Modul ini disusun secara sistematis agar peserta pelatihan dapat mempelajari
materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran diarahkan pada peran aktif
perserta diklat. Modul ini digunakan oleh para Penyelenggara Pelatihan
Perencanaan Geometrik Jalan Tingkat Dasar yang sesuai dengan materi dan
substansi modul dalam Pelatihan ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun
atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan, maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan, mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan
dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul-modul ini dapat
membantu dan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat
dan Daerah dalam bidang jalan dan jembatan.
A. LATAR BELAKANG
Perencanaan perlengkapan jalan sangat penting dalam penyelenggaraan jalan.
jalan dengan tanpa perlengkapan jalan dapat menyebabkan ketidak pastian
hukum dan sangat membahahayakan pengguna jalan.
Pada umumnya pengguna jalan dan bahkan para penyelenggara jalan dan lalu
lintas tidak menguasai makna perlengkapan jalan dengan benar. Hala ini
berakibat pada penerapan perlengkapan jalan sering kurang tepat dan bahkan
membingungkan pengguna jalan.
Diharapkan modul ini dapat melengkapi kekosongan pengetahuan tentang
makana dan perencanaan perlengkapan jalan. Modul modul dalam pelatihan
geometrik jalan tingkat dasar ini akan menjadi sempurna setelah diberikannya
modul perencanaan perlengkapan jalan ini.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang
Perencanaan Perlengkapan Jalan. Modul ini disajikan melalui kegiatan ceramah
dan diskusi. Penilaian peserta dilakukan melalui tes lisan dan tulisan.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar sebagai
berikut:
1. Hasil Belajar
Mampu memahami Dasar-Dasar Perencanaan Perlengkapan Jalan.
E. ESTIMASI WAKTU
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk mata pelatihan Perencanaan Perlengkapan Jalan pada peserta pelatihan
ini adalah 6 (enam) jam pelajaran.
E. LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan perlengkapan jalan?
2. Ada berapa jenis perlengkapan jalan, uraikan.
3. Apa perbedaan utama antara perlengkapan jalan dan bangunan
pelengkap jalan?
F. RANGKUMAN
1. Perlengkapan jalan merupakan asesoris/perlengkapan yang diperlukan
untuk dapat berfungsinya jalan agar memenuhi standar atau batas
keselamatan dan kenyamanan tertentu.
2. Perlengkapan jalan terdiri dari Perlengkapan Jalan yang berkaitan
langsung dengan pengguna jalan dan Perlengkapan jalan yang berkaitan
tidak langsung dengan pengguna jalan.
3. Bangunan perlengkapan jalan adalah struktur agar dapat terbangunnya
jalan berfungsi
1. Pendahuluan
a) Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang,
huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai
peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi Pengguna Jalan.
b) Daun Rambu adalah pelat alumunium atau bahan lainnya yang memenuhi
persyaratan teknis tempat ditempelkan/dilekatkannya rambu.
c) Tiang Rambu adalah batangan logam atau bahan lainnya untuk
menempelkan atau melekatkan daun rambu.
d) Papan Tambahan adalah pelat alumunium atau bahan lainnya yang
dipasang di bawah daun rambu yang memberikan penjelasan lebih lanjut
dari suatu rambu.
e) Retro reflektif adalah sistem pemantulan cahaya dimana sinar yang datang
dipantulkan kembali sejajar ke arah sinar datang, terutama pada malam
hari atau cuaca gelap.
f) Layar monitor adalah perangkat elektronik yang digunakan untuk
menampilkan lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang
berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi
pengguna jalan.
g) Piktogram adalah representasi objek dan kondisi nyata tertentu melalui
penggunaan simbol, kode, pesan maupun kalimat tertentu.
h) Pengguna Jalan adalah orang yang menggunakan jalan untuk berlalu lintas.
Selain digunakan sebagai tersebut diatas, Rambu Lalu Lintas elektronik dapat
digunakan untuk:
(1). informasi kondisi lalu lintas;
(2). informasi kondisi cuaca;
(3). informasi perbaikan jalan; dan
(4). kampanye keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.
Rambu Lalu Lintas elektronik dapat dipasang bersamaan dengan Rambu Lalu
Lintas konvensional. Bentuk, lambang, warna, dan arti Rambu Lalu Lintas
elektronik. Ukuran, tata cara penempatan, dan spesifikasi teknis Rambu Lalu
Lintas elektronik ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
3. Rambu Peringatan
Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada
bahaya di jalan atau tempat berbahaya pada jalan dan menginformasikan
tentang sifat bahaya. Kemungkinan ada bahaya merupakan suatu kondisi atau
keadaan yang membutuhkan suatu kewaspadaan dari pengguna jalan.
Keadaan yang membutuhkan suatu kewaspadaan dari pengguna jalan antara
lain:
a) kondisi prasarana jalan;
b) kondisi alam;
c) kondisi cuaca;
d) kondisi lingkungan; atau
e) lokasi rawan kecelakaan.
