-masing usulan
program utama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Sumber pendanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2)
huruf d, bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta
dan/atau kerjasama pendanaan.
(5) Kerjasama pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(6) Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2)
huruf e, meliputi Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kota,
swasta dan/atau masyarakat.
(7) Waktu dan tahapan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 66 ayat (2) huruf f, direncanakan dalam kurun waktu

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


95
perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima)
tahunan dengan tahapan pelaksanaan terdiri atas :

a. tahap pertama pada periode tahun 2014 – 2019;


b. tahap kedua pada periode tahun 2020 – 2024;
c. tahap ketiga pada periode tahun 2025 – 2029; dan
d. tahap keempat pada periode tahun 2030 – 2034.

BAB VIII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
KOTA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 67
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota di
daerah digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kota.
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

a. ketentuan umum peraturan zonasi;


b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan pemberian insentif dan isinsentif; dan
d. ketentuan sanksi.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


96
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 68
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 68 ayat (2) huruf a, digunakan sebagai pedoman bagi
pemerintah daerah dalam menyusun peraturan zonasi.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memuat ketentuan mengenai :

a. jenis kegiatan yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan


syarat dan tidak diperbolehkan;
b. intensitas pemanfaatan ruang;
c. prasarana dan sarana minimum; dan
d. ketentuan lain yang dibutuhkan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk struktur ruang; dan


b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk pola ruang.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kota dijabarkan lebih lanjut
dalam Lampiran XX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerahini.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


97
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 69
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat
(2) huruf b, merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam
pemberian izin pemanfaatan ruang dengan mengacu pada rencana
tata ruang dan peraturan zonasi
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang
sesuai dengan kewenangannya.
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut
prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 70
(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang di daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70 ayat (2), terdiri atas:

a. izin prinsip;
b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. izin mendirikan bangunan; dan
e. izin lain sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


98
Bagian Keempat
Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif
Paragraf 1
Umum
Pasal 71
(1) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2) huruf c, merupakan acuan bagi
Pemerintah Daerah dalam pemberian insentif dan pengenaan
disinsentif.
(2) Pemberian insentif bertujuan untuk memberikan imbalan
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata
ruang, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah
daerah.
(3) Disinsentif diberikan untuk bmencegah, membatasi
pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan
dengan rencana tata ruang.

Paragraf 2
Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif
Pasal 72
(1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) dapat
berupa insentif fiskal dan/atau insentif non fiskal.
(2) Insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a. pemberian keringanan pajak; dan/atau


b. pengurangan retribusi.
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014
99
(3) Insentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:

a. pemberian kompensasi;
b. subsidi silang;
c. kemudahan perizinan;
d. imbalan;
e. sewa ruang;
f. urun saham;
g. penyediaan prasarana dan sarana;
h. penghargaan; dan/atau
i. publikasi atau promosi.
Pasal 73
Insentif dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah
kabupaten/kota lain yang saling berhubungan dapat berupa :
a. pemberian kompensasi dari pemerintah kabupaten/kota penerima
manfaat kepada kabupaten/kota pemberi manfaat atas manfaat
yang diterima oleh kabupaten/kota penerima manfaat;
b. kompensasi pemberian penyediaan sarana dan prasarana;
c. kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota penerima manfaat
kepada investor yang berasal dari kabupaten/kota pemberi manfaat;
dan/atau
d. publikasi atau promosi kabupaten/kota.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


100
Pasal 74
Insentif dari pemerintah daerah kepada masyarakat umum dapat
berupa:
a. pemberian keringanan pajak;
b. pemberian kompensasi;
c. pengurangan retribusi;
d. imbalan;
e. sewa ruang;
f. urun saham;
g. penyediaan prasarana dan sarana; dan/atau
h. kemudahan perizinan.

Pasal 75
(1) Mekanisme pemberian insentif yang berasal dari pemerintah
daerah diatur dengan Peraturan Walikota.
(2) Mekanisme pemberian insentif dari pemerintah kabupaten/kota
kepada pemerintah kabupaten/kota lainnya diatur berdasarkan
kesepakatan bersama antarpemerintah kabupaten/kota yang
bersangkutan.
(3) Pengaturan mekanisme pemberian insentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


101
Paragraf 3
Bentuk dan Tata Cara Pemberian Disinsentif
Pasal 76
(1) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3) dapat
berupa disinsentif fiskal dan/atau disinsentif non fiskal.
(2) Disinsentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pengenaan pajak yang tinggi.
(3) Disinsentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa:

a. kewajiban memberi kompensasi;


b. pensyaratan khusus dalam perizinan;
c. kewajiban memberi imbalan; dan/atau
d. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.

Pasal 77
Disinsentif dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah
kabupaten/kota lain yang saling berhubungan dapat berupa :

a. pengajuan pemberian kompensasi dari pemerintah kabupaten/kota


pemberi manfaat kepada kabupaten/kota penerima manfaat;
b. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
c. persyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan
ruang yang diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota pemberi
manfaat kepada investor yang berasal dari kabupaten/kota
penerima manfaat.
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014
102
Pasal 78
Disinsentif dari pemerintah daerah kepada masyarakat umum dapat
berupa:

a. kewajiban memberi kompensasi;


b. pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan
ruang yang diberikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah;
c. kewajiban memberi imbalan;
d. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
e. pensyaratan khusus dalam perizinan.

Pasal 79
(1) Mekanisme pemberian disinsentif yang berasal dari pemerintah
daerah diatur dengan Peraturan Walikota.
(2) Mekanisme pemberian disinsentif dari pemerintah
kabupaten/kota kepada pemerintah kabupaten/kota lainnya
diatur berdasarkan kesepakatan bersama antarpemerintah
kabupaten/kota yang bersangkutan.
(3) Pengaturan mekanisme pemberian disinsentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


103
Bagian Kelima
Ketentuan Sanksi
Paragraf 1
Umum
Pasal 80
(1) Ketentuan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (2)
huruf d, merupakan pengenaan sanksi terhadap pelanggaran di
bidang penataan ruang yang bertujuan untuk mewujudkan tertib
tata ruang dan tegaknya ketentuan peraturan perundang–
undangan bidang penataan ruang.
(2) Ketentuan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa :

a. sanksi administratif;
b. sanksi pidana; dan
c. sanksi perdata.
(3) Pelanggaran di bidang penataan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:

a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata


ruang;
b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang yang diberikan oleh pejabat yang berwenang;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin
yang diberikan oleh pejabat yang berwenang; dan/atau

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


104
d. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap
kawasan yang dinyatakan oleh peraturan perundang-undangan
sebagai milik umum.

Pasal 81
(1) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (3) huruf a,
meliputi :

a. memanfaatkan ruang dengan izin pemanfaatan ruang di lokasi


yang tidak sesuai dengan peruntukannya;
b. memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di lokasi
yang sesuai peruntukannya; dan/atau
c. memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di lokasi
yang tidak sesuai peruntukannya.
(2) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang yang diberikan oleh pejabat berwenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 80 ayat (3) huruf b, meliputi :
a. tidak menindaklanjuti izin pemanfaatan ruang yang telah
dikeluarkan; dan/atau
b. memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang yang
tercantum dalam izin pemanfaatan ruang.
(3) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin
yang diberikan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) huruf c, meliputi :
a. melanggar batas sempadan yang telah ditentukan;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


105
b. melanggar ketentuan koefisien lantai bangunan yang telah
ditentukan;
c. melanggar ketentuan koefisien dasar bangunan dan koefisien
dasar hijau;
d. melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan fungsi
bangunan;
e. melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan fungsi lahan;
dan/atau
f. tidak menyediakan fasilitas sosial atau fasilitas umum sesuai
dengan persyaratan dalam izin pemanfaatan ruang.
(4) Menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh
peraturan perundang-undangan sebagai milik umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 80 ayat (3) huruf d, meliputi:
a. menutup akses ke pesisir pantai, sungai, danau, situ dan
sumberdaya alam serta prasarana publik;
b. menutup akses terhadap sumber air;
c. menutup akses terhadap taman dan ruang terbuka hijau;
d. menutup akses terhadap fasilitas pejalan kaki;
e. menutup akses terhadap lokasi dan jalur evakuasi bencana;
dan/atau
f. menutup akses terhadap jalan umum tanpa izin pejabat
yang berwenang.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


106
Paragraf 2
Sanksi Administratif
Pasal 82
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.

Pasal 83
(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82
huruf a, dilakukan melalui penerbitan surat peringatan tertulis
dari pejabat yang berwenang dalam penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang.
(2) Surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat :

a. rincian pelanggaran dalam penataan ruang;


b. kewajiban untuk menyesuaikan kegiatan pemanfaatan ruang
dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan
ruang; dan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


107
c. tindakan pengenaan sanksi yang akan diberikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dengan ketentuan sebagai
berikut :

a. pelanggar mengabaikan peringatan pertama, pejabat yang


berwenang melakukan penertiban kedua yang memuat
penegasan terhadap hal– hal sebagaimana dimuat dalam surat
peringatan pertama;
b. pelanggar mengabaikan peringatan kedua, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban ketiga yang memuat
penegasan terhadap hal– hal sebagaimana dimuat dalam surat
peringatan pertama dan kedua; dan

c. pelanggar mengabaikan peringatan pertama, peringatan


kedua dan peringatan ketiga, pejabat yang berwenang
melakukan penerbitan surat keputusan pengenaan sanksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf b sampai dengan
huruf i.

Pasal 84
Penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
82 huruf b, dilakukan melalui tahapan :
a. pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis
sesuai ketentuan dalam Pasal 83;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


108
b. apabila surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada
huruf a diabaikan, dilakukan penerbitan surat perintah penghentian
sementara kegiatan dari pejabat yang berwenang melakukan
penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
c. apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian sementara
kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf b, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban dengan menerbit kansurat
keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara secara paksa
terhadap kegiatan pemanfaatan ruang;
d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan
tindakan penertiban oleh aparat penertiban;
e. berdasarkan surat keputusan sebagaimana dimaksud pada
huruf c, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan
bantuan aparat penertiban melakukan penghentian sementara
kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa; dan
f. setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang
berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan
ruang yang dihentikan tidak beroperasi kembali sampai dengan
terpenuhinya kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83
ayat (2) huruf b.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


109
Pasal 85
Penghentian sementara pelayanan umum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 82 huruf c, dilakukan melalui tahapan :
a. pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis
sesuai ketentuan dalam Pasal 83;
b. apabila surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada
huruf a diabaikan, penerbitan surat pemberitahuan penghentian
sementara pelayanan umum dari pejabat yang berwenang
melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
c. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang
disampaikan sebagaimana dimaksud pada huruf b, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban, menerbitkan surat keputusan
pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum kepada
pelanggar dengan memuat penjelasan dan rincian jenis-jenis
pelayanan umum yang akan dihentikan sementara;
d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
penghentian sementara pelayanan umum yang akan segera
dilaksanakan disertai rincian jenis- jenis pelayanan umum yang akan
diputus;
e. berdasarkan surat keputusan penghentian sementara pelayanan
umum sebagaimana dimaksud pada huruf c, pejabat yang
berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia jasa
pelayanan umum untuk menghentikan sementara
pelayanan kepada orang yang melakukan pelanggaran;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


110
f. penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada
pelanggar; dan
g. setelah pelayanan umum dihentikan kepada orang yang
melakukan pelanggaran, pejabat yang berwenang melakukan
pengawasan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum
kepada orang yang melakukan pelanggaran tersebut sampai
dengan terpenuhinya kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
83 ayat (2) huruf b.

Pasal 86
Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf d,
dilakukan melalui tahapan :
a. pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis
sesuai ketentuan dalam Pasal 83;
b. apabila surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada
huruf a diabaikan, penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari
pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang;
c. apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan
sebagaimana dimaksud pada huruf b, pejabat yang berwenang
menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penutupan lokasi
kepada pelanggar;
d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


111
e. berdasarkan surat keputusan penutupan lokasi sebagaimana
dimaksud pada huruf c, pejabat yang berwenang dengan bantuan
aparat penertiban melakukan penutupan lokasi secara paksa; dan
f. setelah dilakukan penutupan lokasi, pejabat yang berwenang
melakukan pengawasan untuk memastikan lokasi yang ditutup tidak
dibuka kembali sampai dengan orang yang melakukan pelanggaran
memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat
(2) huruf b.

Pasal 87
Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 huruf e,
dilakukan melalui tahapan :
a. pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis
sesuai ketentuan dalam Pasal 83;
b. apabila surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada
huruf a diabaikan, penerbitan surat pemberitahuan pencabutan izin
oleh pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang;
c. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang
disampaikan sebagaimana dimaksud pada huruf b, pejabat yang
berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi
pencabutan izin pemanfaatan ruang;
d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi pencabutan izin
sebagaimana dimaksud pada huruf c, pejabat yang berwenang

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


112
memberitahukan kepada orang yang melakukan pelanggaran
mengenai pengenaan sanksi pencabutan izin;
e. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban
mengajukan permohonan pencabutan izin kepada pejabat yang
memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin;
f. pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan
izin menerbitkan keputusan pencabutan izin;
g. berdasarkan keputusan pencabutan izin sebagaimana dimaksud
pada huruf f, memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai
status izin yang telah dicabut sekaligus perintah untuk
menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang secara permanen yang
telah dicabut izinnya; dan
h. apabila perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang
yang telah dicabut izinnya sebagaimana dimaksud pada huruf g
diabaikan, pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 88
Pembatalan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 huruf f,
dilakukan melalui tahapan :
a. pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis
sesuai ketentuan dalam Pasal 83;
b. apabila surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada
huruf b diabaikan, penerbitan surat keputusan pembatalan izin dari

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


113
pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang;
c. memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan
pembatalan izin sebagaimana dimaksud pada huruf b, dapat memuat
:
1. dasar pengenaan sanksi;
2. hal–hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pemanfaat ruang
hingga pembatalan izin dinyatakan secara resmi oleh pejabat
yang berwenang melakukan pembatalan izin; dan
3. hak pemegang izin untuk mengajukan penggantian yang layak
atas pembatalan izin jika dapat membuktikan bahwa izin yang
dibatalkan telah diperoleh dengan itikad baik;
d. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang
memiliki kewenangan untuk melakukan pembatalan izin;
e. berdasarkan surat keputusan pembatalan izin sebagaimana
dimaksud pada huruf d, pejabat yang berwenang memberitahukan
kepada orang yang melakukan pelanggaran mengenai status izin
yang telah dibatalkan sekaligus perintah untuk menghentikan
kegiatan pemanfaatan ruang yang telah dibatalkan izinnya; dan
f. apabila perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud pada huruf e diabaikan, pejabat yang
berwenang melakukan tindakan penertiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


114
Pasal 89
Pembatalan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 huruf g,
dilakukan melalui tahapan :
a. pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis
sesuai ketentuan dalam Pasal 83;
b. apabila surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf
a diabaikan,menerbitkan surat pemberitahuan perintah
pembongkaran bangunan dari pejabat yang berwenang melakukan
penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
c. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang
disampaikan sebagaimana dimaksud pada huruf b, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan
pengenaan sanksi pembongkaran bangunan;
d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi pembongkaran
bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf c, pejabat yang
berwenang melakukan tindakan penertiban memberitahukan
kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pembongkaran
bangunan yang akan segera dilaksanakan; dan
e. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi sebagaimana
dimaksud pada huruf c, pejabat yang berwenang melakukan
tindakan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan
pembongkaran bangunan secara paksa.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


115
Pasal 90
Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82
huruf h, dilakukan melalui tahapan :
a. pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis
sesuai ketentuan dalam Pasal 83;
b. apabila surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada
huruf a diabaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan surat
perintah pemulihan fungsi ruang;
c. berdasarkan surat perintah sebagaimana dimaksud pada huruf b,
pejabat yang berwenang memberitahukan kepada orang yang
melakukan pelanggaran mengenai ketentuan pemulihan fungsi
ruang dan cara pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu;
d. apabila pelanggar mengabaikan pemberitahuan yang
disampaikan sebagaimana dimaksud pada huruf c, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan
pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang;
e. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi sebagaimana
dimaksud pada huruf d, pejabat yang berwenang melakukan
tindakan penertiban memberitahukan kepada pelanggar mengenai
pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan
pelanggar dalam jangka waktu tertentu;
f. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban
melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi
ruang;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


116
g. apabila jangka waktu pelaksanaan fungsi ruang sebagaimana
dimaksud pada huruf d tidak dapat dipenuhi orang yang melakukan
pelanggaran, pejabat yang berwenang melakukan tindakan
penertiban dapat melakukan tindakan pemulihan fungsi ruang
secara paksa; dan
h. apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai
kegiatan pemulihan fungsi ruang, pemerintah daerah dapat
mengajukan penetapan pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh
pemerintah daerah atas beban orang yang melakukan pelanggaran
tersebut di kemudian hari.

Pasal 91
Denda administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 huruf i,
akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Paragraf 3

Sanksi Pidana

Pasal 92
Pengenaan sanksi pidana terhadap pelanggaran di bidang penataan
ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) huruf b,
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


117
Paragraf 3

Sanksi Perdata
Pasal 93
Pengenaan sanksi perdata terhadap pelanggaran di bidang penataan
ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) huruf c, dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IX
KELEMBAGAAN

Pasal 94
(1) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan
ruang dan kerjasama antarsektor/antardaerah bidang penataan
ruang dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
(2) Tugas, susunan organisasi dan tata kerja Badan Koordinasi
Penataan Ruang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Keputusan Walikota.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelembagaan penataan ruang
mengacu pada peraturan perundang-undangan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


118
BAB X
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM
PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 95
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk :
a. berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
b. mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah, rencana
tata ruang kawasan, rencana rinci tata ruang kawasan termasuk tata
letak dan tata bangunan;
c. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
d. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul
akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
rencana tata ruang;
e. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di
wilayahnya;
f. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada
pejabat berwenang; dan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


119
g. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada Pemerintah dan/atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.

Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 96

Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib :


a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang;
c. berperan serta dalam memelihara kualitas ruang;
d. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang;
e. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang; dan
f. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 97

(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 dilaksanakan
dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


120
dan aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan masyarakat
secara turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan
faktor-faktor daya dukung lingkungan, estetika lingkungan,
lokasi dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin
pemanfaatan ruang yang serasi, selaras dan seimbang.

Bagian Ketiga

Peran Masyarakat
Pasal 98
Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap:
a. perencanaan tata ruang;
b. pemanfaatan ruang; dan
c. pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 99
(1) Bentuk peran masyarakat pada tahap perencanaan tata ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 huruf a, dapat berupa:

a. memberikan masukan mengenai :


1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan
wilayah atau kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014
121
5. penetapan rencana tata ruang.
b. melakukan kerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan/atau sesama unsur masyarakat dalam perencanaan
tata ruang.
(2) Bentuk peran masyarakat pada tahap pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 huruf b, dapat berupa:

a. memberikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatanruang;


b. bekerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau
sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. meningkatkan efisiensi, efektivitas dan keserasian dalam
pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara dan ruang di
dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta
memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan
hidup dan sumberdaya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Bentuk peran masyarakat pada tahap pengendalian
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 huruf
c, dapat berupa :

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


122
a. memberikan masukan terkait arahan dan/atau peraturan
zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta
pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
c. melaporkan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang
dalam hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran
kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata
ruang yang telah ditetapkan; dan
d. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat yang
berwenang terhadap pembangunan yang dianggap tidak
sesuai dengan rencana tata ruang.

Pasal 100
(1) Peran masyarakat berupa masukan dan/atau keberatan di
bidang penataan ruang dapat disampaikan secara langsung
dan/atau tertulis.
(2) Masukan dan/atau keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat disampaikan kepada Walikota.
(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga
dapat disampaikan melalui unit kerja terkait dengan
penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang penataan ruang.
(4) Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan
ruang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


123
Pasal 101
Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah daerah
membangun sistem informasi dan komunikasi penyelenggaraan
penataan ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

BAB XI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 102
(1) Selain Penyidik Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Penyidik Pegawai Negeri Sipil berwenang melakukan penyidikan
terhadap pelanggaran atas Peraturan Daerah ini sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah :

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang


tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian dan
melakukan pemeriksaan;
c. menyuruh berhenti tersangka dan memeriksa tanda
pengenal dari tersangka;
d. melakukan penyitaan benda dan/atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


124
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat
petunjuk dari Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia
bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut
bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui
Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia memberitahukan
hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka dan keluarga;
dan
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggung jawabkan.
(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum
melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum
Acara Pidana.

BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 103
(1) Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah
ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 huruf a yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana
penjara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


125
(2) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan
barang atau mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 104
(1) Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan
izin pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang, dipidana sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(2) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) mengakibatkan perubahan fungsi ruang, mengakibatkan
kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang atau
mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana sesuai ketentuan
peraturan perundang- undangan.

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 105
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, semua peraturan
pelaksanaan Peraturan Daerah yang berkaitan dengan penataan
ruang daerah yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini :

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


126
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan sesuai
dengan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sampai jangka
waktu masa izin pemanfaatan berakhir;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak
sesuai dengan Peraturan Daerah ini, berlaku ketentuan:

1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, maka


izin tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan dan
pemanfaatan ruang berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,dan
pemanfaatan ruangnya sah menurut rencana tata ruang
sebelumnya, dilakukan penyesuaian selambat-lambatnya 3
(tiga) tahun sesuai fungsi kawasan berdasarkan Peraturan
Daerah ini;
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan
tidak memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan
pemanfaatan ruang berdasarkan Peraturan Daerah ini,
maka izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan
terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan
izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak;

4. penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada angka


3 (tiga) di atas dengan memperhatikan indikator sebagai
berikut :

a) memperhatikan harga pasaran setempat;


b) sesuai dengan Nilai Jual Objek Pajak; atau c) sesuai
dengan kemampuan daerah.
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014
127
5. penggantian terhadap kerugian yang timbul sebagai
akibat pembatalan izin tersebut dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah kota yang melakukan
pembatalan/pencabutan izin.
c. pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai
dengan Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian
berdasarkan Peraturan Daerah ini; dan
d. pemanfaatan ruang di daerah yang diselenggarakan tanpa
izin ditentukan sebagai berikut :

1. yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah


ini, pemanfaatan ruang yang bersangkutan diterbitkan dan
disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan

2. yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini,


dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

(3) Setiap pemanfaatan ruang yang sesuai dengan Peraturan Daerah


ini, maka akan dipercepat untuk mendapatkan izin yang
diperlukan.

(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai teknis penggantian yang layak


diatur dengan Peraturan Walikota

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


128
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 106
(1) Jangka waktu RTRWK Baubau adalah 20 (dua puluh) tahun dan
dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan
dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan
peraturan perundang - undangan dan/atau perubahan batas
teritorial negara dan/atau wilayah kota yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan, RTRWK dapat ditinjau kembali
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga
dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan dan strategi
nasional yang mempengaruhi pemanfaatan ruang kota secara
mendasar.
(4) Peraturan Daerah tentang RTRWK Baubau Tahun 2014 - 2034
dilengkapi dengan dokumen RTRWK yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 107
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kota
Baubau Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota
Baubau Tahun 2011 – 2030 (Lembaran Daerah Kota Baubau Tahun
2012 Nomor 1) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


129
Pasal 108
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota
Baubau.

Ditetapkan di Baubau
pada tanggal 29 September 2014

WALIKOTA BAUBAU,

A.S. TAMRIN
Diundangkan di Baubau
pada tanggal 29 September 2014
SEKRETARIS DAERAH KOTA BAUBAU,

MUHAMAD DJUDUL

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014


130
LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 NOMOR 4
NOMOR REGISTRASI PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU,
PROV. SULAWESI TENGGARA : ( 3 / 2014 )

PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU
TAHUN 2014 – 2034

I. UMUM
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang telah mengamanatkan azas penyelenggaraan
penataan ruang yaitu keterpaduan, keserasian, keselarasan
dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan
keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan
kemitraan, perlindungan kepentingan umum, kepastian
hukum dan keadilan, serta akuntabilitas.
Kota Baubau memiliki kedudukan yang sangat strategis baik
dalam skala regional maupun nasional yaitu sebagai sentra
pelayanan perdagangan dan jasa di Provinsi Sulawesi
Tenggara dan pendukung pengembangan wilayah bagian
timur Indonesia, bahkan saat ini kegiatan pelayaran dan jasa

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 131


Kota Baubau telah mencapai lingkup nasional bahkan
internasional. Dinamika dan aktivitas kota yang cukup
tinggi memacu terjadinya perkembangan kota yang relatif
cepat. Untuk itu diperlukan suatu upaya pengendalian
secara terpadu agar perkembangan dan pembangunan kota
dapat lebih terarah dan benar-benar bermanfaat.
RTRWK Baubau disusun dalam rangka pengendalian
perkembangan dan pembangunan kota dan untuk
mewujudkan Kota Baubau sebagai kota perdagangan dan
jasa. RTRWK Baubau menjadi pedoman dalam penetapan
kebijaksanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang,
sekaligus sebagai arahan pelaksanaan pengembangan dan
pembangunan di Kota Baubau. Dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota ini, diharapkan dapat terwujud keserasian
dan keterpaduan dalam pelaksanaan pembangunan di Kota
Baubau untuk masa 20 tahun ke depan. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang maka Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Baubau
harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

PASAL DEMI PASAL


II. Pasal 1
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 132


III. Pasal 2
Cukup jelas.
IV. Pasal 3
Huruf a
Yang dimaksud dengan “tujuan penataan ruang wilayah
kota” adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah daerah
kota yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi
pembangunan jangka panjang kota pada aspek keruangan,
yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional.
Yang dimaksud dengan “kebijakan penataan ruang wilayah
kota” adalah arahan pengembangan wilayah yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah kota guna mencapai
tujuan penataan ruang wilayah kota dalam kurun waktu 20
(dua puluh) tahun.
Yang dimaksud dengan “strategi penataan ruang wilayah
kota” adalah penjabaran kebijakan penataan ruang ke
dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih
nyata yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana
struktur dan pola ruang wilayah kota.
Huruf b

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 133


Yang dimaksud dengan “rencana struktur ruang wilayah
kota” adalah rencana yang mencakup rencana sistem
perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan
jaringan prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kota selain untuk melayani
kegiatan skala kota, meliputi sistem jaringan transportasi,
sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem
jaringan lainnya.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “rencana pola ruang wilayah kota”
adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kota
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya
RTRW kota yang memberikan gambaran pemanfaatan
ruang wilayah kota hingga 20 (dua puluh) tahun
mendatang.
Huruf d
Kawasan strategis merupakan kawasan yang didalamnya
berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar
terhadap:
a. tata ruang di wilayah sekitarnya;
b. kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang
lainnya; dan/atau

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 134


c. peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “arahan pemanfaatan ruang wilayah
kota” adalah arahan pengembangan wilayah untuk
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kota
sesuai dengan RTRWK melalui penyusunan dan
pelaksanaan program penataan/pengembangan kota
beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan kota yang berisi
rencana program utama, sumber pendanaan, instansi
pelaksana, dan waktu pelaksanaan.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kota” adalah ketentuan-
ketentuan yang dibuat/disusun dalam upaya
mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah kota agar
sesuai dengan RTRWK yang berbentuk ketentuan umum
peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah kota.
V. Pasal 4
Cukup jelas.
VI. Pasal 5
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 135


VII. Pasal 6
Cukup jelas.
VIII. Pasal 7
Cukup jelas.
IX. Pasal 8
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kawasan cagar budaya” adalah
satuan ruang geografis yang memiliki dua situs cagar
budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau
memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
X. Pasal 9
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 136


XI. Pasal 10
Cukup jelas.
XII. Pasal 11
Cukup jelas.
XIII. Pasal 12
Cukup jelas.
XIV. Pasal 13
Cukup jelas.
XV. Pasal 14
Cukup jelas.
XVI. Pasal 15
Cukup jelas.
XVII. Pasal 16
Cukup jelas.
XVIII. Pasal 17
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “lalu lintas dan angkutan jalan”
adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas,
angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan,
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan,
pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolaannya.

Huruf b

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 137


Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “sistem jaringan jalan” adalah satu
kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan
mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang
berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu
hubungan hirarki yang terdiri dari sistem jaringan jalan
primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
XIX. Pasal 18
Ayat (1)

Huruf a
Yang dimaksud dengan “sistem jaringan jalan primer”
adalah sistem jaringan jalan dengan peran pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua
wilayah di tingkat nasional dengan menghubungkan semua
simpul jasa distribusi yang berwujud pusat kegiatan.
Yang dimaksud dengan “Jalan Kolektor Primer” yang
selanjutnya disingkat JKP terdiri atas JKP-1 (jalan kolektor
primer satu), JKP-2 (jalan kolektor primer dua), JKP-3 (jalan
kolektor primer tiga) dan JKP-4 (jalan kolektor primer
empat).

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 138


Yang dimaksud dengan “JKP-1” adalah JKP yang
menghubungkan secara berdaya guna antar ibukota
provinsi.
Jalan kolektor primer satu dimaksud mengacu pada
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
630/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan
dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya sebagai
Jalan Arteri dan Jalan Kolektor 1, dan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 631/KPTS/M/2009 tentang
Penetapan Ruas-Ruas Menurut Statusnya sebagai Jalan
Nasional.

Huruf b
Yang dimaksud dengan “sistem jaringan jalan sekunder”
merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di
dalam kawasan perkotaan.
Jaringan jalan sekunder dimaksud mengacu pada
Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 535 Tahun
2010 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Dalam Jaringan
Jalan Sekunder Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Kolektor 2,
Jalan Kolektor 3, Jalan Kolektor 4, Jalan Lokal dan Jalan
Lingkungan.
Angka 1

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 139


Yang dimaksud dengan “Jalan Kolektor Sekunder” yang
selanjutnya disingkat JKS adalah jalan yang
menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder kedua, atau kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder ketiga.
Angka 2
Yang dimaksud dengan “Jalan Lokal Sekunder” yang
selanjutnya disingkat JLS adalah jalan yang
menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan,
kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke
perumahan.
Angka 3
Yang dimaksud dengan “Jalan Lingkungan Sekunder” yang
selanjutnya disebut JLing-S adalah jalan yang
menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan.
Huruf c
Jaringan jalan lainnya dalam wilayah kota dimaksud
merupakan jaringan jalan yang berada dalam wilayah
administratif kota kecuali jalan nasional dan jaringan jalan
yang belum tercantum dalam ketetapan Keputusan
Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 554 Tahun 2010
tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai
Jalan Propinsi dan Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 140


Nomor 535 Tahun 2010 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan
Dalam Jaringan Jalan Sekunder Menurut Fungsinya Sebagai
Jalan Kolektor 2, Jalan Kolektor 3, Jalan Kolektor 4, Jalan
Lokal dan Jalan Lingkungan.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
XX. Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “prasarana lalu lintas dan angkutan
jalan” adalah ruang lalu lintas, terminal, dan perlengkapan
jalan yang meliputi marka, rambu, alat pemberi isyarat lalu
lintas, alat pengendali dan pengaman pengguna jalan, alat
pengawasan dan pengamanan jalan, serta fasilitas
pendukung.
Huruf a
Yang dimaksud dengan “terminal” adalah pangkalan
Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan
menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan
moda angkutan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 141


Angka 1
Yang dimaksud dengan “terminal penumpang tipe B” adalah
terminal penumpang yang berfungsi melayani kendaraan
umum untuk Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP),
angkutan perkotaan dan angkutan perdesaan.
Angka 2
Yang dimaksud dengan “terminal penumpang tipe C” adalah
terminal penumpang yang berfungsi melayani kendaraan
umum untuk angkutan perdesaan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “terminal barang” adalah terminal
yang berfungsi untuk keperluan membongkar dan memuat
barang baik antar kota maupun dari perdesaan.
Huruf c
Alat penimbang kendaraan bermotor dimaksud digunakan
untuk pengawasan muatan angkutan barang agar
pengemudi dan/atau perusahaan angkutan umum barang
mematuhi ketentuan tata cara pemuatan, daya angkut,
dimensi kendaraan, dan kelas jalan. Alat penimbangan
tersebut terdiri atas :
a. alat penimbangan yang dipasang secara tetap yaitu dipasang
pada lokasi tertentu, yang dipasang secara tetap pada jalan;
dan
b. alat penimbangan yang dapat dipindahkan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 142


Huruf d
Yang dimaksud dengan “pengujian kendaraan bermotor”
adalah serangkaian kegiatan menguji dan/atau memeriksa
bagian-bagian atau komponen-komponen kendaraan
bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan dalam
rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik
jalan.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
XXI. Pasal 20
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “trayek” adalah lintasan Kendaraan
Bermotor Umum untuk pelayanan jasa angkutan, yang
mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, serta lintasan
tetap baik berjadwal maupun tidak terjadwal.
Angka 1
Yang dimaksud dengan “angkutan antarkota dalam
provinsi” adalah angkutan dari satu kota ke kota lain
antardaerah kabupaten/kota dalam satu daerah provinsi
yang terikat dalam trayek.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 143


Angka 2
Yang dimaksud dengan “angkutan perkotaan” adalah
angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam kawasan
perkotaan yang terikat dalam trayek.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
XXII. Pasal 21
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “pelabuhan penyeberangan” adalah
pelabuhan umum untuk kegiatan angkutan penyeberangan.
Yang dimaksud dengan “angkutan penyeberangan” adalah
angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur
kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya. Yang
dimaksud dengan “fungsi sebagai jembatan” adalah
pergerakan lalu lintas dan pemindahan penumpang dan
kendaraan beserta muatannya dengan kapal
penyeberangan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 144


Huruf b
Yang dimaksud dengan “lintas penyeberangan” adalah
suatu alur perairan di laut, selat, teluk, sungai dan/atau
danau yang ditetapkan sebagai lintas penyeberangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “lintas penyeberangan
antarkabupaten/kota” yaitu yang menghubungkan simpul
pada jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api
antarkabupaten atau kota dalam provinsi. Lintas
penyeberangan antarkabupaten/kota ditetapkan oleh
gubernur.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
XXIII. Pasal 22
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “tatanan kepelabuhanan” adalah
suatu sistem kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi,
jenis, hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan dan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 145


lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra-dan antarmoda
serta keterpaduan dengan sektor lainnya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “trayek” adalah rute atau lintasan
pelayanan angkutan dari satu pelabuhan ke pelabuhan
lainnya.
Yang dimaksud dengan “jaringan trayek” adalah kumpulan
trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan pelayanan
angkutan penumpang dan/atau barang dari satu pelabuhan
ke pelabuhan lainnya.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “pelabuhan” adalah tempat yang
terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar
muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal
yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan
serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda
transportasi.
Yang dimaksud dengan “pelabuhan pengumpul” adalah
pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 146


angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam
negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal
tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “pelabuhan pengumpan” adalah
pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam
negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi
pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul dan sebagai
tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta
angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan
dalam provinsi.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “terminal” adalah fasilitas
pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan tempat kapal
bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat
menunggu dan naik turun penumpang, dan/atau tempat
bongkar muat barang.
Yang dimaksud “terminal khusus” adalah terminal yang
terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan
bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani
kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 147


Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
XXIV. Pasal 23
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kebandarudaraan” adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan bandar
udara dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi
keselamatan, keamanan, kelancaran, dan ketertiban arus
lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau pos,
tempat perpindahan intra dan/atau antarmoda serta
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.
Yang dimaksud dengan “tatanan kebandarudaraan” adalah
sistem kebandarudaraan yang menggambarkan
perencanaan bandar udara berdasarkan rencana tata ruang,
pertumbuhan ekonomi, keunggulan komparatif wilayah,
kondisi alam dan geografi, keterpaduan intra dan
antarmoda transportasi, kelestarian Iingkungan,
keselamatan dan keamanan penerbangan, serta
keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya.
Huruf b

