Present by.
Muumin Muuzi
4515042006
Yuyun Husni Waris 4515042041
Niken Hardyanti Putri H 4515042023
Ais Pratiwi 4515042045
Roberto Romario
4515042032
Ibrahim Lisaholith 4513042058
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH
3.1 Fisik Wilayah Makro
Letak Geografis dan Administrasi
- Terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, m
emanjang dari Utara ke Selatan diantara 4,960
- 6,250 Lintang Selatan dan membentang dari
Barat ke Timur diantara 120,000 - 123,34° Buju
r Timur.
- Wilayah daratan seluas ±120,240 ha dan wiaya
h perairan seluas ±21,054 km2
- Secara Administratif batas-batas Kabupaten Bu
ton, yaitu :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabup
aten Buton Utara
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut
Flores
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupa
ten Wakatobi
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabup
aten Buton Tengah
- Kabupaten Buton terdiri dari 7 kecamatan, yait
u: Luas Wilayah Kabupaten Buton Menurut Kecamatan
Tahun 2017
• Kecamatan Lasalimu
• Kecamatan Lasalimu Selatan No Kecamatan
Luas
(Ha)
Presentase Terhadap
Luas Kabupaten
• Kecamatan Pasar Wajo 1. Kapontori 13,300 11,06
• Kecamatan Siontapina
2. Lasalimu 32,729 27,22
• Kecamatan Walowa
3. Lasalimu Selatan 8,809 7,33
• Kecamatan Kapontori
• Kecamatan Wabula 4.. Pasar Wajo 35,640 29,64
6. 577 – 692 2,484.76 6,34 Kemiringan Lereng Kecamatan Kapontori Tahun 2017
Dari potensi sumber daya air ini se 1 Tanah Sawah 894 7,76 1 Tanah Sawah 370 1,10
ndiri, dapat diperkirakan mampu mem 2 Banguunan dan Halaman 770 6,68 2 Banguunan dan Halaman 967 2,95
enuhi kebutuhan sumber air bersih unt 3 Tegal / Kebun 642 5,57 3 Tegal / Kebun 1,4 4,27
uk kegiatan industri, khususnya industr
4 Ladang / Hama 395 3,43
i pertambangan dan berbagai kegiatan 4 Ladang / Hama 1,34 4,09
-kegitan lainnya seperti irigasi, dll. 5 Padang Rumput 300 2,60 5 Padang Rumput 1,205 3,68
35% 700.000 ton Desa Lapodi Kcamatan Pasar Dikelola oleh PT.
Wandoke Walengke wajo, Desa Sandang Pangan Metrix Elcipta
Kecamatan Sampolawa
ngura, sedangkan desa/ kelu 13. Talaga Baru 30 621 21 2. 2012 10,652 28 0.26
rahan yang terkecil kepa 14. Nambo 7.45 861 116 3. 2013 10,687 35 0.33
enduduk terkecil berada 12. Kamelanta 99.7 871 9 Proyeksi Pertumbuhan Pendudukan di Kecamatan Lasalimu dan Kapontori
di Desa Wambulu yaitu 304 13. Mabulugo 77.18 1.068 14 Tahun Proyeksi
jiwa, kemudian Desa 14. Wambulu 84.4 304 4 Kecamatan
2016 2021 2026 2031 2036
Waondowalio yaitu 346 jiwa. 15. Wakuli 75.02 551 20
16. Tumada 27.6 558 20 Kecamatan Lasalimu 9.775 9.574 8.627 7.774 7.005
17. Boneotiro Barat 1.5 517 245 Kecamatan Kapontori 14.239 14.421 15.368 16.367 17.451
Jumlah 1.129,10 14.234 13
Jumlah 24.014 23.995 23.995 24.150 24.456
Sumber : Kec. Lasalimu dan Kapontori Dalam Angka Tahun 2016
Sumber: Hasil Analisis 2017
3. Kepadatan dan Daya Tampung
Penduduk
Berdasarkan hasil analisa dapat dilihat bahwa kepadatan pend Proyeksi Kepadatan Penduduk Kec. Lasalimu dan Kapontori
uduk tahun 2036 di Kec. Lasalimu mengalami penurunan dan Tahun 2036
untuk wilayah Kec. Kapontori mengalami peningkatan.
Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan
Dari analisis daya tampung dapat diketahui kawasan man Kecamatan
a yang memiliki kepadatan penduduk lebih besar dari juml (Ha) Proyeksi (Jiwa) Penduduk (Jiwa/Ha)
ah daya tampung yang tersedia. Sehingga pada tahap renca (1) (2) (3) (4)
na berikutnya blok-blok yang padat penduduk akan mendapa
t prioritas utama terutama dalam proses penyebaran pendu Kec. Lasalimu 32.729 7.005 214
duk serta peningkatan terhadap penyediaan fasilitas da Kec. Kapontori 112.910 17.451 155
n utilitas perkotaan/wilayah.
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
- Sosial Budaya
Suku yang mendiami di wilayah Kecamatan Lasalimu dan Kapontori pada dasarnya terba
gi atas beberapa suku, salah satunya adalah suku buton dan bugis serta jawa. Suku ini te
lah membaur menjadi satu kesatuan masyarakat yang mendiami Wilayah Kecamatan Lasal
imu dan Kapontori. Suku tersebut diatas, mencerminkan pola dan perilaku kehidupan
masyarakat di Wilayah Kecamatan Lasalimu dan Kapontori, beberapa hal yang bisa
menjadi ciri khas dari masing-masing etnis tersebut, seperti komunitas/etnis ini juga terce
rmin dari pola permukiman penduduk yang berkembang secara mengelompok.
Analisis Ekonomi Wilayah
Dampak yang dihadapi masing-masing daerah sebagai akibat situasi ekonomi nasional yang terjadi juga berbeda-beda karena masing-masing daerah mempunyai potensi yang berb
eda. Dengan demikian, dalam Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Strategi Kawasan Pengembangan Industri Pertambangan sangat perlu dilakukan analisis perkembangan sektor eko
nomi, dimana untuk mengetahui sektor ekonomi yang potensial dikembangkan dimasa yang akan datang.
•
k dimasa sekarang maupun dimasa mendatang dalam membangun ekonomi Kabupaten Buton.Dalam menetukan sector unggulan yang ada di Kabupaten Buton yakni dengan men
ggunakan pendekatan Shift Share dan Analisis Grafik, dimana di dalamnya terdapat beberapa langkah-langkah proses, diantaranya adalah sebagai berikut;
Pergeseran Neto
Pergeseran Netto Masing-Masing Sektor
Nilai Pergeseran Netto menunjukkan ssuatu sektor maju
Nilai
atau mundur. Dari hasil analisis tersebut terdapat bebera Sektor Ekonomi PN
pa sektor kategori maju dan berpengaruh positif terhadap KPN KPP KPK
pendapatan kabupaten dan sektor yang mundur berpenga Pertanian 0.093 -0.02 0.86 0.85
ruh negatif terhadap tingkat pendapatan kabupaten dalam Pertambangan 0.107 -0.01 1.98 1.88
hal ini adalah terhadap Produk Domestik Regional Bruto Industri 0.075 -0.04 0.80 0.78
Gas, Listirk dan Air
(PDRB). 0.119 0.13 0.77 0.89
Dengan demikian, sektor-sektor ekonomi yang termasuk Bersih
Bangunan 0.128 0.04 1.08 1.09
dalam kategori maju yaitu sektor pertanian, pertambanga
Perdagangan, Hotel da
n, industri pengolahan, bangunan, dan sektor perdaganga 0.142 0.05 0.95 0.98
n Restauran
n hotel dan restoran. Sedangkan sektor yang berpengaruh Angkutan dan Komunikasi 0.098 -0.01 1.02 0.96
negatif terhadap PDRB kabupaten adalah sektor listrik, a Keuangan, Persewaan
0.156 0.04 1.18 1.18
ngkutan dan komunikasi, keuangan dan sektor jasa-jasa, dan Jasa Perusahaan
dimana nilai PN negatif.Untuk lebih jelasnya tentang per Jasa-Jasa 0.104 -0.02 1.09 1.08
Jumlah PDRB Kabupate
geseran Neto masing masing sektor.Dapat dilihat di tabel 0.110 0.004 0.94 0.95
berikut : n
Sumber: Hasil Analisis 2017
Nilai Absolut Masing-Masing Sektor
Model Grafik
Nilai Absolut Masing-Masing Sektor Pada tahap ini merupakan rumusan dan kesi
mpulan dari masing-masing nilai KPN, KPP dan KPK absolut. Secara keseluruhan berd Metode analisis Grafik merupakan bagian dari analisis Shift Share yang digunakan u
asarkan dari hasil analisis tersebut, sektor ekonomi dimana nilai Perubahan Pendapata ntuk mengetahui sektor unggul, agak unggul, dan agak mundur serta sektor mundur
n Kabupaten (PEK) tertinggi berada di sektor pertanian yakni; 69,49%, sektor banguna . Identifikasi terhadap sektor tersebut dilihat dari nilai Komponen Pertumbuhan Propo
n yakni 16,16%, sektor pertambangan 6,36% dan sektor perdagangan 6,19%. Selain it rsional (KPP) dan nilai Komponen Pertumbuhan Kabupaten (KPK) yang terbagi atas 4 (
u, sektor dengan nilai PEK terendah berada pada listrik, gas, & air bersih, industri pen empat) kuadran, yaitu :
golahan, keuangan, persewaan & jasa perusahaan, angkutan, & komunikasi, jasa-jasa.
