BIMBINGAN TEKNIS
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI DI NUSA TENGGARA, MALUKU, DAN
PAPUA
Oleh:
Rahma Julianti, S.T., M.Sc.
Direktur Bina Perencanaan Tata Ruang Daerah Wilayah II,
Direktorat Jenderal Tata Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
Workshop dan klinik RTRW sebagai bagian
dari proses BIMTEK
BIMTEK PENINGKATAN
Bimbingan teknis kepada
BANTEK KUALITAS
pemerintah daerah terkait
perencanaan tata ruang maupun Bantuan penyusunan RDTR bagi
FASPERSUB TATA RUANG
peninjauan kembali dan revisi kawasan yang bersifat strategis
RTR melalui nasional serta menjadi prioritas Fasilitasi kepada pemerintah
pendampingan/klinik, untuk segera disusun dan daerah untuk memastikan
sosialisasi/workshop, dan ditetapkan rencana rinci tata materi rencana tata ruang telah
sebagainya. ruangnya, seperti kawasan mengacu pada ketentuan
industri, pariwisata, strategis peraturan perundang-undangan
lingkungan dan sosial-budaya bidang penataan ruang,
hingga kawasan tujuan investasi kebijakan nasional, dan mengacu
nasional. pada rencana tata ruang secara
hierarki.
2
Ketentuan PK dan Revisi RTR yang Menjadi Kewenangan Daerah
Maks. 1 bulan
Catatan:
Percepatan Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota
5
TAHAPAN MENUJU PERSETUJUAN SUBSTANSI
PROSES SEBELUM
PENGAJUAN PERSUB
KLINIK CLEAN
&
CLEAR
PRA
LOKET
*Evaluasi muatan substansi
dan peta RTRW
*Klinik klarifikasi dan
pemeriksaan basis data
66
EVALUASI RENCANA TATA RUANG—RTRW
Muatan Konsistensi
Hierarki RTR Kaidah Peta
Strategis RTR
Kebijakan strategis
nasional, ruang
Evaluasi
terbuka hijau,
kelengkapan, sumber
kawasan hutan, Sinkronisasi muatan Konsistensi antara
dan kesesuaian
lahan pertanian rencana tata ruang materi teknis,
dengan basis data,
pangan dengan RTR di rancangan RTR dan
serta koreksi
berkelanjutan, atasnya. album peta.
geometris/topologi
mitigasi bencana,
perpetaan.
batas daerah, dan
garis pantai.
77
EVALUASI MUATAN STRATEGIS RENCANA TATA RUANG
1 5
yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan (RTRWN, analisis mitigasi bencana antara lain yang meliputi:
RPJMN, dan Proyek Strategis Nasional). informasi ini dilengkapi dengan 1. Pemetaan kawasan lindung dan kawasan budidaya pada
jenis, penetapan lokasi, besaran/luasan kebijakan tersebut. kawasan rawan bencana tinggi
2. Peraturan zonasi pada kawasan rawan bencana tinggi
4
Informasi luasan dan sebaran rencana sawah beririgasi teknis dan non- PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN
teknis dan luas sawah beririgasi teknis . PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 & PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2021
88
Ketidaksesuaian Antara RTRWP dengan RTRWK
Dapat diselesaikan dengan ketentuan berikut:
(1) Penyelesaian Ketidaksesuaian antara RTRWP dengan RTRWK (1) Pemerintah daerah melaksanakan penyelesaian Ketidaksesuaian antara
dilakukan melalui tahapan: RTRWP dengan RTRWK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.
a. revisi RTRWP dilakukan dan ditetapkan paling lama 18
bulan sejak Ketidaksesuaian antara RTRWP dengan RTRWK (2) Pada saat revisi RTRWP dan revisi RTRWK sebagaimana dimaksud dalam Pasal
ditetapkan oleh Menteri; dan 9 ayat (1), segala macam proses penerbitan lzin dan/atau Konsesi baru
b. revisi RTRWK dilakukan secara serentak untuk seluruh dihentikan sementara pada wilayah yang mengalami Ketidaksesuaian sampai
kabupaten/kota dalam satu provinsi yang ditetapkan paling dengan revisi RTRWP dan revisi RTRWK ditetapkan.
