Anda di halaman 1dari 103

BAB III Penyusunan Materi Teknis

RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

KAJIAN KEBIJAKAN

Kementerian Agraria & Tata Ruang Direktorat Jenderal Tata Ruang


/Badan Pertanahan Nasioinal Direktorat Perencanaan Tata Ruang

3.1. Peraturan Perundangan

3.1.1. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang


Lahirnya Undang-undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
menggantikan Undang-undang No. 24 tahun 1992 memberikan warna baru
dalam dunia perencanaan di Indonesia. Terdapat beberapa perubahan
yang signifikan, khususnya terhadap substansi dokumen rencana tata ruang
baik pada tingkat Nasional (RTRWN), Provinsi (RTRWP), Kabupaten/ Kota
(RTRWK), dan RDTR Kota. Ketentuan tentang substansi rencana tata
ruang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1. Produk, Substansi, dan Jangka Waktu Penetapan Rencana Tata Ruang
dari Berbagai Tingkatan Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007
RTRW NASIONAL RTRW PROV RTRW KAB RDTR KOTA

ACUAN ▪ Rencana Tata Ruang ▪ Rencana Tata ▪ RTRW Kabupaten


Wilayah Nasional; Ruang Wilayah ▪ pedoman dan
▪ pedoman bidang Nasional dan petunjuk pelaksanaan
penataan ruang; dan rencana tata ruang bidang penataan
▪ rencana wilayah provinsi; ruang; dan
pembangunan jangka ▪ pedoman dan ▪ rencana
panjang daerah. petunjuk pembangunan jangka
pelaksanaan bidang panjang daerah.
penataan ruang; dan
▪ rencana
pembangunan
jangka panjang
daerah.
SUBSTANSI ▪ tujuan, kebijakan, ▪ tujuan, kebijakan, dan ▪ tujuan, kebijakan, dan 1. Tujuan pengembangan
dan strategi strategi penataan ruang strategi penataan kawasan fungsional
penataan ruang wilayah provinsi; ruang wilayah perkotaan;
wilayah nasional; ▪ rencana struktur ruang kabupaten; 2. Rencana struktur dan
▪ rencana struktur wilayah provinsi yang ▪ rencana struktur ruang pola pemanfaatan
ruang wilayah meliputi sistem wilayah kabupaten ruang Kawasan
KAJIAN KEBIJAKAN

nasional yang perkotaan dalam yang meliputi sistem Perkotaan, meliputi:


meliputi sistem wilayahnya yang perkotaan di a. Struktur
perkotaan nasional berkaitan dengan wilayahnya yang pemanfaatan ruang,
yang terkait dengan kawasan perdesaan terkait dengan yang meliputi
kawasan perdesaan dalam wilayah kawasan perdesaan distribusi penduduk,
dalam wilayah pelayanannya dan dan sistem jaringan

Buku
Fakta & Analisa III-1
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

RTRW NASIONAL RTRW PROV RTRW KAB RDTR KOTA

pelayanannya dan sistem jaringan prasarana wilayah struktur pelayanan


sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten; kegiatan kawasan
prasarana utama; provinsi; ▪ rencana pola ruang perkotaan, sistem
▪ rencana pola ruang ▪ rencana pola ruang wilayah kabupaten jaringan
wilayah nasional wilayah provinsi yang yang meliputi kawasan pergerakan, sistem
yang meliputi meliputi kawasan lindung kabupaten dan jaringan
kawasan lindung lindung dan kawasan kawasan budi daya telekomunikasi,
nasional dan budi daya yang memiliki kabupaten; sistem jaringan
kawasan budi daya nilai strategis provinsi; ▪ penetapan kawasan energi, dan sistem
yang memiliki nilai ▪ penetapan kawasan strategis kabupaten; prasarana
strategis nasional; strategis provinsi; ▪ arahan pemanfaatan pengelolaan
▪ penetapan kawasan ▪ arahan pemanfaatan ruang wilayah lingkungan
strategis nasional; ruang wilayah provinsi kabupaten yang berisi b. Pola pemanfaatan
▪ arahan pemanfaatan yang berisi indikasi indikasi program ruang, yang meliputi
ruang yang berisi program utama jangka utama jangka pengembangan
indikasi program menengah lima menengah lima kawasan fungsional
utama jangka tahunan; dan tahunan; (kawasan
menengah lima ▪ arahan pengendalian dan,ketentuan pemukiman,
tahunan; dan pemanfaatan ruang pengendalian perdagangan, jasa,
▪ arahan wilayah provinsi yang pemanfaatan ruang pemerintahan,
pengendalian berisi indikasi arahan wilayah kabupaten pariwisata,
pemanfaatan ruang peraturan zonasi sistem yang berisi ketentuan perindustrian) dalam
wilayah nasional provinsi, arahan umum peraturan blok-blok
yang berisi indikasi perizinan, arahan zonasi, ketentuan peruntukan.
arahan peraturan insentif dan disinsentif, perizinan, ketentuan 3. Pedoman pelaksanaan
zonasi sistem serta arahan sanksi. insentif dan disinsentif, pembangunan kawasan
nasional, arahan serta arahan sanksi. fungsional perkotaan
perizinan, arahan meliputi:
insentif dan a. Arahan kepadatan
disinsentif, serta bangunan (net
arahan sanksi. density/KDB) untuk
setiap blok
peruntukan;
b. Arahan ketinggian
bangunan
(maximum
height/KLB) untuk
setiap blok
peruntukan;
c. Arahan garis
sempadan
bangunan untuk
setiap blok
peruntukan;
d. Rencana
penanganan
lingkungan blok
peruntukan;
e. Rencana
penanganan
jaringan prasarana
dan sarana.
▪ Pedoman pengendalian
pemantaatan ruang
kawasan fungsional
perkotaan.
KAJIAN KEBIJAKAN

PEDOMAN ▪ penyusunan ▪ penyusunan rencana ▪ penyusunan rencana ▪ penyusunan rencana


rencana pembangunan jangka pembangunan jangka pembangunan jangka
pembangunan panjang daerah; panjang daerah; panjang daerah;
jangka panjang ▪ penyusunan rencana ▪ penyusunan rencana ▪ penyusunan rencana
nasional; pembangunan jangka pembangunan jangka pembangunan jangka
menengah daerah; menengah daerah; menengah daerah;

Buku
Fakta & Analisa III-2
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

RTRW NASIONAL RTRW PROV RTRW KAB RDTR KOTA

▪ penyusunan ▪ pemanfaatan ruang dan ▪ pemanfaatan ruang ▪ pemanfaatan ruang dan


rencana pengendalian dan pengendalian pengendalian
pembangunan pemanfaatan ruang pemanfaatan ruang di pemanfaatan ruang di
jangka menengah dalam wilayah provinsi; wilayah kabupaten; wilayah kabupaten;
nasional; ▪ mewujudkan ▪ mewujudkan ▪ mewujudkan
▪ pemanfaatan ruang keterpaduan, keterpaduan, keterpaduan,
dan pengendalian keterkaitan, dan keterkaitan, dan keterkaitan, dan
pemanfaatan ruang keseimbangan keseimbangan keseimbangan
di wilayah nasional; perkembangan antarsektor; antarsektor;
▪ mewujudkan antarwilayah ▪ penetapan lokasi dan ▪ penetapan lokasi dan
keterpaduan, kabupaten/kota, serta fungsi ruang untuk fungsi ruang untuk
keterkaitan, dan keserasian antarsektor; investasi; dan investasi; dan
keseimbangan ▪ penetapan lokasi dan ▪ penataan ruang ▪ penataan ruang
perkembangan fungsi ruang untuk kawasan strategis kawasan kota.
antarwilayah investasi; kabupaten.
provinsi, serta ▪ penataan ruang
keserasian kawasan strategis
antarsektor; provinsi; dan
▪ penetapan lokasi ▪ penataan ruang wilayah
dan fungsi ruang kabupaten/kota.
untuk investasi;
▪ penataan ruang
kawasan strategis
nasional; dan
▪ penataan ruang
wilayah provinsi dan
kabupaten/kota.
Jangka Waktu ▪ 20 Tahun ▪ 20 Tahun ▪ 20 Tahun ▪ 20 Tahun
Peninjauan ▪ 5 Tahun sekali atau ▪ 5 Tahun sekali atau ▪ 5 Tahun sekali atau ▪ 5 tahun sekali,
Kembali lebih dari 1 kali lebih dari 1 kali dalam 5 lebih dari 1 kali dalam terkecuali terjadi
dalam 5 tahun pada tahun pada kondisi 5 tahun pada kondisi perubahan besar dalam
kondisi lokasi lokasi strategis tertentu lokasi strategis tertentu struktur ruang wilayah
strategis tertentu
Penetapan ▪ Peraturan ▪ Peraturan Daerah ▪ Peraturan Daerah ▪ Peraturan Daerah
Pemerintah Provinsi Kabupaten Kabupaten
Sumber: Disarikan dari Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

3.1.2. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2019 Tentang Percepatan


Pembangunan Ekonomi Di Kawasan Gresik-Bangkalan-
Mojokertosurabaya-Sidoarjo-Lamongan, Kawasan Bromo-Tengger-
Semeru, Serta Kawasan Selingkar Wilis Dan Lintas Selatan
1. Potensi Dan Tantangan Provinsi Jawa Timur
Potensi :
1. Pengembangan ekonomi berbasis industri : industri yang
memiliki dampak penting meliputi pabrik semen, farmasi, industri
makanan dan minuman, serta petrokimia dengan pengembangan
terpusat di sekitar wilayah Surabaya, Gresik, Mojokerto, Pasuruan,
KAJIAN KEBIJAKAN

Tuban, dan Lamongan


2. Sumber daya alam

Buku
Fakta & Analisa III-3
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3. Ketersediaan infrastruktur : pengembangan Pelabuhan Paciran


yang diharapkan dapat semakin meningkatkan aksesibilitas
transportasi dari dan menuju Provinsi Jawa Timur
Tantangan :
1. Disparitas spasial ekonomi
2. Biaya logistik
2. Percepatan Pembangunan Ekonomi Di Provinsi Jawa Timur
Merupakan Bagian Integral Perencanaan Pembangunan Nasional
Dan Daerah
Peningkatan konektivitas dan sistem transportasi antar wilayah dan
pemerataan kesejahteraan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
3. Pilar Utama Pembangunan Dalam Rangka Percepatan
Pembangunan Ekonomi Di Provinsi Jawa Timur
- Pertumbuhan ekonomi
- Pembangunan sosial
- Pelestarian lingkungan hidup
4. Fungsi Wilayah Pengembangan Gerbangkertosusila Plus
- Pertanian tanaman pangan
- Perkebunan
- Holtikultura
- Kehutanan
- Perikanan
- Peternakan
- Pertambangan
- Perdagangan dan jasa
- Pendidikan
- Kesehatan
- Pariwisata
- Transportasi
- Industri
5. Pilar Prioritas Pembangunan:
a. Peningkatan daya saing industri manufaktur dan perdagangan
KAJIAN KEBIJAKAN

b. Peningkatan nilai tambah agroindustri


c. Percepatan pertumbuhan industri pariwisata
d. Pengembangan industri mikro, kecil dan menengah

Buku
Fakta & Analisa III-4
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

6. Kegiatan Ekonomi Lainnya


Untuk WUP Non Logam tersebar hampir di seluruh kabupaten di
Provinsi Jawa Timur yaitu wilayah Banyuwangi, Situbondo, Pacitan,
Bojonegoro, Nganjuk, Tuban, Jombang, Lamongan, Bangkalan,
Sampang, Pemekasan, dan Sumenep.
7. Kawasan Prioritas Dan Kawasan Pendukung Di Provinsi Jawa
Timur
Kawasan Prioritas Gerbangkertosusila, meliputi Kabupaten Gresik,
Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kota
Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Lamongan, Kabupaten
Jombang, Kabupaten Bojonegoro, dan Kabupaten Tuban dengan fokus
pada bidang industri, khususnya yang bersifat capital intensive serta
memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) terdidik dan terlatih, dan hub
arus barang dan orang.
8. Penguatan Konektivitas
Penguatan konektivitas dan aksesibilitas diarahkan untuk
pengembangan infrastruktur
- Jalan tol ruas Waru (Aloha) – Wonokromo – Tanjung Perak
- Jalan tol ruas Ngawi – Bojonegoro – Tuban – Lamongan – Manyar
- Jalan tol ruas Gembi – Mojokerto
9. Kebijakan, Program/Kegiatan Yang Dibutuhkan Dalam Rangka
Percepatan Kawasan Prioritas Gerbangkertosusila
Program Agropolitan / Minapolitan meliputi:
a. Pengembangan agropolitan dan penataan Pasar Lamongan –
Kabupaten Lamongan;
b. Pengembangan minapolitan Lamongan – Kabupaten Lamongan;
dan
c. Pengembangan agropolitan Bojonegoro – Kabupaten Bojonegoro.
10. Kawasan Prioritas Gerbangkertosusila
1. Kab. Lamongan, Kab. Gresik, Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo, Kab.
Mojokerto, Kota Mojokerto. (Program/Proyek) Transportasi publik
di Gerbangkertosusila
KAJIAN KEBIJAKAN

2. Kab. Ngawi, Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban, Kab. Lamongan, Kab.


Gresik. (Program/Proyek) Pembangunan Jalan Tol Ngawi –
Bojonegoro – Tuban – Lamongan – Manyar – Bunder

Buku
Fakta & Analisa III-5
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3. Kab. Gresik, Kab. Lamongan. (Program/Proyek) Peningkatan Jalan


Raya Gresik
4. Kecamatan Paciran, Kab. Mojokerto (Program/Proyek) Jalan radial
menuju Pelabuhan Paciran
5. Kab. Lamongan – Kab. Tuban (Program/Proyek) Reaktivitasi Jalur
Kereta Api Tuban (dengan jalur Babat, Tuban, Marakurak, Jenu)
6. Kab. Tuban, Kab. Bojonegoro, Kab. Lamongan (Program/Proyek)
Pengembangan SPAM Regional Pantura Kabupaten Tuban,
Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Lamongan (Sumber air
baku dari Sungai Bengawan Solo)
7. Kab. Lamongan, Kab. Gresik, Kota Surabaya (Program/Proyek)
Pengendalian Banjir Kali Lamong
8. Kab. Lamongan, Kab. Tuban (Program/Proyek) Percepatan
Penyelesaian Pembangunan Jabung Ring Dike
9. Kab. Lamongan. (Program/Proyek) Pengembangan KI Brondong
– Paciran
10. Kab. Lamongan (Program/Proyek) Pengembangan Pelabuhan
Paciran
11. Kab. Lamongan (Program/Proyek) Percepatan Pembangunan
Jalan Lingkar Utara Lamongan
12. Kab. Lamongan (Program/Proyek) Pembangunan Fly Over
Simpang Sebidang Kereta Api di Tambakboyo Kabupaten
Lamongan
13. Kab. Lamongan (Program/Proyek) Pembangunan drainase Jalan
Nasional Arteri Primer (Widang Batas Kota Lamongan, Jalan
Jagung Suprapto, Batas Kota Lamongan Batas Kabupaten
Gresik, Jalan P. B. Sudirman)
14. Kab. Lamongan (Program/Proyek) Rehabilitas Daerah Irigasi
Gondang (Kecamatan Sugio, Kecamatan Sukodadi, Kecamatan
Kembangbahu, Kecamatan Lamongan, Kecamatan Tikung)
15. Kab. Lamongan (Program/Proyek) Pembangunan SPAM
Karangbinangun
KAJIAN KEBIJAKAN

16. Kab. Lamongan (Program/Proyek) Percepatan Penuntasan


Saluran Primer Daerah Irigasi Bengawan Jero (Lanjutan saluran
primer Intake Babat Barrage)

Buku
Fakta & Analisa III-6
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

17. Kab. Lamongan (Program/Proyek) Rehabilitasi Daerah Irigasi


Bengawan Jero (Kecamatan Pucuk, Maduran, Karanggeneng,
Kalitengah, Turi, Karangbinangun, Glagah)
18. Kab. Lamongan (Program/Proyek) Peningkatan SPAM Brondong
19. Kabupaten Lamongan (Program/Proyek) Pembangunan Waduk
Pedes Kecamatan Sambeng dalam rangka ketahanan pangan
dan pengendalian banjir Kali Lamong
20. Kab. Gresik, Kab. Lamongan, Kab. Tuban (Program/Proyek)
Peningkatan Jalan Nasional, Kolektor Primer / Deandels
(Lohgung (KM 93,175) - BTS Kota Gresik
21. Kab. Lamongan (Program/Proyek) Peningkatan kapasitas
tampungan floodway di Lamongan
22. Kab. Lamongan (Program/Proyek) Pengembangan minapolitan
Lamongan (Pemberdayaan Kelompok Nelayan)
3.1.3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang
A. Pengaturan Penataan Ruang
Pengaturan penataan ruang dilakukan untuk memberikan kepastian
hukum bagi seluruh pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan
penataan ruang. Pengaturan penataan ruang dilakukan oleh:
1 Pemerintah, dengan penyusunan dan penetapan sebagai berikut:
• PP (RTRWN & Peraturan pelaksanaan UU ttg PR)
• Perpres (RTR Pulau/Kepulauan & RTR KSN)
• Permen (Pedoman PR)
2 Pemerintah Provinsi, dengan penyusunan dan penetapan sebagai
berikut:
• Perda Provinsi (RTRWP, RTR KSP, arahan PZ sistem provinsi)
• Pergub (Ketentuan perizinan, bentuk & besaran
insentifdisinsentif, sanksi adm, juklak)
3 Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dengan penyusunan dan
penetapan sebagai berikut:
• Perda Kabupaten/Kota (RTRWK, RTR KSK, RDTR+PZ
KAJIAN KEBIJAKAN

Kab/Kota)
• Perbup/wali (Ketentuan perizinan, bentuk & besaran insentif –
disinsentif, sanksi adm)

Buku
Fakta & Analisa III-7
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

B. Pembinaan Penataan Ruang


Pembinaan penataan ruang dilakukan untuk peningkatan kualitas dan
efektivitas penyelenggaraan penataan ruang. Adapun bentuk dan tata
cara pembinaan penataan adalah sebagai berikut.
1. Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;
2. Sosialisasi peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang;
3. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan
penataan ruang;
4. Pendidikan dan pelatihan;
5. Penelitian dan pengembangan;
6. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang;
7. Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat; dan
8. Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat
C. Pelaksanaan Perencanaan Tata Ruang
Pelaksanaan perancanaan tata ruang dilakukan dalam lingkup:
1. Prosedur Penyusunan Rencana Tata Ruang:
• Persiapan penyusunan Rencana Tata Ruang
• Pengumpulan data
• Pengolahan dan analisis data
• Perumusan konsepsi Rencana Tata Ruang
• Penyusunan rancangan peraturan perundangan
2. Prosedur Penetapan Rencana Tata Ruang:
• Rencana lingkup nasional ditetapkan melalui Pembahasan
antar-instansi dan menjadi kewenangan Pemerintah Pusat
• Rencana lingkup provinsi ditetapkan melalui Pembahasan antar
instansi dan antar pemerintah daerah dengan DPRD dan
menjadi kewenangan pemerintah provinsi
• Rencana lingkup kabupaten/kota ditetapkan melalui
Pembahasan antar instansi dan pemerintah provinsi dengan
DPRD dan menjadi kewenangan pemerintah daerah
3. Bagian Wilayah Kabupaten/Kota yang Perlu Disusun RDTR
Bagian Wilayah Kabupaten/Kota yang Perlu Disusun RDTR adalah
KAJIAN KEBIJAKAN

pada bagian wilayah kab/kota yang ditetapkan dalam RTRW(paling


lama disusun 36 bulan setelah RTR ditetapkan) dan dapat disusun
pada prioritas pembangunan baru (paling lama 24 bulan setelah

Buku
Fakta & Analisa III-8
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

ditetapkan), sedangkan kawasan yang perlu disusun RTBL adalah


pada zona-zona yang penanganannya diprioritaskan dalam RDTR.
4. Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang

Gambar 3.1. Prosedur Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang

D. Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang


Pelaksanaan pemanfaatan ruang meliputi:
1. Penyusunan dan Sinkronisasi Program
2. Penyusunan Pembiayaan Program
3. Pelaksanaan Program
KAJIAN KEBIJAKAN

Gambar 3.2. Prosedur Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang

Buku
Fakta & Analisa III-9
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

E. Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan untuk
menjamin terwujudnya tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang.

Gambar 3.3. Prosedur Pengendalian Pemanfaatan Ruang

F. Pengawasan Penataan ruang


Pengawasan penataan ruang dilakukan untuk menjamin tercapainya
tujuan penyelenggaraan penataan ruang, terlaksananya penegakan
hukum bidang penataan ruang dan meningkatkan kualitas
penyelenggaraan penataan ruang.

Gambar 3.4. Prosedur Pengawasan Penataan Ruang


KAJIAN KEBIJAKAN

Buku
Fakta & Analisa III-10
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3.1.4. Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2016 tentang Tata Cara


Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2016 tentang Tata
Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, dapat disarikan
pokok – pokok pengaturan dalam penyelenggaraan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS), adalah sebagai berikut.
1. Kewajiban
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib membuat KLHS untuk
memastikan bahwa prinsip Pembangunan Berkelanjutan telah menjadi
dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program. KLHS wajib dilaksanakan ke
dalam penyusunan atau evaluasi:
a. rencana tata ruang wilayah beserta rencana rincinya, RPJP
nasional, RPJP daerah, RPJM nasional, dan RPJM daerah; dan
b. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup.

Selain rencana tata ruang wilayah beserta rencana rincinya, KLHS wajib
dilaksanakan dalam penyusunan atau evaluasi rencana zonasi wilayah
pesisir
dan pulau-pulau kecil beserta rencana rincinya, rencana zonasi
kawasan strategis nasional tertentu untuk pulau-pulau kecil terluar serta
rencana pengelolaan dan zonasi kawasan konservasi perairan.

Penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau Program menetapkan


Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang wajib dilaksanakan KLHS
berdasarkan ketentuan. Kewajiban membuat dan melaksanakan KLHS
dikecualikan terhadap penyusunan atau evaluasi Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program tentang:
a. tanggap darurat bencana; dan
b. kondisi darurat pertahanan dan keamanan
KAJIAN KEBIJAKAN

Buku
Fakta & Analisa III-11
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

2. Tata Cara Pembuatan dan Pelaksanaan


G. Pengkajian
Pengkajian terhadap pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program terhadap kondisi Lingkungan Hidup dilaksanakan dengan
tahapan:
a. Melaksanakan identifikasi dan perumusan isu Pembangunan
Berkelanjutan dilakukan dengan menghimpun masukan dari
masyarakat dan pemangku kepentingan melalui konsultasi
publik. Hasil identifikasi isu Pembangunan Berkelanjutan
dirumuskan berdasarkan prioritas dengan mempertimbangkan
unsur-unsur paling sedikit:
• Karakteristik wilayah;
• Tingkat pentingnya potensi dampak;
• Keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan;
• Keterkaitan dengan materi muatan kebijakan, rencana,
dan/atau program;
• Muatan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;
• Hasil KLHS dari kebijakan, rencana, dan/atau program pada
hirarki diatasnya yang harus diacu, serupa dan berada pada
wilayah yang berdekatan, dan/atau memiliki keterkaitan
dan/atau relevansi langsung.
b. Melaksanakan identifikasi materi muatan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program yang berpotensi menimbulkan pengaruh
terhadap kondisi Lingkungan Hidup dilakukan dengan menelaah
konsep rancangan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang
akan disusun, atau menelaah seluruh materi Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program berlaku yang akan dievaluasi.
c. Menganalisis pengaruh hasil identifikasi dan perumusan
Hasil analisis paling sedikit memuat kajian:
• Kapasitas daya dukung dan daya tampung Lingkungan
Hidup untuk pembangunan;
KAJIAN KEBIJAKAN

• Perkiraan mengenai dampak dan risiko Lingkungan Hidup;


• Kinerja layanan atau jasa ekosistem;
• Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;

Buku
Fakta & Analisa III-12
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

• Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap


perubahan iklim; dan
• Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati

H. Perumusan Alternatif Kebijakan, Rencana, dan Program


Alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
berupa:
a. Perubahan tujuan atau target;
b. Perubahan strategi pencapaian target;
c. Perubahan atau penyesuaian ukuran, skala, dan lokasi yang
lebih memenuhi pertimbangan Pembangunan Berkelanjutan;
d. Perubahan atau penyesuaian proses, metode, dan adaptasi
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
lebih memenuhi pertimbangan Pembangunan Berkelanjutan;
e. Penundaan, perbaikan urutan, atau perubahan prioritas
pelaksanaan;
f. Pemberian arahan atau rambu-rambu untuk mempertahankan
atau meningkatkan fungsi ekosistem;
g. Pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi dampak dan
risiko Lingkungan Hidup.
Hasil perumusan alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program dijadikan dasar dalam menyusun rekomendasi
perbaikan untuk pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program yang mengintegrasikan prinsip Pembangunan
Berkelanjutan.

I. Rekomendasi Pengembalian Keputusan


Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program memuat:
a. Materi perbaikan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
b. Informasi jenis usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui
daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup dan tidak
KAJIAN KEBIJAKAN

diperbolehkan lagi.

Buku
Fakta & Analisa III-13
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3. Kendali Mutu dan Akuntabilitas


i. Penjaminan Kualitas Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Penjaminan kualitas KLHS dilaksanakan melalui penilaian mandiri
oleh Penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau Program untuk
memastikan bahwa kualitas dan proses pembuatan dan
pelaksanaan KLHS dilaksanakan sesuai ketentuan. Hasil
penjaminan kualitas KLHS digunakan sebagai masukan untuk
penyempurnaan KLHS. Penilaian mandiri dilaksanakan dengan
cara:
a. Penilaian bertahap yang sejalan dan/atau mengikuti tahapan
perkembangan pelaksanaan KLHS;
b. Penilaian sekaligus yang dilaksanakan di tahapan akhir
pelaksanaan KLHS

ii. Pendokumentasian Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Hasil pembuatan dan pelaksanaan KLHS dan penjaminan kualitas
KLHS didokumentasikan ke dalam laporan KLHS. Laporan KLHS
memuat informasi tentang:
a. Dasar pertimbangan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
sehingga perlu dilengkapi KLHS;
b. Metoda, teknik, rangkaian langkah-langkah dan hasil pengkajian
pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program terhadap
kondisi Lingkungan Hidup;
c. Metoda, teknik, rangkaian langkah-langkah dan hasil perumusan
alternatif muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program;
d. Pertimbangan, muatan, dan konsekuensi rekomendasi
perbaikan untuk pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program yang mengintegrasikan prinsip Pembangunan
Berkelanjutan;
e. Gambaran pengintegrasian hasil KLHS dalam Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program;
f. Pelaksanaan partisipasi masyarakat dan keterbukaan informasi
KAJIAN KEBIJAKAN

KLHS;
g. Hasil penjaminan kualitas KLHS.

Buku
Fakta & Analisa III-14
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

4. Integrasi KLHS dalam Kebijakan, Rencana, dan Program


Validasi dilakukan untuk memastikan penjaminan kualitas telah
dilaksanakan secara akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada publik. Validasi KLHS dilaksanakan:
a. Secara bertahap pada setiap proses pembuatan dan pelaksanaan
KLHS
b. Pada tahap akhir pembuatan dan pelaksanaan KLHS.

Penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau Program mengajukan


permohonan validasi KLHS secara tertulis kepada Menteri atau
gubernur dengan melampirkan:
a. Rancangan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program;
b. Laporan KLHS
c. Bukti pemenuhan standar kompetensi Penyusun KLHS

5. Keterlibatan Masyarakat
Penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau Program dalam membuat
KLHS melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan. Keterlibatan
masyarakat dan pemangku kepentingan meliputi:
a. Pemberian pendapat, saran, dan usul;
b. Pendampingan tenaga ahli;
c. Bantuan teknis; dan
d. Penyampaian informasi dan/atau pelaporan.

6. Pembinaan
Pembinaan KLHS dilaksanakan melalui:
a. Koordinasi pelaksanaan KLHS;
b. Sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi
pedoman KLHS;
c. Asistensi dan konsultasi dalam pembuatan dan pelaksanaan KLHS;
d. Pendidikan dan pelatihan;
e. Pengembangan balai kliring KLHS;
KAJIAN KEBIJAKAN

f. Penyebarluasan informasi KLHS kepada masyarakat dan pemangku


kepentingan; dan

Buku
Fakta & Analisa III-15
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

g. Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dan


pemangku kepentingan

7. Pemantauan dan Evaluasi


Pemantauan dan evaluasi pada saat pembuatan KLHS dilakukan untuk
memastikan:
a. Dipenuhinya kewajiban pembuatan KLHS
b. Efektivitas validasi KLHS
c. Efektivitas pelibatan masyarakat dan pemangku kepentingan dalam
KLHS
d. Efektivitas pembinaan KLHS

Pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan KLHS yang telah


mendapat persetujuan validasi KLHS dilakukan untuk memastikan:
a. Kepatuhan dan efektivitas integrasi hasil KLHS ke dalam Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program;
b. Kualitas dan efektivitas rekomendasi KLHS dalam pengelolaan
dampak dan risiko Lingkungan Hidup.

Hasil pemantauan dan evaluasi menjadi dasar:


a. Penyempurnaan perangkat pengaturan mengenai KLHS
b. Penetapan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program terkait yang
dipandang perlu

3.1.5. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan


Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
Berikut ini adalah cakupan pengaturan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik (OSS).
1. Jenis, Pemohon, dan Penerbit Perizinan Berusaha
A. Pengelompokan Jenis Perizinan Berusaha hanya menjadi 2:
a. Izin Usaha; dan
KAJIAN KEBIJAKAN

b. Izin Komersial atau Operasional.

Buku
Fakta & Analisa III-16
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Seluruh perizinan berusaha yang diatur dalam peraturan perundang-


undangan sektor, dikelompokan sebagai Izin Usaha atau Izin
Komersial atau Operasional

B. Pemohon Perizinan Berusaha adalah sebagai berikut:


a. Pelaku Usaha Perseorangan.
b. Pelaku Usaha Non Perseorangan:
c. Perseroan Terbatas;
d. Perusahaan Umum;
e. Perusahaan Umum Daerah;
f. Badan Hukum Lainnya Yang Dimiliki Oleh Negara;
g. Badan Layanan Umum;
h. Lembaga Penyiaran;
i. Badan Usaha Yang Didirikan Oleh Yayasan;
j. Koperasi;
k. Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap);
l. Persekutuan Firma (Venootschap Onder Firma); Dan
m. Persekutuan Perdata

C. Penerbit Perizinan Berusaha sebagai berikut:


a. Perizinan Berusaha diterbitkan oleh menteri, pimpinan lembaga,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai kewenangannya yang
pelaksanaannya wajib dilakukan melalui Lembaga OSS.
b. Lembaga OSS berdasarkan ketentuan dalam PP Nomor 24
Tahun 2018 untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga,
gubernur, bupati/wali kota menerbitkan Perizinan Berusaha.
c. Penerbitan Perizinan Berusaha oleh Lembaga OSS dilakukan
dalam bentuk Dokumen Elektronik yang disertai dengan Tanda
Tangan Elektronik.
d. Dokumen Elektronik berlaku sah dan mengikat berdasarkan
hukum serta merupakan alat bukti yang sah
KAJIAN KEBIJAKAN

Buku
Fakta & Analisa III-17
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

2. Pelaksanaan Perizinan Berusaha


A. Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran.
a. Pendaftaran dilakukan dengan cara mengakses laman OSS dan
melakukan pengisian data yang diperlukan.
b. Lembaga OSS menerbitkan Nomor Induk Berusaha (NIB) yang
merupakan identitas berusaha dan digunakan oleh Pelaku
Usaha untuk mendapatkan Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional termasuk untuk pemenuhan persyaratan Izin Usaha
dan Izin Komersial atau Operasional.
c. NIB berlaku juga sebagai TDP, API, dan hak akses kepabeanan.
d. Pelaku Usaha yang telah mendapatkan NIB ssekaligus terdaftar
sebagai peserta jaminan sosial kesehatan dan jaminan sosial
ketenagakerjaan serta mendapatkan pengesahan RPTKA
((dalam hal Pelaku Usaha akan mempekerjakan tenaga kerja
asing) serta mendapatkan informasi mengenai fasilitas fiskal
yang akan didapat.

B. Lembaga OSS menerbitikan Izin Usaha dan penerbitan Izin


Komersial atau Operasional berdasarkan Komitmen;
a. Penerbitan Izin Usaha berdasarkan Komitmen kepada Pelaku
Usaha yang memerlukan prasarana untuk menjalankan usaha
dan/atau kegiatan tapi belum memiliki atau menguasai
prasarana, setelah Lembaga OSS menerbitkan:
• Izin Lokasi;
• Izin Lokasi Perairan;
• Izin Lingkungan; dan/atau
• IMB,
b. Diatur beberapa pengecualian pemberian Izin Lokasi, Izin Lokasi
Perairan, Izin Lingkungan, dan IMB tanpa komitmen.
c. Izin Usaha berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia.
d. Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Izin Usaha dan akan
mengembangkan usaha dan/atau kegiatan di wilayah lain, harus
KAJIAN KEBIJAKAN

tetap memenuhi persyaratan Izin Lokasi, Izin Lokasi Perairan,


Izin Lingkungan, dan IMB di masing-masing wilayah tersebut.

Buku
Fakta & Analisa III-18
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

e. Izin Usaha dan/atau Izin Komersial atau Operasional berlaku


efektif setelah Pelaku Usaha menyelesaikan Komitmen dan
melakukan pembayaran biaya Perizinan Berusaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
f. Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Izin Usaha dapat
melakukan kegiatan:
• pengadaan tanah;
• perubahan luas lahan;
• pembangunan bangunan gedung dan pengoperasiannya;
• pengadaan peralatan atau sarana;
• pengadaan sumber daya manusia;
• penyelesaian sertifikasi atau kelaikan;
• pelaksanaan uji coba produksi (commisioning); dan/atau
• pelaksanaan produksi.
g. Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Izin Usaha namun belum
menyelesaikan:
• Amdal; dan/atau
• rencana teknis bangunan gedung,
belum dapat melakukan kegiatan pembangunan bangunan
gedung.
h. Lembaga OSS menerbitkan Izin Komersial atau Operasional
berdasarkan Komitmen untuk:
• standar, sertifikat, dan/atau lisensi; dan/atau
• pendaftaran barang/jasa,
• sesuai dengan jenis produk dan/atau jasa yang
dikomersialkan oleh Pelaku Usaha melalui sistem OSS.
i. Lembaga OSS membatalkan Izin Usaha dan/atau Izin Komersial
atau Operasional yang sudah diterbitkan dalam hal Pelaku
Usaha tidak menyelesaikan pemenuhan Komitmen.
j. Izin Komersial atau Operasional berlaku efektif setelah Pelaku
Usaha menyelesaikan Komitmen dan melakukan pembayaran
biaya Perizinan Berusaha sesuai dengan ketentuan peraturan
KAJIAN KEBIJAKAN

perundang-undangan

Buku
Fakta & Analisa III-19
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

C. Pelaku Usaha melakukan pemenuhan Komitmen Izin Usaha dan


pemenuhan Komitmen Izin Komersial atau Operasional;
a. Izin Lokasi
• Pelaku Usaha wajib menyampaikan permohonan
pemenuhan Komitmen Izin Lokasi paling lama 10 Hari sejak
Lembaga OSS menerbitkan Izin Lokasi dengan
menyampaikan persyaratan pertimbangan teknis
pertanahan kepada kantor pertanahan tempat lokasi usaha
dan/atau kegiatan.
• Pertimbangan teknis diberikan kantor pertanahan tempat
lokasi usaha dan/atau kegiatan dalam jangka waktu paling
lama 10 Hari untuk selanjutnya disampaikan kepada
Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat lokasi usaha
dan/atau kegiatan. Dalam hal kantor pertanahan tempat
lokasi usaha tidak memberikan pertimbangan teknis dalam
jangka waktu tersebut pertimbangan teknis dianggap telah
diberikan sesuai permohonan Pelaku Usaha.
• Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat lokasi usaha
dan/atau kegiatan dalam jangka waktu 2 Hari menyetujui
pemenuhan Komitmen Izin Lokasi, dalam hal kantor
pertanahan memberikan persetujuan dalam pertimbangan
teknis atau lebih dari 10 Hari tidak memberikan
pertimbangan teknis.
• Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat lokasi usaha
dan/atau kegiatan dalam jangka waktu 2 Hari menolak
pemenuhan Komitmen Izin Lokasi dalam hal kantor
pertanahan memberikan penolakan dalam pertimbangan
teknis.
• Dalam hal kantor pertanahan dan/atau Pemerintah Daerah
kabupaten/kota tempat lokasi usaha dan/atau kegiatan
memberikan penolakan, Izin Lokasi dinyatakan batal.
• Dalam hal Pemerintah Daerah kabupaten/kota tidak
KAJIAN KEBIJAKAN

memberikan persetujuan dalam jangka waktu tersebut Izin


Lokasi yang diterbitkan oleh Lembaga OSS efektif berlaku

Buku
Fakta & Analisa III-20
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

b. Izin Lokasi Perairan


• Izin Lokasi Perairan diberikan kepada Pelaku Usaha yang
melakukan kegiatan di sebagian perairan di wilayah pesisir
dan/atau pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil.
• Pelaku Usaha wajib menyampaikan permohonan
pemenuhan Komitmen Izin Lokasi Perairan di wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil paling lama 10 Hari sejak Lembaga
OSS menerbitkan Izin Lokasi.
• Pemenuhan Komitmen dilakukan oleh Pelaku Usaha melalui
Lembaga OSS dengan menyampaikan persyaratan Izin
Lokasi Perairan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
kepada Menteri Kelautan dan Perikanan atau pemerintah
daerah sesuai kewenangan masing-masing.
• Menteri Kelautan dan Perikanan atau Pemerintah Daerah
dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) Hari
menyetujui atau menolak pemenuhan Komitmen Izin Lokasi
Perairan.
• Dalam hal Menteri Kelautan dan Perikanan atau Pemerintah
Daerah memberikan penolakan, Izin Lokasi Perairan
dinyatakan batal.
• Dalam hal Menteri Kelautan dan Perikanan atau Pemerintah
Daerah tidak memberikan persetujuan atau penolakan dalam
jangka waktu tersebut Izin Lokasi perairan yang diterbitkan
oleh Lembaga OSS efektif berlaku.

c. Izin Lingkungan
• Pelaku Usaha wajib memenuhi Komitmen Izin Lingkungan
yang telah diterbitkan oleh Lembaga OSS dengan
melengkapi UKL UPL atau dokumen Amdal.
• UKL-UPL:
KAJIAN KEBIJAKAN

1) Pelaku Usaha wajib melengkapi UKL-UPL sesuai


formulir UKL-UPL.

Buku
Fakta & Analisa III-21
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

2) Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS mengajukan UKL-


UPL paling lama 10 Hari sejak Lembaga OSS
menerbitkan Izin Lingkungan.
3) Pemeriksaan atas UKL-UPL paling lama 5 (lima) Hari
sejak disampaikan oleh Pelaku Usaha.
4) Dalam hal hasil pemeriksaan tidak terdapat perbaikan
UKL-UPL, ditetapkan persetujuan rekomendasi UKL-
UPL dan menyampaikannya kepada Pelaku Usaha
melalui sistem OSS.
5) Dalam hal hasil pemeriksaan terdapat perbaikan UKL-
UPL, Pelaku Usaha wajib melakukan perbaikan UKL-
UPL paling lama 5 (lima) Hari sejak diterimanya hasil
pemeriksaan.
6) Berdasarkan perbaikan UKL-UPL ditetapkan persetujuan
rekomendasi UKL-UPL dan menyampaikannya kepada
Pelaku Usaha melalui OSS.
7) Penetapan persetujuan rekomendasi UKL-UPL
merupakan pemenuhan Komitmen Izin Lingkungan.
• Dokumen Amdal
1) Pelaku Usaha wajib melengkapi dokumen Amdal.
2) Penyusunan dokumen Amdal harus dimulai dilakukan
paling lama 30 Hari sejak Lembaga OSS menerbitkan
Izin Lingkungan.
3) Dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui kegiatan:
4) penyusunan Andal dan RKL-RPL;
5) penilaian Amdal dan RKL-RPL; dan
6) keputusan kelayakan
7) Penyusunan Andal dan RKL-RPL berdasarkan formulir
kerangka acuan.
8) Jangka waktu, penyampaian rekomendasi hasil penilaian
Andal dan RKL-RPL, penilaian akhir serta penyampaian
KAJIAN KEBIJAKAN

hasil penilaian akhir, dan penetapan keputusan


kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup diatur

Buku
Fakta & Analisa III-22
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan


Kehutanan.
• Dalam hal Pelaku Usaha dalam usaha dan/atau kegiatannya
akan membangun pusat kegiatan, permukiman, dan
infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan
angkutan jalan, penyusunan dokumen Amdal atau UKL-UPL
sekaligus dilakukan dengan penyusunan analisis dampak
lalu lintas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan
• Dalam hal Pelaku Usaha dalam memerlukan izin di bidang
pengelolaan lingkungan hidup untuk kegiatan:
1) menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau
menimbun bahan berbahaya dan beracun, penyusunan
dokumen Amdal dilakukan termasuk pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun;
2) pembuangan air limbah ke laut;
3) pembuangan air limbah ke sumber air; dan/atau
4) memanfaatkan air limbah untuk aplikasi ke tanah,
izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup tersebut
diintegrasikan ke dalam Izin Lingkungan

d. IMB dan SLF


• Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS mengajukan
penyelesaian IMB paling lama 30 Hari sejak Lembaga OSS
menerbitkan IMB.
• Dalam hal IMB memerlukan penyelesaian dokumen Amdal,
Pelaku Usaha mengajukan penyelesaian IMB paling lama 30
(tiga puluh) Hari sejak Komitmen Amdal dipenuhi.
• Pemenuhan Komitmen IMB dilakukan oleh Pelaku Usaha
dengan melengkapi:
KAJIAN KEBIJAKAN

• tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda


bukti perjanjian pemanfaatan tanah;
• data pemilik bangunan gedung; dan

Buku
Fakta & Analisa III-23
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

• rencana teknis bangunan gedung.


• Pemerintah Daerah kabupaten/kota menyampaikan surat
keterangan rencana kabupaten/kota dalam bentuk digital ke
Lembaga OSS dan Surat keterangan rencana
kabupaten/kota tersebut menjadi dasar penyusunan rencana
teknis bangunan gedung untuk kegiatan berusaha.
• Dalam rangka pengoperasian bangunan gedung pemilik
bangunan gedung wajib memiliki sertifikat laik fungsi.
• Sertifikat laik diterbitkan oleh Lembaga OSS berdasarkan
hasil pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung oleh
profesi ahli bangunan gedung bersertifikat paling lama 3
(tiga) Hari

D. Pelaku Usaha pembayaran biaya;


a. Segala biaya Perizinan Berusaha yang merupakan:
• penerimaan negara bukan pajak;
• bea masuk dan/atau bea keluar;
• cukai; dan/atau
• pajak daerah atau retribusi daerah,
wajib dibayar oleh Pelaku Usaha sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Biaya dibayarkan oleh Pelaku Usaha sebagai bagian dari
pemenuhan Komitmen.
c. Pelaku Usaha yang telah melakukan pembayaran biaya
mengunggah bukti pembayaran ke dalam sistem OSS.
d. Pelaksanaan pembayaran biaya dapat difasilitasi melalui sistem
OSS.
e. Pelaku Usaha yang tidak melakukan kewajiban pembayaran
biaya, Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional yang
telah diberikan dinyatakan batal
E. Lembaga OSS fasilitasi;
a. Lembaga OSS, kementerian, lembaga, dan Pemerintah Daerah
KAJIAN KEBIJAKAN

memberikan fasilitasi Perizinan Berusaha kepada Pelaku Usaha


terutama usaha mikro, kecil, dan menengah.
b. Fasilitasi berupa:

Buku
Fakta & Analisa III-24
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

• pelayanan informasi yang berkaitan dengan Perizinan


Berusaha; dan
• bantuan untuk mengakses laman OSS dalam rangka
mendapatkan Perizinan Berusaha
F. Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah melakukan
pengawasan atas pemenuhan Komitmen Izin Usaha dan
pemenuhan Komitmen Izin Komersial atau Operasional dan
pelaksanaannya oleh Pelaku Usaha
a. Kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah wajib
melakukan pengawasan atas:
• pemenuhan Komitmen;
• pemenuhan standar, sertifikasi, lisensi dan/atau
pendaftaran; dan/atau
• usaha dan/atau kegiatan,
b. Dalam hal hasil pengawasan ditemukan ketidaksesuaian atau
penyimpangan, kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah
Daerah mengambil tindakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, berupa:
• peringatan;
• penghentian sementara kegiatan berusaha;
• pengenaan denda administratif; dan/atau
• pencabutan Perizinan Berusaha,
c. Kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah dalam
melakukan pengawasan dapat bekerja sama dengan profesi
sesuai dengan bidang pengawasan yang dilakukan oleh
kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah.
d. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur dan/atau bupati/wali kota
wajib melakukan pengawasan terhadap aparatur sipil negara
dalam pelaksanaan Perizinan Berusaha sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Aparatur sipil negara yang tidak melaksanakan tugas dan
fungsinya dalam pelaksanaan Perizinan Berusaha, dikenai
KAJIAN KEBIJAKAN

sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan di bidang aparatur sipil negara

Buku
Fakta & Analisa III-25
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3. Reformasi Perizinan Berusaha Sektor.