Berdasarkan dari hasil analisis tersebut, dapat diindikasikan bahwa semua sektor ekon KPK
omi di Kabupaten Buton bernilai positif, sehingga sektor-sektor tersebut memiliki pelu
ang untuk tumbuh dan berkembang dimasa mendatang. Oleh karena itu, dengan ada
nya studi kawasan strategis Kabupaten Buton dapat memberikan pengaruh dalam me
ningkatkan pendapat sektor-sektor tersebut dan bernilai positif terhadap pendapatan
PDRB Kabupaten Buton. Untuk lebih jelasnya pada tabel berikut. IV I
Nilai Absolut Masing-Masing Sektor Ekonomi (-) KPP
NILAI ABSOLUT KPN KPP KPK PEK PN III II
Pertanian 76,043 -19,45 706,534 -165,435 766,045
Bangunan X
Perdagangan, Hotel dan Restaur
X
an
Kecamatan Jumlah
No Penggunaan Lahan Kapontori Lasalimu Lasalimu Selatan Pasarwajo Siontapi Wabula Wolowa
Dalam hal ini kebutuhan sarana dan prasarana yang menjadi fokus untuk kegiatan 2. Analisis Kebutuhan Energi Listrik
analisis adalah sarana dan prasarana yang merupakan pendukung untuk kegiatan se Ketersediaan prasarana energi listrik dalam suatu wilaya
ktor pertambangan, khususnya aspal dan nikel di Kab. Buton seperti Jaringan Jalan, J h akan berpengaruh terhadap sektor potensial, utamanya se
aringan Listrik, Jaringan Telekomunikasi, Jaringan Air Bersih, dan Pelabuhan. Dalam ktor yang beriorentasi pada pengembangan perekonomian.
metode analisis ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara deskriptif Sumber energi yang digunakan di Wilayah Kecamatan Lasali
. Untuk lebih jelasnya mengenai analisis sarana dan prasararna ini adalah sebagai be mu dan Kapontori bersumber dari PLN. Sistem jaringan listr
rikut.
ik dengan pola linear yang mengikuti pola jalan yang ada da
n telah menjangkau wilayah kecamatan meskipun masih ada
1. Analisis Jaringan Jalan
nya kawasan yang belum terlayani, seperti daerah-daerah pi
Jaringan bagi kegiatan industri memiliki fungsi yang sangat penting terutama dalam ran
nggiran kawasan.
gka kemudahan mobilitas pergerakan dan tingkat pencapaian (aksesibilitas) baik dalam pe
nyediaan bahan baku, pergerakan manusia dan pemasaran hasil-hasil produksi. Dengan melihat potensi sumberdaya air yang dimiliki oleh Kab
Jaringan jalan yang baik untuk kegiatan industri, harus memperhitungkan kapasitas da . Buton, maka sangat mendukung untuk menunjang kegiatan indus
n jumlah kendaraan yang akan akan melalui jalan tersebut sehingga dapat diantisipasi seja tri pertambangan yang ditetapkan di daerah Kapolimu karena seca
k awal kemungkinan terjadinya kerusakan jalan dan kemacetan. Hal ini penting untuk dipe ra tidak langsung kawasan Kapolimu dilintasi oleh salah satu DAS
rtimbangkan karena dari kenyataan yang ada dari keberadaan kawasna industri pada suatu terbesar yang dimiliki oleh Kab. Buton yaitu DAS Winto wining de
daerah ternyata tidak mudah untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan oleh kegiata ngan Debit air sebesar 12,33 m/detik yang dapat membangkitkan
n industri terhadap masalah transportasi. Apabila hal ini kurang mendapat perhatian akan listrik dengan perkiraan kapasitas 1.600 KW, dan ini sangat mend
berakibat negatif terhadap upaya promosi kawsan industri. ukung untuk membangkitkan tenaga listrik untuk kegiatan pertam
Untuk pengembangan kawasan industri dengan karakteristik lalu lintas truk kontainer bangan aspal dan nikel yang dilakukan.