lama 1 tahun terhitung sejak revisi RTRWP sebagaimana
dimaksud pada huruf a ditetapkan. (3) Penghentian sementara proses penerbitan lzin dan/atau Konsesi baru sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dikecualikan untuk proyek dan/atau program
(2) Dalam hal revisi RTRWP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) nasional yang bersifat strategis.
huruf a telah ditetapkan, RTRWP dimaksud menjadi acuan dalam
proses revisi RTRWK. (4) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agrarian,
pertanahan dan tata ruang, menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
(3) Revisi RTRWP dan RTRWK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam negeri, dan/atau menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
menggunakan Peta Rupabumi Indonesia termutakhir yang telah bidang kelautan dan perikanan dapat memfasilitasi pemerintah daerah dalam
ditetapkan oleh kepala badanyang melaksanakan tugas penyelesaian Ketidaksesuaian antara RTRWP dengan RTRWK sebagaimana
pemerintahan di bidang informasi geospasial. dimaksud pada ayat (1).
9
Ketentuan Muatan RTR yang Diintegrasikan pada Pembahasan Lintas
Sektor
Pasal 63 PP No. 21/2021:
Pembahasan lintas sektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) huruf d, dilaksanakan untuk mengintegrasikan program/kegiatan sektor,
kegiatan yang bersifat strategis nasional, batas daerah, garis pantai, dan kawasan hutan.
Batas Daerah
Garis Pantai
PP No. 21/2021 Pasal 64, 78, dan 87 PP No. 21/2021 Pasal 65, 79, 88 Pengintegrasian menggunakan
Pengintegrasian menggunakan batas daerah yang batas garis pantai dalam Peta RBI termutakhir dan telah ditetapkan
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.* oleh BIG.
*Berdasarkan PP No. 43/2021, penetapan seluruh Apabila terdapat perbedaan dengan kebutuhan RTR dan/atau
Batas Daerah dilakukan dalam waktu paling kepentingan HAT, maka Persetujuan Substansi oleh Menteri
lama 5 bulan (+1 bulan) setelah PP No. 43/2021 mencantumkan:
terbit. • Garis pantai dalam Peta RBI, dan
• Garis pantai sesuai kebutuhan yang digambarkan dengan simbol
Kawasan Hutan atau warna khusus
PP No. 21/2021 Pasal 66, 80, 89 Penyelesaian ketidaksesuaian antara garis pantai dan HAT/HPL
Pengintegrasian menggunakan: berdasarkan PP No. 43/2021
• Delineasi kawasan hutan termutakhir yang ditetapkan oleh Menteri LHK, atau • Dalam hal terjadi dinamika perubahan garis pantai yang
• Delineasi kawasan hutan yang disepakati paling lama 10 hari sejak dimulainya pembahasan lintas sektor menyebabkan ketidaksesuaian titik dasar dan garis pangkal di PPKT
dengan garis pantai peta RBI, titik dasar dan garis pangkal di
Penyelesaian ketidaksesuaian antara Kawasan Hutan dengan RTRWP/RTRWK berdasarkan PP No. 43/2021: PPKT tetap diakui dan berlaku, dan Pemerintah wajib
• dalam hal kawasan hutan ditetapkan lebih awal, dilakukan revisi RTRWP dan/atau RTRWK dengan memulihkan kondisi fisik lahan menjadi daratan di PPKT.
mengacu pada Kawasan Hutan yang ditetapkan terakhir; • HAT dan/atau HPL yang ada di laut akibat dinamika perubahan garis
• dalam hal RTRWP dan/atau RTRWK ditetapkan lebih awal, dilakukan tata batas dan pengukuhan pantai, sebelum ditetapkannya unsur garis pantai dalam Peta RBI
kawasan hutan dengan memperhatikan RTRWP dan/atau RTRWK. pertama, HAT dan/atau HPL tetap diakui.