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 148


Yang dimaksud dengan “ruang udara untuk penerbangan”
adalah ruang udara di atas daratan atau perairan sampai
dengan ruang udara yang berbatasan dengan ruang
antariksa (ruang udara yang masih dimungkinkan
digunakan sebagai prasarana pesawat udara) yang
didalamnya termasuk ruang lalu lintas udara sesuai dengan
definisi Air Traffic Service (ATS) route berdasarkan ICAO
ANNEX 11.
Ruang udara untuk penerbangan terdiri atas:
a. ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan
langsung untuk kegiatan bandar udara;
b. ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan
untuk operasi penerbangan; dan
c. ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “bandar udara pengumpan” adalah
bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan dan
mempengaruhi perekonomian terbatas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP)” merupakan batas-batas keselamatan
operasi penerbangan yang merupakan suatu kawasan di
sekitar bandar udara yang penggunaannya harus memenuhi

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 149


persyaratan guna menjamin keselamatan operasi
penerbangan.
Angka 1
Yang dimaksud dengan “kawasan ancangan pendaratan dan
Iepas landas” adalah kawasan perpanjangan kedua ujung
landasan di bawah lintasan pesawat udara setelah lepas
landas atau akan mendarat, yang dibatasi oleh ukuran
panjang dan lebar tertentu.
Angka 2
Yang dimaksud dengan “kawasan kemungkinan bahaya
kecelakaan” adalah sebagian dari kawasan pendekatan yang
berbatasan langsung dengan ujung-ujung landasan dan
mempunyai ukuran tertentu, yang dapat menimbulkan
kemungkinan terjadi kecelakaan.
Angka 3
Yang dimaksud dengan “kawasan di bawah permukaan
transisi” adalah bidang dengan kemiringan tertentu sejajar
dengan dan berjarak tertentu dari poros landasan, pada
bagian bawah dibatasi oleh titik perpotongan dengan garis-
garis datar yang ditarik tegak lurus pada poros landasan dan
pada bagian atas dibatasi oleh garis perpotongan dengan
permukaan horizontal dalam.
Angka 4

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 150


Yang dimaksud dengan “kawasan di bawah permukaan
horizontal-dalam” adalah bidang datar di atas dan sekitar
bandar udara yang dibatasi oleh radius dan ketinggian
dengan ukuran tertentu untuk kepentingan pesawat udara
melakukan terbang rendah pada waktu akan mendarat atau
setelah lepas landas.
Angka 5
Yang dimaksud dengan “kawasan di bawah permukaan
kerucut” adalah bidang dari suatu kerucut yang bagian
bawahnya dibatasi oleh garis perpotongan dengan
permukaan horizontal Iuar, masing-masing dengan radius
dan ketinggian tertentu dihitung dan titik referensi yang
ditentukan.
Angka 6
Yang dimaksud dengan “kawasan di bawah permukaan
horizontal-luar” adalah bidang datar di sekitar bandar
udara yang dibatasi oleh radius dan ketinggian dengan
ukuran tertentu untuk kepentingan keselamatan dan
efisiensi operasi penerbangan antara lain pada waktu
pesawat mefakukan pendekatan untuk mendarat dan
gerakan setefah tinggal landas atau gerakan dalam hal
mengalami kegagalan dalam pendaratan.
Huruf b
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 151


Ayat (4)
Cukup jelas.
XXV. Pasal 24
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “sumberdaya air” adalah air, sumber
air dan daya air yang terkandung didalamnya.
Huruf d
Cukup jelas.
XXVI. Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “pembangkitan tenaga listrik”
adalah kegiatan memproduksi tenaga listrik.
Pengembangan pembangkit tenaga listrik dilakukan dengan
memanfaatkan sumber energi tak terbarukan, sumber
energi terbarukan dan sumber energi baru.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 152


Huruf b
Yang dimaksud dengan “jaringan prasarana energi” adalah
jaringan yang menyalurkan tenaga listrik atau tenaga
pembangkit listrik lainnya dari pembangkit ke sistem
distribusi untuk kepentingan umum.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “pembangkit listrik tenaga diesel”
yaitu pembangkit listrik tenaga kecil yang menggunakan
tenaga disel sebagai tenaga penggeraknya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU)” adalah pembangkit listrik yang mengubah energi
kinetik uap untuk menghasilkan energi listrik,
menggunakan sumber energi utama dari Batubara, Biomass
dan sumber energi lain yang berkaitan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH)” adalah pembangkit listrik berskala
kecil (kurang dari 1000 kW) yang memanfaatkan tenaga
(aliran) air sebagai sumber penghasil energi.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS)” adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 153


sinar matahari sebagai sumber penghasil listrik, dengan alat
utama untuk menangkap perubah dan penghasil listrik
adalah Photovoltaic yang disebut secara umum
Modul/Panel Solar Cell.
Ayat (4)
Huruf a
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Yang dimaksud dengan “depo bahan bakar minyak” adalah
tempat penyimpanan minyak dari fasilitas produksi,
selanjutnya didistribusikan ke pengecer atau konsumen.
Depo BBM dimaksud yaitu Depo BBM jenis Premium dan Solar.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “transmisi tenaga listrik” adalah
penyaluran tenaga listrik dari pembangkitan ke sistem
distribusi atau ke konsumen, atau penyaluran tenaga listrik
antarsistem. Jaringan transmisi tenaga listrik yang
menyalurkan tenaga listrik untuk kepentingan umum
disebut juga dengan jaringan transmisi nasional yang dapat
merupakan jaringan transmisi tegangan tinggi, ekstra tinggi,
dan/atau ultra tinggi.
Huruf c
Angka 1

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 154


Yang dimaksud dengan “Gardu Induk” adalah suatu instalasi
tenaga listrik sebagai pusat beban yang berfungsi untuk
mentrasformasi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan
menengah atau rendah dan sebagai pusat pengawasan,
pengaturan serta operasi sistem kelistrikan.
Angka 2
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
XXVII. Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)

Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “sistem jaringan nirkabel” adalah sistem
jaringan yang berhubungan dengan telekomunikasi, tehnologi
informasi dan tehnik komputer (tanpa menggunakan kabel).
Huruf c
Jaringan satelit merupakan piranti komunikasi yang
memanfaatkan teknologi satelit.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 155


Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Stasiun Telepon Otomat (STO)”
adalah tempat atau instalasi bangunan telepon otomat yang
menjadi pusat atau penghubung jaringan telepon.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “menara telekomunikasi” yang
selanjutnya disebut menara, adalah bangunan yang
merupakan satu kesatuan konstruksi dengan bangunan
gedung yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang
struktur fisiknya dapat berupa rangka baja yang diikat oleh
berbagai simpul atau berupa bentuk tunggal tanpa simpul,
di mana fungsi, desain dan konstruksinya disesuaikan
sebagai sarana penunjang menempatkan perangkat
telekomunikasi.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 156


Ayat (5)
Ketentuan peraturan perundang-undangan dimaksud yaitu
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun
2009, Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2009,
Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
19/PER/M.KOMINFO/03/2009 dan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 3/P/2009 tentang
Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara
Telekomunikasi.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
XXVIII. Pasal 27
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “jaringan irigasi” adalah
saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 157


untuk penyediaan, pembagian, pemberian,
penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “jaringan air baku” adalah air
yang dapat berasal dari sumber air permukaan,
cekungan air tanah dan/atau air hujan.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “sistem pengendali banjir”
adalah sistem yang digunakan untuk
penanggulangan banjir.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “sistem pengamanan pantai”
adalah untuk mengetahui karakteristik pantai, jenis
kerusakan pantai, penyebab kerusakan pantai,
gelombang pasang surut, gelombang akibat angin,
arus laut dan perencanaan bangunan pengamanan
pantai.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “konservasi sumberdaya air” adalah
upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan
keadaan, sifat dan fungsi sumberdaya air agar senantiasa
tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu
sekarang maupun generasi yang akan datang.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 158


Yang dimaksud dengan “pendayagunaan sumberdaya air”
adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan,
pengembangan dan pengusahaan sumberdaya air secara
optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.
Yang dimaksud dengan “pengendalian daya rusak air”
adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi dan
memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang
disebabkan oleh daya rusak air.
Ayat (3)
WS mengacu pada Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai.
Ayat (4)
DAS mengacu pada Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai.
Ayat (5)
CAT mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun
2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan “jaringan irigasi primer” adalah
bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan
utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya,
bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap dan
bangunan pelengkapnya.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 159


Yang dimaksud dengan “jaringan irigasi sekunder” adalah
bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran
sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi,
bangunan bagi-sadap, bangunan sadap dan bangunan
pelengkapnya.
Yang dimaksud dengan “jaringan irigasi tersier” adalah
jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan
air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran
tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier,
bok kuarter serta bangunan pelengkapnya.
Ayat (7)
Huruf a
Daerah Irigasi Kewenangan Pemerintah Provinsi
dimaksud mengacu pada Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 390/KPTS/M/2007 tentang
Penetapan Status Daerah Irigasi yang
Pengelolaannya Menjadi Wewenang dan Tanggung
Jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 160


Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “tanggul” adalah bangunan
pengendali sungai yang dibangun dengan
persyaratan teknis tertentu untuk melindungi daerah
sekitar sungai terhadap limpasan air sungai.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “normalisasi sungai” adalah
pelurusan sungai yang sebelumnya berkelok-kelok
sebagai usaha untuk mengatasi banjir.
Ayat (11)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “rehabilitasi Mangrove”
adalah upaya mengembalikan fungsi mangrove yang

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 161


mengalami degradasi, menjadi kondisi yang dianggap
baik dan mampu mengemban fungsi ekologis dan
ekonomis.
Ayat (12)
Cukup jelas.
XXIX. Pasal 28
Cukup jelas.
XXX. Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “SPAM jaringan perpipaan”
adalah satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non
fisik dari prasarana dan sarana air minum yang unit
distribusinya melalui perpipaan dan unit
pelayanannya menggunakan sambungan
rumah/sambungan pekarangan, hidran umum, dan
hidran kebakaran.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “SPAM bukan jaringan
perpipaan” adalah satu kesatuan sistem fisik (teknik)

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 162


dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum
baik bersifat individual, komunal, maupun komunal
khusus yang unit distribusinya dengan atau tanpa
perpipaan terbatas dan sederhana, dan tidak
termasuk dalam SPAM.
Ayat (4)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Instalasi Pengolahan Air
(IPA)” adalah suatu kesatuan bangunan-bangunan
yang berfungsi mengolah air baku meniadi air
bersih/minum.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “reservoir” adalah tempat
penampungan air untuk sementara, sebelum
didistribusikan.
Ayat (5)
Cukup jelas.
XXXI. Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “sistem pembuangan air
limbah setempat” adalah sistem pembuangan dengan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 163


fasilitas pembuangan berada dalam persil atau batas
tanah yang dimiliki.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “sistem pembuangan air
limbah terpusat” adalah sistem pembuangan dengan
fasilitas pembuangan air limbah berada di luar persil
atau dipisahkan dengan batas jarak atau tanah yang
menggunakan perpipaan untuk mengalirkan air
limbah dari rumah ke rumah secara bersamaan dan
kemudian dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air
Limbah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
XXXII. Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 164


Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “pengurugan berlapis bersih
(sanitary landfill)” adalah sarana pengurugan
sampah ke lingkungan yang disiapkan dan
dioperasikan secara sistematik, dengan penyebaran
dan pemadatan sampah pada area pengurugan, serta
penutupan sampah setiap hari.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Yang dimaksud dengan “sampah rumah
tangga” adalah sampah yang berasal dari
kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang
sebagian besar terdiri dari sampah organik,
tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Yang dimaksud dengan “sampah sejenis
sampah rumah tangga” adalah sampah yang

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 165


tidak berasal dari rumah tangga dan berasal
dari kawasan permukiman, kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas umum, fasilitas sosial, dan/atau
fasilitas lainnya.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
XXXIII. Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “drainase primer” adalah
sistem saluran/badan air yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air
(catchment area).
Pada umumnya sistem drainase primer disebut juga
sebagai sistem saluran pembuangan utama. Sistem
jaringan ini menampung aliran yang berskala besar
dan luas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 166


Huruf b
Yang dimaksud dengan “sistem saluran/drainase
sekunder” adalah saluran terbuka atau tertutup yang
berfungsi menerima aliran air dari saluran tersier
dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan
meneruskan air ke saluran primer. Dimensi saluran
tergantung pada debit yang dialirkan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “sistem saluran/drainase
tersier” adalah saluran drainase yang menerima air
dari saluran drainase lokal.
Yang termasuk sistem drainase lokal adalah saluran
awal yang melayani suatu kawasan kota tertentu
seperti komplek permukiman, areal pasar,
perkantoran, areal industri dan komersial.
Ayat (3)
Cukup jelas.
XXXIV. Pasal 33
Cukup jelas.
XXXV. Pasal 34
Cukup jelas.
XXXVI. Pasal 35
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 167


XXXVII. Pasal 36
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kawasan lindung kota”
adalah kawasan lindung yang secara ekologis
merupakan satu ekosistem yang terletak pada
wilayah kota, kawasan lindung yang memberikan
pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang
terletak di wilayah kota, dan kawasan-kawasan
lindung lain yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan pengelolaannya merupakan
kewenangan pemerintah daerah kota.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kawasan budidaya kota”
adalah kawasan di wilayah kota yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia dan sumberdaya buatan.

Ayat (2)
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 168


XXXVIII.Pasal 37
Ayat (1)

Huruf a
Yang dimaksud dengan “kawasan hutan lindung”
adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan lindung.
Yang dimaksud dengan “hutan lindung” adalah
kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan
memelihara kesuburan tanah.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “Kawasan Suaka Alam
selanjutnya disingkat KSA” adalah kawasan dengan
ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan
yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 169


serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai
wilayah sistem penyangga kehidupan.

Huruf e
Yang dimaksud dengan “kawasan rawan bencana
alam” adalah kawasan yang sering atau berpotensi
tinggi mengalami bencana alam.
Huruf f
Kawasan lindung geologi terdiri atas kawasan cagar
alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi
dan kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah.
Huruf g
Kawasan lindung lainnya terdiri atas cagar biosfer,
ramsar, taman buru, kawasan perlindungan plasma
nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karag
dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut
yang dilindungi.
Ayat (2)
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 170


XXXIX. Pasal 38
Kawasan hutan lindung mengacu pada Keputusan Menteri
Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK 465/Menhut – II/2011
tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan
Kawasan Hutan seluas ± 110.105 Ha (Seratus Sepuluh Ribu
Seratus Lima) Hektar dan Perubahan Antar Fungsi Kawasan
Hutan seluas ± 115.111 Ha (Seratus Lima Belas Ribu Seratus
Sebelas) Hektar Di Provinsi Sulawesi Tenggara.
XL. Pasal 39
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “sempadan pantai” adalah
kawasan perlindungan setempat sepanjang pantai
yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian dan kesucian pantai,
keselamatan bangunan dan ketersediaan ruang
untuk lalu lintas umum.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “sempadan sungai” meliputi
ruang di kiri dan kanan palung sungai di antara garis
sempadan dan tepi palung sungai untuk sungai tidak
bertanggul, atau diantara garis sempadan dan tepi
luar kaki tanggul untuk sungai bertanggul.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 171


Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “garis sempadan” adalah
garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang
ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
Angka 1
Yang dimaksud dengan “palung sungai”
berfungsi sebagai ruang wadah air mengalir
dan sebagai tempat berlangsungnya
kehidupan ekosistem sungai.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 172


XLI. Pasal 40
Kedalaman muatan rencana RTH dalam RTRWK meliputi :
a. luas minimum yang harus dipenuhi;
b. penetapan jenis dan lokasi RTH yang akan disediakan;
c. tahap-tahap implementasi penyediaan RTH;
d. ketentuan pemanfaatan RTH secara umum; dan
e. tipologi masing-masing RTH, alternatif vegetasi pengisi ruang
khususnya arahan vegetasi dalam kelompok-kelompok besar,
arahan elemen pelengkap pada RTH, hingga konsep-konsep
rencana RTH sebagai arahan untuk pengembangan disain
selanjutnya.
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “hutan kota” adalah suatu hamparan
lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan
rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara
maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh
pejabat yang berwenang.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “taman kota” adalah lahan terbuka
yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan
rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 173


Yang dimaksud dengan “taman lingkungan” adalah lahan
terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana
kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat
lingkungan

Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “jalur hijau” adalah jalur
penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang
terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di
dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA). Sering disebut
jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah
tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “sabuk hijau (greenbelt)” adalah
RTH yang memiliki tujuan utama untuk membatasi
perkembangan suatu penggunaan lahan atau membatasi
aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling
mengganggu.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
RTH dimaksud mengacu pada Masterplan Ruang Terbuka
Hijau Kota Baubau, Program Pengembangan Kota Hijau
(P2KH) Tahun 2013, Kementerian Pekerjaan Umum.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 174


XLII. Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Kawasan hutan konservasi mengacu pada Keputusan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK
465/Menhut – II/2011 tentang Perubahan Peruntukan
Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas ±
110.105 Ha (Seratus Sepuluh Ribu Seratus Lima) Hektar dan
Perubahan Antar Fungsi Kawasan Hutan seluas ± 115.111
Ha (Seratus Lima Belas Ribu Seratus Sebelas) Hektar di
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “Taman Wisata Alam” adalah
kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan terutama
untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi.
Ayat (4)
Satuan ruang geografis dapat ditetapkan sebagai Kawasan
Cagar Budaya apabila:
a. mengandung 2 (dua) Situs Cagar Budaya atau lebih yang
letaknya berdekatan;

b. berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia


paling sedikit 50 (lima puluh) tahun;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 175


c. memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada
masa lalu berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun;
d. memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada
proses pemanfaatan ruang berskala luas;
e. memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya;
dan
f. memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung
bukti kegiatan manusia atau endapan fosil.
XLIII. Pasal 42
Huruf a
Yang dimaksud dengan “longsor” adalah suatu proses
perpindahan massa tanah/batuan dengan arah miring dari
kedudukan semula, sehingga terpisah dari massa yang
mantap, karena pengaruh gravitasi, dengan jenis gerakan
berbentuk rotasi dan translasi.
Huruf b
Kawasan rawan gelombang pasang ditetapkan dengan
kriteria kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap
gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 (sepuluh)
sampai dengan 100 (seratus) kilometer per jam yang timbul
akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari.

