Anda di halaman 1dari 32

Perencanaan Wilayah

STRATEGI PENINGKATAN PERANAN FUNGSIONAL KAWASAN


PERTAMBANGAN ASPAL DAN NIKEL KABUPATEN BUTON DALAM
MENDUKUNG PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Present by.

Muumin Muuzi
4515042006
Yuyun Husni Waris 4515042041
Niken Hardyanti Putri H 4515042023
Ais Pratiwi 4515042045
Roberto Romario
4515042032
Ibrahim Lisaholith 4513042058
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH
3.1 Fisik Wilayah Makro
Letak Geografis dan Administrasi
- Terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, m
emanjang dari Utara ke Selatan diantara 4,960
- 6,250 Lintang Selatan dan membentang dari
Barat ke Timur diantara 120,000 - 123,34° Buju
r Timur.
- Wilayah daratan seluas ±120,240 ha dan wiaya
h perairan seluas ±21,054 km2
- Secara Administratif batas-batas Kabupaten Bu
ton, yaitu :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabup
aten Buton Utara
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut
Flores
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupa
ten Wakatobi
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabup
aten Buton Tengah
- Kabupaten Buton terdiri dari 7 kecamatan, yait
u: Luas Wilayah Kabupaten Buton Menurut Kecamatan
Tahun 2017
• Kecamatan Lasalimu
• Kecamatan Lasalimu Selatan No Kecamatan
Luas
(Ha)
Presentase Terhadap
Luas Kabupaten
• Kecamatan Pasar Wajo 1. Kapontori 13,300 11,06
• Kecamatan Siontapina
2. Lasalimu 32,729 27,22
• Kecamatan Walowa
3. Lasalimu Selatan 8,809 7,33
• Kecamatan Kapontori
• Kecamatan Wabula 4.. Pasar Wajo 35,640 29,64

5. Siontapina 18,102 15,05


4% 6% 11% Kapontori
15% 6. Wabula 5,158 4,29
Lasalimu
27%
Lasalimu Selatan 7. Walowa 6,502 5,41
30%
Pasarwajo Jumlah 6,502 100,00

7% Siontapina Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka Tahun 2016


-Analisis Topografi Dan Kemiringan Lereng
Topografi
Ketinggian tempat dan kontur merupakan inform
asi yang menyajikan data interval pembagian ketinggi
an tempat di Kabupaten Buton. Data ini berisi inform
asi tentang kisaran ketinggian tempat di Kabupaten B
uton, beserta titik-titik ketinggian yang terdapat pada
setiap lokasi.
Berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan l
aut, sebagian besar wilayah
Kabupaten Buton berada pada ketinggian 0 - 115 m d
pl. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar wi
layah berada daerah dataran yang umumnya merupa
kan wilayah bagian pesisir. Titik ketinggian tertinggi
berada pada 808 m dpl laut.

Topografi di Kabupaten Buton Tahun 2017

No Topografi Luas Presentase

1. 0 – 115 57,382.67 34,13

2. 115 – 231 44,163.20 26,26

3. 231 – 346 23,816.30 14,16 Lokasi Titik Puncak Ketinggian t


4. 346 – 462 24,515.79 14,58 ertinggi di Kab. Buton
5. 462 – 577 14,221.71 8,46

6. 577 – 692 3,744.17 2,23

7. 707 - 808 308,57 0,18

Total 168,152 100,00

Sumber : Hasil Analisis Informasi Geospasial Tahun 2017


Analisis Kemiringan Lereng
- Sebagian besar wilayah Kabupaten Buton (44,94%) be
rada pada kelas lereng 41% - 60%. Wilayah yang ber
ada pada lahan yang datar (lereng <2%) hanya menc
apai 2,41% luas wilayah. Kelas lereng agak landai hin
gga landai mencapai 25,52%.

Kemiringan Lereng di Kabupaten Buton Tahun 2017

N Kemiringan Ler Present


Luas Keterangan
o eng ase

1. 0 – 2% 57,382.67 34,13 Datar

2. 2 – 8% 44,163.20 26,26 Datar

3. 8 – 15% 24,515.79 14,58 Landai

4. 15 – 25% 23,816.30 14,16 Agak Curam

5. 25 – 40% 14,221.71 8,46 Curam

6. 40%> 4052,74 2,41 Sangat Curam

Total 168,152 100,00 Klasifikasi Kelas Lereng Lapangan


Sumber : Hasil Analisis Informasi Geospasial Tahun 20 Berdasarkan Hasil Analisis
17 Nilai Kelas Kemiringan
Kategori
Lereng Lereng (%)
(1) (2) (3)
Kemiringan Lereng di Kabupaten Buton 1 0-8 Datar
Tahun 2017 2 8 - 15 Landai
3 15 - 25 Agak Curam
8.46
2.23 0.18 4 25 - 40 Curam
0 – 2% 5 > 40 Sangat Curam
2 – 8% Nilai Kelas Kemiringan
Deskripsi
34.13 Lereng Lereng (%)
14.58
15 – 25% 0 0-3
1 3-8 Datar
8 – 15%
2 8 - 15 Landai s/d Berombak
25 – 40% 3 15 - 30 Agak Miring/Bergelombang
4 30 - 45 Miring/Berbukit Agak Curam Curam
14.16
40 – 65% 5 45 - 65 Sangat Curam
6 > 65
65%>
Sumber : Permen PU No 20 Tahun 2017 tentang pedoman tekhnis analisis aspek fisik ling
kungan, ekonomi serta sosial budaya dalam penyusunan RTR
26.26
- Kondisi Tanah

Kondisi tanah di Kabupaten Buton pada umu


mnya memiliki permukaan yang bergunung, ber
gelombang, dan berbukit-bukit. Diantara gunun
g dan bukit tersebut, terbentang daratan yang
merupakan daerah-daerah potensial untuk peng
embangan pertanian.
Permukaan tanah pegunungan yang relatif ren
dah, ada juga yang bisa digunakan untuk usaha
yang sebagian besar berada pada ketinggian 10
0-500 M dpl, kemiringan tanahnya mencapai 40
0. Adapun jenis tanah yang terdapat di Kabupat

en Buton sebagaimana tabel berikut.

Jenis Tanah Kabupaten Buton

No. Jenis Tanah Luas Presentase

1. Dystropepts 35,252.17 20,97

2. Eutropepts 43,035.30 25,59

3. Hydraquents 3,517.04 2,09

4. Rendolls 59,810.53 35,57

5. Tropudalfs 16,921.95 10,06

6. Trofudults 9,606.38 5,71

Total 168,143 100,00

Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka Tahun 2016


- Analisis Kondisi Hidrologi
Kabupaten Buton memiliki beberapa sungai
besar yang terdapat dibeberapa kecamatan. Sun
gai-sungai tersebut pada umunya memiliki pote
nsial yang dapat dijadikan sumber tenaga,irigasi
dan kebutuhan rumah tangga, seperti Sungai W
into winning dan wandoke walengke.
Potensi sumberdaya air di Wilayah Kecamata
n Kapantori dan Lasalimu cukup tersedia, denga
n kondisi curah hujan yang tergolong cukup sta
bil, sehingga ketersediaan sumberdaya air dapat
terpenuhi.
Analisis sumberdaya air diwilayah K
ecamatan Lasalimu dan Kapontori dirumuskan d
alam rangka pengembangan sistem prasarana s
umberdaya air untuk penyediaan air baku bagi k
ebutuhan domestik dan industri, dan untuk pen
gembangan pertanian. Beberapa arahan yang p
erlu dilakukan dalam pengelolaan berbagai wila
yah sungai, yaitu:

Luas Wilayah DAS di Kabupaten Buton Tahun 2015

No. DAS Luas Presentase

1. DAS Baubau Wonco 37,674.30 22,58

2. DAS Wandoke Walengke 25,231.56 15,12

3. DAS Winto Winning 103,957.89 62,30

Total 166,864.00 100,00

Sumber : Kab. Buton Dalam Angka , 2016


- Curah Hujan dan hari Hujan
Di Kecamatan Lasalimu dan Kapontori Tahun 2017

Curah Hujan ( Hari Hujan


No Bulan
mm) (hh)
Kecamatan Lasalimu
1 Januari 256 14
2 Februari 50 9
3 Maret 85 10
4 April 187 13
5 Mei 370 22
6 Juni 295 16
7 Juli 579 20
8 Agustus 11 4
9 September - -
10 Oktober 2 1
11 November 92 12
12 Desember 138 13
Rata-rata 2.065 134
Kecamatan Kapontori
1 Januari 476 16
2 Februari 318 8
3 Maret 171 10
4 April 145 12
5 Mei 293 20
6 Juni 254 13
7 Juli 304 17
8 Agustus 4 2
9 September 0 0
10 Oktober 36 2
11 November 67 7
12 Desember 195 13
Rata-rata 2.266 130