dan akses utama dari dan ke pelabuhan, maka jaringan jalan arteri primer harus tersedia u a. Perumahan dengan golongan tipe A adalah 1.500 Va/Watt, tipe B adalah 900 V
ntuk melayani lalu-lintas kegiatan industry dengan Tekanan gandar primer sebaiknya mini a/Watt dan tipe C sebesar 900 VA/Watt.
b. Fasilitas perdagangan dan perkantoran membutuhkan suplay energi listrik se
mal 8 ton dan sekunder minimal 5 ton serta Perkerasan jalan minimal 7 m. suai standar yakni 60 watt/m2 atau 25% dari kebutuhan rumah tangga.
c. Fasilitas sosial dan pelayan umum untuk kegiatan pendidikan, kesehatan dan
peribadatan dan pelayanan umum meliputi pos keamanan dan balai pertemua
n. Standar kebutuhan energi listrik untuk fasilitas tersebut adalah 60 watt/m2
atau 25% dari kebutuhan rumah tangga.
d. Penerangan jalan membutuhkan 10% energi listrik dari total kebutuhan ruma
h tangga.
3. Jaringan Twlekomunikasi 5. Analisis Sarana Pelabuhan/Outlet
Kegiatan industri tidak akan lepas dari aspek bisnis, dalam rangka
pemasaran maupun pengembangan usaha. Untuk itulah jaringan Untuk sarana dan prasarana dalam pelabuhan sendiri yang paling utama harus dise
diakan adalah :
telekomunikasi seperti telepon dan internet menjadi kebutuhan d Pemecah gelombang, yang digunakan untuk melindungi daerah perairan p
asar bagi pelaku kegiatan industri untuk menjalankan kegiatanny elabuhan dari gangguan gelombang.
a. Sehingga ketersediaan jaringan telekomunikasi tersebut menja Alur pelayaran, yang berfungsi untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan
di syarat dalam penentuan lokasi industri. keluar atau masuk ke pelabuhan.
Kolam pelabuhan, merupakan daerah perairan di mana kapal berlabuh unt
uk melakukan bongkar-muat, gerakan untuk memutar (di kolam putar), dsb
4. Jaringan Air Bersih .
Pengembangan Kawasan Industri sebaiknya mempertimbangkan j Dermaga, adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatkann
arak terhadap sungai. Karena sungai memiliki peranan penting un ya kapal dan menambatkannya pada waktu bongkar-muat barang.
tuk kegiatan industri yaitu sebagai sumber air baku dan tempat p Alat penambat, digunakan untuk menambatkan kapal pada waktu merapat
di deramga maupun menunggu di perairan sebelum bisa merapat ke derm
embuangan akhir limbah industri. Sehingga jarak terhadap sungai
aga.
harus mempertimbangkan biaya konstruksi dan pembangunan sa Gudang, yang terletak di belakang dermaga untuk menyimpan barang-bara
luran-saluran air. Disamping itu jarak yang ideal seharusnya juga ng yang harus menuggu pengapalan.
memperhitungkan kelestarian lingkungan daerah aliran sungai ( Gedung terminal untuk keperluan administrasi.
DAS), sehingga kegiatan industri dapat secara seimbang mengg Fasilitas bahan bakar untuk kapal.
unakan sungai untuk kebutuhan kegiatan industrinya tetapi juga Fasilitas pandu kapal, kapal tunda dan perlengkapan lain yang diperlukan u
dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan ntuk membawa kapal keluar atau masuk pelabuhan.
daerah aliran sungai (DAS) tersebut. Peralatan bongkar-muat barang, seperti kran darat, kran apung, kendaraan
Untuk penyediaan jaringan air bersih jarak industri terhadap sung untuk mengangkat atau memindahkan barang, seperti forklift.