Rambu peringatan selain lalu lintas kendaraan bermotor terdiri atas rambu:
a) peringatan banyak lalu lintas pejalan kaki menggunakan fasilitas
penyeberangan;
b) peringatan banyak lalu lintas pejalan kaki;
c) peringatan banyak lalu lintas pejalan kaki anak-anak;
d) peringatan banyak lalu lintas penyandang cacat;
e) peringatan banyak lalu lintas sepeda;
f) peringatan banyak hewan ternak melintas; dan
g) peringatan banyak hewan liar melintas.
Rambu keterangan tambahan tentang jarak lokasi kritis terdiri atas rambu:
a) peringatan yang menerangkan bahwa lokasi kritis berjarak 450 (empat
ratus lima puluh) meter dari lokasi rambu;
b) peringatan yang menerangkan bahwa lokasi kritis berjarak 300 (tiga ratus)
meter dari lokasi rambu; dan
c) peringatan yang menerangkan bahwa lokasi kritis berjarak 150 (seratus
lima puluh) meter dari lokasi rambu.
Contoh bentuk, lambang, warna, arti, ukuran daun rambu, serta ukuran dan
jenis huruf, angka, dan simbol dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.
4. Rambu Larangan
Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang
dilakukan oleh Pengguna Jalan.
Rambu larangan dengan kata-kata digunakan dalam hal tidak terdapat lambang
untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh Pengguna Jalan,
antara lain rambu larangan dengan kata-kata “DILARANG MENAIKKAN ATAU
MENURUNKAN PENUMPANG”. Rambu larangan dengan kata-kata ditempatkan
sesuai dengan kebutuhan.
Rambu larangan berjalan terus, rambu larangan masuk, rambu larangan parkir
dan berhenti, rambu larangan pergerakan lalu lintas tertentu, rambu larangan
membunyikan isyarat suara, dan rambu larangan dengan kata-kata memiliki:
a) warna dasar putih;
b) warna garis tepi merah;
c) warna lambang hitam;
Rambu perintah memilih salah satu arah yang ditunjuk terdiri atas rambu:
a) perintah memilih lurus atau belok kiri; dan
b) perintah memilih lurus atau belok kanan.
Rambu perintah menggunakan jalur atau lajur lalu lintas khusus terdiri atas
rambu:
a) perintah menggunakan jalur atau lajur lalu lintas khusus kendaraan
bermotor; dan
b) perintah menggunakan jalur atau lajur lalu lintas khusus kendaraan tidak
bermotor.
Rambu perintah dengan kata-kata digunakan dalam hal tidak terdapat lambang
untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh Pengguna Jalan, antara
lain rambu perintah dengan kata-kata “BELOK KIRI LANGSUNG” dan “BUS DAN
TRUK GUNAKAN LAJUR KIRI”. Rambu perintah ditempatkan sesuai dengan
kebutuhan.
6. Rambu Petujuk
Rambu petunjuk digunakan untuk memandu Pengguna Jalan saat melakukan
perjalanan atau untuk memberikan informasi lain kepada Pengguna Jalan.
Rambu petunjuk terdiri atas rambu:
a) petunjuk pendahulu jurusan;
b) petunjuk jurusan;
c) petunjuk batas wilayah;
d) petunjuk batas jalan tol;
e) petunjuk lokasi utilitas umum;
Rambu petunjuk batas wilayah, rambu petunjuk batas jalan tol, rambu petunjuk
lokasi utilitas umum, rambu petunjuk lokasi fasilitas sosial, rambu petunjuk
pengaturan lalu lintas, dan rambu petunjuk dengan kata-kata memiliki:
a) warna dasar biru;
b) warna garis tepi putih;
c) warna lambang putih; dan
d) warna huruf dan/atau angka putih.
Nomor rute untuk jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, dan/atau jalan
kota memiliki:
a) bentuk segi enam;
b) warna dasar putih; dan
c) warna angka hitam.
Nomor rute untuk jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, dan/atau jalan
kota menggunakan angka.
Nomor rute untuk jalan Asian Highway menggunakan tulisan dan angka.
Penulisan kata pada rambu petunjuk pendahulu jurusan dan rambu petunjuk
jurusan menggunakan huruf kapital pada huruf pertama dan selanjutnya
menggunakan huruf kecil.
Contoh bentuk, lambang, warna, arti, ukuran daun rambu, serta ukuran dan
jenis huruf, angka, dan simbol rambu petunjuk sebagaimana tercantum dalam
gambar di bawah ini.
Bentuk, lambang, warna, arti, ukuran daun rambu, serta ukuran dan jenis huruf,
angka, dan simbol rambu peringatan yang bersifat sementara tercantum dalam
gambar di bawah ini. Tata cara penempatan dan spesifikasi teknis Rambu Lalu
Lintas sementara ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
Bentuk, lambang, warna, arti, ukuran daun rambu, serta ukuran dan jenis huruf,
angka, dan simbol rambu larangan, rambu perintah, dan rambu petunjuk yang
bersifat sementara sama dengan Rambu Lalu Lintas yang ditempatkan secara
tetap.
Rambu peringatan yang bersifat sementara memiliki:
a) warna dasar jingga;
b) warna garis tepi hitam; dan
c) warna lambang dan/atau tulisan hitam.
8. Papan Tambahan
Rambu Lalu Lintas dapat dilengkapi papan tambahan. Papan tambahan
digunakan untuk memberi keterangan tambahan yang diperlukan untuk
menyatakan Rambu Lalu Lintas hanya berlaku untuk:
a) nilai tertentu;
Bentuk, lambang, warna, arti, ukuran daun rambu, serta ukuran dan jenis huruf,
angka, dan simbol papan tambahan sebagaimana tercantum dalam gambar di
bawah ini.
