Anda di halaman 1dari 44

MODUL 06

Produk Perencanaan Kota 2:


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)

Disampaikan Oleh
Dr. Ir. Denny Zulkaidi, MUP
Bandung, September 2021
OUTLINE

Pengantar: Rencana Detail Tata Ruang dalam


Peraturan Perundangan

Pengenalanan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)


Kedudukan
Fungsi dan Manfaat
Hubungan antara RTRW kabupaten/Kota, RDTR, RTBL dan
Wilayah Perencanaannya
Kriteria Penyusunan dan Lingkup Wilayah Perencanaan RDTR
Muatan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Tujuan penataan Wilayah Perkotaan
Rencana Struktur Ruang
Rencana pola ruang
Ketentuan pemanfaatan ruang
Peraturan zonasi.

Kaitan RDTR dan Peraturan Zonasi Serta Ketentuan Lainnya


1. PENGANTAR: RENCANA DETAIL TATA RUANG DALAM
PERATURAN PERUNDANGAN

JENIS RTR DALAM UU NO. 26/2007 :

Rencana
Rencana Umum Penetapan Penetapan
Rinci
Nasional RTRWN Peraturan •RTRW Pulau/Kepulauan Peraturan Presiden
Pemerintah •RTR Kaw. Strategis Nasional
Provinsi RTRWP Perda Provinsi •RTR Kaw. Strategis Provinsi Perda Provinsi
Kabupaten RTRW Kabupaten Perda Kabupaten •RDTR Kabupaten Perda Kabupaten
•RTR Kaw. Strategis Kabupaten
Kota RTRW Kota Perda Kota •RDTR Kota Perda Kota
•RTR Kaw. Strategis Kota

3
Pasal 85
1) Prosedur penetapan RDTR kabupaten/kota meliputi:
a. Konsultasi Publik rancangan peraturarr kepala daerah
kabupaten/kota tentang RDTR kabupaten/kota dengan Masyarakat
PP 21_2021 termasuk Dewan Perwakilan Rakyat Dererah kabupaten/kota;
b. penyampaian rancangan peraturan kepala daerah kabupaten/kota
tentang RDTR kabupaten/kota kepada Menteri untuk memperoleh
Pasal 24
persetujuan substansi:
1) Penyusunan rencana rinci tata ruang meliputi:
c. Pembahasan lintas sektor dalam rangka pemberian persetujuan
a. penyusunan RTR pulau/kepulauan;
substansi oleh Menteri bersama kementerian/lembaga, Pemerintah
b. penyusunan RTR KSN;
Daerah provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten/kota, Dewan
c. penyusunan RZ KAW;
Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dan seluruhh Pemangku
d. penyusunan RZ KSNT;
Kepentingan terkait; dan
e. penyusunan RDTR KPN; dan
d. penetapan rancangan peraturan kepala daerah kabupaten/kota
f. penyusunan RDTRkabupaten/kota.
tentang RDTR kabupaten/kota oleh bupati/wali kota sesuai dengan
2) Jangka waktu penyusunan dan penetapan RTR pulau/kepulauan
persetujuan substansi oleh Menteri.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, RTR KSN
2) Pemberian persetujuan substansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, RZ KAW
huruf c terhadap rancangan peraturan kepala daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, RZ KSNT
tentang RDTR kabupaten/kota dapat didelegasikan kepada gubernur.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dan RDTR KPN
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan sejak dimulainya penyusunan RTR
pulau/kepulauan, RTR KSN, RZ KAW, RZ KSNT, atau RDTR KPN yang
dimaksud
3) Jangka waktu penyusunann dan penetapan RDTR kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f paling lama 12 (dua
belas) bulan terhitung sejak dimulainya pelaksanaan pen5rusunan
RDTR kabupaten/kota
KETENTUAN RENCANA DETAIL SEBAGAI RENCANA RINCI TATA RUANG
DALAM UU NO. 26/2007 DAN PP NO. 15/2010:

• Rencana rinci tata ruang disusun sebagai perangkat operasional rencana


umum tata ruang.
• Rencana rinci tata ruang merupakan penjabaran rencana umum tata ruang
yang dapat berupa rencana tata ruang kawasan strategis yang penetapan
kawasannya tercakup di dalam rencana tata ruang wilayah.
• Rencana rinci tata ruang merupakan operasionalisasi rencana umum tata
ruang yang dalam pelaksanaannya tetap memperhatikan aspirasi
masyarakat sehingga muatan rencana masih dapat disempurnakan dengan
tetap mematuhi batasan yang telah diatur dalam rencana rinci dan peraturan
zonasi (Penjelasan Pasal 14 UU PR)
• Rencana rinci tidak diperlukan apabila perencanaan tata ruang yang
mencakup wilayah yang luasnya memungkinkan pengaturan dan penyediaan
peta dengan tingkat ketelitian tinggi.

Hirarki/Sistem guna lahan,


5
Tingkat kedalaman materi
Tingkat kedalaman informasi
Kawasan (RTRW) 🡪 Blok (RDTR) 🡪 Persil (PZ)
Guna Lahan 🡪 Zona/S.Zona 🡪 Ativitas/Keg
• Rencana rinci tata ruang disusun apabila:
a. rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang; dan/atau
b. rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta dalam rencana
umum tata ruang tersebut memerlukan perincian sebelum dioperasionalkan.
• Rencana detail tata ruang kabupaten/kota dijadikan dasar bagi penyusunan peraturan zonasi dan penyusunan
RTBL

7 7
RDTR sebagai penjabaran RTRW kota
• Dalam operasionalisasinya rencana umum tata ruang dijabarkan dalam
rencana rinci tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis
kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dapat
mencakup hingga penetapan blok dan subblok yang dilengkapi peraturan
zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum
tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
• Rencana detail tata ruang merupakan penjabaran dari RTRW pada suatu
kawasan terbatas, ke dalam rencana pengaturan pemanfaatan yang
memiliki dimensi fisik mengikat dan bersifat operasional.
• Rencana detail tata ruang berfungsi sebagai instrumen perwujudan ruang
khususnya sebagai acuan dalam pemberian advise planning dalam
pengaturan bangunan setempat dan rencana tata bangunan dan
lingkungan.
2. PENGENALAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
• RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota
yang dilengkapi peraturan zonasi.
• Sebagai rencana rinci, RDTR mempunyai kedudukan sebagai penjabaran dari RTRW
kabupaten/kota yang perlu dilengkapi dengan acuan yang bersifat lebih detail
sekaligus memuat ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten/kota.
• RDTR yang muatan materinya lengkap, termasuk peraturan zonasi, sebagai salah satu
dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang juga akan menjadi dasar bagi
penyusunan RTBL bagi zona-zona yang pada RDTR ditentukan sebagai zona yang
penanganannya diprioritaskan.
PerMen PU 20/2011
Kedudukan RDTR Kabupaten/Kota
PP No. 15 Tahun 2010:
❑ Setiap RTRW kabupaten/kota harus menetapkan bagian dari wilayah
kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR-nya.

❑ Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR merupakan kawasan perkotaan atau
kawasan strategis kabupaten/kota.

❑ Kawasan strategis kabupaten/kota dapat disusun RDTR apabila merupakan:


• kawasan yang mempunyai ciri perkotaan atau direncanakan menjadi kawasan
perkotaan
• memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR yang ditetapkan dalam
pedoman RDTR.
Hubungan antara RTRW kabupaten/Kota, RDTR, RTBL dan Wilayah
Perencanaannya
Fungsi RDTR Kabupaten/Kota Manfaat RDTR Kabupaten/Kota
1. Kendali mutu pemanfaatan 1. Penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai
ruang wilayah kabupaten/kota kesamaan fungsi dan lingkungan permukiman
dengan karakteristik tertentu;
berdasarkan RTRW
2. Alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian
2. Acuan bagi kegiatan dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik
pemanfaatan ruang yang lebih kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh pemerintah,
rinci dari kegiatan pemanfaatan pemerintah daerah, swasta, dan/atau masyarakat;
ruang yang diatur dalam RTRW 3. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk
3. Acuan bagi kegiatan setiap bagian wilayah sesuai dengan fungsinya di
pengendalian pemanfaatan dalam struktur ruang kabupaten/kota secara
ruang keseluruhan; dan

4. Acuan bagi penerbitan izin 4. Ketentuan bagi penetapan kawasan yang


diprioritaskan untuk disusun program
pemanfaatan ruang pengembangan kawasan dan pengendalian
5. Acuan dalam penyusunan RTBL. pemanfaatan ruangnya pada tingkat BWP atau sub
BWP.
Kriteria Penyusunan RDTR Lingkup Wilayah Perencanaan RDTR
RDTR disusun apabila: Wilayah perencanaan RDTR mencakup:
a. RTRW kabupaten/kota dinilai a. Wilayah administrasi;
belum efektif sebagai acuan b. Kawasan fungsional, bagian wilayah
dalam pelaksanaan pemanfaatan kota/subwilayah kota;
ruang dan pengendalian c. Bagian dari wilayah kabupaten/kota
pemanfaatan ruang karena tingkat yang memiliki ciri perkotaan;
ketelitian petanya belum mencapai d. Kawasan strategis kabupaten/kota
1:5.000; dan/atau yang memiliki ciri kawasan
perkotaan; dan/atau
b. RTRW kabupaten/kota sudah e. Bagian dari wilayah kabupaten /kota
mengamanatkan bagian dari yang berupa kawasan perdesaan
wilayahnya yang perlu disusun dan direncanakan menjadi kawasan
RDTR-nya. perkotaan.
Lingkup Wilayah RDTR berdasarkan
wilayah administrasi kecamatan
dalam wilayah kota

Lingkup Wilayah RDTR berdasarkan


kawasan fungsional seperti bagian
wilayah kota/sub wilayah kota
Lingkup Wilayah RDTR Berdasarkan Bagian
dari Wilayah Kabupaten yang Memiliki Ciri
Perkotaan

Lingkup Wilayah RDTR Berdasarkan


Kawasan Strategis Bagian dari Wilayah
Kabupaten yang Memiliki Ciri Perkotaan
Lingkup Wilayah RDTR berdasarkan berdasarkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang
berupa kawasan perdesaan dan direncanakan menjadi kawasan perkotaan
Masa Berlaku RDTR Kabupaten/Kota
RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau kembali setiap 5
(lima) tahun.

Peninjauan kembali RDTR dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun jika:
a. terjadi perubahan RTRW kabupaten/kota yang mempengaruhi BWP RDTR; atau
b. terjadi dinamika internal kabupaten/kota yang mempengaruhi pemanfaatan ruang
secara mendasar antara lain berkaitan dengan bencana alam skala besar,
perkembangan ekonomi yang signifikan, dan perubahan batas wilayah daerah.
3. MUATAN RDTR
RDTR merupakan perangkat paling rinci yang berkekuatan hukum
peraturan daerah 🡪 Oleh karena itu segala kebutuhan terkait
pengendalian, izin pembangunan harus terjawab oleh dokumen ini.

RDTR merupakan penjabaran dan operasionalisasi Rencana Umum/RTRW,


maka pendetailan dapat didasarkan pada:
Memperinci Substansi dalam Pedoman Penyusunan RTRW (Permen PU
No. 15, 16, 17/PRT/M/2009): Catatan pedoman ini dirancang dengan
memungkinkan substansinya sudah dapat dioperasionalkan.
Memperinci, menjabarkan, mengoperasionalkan substansi yang sudah
ada di RTRW Kabupaten dan Kota.
Muatan RDTR Kabupaten/ Kota Berdasarkan Permenpu 20/PRT/M/2011

1. Tujuan penataan Bagian Wilayah Perkotaan (BWP)


2. Rencana pola ruang
3. Rencana jaringan prasarana
4. Penetapan Sub-BWP yang diprioritaskan penanganannya
5. Ketentuan pemanfaatan ruang
6. Peraturan zonasi.

• Perlu dipertimbangkan adanya muatan STRUKTUR RUANG pada skala yang lebih rinci di setiap wilayah
RDTR
• Struktur ruang pada RDTR mengatur pusat pelayanan di bawah SPK (PL Kecamatan, PL Kelurahan,
pusat RW, pusat RT)
MUATAN RDTR

Perbedaan Muatan RTRW dan RDTR


RTRW Kabupaten/Kota RDTR Kabupaten/Kota
1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi 1. Tujuan penataan BWP
Penataan Ruang Wilayah Kab/Kota
2. Rencana Struktur Ruang Wilayah 2. Rencana pola ruang;
Kota 3. Rencana jaringan prasarana
3. Rencana Pola Ruang Wilayah
Kab/Kota 4. Penetapan Sub BWP yang
4. Penetapan Kawasan Strategis diprioritaskan penanganannya;
Kab/kota
5. Ketentuan pemanfaatan ruang
5. Arahan Pemanfaatan Ruang
Wilayah Kab/Kota 6. Peraturan zonasi.
6. Ketentuan Pengendalian Wilayah
Kab/Kota
Muatan RDTR dan
PZ