Pengintegrasian menggunakan
Pasal 15 ayat (1)
(1) Penyelesaian Ketidaksesuaian Garis Pantai dengan Hak Atas Tanah, Hak Pengelolaan, dan/atau Perizinan terkait
batas garis pantai dalam Peta
Kegiatan yang Memanfaatkan Ruang Laut mengacu pada unsur garis pantai yang termuat dalam Peta
RBI termutakhir dan telah
Rupabumi Indonesia yang ditetapkan oleh kepala badan yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
ditetapkan oleh BIG.
informasi geospasial.
(2) Titik dasar dan garis pangkal di PPKT menjadi acuan dalam penentuan Garis Pantai yang termuat dalam
Apabila terdapat perbedaan
Peta Rupabumi Indonesia yang ditetapkan oleh kepala badan yang melaksanakan tugas pemerintahan di
dengan kebutuhan RTR
bidang informasi geospasial.
dan/atau kepentingan HAT,
(3) Dalam hal terjadi dinamika perubahan Garis Pantai yang mengakibatkan ketidaksesuaian titik dasar dan
maka Persetujuan Substansi
garis pangkal di PPKT dengan Garis Pantai dalam Peta Rupabumi Indonesia, titik dasar dan garis pangkal
oleh Menteri mencantumkan:
• Garis pantai dalam Peta RBI, di PPKT tetap diakui dan berlaku.
(4) Dalam hal terjadi Ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemerintah wajib memulihkan
dan
• Garis pantai sesuai kondisi fisik lahan menjadi daratan di PPKT.
kebutuhan yang
digambarkan dengan simbol Pasal 16
atau warna khusus (5) Hak Atas Tanah dan/atau Hak Pengelolaan yang berada di wilayah laut akibat dinamika perubahan
garis pantai, sebelum ditetapkannya unsur Garis Pantai dalam Peta Rupabumi Indonesia yang pertama kali
ditetapkan oleh kepala badan yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang informasi geospasial maka Hak
Atas Tanah danf atau Hak Pengelolaan dimaksud tetap diakui.
11
Ketidaksesuaian Antara RTR dengan Batas Daerah
Ketidaksesuaian Batas Daerah dalam RTR diselesaikan dalam pembahasan lintas sektor dengan ketentuan berikut:
PP No. 43/2021
Pasal 5
(5) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri menetapkan batas daerah
berdasarkan berita acara kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dalam peraturan
menteri paling lama 5 (lima) bulan terhitung sejak Peraturan Pemerintah ini berlaku.
(6) Dalam hal pemerintah daerah tidak bersepakat terhadap Batas Daerah yang telah dibahas
bersama menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5), menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri berwenang memutuskan dan menetapkan penegasan batas
daerah paling lama 1 (satu) bulan.
1
Ketidaksesuaian Antara RTR dengan Kawasan Hutan
Ketidaksesuaian Kawasan Hutan dalam RTR diselesaikan dalam pembahasan lintas sektor dengan ketentuan berikut:
PP No. 43/2021
Pasal 18
(1) Penyelesaian Ketidaksesuaian antara RTRWP dan/atau RTRWK dengan Kawasan Hutan:
a. dalam hal kawasan hutan ditetapkan lebih awal dari RTRWP dan/atau RTRWK,
dilakukan revisi RTRWP dan/atau RTRWK dengan mengacu pada kawasan hutan
yang ditetapkan terakhir; dan
b. dalam hal RTRWP dan/atau RTRWK ditetapkan lebih awal dari Kawasan Hutan,
dilakukan tata batas dan pengukuhan kawasan hutan dengan memperhatikan
RTRWP dan/atau RTRWK.
1
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Tentang Peta Tumpang Tindih Pemanfaatan Ruang
Ketidaksesuaian Batas Daerah, Tata Ruang, dan Kawasan Hutan
14
PITTI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Sumber :
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor
239 Tahun 2021 Tentang Peta Indikatif Tumpang Tindih Pemanfaatan Ruang
Ketidaksesuaian Batas Daerah, Tata Ruang, Dan Kawasan Hutan Di Provinsi Nusa
Tenggara Barat
15
15
PITTI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
16
16
PITTI PROVINSI MALUKU
17
17
PITTI PROVINSI MALUKU UTARA
18
18
PITTI PROVINSI PAPUA
Sumber :
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik
Indonesia Nomor 255 Tahun 2021 Tentang Peta Indikatif Tumpang Tindih
Pemanfaatan Ruang Ketidaksesuaian Batas Daerah, Tata Ruang, Dan
Kawasan Hutan Di Provinsi Maluku
19
19
Kelengkapan Dokumen Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang
PROVINSI KABUPATEN/KOTA
NO. DOKUMEN RTRW
RTRW RTRW RTRW REVISI
REVISI
1 Surat permohonan persetujuan substansi
2 Naskah akademik (untuk RTRW)/kajian kebijakan (untuk RDTR)
3 Raperda/Raperkada beserta lampirannya
4 Materi teknis (buku faksis, buku rencana dan album peta)
5 Tabel pemeriksaan mandiri yang ditandatangani oleh kepala daerah
21
STATUS PERDA RTRW DI PROVINSI NUSA TENGGARA, MALUKU, DAN PAPUA
Perda Masuk
PROGRES
No Provinsi/Kota Nomor Perda Tanggal Perda
Masa PK 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 1 Tahun 2011 15 April 2011 V
2 Kota Kupang No. 11 Tahun 2011 04 Agustus 2011 V
3 Provinsi Nusa Tenggara Barat No. 3 Tahun 2010 20 Maret 2010 V
No. 12 Tahun 2011 10 November 2011
Perda baru telah
4 Kota Mataram
Revisi : Revisi: ditetapkan
No 5 Tahun 2019 30 Januari 2019
5 Kota Bima No. 4 Tahun 2012 11 Mei 2012 V
6 Provinsi Maluku No. 16 Tahun 2013 15 Juli 2013 V
7 Kota Ambon No. 24 Tahun 2012 23 Juli 2012 V
8 Kota Tual No. 3 Tahun 2013 14 September 2013 V
9 Provinsi Maluku Utara No. 2 Tahun 2013 19 Juli 2013 V
10 Kota Ternate No. 2 Tahun 2012 07 Setember 2012 V
No. 25 Tahun 2013 14 September 2013
Perda baru telah
11 Kota Tidore Kepulauan
Revisi : Revisi : 25 Februari 2022 ditetapkan
No. 4 Tahun 2022
No. 2 Tahun 2013 13 November 2013
Perda baru telah
12 Provinsi Papua Barat
ditetapkan
Revisi: No. 3 Tahun 2022 Revisi: 14 April 2022
13 Kota Sorong No. 5 Tahun 2014 5 Mei 2014 V
14 Provinsi Papua No. 23 Tahun 2013 30 Desember 2013 V
15 Kota Jayapura No. 1 Tahun 2014 03 Maret 2014 V
2
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
√ PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI
(UNTUK PROVINSI YANG BELUM MEMILIKI PERDA RZWP3K)
Pasal 13 dan Pasal 14
Penyusunan Materi
Teknis Pengaturan Pasal 62
Ruang Darat
Pengajuan Ranperda
Pembahasan Ranperda di
Integrasi RTRWP dari Gubernur
DPRD*
ke DPRD
Penyusunan Materi Penyepakatan substansi yang
Dilengkapi dengan:
Teknis Pengaturan Persetujuan akan disampaikan kepada
✔Validasi KLHS*
Perairan Pesisir Teknis Menteri
✔ Rekomendasi peta dasar*
(OPD bidang Menteri KKP
kelautan)
Penerbitan Penyampaian Ranperda
Pembahasan
Persetujuan dari Gubernur kepada