Penempatan dan pemasangan Rambu Lalu Lintas harus pada ruang manfaat
jalan. Penempatan Rambu Lalu Lintas harus sesuai dengan jarak penempatan,
ketinggian penempatan, jenis rambu, ukuran daun rambu, serta ukuran huruf,
angka, dan simbol.
Rambu Lalu Lintas ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas pada
jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan
dan tidak merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki. Dalam hal lalu
lintas satu arah dan tidak ada ruang pemasangan lain, Rambu Lalu Lintas dapat
ditempatkan di sebelah kanan menurut arah lalu lintas.
Rambu Lalu Lintas dapat ditempatkan di atas ruang manfaat jalan apabila
jumlah lajur lebih dari 2 (dua).
Rambu Lalu Lintas ditempatkan pada jarak paling sedikit 60 (enam puluh)
sentimeter diukur dari bagian terluar daun rambu ke tepi paling luar bahu jalan.
Rambu Lalu Lintas dapat dipasang pada pemisah jalan (median) dan
ditempatkan dengan jarak paling sedikit 30 (tiga puluh) sentimeter diukur dari
bagian terluar daun rambu ke tepi paling luar kiri dan kanan dari pemisah jalan.
Penempatan Rambu Lalu Lintas harus tetap pada ruang manfaat jalan. Rambu
Lalu Lintas ditempatkan pada sisi jalan paling tinggi 265 (dua ratus enam puluh
lima) sentimeter dan paling rendah 175 (seratus tujuh puluh lima) sentimeter
diukur dari permukaan jalan tertinggi sampai dengan sisi daun rambu bagian
Rambu keterangan tambahan tentang jarak lokasi kritis ditempatkan pada sisi
sebelah luar bahu jalan yang dapat dilihat dari masing-masing arah lalu lintas
dimulai pada awal tikungan sampai dengan akhir tikungan.
Rambu pengarah tikungan ke kiri dan rambu pengarah tikungan ke kanan
dipasang dengan ketentuan:
a) pada lokasi tikungan dengan jumlah paling sedikit 3 (tiga) atau jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan;
b) jalan yang tidak mempunyai bahu jalan, rambu peringatan pengarah
tikungan dapat dipasang pada badan jalan;
c) apabila tikungan mengarah ke kiri, rambu pengarah tikungan dipasang
disebelah kanan arah lalu lintas;
d) apabila tikungan mengarah ke kanan, rambu dipasang di sebelah kiri arah
lalu lintas.
Rambu peringatan pintu perlintasan sebidang kereta api, jarak penempatan
diukur dari pintu perlintasan kereta api yang terdekat. Rambu peringatan
perlintasan sebidang kereta api tanpa pintu, jarak penempatan diukur dari rel
kereta api yang terdekat. Rambu peringatan perlintasan sebidang kereta api
dapat ditempatkan secara berulang dengan dilengkapi rambu peringatan jarak
di bagian bawah berupa rambu:
Rambu Lalu Lintas pada jalan yang lurus ditempatkan dengan persyaratan:
a) ketinggian minimal 1,75 (satu koma tujuh puluh lima) meter dari
permukaan jalan atau trotoar;
b) posisi rambu diputar paling banyak 5 (lima) derajat menghadap permukaan
jalan dari posisi tegak lurus sumbu jalan sesuai dengan arah lalu lintas,
kecuali rambu pengarah tikungan ke kanan, rambu pengarah tikungan ke
kiri, rambu larangan berhenti dan rambu larangan parkir;
c) rambu pengarah tikungan ke kanan dan rambu pengarah tikungan ke kiri
sebagaimana dimaksud huruf b ditempatkan dengan posisi rambu diputar
paling banyak 3 (tiga) derajat menghadap permukaan jalan dari posisi
tegak lurus sumbu jalan sesuai dengan arah lalu lintas; dan
d) rambu larangan berhenti dan rambu larangan parkir sebagaimana
dimaksud huruf b ditempatkan dengan posisi rambu diputar antara 30 (tiga
puluh) derajat sampai 45 (empat puluh lima) derajat menghadap
permukaan jalan dari posisi tegak lurus sumbu jalan sesuai dengan arah
lalu lintas.
Rambu Lalu Lintas pada jalan yang melengkung ke kanan ditempatkan dengan
persyaratan:
Rambu Lalu Lintas yang ditempatkan pada awal pemisah jalan dan di atas ruang
manfaat jalan ditempatkan dengan posisi rambu tegak lurus sumbu jalan.
Pada satu tiang hanya dapat dipasang paling banyak 2 (dua) buah daun rambu.
Pembangunan dan/atau pemasangan bangunan, utilitas, media informasi, iklan,
pepohonan, atau benda-benda lain dilarang menghalangi keberadaan rambu
yang berakibat mengurangi atau menghilangkan arti Rambu Lalu Lintas.
Dalam hal tidak tersedianya ruang untuk pemasangan tiang rambu, Rambu Lalu
Lintas dapat dipasang antara lain pada:
a) tembok;
b) kaki jembatan;
c) bagian jembatan layang;
d) tiang bangunan utilitas; dan
e) pohon.