21
No Muatan RTRW Kota/Kabupaten Muatan RDTR
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan Tujuan (tanpa Jakstra)
2. Rencana struktur ruang Sistem Jaringan (tanpa sistem
pusat-pusat kegiatan)
3. Rencana pola ruang Rencana Pola Ruang
4. Penetapan kawasan strategis Penetapan Sub BWK yang Diprioritaskan
Penangannya
5. Arahan pemanfaatan ruang Ketentuan Pemanfaatan Ruang
6. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang (Perizinan, Insentif-disinsentif, Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum PZ dan Sanksi)
7. Lainnya (khusus kota):
Rencana penyediaan dan pemanfaatan RTH;
Rencana penyediaan dan pemanfaatan RTNH;
Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan
sektor informal, dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai
pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.
Tingkat Kerincian Rencana STRUKTUR RUANG
RTRW Kota RDTR
Rencana Struktur Ruang Rencana Jaringan Prasarana
Pusat pelayanan di wilayah kota
• pusat pelayanan kota 1. Rencana pengembangan jaringan pergerakan
• subpusat pelayanan kota, 2. Rencana pengembangan jaringan
• pusat lingkungan energi/kelistrikan
Rencana sistem prasarana utama Jaringan transportasi 3. Rencana pengembangan jaringan
(Transportasi darat, Transportasi laut, Transportasi udara)
telekomunikasi
Rencana sistem prasarana lainnya 4. Rencana pengembangan jaringan air minum
• Rencana pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan 5. Rencana pengembangan jaringan drainase
• Rencana sistem jaringan telekomunikasi 6. Rencana pengembangan jaringan air limbah
• Rencana sistem jaringan sumber daya air kota 7. Rencana pengembangan prasarana lainnya
• Infrastruktur perkotaan:
• Prasarana penyediaan air minum kota
• Pengelolaan air limbah
• Sistem persampahan,
• Sistem drainase kota
Tidak dicantumkan pusat pelayanan di BWP
• Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan
pejalan kaki, dan jalur evakuasi bencana.
Struktur ruang perlu dilengkapi pada tingkat BWP sebagai dasar
penyusunan pola ruang RDTRK

24
24
Standar Pelayanan (jiwa)
Pusat Pelayanan
Jumlah penduduk WIlayah

Pusat Pelayanan Kota 1.000.000 Kota


Subpusat Pelayanan Kota 480.000 BWP-
120.000 Kecamatan
30.000 Kelurahan
Pusat Lingkungan
2500 RW
250 RT

Standar perlu dimodifikasi untuk kota sedang (< 500.000 pdd)


Contoh Pusat Layanan pada jenjang Neighborhood Unit

26 Page 26
■ Neighborhood concept

27
27
Neighborhood concept

28
28
Tingkat Kerincian Rencana POLA RUANG (1)
RTRW Kota: Kawasan Lindung RDTR: Zona Lindung
1. Kawasan hutan lindung 1. zona hutan lindung;
2. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap 2. zona yang memberikan perlindungan
kawasan bawahannya (kawasan bergambut dan kawasan terhadap zona di bawahnya (zona
resapan air) bergambut dan zona resapan air)
3. kawasan perlindungan setempat (sempadan pantai, 3. zona perlindungan setempat (sempadan
sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, pantai, sempadan sungai, zona sekitar
kawasan sekitar mata air) danau, waduk, dan zona sekitar mata air)
4. ruang terbuka hijau (taman RT, taman RW, taman kota dan 4. zona RTH kota (taman RT, taman RW,
permakaman; kawasan suaka alam dan cagar budaya) taman kota dan pemakaman)
5. kawasan rawan bencana alam (kawasan rawan tanah 5. zona suaka alam dan cagar budaya;
longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan
rawan banjir) 6. zona rawan bencana alam (zona rawan
6. kawasan lindung lainnya.
tanah longsor, zona rawan gelombang
pasang, dan zona rawan banjir)
7. zona lindung lainnya.
RTRW Kota: Kawasan budidaya
RDTR : Zona Budidaya
1. kawasan perumahan (perumahan dengan kepadatan tinggi, 1. zona perumahan, yang dapat dirinci ke dalam perumahan
perumahan dengan kepadatan sedang, dan perumahan dengan dengan kepadatan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan
kepadatan rendah; sangat rendah
2. kawasan perdagangan dan jasa (pasar tradisional, pusat perbelanjaan 2. zona perdagangan dan jasa (perdagangan jasa deret dan
perdagangan jasa tunggal), bila diperlukan dapat dirinci
dan toko modern) lebih lanjut ke dalam lokasi PKL, pasar tradisional, pasar
3. kawasan perkantoran (perkantoran pemerintahan dan perkantoran modern, pusat perbelanjaan, dsb.
swasta) 3. zona perkantoran (perkantoran pemerintah dan
perkantoran swasta)
4. kawasan industri (industri rumah tangga/kecil dan industri ringan;
4. zona sarana pelayanan umum (pendidikan, transportasi,
5. kawasan pariwisata (pariwisata budaya, pariwisata alam, dan kesehatan, olahraga, sosial budaya, dan peribadatan)
pariwisata buatan
5. zona industri (industri kimia dasar, industri mesin dan logam
6. kawasan ruang terbuka non hijau dasar, industri kecil, dan aneka industri)
7. kawasan ruang evakuasi bencana (ruang terbuka atau ruang-ruang 6. zona khusus (zona untuk keperluan pertahanan dan
lainnya yang dapat berubah fungsi menjadi melting point ketika keamanan, Instalasi Pengolahan Air, Tempat Pemrosesan
bencana terjadi Akhir, dan zona khusus lainnya)
7. zona lainnya (pertanian, pertambangan, dan pariwisata)
8. kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal
8. zona campuran, yaitu zona budidaya dengan beberapa
9. kawasan peruntukan lainnya (pertanian, pertambangan, pelayanan peruntukan fungsi dan/atau bersifat terpadu (perumahan
umum, pendidikan, kesehatan, peribadatan, serta keamanan dan dan perdagangan/jasa, perumahan, perdagangan/jasa dan
keselamatan, militer, dll) perkantoran).
Tingkat Kerincian Rencana STRUKTUR RUANG
RTRW Kota RDTR
Rencana Struktur Ruang Rencana Jaringan Prasarana
Pusat pelayanan di wilayah kota
• pusat pelayanan kota
• subpusat pelayanan kota,
1. Rencana pengembangan jaringan pergerakan
• pusat lingkungan 2. Rencana pengembangan jaringan
Rencana sistem prasarana utama Jaringan transportasi energi/kelistrikan
(Transportasi darat, Transportasi laut, Transportasi udara) 3. Rencana pengembangan jaringan
Rencana sistem prasarana lainnya telekomunikasi
• Rencana pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan 4. Rencana pengembangan jaringan air minum
• Rencana sistem jaringan telekomunikasi
5. Rencana pengembangan jaringan drainase
• Rencana sistem jaringan sumber daya air kota
• Infrastruktur perkotaan: 6. Rencana pengembangan jaringan air limbah