J. Reformasi peraturan Perizinan Berusaha meliputi:
a. pengaturan kembali jenis perizinan, pendaftaran, rekomendasi,
persetujuan, penetapan, standar, sertifikasi, atau lisensi yang
melingkupi:
• pengklasifikasian;
• penghapusan;
• penggabungan;
• perubahan nomenklatur; atau
• penyesuaian persyaratan.
b. penahapan untuk memperoleh perizinan; dan
c. pemberlakuan Komitmen pemenuhan persyaratan.
K. Pemberlakuan Komitmen pemenuhan persyaratan dilakukan
untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan Izin
Usaha atau Izin Komersial atau Operasional yang telah
diterbitkan
L. Pelaksanaan reformasi peraturan Perizinan Berusaha pada:
Sektor Ketenagalistrikan; Sektor Pertanian; Sektor Lingkungan
Hidup Dan Kehutanan; Sektor Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat; Sektor Kelautan Dan Perikanan; Sektor Kesehatan; Sektor
Obat Dan Makanan; Sektor Perindustrian; Sektor Perdagangan;
Sektor Perhubungan; Sektor Komunikasi Dan Informatika; Sektor
Keuangan; Sektor Pariwisata; Sektor Pendidikan Dan Kebudayaan
Sektor Pendidikan Tinggi; Sektor Agama Dan Keagamaan; Sektor
Ketenagakerjaan; Sektor Kepolisian; Sektor Perkoperasian Dan
Usaha Mikro, Kecil, Menengah; Sektor Ketenaganukliran,
M. Pelaksanaan Perizinan Berusaha yang belum masuk dalam PP
Nomor 24 Tahun 2018 dilaksanakan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan sektor bersangkutan (c.q. khusus
Sektor Pertambangan dan Sektor Perbankan)
N. Menteri dan pimpinan lembaga menyusun dan menetapkan standar
Perizinan Berusaha di sektornya masing-masing berupa Norma,
KAJIAN KEBIJAKAN

Standar, Prosedur, Dan Kriteria (NSPK).


O. NSPK ditetapkan paling lama 15 (lima belas) Hari sejak
diundangkannya PP Nomor 24 Tahun 2018.

Buku
Fakta & Analisa III-26
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

P. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali kota


mencabut dan menyatakan tidak berlaku seluruh peraturan dan/atau
keputusan yang mengatur mengenai NSPK Perizinan Berusaha
yang menjadi kewenangannya, yang tidak sesuai dengan Peraturan
Pemerintah ini.
Q. Pencabutan peraturan dan/atau keputusan ditetapkan paling lama
15 (lima belas) Hari sejak diundangkannya PP Nomor 24 Tahun
2018.

4. Sistem, Lembaga, dan Pendanaan OSS.


A. Kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, dan
Pemerintah Daerah kabupaten/kota menggunakan sistem OSS
dalam rangka pemberian Perizinan Berusaha yang menjadi
kewenangannya masing-masing.
B. Penggunaan sistem OSS mengikuti standar integrasi sistem OSS.
C. Sistem OSS dikelola oleh Lembaga OSS.
D. Lembaga OSS berwenang untuk:
• menerbitkan Perizinan Berusaha melalui sistem OSS;
• menetapkan kebijakan pelaksanaan Perizinan Berusaha melalui
sistem OSS;
• menetapkan petunjuk pelaksanaan penerbitan Perizinan
Berusaha pada sistem OSS;
• mengelola dan mengembangkan sistem OSS; dan
• bekerja sama dengan pihak lain dalam pelaksanaan,
pengelolaan, dan pengembangan sistem OSS.
5. Insentif Atau Disinsentif Pelaksanaan Perizinan Berusaha Melalui
OSS.
A. Insentif
• Pemerintah Pusat dapat menetapkan insentif atau mengenakan
disinsentif bagi kementerian/lembaga, pemerintah daerah
provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota yang
melaksanakan Perizinan Berusaha melalui sistem OSS.
KAJIAN KEBIJAKAN

• Insentif bagi kementerian/lembaga dapat berupa tambahan


anggaran dan/atau bentuk lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Buku
Fakta & Analisa III-27
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

• Insentif bagi pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah


kabupaten/kota dapat berupa Dana Insentif Daerah berdasarkan
penilaian atas kinerja pelayanan Pelaksanaan Berusaha.
• Pemberian insentif dilaksanakan sesuai dengan kemampuan
keuangan negara.
B. Disinsentif
• Disinsentif bagi kementerian/lembaga dapat berupa
pengurangan anggaran dan/atau bentuk lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Disinsentif bagi pemerintah daerah provinsi atau pemerintah
daerah kabupaten/kota dapat berupa penundaan DAU dan/atau
DBH yang menjadi hak daerah bersangkutan dan bentuk lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Penundaan DAU dan/atau DBH dilakukan setelah
mempertimbangkan besaran penyaluran DAU/DBHl, sanksi
pemotongan dan/atau penundaan lainnya, serta Kapasitas
Fiskal Daerah yang bersangkutan.
6. Penyelesaian Permasalahan Dan Hambatan Perizinan Berusaha
Melalui OSS.
a. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali kota wajib
menyelesaikan hambatan dan permasalahan dibidangnya dalam
pelaksanaan Perizinan Berusaha melalui sistem OSS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Dalam hal peraturan perundang-undangan belum mengatur atau
tidak jelas mengatur kewenangan untuk penyelesaian hambatan
dan permasalahan dalam pelaksanaan sistem OSS, menteri,
pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali kota berwenang untuk
menetapkan keputusan dan/atau melakukan tindakan yang
diperlukan dalam rangka penyelesaian hambatan dan
permasalahan dimaksud sepanjang sesuai dengan Asas-Asas
Umum Pemerintahan yang Baik.
c. Dalam hal terdapat laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat
KAJIAN KEBIJAKAN

kepada menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota


sebagai pelaksana sistem OSS atau kepada Kejaksaan atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia mengenai penyimpangan

Buku
Fakta & Analisa III-28
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

atau penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan sistem OSS,


penyelesaian dilakukan dengan mendahulukan proses administrasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
administrasi pemerintahan.
d. Dalam hal laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Kejaksaan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan
atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
meneruskan/menyampaikan laporan masyarakat tersebut kepada
menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota untuk
dilakukan pemeriksaan

7. Sanksi.
a. Gubernur dan bupati/wali kota yang tidak memberikan pelayanan
dan/atau menerbitkan Izin Komersial atau Operasional sesuai OSS
kepada Pelaku Usaha yang telah memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini dan peraturan
perundang-undangan terkait dikenai sanksi, berupa:teguran tertulis
kepada:
• gubernur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri; dan
• bupati/wali kota oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
b. Teguran tertulis diberikan sebanyak 2 (dua) kali dengan jangka
waktu masing-masing paling lama 2 (dua) Hari.
c. Dalam hal gubernur dan bupati/wali kota tidak memberikan
pelayanan dan/atau menerbitkan Izin Komersial atau Operasional
dan teguran tertulis telah disampaikan 2 (dua) kali berturut-turut:
• Menteri Dalam Negeri mengambil alih pemberian Izin Komersial
atau Operasional yang menjadi kewenangan gubernur dan
melimpahkannya kepada Lembaga OSS; atau
• gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mengambil alih
pemberian Izin Komersial atau Operasional yang menjadi
KAJIAN KEBIJAKAN

kewenangan bupati/wali kota dan melimpahkannya kepada


Lembaga OSS.

Buku
Fakta & Analisa III-29
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

d. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur, dan/atau bupati/ wali kota


mengenakan sanksi kepada pejabat yang tidak memberikan
pelayanan OSS sesuai standar OSS sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang aparatur sipil negara
e. Dalam hal Lembaga OSS (c.q. BKPM) belum dapat melaksanakan
pelayanan Perizinan Berusaha dan pengelolaan sistem OSS
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini, pelayanan
Perizinan Berusaha dan pengelolaan sistem OSS dimaksud
dilaksanakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
f. Pelayanan Perizinan Berusaha dan pengelolaan sistem OSS
dilaksanakaan sampai dengan ditetapkannya pengalihan
pengelolaan sistem OSS kepada BKPM

3.1.6. Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pedoman


Penyusunan Rencana Detail Tata ruang
1. Persiapan Penyusunan RDTR
Persiapan penyusunan RDTR terdiri atas:
• Persiapan awal, yaitu upaya pemahaman terhadap KAK;
• Kajian awal data sekunder, yaitu review RDTR sebelumnya dan
kajian awal RTRW kabupaten/kota dan kebijakan lainnya;
• Persiapan teknis pelaksanaan meliputi penyusunan
metodologi/metode dan teknik analisis rinci, serta penyiapan
rencana survei.
2. Pengumpulan Data
Untuk keperluan pengenalan karakteristik BWP dan penyusunan
rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana BWP, dilakukan
pengumpulan data primer dan data sekunder.
A. Data Primer
Data primer adalah data hasil observasi dengan pengambilan
data/pengamatan secara langsung di lapangan. Pengambilan data
tersebut hanya dilakukan apabila tidak diperoleh data
sekundernya.Pengumpulan data primer ini dilakukan melalui:
KAJIAN KEBIJAKAN

• penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan


melalui penyebaran angket, temu wicara, wawancara orang
perorang, dan lain sebagainya; dan/atau

Buku
Fakta & Analisa III-30
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

• pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi BWP secara


langsung melalui kunjungan ke semua bagian dari wilayah
kabupaten/kota.
Data yang diambil tersebut meliputi penggunaan ruang, keadaan
lahan dan jaringan jalan utama, serta kondisi utilitas. Pengambilan
data tersebut hanya dilakukan apabila tidak diperoleh data
sekundernya. Adapun data-data tersebut meliputi:
a) Data guna lahan
Data ini digunakan untuk memverifikasi penggunaan lahan dan
akan digunakan untuk analisis kesesuaian lahan.
b) Data sarana
Data ini berupa kondisi dan persebaran sarana yaitu sarana
pemerintahan, pendidikan, kesehatan, olahraga, peribadatan
dan komersial)
c) Data prasarana
Data ini berupa kondisi dan persebaran prasarana yaitu air
bersih, air limbah, sampah, drainase, jalan, listrik dan
telekomunikasi)
d) Data kegiatan
Data ini berupa kualitas bangunan, intensitas bangunan dan
tata bangunan yang akan digunakan sebagai analisis arsitektur
kota yaitu untuk mengetahui GSB, GSJ, Tinggi Bangunan,
Tampilan Bangunan, KDB, KLB dan KDH.

B. Data Sekunder
Data sekunder dapat diperoleh pada instansi pemerintah maupun
swasta. Untuk memperoleh data pada intansi yang kemungkinan
dapat menyediakan data tersebut adalah dengan memberikan
formulir yang perlu diisi kepada petugas yang berwenang pada
instansi yang bersangkutan dan mengambil beberapa laporan
laporan / buku / peta yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan.
KAJIAN KEBIJAKAN

Data yang diharapkan diperoleh dari intansi yang berbeda,


disesuaikan dengan kegiatan/ wewenang instansi bersangkutan.
Data sekunder yang dimaksud berupa:

Buku
Fakta & Analisa III-31
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

a) Data kebijakan nasional dan daerah (provinsi dan kabupaten);


b) Data lingkungan hidup yang terkait dengan lahan kritis,
pencemaran air dan pengelolaan sampah;
c) Data statistik Kabupaten Lamongan kurun waktu 5 tahun
terakhir (2013-2017);
d) Data potensi dan permasalahan di desa-desa yang termasuk
wilayah perencanaan Kabupaten Lamongan;
e) Data-data eksisting dan rencana yaitu jaringan dan volume air
bersih, jaringan dan volume air limbah, lokasi dan timbulan
persampahan, jaringan drainase, kondisi jaringan jalan, lokasi
kawasan strategis;
f) Data-data eksisting dan rencana yaitu jaringan energi listrik dan
telepon;
g) Data kondisi eksisting volume lalu lintas (LHR, OD) dan
kapasitas jalan;
h) Data jumlah dan sebaran perumahan dan permukiman, jumlah
ijin perumahan dan backlog perumahan;
i) Data jumlah, jenis dan sebaran kawasan rawan bencana

3. Perumusan Konsep RDTR


Perumusan konsep RDTR dilakukan dengan:
• mengacu pada RTRW;
• mengacu pada pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang
penataan ruang
• memperhatikan RPJP kabupaten/kota dan RPJM kabupaten/kota.
Konsep RDTR dirumuskan berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan sebelumnya dengan menghasilkan beberapa alternatif
konsep pengembangan wilayah, yang berisi:
• rumusan tentang tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan
wilayah kabupaten/kota; dan
• konsep pengembangan wilayah kabupaten/kota.
KAJIAN KEBIJAKAN

Setelah dilakukan beberapa kali iterasi, dipilih alternatif terbaik sebagai


dasar perumusan RDTR. Hasil kegiatan perumusan konsepsi RDTR
terdiri atas:

Buku
Fakta & Analisa III-32
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

➢ tujuan penataan BWP;


➢ rencana pola ruang;
➢ rencana jaringan prasarana;
➢ penetapan dari bagian wilayah RDTR yang diprioritaskan
penanganannya;
➢ ketentuan pemanfaatan ruang; dan
➢ peraturan zonasi

A. Tujuan Penataan BWP


Tujuan Penataan BWP dirumuskan dengan tahapan analisis berikut:
Input
1) Tujuan pembangunan kabupaten (RPJPD, RPJMD, RTRW Kab, Visi Misi
Kabupaten);
2) Kependudukan (Jumlah dan penyebaran, Komposisi penduduk,
Pengembangan penduduk, Sosial budaya);
3) Perekonomian (Produksi tiap sektor kegiatan ekonomi dan
penyebarannya, Perkembangan tiap sektor kegiatan ekonomi, Pola aliran
barang dan jasa dalam proses koleksi dan distribusi);
4) Sumber Daya Alam (Keadaan tanah, geologi, air, dan iklim, Keadaan
vegetasi dan fauna, Sumber daya alam potensial).
Proses
1) Analisis tujuan penataan ruang wilayah perencanaan
2) Analisis kemampuan tumbuh dan berkembangnya wilayah perencanaan
3) Analisis pengaruh kebijakan sektoral dan regional:
a) perkembangan sektor-sektor kegiatan di wilayah
b) sektor-sektor kegiatan di pusat-pusat wilayah, khususnya wilayah
perencanaan
4) Analisis kedudukan wilayah perencanaan dalam keseimbangan
perkembangan dengan wilayah belakangnya
Output
1) Fungsi dan peran wilayah Perencanaan
2) Tujuan, Kebijakan dan strategi penataan ruang BWP
KAJIAN KEBIJAKAN

Buku
Fakta & Analisa III-33
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

B. Rencana Pola Ruang


Dalam menyusun konsep pola ruang, perlu dilakukan analisis terlebih dahulu
terkait ketentuan teknis pengaturan zona dan sub zona, serta ketentuan teknis
pengaturan blok. Zona diklasifikasi menjadi zona umum, zona khusus, dan zona
yang memberlukan perlakuan tertentu, yang secara lebih jelas diuraikan berikut
ini:
1. Zona Umum
✓ Zona lindung, meliputi:
a. Zona hutan lindung;
b. Zona yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c. Zona perlindungan setempat;
d. Zona ruang terbuka hijau (RTH);
e. Zona suaka alam dan pelestarian alam;
f. Zona cagar budaya;
g. Zona rawan bencana;
h. Zona lindung geologi; dan
i. Zona lindung lainnya.
✓ Zona budidaya, meliputi:
a. Zona perumahan;
b. Zona perdagangan danjasa;
c. Zona perkantoran;
d. Zona ruang terbuka non hijau (RTNH);
e. Zona industri;
f. zona pergudangan;
g. zona pariwisata;
h. zona transportasi;
i. zona sarana pelayanan umum;
j. zona campuran;
k. zona pertahanan; dan
l. zona keamanan.
2. Zona Khusus, meliputi:
a. zona sistem penyediaan energi listrik;
KAJIAN KEBIJAKAN

b. zona sistem pengendalian banjir;


c. zona sistem penyediaan air minum;
d. zona sistem pengolahan air limbah dan sampah;

Buku
Fakta & Analisa III-34
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

e. zona hutan produksi;


f. zona hutan rakyat;
g. zona pertanian
h. zona perikanan;
i. zona pertambangan;
j. zona pusat penelitian;
k. zona pengembangan nuklir;
l. zona kraton/istana kerajaan;dan
m. zona istana kepresidenan
3. Zona yang Memerlukan Perlakuan Tertentu, meliputi:
a. zona pertampalan kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP);
b. zona pertampalan resapan air;
c. zona pertampalan rawan banjir;
d. zona pertampalan rawan bencana gempa;
e. zona pertampalan rawan tsunami;
f. zona pertampalan perlindungan air tanah;
g. zona pertampalan pariwisata;
h. zona pertampalan pengembangan cagar budaya;
i. zona pertampalan penunjang cagar budaya
j. zona pertampalan wilayah BTS;
k. zona pertampalan ruang evakuasi bencana; dan/atau
l. zona pertampalan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B).
Pengaturan blok dilakukan dengan mempertimbangkan:
1) Batasan fisik yang nyata antara lain jaringan jalan, sungai, selokan, saluran
irigasi, saluran udara tegangan tinggi (SUTT), saluran udara tegangan ekstra
tinggi (SUTET), garis pantai; dan
2) Batasan fisik yang belum nyata antara lain rencana jaringan jalan, rencana
jaringan prasarana lainnya yang sejenis sesuai dengan rencana struktur
ruang dalam RTRW kabupaten/kota dan rencana sektoral lainnya.

Apabila dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) subzona dalam 1 (satu) blok, maka
blok tersebut dapat dibagi menjadi beberapa subblok. Pembagian blok ke dalam
KAJIAN KEBIJAKAN

beberapa subblok dilakukan dengan mempertimbangkan:


a) Kesamaan (homogenitas) karakteristik pemanfaatan ruang atau lahan;
b) Batasan fisik seperti jalan, gang, sungai, batas persil; dan

Buku
Fakta & Analisa III-35
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

c) Orientasi bangunan.

Analisis rencana pola ruang dirumuskan dengan tahapan berikut:


Input
1) Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
2) Distribusi penduduk;
3) Perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan social
ekonomi (lahan untuk sarna dan prasarana) dan pelestarian fungsi
lingkungan.
Proses
1) Analisis kesesuaian lahan;
2) Analisis daya dukung lahan;
3) Analisis daya tamping lahan.
Output
1) Kawasan/Zona Lindung
• Kaw/Zona Hutan Lindung
• Kaw/Zona yg memberikan perlindungan terhadap kawasan di
bawahnya
• Kaw/zona perlindungan setempat
• Kaw/Zona RTH Kota
• Kaw/Zona Suaka Alam dan Cagar Budaya
• Kaw/Zona Rawan Bencana alam
• Kaw/Zona lindung lainnya
2) Kawasan/Zona Budidaya
• Kaw/Zona Perumahan
• Kaw/Zona Perdagangan dan Jasa
• Kaw/Zona Perkantoran
• Kaw/Zona Sarana Pelayanan Umum
• Kaw/Zona Industri
• Kaw/Zona Khusus
• Kaw/Zona Lainnya
• Kaw/Zona Campuran
KAJIAN KEBIJAKAN

Buku
Fakta & Analisa III-36
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

C. Rencana Jaringan Prasarana


Analisis rencana jaringan prasarana dirumuskan dengan tahapan berikut:
Input
1) Perkembangan kabupaten/kota dan wilayah Perencanaan (Rencana
struktur dalam RTRW kota, Tata guna lahan , Sistem transportasi dan
system jaringan prasarana lainnya Kawasan-kawasan khusus
2) Elemen struktur tata ruang kota dan wilayah perencanaan
3) Kondisi prasarana dan sarana pergerakan
4) Sistem pergerakan:
• Pergerakan lokal dan regional
• Moda pergerakan
• Tingkat kepadatan dan lokasi-lokasi rawan kemacetan (tingkat
pelayanan jalan)
5) Data kondisi sistem Prasarana (air minum, limbah, sampah) saat ini:
• Sistem pelayanan dan jaringan distribusi
• Tingkat pelayanan
• Sumber dan kapasitas sumber air minum
• Sistem Pengelolaan
Proses
1) Analisis kebijakan pembangunan:
• Kebijakan spasial
• Kebijakan sektoral
2) Analisis kemampuan tumbuh dan berkembangnya wilayah perencanaan,
3) Analisis bentuk dan struktur wilayah perencanaan:
4) Analisis kondisi sarana dan prasarana pergerakan:
• Efektivitas pola pergerakan
• Rasio kepadatan dengan sarana dan prasarana
• Perkiraan volume kepadatan di masa datang
• Gambaran moda transportasi di masa datang
5) Analisis sistem air minum:
• Kemampuan sumber air baku
• Penentuan sistem pelayanan dan distribusi
KAJIAN KEBIJAKAN

• Analisis efisiensi dan efektifitas pelayanan


• Analisis wilayah pelayanan.