Tata cara pemasangan Rambu Lalu Lintas ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
1. Pendahuluan
a) Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada dipermukaan jalan atau di
atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk
garis membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang
berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah
kepentingan lalu lintas.
b) Marka Membujur adalah Marka Jalan yang sejajar dengan sumbu jalan.
c) Marka Melintang adalah Marka Jalan yang tegak lurus terhadap sumbu
jalan.
d) Marka Serong adalah Marka Jalan yang membentuk garis utuh yang tidak
termasuk dalam pengertian Marka Membujur atau Marka Melintang,
untuk menyatakan suatu daerah permukaan jalan yang bukan merupakan
jalur lalu lintas kendaraan.
e) Marka Lambang adalah Marka Jalan berupa panah, gambar, segitiga, atau
tulisan yang dipergunakan untuk mengulangi maksud rambu lalu lintas
atau untuk memberitahu pengguna jalan yang tidak dapat dinyatakan
dengan rambu lalu lintas.
f) Marka Kotak Kuning adalah Marka Jalan berbentuk segi empat berwarna
kuning yang berfungsi melarang kendaraan berhenti di suatu area.
g) Jalur adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan.
h) Lajur adalah bagian jalur yang memanjang, dengan atau tanpa Marka Jalan,
yang memiliki lebar cukup untuk dilewati satu kendaraan bermotor, selain
sepeda motor.
i) Pulau Lalu Lintas adalah bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh
kendaraan, dapat berupa Marka Jalan atau bagian jalan yang ditinggikan.
Ruang Lingkup:
a) Spesifikasi Teknis Marka Jalan;
b) Penyelenggaraan Marka Jalan;
c) Pembuatan Marka Jalan.
a) Marka Membujur
Marka Membujur terdiri atas:
(1). garis utuh;
(2). garis putus-putus;
(3). garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan garis putus-putus; dan
(4). garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh.
Marka Membujur berwarna putih.
Marka Membujur berupa garis utuh berfungsi sebagai:
(1). larangan bagi kendaraan melintasi garis tersebut; dan
(2). pembatas dan pembagi jalur.
Marka Membujur berupa garis utuh apabila berada di tepi jalan hanya berfungsi
sebagai peringatan tanda tepi jalur lalu lintas. Marka Membujur berupa garis
utuh memiliki lebar paling sedikit 10 (sepuluh) sentimeter. Dalam hal Marka
Membujur berupa garis utuh yang berfungsi sebagai pemberi tanda tepi jalur
lalu lintas dipasang pada jalan tol memiliki lebar paling sedikit 15 (lima belas)
sentimeter.
Marka Membujur berupa garis putus-putus berfungsi sebagai:
(1). pembatas dan pembagi lajur;
(2). pengarah lalu lintas; dan/atau
(3). peringatan akan adanya Marka Membujur berupa garis utuh di depan.
Marka Membujur berupa garis putus-putus harus memiliki lebar paling sedikit
10 (sepuluh) sentimeter. Marka Membujur berupa garis putus-putus memiliki
jarak antar marka:
(1). 5 (lima) meter, untuk jalan dengan kecepatan rencana kurang dari 60
(enam puluh) kilometer per jam; dan
(2). 8 (delapan) meter, untuk jalan dengan kecepatan rencana 60 (enam
puluh) kilometer per jam atau lebih.
Jarak antar Marka Membujur berupa garis putus putus yang berfungsi sebagai
peringatan lebih pendek daripada jarak antar Marka Membujur berupa garis
putusputus yang berfungsi sebagai pembatas dan pembagi lajur.
Marka Membujur berupa garis putus-putus pada permukaan jalan dapat
digantikan dengan kerucut lalu lintas. Penggunaan kerucut lalu lintas hanya
bersifat sementara.
Marka Membujur berupa garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan garis
putus-putus. Untuk menyatakan:
(1). lalu lintas yang berada pada sisi garis putus-putus dapat melintasi garis
ganda tersebut; dan
(2). lalu lintas yang berada pada sisi garis utuh dilarang melintasi garis
ganda tersebut.
Jarak antara 2 (dua) Marka Membujur berupa garis ganda yang terdiri dari garis
utuh dan garis putusputus paling sedikit 10 (sepuluh) sentimeter dan tidak lebih
dari 18 (delapan belas) sentimeter.
Marka Membujur berupa garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh untuk
menyatakan lalu lintas yang berada pada kedua sisi garis ganda tersebut
dilarang melintasi garis ganda tersebut. Jarak antara 2 (dua) Marka Membujur
berupa garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh paling sedikit 10 (sepuluh)
sentimeter dan tidak lebih dari 18 (delapan belas) sentimeter.
b) Marka Melintang
Marka Melintang berupa: garis utuh dan garis putus-putus. Marka Melintang
berwarna putih. Marka Melintang berupa garis utuh menyatakan batas
berhenti kendaraan yang diwajibkan berhenti oleh alat pemberi isyarat lalu
lintas, rambu berhenti, tempat penyeberangan, atau zebra cross. Marka
Melintang berupa garis utuh memiliki lebar paling sedikit 20 (dua puluh)
sentimeter dan paling banyak 30 (tiga puluh) sentimeter.