Fasilitas-fasilitas lain untuk keperluan penumpang, anak buah kapal dan m
ai atau sumber air bersih maksimum 5 (lima) Km dan terlayani su
uatan kapal, seperti dokter pelabuhan, karantina, bea-cukai, imigrasi, keam
ngai tipe C dan D atau Kelas III dan IV. anan, dsb.
Dengan melihat potensi sumberdaya air yang dimiliki oleh Kab. B
uton, maka sangat mendukung untuk menunjang kegiatan indust
ri pertambangan yang ditetapkan di daerah Kapolimu karena sec
ara tidak langsung kawasan Kapolimu dilintasi oleh salah satu DA
S terbesar yang dimiliki oleh Kab. Buton yaitu DAS Winto wining
dengan Debit air sebesar 12,33 m/detik yang dapat membangki
tkan listrik dengan perkiraan kapasitas 1.600 KW.
Analisis Kondisi Eksisting
Analisis keadaan dasar yaitu menilai kondisi eksisting pada saat sekarang
Kondisi pembangunan di Kabupaten Buton belum merata dalam aspek fisik wilayah potensi ungguln wilayah be
lum terkelolah secara optimal guna peningkatan PAD kabupaten Buton untuk di peruntukan sebagai penggerak pemb
angunan daerah .
berbanding terbalik dengan peruntukan wilayah Buton dalam RTRW Provinsi sebagai
Kawasan pusat industri pertambangan.Karena Basic sektor daerah sesuai dengan data Kabupaten buton
dalam angka 2016 adalah sektor pertanian Sementara sektor pertambangan Masih berada di posisi ke 2. Pulau di bagia
Kondisi eksisting kabupaten Buto
n pembangunan fisik belum mer n tenggara Sulawesi ini menyimpan sekitar 80 persen cadangan aspal Dunia menghampar di kawasan seluas 43.000 he
ata ktare, berada di kedalaman sekitar 1.000 meter.
kawasan industri pertambangan dalam Pusat Kawasan Industri Pertambangan (PKIP) Kapontori – Lasalimu
dengan pusat kawasan di Kecamatan Lasalimu untuk melayani kegiatan industri pertambangan di seluruh daerah.Nam
un Kawasan industri pertambangan Kapontari-Lasalimu.Belum secara optimal karena terkendala akan
Teknologi Produksi Untuk mengekstraksi bitumen,sehingga dapat menhasilkan Aspal minyak mampu menjawab
kebutuhan nasional terhadap aspal minyak untuk pengembangan jalan dan mengurangi aktifitas impor kita akan kebut
uhan aspal kita.pengololan aspal buton memerlukan keseriusan pemerintah pusat dan daerah dalam
perbaikan infrastruktur dan pengadaan industri pengelolaan Aspal sehingga mampu mendorong investasi pada
daerah dan mampu menjadi sektor basis daerah guna mewujudkan pemerataan pembangunan dengan
pemanfaatan potensi aspal.
1. Potensi sumberdaya asbuton yaitu sebesar 80% dari 1. Belum tersedianya teknologi yang mampu
total keseluruhan aspal alam yang ada didunia atau
sebesar 650 juta ton.
mengelola besarnya potensi asbuton.
2. Belum ada perusahaan yang mampu
Isu-Isu Strategi Pengembangan Wilayah
2. Terdapat kandungan minyak bumi di dalam asbuton.
3. Jangkauan pasar (ekspor) sudah mencapai Negara
memanfaatkan dan mengelola potensi
minyak bumi yang terdapat pada asbuton. 1. Sektor Aspal
China, Jerman dan Amerika. 3. Aspal yang di ekspor masih dalam bentuk
4. Asbuton lebih unggul dibandingkan aspal minyak, aspal mentah.
mulai dari stabilitas perkerasan; daya rekat; 4. Belum ada teknologi yang mampu
ketahanan retak; titik lembek 550C, sesuai untuk menjadikan asbuton seperti potensi yang
cuaca tropis seperti Indonesia. dimiliknya.