Buku
Fakta & Analisa III-37
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Output
1) Rencana pengembangan jaringan pergerakan
2) Rencana pengembangan jaringan energi/kellistrikan
3) Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi
4) Rencana pengembangan jaringan air minum
5) Rencana pengembangan drainase
6) Rencana pengembangan sistem jaringan air limbah
7) Rencana pengembangan jaringan prasarana lainnya

D. Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya


Kegiatan ini merupakan upaya dalam rangka operasionalisasi rencana tata ruang
yang diwujudkan ke dalam rencana penanganan Sub BWP yang diproritaskan.
Penetapan ini bertujuan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi,
memperbaiki, mengkoordinasikan keterpaduan pembngunan, dan/atau
melaksanakan revitalisasi di kawasan yang bersangkutan yang dianggap memiliki
prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya. Dan penetapan ini juga merupakan
lokasi pelaksanaan salah satu program prioritas dari RDTR.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya berfungsi sebagai:


• Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis pembangunan sectoral; dan
• Dasar pertimbangan dalam penyusunan indikasi program prioritas RDTR.

Dan selanjutnya penetapan ini ditetapkan berdasarkan:


✓ Tujuan penataan BWP;
✓ Nilai penting Sub BWP yang ditetapkan;
✓ Kondisi ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan Sub BWP yang akan
ditetapkan;
✓ Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup BWP; dan
✓ Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Hasil penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya ini sekurang-
kurangnya memuat lokasi dan tema penanganan, seperti terlihat pada
ilustrasi berikut ini.
KAJIAN KEBIJAKAN

Buku
Fakta & Analisa III-38
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Gambar 3.5. Ilustrasi Peta Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan


Penanganannya

E. Ketentuan Pemanfaatan Ruang


Merupakan upaya mewujudkan RDTR dalam bentuk program pengembangan
BWP dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan. Ketentuan pemanfaatan
ruang berfungsi sebagai:
• dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman investasi
pengembangan BWP;
• arahan untuk sektor dalam penyusunan program;
• dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan
dan penyusunan program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima) tahun;
• acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.

Ketentuan pemanfaatan ruang disusun berdasarkan:


• rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana;
• ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;
• kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan;
KAJIAN KEBIJAKAN

• masukan dan kesepakatan dengan para investor; dan


• prioritas pengembangan BWP dan pentahapan rencana pelaksanaan
program.

Buku
Fakta & Analisa III-39
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Program dalam ketentuan pemanfaatan ruang meliputi:


• Program pemanfaatan ruang prioritas
• Lokasi
• Besaran
• Sumber pendanaan
• Instansi pelaksana
• Waktu dan tahapan pelaksanaan

F. Peraturan Zonasi
Muatan dari Peraturan Zonasi terdiri dari:
1. Materi wajib:
a. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan, dengan klasifikasi ketentuan
teknis zonasi I, T, B, X
b. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, dengan mengatur ketentuan
KDB maksimum, KLB maksimum, Ketinggian Bnagunan Maksimum, dan
KDH Minimal.
Ketentuan tambahan, dengan mengatur ketentuan Koefisien Tapak
Basement (KTB) Maksimum, Koefisien Wilayah Terbangun (KWT)
Maksimum, Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum, Kepadatan
Penduduk Maksimal
c. Ketentuan tata bangunan, dengan mengatur ketentuan GSB minimal,
tinggi bangunan maksimum atau minimal, jarak bebas antarbangunan
minimal, tampilan bangunan
d. Ketentuan prasarana dan sarana minimal, mengatur prasarana parkir,
aksesibilitas untuk difabel, jalur pedestrian, jalur sepeda, bongkar muat,
dimensi jaringan jalan, kelengkapan jalan, dan kelengkapan prasarana
lainnya yang diperlukan
e. Ketentuan pelaksanaan, terdiri atas ketentuan variasi pemanfaatan ruang
yang merupakan ketentuan yang memberikan kelonggaran untuk
menyesuaikan dengan kondisi tertentu dengan tetap mengikuti ketentuan
massa ruang yang ditetapkan dalam peraturan zonasi (sebagai dasar
KAJIAN KEBIJAKAN

transfer of development rights-TDR dan air right development yang


nantinya diatur dalam RTBL); ketentuan pemberian insentif dan disinsentif
untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang sejalan/tidak sejalan dengan

Buku
Fakta & Analisa III-40
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

rencana tata ruang dan memberikan dampak positif/negatif bagi


masyarakat (contoh Insentif: kemudahan perizinan, keringanan pajak,
kompensasi, imbalan, subsidi prasarana, pengalihan hak membangun,
dan ketentuan teknis lainnya. Contoh Disinsentif: pengetatan
persyaratan, pengenaan pajak dan retribusi yang tinggi, pengenaan
denda, pembatasan penyediaan prasarana dan sarana, atau kewajiban
untuk penyediaan prasarana dan sarana kawasan); ketentuan untuk
penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai dengan peraturan
zonasi .

2. Materi pilihan:
a. Ketentuan tambahan (memberikan aturan pada kondisi yang spesifik
pada zona tertentu dan belum diatur dalam ketentuan dasar)
b. Ketentuan khusus: zona keselamatan operasi penerbangan (KKOP);
zona cagar budaya atau adat; zona rawan bencana; zona pertahanan
keamanan (hankam); zona pusat penelitian; zona pengembangan nuklir;
zona pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU); zona gardu induk listrik; zona sumber air baku; dan zona
BTS.
c. Standar teknis (aturan teknis pembangunan yang ditetapkan berdasarkan
peraturan/standar/ketentuan teknis yang berlaku), mengikuti SNI Nomor
03-1733-2004 dengan tujuan memberikan kemudahan dalam
menerapkan ketentuan teknis yang diberlakukan di setiap zona
d. Ketentuan pengaturan zonasi yang berfungsi untuk memberikan
fleksibilitas dalam penerapan peraturan zonasi dasar serta memberikan
pilihan penanganan pada lokasi tertentu sesuai dengan karakteristik,
tujuan pengembangan, dan permasalahan yang dihadapi pada zona
tertentu, sehingga sasaran pengendalian pemanfaatan ruang dapat
dicapai secara lebih efektif.

4. Diskusi/Konsultasi Teknis
Kegiatan diskusi/konsultasi teknis terbagi menjadi 2 kegiatan utama, yaitu
KAJIAN KEBIJAKAN

kegiatan konsutasi teknis dengan Tim Teknis/Supervisi maupun instansi


terkait dan kegiatan asisten peta dengan Badan Informasi Geospasial
(BIG).

Buku
Fakta & Analisa III-41
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

A. Diskusi Substansi dengan Tim Teknis/Supervisi


Untuk menyempurnakan hasil pekerjaan perlu dilakukan proses
konsultasi teknis secara rutin baik formal (rapat pembahasan) maupun
informal (diskusi), dan terbuka terhadap berbagai masukan pihak yang
dapat mendukung kelancaran penyusunan RDTR. Rapat pembahasan
secara formal dilakukan 3 kali yaitu:
• Rapat pembahasan Laporan Pendahuluan
• Rapat pembahasan Laporan Antara
• Rapat pembahasan Draft Laporan Akhir
Diskusi dalam rangka mempertajam analisis dapat dilakukan secara
terus menerus tanpa menunggu tahapan pekerjaan.

B. Asistensi Peta dengan BIG


Asistensi peta ke BIG dilaksanakan mulai dari kelayakan sumber data
hingga mendapatkan persetujuan peta RDTR secara keseluruhan.
Asistensi dilengkapi dengan berita acara masukan/ perbaikan/
persetujuan BIG.

5. Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Dalam proses penyusunan KLHS Lamongan, tahapan yang dilakukan
meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan dan finalisasi. Pada setiap
tahapan tersebut terdapat proses-proses yang harus diselesaikan. Berikut
detail lingkup kegiatan penyusunan KLHS dalam setiap tahapan, yaitu.
1. Persiapan, meliputi kegiatan,
• Pekerjaan administrasi, merupakan pekerjaan terkait administrasi
yang harus diselesaikan antara DLH dengan tenaga ahli dan
pendukung yang terlibat,
• Penyusunan Tim (tim kerja antar instansi, tim teknis dan Tenaga
Ahli), merupakan pekerjaan konsolidasi tim penyusun, baik dari
tenaga ahli maupun unit SKPD yang terkait Kecamatan Paciran
• Penyusunan KAK, merupakan proses penyusunan petunjuk
pelaksanaan pekerjaan.
KAJIAN KEBIJAKAN

2. Pelaksanaan, meliputi kegiatan,

Buku
Fakta & Analisa III-42
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

• Pelingkupan materi, dilakukan dengan berbagai cara, seperti rapat


lintas sector yang terkait Kecamatan Paciran, Diskusi terarah dan
terfokus dan konsolidasi tim penyusun.
• Penyusunan strategi penyusunan, dilakukan melalui konsolidasi tim
penyusun.
• Konsultasi Publik awal, dilakukan untuk mensosialisasikan
pelaksanaan pekerjaan KLHS Kecamatan Paciran, sekaligus
menghimpun masukan mengenai alternative konsep keberlanjutan
sehubungandengan isu pokok di Kecamatan Paciran,
• Pengumpulan data, dilakukan untuk melengkapi kebutuhan
pelaksanaan studi meja dan analisis,
• Pengolahan data dengan SIG, dilakukan untuk mengolah data
spasial sehingga didapatkan tampilan peta mengenai kondisi
eksisting, tata ruang, kesesuaian rencana lokasi pembangunan dan
pengembangan Kecamatan Paciran
• Studi meja, dilakukan untuk menganalisis data-data sekunder yang
telah dikumpulkan.
• Analisis/Pengkajian, dilakukan dalam rangka
mengkaji/menganalisis data-data primer dan sekunder yang telah
dikumpulkan dan diolah (baik pengolahan secara spatial maupun
statistic),
• Penyusunan Laporan Sementara, dilakukan untuk mengkompilasi
hasil dari rangkaian proses yang telah dilakukan.
• Review hasil laporan sementara, dilakukan untuk membahas,
menjaring masukan dan saran terhadap draft hasil laporan yang
telah disusun.
• Perbaikan Laporan, dilakukan sebagai upaya mengakomodasi
proses review yang dilakukan terhadap laporan yang telah disusun.
3. Finalisasi, meliputi kegiatan,
• Konsultasi, dilakukan sebagai upaya mengintegrasikan laporan
KLHS dengan rencana-rencana yang telah disusun oleh SKPD
Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur
KAJIAN KEBIJAKAN

yang terkait dengan Kecamatan Paciran,


• Penyusunan konsep mitigasi & pemantauan, dilakukan sebagai
upaya mendetailkan hasil laporan,

Buku
Fakta & Analisa III-43
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

• Konsultasi Publik akhir, dilakukan sebagai upaya sosialisasi hasil


KLHS Kecamatan Paciran kepada public,
• Finalisisasi Laporan, dilakukan sebagai upaya mengakomodasi
masukan dan saran yang didapatkan dalam seminar akhir ke dalam
laporan KLHS Kecamatan Paciran,
• Penyerahan laporan, merupakan serah terima hasil pekerjaan dari
tim penyusun kepada DLH Kabupten Lamongan.

Gambar 3.6. Tahapan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis


(KLHS)

3.2. Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang

3.2.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN


Teknokratik 2020-2024)
a. Dalam 7 Agenda Pembangunan RPJMN IV tahun 2020 – 2024, salah
satunya:
Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjanga dan
Menjamin Pemerataan. Pengembangan wilayah ditujukan untuk
KAJIAN KEBIJAKAN

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemenuhan pelayanan


dasar dengan memperhatikan harmonisasi antara rencana
pembangunan dengan pemanfaatan ruang. Pengembangan wilayah

Buku
Fakta & Analisa III-44
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

yang mampu menciptakan kesinambungan dan keberlanjutan ini dapat


dilakukan melalui:
1) Pengembangan sektor/ komoditas/kegiatan unggulan daerah,
2) Distribusi pusat-pusat pertumbuhan (PKW) ke wilayah belum
berkembang,
3) Peningkatan daya saing wilayah yang inklusif,
4) Memperkuat kemampuan SDM dan Iptek berbasis kewilayahan
dalam mendukung ekonomi unggulan daerah, serta
5) Meningkatkan IPM melalui pemenuhan pelayanan dasar secara
merata
b. Isu Strategis
Pemanfaatan ruang yang belum sesuai dan sinkron dengan rencana
tata ruang, yang ditandai dengan:
1) Terbatasnya ketersediaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
yang berkualitas sebagai acuan perizinan dan pengendalian
pemanfaatan ruang, terutama dikarenakan belum tersedianya peta
dasar skala 1 : 5.000;
2) Belum berjalannya pengendalian pemanfaatan ruang secara
optimal dikarenakan belum tersedianya instrumen pengendalian
pemanfaatan ruang;
3) Adanya tumpang tindih perizinan pemanfaatan ruang;
4) Desa-desa dalam kawasan hutan dan perkebunan besar tidak
dapat melaksanakan kewenangannya terutama untuk
pembangunan infrastruktur (sekitar 25.000 desa); dan
5) Kejadian bencana akibat pemanfaatan ruang yang belum sesuai
dengan rencana tata ruang semakin meningkat (sekitar 2.000
kasus kejadian banjir, longsor, kebakaran hutan, dan sebagainya).
c. Arahan Kebijakan Pembangunan Wilayah Jawa – Bali
Penegakan rencana tata ruang yang berbasis mitigasi bencana
melalui peningkatan efektivitas instrumen pengendalian pemanfaatan
ruang, terutama kelengkapan RDTR serta mempercepat penyediaan
peta dasar skala besar (1:5.000) secara nasional. Disamping itu, juga
KAJIAN KEBIJAKAN

diterapkan mekanisme insentif dan disinsentif, serta sanksi bagi


pelanggaran pemanfaatan ruang;

Buku
Fakta & Analisa III-45
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Arah kebijakan pembangunan wilayah Jawa-Bali Pengembangan


wilayah Jawa-Bali diarahkan untuk memantapkan perannya dalam
perekonomian nasional sebagai pusat kegiatan industri dan jasa serta
mempertahankan peran lumbung pangan nasional. Strateginya yaitu:
1) pengembangan industri manufaktur antara lain industri pengolahan
tembakau dan industri kulit, barang dari kulit, dan perdagangan
besar dan eceran, pariwisata dan pangan; dan
2) Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan utama yang
diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan Industri (KI),
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) atau Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) atau
Taman Nasional (TN).

3.2.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi


Jawa Timur Tahun 2005 – 2025
(b) Visi dan Misi
Dengan memperhatikan sejarah perkembangan Provinsi Jawa Timur
sebagai Provinsi penyangga pangan nasional dan didukung oleh
analisis potensi, faktor-faktor strategis serta perspektif ke depan, maka
visi, misi dan strategi Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2005 –
2025 dirumuskan sebagai berikut:
1) Visi
Visi pembangunan Provinsi Jawa Timur tahun 2005-2025
adalah:
”Pusat Agrobisnis Terkemuka, Berdaya Saing Global dan
Berkelanjutan Menuju Jawa Timur Makmur dan Berakhlak”
Visi tersebut mengandung pengertian bahwa dalam 20 tahun
mendatang Provinsi Jawa Timur diharapkan mampu
berkembang menjadi provinsi yang aktivitas utama ekonominya
berbasis agrobisnis dari hulu, sektor budi daya (on farm) sampai
hilir (off farm), yang didukung kondisi pasar, permodalan,
infrastruktur agrobisnis, lembaga perbankan dan non bank,
KAJIAN KEBIJAKAN

kelembagaan petani, pendidikan dan pelatihan, BUMD, serta


mampu tumbuh menjadi tulang punggung perekonomian dalam
rangka mengurangi kemiskinan, pengangguran dan

Buku
Fakta & Analisa III-46
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

kesenjangan antar wilayah serta mewujudkan kesejahteraan


masyarakat yang lebih baik. Perwujudan kondisi tersebut
didukung oleh tata pemerintahan yang baik, kepastian hukum
dan HAM, pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup,
akses terhadap kualitas pelayanan sosial dasar yang terjangkau,
kualitas sumber daya manusia dan infrastruktur dasar publik
yang memadai serta terjaminnya ketentraman dan ketertiban.

Sebagai pusat agrobisnis yang terkemuka, kinerja agrobisnis


sebagai sistem akan menjadi pilar utama untuk menunjang
pembangunan ekonomi berkelanjutan dan memberikan
kontribusi terhadap kesejahteraan sosial masyarakat yang lebih
baik. Dalam 20 tahun mendatang, Jawa Timur akan berkembang
menjadi provinsi yang memiliki kontribusi ekonomi khususnya
dari kinerja sub-sub sistem agrobisnis di tingkat nasional yang
melebihi provinsi lain di Indonesia, serta mampu melakukan
perluasan pangsa pasar domestik (antar pulau) maupun
internasional. Untuk mampu bersaing secara kompetitif di pasar
internasional, berbagai produk agrobisnis harus memiliki kualitas
dan konsistensi pengembangannya untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif dan daya saing di tingkat nasional dan
global untuk memberikan nilai tambah (value added) bagi pelaku
agrobis, khususnya petani.

Praktek perdagangan yang merugikan masyarakat lokal, perlu


terus diupayakan pencegahannya melalui peningkatan kadar
keberdayaan petani agar mampu memiliki posisi tawar
(bargaining position) yang terus membaik, sehingga margin
keuntungan yang menjadi hak petani dapat diperoleh secara
proporsional. Dengan dukungan SDM yang makin berkualitas,
kelembagaan petani yang kuat, permodalan yang terjangkau,
dan kemampuan bersaing di tingkat global, diharapkan
KAJIAN KEBIJAKAN

pembangunan agrobisnis di Jawa Timur akan dapat berjalan


secara berkelanjutan dengan beberapa kriteria yaitu pro-

Buku
Fakta & Analisa III-47
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

keadilan, pro-pertumbuhan ekonomi, dan pro-lingkungan


dengan dukungan kebijakan penataan ruang yang konsisten.

2) Misi
Dalam mewujudkan Visi tersebut, Misi Jawa Timur 20 Tahun
kedepan adalah:
a) Mengembangkan Perekonomian Modern Berbasis
Agrobisnis;
b) Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Handal,
Berakhlak Mulia dan Berbudaya;
c) Mewujudkan Kemudahan Memperoleh Akses Untuk
Meningkatkan Kualitas Hidup;
d) Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan
Buatan;
e) Mengembangankan Infrastruktur Bernilai Tambah Tinggi;
f) Mengembangkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik.
b. Strategi dan Arah Kebijakan
Strategi utama pembangunan Jawa Timur dalam jangka panjang
dilaksanakan melalui pemerataan dan pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dan berkelanjutan, pembangunan manusia dan
pemerataan pembangunan infrastruktur. Pelaksanaan strategi
sebagaimana dimaksud didasari oleh reformasi birokrasi, supremasi
hukum dan stabilitas politik.

c. Kebijakan Kewilayahan
Kebijakan Pembangunan Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025
diarahkan pada masing-masing misi sebagai berikut :
a. Misi Pertama, mengembangkan perekonomian modern berbasis
agrobisnis diarahkan pada transformasi sistem agrobisnis;
pengembangan sistem informasi agrobisnis; pengembangan
sumberdaya agrobisnis; pembinaan sumberdaya manusia;
pembangunan fasilitas penelitian dan pengembangan pertanian;
KAJIAN KEBIJAKAN

penguatan struktur perekonomian; penguatan struktur industri;


optimalisasi perdagangan; pemberdayaan koperasi dan UMKM;

Buku
Fakta & Analisa III-48
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

optimalisasi peran lembaga keuangan dan perbankan, percepatan


investasi, serta pengembangan pariwisata;
b. Misi Kedua, mewujudkan SDM yang handal, berakhlak mulia dan
berbudaya diarahkan pada pembangunan
pendidikan;pembangunan kehidupan beragama; pengembangan
kebudayaan; pembangunan pemuda dan olah raga;
pemberdayaan perempuan; sertapembangunan dan pemantapan
jatidiri bangsa;
c. Misi Ketiga, mewujudkan kemudahan memperoleh akses untuk
meningkatkan kualitas hidup diarahkan pada pembangunan
kesehatan; pembangunan kependudukan; pembangunan
ketenagakerjaan; pembangunan kesejahteraan sosial, serta
penanggulangan kemiskinan;
d. Misi Keempat, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam
dan buatan diarahkan pada pengembangan keanekaragaman
pemanfaatan sumber daya alam dan buatan; pengembangan
energi; pendayagunaan sumber daya alam,pendayagunaan
sumber daya alam tak-terbarukan; pengembangan potensi sumber
daya kelautan; serta penanganan kebencanaan;
e. Misi Kelima, mengembangkan infrastruktur bernilai tambah tinggi
diarahkan pada pembangunan transportasi; pengelolan sumber
daya air; perumahan dan permukiman; pengembangan wilayah;
serta penyelenggaraan penataan ruang;
f. Misi Keenam, mengembangkan tata kelola pemerintahan yang
baik diarahkan pada pembangunan hukum; penyelenggaraan
pemerintahan; pembangunan politik; pembangunan komunikasi
dan informasi; pembangunan keamanan dan ketertiban ; serta
pembangunan keuangan daerah.