Dalam hal Marka Melintang dilengkapi dengan Marka Lambang berupa tulisan
“STOP”, jarak antara puncak huruf pada Marka Lambang dengan Marka
Melintang sebesar 1 (satu) meter sampai dengan 2,5 (dua koma lima) meter.
Dalam hal Marka Melintang dilengkapi dengan Marka Lambang berupa segitiga
sama kaki, jarak antara alas segitiga pada Marka Lambang dan Marka Melintang
sebesar 1 (satu) meter sampai dengan 2,5 (dua koma lima) meter.
Marka Melintang berupa garis putus-putus berfungsi untuk menyatakan batas
yang tidak dapat dilampaui kendaraan sewaktu memberi kesempatan kepada
kendaraan yang mendapat hak utama pada persimpangan. Dalam hal Marka
Melintang berupa garis putus-putus tidak dilengkapi dengan rambu larangan,
harus didahului dengan Marka Lambang berupa segitiga yang salah satu alasnya
sejajar dengan Marka Melintang tersebut. Marka Melintang berupa garis putus-
c) Marka Serong
Marka Serong berupa:
Marka Serong berupa garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis utuh
digunakan untuk menyatakan:
(1). daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan;
(2). pemberitahuan awal akan melalui pulau lalu lintas atau median jalan;
(3). pemberitahuan awal akan ada pemisahan atau percabangan jalan; atau
(4). larangan bagi kendaraan untuk melintasi.
Marka Serong berupa garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis putus-putus
digunakan untuk menyatakan kendaraan tidak boleh memasuki daerah tersebut
sampai mendapat kepastian selamat.
Marka Serong berupa garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis utuh terdiri
atas:
(1). Marka Serong berpola chevron menghadap arah lalu lintas; dan
(2). Marka Serong berpola garis miring.
Marka Serong berupa garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis utuh berpola
chevron menghadap arah lalu lintas untuk menyatakan:
(1). daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan pada lalu lintas satu arah;
(2). pemberitahuan awal akan melalui pulau lalu lintas atau median jalan
pada lalu lintas satu arah;
(3). pemberitahuan awal akan ada pemisahan atau percabangan jalan pada
lalu lintas satu arah; atau
(4). larangan bagi kendaraan untuk melintasi pada lalu lintas satu arah.
Marka Serong memiliki lebar paling sedikit 10 (sepuluh) sentimeter. Dalam hal
Marka Serong dipasang pada jalan tol memiliki lebar paling sedikit 15 (lima
belas) sentimeter.
Gambar 37 Bentuk marka jalan pada perlintasan sebidang dengan jalan kereta
api
Marka Lambang berupa tanda silang memiliki ukuran lebar 2,4 (dua koma
empat) meter dan tinggi 6 (enam) meter. Marka Lambang berupa tulisan “KA”
memiliki ukuran lebar 60 (enam puluh) sentimeter dan tinggi huruf 1,5 (satu
koma lima) meter.
Marka lajur sepeda dinyatakan dengan Marka Lambang berupa gambar sepeda
berwarna putih dan/atau Marka Jalan berwarna hijau.
Umur teknis paling lama 2 (dua) tahun. Kebijakan dilakukan apabila terjadi
perubahan pengaturan lalu lintas yang ditentukan oleh pejabat yang
berwenang. Keberadaan fisik Marka Jalan meliputi: pelapisan ulang perkerasan
jalan dan hilang. Penghapusan Marka Jalan dilakukan berdasarkan penilaian
kinerja oleh Pejabat sesuai dengan kewenangannya. Tata cara penilaian kinerja
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas berfungsi untuk mengatur lalu lintas orang
dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan.
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan lampu tiga warna dipergunakan untuk
mengatur Kendaraan. Lampu tiga warna terdiri dari lampu berwarna merah,
kuning, dan hijau. Lampu berwarna merah untuk menyatakan Kendaraan harus
berhenti dan tidak boleh melewati marka melintang yang berfungsi sebagai
garis henti. Lampu berwarna kuning untuk memberikan peringatan bagi
pengemudi:
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan lampu tiga warna tersusun secara:
a) vertikal berurutan dari atas ke bawah berupa lampu berwarna merah,
kuning, dan hijau; atau
b) horizontal berurutan dari sudut pandang Pengguna Jalan dari kanan ke kiri
berupa lampu berwarna merah, kuning, dan hijau.
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan lampu dua warna dipergunakan untuk
mengatur Kendaraan dan/atau Pejalan Kaki. Lampu dua warna terdiri dari
lampu berwarna merah dan hijau. Lampu berwarna merah untuk menyatakan
Kendaraan harus berhenti dan tidak boleh melewati marka melintang yang
berfungsi sebagai garis henti. Lampu berwarna hijau menyatakan Kendaraan
berjalan.
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan lampu dua warna tersusun secara
vertikal dengan:
a) lampu berwarna merah di bagian atas; dan
b) lampu berwarna hijau di bagian bawah.
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan lampu satu warna dipergunakan untuk
memberikan peringatan bahaya kepada Pengguna Jalan. Lampu satu warna
berwarna kuning kelap kelip atau merah. Lampu berwarna kuning kelap kelip
untuk menyatakan Pengguna Jalan berhati-hati. Lampu berwarna merah untuk
menyatakan Pengguna Jalan berhenti.
Pengaturan waktu siklus Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas terdiri atas:
Waktu siklus terkoordinasim berupa skema rencana siklus antar Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas diatur oleh sistem yang terpusat. Waktu siklus tidak
terkoordinasi terdiri atas:
a) siklus tetap;
b) siklus semi-adaptif; dan
c) siklus adaptif.
Spesifikasi teknis Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas sebagaimana gambar yang
tercantum dalam gambar berikut.
Penyelenggaraan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas untuk jalan tol dilakukan oleh
penyelenggara jalan tol setelah mendapatkan penetapan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat.
Dalam hal terjadi perpotongan antara jalan nasional dengan jalan provinsi,
penyelenggaraan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Darat. Dalam hal terjadi perpotongan antara jalan
nasional dengan jalan kabupaten dan jalan desa, penyelenggaraan Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas dilakukan oleh Direktur Jenderal. Dalam hal terjadi
perpotongan antara jalan nasional dengan jalan kota, penyelenggaraan Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas dilakukan oleh Direktur Jenderal Perhubungan
Darat.
Dalam hal terjadi perpotongan antara jalan provinsi dengan jalan kabupaten
dan jalan desa, penyelenggaraan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dilakukan oleh
gubernur. Dalam hal terjadi perpotongan antara jalan provinsi dengan jalan
kota, penyelenggaraan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dilakukan oleh gubernur.
Penempatan dan pemasangan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas harus pada ruang
manfaat jalan. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dapat dipasang bersamaan
dengan rambu lalu lintas dan marka jalan.
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan lampu tiga warna yang dipasang pada
persimpangan ditempatkan di sebelah kiri jalur lalu lintas Kendaraan dan
menghadap arah lalu lintas Kendaraan. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan
lampu tiga warna dapat ditambah pada sisi kanan. Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas dengan lampu tiga warna ditempatkan pada jarak paling sedikit 60 (enam
puluh) sentimeter diukur dari bagian terluar armatur ke tepi paling luar bahu
jalan.
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan lampu tiga warna yang dipasang pada
ruas jalan ditempatkan di pemisah jalur atau median menghadap arah lalu lintas
Kendaraan. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan lampu tiga warna
ditempatkan pada jarak paling sedikit 30 (tiga puluh) sentimeter diukur dari
bagian terluar armatur ke tepi paling luar kiri dan kanan dari pemisah jalur atau
median.
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan lampu dua warna ditempatkan pada
tempat penyeberangan Pejalan Kaki dan pesepeda di sisi sebelah kiri jalur lalu
lintas Kendaraan dan menghadap arah lalu lintas Pejalan Kaki dan pesepeda.
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan lampu dua warna dilengkapi dengan
tombol untuk menyeberang. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan lampu dua
warna ditempatkan pada jarak paling sedikit 60 (enam puluh) sentimeter diukur
dari bagian terluar armatur ke tepi paling luar bahu jalan.
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan lampu satu warna ditempatkan di
sebelah kiri jalur lalu lintas Kendaraan dan menghadap arah lalu lintas
Kendaraan serta dapat diulangi di atas ruang manfaat jalan pada jarak tertentu
dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas Kendaraan dan tidak
merintangi lalu lintas Kendaraan atau Pejalan Kaki. Alat Pemberi Isyarat Lalu
Umur teknis paling lama 5 (lima) tahun. Kebijakan pengaturan lalu lintas
dilakukan apabila terjadi perubahan pengaturan lalu lintas yang ditentukan oleh
pejabat yang berwenang. Keberadaan fisik Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
meliputi antara lain: kerusakan; dan hilang.
Penghapusan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dilakukan berdasarkan penilaian
kinerja oleh Pejabat sesuai dengan kewenangannya. Tata cara penilaian
ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
1. Pendahuluan
Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di ruang lalu lintas jalan.
Jaringan Pejalan Kaki adalah ruas pejalan kaki, baik yang terintegrasi maupun
terpisah dengan jalan, yang diperuntukkan untuk prasarana dan sarana pejalan
kaki serta menghubungkan pusat-pusat kegiatan dan/atau fasilitas pergantian
moda.
Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki adalah fasilitas yang disediakan di
sepanjang jaringan pejalan kaki untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan
pejalan kaki.
Perencanaan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki adalah suatu proses
untuk menentukan penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan
pejalan kaki dalam rencana tata ruang.
Penyediaan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki adalah pengadaan
dan/atau perwujudan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki yang berguna
untuk menyediakan aksesibilitas dan mobilitas pejalan kaki.
Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki adalah aktivitas
penggunaan fasilitas jalur pejalan kaki baik oleh pejalan kaki maupun pengguna
lain yang diperbolehkan.
Fungsi dan manfaat prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki yaitu untuk
memfasilitasi pergerakan pejalan kaki dari satu tempat ke tempat lainnya
dengan menjamin aspek keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki.
Prinsip perencanaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki menekankan
pada pertimbangan aspek kepekaan pejalan kaki dan aspek kontekstual
kawasan.
Kriteria prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki merupakan hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam menentukan tingkat pelayanan prasarana dan
sarana jaringan pejalan kaki dalam perencanaan prasarana dan sarana jaringan
pejalan kaki.