Lintas Sektor
Embedded Substansi** Menteri
Dilengkapi dengan:
Penyelenggaraan KLHS Integrasi ✔Validasi KLHS*
(cakupan kajian darat dan laut) ✔ Rekomendasi peta dasar*
✔ Hasil penyepakatan dengan
Persetujuan Bersama DPRD*
Keterangan :
*) jangka waktu paling lama 10 hari (Pasal 62 ayat 2 dan ayat 4) antara Gubernur Evaluasi oleh Penetapan
**) jangka waktu paling lama 20 hari (pasal 67 ayat 1) dengan DPRD Mendagri Perda***
***) jangka waktu paling lama 2 bulan sejak penerbitan persetujuan
substansi (Pasal 62 ayat 5)
2
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
√ PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI
(UNTUK PROVINSI YANG SUDAH MEMILIKI PERDA RZWP3K)
Pasal 13 dan Pasal 14
Penyusunan Materi Pasal 62
Teknis Pengaturan
Ruang Darat
Pengajuan Ranperda
Pembahasan Ranperda di
Tidak ada RTRWP dari Gubernur
DPRD*
perubahan Integrasi ke DPRD
Perda muatan Penyepakatan substansi yang
Dilengkapi dengan:
RZWP3 akan disampaikan kepada
Ada ✔Validasi KLHS*
Persetujuan Menteri
K penyesuaian/ ✔ Rekomendasi peta dasar*
Perubahan Teknis
muatan Menteri KKP Penerbitan Penyampaian Ranperda
Pembahasan
Persetujuan dari Gubernur kepada
Lintas Sektor
Embedded Substansi** Menteri
Dilengkapi dengan:
Penyelenggaraan KLHS Integrasi ✔Validasi KLHS*
(cakupan kajian darat dan laut) ✔ Rekomendasi peta dasar*
✔ Hasil penyepakatan dengan
Persetujuan Bersama DPRD*
Keterangan :
*) jangka waktu paling lama 10 hari (Pasal 62 ayat 2 dan ayat 4) antara Gubernur Evaluasi oleh Penetapan
**) jangka waktu paling lama 20 hari (pasal 67 ayat 1) dengan DPRD Mendagri Perda***
***) jangka waktu paling lama 2 bulan sejak penerbitan persetujuan
substansi (Pasal 62 ayat 5)
26
PERSANDINGAN MUATAN RZWP3K DAN RTRWP
Peta Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi XX KKPR Laut RTRW Provinsi XX
(Skala 1:250.000) Lampiran... Peta KKPR Laut (Skala 1:50.000)
Keterangan:
Keterangan:
Ruang laut yang memiliki intensitas kegiatan tinggi dan/atau kegiatan strategis
CONTOH TABEL RINCIAN LOKASI, LUASAN DAN ATURAN PEMANFAATAN RUANG UNTUK KKPR LAUT
31
Sumber : paparan Direktorat Perencanaan Ruang Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang Laut, KKP, 30 Juni 2021 32
Tata Cara Penyusunan RTRW Provinsi
TAHAP PENGUMPULAN PERUMUSAN KONSEPSI RTRW PENYUSUNAN
TAHAP PERSIAPAN PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA RANPERDA
DATA DAN INFORMASI PROVINSI
Kegiatan Persiapan: Metode Pengumpulan Data: Kegiatan: Penyusunan Konsep 1. Penyusunan naskah
1. Analisis potensi dan permasalahan regional dan global Rencana
- Penyusunan kerangka acuan kerja - Primer (penyebaran angket, forum Rencana akademik
2. Analisis kebijakan spasial dan sectoral serta analisis
- Penetapan metodologi yang diskusi publik, wawancara orang per 2. Penyusunan Ranperda
kebijakan pembangunan nasional yang bersifat strategis
digunakan orang, kotak aduan, survey lapangan, 3. Analisis kedudukan dan peran provinsi dalam wilayah yang Penyusunan alternatif 1. Tujuan, kebijakan, dan
dan lainnya) lebih luas konsep rencana: strategi