5. Adanya kebijakan Permen No. 35/2006 tentang 5. Belum ada dampak yang nyata dari
peningkatan pemanfaatan asbuton untuk kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh STRATEGI SO (Pakai Kekuatan Untuk Memanfaatkan Peluang) :
pemeliharaan dan pengembangan jalan. pemerintah daerah maupun pemerintah
6. Asbuton jauh lebih ekonomis dan ramah lingkungan pusat.
dibandingkan dengan material campuran beton. 6. Membutuhkan biaya produksi dan - Menjadikan Kabupaten Buton sebagai penyuplai aspal di Indonesia dengan
memanfaatkan banyaknya kandungan potensi sumberdaya yang ada, untuk
transport (logistic) yang cukup mahal
Kesimpulan :
1. Melimpahnya potensi nikel yang dimiliki Kab. Buton 1. Pengelolaan sumberdaya lebih melihat kepada aspek
khususnya di Kapontori seluas 10.000 Ha
2. Banyaknya potensi mineral pengikut yang
terkandung dalam nikel Kab. Buton
ekonomi.
2. Keterbatasan teknologi dalam pengelolaan
sumberdaya nikel ( masih memakai sistem gali-jual).
Isu-Isu Strategi Pengembangan Wilayah
3. Terdapat beberapa investor yang serius untuk
mengelola potensi pertambangan nikel
3. Pemberian izin KP dari pemerintah yang tidak
transparan. 1. Sektor Nikel
4. Ditetapkannya Kec.Kapontori dan Kec.Lasalimu 4. Belum optimalnya kawasan industry Kapolimu
sebagai Sentra Pusat Kawasan Industri sebagai Sentra Produksi Pertambangan.
Pertambangan.
EFAS
Kesimpulan :
Rumusan Konsep :
“ Pengelolaan Potensi Pertambangan Aspal dan Nikel Kabupaten Buton Berbasis Ekologi dengan
Memadukan Metode DbD ( Development by Design) dan Supply Chain “
1. Supply Chain Management 2. DbD ( Development by Design) Tahapan Pelaksanaan DbD :
Sebagai pengintegrasian aktivitas pengad DbD : perencanaan mitigasi ber
aan bahan atau pelayanan, pengubahan me • Step 1 : (Develop a landscape conservation plan)Menentukan dimana
basis ilmu pengetahuan yang menyeim prioritas area untuk konservasi dan jasa lingkungan.
najdi barang setengah jadi dan produk akhi bangkan kebutuhan perencanaan pem
r, serta pengiriman ke konsumnen. bangunan seperti pertambangan, miny • Step 2 : (Blend landscape planning with mitigation) Menentukan
Tujuan : untuk membangun sebuah ranta ak gas, kehutanan dan infrastruktur de bagaimana pembangunan dipadukan dengan hierarki mitigasi.
i pasok yang memusatkan perhatian untuk ngan aspek konservasi keanaekaragam
memaksimalkan nilai an hayati. • Step 3 : (Determine project impacts and identify portofolio of best
Aktivitas Supply Chain : opportunities) Menentukan bagaimana pilihan offset mampu member
Tujuan : Untuk efisiensi dalam ikan nilai ekologi yang minimal sebanding dengan kehilangan, diwila
- Meramalkan permintaan pelanggan perencanaan pembangunan dan mitig yah yang terkena dampak, dan berkontribusi pada tujuan perlindung
- Membuat jadwal produksi. asi dampak an landscape/wilayah
- Menyiapkan jaringan transportasi
• Step 4 : (Evaluate potential offset contribution to conservation goals)
- Memesan persediaan bahan mentah, Sampai tingkatan apa kompensasi dari offset dapat mencapai tujuan
barang dalam proses dan barang jadi DbD penghilangan dampak/menuju dampak positif
. (Development
by design)
- Menjalankan produksi
balance
- Menjamiin kelancaran transportasi su
mber daya kepada pelanggan.
- Melacak aliran sumberdaya material.
avoid
Minimize/re
store
Rumusan Tu-Jak-Stra Pengembangan Wilayah
RTRWN
Kawasan peruntukkan
pertambangan
Rencana Tata
Ruang Pulau
Sesuai
Sulawesi (PERPERS
No. 88 Tahun 2011)
Sentra pertambangan aspal
RTRW Prov.
KSP untuk Pusat Kawasan Industri P
Sultra
ertambangan
RTRW Kab.
Buton
Kapolimu sebagai Pusat Pelayanan K
awasan Industri Pertambangan
Rumusan Tu-Jak-Stra Pengembangan Wilayah
STRATEGI
1.) Strategi Konsep Pengembangan Sektor Pertambangan Aspal Kab. Buton
2.) Strategi Konsep Pengembangan Sektor Pertambangan Nikel Kab. Buton
STRATEGI: