Anda di halaman 1dari 33

Penyusunan

Rencana Detail Tata Ruang

Disampaikan Oleh:
Deliana, ST., MSi.

dalam Acara:
Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan
Bidang Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Tengah

Palangkaraya, 28 Mei 2013

DIREKTORAT PEMBINAAN PENATAAN RUANG DAERAH WILAYAH II


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
SISTEMATIKA PAPARAN

1. PENDAHULUAN
2. TUJUAN PENATAAN BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN
3. RENCANA POLA RUANG
4. RENCANA JARINGAN PRASARANA
5. PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN
PENANGANANNYA
6. KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
7. PERATURAN ZONASI
8. PENUTUP

2
1 PENDAHULUAN

3
1 PENDAHULUAN

Vancouver, kota
ternyaman di
Jogjakarta, kota ternyaman di dunia
Indonesia (MLCI)

4
1A KETENTUAN PENYUSUNAN RDTR DAN PZ

sal 14
R Pa Rencana rinci tata ruang kabupaten/kota
UUP RDTR dan PZ disusun bila: merupakan penjabaran atau bentuk
operasionalisasi RTRW kabupaten/
kota dalam mewujudkan penataan ruang
1 Tidak/belum bisa dijadikan wilayah kabupaten/kota, dapat berupa:
dasar dalam pelaksanaan - Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
pemanfaatan ruang dan kabupaten/kota; dan
pengendalian pemanfaatan - Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
ruang karena tingkat kabupaten/kota.
ketelitian petanya belum
1:5000

RDTR dan PZ
gabung
Telah mengamanatkan
RTRW 2. penyusunan RDTR
untuk bagian dari
wilayahnya

Telah memiliki
kedalaman RDTR PZ saja
(1:5000)

5
1B KEDUDUKAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI

PENATAAN BANGUNAN DAN


PENATAAN RUANG LINGKUNGAN

RENCANA RENCANA UMUM RENCANA RINCI RENCANA TATA


PEMBANGUNAN TATA RUANG TATA RUANG BANGUNAN DAN
LINGKUNGAN

RPJP Nasional RTRW Nasional RTR Pulau


RTR Kaw. Strategis
Nasional
RPJM Nasional

RPJP Provinsi RTRW Provinsi RTR Kaw. Strategis Rencana Tata Bangunan
Provinsi dan Lingkungan
RPJM Provinsi Perbaikan Kawasan
RDTR Kabupaten Pengembangan Kembali
RPJP RTRW Kabupaten RTR Kaw. Strategis Kawasan
Kabupaten/Kota Kabupaten Pembangunan Baru
Kawasan
RPJM RTRW Kota RDTR Kota Pelestarian/pelindungan
Kabupaten/Kota RTR Kaw. Strategis Kota Kawasan

Peraturan Zonasi
6
1C FUNGSI DAN MANFAAT RDTR DAN PERATURAN ZONASI

MANFAAT
FUNGSI • Arahan lokasi berbagai kegiatan yang
mempunyai kesamaan fungsi;
• Kendali mutu pemanfaatan ruang • Alat operasionalisasi dalam sistem
wilayah kabupaten/kota berdasarkan pengendalian dan pengawasan
RTRW; pelaksanaan pembangunan fisik
• Acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang kabupaten/kota;
yang lebih rinci dari kegiatan • Ketentuan intensitas pemanfaatan
pemanfaatan ruang yang diamanatkan ruang untuk setiap bagian-bagian
dalam RTRW; wilayah sesuai dengan fungsinya; dan
• Acuan bagi kegiatan pengendalian • Ketentuan bagi penetapan kawasan
pemanfaatan ruang; yang diprioritaskan untuk disusun
• Acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan program penanganan dan
ruang; pengembangan kawasan
dan lingkungan, seperti RTBL atau
• Acuan dalam penyusunan Rencana Tata
rencana lain yang sejenis.
Bangunan dan Lingkungan.

7
1D FILOSOFI PERENCANAAN

Sosial-politik
Hankam

Kehutanan

Geologi tata
lingk.
Pertanian

Transportasi

Kelembagaan

Urban design

Arsitektur
Sosial-Budaya
8
1E LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN RDTR DAN PZ

1 2

Wilayah Administrasi; Kaw. Fungsional. BWK/Sub Wilayah Kota;

3 4 5

Kawasan Strategis Bagian dari Wilayah Kab/Kota yang


Bagian dari Wilayah Kabupaten
Kab./Kota yang memiliki ciri berupa kawasan perdesaan dan
yang memiliki ciri perkotaan; direncanakan menjadi kaw perkotaan
kawasan perkotaan;
9
1F HUBUNGAN ANTARA RTRW KAB./KOTA, RDTR, & RTBL

