Anda di halaman 1dari 78

Gambar 2.

1 Peraturan Perundang-Undangan
2.1.1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Cipta Kerja merupakan upaya penciptaan kerja melalui usaha
kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil,
dan menengah, peningkatan ekosistem investasi dan kemudahan berusaha, dan
investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional. Undang-
undang Cipta Kerja dibentuk dengan tujuan untuk beberapa hal diantaranya:
1. Menciptakan dan meningkatkan lapangan kerja dengan memberikan
kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan terhadap koperasi dan
UMK-M serta industri dan perdagangan nasional sebagai upaya untuk
dapat menyerap tenaga kerja Indonesia yang seluas-luasnya dengan
tetap memperhatikan keseimbangan dan kemajuan antar daerah dalam
kesatuan ekonomi nasional;
2. Menjamin setiap warga negara memperoleh pekerjaan, serta mendapat
imbalan dalam perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja;
3. Melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan
dengan keberpihakan, penguatan, dan perlindungan bagi koperasi dan
UMK-M serta industri nasional; dan
4. Melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan
dengan peningkatan ekosistem investasi, kemudahan dan percepatan
proyek strategis nasional yang berorientasi pada kepentingan nasional

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 1
yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi nasional
dengan berpedoman pada Haluan ideologi Pancasila.

Dalam Undang-Undang Cipta Kerja agar menyederhanakan persyaratan


dasar Perizinan Berusaha serta untuk memberikan kepastian dan kemudahan
bagi Pelaku Usaha dalam memperoleh kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
maka untuk kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang selaras dengan rencana
lokasi kegiatan dan/atau usahanya dengan RDTR. RDTR disusun oleh
Pemerintah Daerah dalam bentuk digital dan sesuai standar.
Penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota dilakukan
secara berjenjang dan komplementer. Penataan Ruang diselenggarakan dengan
memperhatikan beberapa hal diantaranya:
1. Kondisi fisik wilayah Negara Indonesia yang rentan terhadap bencana;
2. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan, kondsi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan
keamanan, dan lingkungan hidup serta ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai satu kesatuan; dan
3. Geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.

Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang, Pemerintah Pusat


berwenang menyusun dan menetapkan pedoman bidang penataan ruang.
Penyelenggaraan penataan ruang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.
Wewenang Pemerintah Pusat dalam penataan ruang terdiri dari:
1. Wewenang dalam penyelenggaraan penataan ruang:
a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan
penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota,
serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis
nasional;
b. Pemberian bantuan teknis bagi penyusunan rencana tata ruang
wilayah provinsi, wilayah kabupaten/ kota, dan rencana detail tata
ruang;
c. Pembinaan teknis dalam kegiatan penyusunan rencana tata ruang
wilayah provinsi, rencana tata ruang wilayah kabupaten/ kota, dan
rencana detail tata ruang;
d. Pelaksanaan penatan ruang wilayah nasional;

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 2
e. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional; dan
f. Kerja sama penataan ruang antar negara dan memfasilitasi kerja
sama penataan ruang antar provinsi.
2. Wewenang dalam pelaksanaan penataan ruang nasional:
a. Perencanaan tata ruang wilayah nasional;
b. Pemanfaatan ruang wilayah nasional; dan
c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional.
3. Wewenang dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis
nasional:
a. Penetapan kawasan strategis nasional;
b. Perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional;
c. Pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional; dan
d. Pengendalian pemanfaatan penataan ruang kawasan strategis
nasional.

Wewenang Pemerintah Daerah Provinsi dilaksanakan sesuai dengan


norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi:
1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan
penataan ruang wilayah provinsi, dan kabupaten/ kota;
2. Pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi; dan
3. Kerja sama penataan ruang antar provinsi dan fasilitasi kerja sama
penataan ruang antar kabupaten/ kota.

Wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dilaksanakan


berdasarkan dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi:
1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan
penataan ruang wilayah kabupaten/ kota;
2. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/ kota; dan
3. Kerja sama penataan ruang antar kabupaten/ kota.

Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan beberapa rencana


yang terdiri dari:
1. Rencana umum tata ruang:

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 3
a. Rencana tata ruang wilayah nasional;
b. Rencana tata ruang wilayah provinsi; dan
c. Rencana tata ruang wilayah Kabupaten/ Kota.
2. Rencana rinci tata ruang:
a. Rencana tata ruang pulau/ kepulauan dan rencana tata ruang
kawasan strategis nasional; dan
b. Rencana detail tata ruang kabupaten/ kota.

Secara umum rencana tata ruang mencakup muatan substansi yang


terdiri dari:
1. Rencana struktur ruang:
a. Rencana sistem pusat permukiman; dan
b. Rencana sistem jaringan prasarana.
2. Rencana pola ruang:
a. Peruntukan kawasan lindung; dan
b. Peruntukan kawasan budidaya.

Dalam Rencana Struktur Ruang bagian Rencana Sistem Jaringan


Prasarana diharuskan untuk mencantumkan Rencana Pengembangan Jaringan
Prasarana Lainnya. Dimana substansi yang dibahas dalam Rencana
Pengembangan Jaringan Prasarana Lainnya salah satunya adalah Jalur Pejalan
Kaki. Sehingga hal tersebut dapat mejadi pedoman dalam penyusunan Kajian
Penataan Jalur Pedestrian Perkotaan Pringsewu.
Penetapan rencana tata ruang berdasarkan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, terdapat muatan substansi yang terdiri dari:

Gambar 2.2 Produk Rencana Tata Ruang secara Berjenjang berdasarkan


Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
RTRW NASIONAL RTRW PROVINSI RTRW KABUPATEN/ KOTA
ACUAN 1. Rencana Tata Ruang 1. Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional; Wilayah Nasional dan
2. Pedoman bidang Rencana Tata Ruang
penataan ruang; dan Wilayah Provinsi;
3. Rencana pembangunan 2. Pedoman dan petunjuk
jangka Panjang daerah. pelaksanaan bidang
penataan ruang; dan
3. Rencana pembangunan
jangka Panjang daerah.
SUBSTANSI 1. Tujuan, kebijakan, dan 1. Tujuan, kebijakan, dan 1. Tujuan, kebijakan, dan
strategi penataan strategi penataan ruang strategi penataan ruang

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 4
RTRW NASIONAL RTRW PROVINSI RTRW KABUPATEN/ KOTA
ruang wilayah nasional; wilayah provinsi; wilayah kabupaten;
2. Rencana struktur ruang 2. Rencana struktur ruang 2. Rencana struktur ruang
wilayah nasional yang wilayah provinsi yang wilayah kabupaten yang
meliputi sistem perkotaan meliputi sistem perkotaan
meliputi Sistem
dalam wilayahnya yang di wilayahnya yang terkait
perkotaan nasional berkaitan dengan dengan kawasan
yang terkait dengan kawasan perdesaan perdesaan dan sistem
kawasan perdesaan dalam wilayah jaringan prasarana
dalam wilayah pelayanannya dan sistem wilayah kabupaten;
pelayanannya dan jaringan prasarana 3. Rencana pola ruang
Sistem jaringan wilayah provinsi; wilayah kabupaten yang
3. Rencana pola ruang meliputi kawasan lindung
prasarana utama.
wilayah provinsi yang kabupaten dan kawasan
3. Rencana pola ruang meliputi kawasan lindung budi daya kabupaten;
wilayah nasional yang dan kawasan budidaya 4. Arahan pemanfaatan
meliputi Kawasan yang memiliki nilai ruang wilayah kabupaten
lindung nasional dan strategis provinsi; yang berisi indikasi
Kawasan budidaya 4. Arahan pemanfaatan program utama jangka
nasional. ruang wilayah provinsi menengah lima tahunan;
yang berisi indikasi dan
4. Penetapan kawasan
program utama jangka 5. Ketentuan pengendalian
strategis nasional; menengah lima tahunan; pemanfaatan ruang
5. Arahan pemanfaatan dan wilayah kabupaten yang
ruang yang berisi 5. Arahan pengendalian berisi ketentuan umum
indikasi program utama pemanfaatan ruang zonasi, ketentuan
jangka menengah 5 wilayah provinsi yang kesesuaian kegiatan
(lima) tahunan; dan berisi indikasi arahan pemanfaatan ruang,
zonasi sistem provinsi, ketentuan insentif dan
6. Arahan pengendalian
arahan kesesuaian disinsentif, serta arahan
pemanfaatan ruang
kegiatan pemanfaatan sanksi.
wilayah nasional yang
ruang, arahan insentif dan
berisi indikasi arahan
disinsentif, serta arahan
zonasi sistem
sanksi.
nasional, arahan
kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang,
arahan insentif dan
disinsentif, serta
arahan sanksi.
MENJADI 1. Penyusunan rencana 1. Penyusunan rencana  Penyusunan rencana
PEDOMAN pembangunan jangka pembangunan jangka pembangunan jangka
Panjang nasional; Panjang daerah; Panjang daerah;
2. Penyusunan rencana  Penyusunan rencana
2. Penyusunan rencana
pembangunan jangka pembangunan jangka
pembangunan jangka menengah daerah; menengah daerah;
menengah nasional; 3. Pemanfaatan ruang dan  Pemanfaatan ruang dan
3. Pemanfaatan ruang pengendalian pengendalian
dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam pemanfaatan ruang di
pemanfaatan ruang di wilayah provinsi; wilayah kabupaten;
wilayah nasional; 4. Perwujudan keterpaduan,  Perwujudan keterpaduan,
keterkaitan, dan keterkaitan, dan
4. Perwujudan
keseimbangan kesimbangan antar sektor;
keterpaduan,
perkembangan dan
keterkaitan, dan
antarwilayah kabupaten/  Penetapan lokasi dan
keseimbangan
kota, serta keserasian fungsi ruang untuk
perkembangan antar
antar sektor; investasi.
wilayah provinsi, serta

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 5
RTRW NASIONAL RTRW PROVINSI RTRW KABUPATEN/ KOTA
keserasian antar 5. Penetapan lokasi dan
sektor; fungsi ruang untuk
5. Penetapan lokasi dan investasi; dan
fungsi ruang untuk 6. Penataan ruang wilayah
investasi; kabupaten/ kota.
6. Penataan ruang
kawasan strategis
nasional; dan
7. Penataan ruang
wilayah provinsi dan
kabupaten/ kota.
Jangka
Waktu 20 Tahun 20 Tahun 20 Tahun

Peninjauan Peninjauan Kembali Peninjauan Kembali lebih Peninjauan Kembali


Kembali dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam dilakukan lebih dari 1 (satu)
dari 1 (kali) dalam periode 5 (lima) Tahun kali dalam periode 5 (lima)
periode 5 (lima) tahun apabila terjadi perubahan tahun apabila terjadi
apabila terjadi perubahan lingkungan strategis berupa: perubahan lingkungan
lingkungan strategis 1.Bencana alam yang strategis berupa:
berupa: ditetapkan dengan 1. Bencana alam yang
1. Bencana alam skala peraturan perundang- ditetapkan dengan
besar yang ditetpakan undangan; peraturan perundang-
dengan peraturan 2.Perubahan batas territorial undangan;
perundang-undangan; negara yang ditetapkan 2. Perubahan batas
2. Perubahan batas dengan undang-undang; territorial negara yang
teritoral negara yang 3.Perubahan batas wilayah ditetapkan dengan
ditetapkan dengan daerah yang ditetapkan undang-undang;
undang-undang; dengan undang-undang; 3. Perubahan batas
3. Perubahan batas dan wilayah daerah yang
wilayah daerah yang 4.Perubahan kebijakan ditetapkan dengan
ditetapkan dengan nasional yang bersifat undang-undang; dan
undang-undang; dan strategis. 4. Perubahan kebijakan
4. Perubahan kebijakan nasional yang bersifat
nasional yang bersifat strategis.
strategis.
Penetapan Peraturan Pemerintah Peraturan Daerah Provinsi
Peraturan Daerah
Kabupaten/ Kota
Sumber : Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

2.2.1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


Lahirnya Undang-undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
menggantikan Undang-undang No. 24 tahun 1992 memberikan warna baru
dalam dunia perencanaan di Indonesia. Dengan adanya Undang-Undang No.26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka penyelenggaraan penataan ruang
bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan
nasional.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 6
Terdapat beberapa perubahan yang signifikan, khususnya terhadap
substansi dokumen rencana tata ruang baik pada tingkat Nasional (RTRWN),
Provinsi (RTRWP), Kabupaten/ Kota (RTRWK), dan RDTR Kota. Ketentuan
tentang substansi rencana tata ruang dapat dilihat pada tabel berikut.

Gambar 2.3 Produk, Substansi, dan Jangka Waktu Penetapan Rencana


Tata Ruang dari Berbagai Tingkatan Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007
RTRW NASIONAL RTRW PROV RTRW KAB RDTR KOTA
ACUAN  Rencana Tata Ruang  Rencana Tata  RTRW Kabupaten
Wilayah Nasional; Ruang Wilayah  pedoman dan
 pedoman bidang Nasional dan petunjuk pelaksanaan
penataan ruang; dan rencana tata ruang bidang penataan
 rencana wilayah provinsi; ruang; dan
pembangunan jangka  pedoman dan  rencana
panjang daerah. petunjuk pembangunan jangka
pelaksanaan bidang panjang daerah.
penataan ruang;
dan
 rencana
pembangunan
jangka panjang
daerah.
SUBSTANSI  tujuan, kebijakan,  tujuan, kebijakan, dan  tujuan, kebijakan, dan 1. Tujuan pengembangan
dan strategi strategi penataan ruang strategi penataan kawasan fungsional
penataan ruang wilayah provinsi; ruang wilayah perkotaan;
wilayah nasional;  rencana struktur ruang kabupaten; 2. Rencana struktur dan
 rencana struktur wilayah provinsi yang  rencana struktur ruang pola pemanfaatan
ruang wilayah meliputi sistem wilayah kabupaten ruang Kawasan
nasional yang perkotaan dalam yang meliputi sistem Perkotaan, meliputi:
meliputi sistem wilayahnya yang perkotaan di a. Struktur
perkotaan nasional berkaitan dengan wilayahnya yang pemanfaatan ruang,
yang terkait dengan kawasan perdesaan terkait dengan yang meliputi
kawasan perdesaan dalam wilayah kawasan perdesaan distribusi penduduk,
dalam wilayah pelayanannya dan dan sistem jaringan struktur pelayanan
pelayanannya dan sistem jaringan prasarana wilayah kegiatan kawasan
sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten; perkotaan, sistem
prasarana utama; provinsi;  rencana pola ruang jaringan
 rencana pola ruang  rencana pola ruang wilayah kabupaten pergerakan,
wilayah nasional wilayah provinsi yang yang meliputi sistem jaringan
yang meliputi meliputi kawasan kawasan lindung telekomunikasi,
kawasan lindung lindung dan kawasan kabupaten dan sistem jaringan
nasional dan budi daya yang memiliki kawasan budi daya energi, dan sistem
kawasan budi daya nilai strategis provinsi; kabupaten; prasarana
yang memiliki nilai  penetapan kawasan  penetapan kawasan pengelolaan
strategis nasional; strategis provinsi; strategis kabupaten; lingkungan
 penetapan kawasan  arahan pemanfaatan  arahan pemanfaatan b. Pola pemanfaatan
strategis nasional; ruang wilayah provinsi ruang wilayah ruang, yang
 arahan pemanfaatan yang berisi indikasi kabupaten yang berisi meliputi
ruang yang berisi program utama jangka indikasi program pengembangan
indikasi program menengah lima utama jangka kawasan fungsional
utama jangka tahunan; dan menengah lima (kawasan
menengah lima  arahan pengendalian tahunan; pemukiman,
tahunan; dan pemanfaatan ruang dan,ketentuan perdagangan, jasa,

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 7
RTRW NASIONAL RTRW PROV RTRW KAB RDTR KOTA
 arahan pengendalian wilayah provinsi yang pengendalian pemerintahan,
pemanfaatan ruang berisi indikasi arahan pemanfaatan ruang pariwisata,
wilayah nasional peraturan zonasi sistem wilayah kabupaten perindustrian)
yang berisi indikasi provinsi, arahan yang berisi ketentuan dalam blok-blok
arahan peraturan perizinan, arahan umum peraturan peruntukan.
zonasi sistem insentif dan disinsentif, zonasi, ketentuan 3. Pedoman pelaksanaan
nasional, arahan serta arahan sanksi. perizinan, ketentuan pembangunan kawasan
perizinan, arahan insentif dan fungsional perkotaan
insentif dan disinsentif, serta meliputi:
disinsentif, serta arahan sanksi. a. Arahan kepadatan
arahan sanksi. bangunan (net
density/KDB) untuk
setiap blok
peruntukan;
b. Arahan ketinggian
bangunan
(maximum
height/KLB) untuk
setiap blok
peruntukan;
c. Arahan garis
sempadan
bangunan untuk
setiap blok
peruntukan;
d. Rencana
penanganan
lingkungan blok
peruntukan;
e. Rencana
penanganan
jaringan prasarana
dan sarana.
 Pedoman pengendalian
pemantaatan ruang
kawasan fungsional
perkotaan.
PEDOMAN  penyusunan rencana  penyusunan rencana  penyusunan rencana  penyusunan rencana
pembangunan pembangunan jangka pembangunan jangka pembangunan jangka
jangka panjang panjang daerah; panjang daerah; panjang daerah;
nasional;  penyusunan rencana  penyusunan rencana  penyusunan rencana
 penyusunan rencana pembangunan jangka pembangunan jangka pembangunan jangka
pembangunan menengah daerah; menengah daerah; menengah daerah;
jangka menengah  pemanfaatan ruang dan  pemanfaatan ruang  pemanfaatan ruang dan
nasional; pengendalian dan pengendalian pengendalian
 pemanfaatan ruang pemanfaatan ruang pemanfaatan ruang di pemanfaatan ruang di
dan pengendalian dalam wilayah provinsi; wilayah kabupaten; wilayah kabupaten;
pemanfaatan ruang  mewujudkan  mewujudkan  mewujudkan
di wilayah nasional; keterpaduan, keterpaduan, keterpaduan,
 mewujudkan keterkaitan, dan keterkaitan, dan keterkaitan, dan
keterpaduan, keseimbangan keseimbangan keseimbangan
keterkaitan, dan perkembangan antarsektor; antarsektor;
keseimbangan antarwilayah  penetapan lokasi dan  penetapan lokasi dan
perkembangan kabupaten/kota, serta fungsi ruang untuk fungsi ruang untuk
antarwilayah keserasian antarsektor; investasi; dan investasi; dan
provinsi, serta  penetapan lokasi dan  penataan ruang  penataan ruang

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 8
RTRW NASIONAL RTRW PROV RTRW KAB RDTR KOTA
keserasian fungsi ruang untuk kawasan strategis kawasan kota.
antarsektor; investasi; kabupaten.
 penetapan lokasi  penataan ruang
dan fungsi ruang kawasan strategis
untuk investasi; provinsi; dan
 penataan ruang  penataan ruang wilayah
kawasan strategis kabupaten/kota.
nasional; dan
 penataan ruang
wilayah provinsi dan
kabupaten/kota.
Jangka Waktu  20 Tahun  20 Tahun  20 Tahun  20 Tahun
Peninjauan  5 Tahun sekali atau  5 Tahun sekali atau  5 Tahun sekali atau  5 Tahun sekali atau
Kembali lebih dari 1 kali lebih dari 1 kali dalam 5 lebih dari 1 kali dalam lebih dari 1 kali dalam 5
dalam 5 tahun pada tahun pada kondisi 5 tahun pada kondisi tahun pada kondisi
kondisi lokasi lokasi strategis tertentu lokasi strategis lokasi strategis tertentu
strategis tertentu tertentu
Penetapan  Peraturan  Peraturan Daerah  Peraturan Daerah  Peraturan Daerah
Pemerintah Provinsi Kabupaten Kabupaten
Sumber : Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Pada Rencana Detail Tata Ruang, substansi yang diharuskan ada


diantaranya Rencana Struktur Ruang. Dalam Rencana Struktur Ruang salah satu
substansi yang direncanakan adalah Rencana Pengembangan Jaringan
Prasarana Lainnya. Salah satu substansi dalam Rencana Pengembangan
Jaringan Prasarana Lainnya diantaranya Jalur Pejalan Kaki. Sehingga Rencana
Detail Tata Ruang dapat menjadi salah satu pedoman bagi penyusunan Kajian
Penataan Jalur Pedestrian Perkotaan Pringsewu.

2.3.1 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan


Jalan merupakan bagian prasarana transportasi mempunyai peran
penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik,
pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum
dan jalan khusus. Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status,
dan kelas. Jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam
rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.
Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan sekunder. Sistem jaringan primer merupakan sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan
semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 9
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem jaringan sekunder
merupakan jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa
untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan
kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Adapun penjelasan jalan umum
menurut fungsinya, sebagai berikut:
1. Jalan Arteri:
Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna.
2. Jalan Kolektor:
Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi
dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal:
Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
4. Jalan Lingkungan:
Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri
perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Gambar 2.4 Klasifikasi Jalan Menurut Fungsinya


Sumber : UU No.38 Tahun 2004

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 10
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional,
jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Adapun penjelasan
jalan menurut statusnya, sebagai berikut:
1. Jalan Nasional:
Jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta
jalan tol.
2. Jalan Provinsi:
Jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/ kota, atau antar ibukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan Kabupaten:
Jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk
kedalam jalan nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta
jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan Kota:
Jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan
dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar
pusat permukiman yang berada di dalam kota.
5. Jalan Desa:
Jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman
di dalam desa, serta jalan lingkungan.

Selain itu, untuk pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas,
jalan dibagi dalam beberapa kelas jalan. Pembagian kelas jalan diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas dan
angkutan jalan. Peraturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyedia
prasarana jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan
sedang, dan jalan kecil.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 11
Bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan (RUMAJA), ruang milik
jalan (RUMIJA), dan ruang pengawasan jalan (RUWASJA). Adapun penjelasan
bagian-bagian jalan sebagai berikut:
1. Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA):
Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya.
2. Ruang Milik Jalan (RUMIJA):
Ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar manfaat jalan.
3. Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA):
Ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan
penyelenggara jalan.

Gambar 2.5 Bagian-Bagian Jalan


Sumber : UU No.38 Tahun 2004

Dalam konteks Kajian Penataan Jalur Pedestiran Perkotaan Pringsewu


dapat disimpulkan bahwa pedestrian menurut bagian jalan merupakan termasuk
kedalam RUMAJA (Ruang Manfaat Jalan).

2.5.1 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang merupakan pergantian peraturan dari Peraturan Pemerintah
Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang yang
diselenggarakan untuk beberapa hal diantaranya :

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 12
1. Mewujudkan ketertiban dalam penyelenggaraan penataan ruang;
2. Memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku kepentingan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta hak dan kewajibannya
dalam penyelenggaraan penataan ruang; dan
3. Mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam
penyelenggaraan penataan ruang.

Dengan bergantinya peraturan pemerintah, terdapat beberapa


penyederhanaan hierarki penataan ruang. Penyederhanaan tersebut adanya
penghapusan ketentuan penetapan Kawasan Strategis (KS) diantaranya
penghapusan RTR KS Provinsi dan Kabupaten/ Kota untuk menghindari
tumpang tindih antar produk RTR. Substansi Kawasan Strategis Provinsi dan
Kabupaten/ Kota akan diintegrasikan ke dalam RTRW Provinsi dan Kabupaten/
Kota.

Gambar 2.6 Penyederhanaan Hierarki Penataan Ruang


Sumber : PP No.21 Tahun 2021

Penataan ruang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang dalam bumi sebagai satu kesatuan. Akan tetapi, pengelolaan
sumber daya ruang laut dan ruang udara diatur dengan Undang-Undang
tersendiri. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, adanya integrasi antara tata ruang
darat dan laut.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 13
Gambar 2.7 Satu Produk Rencana Tata Ruang
Sumber : PP No.21 Tahun 2021

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan


Penataan Ruang mengatur peyelenggaraan penataan ruang yang terdiri dari
beberapa hal diantaranya sebagai berikut:
A. Perencanaan Tata Ruang:
Perencanaan tata ruang merupakan kewajiban Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah untuk menyusun dan menyedakan rencana tata ruang yang
telah ditetapkan dalam bentuk digital dan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Penyediaan rencana tata ruang dalam bentuk
digital dimaksudkan agar dapat diakses secara mudah oleh masyarakat untuk
mendapatkan informasi mengenai kesesuaian rencana lokasi kegiatan dan/ atau
usahanya dengan rencana tata ruang.

Gambar 2.8 Bagan Pelaksanaan Perencanaan Tata Ruang


Sumber : PP No.21 Tahun 2021

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 14
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten/ Kota
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota sesuai dengan norma,
standar, prosedur, dan kriteria yang diatur dengan Peraturan Menteri.
Penyusunan RDTR Kabupaten/ Kota dapat mencakup kawasan dengan
beberapa karakteristik diantaranya:
1. Karakteristik perkotaan:
Kawasan dengan karakteristik perkotaan merupakan kawasan yang
memiliki fungsi utama sebagai:
a. Kegiatan ekonomi;
b. Kegiatan lingkungan hidup;
c. Kegiatan sosial; dan
d. Kegiatan budaya dengan karakteristik perkotaan.
2. Karakteristik perdesaan:
Kawasan dengan karakteristik perdesaan merupakan kawasan yang
memiliki fungsi utama sebagai:
a. Kegiatan ekonomi;
b. Kegiatan lingkungan hidup;
c. Kegiatan sosial; dan
d. Kegiatan budaya dengan karakteristik perdesaan.
3. Kawasan lintas kabupaten/ kota:
Secara fungsional terdapat di lebih dari 1 (satu) wilayah Kabupaten/ Kota
yang berbatasan, dilaksanakan secara terintegrasi oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten/ Kota terkait.

RDTR Kabupaten/ Kota mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah


(RTRW) Kabupaten/ Kota. RDTR Kabupaten/ Kota memperhatikan beberapa hal
dalam penyusunan, diantaranya:
1. Rencana pembangunan jangka Panjang daerah Kabupaten/ Kota;
2. Rencana pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten/ Kota;
3. Perkembangan permasalahan wilayah serta hasil pengkajian implikasi
penataan ruang Kabupaten/ Kota;
4. Optimasi pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi; dan
5. Kriteria pemanfaatan pulau-pulau kecil sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 15
Dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten/
Kota, terdapat beberapa subsatansi yang harus dilaksanakan yang terdiri dari
beberapa hal diantaranya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.

Gambar 2.9 Tahap Penyusunan RDTR Kabupaten/ Kota


Sumber : PP No.21 Tahun 2021

Setelah dilakukan penyusunan RDTR Kabupaten/ Kota, maka


dilaksanakan penetapan RDTR Kabupaten/ Kota dengan beberapa tahap
diantaranya:
1. Konsultasi publik rancangan peraturan kepala daerah kabupaten/ kota
tentang RDTR Kabupaten/ Kota dengan masyarakat, termasuk Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/ Kota;
2. Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah Kabupaten/ Kota
tentang RDTR Kabupaten/ Kota kepada Menteri untuk memperoleh
persetujuan substansi;
3. Pembahasan lintas sektor dalam rangka pemberian persetujuan substansi
oleh Menteri Bersama kementerian/ Lembaga, Pemberintah Daerah
Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/ Kota dan seluruh pemangku kepentingan terkait; dan

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 16
4. Penetapan rancangan peraturan kepala daerah Kabupaten/ Kota tentang
RDTR Kabupaten/ Kota oleh Bupati/ Wali Kota sesuai dengan
persetujuan substansi oleh Menteri.

Pada Rencana Detail Tata Ruang, substansi yang diharuskan ada


diantaranya Rencana Struktur Ruang. Dalam Rencana Struktur Ruang salah satu
substansi yang direncanakan adalah Rencana Pengembangan Jaringan
Prasarana Lainnya. Salah satu substansi dalam Rencana Pengembangan
Jaringan Prasarana Lainnya diantaranya Jalur Pejalan Kaki. Sehingga Rencana
Detail Tata Ruang dapat menjadi salah satu pedoman bagi penyusunan Kajian
Penataan Jalur Pedestrian Perkotaan Pringsewu.

B. Pemanfaatan Ruang:
Pelaksanaan pemanfaatan ruang dilakukan melalui beberapa hal
diantaranya sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang; dan
2. Pelaksanaan sinkronisasi program pemanfaatan ruang.

Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang berlaku selama 3 (tiga) Tahun


sejak diterbitkan oleh Menteri. Kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di
Perairan, Pesisir, Wilayah Perairan, dan Yuridisdiksi diterbitkan oleh Menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dengan
berlaku jangka waktu 2 (dua) Tahun sejak diterbitkan. Kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang dapat berupa keputusan Disetujui atau Ditolak dengan
disertai alasan penolakan. Untuk lebih jelasnya mengenai pelaksanaan kegiatan
pemanfaatan ruang dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 2.10 Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang


Sumber : PP No.21 Tahun 2021

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 17
Pelaksanaan singkronisasi program pemanfaatan ruang dilaksankan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sinkronisasi program pemanfaatan
ruang menghasilkan beberapa dokumen, diantaranya:
1. Sinkronisasi program pemanfaatan ruang jangka menengah 5 (lima)
tahunan; dan
2. Sinkronisasi program pemanfaatan ruang jangka pendek 1 (satu)
tahunan.

C. Pengendalian Pemanfaatan Ruang:


Pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan untuk mendorong
terwujudnya tata ruang sesuai dengan RTR. Pengendalian pemanfaatan ruang
dilaksanakan untuk mendorong setiap orang agar:
1. Menaati RTR yang telah ditetapkan;
2. Memanfaatkan ruang sesuai dengan RTR; dan
3. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan kesesuaian
kegiatan pemanfaatan ruang.

Gambar 2.11 Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Sumber : PP No.21 Tahun 2021

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 18
2.11.1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2021
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung
Bangunan Gedung merupakan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, Sebagian atau seluruhnya berada di
atas dan/ atau di dalam tanah dan/ atau air, yang berfungsi sebagai tempat
mansia melakukan kegiatannya baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
Kemudahan hubungan ke, dari, dan didalam bangunan menyediakan fasilitas
dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman bagi setiap pengguna dan
pengunjung bangunan Gedung.
Penyedia fasilitas dan aksesibilitas hubungan ke, dari, dan di dalam
bangunan salah satunya yaitu Hubungan Horizontal antar ruang/ antar bangunan
yang dapat memudahkan hubungan pada Bangunan Gedung. Fasilitas dan
aksesibilitas tersebut terdiri dari beberapa hal diantaranya :
1. Pintu;
2. Selasar;
3. Koridor;
4. Jalur pedestrian;
5. Jalur pemandu; dan/ atau
6. Jembatan penghubung antar ruang atau antar bangunan.

Dalam kegiatan Penyusunan Kajian Penataan Jalur Pedestrian Perkotaan


Pringsewu, terdapat beberapa hal yang selaras dengan proses penyusunan
kajian tersebut diantaranya sebagai berikut :
A. Jalur Pedestrian :
Penyediaan jalur pejalan kaki (pedestrian) bertujuan untuk meminimalkan
atau menghilangkan polusi dan energi yang besar beserta aman dan nyaman
bagi seluruh jenis dan kondisi pengguna. Jalur Pedestrian dimaksudkan untuk
menghubungkan antar bangunan gedung di dalam tapak atau ke jalan utama di
luar tapak untuk mencapai jaringan transportasi umum, menuju ruang publik, dan
menuju kapling sekitarnya.
Standar teknis dalam perencanaan Jalur Pedestrian terdiri dari beberapa
hal diantaranya sebagai berikut :

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 19
1. Permukaan :
a. Permukaan jalur pedestrian harus stabil, kuat, tahan cuaca, dan tidak
licin;
b. Perlu dihindari penggunaan sambungan atau gundukan pada
permukaan, apabila terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari
1,25 cm; dan
c. Apabila menggunakan karet maka bagian tepi harus dengan
konstruksi yang permanen.
2. Ukuran :
a. Lebar jalur pedestrian tidak kurang dari 150 cm untuk jalur satu arah
dan tidak kurang dari 160 cm untuk jalur dua arah; dan
b. Lebar jalur pedestrian dapat berukuran 180 – 300 cm atau lebih untuk
memenuhi kebutuhan terhadap intensitas pejalan kaki tinggi.
3. Kelandaian :
a. Kelandaian sisi lebar jalur pedestrian paling besar 2°; dan
b. Kelandaian sisi panjang jalur pedestrian paling besar 5°.
4. Area Istirahat :
Setiap jarak 900 cm, jalur pedestrian dapat dilengkai dengan tempat
duduk untuk istirahat.
5. Pencahayaan berkisar antara 50 – 150 lux tergantung pada intensitas
pemakaian, tingkat bahaya, dan kebutuhan keamanan.
6. Drainase :
Jalur pedestrian disediakan berikut drainase yang dibuat tegak lurus arah
jalur dengan kedalaman paling tinggi 1,5 cm;
7. Tepi pengaman/ kanstin (low curb) :
a. Jalur pedestrian perlu dilengkapi dengan tepi pengaman/ kanstin (low
curb) yang berfungsi sebagai penghentian roda kendaraan dan
tongkat penyandang disabilitas Netra agar terhindar dari area yang
berbahaya; dan
b. Tepi pengaman/ kanstin (low curb) dibuat dengan ketinggian paling
rendah 10 cm dan lebar 15 cm di sepanjang jalur pedestrian.
8. Jalur pedestrian perlu dilengkapi dengan pemandu/ penanda antara lain :
a. Jalur pemandu bagi penyandang disabilitas Netra;
b. Tempat sampah dan perabot jalan (steet furniture) lainnya;
c. Penanda untuk akses pejalan kaki;

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 20
d. Sinyal suara yang dapat didengar;
e. Pesan-pesan verbal; dan
f. Informasi lewat getaran.
9. Ram pada jalur pedestrian diletakkan di setiap persimpangan, prasarana
ruang pejalan kaki yang memasuki pintu keluar masuk bangunan atau
kaveling.

Adapun ilustrasi dari jalur pedestrian dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 2.12 Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian


Sumber : PP Nomor 16 Tahun 2021

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 21
Gambar 2.13 Sudut Kemiringan Maksimal RAM pada Jalur Pedestrian
Sumber : PP Nomor 16 Tahun 2021

Gambar 2.14 Dimensi RAM pada Jalur Pedestrian


Sumber : PP Nomor 16 Tahun 2021

Gambar 2.15 Contoh Ukuran Bangku Istirahat


Sumber : PP Nomor 16 Tahun 2021

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 22
Gambar 2.16 Contoh Penerapan Bagku Istirahat
Sumber : PP Nomor 16 Tahun 2021

B. Jalur Pemandu :
Jalur Pemandu berfungsi sebagai jalur sirkulasi bagi Penyandang
Disabilitas Netra termasuk penyandang gangguan penglihatan yang hanya
mampu melihat sebagian yang terdiri atas ubin pengarah dan ubin peringatan.
Terdapat beberapa persyaratan untuk merencanakan jalur pemandu diantaranya
sebagai berikut :
1. Ubin pengarah (guiding block) bermotif garis berfungsi untuk
menunjukkan arah perjalanan;
2. Ubin peringatan (warning block) bermotif bulat berfungsi untuk
memberikan peringatan terhadap adanya perubahan situasi disekitarnya;
3. Ubin pengarah (guiding block) dan ubin peringatan (warning block) harus
dipasang dengan benar sehingga dapat memberikan orientasi yang jelas
pada penggunanya;
4. Jalur pemandu harus dipasang diantara :
a. Di depan jalur lalu lintas kendaraan;
b. Di depan pintu masuk/ keluar dari dan ke tangga atau fasilitas
persilangan dengan perbedaan ketinggian lantai;
c. Di pintu masuk/ keluar Bangunan Gedung untuk kepentingan umum
termasuk terminal transportasi umum atau area penumpang; dan
d. Pada sepanjang jalur pedestrian.
5. Ubin pengarah (guiding block) dan ubin peringatan (warning block) harus
dibuat dari material yang kuat, tidak licin, dan diberikan warrna yang

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 23
kontras dengan warna ubin eksisting seperti kuning, jingga, atau warna
lainnya sehingga mudah dikenali oleh penyandang gangguan penglihatan
yang hanya mampu melihat Sebagian (low vision); dan
6. Ubin pengarah (guding block) dan ubin peringatan (warning block)
dipasang pada bagian tepi jalur pedestrian untuk memudahkan
pergerakan penyandang disabilitas Netra termasuk penyandang
gangguan penglihatan yang hanya mampu melihat Sebagian (low vision).

Adapun ilustrasi dari jalur pemandu dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 2.17 Tipe Tekstur Ubin Peringatan (Warning Block)


Sumber : PP Nomor 16 Tahun 2021

Gambar 2.18 Tipe Tekstur Ubin Pengarah (Guiding Block)


Sumber : PP Nomor 16 Tahun 2021

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 24
Gambar 2.19 Contoh Gambar dan Jenis Jalur Pemandu
Sumber : PP Nomor 16 Tahun 2021

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 25
Gambar 2.20 Prinsip Perencanaan Jalur Pemandu
Sumber : PP Nomor 16 Tahun 2021

Gambar 2.21 Prinsip Perencanaan Jalur Pemandu


Sumber : PP Nomor 16 Tahun 2021

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 26
Gambar 2.22 Contoh Penerapan Ubin Pemandu
Sumber : PP Nomor 16 Tahun 2021

2.22.1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor


14/ PRT/ M/ 2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan
Gedung
Peraturan ini bertujuan untuk mewujudkan Bangunan Gedung dan
Lingkungan yang dapat diakses dan digunakan oleh semua orang secara
mudah, aman, nyaman, dan mandiri secara berkeadilan. Setiap Bangunan
Gedung dan Lingkungan termasuk ruang terbuka dilaksanakan melalui
penerapan prinsip Desain Universal dalam tahap pembangunan Bangunan
Gedung dan penggunaan ukuran dasar ruang yang memadai, terdiri dari :
1. Kesetaraan penggunaan ruang;
2. Keselamatan dan keamanan bagi semua;
3. Kemudahan akses tanpa hambatan;
4. Kemudahan akses informasi;
5. Kemandirian penggunaan ruang;
6. Efisiensi upaya pengguna; dan
7. Kesesuaian ukuran dan ruang secara ergonomis.

Setiap Bangunan Gedung harus memenuhi persyaratan kemudahan


Bangunan Gedung yang meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam
Bangunan Gedung serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan
Bangunan Gedung. Salah satu hubungan Bangunan Gedung yaitu hubungan
horizontal antar ruang/ antar bangunan, yang terdiri dari beberapa hubungan
diantaranya :
1. Pintu;
2. Selasar;

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 27
3. Koridor;
4. Jalur pedestrian;
5. Jalur pemandu; dan/ atau
6. Jembatan penghubung antar ruang/ antar bangunan.

Dalam konteks Kajian Penataan Jalur Pedestrian Perkotaan Pringsewu,


terdapat beberapa hal yang perlu di perhatikan diantaranya jalur pedestrian dan
jalur pemandu. Jalur pedestrian merupakan jalur yang digunakan oleh pejalan
kaki atau pengguna kursi roda secara mandiri yang dirancang berdasarkan
kebutuhan orang untuk bergerak secara aman, mudah, nyaman, dan tanpa
hambatan.
Perancangan dan penyediaan jalur pedestrian sebagai sarana hubungan
horizontal antar ruang/ antar bangunan harus memperhatikan beberapa hal
diantaranya :
1. Jarak tempuh agar pengguna Bangunan Gedung dan pengunjung
Bangunan Gedung dapat mencapai tujuan sedekat mungkin;
2. Keamanan, kenyamanan, dan kemudahan pengguna dan pengunjung
bangunan Gedung;
3. Konektivitas dan kontinuitas antar ruang/ antar bangunan;
4. Keterpaduan aspek penataan bangunan dan lingkungan, aksesibilitas
antar lingkungan dan kawasan maupun sistem transportasi;
5. Kemiringan permukaan jalan yang mudah dilalui;
6. Kelengkapan sarana bagi pejelan kaki;
7. Nilai tambah secara ekonomi, sosial, dan lingkungan;
8. Dukungan terhadap penciptaan ruang publik yang mendukung aktivitas
sosial; dan
9. Penyesuaian karakter fisik dengan kondisi sosial budaya setempat antara
lain kebiasaan, gaya hidup, kepadatan penduduk, dan nilai kearifan lokal.

Sedangkan jalur pemandu berfungsi sebagai jalur sirkulasi bagi


Penyandang Disabilitas Netra termasuk penyandang gangguan penglihatan yang
hanya mampu melihat Sebagian yang terdiri atas ubin pengarah dan ubin
peringatan. Perancangan dan penyediaan jalur pemandu sebagai sarana
hubungan horizontal antar ruang/ antar bangunan harus memperhatikan :

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 28
1. Konektivitas dan kontinuitas antar ruang/ antar bangunan;
2. Keamanan, kenyamanan, dan kemudahan pengguna; dan
3. Penempatan pada koridor, jalur pedestrian, dan ruang terbuka.

Adapun ketentuan teknis dalam perencanaan jalur pedestrian dan jalur


pemandu selaras dengan ketentuan teknis yang dijelaskan pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2021 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung.

2.22.2 Pedoman Teknik No.032/T/BM/1999 tentang Pedoman Jalur Pejalan


Kaki Pada Jalan Umum
Jalur Pejalan Kaki meruapakan lintasan ayang diperuntukan untuk
berjalan kaki, dapat berupa trotoar, penyebrangan sebidang (penyebrangan
zebra atau penyebrangan pelican), dan penyebrangan tak sebidang. Pedoman
ini dapat digunakan sebagai acuan dan pegangan dalam perencanaan jalur
pejalan kaki termasuk fasilitas dan lebar jalurnya.
Jalur pejalan kaki dan perlengkapannya harus direncanakan sesuai
dengan ketentuan umum, yang terdiri dari beberapa hal diantaranya :
1. Pada hakekatnya pejalan kaki untuk mencapai tujuannya ingin
mengunakan lintasan sedekat mungkin dengan nyaman, lancar, dan
aman dari gangguan;
2. Adanya kontinuitas jalur pejalan kaki yang menghubungkan antara tempat
asal ke tempat tujuan dan begitu juga sebaliknya;
3. Jalur pejalan kaki harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitasnya seperti :
a. Rambu-rambu;
b. Penerangan;
c. Marka; dan
d. Perlengkapan jalan lainnya.

Fasilitas tersebut dapat membuat pejalan kaki mendapat kepastian dalam


berjalan terutama bagi pejalan kaki penyandang disabilitas.
4. Fasilitas pejalan kaki tidak dikaitkan dengan fungsi jalan;

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 29
5. Jalur pejalan kaki harus diperkeras dan dibuat sedemikian rupa sehingga
apabila hujan, permukaannya tidak licin, tidak terjadi genangan air, serta
disarankan untuk dilengkapi dengan peneduh;
6. Untuk menjaga keselamatan dan keleluasaan pejalan kaki, sebaiknya
dipisahkan secara fisik dari jalur lalu lintas kendaraan; dan
7. Pertemuan antara jenis jalur pejalan kaki yang menjadi satu kesatuan
harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan keamanan dan
kenyamanan bagi pejalan kaki.

Prinsip umum perencanaan penyediaan prasarana dan sarana ruang


pejalan kaki harus memenuhi kaidah sebagai berikut :
1. Prinsip teknis penataan sistem sirkulasi dan jalur penghubung mengacu
pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
14/ PRT/ M/ 2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung;
2. Ruang yang direncanakan harus dapat diakses oleh seluruh pengguna,
termasuk oleh pengguna dengan berbagai keterbatasan fisik;
3. Lebar jalur pejalan kaki harus sesuai dengan standar prasarana;
4. Harus memberikan kondisi yang aman, nyaman, ramah lingkungan dan
mudah untuk digunakan, sehingga pejalan kaki tidak harus merasa
terancam dengan lalu lintas atau gangguan dari lingkungan sekitarnya;
5. Jalur yang direncanakan mempunyai daya tarik atau nilai tambah lain
diluar fungsi utama;
6. Terciptanya ruang sosial, sehingga pejalan kaki dapat beraktivitas secara
aman di ruang publik;
7. Terwujudnya keterpaduan sistem, baik dari aspek penataan lingkungan
atau dengan sistem transportasi atau aksesibilitas antar kawasan; dan
8. Terwujudnya perencanaan yang efektif dan efisien sesuai dengan tingkat
kebutuhan dan perkembangan kawasan.

Terdapat beberapa tipologi ruang pejalan kaki beserta ilustrasinya, yang


dapat diaplikasikan sesuai dengan kondisi eksisting diantaranya sebagai berikut :
1. Ruang Pejalan Kaki di Sisi Jalan (sidewalk) :
Ruang pejalan kaki di sisi jalan (sidewalk) merupakan bagian dari sistem
jalur pejalan kaki dari tepi jalan raya hingga tepi terluar lahan milik
bangunan.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 30
Gambar 2.23 Perspektif Sidewalk
Sumber : Pedoman Teknik No.032/T/BM/1999

Gambar 2.24 Tampak Atas dan Potongan Sidewalk


Sumber : Pedoman Teknik No.032/T/BM/1999

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 31
2. Ruang Pejalan Kaki di Sisi Air (Promenade) :
Ruang pejala kaki yang pada salah satu sisinya berbatasan dengan
badan air.

Gambar 2.25 Perspektif Primade


Sumber : Pedoman Teknik No.032/T/BM/1999

Gambar 2.26 Tampak Atas dan Potongan Promade


Sumber : Pedoman Teknik No.032/T/BM/1999

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 32
3. Ruang Pejalan Kaki di Kawasan Komerisal/ Perkantoran (Arcade) :
Ruang pejalan kaki yang berdampingan dengan bangunan pada salah
satu atau kedua sisinya.

Gambar 2.27 Perspektif Arcade


Sumber : Pedoman Teknik No.032/T/BM/1999

Gambar 2.28 Potongan dan Tampak Atas Arcade


Sumber : Pedoman Teknik No.032/T/BM/1999

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 33
Ruang pejalan kaki di pusat kawasan bisnis dan pusat kota ini adalah
area yang harus dirancang untuk mengakomodir volume yang lebih besar
dari pejalan kaki disbanding di area-area kawasan permukiman. Batas
jalanan (jalur transportasi) pada area ini dapat dimanfaatkan untuk
berbagai tujuan yang beragam dan secara umum terdiri dari beberapa
zona, antara lain :
a. Zona bagian depan Gedung;
b. Zona bagi pejalan kaki;
c. Zona bagi tanaman/ perabot’ dan
d. Zona untuk pinggiran jalan.

Pembagian zona ini dimaksudkan agar ruang pejalan kaki yang ada dapat
tetap melayani para pejalan kaki yang melintasi area ini dengan nyaman.
Pembagian zona akan lebih rinci dibahas pada zona prasarana dan
sarana ruang pejalan kaki di pusat kota.

4. Ruang Pejalan Kaki di RTH (Green Pathway):


Merupakan ruang pejalan kaki yang terletak diantaranya ruang terbuka
hijau. Ruang ini merupakan pembatas di antara ruang hijau dan ruang
sirkulasi pejalan kaki. Area ini menyediakan satu penyangga dari sirkulasi
kendaraan di jalan dan memungkinkan untuk dilengkapi dengan berbagai
elemen ruang seperti hidran air, kios, telepon umum, dan perabot-perabot
jalan (bangku-bangku, marka, dan lain-lain).

Gambar 2.29 Perspektif Green Pathway


Sumber : Pedoman Teknik No.032/T/BM/1999

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 34
Gambar 2.30 Potongan dan Tampak Atas Green Pathway
Sumber : Pedoman Teknik No.032/T/BM/1999

5. Ruang Pejalan Kaki di Bawah Tanah (Underground) :


Ruang pejalan kaki di bawah tanah (underground) merupakan ruang
pejalan kaki bagian dari bangunan di atasnya maupun jalur khusus
pejalan kaki yang berada di bawah permukaan tanah.

Gambar 2.31 Perspektif Ruang Pejalan Kaki yang Terletak di Bawah


Tanah
Sumber : Pedoman Teknik No.032/T/BM/1999

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 35
Gambar 2.32 Potongan dan Tampak Atas Ruang Pejalan Kaki yang
Terletak di Bawah Tanah
Sumber : Pedoman Teknik No.032/T/BM/1999

Ruang pejalan kaki dibawah tanah ini harus terhubung dengan tempat-
tempat penyebrangan bagi pejalan kaki di bawah tanah. Tempat
penyebrangan ini harus mampu dilihat dengan tepat untuk dapat
melewatinya. Untuk membantu jarak pandang di malam hari, tempat
penyebrangan di bawah jalan harus menyediakan penerangan yang
cukup.

6. Ruang Pejalan Kaki di Atas Tanah (Elevated) :


Ruang pejalan kaki di atas tanah (elevated) merupakan jalur khusus
pejalan kaki yang berada setara di antara atas Bangunan Gedung.

Gambar 2.33 Perspektif Ruang Pejalan Kaki di Atas Tanah


Sumber : Pedoman Teknik No.032/T/BM/1999

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 36
Gambar 2.34 Potongan dan Tampak Atas Ruang Pejalan Kaki di Atas
Tanah
Sumber : Pedoman Teknik No.032/T/BM/1999

Pusat Kota merupakan tempat berkumpulnya aktivitas manusia, sehingga


dengan banyaknya manusia yang berkativitas akan berpengaruh terhadap Jalur
Pejalan Kaki. Kawasan Pusat Kota mengakomodir volume pejalan kaki yang
lebih besar dibandingkan kawasan permukiman.
Ruang pejalan kaki di area ini dapat berfungsi untuk berbagai tujuan yang
beragam dan terdiri dari berbagai zona yang dapat dimanfaatkan antara lain :
1. Zona bagian depan Gedung;
2. Zona bagi pejalan kaki;
3. Zona bagi tanaman/ perabotan jalan; dan
4. Zona untuk pinggiran jalan.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 37
Gambar 2.35 Zona Jalur Pejalan Kaki di Pusat Kota/ Bisnis
Sumber : Pedoman Teknik No.032/T/BM/1999

Zona bagian depan Gedung merupakan area diantara dinding Gedung


dan pejalan kaki. Pejalan kaki biasanya akan tidak merasa nyaman bila berjalan
kaki secara langsung berdekatan dengan dinding Gedung atau pagar. Untuk itu
jarak minimum setidaknya berjarak 0,6 meter dari sisi Gedung atau tergantung
pada penggunaan area ini.
Ruang bagian depan dapat ditingkatkan untuk memberikan keselamatan
untuk ruang tambahan bagi pembuka pintu atau kedai kopi disisi jalan serta
kegiatan lainnya. Bagi orang yang memiliki keterbatasan indera penglihatan dan
sering berjalan di zona ini, dapat menggunakan suara dari Gedung yang
berdekatan sebagai orientasi atau bagi tuna Netra penggunaan tongkat dapat
berjalan dengan jarak antara 0,3 meter – 1,2 meter dari bangunan.
Bagian depan harus bebas dari halangan atau berbagai objek yang
menonjol. Zona bagian depan juga harus dapat dideteksi oleh tuna Netra yang
menggunakan tongkat yang panjang.
Zona penggunaan bagi Pejalan Kaki merupakan area koridor sisi jalan
yang secara khusus digunakan untuk area pejalan kaki. Area ini harus
dibebaskan dari seluruh rintangan, berbagai objek yang menonjol dan
penghalang vertical yang berbahaya bagi pejalan kaki dan bagi yang memiliki
keterbatasan indra penglihatan.
Zona pejalan kaki ini setidaknya berukuran 1,8 – 3,0 meter atau lebih
luas untuk memenuhi tingkat pelayanan yang diinginkan dalam kawasan yang
memiliki intensitas pejalan kaki yang tinggi. Kondisi ini dibuat untuk memberikan

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 38
kesempatan bagi para pejalan kaki yang berdampingan atau bagi pejalan kaki
yang berjalan berlawanan arah satu sama lain.
Zona yang digunakan untuk pejalan kaki di jalan lokal dan jalan kolektor
adalah 1,2 meter dan jalan arteri serta jalan utama adalah 1,8 meter. Ruang
tambahan diperlukan untuk tempat pemberhentian dan halte bus dengan luas
1,5 meter X 2,4 meter. Zona pejalan kaki tidak boleh kurang dari 1,2 meter yang
merupakan lebar minimum yang dibutuhkan untuk orang yang membawa hewan
peliharaan, pengguna alat bantu jalan, dan para pejalan kaki.
Zona Tanaman/ Perabot Jalan dapat berfungsi sebagai zona penahan
antara zona lalu – lintas (kendaraan cepat) dengan zona pejalan kaki. Area ini
berfungsi sebagai penyangga dan menjadi tempat untuk meletakan berbagai
elemen perabot jalan (hidran air, kios, telepon umum, bangku-bangku, tanda-
tanda, dan lain-lain).
Zona Pinggir Jalan merupakan bagian intergral dari jalan dan sistem
saluran air, serta berfungsi sebagai pembatas antara zona lalu-lintas (jalan raya)
dengan zona tanaman/ perabot atau zona pejalan kaki.

2.35.1 SE Menteri PUPR Nomor 02/SE/M/2018 tentang Pedoman


Perencanaan Teknis Fasilitas Pejalan Kaki
Lingkungan perkotaan yang manusiawi adalah lingkungan perkotaan
yang ramah bagi pejalan kaki dan mempunyai ukuran serta dimensi berskala
manusia. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pengembangan kawasan
pejalan kaki serta penyedia fasilitas pejalan kaki yang memadai di kawasan
perkotaan, tertutama di kawasan pusat kota.
Hal ini merupakan suatu upaya untuk menciptakan lingkungan perkotaan
yang sesuai dengan karakteristik dan tuntutan kebutuhan pejalan kaki sehingga
sebagai pusat kota tetap menarik bagi warga kota untuk datang, tinggal, bekerja,
dan melakukan kegiatan lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmani
dan rohaninya. Pada Pasal 25 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
lalu lintas dan angkutan jalan disebutkan bahwa setiap jalan yang digunakan
untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan berupa fasilitas
untuk pejalan kaki dan penyandang cacat (disabilitas).
Berdasarkan ketentuan legal tersebut, maka terdapat keharusan untuk
menyediakan fasilitas pejalan kaki yang memadai. Pedoman ini disusun untuk
melengkapi Pedoman Teknik Nomor 032/T/BM/1999 mengenai Pedoman

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 39
Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada Jalan Umum. Pedoman ini menetapkan
ketentuan mengenai fasilitas pejalan kaki yang terletak dalam Ruang Manfaat
Jalan (RUMAJA).
Prinsip umum perencanaan fasilitas pejalan kaki sekurang-kurangnya
memenuhi kaidah sebagai berikut :
1. Memenuhi aspek keterpaduan siste, dari penataan lingkungan, sistem
transportasi, dan aksesibilitas antar kawasan;
2. Memenuhi aspek kontinuitas, yaitu menghubungkan antara tempat asal
ke tempat tujuan, dan sebaliknya;
3. Memenuhi aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan; dan
4. Memenuhi aspek aksesibilitas, dimana fasilitas yang direncanakan harus
dapat diakses oleh seluruh pengguna, termasuk oleh pengguna dengan
berbagai keterbatasan fisik.

Gambar 2.36 Pembagian Zona Pada Trotoar


Sumber : SE Menteri PUPR Nomor 02/SE/M/2018

Lebar efektif lajur pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang adalah 60


cm dengan lebar ruang Gerang tambahan 15 cm untuk bergerak tanpa
membawa barang, sehingga kebutuhan total lajur untuk dua orang pejalan kaki
bergandengan atau dua orang pejalan kaki berpapasan tanpa terjadi
persinggungan sekurang-kurangnya 150 cm. kebutuhan minimum jalur pejalan

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 40
kaki di kawasan perkotaan berdasarkan tata guna lahan, fungsi, dan tipe jalan
dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 2.37 Kebutuhan Minimum Jalur Pejalan Kaki di Kawasan


Perkotaan
Batas
Kecepatan
Fungsi Sistem Jenis Jalur Pejalan
Operasional Tipe Jalan Jenis Penyebrangan
Jalan Jalan Kaki
Lalu Lintas
(km/ jam)
Trotoar berpagar Sebidang dengan
2/2 tak dengan akses pada APILL (pelican
Primer ≤ 40
terbagi penyebrangan dan crossing) atau tak
halte bus sebidang
Tidak sebidang
Trotoar berpagar
(jembatan atau
4/2 tak dengan akses pada
Primer ≤ 40 trowongan) atau
terbagi penyebrangan dan
sebidang pada
halte bus
persimpangan APILL
Tidak sebidang
Arteri dan Trotoar berpagar
(jembatan atau
Kolektor dengan akses pada
trowongan) atau
Primer ≤ 60 4/2 terbagi penyebrangan dan
sebidang pada
halte bus (berbeda
persimpangan
dengan 6/2)
dengan APILL
Tidak sebidang
Trotoar berpagar
(jembatan atau
dengan akses pada
terowongan) atau
Primer ≤ 80 6/2 terbagi penyebrangan dan
sebidang pada
halte bus (berbeda
persimpangan
dengan 4/2)
dengan APILL
2/2 tak Sebidang (zebra cros,
Lokal Primer ≤ 30 Trotoar
terbagi pedestrian platform)
2/2 tak Trotoar atau bahu Sebidang (zebra cros,
Sekunder ≤ 30
terbagi diperkeras pedestrian platform)
Sebidang dengan
APILL (pelican
4/2 tak
Sekunder ≤ 30 Trotoar crossing) dengan
terbagi
Arteri dan lapak tunggu atau tak
Kolektor sebidang
Sebidang dengan
APILL (pelican
Sekunder ≤ 30 4/2 terbagi Trotoar crossing) dengan
lapak tunggu atau tak
sebidang
2/2 tak Sebidang (zebra cros,
Lokal Sekunder ≤ 30 trotoar
terbagi pedestrian platform)
Sumber : SE Menteri PUPR Nomor 02/SE/M/2018

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 41
Kemiringan memanjang trotoar idealnya 8% dan disediakan landasan
datar setiap jarak 9 m dengan panjang minimal 1,2 m. kemiringan melintang
trotoar harus memiliki kemiringan permukaan 2% - 4% untuk kepentingan
penyaluran air permukaan. Arah kemiringan permukaan disesuaikan dengan
perencanaan drainase.
Pelandaian diletakkan pada jalan masuk, persimpangan, dan tempat
penyebrangan pejalan kaki. Persyaratan khusus untuk pelandaian adalah
sebagai berikut :
1. Tingkat kelandaian maksimum 12 % (1:8) dan disarankan 8 % (1:12).
untuk mencapai nilai tersebut, pelandaian sedapat mungkin berada dalam
zona jalur fasilitas. Bila perlu ketinggian trotoar bisa diturunkan; dan
2. Area landau harus memiliki penerangan yang cukup.

Gambar 2.38 Pelandaian Pada Tempat Penyebrangan Jalan


Sumber : SE Menteri PUPR Nomor 02/SE/M/2018

Dalam jalur pedestrian, terdapat pengaturan jalan masuk kepada


bangunan dengan tujuan dilakukan pengaturan jalan masuk yaitu :
1. Mengurangi konflik antara pejalan kaki dan kendaraan;

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 42
2. Menyediakan akses bagi pejalan kaki; dan
3. Meningkatkan visibilitas antara mobil dan pejalan kaki di jalan masuk.

Cara pengaturan jalan masuk dapat dilakukan dengan pelandaian kerb


tegak lurus, pelandaian kerb kombinasi, dan pelandaian kerb parallel. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat sebagai berikut.

(1) Jalan Masuk dan Pelandaian Kerb yang Tegak Lurus

(2) Jalan Masuk dan Pelandaian Kerb Kombinasi

(3) Jalan Masuk dan Pelandaian Kerb Paralel


Gambar 2.39 Jalan masuk pada Jalur Pedestrian
Sumber : SE Menteri PUPR Nomor 02/SE/M/2018

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 43
Gambar 2.40 Elemen Desain Jalan Masuk
Elemen Isu Utama Informasi Tambahan
Kemiringan memanjang maksimum 12 Kemiringan memanjang disarankan 8
% (1:8) % (1:12)
Kemiringan melintang maksimum 2 %
Harus konsisten sepanjang ramp
Pelandaian (ramp) (1:50)
Lebar minimum 1,2 m Disarankan 1,5 m
Ubin kubah sebagai peringatan dan
Ubin pemandu
ubin garis sebagai pengarah.
Kemiringan melintang dan memanjang Untuk mencegah pengguna kursi roda
Datar (landing) maksimum 2% (1:50) kehilangan keseimbangan atau bergulir
Lebar minimum 1,2 m Disarankan 1,5 m
Sumber : SE Menteri PUPR Nomor 02/SE/M/2018

Jalur pejalan kaki dapat digunakan secara bersama-sama, jalur ini


digunakan oleh pejalan kaki dan pengguna sepeda. Jalur sepeda yang berada di
trotoar dapat diletakan disebelah kanan ataupun kiri dari jalur pejalan kaki.
Penempatan jalur sepeda di trotoar harus tetap menyediakan lebar minimal
trotoar bagi pejalan kaki sebesar 1,5 m.

Gambar 2.41 Perspektif dan Dimensi Jalur yang Digunakan Bersama


Sumber : SE Menteri PUPR Nomor 02/SE/M/2018

Jalur pedestrian diharuskan terkoneksi dengan sistem transportasi,


dengan itu maka keberadaan pemberhentian sementara atau halte merupakan
elemen yang harus ada dalam Jalur Pedestrian. Keberadaan pemberhentian
sementara atau halte tidak boleh mengurangi lebar efektif trotoar. Halte dapat
ditempatkan di depan ataupun dibelakang lajur pejalan kaki serta terdapat

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 44
fasilitas pendukung seperti tempat duduk, atap peneduh, dan kelengkapan
lainnya.

Gambar 2.42 Halte Terletak di Belakang Jalur Pejalan Kaki


Sumber : SE Menteri PUPR Nomor 02/SE/M/2018

Jarak yang umumnya digunakan penentuan jarak antara halte dan/ atau
tempat pemberhentian bis adalah 300 m. untuk detail jarak antar halte dan/ atau
tempat pemberhentian bis mengacu kepada Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat Nomor 271/HK/105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis
Rekayasa Tempat Pemberhentian Kendaraan Penumpang Umum.

Gambar 2.43 Akses Pejalan Kaki Berkebutuhan Khusus di Halte


Sumber : SE Menteri PUPR Nomor 02/SE/M/2018

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 45
Gambar 2.44 Kebijakan Pembangunan
2.44.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Pembangunan nasional adalah upaya seluruh komponen bangsa dalam
rangka mencapai tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Jalan perubahan adalah jalan ideologis yang bersumber pada
Proklamasi, Pancasila 1 Juni 1945, dan Pembukaan UUD 1945.
Proklamasi dan Pancasila 1 Juni 1945 menegaskan jatidiri dan identitas
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Pembukaan
UUD 1945 dengan jelas mengamanatkan arah tujuan nasional dari pembentukan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yaitu untuk:
1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2. Memajukan kesejahteraan umum;
3. Mencerdasakan kehidupan bangsa; dan
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Pencapaian tujuan ini dilaksankan secara bertahap dan terencana dalam


tahapan jangka panjang, jangka menengah, maupun tahunan. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-4 (empat) Tahun 2020-
2025, disusun sebagai penjabaran Visi dan Misi, Program Aksi Presiden dan
Wakil Presiden Joko Widodo dan Ma’aruf Amin serta berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
Upaya mewujudkan tujuan negara dilaksankan melalui proses yang
bertahap, terencana, terpadu, dan berkesinambungan. Undang-Undang nomor
17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025 menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah untuk
mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL, DAN MAKMUR,
dengan penjelasan sebagai berikut:
Mandiri : Berarti mampu mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat
dengan bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan
kekuatan sendiri.
Maju : Dengan tingkat kemakmuran yang juga tinggi disertai dengan
sistem dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap.
Adil : Berarti tidak ada pembatasan/ diskriminasi dalam bentuk apapun,
baik individu, gender, maupun wilayah.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 46
Makmur : berarti seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah
terpenuhi sehingga dapat memberikan makna dan arti penting
bagi bangsa-bangsa lain.

Gambar 2.45 Tahapan Pembangunan dan Arahan RPJMN 2005-2025


Sumber : Undang-Undang nomor 17 Tahun 2007

RPJMN 2020-2024 telah mengarusutamakan Sustainable Development


Goals (SDGs). Target-target dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
beserta indikatornya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam 7
agenda pembangunan Indonesia kedepannya. Hal tersebut menghasilkan Visi
dan Misi dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden K.H.
Ma’ruf Amin dengan visi, sebagai berikut:

Visi :

“Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian


Berlandaskan Gotong Royong”

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 47
Misi :

Presiden menetapkan 5 (lima) arahan utama sebagai strategi dalam


pelaksanaan misi NawaCita dan pencapaian Visi Indonesia 2045. Kelima arahan
tersebut sebagai berikut:
1. Pembangunan Sumber Daya Manusia:
Membangun SDM pekerja keras yang dinamis, produktif, terampil,
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi didukung dengan kerjasama
industri dan talenta global.
2. Pembangunan Infrastruktur:
Melanjutkan pembangunan infrastruktur untuk menghubungkan kawasan
produksi dengan kawasan distribusi, mempermudah akses ke kawasan
wisata, mendongkrak lapangan kerja baru, dan mempercepat
peningkatan nilai tambah perekonomian rakyat.
3. Penyederhanaan Regulasi:
Menyederhanakan segala bentuk regulasi dengan pendekatan Omnibus
Law, terutama menerbitkan 2 undang-undang. (1) Undang-Undang Cipta
Lapangan Kerja; dan (2) Undang-Undang Pemberdayaan UMKM.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 48
4. Penyederhanaan Birokrasi:
Memprioritaskan investasiuntuk penciptaan lapangan kerja, memangkas
prosedur dan birokrasi yang panjang, dan menyederhanakan eselonisasi.
5. Transformasi Ekonomi:
Melakukan transformasi ekonomi dari ketergantungan SDA menjadi daya
saing manufaktur dan jasa modern yang mempunyai nilai tambah tinggi
bagi kemakmuran bangsa demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Gambar 2.46 Misi, Arahan, dan 7 Agenda Pembangunan Presiden Joko


Widodo dan Ma’ruf Amin
Sumber : RPJMN 2019-2024

RPJPN 2005-2025 menekankan terbangunnya struktur perekonomian


yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah dengan
didukung sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Pembangunan kewilayahan merupakan salah satu prioritas nasional dalam
RPJMN 2020-2024 yang diarahkan untuk menyelesaikan isu strategis utama
yaitu ketimpangan antar wilayah dengan sasaran antara lain:

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 49
1. Meningkatnya pemerataan antarwilayah (KBI-KTI, Jawa-luar Jawa);
2. Meningkatnya keunggulan kompetitif pusat-pusat pertumbuhan wilayah;
3. Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan dasar, daya saing serta
kemandirian daerah; dan
4. Meningkatnya sinergi pemanfaatan ruang wilayah.

Dalam mewujudkan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah,


pendekatan pengembangan wilayah tidak hanya mengenai pertumbuhan
ekonomi, tetapi juga pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah dan
masyarakat. Pada 2020-2024, pengembangan wilayah dilakukan melalui dua
pendekatan utama, yaitu pendekatan pertumbuhan dan pendekatan pemerataan,
sebagaimana tercermin dari pendekatan koridor pertumbuhan dan koridor
pemerataan berbasis wilayah pulau.
Koridor pertumbuhan berorientasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi
nasional melalui percepatan pengembangan kawasan-kawasan pertumbuhan,
meliputi PKN, PKW, KEK, KI, dan KSPN, serta kota-desa serta kawasan
aglomerasi perkotaan pada kabupaten/kota yang terletak pada koridor
pertumbuhan. Sementara koridor pemerataan berorientasi untuk pemenuhan
pelayanan dasar yang lebih merata melalui pengembangan PKW dan PKL
sehingga terbentuk pusat-pusat pelayanan dasar baru yang menjangkau daerah
pelayanan yang lebih luas, pada kabupaten/kota pada koridor pemerataan.
Penurunan kesenjangan antarwilayah dan kondisi perkotaan dapat diatasi
melalui pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang. Namun
kondisi saat ini belum tercapai karena beberapa hal diantaranya:
1. Baru sekitar 3% dari target 1.838 Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
yang telah ditetapkan sebagai acuan perizinan dan pengendalian
pemanfaatan ruang;
2. Belum tersedianya peta dasar skala 1 : 5.000 sebagai dasar penyusunan
RDTR;
3. Belum berjalannya pengendalian pemanfaatan ruang secara konsisten;
dan
4. Masih adanya tumpang tindih perizinan pemanfaatan ruang yang akan
diselesaikan melalui pelaksanaan kebijakan Satu Peta yang
diintegrasikan dalam pelaksanan Satu Data Indonesia.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 50
Hal tersebut maka diperlukan penyusunan Dokumen Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) guna dapat mendukung 7 Agenda Pembangunan. Selaras
dengan Rencana Detail Tata Ruang, substansi yang diharuskan ada diantaranya
Rencana Struktur Ruang. Dalam Rencana Struktur Ruang salah satu substansi
yang direncanakan adalah Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana
Lainnya. Salah satu substansi dalam Rencana Pengembangan Jaringan
Prasarana Lainnya diantaranya Jalur Pejalan Kaki. Sehingga Rencana Detail
Tata Ruang dapat menjadi salah satu pedoman bagi penyusunan Kajian
Penataan Jalur Pedestrian Perkotaan Pringsewu.

2.46.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi


Lampung
Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Lampung 2019 -2024 merupakan penjabaran dari Gubernur dan Wakil Gubernur
Provinsi Lampung yang menjadi arah bagi pembangunan 5 (lima) Tahun
mendatang. Visi pembangunan Provinsi Lampung Periode 2019 – 2024 yaitu :

“ Rakyat Lampung Berjaya”

Memperhatikan visi pembangunan tersebut, diharapkan masyarakat


Lampung menjadi “subyek utama” dalam pembangunan daerah dan dalam
membangun kesejahteraanya. Pembangunan dapat terwujud jika didukung
adanya rasa aman dan tentram bagi masyarakat dan investor, didukung oleh
sarana dan prasarana pelayanan publik yang baik dan merata. Melalui prasyarat
tersebut, maka Lampung dapat tumbuh menjadi daerah yang maju dengan
masyarakatnya yang cerdas (berbudaya) dan berdaya saing sehingga
kesejahteraan dan kemakmuran bersama dapat tercapai.
Visi “Rakyat Lampung Berjaya” tersebut dimaksudkan sebagai
masyarakat yang memenuhi kondisi sebagai berikut :
1. Kehidupan masyarakat yang aman :
Agar semua masyarakat dapat melaksanakan aktivitas sosial, budaya,
dan ekonomi dalam suasana yang aman, tertib, dan tentram tanpa
adanya gangguan dan tekanan dari pihak manapun, serta tanpa adanya
konflik sosial antar kelompok masyarakat sehingga masyarakat dapat
hidup lebih berbudaya, produktif, dan berkembang. Pada sisi lain, kondisi

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 51
daerah yang aman juga akan meningkatkan minat investasi yang pada
gilirannya akan menciptakan kesempatan kerja.
2. Kehidupan masyarakat yang berbudaya :
Kondisi masyarakat yang cerdas (smart) dalam mengembangkan potensi
dirinya, yang didukung dengan pendidikan yang baik dan merata, lebih
memahami demokrasi, lebih kreatif (inovatif) dan produktif dalam
berkarya, serta lebih siap berinteraksi (beradaptasi) dengan perubahan
dan masyarakat global, serta tidak mudah terprovikasi oleh pengaruh-
pengaruh yang kontraproduktif terhadap pembangunan.
3. Kehidupan masyarakat yang maju dan berdaya saing :
Kondisi kehidupan yang lebih produktif yang didukung dengan sarana dan
prasarana pelayanan publik yang baik dan merata, sehingga masyarakat
siap beradaptasi dengan teknologi dalam memanfaatkan peluang,
termasuk dalam persaingan global.
4. Kehidupan masyarakat yang sejahtera :
Kondisi masyarakat yang terlepas dari kemiskinan dan keterbelakangan
yang dicirikan dengan kehidupan yang sehat, pendapat yang lebih baik
dan merata, tercukupinya kebutuhan sandang, pangan, papan,
pendidikan, dan kesehatan.

Dalam rangka mencapai visi “Rakyat Lampung Berjaya” tersebut, maka


misi pembangunan daerah Tahun 2019 – 2024 ditetapkan sebagai berikut :
1. Misi – 1 :
Menciptakan kehidupan yang religious (agamis), berbudaya, aman, dan
damai.
2. Misi – 2 :
Mewujudkan “good governance” untuk meningkatkan kualitas dan
pemerataan pelayanan publik.
3. Misi – 3 :
Meningkatkan kualitas SDM dan mengembangkan upaya perlindungan
anak, pemberdayaan perempuan, dan penyandang disabilitas.
4. Misi – 4 :
Mengembangkan infrastruktur guna meningkatkan efisiensi produksi dan
konektivitas wilayah.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 52
5. Misi – 5 :
Membangun kekuatan ekonomi masyarakat berbasis pertanian dan
wilayah perdesaan yang seimbang dengan wilayah perkotaan.
6. Misi – 6 :
Mewujudkan pembangunan daerah berkelanjutan untuk kesejahteraan
Bersama.

Selaras dengan Penyusunan Kajian Penataan Jalur Pedestrian Perkotaan


Pringsewu, adanya kegiatan ini akan berpengaruh terhadap terwujudnya visi dan
misi dari RPJMD Provinsi Lampung. Khususnya dalam penjabaran visi poin ke-3
yang menjelaskan bahwa diperlukan dukungan aspek prasarana pelayanan
publik yang baik dan merata, serta diperjelas dalam misi ke-4 yang menjelaskan
mengenai pengembangan infrastruktur guna meningkatkan efisiensi dan
konektivitas wilayah.
Dalam komitmen menjalankan Misi ke-4 penjabaran dari misi tersebut
salahsatunya yaitu mengintegrasikan pembangunan dan pemeliharaan
infrastruktur transportasi untuk memperkuat konektivitas internal guna
menumbuhkan ekonomi daerah dan pengembangan wilayah secara merata.
“Memantapkan SDM Berkualitas dan Perekonomian yang Berdaya saing, dengan
Dukungan Infrastruktur yang Berwawasan Lingkungan” merupakan Tema
Pembangunan Tahun 2022 yang menjadi semangat untuk melakukan tindakan
dalam mewujudkan visi dan misi Provinsi Lampung salah satunya dengan
adanya Penyusunan Kajian Penataan Jalur Pedestrian Perkotaan Pringsewu.

2.46.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten


Pringsewu
Visi RPJMD Kabupaten Pringsewu tahun 2017-2022 merupakan
penjabaran tahun kedua pelaksanaan RPJPD Kabupaten Pringsewu tahun 2005-
2025. Berdasarkan arahan RPJPD Kabupaten Pringsewu, capaian RPJMD
Kabupaten Pringsewu Tahun 2011-2016, dan mengacu pada RPJMD Provinsi
Lampung 2015-2019 serta RPJMN Tahun 2015-2019 dan memperhatikan isu-isu
strategis, maka visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Pringsewu tahun 2017-202 adalah :

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 53
“PRINGSEWU BERDAYA SAING, HARMONIS DAN SEJAHTERA
(BERSAHAJA)”

Pernyataan visi Kabupaten Pringsewu tersebut memiliki makna sebagai


berikut :
1. PRINGSEWU YANG BERDAYA SAING.
Pembangunan lima tahun kedepan di Kabupaten Pringsewu diharapkan
dapat mewujudkan kemampuan dan ketangguhan terhadap tatanan dasar
masyarakat Pringsewu yang memiliki keunggulan kompetitif untuk
menghadapi persaingan global dimasa yang akan datang, yang di
indikasikan dengan :
a. infrastruktur yang memadai;
b. sumberdaya manusia yang berkualitas;
c. hasil produksi yang memenuhi standard global;
d. iklim usaha yang kondusif, dan
e. pemerintahan daerah yang profesional dan bersih.

2. PRINGSEWU YANG HARMONIS.


Pembangunan lima tahun kedepan di Kabupaten Pringsewu diharapkan
mampu menciptakan kondisi atau terjalinnya tata hubungan masyarakat
Kabupaten Pringsewu yang serasi dan selaras berdasarkan nilai-nilai agama
(religius), kearifan lokal dan hukum, sehingga dapat tercipta sinergisitas
kerja yang optimal dalam rangka membangun Kabupaten Pringsewu, yang
diindikasikan dengan :
a. tata hubungan antar dan inter agama, antar suku, antar budaya, antar
stakeholders, antar lembaga, lingkungan hidup dan antar elemen
masyarakat lainnya, yang senantiasa memegang teguh jejama
secancanan;
b. kolaborasi tata hubungan masyarakat Kabupaten Pringsewu yang saling
bersinergi membentuk kekuatan atau modal pembangunan.

3. PRINGSEWU YANG SEJAHTERA.


Pembangunan lima tahun kedepan di Kabupaten Pringsewu diharapkan
dapat mewujudkan kondisi masyarakat Kabupaten Pringsewu yang dapat
terpenuhi kebutuhan dasar dan pelayanan dasarnya sehingga dapat hidup

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 54
nyaman, tenteram, damai, sentosa dan makmur lahir bathin, yang
diindikasikan dengan :
a. terpenuhinya kebutuhan dasar, mencakup kebutuhan pangan, sandang
dan papan;
b. terpunuhinya pelayanan dasar, mencakup pelayanan pendidikan;
pelayanan kesehatan; pelayanan pekerjaan umum dan penataan ruang;
pelayanan perumahan rakyat dan kawasan permukiman; pelayanan
ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat; serta
pelayanan sosial.

4. PRINGSEWU YANG BERSAHAJA.


Pembangunan lima tahun kedepan di Kabupaten Pringsewu yang berdaya
saing, harmonis dan sejahtera diharapkan senantiasa dibingkai dalam
kehidupan masyarakat Kabupaten Pringsewu bersahaja, yang diindikasikan
dengan :
a. pola hidup yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan;
b. memiliki kewaspadaan yang tinggi terhadap segala ancaman;
c. berhati-hati dan bijaksana dalam mengambil keputusan;
d. memiliki karakter tinggi, malu untuk melakukan perbuatan tidak terhormat
secara moral, dan
e. mengedepankan sikap kreatifitas dan optimis yang tinggi, sehingga
mendapat kebahagiaan lahir dan bathin.

Pernyataan visi RPJMD Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu


Tahun 2017-2022 telah diselarasan dengan visi RPJPD Kabupaten Pringsewu
Tahun 2005-2025, RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019, dan RPJMN
Tahun 2015-2019. Adapun keterkaitan antara RPJMD Kabupaten Pringsewu
Tahun 2017-2022 dengan RPJPD Kabupaten Pringsewu Tahun 2005-2025,
RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 dan RPJMN Tahun 2015-2019
dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 55
Gambar 2.47 Keterkaitan Visi Kabupaten Pringsewu Tahun 2017-2022.
Sumber : RPJMD Kab.Pringsewu 2017-2022

Dalam rangka upaya untuk mewujudkan Visi Pringsewu Berdaya Saing,


Harmonis dan Sejahtera (BERSAHAJA) maka misi Pembangunan Kabupaten
Pringsewu lima tahun kedepan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan Kualitas Infrastruktur Publik dan Permukiman Secara
Merata.
Pembangunan infrastruktur perannya sangat sentral dalam upaya
mendukung keberhasilan pembangunan daerah. Terutama infrastruktur yang
memiliki kualitas tinggi, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
yang pada akhirnya mampu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.

2. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Unggul dan Berkarakter.


Salah satu variabel yang sangat menentukan tercapainya upaya peningkatan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah luasnya jangkauan akses
pelayanan dasar yang didukung infrastruktur yang memadai. Ketersediaan
infrastruktur pelayanan dasar seperti pelayanan pendidikan dan kesehatan
menjadi prasyarat terwujudnya proses pembangunan SDM yang unggul dan
berkarakter.

3. Meningkatkan Daya Saing Perekonomian Masyarakat.


Kabupaten Pringsewu ditahbiskan sebagai lumbung pangan Provinsi
Lampung, Namun perkembangan daerah yang pesat menjadikan Kabupaten

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 56
Pringsewu sebagai daerah transit dan sekaligus penyangga. Karena itu
sektor perdagangan, jasa dan industri kecil dan menengah perlu dikelola
secara baik sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
kesejahteraan masyarakat.

4. Memperkuat Kualitas Ketahanan Pangan dan Lingkungan Hidup yang


Berkelanjutan.
Sebagai daerah yang berbasis tanaman pangan dengan pembangunan yang
cepat, memerlukan tindakan yang bijaksana untuk tetap mempertahankan
lahan-lahan produktif, mengoptimalkan produksi dan produktivitas sektor
pertanian, serta memberdayakan masyarakat yang bersinergi dengan
pemerintah.

5. Meningkatkan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan dan Ketenteraman


Masyarakat.
Pelayanan publik menjadi fokus dalam penyelenggaraan pemerintahan
sehingga Indeks Kepuasan Masyarakat akan meningkat. Dibutuhkan kinerja
aparatur yang profesional dengan penataan kelembagaan pemerintahan
yang efektif dan efisien. Prinsip good and clean governance harus menjadi
landasan penyelenggaraan pemerintahan, yang di dukung dengan kehidupan
masyarakat yang harmonis.

Rumusan misi pada dasarnya dimaksudkan untuk mengatasi isu-isi


strategis yang ada di Kabupaten Pringsewu. Adapun keterkaitan antara Isu
Strategis dengan Misi Kabupaten Pringsewu Tahun 2017-2022, dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

Gambar 2.48 Keterkaitan Antara Isu Strategis dengan Misi Kabupaten


Pringsewu
No. Isu Strategis No. Misi
1 Pembangunan infrastruktur 1 Meningkatkan Kualitas Infrastruktur Publik
2 Sinergisitas pusat-pusat pertumbuhan dan Permukiman Secara Merata.
3 Kualitas sumberdaya manusia dan 2 Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang
kesejahteraan masyarakat Unggul dan Berkarakter.
4 Penanggulangan kemiskinan 3 Meningkatkan Daya Saing Perekonomian
5 Pertumbukan ekonomi daerah Masyarakat.
6 Pengurangan pengangguran

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 57
No. Isu Strategis No. Misi

7 Ketahanan pangan 4 Memperkuat Kualitas Ketahanan Pangan


dan Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan.
8 Tata kelola pemerintahan dan konsusivitas 5 Meningkatkan Kualitas Tata Kelola
daerah Pemerintahan dan Ketenteraman
Masyarakat.
Sumber : Dokumen RPJMD Kabupaten Pringsewu 2017-2022
Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Pringsewu, sebagai berikut:

Gambar 2.49 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Arah Kebijakan


Misi 1 : Meningkatkan Kualitas Infrastruktur Publik dan Permukiman Secara Merata.
TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
Peningkatan 1. Terwujudnya Meningkatkan kualitas Peningkatan kualitas regulasi dan
kualitas perecanaan, regulasi dan perencanaan tata ruang sebagai
pembangunan pemanfaatan dan perencanaan dan tata acuan pemanfaatan ruang.
infrastruktur pengendalian tata ruang sebagai acuan
publik dan ruang yang konsisten. pemanfaatan ruang.
permukiman.
Meningkatkan Peningkatan pengendalian
pengendalian pemanfaatan ruang dan
pemanfaatan ruang dan ketertiban dokumen pertanahan
pertanahan.

2. Tersedianya jaringan Meningkatkan kualitas Peningkatan pembangunan dan


jalan, jembatan, sarana jaringan jalan, rehabilitasi jaringan jalan,
pemerintahan dan jembatan, dan jembatan, dan pelengkap jalan
infrastruktur publik bangunan pelengkap serta penataan kawasan sungai.
yang merata dan jalan, serta penataan
berkualitas. kawasan sungai.

Meningkatkan kualitas Peningkatan pembangunan dan


gedung pemerintahan pemeliharaan gedung
dan infrastruktur publik pemerintahan dan infrastruktur
serta kawasan strategis. publik serta kawasan strategis.

3. Terciptanya penataan Meningkatkan penataan Meningkatkan kualitas sarana


infrastruktur kawasan kawasan pemukiman dan prasarana permukiman dan
pemukiman dan dan perumahan. perumahan.
perumahan yang
berkualitas.

Mengurangi luasan Peningkatan ketersediaan


kawasan pemukiman cakupan air minum dan sanitasi
kumuh dan serta penyediaan rumah layak
meningkatkan huni.
pemenuhan kebutuhan
rumah layak huni.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 58
4. Terciptanya sistem Meningkatkan sarana, Peningkatan sarana, prasarana
transportasi yang prasarana dan fasilitas dan fasilitas perhubungan
terintegrasi dan perhubungan yang berdasarkan rencana
nyaman. memadai dan handal. pengembangan wilayah.

Misi 2 : Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Unggul dan Berkarakter.


TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
Terwujudnya 1. Meningkatnya akses Meningkatkan akses Peningkatan dan pemerataan
kualitas pendidikan yang dan mutu pendidikan daya tampung pendidikan yang
Sumber Daya berkualitas dan yang berkarakter bagi berkarakter pada setiap jenis dan
Manusia yang berkarakter bagi semua semua lapisan jenjang pendidikan.
cerdas, sehat, lapisan masyarakat masyarakat.
religius, dan secara merata.
berbudaya.
Meningkatkan Peningkatan pengelolaan dan
pengelolaan dan pengembangan perpustakaan
pengembangan serta arsip daerah.
perpustakaan serta
arsip daerah.
2. Meningkatnya akses Meningkatkan sarana Peningkatan sarana dan
pelayanan kesehatan dan prasarana serta prasarana serta fasilitas
yang berkualitas dan fasilitas pelayanan pelayanan kesehatan yang
terjangkau oleh kesehatan yang memadai.
masyarakat. memadai.

Meningkatkan kapasitas Peningkatan kapasitas SDM dan


SDM dan pelayanan sistem pelayanan kesehatan
kesehatan yang yang berkualitas dan terjangkau
berkualitas dan oleh masyarakat.
terjangka oleh
masyarakat.

3. Meningkatnya Meningkatkan Peningkatan pelayanan dan


pelayanan dan pelayanan dan fasilitasi penanganan PMKS
penanganan masalah penanganan PMKS dengan melibatkan masyarakat.
kesejahteraan sosial. secara terpadu.

4. Meningkatnya Mewujudkan Peningkatan kesetaraan gender,


kesetaraan gender, kesetaraan gender dan peningkatan kualitas hidup
perlindungan anak dan meningkatkan kualitas perempuan dan anak.
pengendalian hidup perempuan dan
penduduk. anak.

Meningkatkan Peningkatan pelayanan dan


pelayanan dan pengelolaan administrasi
pengelolaan kependudukan serta pencatatan
administrasi sipil.
kependudukan serta
pencatatan sipil.

5. Meningkatnya Meningkatkan kapasitas Peningkatan kapasitas generasi


kapasitas pemuda, kepemudaan dan muda dan pembinaan olahraga
prestasi olahraga dan prestasi olahraga
pelestarian seni serta

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 59
budaya. Meningkatkan Peningkatan pelestarian dan
pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur
pengembangan nilai- seni dan budaya lokal.
nilai lihur seni dan
budaya lokal.
Misi 3 : Meningkatkan Daya Saing Perekonomian Masyarakat.
TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
Peningatan 1. Berkembangnya Meningkatkan sarana Peningkatan sarana dan
pertumbuhan sarana dan prasarana dan prasarana, prasarana, kebersihan,
dan perekonomian kebersihan, keamanan keamanan serta ketertiban pasar.
pemerataan masyarakat pada pusat serta ketertiban pasar
perekonomian pertumbuhan primer, Meningkatkan kapasitas Peningkatan kapasitas lembaga
masyarakat. skunder dan tersier. lembaga dan dan pemberdayaan koperasi,
pemberdayaan UMKM, industri kecil, serta
koperasi, UMKM, pengendalian perdagangan.
industri kecil, serta
pengendalian
perdagangan.

2. Meningkatnya investasi Meningkatkan iklim Peningkatan kapasitas


dalam mendukung usaha melalui infrastruktur, promosi, regulasi,
pertumbuhan ekonomi pelayanan terpadu satu SDM dan pelayanan perizinan
daerah. pintu, pemberinan sesuai standar pelayanan.
insentif dan kemudahan
perizinan.

3. Meningkatnya daya Meningkatkan Peningkatan dan pengembangan


saing pariwisata. penyediaan sarana dan destinasi serta promosi pariwisata
prasarana pendukung dan kerjasama kemitraan.
serta promosi
pariwisata dan
kerjasama kemitraan.

4. Meningkatnya Meningkatkan kapasitas Penurunan tingkat pengangguran


kesempatan kerja dan tenaga kerja dan terbuka.
pemberdayaan pengembangan
masyarakat. kesempatan kerja.

Meningkatkan kapasitas Peningkatan kelembagaan dan


dan pemberdayaan swadaya serta program padat
masyarakat dalam karya pada kelurahan dan pekon.
pembangunan.

Misi 4 : Memperkuat Kualitas Ketahanan Pangan dan Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan.
TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
Terwujudnya 1. Meningkatnya produksi Meningkatkan produksi Peningkatan daya saing produksi
kualitas dan produktifitas hasil dan produktifitas hasil pertanian untuk memperkuat
ketahanan pertanian dan pertanian melalui swasembada pangan.
pangan dan peternakan. intensifikasi dan
lingkungan ekstersifikasi.
hidup yang
berkelanjutan. Meningkatkan kuantitas Peningkatan kapasitas peternak
dan kualitas produksi dan pengembangan bibit ternak
peternakan. serta sarana yang berkualitas.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 60
2. Terwujudnya Meningkatkan Peningkatan ketersediaan
ketahanan pangan pemenuhan kebutuhan pangan dan pengembangan
yang berkualitas. dan stok pangan cadangan pangan.
masyarakat.

3. Meningkatnya produksi Meningkatkan produksi Pengembangan budidaya ikan air


perikanan secara dan nilai tambah daya tawar secara terpadu dan
berkualitas saing produk perikanan. peningkatan produksi ikan
olahan.

4. Meningkatnya kualitas Meningkatkan Peningkatan upaya pengelolaan


pengelolaan lingkungan pengelolaan sampah, sampah, pengawasan dan
hidup secara pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.
berkelanjutan. pengendalian
lingkungan hidup.

Meningkatkan Peningkatan pembangunan dan


pembangunan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau
pemeliharaan ruang publik dan perindang jalan.
terbuka hijau publik dan
perindang jalan.

Misi 5 : Meningkatkan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan dan Ketenteraman Masyarakat.


TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
Peningkatan 1. Meningkatnya kualitas Meningkatkan kinerja Peningkatan kinerja
kualitas tata kinerja peneyelenggaraan penyelenggaraan sistem
kelola penyelenggaraan sistem pemerintahan pemerintahan yang inovatif.
pemerintahan pemerintahan dan yang inovatif.
dan pelayanan publik
ketenteraman secara prima. Meningkatkan kapasitas Peningkatan kapasitas SDM dan
masyarakat. SDM dan pelayanan pelayanan administrasi
administrasi kepegawaian.
kepegawaian.

2. Terwujudnya sistem Meningkatkan Penggunaan sistem informasi


informasi dan pemanfaatan teknologi dan komunikasi yang terintegrasi
komunikasi yang informasi dan pada setiap perangkat daerah.
mudah diakses oleh komunikasi dalam
masyarakat. pengelolaan sisteem
pemerintahan.

Meningkatkan Peningkatan pengelolaan


pengelolaan informasi informasi dan komunikasi publik
dan komunikasi publik serta data statistik
serta data statistik

3. Meningkatnya Mengoptimalkan peran Peningkatan Peran APIP


akuntabilitas Aparat Pengawas Terhadap ketaatan dan tindak
penyelenggaraan Internal Pemerintah lanjut pemeriksaan internal dan
pemerintahan daerah. (APIP) eksternal.

4. Terintegrasinya sistem Meningkatkan kualitas Peningkatan kualitas dokumen


perencanaan dan dokumen perencanaan perencananan dan pelaksanaan

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 61
pengelolaan keuangan dan pelaksanaan pengendalian pembangunan
secara berkualitas. pengendalian daerah.
pembangunan daerah

Mengoptimalkan Optimalisasi pendapatan dan


pendapatan dan pengelolaan keuangan serta aset
pengelolaan keuangan daerah.
serta aset daerah.

5. Meningkatnya Meningkatkan Peningkatan upaya penciptaan


kehidupan masyarakat keamanan, ketertiban, keamanan dan ketertiban, serta
yang harmonis, tertib toleransi, dan penanggulangan penyakit sosial
dan aman. penanggulangan masyarakat.
penyakit sosial
masyarakat,
Meningkatkan Peningkatan mitigasi dan
kesiapsiagaan dan pelayanan tanggap darurat
penanggulangan bencana.
bencana.

Sumber : Dokumen RPJMD Kabupaten Pringsewu 2017-2022

Penyusunan Kajian Penataan Jalur Perdestrian Perkotaan Pringsewu


merupakan amanat yang diberikan berdasarkan Dokumen RPJMD Kabupaten
Pringsewu 2017 – 2022. Tertuang dalam Misi Ke-1 Kabupaten Pringsewu yang
menyebutkan bahwa Kabupaten Pringsewu akan meningkatkan kualitas
infrastruktur publik dan permukiman secara merata.

Gambar 2.50 Kebijakan Tata Ruang


2.50.1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pringsewu Tahun
2011-2031
RTRW Kabupaten Pringsewu Tahun 2011-2031 merupakan matra spasial
dari RPJPD Kabupaten Pringsewu, yang berfungsi sebagai penyelaras kebijakan
penataan ruang Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota. Selain itu, sebagai acuan
instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk mengarahkan
lokasi, dan menyusun program pembangunan yang berkaitan dengan
pemanfaatan ruang di Kabupaten Pringsewu.
Terdapat beberapa penjelasan mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Pringsewu, diantaranya sebagai berikut:
A. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi:
Dengan mempertimbankan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan
dan peluang, serta harapan penataan ruang Kabupaten Pringsewu 20 (dua

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 62
puluh) Tahun ke depan, maka tujuan penataan ruang Kabupaten Pringsewu
Tahun 2031 adalah:

“Mewujudkan Kabupaten Pringsewu sebagai Pusat Perdagangan dan


Pelayanan Jasa yang Maju dan Berwawasan Lingkungan dengan
Didukung Sumberdaya Manusia yang Berdaya Saing Tinggi”

Adapun penjabaran dari visi Kabupaten Pringsewu tersebut untuk lebih


jelasnya sebagai berikut :
1. Pusat Perdagangan dan Pelayanan Jasa adalah Kabupaten Pringsewu
sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung
melalui pengembangan sektor perdagangan dan jasa harus dibangun
lebih maju dari daerah lainnya dan mampu mandiri serta memberikan
kontribusi dan dominasi yang lebih besar dari daerah lainnya.
Peningkatan kegiatan pelayanan jasa dan perdagangan dilakukan
dengan memperkuat perekonomian wilayah pada sektor andalan menuju
keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi,
distribusi dan pelayanan, dengan tetap berupaya mempertahankan
komoditi unggulan sektor pertanian dan mengembangkan industri
pengolahan hasil pertanian sebagai sektor andalan;
2. Maju adalah meningkatnya kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat,
yang tercermin dari terpenuhinya kebutuhan fasilitas pendidikan,
kesehatan, perdagangan dan jasa serta fasilitas lainnya, yang tidak hanya
mampu melayani masyarakat dalam wilayah Kabupaten Pringsewu saja
tetapi juga masyarakat di wilayah sekitar yang lebih luas pelayanannya;
3. Berwawasan Lingkungan adalah pemanfaatan sumber daya alam
secara arif sehingga terjamin keberlanjutannya (Thedore Roosevelt,
1902). Selain itu, makna lain yang terkandung adalah adanya upaya
sadar dan terencana dalam memadukan proses pembangunan yang
sinergi dengan terpeliharanya kelestarian lingkungan hidup, termasuk
pemanfaatan sumberdaya alam ke dalam proses pembangunan untuk
menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini
dan generasi masa depan. Dalam hal ini terkandung pula upaya
pelestarian, pemeliharaan dan pemulihan fungsi-fungsi alam yang

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 63
berperan dalam menjaga keseimbangan alam (ekosistem) termasuk
didalamnya upaya-upaya mitigasi bencana tsunami, longsor, gempa dan
banjir; dan
4. Berdaya saing tinggi adalah pelaksanaan pembangunan perekonomian
wilayah yang maju memerlukan dukungan sumberdaya manusia yang
unggul, mampu bersaing dan mampu mengelola potensi sumberdaya
wilayah secara optimal. Dalam mewujudkan hal tersebut diperlukan
penyelenggaraan pendidikan yang memiliki standar kualitas yang tinggi,
keunggulan kompetitif dalam ilmu dan pengetahuan teknologi yang
berdaya saing tinggi, mampu menciptakan keseimbangan antara
kecerdasan inteligensia (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
spiritual (SQ), sistem kebijakan pendidikan yang unggul serta penyediaan
sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.

Untuk mewujudkan visi penataan ruang Kabupaten Pringsewu, terdapat


beberapa misi yang harus dicapai diantaranya :
1. Mewujudkan Kabupaten Pringsewu yang berkembang melalui
pengembangan pusat kabupaten serta pusat-pusat pelayanan perkotaan
dan perdesaan berbasiskan keunggulan kompetitif dengan
memperhatikan keseimbangan daya dukung lingkungan;
2. Mewujudkan kemampuan daya saing daerah yang unggul dalam
perdagangan dan pelayanan jasa untuk mencapai daerah yang lebih
makmur dan sejahtera, melalui penyediaan ruang bagi kawasan
perdagangan dan jasa;
3. Mewujudkan iklim pengembangan potensi wilayah yang kondusif,
sehingga menarik minat penanam modal untuk menanamkan
investasinya di Kabupaten Pringsewu sehingga mendukung peningkatan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat;
4. Mewujudkan Kabupaten Pringsewu sebagai wilayah yang berkembang
maju melalui pembangunan fasilitas pelayanan umum skala regional serta
fasilitas lainnya untuk mendukung aktivitas perekonomian dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat;
5. Mewujudkan pengembangan potensi wilayah berbasis agro melalui
optimalisasi pemanfaatan potensi pertanian, perikanan dan perkebunan
sebagai bentuk pemanfaatan sumberdaya alam berkelanjutan dengan

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 64
mempertimbangkan kearifan lokal guna peningkatan perekonomian
wilayah;
6. Mewujudkan pembangunan wilayah berbasis pemanfaatan sumber daya
alam berkelanjutan (sustainable development) melalui upaya pelestarian,
pemeliharaan dan pemulihan fungsi-fungsi alam yang berperan dalam
menjaga keseimbangan alam (ekosistem) termasuk didalamnya upaya-
upaya mitigasi bencana longsor; dan
7. Mewujudkan kualitas sumberdaya manusia yang unggul, bermoral,
beretika, beradab, berbudaya dan bertaqwa dalam membangun daerah
yang maju, nyaman dan ramah lingkungan melalui penyediaan ruang bagi
pengembangan kegiatan pendidikan.

Dalam upaya mencapai terwujudnya tujuan penataan ruang Kabupaten


Pringsewu, terdapat beberapa kebijakan dan langkah strategis yang harus
ditempuh sebagai acuan dalam penataan ruang. Adapun kebijakan dan strategi
penataan ruang Kabupaten Pringsewu sebagai berikut :
1. Pengembangan pusat-pusat pelayanan perkotaan dan perdesaan
berbasiskan keunggulan kompetitif dalam rangka menghilangkan
ketimpangan pertumbuhan wilayah dan menumbuhkan sinergitas
perkembangan perekonomian wilayah.
Strategi Penataan Ruang :
a. Mengembangkan sistem pusat pelayanan wilayah secara berjenjang
(hirarki) sesuai dengan potensinya dan sinergi dengan struktur ruang
Provinsi Lampung secara fungsional;
b. Mengembangkan Pusat Pelayanan Perkotaan;
c. Mengembangkan Pusat Pelayanan Perdesaan; dan
d. Mengembangkan sistem pusat-pusat permukiman.
2. Pengalokasian ruang bagi pengembangan kegiatan perdagangan dan
jasa baik di pusat kota maupun di pusat-pusat pelayanan wilayah lainnya,
yang mendukung perwujudan kegiatan perekonomian perkotaan dengan
skala nasional dan internasional sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung wilayah.
Strategi Penataan Ruang :

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 65
a. Mendorong pengembangan kawasan pusat perkantoran,
perdagangan, jasa, dan ekonomi kreatif yang berfungsi dalam skala
regional dan nasional;
b. Meningkatkan kualitas pasar tradisional dan sarana atau fasilitas
sosial utama sebagai pusat kegiatan ekonomi yang berskala regional;
c. Mendorong pengembangan kegiatan-kegiatan perdagangan dan
pelayanan jasa pada pusat-pusat pelayanan lain dalam wilayah
kabupaten untuk memiliki skala pelayanan yang lebih luas; dan
d. Mendorong pengembangan potensi-potensi bangkitan kegiatan
perekonomian dalam wilayah kabupaten untuk dapat memiliki
kemampuan skalan pelayanan yang lebih luas.
3. Pemantapan sistem perekonomian perkotaan yang bertumpu pada sektor
perdagangan dan jasa melalui peningkatan dukungan peran pemerintah
daerah sebagai regulator, dengan menyiapkan prosedur teknis yang
komprehensif, yang mampu dijadikan sebagai alat pengendali dalam
pemanfaatan lahan.
Strategi Penataan Ruang :
a. Memperkecil ruang gerak spekulan tanah dan pelaku usaha yang
mengatasnamakan mekanisme pasar sebagai faktor penentu lokasi;
b. Memberikan kepastian hukum terhadap status lahan yang dimiliki
oleh perseorangan disesuaikan dengan fungsi peruntukkan yang
ditetapkan dalam rencana tata ruang;
c. Meningkatkan transparansi pelayanan informasi terhadap nilai jual
obyek pajak dari lahan yang dimiliki oleh masyarakat;
d. Memberikan dukungan kebijakan melalui pemberian instrumen
insentif berupa keringanan pajak;
e. Memberikan kemudahan dan keterbukaan bagi pengembangan
lembaga permodalan dan lembaga ekonomi dalam mendukung
kawasan secara mikro maupun makro; dan
f. Menjalin kerjasama dengan pihak investor, terkait pemberian
kredit/modal usaha.
4. Pengembangan kelengkapan prasarana dan sarana wilayah sebagai
upaya dukungan terhadap pengembangan kawasan perdagangan dan
jasa di kawasan perkotaan serta pengembangan kegiatan pertanian di
kawasan perdesaan sebagai hinterland-nya.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 66
Strategi Penataan Ruang :
a. Membangun sistem transportasi darat yang terpadu yang
menghubungkan antar pusat-pusat permukiman di perkotaan dan di
perdesaan;
b. Membangun dan mengembangkan prasarana jalan darat untuk
menunjang perkembangan antar wilayah dalam kabupaten maupun
luar kabupaten;
c. Membangun jaringan jalan lingkar utara – selatan yang terpadu
dengan akses jaringan jalan lainnya di Kabupaten Pringsewu;
d. Mengembangkan prasarana dan sarana pertumbuhan wilayah seperti
pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, air
minum, listrik, pos dan telekomunikasi sesuai dengan rencana
pengembangan pusat-pusat permukiman dan pengembangan
kawasan budidaya, serta skala pelayanan masing-masing pusat
pertumbuhan tersebut;
e. Mengembangkan fungsi Ibukota Kabupaten Pringsewu yang selaras
dengan pengembangan prasarana dan sarana perkotaan di ibukota
kabupaten untuk menunjang peran pusat pelayanan pemerintahan,
pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat perdagangan regional;
f. Mengembangkan keterkaitan antar wilayah secara fungsional,
termasuk kaitannya dengan pusat pertumbuhan utama Provinsi
Lampung.
g. Membangun prasarana pengairan untuk memperluas pelayanan
daerah irigasi dan meningkatkan produktifitas hasil pertanian
tanaman pangan;
h. Mengembangkan energi listrik untuk mendukung pengembangan
kawasan potensial bagi pengembangan perindustrian;
i. Mengembangkan prasarana telekomunikasi untuk mendukung
pengembangan kawasan yang relatif sulit dijangkau;
j. Mengembangkan berbagai prasarana pendukung produksi pertanian,
perikanan dan peternakan sebagai upaya pengembangan kegiatan
agro minapolitan; dan
k. Menyediakan ruang bagi pengembangan prasarana dan sarana
pendukung di kawasan perdagangan dan jasa.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 67
5. Pengembangan sistem agro minapolitan sebagai upaya peningkatan
komoditi unggulan daerah yang diintegrasikan dengan pengembangan
sektor perdagangan dan jasa di wilayah Kabupaten Pringsewu.
Strategi Penataan Ruang :
a. Memadukan pembangunan industri pengolahan hasil pertanian
(agroindustri) dengan pengembangan komoditi pertanian, sebagai
bahan bakunya, sehingga kawasan pertanian dapat tumbuh dan
berkembang sebagai suatu kawasan sentra produksi yang dapat
diandalkan dalam memacu pertumbuhan ekonomi kabupaten dan
peningkatan pendapatan masyarakat;
b. Mengembangkan terminal barang/agribisnis;
c. Mengembangkan pusat perdagangan dan transportasi pertanian;
d. Mengembangkan penyedia jasa pendukung pertanian;
e. Menyediakan pasar konsumen produk non-pertanian;
f. Mengembangkan pusat industri pengolahan hasil kegiatan pertanian;
dan
g. Menyiapkan sumberdaya manusia sebagai pelaksana pembangunan
sistem agro minapolitan, dalam hal ini petani dan peternak ikan,
dalam penguasaan budidaya, pengolahan dan pemasaran (on farm
dan off farm).
6. Pemantapan pelestarian dan perlindungan kawasan lindung untuk
meningkatkan kualitas lingkungan, sumberdaya alam/buatan dan
ekosistemnya, meminimalkan resiko dan mengurangi kerentanan
bencana.
Strategi Penataan Ruang :
a. Memantapkan fungsi kawasan hutan lindung melalui peningkatan
kelestarian hutan untuk keseimbangan tata air dan lingkungan hidup;
b. Memantapkan kawasan perlindungan setempat melalui upaya
pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup; dan
c. Membatasi pemanfaatan dan pengembangan lahan pada kawasan
rawan bencana.
7. Pengembangan kawasan budidaya yang optimal dalam upaya
mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan di wilayah
Kabupaten Pringsewu sebagai bagian dari upaya perwujudan ruang

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 68
perkotaan yang harmonis dan dinamis dengan pengembangan wilayah
belakangnya.
Strategi Penataan Ruang :
a. Menetapkan kawasan budidaya untuk pemanfaatan sumberdaya
alam dalam rangka mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang
dan terarahnya lokasi investasi untuk berbagai jenis usaha di
Kabupaten Pringsewu;
b. Mengarahkan lokasi kegiatan budidaya melalui mekanisme perijinan
dan penerapan pola insentif dan disinsentif;
c. Melakukan pemantauan dan pelarangan kegiatan budidaya yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang;
d. Mengembangkan kegiatan budidaya sesuai dengan peruntukkannya
yang didasarkan pada kapasitas daya dukung dan daya tampung;
e. Mengembangkan kawasan budidaya perkotaan yang didasarkan
pada kemampuan lahan dan kesesuaian lahan bagi pembangunan
fisik perkotaan;
f. Memberikan pembatasan dan pelarangan kegiatan budidaya pada
kawasan lindung;
g. Mempertahankan kawasan budidaya pertanian tanaman pangan
beririgasi teknis dengan mempertahankan daerah sawah irigasi
teknis untuk mencukupi kebutuhan pangan dan melestarikan
pertanian yang berkelanjutan;
h. Mengembangkan kawasan budidaya pertanian tanaman pangan
sesuai dengan peruntukkannya yang diarahkan pada wilayah dengan
kesesuaian lahan optimal serta dukungan pengembangan prasarana
pengairan;
i. Melakukan diversifikasi bahan pangan dan menciptakan peluang
ekonomi melalui tanaman komoditi perdagangan yang mempunyai
nilai ekonomi serta daya saing pasar yang kuat agar dalam
menghadapi kompetitor yang setingkat;
j. Mengembangkan kawasan budidaya pertanian tanaman hortikultura
diarahkan pada wilayah yang memiliki kesesuaian lahan optimal
untuk tanaman palawija, hortikultura atau tanaman pangan lainnya;
k. Mengembangkan kawasan budidaya perkebunan diarahkan untuk
pengembangan tanaman perkebunan atau tanaman tahunan yang

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 69
telah ada, dan diarahkan untuk perluasan kesempatan kerja,
peningkatan pemanfaatan pertanian, dan pemeliharaan lingkungan
hidup;
l. Mengembangkan kawasan budidaya peternakan diarahkan pada
pusat-pusat permukiman yang telah ada;
m. mengembangkan kawasan budidaya perikanan diarahkan untuk
meningkatkan produksi perikanan melalui upaya ekstensifikasi dan
diversifikasi produk perikanan air tawar;
n. Mengembangkan kawasan pertambangan pada wilayah yang
memiliki daya dukung sesuai dan berorientasi pada pemanfaatan
potensi bahan galian yang ramah lingkungan;
o. Mengembangkan kawasan pertambangan pada kawasan budidaya
selama tidak memberikan dampak terhadap kerusakan lingkungan
dan mengganggu aktivitas perekonomian wilayah;
p. Mengembangkan kawasan pertambangan untuk memfasilitasi dan
mewadahi kegiatan ekonomi masyarakat secara lestari di bidang
pertambangan;
q. Melakukan optimalisasi pemanfaatan sebagian kawasan lindung
yang didalamnya mengandung potensi pertambangan, tanpa
mengancam fungsi utamanya dengan menggunakan rekayasa
teknologi tinggi;
r. Menyediakan kebijakan pengembangan kawasan pertambangan
meliputi penegasan batas kawasan yang dapat ditambang dengan
pemetaan yang lebih rinci, pengendalian kegiatan pertambangan oleh
masyarakat melalui perijinan dan penegakan pelaksanaannya di
lapangan;
s. Menerapkan sistem manajemen pengelolaan yang baik, agar dalam
memberdayagunakan hasil galian atau hasil tambang dan potensi
yang masih ada dengan tidak semena-mena, sehingga hasil
sumberdaya tambang/galian dan potensi yang masih tersimpan
masih dapat diberdayagunakan dan dinikmati dalam jangka panjang;
t. Memanfaatkan sumber daya tambang atau galian secara terencana,
rasional dan optimal dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
aspek lingkungan hidup dan aspek pembangunan berkelanjutan
(suistainable development), sehingga setiap lokasi pertambangan

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 70
harus didukung oleh studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL, ASDAL, ANDAL) maupun Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RPL);
u. Mengembangkan industri pengolahan berbasis hasil petanian,
perkebunan, kehutanan dan hasil tambang/galian dan sistem
agribisnis hasil-hasil pertanian;
v. Mengembangkan kegiatan industri pengolahan sebagai salah satu
pendorong peningkatan perekonomian wilayah, pada kawasan yang
mempunyai prospek pengembangan secara fisik maupun ekonomi,
efisiensi dalam penyediaan prasarana, serta terpadu dengan
pengembangan sektor lain;
w. Mengembangkan kegiatan industri kecil diarahkan pada lokasi-lokasi
yang sudah ada melalui pengembangan sentra-sentra industri yang
diharapkan dapat menambah kesempatan kerja di daerah perdesaan
maupun perkotaan;
x. Menempatkan lokasi atau penentuan/pemilihan lokasi kegiatan
industri pada lokasi yang strategis dan telah memenuhi standar
kelayakan AMDAL, ANDAL dan ASDAL serta mengatur aspek
pembuangan limbah agar memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam
dokumen AMDAL;
y. Membatasi permukiman yang ada secara linear sepanjang jalan
kolektor primer ke arah yang konsentrik atau berkelompok. Hal
tersebut dilakukan untuk keamanan pengguna jalan dan penghuni
rumah, meningkatkan daya dukung jalan untuk meningkatkan
jangkauan pelayanan dari fasilitas sosial-ekonomi yang ada.
Sedangkan untuk pengadaan perumahan secara vertikal / rumah
susun diarahkan memanfaatkan kawasan perkotaan;
z. Membatasi penggunaan lahan perumahan dengan memanfaatkan
lahan pertanian tanaman pangan yang merupakan strategi dalam
mempertahankan luasan penggunaan lahan pertanian tanaman
pangan sebagai lahan sawah abadi di Kabupaten Pringsewu;
aa. Menyediakan pemenuhan kebutuhan fasilitas penunjang bagi
permukiman penduduk yang disesuaikan dengan jumlah penduduk
pendukungnya;

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 71
bb. Mengarahkan pengaturan pola tata letak bangunan agar ditata
dengan baik sehingga dalam pembangunannya tidak mengalami
tumpang tindih;
cc. melakukan sosialisasi pengembangan kawasan permukiman yang
berada pada daerah rawan bencana alam, dan sertifikasi bangunan
tahan bencana alam;
dd. Mengembangkan lokasi dengan daya tarik wisata potensial agar lebih
menarik untuk dikunjungi;
ee. Membangun prasarana jalan ke lokasi tujuan wisata;
ff. Membangun fasilitas akomodasi (hotel, restoran, guest house) dan
fasilitas lain yang mendukung kebutuhan perjalanan wisata;
gg. Mengembangkan tempat persinggahan wisata dan mengembangkan
lokasi terminal tempat pergantian moda angkutan menuju tempat
wisata;
hh. Merencanakan pengembangan pariwisata yang dititikberatkan pada
pendekatan partisipasif masyarakat dan memberi peluang sebesar-
besarnya bagi investor lokal atau asing untuk menanamkan
modalnya di bidang kepariwisataan;
ii. Meningkatkan SDM melalui pengembangan pendidikan formal dan
informal dalam rangka menyiapkan tenaga profesional sebagai ujung
tombak dibidang kepariwisataan;
jj. Menerapkan sistem manajemen pemasaran (market management)
yang jitu, tepat sasaran, terstruktur, informatif, dan tersistematis
antara pusat informasi wisata dengan kawasan wisatanya; dan
kk. Mengefektifkan promosi wisata baik tingkat lokal, regional, nasional
maupun internasional.
8. Pengembangan kawasan strategis sebagai kawasan prioritas untuk
mengakomodasikan kepentingan sektor-sektor yang pengembangannya
dinilai strategis dalam rangka mendukung pengembangan wilayah
maupun guna perlindungan kawasan sesuai fungsi utama kawasan.
Strategi Penataan Ruang :
a. Menetapkan kawasan strategis kabupaten;
b. Menyediakan prasarana dan sarana penunjang kawasan strategis;
c. Menyusun program pembangunan kawasan strategis;
d. Menyusun rencana detail tata ruang kawasan strategis;

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 72
e. Meningkatkan aksesibilitas kawasan strategis dengan kawasan cepat
tumbuh, dan kawasan yang didorong pertumbuhannya;
f. Mengembangkan kawasan strategis untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi wilayah dan meningkatkan manfaat ruang di
wilayah Kabupaten Pringsewu;
g. Mengembangkan kawasan strategis untuk melestarikan fungsi dan
meningkatkan daya dukung lingkungan hidup;
h. Mengembangkan ruang bagi pengembangan pendidikan skala
regional yang mendukung terwujudnya kualitas sumberdaya
manusia; dan
i. Mengembangkan ruang bagi pengembangan potensi daya tarik
wisata budaya.

B. Stuktur Ruang:
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi :
1. Pemantapan peran perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah
ditetapkan, yaitu PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL;
2. Pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan dayadukung dan
dayatampung serta fungsi kegiatan dominannya;
3. Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara serta
wilayah yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga
lingkungan yang berkelanjutan;
4. Pengendalian perkembangan sistem kota di wilayah selatan dengan tidak
melebihi dayadukung dan daya tampungnya;
5. penataan dan pengembangan infrastruktur wilayah yang dapat menjadi
pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong
pengembangan wilayah untuk mewujudkan sistem kota di Daerah; dan
6. mendorong terlaksananya peran WP serta KSP dalam mewujudkan
pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 73
Rencana Struktur Ruang Kabupaten Pringsewu terdiri dari PKL, PPK, dan
PPL. Adapun pusat-pusat pelayanan di Kabupaten Pringsewu yang diemban
selama 20 Tahun kedepan sebagai berikut :

Gambar 2.51 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Pringsewu


Fungsi Pusat
No Kecamatan Peran
Pelayanan
 Ibukota Kabupaten
 Pelayanan Pemerintahan Kecamatan
 Pusat Perdagangan dan Jasa Skala Regional
 Pusat Pelayanan Jasa Perkantoran
1. Pringsewu PKL  Pusat Permukiman Perkotaan
 Pusat Pelayanan Kesehatan
 Pusat Pelayanan Pendidikan
 Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan
 Pengembangan Pariwisata dan Budaya
 Pelayanan Pemerintahan Kecamatan
 Pengembangan Perdagangan dan Jasa
 Pengembangan Permukiman Perkotaan
 Pusat Pengembangan Pendidikan Skala Regional
2. Gadingrejo PPK
 Pusat Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan
 Pusat Pengembangan Peternakan
 Pengembangan Tanaman Perkebunan
 Pengembangan kawasan pariwisata
 Pelayanan Pemerintahan Kecamatan
 Pengembangan Perdagangan dan Jasa
 Pusat Pergudangan Skala Regional
 Pengembangan Permukiman Perkotaan
 Pengembangan Pendidikan
 Pengembangan Pertanian Pangan
3. Pagelaran PPK
 Pusat Pengembangan Perikanan Air Tawar
 Pengembangan Tanaman Perkebunan
 Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Pertanian
dan Perkebunan
 Pengembangan Kegiatan Wisata Alam (eco tourism)
 Kawasan Lindung
 Pelayanan Pemerintahan Kecamatan,
 Pengembangan Perdagangan dan Jasa
4. Ambarawa PPK  Pengembangan Permukiman Perkotaan
 Pengembangan Pertanian Pangan
 Pengembangan Perikanan Air Tawar
 Pelayanan Pemerintahan Kecamatan
 Pengembangan Perdagangan dan Jasa
 Pengembangan Permukiman Perkotaan
5. Sukoharjo PPK
 Pengembangan Peternakan
 Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Pertanian
dan Perkebunan

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 74
Fungsi Pusat
No Kecamatan Peran
Pelayanan
 Pelayanan Pemerintahan Kecamatan
 Pengembangan Permukiman Pedesaan
 Pengembangan Pertanian Pangan
 Pengembangan Pertanian Hortikultura
6. Adiluwih PPK
 Pengembangan Tanaman Perkebunan
 Pengembangan Peternakan
 Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Pertanian
dan Perkebunan
 Pelayanan Pemerintahan Kecamatan
 Pengembangan Permukiman Perdesaan
 Pengembangan Pertanian Pangan
 Pengembangan Pertanian Hortikultura
7. Banyumas PPL
 Pengembangan Tanaman Perkebunan
 Pengembangan Peternakan
 Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Pertanian
dan Perkebunan
 Pelayanan Pemerintahan Kecamatan
 Pengembangan Permukiman Perdesaan
 Pengembangan Pertanian Pangan
 Pengembangan Pertanian Hortikultura
8. Pardasuka PPL  Pengembangan Perikanan Air Tawar
 Pengembangan Tanaman Perkebunan
 Pengembangan Peternakan
 Pengembangan Pariwisata dan Budaya
 Kawasan Lindung
 Pelayanan Pemerintahan Kecamatan
 Pengembangan Permukiman Pedesaan
 Pengembangan Pertanian Pangan
 Pengembangan Pertanian Hortikultura
9 Pagelaran Utara PPL
 Pengembangan Tanaman Perkebunan
 Pengembangan Peternakan
 Pengembangan Pariwisata dan Budaya
 Kawasan Lindung
Sumber : RTRW Kab.Pringsewu 2011-2031

Berdasarkan Rencana Struktur Ruang, Perkotaan Pringsewu berperan


sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang merupakan pusat dari Kabupaten
Pringsewu. Penyusunan Kajian Penataan Jalur Pedestrian Perkotaan Pringsewu
merupakan langkah tepat untuk memaksimalkan jalur transportasi yang
digunakan oleh pejalan kaki. Selain itu, dengan direncanakannya jalur pedestrian
maka citra sebuah kota akan bergantung terhadap fasilitas-fasilitas yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat termasuk jalur pedestrian.
Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran Rencana Struktur Ruang
Kabupaten Pringsewu dapat dilihat sebagai berikut :

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 75
Gambar 2.42
Peta Rencana Struktur Ruang

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 76
C. Pola Ruang:
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya. Pola ruang di Kabupaten Pringsewu terdiri dari kawasan
peruntukan lindung dan kawasan peruntukan budidaya yang memiliki nilai
strategis kabupaten. Untuk lebih jelasnya mengenai pola ruang di Kabupaten
Pringsewu, terdiri sebagai berikut:
1. Kawasan lindung:
a. Kawasan Hutan Lindung;
b. Kawasan Perlindungan Setempat; dan
c. Kawasan Rawan Bencana.

2. Kawasan peruntukan budidaya yang memiliki nilai strategis:


a. Kawasan Pertanian;
b. Kawasan Peruntukan Pariwisata;
c. Kawasan Peruntukan Kegiatan Industri;
d. Kawasan Permukiman; dan
e. Kawasan Peruntukan Lainnya.

Perkotaan Pringsewu sudah berada dalam karakteristik perkotaan,


terbukti dengan luasan kawasan pertanian yang paling sedikit di Kabupaten
Pringsewu dan kawasan permukiman skala perkotaan diarahkan salah satunya
pada Kecamatan Pringsewu. Sehingga dengan adanya kegiatan Penyusunan
Kajian Penataan Jalur Pedestrian Perkotaan Pringsewu sudah selaras untuk
mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pola ruang Kabupaten Pringsewu
dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 77
Gambar 2.43
Peta Rencana Pola Ruang

TINJAUAN KEBIJAKAN II - 78

Anda mungkin juga menyukai