Sumber : Kec. Lasalimu dan Kapontori Dalam Angka Tahun 2016


3.2 Fisik Wilayah Mikro (Kecamatan Lasalimu
dan Kecamatan Kapontori )
Letak Geografis dan Administrasi.
- Secara geografis, Kecamatan Lasalimu dan Kapo
ntori terletak antara 122045’00’’-12306’0’’ Bujur
Timur dan 504’0’’- 5022’0” Lintang Selatan.
- Luas wilayah Kecamatan Lasalimu 327,29 km2 d
an Kecamatan Kapontori dengan luas 1.129,10 k
m2 .
- Secara geografis, berbatasan dengan beberapa
wilayah lainnya, yaitu :
• Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamat
an Wolowa dan Kecamatan Siontapina
• Sebelah utara berbatsan dengan Kabupaten
Buton Utara
• Sebelah timur berbatasan dengan Laut Band
a, dan
• Sebelah barat berbatasan dengan Kecamata
n Selat Buton
Topografi
- Wilayah Kecamatan Kapontori dan Las
alimu sebagian besar bergelombang da
n berbukit dengan kemiringan landau sa
mpai curam. Daerah kemiringan datar sa
mpai laindai dengan ketinggian antara 0
-808 mdpl, yang terdapat di beberapa b
agian yaitu pada kawasan pantai dan se
bagian besar daerah Aliran Sungai.

Kondisi Topografi Kecamatan Kapuntori dan Lasalimu


Tahun 2017

No Topografi Wilay Luas Presentase


ah (mdpl)

1 0 – 115 10,836.81 27,67

2 115 – 231 8,769.42 22,39

3. 231 – 346 4,940.22 12,61

4. 346 – 462 6,170.37 15,75

5. 462 – 577 5,826.85 14,88

6. 577 – 692 2,484.76 6,34 Kemiringan Lereng Kecamatan Kapontori Tahun 2017

7. 707 - 808 142.02 0,36 No Topografi Wilay Kemiringan L Luas Presentase


ah (mdpl) ereng (%)
Total 9,170.44 100,00
1 0 – 115 0 – 2% 15,091.50 45,50
Sumber : Hasil Analisis Informasi Geospasial Tahun 2017
2 115 – 231 2 – 8% 7,616.87 22,96

3. 231 – 346 15 – 25% 4,819.74 14,53

4. 346 – 462 8 – 15% 4,134.32 12,47


Kawasan Dengan Ketinggian 707-808 mdpl 5. 462 – 577 25 – 40% 1,228.18 3,70
dan 0-115 mdpl
6. 577 – 692 40 – 65% 223,94 0,68

7. 707 - 808 65%> 52,85 0,16

Total 33,167.40 100,00

Sumber : Hasil Analisis Informasi Geospasial Tahun 2017


Klasifikasi Kelas Lereng Lapangan
Berdasarkan Hasil Analisis
Nilai Kelas Kemiringan L
Kategori
Lereng ereng (%)
(1) (2) (3)
1 0-8 Datar
2 8 - 15 Landai
3 15 - 25 Agak Curam
4 25 - 40 Curam
5 > 40 Sangat Curam
Nilai Kelas Kemiringan L
Deskripsi
Lereng ereng (%)
0 0-3
1 3-8 Datar
2 8 - 15 Landai s/d Berombak
3 15 - 30 Agak Miring/Bergelombang
4 30 - 45 Miring/Berbukit Agak Curam Curam
5 45 - 65 Sangat Curam
6 > 65
Geologi
Jenis Tanah di Kecamatan Kapontori
Jenis Batuan di Kecamatan Kapontori Tahun 2016 Jenis Batuan di Kecamatan Lasalimu Tahun 2016 dan Lasalimu Tahun 2016
No Jenis Batuan Luas Presentase No Jenis Batuan Luas Presentase
Jenis Tanah Kecamatan Lasalimu
1. Aluvium 796,76 1,97 1. Aluvium 2,334.83 7,04
No Jenis Tanah Luas Presentase
2. Gampin 4,245.39 10,84 2. Gampin 1,611.38 4,86
1 Dystripepts 14,442.46 43,55
3. Sampolakosa 10,357.47 26,44 3. Ogena 1,378.59 4,16
2 Eutropepts 6,435.82 19,41
4. Tondo 788,64 2,01 4. Sampolakosa 5,597.59 16,88
3. Hydraquents 1,819,41 5,49
5. Walupaka 15,320.53 39,11 5. Tobelo 1,751.31 5,28
4. Rendolls 3,384.30 10,21
6. Winto 1,011.76 2,58 6. Tondo 12,452.29 37,54
5. Tropudalfs 5,015.72 15,13
7. Ultrabasa 6,676.21 17,04 7. Walupaka 4,965.66 14,97
6. Tropudults 2,061.49 6,22
Total 39,169.76 100,00 8. Winto 3,075.10 9,27
Total 39,169.67 100,00
Sumber : Kab. Buton Dalam Angka , 2016 Total 33,166.75 100,00
Sumber : Diolah Dari Data Revisi RTRW Kab. Buton, 2016
Sumber : Kab. Buton Dalam Angka , 2016

Jenis Tanah Kecamatan Kapontori

No Jenis Tanah Luas Presentase

1 Dystripepts 4,084.75 10,43

2 Eutropepts 18,647.62 47,61

3. Hydraquents 448,51 1,15

4. Rendolls 14,805.31 37,80

5. Tropudalfs 1,183.49 3,02

Total 39,169.67 100,00

Sumber : Diolah Dari Data Revisi RTRW Kab. Buton, 2016


Analisis Hidrologi
Potensi hidrologi wilayah Kecamat - Kesimpulan dari Analisis Aspek Fisik Dasar Wilayah
an Kapontori dan Lasalimu sangat bes Secara geografi fisik, Kabupaten Buton mempunyai luas
ar. Berdasarkan data yang ada, wilayah wilayah 120.240 Ha. Dengan kondisi fisik yang demikian,
ini memiliki 2 sungai besar dan kecil. D
Penggunaan Lahan maka perkembangan Kabupaten Buton, akan mengalami ba
ari sungai sungai tersebut yang terseb nyak tantangan diakibatkan oleh faktor jarak tersebut, khu
ar dan terpanjang adalah Sungai BauB Penggunaan lahan Di Kecamatan Lasalimu
susnya menyangkut strategi keterhubungan atau saling tun
au Wonco dan Sungai Winto Takalu ya Sebagian besar adalah Hutan Negara denga luas
jang diantara kawasan. Selanjutnya, secara geomorfologis,
ng lebar dan tenang serta memberikan area mencapai 17.000 ha atau 51,94% dari keselur
kondisi topografi kawasan-kawasan tersebut sebagian besa
pengaruh yang sangat besar terutama uhan Kecamatan Lasalimu.
r memiliki tingkat kelerengan yang bervariasi, sehingga pe
bagi kegiatan social ekonomi masyarak Untuk wilayah Kecamatan Kapontori, dimana rlu suatu strategi untuk mengembangkan dan memanfaatk
at. penggunaan lahan terbesar adalah Hutan Negara an lahan, bagi kegiatan budidaya permukiman, industri, da
Potensi sumberdaya air di Wilayah mencapai 4,697 Ha atau sekitar 40,78% dari luas n jasa serta perdagangan. Perbukitan yang ada memiliki ke
Kecamatan Kapontori dan Lasalimu cu penggunaan lahan yang ada. cenderungan potensial pemanfaatan lahan menjadi areal k
kup tersedia, dengan kondisi curah huj onservasi.
an yang tergolong cukup stabil, sehing Penggunaan Lahan di Kecamatan Kapontori
ga ketersediaan sumberdaya air dapat N Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%)
Penggunaan Lahan di Kecamatan Lasalimu

terpenuhi. o No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%)