- Sekunder (studi literatur, peta) 4. Analisis fisik wilayah 1. Rumusan tujuan, 2. Rencana struktur ruang
5. Analisis sosial kependudukan kebijakan, dan 3. Rencana pola ruang
6. Analisis ekonomi wilayah
strategi 4. Kawasan strategis
7. Analisis sebaran ketersediaan dan kebutuhan sarana dan
prasarana wilayah provinsi pengembangan 5. Arahan pemanfaatan
8. Analisis pertanahan wilayah ruang,
9. Analisis system pusat-pusat permukiman 2. Konsep 6. Arahan pengendalian
Hasil: 1. Data Primer: 10. Analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup pengembangan pemanfaatan ruang Hasil:
- SK Tim Penyusun a. Aspirasi masyarakat serta analisis mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang 1. Naskah akademik
wilayah
- Gambaran umum wilayah b. Kondisi fisik dan sosial ekonomi terintegrasi dengan kajian lingkungan hidup strategis Ranperda tentang RTRW
- Hasil kajian awal wilayah 11. Analisis pengurangan resiko bencana Provinsi
- Metodologi pendekatan 12. Analisis sinkronisasi pemanfaatan dan peruntukan ruang di 2. Ranperda tentang RTRW
- Rencana kerja, dan/atau wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
2. Data Sekunder: Provinsi
- Perangkat survey data primer dan 13. Analisis perizinan pemanfaatan ruang (termasuk di
c. Data wilayah administrasi dalamnya analisis data PITTI dan PIPPIB) Pemilihan
data sekunder d. Data dan informasi kependudukan Konsep
e. Data dan informasi bidang
pertanahan
f. Data dan informasi kebencanaan
g. Data dan informasi kelautan Hasil
h. Peta dasar dan peta tematik 1. Isu strategis Buku Materi Teknis:
2. Potensi dan masalah Perumusan rencana
1. Alternatif konsep
3. Peluang dan tantangan terpilih menjadi
4. Kecenderungan pengembangan dan kesesuaian kebijakan rencana
muatan RTRW
5. Perkiraan kebutuhan pengembangan wilayah 2. Rencana
Provinsi
6. Daya dukung dan daya tamping 3. Album Peta
7. Konektivitas antar pusat pertumbuhan
8. Distribusi penduduk Catatan: Pada tahap penyusunan alternatif konsep rencana
9. Disparitas antar wilayah
dilakukan integrasi muatan pengaturan perairan pesisir ke
dalam muatan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
setelah mendapatkan Persetujuan Teknis dari Menteri yang
Kompilasi Data menangani di bidang kelauran dan perikanan
Buku Fakta dan Analisis
PERAN Keterlibatan pasif - Permintaaan data & informasi perorangan Keterlibatan aktif masyarakat yang bersifat
MASYARAKAT masyarakat dalam dan/atau kewilayahan dialogis/komunikasi dua arah melalui konsultasi publik*,
menerima - Permintaan masukan, aspirasi, dan opini awal workshop, FGD, seminar, dan lainnya
informasi penataan usulan rencana penataan ruang, dan
ruang - Penjaringan informasi terkait potensi dan Pengajuan usulan, keberatan, & sanggahan masyarakat
masalah penataan ruang terhadap konsep dan Ranperda RTRW Provinsi
Penyusunan 12 bulan
*Jangka waktu penyusunan dan penetapan rencana umum tata ruang paling lama 18 bulan
3
Tata Cara Penyusunan RTRW Kota
TAHAP PENGUMPULAN PERUMUSAN KONSEPSI RTRW PENYUSUNAN
TAHAP PERSIAPAN PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA RANPERDA
DATA DAN INFORMASI KOTA
Kegiatan Persiapan: Metode Pengumpulan Data: Kegiatan: Penyusunan Konsep 1. Penyusunan naskah
1. Analisis potensi dan permasalahan regional dan global Rencana
a. Penyusunan kerangka acuan kerja - Primer (penyebaran angket, forum Rencana akademik
2. Analisis pengaruh muatan kebijakan terhadap kondisi
- Pembentukan tim penyusun diskusi publik, wawancara orang per 2. Penyusunan Ranperda
lingkungan hidup (dilakukan dalam penyusunan KLHS)
- Penyusunan rencana kerja orang, kotak aduan, survey lapangan, 3. Analisis kedudukan dan peran kota dalam wilayah yang Penyusunan alternatif 1. Tujuan, kebijakan, dan
dan lainnya) lebih luas konsep rencana: strategi
b. Penetapan metodologi yang digunakan - Sekunder (studi literatur, peta) 4. Analisis fisik wilayah 1. Rumusan tujuan, 2. Rencana struktur ruang
- Kajian awal data sekunder 5. Analisis sosial kependudukan kebijakan, dan 3. Rencana pola ruang
- Persiapan teknis pelaksanaan 6. Analisis ekonomi wilayah pada waktu jangka perencanaan
strategi 4. Kawasan strategis
- Pemberitaan kepada publik 7. Analisis transportasi dan sistem pergerakan
8. Analisis sarana dan prasarana pengembangan 5. Arahan pemanfaatan
9. Analisis pertanahan yang mencakup analisis terhadap wilayah ruang,
penguasaan tanah dan neraca penatagunaan tanah 2. Konsep 6. Arahan pengendalian
1. Data Primer: 10. Analisis sistem pusat pelayanan pengembangan pemanfaatan ruang Hasil:
a. Aspirasi masyarakat 11. Analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah 1. Naskah akademik
Hasil Kajian Awal
b. Observasi ruangan 12. Analisis pengurangan resiko bencana 2. Ranperda
- Metodologi pendekatan 13. Analisis neraca penatagunaan sumber daya air
- Rencana kerja - Kondisi fisik dan sosial
14. Analisis pemanfaatan ruang darat, udara, dan dalam bumi.
- Perangkat survey data primer dan ekonomi wilayah
data sekunder - Kondisi dan jenis guna lahan,
intensitas ruang, dan Pemilihan
infrastruktur perkotaan Konsep
2. Data Sekunder:
a. Peta dasar dan peta tematik
b. Data dan informasi Hasil
1. Isu strategis Buku Materi Teknis:
2. Potensi dan masalah Perumusan rencana
1. Alternatif konsep
3. Peluang dan tantangan terpilih menjadi
4. Kecenderungan pengembangan dan kesesuaian kebijakan rencana
muatan RTRW
5. Perkiraan kebutuhan pengembangan wilayah 2. Rencana
Kab/Kota
6. Daya dukung dan daya tamping 3. Album Peta
7. Konektivitas antar pusat pertumbuhan
8. Distribusi penduduk
9. Disparitas antar wilayah
PERAN Keterlibatan pasif - Permintaaan data & informasi perorangan Keterlibatan aktif masyarakat yang bersifat
MASYARAKAT masyarakat dalam dan/atau kewilayahan dialogis/komunikasi dua arah melalui konsultasi publik*,
menerima - Permintaan masukan, aspirasi, dan opini awal workshop, FGD, seminar, dan lainnya
informasi penataan usulan rencana penataan ruang, dan
ruang - Penjaringan informasi terkait potensi dan Pengajuan usulan, keberatan, & sanggahan masyarakat
masalah penataan ruang terhadap konsep dan Ranperda RTRW Kab/Kota
Penyusunan 12 bulan
*Jangka waktu penyusunan dan penetapan rencana umum tata ruang paling lama 18 bulan
34