Hubungan antara
RTRW Kab./Kota,
RDTR, dan RTBL
serta Wilayah
Perencanaannya

10
1G MUATAN MATERI TEKNIS RDTR DAN PZ
I. PENDAHULUAN VIII. PERATURAN ZONASI

II. KETENTUAN UMUM 8.1. Text Zonasi (Zoning Text)

III. TUJUAN PENATAAN BWP 8.1.1. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan

IV. RENCANA POLA RUANG 8.1.2. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

4.1. Zona Lindung 8.1.3. Ketentuan Tata Bangunan

4.2. Zona Budidaya 8.1.4. Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal

V. RENCANA JARINGAN PRASARANA 8.1.5. Ketentuan Pelaksanaan

5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan 8.2. Materi Opsional


5.2. Rencana Pengembangan Jaringan
Energi/Kelistrikan 8.2.1. Ketentuan Tambahan

5.3. Rencana Pengembangan JaringanTelekomunikasi 8.2.2. Ketentuan Khusus

5.4. Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum 8.2.3. Ketentuan Standar Teknis

5.5. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase 8.2.4. Ketentuan Pengaturan Zonasi

5.6. Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah

5.5. Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya


VI. PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN
PENANGANANNYA
VII. KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG 11
2 TUJUAN PENATAAN BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN
Tujuan BWP RDTR dirumuskan
Tujuan BWP berdasarkan:
a. Keseimbangan dan keserasian antar
RDTR: merupakan bagian dari wil Kab/Kota,
nilai dan/atau kualitas b. Fungsi dan Peran BWP,
terukur yang akan c. Potensi Investasi,
dicapai sesuai dengan
arahan pencapaian d. Kondisi Sosial dan Lingkungan BWP,
sebagaimana e. Peran Masyarakat
ditetapkan di dalam dalam pembangunan,
f. Prinsip-prinsip yang merupakan
RTRW dan alasannya penjabaran dari tujuan

con
toh
Mewujudkan kawasan Kawasan Perkotaan “X” sebagai embrio
kawasan strategis pertumbuhan ekonomi serta sebagai ikon kota “X”.

Prinsip penataan ruang BWP:


1. tersedianya aksesibilitas internal dan eksternal yang baik;
2. tersedianya jaringan prasarana dan sarana yang memadai untuk terwujudnya kawasan atau kegiatan
perdagangan dan jasa berskala internasional;
3. tersedianya fungsi-fungsi ekologis yang cukup dan ruang terbuka hijau yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
4. tersedianya peraturan zonasi yang operasional dan sesuai dengan karakteristik BWP.
12
3 RENCANA POLA RUANG
Rencana Pola Ruang dalam RDTR merupakan rencana distribusi subzona peruntukan yang
antara lain meliputi zona lindung dan zona budidaya ke dalam blok-blok.
Rencana pola ruang dimuat dalam peta, sebagai zoning map bagi peraturan zonasi .

Fungsi:
a. alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi,
serta kegiatan pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP;
b. dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang;
c. dasar penyusunan RTBL; dan
d. dasar penyusunan rencana jaringan prasarana

Rencana pola ruang dirumuskan berdasarkan:


e. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dalam BWP;
f. perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan
sosial ekonomi dan pelestarian fungsi lingkungan.

Rencana pola ruang dirumuskan dengan kriteria:


g. mengacu pada rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW;
h. memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah yang berbatasan;
i. memperhatikan mitigasi dan adaptasi bencana pada BWP, termasuk dampak perubahan iklim;
j. menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi
masyarakat.
13
3A DELINIASI BWP DAN SUB BWP

Rencana pola ruang pada RDTR


merupakan penurunan dari rencana pola
ruang di RTRW yang didelineasi menjadi
BWP-BWP yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan:

a) morfologi wilayah perencanaan


b) keserasian dan keterpaduan fungsi
wilayah perencanaan
c) jangkauan dan batasan pelayanan
untuk keseluruhan wilayah
perencanaan kota yang
memperhatikan rencana struktur
ruang RTRW.