Dari potensi sumber daya air ini se 1 Tanah Sawah 894 7,76 1 Tanah Sawah 370 1,10

ndiri, dapat diperkirakan mampu mem 2 Banguunan dan Halaman 770 6,68 2 Banguunan dan Halaman 967 2,95
enuhi kebutuhan sumber air bersih unt 3 Tegal / Kebun 642 5,57 3 Tegal / Kebun 1,4 4,27
uk kegiatan industri, khususnya industr
4 Ladang / Hama 395 3,43
i pertambangan dan berbagai kegiatan 4 Ladang / Hama 1,34 4,09

-kegitan lainnya seperti irigasi, dll. 5 Padang Rumput 300 2,60 5 Padang Rumput 1,205 3,68

6 Rawa yan gTidak di Tanami 81 0,70 6 Rawa yan gTidak di Tanami -

7 Tambak, Kolam, Empang 21 0,18 7 Tambak, Kolam, Empang 6 0,01


Luas DAS di Kecaatan Kapontori dan Lasalimu
Tahun 2017
8 Lahan Yang Tidak di Usahakan 375 3,26 8 Lahan Yang Tidak di Usahakan 652 1,99
No Das Luas Presentase
Kecamatan Kapontori 9 Lahan Tanaman Kayu-Kayuan - - 9 Lahan Tanaman Kayu-Kayuan -
DAS BAUBAU WONCO 33,745.26 86.51
1 10 Hutan Negara 4,697 40,78 10 Hutan Negara 17 51,94
DAS WINTO TAKALU 4,522.54 11.59
(blank) 741.62 1.9 11 Perkebunan Rakyat 1,776 15,42 11 Perkebunan Rakyat 1,642 5,02
Sub Total 39,009.42 100
Kecamatan Lasalimu 12 Hutan Rakyat 721 6,26 12 Hutan Rakyat 1,211 3,70
2 DAS BAUBAU WONCO 3,286.92 9.98
13 LAinnya 847 7,35 13 LAinnya 6,936 21,19
DAS WINTO TAKALU 29,660.53 90.02
Sub Total 32,947.45 100 Total 11,519 100,00 Total 32,729 100,00
Total 33,166.75 100
Sumber : Kecamatan Lasalimu Dalam Angka Tahun 2016 Sumber : Kecamatan Lasalimu Dalam Angka Tahun 2016
Sumber : Kab. Buton Dalam Angka , 2016
Lokasi Potensi Mineral Strategis di Kabupaten Buton
3.3 Pemanfaatan SDA dan Lingkungan Kandungan/Ka
No Jenis Unsur Cadangan (Ton, Letak/Lokasi Keterangan
dar
- Sumberdaya Mineral
15% - 35% 60.000.000 ton Desa Kabungka Kecamatan P Pengelola PT Sar
 Potensi Mineral Strategis asarwajo ana Karya, PT. B
AI
Salah satu sumberdaya alam yang terdapat di Kabupat
25% - 35% 3.200.000 ton Desa Kabungka Kecamatan P
en Buton adalah kandungan mineral strategis, antara lain asarwajo
berupa aspal, nikel serta rembesan minyak dan gas. 1. Aspal 17% - 30% 200.000.000 ton Desa Nambo, Desa Lawele, S Dikelola oleh PT
- Sumberdaya Air uandala. Kecamatan Lasalimu Sarana Karya, PT.
Warana dan PT P
utindo Bintch

35% 700.000 ton Desa Lapodi Kcamatan Pasar Dikelola oleh PT.
Wandoke Walengke wajo, Desa Sandang Pangan Metrix Elcipta
Kecamatan Sampolawa

Bau Bau Wonco 2. Nikel (Ni)


0,5% - 2,4% 10.000 ton Desa Lambusango dan Desa
Barangka Kecamatan Kapont
PT. Bumi Buton
Delta Megah
Kec. Lasalimu dan ori

Winto Winning Kec. Kapontori Hidrokarbon/Rembe Desa Lambusango Kecamata


3.
san Minyak dan Gas n Kapontori

Bitumen Padat (Oil S 40.5990.000 ton Kecamatan Pasarwajo


4.
hale)

Sumber : RPJMD Kabupaten Buton Tahun 2013-2017

Debit air 12,33 m/detik : dapat memban


gkitkan listrik dengan perkiraan kapasitas
1.600 kW air irigasi dan pembangk
itlistrik tenaga air (Mini dan Mikrohidro)
2. Proyeksi Jumlah Penduduk
3.4. Analisis Kependudukan JUMLAH KEPADATAN PENDUDUK 2017
Luas Kepadatan
Perkembangan penduduk selama 5 (lima) tahun terakhir di Wilayah Kecamatan
dan Sosial Budaya Jumlah Penduduk
No. Desa/Kelurahan Lasalimu (Tahun 2011-2015) mengalami penurunan. Pertumbuhan penduduk
(Km2) (Jiwa) (Jiwa/Km2)
Kecamatan Lasalimu
yang mengalami penurunan disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk
- Kepadatan Penduduk 1. Wasuamba 28 616 22 yang keluar dari wilayah Kecamatan Lasalimu, sedangkan di wilayah Kec.
Penduduk di Kecamatan Las 2. Bonelalo 61.95 531 9 Kapontori 5 tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
alimu pada tahun 2015 ad 3. Lasembangi 21 498 24 dimana mengalami pertumbuhan rata- rata 1,14% pertahun. Hasil proyeksi
penduduk diharapkan menjadi acuan dalam mengestimasi perkembangan d
alah sebesar 9.775 jiwa yang 4. Kamaru 51.2 1446 28
5. Sribatara 13.5 517 38 an laju pertumbuhan penduduk pada masa mendatang untuk periode waktu a
terdiri dari laki-laki sebanyak ntara Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2036.
4.840 jiwa dan perempuan 6. Togo Mangura 10 501 50
7. Suandala 42.05 517 12
4.935 jiwa, dengan kepadat Perkembangan Penduduk Menurut
8. Lawele 41.2 931 23 Kecamatan Lasalimu dan Kapontori
an sebesar 29 jiwa/Km2. Des 9. Wagiri 47.54 434 9 Jumlah Pertumbuhan
a/ kelurahan yang terpadat 10. Kekenauwe 51 323 6
No. Tahun
Penduduk
Pertambahan
(%)

penduduknya yaitu Desa Na 11. Waoleona 15.16 760 49 Kecamatan Lasalimu

mbo dan Desa Togo Ma 12. Wasambaa 12 750 63 1. 2011 10,624

ngura, sedangkan desa/ kelu 13. Talaga Baru 30 621 21 2. 2012 10,652 28 0.26

rahan yang terkecil kepa 14. Nambo 7.45 861 116 3. 2013 10,687 35 0.33

datan penduduknya yaitu 15. Banteng 10 469 47 4. 2014 10,706 19 0.18


Jumlah 327.29 9.775 30 5. 2015 9,775 -931 -9.52
Desa Kakenauwe dengan ke
Kecamatan Kapontori Jumlah 52,444 -849 -8.76
padatan 6 jiwa/Km2. Sedang 1. Barangka 53.1 2.119 40 Rata-rata 10,489 -212 -2.19
kan penduduk Kecamatan K 2. Wakalambe 33 878 26 Kecamatan Kapontori
apontori sebesar 14.234 ji 3. Boneatiro 62.8 1.309 21 1. 2011 13,533
wa yang tersebar di 17 desa 4. Lambusango 124.9 936 8
2. 2012 12,880 -653 -5.07
/ kelurahan. Dimana pendu 5. Watumotobe 49.1 1.147 23 3. 2013 12,981 101 0.78
duk terbesar berada di Des 6. Waondowalio 141.2 346 2
4. 2014 13,038 57 0.44
7. Wakangka 100.3 1.183 12
a Barangka yaitu 2.119 jiwa, 5. 2015 14,239 1,201 8.43
8. Tuangila 35.2 422T 12
kemudian Desa Boneatiro Jumlah 66,671 706 4.58
9. Bukit Asri 60 604 10
yaitu 1.309 jiwa, dan untuk 10. Todanga 18.2 850 47
Rata-rata 13,334 177 1.14

penduduk dengan jumlah p 11. Lambusongo Timur 85.9 633 7


Sumber : Kec. Lasalimu dan Kapontori Dalam Angka 2016

enduduk terkecil berada 12. Kamelanta 99.7 871 9 Proyeksi Pertumbuhan Pendudukan di Kecamatan Lasalimu dan Kapontori

di Desa Wambulu yaitu 304 13. Mabulugo 77.18 1.068 14 Tahun Proyeksi
jiwa, kemudian Desa 14. Wambulu 84.4 304 4 Kecamatan
2016 2021 2026 2031 2036
Waondowalio yaitu 346 jiwa. 15. Wakuli 75.02 551 20
16. Tumada 27.6 558 20 Kecamatan Lasalimu 9.775 9.574 8.627 7.774 7.005

17. Boneotiro Barat 1.5 517 245 Kecamatan Kapontori 14.239 14.421 15.368 16.367 17.451
Jumlah 1.129,10 14.234 13
Jumlah 24.014 23.995 23.995 24.150 24.456
Sumber : Kec. Lasalimu dan Kapontori Dalam Angka Tahun 2016
Sumber: Hasil Analisis 2017
3. Kepadatan dan Daya Tampung
Penduduk
Berdasarkan hasil analisa dapat dilihat bahwa kepadatan pend Proyeksi Kepadatan Penduduk Kec. Lasalimu dan Kapontori
uduk tahun 2036 di Kec. Lasalimu mengalami penurunan dan Tahun 2036
untuk wilayah Kec. Kapontori mengalami peningkatan.
Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan
Dari analisis daya tampung dapat diketahui kawasan man Kecamatan
a yang memiliki kepadatan penduduk lebih besar dari juml (Ha) Proyeksi (Jiwa) Penduduk (Jiwa/Ha)
ah daya tampung yang tersedia. Sehingga pada tahap renca (1) (2) (3) (4)
na berikutnya blok-blok yang padat penduduk akan mendapa
t prioritas utama terutama dalam proses penyebaran pendu Kec. Lasalimu 32.729 7.005 214
duk serta peningkatan terhadap penyediaan fasilitas da Kec. Kapontori 112.910 17.451 155
n utilitas perkotaan/wilayah.
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017

- Sosial Budaya
Suku yang mendiami di wilayah Kecamatan Lasalimu dan Kapontori pada dasarnya terba
gi atas beberapa suku, salah satunya adalah suku buton dan bugis serta jawa. Suku ini te
lah membaur menjadi satu kesatuan masyarakat yang mendiami Wilayah Kecamatan Lasal
imu dan Kapontori. Suku tersebut diatas, mencerminkan pola dan perilaku kehidupan
masyarakat di Wilayah Kecamatan Lasalimu dan Kapontori, beberapa hal yang bisa
menjadi ciri khas dari masing-masing etnis tersebut, seperti komunitas/etnis ini juga terce
rmin dari pola permukiman penduduk yang berkembang secara mengelompok.
Analisis Ekonomi Wilayah
Dampak yang dihadapi masing-masing daerah sebagai akibat situasi ekonomi nasional yang terjadi juga berbeda-beda karena masing-masing daerah mempunyai potensi yang berb
eda. Dengan demikian, dalam Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Strategi Kawasan Pengembangan Industri Pertambangan sangat perlu dilakukan analisis perkembangan sektor eko
nomi, dimana untuk mengetahui sektor ekonomi yang potensial dikembangkan dimasa yang akan datang.

A. Analisis Sektor Unggulan


Ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menentukan sektor unggulan yang ada di Kabupaten Buton dan dapat dijadikan sebagai sektor primadona/andalan bai


k dimasa sekarang maupun dimasa mendatang dalam membangun ekonomi Kabupaten Buton.Dalam menetukan sector unggulan yang ada di Kabupaten Buton yakni dengan men
ggunakan pendekatan Shift Share dan Analisis Grafik, dimana di dalamnya terdapat beberapa langkah-langkah proses, diantaranya adalah sebagai berikut;

Pergeseran Neto
Pergeseran Netto Masing-Masing Sektor
Nilai Pergeseran Netto menunjukkan ssuatu sektor maju
Nilai
atau mundur. Dari hasil analisis tersebut terdapat bebera Sektor Ekonomi PN
pa sektor kategori maju dan berpengaruh positif terhadap KPN KPP KPK
pendapatan kabupaten dan sektor yang mundur berpenga Pertanian 0.093 -0.02 0.86 0.85
ruh negatif terhadap tingkat pendapatan kabupaten dalam Pertambangan 0.107 -0.01 1.98 1.88
hal ini adalah terhadap Produk Domestik Regional Bruto Industri 0.075 -0.04 0.80 0.78
Gas, Listirk dan Air
(PDRB). 0.119 0.13 0.77 0.89
Dengan demikian, sektor-sektor ekonomi yang termasuk Bersih
Bangunan 0.128 0.04 1.08 1.09
dalam kategori maju yaitu sektor pertanian, pertambanga
Perdagangan, Hotel da
n, industri pengolahan, bangunan, dan sektor perdaganga 0.142 0.05 0.95 0.98
n Restauran
n hotel dan restoran. Sedangkan sektor yang berpengaruh Angkutan dan Komunikasi 0.098 -0.01 1.02 0.96
negatif terhadap PDRB kabupaten adalah sektor listrik, a Keuangan, Persewaan
0.156 0.04 1.18 1.18
ngkutan dan komunikasi, keuangan dan sektor jasa-jasa, dan Jasa Perusahaan
dimana nilai PN negatif.Untuk lebih jelasnya tentang per Jasa-Jasa 0.104 -0.02 1.09 1.08
Jumlah PDRB Kabupate
geseran Neto masing masing sektor.Dapat dilihat di tabel 0.110 0.004 0.94 0.95
berikut : n
Sumber: Hasil Analisis 2017
Nilai Absolut Masing-Masing Sektor
Model Grafik
Nilai Absolut Masing-Masing Sektor Pada tahap ini merupakan rumusan dan kesi
mpulan dari masing-masing nilai KPN, KPP dan KPK absolut. Secara keseluruhan berd Metode analisis Grafik merupakan bagian dari analisis Shift Share yang digunakan u
asarkan dari hasil analisis tersebut, sektor ekonomi dimana nilai Perubahan Pendapata ntuk mengetahui sektor unggul, agak unggul, dan agak mundur serta sektor mundur
n Kabupaten (PEK) tertinggi berada di sektor pertanian yakni; 69,49%, sektor banguna . Identifikasi terhadap sektor tersebut dilihat dari nilai Komponen Pertumbuhan Propo
n yakni 16,16%, sektor pertambangan 6,36% dan sektor perdagangan 6,19%. Selain it rsional (KPP) dan nilai Komponen Pertumbuhan Kabupaten (KPK) yang terbagi atas 4 (
u, sektor dengan nilai PEK terendah berada pada listrik, gas, & air bersih, industri pen empat) kuadran, yaitu :
golahan, keuangan, persewaan & jasa perusahaan, angkutan, & komunikasi, jasa-jasa.
Berdasarkan dari hasil analisis tersebut, dapat diindikasikan bahwa semua sektor ekon KPK
omi di Kabupaten Buton bernilai positif, sehingga sektor-sektor tersebut memiliki pelu
ang untuk tumbuh dan berkembang dimasa mendatang. Oleh karena itu, dengan ada
nya studi kawasan strategis Kabupaten Buton dapat memberikan pengaruh dalam me
ningkatkan pendapat sektor-sektor tersebut dan bernilai positif terhadap pendapatan
PDRB Kabupaten Buton. Untuk lebih jelasnya pada tabel berikut. IV I
Nilai Absolut Masing-Masing Sektor Ekonomi (-) KPP
NILAI ABSOLUT KPN KPP KPK PEK PN III II
Pertanian 76,043 -19,45 706,534 -165,435 766,045

Pertambangan 9,046 -199 58,255 225,87 145,51

Industri 1,567 -540 12,75 -4,907 12,12 Keterangan: (-)


Kuadran I = Merupakan sektor
Gas, Listirk dan A
876 245 2,221 -396 2,918 unggul yaitu nilai KPK Positif
ir Bersih

Bangunan 22,564 2,987 208,895 14,475 199,87


Kuadran II = Merupakan sektor a
Perdagangan, Ho
tel dan Restauran
23,565 3,898 116,705 -5,015 126,685 gak mundur yaitu nilai KPP negative
dan Nilai KPK positif
Angkutan dan
559 -114 7,05 -67 5,945
Komunikasi
Keuangan, Kuadran III = Merupakan sektor
Persewaan dan Ja 2,432 654 15,564 3,088 18,581 mundur yaitu nilai KPP negative
sa Perusahaan
Jasa-Jasa 10,651 -820 95,266 -4,021 99,265
Kuadran IV = Sektor agak unggul
yaitu nilai KPP Positif dan Nilai KPP
Jumlah PDRB 1580,868 156,976 1,180,560 -148,766 1376,939
Positif
Sumber: Hasil Analisis 2017
Berdasarkan dari hasil analisis Grafik tersebut di atas, maka sektor yang ada di Ka
Hasil Analisis Shift Share dan Metode Grafik Terhadap
Sektor-Sektor Ekonomi Kabupaten Buton
bupaten Buton, dimana merupakan sektor unggulan adalah sektor Pertanian, sektor pe
rtambangan, sektor Bangunan dan Perdagangan, Hotel dan Restouran serta jasa-j
as lainnya, dimana sektor tersebut sebagai leadin sektor (sektor primadona) dalam pe
Kriteria Penilaian mbangunan Kabupaten Buton baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datan
NILAI ABSOLUT g. Selain itu, terdapat empat sektor yang merupakan sektor strategis, yakni sektor Perd
Agak Agak
Unggul
Unggul Mundur
Mundur agangan, Hotel & Restoran, dan sektor Pertambangan, dimana dapat diprediksikan ba
hwa keempat sektor strategis tersebut dimasa mendatang dapat menjadi sektor unggu
Pertanian X
Pertambangan X
lan dengan segala potensi yang dimiliki. Untuk lebih jelasnya sebagaimana tabel berik
Industri X
ut.

Gas, Listirk dan Air Bersih X

Bangunan X
Perdagangan, Hotel dan Restaur
X
an

Angkutan dan Komunikasi X


Hasil Analasis Sektor Unggulan :
Keuangan, Persewaan dan Jasa P
X
erusahaan
Jasa-Jasa X Sektor stretegis dilihat berdasarkan sektor – sektor
ekonomi di Kabupaten Buton yang unggul, dari hasil
analisa sektor-sektor ekonomi di kabupaten Buton, sekto
r stretegis kabupaten Buton antara lainnya, sektor pertan
ian, Pertambangan, Bangunan, Perdagangan, restoran da
n Hotel, untuk lebih jelasnya sebagiamana berikut.
 Sektor Pertambangan
 Sektor Pertanian
 Bangunan
 Perdagangan, Hotel dan restoran
3.5 Analisis Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan ruang adalah upaya u


ntuk mewujudkan struktur ruang dan po
la ruang sesuai dengan rencana tata rua
ng melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya.
(Sumber ; Perda Kabupaten Buton No 1
Tahun 2014)
Analisis pemanfaatan ruang merup
akan hasil sinkronisasi dan integrasi anta
ra analisis pemanfaatan ruang kondisi
eksisting, analisis kesesuaian fisik lahan,
dan analisis kebijakan pembangunan.

Kecamatan Jumlah
No Penggunaan Lahan Kapontori Lasalimu Lasalimu Selatan Pasarwajo Siontapi Wabula Wolowa

1 Pekarangan 770 967 1056 660 1058 326 55 4892


2 Tegal 642 1400 876 3317 150 370 300 7055
3 Ladang 395 1340 916 627 896 - 602 4776
4 Padang Rumput 300 1205 175 802 532 312 - 3326
5 Tidak Diusahakan 375 652 222 203 794 1424 3402 7072
6 Hutan Rakyat 721 1211 1245 310 315 994 665 5461
7 Hutan Negara 4697 17000 1105 16783 11450 60 150 51245
8 Perkebunan 1776 1642 2000 4979 22282 1305 1180 35164
9 Lain-laian 847 6936 616 7959 366 366 148 17238
10 Rawa 81 - 147 250 - - - 478
11 Tambak 6 6 3 - - - - 15
12 Kolam 15 - 12 - 9 - - 36
13 Sawah 662 370 433 - - - - 1465
ANALISIS KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA

Dalam hal ini kebutuhan sarana dan prasarana yang menjadi fokus untuk kegiatan 2. Analisis Kebutuhan Energi Listrik
analisis adalah sarana dan prasarana yang merupakan pendukung untuk kegiatan se Ketersediaan prasarana energi listrik dalam suatu wilaya
ktor pertambangan, khususnya aspal dan nikel di Kab. Buton seperti Jaringan Jalan, J h akan berpengaruh terhadap sektor potensial, utamanya se
aringan Listrik, Jaringan Telekomunikasi, Jaringan Air Bersih, dan Pelabuhan. Dalam ktor yang beriorentasi pada pengembangan perekonomian.
metode analisis ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara deskriptif Sumber energi yang digunakan di Wilayah Kecamatan Lasali
. Untuk lebih jelasnya mengenai analisis sarana dan prasararna ini adalah sebagai be mu dan Kapontori bersumber dari PLN. Sistem jaringan listr
rikut.
ik dengan pola linear yang mengikuti pola jalan yang ada da
n telah menjangkau wilayah kecamatan meskipun masih ada
1. Analisis Jaringan Jalan
nya kawasan yang belum terlayani, seperti daerah-daerah pi
Jaringan bagi kegiatan industri memiliki fungsi yang sangat penting terutama dalam ran
nggiran kawasan.
gka kemudahan mobilitas pergerakan dan tingkat pencapaian (aksesibilitas) baik dalam pe
nyediaan bahan baku, pergerakan manusia dan pemasaran hasil-hasil produksi. Dengan melihat potensi sumberdaya air yang dimiliki oleh Kab
Jaringan jalan yang baik untuk kegiatan industri, harus memperhitungkan kapasitas da . Buton, maka sangat mendukung untuk menunjang kegiatan indus
n jumlah kendaraan yang akan akan melalui jalan tersebut sehingga dapat diantisipasi seja tri pertambangan yang ditetapkan di daerah Kapolimu karena seca
k awal kemungkinan terjadinya kerusakan jalan dan kemacetan. Hal ini penting untuk dipe ra tidak langsung kawasan Kapolimu dilintasi oleh salah satu DAS
rtimbangkan karena dari kenyataan yang ada dari keberadaan kawasna industri pada suatu terbesar yang dimiliki oleh Kab. Buton yaitu DAS Winto wining de
daerah ternyata tidak mudah untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan oleh kegiata ngan Debit air sebesar 12,33 m/detik yang dapat membangkitkan
n industri terhadap masalah transportasi. Apabila hal ini kurang mendapat perhatian akan listrik dengan perkiraan kapasitas 1.600 KW, dan ini sangat mend
berakibat negatif terhadap upaya promosi kawsan industri. ukung untuk membangkitkan tenaga listrik untuk kegiatan pertam
Untuk pengembangan kawasan industri dengan karakteristik lalu lintas truk kontainer bangan aspal dan nikel yang dilakukan.
dan akses utama dari dan ke pelabuhan, maka jaringan jalan arteri primer harus tersedia u a. Perumahan dengan golongan tipe A adalah 1.500 Va/Watt, tipe B adalah 900 V
ntuk melayani lalu-lintas kegiatan industry dengan Tekanan gandar primer sebaiknya mini a/Watt dan tipe C sebesar 900 VA/Watt.
b. Fasilitas perdagangan dan perkantoran membutuhkan suplay energi listrik se
mal 8 ton dan sekunder minimal 5 ton serta Perkerasan jalan minimal 7 m. suai standar yakni 60 watt/m2 atau 25% dari kebutuhan rumah tangga.
c. Fasilitas sosial dan pelayan umum untuk kegiatan pendidikan, kesehatan dan
peribadatan dan pelayanan umum meliputi pos keamanan dan balai pertemua
n. Standar kebutuhan energi listrik untuk fasilitas tersebut adalah 60 watt/m2
atau 25% dari kebutuhan rumah tangga.
d. Penerangan jalan membutuhkan 10% energi listrik dari total kebutuhan ruma
h tangga.
3. Jaringan Twlekomunikasi 5. Analisis Sarana Pelabuhan/Outlet
Kegiatan industri tidak akan lepas dari aspek bisnis, dalam rangka
pemasaran maupun pengembangan usaha. Untuk itulah jaringan Untuk sarana dan prasarana dalam pelabuhan sendiri yang paling utama harus dise
diakan adalah :
telekomunikasi seperti telepon dan internet menjadi kebutuhan d Pemecah gelombang, yang digunakan untuk melindungi daerah perairan p
asar bagi pelaku kegiatan industri untuk menjalankan kegiatanny elabuhan dari gangguan gelombang.
a. Sehingga ketersediaan jaringan telekomunikasi tersebut menja Alur pelayaran, yang berfungsi untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan
di syarat dalam penentuan lokasi industri. keluar atau masuk ke pelabuhan.
Kolam pelabuhan, merupakan daerah perairan di mana kapal berlabuh unt
uk melakukan bongkar-muat, gerakan untuk memutar (di kolam putar), dsb
4. Jaringan Air Bersih .
Pengembangan Kawasan Industri sebaiknya mempertimbangkan j Dermaga, adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatkann
arak terhadap sungai. Karena sungai memiliki peranan penting un ya kapal dan menambatkannya pada waktu bongkar-muat barang.
tuk kegiatan industri yaitu sebagai sumber air baku dan tempat p Alat penambat, digunakan untuk menambatkan kapal pada waktu merapat
di deramga maupun menunggu di perairan sebelum bisa merapat ke derm
embuangan akhir limbah industri. Sehingga jarak terhadap sungai
aga.
harus mempertimbangkan biaya konstruksi dan pembangunan sa Gudang, yang terletak di belakang dermaga untuk menyimpan barang-bara
luran-saluran air. Disamping itu jarak yang ideal seharusnya juga ng yang harus menuggu pengapalan.
memperhitungkan kelestarian lingkungan daerah aliran sungai ( Gedung terminal untuk keperluan administrasi.
DAS), sehingga kegiatan industri dapat secara seimbang mengg Fasilitas bahan bakar untuk kapal.
unakan sungai untuk kebutuhan kegiatan industrinya tetapi juga Fasilitas pandu kapal, kapal tunda dan perlengkapan lain yang diperlukan u
dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan ntuk membawa kapal keluar atau masuk pelabuhan.
daerah aliran sungai (DAS) tersebut. Peralatan bongkar-muat barang, seperti kran darat, kran apung, kendaraan
Untuk penyediaan jaringan air bersih jarak industri terhadap sung untuk mengangkat atau memindahkan barang, seperti forklift.
Fasilitas-fasilitas lain untuk keperluan penumpang, anak buah kapal dan m
ai atau sumber air bersih maksimum 5 (lima) Km dan terlayani su
uatan kapal, seperti dokter pelabuhan, karantina, bea-cukai, imigrasi, keam
ngai tipe C dan D atau Kelas III dan IV. anan, dsb.
Dengan melihat potensi sumberdaya air yang dimiliki oleh Kab. B
uton, maka sangat mendukung untuk menunjang kegiatan indust
ri pertambangan yang ditetapkan di daerah Kapolimu karena sec
ara tidak langsung kawasan Kapolimu dilintasi oleh salah satu DA
S terbesar yang dimiliki oleh Kab. Buton yaitu DAS Winto wining
dengan Debit air sebesar 12,33 m/detik yang dapat membangki
tkan listrik dengan perkiraan kapasitas 1.600 KW.
Analisis Kondisi Eksisting