Kriteria prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki terdiri atas:
a) karakteristik pejalan kaki;
b) karakteristik lingkungan; dan
c) keterkaitan antar kegiatan dan moda transportasi lainnya serta jenis
penggunaan lahan atau kegiatan.
Teknik perencanaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki dilakukan sesuai
dengan fungsi jalan. Teknik perencanaan prasarana dan sarana jaringan pejalan
kaki terdiri atas:
a) segregasi;
b) integrasi; dan
c) separasi.
Ruang jalur pejalan kaki merupakan ruang yang diperlukan pejalan kaki untuk
berdiri dan berjalan yang dihitung berdasarkan dimensi tubuh manusia pada
Dimana:
H : tinggi tiang lampu
L : lebaar badan jalan, termasuk median jika ada
e : jarak interval antar tiang lampu
s1+s2 : proyeksi kerucut cahaya lampu
s1 : jarak tian g lampu ke tepi perkerasan
s2 : jarak dari tepi perkerasan ke titik penyinaran terjauh
i : sudut inklinasi pencahayaan/ penerangan
3. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di
jalan dan di luar jalan seperti:
4. Tempat parkir
5. Halte bus
F. LATIHAN
1. Uraikan jenis Rambu lalu lintas !
2. Marka jalan dapat berupa apa saja?
3. Apa yang dimaksud dengan APILL dan apa manfaatnya?
4. Uraikan tentang Fasilitas Pejalan kaki yang berkaitan dengan jalan.
5. Lampu jalan wajib disediakan dimana?
G. RANGKUMAN
RAMBU LALU LINTAS
Rambu lalu lintas merupakan perlengkapan jalan yang sangat penting untuk
pengoperasian jalan. Menurut jenisnya rambu lalu lintas dapat dikelompokkan
menjadi rambu peringatan, rambu perintah, rambu larangan dan rambu
petunjuk. Rambu lalu lintas dapat secara konvensional maupun elektronik.
Komponen rambu terdiri dari daun rambu, tiang rambu dan pondasi untuk
menjamin dapat berdirinya tiang rambu dengan baik.
MARKA JALAN
Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada dipermukaan jalan atau di atas
permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk
mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
APILL
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas berfungsi untuk mengatur lalu lintas orang
dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan.
Pagar pengaman dipasang pada tepi luar badan jalan dengan jarak paling dekat
0,6 (nol koma enam) meter dari marka tepi jalan.
3. Peredam Silau
Bangunan peredam silau berfungsi untuk melindungi atau menghalangi mata
pengemudi dari kesilauan terhadap sinar lampu kendaraan yang berlawanan
arah.
Peredam silau dipasang pada:
a) jalan raya dan jalan bebas hambatan,
b) jalan yang berpotensi menimbulkan silau bagi pengemudi.
Peredam silau dipasang dibagian tengah dari median.
4. Tempat Istirahat
Tempat istirahat merupakan fasilitas yang disediakan untuk pengguna jalan
arteri primer. Tempat istirahat harus diadakan pada jalan arteri apabila dalam
25 (dua puluh lima) kilometer tidak terdapat tempat perhentian atau
permukiman atau tempat umum yang lain yang dapat dipakai istirahat. Tempat
istirahat paling sedikit dilengkapi dengan jalan masuk dan jalan keluar ke jalan
arteri, fasilitas tempat parkir yang memadai untuk semua jenis kendaraan, dan
fasilitas umum. Tempat istirahat harus berada di luar Rumaja.
1. Patok Rumija
Patok Rumija adalah patok pembatas antara lahan milik Jalan yang dikuasai
penyelenggara jalan atas nama negara dengan lahan di luar Rumija. Patok
Rumija dipasang dikedua sisi Jalan sepanjang koridor jalan, setiap jarak 50 (lima
puluh) meter. Patok Rumija secara fisik bisa berupa patok beton atau patok
besi, diberi warna dasar dan tulisan mengenai status Rumija yang bisa dibaca
dengan jelas.
2. Pagar Jalan
Pagar jalan wajib dipasang pada jalan bebas hambatan. Pagar jalan dipasang di
batas ruang milik jalan.
1. Lansekap Jalan
a) Umum
Lansekap Jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk
pada Iingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lansekap alamiah
seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah,
maupun yang terbentuk dari elemen lansekap buatan manusia yang
disesuaikan dengan kondisi Iahannya. Lansekap jalan ini mempunyai ciri-ciri
khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan
diperuntukkan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan
untuk menciptakan Iingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi
fungsi keamanan.
Elemen Lansekap adalah segala sesuatu yang berwujud benda, suara, warna
dan suasana yang merupakan pembentuk lansekap, baik yang bersifat
Ketentuan Kebisingan
a) Kebisingan yang dimaksudkan adalah kebisingan yang diakibatkan oleh lalu
lintas kendaraan bermotor.
b) Kebisingan yang didasarkan pada basil pengukuran kebisingan akibat lalu
lintas kendaraan di jalan sesuai dengan persyaratan Teknik Pengukuran
Bising (TPB).
c) Kebisingan yang dikategorikan dalam Kriteria Daerah Bising (MB) atas dasar
pendekatan penggunaan lahan sisi jalan untuk daerah
permkiman/Perumahan.
d) Kebisingan yang mengacu pada Kriteria Bising (KB) sesuai dengan
Organisasi Standar lntemasional (ISO), yang menggunakan nilai bising
ekivalen energi (Leq) dan nilai ambien bising menurut Surat Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 48/MENLH/11/1996 Lampiran 1.
e) Kebisingan disesuaikan dengan waktu paparan yang ditetapkan dalam KDB.