3.2.3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten


Lamongan Tahun 2005 – 2025
Visi dan Misi Kabupaten Lamongan sebagaimana tertuang di dalam
KAJIAN KEBIJAKAN

Rencana Program Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)


Kabupaten Lamongan Tahun 2005-2025, sebagai berikut
A. VISI

Buku
Fakta & Analisa III-49
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

“Lamongan sebagai kabupaten yang sejahtera, adil, merata dan


berdaya saing”
Dengan visi tersebut Kabupaten Lamongan 20 tahun yang akan
datang akan menjadi sebuah kabupaten dengan peningkatan
pertumbuhan ekonomi; peningkatan pendapatan per kapita
penduduk;penyerapan tenaga kerja; penerimaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD); dan ketersediaan sarana prasarana dasar (infrastruktur
dan utilitas) serta peningkatan investasi.
B. MISI
Adapun misi Kabupaten Lamongan adalah :
1. Mewujudkan masyarakat Lamongan yang terdidik, bermoral, dan
berdaya saing untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
2. Mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah melalui
peningkatan investasi dan produktivitas sektor-sektor andalan
daerah.
3. Mewujudkan pembangunan daerah berupa sarana dan prasarana
dasar (infrastruktur dan utilitas) yang memadai guna membuka
daerah yang masih terisolir dan tertinggal.
4. Mewujudkan Lamongan yang Good Governance (tata kelola
pemerintahan yang baik) dengan 10 (sepuluh) prinsipnya, yaitu: 1)
Prinsip Partisipasi; 2) Penegakan Hukum atau supremasi hukum;
3) Transparansi; 4) Kesetaran; 5) Wawasan ke depan, 6)
Akuntabilitas; 7) Pengawasan; 8) Efisiensi; 9) Efektivitas; dan, 10)
Profesionalisme aparatur.
5. Mewujudkan kemampuan dalam pendayagunaan sumberdaya
alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan untuk
kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lamongan secara luas dan
merata.
6. Mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang tentram, tertib
dan aman guna menunjang efektifitas pembangunan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
memahami kondisi kearifan dan nilai-nilai budaya lokal.
KAJIAN KEBIJAKAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah merupakan


penjabaran visi, misi dan program Bupati selama 5 (lima) tahun, ditempuh
melalui Strategi Daerah yang dijabarkan dalam Agenda Pembangunan

Buku
Fakta & Analisa III-50
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Daerah, memuat tujuan dan sasaran yang harus dicapai, arah kebijakan,
dan program-program pembangunan. Isu-isu strategis Kabupaten
Lamongan sebagai berikut :
1. Kualitas pendidikan di Kabupaten Lamongan masih belum merata
2. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat
akibat terbatasnya aksesibilitas terhadap sumber air bersih dan
keperluan sanitasi dasar secara konsisten; terbatasnya jaminan
kesehatan kepada masyarakat kurang mampu; dan terbatasnya
sarana dan prasarana kesehatan
3. Terbatasnya kesempatan kerja, kemampuan atau skill tenaga kerja
yang tidak memadai, kurangnya modal dan sarana pemasaran untuk
industri rumah tangga serta masih kurangnya investasi di Lamongan
4. Masih belum tercukupinya akses terhadap air minum yang layak
kepada penduduk, belum terpenuhinya pengelolaan sumber daya air,
belum terpenuhinya konversi terhadap keanekaragaman hayati,
perlindungan hutan dan sumber mata air, belum meningkatnya fungsi
dan daya dukung daerah aliran sungai (das).
5. Pusat perdesaan masih mampu dikembangkan untuk mendorong
kawasan perdesaan masing-masing sehingga bisa menjadi pusat
pelayanan lingkungan (ppl); interaksi antara permukiman perdesaan
dan permukiman perkotaan dapat ditingkatkan untuk mendorong
keseimbangan penataan ruang; Kabupaten Lamongan akan memiliki
sistem permukiman perkotaan, yang terdiri pkl meliputi perkotaan
lamongan; pklp meliputi perkotaan brondong-paciran, perkotaan
babat, perkotaan sukodadi dan perkotaan ngimbang serta ppk adalah
perkotaan kecamatan lain; pengembangan ppl pada beberapa
kawasan perdesaan; serta pengembangan sentra kawasan
agropolitan di kecamatan ngimbang.
6. Belum terpenuhinya sarana dan prasarana pertanian, masih belum
terpenuhinya jalan usaha tani dan irigasi pertanian.
7. Belum terpenuhinya fasilitas untuk nelayan tradisional, penataan dan
perlindungan ekosistem pesisir dan penyediaan benih berkualitas bagi
KAJIAN KEBIJAKAN

pembudidaya.
8. Belum terpenuhinya partisipasi perempuan terhadap aktivitas
pembangunan dan kemasyarakatan.

Buku
Fakta & Analisa III-51
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan isu strategis tersebut Kabupaten Lamongan menetapkan Visi


Pembangunan Daerah Tahun 2011-2015, yaitu : ”Terwujudnya
Masyarakat Lamongan Yang Sejahtera, Berkeadilan, Beretika dan
Berdaya Saing”
Dalam Rangka mewujudkan visi sebagaimana dikemukakan di atas, telah
dikemukakan Misi Daerah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas hidup dan daya saing masyarakat; serta
menjamin ketersediaan sarana dan prasarana dasar (infrastruktur dan
utilitas).
2. Memacu pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi,
produktivitas sektor-sektor andalan, dan pendayagunaan sumber daya
alam.
3. Mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan Yang Baik (Good
Governance), Menuju Pemerintahan Yang Bersih (Clean Goverment).

1. Rencana Pola Ruang Kabupaten Lamongan dalam RTR Pulau Jawa


Bali
a. Kawasan Perlindungan Setempat, sempadan pantai, sempadan
sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk;
b. Kawasan Rawan Bencana: bencana gelombang pasang rawan
banjir;
c. Peruntukan pertanian
d. Peruntukan perikanan
e. Kawasan Industri,
f. Kawasan Ekowisata
g. Kawasan Permukiman
KAJIAN KEBIJAKAN

Buku
Fakta & Analisa III-52
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3.2.4. Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2017 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, terdapat beberapa
poin yang berkaitan langsung dengan Rencana Tata Ruang Kabupaten
Lamongan, yaitu :
1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional
b. PKN -- Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–
Surabaya–Sidoarjo–Lamongan (Gerbangkertosusila) →II/C/3
(Tahap II/Revitaslisasi kota-kota yang telah berfungsi)
c. Pengembangan Pelabuhan Utama Tanjungpakis, LIS (di Kec.
Paciran, Lamongan) → III/1 (Tahap III/Pemantapan)
d. Pelabuhan Angkutan Penyeberangan di Kec. Paciran, Lamongan
(Provinsi Jawa Timur) → II/1 (Tahap II/Pemantapan)
2. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional
a. Kawasan Andalan Gerbangkertosusila → Pertanian - perikanan -
industri - pariwisata - panas bumi - minyak dan gas bumi
b. KSN -- Kws Perkotaan Gerbangkertosusila

3.2.5. Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Pulau Jawa – Bali
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Pulau Jawa – Bali, Kabupaten
Lamongan diarahkan sebagai berikut:
1. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Lamongan dalam RTR Pulau
Jawa Bali
a. PKN -- Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–
Surabaya–Sidoarjo–Lamongan (Gerbangkertosusila)
b. Pemantapan Jaringan Jalan Arteri Primer pada Jaringan Jalan
Lintas Utara Pulau Jawa
c. Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan di Kabupaten
Lamongan
d. Pengembangan dan pemantapan lintas penyeberangan untuk
meningkatkan keterkaitan antarwilayah/antarpulau
KAJIAN KEBIJAKAN

Buku
Fakta & Analisa III-53
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
KAJIAN KEBIJAKAN

Peta 3.1. Rencana Struktur Ruang Pulau Jawa – Bali

Buku
Fakta & Analisa III-54
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
KAJIAN KEBIJAKAN

Peta 3.2. Rencana Pola Ruang Pulau Jawa – Bali

Buku
Fakta & Analisa III-55
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3.2.6. Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 – 2031
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun
2011 – 2031, Kabupaten Lamongan diarahkan sebagai berikut:
1. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Lamongan Dalam Provinsi
Jawa Timur
a. PKN -- Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–
Surabaya–Sidoarjo–Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang
b. Pengembangan Jalan nasional arteri primer, Ruas Surabaya–
Lamongan–Widang–Tuban–Bulu (Batas Jateng)
c. Pengembangan Jalan Provinsi Kolektor Primer, Ruas Mojokerto–
Gedek–Lamongan
d. Pengembangan Terminal Tipe B - Terminal Lamongan dan Terminal
Babat di Kab. Lamongan
e. Pengembangan Terminal Tipe A – Terminal Paciran di Kab.
Lamongan
f. Pengembangan Perkertaapian - Jalur Utara: Surabaya (Pasar Turi)–
Lamongan–Babat–Bojonegoro–Cepu
g. Pengembangan Stasiun KA –Stasiun Lamongan
h. Terminal Barang Babat di Kabupaten Lamongan
i. Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan antarprovinsi -
Pelabuhan Paciran di Kec. Paciran, Lamongan
j. Pengembangan Pelabuhan Pengumpan – Terminal Brondong, di
Kec. Brondong, Lamongan
k. Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara di Brondong,
Lamongan
l. Pengembangan Alt Bandar Udara Baru di Lamongan
m. Pengembangan sistem transmisi 150 kV di Brondong-Paciran,
Lamongan
2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Lamongan Dalam Provinsi Jawa
Timur
a. Kawasan Lindung
KAJIAN KEBIJAKAN

• Kawasan Hutan Lindung


• Kawasan Cagar Budaya (Makam Suna Drajat di Paciran)
• Kawasan Rawan Bencana

Buku
Fakta & Analisa III-56
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

b. Kawasan Budidaya
• Kawasan Hutan Produksi
• Kawasan Hutan Rakyat
• Kawasan Pertanian
• Kawasan Perkebunan
• Kawasan Peternakan
• Kawasan Perikanan
• Kawasan Pertambangan MIGAS dan Panas Bumi
• Kawasan Industri
• Kawasan Pariwisata
3. Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Lamongan Dalam Provinsi
Jawa Timur
(c) Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–
Sidoarjo–Lamongan (Gerbangkertosusila)
(d) Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
• Kawasan Ekonomi Unggulan (KEU) berupa Lamongan
Integrated Shorebase (LIS) dan sekitarnya di Kabupaten
Lamongan, di Kec. Paciran
• Kawasan Agroindustri Gresik dan Lamongan (Gelang) Utara di
Kec. Brondong dan Kec. Paciran
• Kawasan Perbatasan antar kabupaten/kota meliputi
Gerbangkertosusila dan segitiga emas pertumbuhan Tuban–
Lamongan-Bojonegoro

3.2.7. Peraturan Daerah No. 15 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Lamongan Tahun 2011 – 2031
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 15 Tahun 2011, Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Lamongan Tahun 2011 – 2031 diarahkan sebagai
berikut:
A. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan
KAJIAN KEBIJAKAN

1. Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan


a. Pusat pelayanan perdesaan secara hierarki memiliki hubungan
dengan : a. setiap dusun memiliki pusat dusun; b. setiap desa

Buku
Fakta & Analisa III-57
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

memiliki satu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat desa; c.


beberapa desa dalam satu kecamatan memiliki pusat kegiatan yang
hierarkinya dibawah perkotaan kecamatan yakni sebagai Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK); d. perdesaan yang lokasinya strategis
langsung berhubungan dengan masing-masing ibukota kecamatan;
dan e. perdesaan yang membentuk sistem keterkaitan atau
berorientasi pada pusat wilayah pengembangan disebut sebagai
Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
b. Pemanfaatan ruang kawasan permukiman perdesaan
dikembangkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi perdesaan
sebagai bagian dari sistem perekonomian wilayah.
c. Pengembangan dan peningkatan penyediaan sarana dan prasarana
penunjang di kawasan permukiman termasuk jaringan transportasi,
listrik, air bersih, telekomunikasi dan sarana pendukung yang
lainnya.
d. Pengembangan sektor ekonomi perdesaan bertumpu pada sektor
pertanian dan perikanan serta memperhatikan karakteristik sosial
budaya masyarakat, dengan pengembangan agropolitan dan
minapolitan
2. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan
a. Pusat kegiatan perkotaan, meliputi : a. Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) terdapat di Perkotaan Lamongan yang merupakan bagian
dari Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila; b. Pusat Kegiatan
Lokal Promosi (PKLp) meliputi Perkotaan Brondong-Paciran,
Perkotaan Babat, Perkotaan Sukodadi dan Perkotaan Ngimbang;
dan c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi perkotaan
Sukorame, perkotaan Bluluk, perkotaan Sambeng, perkotaan
Mantup, perkotaan Kembangbahu, perkotaan Sugio, perkotaan
Kedungpring, perkotaan Modo, perkotaan Pucuk, perkotaan Tikung,
perkotaan Sarirejo, perkotaan Deket, perkotaan Glagah, perkotaan
Karangbinangun, perkotaan Turi, perkotaan Kelitengah, perkotaan
Karanggeneng, perkotaan Sekaran, perkotaan Maduran, perkotaan
KAJIAN KEBIJAKAN

Laren dan perkotaan Solokuro.


b. Hierarki perkotaan, meliputi : a. perkotaan sedang meliputi
Perkotaan Lamongan, Perkotaan Brondong-Paciran, dan Perkotaan

Buku
Fakta & Analisa III-58
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Babat; b. perkotaan kecil meliputi Perkotaan Sukodadi dan


Perkotaan Ngimbang; dan c. perkotaan sangat kecil meliputi
Perkotaan lainnya di Kabupaten Lamongan.
c. Penetapan fungsi Wilayah Pengembangan (WP) meliputi 5 (lima)
WP:
• Wilayah Pengembangan 1 (WP 1): Pusat Pemerintahan
Kabupaten, Pusat Perdagangan dan Jasa, Pusat Kesehatan,
Pusat Pendidikan, Pusat Olahraga dan Kesenian,
Pengembangan Pertambangan, Pertanian, Peternakan, Industri
Kerajinan Rakyat, Perikanan dan Pariwisata.
• Wilayah Pengembangan 2 (WP 2): Pemerintahan Kecamatan,
Pusat Perdagangan dan Jasa Skala Regional, Pusat Industri
Besar, Pusat Transportasi Nasional, Minapolitan, Pelabuhan dan
Industri Perikanan, Pusat Kegiatan Pariwisata, Pengembangan
Pendidikan, Peternakan dan pertembangan.
• Wilayah Pengembangan 3 (WP 3): Pemerintahan Kecamatan,
Pusat Perdagangan dan Jasa, Pengembangan Industri
Kerajinan, Industri Pertanian, Pertanian, Kehutanan, dan
Pariwiwsata.
• Wilayah Pengembangan 4 (WP 4): Pemerintahan Kecamatan,
Perdagangan dan Jasa, Pusat Pelayanan Umum,
Pengembangan Industri, Pariwisata, Pertanian, Perternakan.
• Wilayah Pengembangan 5 (WP 5): Pemerintahan Kecamatan,
Pertanian, Agropolitan, Industri Kerajinan Rakyat, Industri
Pengolahan, Pertanian, Peternakan, Pariwisata, dan Kehutanan.
3. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
a. Rencana Pengembangan jalan nasional jalan bebas hambatan,
berupa Jalan Bebas Hambatan Gresik – Lamongan – Tuban.
b. Rencana pengembangan jalan nasional jalan arteri, yaitu Batas Kab.
Gresik – Batas Kab. Lamongan, Jl.Pang.Sudirman; Jl.Jaksa Agung
Suprapto; Bts.Kota Lamongan – Widang; dan Widang –
Bts.Kab.Tuban;
KAJIAN KEBIJAKAN

c. Rencana Pengembangan jalan nasional sebagai jalan kolektor


primer, meliputi Widang-Babat-Bojonegoro dan TubanLohgung-
Sadang-Gresik.

Buku
Fakta & Analisa III-59
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

d. Rencana pengembangan jalan Provinsi sebagai jalan kolektor,


meliputi Jl Lamongrejo; Jl Akhmad Dahlan; Jl Sunan Drajad; Jl Raya
Mantup; Bts. Kota Lamongan-Bts. Kab. Mojokerto; dan Babat-Bts.
Kab. Jombang.
e. Rencana pengembangan jalan, meliputi ruas: a. Kec. Lamongan –
Kec. Sukodadi – Kec. Sugio – Kec. Kedungpring; b. Kec. Deket –
Kec. Glagah – Kec. Karangbinangun – Kabupaten Gresik; c. Kec.
Sukodadi – Kec. Karanggeneng – Kabupaten Gresik – Kec.
Solokuro – Kec. Paciran; d. Kec. Turi – Kec. Kalitengah; e. Kec.
Pucuk – Kec. Sekaran – Kec. Maduran – Kec.Laren – Kec.Paciran;
f. Kec. Tikung – Kec. Sarirejo – Kebupaten Gresik; g. Kec. Mantup –
Kec. Kembangbahu – Kec. Sugio – Kec. Kedungpring; h. Kec.
Mantup – Kec. Sambeng – Kec. Ngimbang; i. Kec. Kedungpring –
Kec. Modo – Kec. Bluluk – Kec. Ngimbang; j. Kec. Bluluk – Kec.
Sukorame – Kab. Bojonegoro; k. Kec. Sugio – Kec. Sambeng; l.
Kec. Tikung (Desa Wonokromo) – Kec. Mantup – Kab. Gresik; m.
Kec. Sukorame – Kab. Jombang; n. Kec. Lamongan (Kelurahan
Sidokumpul) – Kec. Deket – Kec. Turi – Kec. Karangbinangun – Kec.
Kalitengah; dan o. Kec. Deket (Desa Pandanpancur) – Kec. Glagah.
f. Pengembangan jaringan jalan lingkar, meliputi: a. Jalan Lingkar
Selatan Pantura dengan ruas jalan Kec. Paciran – Kec. Solokuro –
Kec. Brondong; b. Jalan Lingkar Utara Lamongan dengan ruas jalan
Kec. Deket – Kec. Lamongan – Kec. Turi; dan c. Jalan Lingkar
Selatan Babat dengan ruas Kec. Babat – Kab. Bojonegoro.
g. Rencana pengembangan terminal, meliputi: a. membangun dan
meningkatkan pelayanan terminal di Perkotaan Lamongan; b.
peningkatan kelas terminal di Perkotaan Babat; c. pengembangan
terminal terpadu pantura di Kecamatan Paciran; d. pengadaan
trayek baru yang menghubungkan Kabupaten Lamongan khususnya
Kecamatan Paciran dengan Kabupaten Tuban; e. rencana
pengembangan terminal barang di Kecamatan Babat; f. peningkatan
infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang memadai; dan
KAJIAN KEBIJAKAN

g. rencana pengembangan dan peningkatan pelayanan Terminal


Ngimbang.

Buku
Fakta & Analisa III-60
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

h. Rencana pengembangan angkutan massal cepat, meliputi : a. jalur


moda jalan angkutan bus dengan rute Surabaya – Lamongan –
Babat; dan b. jalur moda rel perkeretapian komuter dengan rute
Surabaya – Lamongan – Babat
i. Rencana pengembangan jalur perkeretaapian, meliputi Jalur
Surabaya – Gresik – Lamongan – Bojonegoro.
j. Rencana pengembangan jalur perkeretaapian komuter meliputi jalur
Surabaya – Lamongan – Babat.
k. Rencana pengembangan jalur ganda meliputi jalur Surabaya –
Lamongan – Babat – Bojonegoro.
l. Rencana pengembangan stasiun kereta api meliputi stasiun kereta
api di daerah.
m. Rencana konservasi dan revitalisasi jalur perkeretaapian mati,
meliput: a. jalur Babat – Jombang; dan b. jalur Babat – Tuban.
n. Pelabuhan penyeberangan diarahkan untuk pelabuhan pelayanan
penyeberangan jaringan Indonesia bagian timur
o. Rencana pengembangan pelabuhan pengumpul, berupa pelabuhan
Brondong di Kecamatan Brondong.
p. Rencana pengembangan pelabuhan Lamongan Shorebase (LS) di
Paciran
q. Rencana pengembangan prasarana transportasi udara, berupa
alternatif lokasi pengembangan bandar udara Jawa Timur di
Kabupaten Lamongan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi
a. Rencana pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi,
meliputi : a. Bunder – Lamongan, dengan panjang kurang lebih 30
km; b. Lamongan – Babat, dengan panjang kurang lebih 29 km; c.
Babat – Bojonegoro, dengan panjang kurang lebih 35 km; d. Gresik
– Sadang – Widang, dengan panjang kurang lebih 33 km; dan e.
rencana pengembangan sumber dan prasarana minyak dan gas
bumi di daerah.
KAJIAN KEBIJAKAN

b. Rencana pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik, meliputi


pengembangan Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi (SUTET) dari
Gardu Ngimbang menuju Kecamatan Babat, melalui Kecamatan

Buku
Fakta & Analisa III-61
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Ngimbang – Kecamatan Modo – Kecamatan Kedungpring –


Kecamatan Babat.
c. Pengembangan jalur Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
melalui Kecamatan Babat – Pucuk – Sukodadi – Lamongan.
d. Rencana pengembangan gardu induk, meliputi: a. pengembangan
Gardu Induk PLN 500 KV di Kecamatan Ngimbang; dan b.
pengembangan Gardu Induk PLN 150 KV di Kecamatan Paciran.
5. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
a. Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi, terus
ditingkatkan perkembangannya hingga mencapai pelosok wilayah
yang belum terjangkau sarana prasarana telematika mendorong
kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
b. Rencana penyediaan infrastruktur telekomunikasi, berupa tower
BTS (Base Transceiver Station) secara bersama-sama.
c. Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil, pemerintah
memberi dukungan dalam pengembangan kemudahan jaringan
telekomunikasi.
6. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
a. Rencana jaringan sumber daya air lintas Provinsi, berupa Sungai
Bengawan Solo di daerah sepanjang 68 (enam puluh delapan) Km
dan Flood Way di sepanjang 13 (tiga belas) Km yang juga termasuk
dalam wilayah sungai strategis nasional.
b. Wilayah sungai lintas, meliputi : a. Kali Lamong di Kabupaten
Lamongan – Kabupaten Gresik; b. Kali Corong di Kabupaten
Lamongan – Kabupaten Gresik; c. Kali Wangen di Kabupaten
Lamongan – Kabupaten Gresik; d. Kali Serning di Kabupaten
Lamongan – Kabupaten Bojonegoro; e. Kali Semarmendem di
Kabupaten Lamongan – Kabupaten Bojonegoro; dan f. Kali Lohgung
di Kabupaten Lamongan – Kabupaten Tuban.
c. Wilayah sungai adalah seluruh DAS di daerah.
d. Pengembangan sistem jaringan irigasi meliputi: a. daerah irigasi
yang menjadi penanganan pusat seluas kurang lebih 23.331 (dua
KAJIAN KEBIJAKAN

puluh tiga ribu tiga ratus tiga puluh satu) Ha yang terdiri dari DI
Bengwan Jero, DI Waduk Prijetan dan DI Waduk Gondang; b.
daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Provinsi dengan luas total

Buku
Fakta & Analisa III-62
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

kurang lebih 12.001 (dua belas ribu satu) Ha, terdiri dari : 1) DI dalam
wilayah kabupaten seluas kurang lebih 8.063 (delapan ribu enam
puluh tiga) Ha terdiri dari DI Waduk Rande, DI PA Kaligerman, DI
PA Butungan, DI Rawa Cungkup, DI Rawa Semando dan DI Rawa
Sekaran; 2) DI Lintas Kabupaten seluas kurang lebih 3.938 (tiga ribu
sembilan ratus tiga puluh delapan) Ha terdiri dari DI Kali Corong, DI
Rawa Jabung dan DI Waduk Sumengko; dan c. daerah Irigasi yang
menjadi kewenangan Kabupaten seluas kurang lebih 10.640
(sepuluh ribu enam ratus empat puluh) Ha, terdiri dari 30 (tiga puluh)
DI meliputi : DI Bengawan Solo, DI PA Karanggeneng, DI Rawa
Bogo, DI Rawa Bulu, DI Rawa Geger, DI Rawa Kwanon, DI Rawa
Manyar, DI Rawa Sibanget, DI Rawa Sogo, DI Sluis keyongan, DI
Waduk Bowo, DI Waduk Caling, DI Waduk Dermo, DI Waduk Dukuh,
DI Waduk Jajong, DI Waduk Kuripan, DI Waduk Lego, DI Waduk
Makamsantri, DI Waduk Maduran, DI Waduk Pading,DI Waduk
Palangan, DI Waduk Paprit, DI Waduk Sepanji, DI Waduk
Sumurgung, DI Waduk Takeran, DI Waduk Canggah, DI Waduk
Delikguno, DI Waduk Kedungdowo, DI Waduk Lembeyan dan DI
Waduk Tuwiri.
e. Rencana pengembangan sistem pengendalian banjir, meliputi : a.
normalisasi Sungai Bengawan Solo dan anak sungainya; b.
melakukan penataan sistem jaringan drainase di wilayah Bengawan
Jero; c. normalisasi Kali Wangen dan Tebaloan melalui Kali Manyar
di wilayah Kabupaten Gresik hingga bermuara di laut; d. rencana
pengembangan bendung gerak sembayat dan waduk cawak dan
rehabilitasi dan/atau normalisasi Kali Corong melalui sinergitas
dengan wilayah Kabupaten Gresik; dan e. rehabilitasi dan/atau
normalisasi sungai-sungai eksisting beserta dengan bangunan
pengairannya.
7. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
a. Sistem jaringan persampahan, meliputi : a. rencana pengembangan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di daerah; b. pengembangan TPA
KAJIAN KEBIJAKAN

terpadu yang dikelola bersama untuk kepentingan di daerah dengan


sistem sanitary landfiil; c. rencana pengembangan tempat
pengelolaan limbah industri B3 dan non B3; dan d. pembangunan

Buku
Fakta & Analisa III-63
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

bangunan pengolah sampah 3R (reuse, reduce, recycle) di TPA dan


lingkungan permukiman.
b. Rencana pengembangan prasarana sanitasi, meliputi: a. fasilitasi
septic tank pada masing-masing rumah di wilayah perkotaan; b.
pengembangan jamban komunal pada kawasan permukiman padat
masyarakat berpenghasilan rendah dan area fasilitas umum; c.
pengembangan daerah pemukiman baru dan kota baru untuk
menyediakan sistem pengolahan limbah rumah tangga komunal
sesuai dengan kondisi daerah; dan d. meningkatkan pelayanan
umum sanitasi.
c. Rencana sistem pengelolaan limbah, meliputi: a. penyiapan lahan
untuk tempat penampungan limbah sehingga dapat dikelola sebagai
rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pengelolaan dan penimbunan hasil limbah; dan b.
pembangunan IPAL bersama dalam suatu kawasan perdesaan,
dengan target pengurangan sifat berbahaya dari Iimbah yang
dihasilkan per produksi.
d. Rencana sistem jaringan air bersih, meliputi: a. pembangunan,
pemeliharaan dan perlindungan terhadap sumber-sumber mata air,
daerah resapan air dan/atau daerah tangkapan air; dan b.
peningkatan sistem pelayanan dan pengelolaan air bersih hingga ke
wilayah perkotaan dan perdesaan.
e. Rencana jalur evakuasi bencana alam, meliputi: a. jalur evakuasi
bencana gelombang pasang diarahkan menuju Kecamatan Laren,
Kecamatan Solokuro dan sekitar Bengawan Solo; dan b. jalur
evakuasi bencana untuk menanggulangi bahaya banjir diarahkan
melalui jalan kabupaten, jalan kolektor primer, dan jalan arteri
primer.

B. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan


1. Rencana Kawasan Lindung
a. Kawasan hutan lindung, secara keseluruhan seluas kurang lebih
KAJIAN KEBIJAKAN

225 (dua ratus dua puluh lima) ha.


b. Kawasan sempadan pantai berada di wilayah Kecamatan
Paciran dan Kecamatan Brondong.

Buku
Fakta & Analisa III-64
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

c. Kawasan sempadan sungai berada di sepanjang aliran sungai di


daerah.
d. Kawasan sekitar waduk dan embung berada di sekitar waduk
dan embung di daerah.
e. Kawasan sekitar mata air berada di sekitar mata air di daerah.
f. RTH perkotaan meliputi : a. proporsi ruang terbuka hijau pada
wilayah perkotaan paling sedikit 30 % dari luas wilayah kota; b.
proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah perkotaan
paling sedikit 20 % dari luas wilayah kota; dan c. rencana RTH
perkotaan seluas kurang lebih 10.387 (sepuluh ribu tiga ratus
delapan puluh tujuh) ha.
g. Kawasan pantai berhutan bakau meliputi : a. Kecamatan
Brondong seluas kurang lebih 12 (dua belas) ha; dan b.
Kecamatan Paciran seluas kurang lebih 13 (tiga belas) ha.
h. Cagar budaya dan ilmu pengetahuan meliputi : a. monumen Van
Der Wijck, di Kecamatan Brondong. b. makam Sunan Drajad, di
Kecamatan Paciran; c. makam Sendang Duwur, di Kecamatan
Paciran d. makam Jaka Tingkir di Kecamatan Maduran; e.
makam Nyai Putri Andongsari, di Kecamatan Ngimbang; f. Desa
Balun di Kecamatan Turi; dan g. situs – situs lain yang ditetapkan
dengan keputusan kepala daerah.
i. Kawasan rawan bencana alam, meliputi kawasan rawan
gelombang pasang dan abrasi, serta kawasan rawan banjir;
j. Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi, meliputi
gelombang pasang di Kecamatan Paciran dan Kecamatan
Brondong;
k. Kawasan rawan banjir, meliputi : a. Kecamatan Babat; b.
Kecamatan Sekaran; c. Kecamatan Maduran; d. Kecamatan
Laren; e. Kecamatan Karanggeneng; f. Kecamatan Kalitengah;
g. Kecamatan Glagah; h. Kecamatan Karangbinangun; i.
Kecamatan Turi; dan j. Kecamatan Deket.
l. Kawasan lindung geologi meliputi kawasan cagar alam geologi.
KAJIAN KEBIJAKAN

m. Kawasan cagar alam geologi berupa Goa Maharani dan Zoo di


Kecamatan Paciran.
2. Rencana Kawasan Budidaya

Buku
Fakta & Analisa III-65
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

a. kawasan hutan produksi;


Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29 huruf a seluas kurang lebih 31.201 (tiga puluh satu ribu dua
ratus satu) ha.
b. kawasan hutan rakyat;
Kawasan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
huruf b, tersebar di seluruh wilayah kecamatan.
c. kawasan pertanian;
• Kawasan pertanian tanaman pangan meliputi: a. sawah
beririgasi teknis, setengah teknis dan sederhana seluas
kurang lebih 45.841 (empat puluh lima ribu delapan ratus
empat puluh satu) ha yang ditetapkan sebagai lahan
pertanian pangan berkelanjutan; b. sawah tadah hujan seluas
kurang lebih 33.479 (tiga puluh tiga ribu empat ratus tujuh
puluh sembilan) ha.
• Kawasan pertanian hortikultura tersebar di seluruh wilayah
kecamatan.
• Rencana pengembangan kawasan agropolitan di wilayah
selatan.
• Kawasan perkebunan tersebar di wilayah kecamatan meliputi
: a. tembakau (Tembakau Virginia dan Tembakau Jawa)
tersebar di 9 (sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan
Sukorame, Bluluk, Ngimbang, Sambeng, Mantup, Modo,
Kedungpring, Sugio dan Babat; b. kenaf potensi di Kecamatan
Laren pada lahan Bonorowo; c. tebu tersebar di 19 (sembilan
belas) Kecamatan meliputi Kecamatan Sukorame, Bluluk,
Ngimbang, Sambeng, Mantup, Kembangbahu,
Sugio,Kedngpring, Modo, Babat, Pucuk, Sukodadi,
Lamongan, Tikung, Sarirejo, Laren, Solokuro, Paciran dan
Brondong; d. cabe jamu tersebar di 2 (dua) Kecamatan
meliputi Kecamatan Mantup dan Sugio; e. wijen tersebar di 4
(empat) Kecamatan meliputi Kecamatan
KAJIAN KEBIJAKAN

Pucuk,Babat,Sukodadi dan Modo; dan f. komoditi perkebunan


rakyat lainnya seperti jarak pagar,kelapa, dan siwalan
tersebar di 27 (dua puluh tujuh) Kecamatan.

Buku
Fakta & Analisa III-66
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

• Kawasan peternakan, meliputi: a. pengembangan bibit ternak


besar dan kecil ruminansia dengan lokasi pengembangan :
Kecamatan Paciran, Kecamatan Brondong, Kecamatan
Solokuro, Kecamatan Laren, Kecamatan Babat, Kecamatan
Modo, Kecamatan Bluluk, Kecamatan Sukorame, Kecamatan
Ngimbang, Kecamatan Sambeng, Kecamatan Mantup,
Kecamatan Tikung, Kecamatan Kembangbahu, dan
Kecamatan Sarirejo; b. pengembangan penggemukan
(fattening) wilayah lokasi pengembangan Kecamatan
Kedungpring, Kecamatan Sugio, Kecamatan Lamongan,
Kecamatan Sukodadi, Kecamatan Pucuk, Kecamatan
Karanggeneng, Kecamatan Kalitengah, Kecamatan Sekaran,
Kecamatan Karangbinangun, Kecamatan Deket, dan
Kecamatan glagah; c. pengembangan ayam buras tersebar di
27 (dua puluh tujuh) kecamatan; d. pengembangan itik di
daerah bonorowo; e. pengembangan kambing/domba
prioritas daerah kering; f. pengembangan ayam ras kecuali di
daerah bonorowo; dan g. pengembangan puyuh di kawasan
perkotaan.
d. kawasan perikanan;
• Pengembangan perikanan tangkap, meliputi : a. perikanan
tangkap di Kecamatan Brondong; dan b. perikanan tangkap
di Kecamatan Paciran;
• Pengembangan perikanan budidaya, meliputi: a. perikanan
budidaya air payau atau tambak; b. perikanan budidaya air
tawar; c. perikanan kolam; dan d. perikanan sawah tambak.
• Pengembangan pengolahan ikan meliputi: a. pengembangan
kawasan minapolitan di Kecamatan Paciran, Kecamatan
Brondong dan Kecamatan Glagah; b. pengembangan
Pelabuhan Perikanan Nusantara di Kecamatan Brondong;
dan c. pengembangan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di
Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran.
KAJIAN KEBIJAKAN

• Pengembangan perikanan budidaya air payau atau tambak,


meliputi Kecamatan Brondong, Kecamatan Paciran,
Kecamatan Glagah dan Kecamatan Karangbinangun.

Buku
Fakta & Analisa III-67
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

• Pengembangan perikanan budidaya air tawar, potensinya


menyebar di seluruh wilayah kecamatan.
• Pengembangan perikanan kolam, potensinya menyebar di
seluruh wilayah kecamatan.
• Pengembangan perikanan sawah tambak potensinya berada
di wilayah tengah.
e. kawasan pertambangan;
• Kawasan pertambangan, berupa kawasan pertambangan
mineral, meliputi pertambangan mineral bukan logam dan
batuan;
• Kawasan peruntukan pertambangan mineral, pertambangan
mineral bukan logam berupa pertambangan minyak dan gas
bumi berada di seluruh wilayah kabupaten;
• Kawasan peruntukan pertambangan mineral, pertambangan
batuan di Kecamatan Paciran, Kecamatan Brondong,
Kecamatan Solokuro, Kecamatan Babat, Kecamatan
Ngimbang, Kecamatan Sugio, Kecamatan Mantup, dan
Kecamatan Sambeng
f. kawasan industri;
• Pengembangan industri besar terletak di wilayah utara.
• Pengembangan industri kecil menengah, merupakan industri
kerajinan yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan
g. kawasan pariwisata;
• Kawasan wisata alam, meliputi: a. wisata Bahari Lamongan
(WBL) di Kecamatan Paciran; b. wisata Waduk Gondang di
Kecamatan Sugio; c. wisata Gua Maharani dan Zoo di
Kecamatan Paciran; dan d. sumber Air Panas Tepanas di
Kecamatan Paciran.
• Kawasan pariwisata budaya meliputi: a. Monumen Van Der
Wijck di Kecamatan Brondong; b. Makam Sunan Drajad di
Kecamatan Paciran; c. Makam Sendang Duwur di Kecamatan
Paciran; d. Joko Tingkir di Kecamatan Maduran; e. Makam
KAJIAN KEBIJAKAN

Nyai Ratu Andongsari di Kecamatan Ngimbang; f. Desa Balun


di Kecamatan Turi; dan g. situs – situs lain yang ditetapkan
dengan keputusan kepala daerah.

Buku
Fakta & Analisa III-68
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

• Kawasan pariwisata buatan, meliputi: a. Tempat Pelelangan


Ikan (TPI) di wilayah pantura; dan b. Sudetan Bengawan Solo
(Flood Way).
h. kawasan permukiman;
• Kawasan permukiman perkotaan, meliputi: a. permukiman
perkotaan dalam skala sedang di Perkotaan Lamongan,
PaciranBrondong, dan Babat; b. pemukiman perkotaan
sebagai prioritas di Perkotaan Deket, Turi, Sukodadi, Pucuk,
Tikung dan Ngimbang; dan c. permukiman perkotaan yang
merupakan bagian dari kawasan perkotaan.
• Kawasan permukiman perdesaan, meliputi : a. perdesaan
yang terletak pada wilayah dataran rendah dan pesisir; dan b.
perdesaan berbentuk kawasan agropolitan dan minapolitan
i. kawasan peruntukan lainnya
• Sektor informal adalah penyediaan ruang oleh pemerintah
untuk mendukung kegiatan sektor informal di setiap wilayah
perkotaan dan perdesaan.
• Kawasan pesisir meliputi : a. zona konservasi atau lindung; b.
zona pengembangan; dan c. zona pengembangan di darat.
• Zona konservasi atau lindung, meliputi Zona atau kawasan
peka perubahan ekosistem pesisir di Kecamatan Paciran dan
Brondong;
• Zona pengembangan, meliputi : a. zona atau kawasan
pengembangan umum di Kecamatan Brondong dan Paciran;
dan b. zona atau kawasan pengembangan khusus di
Kecamatan Paciran.
• Zona pengembangan di darat, meliputi: a. zona atau kawasan
permukiman di Kecamatan Paciran dan Brondong; dan b.
zona atau kawasan pariwisata di Kecamatan Paciran dan
Brondong.
• Rencana pengelolaan sumberdaya kelautan untuk
pelestarian fungsi alami dan pemanfaatan secara ekonomi
KAJIAN KEBIJAKAN

maupun sumber daya terbarukan lainnya wajib didasarkan


pada azas ketepatan dan keberlanjutan daya dukung
lingkungan alam.

Buku
Fakta & Analisa III-69
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

• Setiap upaya eksplorasi dan eksploitasi sumber daya laut


berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

C. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)


1. KSK untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi, meliputi : a.
Kabupaten Lamongan merupakan bagian dari Kawasan Perkotaan
Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan
(Gerbangkertosusila) sebagai KSN; b. Kawasan Strategis Ekonomi
Lamongan Shorebase (LS) di Kecamatan Paciran sebagai KSP; c.
Kawasan Agroindustri Gelang Utara (Gresik – Lamongan) dengan
industry pengolahan ikan laut di Kecamatan Brondong dan Paciran
sebagai KSP; d. Kawasan Kerjasama Regional segitiga emas
pertumbuhan Tuban – Lamongan – Bojonegoro sebagai KSP; e.
kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong di Kecamatan
Brondong; f. kawasan wisata pantai utara Lamongan (Wisata Bahari
Lamongan, Gua Maharani dan Zoo, Makam Sunan Drajad, Makam
Sendang Duwur, dan TPI di pantura); g. kawasan Pelabuhan ASDP
di Kecamatan Paciran; h. kawasan agropolitan di wilayah selatan;
dan i. kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Babat.
2. KSK untuk kepentingan sosial-budaya, meliputi : a. Monumen Van
Der Wijck di Kecamatan Brondong; b. Makam Sunan Drajat di
Kecamatan Paciran; c. Makam Sendang Duwur di Kecamatan
Paciran; d. Makam Jaka Tingkir di Kecamatan Maduran; e. Makam
Nyai Ratu Andongsari di Kecamatan Ngimbang; f. Desa Balun di
Kecamatan Turi; dan g. situs – situs lain yang ditetapkan dengan
keputusan kepala daerah.
3. KSK untuk kepentingan penyelamatan lingkungan hidup, meliputi :
a. kawasan penyangga DAS Bengawan Solo sebagai KSP; b.
kawasan aliran sungai Bengawan Solo di Kecamatan Babat,
Kecamatan Sekaran, Kecamatan Maduran, Kecamatan Laren,
Kecamatan Karanggeneng, Kecamatan Kalitengah, Kecamatan
Karangbinangun dan Kecamatan Glagah; c. kawasan Waduk
KAJIAN KEBIJAKAN

Gondang di Kecamatan Sugio; dan d. kawasan berhutan bakau di


pantura.

Buku
Fakta & Analisa III-70
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3.3. Tinjauan Kebijakan Pembangunan Sektoral

3.3.1 Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015 Tentang Rencana Induk


Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015 – 2035
Visi Pembangunan Industri Nasional adalah Indonesia Menjadi Negara
Industri Tangguh. Industri Tangguh bercirikan:
1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat, dan berkeadilan;
2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global; dan
3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi.

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, pembangunan industri nasional


mengemban misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak
perekonomian nasional;
2. Memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional;
3. Meningkatkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta
industri hijau;
4. Menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta
mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok
atau perseorangan yang merugikan masyarakat;
5. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
6. Meningkatkan persebaran pembangunan industri ke seluruh wilayah
indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional;
dan
7. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara
berkeadilan.

Strategi yang ditempuh untuk mencapai visi dan misi pembangunan


industri nasional adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan industri hulu dan industri antara berbasis sumber
daya alam;
2. Melakukan pengendalian ekspor bahan mentah dan sumber energi;
KAJIAN KEBIJAKAN

3. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya


manusia (sdm) industri;
4. Menetapkan wilayah pengembangan industri (wpi);

Buku
Fakta & Analisa III-71
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

5. Mengembangkanwilayah pusat pertumbuhan industri (wppi), kawasan


peruntukan industri, kawasan industri, dan sentra industri kecil dan
industri menengah;
6. Menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan,
penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas kepada
industri kecil dan industri menengah;
7. Melakukan pembangunan sarana dan prasarana industri;
8. Melakukan pembangunan industri hijau;
9. Melakukan pembangunan industri strategis;
10. Melakukan peningkatanpenggunaan produk dalam negeri; dan
11. Meningkatkan kerjasama internasional bidang industri.

Didalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015 –


2035, Kabupaten Lamongan ditetapkan sebagai Pengembangan Wilayah
Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) Tuban-Lamongan-Gersik-
Surabaya-Mojokerto-Bangkalan yang berperan sebagai penggerak utama
(prime mover) ekonomi dalam Wilayah Pertumbuhan Industri. Dengan
program pembangunan pada tahun 2020 – 2035 sebagai berikut.
1. Pembangunan infrastruktur untuk mendukung WPPI (jalan, kereta api,
pelabuhan, bandara)
2. Pembangunan infrastruktur energi untuk mendukung WPPI
3. Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan SDM
4. Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan riset dan
teknologi
5. Penguatan kerjasama antar WPPI
6. Promosi investasi industri untuk masuk dalam WPPI
7. Pemberian insentif bagi investasi bidang industri yang masuk dalam
WPPI, terutama di luar Pulau Jawa
8. Penguatan konektivitas antar WPPI

3.3.2 Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 432 Tahun 2017 Tentang


Rencana Induk Pelabuhan Nasional
KAJIAN KEBIJAKAN

Kepelabuhanan Nasional khususnya diarahkan untuk mewujudkan sektor


kepelabuhanan menjadi industri jasa kepelabuhanan yang kompetitif
dengan sistem operasi pelabuhan, baik dalam bidang keselamatan

Buku
Fakta & Analisa III-72
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

pelayaran maupun perlindungan lingkungan maritim. Kebijakan Pelabuhan


Nasional diarahkan dalam upaya:
1. Mendorong investasi swasta
Partisipasi swasta/badan usaha merupakan salah satu sektor yang
menunjang keberhasilan dalam percepatan pembangunan sarana dan
prasarana pelabuhan karena kemampuan finansial sektor publik yang
terbatas.
2. Mendorong persaingan
Terwujudnya iklim persaingan yang sehat dalam usaha kepelabuhanan
dengan tetap memperhatikan implementasi strategi hub and spoke
untuk meningkatkan skala ekonomis pengelolaan pelabuhan sekaligus
menekan biaya logistik sehingga diharapkan dapat menghasilkan jasa
kepelabuhanan yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemberdayaan peran penyelenggara pelabuhan
Upaya peningkatan peran Penyelenggara Pelabuhan sebagai
pemegang hak pengelolaan lahan daratan dan perairan dapat
dilaksanakan secara bertahap
4. Terwujudnya integrasi perencanaan
Perencanaan pelabuhan harus mampu mengantisipasi dinamika
pertumbuhan kegiatan ekonomi sehingga dapat terintegrasi dalam
sistem transportasi nasional, sistem logistik nasional, rencana tata
ruang wilayah serta mengakomodasi keterlibatan masyarakat
setempat.
5. Menciptakan kerangka kerja hukum serta peraturan yang tepat
dan fleksibel
Penerbitan peraturan pelaksanaan yang lebih menunjang implementasi
operasional diperlukan untuk meningkatkan keterpaduan
perencanaan, mengatur prosedur penetapan tarif jasa kepelabuhanan
yang lebih efisien dan meningkatkan daya saing terhadap pasar.
6. Mewujudkan sistem operasional pelabuhan yang aman dan
terjamin
Sektor pelabuhan harus memiliki tingkat keselamatan dan keamanan
KAJIAN KEBIJAKAN

kapal dan fasilitas pelabuhan yang baik serta mempunyai aset dan
sumber daya manusia yang andal.

Buku
Fakta & Analisa III-73
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

7. Meningkatkan perlindungan maritim


Pengembangan pelabuhan akan meningkatkan penggunaan wilayah
perairan sehingga berdampak terhadap lingkungan maritim.
Penyelenggara pelabuhan harus lebih cermat dalam mitigasi
lingkungan guna memperkecil atau sedapat mungkin menghilangkan
dampak pencemaran lingkungan maritim.
8. Mengembangkan sumberdaya manusia
Pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk meningkatkan
profesionalisme dan kompetensi dalam upaya meningkatkan
produktivitas dan tingkat efisiensi.

Kebijakan kepelabuhanan nasional dijalankan selaras dengan


perencanaan strategis lain terkait, khususnya pengembangan angkutan
penyeberangan serta konsep pengembangan lain guna mendukung
perwujudan poros maritim di Indonesia. Untuk kegiatan pengaturan dan
pembinaan, pengendalian dan pengawasan kegiatan pelabuhan laut yang
digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan, serta pelabuhan
sungai dan danau yang diusahakan secara komersial dilaksanakan sesuai
ketentuan perundang-undangan. Penyelenggaraan pelabuhan laut serta
pelabuhan sungai dan danau yang digunakan untuk melayani angkutan
penyeberangan yang belum diusahakan secara komersial dilakukan oleh
Unit Pelaksana Teknis Pemerintah, Unit Pelaksana Teknis Pemerintah
Provinsi atau Unit Pelaksana Teknis Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai
ketentuan perundang-undangan.

Dalam Rencana Induk Pelabuhan Nasional Tahun 2017 – 2037,


Kabupaten Lamongan diarahkan sebagai lokasi Pelabuhan Laut yang
digunakan untuk angkutan laut, yaitu Pelabuhan Brondong sebagai
Pelabuhan Pengumpan Regional (PR) dan Pelabuhan Tanjung Pakis
sebagai Pelabuhan Utama (PU) di tahun 2027. Sedangkan Kecamatan
Paciran diarahkan sebagai lokasi Pelabuhan Laut yang digunakan untuk
angkutan penyeberangan, yaitu Pelabuhan Paciran sebagai Pelabuhan
KAJIAN KEBIJAKAN

Penyeberangan KELAS I.

Buku
Fakta & Analisa III-74
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3.3.3 Keputusan Menteri ESDM No. 1567K/21/MEM/2018 Tentang Rencana


Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Tahun 2018 – 2027
1. Kondisi Saat Ini
Beban puncak sistem tenaga listrik di provinsi Jawa Timur tahun 2017
sebesar 5.572 MW yang tercapai pada bulan Oktober tahun 2017.
Sementara pembangkit yang terkoneksi ke jaringan 500 kV dan 150 kV
dengan daya mampu 9.475 MW. Pembangkit listrik di Jawa Timur yang
berada di grid 500 kV adalah PLTU Paiton, PLTGU Gresik dan PLTGU
Grati, sedangkan yang terhubung ke grid 150 kV adalah PLTGU/PLTU
Gresik, PLTG Grati, PLTU Pacitan, PLTU Tanjung Awar-awar dan
PLTA tersebar (Karangkates, Wlingi, Sengguruh, Tulung Agung, dll).

Pasokan dari grid 500 kV adalah melalui 6 GITET, yaitu Krian, Gresik,
Grati, Kediri, Paiton dan Ngimbang, dengan kapasitas 8.000 MVA.
Sistem tenaga listrik Provinsi Jawa Timur terdiri atas 5 sub-sistem yaitu:
• GITET Krian memasok Kota Surabaya dan Kab. Sidoarjo
• GITET Gresik dan PLTGU/PLTU Gresik memasok Kab. Gresik,
Kab. Tuban, Kab. Magetan, Kab. Lamongan, Kab. Pemekasan,
Kab. Sumenep, Kab. Sampang dan Kab. Bangkalan.
• GITET Grati dan PLTG Grati memasok Kab. Pasuruan, Kab.
Probolinggo, Kota Malang dan Kab. Batu.
• GITET Kediri dan PLTA tersebar memasok kota Kediri, kota
Madiun, kota Mojokerto, Kab. Ponorogo, Kab. Mojokerto dan Kab.
Pacitan.
• GITET Paiton memasok Kab. Banyuwangi, Kab. Jember, Kab.
Jombang, Kab. Situbondo dan Kab. Bondowoso.
• GITET Ngimbang memasok Kab. Tuban, Kab. Bojonegoro, Kab.
Pacitan dan Kab. Lamongan.
2. Potensi Sumber Energi
Provinsi Jawa Timur memiliki potensi sumber energi yang terdiri dari
potensi gas bumi yang dapat dikembangkan sebesar 5,89 TSCF,
minyak bumi 1.312,03 MMSTB, batubara 0,08 juta ton dan tenaga air
KAJIAN KEBIJAKAN

2.162,0 MW pada 4 lokasi yaitu Grindulu-PS-3, K.Konto-PS,


Karangkates Ext. dan Kalikonto-2. Serta panas bumi yang diperkirakan
mencapai 1.314 MWe yang tersebar di 11 lokasi yaitu pada Melati

Buku
Fakta & Analisa III-75
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Pacitan, Rejosari Pacitan, Telaga Ngebel Ponorogo, G. Pandan


Madiun, G. Arjuno – Welirang, Cangar, Songgoriti, Tirtosari Sumenep
Argopuro Probolinggo, Tiris - G. Lamongan Probolinggo dan Blawan –
Ijen Bondowoso.

Pasokan gas untuk pembangkit PLN di Jawa Timur (Gresik dan Grati)
cukup besar, antara lain dari Kodeco, Hess, KEI, WNE, Santos dan
lainnya. Namun demikian volumenya akan semakin menurun dan
diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan gas untuk pembangkit
di Jawa Timur pada tahun 2020. Walaupun demikian sebenarnya
potensi gas di Jawa Timur cukup banyak diantaranya potensi gas di
sekitar Kepulauan Madura, sehingga diharapkan kekurangan tersebut
dapat terpenuhi. Selain itu juga diperkirakan ada potensi gas pipa Tiung
Biru dari Lapangan Cepu, yang rencananya akan memasok rencana
tambahan PLTGU di Gresik sebesar 800 MW.

Pertagas berencana untuk membangun pipa gas Trans-Jawa, yaitu gas


akan dialirkan melalui pipa yang rencananya akan dibangun dengan
menghubungkan Grati, Gresik, Tambak Lorok hingga Cirebon.
Pembangunan pipa Trans-Jawa itu sangat bermanfaat untuk
mengintegrasikan pasokan gas ke pembangkit dan mempermudah
manuver pasokan gas. Namun perlu diperhatikan lokasi sumber
pasokan gas dan lokasi pembangkit sehingga tidak terbebani dengan
biaya transportasi gas yang mahal.

Di Jawa Timur juga terdapat potensi pemanfaatan mulut sumur


(wellhead) sebesar 20-40 mmscfd, atau setara dengan kapasitas
pembangkit 450 MW. Dalam RUPTL ini direncanakan pengembangan
pembangkit gas mulut sumur di Madura sebesar 450 MW. Namun
masih perlu dipastikan kembali ketersediaan gasnya dalam jangka
panjang untuk menjamin kebutuhan gas sampai akhir masa operasi
pembangkit. Selain itu juga terdapat potensi energi angin sebesar 100
KAJIAN KEBIJAKAN

MW di Provinsi Jawa Timur.

Buku
Fakta & Analisa III-76
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3. Pengembangan Sistem Isolated Jawa Timur


Di Jawa Timur terdapat 7 subsistem isolated, yaitu Bawean, Kangean,
Sapudi, Sepeken, Mandangin, Gili Genting dan Gili Ketapang.
Subsistem Bawean dengan beban puncak saat ini sekitar 3,27 MW dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 7,8 MW pada 2025. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut sudah dibangun PLTMG Bawean 3 MW
pada tahun 2015 dan 2 MW tahun 2017 serta direncanakan tambahan
3 MW di 2021. Pasokan tambahan pada tahun 2017 di sistem isolated
Madura kepulauan melalui PLTD tersebar di lokasi pulau Mandangin,
Sapudi, Sapeken, Kangean, Gili Genting, Gili Ketapang, dan Giliyang
dengan jumlah daya 16,7 MW. Selain itu terdapat 10 pulau kecil di
sekitar Kepulauan Madura (P. Sepanjang, P. Raas, P. Tonduk, P. Gua
– Gua, P. Saubi, P. Sakala, P. Sabunten, P. Paleyat, P. Masa Kambing
dan P. Pagerungan Kecil) yang belum dilistriki oleh PLN, untuk itu
direncanakan tambahan pembangkit tersebar pada tahun 2018 – 2019
sebesar 9,5 MW

3.3.4 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.


2137/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/4/2017 Tentang Peta Perkembangan
Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi Jawa Timur
Dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Khutanan No.
2137/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/4/2017 Tentang Peta Perkembangan
Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi Jawa Timur, telah ditetapkan
Kawasan Hutan Produksi Tetap dan Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten
Lamongan. Di BWP Paciran sendiri telah ditetap Hutan Produksi Tetap
seluas 108,72 Ha. Untuk lebih jelas mengenai pengukuhan kawasan hutan
di Provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada peta berikut.
KAJIAN KEBIJAKAN

Buku
Fakta & Analisa III-77
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
KAJIAN KEBIJAKAN

Peta 3.3. Kawasan Hutan Provinsi Jawa Timur

Buku
Fakta & Analisa III-78
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3.3.5 Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Lahan


Pertanian Pangan Berkelanjutan
Perlindungan lahan petanian pangan merupakan upaya yang tidak
terpisahkan dari reforma agraria. Reforma agraria tersebut mencakup
upaya penataan yang terkait dengan aspek penguasaan/pemilikan serta
aspek penggunaan/pemanfaatan ruang. Salah satu upaya yang dilakukan
oleh pemerintah dalam menyelamatkan lahan pertanian pangan dari
degradasi, fragmentasi dan alih fungsi lahan pertanian pangan ke non-
pertanian adalah dengan mengeluarkan Undang-Undang No. 41 Tahun
2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LPPB) serta diimplementasikan dalam Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun
2011 Tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.

Penetapan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilaksanakan


dengan kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki hamparan lahan dengan luasan tertentu sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/atau Lahan Cadangan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.
2. Menghasilkan pangan pokok dengan tingkat produksi yang dapat
memenuhi kebutuhan pangan sebagian besar masyarakat setempat,
daerah, provinsi, dan/atau nasional.
3. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan dapat ditetapkan dengan
syarat tidak beada di kawasan hutan.

BWP Paciran sendiri telah ditetapkan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan (LP2B) seluas 71,47 Ha yang terletak di Desa
Sendangagung.

3.3.6 Peraturan Daerah No.1 Tahun 2018 Tentang Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur
Dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dab Pulau – Pulau Kecil Provinsi
KAJIAN KEBIJAKAN

Jawa Timur, Kabupaten Lamongan diarahkan sebagai:


1. Zona Pariwisata (Wisata Bahari Lamongan), dengan arahan
pengembangan sebagai berikut:

Buku
Fakta & Analisa III-79
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

(e) Pemanfaatan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai aktivitas


pariwisata yang tidak bertentangan dengan budaya dan kearifan
tradisional setempat;
(f) Pemantapan daya tarik wisata bahari untuk meningkatkan
perekonomian wilayah dan menarik investasi sesuai dengan
keberlanjutan konservasi perairan;
(g) Pengembangan edukasi dan partisipasi untuk wisatawan dan
masyarakat setempat dalam pemanfaatan kawasan pesisir sebagai
daya tarik wisata;
(h) Pengembangan sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata
bahari dengan aturan intensitas bangunan sesuai syarat; dan
(i) Integrasi kegiatan wisata bahari dengan pemanfaatan ruang yang
memiliki potensi strategis meliputi konservasi, perikanan budidaya,
perikanan tangkap, dan angkutan
2. Zona Pelabuhan (Pelabuhan Perikanan Brondong), dengan arahan
pengembangan sebagai berikut:
a. Pendukung kebijakan pemerintah dalam pengembangan
pelabuhan non-komersil yang mampu bersinergi dengan tol laut
dengan tujuan untuk penguatan landasan hukum dan kelembagaan
dalam melakukan koordinasi penyelenggaraan pelabuhan
perikanan dan pelabuhan penyeberangan, serta untuk revitalisasi
pelabuhan pelayaran rakyat di Indonesia;
b. Peningkatan kualitas fasilitas pelabuhan perikanan pada seluruh
wilayah kawasan pesisir;
c. Penetapan WKOPP pada masing-masing wilayah pelabuhan
perikanan;
d. Penetapan landasan hukum pelabuhan perikanan; dan
e. Pengembangan dan peningkatan fasilitas pada pelabuhan
perikanan yang berfungsi sebagai simpulsimpul pergerakan barang
dan manusia
3. Zona Perikanan Tangkap, dengan arahan pengembangan sebagai
berikut:
KAJIAN KEBIJAKAN

a. Penangkapan ikan dengan mempertahankan, merehabilitasi dan


merevitalisasi ekosistem utama pesisir;
b. Pengembangan perikanan tangkap ke perairan potensial;

Buku
Fakta & Analisa III-80
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

c. Penjagaan kelestarian sumber daya hayati perairan pesisir


terhadap pencemaran limbah industri
d. Peningkatan produksi dengan memperbaiki sarana dan prasarana
perikanan;
e. Peningkatan nilai ekonomi perikanan dengan melakukan
diversifikasi produk pengolahan dan pemasaran hasil perikanan;
f. Pemberdayaan kelompok produktif kelautan dan perikanan serta
pariwisata melalui pengembangan usaha perikanan dan wisata
dalam rangka meningkatkan pendapatan;
g. Penentuan kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan wisata
perairan, perlindungan keanekaragaman hayati, dan kegiatan-
kegiatan pendukung usaha perikanan tangkap;
h. Penentuan kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi penggunaan
alat-alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan pembuangan
limbah industri, domestik, dan limbah bahan beracun dan
berbahaya; dan
i. Penangkapan ikan perlu memperhatikan area penangkapan ikan
tradisional
4. Zona Perikanan Budidaya Laut, dengan arahan pengembangan
sebagai berikut:
a. Peningkatan kegiatan usaha keramba dan jumlah pembudidaya
dengan dukungan kemudahan permodalan, teknologi, dan pasokan
benih, pada lokasi budidaya laut yang sudah ada di Kabupaten
Situbondo, Banyuwangi dan Sumenep;
b. Studi pengembangan dan sosialisasi terhadap para pembudidaya
pada lokasi yang memenuhi persyaratan budidaya laut di Pulau
Bawean Kabupaten Gresik, Kabupaten Probolinggo, Kota
Probolinggo, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Blitar, Kabupaten
Tulungagung, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Pacitan, dan
wilayah kepulauan Kabupaten Sumenep;
c. Pengembangan kegiatan perikanan budidaya diwajibkan
memperhatikan keberlanjutan lingkungan serta meminimalkan
KAJIAN KEBIJAKAN

penggunaan bahan kimia;


d. Pembatasan aktivitas perikanan budidaya pada daerah dekat
dengan kawasan konservasi;

Buku
Fakta & Analisa III-81
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

e. Pengembangan kawasan budidaya yang terintegrasi dengan


usaha-usaha terkait lainnya, baik di kawasan yang sudah ada
maupun kawasan pengembangan;
f. Pengembangan sentra usaha budidaya laut sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota;
g. Pengembangan budidaya perikanan meliputi komoditas rumput
laut, ikan pelagis, dan ikan demersal;
h. Pengembangan jenis kegiatan yang diperbolehkan di zona
perikanan budidaya meliputi kegiatan konservasi maupun
perlindungan keanekaragaman hayati; dan
i. Penentuan jenis kegiatan yang tidak diperbolehkan di zona
perikanan budidaya yang bersifat mengganggu budidaya perikanan
meliputi pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun dari
kegiatan industri maritim
5. Zona Industri Maritim, dengan arahan pengembangan sebagai
berikut:
a. Pemantapan struktur industri dan meningkatkan daya saing pada
industri maritim;
b. Pengembangan iklim usaha pada industri maritim;
c. Peningkatan promosi industri dan jasa industri, standarisasi
industri, dan teknologi industri pada industri maritim;
d. Pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta
peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri
maritim;
e. Pemantapan kemitraan antara industri hulu dan hilir guna
pemenuhan bahan baku industri di hilir;
f. Peningkatan sinergi antara pemerintah, pemerintah provinsi, dunia
usaha dan perguruan tinggi dalam mendukung pengembangan
industri manufaktur;
g. Diversifikasi produk industri manufaktur; dan
h. Penerapan dan pengawasan standar nasional indonesia
khususnya terkait kegiatan pengolahan limbah dan sampah secara
KAJIAN KEBIJAKAN

terpadu.
6. Kawasan Konservasi, dengan arahan pengembangan sebagai
berikut:

Buku
Fakta & Analisa III-82
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

a. Perlindungan terhadap habitat dan populasi ikan, serta alur migrasi


biota laut;
b. Perlindungan ekosistem pesisir unik dan/atau rentan terhadap
perubahan; dan
c. Perlindungan situs budaya atau adat tradisional, penelitian, dan
pendidikan
7. Alur Pelayaran dan Perlintasan, dengan arahan pengembangan
sebagai berikut:
a. Pencegahan pencemaran lingkungan maritim dengan tidak
melakukan pembuangan limbah (dumping) di perairan;
b. Pemantapan alur untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam
pemeliharaan alur pelayaran dan perlintasan timur surabaya yang
merupakan alur pelayaran dan perlintasan yang melayani
pelayaran rakyat dari pelabuhan tanjung perak ke pelabuhan-
pelabuhan di bagian timur indonesia
c. Pemeliharaan alur pelayaran dan perlintasan guna menjaga
keselamatan berlayar, tata ruang perairan, dan kelestarian
lingkungan;
d. Pengidentifikasian dimensi alur-pelayaran dan perlintasan lokal di
wilayah pesisir seluruh kabupaten/kota;
e. Pengidentifikasian penetapan lokasi sarana bantu navigasi
pelayaran untuk melakukan pemantauan terhadap lalu lintas kapal
asing yang melalui alur pelayaran dan perlintasan; dan
f. Peningkatan pelayanan angkutan laut di wilayah pelayaran rakyat
dengan perairan yang memiliki alur kedalaman terbatas

3.3.7 Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan (RIPPARDA)


Kabupaten Lamongan
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi yang selanjutnya
disebut Ripparprov adalah dokumen perencanaan pembangunan
kepariwisataan Provinsi untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak
tahun 2017 sampai dengan tahun 2032
KAJIAN KEBIJAKAN

Destinasi Pariwisata Provinsi yang selanjutnya disingkat DPP adalah


kawasan geografis di Provinsi Jawa Timur yang berada dalam satu atau

Buku
Fakta & Analisa III-83
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

lebih wilayah administratif kabupaten/kota yang di dalamnya terdapat daya


tarik wisata skala provinsi, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas,
serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan.

Perwilayahan 5 (lima) DPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 terdiri


dari:
a. DPP Surabaya - Ziarah Waliullah - Trowulan dan sekitarnya;
b. DPP Malang Raya - Bromo dan sekitarnya;
c. DPP Karst Pacitan - Lawu - Kelud- Wilis dan sekitarnya;
d. DPP Ijen - Baluran - Meru Betiri - Alas Purwo dan sekitarnya;dan
e. DPP Madura dan sekitarnya.

DPP Surabaya - Ziarah Waliullah - Trowulan dan sekitarnya terdiri dari:


a. KSPP Tuban - Lamongan - Gresik dan sekitarnya;
b. KSPP Surabaya Kota dan sekitarnya;
c. KSPP Trowulan - Jombang dan sekitarnya; dan
d. KSPP Bawean Kepulauan dan sekitarnya.
KAJIAN KEBIJAKAN

Buku
Fakta & Analisa III-84
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
KAJIAN KEBIJAKAN

Peta 3.4. DPP Surabaya – Ziarah Waliullah – Trowulan dan sekitarnya

Buku
Fakta & Analisa III-85
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
KAJIAN KEBIJAKAN

Peta 3.5. KSPP Tuban – Lamongan – Gresik dan Sekitarnya

Buku
Fakta & Analisa III-86
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3.3.8 Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan


Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten Lamongan
Tujuan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman di Kabupaten Lamongan adalah:
“Terwujudnya perumahan dan kawasan permukiman yang dapat
memenuhi kebutuhan secara menyeluruh, berkualitas dan berdaya guna,
serta sinergi dengan dinamika pembangunan di Kabupaten Lamongan”.

Untuk mencapai tujuan tersebut, berikut adalah kebijakan dan strategi


dalam Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman di Kabupaten Lamongan :
1. Kebijakan memenuhi kebutuhan dan permintaan rumah, dengan
strategi:
a. Pemenuhan target penyelesaian backlog;
b. Perumusan arahan lahan perumahan; dan
c. Perumusan upaya dan arahan dukungan psu.
2. Kebijakan meningkatkan kualitas lingkungan hunian, dengan strategi:
a. Penyediaan dan peningkatan cakupan pelayanan PSU; dan
b. Penanggulangan kumuh dan RTLH.
3. Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan PKP yang berdaya
guna, dengan strategi:
a. Pemerataan dan/atau distribusi perekonomian masyarakat; dan
b. Peningkatan dan pengendalian.

1. Konsep Pengembangan Perumahan Baru


Konsep pengembangan rumah baru yang akan diterapkan ialah
konsep hunian berimbang dengan maksud agar terciptanya hunian
bagi seluruh lapisan masyarakat melalui penyediaan rumah kavling
kecil, sedang, dan besar dengan proporsi 3 : 2 : 1. Di sisi lain, konsep
tersebut bertujuan untuk meyediakan kemudahan akses bagi
masyarakat miskin atau MBR dalam memperoleh hunian/ rumah.
A. Konsep Alokasi Ruang Untuk Perumahan Swadaya
KAJIAN KEBIJAKAN

Alokasi ruang – lahan untuk penyediaan rumah swadaya


diarahkan berada di sekitar kawasan permukiman ekstisting. Hal
tersebut terkait dengan keberadaan lahan non terbangun yang

Buku
Fakta & Analisa III-87
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

terdapat di sekitar kawasan permukiman eksisting. Selain itu,


pemanfaatan lahan non terbangun di sekitar kawasan
permukiman eksisting akan menciptakan efisiensi dalam rangka
pemenuhan terhadap PSU permukiman.

B. Konsep Alokasi Ruang Untuk Perumahan Formal


▪ Perumahan Formal – Real Estate
Diarahkan pada wilayah yang diarahkan sebagai pusat-pusat
kegiatan baru (sesuai dengan RTRW) dan memiliki
kecenderungan perkembangan kawasan permukiman formal
(kondisi eksisting).
Pengembangan rumah formal diarahkan dengan proporsi
20% 80%, yaitu 20% untuk perumahan formal dan 80% untuk
perumahan swadaya.
▪ Perumahan bagi MBR
Diarahkan sesuai kebijakan kawasan permukiman khusus
yang tercantum dalam RTRW Kabupaten Lamongan, yaitu
Kawasan Perumahan Khusus bagi MBR (Masyarakat
Berpenghasilan Rendah).

2. Konsep Peningkatan Kualitas Kawasan Perumahan


Peningkatan kualitas kawasan dilakukan pada kawasan permukiman
yang cenderung membentuk kawasan permukiman kumuh atau
kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi yang mengalami
penurunan kualitas kawasan. Konsep yang diterapkan dalam
peningkatan kualitas kawasan meliputi:
1. Revitalisasi, Urban Renewal
2. KIP (Kampung Improvemet Program)
3. Program peningkatan kualitas permukiman melalui kerjasama
instansi terkait, seperti: program bantuan rehabilitasi rumah, jalan
lingkungan, PNPM Mandiri, PPIP, dan sebagainya.
KAJIAN KEBIJAKAN

3. Konsep PKP pada Kawasan Strategis


Konsep pengembangan dan pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman pada kawasan strategis sebagai berikut:

Buku
Fakta & Analisa III-88
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

1. Kawasan Industri, perdagangan, transportasi dan pariwisata


Permukiman ini pengembangannya diarahkan di perkotaan
Babat, Lamongan, Paciran dan Brondong. Pengembangan
permukiman ada kawasan industri dilakukan dengan tetap
memegang kaidah lingkungan hidup dan bersesuaian dengan
rencana tata ruang.
2. Kawasan Agropolitan
Permukiman diarahkan sebagai hunian berbasis agraris,
dikembangkan dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman
rumah, dan lahan kurang produktif sebagai basis kegiatan
usaha. Pengembangan permukiman ini diarahkan pada
Kecamatan Ngimbang dan Sambeng.
3. Kawasan Nelayan
Dalam RTRW Kabupaten Lamongan, arahan pengembangan
permukiman di sekitar kawasan Pantai berupa penyediaan
permukiman bagi nelayan tersebut yang dekat dengan lokasi
kawasan pesisir dan pantai. Di kawasan pesisir dikembangkan
pada basis ekonomi perikanan dan pengolahan hasil ikan.
Permukiman ini diarahkan di sekitar Kecamatan Brondong dan
Paciran

3.3.9 Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kabupaten


Lamongan
1. Rencana Sistem Pelayanan
Rencana sistem pelayanan air minum di Kabupaten Lamongan ini
dibagi dalam 3 zona, yaitu Zona Utara, Zona Tengah, dan Zona Selatan
yang masing-masing meliputi kecamatan sebagai berikut, Zona Utara
terdiri dari Kecamatan Brondong, Kecamatan Paciran, Kecamatan
Solokuro, Kecamatan Laren, Zona Tengah terdiri dari Kecamatan
Babat, Kecamatan Sekaran, Kecamatan Maduran, Kecamatan Pucuk,
Kecamatan Sukodadi, Kecamatan Turi, Kecamatan Lamongan,
Kecamatan Deket, Kecamatan Karanggeneng, Zona Selatan terdiri dari
KAJIAN KEBIJAKAN

Kecamatan Sugio, Kecamatan Kembangbahu, Kecamatan Modo,


Kecamatan Bluluk, Kecamatan Sukorame, Kecamatan Kedugpring.

Buku
Fakta & Analisa III-89
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
KAJIAN KEBIJAKAN

Peta 3.6. Rencana Pembagian Zona Pengembangan Air Minum

Buku
Fakta & Analisa III-90
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

2. Rencana Pengembangan SPAM


Rencana pelayanan air minum di tiap zona bisa berbeda-beda, hal
tersebut sesuai dengan sumber daya yang ada serta rencana yang
telah ditentukan oleh pihak Pemerintah terkait. Pelayanan air minum
diantaranya dapat berasal dari PDAM, HIPPAM, PJT, KPS, SPAM
Regional, ataupun peningkatan dari sisi Bukan Jaringan Perpipaan
Terlindungi (BJP Terlindungi). BJP Terlindungi ini terdiri dari
pengambilan air tanah dengan menggunakan pompa, sumur
terlindungi, ataupun mata air terlindungi. Data dasar mengenai BJP
Terlindungi diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan.
Peningkatan BJP Terlindungi ini dilakukan ketika peningkatan Jaringan
Perpipaan (JP) tidak dapat memenuhi target pelayanan yang telah
ditentukan sebelumnya. Namun ketika Jaringan Perpipaan dapat
memnuhi target yang diharapkan, maka pelayanan BJP Terlindungi
akan mulai dikurangi, karena pada akhirnya BJP Terlindungi akan
diarahkan untuk menjadi Jaringan Perpipaan. Sehingga ada
kemungkinan pelayanan BJP Terlindungi akan berkurang pada
pertengahan tahun perencanaan, kecuali daerah atau Kecamatan yang
kurang mendapatkan pelayanan Jaringan Perpipaan, seperti di
Kecamatan Glagah.

Zona Utara
Zona Utara ini terdiri dari wilayah Kabupaten Lamongan yang berada
di sisi utara Sungai Bengawan Solo, yaitu Kecamatan Brondong,
Kecamatan Laren, Kecamatan Paciran dan Kecamatan Solokuro.
Zona Utara ini direncanakan akan dilayani PDAM, KPS, PJT, HIPPAM,
dan BJP Terlindungi. Peningkatan pelayanan direncanakan terdiri dari
4 (empat) tahap, yaitu:
Tahap I (Tahun 2015 – 2019)
Peningkatan pelayanan Jaringan Perpipaan dari PDAM pada
Kecamatan Laren sebesar 2,00% Kecamatan Solokuro sebesar 2,00%,
Kecamatan Paciran sebesar 5,63%, dan Kecamatan Brondong
KAJIAN KEBIJAKAN

sebesar 9,42%.
- Peningkatan pelayanan Jaringan Perpipaan dari HIPPAM pada
Kecamatan Laren sebesar 35,10%, Kecamatan Solokuro sebesar

Buku
Fakta & Analisa III-91
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

64,69%, Kecamatan Paciran sebesar 43,79%, dan Kecamatan


Brondong sebesar 30,81%.
- Peningkatan pelayanan Jaringan Perpipaan dari PJT pada
Kecamatan Brondong sebesar 11,36%.
- Peningkatan pelayanan Bukan Jaringan Perpipaan Terlindungi
pada Kecamatan Laren sebesar 44,67%, Kecamatan Solokuro
sebesar 15,08%, Kecamatan Paciran sebesar 32,34%, dan
Kecamatan Brondong sebesar 30,17%.
- Prosentase pelayanan air minum melalui Jaringan Perpipaan
terhadap Kabupaten Lamongan di Kecamatan Laren sebesar
1,40%, Kecamatan Solokuro sebesar 2,28%, Kecamatan Paciran
sebesar 3,46%, dan Kecamatan Brondong sebesar 2,80%.
Sehingga total pelayanan air minum melalui Jaringan Perpipaan
pada Zona Utara terhadap Kabupaten Lamongan adalah sebesar
9,95%.
Tahap II (Tahun 2020 – 2024)
- Peningkatan pelayanan Jaringan Perpipaan dari PDAM pada
Kecamatan Laren sebesar 7,00% Kecamatan Solokuro sebesar
7,00%, Kecamatan Paciran sebesar 15,63%, dan Kecamatan
Brondong sebesar 19,42%.
- Peningkatan pelayanan Jaringan Perpipaan dari HIPPAM pada
Kecamatan Laren sebesar 42,71%, Kecamatan Solokuro sebesar
66,69%, Kecamatan Paciran sebesar 48,25%, dan Kecamatan
Brondong sebesar 35,94%.
- Peningkatan pelayanan Jaringan Perpipaan dari PJT pada
Kecamatan Brondong sebesar 12,83%, dan Kecamatan Paciran
sebesar 9,00%
- Peningkatan pelayanan Bukan Jaringan Perpipaan Terlindungi
pada Kecamatan Laren sebesar 50,29%, Kecamatan Solokuro
sebesar 26,04%, Kecamatan Paciran sebesar 27,12%, dan
Kecamatan Brondong sebesar 31,81%.
- Prosentase pelayanan air minum melalui Jaringan Perpipaan
KAJIAN KEBIJAKAN

terhadap Kabupaten Lamongan di Kecamatan Laren sebesar


1,88%, Kecamatan Solokuro sebesar 2,53%, Kecamatan Paciran
sebesar 5,11%, dan Kecamatan Brondong sebesar 3,71%.

Buku
Fakta & Analisa III-92
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Sehingga total pelayanan air minum melalui Jaringan Perpipaan


pada Zona Utara terhadap Kabupaten Lamongan adalah sebesar
13,22%.
Tahap III (Tahun 2025 – 2029)
- Peningkatan pelayanan Jaringan Perpipaan dari PDAM pada
Kecamatan Laren sebesar 12,00% Kecamatan Solokuro sebesar
12,00%, Kecamatan Paciran sebesar 25,63%, dan Kecamatan
Brondong sebesar 30,42%.
- Peningkatan pelayanan Jaringan Perpipaan dari HIPPAM pada
Kecamatan Laren sebesar 52,83%, Kecamatan Solokuro sebesar
69,40%, Kecamatan Paciran sebesar 53,28%, dan Kecamatan
Brondong sebesar 42,62%.
- Peningkatan pelayanan Jaringan Perpipaan dari PJT pada
Kecamatan Brondong sebesar 13,96%, dan Kecamatan Paciran
sebesar 9,99%
- Prosentase pelayanan air minum melalui Jaringan Perpipaan
terhadap Kabupaten Lamongan di Kecamatan Laren sebesar
2,54% Kecamatan Solokuro sebesar 2,78%, Kecamatan Paciran
sebesar 6,23%, dan Kecamatan Brondong sebesar 4,73%.
Sehingga total pelayanan air minum melalui Jaringan Perpipaan
pada Zona Utara terhadap Kabupaten Lamongan adalah sebesar
16,19%.
Tahap IV (Tahun 2030 – 2032)
- Peningkatan pelayanan Jaringan Perpipaan dari PDAM pada
Kecamatan Laren sebesar 15,00% Kecamatan Solokuro sebesar
15,00%, Kecamatan Paciran sebesar 32,63%, dan Kecamatan
Brondong sebesar 36,42%.
- Peningkatan pelayanan Jaringan Perpipaan dari HIPPAM pada
Kecamatan Laren sebesar 60,41%, Kecamatan Solokuro sebesar
70,98%, Kecamatan Paciran sebesar 56,92%, dan Kecamatan
Brondong sebesar 47,07%.
- Peningkatan pelayanan Jaringan Perpipaan dari PJT pada
KAJIAN KEBIJAKAN

Kecamatan Brondong sebesar 14,53%, dan Kecamatan Paciran


sebesar 10,48%

Buku
Fakta & Analisa III-93
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
KAJIAN KEBIJAKAN

Peta 3.7. Rencana Pengembangan Zona Utara Tahap I

Buku
Fakta & Analisa III-94
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
KAJIAN KEBIJAKAN

Peta 3.8. Rencana Pengembangan Zona Utara Tahap II

Buku
Fakta & Analisa III-95
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
KAJIAN KEBIJAKAN

Peta 3.9. Rencana Pengembangan Zona Utara Tahap III

Buku
Fakta & Analisa III-96
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
KAJIAN KEBIJAKAN

Peta 3.10. Rencana Pengembangan Zona Utara Tahap IV

Buku
Fakta & Analisa III-97
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3.3.10 Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Limbah (RISPAL) Kabupaten


Lamongan
Berdasarkan target pengelolaan air limbah yang telah disusun, maka
pengelolaan air limbah di Kabupaten Lamongan dilakukan secara
terencana melalui beberapa program dan kegiatan jangka pendek,
menengah dan panjang. Berdasarkan perencanaan pengelolaan yang
telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, ditetapkan rencana kegiatan
yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan pada Tahun
2016 hingga Tahun 2036.

Masyarakat Kabupaten Lamonganditargetkan 100% telah memiliki akses


cubluk pada Tahun 2019. Setelah itu target-target lainnya juga meningkat
baik dari kepemilikan tangki septik hingga pembangunan sistem
pengolahan air limbah sistem terpusat.

Gambar 3.7. Ringkasan Rencana Program Pengelolaan Air Limbah


KAJIAN KEBIJAKAN

Untuk mencapai target pada jangka pendek, langkah-langkah yang perlu


dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan adalah dengan

Buku
Fakta & Analisa III-98
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

terlebih dahulu meningkatkan PHBS masyarakat mengingat masyarakat


yang masih BABS adalah sekitar 11% dari jumlah yang dipantau (Dinas
Kesehatan Kab Lamongan, 2015).

Pelaksanaan sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan selanjutnya


mengacu pada pemetaan opsi sanitasi yang telah dibahas sebelumnya
yaitu penetapan sistem sanitasi berdasarkan kepadatan penduduk, kondisi
tanah, jenis pemanfaatan lahan atau fasilitas yang dilayani. Penerapan
sistem pengolahan air limbah ini juga harus memperhatikan kawasan-
kawasan prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya agar daerah dengan
sistem pengelolaan air limbah serta kondisi sanitasi yang buruk dapat
segera mendapatkan penanganan.

3.3.11 Rencana Induk Persampahan Kabupaten Lamongan


A. Rencana Umum
Rencana program disusun berdasarkan target yang ditetapan dalam
rangka mencapai tujuan pengembangan sistem pengelolaan sampah.
Terdapat beberapa target yang telah ditetapkan, yaitu :
1). Meningkatnya pelayanan pengelolaan sampah di wilayah
perkotaan sehingga cakupan pelayanan di wilayah perkotaan
mencapai 80%-90% di akhir periode 5 tahun ke 4, yaitu akhir tahun
2024.
2). Terselenggaranya sistem pengelolaan sampah di wilayah pesisir
secara bertahap dan berkesinambungan dimulai awal tahun 2016.
3). Meningkatnya cakupan pelayanan sebesar 70%-80% pada akhir
tahun proyeksi :
a. Sebesar 15 % pada periode 5 tahun pertama, meliputi wilayah
perkotaan Paciran, Brondong, Blimbing, Kandangsemangkon,
Sedayulawas, wilayah pengembangan di sekitar wilayah
perkotaan di masing-masing desa/kelurahan, wilayah
pengembangan yaitu Desa Drajat, Tanggul, dan Kranji.
b. Sebesar 15 % pada periode 5 tahun ke dua, meliputi wilayah
KAJIAN KEBIJAKAN

Sumberagung, Banjarwati, Kemantren, Sendangduwur,


Brengkok, Sumurgayam, Sendangagung.

Buku
Fakta & Analisa III-99
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

c. Sebesar 15 % pada periode 5 tahun ke tiga, meliputi wilayah


Sidokelar, Labuhan, Sidomukti, Lohgung, Tlogosadang,
Sendangharjo, Lembor, Tlogoretno.
d. Sebesar 10 % pada peride pengembangan pada periode 5 tahun
ke empat dengan program peningkatan terhadap seluruh
wilayah pelayanan.
e. Sebesar 5%-7% dengan pencapaian pelayanan 80%-100% di
Weru kompleks. dalam periode jangka menengah hingga jangka
panjang.
4). Meningkatnya peran serta masyarakat di wilayah cakupan
pelayanan secara bertahap sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan,
yang ditunjukkan dengan terbentuknya lembaga pengelolaan
sampah yang didirikin oleh masyarakat dan terbentuknya kader
lingkungan tingkat RT.
5). Meningkatnya peran serta lembaga masyarakat dan tokoh
masyarakat khususnya pesantren dalam pengembangan
pengelolaan sampah, ditunjukkan dengan terlaksananya sistem
pengelolaan sampah di lembaga tersebut.

6). Meningkatnya peran swasta dalam mendukung program


pengelolaan sampah di kawasan Pantura Kabupaten Lamongan
dalam bentuk investasi, dukungan teknis, pembiayaan, dsb.
7). Terselenggaranya sistem pengurangan timbulan sampah di seluruh
wilayah pantura dengan pelaksanaan pengolahan sampah 3R yang
dilaksanakan sejak sistem pewadahan hingga pengolahan di
TPS3R/TPS Terpadu dan TPA.
8). Berubahnya sistem operasional di TPA dari Open Dumping menjadi
Controlled Landfill pada akhir tahun 2017.
9). Terbangunnya TPA baru dengan system controlled landfill yang
mampu memenuhi kebutuhan penduduk di wilayah Pantura
Kabupaten Lamongan pada akhir tahun periode (tahun 2034).
KAJIAN KEBIJAKAN

Buku
Fakta & Analisa III-100
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

B. Waktu Pelaksanaan Program


1. Tahap Jangka Pendek.
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka pendek (1-2
tahun) merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat mendesak dan
dapat dijadikan fondasi untuk pentahapan selanjutnya. Menyiapkan
kebijakan pengelolaan sampah kota/kabupaten yang mengacu
Kebijakan nasional, propinsi dan Norma Standard Prosedur dan
Kriteria yang berlaku
▪ Review system pengelolaan sampah yang ada.
▪ Pelaksanaan Studi Kelayakan dan perencanaan teknis sistem
pengelolaan sampah.
▪ Penyiapan dan atau penyempurnaan legal formal tingkat daerah
yang sesuai dengan NSPK dan UU No 18/2008
▪ Persiapan SOP pelaksanaan pengelolaan sampah sesuai NSPK
(Norma, Standar, Prosedure, Kriteria) yang berlaku
▪ Perencanaan detail penanganan persampahan (penutupan TPA
open dumping / revitalisasi TPA, program 3R) – pemilihan model
uji coba kawasan
▪ Penyiapan Program Bank Sampah untuk mendukung program
3R
▪ Persiapan pembiayaan pengelolaan sampah
▪ Peningkatan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar untuk
peningkatan kinerja operasional penanganan sampah
▪ Sosialisasi peraturan dan pedoman pengelolaan sampah
kepada aparat Pemerintah dan SKPD terkait dan masyarakat
▪ Edukasi dan Kampanye yang berkesinambungan sebagai dasar
untuk penyiapan masyarakat dalam partisipasi program 3R
▪ Penyediaan prasarana dan sarana untuk mengatasi masalah
persampahan yang bersifat mendesak (bin pemilahan sampah,
peningkatan TPA, dll)
▪ Perencanaan Revitalisasi TPA Dadapan
KAJIAN KEBIJAKAN

Buku
Fakta & Analisa III-101
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

▪ Pemilihan lokasi TPA baru sebagai persiapan penutupan TPA


lama yang sudah penuh (sesuai dengan kebutuhan) disertai
studi kelayakan dan AMDAL atau UKL/UPL
▪ Survey dan studi kelayakan lokasi TPS3R
▪ Survey wilayah pengembangan
▪ Persiapan Pengembangan program pengelolaan sampah
(koordinasi dengan aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh
agama, sosialisasi dan penampungan aspirasi masyarakat).

2. Tahap Jangka Menengah.


Rencana Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka
menengah (5 tahun). merupakan tahap pelaksanaan lima tahun
yang didasarkan pada hasil kajian sebelumnya dengan
mempertimbangkan tahap mendesak yang telah dilakukan.
▪ Melanjutkan peningkatan kelembagaan (pemisahan operator
dan regulator) dan pelatihan SDM yang menerus disesuaikan
dengan kebijakan nasional, propinsi dan NSPK terbaru
▪ Pelaksanaan law enforcement (Perda) didahului dengan
sosialisasi dan uji coba selama 1 tahun
▪ Peningkatan cakupan pelayanan sesuai perencanaan
▪ Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana persampahan
sesuai dengan perencanaan
▪ Pelaksanaan revitalisasi TPA sesuai dengan perencanaan
▪ Pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan TPA
▪ Pembangunan TPA baru sesuai NSPK
▪ Pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dg 3R
di beberapa kawasan model
▪ Kampanye dan edukasi yang berkelanjutan
▪ Pelaksanaan peningkatan retribusi baik melalui perbaikan tarif
maupun mekanisme penarikannya
▪ Survey wilayah pengembangan berikutnya
▪ Persiapan Pengembangan program pengelolaan sampah
KAJIAN KEBIJAKAN

(koordinasi dengan aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh


agama, sosialisasi dan penampungan aspirasi masyarakat).

Buku
Fakta & Analisa III-102
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

▪ Merintis kerjasama dengan pihak swasta (pengangkutan dan


atau TPA/CDM).

3. Tahap Jangka Panjang.


Rencana Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka
panjang (20 tahun) merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat
menyeluruh dengan mempertimbangkan hasil pencapaian tahap
sebelumnya.
▪ Peningkatan kelembagaan (peran operator dan regulator) dan
pelatihan SDM yang menerus disesuaikan dengan kebijakan
nasional, propinsi dan NSPK terbaru
▪ Review atau penyempurnaan Perda yang sesuai dengan NSPK
dan kondisi terkini yang berkembang di daerah
▪ Peningkatan cakupan pelayanan sesuai dengan target
perencanaan
▪ Peningkatan prasarana dan sarana sesuai cakupan pelayanan
serta penggantian peralatan yang sudah habis umur teknisnya
▪ Pelaksanaan peningkatan kinerja TPA sesuai dengan kebutuhan
▪ Penutupan TPA lama (jika diperlukan) dan pemantauan kualitas
TPA yang telah ditutup selama 20 tahun secara berkala
▪ Pembangunan TPST skala kota (sesuai kebutuhan)
▪ Replikasi 3R sesuai dengan target pengurangan sampah
▪ Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan
masyarakat dalam partisipasi program 3R
▪ Meningkatkan pola kerjasama dengan pihak swasta dan CDM
KAJIAN KEBIJAKAN

Buku
Fakta & Analisa III-103

Anda mungkin juga menyukai