Analisis keadaan dasar yaitu menilai kondisi eksisting pada saat sekarang
Kondisi pembangunan di Kabupaten Buton belum merata dalam aspek fisik wilayah potensi ungguln wilayah be
lum terkelolah secara optimal guna peningkatan PAD kabupaten Buton untuk di peruntukan sebagai penggerak pemb
angunan daerah .
berbanding terbalik dengan peruntukan wilayah Buton dalam RTRW Provinsi sebagai
Kawasan pusat industri pertambangan.Karena Basic sektor daerah sesuai dengan data Kabupaten buton
dalam angka 2016 adalah sektor pertanian Sementara sektor pertambangan Masih berada di posisi ke 2. Pulau di bagia
Kondisi eksisting kabupaten Buto
n pembangunan fisik belum mer n tenggara Sulawesi ini menyimpan sekitar 80 persen cadangan aspal Dunia menghampar di kawasan seluas 43.000 he
ata ktare, berada di kedalaman sekitar 1.000 meter.
kawasan industri pertambangan dalam Pusat Kawasan Industri Pertambangan (PKIP) Kapontori – Lasalimu
dengan pusat kawasan di Kecamatan Lasalimu untuk melayani kegiatan industri pertambangan di seluruh daerah.Nam
un Kawasan industri pertambangan Kapontari-Lasalimu.Belum secara optimal karena terkendala akan
Teknologi Produksi Untuk mengekstraksi bitumen,sehingga dapat menhasilkan Aspal minyak mampu menjawab
kebutuhan nasional terhadap aspal minyak untuk pengembangan jalan dan mengurangi aktifitas impor kita akan kebut
uhan aspal kita.pengololan aspal buton memerlukan keseriusan pemerintah pusat dan daerah dalam
perbaikan infrastruktur dan pengadaan industri pengelolaan Aspal sehingga mampu mendorong investasi pada
daerah dan mampu menjadi sektor basis daerah guna mewujudkan pemerataan pembangunan dengan
pemanfaatan potensi aspal.

Keterbatasan teknologi dan kebijakan


pemerintah terkait pengembangan ind
ustry aspal merupakan salah satu kend
ala
Analisis Kelembagaan
Peran Masyarakat
• Pembinaan dan pengembangan • Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan Penataan Ruang.
kebijakan tata ruang wilayah dan lintas se • Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang dan program p
ktor, sektor, koordinasi diselenggarakan d embangunan.
alam suatu badan koordinasi daerah skala • Bantuan teknik dan pengolahan dalam pemanfaatan ruang dan/atau
kabupaten seperti BKPRD (Badan Koordin • Kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup..
asi Penataan Ruang Daerah) kabupaten d
an provinsi sebagai lembaga fungsional y
ang berfungsi: Permasalahan
• Mengkoordinasikan pelaksanaan Rencana
Rinci Kawasan Strategis Provinsi (KSP) PKI Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki potensi sumber daya minera
P Kapontori Lasalimu Kabupaten Buton se l logam dan non logam seperti nikel, emas dan aspal yang terseb
cara terpadu sebagai dasar bagi penentua ar di berbagai lokasi seperti Kolaka utara, Konawe utara, Konawe
n perijinan dalam penataan kawasan kabu selatan, Bombana dan Pulau Buton. Akan tetapi pengelolannya b
paten yang dijabarkan dalam program pe elum optimal.
mbangunan kawasan kabupaten. Permasalahan yang dihadapi saat ini sehubung dengan keberad
• Merumuskan pelaksanaan dan mengkoor aan bahan tambang tersebut antara lain :
dinasikan masalah masalah yang timbul d Belum mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap st
alam penyelenggaraan penataan ruang di ruktur perekonomian daerah
kawasan kabupaten, dan memberikan ara Izin usaha pertambangan (IUP) yang diterbitkan tidak terkontrol d
han dan pemecahannya. an hasil tambangnya langsung di ekspor (ke luar negeri) dalam b
• Mengkoordinasikan penyusunan peratura entuk bahan mentah (raw material)
n perundang-undangan di bidang penata Tidak ada kepastian arah pengembangan usaha ke depan baik d
an ruang. alam pengembangan industri hulu-hilir maupun diversifikasi usah
a ekonomi baru
Usaha pertambangan belum dikaitkan dengan penataan ruang d
an pembangunan kawasan menuju masa depan Sulawesi Tengg
ara yang modern.
PRESENT BY.