Huruf c

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 176


Yang dimaksud dengan “daerah rawan banjir” adalah
kawasan yang potensial untuk dilanda banjir yang
diindikasikan dengan frekuensi terjadinya banjir (pernah
atau berulangkali).
Yang dimaksud dengan “banjir” adalah aliran air di
permukaan tanah (surface water) yang relatif tinggi dan
tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai,
sehingga melimpah ke kanan dan kiri serta menimbulkan
genangan/aliran dalam jumlah melebihi normal dan
mengakibatkan kerugian pada manusia dan lingkungan.
XLIV. Pasal 43
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “gerakan tanah” adalah
perpindahan material pembentuk lereng, berupa
batuan, bahan timbunan, tanah, atau material
campuran yang bergerak ke arah bawah dan ke luar
lereng.
Angka 1
Yang dimaksud dengan “zona kerentanan gerakan
tanah” adalah suatu area/daerah yang mempunyai

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 177


kesamaan derajat, kerentanan relatif (relative
susceptibility) untuk terjadi gerakan tanah.
Yang dimaksud dengan “zona kerentanan gerakan
tanah menengah” merupakan daerah yang secara
umum mempunyai kerentanan menengah untuk
terjadi gerakan tanah. Gerakan tanah besar maupun
kecil dapat terjadi terutama di daerah yang
berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing
pemotongan jalan, dan pada lereng yang mengalami
gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali
terutama dipicu oleh curah hujan yang tinggi.
Angka 2
Yang dimaksud dengan “zona kerentanan gerakan
tanah rendah” merupakan daerah yang secara umum
jarang terjadi gerakan tanah, kecuali jika mengalami
gangguan pada lerengnya, terutama pada tebing
sungai.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “abrasi” adalah peristiwa
rusaknya pantai sebagai akibat dari hantaman ombak
atau gaya air laut.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap air tanah” adalah kawasan yang

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 178


diperuntukan untuk memberi perlindungan terhadap air
yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah
permukaan tanah.
Yang dimaksud dengan “daerah imbuhan air tanah” adalah
daerah resapan air yang mampu menambah air tanah secara
alamiah pada cekungan air tanah.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kawasan kars” adalah
kawasan batuan karbonat (batugamping dan
dolomite) yang memperlihatkan morfologi kars.
Yang dimaksud dengan “Kars” adalah bentang alam
pada batuan karbonat yang bentuknya sangat khas
berupa bukit, lembah, dolina dan gua. Yang dimaksud
dengan “dolina” adalah lekuk tertutup di permukaan
kars yang terjadi akibat proses pelarutan dan/atau
peruntuhan.
XLV. Pasal 44
Cukup jelas.
XLVI. Pasal 45
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 179


Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “kawasan industri” adalah
kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan
Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha
Kawasan Industri.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “kawasan pariwisata” adalah
kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau
memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata
yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau
lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial
dan budaya, pemberdayaan sumberdaya alam, daya
dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan
keamanan.
Huruf f
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 180


Huruf g
Yang dimaksud dengan “ruang evakuasi bencana”
adalah area yang disediakan untuk menampung
masyarakat yang terkena bencana dalam kondisi
darurat, sesuai dengan kebutuhan antisipasi bencana
karena memiliki kelenturan dan kemudahan
modifikasi sesuai kondisi dan bentuk lahan di setiap
lokasi.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
XLVII. Pasal 46
Cukup jelas.
XLVIII. Pasal 47
Cukup jelas.
XLIX. Pasal 48
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 181


L. Pasal 49
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Luas lahan Kawasan Industri Tertentu untuk Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah paling rendah 5 (lima) hektar dalam
satu hamparan.
Ayat (4)
Perusahaan Industri yang akan menjalankan industri
setelah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009
tentang Kawasan Industri mulai berlaku, wajib berlokasi di
Kawasan Industri. Kewajiban berlokasi di Kawasan Industri
dikecualikan bagi:
a. Perusahaan Industri yang menggunakan bahan baku
dan/atau proses produksinya memerlukan lokasi
khusus.
b. Industri mikro, kecil dan menengah.
c. Perusahaan Industri yang akan menjalankan industri
dan berlokasi di daerah kabupaten/kota yang belum
memiliki kawasan industri atau yang telah memiliki
kawasan industri namun seluruh kaveling industri
dalam kawasan industrinya telah habis.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 182


Luas lahan Kawasan Industri paling rendah 50 (lima puluh)
hektar dalam satu hamparan.
LI. Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
KPPN Baubau dan sekitarnya mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 - 2025.

Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Kehidupan adat dan tradisi masyarakat dan aktifitas
budaya masyarakat yang khas di suatu area/tempat
serta kesenian merupakan daya tarik wisata budaya
bersifat tidak berwujud (intangible), contoh upacara
adat, tarian dan sebagainya.
Ayat (5)

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 183


Cukup jelas.

Ayat (6)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “bendung” adalah konstruksi
yang dibangun untuk meninggikan muka air sungai
dan mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada
ke arah tepi kanan dan tepi kiri sungai untuk
mengalirkannya ke dalam saluran melalui sebuah
bangunan pengambilan jaringan irigasi.
Huruf g
Cukup jelas.
LII. Pasal 51
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 184


LIII. Pasal 52
Cukup jelas.
LIV. Pasal 53
Cukup jelas.
LV. Pasal 54
Cukup jelas.
LVI. Pasal 55
Ayat (1)

Huruf a
Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan hutan
produksi” adalah kawasan hutan yang mempunyai
fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
Kawasan peruntukan hutan produksi dimaksudkan
untuk menyediakan komoditas hasil hutan dalam
memenuhi kebutuhan untuk keperluan industri
sekaligus untuk melindungi kawasan hutan yang
ditetapkan sebagai hutan lindung dan hutan
konservasi dari kerusakan akibat pengambilan hasil
hutan yang tidak terkendali.
Kawasan peruntukan hutan produksi di daerah
mengacu pada Keputusan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor : SK 465/Menhut –
II/2011 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 185


Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas ±
110.105 Ha (Seratus Sepuluh Ribu Seratus Lima)
Hektar dan Perubahan Antar Fungsi Kawasan Hutan
seluas ± 115.111 Ha (Seratus Lima Belas Ribu Seratus
Sebelas) Hektar di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan hutan
produksi terbatas” adalah kawasan hutan yang
secara ruang digunakan untuk budidaya hutan alam.
Kawasan Hutan Produksi Terbatas ditetapkan
dengan kriteria faktor-faktor kelas lereng, jenis
tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing
dikalikan dengan angka penimbang mempunyai

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 186


jumlah nilai antara 125-174, di luar kawasan hutan
lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam
dan taman buru.

Huruf b
Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan hutan
produksi tetap” adalah kawasan hutan yang secara
ruang digunakan untuk budidaya hutan alam dan
hutan tanaman.
Kawasan Hutan Produksi Tetap ditetapkan dengan
kriteria faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan
intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan
dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai di
bawah 125, di luar kawasan hutan lindung, hutan
suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “tanaman hortikultura”
adalah tanaman yang menghasilkan buah, sayuran,
bahan obat nabati, florikultura, termasuk di
dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 187


berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati,
dan/atau bahan estetika.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “lahan pertanian pangan
berkelanjutan” adalah bidang lahan pertanian yang
ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara
konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi
kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.
Lahan pertanian pangan yang ditetapkan sebagai lahan
pertanian pangan berkelanjutan dapat berupa :
a. lahan beririgasi;
b. lahan reklamasi rawa pasang surut dan non pasang surut
(lebak); dan/atau
c. lahan tidak beririgasi.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “kawasan pertambangan” adalah
kawasan yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara
dan tidak terikat dengan batasan administrasi
pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang
nasional.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 188


Huruf a
Yang dimaksud dengan “Wilayah Usaha
Pertambangan yang selanjutnya disebut WUP” adalah
bagian dari WP yang telah memiliki ketersediaan data,
potensi dan/atau informasi geologi.
WUP ditetapkan oleh Menteri. Menteri dapat
melimpahkan kewenangan penetapan WUP untuk
pertambangan, mineral bukan logam dan WUP untuk
pertambangan batuan pada Gubernur.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “Wilayah Pertambangan
Rakyat yang selanjutnya disebut WPR” adalah bagian
dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha
pertambangan rakyat. WPR ditetapkan oleh
Bupati/Walikota.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “Wilayah Pencadangan Negara
yang selanjutnya disebut WPN” adalah bagian dari WP
yang dicadangkan untuk kepentingan strategis
nasional.
WUP dan WPN ditetapkan oleh Menteri. Menteri dapat
melimpahkan kewenangan penetapan WUP untuk
pertambangan mineral bukan logam dan WUP untuk
pertambangan batuan yang berada pada lintas

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 189


kabupaten/kota dan dalam 1 (satu) kabupaten/kota
dalam 1 (satu) provinsi kepada Gubernur.
Ayat (6)
Ketentuan peraturan perundang-undangan dimaksud
adalah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
LVII. Pasal 56
Cukup jelas.
LVIII. Pasal 57
Cukup jelas.
LIX. Pasal 58
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi” seperti :
a. potensi ekonomi cepat tumbuh;
b. sektor unggulan yang dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 190


c. potensi ekspor;
d. dukungan jaringan prasarana dan fasilitas
penunjang kegiatan ekonomi;
e. kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi
tinggi;
f. fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi
pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan
pangan;
g. fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi
sumber energi dalam rangka mewujudkan
ketahanan energi; atau
h. kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan
kawasan tertinggal.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kawasan strategis dari sudut
kepentingan sosial budaya” seperti :
a. tempat pelestarian dan pengembangan adat
istiadat atau budaya;
b. prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
c. aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
d. tempat perlindungan peninggalan budaya;
e. tempat yang memberikan perlindungan terhadap
keanekaragaman budaya;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 191


f. tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap
konflik sosial;
g. hasil karya cipta budaya masyarakat kota yang
dapat menunjukkan jatidiri maupun penanda
(focal point, landmark) budaya kota; dan/atau
h. kriteria lainnya yang dikembangkan sesuai dengan
kepentingan pembangunan kota.

Huruf c
Yang dimaksud dengan “kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup” seperti :
a. tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. kawasan lindung yang ditetapkan bagi
perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang
hampir punah atau diperkirakan akan punah yang
harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c. kawasan yang memberikan perlindungan
keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian;
d. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
keseimbangan iklim makro;
e. kawasan yang menuntut prioritas tinggi
peningkatan kualitas lingkungan hidup;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 192


f. kawasan rawan bencana alam; atau
g. kawasan yang sangat menentukan dalam
perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
LX. Pasal 59
Cukup jelas.
LXI. Pasal 60

Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “indikasi program utama lima
tahunan” adalah petunjuk yang memuat usulan program
utama penataan/pengembangan kota, perkiraan pendanaan
beserta sumbernya, instansi pelaksana dan waktu

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 193


pelaksanaan, dalam rangka mewujudkan ruang kota yang
sesuai dengan rencana tata ruang.
LXII. Pasal 61
Cukup jelas.
LXIII. Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “ketentuan umum peraturan
zonasi sistem kota” adalah ketentuan umum yang
mengatur pemanfaatan ruang/penataan ruang kota
dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang
yang disusun untuk setiap klasifikasi
peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRWK.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “ketentuan perizinan” adalah
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah kota sesuai kewenangannya yang
harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum
pemanfaatan ruang, dan digunakan sebagai alat dalam
melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib
sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disusun
dan ditetapkan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 194


Huruf c
Yang dimaksud dengan “ketentuan insentif dan
disinsentif” adalah perangkat atau upaya untuk
memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan
yang sejalan dengan rencana tata ruang dan juga
perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan
atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan
rencana tata ruang.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “arahan sanksi” adalah arahan
untuk memberi sanksi bagi siapa saja yang melakukan
pelanggaran dalam pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.
LXIV. Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang paling
sedikit terdiri atas :
a. koefisien dasar bangunan maksimum;
b. koefisien lantai bangunan maksimum;

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 195


c. ketinggian bangunan maksimum; dan
d. koefisien dasar hijau minimum.

Huruf c
Ketentuan prasarana dan sarana minimum sebagai
kelengkapan dasar fisik lingkungan yang mendukung
berfungsinya zona secara optimal.
Huruf d
Ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mengendalikan
pemanfaatan ruang pada kawasan cagar budaya,
kawasan rawan bencana, kawasan keselamatan
operasi penerbangan, dan kawasan lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
LXV. Pasal 64
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 196


Ayat (3)
Ketentuan peraturan perundang-undangan dimaksud
antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
LXVI. Pasal 65
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “izin prinsip” adalah surat izin
yang diberikan oleh Pemerintah/pemerintah daerah
untuk menyatakan suatu kegiatan secara prinsip
diperkenankan untuk diselenggarakan atau
beroperasi.
Izin prinsip merupakan pertimbangan pemanfaatan
lahan berdasarkan aspek teknis, politis, dan sosial
budaya sebagai dasar dalam pemberian izin lokasi.
Izin prinsip dapat berupa surat penunjukan
penggunaan lahan (SPPL).
Izin prinsip belum dapat dijadikan dasar untuk
pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “izin lokasi” adalah izin yang
diberikan kepada pemohon untuk memperoleh ruang
yang diperlukan dalam rangka melakukan
aktivitasnya. Izin lokasi merupakan dasar untuk

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 197


melakukan pembebasan lahan dalam rangka
pemanfaatan ruang.
Izin lokasi diberikan berdasarkan izin prinsip apabila
berdasarkan peraturan daerah yang berlaku
diperlukan izin prinsip.
Izin lokasi diperlukan untuk pemanfaatan ruang lebih
dari 1 (satu) hektar untuk kegiatan bukan pertanian
dan lebih dari 25 (dua puluh lima) hektar untuk
kegiatan pertanian.
Huruf c
Izin penggunaan pemanfaatan tanah merupakan dasar
untuk permohonan mendirikan bangunan.
Huruf d
Izin mendirikan bangunan merupakan dasar dalam
mendirikan bangunan dalam rangka pemanfaatan
ruang.
Izin mendirikan bangunan diberikan berdasarkan
peraturan zonasi sebagai dasar bagi pemegang izin
untuk mendirikan bangunan sesuai fungsi yang telah
ditetapkan dan rencana teknis bangunan gedung yang
telah disetujui oleh pemerintah daerah kabupaten.
Huruf e
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 198


Ayat (2)
Cukup jelas.
LXVII. Pasal 66
Ayat (1)
Penerapan insentif atau disinsentif secara terpisah
dilakukan untuk perizinan skala kecil/individual sesuai
dengan peraturan zonasi, sedangkan penerapan insentif
dan disinsentif secara bersamaan diberikan untuk perizinan
skala besar/kawasan karena dalam skala besar/kawasan
dimungkinkan adanya pemanfaatan ruang yang
dikendalikan dan didorong pengembangannya secara
bersamaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
LXVIII. Pasal 67
Cukup jelas.
LXIX. Pasal 68
Cukup jelas.
LXX. Pasal 69
Cukup jelas.
LXXI. Pasal 70
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 199


LXXII. Pasal 71
Cukup jelas.
LXXIII. Pasal 72
Cukup jelas.
LXXIV. Pasal 73
Cukup jelas.
LXXV. Pasal 74
Cukup jelas.
LXXVI. Pasal 75
Cukup jelas.
LXXVII. Pasal 76
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “Koefesien Lantai Bangunan
yang selanjutnya disingkat KLB” adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh lantai
bangunan gedung dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 200


rencana tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL).