F. LATIHAN
1. Uraikan perlengkapan jalan yang berkaitan dengan keselamatan
pengguna jalan.
G. RANGKUMAN
1. Keselamatan pengguna jalan
Pagar Jalan
Pagar jalan berfungsi untuk melindungi bangunan atau daerah tertentu
seperti:
bangunan pelengkap jalan, jalur pejalan kaki, daerah tertentu yang bisa
membahayakan lalu lintas; dan rumija untuk jalan bebas hambatan/Tol.
Pagar jalan dipasang sesuai dengan kebutuhan dan harus seijin
penyelenggara jalan.
Tempat Istirahat
Tempat istirahat merupakan fasilitas yang disediakan untuk pengguna jalan
arteri primer. Tempat istirahat harus diadakan pada jalan arteri apabila
dalam 25 (dua puluh lima) kilometer tidak terdapat tempat perhentian
atau permukiman atau tempat umum yang lain yang dapat dipakai
istirahat. Tempat istirahat paling sedikit dilengkapi dengan jalan masuk dan
jalan keluar ke jalan arteri, fasilitas tempat parkir yang memadai untuk
semua jenis kendaraan, dan fasilitas umum. Tempat istirahat harus berada
di luar Rumaja.
Pulau Jalan
Pulau jalan diperlukan sebagai kanalisasi dalam pengaturan lalu lintas dan
geometrik jalan. Pulau Lalu lintas ialah bagian dari persimpangan yang
ditinggikan dengan kereb, yang dibangun sebagai pengarah arus lalu lintas
serta merupakan tempat lapak tunggu untuk pejalan kaki pada saat
menunggu kesempatan menyeberang.
Patok Rumija
Patok Rumija adalah patok pembatas antara lahan milik Jalan yang dikuasai
penyelenggara jalan atas nama negara dengan lahan di luar Rumija. Patok
Rumija dipasang dikedua sisi Jalan sepanjang koridor jalan, setiap jarak 50
(lima puluh) meter. Patok Rumija secara fisik bisa berupa patok beton atau
patok besi, diberi warna dasar dan tulisan mengenai status Rumija yang
bisa dibaca dengan jelas.
Pagar Jalan
Pagar jalan wajib dipasang pada jalan bebas hambatan. Pagar jalan
dipasang di batas ruang milik jalan.
Hasil latihan diberitahukan kepada siswa dan diikuti dengan penjelasan tentang
hasil kemajuan siswa. Kegiatan memberitahukan hasil tes tersebut dinamakan
umpan balik. Hal ini penting artinya bagi siswa agar proses belajar menjadi efektif,
efisien, dan menyenangkan. Umpan balik merupakan salah satu kegiatan
instruksional yang sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
Tindak lanjut adalah kegiatan yang dilakukan siswa setelah melakukan tes
formatif dan mendapatkan umpan balik. Siswa yang telah mencapai hasil baik
dalam tes formatif dapat meneruskan ke bagian pelajaran selanjutnya atau
mempelajari bahan tambahan untuk memperdalam pengetauan yang telah
dipelajarinya. Siswa yang mendapatkan hasil kurang dalam tes formatif harus
mengulang isi pelajaran tersebut dengan menggunakan bahan instruksional
yang sama atau berbeda. Petunjuk dari pengajar tentang apa yang harus
dilakukan siswa merupakan salah satu bentuk pemberian tanda dan bantuan
kepada siswa untuk memperlancar kegiatan belajar selanjutnya.
C. KUNCI JAWABAN
BAB 2
1. Apa yang dimaksud dengan perlengkapan jalan?
Perlengkapan jalan merupakan komponen pelengkap yang diperlukan untuk
dapat berfungsinya jalan agar memenuhi standar atau batas keselamatan
dan kenyamanan tertentu.
2. Ada berapa jenis perlengkapan jalan, uraikan.
Ada dua jenis perlengkapan jalan. (1) Perlengkapan jalan terdiri dari
Perlengkapan Jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan dan (2)
Perlengkapan jalan yang berkaitan tidak langsung dengan pengguna jalan.
3. Apa perbedaan utama antara perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap
jalan?
Bangunan perlengkapan jalan adalah struktur agar dapat terbangunnya
jalan sehingga dapat berfungsi dengan baik. Sedangkan Perlengkapan jalan
merupakan komponen pelengkap yang diperlukan untuk dapat
Pejalan Kaki setiap orang yang berjalan di ruang lalu lintas jalan
Jaringan Pejalan ruas pejalan kaki, baik yang terintegrasi maupun
Kaki terpisah dengan jalan, yang diperuntukkan untuk
prasarana dan sarana pejalan kaki serta
menghubungkan pusat-pusat kegiatan dan/atau
fasilitas pergantian moda.
Kendaraan suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.
Pemerintah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.