MUUMIN MUUZI 4515042006


YUYUN HUSNI WARIS 4515042041
NIKEN HARDYANTI PUTRI HARSONO 4515042023
AIS PRATIWI 4515042045
ROBERTO ROMARIO 4515042023
IBRAHIM LISAHOLITH 4513042058
AFRIZAL HAMID 4513042008

Sekian dan Terimakasih


“Study while others are sleeping, work while others are loafing,
prepare while others are playing, and dream while others are wis
hing.” –William Arthur Ward
Tabel
Matriks SWOT Sektor Aspal
IFAS KEKUATAN / STRENGTHS (S) KELEMAHAN / WEAKNESS (W)

1. Potensi sumberdaya asbuton yaitu sebesar 80% dari 1. Belum tersedianya teknologi yang mampu
total keseluruhan aspal alam yang ada didunia atau
sebesar 650 juta ton.
mengelola besarnya potensi asbuton.
2. Belum ada perusahaan yang mampu
Isu-Isu Strategi Pengembangan Wilayah
2. Terdapat kandungan minyak bumi di dalam asbuton.
3. Jangkauan pasar (ekspor) sudah mencapai Negara
memanfaatkan dan mengelola potensi
minyak bumi yang terdapat pada asbuton. 1. Sektor Aspal
China, Jerman dan Amerika. 3. Aspal yang di ekspor masih dalam bentuk
4. Asbuton lebih unggul dibandingkan aspal minyak, aspal mentah.
mulai dari stabilitas perkerasan; daya rekat; 4. Belum ada teknologi yang mampu
ketahanan retak; titik lembek 550C, sesuai untuk menjadikan asbuton seperti potensi yang
cuaca tropis seperti Indonesia. dimiliknya.
5. Adanya kebijakan Permen No. 35/2006 tentang 5. Belum ada dampak yang nyata dari
peningkatan pemanfaatan asbuton untuk kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh STRATEGI SO (Pakai Kekuatan Untuk Memanfaatkan Peluang) :
pemeliharaan dan pengembangan jalan. pemerintah daerah maupun pemerintah
6. Asbuton jauh lebih ekonomis dan ramah lingkungan pusat.
dibandingkan dengan material campuran beton. 6. Membutuhkan biaya produksi dan - Menjadikan Kabupaten Buton sebagai penyuplai aspal di Indonesia dengan
memanfaatkan banyaknya kandungan potensi sumberdaya yang ada, untuk
transport (logistic) yang cukup mahal

EFAS memenuhi kebutuhan aspal dakam kegiatan pembangunan infrastruktur di


PELUANG / OPPORTUNITES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
1. Kebutuhan aspal minyak Indonesia mencapai 1,3 Indonesia
juta ton per tahun. 1. Menjadikan Kabupaten Buton sebagai penyuplai 1. Memanfaatkan besarnya kebutuhan aspal
2. Adanya hubungan kerjasama antara pemerintah aspal di Indonesia dengan memanfaatkan banyaknya di Indonesia setiap tahunnya dengan
Kab. Buton dan Negara China untuk membangun kandungan potensi sumberdaya yang ada, untuk jumlah 1,3 juta ton/tahun dengan - Memanfaatkan potensi kandungan minyak bumi yang terkandung dalam
teknologi Hydrocarbon Recorvery
3. Semakin bertambahnya PAD setiap tahun apabila
memenuhi kebutuhan aspal dakam kegiatan
pembangunan infrastruktur di Indonesia
pengeluaran devisa kurang lebih sebesar
13 triliun untuk mengadakan teknologi
asbuton.
asbuton yang di ekspor dalam bentuk yang sudah 2. Memanfaatkan potensi kandungan minyak bumi pengolahan asbuton.
diolah, seperti aspal ful ekstraksi. yang terkandung dalam asbuton.
4. Asbuton menjadi solusi pengganti dari aspal minyak 3. Memanfaatkan kekuatan dari jangkauan nilai ekspor
2. Memanfaatkan sebaik mungkin hubungan
kerjasama dengan negeri china dalam - Memanfaatkan kekuatan dari jangkauan nilai ekspor dari asbuton, untuk
5. Ketertarikan investor untuk mengembangkan dari asbuton, untuk menambah investor yang ingin pengadaan teknologi baru pengolahan menambah investor yang ingin menanamkan modalnya dan menjalin hubu
ngan kerjasama untuk membangun sebuah industry pengolahan.
asbuton meningkat menanamkan modalnya dan menjalin hubungan aspal menjadi minyak bumi, yaitu
6. Banyaknya kekurangan yang dimiliki oleh material kerjasam untuk membangun sebuah industry Hydrocarbon Recorvery atau biasa disebut
campuran beton. pengolahan. dengan Enhanced Oil Recorvery (EOR).
4. Mengelola dan memanfaatkan kandungan minyak 3. Meningkatkan pendapatan daerah dngan
bumi yang terdapat didalam asbuton untuk bisa tidak melakukan kegiatan ekspor aspal - Mengelola dan memanfaatkan kandungan minyak bumi yang terdapat
diekstraksi sehingga bisa menjadi cadangan minyak
untuk Indonesia.
dalam bentuk aspal mentah.
4. Ghgdgjhdg
didalam asbuton untuk bisa diekstraksi sehingga bisa menjadi cadangan
5. Menggunakan kebijakan yang dikeluarkan oleh 5. Menegaskan kembali terkait kebijakan- minyak untuk Indonesia.
pemerintah pusat terkait dengan peningkatan kebijakan yang telah dikeluarkan
pemanfaataan asbuton. pemerintah pusat maupun daerah.
6. Memanfaatkan keunggulan yang jauh lebih banyak 6. hgfhhfh - Menggunakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat terkait
dengan peningkatan pemanfaataan asbuton.
dimiliki oleh asbuton dalam kegiatan pembangunan
infrastruktur jalan dan bersaing dengan material
jalan beton.

- Memanfaatkan keunggulan yang jauh lebih banyak dimiliki oleh asbuton


dalam kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan bersaing dengan
material jalan beton.

Kesimpulan :

(IFAS) Hasil Kekuataan – Kelemahan = 4,08 - 3,85 = 0,23


(EFAS) Hasil Peluang – Ancaman = 3,62 - 3,20 = 0,42
Tabel
Matriks SWOT Sektor Nikel
IFAS KEKUATAN / STRENGTHS (S) KELEMAHAN / WEAKNESS (W)

1. Melimpahnya potensi nikel yang dimiliki Kab. Buton 1. Pengelolaan sumberdaya lebih melihat kepada aspek
khususnya di Kapontori seluas 10.000 Ha
2. Banyaknya potensi mineral pengikut yang
terkandung dalam nikel Kab. Buton
ekonomi.
2. Keterbatasan teknologi dalam pengelolaan
sumberdaya nikel ( masih memakai sistem gali-jual).
Isu-Isu Strategi Pengembangan Wilayah
3. Terdapat beberapa investor yang serius untuk
mengelola potensi pertambangan nikel
3. Pemberian izin KP dari pemerintah yang tidak
transparan. 1. Sektor Nikel
4. Ditetapkannya Kec.Kapontori dan Kec.Lasalimu 4. Belum optimalnya kawasan industry Kapolimu
sebagai Sentra Pusat Kawasan Industri sebagai Sentra Produksi Pertambangan.
Pertambangan.

EFAS

STRATEGI WT (Menggunakan Kekuatan untuk Memanfaatkan Peluang) :