Huruf c
Yang dimaksud dengan “Koefesien Dasar Bangunan
yang selanjutnya disingkat KDB” adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh lantai
dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
rencana tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL).
Yang dimaksud dengan “Koefesien Dasar Hijau yang
selanjutnya disingkat KDH” adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di
luar bangunan gedung yang diperuntukan bagi
pertamanan/penghijauan dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
rencana tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL).
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 201


Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
LXXVIII. Pasal 77
Cukup jelas.
LXXIX. Pasal 78
Cukup jelas.
LXXX. Pasal 79
Cukup jelas.
LXXXI. Pasal 80
Cukup jelas.
LXXXII. Pasal 81
Cukup jelas.
LXXXIII. Pasal 82
Cukup jelas.
LXXXIV. Pasal 83
Cukup jelas.
LXXXV. Pasal 84
Cukup jelas.
LXXXVI. Pasal 85
Cukup jelas.
LXXXVII. Pasal 86
Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 202


LXXXVIII. Pasal 87
Cukup jelas.
LXXXIX. Pasal 88
Cukup jelas.
XC. Pasal 89
Cukup jelas.
XCI. Pasal 90
Cukup jelas.
XCII. Pasal 91
Huruf a
Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan
dimaksudkan sebagai kewajiban setiap orang untuk
memiliki izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 203


Pemberian akses dimaksudkan untuk menjamin agar
masyarakat dapat mencapai kawasan yang dinyatakan
dalam peraturan perundang-undangan sebagai milik
umum. Kewajiban memberikan akses dilakukan apabila
memenuhi syarat berikut :
a. untuk kepentingan masyarakat umum; dan/atau
b. tidak ada akses lain menuju kawasan dimaksud.
Yang termasuk dalam kawasan yang dinyatakan sebagai
milik umum, antara lain, adalah sumber air dan pesisir
pantai.
XCIII. Pasal 92
Cukup jelas.
XCIV. Pasal 93
Yang dimaksud dengan “peran masyarakat” adalah
kegiatan/aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
XCV. Pasal 94
Ayat (1)
Huruf a
Masukan dapat berupa informasi, bantuan pemikiran,
usul, saran, pendapat, pertimbangan, dan/atau
tanggapan.
Angka 1

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 204


Persiapan penyusunan rencana tata ruang
merupakan kegiatan untuk mempersiapkan
penyusunan rencana tata ruang dalam satu
wilayah tertentu termasuk penyusunan
kerangka acuan (Terms of Reference) yang
memuat latar belakang, tujuan danbsasaran,
ruang lingkup, jadwal pelaksanaan, serta sumber
pembiayaan.
Angka 2
Penentuan arah pengembangan wilayah atau
kawasan merupakan kegiatan untuk
menentukan arah pengembangan wilayah atau
kawasan yang akan dicapai ditinjau dari aspek
ekonomi, sosial, budaya, daya dukung, dan daya
tamping lingkungan serta fungsi pertahanan
keamanan.
Angka 3
Pengidentifikasian potensi dan masalah
pembangunan merupakan kegiatan untuk
mengidentifikasikan berbagai potensi dan
masalah pembangunan dalam satu wilayah atau
kawasan perencanaan termasuk bantuan untuk
memperjelas hak atas ruang.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 205


Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Huruf b
Bentuk-bentuk kerja sama antara lain kerja sama
dalam penelitian dan pengembangan,
penyelenggaraan forum konsultasi, serta
penyebarluasan informasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam kerjasama, masyarakat antara lain dapat
memberikan bantuan teknik dan/atau keahlian.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Kerjasama masyarakat dengan
Pemerintah/pemerintah daerah antara lain dapat
berbentuk public private participation, privatisasi,
ruilslag, dan turn key.
Dalam kerjasama, masyarakat antara lain dapat
memberikan bantuan teknik dan/atau keahlian.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 206


Huruf c
Yang dimaksud dengan “kearifan lokal” adalah nilai-
nilai luhur yang masih berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “dugaan penyimpangan atau
pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang” antara lain
adalah adanya indikasi memanfaatkan ruang dengan
izin pemanfaatan ruang di lokasi yang tidak sesuai
dengan peruntukannya; memanfaatkan ruang tanpa
izin pemanfaatan ruang di lokasi yang sesuai
peruntukannya; dan/atau memanfaatkan ruang tanpa

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 207


izin pemanfaatan ruang di lokasi yang tidak sesuai
peruntukannya.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “pembangunan” adalah
kegiatan fisik yang memanfaatkan ruang.
Pengajuan keberatan harus disertai dengan alasan
yang jelas, dapat dipertanggungjawabkan dengan
mencantumkan identitas yang jelas, dan dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
XCVI. Pasal 95
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “tata cara pelaksanaan peran
masyarakat” adalah sistem, mekanisme, dan/atau prosedur
pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat dalam
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Ketentuan peraturan perundang-undangan dimaksud
adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 208


Tahun 2010 Tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
XCVII. Pasal 96
Ketentuan peraturan perundang-undangan dimaksud adalah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010
Tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan
Ruang.
XCVIII. Pasal 97
Cukup jelas.
XCIX. Pasal 98
Cukup jelas.
C. Pasal 99
Cukup jelas.
CI. Pasal 100
Cukup jelas.
CII. Pasal 101
Ayat (1)
Penetapan pelaksanaan peninjauan kembali rencana tata
ruang wilayah kabupaten dilakukan dengan Keputusan
Bupati.
Hasil pelaksanaan peninjauan kembali rencana tata ruang
wilayah kabupaten berisi rekomendasi tindak lanjut sebagai
berikut :
a. perlu dilakukan revisi terhadap rencana tata ruang; atau

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 209


b. tidak perlu dilakukan revisi terhadap rencana tata ruang.
Revisi terhadap rencana tata ruang wilayah kabupaten
dilakukan bukan untuk pemutihan terhadap penyimpangan
pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “bencana alam skala besar” adalah
bencana nasional sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan berdasarkan
besaran jumlah korban jiwa, kerugian harta benda,
kerusakan prasarana dan sarana, cakupan luas wilayah
yang terkena bencana, dan dampak sosial ekonomi yang
ditimbulkan.
Yang dimaksud dengan “perubahan batas teritorial wilayah
daerah” berupa pemekaran wilayah atau penggabungan
wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Ayat (3)
Perubahan kebijakan nasional adalah dalam hal
pengembangan wilayah dan pembangunan sektor-sektor
tertentu yang berskala besar dan/atau kegiatan
pembangunan penting lainnya yang tidak dapat ditampung
dalam struktur ruang dan pola ruang pada rencana tata
ruang dan mengakibatkan perlunya dilakukan penyesuaian
rencana tata ruang dengan kondisi di lapangan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 210


Ayat (4)
Cukup jelas.
CIII. Pasal 102
Cukup jelas.
CIV. Pasal 103
Cukup jelas.
CV. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4
TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 211


LAMPIRAN II
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 - 2034

SISTEM PERKOTAAN

No. Sistem Perkotaan Lokasi

1 Pusat Kegiatan Nasional Kota Baubau


Promosi (PKNp)
2 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Baubau (I/C/1)
3 Pusat Kota Kecamatan Betoambari
Kecamatan Wolio
4 Sub Pusat Kota Kelurahan Lamangga Kecamatan
Murhum
Kelurahan Katobengke Kecamatan
Betoambari
Kelurahan Waruruma Kecamatan
Kokalukuna
Kelurahan Liabuku Kecamatan
Bungi
Kelurahan Kaisabu Baru
Kecamatan Sorawolio
Kelurahan Lowu-lowu dan Kolese
Kecamatan Lea-lea
Kelurahan Wameo Kecamatan
Batupoaro
5 Pusat Lingkungan Kelurahan Bataraguru Kecamatan
Wolio
Kelurahan Nganganaumala
Kecamatan Batupoaro
Kelurahan Lipu Kecamatan
Betoambari
Kelurahan Liwuto Kecamatan
Kokalukuna
Kelurahan Waliabuku Kecamatan
Bungi

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 170


No. Sistem Perkotaan Lokasi

Pusat Lingkungan Kelurahan Karya Baru Kecamatan


Sorawolio
Kelurahan Kalialia Kecamatan Lea-
Lea
Kelurahan Nganganaumala
Kecamatan Batupoaro
Keterangan:
I - IV : Tahapan pengembangan
A : Mendorong pengembangan kota-kota sentra produksi
B : Revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-kota pusat pertumbuhan nasional
B/1 Pengembangan/peningkatan fungsi
B/2 Pengembangan baru
B/3 Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
C : Revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-kota pusat pertumbuhan provinsi
C/1 Pengembangan/peningkatan fungsi
C/2 Pengembangan baru
C/3 Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi

WALIKOTA BAUBAU,

AS. TAMRIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 171


LAMPIRAN III
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 - 2034

JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN

1. Jaringan Jalan Primer

Jalan Nasional : Jalan Kolektor Primer Satu (JKP - 1)


No. Ruas Panjang
No. Nama Ruas JKP - 1
Lama Baru (Km.)
1 027.1 040 Mataompana – Sp.3 Bure 48,028
Km.1,40/SP.3 Jl.Hasanudin –
Jl. Pahlawan
2 027.11K 040.11K Jalan R.A. Kartini 0,707
3 027.12K 040.12K Jalan Murhum 1,690
4 027.13K 040.13K Jalan Gajahmada 2,530
5 007.11K 041.11K Jalan KS. Tubun 0,108
6 007.12K 041.12K Jalan Jend. Sudirman 0,462
7 007.13K 041.13K Jalan Sultan Hasanuddin 0,925
8 007.14K 041.14K Jalan Pahlawan 6,556
TOTAL 61,006

2. Jaringan Jalan Sekunder

a. Jalan Kolektor Sekunder (JKS)

No. Ruas Panjang


No. Nama Ruas JKS
Lama Baru (Km.)

1 401 Jalan Yos Sudarso 0,722


2 402 Jalan R.A. Kartini 0,665
3 403 Jalan Jend. Sudirman 1,034
4 404 Jalan Sultan Hasanuddin 0,890
5 405 Jalan R.E Martadinata 0,520
6 406 Jalan Jend. Ahmad Yani 0,586
7 407 Jalan H. Agus Salim 0,554
8 409 Jalan Budi Utomo 0,840
9 410 Jalan Diponegoro 0,430
10 413 Jalan Letter Buton 0,282
11 414 Jalan Balai Kota 0,262
12 419 Jalan Kapten Tendean 0,950

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 172


No. Ruas Panjang
No. Nama Ruas JKS
Lama Baru (Km.)
13 421 Jalan S. Pandjaitan 0,125
14 422 Jalan Wolter Monginsidi 1,400
15 423 Jalan S. Parman 0,125
16 424 Jalan Kamali 0,105
17 425 Jalan Jend. Suprapto 0,100
18 426 Jalan Husni Thamrin 1,000
19 427 Jalan KS. Tubun 0,102
20 428 Jalan Sutan Syahrir 0,100
21 429 Jalan Tjut Ditiro 0,085
22 430 Jalan Tjut Nyak Dien 0,125
23 431 Jalan Patimura 0,496
24 432 Jalan Dr. Soetomo 0,120
25 433 Jalan Teuku Umar 0,250
26 434 Jalan Jambu Mete 0,885
27 436 Jalan Anoa 23,300
28 437 Jalan Rusa 0,115
29 443 Jalan Sibarata 0,300
30 444 Jalan Gajah Mada 2,910
31 445 Jalan Wakaaka 1,068
32 446 Jalan Panglima Polim 0,492
33 447 Jalan Pahlawan 24,000
34 453 Jalan Hayam Wuruk 1,800
35 454 Jalan Erlangga 2,358
36 455 Jalan Murhum 1,675
37 456 Jalan Betoambari 3,100
38 Jalan Bataraguru 0,620
39 Jalan Bulawambona 0,990
40 Jalan Labalawo 0,456
41 Jalan Labalawo I 0,100
42 Jalan Cokro Aminoto 0,786
43 Jalan Dr. Wahidin 1,478
44 Jalan Wa Ode Wau 1,300
45 Jalan Lakarambau 0,459
46 Jalan Elangi 0,400
47 Jalan Padang Kuku 4,400
48 Jalan Seram 0,150
49 Jalan Gajah Mada II 0,950
50 Jalan 10 November 0,198
51 Jalan Waborobo – Lawela 2,300
52 Jalan Pantai Nirwana – Lawela 3,290
53 Jalan Komp. Keraton 3,502

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 173


No. Ruas Panjang
No. Nama Ruas JKS
Lama Baru (Km.)
54 Jalan Keraton – Waborobo 2,500
55 Jalan Dayanu Ikhsanuddin – P. Nirwana 6,510
56 Jalan Betoambari – Sulaa 4,515
57 Jalan Kapitalau 0,400
58 Jalan Bhakti Abri 1,950
59 Jalan Liabuku – Lowu Lowu – Kalialia 7,000
60 Jalan Poros Palabusa 3,600
61 Jalan Poros Sambali – Kantor Walikota 2,100
Baru
62 Jalan Poros Sulaa – Simp. 5 2,075
63 Jalan Poros Ktr. Walikota – Simp. 5 2,400
64 Jalan Poros Sambali – RSU 0,475
65 Jalan Poros Kalialia – Palabusa 7,600
66 Jalan Poros Palabusa – Kolagana 2,750
67 Jalan Perkerasan Waborobo 5,000
68 Jalan Perkerasan Palabusa 0,500
69 Jalan Pantai Kamali 0,162
70 Jalan Sambali – STM 0,750
71 Jalan Masuk STM 0,250
72 Poros Ktr. PKK – Bonekom 0,400
73 Poros SMP 7 – Sambali 0,300
74 Poros Simp. 5 – Gua Lakasa 0,800
75 Poros Simp. 5 – Padangkuku 0,750
76 Jalan P. Nirwana – Dayanu Ikhsanuddin 1,800
77 Jalan Gua Lakasa – Ikhsanuddin 1,267
78 Jalan Kolagana – Palabusa 2,500
79 Jalan Perkerasan Waborobo Simp. 5 (T.II) 0,525
80 Jalan Perkerasan RSU – K.Walikota 2,686
81 Jalan Perkerasan Kolese Kolagana 1,598

TOTAL 158,413

b. Jalan Lokal Sekunder (JLS)

No. Ruas Panjang


No. Nama Ruas JLS
Lama Baru (Km.)

1 408 Jalan Kelapa 0,813


2 409.1 Jalan Marinir 0,225
3 411 Jalan Gatot Subroto 1,500
4 412 Jalan Imam Bonjol 0,300
5 412.1 Jalan Kaimuddin Al Idris 0,150

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 174


No. Ruas Panjang
No. Nama Ruas JLS
Lama Baru (Km.)
6 415 Jalan Sutoyo 0,122
7 416 Jalan Emil Saelan 0,100
8 417 Jalan Chairil Anwar 0,165
9 418 Jalan M. Yamin 0,155
10 420 Jalan Katamso 0,177
11 434.1 Jalan Hidayatullah 0,492
12 435 Jalan Sarikaya 0,474
13 438 Jalan Dahlia 0,100
14 439 Jalan Anggrek 0,117
15 440 Jalan Teratai 0,150
16 441 Jalan Kamboja 0,100
17 442 Jalan Mawar 0,100
18 442.1 Jalan Mawar I 0,630
19 448 Jalan Hang Jebat 0,079
20 449 Jalan Hang Lekir 0,251
21 450 Jalan Hang Tuah 0,062
22 451 Jalan Simalui 0,137
23 452 Jalan SD Wangkanapi 0,100
24 460 Jalan Labuke 0,400
25 461 Jalan Sitamanajo 0,200
26 463 Jalan Sijawangkati 0,422
27 464 Jalan Sipajonga 0,470
28 465.1 Jalan Latsitarda 0,675
29 465.2 Jalan Latsitarda II (Lorong Taksi) 0,350
30 469 Jalan La Ode Boha 0,230
31 470 Jalan Wa Ode Walanda 0,305
32 471 Jalan Sapati Manjawari 0,230
33 472 Jalan Katamba 0,100
34 473 Jalan Cakalang 0,410
35 474 Jalan Rumah-Rumah 0,065
36 475 Jalan Wawokia 0,420
37 480 Jalan Depot 0,950
38 481 Jalan Jambu Bangkok 0,210
39 482 Jalan Nangka 0,200
40 483 Jalan Melati 0,110
41 484 Jalan Sukun 0,200
42 485 Jalan Sijawangkati I 0,200
43 486 Jalan Komp. Sulaa 1,000
44 488 Jalan Latsitarda III 2,250
45 490 Jalan Komp. Lakologou 0,700
46 493 Jalan Pantai Nirwana 0,100

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 175


No. Ruas Panjang
No. Nama Ruas JLS
Lama Baru (Km.)
47 495 Jalan Seram II 0,100
48 496 Jalan Bintara 0,210
49 498.1 Jalan Sapati Baluwu 0,400
50 498.2 Jalan Komp. Perumnas Waruruma 2,600
51 498.3 Jalan Komp. Liwuto & Sukanayo 0,000
52 499 Jalan Komp. Perintis 3,000
53 4100 Jalan P. Antasari 0,300
54 410.1 Jalan Senopati 0,610
55 Jalan Laode Malim 0,675
56 Jalan Masuk Ps. Hidayatullah 0,400
57 Jalan Burasatongka 0,300
58 Jalan Girisa 0,300
59 Jalan Masuk Permandian Bungi 0,325
60 Jalan Masuk Cekdam Kel. Bungi 0,600
61 Jalan Masuk Cekdam Kel. Karya Baru 1,000
62 Jalan Masuk Cekdam Kel. Karya Baru 0,500
63 Jalan Masuk Puskesmas Bataraguru 0,120
64 Jalan Masuk Puskesmas Katobengke 0,075
65 Jalan Masuk Batu Maali 0,365
66 Jalan JUT Kaisabu Baru – Karya Baru 11,200
67 Jalan JUT Wonco I, II, III, Pajalele 7,200
68 Jalan Perkerasan Kolese 3,000
69 Jalan Perkerasan Sulaa 4,000
70 Jalan Perkerasan Karya Baru 6,000
71 Jalan Perkerasan Kodolokatapi 1,000
72 Lr. Kulkas 0,145
73 Lr. Pecek 0,132
74 Jalan Masuk Air Terjun Samparona I 1,025
75 Jalan Masuk Air Terjun Samparona II 2,150
76 Lr. Gudang Kumala 0,108
77 Jalan Masuk Puskesmas Sorawolio 0,125
78 Jalan Lingkar Pasar Sorawolio 0,485
79 Jalan Penghubung Gonda – Bugi 1,000
80 Jalan SMP 7 Baadia – RSU 0,365
81 Jalan Samping Ktr. Karya Baru 0,060
82 Jalan Masuk Baruga Karya Baru 0,070
83 Jalan Masuk Tanggul Kel. Tomba 0,700
84 Jalan Masuk Tanggal Kel. Bataraguru 0,250
85 Jalan Pendidikan 0,480
86 Jalan Kuningan 0,223
87 Jalan Baabul Ikhsan 0,108

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 176


No. Ruas Panjang
No. Nama Ruas JLS
Lama Baru (Km.)
88 Jalan Bawah Mesjid Lamangga 0,167
89 Jalan Kembang 0,200
90 Jalan Komp. Labuantae 1,041
91 Jalan Peropa 0,225
92 Jalan Masuk Ps. Almarhamah 1,600
93 Jalan Poros Kokalukuna 2,100
94 Jalan STM – Ktr. PKK 1,000
95 Jalan Samp. UMB – Dinkes 1,200
96 Jalan Perjuangan (Depan SPBU 0,400
Palatiga)
97 Jalan Dusun Lestari 0,700
98 Jalan Lingkar Kampeonaho 0,268
99 Jalan Lingkar Bagea 0,328
100 Jalan Lodji 0,161
101 Jalan Masuk Masjid Kabumbu 0,138
102 Jalan Bawah Pemancar 0,678
103 Jalan Lingk. Kadolo 0,498
104 Jalan Lingkar TVRI 1,600
105 Jalan Perkerasan TPA Baru 1,690
TOTAL 82,396

c. Jalan Lingkungan Sekunder (JLing - S)

Nomor Ruas Panjang


No. Nama Ruas JLing - S
Lama Baru (Km.)