Prasarana penyediaan air minum kota
Pengelolaan air limbah
7. Rencana pengembangan prasarana lainnya
• Sistem persampahan,
• Sistem drainase kota
• Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki, dan
jalur evakuasi bencana.
CONTOH:
RDTR SWK TEGALLEGA
(RENCANA POLA RUANG)
Tingkat Kerincian
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

Arahan pemanfaatan ruang Program perwujudan rencana pola ruang

• Perwujudan rencana struktur wilayah kota: • Perwujudan zona lindung pada


• perwujudan pusat pelayanan kegiatan kota; BWP (termasuk RTH)
• perwujudan sistem jaringan prasarana kota,
• Perwujudan zona budi daya pada
• Perwujudan rencana pola ruang wilayah BWP:
kota:
• perwujudan penyediaan fasilitas
• perwujudan kawasan lindung; sosial dan fasilitas umum di BWP;
• perwujudan kawasan budi daya.
• perwujudan ketentuan pemanfaatan
• Perwujudan kawasan-kawasan strategis ruang untuk setiap jenis pola ruang;
kota. • perwujudan intensitas pemanfaatan
ruang blok
• perwujudan tata bangunan.
4. Kaitan RDTR dan Peraturan Zonasi serta
Ketentuan Lainnya
• RDTR Kabupaten/Kota sebagai rencana rinci, merupakan penjabaran lebih lanjut dari RTRW
Kabupaten/Kota sehingga muatannya mempunyai tingkat kedalaman materi lebih rinci atau skala
ketelitian peta lebih besar .
🡪 RDTR menjadi lebih operasional sesuai dengan fungsinya.
• Fungsi RDTR sebagai acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan
ruang yang diatur dalam RTRW Kab/Kota.
• RDTR dilengkapi dengan peraturan zonasi.:
• Dalam sistem penataan ruang, peraturan zonasi merupakan salah satu perangkat pengendalian pemanfaatan
ruang.
• Substansi peraturan zonasi, dalam berbagai tingkat pengaturan yang berbeda menjadi bagian dari muatan
dalam dalam RTRWN, RTRWP dan RTRW Kabupaten/Kota.
TERIMA KASIH
September 2021

Sumber Materi:
RM Petrus Natalivan Indradjati
Denny Zulkaidi

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota


Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung

Gedung Sugijanto Soegijoko


Jl. Ganesha 10 Bandung 40132
Tel. 022-2504735, 2509171
Fax. 022-2501263
E-mail: natalivan@pl.itb.ac.id

Anda mungkin juga menyukai