Rencana pola ruang dihasilkan dari


pertampalan peta-peta yang didelineasi
berdasarkan:
FISIK : - Bagian Wilayah Perkotaan
(BWP)
- Sub BWP
- Blok
FUNGSI: - Zona
- Sub Zona
14
3A DELINIASI BWP DAN SUB BWP

Ilustrasi Pembagian BWP ke dalam Ilustrasi Pembagian Sub Zona di dalam Blok
Sub BWP hingga Blok dan Subblok pada satu Sub BWP

15
3A DELINIASI BWP DAN SUB BWP

DELINEASI FISIK DELINEASI FUNGSI

Ilustrasi blok pada Sub BWP Ilustrasi sub zona pada Sub BWP

- Suatu blok (fisik) dapat terdiri dari satu atau lebih sub zona (fungsi)

- Apabila BWP terlalu luas untuk digambarkan kedalam satu peta berskala 1:5000, peta
rencana pola dapat digambarkan lagi ke dalam beberapa lembar peta
16
3B ZONA LINDUNG DAN ZONA BUDI DAYA
Zona Lindung Zona Budidaya
1) zona hutan lindung; 1) Zona perumahan:
2) zona yang memberikan perlindungan - kepadatan sangat tinggi,
thd zona di bawahnya: - kepadatan tinggi,
- zona bergambut; - kepadatan sedang,
- zona resapan air; - kepadatan rendah, dan
3) zona perlindungan setempat: - kepadatan sangat rendah;
- sempadan pantai; Bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam rumah
- sempadan sungai; susun, rumah kopel, rumah deret, rumah tunggal, rumah
- zona sekitar danau atau waduk; dan taman, dan sebagainya);
- zona sekitar mata air; 2) Zona perdagangan dan jasa:
4) zona RTH kota: - perdagangan jasa deret , dan
- taman RT; - perdagangan jasa tunggal
- taman RW; Bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam PKL, pasar
- taman kota; dan tradisional, pasar modern, pusat perbelanjaan, dsb;
- pemakaman; 3) Zona perkantoran:
5) zona suaka alam dan cagar budaya; - perkantoran pemerintah, dan
6) zona rawan bencana alam: - perkantoran swasta;
- zona rawan tanah longsor; 4) Zona sarana pelayanan umum:
- zona rawan gelombang pasang; dan - sarana pelayanan umum pendidikan,
- zona rawan banjir; - sarana pelayanan umum transportasi,
7) zona lindung lainnya. - sarana pelayanan umum kesehatan,
- sarana pelayanan umum olahraga,
- sarana pelayanan umum sosial budaya, dan
- sarana pelayanan umum peribadatan; 17
17
3B ZONA LINDUNG DAN ZONA BUDI DAYA
Zona Budidaya….Lanjutan
5) Zona industri:
- industri kimia dasar,
- industri mesin dan logam dasar,
- industri kecil, dan
- aneka industri;
6) Zona khusus, yang berada di kawasan perkotaan
dan tidak termasuk zona 1 s/d 5:
- zona untuk keperluan pertahanan dan
keamanan,
- zona Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL),
- zona Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dan
- zona khusus lainnya;
7) Zona lainnya, yang tidak selalu ada di kawasan
perkotaan:
- zona pertanian,
- zona pertambangan, dan
- zona pariwisata; dan
8) Zona campuran, yaitu zona budidaya dengan
beberapa peruntukan fungsi dan/atau bersifat
terpadu:
- perumahan dan perdagangan/jasa,
- perumahan, perdagangan/jasa dan perkantoran.
18
3C CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG
Dalam RTRW Dalam RDTR

Rencana pola ruang RDTR digambarkan kedalam peta BWP yang terdiri atas Sub BWP. Bagian Wilayah
Zona yang terdapat pada wilayah perencanaan RDTR HARUS TETAP SESUAI DOMINASI KAWASAN Perkotaan (BWP)

PADA RENCANA POLA RUANG RTRW meskipun terdapat zona-zona lainnya selain zona dominasi Sub BWP
tersebut.

Pendetailan ke SKALA 1:5000 MENUNJUKKAN BAHWA DI DALAM ZONA YANG MENDOMINASI


19
4 RENCANA JARINGAN PRASARANA
a. Rencana Pengembangan
Jaringan Pergerakan
b. Rencana Pengembangan
Jaringan
Energi/kelistrikan
c Rencana Pengembangan
Jaringan
Telekomunikasi
d. Rencana Pengembangan
Jaringan Air Minum
e. Rencana Pengembangan
Jaringan Drainase
f. Rencana Pengembangan
Jaringan Air Limbah
g. Penyediaan Prasarana
20
Lainnya
4A RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN PERGERAKAN

1. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan:


- Jaringan jalan arteri primer dan sekunder;
- jaringan jalan kolektor primer dan
sekunder;
- jaringan jalan lokal primer dan sekunder;
- jaringan jalan lingkungan sekunder;
- jaringan jalan lainnya yang meliputi :
jalan masuk dan keluar terminal, jaringan
jalan moda transportasi umum, jalan
masuk dan keluar parkir
2. Jalur kereta api termasuk kereta bawah Peta Ilustrasi
tanah,monorail,dan stasiun (jika ada); Rencana Jaringan
3. Jalur pelayaran untuk kegiatan angkutan Jalan
sungai, danau,penyeberangan, dan
pelabuhan/dermaga pada wilayah
perencanaan (jika ada);
4. Jalur pejalan kaki/sepeda (jika ada).