1 Jalan Kaluku 0,250


2 Jalan Lingk. Wurahabake 0,830
3 Jalan Lingk. Limbo Wolio/Konsolidasi 1,500
4 Jalan Komp. Perumnas Gunung Sari 0,400
5 Jalan Komp. Perumnas BWI 0,750
6 Jalan Lingk. Jabal Rahma 0,600
7 Jalan Komp. Karing-Karing 3,330
8 Jalan Lingk. Lowu-Lowu 3,200
9 Jalan Lingk. Pala-Pala 0,241
10 Jalan Belakang Mesjid Pimpi 0,250
11 Jalan Masuk Bak Air Baadia 0,250
12 Jalan Masuk Pek. Baaria – Ms. Quba 0,500
13 Jalan Lingk. Wanajati 0,472
14 Jalan Blk. SMAN 2 BAU BAU 0,610
15 Jalan Lingk. Tower Wangganga 0,223
16 Jalan Inspeksi Bendung Wamembe 1,000

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 177


Nomor Ruas Panjang
No. Nama Ruas JLing - S
Lama Baru (Km.)
TOTAL 14,406

d. Jalan kota lainnya

No. Jaringan Jalan Kota

1 Ruas Jalan Bawah Pemancar – Waromosio


2 Jalan Padangkuku – Wabagere
3 Ruas jalan Waborobo – RSU

e. Rencana jaringan jalan baru

No. Rencana Jaringan Jalan Baru

1 Jalan lingkar yang menghubungkan Jalan Sultan Dayanu


Ikhsanudin – Jalan Pahlawan – Jalan Anoa

3. Rencana Jembatan Antarpulau

No. Rencana Jembatan Antarpulau

1 Jembatan yang menghubungkan Kecamatan Kokalukuna


dengan Pulau Makassar
2 Jembatan yang menghubungkan Pulau Muna dengan Pulau
Buton di Kecamatan Lea-lea

WALIKOTA BAUBAU,

AS. TAMRIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 178


LAMPIRAN IV
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 - 2034

PRASARANA LALU LINTAS

No. Prasarana Lalu Lintas Lokasi

1 Terminal Penumpang
a. Rencana terminal Kecamatan Kokalukuna
penumpang tipe B

b. Rencana terminal Kecamatan Betoambari


penumpang tipe C Kecamatan Sorawolio

2 Rencana Terminal Barang Kecamatan Kokalukuna


Kecamatan Lea-lea
3 Rencana Jembatan Timbang Kelurahan Kadolokatapi
Kecamatan Wolio
4 Pengujian Kendaraan Bermotor Kelurahan Bukit Wolio Indah
Kecamatan Wolio
5 Rencana Sentra Parkir Khusus
a. Lahan khusus untuk parkir Pusat pemerintahan,
dan tidak menggunakan perkantoran, dan perdagangan
badan jalan dan jasa

b. Parkir badan jalan

WALIKOTA BAUBAU,

AS. TAMRIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 179


LAMPIRAN V
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 - 2034

SISTEM JARINGAN LAYANAN LALU LINTAS

No. Jaringan Layanan Lalu Lintas Rute Trayek

1 Jaringan Trayek Angkutan Orang


a. Trayek angkutan Antar Kota Kendari – Baubau
Dalam Provinsi (AKDP) Baubau – Buton
Baubau – Muna
Baubau – Buton Utara
Raha – Waara – Baubau
rencana trayek Wangi-Wangi –
Buton – Baubau
b. Trayek Angkutan Perkotaan Melayani seluruh wilayah kota

2 Jaringan Lintas Angkutan Barang Baubau – Makassar


Baubau – Surabaya
Baubau – Buton
Baubau – Wakatobi
Baubau – Buton Utara
Baubau – Muna
Baubau – Bombana

WALIKOTA BAUBAU,

AS. TAMRIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 180


LAMPIRAN VI
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 - 2034

JARINGAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN

Pelabuhan Penyeberangan Lintas Penyeberangan

Pelabuhan Penyeberangan Lintas Lintas Penyeberangan


Antarkabupaten/kota : Antarkabupaten/Kota
1. Pelabuhan Penyeberangan 1. Lintas penyeberangan
Baubau di Kelurahan Batulo antarkabupaten/kota eksisting

Kecamatan Wolio a. Pelabuhan Penyeberangan

2. Rencana relokasi Pelabuhan Baubau – Pelabuhan


Penyeberangan Baubau di Penyeberangan Waara di
Kelurahan Lowu-Lowu Kabupaten Buton

Kecamatan Lea-Lea b. Pelabuhan Penyeberangan


Baubau – Pelabuhan Laut
Talaga di Kabupaten Buton –
Pelabuhan Penyeberangan
Dongkala di Kabupaten
Bombana – Pelabuhan
Penyeberangan Mawasangka
di Kabupaten Buton

2. Rencana lintas penyeberangan


antarkabupaten/kota
Pelabuhan Penyeberangan
Baubau – Pulau Kadatua di
Kabupaten Buton Selatan –
Pulau Siompu di Kabupaten
Buton Selatan – Pulau Batu Atas
di Kabupaten Buton Selatan

WALIKOTA BAUBAU,

AS. TAMRIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 181


LAMPIRAN VII
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014-2034

TATANAN KEPELABUHANAN

No. Tatanan Kepelabuhanan Lokasi

1 Pelabuhan Pengumpul
Pelabuhan Murhum Kelurahan Wale Kecamatan
Wolio
2 Pelabuhan Pengumpan
a. Pelabuhan Jembatan Batu Kelurahan Wale Kecamatan
Wolio
b. Pelabuhan Topa Kelurahan Sulaa Kecamatan
Betoambari
3 Terminal Khusus
a. Terminal Transit BBM Kelurahan Sulaa Kecamatan
Betoambari
b. Rencana terminal khusus Kecamatan Lea-lea
pertambangan

WALIKOTA BAUBAU,

AS. TAMRIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 182


LAMPIRAN VIII
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 - 2034

JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT

No. Jaringan Trayek

1 Trayek Angkutan Laut Pelayaran Nasional


a. Benoa - Makassar – Pelabuhan Murhum – Pelabuhan Laut
Nusantara Raha – Pelabuhan Laut Nusantara Kendari –
Kolonodale – Luwuk – Gorontalo – Bitung – Gorontalo – Luwuk
– Kolonodale – Pelabuhan Laut Nusantara Kendari – Pelabuhan
Laut Nusantara Raha – Pelabuhan Murhum – Makassar –
Labuan Bajo – Bima – Lembar – Benoa

b. Kijang – Jakarta – Surabaya – Makassar – Pelabuhan Murhum –


Namlea – Ambon – Ternate – Bitung – Ternate – Ambon – Namlea
– Makassar – Surabaya – Jakarta – Kijang

c. Jakarta – Surabaya - Makassar – Pelabuhan Murhum – Ambon


– Banda – Tual – Dobo – Kaimana – Fak-fak – Kaimana – Dobo –
Tual – Banda – Ambon – Pelabuhan Murhum – Makassar –
Surabaya – Jakarta

d. Pelabuhan Murhum – Makassar – Pare-Pare - Balikpapan –


Tarakan – Nunukan – Balikpapan – Pare-Pare – Makassar –
Maumere – Loweleba – Kupang – Loweleba – Maumare –
Makassar – Pare-Pare – Balikpapan – Tarakan – Nunukan –
Balikpapan – Pare-Pare – Makassar – Pelabuhan Murhum

e. Surabaya – Benoa – Bima – Makassar – Pelabuhan Murhum -


Pelabuhan Pangulubelo – Ambon – Banda – Saumlaki – Tual –
Dobo – Timika – Agast – Merauke – Agast – Timika – Dobo – Tual
– Saumlaki – Banda – Ambon – Pelabuhan Murhum – Makassar
– Bima – Benoa – Surabaya

f. Surabaya - Makassar – Pelabuhan Murhum – Banggai – Bitung


– Ternate – Sorong – Manokwari – Biak – Serui – Jayapura – Serui
– Biak – Manokwari – Sorong – Ternate – Bitung – Banggai –
Pelabuhan Murhum – Makassar – Surabaya

g. Makassar – Pelabuhan Murhum – Namlea – Ambon – Fak-Fak –


Sorong – Manokwari – Wasior - Nabire – Jayapura – Biak – Serui

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 183


No. Jaringan Trayek
– Nabire – Manokwari – Sorong – Fak-Fak – Ambon – Namlea –
Pelabuhan Murhum – Makassar

h. Jakarta – Surabaya – Makassar – Pelabuhan Murhum – Sorong


– Manokwari – Jayapura – Manokwari – Sorong – Pelabuhan
Murhum – Makassar – Surabaya – Jakarta

i. Jakarta – Surabaya – Makassar – Pelabuhan Murhum – Sorong


– Manokwari – Jayapura – Manokwari – Sorong – Pelabuhan
Murhum – Makassar – Surabaya – Jakarta

j. Pelabuhan Murhum – Banggai – Taliabo – Mangoli – Sanana –


Mangoli – Taliabo – Banggai – Pelabuhan Murhum

2 Trayek Angkutan Laut Pelayaran Regional


a. Pelabuhan Murhum – Pelabuhan Laut Nusantara Raha –
Pelabuhan Laut Nusantara Kendari

b. Pelabuhan Murhum – Pelabuhan Laut Nusantara Kendari

c. Pelabuhan Murhum – Pelabuhan Kasipute di Kabupaten


Bombana

d. Pelabuhan Murhum – Pelabuhan Pangulubelo di Kabupaten


Wakatobi

e. Pelabuhan Murhum – Pelabuhan Pangulubelo – Kaledupa di


Kabupaten Wakatobi

f. Pelabuhan Murhum – Pelabuhan Ambeua di Kabupaten


Wakatobi – Pelabuhan Buranga Kaledupa di Kabupaten
Wakatobi

g. Pelabuhan Murhum – Pelabuhan Waha di Kabupaten Wakatobi

h. Pelabuhan Jembatan Batu – Pelabuhan Boepinang di


Kabupaten Bombana

i. Pelabuhan Jembatan Batu – Pelabuhan Sikeli di Kabupaten


Bombana

j. Pelabuhan Jembatan Batu – Pelabuhan Kasipute di Kabupaten


Bombana

k. Pelabuhan Jembatan Batu – Pelabuhan Dongkala di Kabupaten


Bombana

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 184


No. Jaringan Trayek
l. Pelabuhan Jembatan Batu – Pelabuhan Talaga di Kabupaten
Buton

m. Pelabuhan Jembatan Batu – Batu Atas di Kabupaten Buton


Selatan

n. Pelabuhan Jembatan Batu – Pelabuhan Banabungi Pulau


Kadatua di Kabupaten Buton Selatan

o. Pelabuhan Jembatan Batu – Waara di Kabupaten Buton Tengah

p. Pelabuhan Jembatan Batu – Kadatua di Kabupaten Buton


Selatan

q. Pelabuhan Jembatan Batu – Siompu Barat di Kabupaten Buton


Selatan

r. Pelabuhan Jembatan Batu – Sangia Wambulu di Kabupaten


Buton Tengah

s. Pelabuhan Jembatan Batu – Mawasangka Tengah di Kabupaten


Buton Tengah

t. Pelabuhan Jembatan Batu – Mawasangka Timur di Kabupaten


Buton Tengah

u. Pelabuhan Topa – Kadatua di Kabupaten Buton Selatan

v. Pelabuhan Topa – Siompu di Kabupaten Buton Selatan

w. Pelabuhan Topa – Pelabuhan Talaga di Kabupaten Buton Tengah

x. Pelabuhan Topa – Banabungi Pulau Kadatua di Kabupaten


Buton Selatan

y. Pelabuhan Topa – Batu Atas di Kabupaten Buton Selatan

WALIKOTA BAUBAU,

AS. TAMRIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 185


LAMPIRAN IX
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 - 2034

SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI UDARA

Tatanan Kebandarudaraan Ruang Udara Untuk Penerbangan

Bandar Udara Pengumpan : 1. Rencana Kawasan Keselamatan


Bandar Udara Betoambari di Operasi Penerbangan (KKOP)

Kelurahan Katobengke Kecamatan a. Kawasan ancangan


Betoambari pendaratan dan lepas landas

b. Kawasan kemungkinan
bahaya kecelakaan

c. Kawasan di bawah
permukaan transisi

d. Kawasan di bawah
permukaan horizontal dalam

e. Kawasan di bawah
permukaan kerucut

f. Kawasan di bawah
permukaan horizontal luar

2. Rencana ruang udara yang


ditetapkan sebagai jalur
penerbangan

WALIKOTA BAUBAU,

AS. TAMRIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 186


LAMPIRAN X
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 - 2034

4. SISTEM JARINGAN ENERGI

No. Sistem Jaringan Energi Lokasi

I. Pembangkit Tenaga Listrik


1 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Kelurahan Kaobula
(PLTD) Kecamatan Batupoaro
Kelurahan Kolese Kecamatan
Lea-lea
2 Pembangkit Listrik Tenaga Uap Kelurahan Kolese Kecamatan
(PLTU) Lea-lea
3 Rencana Pembangkit Listrik Kecamatan Bungi
Tenaga Mikrohidro (PLTMH)
4 Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS)
- PLTS eksisting Kecamatan Bungi

- Rencana PLTS Kecamatan Lea-lea


Kecamatan Betoambari
II. Jaringan Prasarana Energi
1 Jaringan Pipa Minyak dan Gas
Bumi
a. Terminal Transit BBM Kelurahan Sulaa Kecamatan
Betoambari
b. Depo BBM Kelurahan Lipu Kecamatan
Betoambari
2 Jaringan Transmisi Tenaga Listrik
a. Kawat Saluran Udara

- Jaringan Saluran Udara


Tegangan Menengah
(SUTM)

SUTM 150 KV Menghubungkan Baubau –


Buton (melintasi Selat Buton)
– Raha
Menghubungkan Baubau –
Buton – Buranga

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 187


No. Sistem Jaringan Energi Lokasi
- Jaringan Saluran Udara Setiap kecamatan
Tegangan Rendah (SUTR)

b. Saluran kabel bawah tanah


tegangan menengah

No. Sistem Jaringan Energi Lokasi

3 Gardu Listrik
- Gardu Induk (GI)

GI Baubau Kelurahan Kaobula


Kecamatan
Batupoaro
- Gardu Distribusi Kelurahan Sulaa,
Waborobo dan Lipu
di Kecamatan
Betoambari
Kelurahan Baadia
dan Wajo di
Kecamatan Murhum
Kelurahan Bukit
Wolio Indah,
Kadolokatapi dan
Batulo di
Kecamatan Wolio
Kelurahan Bone-
Bone, Lanto dan
Kaobula di
Kecamatan
Batupoaro
Kelurahan
Kadolomoko,
Waruruma dan
Lakologou di
Kecamatan
Kokalukuna
Kelurahan Kaisabu
Baru Kecamatan
Sorawolio
Kelurahan Liabuku,
Waliabuku dan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 188


No. Sistem Jaringan Energi Lokasi
Kampeonaho di
Kecamatan Bungi
Kelurahan Lowu-
lowu Kecamatan
Lea-lea

WALIKOTA BAUBAU,

AS. TAMRIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 189


LAMPIRAN XI
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 - 2034

5. SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI

No. Sistem Jaringan Telekomunikasi Lokasi

I Sistem Jaringan Kabel


1 Stasiun Telepon Otomat (STO) Kelurahan Batulo Kecamatan
Wolio
2 Rencana jaringan serat optik
II Sistem Jaringan Nirkabel
Diarahkan pada pengembangan Kota Baubau
pemanfaatan menara
telekomunikasi bersama
1 Jaringan Seluler
Menara Base Transceiver Station Setiap kecamatan
(BTS) Eksisting
2 Jaringan Stasiun Radio
Stasiun Pemancar Setiap kecamatan
3 Jaringan Televisi
Stasiun televisi lokal Kelurahan Bataraguru
Kecamatan Wolio
III Sistem Jaringan Satelit
Pemanfaatan jaringan satelit Kota Baubau
untuk pengembangan
telekomunikasi dan internet

WALIKOTA BAUBAU,

AS. TAMRIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 190


LAMPIRAN XII
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 - 2034

6. SISTEM JARINGAN SUMBERDAYA AIR

No. Sistem Jaringan Sumberdaya Air Lokasi

1 Wilayah Sungai (WS)


WS Lintas Kabupaten
WS Buton dengan DAS dalam daerah :
- DAS Wonco

- DAS Baubau

- DAS Kabongka

- DAS Bungi

- DAS Ambe

- DAS Winto

2 Cekungan Air Tanah (CAT)


CAT lintas kabupaten :
CAT Bau-Bau seluas 976 (sembilan ratus Wilayah kota dan
tujuh puluh enam) kilometer persegi Kabupaten Buton terletak
pada koordinat bujur
122033’18.22’’ – 122053’
54.73’’ dan koordinat
lintang -05 13’12.81’’ – -050
0

42’5.01’’
3 Daerah Irigasi (DI)
a. DI kewenangan Pemerintah Provinsi

- DI Wonco I seluas 834 (delapan Kecamatan Bungi


ratus tiga puluh empat) hektar

- DI Wonco II seluas 278 (dua ratus Kecamatan Bungi


tujuh puluh delapan) hektar

- DI Wonco III seluas 294 (dua ratus Kecamatan Bungi


sembilan puluh empat) hektar

b. DI kewenangan Pemerintah Kota

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 191


No. Sistem Jaringan Sumberdaya Air Lokasi
- DI Matawatu Kecamatan Sorawolio

- DI Kalialia Kecamatan Lea-lea

- DI Loko Kelurahan Kantalai


Kecamatan Lea-lea
4 Jaringan Air Baku
- Sungai Baubau

- mata air Kasombu Kelurahan Karya Baru


Kecamatan Sorawolio
- mata air Ntowu Kelurahan Kaisabu Baru
Kecamatan Sorawolio

No. Sistem Jaringan Sumberdaya Air Lokasi

- mata air Ntolibu Kecamatan Sorawolio

- mata air Wakonti Kecamatan Sorawolio

- mata air Koba Kecamatan Sorawolio

- mata air Wa Eni Kelurahan Kampeonaho


Kecamatan Bungi
- mata air Liabuku Kelurahan Liabuku
Kecamatan Bungi
- mata air Wamembe Kelurahan Kalia-Lia
Kecamatan Lea-lea
5 Sistem Pengendali Banjir
a. Cek Dam Cek Dam Sorawolio di
Kecamatan Sorawolio
b. Tanggul Sungai Kelurahan Bataraguru,
Tomba dan Wale di
Kecamatan Wolio
Kelurahan Wajo Kecamatan
Murhum
Kelurahan Nganganaumala
Kecamatan Batupoaro
c. Bronjong Sungai Sungai Baubau

d. Normalisasi Sungai Wilayah sekitar permandian


Bungi di Kelurahan Lakologou
Kecamatan Kokalukuna
DAS Baubau
6 Sistem Pengaman Pantai

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 192


No. Sistem Jaringan Sumberdaya Air Lokasi
a. Bangunan pemecah gelombang Kelurahan Wameo Kecamatan
Batupoaro
b. Bangunan talud pantai Kelurahan Sulaa Kecamatan
Betoambari
c. Rehabilitasi Kawasan Mangrove

- Rehabilitasi kawasan mangrove Kelurahan Lowu-Lowu


eksisting Kecamatan Lea-Lea

Kelurahan Liabuku
Kecamatan Bungi
- Rencana rehabilitasi kawasan Kelurahan Tampuna
mangrove Kecamatan Bungi

WALIKOTA BAUBAU,

AS. TAMRIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 193


LAMPIRAN XIII
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 - 2034

SISTEM JARINGAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN

Sistem Jaringan
No. Lokasi
Infrastruktur Perkotaan

1 SPAM
a. SPAM jaringan perpipaan

- Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kelurahan Baadia Kecamatan


Murhum
Kelurahan Bukit Wolio Indah
Kecamatan Wolio
- Rencana penambahan IPA Kelurahan Lowu-lowu
dan reservoir utama Kecamatan Lea-lea

b. SPAM bukan jaringan perpipaan

1) Sistem komunal

- Bersumber dari air Sungai Baubau, Sungai Bungi


sungai dan Sungai Kaongkeongkea

-Sarana pengolahan air Kelurahan Kalialia Kecamatan


bersih berupa alat Lea-lea
Desalinasi air laut Pulau Makassar yaitu
menjadi air tawar Kelurahan Sukanayo dan
Liwuto di Kecamatan
Kokalukuna
2) Sistem individual

Bersumber dari air tanah


dangkal dan/atau dalam
yang digabungkan dengan
air hujan melalui Sistem
Pengolahan Air Sederhana
(SIPAS)
2 Sistem Pengelolaan Air Limbah
a. Sistem pembuangan air limbah Setiap kecamatan
setempat

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 194


Sistem Jaringan
No. Lokasi
Infrastruktur Perkotaan
b. Sistem pembuangan air limbah
terpusat

1) Instalasi Pengolahan Air


Limbah (IPAL)

a) IPAL eksisting
- IPAL medis Rumah Sakit Umum Kota
Baubau di Kelurahan Baadia
Kecamatan Murhum

Sistem Jaringan
No. Lokasi
Infrastruktur Perkotaan

IPAL medis Puskesmas di setiap kecamatan


Klinik kesehatan di Kelurahan
Bataraguru Kecamatan Wolio,
Kelurahan Wajo dan Lamangga
Kecamatan Murhum, Kelurahan
Nganganaumala Kecamatan
Batupoaro dan Kelurahan
Wangkanapi Kecamatan Wolio
- IPAL industri PLTD di Kecamatan Batupoaro
dan Kelurahan Kolese Kecamatan
Lea-lea
Pertamina di Kelurahan Sulaa
Kecamatan Betoambari
- IPAL rumahtangga Kelurahan Lipu dan Sulaa di
Kecamatan Betoambari
Kelurahan Bukit Wolio Indah
Kecamatan Wolio
Kelurahan Waruruma Kecamatan
Kokalukuna
rusunawa di Kelurahan Wameo
dan Kaobula di Kecamatan
Batupoaro serta Kelurahan
Katobengke Kecamatan
Betoambari
b) Rencana IPAL Tempat Penampungan Ikan
Wameo di Kecamatan Batupoaro
Pelabuhan Murhum di Kecamatan
Wolio
lokasi lainnya di setiap
kecamatan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 195


Sistem Jaringan
No. Lokasi
Infrastruktur Perkotaan
2) Instalasi Pengolahan
Kelurahan Kadolokatapi
Lumpur Tinja (IPLT)
Kecamatan Wolio
3 Sistem Jaringan Persampahan
a. Rencana TPS Setiap kelurahan

b. TPST BTN Palagimata Kelurahan Lipu


Kecamatan Betoambari
c. TPA

TPA Wakonti seluas 11,5 Kelurahan Kadolokatapi


(sebelas koma lima) hektar Kecamatan Wolio
dengan metode pengurugan
berlapis bersih

Sistem Jaringan
No. Lokasi
Infrastruktur Perkotaan

4 Sistem Jaringan Drainase


a. Drainase Primer

- Drainase primer eksisting Sungai-sungai besar beserta anak


sungainya di Sungai Baubau dan
Sungai Bungi
- Rencana drainase primer Kawasan Kota Mara

b. Drainase Sekunder Setiap kecamatan

- Saluran drainase Tepi jalan di Jalan Yos Sudarso,


sekunder eksisting Jalan R.A Kartini, Jalan Jend.
Sudirman, Jalan Sultan
Hasanuddin, Jalan RE
Martadinata, Jalan Jend. Ahmad
Yani, Jalan H. Agus Salim, Jalan
Kelapa, Jalan Budi Utomo, Jalan
Diponegoro, Jalan Gatot Subroto,
Jalan Imam Bonjol, Jalan
Kaimuddin Al-Idris, Jalan Letter
Buton, Jalan Balaikota, Jalan
Sutoyo, Jalan Emil Saelan, Jalan
Chairil Anwar, Jalan M. Yamin,
Jalan Kapten Tendean, Jalan
Katamso, Jalan S. Panjaitan, Jalan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 196


Sistem Jaringan
No. Lokasi
Infrastruktur Perkotaan
Wolter Monginsidi, Jalan S.
Parman, Jalan Kamali, Jalan Jend
Suprapto, Jalan Husni Thamrin,
Jalan KS. Tubun, Jalan Sutan
Syahrir, Jalan Tjut Ditiro, Jalan
Tjut Nyak Dien, Jalan Pattimura,
Jalan Dr. Soetomo, Jalan Teuku
Umar, Jalan Jambu Mete, Jalan
Hidayatullah, Jalan Sarikaya,
Jalan Rusa, Jalan Dahlia, Jalan
Anggrek, Jalan Teratai, Jalan
Kamboja, Jalan Mawar, Jalan
Sibatara, Jalan Gajah Mada, Jalan
Wakaaka, Jalan Panglima Polim,
Jalan Hang Jebat, Jalan Hang
Lekir, Jalan Hang Tuah, Jalan
Hayam Wuruk, Jalan Erlangga,
Jalan Murhum, Jalan Betoambari,
Jalan Bataraguru, Jalan
Bulawambona, Jalan Labalawo,
Jalan Labalawo I, Jalan Labuke,
Jalan Sitamanajo, Jalan Cokro
Aminoto, Jalan Sijawangkati,

Sistem Jaringan
No. Lokasi
Infrastruktur Perkotaan

Saluran drainase Jalan Sipanjonga, Jalan Dr. Wahidin,


sekunder eksisting Jalan Latsitarda, Jalan Latsitarda II
(Lr. Taksi), Jalan Wa Ode Wau, Jalan
La Karambau, Jalan La Elangi, Jalan
Sapati Manjawari, Jalan Katamba,
Jalan Cakalang, Jalan Rumah-rumah,
Jalan Wawokia, Jalan Seram, Jalan
10 November, Jalan Depot dan Jalan
Jambu Bangkok
- Rencana saluran Tepi jalan di jaringan jalan lokal dan
drainase sekunder lingkungan sekunder menuju
drainase sekunder di setiap
kecamatan
c. Drainase Tersier

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 197


Sistem Jaringan
No. Lokasi
Infrastruktur Perkotaan
- Saluran drainase tersier Tepi jalan di Jalan Marinir, Jalan
eksisting Simalui, Jalan SD Wangkanapi, Jalan
La Ode Boha, Jalan Wa Ode Walanda,
Jalan Nangka, Jalan Melati dan Jalan
Sukun
- Rencana saluran Tepi jalan di jaringan jalan lokal dan
drainase tersier lingkungan sekunder menuju
drainase sekunder di setiap
kecamatan
5 Penyediaan dan pemanfaatan
prasarana dan sarana jaringan
jalan pejalan kaki
a. Penyediaan danJalan R.A. Kartini, Jalan Betoambari,
pemanfaatan prasarana dan Jalan Wolter Monginsidi, Jalan RE
sarana jaringan jalan untukMartadinata, Jalan Letter Buton,
pejalan kaki Jalan Murhum, kawasan Kota Mara,
kawasan Pantai Kamali dan kawasan
Benteng Keraton
b. Rencana penyediaan dan Jaringan jalan kolektor
pemanfaatan prasarana dan
sarana jaringan jalan untuk
pejalan kaki

6 Jalur Evakuasi Bencana


a. Jalur Evakuasi

1) Jalur A
menuju Kawasan melalui ruas Jalan Sultan Murhum -
Palagimata Jalan Bataraguru - Jalan Betoambari
- Jalan Gajahmada - Kawasan
Benteng Keraton - Jalan Raya
Palagimata

Sistem Jaringan
No. Lokasi
Infrastruktur Perkotaan

2) Jalur B
menuju Kawasan Palatiga di melalui ruas Jalan Wolter
Kelurahan Bukit Wolio Indah Monginsidi - Jalan KH Agus Salim
Kecamatan Wolio - Jalan Yos Sudarso - Jalan R.A.
Kartini - Jalan Letter Buton - Jalan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 198


Sistem Jaringan
No. Lokasi
Infrastruktur Perkotaan
Balaikota - Jalan Cut Nyak Dien -
Jalan Sultan Hasanuddin - Jalan
Pahlawan - Jalan Bakti ABRI
3) Jalur C
menuju kawasan Kantor melalui Jalan Anoa – ruas jalan
Kecamatan Lea-lea Lea-lea
4) Jalur D
menuju kawasan Kantor melalui Jalan Anoa
Kecamatan Kokalukuna
b. Titik Kumpul

- Kawasan Palatiga Kelurahan Bukit Wolio Indah


Kecamatan Wolio
- Kawasan Palagimata Kelurahan Lipu Kecamatan
Betoambari
- Lapangan Kecamatan Sorawolio

- Kawasan Kantor Kecamatan


Lea-lea

- Kawasan kantor Kecamatan


Kokalukuna

7 Sistem Penanggulangan Kebakaran Kota Baubau


a. Pencegahan kebakaran

b. Pemberdayaan peran masyarakat

c. Pemadam kebakaran

d. Penyelamatan jiwa dan harta


benda

WALIKOTA BAUBAU,

AS. TAMRIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 199


LAMPIRAN XV
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 - 2034

KAWASAN LINDUNG

No. Kawasan Lindung Lokasi

1 Kawasan hutan lindung seluas 4.554 Kecamatan Betoambari, Wolio, Sorawolio,


hektar Bungi dan Lea-lea

2 Kawasan Perlindungan Setempat


a. Sempadan pantai Sepanjang pantai di Kecamatan
Betoambari, Murhum, Wolio,
Kokalukuna, Lea-lea, Bungi dan
Batupoaro
b. Sempadan sungai Sepanjang sungai di Kecamatan
Murhum, Wolio, Bungi dan Batupoaro
c. Kawasan sekitar mata air Kecamatan Sorawolio

Kecamatan Bungi
Kecamatan Lea-lea

3 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota


a. RTH hutan kota Hutan Arboretum di Kelurahan Kaisabu
Baru Kecamatan Sorawolio
Hutan Kota Kaisabu di Kelurahan
Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio
b. RTH taman kota dan lingkungan Setiap kecamatan

c. RTH jalur hijau jalan

- RTH jalur hijau jalan pada median Kecamatan Betoambari, Wolio,


jalan dan pulau jalan Kokalukuna dan Murhum

- Rencana RTH jalur hijau jalan

d. RTH sabuk hijau

1) Sabuk hijau Palagimata Kelurahan Lipu dan Sulaa Kecamatan


Betoambari
Kelurahan Baadia Kecamatan
Murhum
2) RTH tepi kawasan bandar Kelurahan Katobengke
udara Kecamatan Betoambari

No. Kawasan Lindung Lokasi

RTH tepi kawasan Kelurahan Wajo, Lamangga,


bandar udara Wameo, Melai dan Baadia di
Kecamatan Murhum

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 195


No. Kawasan Lindung Lokasi
Kelurahan Sukanayo dan Liwuto di
Kecamatan Kokalukuna
Kelurahan Liabuku, Bungi dan
Lowu-lowu di Kecamatan Lea-lea
e. RTH fungsi tertentu

1) RTH pemakaman

- Taman Pemakaman Kelurahan Kadolokatapi


Umum (TPU) Kecamatan Wolio
Kelurahan Bataraguru Kecamatan
Wolio
- Taman Makam Kelurahan Kaisabu Kecamatan
Pahlawan Sorawolio

2) RTH sempadan sungai Bantaran sungai di Sungai Baubau,


Sungai Bungi, Sungai Tirta Rimba
dan Sungai Wonco
3) RTH sempadan pantai Hutan Mangrove Lakologou di
Kelurahan Lakologou Kecamatan
Kokalukuna
Hutan Mangrove Kantalai di
Kelurahan Kantalai Kecamatan
Lea-lea
Hutan Mangrove Lowulowu di
Kelurahan Lowu-lowu Kecamatan
Lea-lea
Hutan Mangrove Palabusa di
Kelurahan Palabusa Kecamatan
Lea-lea
4) RTH pengaman sumber Kawasan Benteng Sorawolio di
air baku/mata air Kelurahan Bukit Wolio Indah
Kecamatan Wolio
Kawasan Palatiga di Kelurahan
Bukit Wolio Indah Kecamatan Wolio
Kawasan Palatiga – Wakonti di
Kelurahan Bukit Wolio Indah
Kecamatan Wolio
Kawasan Benteng Waborobo di
Kelurahan Waborobo Kecamatan
Betoambari
f. RTH purbakala dan situs Luar dan dalam Benteng Keraton di
sejarah Kecamatan Murhum

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 196


No. Kawasan Lindung Lokasi
Luar dan dalam Benteng Sorawolio
di Kecamatan Wolio
No. Kawasan Lindung Lokasi

RTH purbakala dan situs sejarah Luar dan dalam Benteng Kolese di
Kecamatan Lea-lea
Taman Rumah Adat Kamali di
Kelurahan Tomba Kecamatan
Wolio
Taman Rumah Adat Batulo di
Kelurahan Batulo Kecamatan
Wolio
Taman Rumah Bonto di
Kecamatan Wolio
4 Kawasan Suaka Alam dan Cagar
Budaya
a. Hutan Konservasi

Hutan Konservasi seluas Kecamatan Wolio


470,02 (empat ratus tujuh Kecamatan Kokalukuna
puluh koma nol dua) hektar Kecamatan Sorawolio
b. Taman Wisata Alam

Taman Wisata Alam Tirta Kecamatan Kokalukuna


Rimba ditetapkan seluas 488
(empat ratus delapan puluh
delapan) hektar
c. Kawasan cagar budaya

1) Benteng Keraton Kelurahan Melai Kecamatan


Murhum
2) Benteng Sorawolio Kelurahan Bukit Wolio Indah
Kecamatan Wolio
3) Benteng Baadia Kelurahan Baadia Kecamatan
Murhum
4) Benteng Lowu-lowu Kelurahan Lowu-lowu
Kecamatan Lea-Lea
5) Benteng Tobe-tobe Kelurahan Labalawa Kecamatan
Betoambari
6) Benteng Kaisabu Kelurahan Kaisabu Baru
Kecamatan Sorawolio
7) Benteng Kalampa Kelurahan kLipu Kecamatan
Betoambari

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 197


No. Kawasan Lindung Lokasi
8) Makam Betoambari Kecamatan Betoambari

9) Rumah Adat Malige Kelurahan Wale Kecamatan Wolio

Kelurahan Melai Kecamatan


Murhum
10) Istana Ilmiah Kelurahan Wale Kecamatan Wolio

11) Rumah adat Kelurahan Lipu dan Katobengke


di Kecamatan Betoambari

No. Kawasan Lindung Lokasi

Rumah adat Kelurahan Wajo dan Baadia di


Kecamatan Murhum
12) Situs bangunan Kecamatan Wolio
bersejarah lainnya

5 Kawasan Rawan Bencana Alam


a. Kawasan rawan longsor Kecamatan Wolio

Kecamatan Sorawolio
b. Kawasan rawan gelombang Kelurahan Wameo dan Bone-Bone
pasang di Kecamatan Batupoaro

c. Kawasan rawan banjir Kecamatan Bungi

6 Kawasan Lindung Geologi


a. Kawasan rawan bencana alam
geologi

1) Kawasan yang terletak di Kelurahan Kadolokatapi


zona patahan aktif Kecamatan Wolio

Kelurahan Kaisabu Baru dan


Gonda Baru Kecamatan Sorawolio
2) Kawasan rawan gerakan
tanah

Zona Kerentanan Kecamatan Betoambari


Menengah Kecamatan Bungi
3) Kawasan rawan abrasi Kawasan pantai di Kecamatan
Betoambari, Batupoaro, Bungi
dan Lea-lea
4) Kawasan rawan tsunami Wilayah pesisir

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 198


No. Kawasan Lindung Lokasi

b. Kawasan yang memberikan


perlindungan terhadap air
tanah

Kawasan imbuhan air tanah


1) CAT CAT Baubau

2) Kawasan Karst Kecamatan Betoambari

7 Kawasan Lindung Lainnya


Rencana kawasan konservasi laut Kecamatan Lea-lea
daerah

WALIKOTA BAUBAU,

AS. TAMRIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 199


LAMPIRAN XVI
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 - 2034

KAWASAN BUDIDAYA

No. Kawasan Budidaya Lokasi

1 Kawasan Perumahan
a. Kawasan perumahan dengan Kelurahan Bataraguru, Tomba,
kepadatan tinggi Wale, Batulo, Wangkanapi dan
Kadolo di Kecamatan Wolio
Kelurahan Kadolomoko di
Kecamatan Kokalukuna
Kelurahan Wameo, Kaobula, Bone-
Bone, Nganganaumala, Lanto dan
Tarafu di Kecamatan Batupoaro
Kelurahan Wajo, Lamangga dan
Tanganapada di Kecamatan
Murhum
b. Kawasan perumahan dengan
kapadatan sedang

- Kawasan perumahan Kelurahan Bukit Wolio Indah dan


eksisting dengan kepadatan Kadolokatapi di Kecamatan Wolio
sedang Kelurahan Baadia dan Melai di
Kecamatan Murhum
Kelurahan Waborobo, Katobengke,
Lipu, Sulaa dan Labalawa di
Kecamatan Betoambari
Kelurahan Waruruma, Liwuto,
Lakologou dan Sukanayo di
Kecamatan Kokalukuna
- Rencana kawasan Kelurahan Tampuna Kecamatan
transmigrasi Bungi

c. Kawasan perumahan dengan Kelurahan Palabusa, Kantalai,


kepadatan rendah Kalialia, Kolese dan Lowulowu di
Kecamatan Lea-Lea
Kelurahan Tampuna, Kampeonaho,
Waliabuku, Liabuku dan
Ngakringkari di Kecamatan Bungi

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 200


No. Kawasan Budidaya Lokasi
Kelurahan Kaisabu Baru, Karya
Baru, Gonda Baru dan Bugi di
Kecamatan Sorawolio
Kelurahan Sulaa Kecamatan
Betoambari
No. Kawasan Budidaya Lokasi

2 Kawasan Perdagangan dan Jasa


a. Kawasan pasar tradisional

1) Pasar tradisional skala


pelayanan kota

- Pasar Wameo Kelurahan Wameo Kecamatan


Batupoaro
- Pasar Karya Nugraha Kelurahan Bataraguru Kecamatan
Wolio
- Pasar Sentral Kelurahan Wale Kecamatan Wolio

2) Pasar mingguan skala Kelurahan Karya Baru Kecamatan


pelayanan sub wilayah kota Sorawolio

Kelurahan Ngkaringkari Kecamatan


Bungi
Kelurahan Lowu-lowu, Kalialia dan
Palabusa di Kecamatan Lea-lea
Kelurahan Lakologou Kecamatan
Kokalukuna
b. Rencana kawasan pusat Kecamatan Betoambari
perbelanjaan dan toko modern Kecamatan Wolio

3 Kawasan Perkantoran
a. Kawasan perkantoran
pemerintahan

1) Kawasan perkantoran Kecamatan Wolio


pemerintahan Kawasan Palagimata di Kelurahan
Lipu Kecamatan Betoambari
2) Kawasan perkantoran Setiap kecamatan dan/atau
pemerintahan tingkat kelurahan
kecamatan dan/atau
kelurahan yang bersifat
pelayanan langsung kepada
masyarakat

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 201


No. Kawasan Budidaya Lokasi
b. Kawasan perkantoran swasta Menyatu/bercampur diantara
kawasan perdagangan dan jasa di
Kecamatan Wolio, Murhum dan
Betoambari
c. Rencana pengembangan Kelurahan Waruruma Kecamatan
kawasan perkantoran Kokalukuna

Kawasan Palatiga di Kelurahan


Bukit Wolio Indah Kecamatan Wolio
4 Kawasan Industri
a. Kawasan industri rumah
tangga/kecil

1) Kawasan industri kecil Sebagian Kelurahan Lipu dan Sulaa


di Kecamatan Betoambari

No. Kawasan Budidaya Lokasi

Kawasan industri kecil Sebagian Kelurahan Baadia di


Kecamatan Murhum
Kelompok industri pengolahan
tanaman enau di Kecamatan
Sorawolio
2) Kelompok kerajinan kain Kelurahan Melai dan Bone-Bone di
tenun Kecamatan Murhum

Kelurahan Sukanayo dan Liwuto


di Kecamatan Kokalukuna
Kelurahan Tanganapada
Kecamatan Murhum
3) Kelompok kerajinan Kelurahan Lamangga Kecamatan
kuningan Murhum

b. Kawasan industri menengah

1) Kawasan industri mutiara Kelurahan Palabusa Kecamatan


Lea-Lea
2) Kawasan industri Kawasan pantai di Kelurahan
perikanan Sulaa Kecamatan Betoambari

c. Kawasan industri besar Direncanakan di Kecamatan


Kokalukuna
5 Kawasan Pariwisata

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 202


No. Kawasan Budidaya Lokasi
a. Kawasan Pariwisata Nasional

Ditetapkan sebagai Kawasan KPPN Baubau dan sekitarnya


Pengembangan Pariwisata
Nasional (KPPN)
b. Kawasan pariwisata budaya

- Wisata sejarah pada cagar Setiap kecamatan


budaya meliputi benda,
bangunan, struktur, situs
dan kawasan cagar budaya

- Perkampungan tradisional Kelurahaan Sulaa, Waborobo,


dengan adat dan tradisi Labalawa, Lipu dan Katobengke di
budaya masyarakat yang Kecamatan Betoambari
khas Kelurahan Melai Kecamatan
Murhum
Kelurahan Karyabaru, Kaisabu
Baru, Gonda Baru dan Bugi di
Kecamatan Sorawolio
Kelurahan Liabuku Kecamatan
Bungi
- Kehidupan adat, tradisi Setiap kecamatan
masyarakat dan aktifitas
budaya yang khas serta
kesenian

No. Kawasan Budidaya Lokasi

c. Kawasan pariwisata alam

- Pantai Nirwana Kelurahan Sulaa Kecamatan


Betoambari
- Pantai Lakeba Kelurahan Katobengke
Kecamatan Betoambari
- Pantai Kokalukuna Kelurahan Waruruma
Kecamatan Kokalukuna
- Pantai Lakorapu Kelurahan Liwuto Kecamatan
Kokalukuna
- Gua Lakasa Kelurahan Lipu Kecamatan
Betombari
- Gua Ntiti Kelurahan Sulaa Kecamatan
Betoambari

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 203


No. Kawasan Budidaya Lokasi
- Gua Kaisabu Kelurahan Kaisabu Kecamatan
Sorawolio
- Gua Kelurahan Karya Baru
Kecamatan Sorawolio
- Gua Moko Kecamatan Betoambari

- Gua Lanto Kelurahan Kadolomoko


Kecamatan Kokalukuna
- Batu Poaro Kelurahan Wameo Kecamatan
Murhum
- Permandian Bungi Kelurahan Kampeonaho
Kecamatan Bungi
- Wisata alam pada Hutan Kelurahan Kaisabu Baru
Lindung Wakonti Kecamatan Sorawolio

- Air Terjun Tirta Rimba Kelurahan Waruruma


Kecamatan Kokalukuna
- Air Terjun La Samparona Kelurahan Kaisabu Baru
Kecamatan Sorawolio
- Air Terjun Wa Kantongara

- Air Terjun Lagaguna Kelurahan Kaisabu Baru


Kecamatan Sorawolio
- Pemandangan alam Saujana Bukit Palatiga di
Kecamatan Wolio
Kawasan Palagimata di
Kecamatan Betoambari
- Kawasan wisata sungai Sungai Baubau di Kecamatan
Murhum, Wolio dan Batupoaro
d. Kawasan pariwisata buatan

- Sarana rekreasi Pantai Kelurahan Wale Kecamatan


Kamali Wolio

- Kawasan Kota Mara Kelurahan Nganganaumala,


Kaobula dan Wameo di
Kecamatan Batupoaro
- Sarana rekreasi Bukit Kelurahan Waruruma
Kolema Kecamatan Kokalukuna

No. Kawasan Budidaya Lokasi

- Wisata rekreasi di Bumi Kelurahan Kaisabu Baru


Perkemahan Samparona Kecamatan Sorawolio

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 204


No. Kawasan Budidaya Lokasi
- Sentra industri kerajinanKecamatan Murhum,
Betoambari, Batupoaro,
Kokalukuna, Lea-lea dan
Sorawolio
- Kampung Nelayan Kelurahan Sulaa Kecamatan
Betoambari
- Bukit Mardadi Kelurahan Kolese Kecamatan
Lea-lea
- Bendung Wonco Kelurahan Kampeonaho
Kecamatan Bungi
- Museum Kebudayaan Kelurahan Baadia Kecamatan
Keraton Buton Murhum

6 Kawasan RTNH
a. Alun–alun kawasan Kecamatan Betoambari
pemerintahan Kecamatan Wolio

b. Lapangan olahraga

Rencana pembangunan Kelurahan Lowu-lowu


stadion Kecamatan Lea-Lea
7 Rencana kawasan ruang evakuasi Kecamatan Sorawolio
bencana Kecamatan Lea-lea
8 Kawasan peruntukan ruang bagi
kegiatan sektor informal
Ruang untuk kegiatan pedagang Pantai Kamali dan Pasar Sentral
kaki lima (PKL) di Kelurahan Wale Kecamatan
Wolio
Sekitar Pelataran Bukit Wantiro
dan Bukit Kolema di Kelurahan
Kadolomoko Kecamatan Wolio
Sekitar wisata Air Terjun Tirta
Rimba di Kelurahan Waruruma
Kecamatan Kokalukuna
Kawasan Pujaserata Maedhani
di Kelurahan Lamangga
Kecamatan Murhum
9 Kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil
a. Kawasan pesisir sebagian wilayah Kelurahan
Bone-Bone, Tarafu, Wameo,
Kaobula dan Nganganaumala di
Kecamatan Batupoaro

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 205


No. Kawasan Budidaya Lokasi

Kawasan pesisir sebagian wilayah Kelurahan Sulaa


dan Katobengke di Kecamatan
Betoambari
sebagian wilayah Kelurahan Wale
dan Batulo di Kecamatan Wolio
sebagian wilayah Kelurahan
Kadolo, Kadolomoko, Waruruma,
Sukanayo, Liwuto dan Lakologou di
Kecamatan Kokalukuna
sebagian wilayah Kelurahan Lowu-
lowu, Kolese, Kalialia dan Palabusa
di Kecamatan Lea-lea
b. Kawasan pulau-pulau kecil

1) Pulau-pulau kecil yang tidak Pulau Batusori, Pulau Batu Kapal,


berpenghuni Pulau Fotu Lawele, Pulau Sawanga
Ngkidino, Pulau Sawanga Balano,
Pulau Sau Ngkurisa I, Pulau Sau
Ngkurisa II, Pulau Sau Ngkurisa III,
Pulau Batu Tiga I, Pulau Batu Tiga
II, Pulau Batu Tiga III, Pulau
Wantea, Pulau Gu dan Pulau
Kaunda-Unda di Kecamatan Bungi
2) Pulau-pulau kecil yang Pulau Makassar di Kecamatan
berpenghuni Kokalukuna

c. Kawasan minapolitan

Ditetapkan sebagai kawasan Kecamatan Kokalukuna,


minapolitan perikanan Batupoaro dan Lea-Lea
budidaya
d. Kawasan pengolahan perikanan

Kawasan sarana dan prasarana Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)


perikanan tangkap berupa Wameo di Kelurahan Wameo
Pangkalan Pendaratan Ikan Kecamatan Batupoaro
(PPI) sekaligus berfungsi
sebagai Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) yang dilengkapi Gudang
Pendingin Ikan dan Pabrik Es
Balok
10 Kawasan peruntukan lainnya

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 206


No. Kawasan Budidaya Lokasi
a. Kawasan peruntukan hutan
produksi

1) Kawasan Hutan Produksi Kecamatan Sorawolio


Terbatas (HPT) seluas 5.005 Kecamatan Bungi
(lima ribu lima) hektar

No. Kawasan Budidaya Lokasi

2) Kawasan Hutan Produksi Kecamatan Wolio


(HP) seluas 1.901 (seribu Kecamatan Betoambari
sembilan ratus satu) hektar Kecamatan Kokalukuna

Kecamatan Sorawolio
Kecamatan Murhum
Kecamatan Bungi
b. Kawasan pertanian

1) Kawasan pertanian tanaman Kelurahan Ngkaringkari dan


pangan Liabuku di Kecamatan Bungi

Kelurahan Liabuku Kecamatan


Lea-lea
Kelurahan Kaisabu Baru
Kecamatan Sorawolio
2) Kawasan holtikultura Kelurahan Ngkaringkari
Kecamatan Bungi
Kelurahan Kaisabu Baru
Kecamatan Sorawolio
3) Kawasan perkebunan Kelurahan Kalialia dan
Palabusa di Kecamatan Lea-lea
Kelurahan Kampeonaho,
Tampuna, Ngkaringkari,
Liabuku dan Waliabuku di
Kecamatan Bungi
Kelurahan Kaisabu Baru, Karya
Baru, Gonda Baru dan Bugi di
Kecamatan Sorawolio
Kelurahan Labalawa dan Baadia
di Kecamatan Murhum
4) Kawasan peternakan Kelurahan Kaisabu Baru
Kecamatan Sorawolio

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 207


No. Kawasan Budidaya Lokasi
Kelurahan Liabuku Kecamatan
Bungi
c. Kawasan pertambangan

Rencana WP
1) Wilayah Usaha Kecamatan Sorawolio
Pertambangan (WUP) seluas Kelurahan Liabuku, Ngkaring-
23.958 (dua puluh tiga ribu karing, Tampuna dan
sembilan ratus lima puluh Kampeonaho di Kecamatan
delapan) hektar Bungi

Kelurahan Kadolomoko dan


Kadolo di Kecamatan
Kokalukuna
Kelurahan Palabusa dan
Kantalai di Kecamatan Lea-lea

No. Kawasan Budidaya Lokasi

Wilayah Usaha Kelurahan Waborobo, Lipu,


Pertambangan (WUP) Sulaa dan Labalawa di
Kecamatan Betoambari
2) Wilayah Pertambangan
Rakyat (WPR)

d. Kawasan pelayanan umum

1) Kawasan pendidikan

- Kawasan pendidikan Tersebar pada pusat lingkungan


dasar

- Kawasan pendidikan Sub pusat kota


menengah

- Kawasan pendidikan Kecamatan Murhum


tinggi
Kecamatan Sorawolio
Kecamatan Betoambari
2) Kawasan pelayanan
kesehatan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 208


No. Kawasan Budidaya Lokasi
- Tempat praktek dokter Tersebar di seluruh wilayah
dan apotek kota terutama dalam kawasan
perumahan
- Puskesmas dan Balai Setiap pusat pelayanan
Pengobatan

- Rumah Sakit Umum Kelurahan Baadia Kecamatan


Murhum
3) Kawasan peribadatan Setiap kecamatan

e. Rencana kawasan pergudangan Kecamatan Kokalukuna

Kecamatan Bungi
f. Kawasan pertahanan dan
keamanan negara

1) Komando Distrik Militer Kelurahan Batulo Kecamatan


(KODIM) Wolio

2) Komando Rayon Militer Kecamatan Wolio


(KORAMIL) Kecamatan Bungi

3) Komando Strategi Angkatan Kelurahan Palabusa Kecamatan


Darat Lealea

4) Kepolisian Resor (POLRES) Kelurahan Batulo Kecamatan


Wolio

No. Kawasan Budidaya Lokasi

Kawasan pertahanan dan


keamanan negara
5) Kepolisian Sektor (POLSEK)

- POLSEK Wolio Kelurahan Lamangga Kecamatan


Murhum
- POLSEK Sorawolio Kelurahan Karya Baru Kecamatan
Sorawolio
- POLSEK Bungi Kelurahan Waliabuku Kecamatan
Bungi
- POLSEK Waruruma Kelurahan Waruruma Kecamatan
Kokalukuna
6) Kepolisian Satuan Lalu Kelurahan Batulo Kecamatan
Lintas Wolio

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 209


No. Kawasan Budidaya Lokasi
7) Polisi Pengamanan Perairan Kelurahan Wameo Kecamatan
(POLAIR) Batupoaro

WALIKOTA BAUBAU,

AS. TAMRIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 210


LAMPIRAN XVIII
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU TAHUN 2014 - 2034

KAWASAN STRATEGIS

No. Kawasan Strategis Lokasi

1 Kawasan Strategis Provinsi


Kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi :
Kawasan pusat perdagangan Kota Baubau
2 Kawasan Strategis Kota
a. Kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi

1) Kawasan strategis perdagangan


dan jasa di bidang pariwisata
dan pertanian

a) Agrowisata pertanian Kelurahan Karya Baru


Kecamatan Sorawolio,
Kelurahan Kadolokatapi
Kecamatan Wolio dan
Kelurahan Ngkaringkari
Kecamatan Bungi
b) Kawasan Bumi Perkemahan Kelurahan Kaisabu Baru
Sampoarona Kecamatan Sorawolio

c) Kawasan wisata belanja dan Kelurahan Lamangga


kuliner Pujaserata Maedani Kecamatan Murhum

d) Taman rekreasi Pantai Kamali dan Taman


BRI Kelurahan Wale
Kecamatan Wolio
Bukit Kolema dan Bukit
Wantiro di Kelurahan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 211


No. Kawasan Strategis Lokasi
Kadolomoko Kecamatan
Kokalukuna
2) Kawasan minapolitan Kecamatan Kokalukuna,
Batupoaro dan Lea-Lea
3) Kawasan Terminal Transit BBM Kelurahan Sulaa
Kecamatan Betoambari

No. Kawasan Strategis Lokasi

b. Kawasan strategis dari sudut


kepentingan sosial dan budaya

1) Kawasan Benteng Keraton Kelurahan Melai


Kecamatan Murhum
2) Kawasan Palatiga Kelurahan Bukit Wolio
Indah Kecamatan Wolio
c. Kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup

1) Kawasan ekowisata Kebun Raya di Kelurahan


Kaisabu Baru Kecamatan
Sorawolio
2) Kawasan Tirta Rimba Kelurahan Kadolomoko
Kecamatan Kokalukuna
3) Kawasan Gua Lakasa dan Pantai Kelurahan Sulaa
Nirwana Kecamatan Betoambari

WALIKOTA BAUBAU,

AS. TAMRIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2014 212

Anda mungkin juga menyukai