PELUANG / OPPORTUNITES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
1. Ketertarikan dari beberapa investor untuk
mengembangkan sumberdaya nikel 1. Memanfaatkan potensi nikel untuk menarik 1. Memanfatkan adanya investor untuk meningkatkan
2. Dapat bersaing dengan wilayah penghasil nikel yang perhatian dari para investor. standar pengolahan nikel di Kab.Buton
lain seperti Kab. Kolaka dan Kab. Bombana
3. Meningkatnya taraf kehidupan masyarakat
2. Mengelola potensi sumberdaya nikel yang
mengandung banyak potensi mineral pengikut
2. Memanfaatkan potensi sumberdaya nikel yang
mengandung banyak mineral pengikut. - Membuat suatu konsep pengembangan kawasan pertambangan yang berbasis ekologi
Kab.Buton. secara optimal dengan penyediaan smeltel. 3. Menegaskan kembali terkait dengan kebijakan dalam
4. Kab.Buton bisa menjadi salah satu penyuplay 3. Mempermudah proses perizinan yang sesuai proses pengeluaran IUP.
kebutuhan
internasional.
nikel skala nasional maupun dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
4. Memanfaatkan penetapan Kapolimu sebagai
4. Menyediakan sarana dan prasarana wilayah serta
infrastruktur penunjang untuk pertambangan nikel.
- Penyediaan teknologi pengolahan nikel berupa smelter di Kab.Buton
Sentra Pusat Kawasan Industri Pertambangan.
ANCAMAN / TREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Banyaknya kandungan aspal alam yaitu aspal danau 1. Mengelola dan Memanfaatkan potensi nikel 1. Membuat suatu konsep pengembangan kawasan - Penegasan hukum yang mengatur tentang pemberian IUP serta batasan- batasan
administrasi untuk radius penggalian bahan tambang yang dilakukan.
di Trinidad, Republic Tabago, dengan kandungan dengan menyeimbangkan kepentingan aspek pertambangan yang berbasis ekologi.
sebesar 10 juta ton. social, ekologi dan ekonomi. 2. Penyediaan teknologi pengolahan nikel.
2. Afgagag 2. Mengolah potensi nikel menjadi bahan dengan nilai 3. Penegasan hukum yang mengatur tentang
3. Daerah akan terus mendapatkan penghasilan yang ekonomis yang lebih tinggi. pemberian IUP.
rendah dari kegiatan ekspor aspal dikarenakan aspal
yang diekspor masih dalam bentuk aspal mentah.
3. Memberikan kemudahan proses perizinan IUP
kepada pihak investor yang sudah memenuhi
4. Pemenuhan
pertambangan.
sarana prasarana penunjang
- Penyediaan sarana prasarana penunjang pertambangan nikel Kab.Buton
4. Besarnya anggaran yang harus dikeluarkan untuk persyaratan.
memperoleh teknoloogi ekstraksi aspal. 4. Memanfaatkan penetapan Kapolimu sebagai Pusat
5. Pemerintah hanya berkoar-berkoar diawal awalnya Kawasan Industri Pertambangan.
saja.
6. Saat ini kebanyakan proyek pembangunan jalan lebih
banyak menggunakan material beton.

Kesimpulan :

(IFAS) Hasil Kekuataan – Kelemahan = 3,89 - 4,24 = 0,35


(EFAS) Hasil Peluang – Ancaman = 3,53 - 4,24 = 0,71
Rumusan / Konsep Rencana

Rumusan Konsep :
“ Pengelolaan Potensi Pertambangan Aspal dan Nikel Kabupaten Buton Berbasis Ekologi dengan
Memadukan Metode DbD ( Development by Design) dan Supply Chain “
1. Supply Chain Management 2. DbD ( Development by Design) Tahapan Pelaksanaan DbD :
Sebagai pengintegrasian aktivitas pengad DbD : perencanaan mitigasi ber
aan bahan atau pelayanan, pengubahan me • Step 1 : (Develop a landscape conservation plan)Menentukan dimana
basis ilmu pengetahuan yang menyeim prioritas area untuk konservasi dan jasa lingkungan.
najdi barang setengah jadi dan produk akhi bangkan kebutuhan perencanaan pem
r, serta pengiriman ke konsumnen. bangunan seperti pertambangan, miny • Step 2 : (Blend landscape planning with mitigation) Menentukan
Tujuan : untuk membangun sebuah ranta ak gas, kehutanan dan infrastruktur de bagaimana pembangunan dipadukan dengan hierarki mitigasi.
i pasok yang memusatkan perhatian untuk ngan aspek konservasi keanaekaragam
memaksimalkan nilai an hayati. • Step 3 : (Determine project impacts and identify portofolio of best
Aktivitas Supply Chain : opportunities) Menentukan bagaimana pilihan offset mampu member
Tujuan : Untuk efisiensi dalam ikan nilai ekologi yang minimal sebanding dengan kehilangan, diwila
- Meramalkan permintaan pelanggan perencanaan pembangunan dan mitig yah yang terkena dampak, dan berkontribusi pada tujuan perlindung
- Membuat jadwal produksi. asi dampak an landscape/wilayah
- Menyiapkan jaringan transportasi
• Step 4 : (Evaluate potential offset contribution to conservation goals)
- Memesan persediaan bahan mentah, Sampai tingkatan apa kompensasi dari offset dapat mencapai tujuan
barang dalam proses dan barang jadi DbD penghilangan dampak/menuju dampak positif
. (Development
by design)
- Menjalankan produksi
balance
- Menjamiin kelancaran transportasi su
mber daya kepada pelanggan.
- Melacak aliran sumberdaya material.
avoid
Minimize/re
store
Rumusan Tu-Jak-Stra Pengembangan Wilayah

Evaluasi Proses Penyusunan dan Substansi

RTRWN
Kawasan peruntukkan
pertambangan

Rencana Tata
Ruang Pulau

Sesuai
Sulawesi (PERPERS
No. 88 Tahun 2011)
Sentra pertambangan aspal

RTRW Prov.
KSP untuk Pusat Kawasan Industri P
Sultra
ertambangan

RTRW Kab.
Buton
Kapolimu sebagai Pusat Pelayanan K
awasan Industri Pertambangan
Rumusan Tu-Jak-Stra Pengembangan Wilayah

TUJUAN – KEBIJAKAN - STRATEGI

Strategi Peningkatan Peranan Fungsional Kawasan Per


TUJUAN tambangan Aspal Dan Nikel Kabupaten Buton Dalam M
endukung Pemerataan Pembangunan Daerah

1.) Agenda Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Wilayah dan


KEBIJAKAN Infrastruktur Logistik
2.) Mendorong Peningkatan Kapasitas Sistem Kelembagaan (Pemerintah Da
erah) Dalam Mengelola dan memberikan IUP
3.) Pengadaan Teknologi Hydrocarbon Recovery Sebagai Solusi Pemecahan
Masalah Produktifitas Pengelolaan Aspal Buton

STRATEGI
1.) Strategi Konsep Pengembangan Sektor Pertambangan Aspal Kab. Buton
2.) Strategi Konsep Pengembangan Sektor Pertambangan Nikel Kab. Buton
STRATEGI:

1) Pembangunan Infrastruktur Wilayah dan Infrastruktur Logistik, diantaranya adalah :


- Pengembangan investasi infrastruktur yang mengarah pada pengembangan wilayah dan penataan ruang.
- Menyelenggarakan penataan ruang dengan memprioritaskan pembangunan infrastruktur.
- Memanfaatkan potensi sumber daya yang ada.
2.) Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Sistem Kelembagaan (Pemerintah Daerah) Dalam Mengelola dan me
mberikan IUP, diantaranya adalah :
- Mengadakan pengajaran dan pembelajaran secara luas dalam bentuk pelatihan-pelatihan.
- Tidak menerima calon pegawai yang tidak sesuai dengan bidangnya.
- Melakukan penyeleksian dalam penerimaan tenaga kerja di kelembagaan ini.
- Perbaikan terhadap mekanisme dan akses pelayanan.
- Mensinergikan semua bentuk kinerja lintas instansi.
- Merubah pola pikir (mindset) dari petugas yang berkuasa menjadi petugas yang harus melayani penggun
a jasa.
- Memantau/mengevaluasi hasil kinerja dari kelembagaan yang besangkutan.
3.) Pengadaan Teknologi Hydrocarbon Recovery Sebagai Solusi Pemecahan Masalah Produktifitas Pengelola
an Aspal Buton, diantaranya adalah :
- Melakukan hubungan kerjasama dengan salah satu negara besar yang melirik potensi Asbuton yang meli
mpah ini yaitu China, Jerman dan Amerika.
- Mendorong pemerintah pusat untuk menyalurkan anggaran guna menyediakan teknologi Hydrocarbon R
ecovery, agar dapat memanfaatkan produk lokal ini untuk bisa menghemat anggaran yang dikeluarkan set
iap tahunnya untuk import aspal minyak.
PRESENT BY.

MUUMIN MUUZI 4515042006


YUYUN HUSNI WARIS 4515042041
NIKEN HARDYANTI PUTRI HARSONO 4515042023
AIS PRATIWI 4515042045
ROBERTO ROMARIO 4515042023
IBRAHIM LISAHOLITH 4513042058
AFRIZAL HAMID 4513042008

Sekian dan Terimakasih


“Study while others are sleeping, work while others are loafing,
prepare while others are playing, and dream while others are wis
hing.” –William Arthur Ward

Anda mungkin juga menyukai