21
4B RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN ENERGI/KELISTRIKAN

1. Jaringan subtransmisi berfungsi


menyalurkan daya listrik dari sumber
daya besar (pembangkit) menuju
jaringan distribusi primer (gardu induk)
(jika ada);
2. Jaringan distribusi primer berfungsi
menyalurkan daya listrik dari jaringan
subtransmisi menuju jaringan distribusi
sekunder, infrastruktur pendukung pada
jaringan distribusi primer meliputi :
gardu induk dan gardu hubung;
3. Jaringan distribusi sekunder berfungsi
untuk menyalurkan/menghubungkan
daya listrik tegangan rendah ke
Peta Ilustrasi
konsumen, infrastruktur pendukung Rencana Jaringan
jaringan distribusi sekunder adalah Energi/Kelistrikan
gardu distribusi;
4. Penjabaran jaringan pipa minyak dan
gas bumi, di wilayah perencanaan (jika
ada);

22
4C RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI DAN AIR MINUM
JARINGAN AIR
JARINGAN MINUM
TELEKOMUNIKASI 1. sistem penyediaan air minum
1. Rencana pengembangan infrastruktur wilayah kabupaten/kota
dasar telekomunikasi berupa lokasi mencakup sistem jaringan
pusat automatisasi sambungan telepon; perpipaan dan bukan jaringan
2. Kebutuhan penyediaan jaringan perpipaan;
telekomunikasi telepon kabel (dari 2. bangunan pengambil air baku;
jaringan kabel primer hingga jaringan 3. seluruh pipa transmisi air
kabel sekunder), termasuk penyediaan: baku dan instalasi produksi;
i. stasiun telepon otomat; 4. seluruh pipa unit distribusi
ii. rumah kabel; hingga persil;
iii. kotak pembagi; 5. seluruh bangunan penunjang
3. Kebutuhan penyediaan telekomunikasi dan bangunan pelengkap; dan
telepon selular, termasuk penyediaan 6. bak penampung.
infrastruktur telepon nirkabel berupa
lokasi menara telekomunikasi termasuk
menara Base Transceiver Station (BTS)
4. Rencana sistem televisi kabel seperti
stasiun transmisi dan jaringan kabel
distribusi;
5. Rencana peningkatan pelayanan
jaringan telekomunikasi 23
4D RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN DRAINASE

Terdiri atas:
1. sistem jaringan drainase untuk
mencegah genangan di BWP
2. rencana kebutuhan sistem
jaringan drainase, terdiri atas:
rencana jaringan primer,
sekunder, tersier, dan
lingkungan di BWP; dan
3. Jika kondisi topografi di wilayah
perencanaan berpotensi
genangan maka perlu dibuat: Peta Ilustrasi
i. kolam retensi Rencana Jaringan
ii. sistem pemompaan Drainase
iii. pintu air

24
4E RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN AIR LIMBAH

Sistem pembuangan air limbah


terpusat,terdiri atas:
1. seluruh saluran pembuangan
2. bangunan pengolahan air
limbah
 
Sistem pembuangan air limbah
setempat, terdiri atas:
3. bak septik (septic tank)
4. PLT (instalasi pengolahan
lumpur tinja)

Peta Ilustrasi
Rencana Jaringan
Limbah
25
5 PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA

Tujuan penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penetapannya adalah untuk


mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan dan/atau melaksanakan revitalisasi di kawasan yang
bersangkutan yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP
lainnya.
Fungsi:
a. Sebagai dasar penyusunan RTBL
dan rencana teknis pembangunan
sektoral;
b. Sebagai dasar pertimbangan dalam
penyusunan indikasi program
prioritas RDTR.
Ditetapkan berdasarkan:
c. Tujuan penataan BWP;
d. Nilai penting Sub BWP yang akan
ditetapkan;
e. Kondisi ekonomi, sosial budaya, dan
lingkungan Sub BWP yang akan
ditetapkan;
f. Daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup BWP; dan Ilustrasi Kawasan Koridor Utama
g. Ketentuan peraturan perundang- BWP
undangan terkait   26
5 PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA

Minimum harus memuat:


a. Lokasi: digambarkan dalam peta, dapat meliputi seluruh wilayah Sub BWP
atau sebagian wilayah Sub BWP dengan mempertimbangkan:
- batas fisik, seperti blok dan subblok;
- fungsi kawasan, seperti zona dan subszona;
- wilayah administratif, seperti RT, RW, desa/kelurahan, dan kecamatan
- batas kultural tradisional , kesatuan karakteristik tematik, jenis kawasan
b. Tema penanganan:
- perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contoh: penataan
lingkungan kumuh,
perbaikan kampung;
- pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contoh:
peremajaan
kawasan, pengembangan kawasan terpadu, rehabilitasi & rekonstruksi pasca
bencana;
- pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contoh:
pembangunan
kawasan permukiman (Kasiba, Lisiba), kawasan terpadu, kawasan
perbatasan;
- pelestarian/perlindungan blok/kawasan, contoh: pelestarian kawasan,
konservasi 27
kawasan, dan revitalisasi kawasan
6 KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG

Merupakan upaya mewujudkan RDTR dalam bentuk program pengembangan BWP dalam jangka
waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan.

Fungsi:
a. dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman investasi pengembangan BWP;
b. arahan untuk sektor dalam penyusunan program;
c. dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan dan penyusunan
program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima) tahun; dan
d. acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.

Meliputi:
e. Program Pemanfaatan Ruang Prioritas:
- program perwujudan rencana pola ruang di BWP
- program perwujudan rencana prasarana di BWP
- program perwujudan penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
- program perwujudan ketahanan terhadap perubahan iklim, atau disesuaikan dengan
kebutuhannya
f. Lokasi
g. Besaran
h. Sumber Pendanaan
i. Instansi Pelaksana
j. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan: 20 tahun
28
6 KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG

29
7A MATERI WAJIB PERATURAN ZONASI

2 4
1 Ketentuan prasarana dan
Ketentuan intensitas pemanfaatan sarana minimum
Ketentuan kegiatan dan ruang
penggunaan lahan
- rencana pasarana parkir
- KDB maksimum
- Klasifikasi ITBX - bongkar muat
- KLB maksimum
- Ketinggian Bangunan Maksimum
- dimensi jaringan jalan
- KDH Minimum - kelengkapan jalan
3 - Kelengkapan prasarana
Ketentuan tata massa lainnya
bangunan minimum
5
- tinggi bangunan maksimum Ketentuan pelaksanaan
atau minimum
- jarak garis sempadan
bangunan minimum, ­ ketentuan variansi
- bebas antar bangunan pemanfaatan ruang
minimum ­ ketentuan insentif/disinsentif
- tampilan bangunan ­ ketentuan penggunaan lahan
(optional) yang tidak sesuai
MATERI WAJIB PZ
30
7B MATERI OPTIONAL PERATURAN ZONASI
1 2
Ketentuan Tambahan Ketentuan Khusus

Ketentuan lain yang dapat Ketentuan yang mengatur


ditambahkan pada suatu zonasi pemanfaatan zona yang
dan belum terakomodasi dalam memiliki fungsi khusus dan
aturan dasar yang ditujukan diberlakukan ketentuan khusus
untuk melengkapi aturan dasar sesuai dengan karakteristik
yang sudah disusun B zona dan kegiatannya

4 3
Ketentuan Pengaturan Zonasi Standar Teknis

Aturan-aturan teknis
Varian dari zonasi konvensional
pembangunan yang ditetapkan
yang dikembangkan untuk
MATERI OPTIONAL berdasarkan
memberikan keluwesan dalam
peraturan/standar/ketentuan teknis
penerapan aturan zonasi PZ yang berlaku

31
8 PENUTUP

Menurut UU 26/2007, Peraturan Zonasi (PZ) adalah bagian dari materi


muatan RDTR (Pengendalian Pemanfaatan Ruang)

RDTR pada dasarnya merupakan jenjang perencanaan detail


yang berisikan peruntukan ruang beserta dengan rencana intensitas
pemanfaatan ruang, rencana tata masa bangunan dan alokasi prasarana
pendukungnya

Secara teoritis PZ terdiri dari Zoning Map yang merupakan peta


pembagian zona peruntukan dan Zoning Text yang berisikan aturan
pemanfaatan ruang untuk setiap zona peruntukan

PP 15/2010 pasal 158 ayat (4) mengamanatkan bahwa PZ


dapat disusun dan diperdakan secara terpisah dari RDTR, oleh
karenanya:

– RDTR dapat disusun sampai dengan penetapan Sub BWP yang


diprioritaskan penanganannya
– PZ lebih merupakan Zoning Text dan berisi aturan pemanfaatan untuk32
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai