Anda di halaman 1dari 260

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang
dalam melaksanakan ruang wilayah kabupaten yang meliputi perencanaan tata
ruang wilayah kabupaten, pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten meliputi proses dan prosedur
penyusunan serta penetapan rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten.
Penyusunan RTRW kabupaten ini dilakukan dengan berasaskan pada kaidah-
kaidah perencanaan yang mencakup asas keselarasan, keserasian, keterpaduan,
kelestarian, keberlanjutan serta keterkaitan antarwilayah baik di dalam kabupaten
bersangkutan maupun dengan kabupaten sekitarnya. Dalam rangka perencanaan
tata ruang wilayah kabupaten, perlu disusun pedoman penyusunan RTRW
kabupaten sebagai acuan bagi semua pihak terkait dalam penyusunan RTRW
kabupaten, baik kalangan pemerintah, swasta, maupun masyarakat pada
umumnya.
Kabupaten Sekadau merupakan salah satu kabupaten yang mulai
berkembang dalam pembangunan suatu wilayah. Terutama dalam perumahan dan
permukiman dimana, Kabupaten Sekadau sudah mulai dalam pembangunan
perumahan dan permukiman. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14
tahun 2016 tentan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman,
kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta
peran masyarakat yang terkondinasi dan terpadu. Perumahan dan Kawasan
Permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,
penyelenggaraan Perumahan, penyelenggaraan kawasan Permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan
sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
Melihat perkembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Sekadau
kita dapat menyusun Rencana Pembangunan Perumahan dan Kawasan
Permukiman, yang mana terdiri dari sebaran rumah,perumahan dan permukiman,
sebaran perumahan kumuh dan permukiman kumuh, ketersediaan dan kondisi
prasarana, sarana dan utilitas umum, tipologi perumahan dan permukiman, budaya
bermukim masyarakat, sebaran perumahan tradisional serta kualitas lingkungan
pada perumahan dan permukiman.

1.2. Tujuan dan Sasaran


Kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Perumahan dan Kawasan
Permukiman Kabupaten Sekadau dimaksudkan untuk mewujudkan pedoman
rencana pembangunan perumahan dan permukiman yang mendukung terciptanya
kawasan perumahan dan permukiman yang strategis maupun fungsional sehingga
dapat terciptanya pola tata ruang yang optimal dan dapat mengakomodasikan
kegiatan-kegiatan dalam rangka pengembangan fungsi wilayah perencanaan dan
dapat menjadi arahan atau pedoman bagi masyarakat, pemerintah maupun para
stakeholder dalam pembangunan wilayah serta menjadi dasar bagi instansi dalam
penyusunan perencanaan pemberian perijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan
dengan peruntukan lahan di Kabupaten Sekadau. Adapun point – point tujuan dari
Rencana Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten
Sekadau adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman
yang ada di dalam RTRW Kabupaten Sekadau.
2. Melakukan koordinasi lintas sektoral untuk menjaring dan
mengakomodir issue – issue yang berkembang mengenai perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman.
3. Mengakomodir peraturan dan rujukan baru kebijaksanaan baru terhadap
produk perencanaan khususnya tata ruang, baik yang dilakukan oleh
pusat, daerah maupun sektor mengenai perumahan dan kawasan
permukiman.
4. Menyususun Rencana Strategis Pembangunan Perumahan dan Kawasan
Permukiman melalui Penataan Ruang yang akan dijadikan sebagai
acuan dalam penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Perumahan
dan Kawasan Permukiman yang ada di Kabupaten Sekadau.
Adapun sasaran dalam perencanaan ini sebagai berikut :
1. Mengimplikasi kebijakan pembangunan dari kebijakan tata ruang
nasional dan daerah provinsi terhadap pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman.
2. Mengimplikasi kebijakan pembangunan dan kebijakann tata ruang
daerah kabupaten terhadap pembnagunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman.
3. Mengetahui pusta-pusat pelayanan yang didasarkan pada sebaran daerah
fungsional perkotaaan dan perdesaan.
4. Mengetahui karakteristik sosial kependudukan di daaerah
kabupaten/kota sekurang-kurangnya, meliputi :
 Pola migrasi, pola pergerakan
 Proporsi penduduk perkotaan dan/atau perdesaan pada awal tahun
perencanaan dan proyeksi 20 (dua puluh) tahun ke depan
 Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian,usia
 Produktif, tingkat pendidikan, sex ratio, dan
 Sebaran kepadatan penduduk pada awal tahun perencanaan dan
proyeksi 20 (dua puluh) tahun.
5. Mengetahui karakteristik perumahan dan kawasan permukiman.
6. Mengetahui arah pengembagan perumahan dan kawasan permukiman di
perkotaan dan/atau perdesaan yang berbatasan dalam wilayah kabupaten
terhadap rencana pengembangan wilayah kabupaten/kota secara
keseluruhan.
7. Terkoordinasinya pembangunan kawasan antara pemerintah dan
masyarakat/swasta.
8. Terumuskannya konsep dan strategi pengembangan Kabupaten Sekadau.
1.3. Ruang Lingkup
1.3.1 Ruang Lingkup Lokasi
Wilayah perencanaan dari Rencana Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman Kabupaten Sekdau adalah salah satu kabupaten yang
ada di Provinsi Kalimantan Barat yang terletak diantara 00°38'23” Lintang
Utara dan 00°44'25” Lintang Selatan serta 110°33'07” Bujur Timur dan
111°17'44” Bujur Timur. Secara administratif, batas wilayah Kecamatan
Mempawah Timur dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
1.3.2 Ruang Lingkup Materi

A. Persiapan
 Penyusunan agenda pelaksanaan;
 Membentuk tim – tim kecil pelaksana dalam kelompok;
 Mobilisasi personal dan pembuatan checklis;
B. Pengumpulan Data dan Informasi Terkait
• Data Perekonomian
• Data Minabisnis Perikanan Budidaya
• Data Sosial
• Data Kelembagaan
• Data Lingkungan
• Sarana Prasarana Pendukung
• Infrastruktur
• Multiplier effect dan kegiatan yang sinergis
• Kesesuaian dengan dokumen perencanaan
• Kebutuhan Peta
C. Identifikasi dan Analisis
• Identifikasi potensi daya dukung lahan dan penetapan sentra
produksi;
• Identifikasi pola aliran/pergerakan orang/barang/produk dari wilayah
hinterland, pusat permukiman, pusat sentra produksi ke pusat kawasan
dan ke outlet pemasaran;
• Potensi pengembangan sistem dan usaha minapolitan;
• Perkiraan kebutuhan pengembangan prasarana sarana pendukung
pengembangan kawasan.
D. Pengembangan Strategi
• Visi dan misi pengembangan Renacana Strategis Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
• Kebijakan pengembangan; dan
• Strategi pengembangan kawasan minapolitan.
E. Konsultasi Publik
Untuk memperoleh kesamaan visi dan misi pengembangan Renacana
Strategis Perumahan dan Kawasan Permukiman, disamping sebagai
pelaksanaan kewajiban peran sertamasyarakat dalam penyusunan
Renacana Strategis Perumahan dan Kawasan Permukiman, sehingga
masyarakat luas dapat ikut terlibat secara aktif sejak awal tahap
perencanaan.
F. Perumusan Rencana Induk
1. Rencana pengembangan kawasan merupakan hasil konsultasi
publik;
2. Mengacu pada Undang – Undng Nomor 26 Tahun 2007 tentang
penataan ruang, perumusan rencana disesuaikan dengan Pasal 51
yaitu memuat struktur ruang, pola ruang, arahan pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
3. . Merinci rencana sistem prasarana sarana di kawasan kajian.
Rumusan konsep Rencana Induk dilengkapi peta – peta dengan
tingkat ketelitian minimal skala 1 : 50.000, minimal meliputi :
1. Rencana struktur ruang kawasan;
2. Rencana pola pemanfaatan ruang kawasan;
3. Rencana pengelolaan kawasan lindung dan budidaya; dan
4. Rencana sistem sarana dan prasarana transportasi,
telekomunikasi, penyediaan energi, irigasi, air bersih dan
pengelolaan lingkungan.
1.4. Landasan Hukum
Adapun landasan hukum yang mengatur Rencana Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Sekadau, sebagai berikut :
1. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang;
2. Pedoman penyususan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman;

1.5. Sistematika Laporan

Penyajian laporan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan


Mempawah Timur dibagi dalam tujuh bab yang dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas beberapa aspek mendasar yang berkaitan dengan tahapan
analisis dalam keseluruhan rangkaian proses perencanaan. Lebih lanjut dalam bab
ini , diuraikan mengenali latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
lokasi, ruang lingkup materi, landasan hukun dan sistematika pelaporan,

BAB II LANDASAN TEORI DAN METODOLOGI


Bab ini berisi landasan teori yang bersangkutan dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten dan Rencana Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman, serta metodologi pengerjaan.
BAB III LAPORAN RENCANA UMUM DAN EVALUASI
Berisikan tentang laporan rencana umum dan eavaluasi dalam membahas isi
RTRW Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat dan aspek – aspek lainnya.
BAB IV KAJIAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN NANGA
TAMAN & NANGA MAHAP
Mamaparkan tentang fakta atau kondisi di Kabupaten Sekadau Kecamatan Nanga
Taman dan Nanga Mahap yang diperoleh dari Observasi Lapangan, wawancara
maupun instansi-instansi terkait.
BAB V KAJIAN ANALISIS SEKTORAL
Menjabarkan analisis setiap aspek bahasan sesuai dengan data fakta wilaah
perencanaan yang telah di observasi sebelumnya

BAB VI KAJIAN KONSEP RENCANA SEKTORAL


Menjabarkan rencana-rencana yang akan diterapkan di Kabupaten Sekadau
Kecamantan Nanga Taman dan Nanga Mahap.

BAB VII INDIKASI PROGRAM


Membahas tentan jabaran program – program yang akan dilakukan dengan jangka
waktu tertentu, Sumber, besaran, dan alokasi sumber dana dan/atau pembiayaan
serta dukungan akses dan pendanaan dan/atau pembiayaan pembangunan
kawasan permukiman yang berasal dari dan atau dikelola oleh pemerintah,
termasuk sumber pendanaan dan/atau pembiayaan lain. Target dan sasaran serta
pelaku/dinas terkait, kelembagaan mulai dari tingkat kelurahan/desa dan
kecamatan dengan memanfaatkan kelembagaan yang ada.

BAB VIII KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG


Bab ini berisikan pengaturan pemanfaatan dan pengendalian pembangunan dan
mekanisme pemberian insentif dan disinsentif.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN METODOLOGI

2.1. Landasan Teori


Berikut ini merupakan teori–teori yang menyangkut dalam penyusunan
RTRW Kabupaten Sekadau dan Peraturan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
2.1.1 Pengertian Terkait RTRW Kabupaten
Menurut permen PU no 16 tahun 2009, Pengertian Rencana tata ruang
wilayah adalah sebagai berikut:
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
2. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
3. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan.
4. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
5. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
6. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
7. Rencana tata ruang wilayah adalah hasil perencanaan tata ruang pada
wilayah yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif.
8. Rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten adalah rencana tata ruang
yang bersifat umum dari wilayah kabupaten, yang berisi tujuan, kebijakan,
strategi penataan ruang wilayah kabupaten, rencana struktur ruang wilayah
kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan
strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
9. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten adalah tujuan yang ditetapkan
pemerintah daerah kabupaten yang merupakan arahan perwujudan visi dan
misi pembangunan jangka panjang kabupaten pada aspek keruangan, yang
pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional.
10. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan
wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai
tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua
puluh) tahun.
11. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten adalah penjabaran kebijakan
penataan ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih
nyata yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan pola
ruang wilayah kabupaten.
12. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana yang mencakup
sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan
perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah
kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten
selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem
jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah
hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan
prasarana lainnya.
13. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa kabupaten/kota.
14. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau
beberapa kecamatan.
15. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
beberapa desa.
16. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
17. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten adalah rencana
jaringan prasarana wilayah yang dikembangkan untuk mengintegrasikan
wilayah kabupaten dan untuk melayani kegiatan yang memiliki cakupan
wilayah layanan prasarana skala kabupaten.
18. Rencana sistem perkotaan di wilayah kabupaten adalah rencana susunan
kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang
menunjukkan keterkaitan saat ini maupun rencana yang membentuk hirarki
pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah
kabupaten.
19. Kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya adalah wilayah yang
mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya
alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
20. Rencana pola ruang wilayah kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan
ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya
RTRW kabupaten yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.
21. Kawasan lindung kabupaten adalah kawasan lindung yang secara ekologis
merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, kawasan
lindung yang memberikan pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang
terletak di wilayah kabupaten, dan kawasan-kawasan lindung lain yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya
merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten.
22. Kawasan budi daya kabupaten adalah kawasan budi daya yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
23. Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, serta
pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi.
24. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan
wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah
kabupaten sesuai dengan RTRW kabupaten melalui penyusunan dan
pelaksanaan program penataan/pengembangan kabupaten beserta
pembiayaannya, dalam suatu indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan kabupaten yang berisi rencana program utama, sumber pendanaan,
instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan.
25. Indikasi program utama jangka menengah lima tahunan adalah petunjuk
yang memuat usulan program utama, lokasi, besaran, waktu pelaksanaan,
sumber dana, dan instansi pelaksana dalam rangka mewujudkan ruang
kabupaten yang sesuai dengan rencana tata ruang.
26. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah
ketentuan-ketentuan yang dibuat atau disusun dalam upaya mengendalikan
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten agar sesuai dengan RTRW kabupaten
yang berbentuk ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan,
ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah
kabupaten.

2.1.2 Pengertian Terkait Perumahan dan Kawasan Permukiman


Menurut UU no 1 tahun 2011, Pengertian Perumahan dan kawasan
permukiman adalah sebagai berikut:
1. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana,
dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
2. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
sebagai ingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
3. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri
atas lebih dari satu satuan permukiman.
4. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih
dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas
umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan.
5. Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang
terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan
kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat.
6. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan,
serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
7. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal
yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
8. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan.
9. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya
masyarakat.
10. Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
11. Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan khusus.
12. Rumah Negara adalah rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang
pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.
13. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.
14. Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas
fungsi sebagai tempat hunian.
15. Kawasan siap bangun yang selanjutnya disebut Kasiba adalah sebidang
tanah yang fisiknya serta prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah
dipersiapkan untuk pembangunan lingkungan hunian skala besar sesuai
dengan rencana tata ruang.
16. Lingkungan siap bangun yang selanjutnya disebut Lisiba adalah sebidang
tanah yang fisiknya serta prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah
dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dengan batas-batas kaveling
yang jelas dan merupakan bagian dari kawasan siap bangun sesuai dengan
rencana rinci tata ruang.
17. Kaveling tanah matang adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan untuk
rumah sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan
tanah, rencana rinci tata ruang, serta rencana tata bangunan dan lingkungan.
18. Konsolidasi tanah adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah dalam usaha penyediaan tanah untuk kepentingan pembangunan
perumahan dan permukiman guna meningkatkan kualitas lingkungan dan
pemeliharaan sumber daya alam dengan partisipasi aktif masyarakat.
19. Pendanaan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang berasal dari
anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja
daerah, dan/atau sumber dana lain yang dibelanjakan untuk
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
20. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
setiap pengeluaran yang akan diterima kembali untuk kepentingan
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman baik yang berasal
dari dana masyarakat, tabungan perumahan, maupun sumber dana lainnya.
21. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang
memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak,
sehat, aman, dan nyaman.
22. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk
mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya,
dan ekonomi.
23. Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan
hunian.
24. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat MBR adalah
masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu
mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah.

2.2. Metodologi Pekerjaan

Proses pelaksanaan pekerjaan Penyusunan RTRW Kabupaten Sekadau dan


Peraturan Perumahan dan Kawasan Permukiman meliputi kegiatan berikut ini:
2.2.1. Teori Pendekatan
Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu
penelitian kuantitatif dan penelitian kualititatif.
a) Kuantitatif Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang analisisnya lebih
focus pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan menggunakan
metode statistika. Pada umumnya penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif merupakan penelitian sampel besar, karena pada pendekatan
kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial yaitu dalam rangka
pengujian hipotetsis dan menyandarkan kesimpulan pada suatu probabilitas
kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan menggunakan pendekatan ini,
maka akan diperoleh signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.

b) Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan
paradigma, strategi, dan implementasi model secara kualitatif. Beberapa ilmuan
telah mendefinisikan istilah kualitatif, diantaranya:
 Menurut Bodgan dan Taylor (1975:5) yang mendefinisikan bahwa
kualititatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
 Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa kualitatif adalah tradisi
tertentu yang bersifat fundamental yang bergantung dengan pengamatan
pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-
orang tersebut baik bahasanya maupun peristilahannya.

2.2.2. Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
mudah.
a) Jenis Data terdiri dari 2 macam yaitu:
1. Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan
dari sumber yang telah ada. (Uma Sekaran, 2011). Sumber data untuk data
skunder ialah instansi,jurnal,Peraturan Pemerintah,web,undang-undang dan
lain-lain.
2. Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari
tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk
tujuan spesifik studi. (Uma Sekaran, 2011). Memperoleh data primer sendiri
ialah untuk melengkapi data skunder dan memperbaharui data Sumber data
Primer sendiri terbagi menjadi 3 macam yaitu:
 Observasi Menurut Prof. Heru, observasi adalah studi yang dilakukan secara
sengaja dan sistematis, terarah dan terencana pada tujuan tertentu dengan
mengamati dan mencatat fenomena-fenomena yang terjadi dalam suatu
kelompok orang dengan mengacu pada syarat-syarat dan aturan penelitian
ilmiah.
 Wawancara Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara).
 Kuisioner Kuisioner Menurut Sugiyono (2011), angket atau kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukkan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien jika
peneliti mengetahui dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu yang
tidak bisa diharapkan dari responden.

3. Berikut ini merupakan tabel kebutuhan data untuk Penyusunan RTRW


Kabupaten Sekadau dan Peraturan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Tabel 2.1 Kebutuhan Data


N
Kebutuhan Data
o
A Data Sekunder Keterangan
Kebijakan
1 RTRW
Pemerintah
 Jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama,
lapangan kerja, pendapatan, dan lain-lain.
2 Aspek Kependudukan  Perkembangan penduduk dalam hal
persebaran dan komposisi.
 Sosial budaya/Adat istiadat masyarakat 
 Produksi tiap sektor kegiatan ekonomi
 Penyebaran tiap sektor Kegiatan ekonomi
 Perkembangan tiap sektor Kegiatan
3 Aspek Perekonomian
ekonomi
 Tenaga kerja
 Aliran Barang
 Keadaan iklim
 Topografi
4 Aspek Fisik Dasar
 Gografi
 Hidrologi
B Data Primer Keterangan
 Keadaan lahan
1 Penggunaan Ruang  Jaringan jalan utama, serta kondisi utilitas.
 Kelistrikan
2 Sarana dan Prasarana  Kondisi dan persebaran fasilitas
perumahan, pemerintahan/perkantoran,
jasa dan pelayanan sosial,
N
Kebutuhan Data
o
pergudangan,industri, pariwisata,
transportasi, jalur hijau, ruangterbuka, dll.
 Kondisi jalan
Sumber: Analisis 2018

2.2.3. Analisis Data


Analisis data sendiri merupakan sebuah cara untuk mengolah data menjadi
informasi agar karakteristik data tersebut mudah dipahami dan bermanfaat untuk
solusi permasalahan, terutama hal yang berkaitan dengan penelitian.berikut
merupakan tahapan analisis data.
a. Pengumpulan data
Peneliti mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai dengan
hasil observasi dan wawancara di lapangan.
b. Reduksi data
Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus
peneliti. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data-data yang direduksi. Memberikan gambaran yang
lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk
mencari sewaktu-waktu diperlukan.
c. Penyajian data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk chart atau grafis sehingga
peneliti dapat menguasai data
d. Pengambilan simpulan atau verifikasi
Peneliti berusaha mencari pola model, tema, hubungan, persamaan, hal-hal
yang sering muncul, hipotesis dan sebagainya, jadi dari data tersebut
peneliti mencoba mengambil kesimpulan. Verifikasi dapat dilakukan
dengan keputusan didasarkan pada reduksi data dan penyajian data yang
merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.
2.2.4. Bagan Alir
Berikut ini merupakan Bagan Alir metodologi pekerjaan dalam pembuatan
RTRW Kabupaten Sekadau dan Peraturan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

LATAR
BELAKANG

TUJUAN

SASARAN

PENGUMPULAN
DATA

DATA SEKUNDER
DATA PRIMER RTRW
Wawancara UU dan Permen
Observasi Jurnal
Kuisioner Data Instansi

ANALISIS SWOT
Kekuatan(strenght)
Kelemahan(weakness)
Peluang(opportunity)
Ancaman(threatness)

KONSEP
DAN RENCANA
BAB III
LAPORAN RENCANA UMUM DAN EVALUASI

BAB IV
KAJIAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN NANGA
TAMAN DAN NANGA MAHAP
4.1. Kebijakan Pembangunan Daerah
4.1.1. Provinsi
4.1.2. Kabupaten
4.1.3. Kecamatan
4.1.4. Desa
A. Kondisi Fisik Kecamatan Topografi / Kelerangan

Kondisi geografis Kecamatan Nanga Taman sebagain besar terdiri dari


daerah berbukit-bukit sehingga sebagian rawan longsor; Seperti di Desa
Meragun Tempat lainnya, sebagian datar dan berawa-rawa. Beberapa desa
berada di daerah sekitar sungai. Wilayahnya dialiri oleh beberapa sungai
besar dan kecil.

B. Geologi / Jenis Tanah

Jenis tanah di Kecamatan Nanga Taman terdiri dari PMK (Poldosit


Merah Kuning), Podsol, dan alluvial.

C. Klimatologi

Iklim di Nanga Taman diklasifikasikan sebagai iklim tropika. Nanga


Taman ialah bandar yang dilanda hujan yang ketara. Walaupun dalam
bulan kering masih terdapat hujan. Berdasarkan Köppen dan Geiger, iklim
ini dikelaskan dalam Af. Purata suhu di sini adalah 26.8 °C. Purata setiap
tahun hujan turun adalah pada 3018 mm.

D. Kondisi Sumber Daya Alam

Sumber Daya Alam di Kecamatan Nanga Taman memiliki potensi yang


sangat besar, baik di bidang pertanian, perkebunan, peraiaran maupun
pariwisata. Statistik penggunaan lahan di Kecamatan Nanga Taman tahun
2016 menunjukkan bahwa sebesar 94.447 atau 87,07% dari luas
Kecamatan Nanga Taman di gunakan untuk lahan pertanian dan
perkebunan. Sedangkan dibidang perairan terdapat Pembangkit Listrik
Tenaga air yang dikelola masyarakat Desa Lubuk Tajau Kecamatan Nanga
Taman. Selain itu dibidang pariwisata terdapat beberapa objek wisata alam
yang sangat indah, salah satunya wisata batu jatoh di desa Pantok

E. Kawasan Lindung dan Budi Daya.

Di Kecamatan Nanga Taman terdapat 00 % kawasan lindung, yang


terdapat di desa XX,XY, dan XXY dan 00% merupakan kawasan Budi
Daya..

1.1.1.1.Kecamatan Nanga Mahap

A. Topografi / Kelerengan

Kecamatan Nanga Mahap pada umumnya terdiri dari daerah


perbukitan,rawa dan dataran rendah,Dengan Luas keseluruhan sekitar +
123.616 ha.dan terdapat dua Daerah aliran sungai (DAS) besar yaitu
sungai Mahap dan sungai Sekadau,serta terdapat 16 sungai kecil,Diman air
sungai tersebut merupakan sumber air bagi mayarakatdesa nanga mahap
untuk keperluan sehari-hari seperti Mandi,Cuci,bahkan keperluan
Memasak.

B. Geologi / Jenis Tanah

Jenis tanah di Kecamatan Nanga Mahap terdiri dari PMK (Poldosit


Merah Kuning), Podsol, dan alluvial

C. Klimatologi

Iklim di Nanga Mahap diklasifikasikan sebagai iklim tropika. Nanga


Mahap mempunyai jumlah hujan yang besar sepanjang tahun. Ini adalah
benar walaupun di bulan kering Berdasarkan Köppen dan Geiger, iklim ini
dikelaskan dalam Af. Purata suhu di sini adalah 26.7 °C. Dalam setahun,
purata hujan turun ialah 2995 mm.

D. Kondisi Sumber Daya Alam

Sumber Daya Alam di Kecamatan Nanga Mahap memiliki potensi yang


sangat besar, baik di bidang pertanian, perkebunan, peraiaran maupun
pariwisata. Statistik penggunaan lahan di Kecamatan Nanga Taman tahun
2016 menunjukkan bahwa sebesar 43,771 ha atau 35,339% dari luas
Kecamatan Nanga Mahap di gunakan untuk lahan pertanian dan
perkebunan. Sedangkan dibidang perairan terdapat Pembangkit Listrik
Tenaga air yang dikelola masyarakat Desa Cenayan dan Desa Sebabas
Nanga Taman. Selain itu dibidang pariwisata terdapat 13 objek wisata
alam yang sangat indah, salah satunya wisata Riam Entugun Di Desa
Tembaga.

E. Kawasan Lindung dan Budi Daya

Di Kecamatan Nanga Taman terdapat 00 % kawasan lindung, yang


terdapat di desa XX,XY, dan XXY dan 00% merupakan kawasan Budi
Daya..

4.2.
4.2.1. Topografi/Kelerengan
4.2.2. Geologi/Jenis Tanah
4.2.3. Klimatologi
4.2.4. Kondisi Sumber Daya Alam
4.2.5. Kawasan Lindung dan Budidaya
4.3. Perizinan Lokasi Pemanfaatan Tanah
4.4. Perumahan dan Kawasan Permukiman
4.4.1. Kependudukan
3.1.3. Karakteristik Kependudukan dan Sosial
A. Kondisi Kependudukan
Penduduk merupakan aspek yang sangat penting dalam proses perencanaan
karena penduduk merupakan objek dari perencanaan tersebut. Perencanaan yang
baik adalah perencanaan yang dapat membuat penduduk dilokasi rencana merasa
aman, tentram, dan nyaman. Untuk mewujudkan aspek tersebut diperlukan
gambaran terkait kependudukan di lokasi rencana.

B. Jumlah Penduduk
Penduduk di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman
memiliki persebaran yang tidak merata di setiap desa/kelurahan. Hal tersebut
mempengaruhi kepadatan penduduk di masing-masing kelurahan/desa. Berikut
data penduduk di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman :

Tabel 1 Jumlah Penduduk Kecamatan Nanga Mapah Tahun 2016

No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah


1 Landau Apin 1131 1066 2197
2 Teluk Kebau 1044 991 2035
3 Lembah Beringin 1705 1559 3264
4 Karang Betung 1318 1166 2484
5 Sebabas 1110 948 2058
6 Nanga Suri 890 830 1720
7 Nanga Mahap 1480 1442 2922
8 Batu Pahat 908 886 1794
9 Landau Kumpai 608 558 1166
10 Tembaga 1909 1636 3545
11 Cenayan 669 605 1274
12 Tembesuk 832 741 1573
13 Tamang 915 902 1817
  Total 2016 14519 13330 27849
  Total 2015 14457 13214 27661
  Total 2014 14406 13148 27554
  Total 2013 13752 12473 26225
  Total 2012 13395 12192 25587

Sumber:BPS,

Dari tahun 2012 hingga tahun 2016 jumlah penduduk di Kecamatan Nanga
Mahap selalu mengalami kenaikan yang signifikan. Dimana pada tahun 2012,
jumlah penduduk di Kecamatan Nanga Mahap sebesar 25.587 jiwa dan pada
tahun 2016 meningkat hingga mencapai 27.849 jiwa. Pada masing-masing desa
yang ada di Kecamatan Nanga Mahap memiliki jumlah penduduk yang berbeda-
beda seperti di desa Landau Kumpai. Desa Landau Kumpau memiliki jumlah
penduduk paling sedikit dibandingkan desa lain yang ada di Kecamatan Nanga
Mahap, jumlah penduduk desa Landau Kumpau hanya sebesar 1.166 jiwa dengan
rincian 608 jiwa peduduk laki-laki dan 558 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan
desa yang paling banyak penduduknya yaitu desa Nanga Mahap, dimana desa
Nanga Mahap sendiri merupakan desa utama yang letaknya berada di pusat
Kecamatan Nanga Mahap dan jumlah penduduk yang ada di desa Nanga Mahap
sebesar 2.922 jiwa dengan rincian 1.480 jiwa penduduk laki-laki dan 1.442 jiwa
penduduk perempuan.

Tabel 2 Jumlah Penduduk Kecamatan Nanga Taman Tahun 2016

No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah


1 Nanga Engkulun 1347 1251 2598
2 Nanga Koman 684 589 1273
3 Nanga Mongko 990 949 1939
4 Lubuk Tajau 982 942 1924
5 Pantok 1231 1181 2412
6 Meragun 1587 1403 2990
7 Rirang jati 1023 949 1972
8 Nanga Taman 1001 903 1904
9 Senangak 1354 1260 2614
10 Sungai Lawak 892 843 1735
11 Nanga Kiungkang 1101 1011 2112
12 Tapang Tinggang 1751 1618 3369
13 Nanga Menukak 835 850 1685
  Total 2016 14778 13749 28527
  Total 2015 14527 13668 28195
  Total 2014 14336 13557 27893
  Total 2013 14086 13400 27486
  Total 2012 13248 12281 25529

Sumber:BPS,
Dari tahun 2012 hingga tahun 2016 jumlah penduduk di Kecamatan Nanga
Taman selalu mengalami kenaikan yang signifikan. Dimana pada tahun 2012,
jumlah penduduk di Kecamatan Nanga Taman sebesar 25.529 jiwa dan pada
tahun 2016 meningkat hingga mencapai 28.527 jiwa. Pada masing-masing desa
yang ada di Kecamatan Nanga Taman memiliki jumlah penduduk yang berbeda-
beda seperti di desa Nanga Koman. Desa Nanga Koman memiliki jumlah
penduduk paling sedikit dibandingkan desa lain yang ada di Kecamatan Nanga
Taman, jumlah penduduk desa Nanga Koman hanya sebesar 1.273 jiwa dengan
rincian 684 jiwa peduduk laki-laki dan 589 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan
desa yang paling banyak penduduknya yaitu desa Tapang Tinggang dengan
jumlah penduduk sebesar 3.369 jiwa dengan rincian 1.751 jiwa penduduk laki-laki
dan 1.618 jiwa penduduk perempuan.

C. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk merupakan hasil bagi per Kilometer persegi dengan


jumlah penduduk. Kepadatan penduduk di Kecamatan Nanga Mahap dan
Kecamatan Nanga Taman memiliki jumlah kepadatan yang bervariasi di setiap
desa/kelurahan.

Tabel 3 Kepadatan Penduduk di Kecamatan Nanga Mahap

N Kepadatan
Nama Desa Jumlah Penduduk Luas (Km²)
o (Per Km²)
1 Landau Apin 2197 43,26 51
2 Teluk Kebau 2035 85,57 24
Lembah
3 3264 173,06 19
Beringin
4 Karang Betung 2484 99,38 25
5 Sebabas 2058 149,87 14
6 Nanga Suri 1720 43,90 39
7 Nanga Mahap 2922 12,23 239
8 Batu Pahat 1794 34,68 52
9 Landau Kumpai 1166 34,96 33
10 Tembaga 3545 133,80 26
11 Cenayan 1274 56,47 23
12 Tembesuk 1573 266,15 6
13 Tamang 1817 63,15 29
  Total 2016 27849 1196,48 23
  Total 2015 27661 1196,48 23
  Total 2014 27554 1196,48 23
  Total 2013 26225 1196,48 22
  Total 2012 25587 1196,48 21

Sumber:BPS,

Pada Kecamatan Nanga Mahap desa dengan kepadatan penduduk tertinggi


terdapat di desa Nanga Mahap dengan 239 jiwa per km persegi. Dan kepadatan
penduduk terendah terdapat di desa Tembesuk yaitu 6 jiwa per km persegi. Secara
keseluruhan tingkat kepadatan di Kecamatan Nanga Mahap dari tahun 2012
mencapai 21 jiwa per km persegi, terus meningkat pada tahun 2013 yaitu 22 jiwa
per km persegi dan dari tahun 2014-2016 tingkat kepadatan penduduk selalu stabil
yaitu 23 jiwa per km persegi.

Tabel 4 Kepadatan Penduduk di Kecamatan Nanga Taman

N Jumlah Kepadatan
Nama Desa Luas (Km²)
o Penduduk (Per Km²)
1 Nanga Engkulun 2598 143,11 18
2 Nanga Koman 1273 44,82 28
3 Nanga Mongko 1939 87,95 22
4 Lubuk Tajau 1924 64,25 30
5 Pantok 2412 43,25 56
6 Meragun 2990 187,25 16
7 Rirang jati 1972 76,16 26
8 Nanga Taman 1904 14,43 132
9 Senangak 2614 138,24 19
10 Sungai Lawak 1735 87,95 20
11 Nanga Kiungkang 2112 81,3 26
12 Tapang Tinggang 3369 108,55 31
13 Nanga Menukak 1685 7,43 227
  Total 2016 28527 1084,69 26
  Total 2015 28195 1084,69 26
  Total 2014 27893 1084,69 26
  Total 2013 27486 1084,69 25
  Total 2012 25529 1084,69 24

Sumber:BPS,
Pada Kecamatan Nanga Taman desa dengan kepadatan penduduk tertinggi
terdapat di desa Nanga Menukak dengan 227 jiwa per km persegi. Dan kepadatan
penduduk terendah terdapat di desa Meragun yaitu 16 jiwa per km persegi. Secara
keseluruhan tingkat kepadatan di Kecamatan Nanga Taman dari tahun 2012
mencapai 24 jiwa per km persegi, terus meningkat pada tahun 2013 yaitu 25 jiwa
per km persegi dan dari tahun 2014-2016 tingkat kepadatan penduduk selalu stabil
yaitu 26 jiwa per km persegi.

 Sex Ration
Sex Ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan.
Berikut sex ratio di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman:

Tabel 5 Sex Ratio Kecamatan Nanga Mahap Tahun 2016

Penduduk (jiwa) Sex Ratio


No Nama Desa Jumlah
Laki-laki Perempuan (L/P)
1 Landau Apin 1131 1066 2197 106
2 Teluk Kebau 1044 991 2035 105
3 Lembah Beringin 1705 1559 3264 109
4 Karang Betung 1318 1166 2484 113
5 Sebabas 1110 948 2058 117
6 Nanga Suri 890 830 1720 107
7 Nanga Mahap 1480 1442 2922 103
8 Batu Pahat 908 886 1794 102
9 Landau Kumpai 608 558 1166 109
10 Tembaga 1909 1636 3545 117
11 Cenayan 669 605 1274 111
12 Tembesuk 832 741 1573 112
13 Tamang 915 902 1817 101
  Jumlah 14519 13330 27849  109

Sumber:BPS,

Secara keseluruhan sex ratio yang terdapat di Kecamatan Nanga Mahap


dikisaran 101 – 117. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan jumlah penduduk
laki-laki dan perempuan tergolong berbeda. Namun secara keseluruhan pada
tahun 2016, penduduk laki-laki yang ada di Kecamatan Nanga Mahap memiliki
jumlah yang lebih besar yaitu 14.519 jiwa sedangkan perempuan berjumlah
13.330 jiwa.

Tabel 6 Sex Ratio Kecamatan Nanga Taman Tahun 2016

Penduduk (jiwa) Sex Ratio


No Nama Desa Jumlah
Laki-laki Perempuan (L/P)
1 Nanga Engkulun 1347 1251 2598 108
2 Nanga Koman 684 589 1273 116
3 Nanga Mongko 990 949 1939 104
4 Lubuk Tajau 982 942 1924 104
5 Pantok 1231 1181 2412 104
6 Meragun 1587 1403 2990 113
7 Rirang jati 1023 949 1972 108
8 Nanga Taman 1001 903 1904 111
9 Senangak 1354 1260 2614 107
10 Sungai Lawak 892 843 1735 106
11 Nanga Kiungkang 1101 1011 2112 109
12 Tapang Tinggang 1751 1618 3369 108
13 Nanga Menukak 835 850 1685 98
  Jumlah 14778 13749 28527 107

Sumber: BPS,
Secara keseluruhan sex ratio yang terdapat di Kecamatan Nanga Taman
dikisaran 98 – 116. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan jumlah penduduk
laki-laki dan perempuan tergolong berbeda. Namun secara keseluruhan pada
tahun 2016, penduduk laki-laki yang ada di Kecamatan Nanga Taman memiliki
jumlah yang lebih besar yaitu 14.778 jiwa sedangkan perempuan berjumlah
13.749 jiwa.

D. Laju Pertumbuhan Penduduk


Laju pertumbuhan adalah proses peningkatan dan penurunan penduduk
setiap tahunnya. Perhitungan ini berbentuk persen yang didapatkan dari selisih
dan pembagian jumlah penduduk tahun eksisting dan penduduk tahun
sebelumnya. Laju pertumbuhan di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan
Nanga Taman dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Nanga Mahap

Desa/Keluraha Tahun
No
n 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016
1 Landau Apin 2% 5% 2% 3%
2 Teluk Kebau 2% 5% 0% 6%
3 Lembah Beringin 2% 5% 0% 0%
4 Karang Betung 2% 5% 0% 0%
5 Sebabas 2% 5% 1% 1%
6 Nanga Suri 2% 5% 0% -9%
7 Nanga Mahap 2% 5% 1% 0%
8 Batu Pahat 2% 5% 0% 3%
9 Landau Kumpai 2% 5% 1% 3%
10 Tembaga 2% 5% 0% 0%
11 Cenayan 2% 5% 0% 0%
12 Tembesuk 2% 5% 0% 3%
13 Tamang 2% 5% 0% 0%
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat laju pertumbuhan penduduk di
Kec Nanga Mahap secara menyeluruh pada tahun 2013-2014 mengalami
peningkatan dari 2% menjadi 5%, akan tetapi dari 2014-2015 mengalami
penurunan yang artinya jumlah penduduk yang tumbuh pada tahun tersebut
tidaklah sebanyak pada tahun sebelumnya dan pada tahun 2015-2016 terdapat
desa yang laju pertumbuhan penduduknya terus mengalami penurunan hingga
minus yaitu Desa Nanga Suri dengan laju pertumbuhan sebesar -9%. Hal ini bisa
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu seperti tingkat kematian maupun
transmigrasi (perpindahan penduduk).

Tabel 8 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Nanga Taman

Desa/Keluraha Tahun
No
n 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016
1 Nanga Engkulun -26% 1% 0% 9%
2 Nanga Koman -45% 1% 0% 0%
3 Nanga Mongko -32% 1% 0% 6%
4 Lubuk Tajau -59% 1% 0% 3%
5 Pantok 29% 1% 0% 0%
6 Meragun 27% 1% 0% -2%
7 Rirang jati 9% 1% 0% 0%
8 Nanga Taman 30% 1% 2% 11%
9 Senangak 14% 1% 0% -15%
10 Sungai Lawak -6% 1% 6% -1%
11 Nanga Kiungkang 24% 1% 5% -5%
12 Tapang Tinggang 9% 1% 2% 6%
13 Nanga Menukak 100% 1% 0% 7%
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Untuk tingkat laju pertumbuhan penduduk secara keseluruhan di Kec.
Nanga Taman dari tahun 2012-2013 ke tahun 2013-2014 ada yang mengalami
peningkatan ada juga yang mengalami penurunan. Hal ini disebabkan beberapa
faktor seperti tingkat kelahiran, tingkat kematian, transmigrasi dan ada juga desa
yang pada tahun 2012-2013 masih belum menjadi bagian dari Kec. Nanga Taman
(Desa Pemekaran) seperti Desa Nanga Menukak. Pada tahun 2014-2015 ke tahun
2015-2016 terdapat desa yang laju pertumbuhan penduduknya terus mengalami
peningkatan seperti Desa Nanga Engkulun, Desa Nanga Mongko, Desa Lubuk
Tajau, Desa Nanga Taman, Desa Tapang Tinggang dan Desa Nanga Menukak.

3.1.4. Kondisi Sosial Budaya


A. Kondisi Sosial

Kondisi sosial masyarakat Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga


Taman secara umum sama dengan masyarakat pedesaan pada umumnya. Hal ini
dikarenakan hampir semua desa di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan
Nanga Taman bercirikan kawasan pedesaan yang penggunaan lahannya masih
didominasi oleh peruntukan pertanian dan perkebunan. Sebagian besar penduduk
di Kec. Nanga Mahap maupun Kec. Nanga Taman merupakan suku dayak.
Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman memiliki jumlah dan
kepadatan penduduk rendah, kecuali masyarakat yang tinggal di sekitaran jalan
utama seperti di Desa Nanga Mahap dan Desa Nanga Taman. Mata pencaharian
penduduk di desa Kec. Nanga Mahap dan Kec. Nanga Taman mayoritas adalah
sebagai petani. Selain beberapa desa yang berasa di jalan utama, adapun terdapat
desa yang jarak tempuh dari satu desa ke desa lain cukup jauh seperti desa Karang
Betung dan desa Cenayan di Kec. Nanga Mahap. Masyarakat yang tinggal cukup
jauh dari jalan utama cenderung terpencil dan memiliki caranya sendiri dalam
bersosial. Desa yang cenderung terpencil hingga sekarangan masih kental akan
adat dan budayanya serta masih mempercayai hal-hal tabu dan mistis.

B. Kondisi Budaya
Kondisi budaya yang ada di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan
Nanga Taman masih sangat kental dengan adat dan budayanya. Sebagian besar
penduduk yang tinggal di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga
Taman adalah suku dayak. Berbagai macam tradisi yang masih sering dilakukan
masyarakat di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman salah
satunya adalah tradisi upacara adat gawai. Tradisi upacara adat gawai selalu
diperingati oleh masyarakat suku dayak yang ada di Kecamatan Nanga Mahap dan
Kecamatan Nanga Taman pada setiap tahunnya. Upacara adat gawai ini dilakukan
untuk ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas hasil panen telah
diperoleh selama setahun dan mengharapkan hasil yang berlimpah pada tahun
selanjutnya. Setelah tradisi upacara adat gawai, tradisi yang dilakukan masyarakat
di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman adalah acara Nyapat
Tautn. Nyapat Taunt merupakan proses rangkaian acara syukuran sesudah pesta
panen. Kentalnya adat yang ada di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan
Nanga Taman membuat aturan-aturan adat di daerah tersebut harus tetap
dilaksanan dan jika ada seseorang yang melanggar aturan maka akan dikenai
hukum adat.
Selain melakukan tradisi adat, masyarakat khususnya di Kecamatan Nanga
Mahap juga mempercayai hal-hal yang bersifat tabu dan mistis seperti
kepercayaan masyarakat yang berada di desa Sebabas Kecamatan Nanga Mahap
terhadap “Batu Bertulis”. Batu Bertulis ini merupakan batu yang berisi tulisan
berbentuk ukiran yang dipercayai oleh masyarakat Kecamatan Nanga Mahap jika
pada saat melihat batu tersebut terdapat seseorang yang dapat mengerti arti dibalik
ukiran-ukiran yang ada di batu bertulis maka hidup orang tersebut tidak akan
bertahan lama. Adapun kebiasaan pola hidup yang masih dilakukan oleh
masyarakat di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman seperti
kebiasaan yang ada di desa Cenayan Kecamatan Nanga Mahap yaitu menggali
tanah untuk membuat tempat membakar sampah secara berkelompok. Jadi
sampah yang ada di setiap rumah masing-masing akan ditimbun pada satu tempat
yang sudah digali dan dibakar secara bersamaan dengan sampah dari rumah
masyarakat lainnya. Selain itu, ada juga masyarakat yang memiliki kebiasaan
MCK sembarangan. Maksud dari MCK sembarangan adalah membuang air besar
di tempat umum secara terbuka. Hal ini sudah menjadi kebiasaan pola hidup
masyarakat terutama yang tinggal dekat dengan sungai, sehingga masih banyak
ditemukan jamban umum yang digunakan masyarakat untuk MCK.

4.4.2. Gambaran Umum Kondisi Rumah


Dalam suatu kawasan permukiman tentunya terdapat gambaran umum kondisi
rumah, yang bertujuan untuk mengetahui secara spesifik kondisi rumah yang ada,
berikut akan dibahas pada tabel dibawah ini :
Tabel x.x
Kondisi Bangunan Kecamatan Nanga Taman berdasarkan hasil survey

Kondisi Bangunan (%) Keterangan


No Desa
P SP NP  
Nanga Taman Kondisi bangunan rumah yang ada di
desa Nanga Taman,sebagian besar
adalah permanen sebesar 70%. Untuk
semi permanen sebesar 20% dan non
permanen 10%. Untuk Desa Nanga
Taman sendiri bangunan rumah sudah
mulai modern dan hanya tersisa
beberapa yang masih melestarikan
 1 70 20 10 bentuk bangunan rumah tradisional.
Riang Jati Untuk Desa Riang Jati, bangunan
rumah semi permanen dan non
permanen memiliki persentase yang
sama, dimana 25% dan 30% untuk
permanen. Di Desa Riang Jati sendiri
dari bentuk bangunan rumah sudah
 2 30 25 25 lebih maju.
Meragun Bangunan semi permanen yang ada di
Desa Meragun jauh lebih besar
dibandingkan dengan permanen
maupun non permanen. Dimana 50%
terdiri dari bangunan semi permanen
dan 30 % untuk permanen serta 20%
 3 30 50 20 untuk non permanen.
 4 Nanga Kuingkang 10 40 50 Nanga Kuingkang masih dominan
dengan rumah non permanen sebesar
50% yang mana bentuk dari rumah
sendiri masih tradisional. Namun, ada
beberapa rumah yang sudah semi
permanen yaitu sebesar 40% dan
terlihat perkembangannya dan 10%
untuk rumah permanen.
Lubuk Tajau Sudah terlihat perkembangan yang
ada di Desa Lubuk Tajau, bangunan
semi permanen sebesar 55% dan
merupakan sebagian besar dari
bentuk rumah yang ada. Non
permanen sebesar 10% serta
 5 35 55 10 permanen sebesar 35%.
Pantok Masih terdapatnya bangunan
tradisional di desa ini dimana
persentase sebesar 40%, semi
permanen sebesar 35% dan permanen
 6 25 35 40 sebesar 25% .
Sungai Lawak Perkembangan di desa ini sudah
terihat,dimana jumlah rumah
semipermanen jauh lebih besar
dibandingkan permanen maupun non
permanen. Jumla yang bendominasi
ini sebesar 75%. Non permanen
berjumah 15% dan permanen sebesar
 7 10 75 15 10%.
Senangak Desa ini memiliki jumlah rumah semi
permanen yang cukup tinggi yaitu
80% serta untuk permanen dan non
permanen dengan jumlah yang sama
 8 10 80 10 yaitu 10% saja.
Tapang Tingang Sebagian besar rumah masih non
permanen. Namun, terdapat juga
rumah semi permanen dan permanen
dengan jumlah yang sama yaitu
 9 20 20 60 sebesar 20%.
Nanga Mangko Dengan kondisi rumah yang rata-rata
berada di tepi sungai, sehingga masih
terdapat rumah tradisiona atau rumah
non permanen yang mendominasi.
Akan tetapi terdapat pula rumah semi
 1 permanen dan permane yang ada di
0 10 35 55 desa ini.
 1 Nanga Koman 15 45 35 Letaknya yang tidak begitu jauh dari
1 pusat desa membuat perkembangan
rumah yang ada sudah mulai terlihat,
sudah terdapatnya bangunan semi
permanen yang ada di desa ini dan
juga bangunan permanen yang masih
belum begitu berkembang.
Nanga Engkulun Bangunan semi permanen di desa ini
lebih dominan dibandingkan dengan
 1 nin permanen yang hanya 15% dan
2 25 55 15 permanen 25%.
Nanga Mentukak Bangunan rumah yang ada di desa ini
lebih dominan ke bangunan semi
permanen dimana 40% persentase,
 1 35% untuk bangunan permanen dan
3 35 40 25 25% untuk bangunan non permanen.

Tabel x.x
Kondisi Bangunan Kecamatan Nanga Mahap berdasarkan hasil survey

Kondisi Bangunan (%) Keterangan


No Desa
P SP NP  
Nanga Mahap  Kondisi bangunan sebagian besar
permanen dengan kondisi cukup baik,
dikarenankan Desa Nanga Mahap
merupakan pusat kecamatan dari
Kecamatan Nanga Mahap, serta
terdapat rumah yang berada di
pinggiran sungai. Untuk rumah semi
permanen tidak begitu mendominasi,
sama halnya untuk rumah non
permanen yang ada di Desa Nanga
 1 65 20 15 Mahap.
Batu Pahat Sebagian rumah berada di pinggir
sungai, rumah dengan kondisi semi
permanen namun masih melestarikan
bentuk rumah, yaitu rumah panggung.
Namun, tinggi bangunan sudah tidak
 2 15 60 25 tinggi lagi.
Lembah Beringin  Sudah terdapat rumah semi
permanen dan permanen. Dimana
pembangunan di desa ini sudah
 3 35 45 20 terlihat dan berkembang.
 4 Teluk Kebau 20 50 30  Lebih dominan bangunan rumah
semi permanen sebanyak 50 %.
Untuk permanen belum begitu
banyak karena masih ada beberapa
rumah yang non permanen, dan
melestarikan bentuk bangunan
rumahnya.
Landau Apin Desa yang sudah mulai maju,
sehingga pembangunan bangunan
rumah sudah berkembang. Rata-rata
rumah semi permanen, namun tidak
meninggalkan ciri khas dari bangunan
 5 25 60 15 sebenarnya.
Tembaga  Masih terdapat rumah dengan
kondisi non permanen dan masih
tradisional. Kayu yang digunakan
untuk pondasi adalah kayu belian dan
beratapkan seng. Masih terdapat
 6 10 10 80 limbung padi.
Cenayan  Salah satu desa adat yang masih
kental tradisi, sehingga masih
terdapat rumah non permanen yang
 7 10 15 75 dengan tujuan melestariakan kondisi
Landau Kumpai  Landau Kumpai masih dominan
dengan rumah non permanen yang
sebesar 40%. Tapi beberapa rumah
lainnya sdah mulai berkembang dari
semi permanen hingga permanen
yaitu sebesar 35% untuk rumah semi
 8 25 35 40 permanen dan 25 % untuk permanen.
Nanga suri  Masih terdapat rumah non permanen,
masyarakat hidup berkelompok.
Sebagian besar bangunan rumah
 9 15 45 40 sudah semi permanen.
Sebabas  Desa ini sudah mulai berkembang
daalam pembanguan rumah, rumah
dengan kondisi non permanen sudah
mulai sedikit dan rata-rata rumah
yang ada di desa sebabas memiliki
 1 kondisi semi permanen pada
0 35 55 10 bangunannya.
Karang Betung Sebagian besar rumah masih non
permanen. Desa ini merupakan salah
 1 satu desa dengan akses tersulit untuk
1 15 15 70 menuju ke desa ini.
Tamang  Sudah terlihat perkembangannya,
 1 kondisi rumah rata-rata semi
2 10 75 15 permanen.
 1 Tembesuk 10 80 10 Rumah berada di daerah perbukitan,
3 Desa Tembesuk sudah dapat
dikatakan desa yang maju karena
infrastruktur sudah dibangun . Bentuk
rumah masih panggung, namun sudah
mendekati rumah modern.  
Ket : P = Permanen, SP = Semi Permanen, NP = Non Permanen
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kondisi rumah yang ada di
Kecamatan NangaTaman dan Nanga Mahap sebagian besar sudah semi
permanen. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di Kecamatan
NangaTaman dan Nanga Mahap sudah mulai berkembang, namun kondisi rumah
yang ada tetap dengan ciri khasnya yaitu rumah panggung akan tetapi tinggi
bangunan rumah panggung ini hanya 1 meter saja untuk saat ini. Serta, masih
terdapatnya rumah non permanen yang masih melestarikan ciri khas bangunan
yang ada di setiap desa. Juga sudah mulai terdapat rumah dengan kondisi
permanen yang berada di pusat Kecamatan Nanga Taman dan NangaMahap. Di
kedua kecamatan tersebut juga terdapat rumah tunggal,rumah kopel dan rumah
bertingkat. Namun rata-rata untuk kedua kecamatan ini sebagian besar adalah
rumah tunggal, dikarenakan pembangunan awalnya yang tradisional dan rumah
panggung sendiri masih dengan cirri khas tunggal. Untuk rumah kopel dan
bertingkat hanya sebagian kecil, ada namun tidak dominan dikarenakan budaya
yang ada di kedua kecamtan tersebut masih dilestarikan. Masyrakat jauh lebih
memilih rumah tunggal dibandingankan rumah kopel atau bertingkat.
Berikut gambaran untuk kondisi bangunan yang ada di kedua kecamatan
tersebut :
Gambar x.x Kondisi bangunan rumah Permanen, Semi Permanen dan Non
Permanen
Sumber : Hasil Obsrvasi,2018

4.4.3. Tipologi dan Sebaran Rumah

Kecamatan Nanga Taman dan Nanga Mahap memiliki tipologi yang


hampir sama, dikarenankan dua kecamatan ini saling berdekatan. Berikut
penjelasan lebih jelas untuk kedua kecamatan dilihat dari tipologi daerahnya :

Tabel x.x

Tipologi Daerah Kecamanatan Nanga Taman

Tipologi Berdasarkan Tipologi Berdasarkan Potensi


No Desa
Aspek Spasial Ekonomi
1 Nanga Taman Mengikuti Sungai Perdagangan dan perkebunan
sawit
2 Riang Jati Perbukitan Perkebunan sawit
3 Meragun Perbukitan Perkebunan karet
4 Nanga Kuingkang Mengikuti Sungai Perkebunan karet lokal
5 Lubuk Tajau Perbukitan Perkebunan sawit
6 Pantok Perbukitan Perkebunan sawit
7 Sungai Lawak Mengikuti sungai Perkebunan karet lokal
8 Senangak Perbukitan Perkebunan sawit
9 Tapang Tingang Perbukitan Perkebunan sawit
10 Nanga Mangko Mengikuti sungai Perkebunan karet lokal
11 Nanga Koman Mengikuti sungai Perkebunan sawit
12 Nanga Engkulun Mengikuti sungai Perkebunan karet lokal
13 Nanga Mentukak Mengikuti sungai Perkebunan karet lokal
Sumber : Hasil Observasi,2018

Berdasarkan table diatas, tipologi yang ada di Kecamatan Nanga Taman rata-
rata adalah perbukitan dan linear mengikuti sungai yang mana, tipologi
berdasarkan potensi ekonomi adalah perkebunan sawit dan perkebunan karet lokal
serta terdapat pula potensi ekonomi berdasarkan perdagangan. Kecamatan Nanga
Taman sendiri merupakan kecamatan yang sudah tidak lagi terikat denga adat
istiadat yang tinggi,. Namun, terdapat beberapa desa jika dilihat dari
perkembangannya merupakan Desa Swadaya yaitu desa dengan budaya
kehidupan tradisional dan sangat terikat dengan adat istiadat. Prioritas penanganan
pada masalah pemenuhan kebutuhan dasar sosial, kesehatan dan ekonomi. Desa
yang ada di Kecamatan Nanga Taman yang termasuk desa swadaya adalah desa
Nanga Kuingkang dan Desa Tapang Tingang. Untuk desa seperti desa Nanga
Taman adalah Desa Swakarsa yang mana desa yang mengalami perkembangan
yang lebih maju. Memiliki landasan yang lebih kuat dan berkembang lebih baik
serta lebih kosmopolit. Penduduknya melakukan peralihan mata pencaharian
sektor primer ke sektor lainnya. Kecamatan Nanga Taman juga jika dilihat
berdasarkan tiplogi pertumbuhan penduduk, merupakan Desa Rural dimana
jumlah penduduk masih rendah, hubungan sosial masyarakat yang tinggi,
matapencharian masyarakat adalah berkebun dan bertani, serta sarana dan
prasarana yang masih terbatas.

Tabel x.x

Tipologi Daerah Kecamtan Nanga Mahap

Tipologi Berdasarkan Tipologi Berdasarkan Potensi


No Desa
Aspek Spasial Ekonomi
1 Nanga Mahap Mengikuti sungai Perkebunan sawit dan perdagangan
2 Batu Pahat Mengikuti sungai Perkebunan sawit
3 Lembah Beringin Perbukitan Perkebunan karet unggul
4 Teluk Kebau Mengikuti sungai Perkebunan karet unggul
5 Landau Apin Mengikuti sungai Perkebunan karet unggul
6 Tembaga Perbukitan Perkebunan karet lokal
7 Cenayan Perbukitan Perkebunan karet lokal
8 Landau Kumpai Mengikuti sungai Perkebunan karet lokal
9 Nanga suri Mengikuti sungai Perkebunan karet lokal
10 Sebabas Perbukitan Perkebunan sawit
11 Karang Betung Perbukitan Perkebunan karet lokal
12 Tamang Perbukitan Perkebunan sawit
13 Tembesuk Perbukitan Perkebunan sawit
Sumber : Hasil Observasi,2018
Berdasarkan table diatas, tipologi yang ada di Kecamatan Nanga Mahap rata-
rata adalah perbukitan dan linear mengikuti sungai yang mana, tipologi
berdasarkan potensi ekonomi adalah perkebunan sawit dan perkebunan karet lokal
serta terdapat pula potensi ekonomi berdasarkan perdagangan. Kecamatan Nanga
Mahap sendiri merupakan kecamatan yang masih memiliki adat istiadat yang
tinggi, dan terdapat beberapa desa jika dilihat dari perkembangannya merupakan
Desa Swadaya yaitu desa dengan budaya kehidupan tradisional dan sangat terikat
dengan adat istiadat. Prioritas penanganan pada masalah pemenuhan kebutuhan
dasar sosial, kesehatan dan ekonomi. Desa yang ada di Kecamatan Nanga Mahap
yang termasuk desa swadaya adalah desa Tembaga, Tamang, Cenanyan dan Desa
Karang Betung.

Untuk desa seperti desa Nanga Mahap adalah Desa Swakarsa yang mana desa
yang mengalami perkembangan yang lebih maju. Memiliki landasan yang lebih
kuat dan berkembang lebih baik serta lebih kosmopolit. Penduduknya melakukan
peralihan mata pencaharian sektor primer ke sektor lainnya. Kecamatan Nanga
Mahap juga jika dilihat berdasarkan tiplogi pertumbuhan penduduk, merupakan
Desa Rural dimana jumlah penduduk masih rendah, hubungan sosial masyarakat
yang tinggi, matapencaharian masyarakat adalah berkebun dan bertani, serta
sarana dan prasarana yang masih terbatas.

4.4.4. Kondisi Sarana dan Prasarana

A. Kondisi Sarana
Sarana/Fasilitas merupakan hal penting yang mendukung dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Fasilitas yang terdapat pada Kecamatan
Nanga Mahap dan Nanga Taman cukup beragam. Fasilitas yang ada berupa
perkantoran, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, peribadatan,
fasilitas umum, dan RTH. Berikut ini merupakan fasilitas yang ada pada
Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman.

a. Perkantoran
Pada wilayah studi, dapat dikatakan jika mayoritas instansi yang ada
berupa instansi otonom. Instansi otonom merupakan instansi dimana
wewenangnya adalah sepenuhnya merupakan hak daerah otonom.
Perkantoran yang ada pada wilayah studi berupa kantor kecamatan, kantor
desa, dan kantor lainnya. Kantor kecamatan terletak pada Desa Nanga Mahap
dan Desa Nanga Taman. Untuk kantor desa terletak pada masing-masing
desa. Kantor lainnya berupa balai nikah, kantor unit PDAM, kantor PKK
serta kantor polisi. Berikut beberapa kondisi kantor yang ada pada wilayah
studi.
Tabel Kondisi Perkantoran Nanga Taman dan Nanga Mahap
Jenis
No Letak Kondisi Umum Dokumentasi
Fasilitas
1 Kantor Kecamatan Kondisi
Kecamatan Nanga bangunan
Mahap dan sangat baik
Kecamatan dengan
Nanga perkerasan
Taman permanen.
Bangunan
memiliki 1
lantai
bangunan.

2 Kantor Desa Kondisi kantor


Desa Lembah desa yang ada
Beringin, pada
Kecamatan Kecamatan
Nanga Nanga Mahap
Taman secara
mayoritas
tampak baik.
Jenis
No Letak Kondisi Umum Dokumentasi
Fasilitas

3 Kantor Desa Lubuk


Untuk kondisi
Desa Tajau,
kantor desa
Kecamatan
yang ada pada
NangaNanga Taman
Tamankondisi
beragam, ada
yang sangat
baik maupun
kurang baik.
Seperti contoh
gambar
disamping yang
kondisi
materialnya
kurang baik.
4 Lainnya Desa Nanga Kondisi cukup
(Balai Taman, baik
Nikah dan Kecamatan
Kantor Nanga
Polisi) Taman

Sumber: Hasil Observasi, 2018


b. Perdagangan dan Jasa

Fasilitas perdagangan dan jasa yang berada di wilayah kajian berupa


sarana perekomonomian. Adapun perdagangan dan jasa yang ada di
Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman adalah toko/kios, pasar umum,
market, dll. Berikut adalah jumlah rincian per kelurahan/desa.
Tabel Jumlas Sarana Perdagangan dan Jasa Kecamatan Nanga Mahap
No. Desa Pasar Umum Toko/Kios
1 Landau Apin - 20
2 Teluk Kebau - 27
3 Lembah Beringin - 15
4 Karang Betung - 8
5 Sebabas - 15
6 Nanga Suri - 5
7 Nanga Mahap 1 170
8 Batu Pahat - 31
9 Landau Kumpai - 7
10 Tembaga - 50
11 Cenayan - 20
12 Tembesuk - 12
13 Tamang - 2
Jumlah 1 382
Sumber: BPS Kecamatan Nanga Mahap

Dari tabel diatas diketahui bahwa jenis perdagangan yang ada pada
Kecamatan Nanga Mahap berupa pasar umum dan toko/kios. Pasar umum
berjumlah 1 buah yang terletak pada Desa Nanga Mahap. Pasar umum yang
ada terdiri dari beberapa kios dan ruko yang membentuk koridor panjang.
Sedangkan untuk toko/kios tersebar pada setiap desa, terkecuali Desa
Tamang. Desa yang memiliki toko/kios terbanyak adalah Desa Nanga Mahap
yaitu 170 buah, yang diikuti Desa Tembaga sebanyak 50 buah. Total semua
toko/kios yang ada sebanyak 382 buah.
Tabel Jumlas Sarana Perdagangan dan Jasa Kecamatan Nanga Taman

No. Desa Pasar Umum Toko/Kios


1 Nanga Engkulun - 58
2 Nanga Koman - 22
3 Nanga Mongko - 25
4 Lubuk Tajau - 15
5 Pantok - 23
6 Meragun - 25
7 Rirang Jati - 9
8 Nanga Taman 1 63
9 Senangak - 32
10 Sungai Lawak - 23
11 Nanga Kiungkang - 52
12 Tapang Tingang - 22
13 Nanga Mentukak - 10
No. Desa Pasar Umum Toko/Kios
Jumlah 1 379
Sumber: BPS Kecamatan Nanga Taman
Dari tabel diatas diketahui bahwa jenis perdagangan yang ada pada
Kecamatan Nanga Taman berupa pasar umum dan toko/kios. Pasar umum
berjumlah 1 buah yang terletak pada Desa Nanga Taman. Pasar umum yang
ada terdiri dari beberapa kios dan ruko. Sedangkan untuk toko/kios tersebar
pada setiap desa. Desa yang memiliki toko/kios terbanyak adalah Desa Nanga
Taman yaitu 63 buah, yang diikuti Desa Nanga Engkulun sebanyak 58 buah.
Total semua toko/kios yang ada sebanyak 379 buah.
Tabel Kondisi Perdagangan Nanga Taman dan Nanga Mahap
Jenis
No Letak Kondisi Umum Dokumentasi
Fasilitas

Desa Nanga
Mahap, Cukup baik,
Pasar
1 Kecamatan namun rawan
Umum
Nanga terjadi banjir.
Mahap

Desa Nanga
Suri, Mayoritas
2 Kios/Toko Kecamatan kondisi cukup
Nanga baik.
Mahap

Desa Nanga
Taman,
Rata-rata
3 Kios/Toko Kecamatan
kondisi bagus.
Nanga
Taman

Sumber: Hasil Observasi, 2018


Dari kondisi perdagangan dan jasa yang ada pada kedua kecamatan,
terdapat kondisi toko/kios yang beragam fungsinya. Ada yang berupa bengkel,
warung, rumah makan, hingga salon. Beberapa toko/kios biasanya ditemukan
berdampingan dengan toko/kios lainnya. Terdapat beberapa bangunan ruko
bertingkat, yang terletak dekat dengan pusat kota. Persebaran setiap toko/kios
diharapkan dapat memenuhi kebutuhaan masyarakat setempat.
c. Pendidikan

Pendidikan merupakan sektor yang memiliki faktor yang sangat dominan


dalam pembentukan kualitas SDM yang ada di suatu daerah atau wilayah
disamping sektor yang lainnya. Secara teori, semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka konsekuensinya adalah semakin banyak pilihan untuk
mendapatkan suatu pekerjaan dan lebih spesifik dalam jenis pekerjaan tertentu.
Pendidikan merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam perumusan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Semakin tinggi tingkat IPM memberi
indikator semakin majunya suatu daerah, untuk itu perlu penanganan yang
serius dalam penanganan dalam dunia pendidikan. Berikut tabel rincian
persebaran jumlah pendidikan yang ada:
Tabel Jumlah Sarana Pendidikan Kecamatan Nanga Mahap
No Desa TK SD SMP SMA
. Neger Swast Neger Swast Neger Swast Neger Swast
i a i a i a i a
1 Landau - 1 3 - 1 - - -
Apin
2 Teluk - 1 3 - 1 - - -
Kebau
3 Lembah - 3 4 - 1 - 1 -
Beringin
4 Karang - 1 3 - 1 - - -
Betung
5 Sebabas - 1 3 - 1 - - -
6 Nanga - 4 2 - - - - -
Suri
7 Nanga 1 2 2 - 2 - 1 -
Mahap
8 Batu - 2 1 - - - - -
Pahat
9 Landau - 1 2 - - - - -
Kumpai
10 Tembaga - 1 1 - - - - -
11 Cenayan - 2 1 - 1 - - -
12 Tembesu - 2 3 - 1 - - -
No Desa TK SD SMP SMA
. Neger Swast Neger Swast Neger Swast Neger Swast
i a i a i a i a
k
13 Tamang - 1 2 - - - - -
Jumlah 1 22 30 - 9 - 2 -

Sumber: BPS Kecamatan Nanga Mahap


Dari data tabel diatas, diketahui bahwa Kecamatan Nanga Mahap memiliki
TK, SD, SMP dan SMA. Mayoritas berupa pendidikan berstatus negeri, kecuali
TK yang mayoritas swasta. Untuk SD sendiri, setiap desa terdapat minimal
satu buah, hal ini mebuat SD merupakan jenjang fasilitas dengan jumlah
terbanyak yang ada pada Kecamatan Nanga Mahap yaitu 30 buah. Sedangkan
untuk SMP dan SMA, hanya terdapat beberapa desa yang mencukupi untuk
dibangunnya fasilitas jenjang tersebut. SMA yang ada sebanyak 2 buah yang
terletak pada Desa Nanga Mahap dan Desa Lembah Beringin.
Tabel Jumlah Sarana Pendidikan Kecamatan Nanga Taman
No. Desa TK SD SMP SMA
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

1 Nanga - - 3 - 1 - - -
Engkulun
2 Nanga - - 1 - 1 - 1 -
Koman
3 Nanga - - 3 - 1 - - -
Mongko
4 Lubuk - - 2 - 1 - - -
Tajau
5 Pantok - - 3 - - - - -
6 Meragun - - 3 - 1 - - -
7 Rirang Jati - - 3 - - - - -
8 Nanga - 1 2 - 1 1 2 -
Taman
9 Senangak - - 5 - 1 - - -
10 Sungai - - 2 - 1 - - -
Lawak
11 Nanga - 1 2 1 - - - -
Kiungkan
g
12 Tapang - - 5 - 1 - - -
Tingang
13 Nanga 1 - 1 - - - - -
Mentukak

Jumlah 1 2 35 1 9 1 3 -
Sumber: BPS Kecamatan Nanga Taman
Dari data tabel diatas, diketahui bahwa Kecamatan Nanga Taman memiliki
TK, SD, SMP dan SMA. Mayoritas berupa pendidikan berstatus negeri. Untuk SD
sendiri, setiap desa terdapat minimal satu buah, SD merupakan jenjang fasilitas
terbanyak yang terdapat pada Kecamatan Nanga Taman. Sedangkan untuk SMP
dan SMA, hanya terdapat beberapa desa yang mencukupi untuk dibangunnya
fasilitas jenjang tersebut. SMA yang ada sebanyak 3 buah yang terletak pada Desa
Nanga Taman dan Desa Nanga Koman.
Tabel Kondisi Pendidikan Nanga Taman dan Nanga Mahap
Jenis
No Letak Kondisi Umum Dokumentasi
Fasilitas

Desa
Pantok,
1 TK/PAUD Kecamatan Mayoritas baik
Nanga
Taman

Desa
Kondisi
Tamang,
beragam,
2 SD Kecamatan
mayoritas
Nanga
cukup baik
Mahap

Rata-rata
Desa
berupa
Meragun,
bangunan
3 SMP Kecamatan
permanen
Nanga
dengan kondisi
Taman
yang baik

Desa Nanga
Mahap, Bangunan
4 SMA Kecamatan permanen dan
Nanga sangat baik
Mahap
Sumber: Hasil Observasi, 2018
Dari hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa kondisi pendidikan yang
ada pada dua kecamatan tersebut beragam. Beberapa tampak sangat baik,
sedangkan beberapa yang lainnya memiliki kondisi yang memprihatinkan.
Selain itu, dikarenakan keterbatasan jumlah SMA yang ada, menyebabkan
siswa/i yang ingin bersekolah harus menempuh perjalanan yang cukup jauh
dengan akses yang dibeberapa tempat sulit untuk dilalui. Ketersediaan fasilitas
pendidikan yang ada diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman.
d. Kesehatan

Pembangunan pada bidang kesehatan saat ini diarahkan padapenyediaan


berbagai sarana danprasarana yang meliputi bangunan fisik (Rumah Sakit,
Puskesmas, Balai pengobatan dan Poliklinik) serta pengadaan tenaga kesehatan
yang terampil. Pada Kecamatan Nanga Taman dan Nanga Mahap, fasilitas
kesehatan yang ada berupa puskesmas, polindes, dan puskesmas pembantu.
Berikut rinciannya:
Tabel Jumlah Sarana Kesehatan Kecamatan Nanga Mahap
No. Desa Puskesmas Pustu Polindes
1 Landau Apin - 1 1
2 Teluk Kebau - - 2
3 Lembah Beringin - - 1
4 Karang Betung - - 1
5 Sebabas - 1 1
6 Nanga Suri - - 1
7 Nanga Mahap 1 - -
8 Batu Pahat - - 1
9 Landau Kumpai - 1 1
10 Tembaga - 1 1
11 Cenayan - 1 -
12 Tembesuk - 2 1
13 Tamang - - 1
Jumlah 1 7 12
Sumber: BPS Kecamatan Nanga Mahap
Dari tabel diatas, diketahui jika fasilitas kesehatan yang ada berupa
puskesmas, puskesmas pembantu, dan polindes. Untuk puskesmas sendiri,
terletak pada pusat Kecamatan, yaitu Desa Nanga Mahap. Untuk puskesmas
pembantu, terletak menyebar dengan jumlah keseluruhan sebanyak 7 buah.
Sedangkan polindes letaknya juga tersebar untuk setiap desa dengan jumlah
12 buah. Desa yang tidak memiliki puskesmas pembantu memiliki polindes,
begitu pula sebaliknya. Sehingga setidaknya terdapat 1 buah fasilitas
kesehatan untuk setiap desa yang ada.

Tabel Jumlah Sarana Kesehatan Kecamatan Nanga Taman


No. Desa Puskesmas Pustu Polindes
1 Nanga Engkulun - - 2
2 Nanga Koman - 1 1
3 Nanga Mongko - - 2
4 Lubuk Tajau - 1 1
5 Pantok - - 1
6 Meragun - 1 1
7 Rirang Jati - - 1
8 Nanga Taman 1 - -
9 Senangak - - 2
10 Sungai Lawak - - 1
11 Nanga Kiungkang - 2 1
12 Tapang Tingang - - 1
13 Nanga Mentukak - - -
Jumlah 1 5 14
Sumber: BPS Kecamatan Nanga Taman

Dari tabel diatas, diketahui jika fasilitas kesehatan yang ada berupa
puskesmas, puskesmas pembantu, dan polindes. Untuk puskesmas sendiri,
terletak pada pusat Kecamatan, yaitu Desa Nanga Taman. Untuk puskesmas
pembantu, terletak cukup menyebar dengan jumlah keseluruhan sebanyak 5
buah. Sedangkan polindes letaknya juga tersebar untuk setiap desa dengan
jumlah sebanyak 14 buah. Setidaknya terdapat 1 buah fasilitas kesehatan
untuk setiap desa yang ada.

Tabel Kondisi Kesehatan Nanga Taman dan Nanga Mahap


Jenis
No Letak Kondisi Umum Dokumentasi
Fasilitas

Desa Nanga
Mahap,
1 Puskesmas Kecamatan Kondisi sangat
Nanga
Mahap

Desa Nanga
Taman, Beragam,
Polindes
2 Kecamatan mayoritas
(Posyandu)
Nanga cukup baik
Taman

Desa Nanga
Taman,
3 Puskesmas Kecamatan Sangat baik
Nanga
Taman

Desa
Tembesuk,
Polindes
4 Kecamatan Cukup baik
(Poskesdes)
Nanga
Sumber: Hasil Observasi, 2018
Dari hasil pengamatan dilapangan, kondisi fasilitas kesehatan memiliki
kondisi yang cukup baik. Beberapa diantaranya memang difungsikan untuk
tempat pengobatan masyarakat. Sedangkan terdapat beberapa fasilitas
(polindes) yang berupa rumah dan ditinggali oleh masyarakat. Terdapat
puskesmas pembantu yang juga dapat difungsikan menjadi tempat bagi PKK
untuk rapat. Ketersediaan fasilitas kesehatan tersebar disetiap desa, namun
terbatas fasilitas pengobatannya yang minim.
e. Peribadatan
Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 menjamin
kehidupan umat beragama dan senantiasa mengembangkan kerukunan hidup
antara pemeluk agama/kepercayaan guna membina kehidupan masyarakat dan
sekaligus mengatasi berbagai masalah social budaya yang mungkin dapat
menghambat kemajuan bangsa. Untuk itu, diperlukan sarana dan prasaran yang
memadai bagi semua umat serta peningkatan pelayanan bagi kepentingan
pelaksanaan ibadah keagamaan, mencakup prasarana beribadah. Berikut
rinciannya:

Tabel Jumlah Sarana Peribadatan Kecamatan Nanga Mahap


No. Desa Masjid/Surau Gereja Gereja Pura Vihara Klenteng
Katolik Kristen
1 Landau Apin - 5 - - - -
2 Teluk Kebau 4 3 - - - -
3 Lembah 4 7 - - - -
Beringin
4 Karang - 4 1 - - -
Betung
5 Sebabas - 5 - - - -
6 Nanga Suri - 6 1 - - -
7 Nanga 5 1 1 - - 1
Mahap
8 Batu Pahat 3 1 - - - -
9 Landau - 4 - - - -
Kumpai
10 Tembaga 1 2 1 - - -
11 Cenayan - 2 - - - -
12 Tembesuk 3 3 1 - - -
13 Tamang 5 1 - - - -
Jumlah 25 44 5 - - 1
Sumber: BPS Kecamatan Nanga Mahap
Dari tabel diatas, diketahui jika sarana peribadatan yang terdapat pada
Kecamatan Nanga Mahap berupa masjid/surau, gereja katolik, gereja kristen,
dan klenteng. Untuk fasilitas peribadatan terbanyak berupa gereja katolik
sebanyak 44 buah dan terletak pada setiap desa. Sedangkan masjid/surau
berjumlah sebanyak 25 buah, dengan beberapa desa tidak memiliki fasilitas
tersebut. Untuk sarana lainnya berupa gereja kristen yang berjumlah 5 buah
dan klenteng yang hanya satu buah dan terletak pada Desa Nanga Mahap.

Tabel Jumlah Sarana Peribadatan Kecamatan Nanga Taman


No Desa Masjid/Sura Gereja Gereja Pur Vihar Klenten
. u Katolik Kriste a a g
n
1 Nanga 3 1 1 - - -
Engkulun
2 Nanga - 10 - - - -
Koman
3 Nanga 3 6 2 - - -
Mongko
4 Lubuk 1 9 - - - -
Tajau
5 Pantok - 5 - - - -
6 Meragun - 3 - - - -
7 Rirang 2 3 - - - -
Jati
8 Nanga 2 1 - - - -
Taman
9 Senangak 3 7 1 - - -
10 Sungai 5 1 - - -
Lawak
11 Nanga - 6 - - - -
Kiungkan
g
12 Tapang - 15 - - - -
Tingang
13 Nanga 3 - - - - -
Mentukak
Jumlah 22 67 4 - - -
Sumber: BPS Kecamatan Nanga Taman
Dari tabel diatas, diketahui jika sarana peribadatan yang terdapat pada
Kecamatan Nanga Taman berupa masjid/surau, gereja katolik, dan gereja
kristen. Tidak terdapat fasilitas peribadatan berupa pura, vihara, dan klenteng.
Untuk fasilitas peribadatan terbanyak berupa gereja katolik sebanyak 67 buah
dan terletak hampir pada setiap desa. Bahkan pada Desa Tapang Tingang
terdapat 15 buah gereja katolik. Sedangkan masjid/surau berjumlah sebanyak
22 buah, dengan beberapa desa tidak memiliki fasilitas tersebut. Untuk sarana
lainnya berupa gereja kristen yang berjumlah 4 buah.

Tabel Kondisi Peribadatan Nanga Taman dan Nanga Mahap


Jenis
No Letak Kondisi Umum Dokumentasi
Fasilitas

Desa Nanga
Cukup baik,
Mahap,
berupa
1 Klenteng Kecamatan
bangunan
Nanga
tunggal
Mahap

Beragam,
Desa Batu mayoritas
Pahat, cukup baik
2 Surau Kecamatan namun
Nanga beberapa
Mahap kurang baik
kondisinya

Desa Nanga
Taman,
Kondisi sangat
3 Masjid Kecamatan
baik
Nanga
Taman

Desa
Tembaga,
Kondisi sangat
4 Gereja Kecamatan
bagus
Nanga
Sumber: Hasil Observasi, 2018
Dari hasil pengamatan, fasilitas peribadatan terbanyak yang ada pada
Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman berupa gereja. Bahkan banyak
pembangunan gereja baru yang sedang dilaksanakan. Untuk gereja, biasanya
terletak pada topografi tinggi, sehingga harus melalui tangga/jalan landai untuk
sampai. Sedangkan untuk masjid/surau persebarannya tidak pada setiap desa.
Hal ini dikarenakan muslim merupakan agama minoritas di beberapa desa,
bahkan ada desa yang tidak terdapat masyarakat muslim sama sekali, sehingga
sulit untuk menemukan fasilitas masjid/surau.
f. Fasilitas Umum

Fasilitas Umum adalah fasilitas yang dapat dipergunakan oleh masyarakat


umum. Fasilitas Umum yang ada pada Kecamtan Nanga Mahap dan Nanga
Taman berupa pos keamanan dan toilet umum. Berikut ini rincian jumlah
fasilitas umum yang ada di Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman.

Tabel Kondisi Fasilitas Umum Nanga Taman dan Nanga Mahap


Jenis
No Letak Kondisi Umum Dokumentasi
Fasilitas

Desa Batu
Pahat, Beragam,
1 WC Umum Kecamatan mayoritas
Nanga cukup baik
Mahap

Desa
WC Meragun,
2 Umum/Lan Kecamatan Kurang baik
ting Nanga
Taman

Desa Batu
Mayoritas baik,
Pahat,
namun
3 Poskamling Kecamatan
beberapa
Nanga
kurang layak
Mahap

Sumber: Hasil Observasi, 2018

Pada hasil observasi, diketahui jika setiap desa mayoritas memiliki pos
keamanan/poskamling. Keadaan pos keamanan yang ada mayoritas baik.
Sedangkan untuk fasilitas umum lainnya yang berupa wc umum juga tersebar
pada setiap desa. Wc umum yang ada beragam, ada yang memiliki 1 bangunan
dengan beberapa wc. Ada pula yang hanya 1 wc dengan bangunan yang
tersebar. Kondisi wc umum mayoritas baik, namun terdapat wc umum yang
sudah tidak berfungsi. Selain wc umum, juga terdapat lanting yang masih
digunakan oleh beberapa masyarakat, terutama masyarakat tepi sungai.

g. Ruang Terbuka Hijau

RTH merupakan salah satu fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh banyak
orang. Fasilitas RTH dapat berupa taman dan ruang olahraga maupun
pemakaman umum. Pada Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman,
terdapat RTH berupa pemakaman dan olahraga terbuka. Berikut rinciannya:

Tabel Kondisi RTH Nanga Taman dan Nanga Mahap


Jenis
No Letak Kondisi Umum Dokumentasi
Fasilitas

Desa
Tamang,
1 Lapangan Kecamatan Baik
Nanga
Mahap

Desa
Sangat baik,
Cenayan,
menyatu
2 Lapangan Kecamatan
dengan fasilitas
Nanga
pendidikan
Mahap

Desa
Pantuk,
Kondisi sangat
3 Lapangan Kecamatan
baik
Nanga
Taman

Desa Nanga
Mongko,
Menyebar,
4 Pemakaman Kecamatan
cukup baik
Nanga
Sumber: Hasil Observasi, 2018
Dari gambar diatas, diketahui jika RTH yang ada pada Nanga Mahap dan
Nanga Taman berupa lapangan olahraga terbuka dengan beralaskan rumput
yang biasanya terletak dekat dengan fasilitas pendidikan. Sehingga lapangan
tersebut juga dapat digunakan oleh siswa/i. Selain itu, juga terdapat beberapa
lapangan olahraga yang sudah diperkeras, biasanya lapangan tersebut
digunakan untuk pertandingan olahraga masyarakat desa sekitar. Selain
lapangan, juga terdapat pemakaman. Pemakaman yang ada berupa pemakaman
umum yang berupa pemakaman kecil dengan letak yang menyebar.
Pemakaman umum yang ada berupa pemakaman muslim maupun pemakaman
kristen.
h. Wisata

Definisi wisata adalah suatu proses berpergian yang bersifat sementara yang
dilakukan seseorang untuk menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Motif
kepergiannya tersebut bisa karena kepentingan ekonomi, kesehatan, agama, budaya,
sosial, politik, dan kepentingan lainnya. Jenis wisata yang ada pada kawasan studi cukup
beragam. Ada yang berupa wisata budaya maupun wisata alam. Berikut wisata yang ada
pada Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman:

Tabel Wisata Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman


No Jenis / Nama Wisata Lokasi Keterangan
Nanga Mahap
1 Batu Bertulis Pait, Sebabas Wisata Budaya
2 Makam Tradisional Bukong Pait, Sebabas Wisata Budaya
3 Riam Batu Tipu Pulau Baak, Wisata Alam
Sebabas
4 Riam Jukong Pulau Baak, Wisata Alam
Sebabas
5 Riam Baak Kemoyuk Pulau Baak, Wisata Alam
Sebabas
6 Riam Permata Karang Betung Wisata Alam
7 Riam Bukit Biwak Karang Betung Wisata Alam
8 Riam Cuci Kain/Sosak Kain Tembaga Wisata Alam
9 Riam Entugun Tembaga Wisata Alam
10 Riam Tengai Cenayan Wisata Alam
11 Riam Hulu Koman Cenayan Wisata Alam
12 Riam Bangkai Landau Kumpai Wisata Alam
13 Riam Kebambang Landau Kumpai Wisata Alam
14 Arung Jeram Sungai Koman Cenayan Wisata Alam
15 Bukit Bongku Desa Nanga Wisata Alam
Mahap
Nanga Taman
16 Air Terjun Sirin Meragun Meragun Wisata Alam
17 Air Terjun Sirin Punti Meragun Wisata Alam
18 Air Terjun Batu Jato Pantok Wisata Alam
19 Air Terjun Nuak Pantok Wisata Alam
20 Air Terjun Terapugan Nanga Mongko Wisata Alam
21 Riam Domia Dusun Sarik, Wisata Alam
Nanga Mongko
22 Panorama Indah Bukit Kuntak Kuntak Wisata Alam
Sumber: Profil Desa Nanga Mahap dan Nanga Taman

Dari data diatas, diketahui jika Nanga Mahap memiliki 15 potensi


pariwisata sedangkan Nanga Taman memiliki 7 potensi pariwisata. Pariwisata
yang paling banyak ditemui berupa wisata alam terutama air terjun. Air terjun
yang ada tersebar pada beberapa desa dengan ketinggian beragam. Selain wisata
alam, Kecamatan Nanga Mahap memiliki 2 buat wisata budaya, yaitu Makam
Tradisional Bukong dan Batu Bertulis yang keduanya terletak pada Desa Sebabas.
Berikut adalah kondisi beberapa wisata yang adaTabel Kondisi Wisata Nanga
Taman dan Nanga Mahap
Jenis
No Letak Kondisi Umum Dokumentasi
Fasilitas

Desa
Wisata
Sebabas,
Budaya
1 Kecamatan Sangat baik
Batu
Nanga
Betulis
Mahap

Desa
Wisata Sangat menarik
Cenayan,
Alam Air dengan air
2 Kecamatan
Terjun terjun
Nanga
Cenayan bertingkat
Mahap

Desa
Wisata Sangat baik,
Pantuk,
Budaya Air disertai dengan
3 Kecamatan
Terjun Batu air terjun yang
Nanga
Jato’ cukup luas
Taman

Desa Nanga
Wisata Mahap,
4 Alam Bukit Kecamatan Cukup baik
Tengai Nanga
Sumber: Hasil Observasi, 2018

Dari hasil observasi diketahui bahwa Kecamatan Nanga Mahap dan


Kecamatan Nanga Taman cukup banyak memiliki wisata. Beberapa
contohnya tertera pada tabel diatas. Dikarenakan Kecamatan Nanga Mahap
memiliki kontur yang cukup tinggi, maka dapat ditemukanlah bukit yang
biasa digunakan oleh masyarakat untuk melihat sunrise. Untuk air terjun
sendiri, memiliki akses yang sangat sulit untuk dilalui dengan tanjakan yang
tinggi. Air terjun cenayan, selain wisata juga merupakan PLTA untuk
masyarakat Desa Cenayan. Sedangkan untuk wisata budaya yang ada berupa
batu betulis yang merupakan peninggalan sejarah. Untuk keseluruhan wisata
yang ada dapat dinikmati tanpa mengeluarkan biaya
B. Kondisi Prasarana

Sistem prasarana dan utilitas lingkungan merupakan kelengkapan dasar


fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan
dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya. Sistem prasarana
dan utilitas lingkungan mencakup jaringan air bersih dan air limbah,
jaringan drainase, jaringan persampahan, jaringan listrik dan jaringan
telekomunikasi Dibawah ini merupakan sistem prasarana dan utilitas
lingkungan yang terdapat pada lokasi kajian yaitu di Kecamatan Nanga
Mahap dan kecamatan Nanga Taman.

a. Sistem Jaringan Air Bersih

Sistem Jaringan air bersih merupakan sistem jaringan dan distribusi


pelayanan penyediaan air bagi penduduk suatu lingkungan, yang memenuhi
persyaratan bagi operasionalisasi bangunan atau lingkungan, dan
terintegrasi dengan jaringan air bersih secara makro dari wilayah regional
yang lebih luas.
Pada Kecamatan Nanga Mahap sebagian besar masyarakat menggunakan
air yang bersumber dari sungai dan pegunungan. Hal ini dikarenakan belum
terdapat pelayanan PDAM di Kecamatan Nanga Mahap. Selain itu,
dibeberapa desa juga terdapat bendungan air yang dialirkan kerumah-rumah
warga seperti di Desa Cenayan dan Desa Tembesuk. Untuk air minum,
penduduk mengkonsumsi air hujan yang di tampung dalam tempayan dan
penampungan air yang disediakan di setiap desa yang bersumber dari
APBD.

Gambar Sistem Air Bersih Kecamatan Nanga Mahap


Sumber : Hasil observasi, 2018
Kecamatan Nanga Taman pada umumnya sudah terlayani PDAM yang
bersumber dari hulu sungai yang terdapat di Desa Meragun. Tetapi,
sebagian besar masyarakat lebih memilih untuk menggunakan air sungai
dikarenakan faktor ekonomi dan kualitas air sungai masih terjaga
kebersihannya. Disetiap desa yang berada di Nanga Taman, juga disediakan
penampungan air yang dugunakan untuk menampung air hujan.

Gambar Sistem Air Bersih Kecamatan Nanga Taman

Sumber : Hasil observasi, 2018

Air yang di gunakan oleh penduduk di kedua kecamatan tersebut baik


yang bersumber dari pegunungan maupun sungai memiliki kualitas yang
cukup baik, karena air sungai masih terjaga kebersihannya dari sampah
tetapi tidak menutup kemungkinan tercemar oleh limbah rumah tangga.
Sehingga hal tersebut menjadi perhatian, dengan pertumbuhan penduduk
yang semakin meningkat tentu kebutuhan terhadap air bersih juga akan terus
meningkat dan kualitas air sungai pun semakin menurun.

b. Sistem Jaringan Air Limbah Dan Air Kotor

Sistem jaringan air limbah dan air kotor merupakan sistem jaringan dan
distribusi pelayanan pembuangan/pengolahan air buangan yang berasal dari
rumah tangga, lingkungan komersial, perkantoran, dan bangunan umum
lainnya, yang berasal dari manusia, binatang atau tumbuh-tumbuhan, untuk
diolah dan kemudian dibuang dengan cara-cara sedemikian rupa sehingga
aman bagi lingkungan, termasuk di dalamnya buangan industri dan buangan
kimia. Pada umumnya pola aliran air limbah di Kecamatan Nanga Mahap
dan Nanga Taman mempunyai kemiripan yaitu air limbah yang berasal dari
rumah tangga akan dialirkan langsung ke sungai dan dibiarkan tergenang
begitu saja. Hal tersebut disebabkan karena belum adanya sistem jaringan
drainase dan perpipaan untuk jaringan air limbah.

Gambar Sistem Jaringan Air Limbah

Sumber : Hasil observasi, 2018

c. Sistem Jaringan Drainase


Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di
bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh
manusia. Drainase juga merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang
sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan
kompenen penting dalam perencanaan infrastruktur kota.
Sistem jaringan drainase umumnya mencakup saluran primer berupa
sungai besar/kecil, saluran sekunder, saluran tersier sampai dengan
pembuangan akhir yaitu sungai.
 Saluran primer berupa sungai (besar/kecil) yang bermuara ke laut
 Saluran sekunder, umumnya mengikuti pola jalan sebaiknya saluran/ got
dikiri kanan jalan sudah diperkeras dengan pemeliharaan secara berkala.
 Saluran tersier yang sudah diperkeras (pasangan mortar maupun cor
beton). Fasilitas saluran tersier menjadi kebutuhan bagi setiap
keberadaan permukiman.

Pola aliran drainase umumnya sangat mudah diidentifikasi karena pola


aliran drainase umumnya mengikuti sifat-sifat air pada umumnya. Hanya
saja keberadaan drainase membantu menampung dan mengarahkan aliran
air tersebut. Aliran air drainase yang berasal dari limpasan hujan maupun air
limbah setempat mengalir menuju permukaan yang lebih rendah. Keadaan
kontur yang relatif datar menyebabkan pergerakan air yang statis pada
drainase-drainase besar. Sehingga seringkali dibutuhkan daya untuk
mendorong air tersebut untuk bergerak, umumnya daya ini berasal dari alam
seperti angin, hujan dan pasang surut air.

Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman pada umumnya belum


menerapkan sistem jaringan drainase karena kedua kecamatan tersebut
dikelilingi oleh sungai besar dan terdapat faktor lain terkait keadaan
tofografi yang umumnya daratan tinggi berbukit sehingga sulit untuk
melakukan pembangunan drainase. Selain itu, terdapat juga desa yang baru
dilakukan pembangunan drainase dengan lebar 30 meter dan pekerasan
semen seperti di Desa Batu Pahat dan Desa Tembesuk yang terdapat di
Kecamatan Nanga Mahap.

Gambar Tidak Ada Sistem Jaringan Drainase

Sumber : Hasil observasi, 2018

Gambar Sistem Jaringan Drainase Desa Batu Pahat dan Desa Tembesuk

Sumber : Hasil observasi, 2018

d. Sistem Jaringan Listrik

Listrik merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi


kehidupan manusia dalam menjalankan berbagai macam aktivitas sehari-
hari. Kebutuhan listrik di Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman
berasal dari PLN (Perusahaan Listrik Negara). Tetapi, pendistribusian
pelayanan jaringan listrik belum menjangkau ke seluruh wilayah kajian,
sehingga masih terdapat masyarakat yang menggunakan mesin genset untuk
memenuhi kebutuhan akan pelayanan jaringan listrik serta bagi penduduk
yang ekonominya dibawah, mereka menggunakan penerangan yang
berbahan bakar dari minyak tanah atau biasa disebut dengan pelita. Selain
itu dibeberapa desa sudah terdapat PLTA yang berasal dari air terjun untuk
melayani kebutuhan listrik desa tersebut dan penggunaannya pun terbatas
yaitu dari pukul lima sore sampai pukul sepuluh pagi. PLTA tersebut
terdapat di Desa Cenayan Kecamatan Nanga Mahap.

Untuk fasilitas listrik terdapat tiang listrik dan gardu yang tersebar di
wilayah kajian. Kondisi tiang listrik sudah baik meskipun ada beberapa
tiang listrik yang tidak layak pakai begitu juga dengan gardu. Untuk fasilitas
listrik lainnya seperti penerangan jalan hanya terdapat dibeberapa titik
tepatnya di pusat kecamatan yaitu di Desa Nanga Mahap dan Desa Nanga
Taman. Sementara di jalan utama yang menghubungkan kedua kecamatan
tersebut dan jalan penghubung antar desa belum terdapat penerangan jalan.
Berikut merupakan kondisi jaringan listrik di Kecamatan Nanga Mahap dan
Nanga Taman.
Gambar Sistem Jaringan Listrik

Sumber : Hasil observasi, 2018

Gambar PLTA Desa Cenayan

Sumber : Hasil observasi, 2018

e. Sistem Jaringan Telekomunikasi

Sarana dan prasarana telekomunikasi adalah segala sesuatu yang


memungkinkan dan mendukung berfungsinya telekomunikasi (UU No.36
tahun 1999 tentang Telekomunikasi). Untuk sistem jaringan telekomunikasi
di Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman belum terlayani sepenuhnya
karena dibeberapa lokasi kajian tidak terdapat jaringan telekomunikasi
sehingga sulit untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan
telekomunikasi.
Fasilitas telekomunikasi yang terdapat di wilayah kajian yaitu berupa
tower yang hanya tersebar dibeberapa desa di Kecamatan Nanga Mahap dan
Nanga Taman. Sementara untuk persebaran tiang jaringan telekomunikasi
tidak ditemukan. Kemudian untuk sinyal ponsel, di Kecamatan Nanga
Mahap hanya ditemukan di Desa Nanga Mahap, Lembah Beringin, Tamang
dan Batu Pahat. untuk desa lainnya tidak ditemukan. Sedangkan di
Kecamatan Nanga Taman, sinyal ponsel sudah menjangkau seluruh desa
kecuali Desa Tapang Tingang, Nanga Engkulun dan Nanga Kiungkan.
Beberapa perusahaan telekomunikasi dan operator telepon seluler yang telah
beroperasi di Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman yaitu : PT.
Telkom dan Telkomsel.

Gambar Sistem Jaringan Telekomunikasi

Sumber : Hasil observasi, 2018

f. Sistem jaringan Persampahan

Sampah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan


dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, namun masih bisa dikelola
dengan prosedur yang benar. Permasalahan sampah pada umumnya
ditimbulkan oleh beberapa faktor yaitu pertumbuhan penduduk,
pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan penduduk, pola konsumsi masyarakat
dan perilaku penduduk. Faktor tersebut akan memberikan pengaruh
terhadap jumlah timbunan sampah dan komposisi sampah. Sumber utama
timbunan sampah di kecamatan Nanga mahap dan Nanga Taman adalah
sampah domestik yang berasal dari rumah tangga.

Pengelolaan sampah di Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman


memiliki kemiripan yaitu dengan cara ditimbun lalu dibakar di pekarangan
rumah masing-masing. Hal ini dikarenakan tidak terdapat TPS di kedua
Kecamatan tersebut sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengolah
sampahnya sendiri yaitu dengan cara dibakar.

Gambar Pengelolaan Sampah

Sumber : Hasil observasi, 2018

4.4.5. Kondisi Bangunan


Kondisi bangunan adalah salah satu bagian yang membahas mengenai
kondisi eksisting bangunan dan lingkungan setempat pada perspektif fisik
bangunan serta hubungan antara kondisi lingkungan dengan perilaku sosial
masyarakat setempat. Selain itu untuk mengetahui kondisi bangunan dapat
dilihat dari perkerasan suatu bangunan yaitu non permanen artinya suatu
bangunan terdiri dari bangunan atau perkerasan dari kayu, semi permanen ini
perkerasannya campuran antara kayu dan semen sedangkan permanen
perkerasan bangunannya hampir keseluruhanya terbuat dari beton berlapis
baja. Arah hadap suatu bangunan juga salah satu cara untuk menentukan
karakteristik suatu wilayah, biasanya arah hadap suatu bangunan cenderung
menghadap ke arah jalan dan arah sungai bagi wilayah yang berada di
sepanjang aliran sungai.
Kondisi bangunan yang ada di Kecamatan Nanga Taman dan
Kecamatan Nanga Mahap di Kabupaten Sekadau memiliki karekteristik yang
serupa pada kondisi bangunan yang berada di daerah pengunungan dan
sepanjang aliran sungai yaitu bentuk bangunan perumahan masyarakat lebih
banyak bangunan semi permanen dan non permanen sedangkan bangunan
permanen lebih banyak untuk pusat-pusat pemerintahan seperti kantor desa,
sekolah dan tempat-tempat peribadatan seperti masjid dan gereja. Lalu arah
hadap bangunan non permanen, semi permanen dan permanen semuanya
menghadap ke arah jalan baik itu jalan lokal, jalan lingkungan maupun jalan
kolektor.
Tabel 4.1
Kondisi Bangunan yang ada di Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau

Desa Fungsi Perkerasan Arah Hadap Jumlah Dokumentasi

Non Permanen Menghadap Jalan

Nanga Taman Perumahan 456

Semi Permanen Menghadap Jalan

Pemanen Menghadap Jalan


Non Permanen Menghadap Jalan
Riang Jati Perumahan Semi Permanen Menghadap Jalan 422
Pemanen Menghadap Jalan
Meragun Perumahan Non Permanen Menghadap Jalan 688
Semi Permanen Menghadap Jalan

Pemanen Menghadap Jalan

Nanga Kiungkang Perumahan Non Permanen Menghadap Jalan 491


Semi Permanen Menghadap Jalan
Pemanen Menghadap Jalan

Non Permanen Menghadap Jalan

Lubuk Tajau Perumahan 355

Semi Permanen Menghadap Jalan

Pemanen Menghadap Jalan


Pantok Perumahan Non Permanen Menghadap Jalan
Semi Permanen Menghadap Jalan

508
Pemanen Menghadap Jalan

Non Permanen Menghadap Jalan


Sungai Lawak Perumahan Semi Permanen Menghadap Jalan 415
Pemanen Menghadap Jalan
Senangak Perumahan Non Permanen Menghadap Jalan
601
Semi Permanen Menghadap Jalan

Pemanen Menghadap Jalan

Non Permanen Menghadap Jalan


Tapang Tingang Perumahan Semi Permanen Menghadap Jalan 662
Pemanen Menghadap Jalan
Nanga Mongko Perumahan Non Permanen Menghadap Jalan 438
Semi Permanen Menghadap Jalan

Pemanen Menghadap Jalan

Non Permanen Menghadap Jalan

Nanga Koman Perumahan 310

Semi Permanen Menghadap Jalan

Pemanen Menghadap Jalan


Nanga Engkulun Perumahan Non Permanen Menghadap Jalan 553
Semi Permanen Menghadap Jalan
Pemanen Menghadap Jalan

Non Permanen Menghadap Jalan

Nanga Mentukak Perumahan 326

Semi Permanen Menghadap Jalan

Pemanen Menghadap Jalan


TOTAL RUMAH 6224
Sumber : Hasil Ovservasi Kelompok, 2018
Tabel 4.1
Kondisi Bangunan yang ada di Kecamatan Nanga Mahap Kabupaten Sekadau

Desa Fungsi Perkerasan Arah Hadap Jumlah Dokumentasi

Non Permanen Menghadap Jalan

713
Nanga Mahap Perumahan

Semi Permanen Menghadap Jalan


Pemanen Menghadap Jalan

Batu Pahat Perumahan

Non Permanen Menghadap Jalan

396
Semi Permanen Menghadap Jalan
Pemanen Menghadap Jalan
Lembah Beringin Perumahan

Non Permanen Menghadap Jalan

538

Semi Permanen Menghadap Jalan

Pemanen Menghadap Jalan


Non Permanen Menghadap Jalan

424
Teluk Kebau Perumahan

Semi Permanen Menghadap Jalan

Pemanen Menghadap Jalan


Landau Apin Perumahan Non Permanen Menghadap Jalan 481
Semi Permanen Menghadap Jalan

Pemanen Menghadap Jalan

Tembaga Perumahan Non Permanen 512

Menghadap Jalan
Semi Permanen Menghadap Jalan

Pemanen Menghadap Jalan


Cenayan Perumahan 298

Non Permanen Menghadap Jalan

Semi Permanen Menghadap Jalan


Pemanen Menghadap Jalan

Landau Kumpai Perumahan 203

Non Permanen Menghadap Jalan

Semi Permanen Menghadap Jalan


Pemanen Menghadap Jalan

Nanga Suri Perumahan 369

Non Permanen Menghadap Jalan

Semi Permanen Menghadap Jalan


Pemanen Menghadap Jalan

Sebabas Perumahan 343

Non Permanen Menghadap Jalan

Semi Permanen Menghadap Jalan


Pemanen Menghadap Jalan

Non Permanen Menghadap Jalan


Karang Betung Perumahan Semi Permanen Menghadap Jalan 385
Pemanen Menghadap Jalan
Tamang Perumahan 422

Non Permanen Menghadap Jalan

Semi Permanen Menghadap Jalan


Pemanen Menghadap Jalan

Non Permanen Menghadap Jalan

Tembesuk Perumahan Semi Permanen Menghadap Jalan 325

Pemanen Menghadap Jalan

TOTAL RUMAH 5408


Sumber : Hasil Ovservasi Kelompok, 2018
4.4.6. Kondisi Lingkungan

Kondisi Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup


keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna
yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi
ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Kondisi lingkungan yang berada di Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga
Mahap di Kabupaten Sekadau memiliki karakteristik yang sama yaitu memiliki sungai
yang saling terhubung antar desa ke desa lainnya, ruang terbuka hijau yang masih sangat
luas atau kawasan hutan baik itu hutan lindung maupun hutan yang dibudidayakan. Selain
itu, kondisi lingkungan dapat di kelompokkan ke dalam bagian keamanan dan
kenyamanan.
A. Keamanan
Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya. Istilah ini bisa digunakan dengan
hubungan kepada kejahatan, segala bentuk kecelakaan, dan lain-lain. Keamanan
merupakan topik yang luas termasuk keamananan nasional terhadap serangan teroris,
keamanan komputer terhadap hacker atau cracker, keamanan rumah terhadap maling
dan penyelusup lainnya, keamanan finansial terhadap kehancuran ekonomi dan
banyak situasi berhubungan lainnya.
Keamanan lingkungan merupakan salah satu faktor utama kenyamanan sebuah
masyarakat. Dengan lingkungan yang aman maka penduduk akan merasa tentram dan
tidak was-was. Sehingga hubungan kemaysarakatan akan berlangsung dengan baik
dan tenang. Keamanan lingkungan bukan hanya dijaga oleh satpam ataupun penjaga
ronda, akan tetapi seluruh anggota masyarakat bertanggung jawab untuk ikut serta
menjaga keamanan lingkungan. Keamanan lingkungan didasari oleh beberapa faktor
yaitu keamanan eksternal dan keamanan internal.
Keamanan eksternal adalah rasa aman yang dirasakan oleh warga suatu
lingkungan terhadap ancaman-ancaman dari luar. Ancaman ini dapat berupa orang-
orang asing ataupun binatang. Orang-orang asing dapat diatasi dengan adanya satpam
gerbang, apabila di perumahan biasanya hal ini sudah tidak perlu diresahkan karena
akses keluar masuk lingkungan hanya melewati satu pintu dan penjaga 24 jam.
Ancaman external dari binatang biasanya dialami oleh lingkungan yang berada di
lereng gunung atau kaki gunung, tepi hutan atau pun di dekat tempat-tempat yang
dihuni binatang. Untuk hal ini perlu adanya pengamanan dengan membuat pagar atau
tembok pembatas yang melindungi lingkungan warga.
Keamanan ini adalah rasa aman dari ancaman-ancaman internal, seperti keributan
warga, ada warga lingkungan yang mabuk-mabuk an dan bikin onar, atau hal-hal yang
disebabkan oleh masyarakat dalam sendiri. Keamanan internal ini bisa diatasi dengan
adanya pemimpin lingkungan / Ketua RT yang tegas dalam membuat peraturan. Tentu
saja dengan dukungan elemen masyarakat yang masih ingin maju dan ingin
memertahankan keamanan lingkungannya. Pemimpin yang tegas tidak akan banyak
bermanfaat tanpa didukung oleh warga yang mempunyai satu visi dan satu tujuan
untuk membentuk lingkungan yang lebih baik. Ada banyak literatur dalam analisis
dan pengkategorian keamanan.

Tabel 1.1
Nilai Skoring Tingkat Keamanan Desa Di Kecamatan Nanga Mahap Kabupaten
Sekadau
No Desa Tingkat Keamanan
1 Nanga Taman
2 Riang Jati
3 Meragun
4 Nanga Kiungkang
5 Lubuk Tajau
6 Panthok
7 Sungai Lawak
8 Senangak
9 Tapang Tingang
10 Nanga Mongko
11 Nanga Koman
12 Nanga Engkulun
13 Nanga Mentukak
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Keterangan :
1 = Tingkat Keamanan Cukup Baik
2 = Tingkat Keamanan Baik
3 = Tingkat Keamanan Sangat Baik

Berdasarkan Tabel di atas bahwa keamanan yang ada di Kecamatan Nanga Taman
memiliki kualitas kemanan yang ..........
Tabel 1.1
Nilai Skoring Tingkat Keamanan Desa Di Kecamatan Nanga Mahap Kabupaten
Sekadau
No Desa Tingkat Keamanan
1 Nanga Mahap
2 Batu Pahat
3 Lembah Beringin
4 Teluk Kebau
5 Landau Apin
6 Tembaga
7 Cenayan
8 Landau Kumpai
9 Nanga Suri
10 Sebabas
11 Karang Betung
12 Tamang
13 Tembesuk
Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Keterangan :
1 = Tingkat Keamanan Cukup Baik
2 = Tingkat Keamanan Baik
3 = Tingkat Keamanan Sangat Baik

Berdasarkan Tabel di atas bahwa keamanan yang ada di Kecamatan Nanga


Mahap memiliki kualitas kemanan yang ..........

B. Kenyamanan
Kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan seseorang yang merasa nyaman
berdasarkan persepsi masing-masing individu. Sedangkan nyaman merupakan suatu
keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual akibat
beberapa faktor kondisi lingkungan.

Tabel 1.1
Penilaian Tingkat Kenyamanan Tiap Desa Berdasarkan Kriteria Di Kecamatan
Nanga Taman Kabupaten Sekadau
No Desa Kebisingan Privasi Ruang Terbuka Vegetasi

1 Nanga Taman
2 Riang Jati
3 Meragun
4 Nanga Kiungkang
5 Lubuk Tajau
6 Panthok
7 Sungai Lawak
8 Senangak
9 Tapang Tingang
10 Nanga Mongko
11 Nanga Koman
12 Nanga Engkulun
13 Nanga Mentukak
Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Keterangan :
1 = Rendah
2 = Sedang
3 = Tinggi

Tabel 1.1
Penilaian Tingkat Kenyamanan Tiap Desa Berdasarkan Kriteria Di Kecamatan
Nanga Mahap Kabupaten Sekadau

No Desa Kebisingan Privasi Ruang Terbuka Vegetasi

1 Nanga Mahap
2 Batu Pahat
3 Lembah Beringin
4 Teluk Kebau
5 Landau Apin
6 Tembaga
7 Cenayan
8 Landau Kumpai
9 Nanga Suri
10 Sebabas
11 Karang Betung
12 Tamang
13 Tembesuk
Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Keterangan :
1 = Rendah
2 = Sedang
3 = Tinggi
a) Kebisingan
b) Privasi
c) Ruang Terbuka
d) Vegetasi
4.4.7. Intensitas Permukiman

Intensitas Massa Bangunan merupakan tingkat alokasi dan distribusi luas lantai
maksimum bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya. Didalam intensitas Massa
Bangunan terdapat beberapa komponen sebagai berikut :
1) Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu angka persentase perbandingan antara luas
seluruh lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
2) Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu angka persentase perbandingan antara
jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
3) Koefisien Daerah Hijau (KDH), yaitu angka persentase perbandingan antara luas
seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
4) Sistem Pengalihan Nilai Koefisien Lantai Bangunan (TDR=Transfer of Development
Right), yaitu hak pemilik bangunan/pengembang yang dapat dialihkan kepada pihak
atau lahan lain, yang dihitung berdasarkan pengalihan nilai KLB, yaitu selisih antara
KLB aturan dan KLB terbangun. Maksimum KLB yang dapat dialihkan pada
umumnya sebesar 10% dari nilai KLB yang ditetapkan. Pengalihan nilai KLB hanya
dimungkinkan bila terletak dalam satu daerah perencanaan yang sama dan terpadu,
serta yang bersangkutan telah memanfaatkan minimal 60% KLB-nya dari KLB yang
sudah ditetapkan pada daerah perencanaan.
Intensitas pemanfaatan ruang adalah tingkat pemanfaatan ruang yang diukur dari
daerah perencanaan, kepadatan bangunan, KDB, KLB, KDH, GSB, TB dan peruntukan
blok. Bangunan gedung yang didirikan harus memenuhi persyaratan kepadatan dan
ketinggian bangunan gedung gedung berdasarkan rencana tata ruang wilayah daerah yang
ditetapkan dan peraturan bangunan setempat. Dalam menentukan intensitas permukiman
maka diperlukan pertimbangan dalam menentukan berbagai peraturan mengenai
persyaratan administratif bangunan yang diharapkan dapat mencapai keselarasan untuk
mewujudkan suatu kawasan yang baik yang dapat mengakomondasi kegiatan-kegiatan
sosial, ekonomi, budaya, edukasi dan memiliki citra fisik maupun non fisik yang kuat serta
estetika visual yang terencana dan terpadu karena permukiman masih dalam bagian
lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan serta tempat kerja yang memberikan pelayanan dan
kesempatan kerja terbatas.

Tabel 4. Fakta Intensitas Pemanfaatan Ruang yang ada di Kecamatan Nanga Taman
dan Kecamatan Nanga Mahap di Kabupaten Sekadau

Kecamatan Desa Fungsi KDB KDH KLB TB GSB Keterangan

Nanga Nanga Permukima


Taman Taman n
Permukima
Riang Jati
n
Permukima
Meragun
n
Nanga Permukima
Kiungkang n
Lubuk Permukima
Tajau n
Panthok Permukima
n
Sungai Permukima
Lawak n
Permukima
Senangak
n
Tapang Permukima
Tingang n
Nanga Permukima
Mongko n
Nanga Permukima
Koman n
Nanga Permukima
Engkulun n
Nanga Permukima
Mentukak n
Nanga Permukima
Mahap n
Permukima
Batu Pahat
n
Lembah Permukima
Beringin n
Teluk Permukima
Kebau n
Nanga Landau Permukima
Mahap Apin n
Permukima
Tembaga
n
Permukima
Cenayan
n
Landau Permukima
Kumpai n
Nanga Permukima
Suri n
Permukima
Sebabas
n
Karang Permukima
Betung n
Permukima
Tamang
n
Tembesuk Permukima
n
Sumber : Analisis Kelompok, 2018

4.4.8. Budaya Bermukim

Proses bertempat tinggal atau bermukim adalah proses keterkaitan manusia dengan
lingkungannya, dimana bermukim atau menghuni adalah kegiatan berpijak dimana
manusia dapat mengorientasikan dirinya sendiri, dapat mengidentifikasikan dirinya
dengan lingkungan, dimana tempat (locus) menjadi sesuatu yang lebih dari sekedar
naungan dan dimana hal ini dipadukan. Bermukim menghadirkan kegiatan arsitektur yang
berwawasan tehadap alam dimana tapak berada, dari proses kegiatan bermukim dapat
dilihat proses keterkaitan dari masa lalu hingga masa kini dalam sebuah tapak. Suatu
tempat di mana manusia dapat mengorientasikan dirinya, dimana ia dapat
mengidentifkasikan dirinya bersama dengan lingkungan. Ketika manusia mencari tempat
tinggal / hunian, mereka cenderung melihat kondisi alam seperti topografi dan lokasi yang
strategis dimana mereka bisa hidup berkelompok dengan sesamanya. Potensi alam seperti
pegunungan, tepi sungai, danau dan laut merupakan tempat perkembangan peradaban.
Seperti halnya Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman merupakan dua kecamatan
yang terdapat di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Kedua kecamatan tersebut
memiliki budaya bermukim yang yang hampir sama. Sebagian besar Kecamatan Nanga
Mahap dan Nanga Taman dihuni oleh suku dayak dan melayu.

 Kecamatan Nanga Mahap

Desa Cenayan dan Desa Tembaga merupakan desa yang dihuni oleh penduduk
bersuku dayak dan beragama kristen. Desa tersebut memiliki kesamaan budaya bermukim
yaitu masih menjunjung tinggi adat istiadat yang telah ada dari jaman nenek moyang
mereka. Setiap orang yang baru masuk ke desa tersebut harus disambut yaitu dengan cara
meminum minuman yang bernama tuak yang terbuat dari fermentasi ketan, jika orang baru
yang ingin berkunjung di Desa Cenayan dan Tembaga tidak mau meminum tuak, mereka
tidak diperbolehkan masuk ke desa tersebut dan biasanya akan dikenai hukum adat. Selain
itu, rasa kekeluargaan di desa tersebut masih sangat terasa karena mereka masih sering
melakukan kegiatan gotong-royong, berkumpul saat perayaan hari raya seperti paskah dan
natal serta saat salah satu keluarga mereka yang mendapat musibah seperti kematian.
Desa Landau Apin, Karang Betung, Sebabas, Nanga Suri dan Landau Kumpai adalah
desa yang sebagian besar dihuni oleh suku dayak yang beragama kristen katolik. Kelima
desa tersebut memiliki kemiripan dalam budaya bermukim, dimana adat istiadat yang
mereka jalankan tidak terlalu kental seperti Desa Cenayan dan Desa tembaga tetapi hukum
adat masih sangat berlaku. Selain itu, mereka juga sering melakukan kegiatan gotong
royong dalam rangka pembangunan maupun kerohanian di desa mereka.

Desa Teluk Kebau, Lembah Beringin dan Tembesuk merupakan desa yang dihuni
oleh suku dayak dan suku melayu. Dimana, dari ketiga desa tersebut hanya beberapa
dusun saja yang masih memberlakukan hukum adat. Desa-desa tersebut sering melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan seperti isra mi’raj, maulid Nabi
Muhammad SAW dan hari besar islam lainnya bagi yang beragama islam dan bagi yang
beragama kristen sering melakukan kegiatan seperti perayaan paskah dan natal.

Desa Nanga Mahap, Batu Pahat dan Tamang merupakan desa yang sebagian besar
dihuni oleh suku malayu dan beragama Islam. Ketiga desa tersebut juga memiliki
kesamaan dalam hal menjalankan kegiatan keagamaan seperti isra mi’raj, maulid Nabi
Muhammad SAW dan perayaan hari besar islam lainnya. Selain itu, desa tersebut juga
sering melakukan kegiatan gotong-royong sehingga kebersamaan antar warga masih
sangat terasa.

Sebagian besar penduduk-penduduk yang berada di Kecamatan Nanga Mahap


mamiliki mata pencaharian sebagai petani karet dan sawit. Selain itu, untuk kegiatan
sehari-hari seperti MCK ( mandi, cuci, kakus ) masih dilakukan disungai sehingga masih
banyak terlihat lanting-lanting untuk MCK yang banyak terdapat di tepi sungai.
Kemudian, untuk makan sehari-hari mereka masih mengandalkan kekayaan alam (seperti;
mengambil sayur dihutan maupun yang mereka tanam dipekarangan rumah mereka,
memancing ikan dan mengambil kerang di sungai) dan peternakan yang mereka kelola
sendiri (seperti ayam, babi dan sapi). Untuk penduduk baru yang bermukim di desa-desa
tersebut, mereka akan mendirikan rumah mereka sendiri tetapi ada juga yang tinggal
dirumah saudara mereka untuk sementara waktu hingga rumah-rumah mereka sudah
dibangun.

Pada umumnya rumah-rumah yang dibangun penduduk di Kecamatan Nanga Mahap


berbentuk panggung dengan pekerasan kayu maupun semen. Rumah dengan bentuk
panggung tersebut dikarenakan tofografi Kecamatan Nanga Mahap merupakan dataran
tinggi berbukit sehingga dapat menyesuaikan kontur tanah yang tidak rata selain itu,
banyak permukiman penduduk yang berada di tepian sungai sehingga rumah panggung
menjadi alternatif perlindungan terhadap banjir dan rumah panggung juga mempunyai
fungsi lain seperti menghindari hewan buas dan hewan peliharaan (babi, anjing, ayam
dsb.) agar tidak masuk kedalam rumah.

 Kecamatan Nanga Taman

Desa Nanga Mongko, Nanga Koman, Nanga Kiungkang, Pantok, Meragun, Lubuk
Tajau dan Tapang Tingang yang terdapat di Kecamatan Nanga Mahap, memiliki
karakteristik budaya bermukim yang hampir sama, dimana desa- desa tersebut dihuni oleh
suku dayak yang sebagian besar beragama kristen. Desa – desa tersebut terdapat hukum
adat yang masih berlaku bagi penduduk yang bertempat tinggal disana tergantung tingkat
kesalahan yang dilakukan. Kelima desa tersebut juga sering melakukan kegiatan gotong-
royong dalam pembangunan sarana peribadatan, kebersihan lingkungan dan hari
pernikahan.

Desa Rirang Jati, Nanga Engkulun, Senangak, Nanga Taman, Nanga Mentukak dan
Sungai Lawak merupakan desa yang memiliki karakteristik yang sama. Desa tersebut
dihuni oleh suku dayak dan suku melayu dengan mayoritas beragama islam. Selain itu,
ketujuh desa tersebut juga sering melakukan kegiatan gotong-royong dan kegiatan lainnya
yang berhubungan dengan keagamaan.

Pada umumnya Kecamatan Nanga Taman memiliki penduduk yang lebih modern
dibandingkan dengan Kecamatan Nanga Mahap dalam hal budaya bermukim, karena di
Kecamatan Nanga Taman sudah tidak berlaku adat-istiadat yang sangat kental seperti
penyambutan orang yang baru masuk ke salah satu desa dengan harus meminum atau
memakan makanan khas yang dikonsumsi mereka. Selain itu, gaya arsitektur rumah yang
dibangun juga sudah modern karena tofografi Kecamatan Nanga Taman cenderung datar
tetapi tidak sedikit yang berbentuk panggung seperti ditepian sungai untuk menghindari
banjir.

Untuk kegiatan sehari-hari seperti MCK masih dilakukan di sungai dengan


membangun lanting-lanting di sepanjang tepian sungai. selain itu, dalam mencukupi
kebutuhan sehari-hari seperti makan yaitu masih mengandalkan hasil alam baik dihutan
maupun disungai serta hewan peternakan yang mereka pelihara. Tetapi, ada sebagian
penduduk yang lebih memilih untuk berbelanja di pasar yang terletak di Desa Nanga
Taman.

Gambar Kegiatan Sore di Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman

Sumber : Hasil observasi, 2018

Gambar diatas merupakan kegiatan yang sering dilakukan anak-anak di Kecamatan


Nanga Mahap dan Nanga Taman seperti berkumpul dilapangan maupun di pekarangan
rumah untuk bermain.

Gambar Kegiatan Gotong-Royong Desa Lubuk Tajau, Nanga Taman

Sumber : Hasil observasi, 2018

4.4.9. Perumahan dan Permukiman Tradisional

Permukiman tradisional merupakan hasil kebudayaan fisik, yang dalam konteks


tradisional merupakan bentuk ungkapan yang berkaitan erat dengan karakter
masyarakatnya. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya kebudayaan fisik tersebut
dipengaruhi oleh sosio kultural dan lingkungan. Perbedaan wilayah, kondisi alam dan latar
budaya akan menyebabkan perbedaan dalam ungkapan arsitekturalnya. Permukiman
tradisional biasanya terletak diluar kota dan masyarakatnya hidup dari agraris dan
homogen dengan kehidupan yang serba tradisional, kebudayaan yang dimiliki
berhubungan erat dengan alam. Ciri-ciri permukiman tradisional adalah:

a) Kehidupan masyarakat bersifat tradisional, baik dalam teknologi, orientasi, organisasi


maupun pengelolaan;
b) Orientasi tradisional tercermin dari motif pergerakan yang ditujukan untuk mencari
keuntungan maksimal, penggunaan sumber daya yang tidak optimal, kurang tanggap
terhadap rangsangan dari luar sebagai peluang untuk memajukan diri, sekedar
mempertahankan hidup serta pemenuhan kepuasan sosial bersifat konservatif serta
merupakan masyarakat yang tertutup dan statis;
c) Ikatan kekeluargaan masyarakat sangat kuat, taat pada tradisi dan kaidah-kaidah
social;
d) Kehidupan masih tergantung pada hasil perkebunan dan pertanian.

 Kecamatan Nanga Mahap

Kecamatan Nanga mahap merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten
Sekadau yang terdiri dari 13 Desa. Pada umumnya perumahan dan permukiman masyarakat
Kecamatan Nanga Mahap yang banyak ditemui yaitu berbentuk panggung yang biasa disebut
dengan rumah panggung dengan bahan utama berupa kayu maupun semen. Pembangunan
rumah-rumah panggung tersebut dikarenakan tofografi Kecamatan Nanga Mahap yang
umumnya dataran tinggi berbukit sehingga dapat menyesuaikan kontur tanah yang tidak rata
selain itu, banyak permukiman penduduk yang berada di tepian sungai seperti sungai
Sekadau sehingga rumah panggung menjadi alternatif perlindungan terhadap banjir. Rumah –
rumah panggung yang banyak ditemui memiliki arsitektur yang lebih modern sehingga
rumah panggung tradisional sangat sulit ditemui. Mengenai rumah panggung tradisional,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah.

No Kecamatan Desa Keterangan


1 Nanga Mahap Tembaga Masih ditemukan rumah tradisional yang
berbentuk rumah panggung, dengan pekerasan
berupa kayu dan atap daun. Rumah-rumah
tradisional di Desa Tembaga masih layak huni
dan letak antara satu rumah ke rumah lainnya
berdekatan (berkumpul).
2 Nanga Mahap Cenayan Desa Cenayan juga ditemukan rumah
panggung tradisional, tetapi jumlahnya sudah
sangat sedikit dan letak rumah-rumah tersebut
menyebar.
3 Nanga Mahap Tembesuk Di Desa Tembesuk, ditemukan rumah
panggung tradisional yang masih layak untuk
dihuni.
Sumber : Hasil Observasi 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa Desa Tembaga, Cenayan dan Tembesuk
merupakan desa yang masih dapat ditemui rumah tradisional dengan arsitektur yang
berbentuk panggung dan tentunya rumah tersebut masih layak untuk dihuni. Rumah
tradisional yang ditemukan, jumlahnya sudah sangat sedikit. Hal tersebut dikarenakan rumah-
rumah tradisional sudah berubah sehingga masuk dalam kategori rumah tidak layak huni.
Rumah-rumah tradisonal yang terdapat di Desa Tembaga, Cenayan dan Tembesuk semakin
hari akan cenderung menjadi rumah tidak layak huni.

Gambar Rumah Panggung Desa Tembaga

Sumber : Hasil observasi, 2018

Gambar Rumah Panggung Desa Cenayan

Sumber : Hasil observasi, 2018


Gambar Rumah Panggung Desa Tembesuk

Sumber : Hasil observasi, 2018

 Kecamatan Nanga Taman

Kecamatan Nanga Taman juga terdiri 13 desa didalamnya dengan tofografi yang
cenderung datar sehingga permukiman penduduk di Kecamatan Nanga Taman berbeda
dengan Nanga Mahap. Perumahan dan permukiman di Kecamatan Nanga Taman sudah
tergolong modern yaitu dengan jenis rumah tunggal dan pekerasan yang bersifat
permanen. Hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh kondisi alam serta gaya hidup
masyarakat yang tergolong lebih maju. selain itu, terdapat juga rumah panggung di tepian
sungai dengan bentuk yang sudah modern. Untuk rumah tradisional sudah tidak ditemui di
Kecamatan Nanga Taman.

Gambar Rumah di Kecamatan Nanga Taman

Sumber : Hasil observasi, 2018

4.5. Perumahan dan Permukiman Kumuh


Menurut UU Nomor 1 Tahun 2011 Permukiman kumuh adalah permukiman yang
tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,
dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat, sedangkan
perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai
tempat hunian. Suatu permukiman kumuh dapat dikatakan sebagai akibat atau bentuk nyata
dari kemiskinan masyarakat setempat. Standar permukiman kumuh yang digunakan
Pemerintah Kabupaten Sekadau adalah rumah tidak layak huni.
Rumah tidak layak huni adalah suatu hunian atau tempat tinggal yang tidak layak huni
karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis.
Rumah tidak layak huni erat kaitannya dengan permukiman kumuh karena rumah tidak
layak huni akan menimbulkan kawasan permukiman yang kumuh. Adapun indikator
penilaian rumah tidak layak huni adalah sebagai berikut:
 Sumber air tidak sehat dan akses memperoleh air bersih terbatas
 Tidak mempunyai akses MCK (sanitasi) yang layak
 Bahan bangunan tidak permanen/semi permanen/ menggunakan bahan
berkualitas rendah seperti atap/dinding dari kayu maupun bambu dan lantai
tanah dan luas lantai <10 m2.
 Sinar penerangan bukan listrik.
 Letak rumah tidak teratur.

Merupakan rumah tua atau tidak memenuhi syarat untuk melakukan renovasi pada 20 tahun
umur bangunan.
4.5.1. Tipologi dan Sebaran Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh tersebar hampir di setiap kawasan di Kecamatan Nanga Taman dan Nanga
Mahap. Tidak ada pemusatan khusus permukiman kumuh di desa tertentu karena secara umum
tipologi permukiman kumuh di dua kecamatan ini adalah permukiman kumuh pedesaan. Fokus
permukiman kumuh adalah jika rumah tersebut tidak layak huni dengan indikator seperti yang telah
disebutkan. Adapun karakteristik permukiman kumuh di setiap desa dapat dilihat pada tabel berikut
ini.

Tabel Karakteristik Permukiman Kumuh di Nanga Mahap


Perse
Jlh
N Nama Jlh ntase
Karakteristik KK RTL Dokumentasi
o Desa Rmh RTLH
H
(%)

1 -Bangunan
memiliki
kualitas
rendah
Desa dengan bahan
Nanga kayu 849 713 65 9,12
Mahap
-Rumah tua yang
layak
dilakukan
perbaikan.
2 -Kualitas bahan
bangunan
rendah
dengan
Desa material kayu.
Batu Dan beratap 501 396 38 9,60
Pahat bambu.

-Umur bangunan
lebih dari 20
tahun.

3 -Bahan bangunan
dari kayu dan
bambu

-Bahan kualitas
rendah

-Sudah ditinggali
Desa lebih dari 20
Lembah tahun
815 538 167 31,04
Beringi
-Letak rumah
n
tidak teratur
letaknya

-Terdapat 2 dusun
yang
menempati
daerah hutan
lindung.
Perse
Jlh
N Nama Jlh ntase
Karakteristik KK RTL Dokumentasi
o Desa Rmh RTLH
H
(%)

4 -Bahan bangunan
tidak
memadai

-Rumah layak
direnovasi

-Banyak jalan dan


Desa
jembatan
Teluk 573 424 94 22,17
rusak
Kebau
-Sulit air bersih,
karena DAS
tercemar PETI

-Belum
meratanya
aliran listrik
5 -Rumah dengan
bahan
bangunan
berkualitas
rendah
berupa kayu
Desa
dan atap
Landau 601 481 194 40,33
bambu
Apin
-Lebih dari 20
tahun

-Jalan banyak
yang rusak
berat
Perse
Jlh
N Nama Jlh ntase
Karakteristik KK RTL Dokumentasi
o Desa Rmh RTLH
H
(%)

6 -Bahan bangunan
tidak
memadai,
berupa
dinding kayu
dan atap
bambu

-Rumah
berpencar-
Desa pencar, tidak
Tembag teratur 776 512 261 50,98
a
-Tidak tersedianya
akses air
bersih

-Tidak ada
sanitasi/MCK

-Listrik belum
merata
persebaranny
a
7 -Bahan bangunan
minim,
Desa dengan bahan
Cenaya kayu 382 298 127 42,62
n -Rumah tidak
terdapat
sarana mck.

8 Desa -Bahan bangunan 298 203 132 65,02


Landau tidak
Kumpai memadai,
berupa kayu
dan bambu

-Keadaan rumah
layak
dilakukan
renovasi

-Letak rumah
tidak teratur
Perse
Jlh
N Nama Jlh ntase
Karakteristik KK RTL Dokumentasi
o Desa Rmh RTLH
H
(%)

-Persebaran listrik
tidak merata
pada setiap
desa
9 -Kualitas bahan
bangunan
rumah berupa
kayu dan
Desa terdapat
Nanga tambalan- 439 369 135 36,59
Suri tambalan

-Rumah syarat
direnovasi,
karena lebih
dari 20 tahun

1 -Rumah tidak
0 memadai
dengan
kualitas bahan
bangunan
rendah
berupa kayu
Desa dan atap
Sebaba bambu 512 343 203 59,18
s -Keadaan rumah
tidak teratur

-Ketidaksediaan
air bersih dan
sarana mck

-Listrik tidak
setiap dusun
1 Desa -Rumah dengan 575 385 286 74,29
1 Karang bahan
Betung bangunan
berkualitas
rendah,
dengan
berdinding
kayu dan
Perse
Jlh
N Nama Jlh ntase
Karakteristik KK RTL Dokumentasi
o Desa Rmh RTLH
H
(%)

beratap
bambu

-Air yang ada


tidak sehat,
dan sulit
mendapatkan
air bersih

-Sarana mck sulit


diakses dan
belum merata
keberadaanya

-Akses menuju
desa kondisi
buruk dan
sulit dilalui

-Berada pada
pedalaman-
pedalaman
yang jauh dari
pusat desa,
hal ini
dikarenakan
merupakan
daerah
perbatasan
dengan
Ketapang

-Mayoritas belum
teraliri listrik.
1 -Bahan bangunan
2 tidak
memadai,
dengan bahan
Desa utama kayu
508 422 192 45,50
Tamang
-Rumah lebih dari
20 tahun

-Tidak tersedianya
mck
Perse
Jlh
N Nama Jlh ntase
Karakteristik KK RTL Dokumentasi
o Desa Rmh RTLH
H
(%)

1 -Letak rumah
3 yang ada tidak
teratur

- Selain itu rumah


sudah
Desa berumur lebih
Tembes dari 20 tahun 428 325 137 42,15
uk
-Bahan bangunan
dengan
kualitas
rendah
seperti kayu
dan bambu
Sumber: Hasil Observasi, 2018

Dari hasil tabel diatas, kondisi rumah tidak layak huni yang ada pada Kecamatan Nanga
Mahap tidak berpusat pada satu tempat, namun letaknya menyebar. Mayoritas alasan rumah
dianggap tidak layak huni dikarenakan kualitas bahan bangunan rendah yang berupa bangunan non
permanen. Bahan dinding bangunan tersebut berupa kayu dan atap berupa bambu. Selain itu,
dikarenakan bangunan tidak teratur, tidak memiliki arah orientasi bangunan yang sama. Faktor
lainnya adalah rumah sudah ditinggali lebih dari 20 tahun dan layak dilakukannya renovasi. Masalah
prasarana berupa sulitnya air bersih, tidak tersedianya mck serta belum meratanya aliran listrik juga
banyak dialami oleh Nanga Mahap. Persentase rumah tidak layak huni terbanyak terletak pada Desa
Karang Betung sedangkan persentase tersedikit berada pada Desa Nanga Mahap.

Tabel Karakteristik Rumah Kumuh di Nanga Taman

Perse
Jlh
N Nama Jlh ntase
Karakteristik KK RTL Dokumentasi
o Desa Rmh RTLH
H
(%)
1 Desa -Kondisi bahan
Nanga bangunan
Taman beberapa
kurang
memadai 550 456 10 2,19

2 Desa -Rumah dengan


Rirang bahan
Jati bangunan
berkualitas
rendah
berupa kayu
578 422 117 27,73
-Rumah sudah
lebih dari 20
tahun

-Serta tata letak


yang tidak
teratur

3 Desa -Rumah tepi


Senanga sungai yang
k tidak
memiliki
pembuangan
yang
memadai 751 601 72 11,98
dan langsung
ke sungai

-Sudah termasuk
dalam
golongan
rumah tua
4 Desa -Rumah terbuat
Nanga dari kayu dan
Kiungka kurang layak
ng
-Rumah tua yang
sudah 606 491 77 15,68
ditinggali
lebih dari 20
tahun
5 Desa -Rumah dengan
Sungai bahan
Lawak bangunan
berkualitas
rendah,
dengan
berdinding
kayu,
beratap 477 415 116 27,95
bambu, dan
berlantai
tanah.

-Dengan tata
letak rumah
yang tidak
teratur
orientasinya.

6 Desa -Rumah dengan


Tapang bahan
Tingang bangunan
berkualitas
rendah yaitu
kayu

-Keadaan rumah
berpencar
959 662 262 39,58
-Tidak
tersedianya
air bersih

-Tidak ada akses


MCK/sanitasi

-Listrik belum
merata
7 Desa -Rumah dengan
Nanga bahan
Mongko bangunan
berkualitas
rendah 547 438 62 14,16

-Tata letak
rumah tidak
teratur.

8 Desa -Rumah dengan 728 553 264 47,74


Nanga bahan
Engkulu bangunan
n berkualitas
rendah
berupa kayu
tua

-Lebih dari 20
tahun.

-Keadaan rumah
berpencar.

-Sulit akses air


bersih dan
MCK.

-Listrik belum
merata.

9 Desa -Rumah kualitas


Nanga rendah tidak
Koman bersekat

-Rumah tua 352 310 51 16,45

10 Desa -Rumah dengan


Lubuk bahan
Tajau bangunan
berkualitas
rendah 507 355 74 20,85

11 Desa -Rumah tidak 627 508 225 44,29


Pantok permanen

-Rumah
berbahan
kayu dan
berlantai
tanah.

-Lebih dari 20
tahun.

-Keadaan rumah
berpencar
dengan
ketidaksedia
an air bersih
dan sarana
mck.

12 Desa -Rumah dengan


Meragu bahan
n bangunan
berkualitas
rendah
berbahan
kayu dan
seng 782 688 203 29,51
-Rumah tua layak
renovasi

- Keadaan rumah
berpencar

-Sulit mck dan air


bersih
13 Desa -Kualitas
Nanga bangunan
Mentuk rumah
ak rendah
dengan 480 326 20 6,13
lantai tanah.

Sumber: Hasil Observasi, 2018

Dari hasil tabel, kondisi rumah tidak layak huni yang ada pada Kecamatan Nanga Taman letaknya
memencar. Mayoritas alasan rumah dianggap tidak layak huni dikarenakan kualitas bahan bangunan
rendah yang berupa bangunan non permanen. Bahan dinding bangunan tersebut berupa kayu dan
atap berupa bambu. Selain itu, dikarenakan bangunan tidak teratur. Faktor lainnya adalah rumah
sudah ditinggali lebih dari 20 tahun. Persentase rumah tidak layak huni terbanyak terletak pada Desa
Nanga Engkulun sedangkan persentase tersedikit berada pada Desa Nanga Taman.

4.5.2. Kondisi Masyarakat dan Lingkungan


Permukiman kumuh/tidak layak huni tidak hanya dinilai hanya dari kondisi rumah saja, namun juga
dilihat dari segi kondisi lingkungan perumahan dan permukiman yang ada. Hal ini dikarenakan,
lingkungan juga mempengaruhi potensi suatu tempat untuk menjadi kumuh. Berikut adalah
indikator kondisi lingkungan tidak layak huni:

Sarana dan prasarana buruk dengan lingkungan kumuh.

Jalan setapak tidak teratur.

Rawan kebakaran dan longsor.


Rumah didirikan diatas tanah sengketa, tanah negara atau tanah adat.

Saluran pembuangan air tidak memenuhi standar.

Dekat tempat pembuangan sampah.

Pada kondisi studi, banyak ditemukannya jalan setapak berupa jalan yang dibangun oleh perusahaan
yang dimanfaatkan sebagai akses mobilisasi bagi masyarakat setempat untuk menjangkau daerah
lainnya. Kondis jalan setapak tersebut banyak yang kurang memadai sehingga membahayakan
masyarakat setempat, terlebih medan pada kawasan studi terbilang cukup ekstrim. Kondisi jalan
setapak yang tidak teratur ini biasanya terputus/pecah.

Gambar. Kondisi Jalan Setapak Desa Nanga Mongko

Sumber: Hasil Observasi, 2018

Dikarenakan kelerengan wilayah studi berlikuk maka banyak permukiman yang mendiami
pada kaki bukit yang rawan mengalami longsor. Selain itu, terdapat rumah yang berdiri diatas hutan
lindung. Beberapa desa diantaranya adalah Desa Pantok dan Meragun untuk Nanga Taman dan Desa
Tembesuk, Sebabas, dan Karang Betung untuk Nanga Mahap. Perumahan yang berada pada
kawasan hutan lindung berupa kawasan perumahan non permanen dengan keadaan yang tidak
layak huni dan sulit air bersih, akses mck serta tidak teraliri oleh listrik. Penghuni hutan lindung
tersebut, biasanya terletak pada pedalaman kawasan studi yang sulit untuk dijangkau keberadaanya.

Selain membahas kondisi lingkungan, kebiasaan masyarakat juga tak dapat dipisahkan
dengan terciptanya lingkungan permukiman kumuh. Kebiasaan masyarakat tersebut seperti:

Dikarenakan pada beberapa tempat sulit ditemukannya akses MCK maka banyak masyarakat yang
membuang BAB secara sembarangan. Untuk Kecamatan Nanga Mahap sendiri, Desa Tamang masih
terdapat masyarakat yang BAB sembarangan (BABS). Sedangkan untuk Nanga Taman Desa Pantok,
Lubuk Tajau, Meragun, Tapang Tingang, Senangak, dan Nanga Engkulun belum sepenuhnya berhenti
BABS 100% masih terdapat masyarakat yang sering BABS.

Selain itu, masalah lainnya berupa sampah. Pada Nanga Mahap dan Nanga Taman tidak terdapat
TPS, namun masyarakat yang ada membuang sampah mereka dengan cara dikubur, ditanam,
dibakar bahkan dibuang ke sungai. Sampah tersebut terkadang menumpuk di halaman rumah
sehingga menimbulkan kesan lingkungan yang tidak terawat dan menimbulkan kesan kumuh pada
lingkungan sekitar.

4.6. Kondisi Transportasi

Ruas Jalan
Sistem prasarana yang ada lebih ditekankan pada keberadaan dari infrastruktur jalan.
Jalan merupakan hal yang krusial dalam perkembangan suatu wilaah. Dalam pembahasan
ini akan dibahas mengenai pembagian jalan berdasarkan kelas, dan fungsi jalan, serta
akan dibahas pula mengenai kondisi dan dimensi jalan itu sendiri.Secara umum kelas
fungsi jalan diklasifikasi menjadi Jalan Kolektor, Jalan Lokal, dan Jalan Lingkungan.
Ruas jalan yang ada di Kecamatan Nanga Taman dan Nanga Mahap ini memiliki fungsi
yang berbeda-beda mulai dari jalan kolektor, lingkungan dan lokal dengan masing-
masing cakupan dan kapasitas jalan yang tersedia. Dengan demikian jalan yang ada di
Nanga Taman dan Nanga Mahap dapat diklasifikasikan berdasarkan kelas jalannya,
sebagai berikut :
 Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
 Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
 Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

X.X Kondisi dan Dimensi Jalan

Kondisi dan dimensi jalan ditujukan guna mengidentifikasi kualitas dari suatu ruas jalan.
Ruas jalan dengan kualitas yang baik dapat mempermudahkan pergerakan dari pengguna
jalan tersebut. Kondisi dan dimensi jalan yang ada di Kecamatan Nanga Taman dan
Kecamatan Nanga Mahap yang berbeda. Dengan jarak antar kecamatan yang cukup jauh
sehinggaa ada beberapa akses jalan yang sulit untuk dilewati. Berikut penjelasan lebih
anjut mengenai kondisi dan dimensi jalan yang ada di dua kecamatan :
a. Kondisi dan Dimensi Jalan Kecamatan Nanga Taman

Gambar x.x Kondisi Jalan Kecamatan Nanga Taman


Sumber : Hasil Survey,2018
Berdasarkan gambar diatas, kondisi jalan yang ada di Nanga Taman sudah
cukup baik. Untuk jalan kolektor sudah dengan perkerasan aspal. Jalan kolektor yang
ada di Nanga Taman menghubungan antara Kecamatan Sekadau Hulu dan
Kecamatan Nanga Taman dimana perjalanan menempuh waktu sekitar 45 menit dari
Kecamatan Sekadau Hulu dengan 7 meter. Jalan lokal di Kecamatan Nanga Taman
juga dengan perkerasaan aspal kondisi baik, dengan lebar jalan 5 meter. Serta,
kondisi jalan lingkungan yang juga baik dengan perkerasan aspal dan ada beberapa
jalan lingkungan yang masih memiliki perkerasan semen dengan lebar rata-rata 4
meter. Kondisi jalan yang baik di Kecamatan Nanga Taman membuat akses menjadi
mudah untuk dijangkau. Namun, masih terdapatnya beberapa jalan yang mana
perkerasan jalannya berupa tanah kuning, sehingga jika musim hujan jalan menjadi
sulit untuk diakses dikarenakan tanah kuning yang mudah menempel pada
kendaraan.
Gambar x.x Kondisi Jalan Kecamatan Nanga Taman
Sumber : Hasil Survey,2018

b. Kecamatan Nanga Mahap

Gambar x.x Kondisi Jalan Kecamatan Nanga Mahap


Sumber : Hasil Survey,2018
Dari gambar diatas, kondisi jalan yang ada di Kecamatan Nanga Mahap,
berbeda dengan yang ada di Kecamatan Nanga Taman. Dimana kondisi jaan yang
ada perkerasannya semen,berbatu dan berpasir serta terdapat tanah kuning. Di
Kecamatan Nanga Mahap jalan kolektor dengan perkerasaan tanah kuning dengan
lebar 9 meter, dikarenakan terdapatnya perusahaan sawit sehingga jalan yang dibuat
oleh perusahaan adalah jalan dengan perkerasan tanah kuning. Jika pada musim
hujan maka jalan kolektor ini akan licin.
Begitu pula dengan jalan lokal dengan lebar 5 meter dan jalan lingkungan yang
ada di Kecamatan Nanga Mahap dengan kondisi berbatu dan berpasir sehingga
cukup sulit untuk dilewati. Rata-rata jalan lingkungan yang ada di Kecamatan Nanga
Mahap memiliki lebar sekitar 1 meter saja dan di kanan kiri jalan merupakan hutan
atau semak-semak, yang mana kita harus lebih berhati-hati dalam melewati jalan
yang ada. Jika dilihat dari perkerasannya jalan lingkungan kondisinya jauh lebih baik
dibandingkan jalan kolektor dan jalan lokal yang ada di Kecamatan Nanga Mahap.

x.x Jembatan

Prasarana transportasi jembatan tidak kalah pentingnya dibandingkan ruas jalan.


Jembatan sebagai jalur penghubung antar wilayah satu dengan wilayah lainnya. Ada
beberapa jembatan yang ada di Kecamtan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga
Mahap. Rata-rata jembatan yang ada di kedua kecamatan tersebut adalah jembatan
gantung, dikarenakan kedua kecamatan ini banyak dilewati oleh sungai, sehingga
jembatan yang digunakan oleh masyarakat sekitar adalah jembatan gantung yang
pengikatnya hanya menggunakan tali baja. Namun, ada beberapa juga yang bukan
jembatan gantung, yang mana kondisi jembatan jauh lebih baik dan sebagian
perkerasannya terbuat dari beton serta masih terdapat jembatan yang masih dengan
perkerasan kayu.
Gambar x.x Kondisi Jembatan

Sumber : Hasil Observasi,2018

x.x Perabot Jalan

Perabot jalan adalah salah satu alat penunjuk arah dan sebagainya sesuai dengan
fungsi. Namun, pada kedua kecamatan ini tidak ada terdapatnya perabot jalan yang
spesifik di sepanjang jalan kolektor,lokal dan lingkungan. Hanya terdapat zebra
cross yang terdapat dijalan utama Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga
Mahap. Dalam pemasangan perabot jalan sendiri harus sesuai dengan peraturan yang
sudah diatur oleh pemerintah, dikarenakan kondisi jalan yang ada di kedua
kecamatan masih sepi tingkat penggunaan kendaraan sehingga tidak terdapatnya
perabot jalan, perabot jalan yang terdapat di kedua kecamatan tersebut aalah zebra
cross, halte yang terdapat di Kecamatan Nanga Mahap dan penerangan jalan umum.
Untuk PJU sendiri kondisinya tidak sepanjang jalan memiliki lampu, dan masih ada
beberapa jalan dengan kondisi gelap untuk dilalui jika dilewati pada malam hari.
Perabot jalan sendiri terdiri dari, zebra cross,trotoar,rambu jalan,penerangan jalan
umum dan halte.
x.x Moda Transportasi

Moda transportasi merupakan istilah dalam menyatakan alat angkut yang


difungsikan untuk berpindah tempat dari satu ketempat lain. Sarana transportasi
darat adalah moda yang digunakan untuk menempuh jalur darat. Moda transportasi
darat yang ada di kedua kecamatan tersebut adalah angkutan pribadi dan angkutan
umum. Angkutan pribadi seperti motor,mobil,truk,pick up dan sebagainya. Untuk
angkutan umum adalah bis antar kota yang mana menghubungkan Kota Pontianak
menuju Kecamatan Nanga Mahap atau sebaliknya, tetapi angkutan umum ini juga
dapat berhenti di Kabupaten Sekadau atau Kecamatan Nanga Taman. Waktu yang
ditempuh selama perjalanan kurang lebih 7 jam.

Untuk moda angkutan air sendiri, kedua kecamatan Nanga Taman dan Nanga
Mahap tidak terdapat mod angkutan yang spesifik dalam jumlah yang besar, hanya
terdapat perahu atau sampan yang digunakan pribadi oleh masyarakat sekitar dan
penggunaannya hanya untuk memancing keperluan sehari-hari.

4.7. Kondisi Ekonomi dan Keuangan Daerah

Ekonomi adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi,


pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa.Ekonomi secara umum atau secara khusus adalah
aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga1.Ekonomi juga dikatakan sebagai ilmu
yang menerangkan cara-cara menghasilkan, mengedarkan, membagi serta memakai barang
dan jasa dalam masyarakat sehingga kebutuhan materi masyarakat dapat terpenuhi sebaik-
baiknya.Kegiatan ekonomi dalam masyarakat adalah mengatur urusan harta kekayaan baik
yang menyangkut kepemilikkan, pengembangan maupun distribusi.2 Manusia hidup dalam
suatu kelompok yang membentuk suatu sistem.Sistem secara sederhana dapat diartikan
sebagai interaksi, kaitan, atau hubungan dari unsur unsur yang lebih kecil membentuk satuan
yang lebih besar dan komplek sifatnya.Dengan demikian sistem ekonomi adalah interaksi
dari unit-unit yang kecil (para konsumen dan produsen) ke dalam unit ekonomi yang lebih
besar disuatu wilayah tertentu.3 Adapun ekonomi masyarakat adalah sistem ekonomi yang
berbasis pada kekuatan ekonomi masyarakat. Dimana ekonomi masyarakat sendiri adalah
sebagian kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan masyarakat kebanyakan yang dengan
cara swadaya mengelola sumber daya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan, yang
selanjutnya disebut sebagai usaha kecil dan menengah (UKM) terutama meliputi sektor
pertanian, perkebunan, peternakan, kerajinan, makanan dan sebagainya. Tujuan dari
perekonomian adalah untuk mensejahterakan dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat,
serta mencapai kemudahan dan kepuasan. Dengan terpenuhinya kebutuhan masyarakat maka
akan tercipta kesejahteraan kelangsungan hidup yang produktif.

Berdasarkan potensi ekonomi Kecamatan Nanga Taman dan Nanga Mahap memiliki
potensi ekonomi, berikut penjelasan dari segi potensi ekonomi yang berada di Kecamatan
Nangan Mahap ;

Tabel x.x Potensi Ekonomi Kecamatan Nanga Mahap

No Desa Jenis Keterangan


1 Nanga Mahap Perkebunan sawit PT. Arvena Sepakat
dan perdagangan
2 Batu Pahat Perkebunan sawit PT. Arvena Sepakat
3 Lembah Beringin Perkebunan karet PT. Landak Bhakti
unggul Palma
4 Teluk Kebau Perkebunan karet PT. Landak Bhakti
unggul Palma
5 Landau Apin Perkebunan karet PT. Landak Bhakti
unggul Palma
6 Tembaga Perkebunan karet Perkebunan Rakyat
lokal
7 Cenayan Perkebunan karet Perkebunan Rakyat
lokal dan pariwisata
8 Landau Kumpai Perkebunan karet Perkebunan Rakyat
lokal
9 Nanga suri Perkebunan karet Perkebunan Rakyat
lokal
10 Sebabas Perkebunan sawit PT. Arvena Sepakat
dan pariwisata
11 Karang Betung Perkebunan karet Perkebunan Rakyat
lokal dan pariwisata
12 Tamang Perkebunan sawit PT. Arvena Sepakat
13 Tembesuk Perkebunan sawit PT. Arvena Sepakat

Sumber : Survey,2018

Berdasarkan tabel diatas rata-rata potensi ekonomi yang ada di Kecamatan Nanga
Mahap adalah perkebunan, baik perkebunan sawit ataupun perkebunan karet. Untuk
perkebunan sawit sendiri berasal dari perusahaan yang menanamkan sahamnya di berbagai
desa, samahalnya dengan beberapa perkebunan karet. Selain itu pula terdapat perkebunan
yang dimiliki oleh masyarakat lokal. serta terdaoa pengolahan hasil hutan yaitu berupa Kayu,
Rotan, Damar dan Tengkawang dan juga terdapat perkebunan sawit mandiri yang dimiliki
oleh perkebunan rakyat.

Ekonomi adalah salah satu dan bagian dari ilmu sosial yang khusus mempelajari aktivitas
manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa.
Secara umum, pengertian ekonomi adalah sebuah bidang ilmu tentang pengurusan sumber daya
material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Kondisi ekonomi mencerminkan tingkat dan konsumsi untuk suatu negara, wilayah, atau industri
tertentu. Kondisi ekonomi dapat memengaruhi pendapatan atau beban dari suatu wilayah.
Berdasarkan teori ekonomi, ekonomi dibagi menjadi dua yaitu ekonomi makro dan ekonomi mikro.
Berikut adalah pemaparan kondisi ekonomi makro berdasarkan ekonomi Kabupaten Sekadau dan
ekonomi mikro berdasarkan Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman, Kabupaten
Sekadau

4.7.1. Kondisi Ekonomi Makro


Ekonomi makro adalah salah satu cabang ilmu ekonomi yang menganalisis kegiatan ekonomi
masyarakat secara terpadu dan menyeluruh, yaitu berbentuk dalam PDRB berupa pendapatan
daerah dari sektor seperti perdagangan, pertanian, perkebunan, perternakan, perikanan,
pertambangan, jasa dan sektor lainnya. Dengan menganalisis ekonomi makro, maka kita akan dapat
mengetahui bagaimana cara yang efektif dan efesien dalam memanfaatkan sumber daya yang
terbatas. Berikut adalah sumber pendapatan dari sektor-sektor yang terdapat di Kabupaten
Sekadau :

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Kategori ini mencangkup subkategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang terdiri atas
golongan tanaman pangan, golongan tanaman hortikultura, golongan tanaman Perkebunan,
golongan peternakan, dan golongan jasa pertanian dan perburuan, subkategori usaha kehutanan
dan penerbangan Kayu, dan subkategori Perikanan. Ketegori ini masih menjadi tumpuan dan
harapan dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2016 kategori Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan memberi kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 38,11 persen.

Golongan perkebunan merupakan penyumbang terbesar terhadap kategori pertanian yaitu


tercatat sebesar 75,14 persen dari seluruh nilai tamabh pertanian. Pada tahun yang sama, golongan
ini juga mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu 5,30 persen pada tahun 2015 menjadi 5,77
persen pada tahun 2016, meski pada tahun sebelumnya melambat dari tahun 2014 sebesar 5,84
persen. Kontribusi golongan perkebunan terhadap total PDRB pada tahun 2016 sedikit menurun
menjadi 28,64 persen disbanding tahun 2015 sebesar 28,80 persen dan tahun 2014 sebesar 29,23
persen, sedangkan tahun 2013 sebesar 29,41 persen.

Pertumbuhan ekonomi terbesar tahun 2016 pada kategori ini adalah pada golongan
Tanaman Pangan yaitu sebesar 6,76 persen yang diikuti oleh golongan Perkebunan sebesar 5,77
persen, subkategori Perikanan sebesar 4,70 perse, golongan Peternakan 4,02 persen, golongan
Tananman Holtikultura 3,55 persen, dan golongan Jasa Pertanian dan Perburuan serta Kehutanan
dan Penebangan kayu yang keduanya tumbuh sebesar 2,75 persen.

2. Pertambangan dan Penggalian

Pada Kategori Pertambangan dan Penggalian, subkategori yang berkontribusi terbesar


adalah Pertambangan dan Penggalian Lainnya yaitu sebesar 81,30 persen pada tahun 2016,
mengalami kenaikan disbanding tahun 2015 yaitu sebesar 80,37 persen yang sebelumnya terus
menurun dari 80,63 persen ditahu 2011 dan 80,07 di tahun 2012. Dengan tidak adanya kegiatan
ekonomi subkategori Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi dan subkategori Pertambangan
Batubara dan Lignit, penurunan peran subkategori Pertambangan dan Penggalian Lainnya memicu
meningkatnya peranan subkategori Perambahan Bijih Logam beberapa tahun terakhir terhadap
kategori Pertambangan dan Penggalian.

Secara keseluruhan pada tahun 2016, kategori Pertambangan dan Penggalian menunjukan
laju pertumbuhan yang positif sebesar 5,10 persen, terutama didorong oleh pertumbuhan
subkategori Pertabangan dan Penggalian Lainnya sebesar 5,74 persen. Sementara itu, subkategori
Pertambangan Bijih Logam mencetak laju pertumbuhan yang meningkat, dari pertumbuhan negative
sebesar 1,06 persen ditahun 2015 menjadi 1,86 persen pada tahun 2016.

3. Industri Pengolahan

Pada Kategori Industri Pengolahan, subkategori yang menyumbang peranan terbesar adalah
Industri Makanan dan Minuman yaitu sebesar 79,11 persen pada tahun 2016, kemudian diikuti oleh
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya,
dan Industri Pengelolaan Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan yaitu Sebesar
7,77 persen dan 4,24 persen. Sedangkan peranan subkategori yang lain berturut-turut mulai dari
yang terbesar hingga terkecil adalah Industri Barang Galian bukan Logam 3,19 persen, subkategori
Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik 1,68 persen,
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 1,16 persen, Industri Logam Dasar 1,14 persen, Industri Alat
angkutan 0,98 persen, Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media
Rekaman 0,02 persen dan Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 0,01 persen.

Secara keseluruhan, laju pertumbuhan Kategori Industri Pengolahan pada tahu 2016 adalah
sebesar 2016 5,61 persen, sedangkan subkategori yang mencatatkan laju pertumbuhan terbesar
adalah subkategori Industri Makanan dan Minuman yaitu sebesar 6,93 perse pada tahun 2016,
kemudian diikuti subkategori Industri Tekstil dan pakaian jadi dan subkategori Industri Kertas dan
Barang dari Jertas; Percetakan dan Reproduksi media Rekaman yaitu masing-masing sebesar 4,70
persen dan 2,79 persen. Berikut tabel 1.1. PDRB Kabupaten Sekadau :

Tabel 1.1. PDRB Kabupaten Sekadau Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (juta
rupiah)

PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH) HARGA KONSTAN 2010


LAPANGAN USAHA PDRB

2011 2012 2013 2014 2015

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN 1075539.99 1127990.04 1196241.77 1255091.06 1312970.37

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 93841.88 97683.15 100820.80 106158.81 111364.14


PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH) HARGA KONSTAN 2010
LAPANGAN USAHA PDRB

2011 2012 2013 2014 2015

INDUSTRI PENGOLAHAN 160799.04 169404.10 179071.68 188330.27 196656.85

PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 626.96 710.99 715.39 801.59 880.83

PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH,


2466.20 2548.35 2588.80 2604.56 2632.50
LIMBAH, DAN DAUR ULANG
KONSTRUKSI 266169.66 291938.30 318819.89 350788.93 385932.19

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI


395201.75 416499.99 442803.51 466402.44 491751.04
MOBIL DAN SEPEDA MOTOR
TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 36867.64 39881.44 43085.20 46832.82 50948.75

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN


70253.62 75216.03 81261.32 87207.06 93394.02
MINUM
INFORMASI DAN KOMUNIKASI 122704.18 130337.45 139190.87 150874.65 163290.34

JASA KEUANGAN DAN ANSURANSI 31993.34 40258.67 47472.66 55254.63 61376.46

REAL ESTAT 113327.32 122650.88 129598.16 136049.26 142867.21

JASA PERUSAHAAN 1762.52 1793.79 1825.06 1871.96 1903.43

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN


153142.89 164823.29 173835.46 184344.60 195514.96
DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
JASA PENDIDIKAN 103889.77 112311.11 120780.84 128409.82 132877.09

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 49617.10 51726.03 54175.42 57062.07 59496.27

JASA LAINNYA 26375.72 26870.29 27559.87 28119.56 28943.67

PDRB 2704579.61 2872643.91 3059846.69 3246204.09 3432800.12

Sumber : Kabupaten Sekadau Dalam Angka, 2016

Diketahui dari tabel PDRB di Kabupaten Sekadau berdasarkan harga konstan sektor unggulannya
adalah sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, industri pengolahan, perdagangan, dan jasa-jasa
lainnya. Ini dikarenakan lokasi wilayah studi terdapat kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat. Dan didukung dengan keberadaan kawasan hutan produksi yang
mendominasi di Kabupaten Sekadau. Berikut tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB :

Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sekadau Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Konstan (juta rupiah)

LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN


USAHA (PERSEN) HARGA KONSTAN 2010
LAPANGAN USAHA PDRB

2011 2012 2013 2014 2015


PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN
5.07 4.88 6.05 4.92 4.61
PERIKANAN
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 7.04 4.09 3.21 5.29 4.90

INDUSTRI PENGOLAHAN 2.29 5.35 5.71 5.17 4.42

PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 18.12 13.40 0.62 12.05 9.89


PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN
3.34 3.33 1.59 0.61 1.07
SAMPAH, LIMBAH, DAN DAUR ULANG
KONSTRUKSI 8.92 9.68 9.21 10.03 10.02
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN,
5.71 5.39 6.32 5.33 5.43
REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR
TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 8.89 8.17 8.03 8.70 8.79
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN
4.93 7.06 8.04 7.32 7.09
MINUM
INFORMASI DAN KOMUNIKASI 4.42 6.22 6.79 8.39 8.23

JASA KEUANGAN DAN ANSURANSI 4.03 25.83 17.92 16.39 11.08

REAL ESTAT 5.02 8.23 5.66 4.98 5.01

JASA PERUSAHAAN 4.14 1.77 1.74 2.57 1.68


ADMINISTRASI PEMERINTAHAN,
PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL -6.59 7.63 5.47 6.05 6.06
WAJIB
JASA PENDIDIKAN 6.07 8.11 7.54 6.32 3.48
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN
4.09 4.25 4.74 5.33 4.27
SOSIAL
JASA LAINNYA 7.32 1.88 2.57 2.03 2.93

PDRB 4.73 6.21 6.52 6.09 5.75


Sumber : Kabupaten Sekadau Dalam Angka, 2016

Pertumbuhan PDRB berkembang sebesar 4,73 untuk tahun 2011 meningkat menjadi 0.81% dari
tahun sebelumnya sebesar 6,21, kemudian ditahun 2013, 2014, dan 2015 pertumbuhan PDRB
mengalami penurunan. Sektor yang paling tinggi tingkat pertumbuhan ekonominya yaitu sektor jasa
keuangan dan asuransi sebesar 11,08 diikuti oleh sektor konstruksi sebesar 10,02. Sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan di Kabupaten Sekadau tersebar di setiap kecamatan yang ada di
Kabupaten Sekadau, yang didukung dengan keberaaan industri pengolahan dan transportasi dan
pergudangan dimana terdapat aktifitas hasil perkebunan sawit yang berada di Kabupaten Sekadau.

4.7.2. Kondisi Ekonomi Mikro


Ekonomi mikro merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang mengalisa bagian-bagian
terkcil dari seluruh kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat, yaitu dapat melihat dari tingkat
pendapatan perkapita berdasarkan profesi/lapangan usaha masyarakat. berdasarkan data yang
diperoleh dari Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga Mahap mata pencaharian
masyarakat cukup beragam mulai dari petani, pengusaha, PNS, ABRI, dll. Berdasarkan hasil dari
wawancara dengan staff TU di Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga Mahap, masyarakat
pada wilayah perencanaan tidak hanya mengandalkan kekayaan alam, tetapi sudah mampu
memanfaatkan berbagai peluang yang mampu dijadikan sebagai lapangan kerja. Berikut kondisi
kekayaan alam yang di kelola masyarakat :

1. Pertanian
 Kecamatan Nanga Taman
Dikecamatan Nanga Taman terdapat lahan pertanian berupa sawah yang digarap
dengan baik seluas ± 2.114 Ha yang meliputi ± 566 Ha irigasi dan ±1.548 Ha yang
tidak beririgasi, lahan pertanian bukan sawah seluas ± 92.218 Ha yang tersebar
diseluruh desa. Pola bercocok tanam di kecamatan ini masih menggunakan cara
tradisional dan kurangnya sumber daya manusia (keterampilan) petani.
 Kecamatan Nanga mahap

2. Perkebunan
 Kecamatan Nanga Taman
Perkebunan yang ada di Kecamatan Nanga Taman adalah perkebunan kelapa sawit
seluas ± 1.408 Ha yang diolah oleh masyarakat dibawah naungan perusahaan.
Kemudian, terdapat perkebunan karet seluas ± 59.462 Ha. Pola berkebun di
kecamatan ini masih menggunakan cara tradisional dan kurangnya sumber daya
manusia (keterampilan) petani.

 Kecamatan Nanga mahap


3. Perternakan dan Perikanan
 Kecamatan Nanga Taman
Di kecamatan Nanga Taman terdapat peternakan dan perikanan yang tersebar di
setiap desa berupa sapi potong ± 1.034 ekor, kambing ± 599 ekor, babi ± 6.136 ekor,
ayam kampong ± 7.249 ekor, ayam pedaging ± 4.600 ekor dan itik ± 645 ekor. Itik
manila ± 1.020 ekor. Pola berternak di kecamatan ini masih menggunakan cara
tradisional dan kurangnya sumber daya manusia (keterampilan) petani.
 Kecamatan Nanga mahap
4. Kekayaan Alam dan Pertambangan
 Kecamatan Nanga Taman
Wilayah kecamatan nanga taman dialiri berbagai sungai. sungai – sungai itu adalah
sungai sekadau, sungai mentukak, sungai taman, sungai engkulun, sungai kiungkang,
sungai semarawai, dan sungai mongko. Sungai tersebut semuanya bermuara
disungai sekadau, kecuali sengai sekadau bermuara ke sungai Kapuas. Sungai –
sungai ini membatasi dan membelah antara desa satu dengan desa lain yang ada
dikecamatan ini. Dari segi permanfaatan sangat banyak, selain sebagai sarana
transportasi (dulu) dan juga untuk pertambangan pasir.
 Kecamatan Nanga mahap
5. Perdagangan/ Industry Kecil
 Kecamatan Nanga Taman
Keberadaan pasar tradisional sebagai pusat perdagangan di kecamatan Nanga
Taman sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Disini
kebutuhan pokok mereka terpenuhi. Mereka juga mendapatkan manfaat lain,
diantaranya untuk tempat bekerja sebagai tenaga buruh, tempat memasarkan hasil
pertanian. Disisi lain, tumbuh-kembangnya suatu daerah dapat dilihat melalui
tingkat aktivitas perekonomi. Semangkin tinggi tingkat aktivitas maka dapat
dikatakan semakin baik pula keadaaan ekonomi masyarakatnya. Baik mekarnya
daerah tersebut dapat dilihat dengan banyaknya pertokoan, kios-kios, rumah
makan, penginapan, dan warung serta pasar sayur. Kemudian, dikecamatan Nanga
Taman terdapat pengerajian anyaman dari rotan dan bambu yang berada di desa
pantok.
 Kecamatan Nanga mahap

Berikut adalah tabel mengenai pendapatan masyarakat di Kecamatan Nanga Taman dan
Kecamatan Nanga Mahap :

1. Pendapatan Masyarakat

Pendapatan masyarakat di wilayah perencanaan cukup beragam, yaitu tergantung pada mata
pencaharian atau profesi masyarakat. Adapun lebih jelasnya dapat dilihat pendapatan masyarakat
Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga Mahap pada tabel berikut :

Tabel 1.3. Pendapatan Masyarakat


No Jenis Pekerjaan Pendapatan (Rp) No Jenis Pekerjaan Pendapatan (Rp)
1 Petani 1.000.000 8 Buruh Pertambangan 2.500.000
2 Nelayan 1.200.000 9 Buruh Perkebunan 2.000.000
3 Peternakan 1.000.000 10 Pedagang 4.500.000
4 Pengusaha 8.000.000 11 Pengangkutan 3.500.000
5 Pengrajin Industri Kecil 3.000.000 12 PNS 3.200.000
6 Pengrajin Industri 6.000.000 13 ABRI 3.000.000
7 Buruh Bangunan 3.000.000 14 Pensiun 2.500.000
Sumber : Profil Kecamatan, 2017

Dari table di atas dapat diketahui pendapatan terbesar berada pada masyarakat dengan
mata pencaharian sebagai pengusaha dan pedagang, sedangkan pendapatan terendah yaitu
masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Faktor yang mempengaruhi mata pencaharian
masyarakat adalah faktor karakteristik wilayah yang di dominasi oleh lahan pertanian, kehutanan,
dan perikanan, terdapatnya lahan sawah dan perkebunan, peruntukkan kawasan sebagai kawasan
perdagangan dan jasa dll, serta faktor pendidikan yang mempengaruhi pekerjaan dan pendapatan
masyarakat.

4.8. Kondisi Kelembagaan

Kelembagaan adalah aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang menfasilitasi
koordinasi antar anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan di mana setiap orang dapat
bekerja sama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang
diinginkan. Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga Mahap memiliki beberapa kelembagaan
yang dapat membantu koordinasi antara orang antar satu dengan yang lainnya dalam bekerjasama
untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Kelembagaan terdiri atas kelembagaan pemerintah dan
non pemerintah di antaranya adalah sebagai berikut:
4.8.1. Lembaga Pemerintah
1. Kecamatan

Kecamatan merupakan wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah. Kecamatan dipimpin
oleh Camat. Camat berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah melalui
Sekretaris Daerah. Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang
dilimpahkan oleh Kepala Daerah untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Camat juga
menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi :

 Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaaan masyarakat.


 Pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum.
 Pengkoordinasian penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan.
 Pengkoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
 Pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat Kecamatan.
 Membina penyelenggaraan pemerintahan Kelurahan.
 Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang
belum dapat dilaksanakan pemerintahan Kelurahan.

Berdasarkan kondisi dan letaknya kantor camat di Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga
Mahap.

2. Kelurahan/Desa

Kelurahan/Desa merupakan wilayah kerja Lurah/Desa sebagai perangkat daerah dalam


wilayah Kecamatan. Lurah/Desa berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala
Daerah melalui Camat. Lurah/Desa mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan
yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.
Berdasarkan pembagian administratif perkantoran Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga
Mahap memiliki kelurahan/Desa yang terdiri dari :

Tabel 1.4. Nama Kelurahan/Desa di Kecamatan Nanga Taman dan Nanga Mahap
Nama Kelurahan/Desa
Kecamatan Nanga Taman Kecamatan Nanga Mahap
Nanga Taman Landau Apin
Rirang Jati Teluk Kebau
Senangak Lembah Beringin
Nanga Kiungkang Karang Betung
Sungai lawak Sebabas
Tapang Tinggang Nanga Suri
Nanga Mongko Nanga Mahap
Nanga Engkulun Batu Pahat
Nanga Koman Landau Kumpai
Lubuk Tajau Tembaga
Pantok Cenayan
Meragun Tembesuk
Nanga Mentukak Tamang
Sumber : Profil Kecamatan, 2017
Lurah/Desa juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi :

 Pelaksanaan kegiatan Pemerintahan Kelurahan.


 Pemberdayaan masyarakat.
 Pelayanan masyarakat.
 Penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum. Pembinaan Lembaga
Kemasyarakatan.
3. Kelembagaan Keagamaan (KUA)

Lembaga KUA yang ada di Kecamatan Nanga Taman dan Nanga Mahap ini memiliki tugas
dan perannya terhadap masyarakat Kecamatan tersebut adapun tugasnya adalah :

 Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi menyelenggarakan surat menyurat, kearsioan,


pengetikan, dan rumah tangga KUA kecamatan, dan Melaksanakan pencatatan nikah, rujuk,
mengurus dan membina masjid, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan dan
pembangunan keluarga sakinah sesuai dengan kebijaksanaan.
4. Kelembagaan Pendidikan

Lembaga pendidikan adalah tempat berlangsungnya proses pendidikan terkhusus pada


lingkungan utamanya yaitu, sekolah dan lembaga pembimbingan proses belajar mengajar yag
dilakukan atas formal milik pemerintah.
5. Kelembagaan Kesehatan

Lembaga kesehatan merupakan hal penting dalam suatu kelompok masyarakat yang memberikan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Adapun fungsi Lembaga
Kesehatan disusun dengan kriteria yaitu :

 Fungsi perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.


 Fungsi pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan
lingkup tugasnya.
 Fungsi pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya.

4.8.2. Lembaga Non Pemerintah


Lembaga non pemerintah adalah Lembaga yang bukan merupakan bagian dari pemerintah,
birokrasi atau negara. Maka secara garis besar organisasi non pemerintah dapat dilihat dengan ciri
sebagai berikut:

a. Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi atau pun negara.
b. Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan.
c. Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk kepentingan para
anggota seperti yang dilakukan koperasi atau pun organisasi profesi.
Adapun kelembagaan di Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga Mahap yang bukan
merupakan Lembaga pemerintah kelembagaan tersebut di antaranya:

1. Keagamaan

Lembaga keagamaan yang di miliki oleh Kecamatan Pontianak Barat yang terdiri dari masjid,surau,
pondok presanten, majelis taklim, taman pendidikan al-qur’an (TPA) dan gereja . Peran aktif
kelembagaan ini yaitu pada bidang kerohanian pembentuk karakter diri beriman dan taqwa, yang
mana juga merupakan perkumpulan dalam proses pengajaran pembentuk karakter diri yang baik
misalnya pada Taman Pendidikan Al-Qur’an,Pondok Presantren dan lain sebagainya yang mampu
dalam membimbing dan membangun.

2. PKK (Pemberdayaan Kesehatan Keluarga)

PKK adalah organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan wanita untuk turut berpartisipasi
dalam pembangunan, tujuan dari PPK di Pontianak Barat adalah untuk untuk meningkatkan
kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berkhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan
gender serta kesadaran hukum dan lingkungan yang baik. PKK ini terdapat di jalan Husein Hamzah
kegiatan yang dilakukan yakni berupa mengikuti pelatihan kelompok desa wisma, mengikuti
supervise T.P.PKK kelurahan pallima, peningkatan administrasi dan administrasi keuangan.

3. LPM atau Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

LPM adalah lembaga yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat sebagi wadah yang di bentuk
atas pakarsa masrakat sebagai mitra pemerintah kelurahan dalam menampung dan mewujudkan
aspirasi kebutuhan demokrasi masyarakat di bidang pembangunan.

4. Kelembagaan Organisasi Sosial dan Yayasan

Lembaga-lembaga ini memiliki peran dan fungsi dalam kegiatan-kegiatan seperti kegiatan sosial,
pembinaan umat beragama, hiburan musik kesenian , pesta adat dan lain-lain.

BAB V
KAJIAN ANALISIS SEKTORAL
5.1. Analisis Implikasi Kebijakan
5.2. Analisis Pusat Pelayanan

5.2.1 Analisis Skalogram


Pusat pelayanan gambaran bentuk keterkaitan antara satu wilayah dengan wilayah
lainnya yang bersifat hirarkis. Untuk itu dalam menciptakan suatu pusat pelayanan, kita
perlu melihat pusat-pusat kegiatan atau aktivitas yang berada pada wilayah kajian. Pusat-
pusat kegiatan akan memiliki perbedaan intensitas aktivitasnya masing-masing. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa krtiteria berikut.
o Jumlah penduduk
o Sebaran dan jumlah fasilitas
o Transportasi
Jumlah penduduk merupakan salah satu pendorong peningkatan mutu dan tingkat
pelayanan. Salah satu indikator penentuan pusat-pusat kegiatan adalah sebaran fasilitas.
Pusat-pusat kegiatan ini saling dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana dan
memiliki pola keterikatan masing-masing. Jaringan yang paling kuat untuk membangun
hierarki adalah jalan. Untuk menganalisis pusat pelayanan, perlu dilakukan identifikasi
awal dari analisis skalogram berdasarkan tiga indikator penentu pusat-pusat kegiatan, yaitu
penduduk, fasilitas, dan transportasi. Hasil dari analisis skalogram adalah orde kegiatan.
Semakin tinggi nilai perkalian pembobotan, maka semakin tinggi pula nilai indeks
sentralitasnya.
1. Analisis Skalogram Penduduk
Penduduk menentukan aktivitas perkotaan. Asumsinya, semakin tinggi jumlah
penduduk maka akan semakin besar kemungkinan suatu desa berkembang menjadi
perkotaan. Analisis skalogram untuk penduduk ditentukan berdasarkan jumlah dan kepadatan
penduduk di tahun terakhir. Adapun analisisnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Analisis Skalogram Penduduk

Jumlah Kepadatan Indeks


N Penduduk Penduduk Jumlah Indeks Rata-rata
o Nama (Jiwa) (Jiwa/Km2) Penduduk Kepadatan Indeks
1 Landau Apin 2326 54 0,634 0,217 0,425
2 Teluk Kebau 2167 25 0,590 0,102 0,346
3 Lembah Beringin 3379 20 0,920 0,079 0,499
4 Karang Betung 2573 26 0,701 0,104 0,403
5 Sebabas 2153 14 0,586 0,058 0,322
6 Nanga Suri 1713 39 0,467 0,157 0,312
7 Nanga Mahap 3033 248 0,826 1,000 0,913
8 Batu Pahat 1882 54 0,512 0,219 0,366
9 Landau Kumpai 1230 35 0,335 0,142 0,238
10 Tembaga 3672 27 1,000 0,111 0,555
11 Cenayan 1321 23 0,360 0,094 0,227
12 Tembesuk 1650 6 0,449 0,025 0,237
13 Tamang 1881 30 0,512 0,120 0,316
14 Nanga Engkulun 2729 19 0,743 0,077 0,410
15 Nanga Koman 1281 29 0,349 0,115 0,232
16 Nanga Mongko 2006 23 0,546 0,092 0,319
17 Lubuk Tajau 1964 31 0,535 0,123 0,329
18 Pantok 2768 64 0,754 0,258 0,506
Jumlah Kepadatan Indeks
N Penduduk Penduduk Jumlah Indeks Rata-rata
19
o MeragunNama (Jiwa)
3384 (Jiwa/Km18
2
0,922 Kepadatan
) Penduduk 0,073 0,497
Indeks
20 Rirang jati 2077 27 0,566 0,110 0,338
21 Nanga Taman 2283 158 0,622 0,638 0,630
22 Senangak 2651 19 0,722 0,077 0,400
23 Sungai Lawak 1790 20 0,487 0,082 0,285
24 Nanga Kiungkang 2383 29 0,649 0,118 0,384
25 Tapang Tinggang 3655 34 0,995 0,136 0,566
26 Nanga Menukak 1757 236 0,478 0,953 0,716
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Indeks jumlah penduduk didapatkan dari pembagian antara penduduk suatu desa
dengan desa yang memiliki jumlah penduduk terbesar; dalam hal ini adalah Desa Tembaga.
Begitupun dengan indeks kepadatan yang dibagi dengan desa yang memiliki kepadatan
tertinggi; yaitu Desa Nanga Mahap. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka bisa diranking
indeksnya sehingga didapatkan orde.
Tabel Orde Berdasarkan Penduduk

No Nama I II III
1 Landau Apin      
2 Teluk Kebau      
3 Lembah Beringin      
4 Karang Betung      
5 Sebabas      
6 Nanga Suri      
7 Nanga Mahap      
8 Batu Pahat      
9 Landau Kumpai      
10 Tembaga      
11 Cenayan      
12 Tembesuk      
13 Tamang      
14 Nanga Engkulun      
15 Nanga Koman      
16 Nanga Mongko      
17 Lubuk Tajau      
18 Pantok      
19 Meragun      
20 Rirang jati      
21 Nanga Taman      
22 Senangak      
23 Sungai Lawak      
24 Nanga Kiungkang      
No Nama I II III
25 Tapang Tinggang      
26 Nanga Menukak      
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Keterangan
Indeks Orde
>0,686 1
0,457 – 0,686 2
0,227 – 0,456 3
Diantara 26 desa di Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman, 2 diantaranya yaitu
Desa Menukak dan Desa Nanga Mahap masuk dalam orde 1 berdasar jumlah dan kepadatan
penduduknya. Desa yang masuk orde 2 adalah Desa Lembah Beringin, Desa Tembaga, Desa
Pantok, Desa Meragun, Desa Nanga Taman, Desa Tapang Tingang. Sisanya masuk kedalam
orde 3. Hasil diatas menunjukkan bahwa persebaran penduduk belum merata pada
Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman.
2. Analisis Skalogram Fasilitas
Analisis skalogram fasilitas merupakan salah satu yang wajib dilakukan dalam
analisis skalogram. Hal ini dikarenakan fasilitas menggambarkan perkembangan tingkat
pelayanan suatu wilayah. Dimana semakin tinggi tingkat pelayanan pada fungsi diatas maka
semakin tinggi pula tingkat kekotaannya. Fasilitas atau sarana yang masuk dalam perhitungan
ini adalah pendidikan, perdagangan, dan kesehatan. Adapun analisis skalogram fasilitas dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Analisis Skalogram Fasilitas


Rata-
N Pen Perja Ke Per Ind Ind Ind Ind
Nama rata
o d s s k Pend Perjas Kes Perk
Indeks
Landau
1 Apin 6 20 3 1 0,462 0,116 0,6 0,1 0,319
Teluk
2 Kebau 6 27 2 1 0,462 0,156 0,4 0,1 0,279
Lembah
3 Beringin 12 15 1 1 0,923 0,087 0,2 0,1 0,327
Karang
4 Betung 6 8 1 1 0,462 0,046 0,2 0,1 0,202
5 Sebabas 6 15 3 1 0,462 0,087 0,6 0,1 0,312
Nanga
6 Suri 6 5 1 1 0,462 0,029 0,2 0,1 0,198
Rata-
N Pen Perja Ke Per Ind Ind Ind Ind
Nama rata
o d s s k Pend Perjas Kes Perk
Indeks
Nanga
7 Mahap 12 173 3 10 0,923 1,000 0,6 1 0,881
Batu
8 Pahat 3 31 1 1 0,231 0,179 0,2 0,1 0,177
Landau
9 Kumpai 3 7 3 1 0,231 0,040 0,6 0,1 0,243
10 Tembaga 2 50 3 1 0,154 0,289 0,6 0,1 0,286
11 Cenayan 5 20 2 1 0,385 0,116 0,4 0,1 0,250
Tembesu
12 k 7 12 5 1 0,538 0,069 1 0,1 0,427
13 Tamang 3 2 1 1 0,231 0,012 0,2 0,1 0,136
Nanga
14 Engkulun 5 58 2 1 0,385 0,335 0,4 0,1 0,305
Nanga
15 Koman 6 22 3 1 0,462 0,127 0,6 0,1 0,322
Nanga
16 Mongko 5 25 2 1 0,385 0,145 0,4 0,1 0,257
Lubuk
17 Tajau 4 15 3 1 0,308 0,087 0,6 0,1 0,274
18 Pantok 3 23 1 1 0,231 0,133 0,2 0,1 0,166
19 Meragun 5 25 3 1 0,385 0,145 0,6 0,1 0,307
Rirang
20 Jati 3 9 1 1 0,231 0,052 0,2 0,1 0,146
Nanga
21 Taman 13 66 3 8 1,000 0,382 0,6 0,8 0,695
22 Senangak 7 32 2 1 0,538 0,185 0,4 0,1 0,306
Sungai
23 Lawak 4 23 1 1 0,308 0,133 0,2 0,1 0,185
Nanga
24 Kiungkan
g
4 52 5 1 0,308 0,301 1 0,1 0,427
Tapang
25 Tingang 7 22 1 1 0,538 0,127 0,2 0,1 0,241
Nanga
26 Mentuka
k
2 10 0 1 0,154 0,058 0 0,1 0,078
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Sebelum menentukan indeks, jumlah fasilitas di setiap desa/kelurahan diranking


terlebih dahulu. Indeks skalogram untuk fasilitas didapat dari pembagian jumlah fasilitas
yang memiliki jumlah paling banyak dengan jumlah fasilitas yang dimiliki desa yang ingin
dicari indeksnya. Setiap desa memiliki keunggulan masing-masing dalam hal penyediaan
fasilitas pelayanan. Seperti Desa Nanga Taman yang unggul untuk penyediaan fasilitas
pendidikan. Desa Tembesuk unggul dalam penyediaan fasilitas kesehatan. Desa Nanga
Mahap yang unggul dalam perdagangan dan perkantoran. Orde perkotaan ditentukan dari
rata-rata indeks yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Orde Berdasarkan Fasilitas
No Nama Orde 1 Orde 2 Orde 3
1 Landau Apin      
2 Teluk Kebau      
3 Lembah Beringin      
4 Karang Betung      
5 Sebabas      
6 Nanga Suri      
7 Nanga Mahap      
8 Batu Pahat      
9 Landau Kumpai      
10 Tembaga      
11 Cenayan      
12 Tembesuk      
13 Tamang      
14 Nanga Engkulun      
15 Nanga Koman      
16 Nanga Mongko      
17 Lubuk Tajau      
18 Pantok      
19 Meragun      
20 Rirang Jati      
21 Nanga Taman      
22 Senangak      
23 Sungai Lawak      
24 Nanga Kiungkang      
25 Tapang Tingang      
26 Nanga Mentukak      
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Keterangan
Indeks Orde
>0,615 1
0,347 – 0,615 2
0,078 – 0,346 3
Skala didapat dari nilai indeks yang paling tinggi dikurang dengan indeks paling
rendah lalu dibagi 3 (karena ada 3 orde yang akan dibuat). Berdasarkan hasil pembobotan dan
analisis, didapatkan kesimpulan bahwa Desa Nanga Mahap dan Desa Nanga Taman
menduduki orde pertama dan berpeluang menjadi pusat pelayanan kota. Hal ini disebabkan
tingginya angka indeks kekotaan berdasarkan jumlah fasilitas. Untuk orde kedua, Nanga
Kiungkang dan Tembesuk yang masuk kedalamnya. Sisanya termasuk orde 3. Ini
menunjukkan timpangnya penyebaran fasilitas yang mungkin hanya tertumpuk pada
desa/kelurahan tertentu saja.

3. Analisis Skalogram Transportasi

Pusat kegiatan utama dapat ditunjukkan dari keberadaan transportasi (jalan).


Pergerakan dapat terjadi jika ada jalur yang menghubungkannya dengan kegiatan lain.
Asumsinya, semakin banyak dan baiknya kualitas jalan, maka suatu desa semakin berpeluang
menjadi pusat kegiatan dan pelayanan. Pergerakan barang, uang, dan orang akan semakin
besar. Dengan asumsi seperti itu, maka kondisi jalan eksisting menjadi salah satu perhitungan
dalam analisis skalogram. Adapun indikatornya adalah total panjang jalan setiap desa ditinjau
dari perkerasan dan status jalan. Analisisnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Analisis Skalogram Transportasi

Indeks Rata-rata
Status Jalan Perkerasan
Perkerasan Indeks
No Nama
Status Perkera
Kolek Lokal Ling Aspal Semen Tanah
Jalan san
1 Landau Apin 0 89,38 21,44 0 86,52 4,91 0,145 0,082 0,113
2 Teluk Kebau 0 79,56 25,14 0 92,90 0,00 0,137 0,084 0,110
3 Lembah Beringin 202,47 100,58 22,66 202,47 113,92 0,00 0,425 0,285 0,355
4 Karang Betung 0 153,52 11,26 0 79,56 17,14 0,215 0,087 0,151
5 Sebabas 0 54,12 17,07 0 0,00 17,14 0,093 0,015 0,054
6 Nanga Suri 202,47 84,84 412,50 202,47 250,78 29,89 0,913 0,435 0,674
7 Nanga Mahap 202,47 59,30 178,71 202,47 0,00 23,11 0,574 0,203 0,389
8 Batu Pahat 202,47 344,18 19,11 202,47 100,58 53,54 0,738 0,321 0,529
9 Landau Kumpai 0 89,38 21,44 607,41 501,56 2,36 0,145 1,000 0,572
10 Tembaga 0 9,82 5,37 0 5,06 4,91 0,020 0,009 0,014
11 Cenayan 0 0,00 125,39 0 250,78 0,00 0,164 0,226 0,195
12 Tembesuk 0 54,12 17,07 0 0,00 17,14 0,093 0,015 0,054
13 Tamang 0 0,00 510,94 0 752,34 0,00 0,666 0,677 0,672
14 Nanga Engkulun 0 0,00 537,50 0 1054,5 0,00 0,701 0,949 0,825
15 Nanga Koman 0 0,00 251,01 0 501,56 0,00 0,327 0,451 0,389
16 Nanga Mongko 0 33,96 280,65 0 586,96 0,00 0,410 0,528 0,469
17 Lubuk Tajau 607,41 0,00 129,18 607,41 250,78 0,00 0,961 0,772 0,866
18 Pantok 0 0,00 383,37 0 752,34 0,00 0,500 0,677 0,588
19 Meragun 0 33,74 67,49 50,61 17,02 5,78 0,132 0,066 0,099
20 Rirang jati 202,47 134,98 67,49 303,69 17,02 0,00 0,528 0,289 0,408
21 Nanga Taman 607,41 101,66 57,65 658,02 115,72 22,37 1,000 0,716 0,858
22 Senangak 0 33,96 19,33 0 33,96 8,08 0,070 0,038 0,054
23 Sungai Lawak 0 67,92 39,19 0 98,70 19,77 0,140 0,107 0,123
Nanga
24 0 0,00 33,49 0 0,00 33,05 0,044 0,030 0,037
Kiungkang
25 Tapang Tinggang 0 0,00 28,78 0 30,78 11,69 0,038 0,038 0,038
26 Nanga Menukak 607,41 135,40 20,68 708,63 84,94 0,00 0,996 0,714 0,855
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Sama seperti analisis skalogram sebelumnya, untuk menentukan indeks harus


diranking dulu panjang jalan yang berdasarkan jenis perkerasan dan status jalan. Pembobotan
didasarkan pada penilaian semakin baik jenis perkerasan jalan maka semakin tinggi bobot
yang diberikan. Begitu pun dengan status jalan. Semakin tinggi hierarki jalan, semakin tinggi
bobotnya. Jalan dengan perkerasan aspal memiliki nilai 3; perkerasan semen bernilai 2; dan
perkerasan tanah bernilai 1. Untuk status jalan, jalan kolektor berbobot 3; jalan lokal
berbobot 2; dan jalan lingkungan berbobot 1.

Pembagian orde perkotaan didasarkan atas klasifikasi skala dengan range indeks
tertinggi dikurang indeks terendah dibagi 3. Hasil klasifikasi tersebut menghasilkan
kesimpulan desa/kelurahan yang berpotensi menjadi pusat kota, sub pusat kota, dan pusat
lingkungan berdasarkan transportasi. Adapun orde tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah
ini

Tabel Orde Berdasarkan Transportasi

No Nama Orde 1 Orde 2 Orde 3


1 Landau Apin      
2 Teluk Kebau      
3 Lembah Beringin      
4 Karang Betung      
5 Sebabas      
6 Nanga Suri      
7 Nanga Mahap      
8 Batu Pahat      
9 Landau Kumpai      
10 Tembaga      
11 Cenayan      
12 Tembesuk      
13 Tamang      
14 Nanga Engkulun      
15 Nanga Koman      
16 Nanga Mongko    
17 Lubuk Tajau      
18 Pantok    
19 Meragun      
20 Rirang Jati    
21 Nanga Taman    
22 Senangak      
23 Sungai Lawak      
24 Nanga Kiungkang      
25 Tapang Tingang      
26 Nanga Mentukak      
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Keterangan
Indeks Orde
>0,583 1
0,299 – 0,583 2
0,014 – 0,298 3
Berdasarkan hasil pembobotan dan analisis seperti yang terlihat pada tabel diatas,
disimpulkan bahwa banyak desa yang menduduki peringkat pertama dalam pembagian orde
perkotaan. Hal ini disebabkan oleh jumlah jalan yang mendapat bobot paling besar (yaitu
jalan dengan perkerasan aspal dan jalan dengan status arteri maupun kolektor) tersebar cukup
banyak. Selain itu desa yang menempati orde pertama merupakan desa yang terluas sehingga
wajar jika jalan yang dimiliki lebih banyak.

Orde pusat pelayanan secara keseluruhan merupakan penjumlahan klasifikasi orde


berdasarkan kependudukan, fasilitas, dan transportasi. Hasilnya kembali akan dibobotkan
sesuai dengan pertimbangan perencana. Semakin besar nilai bobot, maka semakin besar
peluang suatu desa/kelurahan menjadi pusat kota berdasarkan kriteria tertentu.

Kependudukan mendapatkan bobot 35%. Hal ini disebabkan pertimbangan


munculnya perkotaan karena adanya penduduk yang padat dan berkembang di suatu
wilayah. Kriteria fasilitas mendapatkan bobot 40% atau yang terbesar dibanding dua
kriteria lain. Pada hakikatnya, skalogram merupakan analisis penentuan pusat kota yang
didasarkan oleh perhitungan sebaran fasilitas. Tingginya jumlah fasilitas menandakan
tingginya pergerakan menuju kawasan yang memiliki banyak fasilitas untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Ciri perkotaan akan ampak pada kawasan tersebut. Sedangkan
kriteria transportasi hanya mendapatkan bobot 25%. Pada dasarnya, jalan akan menjadi
indikator memunculkan sifat kekotaan. Jalan akan membuka akses tersalurnya barang,
uang, dan orang. Namun, jalan yang tidak didukung guna lahan yang tepat disekitarnya
juga akan sulit menjadi perkotaan walaupun perkerasan dan status jalannya menjamin
munculnya keramaian. Jika tidak ada penduduk dan fasilitas yang memadai, kawasan
tersebut akan sulit memunculkan sifat perkotaan. Hal itulah yang menjadi pertimbangan
kriteria transportasi memiliki nilai bobot paling rendah. Adapun total analisis skalogram
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Analisis Skalogram Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman
Tota
l
Penduduk (35%) Fasilitas (40%) Transportasi (25%) Skor Orde
Bobo Sko Bobo Sko Ord Bobo Sko
No Nama Orde t r Orde t r e t r
1 Landau
3 1 35 3 1 40 3 1 25 100 3
Apin
2 Teluk
3 1 35 3 1 40 3 1 25 100 3
Kebau
3 Lembah
2 2 70 3 1 40 2 2 50 160 2
Beringin
4 Karang
3 1 35 3 1 40 3 1 25 100 3
Betung
5 Sebabas 3 1 35 3 1 40 3 1 25 100 3
6 Nanga
3 1 35 3 1 40 1 3 75 150 3
Suri
7 Nanga
1 3 105 1 3 120 2 2 50 275 1
Mahap
8 Batu Pahat 3 1 35 3 1 40 2 2 50 125 3
9 Landau
3 1 35 3 1 40 2 2 50 125 3
Kumpai
10 Tembaga 2 2 70 3 1 40 3 1 25 135 3
11 Cenayan 3 1 35 3 1 40 3 1 25 100 3
12 Tembesuk 3 1 35 2 2 80 3 1 25 140 3
13 Tamang 3 1 35 3 1 40 1 3 75 150 3
14 Nanga
3 1 35 3 1 40 1 3 75 150 3
Engkulun
15 Nanga
3 1 35 3 1 40 2 2 50 125 3
Koman
16 Nanga
3 1 35 3 1 40 2 2 50 125 3
Mongko
17 Lubuk
3 1 35 3 1 40 1 3 75 150 3
Tajau
18 Pantok 2 2 70 3 1 40 1 3 75 185 2
19 Meragun 2 2 70 3 1 40 3 1 25 135 3
20 Rirang Jati 3 1 35 3 1 40 2 2 50 125 3
21 Nanga
2 2 70 1 3 120 1 3 75 265 1
Taman
22 Senangak 3 1 35 3 1 40 3 1 25 100 3
23 Sungai
3 1 35 3 1 40 3 1 25 100 3
Lawak
24 Nanga
Kiungkan 3 1 35 2 2 80 3 1 25 140 3
g
25 Tapang
2 2 70 3 1 40 3 1 25 135 3
Tingang
26 Nanga
1 3 105 3 1 40 1 3 75 220 1
Mentukak
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Keterangan
Indeks Orde
>217,6 1
159,3 – 217,6 2
100 – 158,3 3
Desa Nanga Mahap, Desa Nanga Taman, dan Desa Nanga Mentukak menduduki
peringkat pertama dalam penentuan orde perkotaan. Desa Nanga Mahap unggul dalam
kriteria penduduk dan fasilitas. Desa Nanga Taman unggul dalam fasilitas dan transportasi.
Sedangkan Desa Nanga Mentukak unggul dalam penduduk dan transportasi. Dua dari 3 desa
yang terpilih secara eksisting adalah pusat di setiap kecamatan untuk Nanga Mahap dan
Nanga Taman. Desa Pantok dan Desa Lembah Beringin merupakan desa dengan sifat
perkotaan orde II. Sedangkan desa Pasir lainnya tidak terlalu berpotensi menjadi pusat
perkotaan eksisting. Namun, beberapa lokasi dapat ditempatkan menjadi pusat pelayanan
lingkungan.
5.2.2 Analisis Penentuan Pusat Pelayanan
Analisis penentuan pusat pelayanan ditentukan berdasarkan nilai indeks analisis
skalogram pada 3 kriteria di masing-masing desa Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga
Taman. Penentuan pusat pelayanan akan dikelompokkan menjadi pusat pelayanan kota
(PPK), sub pusat pelayanan kota (SPPK), pdan pusat lingkungan (PL). Berikut merupakan
pengklasifikasian desa atas hasil dari analisis skalogram yang telah dilakukan:
Tabel Penentuan Pusat Pelayanan Nanga Mahap dan Nanga Taman
Pusat Pelayanan Kota (PPK) Sub Pusat Pelayanan Kota Pusat Lingkungan
(SPPK) (PL)
Nanga Mahap Lembah Beringin Landau Apin, Teluk Kebau,
Karang Betung, Sebabas,
Nanga Suri, Batu Pahat,
Landau Kumpai, Tembaga,
Cenayan, Tembesuk, dan
Tamang
Nanga Taman Nanga Mentukak dan Pantok Nanga Engkulun, Nanga
Koman, Nanga Mongko,
Pusat Pelayanan Kota (PPK) Sub Pusat Pelayanan Kota Pusat Lingkungan
(SPPK) (PL)
Lubuk Tajau, Meragun, Rirang
Jati, Senangak, Sungai Lawak,
Nanga Kiungkang, dan Tapang
Tingang
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Rencana sistem dan hirarki pusat pelayanan di wilayah Kecamatan Nanga Mahap dan
Nanga Taman adalah rencana susunan kawasan desa di dalam wilayah Kecamatan Nanga
Mahap dan Nanga Taman yang menunjukkan keterkaitan saat ini. Selain itu juga rencana
yang membentuk hirarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam
wilayah setiap kecamatan. Mengacu kepada pedoman penyusunan RTRW, pusat kegiatan
merupakan simpul pelayanan sosial, ekonomi, budaya atau administrasi masyarakat, terdiri
dari: 1) Sistem pusat-pusat permukiman 2) Pola persebaran penduduk dan 3) Struktur
pelayanan kegiatan kota.

5.3. Analisis Karakteristik Sosial Kependudukan


5.3.1. Proyeksi Penduduk
Dalam menganalisis proyeksi penduduk Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan
Nanga Taman, diperlukan data penduduk Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga
Taman pada tahun 2012-2016 untuk mempermudah dalam melakukan analisis. Dalam
menganalisis proyeksi penduduk terdapat beberapa metode yang diantara lain yaitu metode
linier, bunga berganda, regresi dan eksponensial. Untuk mengetahui metode mana yang
cocok dan lebih mendekati dari jumlah penduduk eksisting maka dilakukan uji coba metode
satu persatu. Setelah melakukan uji coba metode, dapatlah metode yang cocok dan paling
mendekati jumlah penduduk eksisting yaitu Metode Linear. Pada metode ini, pertumbuhan
penduduk setiap tahun dianggap sama sehingga didapatlah proyeksi penduduk untuk tahun
seterusnya. Hasil dari menganalisis proyeksi penduduk adalah untuk melihat dan
memperhitungkan jumlah penduduk di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga
Taman pada 20 tahun yang akan datang. Berikut tabel hasil proyeksi penduduk Kecamatan
Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman dengan menggunakan metode linier :

Tabel 1 Proyeksi Penduduk Kecamatan Nanga Mahap


Proyeksi Penduduk Kec. Nanga Mahap Untuk 20 Tahun Kedepan
Tahun
Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Landau Apin 2326 2650 2974 3298 3621
Teluk Kebau 2167 2496 2825 3154 3483
Lembah Beringin 3379 3665 3952 4238 4525
Karang Betung 2573 2796 3019 3242 3464
Sebabas 2153 2390 2627 2864 3101
Nanga Suri 1713 1696 1679 1662 1645
Nanga Mahap 3033 3311 3590 3868 4146
Batu Pahat 1882 2101 2320 2540 2759
Landau Kumpai 1230 1391 1552 1713 1874
Tembaga 3672 3989 4307 4624 4942
Cenayan 1321 1438 1555 1672 1790
Tembesuk 1650 1843 2035 2228 2420
Tamang 1881 2041 2201 2360 2520
Jumlah 28980 31808 34635 37463 40290
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Pada tabel proyeksi penduduk Kecamatan Nanga Mahap, dapat diketahui jumlah
penduduk paling tinggi dari seluruh desa yang ada di Kecamatan Nanga Mahap pada tahun
2038 adalah desa Tembaga dengan jumlah penduduk sebesar 4.942 jiwa dari total jumlah
penduduk secara keseluruhan di Kecamatan Nanga Mahap pada tahun 2038 adalah sebesar
40.290 jiwa. Selain desa Tembaga sebagai jumlah penduduk paling tinggi, terdapat salah satu
desa yang dari hasil proyeksi penduduknya terus menurun dari tahun 2018-2038 yaitu desa
Nanga Suri. Hasil proyeksi penduduk desa Nanga Suri dari tahun 2018 adalah sebesar 1.713
jiwa dan terus menurun hingga ke tahun 2038 menjadi 1.645 jiwa. Hal ini bisa disebabkan
dari berbagai faktor seperti tingkat kematian dan transmigrasi (perpindahan penduduk).

Tabel 2 Proyeksi Penduduk Kecamatan Nanga Taman

Proyeksi Penduduk Kec. Nanga Taman Untuk 20 Tahun


Kedepan
Tahun
Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Nanga Engkulun 2729 3058 3386 3714 4042
Nanga Koman 1281 1302 1323 1344 1364
Nanga Mongko 2006 2173 2340 2507 2675
Lubuk Tajau 1964 2063 2162 2261 2360
Pantok 2768 3656 4545 5434 6323
Meragun 3384 4369 5354 6338 7323
Rirang jati 2077 2338 2599 2861 3122
Nanga Taman 2283 3230 4176 5123 6070
Proyeksi Penduduk Kec. Nanga Taman Untuk 20 Tahun
Kedepan
Tahun
Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Senangak 2651 2744 2836 2929 3022
Sungai Lawak 1790 1928 2065 2203 2340
Nanga Kiungkang 2383 3060 3737 4414 5091
Tapang Tinggang 3655 4370 5084 5799 6514
Nanga Menukak 1757 1937 2116 2296 2476
Jumlah 30727 36226 41724 47223 52722
Sumber: Hasil Analisi, 2018

Pada tabel proyeksi penduduk Kecamatan Nanga Taman, dapat diketahui jumlah
penduduk paling tinggi dari seluruh desa yang ada di Kecamatan Nanga Taman pada tahun
2038 adalah desa Meragun dengan jumlah penduduk sebesar 7.323 jiwa dari total jumlah
penduduk secara keseluruhan di Kecamatan Nanga Taman pada tahun 2038 adalah sebesar
52.722 jiwa. Selain desa Meragun, terdapat salah satu desa yang memiliki jumlah penduduk
paling rendah dari desa lainnya yaitu desa Nanga Koman dengan jumlah penduduk sebesar
1.364 jiwa.

5.4. Analisis Arah Pengembangan Pembangunan


5.5. Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana
5.5.1. Analisis Kebutuhan Sarana
Analisis Sarana Perkantoran
Berdasarkan hasil observasi, pada wilayah kajian terdapat 3 jenis perkantoran, yaitu
berupa instansi vertikal, instansi otomomi serta instansi BUMN. Untuk Intansi Vertikal
merupakan instansi dimana instansi vertikal adalah instansi yang mengurus urusan
pemerintahannya tidak diserahkan kepada daerah otonom, instansi ini dapat berupa Koramil
Nanga Mahap dan Nanga Taman serta Kantor Polisi Nanga Taman. Untuk instansi kedua
yakni intansi otonomi, merupakan instansi dimana wewenangnya adalah sepenuhnya
merupakan hak daerah otonom yang dapat berupa Kantor Kecamatan Nanga Mahap dan
Nanga Taman serta 26 Kantor Desa lainnya. Sementara yang terakhir adalah instansi Badan
Usaha Milik Negara dan Daerah (BUMN/BUMD) yang dapat berupa kantor unit PDAM.
Kantor swasta yang ada berupa kantor perkebunan yang berupa PT. Secara keseluruhan
kantor pemerintahan yang ada di wilayah kajian merupakan kantor dinas dengan skala
pelayanan kecamatan dan juga desa. Penambahan fasilitas kantor pemerintah maupun swasta
akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan terkait. Berikut tabel mengenai
perkantoran yang ada di wilayah kajian:

Tabel Sarana Perkantoran Nanga Mahap dan Nanga Taman

Vertikal Otonomi BUMD Swasta


Koramil Nanga Kantor Kecamatan Kantor unit PDAM Perusahaan
Mahap dan Nanga Nanga Mahap dan Perkebunan
Tama Nanga Taman
Kantor Polisi Kantor Desa dan
Nanga Taman Kantor PKK yang
ada di Nanga Mahap
dan Nanga Taman
Sumber: Hasil Analisis, 2018

5.5.1 Analisis Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa

Berdasarkan standar kebutuhan minimal penyediaan sarana perdagangan dan jasa di


perkotaan (SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan),
fasilitas perdagangan dan jasa yang terdapat di wilayah studi meliputi, warung/toko dan
pertokoan. Berdasarkan standar yang berlaku, standar yang berlaku untuk toko/warung
dengan jumlah penduduk pendukung untuk 1 sarana adalah 250 jiwa dengan lahan yang
dibutuhkan 100 m2, sedangkan untuk pertokoan jumlah penduduk pendukung 6000 dengan
lahan yang dibutuhkan 3000 m2, standar pasar dengan jumlah penduduk pendukung sebanyak
30.000 jiwa dengan luas lahan yang dibutuhkan sebanyak 10.000 m 2. Berikut tabel untuk
melihat kekurangan sarana perdagangan dan jasa:

a. Nanga Mahap

Tabel Demand dan Supply Perdagangan dan Jasa Kecamatan Nanga Mahap Tahun
2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. Warung 250 28.980 382 115 +267
Pasar
2. Umum 30000 28.980 1 1 0
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada kondisi eksisting untuk perdagangan
dan jasa akan dikelompokkan menjadi warung dan pasar umum. Untuk kelebihan pada tabel
diatas, dapat dilihat jika untuk warung, dengan kebutuhan yang seharusnya 114 sedangkan
pada kondisi eksisting terdapat 382, maka dapat dikatakan telah mencukupi dari yang
seharusnya. Begitu pula dengan pasar yang jumlahnya sudah pas dengan yang seharusnya.

Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa 2023-2038 Kecamatan Nanga
Mahap

Jumlah Proyeksi Standar Keb. 2023 2028 2033 2038


Jenis
Ratio Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas
Fasilitas 2023 2028 2033 2038
Eks (m2) Unit m2 Unit m2 Unit m2 Unit m2
Warung 31. 34 37 40
/Toko 808 .635 .463 .290 250 100 127 12.723 139 13.854 150 14.985 161 16.116
31. 34 37 40
Pasar Umum
808 .635 .463 .290 30.000 10.000 1 10.603 1 11.545 1 12.488 1 13.430
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas
Warung/Toko sebanyak 161 unit dengan kebutuhan luas lahan 16.116 m 2. Untuk pasar umum
dibutuhkan 1 buah. Dikarenakan sudah terdapat pasar umum, maka tidak diperlukan
penambahan untuk tahun 2038. Berikut distribusi fasilitas skala lingper desa:.

Tabel Analisis Jumlah Kebutuhan Perdagangan dan Jasa Kecamatan Nanga Mahap

Tel Lem Kar Nan Bat Land


Lan Nan
uk bah ang Seba ga u au Temb Cena Tembe Tam Juml
Fasilitas Tahun dau ga
Keb Berin Betu bas Mah Pa Kum aga yan suk ang ah
Apin Suri
au gin ng ap hat pai
2018 9 9 14 10 9 7 12 8 5 15 5 7 8 116

127
2023 11 10 15 11 10 7 13 8 6 16 6 7 8
139
Warung 2028 12 11 16 12 11 7 14 9 6 17 6 8 9
150
2033 13 13 17 13 11 7 15 10 7 18 7 9 9
161
2038 14 14 18 14 12 7 17 11 7 20 7 10 10
1
2018 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1
2023 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
Pasar 1
2028 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
Umum
1
2033 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1
2038 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Setelah melihat tabel analisis dapat dikatakan kebutuhan fasilitas perdagangan dan jasa telah
terpenuhi. Hal ini dikarenakan kebutuhan untuk warung/toko 20 tahun kedepan bahkan sudah
terpenuhi dari jumlah eksisting. Sedangkan untuk pasar jumlah untuk 20 tahun kedepan tetap
berjumlah 1 buah. Untuk kebutuhan luasnya lihat tabel dibawah ini:

Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Perdagangan dan Jasa Kecamatan Nanga
Mahap (m2)

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Dari tabel diatas, jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk perdagangan dan jasa
untuk tahun 2038 berkisar 3 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 warung membutuhkan luas
sekitar 1,6 Hadan pasar umumyang membutuhkan luas lahan 1,3 Ha.

b. Nanga Taman
Tabel Demand dan Supply Perdagangan dan Jasa Kecamatan Nanga Taman Tahun
2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. Warung 250 30.727 379 122 +257
Pasar
2. Umum 30.000 30.727 1 1 0
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada kondisi eksisting untuk perdagangan
dan jasa akan dikelompokkan menjadi warung dan pasar umum. Untuk kelebihan pada tabel
diatas, dapat dilihat jika untuk warung, dengan kebutuhan yang seharusnya 122 sedangkan
pada kondisi eksisting terdapat 379, maka dapat dikatakan telah mencukupi dari yang
seharusnya. Begitu pula dengan pasar yang jumlahnya sudah pas dengan yang seharusnya.

Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa 2023-2038 Kecamatan Taman

Jumlah Proyeksi Standar Keb. 2023 2028 2033 2038


Jenis
Ratio Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas
Fasilitas 2023 2028 2033 2038
Eks (m2) Unit m2 Unit m2 Unit m2 Unit m2
Warung
/Toko 36.226 41.724 47.223 52.722 250 100 145 14.490 167 16.690 189 18.889 211 21.089
Pasar Umum
36.226 41.724 47.223 52.722 30.000 10.000 1 12.075 1 13.908 2 15.741 2 17.574
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas
Warung/Toko sebanyak 211 unit dengan kebutuhan luas lahan 21.089 m 2. Untuk pasar umum
dibutuhkan 2 buah. Dikarenakan sudah terdapat pasar umum,1 buah, maka diperlukan
penambahan 1 buah pasar umum untuk tahun 2038. Berikut distribusi fasilitas skala
lingkungannya.

Tabel Analisis Jumlah Kebutuhan Perdagangan dan Jasa Kecamatan Nanga Taman

Na
Nan Na Nang Nan
Nan Lub ng Sung Tapa
ga nga Me Rir a ga
ga uk Pant a Sena ai ng Juml
Fasilita Tahu Eng Ko rag ang Kiun Men
s n Mon Taj ok Ta ngak Lawa Tingg ah
kulu ma un jati gkan uka
gko au ma k ang
n n g k
n

Warung 2018 11 5 8 8 11 14 8 9 11 7 10 15 7 123


2023 12 5 9 8 15 17 9 13 11 8 12 17 8 145

2028 14 5 9 9 18 21 10 17 11 8 15 20 8 167

2033 15 5 10 9 22 25 11 20 12 9 18 23 9 189

2038 16 5 11 9 25 29 12 24 12 9 20 26 10 211

2018 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

2023 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Pasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2028
Umum
2033 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

2038 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Setelah melihat tabel analisis dapat dikatakan kebutuhan fasilitas perdagangan dan jasa telah
terpenuhi. Hal ini dikarenakan kebutuhan untuk warung/toko 20 tahun kedepan bahkan sudah
terpenuhi dari jumlah eksisting. Sedangkan untuk pasar jumlah untuk 20 tahun kedepan tetap
berjumlah 2 buah. Sehingga diperlukan penambahan sebanyak 1 buah. Untuk kebutuhan
luasnya lihat tabel dibawah ini:

Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Perdagangan dan Jasa Kecamatan Nanga
Mahap (m2)

Nan Nan Nang Nan


ga ga Nan Lub Nan Sung a Tapa ga
Fasilita Eng Ko ga uk Me Rir ga Sen ai Kiun ng Men
s kulu ma Mon Taj Pant rag ang Ta ang Lawa gkan Tingg uka Juml
Tahu n n gko au ok un jati man ak k g ang k ah
n
1 1 1. 12
1.3 1.0
.092 513 802 785 .107 831 913 716 953 462 703 .291
54 60
2018
1 1 1. 1. 14
1.7 1.29 1.0
.223 521 869 825 .463 935 771 224 748 775 .490
Warung 47 2 98
2023
1 1 1. 2. 16
2.1 1.04 1.67 1.1
.354 529 936 865 .818 826 495 034 847 .690
41 0 1 35
2028
2033 1 1 2 1. 2. 18
Nan Nan Nang Nan
ga ga Nan Lub Nan Sung a Tapa ga
Fasilita Eng Ko ga uk Me Rir ga Sen ai Kiun ng Men
s kulu ma Mon Taj Pant rag ang Ta ang Lawa gkan Tingg uka Juml
Tahu n n gko au ok un jati man ak k g ang k ah
n
2.5 1.14 2.04 1.1
.486 537 .003 904 .174 881 766 320 918 .889
35 4 9 72

1 1 2 2. 2. 21
2.9 1.24 2.42 1.2
.617 546 .070 944 .529 936 036 606 990 .089
29 9 8 09
2038
1. 10
1.1
910 427 669 655 923 692 761 884 597 794 218 586 .242
28
2018
1 1 1. 1. 12
1.4 1.07
.019 434 724 688 .219 779 915 643 020 457 646 .075
56 7
2023
1 1 1. 1. 13
Pasar 1.7 1.39
Umum .129 441 780 721 .515 866 945 688 246 695 705 .908
85 2
2028
1 1 1. 1. 15
2.1 1.70
.238 448 836 754 .811 954 976 734 471 933 765 .741
13 8
2033
1 2 1. 2. 17
2.4 1.04 2.02 1.0
.347 455 892 787 .108 780 697 171 825 .574
41 1 3 07
2038
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Dari tabel diatas, jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk perdagangan dan jasa
untuk tahun 2038 berkisar 3,8 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 warung membutuhkan
luas sekitar 2,1 Ha dan pasar umumyang membutuhkan luas lahan 1,7 Ha.

5.5.2 Analisis Kebutuhan Pendidikan

Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah studi tersebar pada setiap kelurahan, Sarana
pendidikan yang terdapat pada hamper setiap kelurahan terdiri dari TK, SD, SMP, dan SMA.
Standar Sekolah Taman Kanak – Kanak (TK) berdasarkan standar yang berlaku untuk sarana
pendidikan Taman Kanak-Kanak, jumlah penduduk pendukung untuk 1 sarana adalah 1.250
jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 500 m 2. Sekolah Dasar (SD) Berdasarkan standar yang
berlaku untuk sarana pendidikan Sekolah Dasar, jumlah penduduk pendukung untuk 1 sarana
adalah 1.600 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 2000 m2. Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Berdasarkan standar yang berlaku untuk sarana pendidikan Sekolah Menegah
Pertama, jumlah penduduk pendukung untuk 1 sarana adalah 4.800 jiwa dengan lahan yang
dibutuhkan 9.000 m2. Sekolah Menengah Atas (SMA) Berdasarkan standar yang berlaku
sarana pendidikan Sekolah Menegah Atas jumlah penduduk pendukung untuk 1 sarana
adalah 4.800 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 12.500 m2.

a. Nanga Mahap

Tabel Demand and Supply Pendidikan Kecamatan Nanga Mahap Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. TK 1.250 28.980 23 23 0
2. SD 1.600 28.980 30 18 +12
3. SMP 4.800 28.980 9 6 +3
4. SMA 4.800 28.980 2 6 -4
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas diketahui bahwa fasilitas pendidikan akan dibagi menjadi TK, SD,
SMP, dan SMA. Untuk SD dan SMP jumlah eksisting sudah melampaui kebutuhan yang
seharusnya. Sedangkan untuk TK jumlah yang ada telah sesuai dengan analisis kebutuhan
Untuk SMA, Kecamatan Nanga Mahap kekurangan 4 buah fasilitas jika disesuaikan dengan
analisis perhitungan menggunakan SPM.

Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan 2023-2038 Kecamatan Nanga Mahap

Jumlah Proyeksi Standar Keb. 2023 2028 2033 2038


Jenis
Ratio Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas
Fasilitas 2023 2028 2033 2038
Eks (m2) Unit m2 Unit m2 Unit m2 Unit m2
TK 31.808 34.635 37.463 40.290 1.250 500 25 12.723 28 13.854 30 14.985 32 16.116
SD 31.808 34.635 37.463 40.290 1.600 2.000 20 39.759 22 43.294 23 46.828 25 50.363
SMP 31.808 34.635 37.463 40.290 4.800 9.000 7 59.639 7 64.941 8 70.242 8 75.544
104.92
SMA 31.808 34.635 37.463 40.290 4.800 12.500 7 82.832 7 90.195 8 97.559 8
2
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas TK
sebanyak 32 unit dengan kebutuhan luas lahan 16.116 m 2. Sedangkan untuk SD sebanyak 25
buah dengan luas lahan 50.363 m2. Untuk SMP dan SMA membutuhkan 8 buah dengan
masing-masing luas 75.544 m2 dan 104.92 m2.

Tabel Analisis Jumlah Kebutuhan Pendidikan Kecamatan Nanga Mahap


La
Tel Lem Kar Nan Bat Land
nd Nan
Fasilit Tahu uk bah ang Seba ga u au Temb Cena Tembe Tam Juml
au ga
as n Keb Berin Betu bas Mah Pa Kum aga yan suk ang ah
Ap Suri
au gin ng ap hat pai
in
2018 2 2 3 2 2 1 2 2 1 3 1 1 2 23
2023 2 2 3 2 2 1 3 2 1 3 1 1 2 25
TK 2028 2 2 3 2 2 1 3 2 1 3 1 2 2 28
2033 3 3 3 3 2 1 3 2 1 4 1 2 2 30
2038 3 3 4 3 2 1 3 2 1 4 1 2 2 32
2018 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 18
2023 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 20
SD 2028 2 2 2 2 2 1 2 1 1 3 1 1 1 22
2033 2 2 3 2 2 1 2 2 1 3 1 1 1 23
2038 2 2 3 2 2 1 3 2 1 3 1 2 2 25
2018 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 6
2023 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 7
SMP 2028 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 7
2033 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 8
2038 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 8
2018 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 6
2023 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 7
SMA 2028 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 7
2033 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 8
2038 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 8
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas, diketahui jika hingga tahun 2038 ada fasilitas yang perlu mengalami
penambahan ada yang jumlahnya sudah sesuai bahkan ada fasilitas pendidikan yang jumlah
saat eksisting sudah melebihi jumlah untuk 20 tahun kedepan. Untuk TK, SD, dan SMP tahun
2038 jumlahnya sudah melebihi dari yang seharusnya dengan kelebihan masing-masing 9, 5,
dan 1 buah. Untuk SMA membutuhkan penambahan fasilitas sebanyak 6 buah. Berikut ini
adalah luasan yang dibutuhkan untuk pemenuhan fasilitas 20 tahun kedepan:
Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Pendidikan Kecamatan Nanga Mahap (m2)
Lan
Lan Tel Lem Kar Nan Bat
Nan dau Ta
Fasilit Tahu dau uk bah ang Seba ga u Temb Cena Tembe Jumla
ga Ku ma
as n Api Keb Beri Bet bas Mah Pah aga yan suk h
Suri mp ng
n au ngin ung ap at
ai
1.3 1. 8 1.2 1.46 52 11.59
2018 931 867 51 029 61 685 13 753 492 9 8 660 752 2

1. 1.4 1. 9 1.3 1.59 57 12.72


2023 060 998 66 118 56 678 25 840 557 6 5 737 816 3

1. 1. 1.5 1. 1.0 1.4 1.72 62 13.85


TK
2028 190 130 81 208 51 672 36 928 621 3 2 814 880 4

1. 1. 1.6 1. 1.1 1.5 1. 1.85 66 14.98


2033 319 261 95 297 46 665 47 016 685 0 9 891 944 5

1. 1. 1.8 1. 1.2 1.6 1. 1.97 71 1. 16.11


2038 449 393 10 386 40 658 58 104 750 7 6 968 008 6

2. 2. 4.2 3. 2.6 2. 3.7 2. 1. 4.59 1.65 2. 36.22


2018 908 708 23 216 91 141 92 352 538 0 1 2.063 351 5

3. 3. 4.5 3. 2.9 2. 4.1 2. 1. 4.98 1.79 2. 39.75


2023 313 120 82 495 87 120 39 626 739 7 8 2.303 551 9

3. 3. 4.9 3. 3.2 2. 4.4 2. 1. 5.38 1.94 2. 43.29


SD 2028 717 531 40 773 84 099 87 900 940 4 4 2.544 751 4

4. 3. 5.2 4. 3.5 2. 4.8 3. 2. 5.78 2.09 2. 46.82


2033 122 942 98 052 80 077 35 174 141 1 0 2.785 950 8

4. 4. 5.6 4. 3.8 2. 5.1 3. 2. 6.17 2.23 3. 50.36


2038 527 353 56 330 76 056 82 449 343 7 7 3.026 150 3

4. 4. 6.3 4. 4.0 3. 5.6 3. 2. 6.88 2.47 3. 54.33


2018 362 062 35 825 37 212 87 528 307 5 7 3.094 527 8

4. 4. 6.8 5. 4.4 3. 6.2 3. 2. 7.48 2.69 3. 59.63


2023 969 679 72 242 81 180 09 939 609 0 6 3.455 826 9

5. 5. 7.4 5. 4.9 3. 6.7 4. 2. 8.07 2.91 4. 64.94


SMP 2028 576 296 10 660 25 148 30 351 910 6 6 3.816 126 1

6. 5. 7.9 6. 5.3 3. 7.2 4. 3. 8.67 3.13 4. 70.24


2033 183 913 47 078 70 116 52 762 212 1 6 4.177 426 2

6. 6. 8.4 6. 5.8 3. 7.7 5. 3. 9.26 3.35 4. 75.54


2038 790 530 85 496 14 084 74 173 514 6 5 4.538 725 4

SMA 6. 5. 8.7 6. 5.6 4. 7.8 4. 3. 9.56 3.44 4. 75.46


2018 059 642 99 701 06 461 99 900 204 2 0 4.297 898 9

2023 6. 6. 9.5 7. 6.2 4. 8.6 5. 3. 10.38 3.74 4.799 5. 82.83


902 499 45 281 24 417 23 471 623 9 5 314 2
Lan
Lan Tel Lem Kar Nan Bat
Nan dau Ta
Fasilit Tahu dau uk bah ang Seba ga u Temb Cena Tembe Jumla
ga Ku ma
as n Api Keb Beri Bet bas Mah Pah aga yan suk h
Suri mp ng
n au ngin ung ap at
ai
7. 7. 10.2 7. 6.8 4. 9.3 6. 4. 11.21 4.05 5. 90.19
2028 745 356 91 861 41 372 48 042 042 6 0 5.300 731 5

8. 8. 11.0 8. 7.4 4. 10.0 6. 4. 12.04 4.35 6. 97.55


2033 588 213 38 442 58 327 72 613 461 3 5 5.802 147 9

9. 9. 11.7 9. 8.0 4. 10.7 7. 4. 12.87 4.66 6. 104.92


2038 431 069 84 022 75 283 97 185 880 0 0 6.303 563 2

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas. Jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk pendidikan
berkisar 25 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 TK membutuhkan luas sekitar 1,6 Ha, SD 5
Ha, SMP 7,5 Ha, dan SMA 10,5 Ha. Hal ini jika menggunakan standar, namun luas
pembangunan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan.

b. Nanga Taman

Tabel Demand and Supply Pendidikan Kecamatan Nanga Taman Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. TK 1.250 30.727 3 25 -22
2. SD 1.600 30.727 36 19 +17
3. SMP 4.800 30.727 10 6 +4
4. SMA 4.800 30.727 3 6 -3
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas diketahui bahwa fasilitas pendidikan akan dibagi menjadi TK, SD,
SMP, dan SMA. Untuk SD dan SMP jumlah eksisting sudah melampaui kebutuhan yang
seharusnya. Sedangkan untuk TK jumlah yang ada kurang dari hasil analisis kebutuhan yang
seharusnya ada. Untuk SMA, Kecamatan Nanga Taman kekurangan 3 buah fasilitas jika
disesuaikan dengan analisis perhitungan menggunakan SPM.

Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan 2023-2038 Kecamatan Nanga Taman

Jumlah Proyeksi Standar Keb. 2023 2028 2033 2038


Jenis
Ratio Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas
Fasilitas 2023 2028 2033 2038
Eks (m2) Unit m2 Unit m2 Unit m2 Unit m2
TK 1.250 500 29 14.490 33 16.690 38 18.889 42 21.089
36.226 41.724 47.223 52.722
SD 1.600 2.000 23 45.282 26 52.156 30 59.029 33 65.903
36.226 41.724 47.223 52.722
SMP 4.800 9.000 8 67.923 9 78.233 10 88.544 11 98.854
36.226 41.724 47.223 52.722
122.97 137.29
SMA 4.800 12.500 8 94.337 9 108.657 10 11
36.226 41.724 47.223 52.722 8 8
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas TK
sebanyak 42 unit dengan kebutuhan luas lahan 21.089 m 2. Sedangkan untuk SD sebanyak 33
buah dengan luas lahan 65.903 m2. Untuk SMP dan SMA membutuhkan 11 buah dengan
masing-masing luas 98.854 m2 dan 137.298 m2.

Tabel Analisis Jumlah Kebutuhan Pendidikan Kecamatan Nanga Taman


Na
nga Nan
En Nan Nang Lubu ga Sunga Nang Tapan Nang
Fasilit Tahu
as n gk ga a k Mer Rira Ta i a g a
ulu Ko Mong Taja Panto agu ng ma Sena Lawa Kiung Tingga Menu Juml
n man ko u k n jati n ngak k kang ng kak ah

2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 3 1 25
2018
2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 29
2023
TK 3 1 2 2 4 4 2 3 2 2 3 4 2 33
2028
3 1 2 2 4 5 2 4 2 2 4 5 2 38
2033
3 1 2 2 5 6 2 5 2 2 4 5 2 42
2038
2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 19
2018
2 1 1 1 2 3 1 2 2 1 2 3 1 23
2023
SD 2 1 1 1 3 3 2 3 2 1 2 3 1 26
2028
2 1 2 1 3 4 2 3 2 1 3 4 1 30
2033
3 1 2 1 4 5 2 4 2 1 3 4 2 33
2038
1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 6
2018
1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 8
2023
SMP 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
2028
1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 10
2033
1 0 1 0 1 2 1 1 1 0 1 1 1 11
2038
SMA 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 6
2018
1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 8
2023
2028 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
Na
nga Nan
En Nan Nang Lubu ga Sunga Nang Tapan Nang
Fasilit Tahu
as n gk ga a k Mer Rira Ta i a g a
ulu Ko Mong Taja Panto agu ng ma Sena Lawa Kiung Tingga Menu Juml
n man ko u k n jati n ngak k kang ng kak ah

1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 10
2033
1 0 1 0 1 2 1 1 1 0 1 1 1 11
2038
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas, diketahui jika hingga tahun 2038 ada fasilitas yang perlu mengalami
penambahan dan ada fasilitas pendidikan yang jumlah saat eksisting sudah melebihi jumlah
untuk 20 tahun kedepan. Untuk SD sebanyak 3 buah sudah melebihi jumlah dari yang
seharusnya. Untuk TK, SMP dan SMA tahun 2038 jumlahnya perlu ditambah dengan
masing-masing penambahan sebannyak 39, 1, dan 8 buah. Berikut ini adalah luasan yang
dibutuhkan untuk pemenuhan fasilitas 20 tahun kedepan:

Tabel 6.1 Analisis Kebutuhan Luas Lahan Pendidikan Kecamatan Nanga Taman (m2)
Nan Nan
ga Nan Nang Lub Nan Sunga Nang Tapan ga
Fasilit Tahu Eng ga a uk Mer Rira ga Sena i a g Men
as n kulu Ko Mong Taja Panto agu ng Tam nga Lawa Kiung Tingga uka Jumla
n man ko u k n jati an k k kang ng k h

TK
1 1 7 1. 12
1.09 1.35
513 802 785 .107 831 913 .060 16 953 462 703 .291
2018 2 4

1 1 7 1. 1. 14
1.22 1.74 1.29
521 869 825 .463 935 .098 71 224 748 775 .490
2023 3 7 2

1 1. 1 8 1. 2. 16
1.35 2.14 1.67
529 936 865 .818 040 .135 26 495 034 847 .690
2028 4 1 1

1. 2 1. 1 8 1. 2. 18
1.48 2.53 2.04
537 003 904 .174 144 .172 81 766 320 918 .889
2033 6 5 9

2038 1. 2 1. 1 9 2. 2. 21
1.61 546 070 944 .529 2.92 249 2.42 .209 36 036 606 990 .089
Nan Nan
ga Nan Nang Lub Nan Sunga Nang Tapan ga
Fasilit Tahu Eng ga a uk Mer Rira ga Sena i a g Men
as n kulu Ko Mong Taja Panto agu ng Tam nga Lawa Kiung Tingga uka Jumla
n man ko u k n jati an k k kang ng k h

7 9 8

1 2. 2 3 2. 3 2.2 2. 4. 2 38
3.41 4.23 2.85
.602 507 .455 .459 596 .314 38 979 569 .196 .408
2018 2 0 3

1 2. 2 4 2. 3 2.4 3. 5. 2 45
3.82 5.46 4.03
.628 716 .579 .570 922 .430 10 825 462 .421 .282
2023 2 1 7

1 2. 2 5 3. 3 2.5 4. 6. 2 52
SD 4.23 6.69 5.22
.654 925 .702 .681 249 .546 81 671 355 .646 .156
2028 2 2 0

1 3. 2 6 3. 3 2.7 5. 7. 2 59
4.64 7.92 6.40
.679 134 .826 .792 576 .661 53 518 249 .870 .029
2033 2 3 4

1 3. 2 7 3. 3 2.9 6. 8. 3 65
5.05 9.15 7.58
.705 343 .950 .903 903 .777 25 364 142 .095 .903
2038 3 4 7

2 3. 3 5 3. 4 3.3 4. 6. 3 57
5.11 6.34 4.28
.402 761 .682 .189 894 .971 56 468 853 .294 .612
2018 7 5 0

2 4. 3 6 4. 5 3.6 5. 8. 3 67
5.73 8.19 6.05
.441 074 .868 .856 384 .145 14 737 193 .631 .923
2023 3 1 5

1
2 4. 4 8 4. 5 3.8 7. 9. 3 78
SMP 6.34 0.03 7.83
.480 388 .054 .522 874 .318 72 007 533 .968 .233
2028 8 8 1

1
2 4. 4 10 5. 5 4.1 8. 10. 4 88
6.96 1.88 9.60
.519 701 .240 .189 364 .492 30 276 873 .305 .544
2033 4 4 6

1 1
2 5. 4 11 5. 5 4.3 9. 12. 4 98
7.57 3.73 1.38
.558 015 .425 .855 854 .666 88 546 213 .643 .854
2038 9 1 1

SMA
3 5. 5 7 5. 6 4.6 6. 9. 4 80
7.10 8.81 5.94
.337 224 .114 .207 408 .904 62 205 518 .575 .017
2018 8 2 5

2023 3 5. 5 9 1 6. 7 5.0 7. 11. 5 94


Nan Nan
ga Nan Nang Lub Nan Sunga Nang Tapan ga
Fasilit Tahu Eng ga a uk Mer Rira ga Sena i a g Men
as n kulu Ko Mong Taja Panto agu ng Tam nga Lawa Kiung Tingga uka Jumla
n man ko u k n jati an k k kang ng k h

7.96 1.37 8.41


.391 659 .372 .522 088 .145 20 968 379 .043 .337
2 7 0

1 1
3 6. 5 11 6. 7 5.3 9. 13. 5 108
8.81 3.94 0.87
.445 094 .630 .836 769 .387 78 732 241 .512 .657
2028 7 1 6

1 1
3 6. 5 14 7. 7 5.7 11. 15. 5 122
9.67 6.50 3.34
.499 530 .888 .151 450 .628 36 495 102 .980 .978
2033 2 6 2

1 1 1
3 6. 6 16 8. 7 6.0 13. 16. 6 137
0.52 9.07 5.80
.553 965 .146 .465 130 .870 95 258 963 .448 .298
2038 7 1 7

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas. Jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk pendidikan
berkisar32,3 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 TK membutuhkan luas sekitar 2,1 Ha, SD
6,5 Ha, SMP 10 Ha, dan SMA 13,7 Ha. Hal ini jika menggunakan standar, namun luas
pembangunan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan.

5.5.3 Anlisis Kebutuhan Kesehatan

Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki


peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat
sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan fasilitas ini adalah
didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan sarana
kesehatan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan unit lingkunganin keruangan unitunit
atau kelompok lingkungan yang ada. Sedangkan penempatan penyediaan sarana ini akan
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana
yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.

Berdasarkan standar yang berlaku maka Posyandu dengan jumlah penduduk pendukung
untuk 1 sarana adalah 1.250 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 60 m2. Kemudian standar
yang berlaku untuk Balai Pengobatan Warga (poskesdes dan polindes) dengan jumlah
penduduk pendukung untuk 1 sarana adalah 2.500 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 300
m2. Sedangkan untuk puskesmas dengan jumlah penduduk pendukung 30.000 dan luas lahan
minimal 300 m2. Kemudian standar yang berlaku untuk Praktek dengan jumlah penduduk
pendukung untuk 1 sarana adalah 5000 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 300 m 2. Berikut
data proyeksi kebutuhan sarana kesehatan pada masing-masing:

a. Nanga Mahap

Tabel Demand and Supply Kesehatan Kecamatan Nanga Mahap Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. 1.250
Posyandu 28.980 12 23 -11
Balai Pengobatan 2.500
2.
Warga 28.980 0 12 -12
3. 5.000
Praktek 28.980 0 6 -6
Puskesmas 30.000
4.
Pembantu 28.980 7 1 +6
5. 120.000
Puskesmas 28.980 1 0 +1
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas diketahui bahwa fasilitas keshatan akan dibagi menjadi posyandu,
balai pengobatan warga, praktek, puskesmas pembantu, dan puskesmas. Untuk puskesmas
pembantu dan puskesmas jumlah eksisting sudah melampaui kebutuhan yang seharusnya.
Sedangkan untuk posyandu, balai pengobatan warga, dan praktek mengalami kekurangan
fasilitas jika disesuaikan dengan analisis perhitungan menggunakan SPM sebanyak 11, 12,
dan 6 buah.

Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan 2023-2038 Kecamatan Nanga Mahap

Jumlah Proyeksi Keb. 2023 2028 2033 2038


Jenis Standar
Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑
Fasilitas 2023 2028 2033 2038 Ratio Eks Luas m2
(m2) Unit m2 Unit m2 Unit m2 Unit
31.808 34.635 37.463 40.290 1.250 25 1.527 28 1.662 30 1.798 32 1.934
Posyandu 60
Balai
3
Pengobatan 31.808 34.635 37.463 40.290 2.500 13 3.817 14 4.156 15 4.496 16 4.835
00
Warga
3
31.808 34.635 37.463 40.290 5.000 6 1.908 7 2.078 7 2.248 8 2.417
Praktek 00
3
31.808 34.635 37.463 40.290 30.000 1 318 1 346 1 375 1 403
Pustu 00
1.0
31.808 34.635 37.463 40.290 120.000 0 0 0 0 0 0 0 0
Puskesmas 00
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, dibutuhkan fasilitas
Posyandu sebanyak 32 buah dengan kebutuhan luas lahan 1.934 m 2. Sedangkan untuk Balai
Pengobatan Warga sebanyak 16 buah dengan luas lahan 4.835 m 2. Untuk Praktek
membutuhkan 8 buah dengan luas 2.417 m2. Sedangkan untuk Puskesmas Pembantu
dibutuhkan 1 buah. Jumlah penduduk yang ada jika dianalisis, menunjukkan bahwa tidak
perlu dibangunnya puskesmas. Namun pada Kecamatan Nanga Mahap telah terdapat 1 buah
puskesmas .

Tabel Analisis Jumlah Kebutuhan Kesehatan Kecamatan Nanga Mahap


Telu Lem Kara Nan Lan
Lan Nan Batu Tem
Fasil Tah k bah ng Seba ga dau Tem Cena Tam Juml
dau ga Paha besu
itas un Keb Beri Betu bas Mah Kum baga yan ang ah
Apin Suri t k
au ngin ng ap pai
2 2 3 2 2 1 2 2 1 3 1 1 2 23
2018
2 2 3 2 2 1 3 2 1 3 1 1 2 25
2023
Posy 2 2 3 2 2 1 3 2 1 3 1 2 2 28
andu 2028
3 3 3 3 2 1 3 2 1 4 1 2 2 30
2033
3 3 4 3 2 1 3 2 1 4 1 2 2 32
2038
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12
2018
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 13
2023
BP 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 14
W 2028
1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 15
2033
1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 16
2038
0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 6
2018
1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 6
2023
Prak 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 7
tek 2028
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 7
2033
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 8
2038
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2018
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2023
Pust 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
u 2028
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2033
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2038
Telu Lem Kara Nan Lan
Lan Nan Batu Tem
Fasil Tah k bah ng Seba ga dau Tem Cena Tam Juml
dau ga Paha besu
itas un Keb Beri Betu bas Mah Kum baga yan ang ah
Apin Suri t k
au ngin ng ap pai
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2018
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2023
Pusk
esma 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2028
s 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2033
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2038
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas, diketahui jika hingga tahun 2038 ada fasilitas yang perlu mengalami
penambahan ada yang jumlahnya sudah sesuai bahkan ada fasilitas kesehatan yang jumlah
saat eksisting sudah melebihi jumlah untuk 20 tahun kedepan. Untuk puskesmas dan
puskesmas pembantu tahun 2038 jumlahnya sudah melebihi dari yang seharusnya dengan
kelebihan masing-masing 1 dan 6 buah.Untuk posyandu perlu penambahan sebanyak 20
buah. Balai pengobatan warga dan praktek yang pada kondisi eksisting tidak ada akan
dilakukan penambahan sebanyak 16 dan 8 buah. Berikut ini adalah luasan yang dibutuhkan
untuk pemenuhan fasilitas 20 tahun kedepan:

Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Kesehatan Kecamatan Nanga Mahap (m2)
Lan Tel Lem Kar Nan Bat Land
Nan
Fasil Tahu dau uk bah ang Seba ga u au Temb Cena Tembe Tam Juml
ga
itas n Api Keb Berin Betu bas Mah Pa Kum aga yan suk ang ah
Suri
n au gin ng ap hat pai
1 1 1 7 1.3
2018 112 104 62 124 03 82 146 90 59 76 63 9 90 91

1 1 1 8 1.5
2023 127 120 76 134 15 81 159 101 67 91 69 8 98 27

Posy 1 1 2 9 1 1.6
2028 143 136 90 145 26 81 172 111 75 07 75 8 06 62
andu
2 1 2 10 1 1.7
2033 158 151 03 156 37 80 186 122 82 22 80 7 13 98

2 1 2 11 1 1.9
2038 174 167 17 166 49 79 199 132 90 37 86 6 21 34

BPW 2018 4 2 1 4 1 19 2 3.4


226 48 41 59 8 26 78
Lan Tel Lem Kar Nan Bat Land
Nan
Fasil Tahu dau uk bah ang Seba ga u au Temb Cena Tembe Tam Juml
ga
itas n Api Keb Berin Betu bas Mah Pa Kum aga yan suk ang ah
Suri
n au gin ng ap hat pai
279 260 05 309 58 206 364

4 2 1 4 1 22 2 3.8
2023 318 299 40 336 87 204 397 252 67 79 73 1 45 17

4 3 1 5 1 24 2 4.1
2028 357 339 74 362 15 201 431 278 86 17 87 4 64 56

5 3 2 5 2 26 2 4.4
2033 396 378 09 389 44 199 464 305 06 55 01 7 83 96

5 3 2 5 2 29 3 4.8
2038 435 418 43 416 72 197 498 331 25 93 15 0 02 35

2 1 2 9 1 1.7
2018 140 130 03 154 29 103 182 113 74 20 79 9 13 39

2 1 2 11 1 1.9
2023 159 150 20 168 43 102 199 126 83 39 86 1 22 08

Prak 2 1 2 12 1 2.0
2028 178 169 37 181 58 101 215 139 93 58 93 2 32 78
tek
1 2 1 1 2 1 13 1 2.2
2033 98 189 54 194 72 100 232 152 03 77 00 4 42 48

2 1 1 2 1 14 1 2.4
2038 217 209 72 208 86 99 249 166 12 97 07 5 51 17

1 2
2018 23 22 34 26 22 17 30 19 12 37 13 7 19 90

1 3
2023 27 25 37 28 24 17 33 21 14 40 14 8 20 18

Pust 2 3
2028 30 28 40 30 26 17 36 23 16 43 16 0 22 46
u
2 3
2033 33 32 42 32 29 17 39 25 17 46 17 2 24 75

2 4
2038 36 35 45 35 31 16 41 28 19 49 18 4 25 03

Pusk 2018 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
esma
s 2023 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2028 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2033 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2038 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lan Tel Lem Kar Nan Bat Land
Nan
Fasil Tahu dau uk bah ang Seba ga u au Temb Cena Tembe Tam Juml
ga
itas n Api Keb Berin Betu bas Mah Pa Kum aga yan suk ang ah
Suri
n au gin ng ap hat pai

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas. Jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk kesehatan
berkisar 1 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 posyandu membutuhkan luas sekitar 0,2 Ha,
balai pengobatan warga sebanyak 0,5 Ha, praktek sebanyak 0,2 Ha. Hal ini jika
menggunakan standar, namun luas pembangunan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang
diperlukan.

b. Nanga Taman

Tabel Demand and Supply Kesehatan Kecamatan Nanga Taman Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. 1.250
Posyandu 30.727 14 25 -11
Balai Pengobatan 2.500
2.
Warga 30.727 0 12 -12
3. 5.000
Praktek 30.727 0 6 -6
Puskesmas 30.000
4.
Pembantu 30.727 5 1 +4
5. 120.000
Puskesmas 30.727 1 0 +1
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas diketahui bahwa fasilitas keshatan akan dibagi menjadi Posyandu,
Balai Pengobatan Warga, Praktek, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas. Untuk Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas jumlah eksisting sudah melampaui kebutuhan yang seharusnya.
Sedangkan untuk Posyandu, Balai Pengobatan Warga, dan Praktek mengalami kekurangan
fasilitas jika disesuaikan dengan analisis perhitungan menggunakan SPM sebanyak 11, 12,
dan 6 buah.
Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan 2023-2038 Kecamatan Nanga Taman

Jumlah Proyeksi Keb. 2023 2028 2033 2038


Jenis Standar
Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑
Fasilitas 2023 2028 2033 2038 Ratio Eks Luas m2
(m2) Unit m2 Unit m2 Unit m2 Unit
41. 47. 52.
1.250 29 1.739 33 2.003 38 2.267 42 2.531
Posyandu 36.226 724 223 722 60
Balai
52. 3
Pengobatan 36.226 41.724 47.223 2.500 14 4.347 17 5.007 19 5.667 21 6.327
722 00
Warga
52. 3
36.226 41.724 47.223 5.000 7 2.174 8 2.503 9 2.833 11 3.163
Praktek 722 00
52. 3
36.226 41.724 47.223 30.000 1 362 1 417 2 472 2 527
Pustu 722 00
Puskesmas 36.226 41.724 47.223 51.722 120.000 1.000 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, dibutuhkan fasilitas
Posyandu sebanyak 42 buah dengan kebutuhan luas lahan 2.531 m 2. Sedangkan untuk Balai
Pengobatan Warga sebanyak 21 buah dengan luas lahan 6.327 m 2. Untuk Praktek
membutuhkan 11 buah dengan luas 3.163 m2. Sedangkan untuk Puskesmas Pembantu
dibutuhkan 2 buah. Jumlah penduduk yang ada jika dianalisis, menunjukkan bahwa tidak
perlu dibangunnya puskesmas. Namun pada Kecamatan Nanga Taman telah terdapat 1 buah
puskesmas .

Tabel Analisis Jumlah Kebutuhan Kesehatan Kecamatan Nanga Taman


Nan Nan
ga Nan Nan Lub Nan Sung ga Tapa Nan
Fasil Tah Eng ga ga uk Rira ga ai Kiun ng ga
itas un kulu Kom Mon Taja Pant Mer ng Tam Sena Law gkan Ting Men Juml
n an gko u ok agun jati an ngak ak g gang ukak ah

2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 3 1 25
2018
2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 29
2023
Posy 3 1 2 2 4 4 2 3 2 2 3 4 2 33
andu 2028
3 1 2 2 4 5 2 4 2 2 4 5 2 38
2033
3 1 2 2 5 6 2 5 2 2 4 5 2 42
2038
BP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
W 2018
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 14
2023
2028 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 17
Nan Nan
ga Nan Nan Lub Nan Sung ga Tapa Nan
Fasil Tah Eng ga ga uk Rira ga ai Kiun ng ga
itas un kulu Kom Mon Taja Pant Mer ng Tam Sena Law gkan Ting Men Juml
n an gko u ok agun jati an ngak ak g gang ukak ah

1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 1 19
2033
2 1 1 1 3 3 1 2 1 1 2 3 1 21
2038
1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 6
2018
1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 7
2023
Prak 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8
tek 2028
1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
2033
1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11
2038
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2018
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2023
Pust 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
u 2028
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
2033
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
2038
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2018
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2023
Pusk
esma 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2028
s 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2033
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2038
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas, diketahui jika hingga tahun 2038 ada fasilitas yang perlu mengalami
penambahan ada yang jumlahnya sudah sesuai bahkan ada fasilitas kesehatan yang jumlah
saat eksisting sudah melebihi jumlah untuk 20 tahun kedepan. Untuk puskesmas dan
puskesmas pembantu tahun 2038 jumlahnya sudah melebihi dari yang seharusnya dengan
kelebihan masing-masing 1 dan 3 buah.Untuk posyandu perlu penambahan sebanyak 28
buah. Balai pengobatan warga dan praktek yang pada kondisi eksisting tidak ada akan
dilakukan penambahan sebanyak 21 dan 11 buah. Berikut ini adalah luasan yang dibutuhkan
untuk pemenuhan fasilitas 20 tahun kedepan:
Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Kesehatan Kecamatan Nanga Taman (m2)
Nan Nan Na Nang
ga ga Nang Lub nga Sung a Tapan Nang
Fasil Tahu Eng Ko a uk Mer Rira Ta ai Kiun g a
itas n kul ma Mon Taja Pant agu ng ma Sena Lawa gkan Tingg Men Juml
un n gko u ok n jati n ngak k g ang ukak ah

1 1 1 1 8 1.4 1
31 62 96 94 133 62 100 110 127 86 14 75 4 75 31

1 2 1 2 9 1.7 1
47 62 104 99 176 10 112 155 132 93 47 10 3 39 47

Posy 1 1 2 1 2 10 2.0 1
andu 63 63 112 04 218 57 125 200 136 99 79 44 2 03 63

1 1 3 1 2 2 11 2.2 1
78 64 120 09 261 04 137 246 141 06 12 78 0 67 78

1 1 3 1 2 3 11 2.5 1
94 65 128 13 303 52 150 291 145 12 44 13 9 31 94

3 2 4 2 2 4 21 3.6 3
28 154 241 36 332 06 249 274 318 15 86 39 1 87 28

3 2 5 2 3 5 23 4.3 3
67 156 261 48 439 24 281 388 329 31 67 24 2 47 67

4 2 6 2 4 6 25 5.0 4
BPW 06 159 281 59 545 42 312 501 340 48 48 10 4 07 06

4 2 7 2 5 6 27 5.6 4
46 161 301 71 652 61 343 615 352 64 30 96 6 67 46

4 2 8 2 6 7 29 6.3 4
85 164 321 83 759 79 375 728 363 81 11 82 7 27 85

1 1 2 1 1 2 10 1.8 1
64 77 120 18 166 03 125 137 159 07 43 19 5 44 64

1 1 2 1 1 2 11 2.1 1
83 78 130 24 219 62 140 194 165 16 84 62 6 74 83

Prak 2 1 3 1 2 3 12 2.5 2
tek 03 79 140 30 273 21 156 251 170 24 24 05 7 03 03

2 1 3 1 2 3 13 2.8 2
23 81 150 36 326 80 172 307 176 32 65 48 8 33 23

2 1 4 1 3 3 14 3.1 2
43 82 160 42 379 39 187 364 181 40 05 91 9 63 43
Nan Nan Na Nang
ga ga Nang Lub nga Sung a Tapan Nang
Fasil Tahu Eng Ko a uk Mer Rira Ta ai Kiun g a
itas n kul ma Mon Taja Pant agu ng ma Sena Lawa gkan Tingg Men Juml
un n gko u ok n jati n ngak k g ang ukak ah

1 3
27 13 20 20 28 34 21 23 27 18 24 37 8 07 27

1 3
31 13 22 21 37 44 23 32 27 19 31 44 9 62 31

Pust 2 4
u 34 13 23 22 45 54 26 42 28 21 37 51 1 17 34

2 4
37 13 25 23 54 63 29 51 29 22 44 58 3 72 37

2 5
40 14 27 24 63 73 31 61 30 23 51 65 5 27 40

1 2
23 11 17 16 23 28 17 19 22 15 20 30 5 56 23

1 3
25 11 18 17 30 36 19 27 23 16 25 36 6 02 25

Pusk 1 3
esma 28 11 20 18 38 45 22 35 24 17 31 42 8 48 28
s
1 3
31 11 21 19 45 53 24 43 24 18 37 48 9 94 31

2 4
34 11 22 20 53 61 26 51 25 20 42 54 1 39 34

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas. Jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk kesehatan
berkisar 1,3 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 posyandu membutuhkan luas sekitar 0,25
Ha, balai pengobatan warga sebanyak 0,63 Ha, praktek sebanyak 0,3 Ha. Hal ini jika
menggunakan standar, namun luas pembangunan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang
diperlukan.

5.5.4 Analisis Kebutuhan Peribadatan

Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu
disediakan di lingkungan perumahan. Selain direncanakan sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan, juga harus sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena
berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni yang
bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah sarana peribadatan yang akan
dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa
waktu.

Fasilitas peribadatan di wilayah studi didominasi oleh gereja katolik dan gereja protestan. Hal
ini disebabkan karena mayoritas penduduk di wilayah studi beragama kristen dan katolik.
Fasilitas gereja tersebar di setiap desa yang menjadi wilayah studi. Berdasarkan standar yang
berlaku, musholla dengan jumlah penduduk pendukung untuk 1 sarana adalah 250 jiwa
dengan lahan yang dibutuhkan 100 m2, Masjid Warga dengan jumlah pendukung 1 sarana
2500 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 600 m2. Untuk fasilitas gereja katolik, gereja
protestan, dan klenteng dilakukan dengan perhitungan tren karena tidak terdapat di pedoman
SNI 03-1733- 2004. Adapun rumus perhitungan dari analisis menggunakan tren dimana :
Jumlah penduduk Kecamatan eksisting
Asumsi standar sarana =
Jumlah sarana Kecamatan eksisting

Jumlah penduduk per Kelurahan/ Desa


Asumsi kebutuhan sarana =
Asumsi standar sarana
Setelah dilakukannya perhitungan dengan menggunakan asumsi standar sarana,
maka didapatkan hasil pada Kecamatan Nanga Mahap untuk gereja katolik standar penduduk
pendukung 1 buah adalah 658 orang, sedangkan untuk gereja protestan standarnya adalah
5.796 orang. Sedangkan untuk Kecamatan Nanga Taman, standar penduduk pendukung 1
buah gereja katolik adalah 458 orang, dan untuk gereja protestan adalah 7.681 orang.
Dikarenakan gereja yang ada jumlahnya cukup banyak, maka luas lahan yang akan
digunakan pada analisis ini adalah 500 m 2. Untuk klenteng jumlah penduduk pendukungnya
adalah 28.980. Proyeksi kebutuhan fasilitas yang ada di wilayah kajian adalah sebagai
berikut.
a. Nanga Mahap

Tabel Demand and Supply Peribadatan Kecamatan Nanga Mahap Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. Musholla 1.250 28.980 20 29 -9
2. Masjid warga 1.600 28.980 5 12 -7
3. Gereja katolik 658 28.980 44 44 0
4. Gereja protestan 5.796 28.980 5 5 0
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas diketahui bahwa fasilitas peribadatan dibagi menjadi musholla,
masjid warga, gereja protestan, dan gereja katolik. Untuk klenteng yang ada pada kondisi
eksisting saat dilakukan analisis, tidak diperlukannya penambahan jumlah. Untuk gereja
protestan dan katolik jumlah yang ada sesuai dikarenakan menggunakan metode tren. Untuk
masjid dan musholla mengalami kekurangan, dengan masing-masing 7 dan 9 buah unit.

Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Peribadatan 2023-2038 Kecamatan Nanga Mahap

Jumlah Proyeksi Standar Keb. 2023 2028 2033 2038


Jenis
Ratio Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas
Fasilitas 2023 2028 2033 2038
Eks (m2) Unit m2 Unit m2 Unit m2 Unit m2
Musholla 31.808 34.635 37.463 40.290 1.250 100 32 3.181 35 3.464 37 3.746 40 4.029
Masjid
31.808 34.635 37.463 40.290 600 13 7.634 14 8.312 15 8.991 16 9.670
warga 1.600
Gereja
31.808 34.635 37.463 40.290 500 48 24.170 53 26.318 57 28.467 61 30.616
katolik 658
Gereja
31.808 34.635 37.463 40.290 500 5 2.744 6 2.988 6 3.232 7 3.476
protestan 5.796
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas musholla
sebanyak 40 unit dengan kebutuhan luas 4.029 m2. Untuk masjid sebanyak sebanyak 16 unit
dengan kebutuhan luas lahan 9.670 m2. Sedangkan untuk gereja katolik sebanyak 61 buah
dengan luas lahan 30.616 m2. Untuk gereja protestan membutuhkan 7 unit dengan luas 3.476
m2.

Tabel Analisis Jumlah Kebutuhan Peribadatan Kecamatan Nanga Mahap


La
Tel Lem Kar Nan Bat Land
nd Nan
Fasilit Tahu uk bah ang Seba ga u au Temb Cena Tembe Tam Juml
au ga
as n Keb Berin Betu bas Mah Pa Kum aga yan suk ang ah
Ap Suri
au gin ng ap hat pai
in
2 2 3 3 2 2 3 2 1 4 1 2 2 29
2018
3 2 4 3 2 2 3 2 1 4 1 2 2 32
2023
Mush 3 3 4 3 3 2 4 2 2 4 2 2 2 35
olla 2028
3 3 4 3 3 2 4 3 2 5 2 2 2 37
2033
4 3 5 3 3 2 4 3 2 5 2 2 3 40
2038
La
Tel Lem Kar Nan Bat Land
nd Nan
Fasilit Tahu uk bah ang Seba ga u au Temb Cena Tembe Tam Juml
au ga
as n Keb Berin Betu bas Mah Pa Kum aga yan suk ang ah
Ap Suri
au gin ng ap hat pai
in
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12
2018
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 13
2023
Masji
d 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 14
2028
warga 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 15
2033
1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 16
2038
4 3 5 4 3 3 5 3 2 6 2 3 3 44
2018
4 4 6 4 4 3 5 3 2 6 2 3 3 48
2023
Gereja
Katoli 5 4 6 5 4 3 5 4 2 7 2 3 3 53
2028
k
5 5 6 5 4 3 6 4 3 7 3 3 4 57
2033
6 5 7 5 5 2 6 4 3 8 3 4 4 61
2038
0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
2018
Gereja
protest 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
2023
an 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 6
2028
1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 6
2033
1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 7
2038
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas, diketahui jika hingga tahun 2038 semua fasilitas perlu mengalami
penambahan terkecuali klenteng. Untuk musholla sebanyak 20 buah. Untuk masjid warga
perlu penambahan sebanyak 11 buah. Sedangkan untuk gereja katolik menurut hasil analisis
perlu penambahan 17 buah dan gereja katolik sebanyak 2 buah. Berikut ini adalah luasan
yang dibutuhkan untuk pemenuhan fasilitas 20 tahun kedepan:

Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Peribadatan Kecamatan Nanga Mahap (m2)
Lan
Lan Tel Lem Kar Nan Bat
Nan dau Ta
Fasilit Tahu dau uk bah ang Seba ga u Temb Cena Tembe Jumla
ga Ku ma
as n Api Keb Beri Bet bas Mah Pah aga yan suk h
Suri mp ng
n au ngin ung ap at
ai
TK 3 1 1 2.8
2018 233 217 338 257 215 171 303 188 123 67 32 65 188 98

2023 3 1 1 3.1
Lan
Lan Tel Lem Kar Nan Bat
Nan dau Ta
Fasilit Tahu dau uk bah ang Seba ga u Temb Cena Tembe Jumla
ga Ku ma
as n Api Keb Beri Bet bas Mah Pah aga yan suk h
Suri mp ng
n au ngin ung ap at
ai
265 250 367 280 239 170 331 210 139 99 44 84 204 81

4 1 2 3.4
2028 297 282 395 302 263 168 359 232 155 31 56 04 220 64

4 1 2 3.7
2033 330 315 424 324 286 166 387 254 171 62 67 23 236 46

4 1 2 4.0
2038 362 348 453 346 310 164 415 276 187 94 79 42 252 29

8 3 3 6.9
2018 558 520 811 618 517 411 728 452 295 81 17 96 451 55

9 3 4 7.6
2023 636 599 880 671 574 407 795 504 334 57 45 42 490 34

1.0 3 4 8.3
SD
2028 714 678 948 725 630 403 861 557 373 34 73 88 528 12

1. 1.1 4 5 8.9
2033 791 757 017 778 687 399 928 609 411 10 01 35 566 91

1. 1.1 4 5 9.6
2038 869 836 086 831 744 395 995 662 450 86 29 81 605 70

1 1 2. 1 1. 1 2. 1 2.7 1.0 1.2 1 22.0


2018 .768 .646 567 .955 636 .302 305 .430 935 90 04 54 .429 21

2 1 2. 2 1. 1 2. 1 1 3.0 1.0 1.4 1 24.1


2023 .014 .896 785 .125 816 .289 516 .597 .057 32 93 00 .551 70

2 2 3. 2 1. 1 2. 1 1 3.2 1.1 1.5 1 26.3


SMP
2028 .260 .146 003 .294 996 .276 728 .763 .179 73 82 47 .672 18

2 2 3. 2 2. 1 2. 1 1 3.5 1.2 1.6 1 28.4


2033 .506 .396 221 .463 176 .263 939 .930 .302 14 71 93 .794 67

2 2 3. 2 2. 1 3. 2 1 3.7 1.3 1.8 1 30.6


2038 .752 .646 439 .633 356 .250 150 .096 .424 55 60 39 .915 16

SMA 3 1 1 2.5
2018 201 187 291 222 186 148 262 162 106 17 14 42 162 00

3 1 1 2.7
2023 229 215 316 241 206 146 286 181 120 44 24 59 176 44

2028 3 1 1 2.9
257 244 260 145 200 134 72 34 76 190 88
Lan
Lan Tel Lem Kar Nan Bat
Nan dau Ta
Fasilit Tahu dau uk bah ang Seba ga u Temb Cena Tembe Jumla
ga Ku ma
as n Api Keb Beri Bet bas Mah Pah aga yan suk h
Suri mp ng
n au ngin ung ap at
ai
341 227 310

3 1 1 3.2
2033 284 272 366 280 247 143 334 219 148 99 44 92 204 32

4 1 2 3.4
2038 312 300 390 299 268 142 358 238 162 26 54 09 217 76

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas. Jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk peribadatan
berkisar 4,8 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 musholla membutuhkan luas sekitar 0,4 Ha,
masjid 1 Ha, gereja katolik 3 Ha, dan gereja protestan 0,4 Ha. Hal ini jika menggunakan
standar, namun luas pembangunan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan.

b. Nanga Taman

Tabel Demand and Supply Peribadatan Kecamatan Nanga Taman Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. Musholla 1.250 30.727 18 31 -13
2. 30.727
Masjid warga 1.600 4 12 -8
3. 30.727
Gereja katolik 458 67 67 0
4. 30.727
Gereja protestan 7.681 4 4 0
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas diketahui bahwa fasilitas peribadatan dibagi menjadi musholla,
masjid warga, gereja protestan, dan gereja katolik. Untuk gereja protestan dan katolik jumlah
yang ada sesuai dikarenakan menggunakan metode tren. Untuk masjid dan musholla
mengalami kekurangan, dengan masing-masing 8 dan 15 buah unit.

Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Peribadatan 2023-2038 Kecamatan Nanga Taman

Jumlah Proyeksi Standar Keb. 2023 2028 2033 2038


Jenis
Ratio Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas
Fasilitas 2023 2028 2033 2038
Eks (m2) Unit m2 Unit m2 Unit m2 Unit m2
36.2 41. 47. 52.
100 36 3.623 42 4.172 47 4.722 53 5.272
Musholla 26 724 223 722 1.250
Masjid 36.2 41. 47. 52. 1.600 600 14 8.694 17 10.014 19 11.334 21 12.653
warga 26 724 223 722
Gereja 36.2 41. 47. 52.
500 79 39.548 91 45.551 103 51.554 115 57.557
26 724 223 722
katolik 458
Gereja 36.2 41. 47. 52.
500 5 2.358 5 2.716 6 3.074 7 3.432
26 724 223 722
protestan 7.681
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas musholla
sebanyak 53 unit dengan kebutuhan luas 5.272 m2. Untuk masjid sebanyak sebanyak 21 unit
dengan kebutuhan luas lahan 12.653 m2. Sedangkan untuk gereja katolik sebanyak 115 buah
dengan luas lahan 57.557 m2. Untuk gereja protestan membutuhkan 7 unit dengan luas 3.432
m2.

Tabel Analisis Jumlah Kebutuhan Peribadatan Kecamatan Nanga Taman


Na
ng
a Nan Na Nang
Fasilit Tahu En ga Nang Lub nga Sung a Tapan Nang
as n gk Ko a uk Mer Rira Ta ai Kiun g a
ulu ma Mon Taja Pant agu ng ma Sena Lawa gkan Tingg Men Juml
n n gko u ok n jati n ngak k g ang ukak ah

3 1 2 2 3 3 2 2 3 2 2 4 2 31
2018
3 1 2 2 4 4 2 3 3 2 3 4 2 36
2023
Mush 3 1 2 2 5 5 3 4 3 2 4 5 2 42
olla 2028
4 1 3 2 5 6 3 5 3 2 4 6 2 47
2033
4 1 3 2 6 7 3 6 3 2 5 7 2 53
2038
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
2018
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 14
2023
Masji
d 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 17
2028
warga 1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 1 19
2033
2 1 1 1 3 3 1 2 1 1 2 3 1 21
2038
Gereja 6 3 4 4 6 7 5 5 6 4 5 8 4 67
Katoli 2018
k 7 3 5 5 8 10 5 7 6 4 7 10 4 79
2023
7 3 5 5 10 12 6 9 6 5 8 11 5 91
2028
8 3 5 5 12 14 6 11 6 5 10 13 5 103
2033
2038 9 3 6 5 14 16 7 13 7 5 11 14 5 115
Na
ng
a Nan Na Nang
Fasilit Tahu En ga Nang Lub nga Sung a Tapan Nang
as n gk Ko a uk Mer Rira Ta ai Kiun g a
ulu ma Mon Taja Pant agu ng ma Sena Lawa gkan Tingg Men Juml
n n gko u ok n jati n ngak k g ang ukak ah

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
2018
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 5
2023
Gereja
protest 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 5
2028
an 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 6
2033
1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 7
2038
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas, diketahui jika hingga tahun 2038 semua fasilitas perlu mengalami
penambahan. Untuk musholla sebanyak 35 buah. Untuk masjid warga perlu penambahan
sebanyak 17 buah. Sedangkan untuk gereja katolik menurut hasil analisis perlu penambahan
48 buah dan gereja katolik sebanyak 3 buah. Berikut ini adalah luasan yang dibutuhkan untuk
pemenuhan fasilitas 20 tahun kedepan:

Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Peribadatan Kecamatan Nanga Taman (m2)
Nan Nan Nan Nang Nan
ga ga Nang Lub ga Sung a Tapan ga
Fasilit Tahu Eng Ko a uk Mer Rira Ta Sen ai Kiun g Me
as n kul ma Mon Taj Pant agu ng ma ang Lawa gkan Tingg nuk Jumla
un n gko au ok n jati n ak k g ang ak h

3 1 1 2.8
2018 233 217 338 257 215 171 303 188 123 67 32 65 188 98

3 1 1 3.1
2023 265 250 367 280 239 170 331 210 139 99 44 84 204 81

4 1 2 3.4
TK
2028 297 282 395 302 263 168 359 232 155 31 56 04 220 64

4 1 2 3.7
2033 330 315 424 324 286 166 387 254 171 62 67 23 236 46

4 1 2 4.0
2038 362 348 453 346 310 164 415 276 187 94 79 42 252 29
Nan Nan Nan Nang Nan
ga ga Nang Lub ga Sung a Tapan ga
Fasilit Tahu Eng Ko a uk Mer Rira Ta Sen ai Kiun g Me
as n kul ma Mon Taj Pant agu ng ma ang Lawa gkan Tingg nuk Jumla
un n gko au ok n jati n ak k g ang ak h

8 3 3 6.9
2018 558 520 811 618 517 411 728 452 295 81 17 96 451 55

9 3 4 7.6
2023 636 599 880 671 574 407 795 504 334 57 45 42 490 34

1.0 3 4 8.3
SD
2028 714 678 948 725 630 403 861 557 373 34 73 88 528 12

1. 1.1 4 5 8.9
2033 791 757 017 778 687 399 928 609 411 10 01 35 566 91

1. 1.1 4 5 9.6
2038 869 836 086 831 744 395 995 662 450 86 29 81 605 70

1 1 2. 1 1. 1 2. 1 2.7 1.0 1.2 1 22.0


2018 .768 .646 567 .955 636 .302 305 .430 935 90 04 54 .429 21

1 2 3 3.0
2023 273 128 201 196 277 338 208 228 265 79 38 65 176 73

1 3 4 3.6
SMP
2028 306 130 217 206 366 437 234 323 274 93 06 37 194 23

2 3 5 4.1
2033 339 132 234 216 455 535 260 418 284 07 74 08 212 72

2 4 5 4.7
2038 371 134 251 226 543 634 286 512 293 20 41 80 230 22

2 5 6 5.2
2018 404 136 267 236 632 732 312 607 302 34 09 51 248 72

4 5 8 7.3
2023 655 308 481 471 664 812 498 548 636 30 72 77 422 74

1 4 7 1.0 8.6
SMA
2028 734 312 522 495 878 .048 561 775 659 63 34 49 465 94

1. 1 1 4 8 1.2 10.0
2033 813 317 562 519 091 .285 624 .002 681 96 97 20 508 14

1. 1 1 5 1.0 1.3 11.3


2038 891 322 602 543 304 .521 687 .230 703 29 59 92 551 34

Sumber: Hasil Analisis, 2017


Dari tabel diatas. Jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk peribadatan
berkisar 7,7 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 musholla membutuhkan luas sekitar 0,5
Ha, masjid 1,2 Ha, gereja katolik 5,7 Ha, dan gereja protestan 0,3 Ha. Hal ini jika
menggunakan standar, namun luas pembangunan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang
diperlukan.

5.5.5 Analisis Kebutuhan Fasilitas Umum

Fasilitas Umum yang yang akan dianalisis berupa Balai Pertemuan Warga, Pos Keamanan
dan Stadion. Berdasarkan standar yang berlaku untuk balai/gedung pertemuan dengan jumlah
penduduk pendukung untuk 1 sarana adalah 2.500 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 300
m2. Sedangkan untuk pos keamanan 1 sarana memiliki penduduk pendukung 2.500 dengan
luas lahan minimal 400 m2. Selain fasilitas umum tersebut, Pemerintah Kabupaten Sekadau
merencanakan akan dibangunnya wc umum yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
yang ada agar tidak terjadi lagi kegiatan BAB sembarangan. Berikut proyeksi kedua fasilitas
umum tersebut.

a. Nanga Mahap

Tabel Demand dan Supply Fasilitas Umum Kecamatan Nanga Mahap Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
Balai
Pertemuan
1. Warga 2.500 28.980 0 12 -12
Pos
2. Keamanan 2.500 28.980 13 12 +1
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada kondisi eksisting untuk fasilitas umum
berupa balai pertemuan warga dan pos keamanan. Untuk kelebihan pada tabel diatas, dapat
dilihat jika untuk Balai pertemuan warga, tidak terdapat balai untuk warga berdiskusi. Warga
biasanya menggunakan rumah ketua petinggi desa/kantor desa untuk berdiskusi. Seharusnya
perlu 12 buah balai pertemuan warga jika melihat jumlah penduduk yang ada. Sedangkan
untuk pos keamanan, dikarenakan pada kawasan studi terdapat 13 desa dan setiap desa
memiliki pos keamanan tersendiri. Untuk wc umum sendiri, akan dibangun sesuai dengan
kebutuhan masing-masing desa. Dengan menggunakan asumsi setiap 10 KK yang tidak
memiliki jamban pribadi, dibangun 1 wc umum. Wc umum akan disebar disetiap dusun
sehingga dapat merata penggunaanya.

Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Umum 2023-2038 Kecamatan Nanga Mahap

Jumlah Proyeksi Keb. 2023 2028 2033 2038


Jenis Standar
Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas
Fasilitas 2023 2028 2033 2038 Ratio Eks
(m2) Unit m2 Unit m2 Unit m2 Unit m2
Balai
Pertemuan
31. 34 37 40
Warga 808 .635 .463 .290 2.500 300 13 3.817 14 4.156 15 4.496 16 4.835
Pos
31. 34 37 40
Keamanan 808 .635 .463 .290 2.500 400 13 5.089 14 5.542 15 5.994 16 6.446
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas balai
pertemuan warga sebanyak 16 unit dengan kebutuhan luas lahan 4.835 m 2. Untuk pos
keamanan dibutuhkan 16 buah dengan luas lahan 6.446 m 2. Berikut distribusi fasilitas per
desa:

Tabel Analisis Jumlah Kebutuhan Fasilitas Umum Kecamatan Nanga Mahap

Tel Lem Kar Nan Bat Land


Lan Nan
uk bah ang Seba ga u au Temb Cena Tembe Tam Juml
Fasilitas Tahun dau ga
Keb Berin Betu bas Mah Pa Kum aga yan suk ang ah
Apin Suri
au gin ng ap hat pai
2018 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12

2023 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 13
Balai
Pertemua 2028 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 14
n Warga
2033 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 15

2038 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 16

2018 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12

2023 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 13
Pos
Keamana 2028 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 14
n
2033 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 15

2038 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 16

Sumber: Hasil Analisis, 2018


Setelah dianalisis, kebutuhan balai pertemuan warga untuk 20 tahun kedepan menjadi 16
buah. Sedangkan untuk pos keamanan juga berjumlah 16 buah. Untuk kebutuhan luasnya
lihat tabel dibawah ini:

Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Fasilitas Umum Kecamatan Nanga Mahap (m2)

Lan
Telu Lemb Kara Nan dau
Fasilitas Land k ah ng Nan ga Batu Ku
au Keb Berin Betu Seba ga Mah Paha mpa Temb Cenay Tembe Tam Jumla
Tahun Apin au gin ng bas Suri ap t i aga an suk ang h
1 3.
2018 279 260 405 309 258 206 364 226 148 441 159 98 226 478

2 3.
2023 318 299 440 336 287 204 397 252 167 479 173 21 245 817

Balai 2 4.
Pertemua 2028 357 339 474 362 315 201 431 278 186 517 187 44 264 156
n Warga
2 4.
2033 396 378 509 389 344 199 464 305 206 555 201 67 283 496

2 4.
2038 435 418 543 416 372 197 498 331 225 593 215 90 302 835

2 4.
2018 372 347 541 412 344 274 485 301 197 588 211 64 301 637

2 5.
2023 424 399 586 447 382 271 530 336 223 638 230 95 327 089

Pos 3 5.
Keaman 2028 476 452 632 483 420 269 574 371 248 689 249 26 352 542
an
3 5.
2033 528 505 678 519 458 266 619 406 274 740 268 56 378 994

3 6.
2038 579 557 724 554 496 263 663 441 300 791 286 87 403 446

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Dari tabel diatas, jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk fasilitas umum untuk
tahun 2038 berkisar 1 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 balai pertemuan warga
membutuhkan sebanyak 0,4 Ha. Untuk pos kemanan menbutuhkan 0,6 Ha.

b. Nanga Taman

Tabel Demand dan Supply Fasilitas Umum Kecamatan Nanga Taman Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
Balai
Pertemuan
1. Warga 2.500 30.727 0 21 -21
Pos
2. Keamanan 2.500 30.727 13 21 -8
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada kondisi eksisting untuk fasilitas umum
berupa balai pertemuan warga dan pos keamanan. Untuk kelebihan pada tabel diatas, dapat
dilihat jika untuk Balai pertemuan warga, tidak terdapat balai untuk warga berdiskusi. Sama
seperti Nanga Mahap, warga di Nanga Taman biasanya menggunakan rumah ketua petinggi
desa/kantor desa untuk berdiskusi. Seharusnya perlu 21 buah balai pertemuan warga jika
melihat jumlah penduduk yang ada. Sedangkan untuk pos keamanan, dikarenakan pada
kawasan studi terdapat 13 desa dan setiap desa memiliki pos keamanan tersendiri. Untuk wc
umum sendiri, akan dibangun sesuai dengan kebutuhan masing-masing desa. Dengan
menggunakan asumsi setiap 10 KK yang tidak memiliki jamban pribadi, dibangun 1 wc
umum. Wc umum akan disebar pada masing-masing dusun.

Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Umum 2023-2038 Kecamatan Nanga Taman

Jumlah Proyeksi Keb. 2023 2028 2033 2038


Jenis Standar
Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas
Fasilitas 2023 2028 2033 2038 Ratio Eks
(m2) Unit m2 Unit m2 Unit m2 Unit m2
Balai
36.2 41. 47. 52.
Pertemuan 2.500 300 14 4.347 17 5.007 19 5.667 21 6.327
26 724 223 722
Warga
Pos 36.2 41. 47. 52.
2.500 400 14 5.796 17 6.676 19 7.556 21 8.436
Keamanan 26 724 223 722
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas balai
pertemuan warga sebanyak 21 unit dengan kebutuhan luas lahan 6.327 m 2. Untuk pos
keamanan dibutuhkan 21 buah dengan luas lahan 8.436 m 2. Berikut distribusi fasilitas per
desa:

Tabel Analisis Jumlah Kebutuhan Fasilitas Umum Kecamatan Nanga Taman


Nan Na Nang
ga Nan Nang Lub nga Sunga a Tapan Nang
Eng ga a uk Mer Rira Ta i Kiun g a
Fasilitas Tahun
kulu Ko Mon Taja Pant agu ng ma Sena Lawa gkan Tingg Men Juml
n man gko u ok n jati n ngak k g ang ukak ah

2018 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12

2023 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 14
Balai
Pertemua 2028 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 17
n Warga
2033 1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 1 19

2038 2 1 1 1 3 3 1 2 1 1 2 3 1 21

2018 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12

2023 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 14
Pos
Keamana 2028 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 17
n
2033 1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 1 19

2038 2 1 1 1 3 3 1 2 1 1 2 3 1 21

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Setelah dianalisis, kebutuhan balai pertemuan warga untuk 20 tahun kedepan menjadi 21
buah. Sedangkan untuk pos keamanan juga berjumlah 21 buah. Untuk kebutuhan luasnya
lihat tabel dibawah ini:

Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Fasilitas Umum Kecamatan Nanga Taman (m2)

Na Nang Nan
nga Nan Nan Lub Nan Sunga a Tapan ga
Eng ga ga uk Rira ga Sen i Kiun g Men
Fasilitas Tahun
kul Ko Mon Taja Panto Mera ng Tam ang Lawa gkan Tingg uka Jumla
un man gko u k gun jati an ak k g ang k h

Balai
Pertemua 2018 328 154 241 236 332 406 249 274 318 215 286 439 211 3.687
n Warga

2023 367 156 261 248 439 524 281 388 329 231 367 524 232 4.347

2028 406 159 281 259 545 642 312 501 340 248 448 610 254 5.007

2033 446 161 301 271 652 761 343 615 352 264 530 696 276 5.667

2038
485 164 321 283 375 728 363 297
Na Nang Nan
nga Nan Nan Lub Nan Sunga a Tapan ga
Eng ga ga uk Rira ga Sen i Kiun g Men
Fasilitas Tahun
kul Ko Mon Taja Panto Mera ng Tam ang Lawa gkan Tingg uka Jumla
un man gko u k gun jati an ak k g ang k h

759 879 281 611 782 6.327

2018 437 205 321 314 443 541 332 365 424 286 381 585 281 4.916

2023 489 208 348 330 585 699 374 517 439 308 490 699 310 5.796

Pos
Keaman 2028 542 212 374 346 727 857 416 668 454 330 598 814 339 6.676
an

2033 594 215 401 362 869 1.014 458 820 469 352 706 928 367 7.556

2038 647 218 428 378 1.012 1.172 500 971 484 374 815 1.042 396 8.436

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Dari tabel diatas, jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk fasilitas umum untuk
tahun 2038 berkisar 1,5 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 balai pertemuan warga
membutuhkan sebanyak 0,65 Ha. Untuk pos kemanan menbutuhkan 0,85 Ha.

5.5.6 Analisis Kebutuhan RTH

Ruang Terbuka Hijau sangat dibutuhkan masyarakat. Fasilitas ruang terbuka hijau yang ada
di wilayah kajian adalah berupa pemakaman dan lapangan terbuka. Adapun beberapa
pemakaman yang ada di wilayah kajian, hanyalah pemakaman skala kecil atau dapat
dikatakan pemakaman yang warga yang hanya dapat menampung sedikit makam. Sedangkan
lapangan olahraga yang ada, berupa lapangan terbuka skala kecil yang dapat digunakan
warga untuk bermain sepak bola/voli.

Oleh karena ruang terbuka yang terdapat di wilayah kajian hanya berupa pemakaman dan
lapangan olahraga, maka dibutuhkan lagi ruang terbuka hijau lainnya seperti taman RT dan
taman RW untuk kebutuhan masyarakat. Penggolongan sarana ruang terbuka hijau di
lingkungan perumahan berdasarkan kapasitas pelayanannya terhadap sejumlah penduduk.
Keseluruhan jenis ruang terbuka hijau tersebut adalah setiap unit RT kawasan berpenduduk
250 jiwa dibutuhkan minimal satu untuk taman yang dapat memberikan kesegaran pada kota
dengan lahan 250 m2, baik udara segar maupun cahaya matahari, sekaligus tempat bermain
anak-anak, setiap unit RW kawasan berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan sekurang-kurangnya
satu daerah terbuka berupa taman dengan luas lahan 1.250 m2. Sedangkan untuk taman dan
lapangan olahraga membutuhkan penduduk pendukung sebanyak 30.000 dengan luas 9.000
m2.

a. Nanga Mahap

Tabel Demand dan Supply RTH Kecamatan Nanga Mahap Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
250 28.980
1. Taman RT 0 123 -123
2.500 28.980
2. Taman RW 0 12 -12
Taman dan
Lapangan
30.000 28.980
3. Olahrag 0 1 -1
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada kondisi eksisting untuk RTH berupa
taman RT, taman RW, dan taman dan lapangan olahraga. Pada wilayah studi, taman yang ada
berupa lapangan kosong yang biasanya dekat dengan fasilitas pendidikan sehingga dapat
dijadikan lapangan untuk sekolah maupun digunakan masyarakat setempat. Untuk klasifikasi
fasilitas taman RT, taman RW, dan lapangan olahraga tidak ada pada kawasan studi.

Tabel Proyeksi Kebutuhan RTH 2023-2038 Kecamatan Nanga Mahap

Jumlah Proyeksi Keb. 2023 2028 2033 2038


Jenis Standar
Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas
Fasilitas 2023 2028 2033 2038 Ratio Eks
(m2) Unit m2 Unit m2 Unit m2 Unit m2
Taman 31. 34 37 40 2 2
127 31.808 139 34.635 150 37.463 161 40.290
808 .635 .463 .290 50 50
RT
Taman 31. 34 37 40 2.5 1.2
13 38.169 14 41.562 15 44.955 16 48.348
808 .635 .463 .290 00 50
RW
Taman
dan 31. 34 37 40 30.00 9.0
1 9.000 1 9.000 1 9.000 1 9.000
808 .635 .463 .290 0 00
Lapangan
Olahrag
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan taman RT dan
RW sebanyak 161 dan 16 buah dengan kebutuhan luas lahan masing-masing 40.290 m2 dan
48.348 m2. Untuk taman dan lapangan olahraga dibutuhkan 1 buah dengan luas lahan 12.087
m2. Berikut distribusi fasilitas per desa:

Tabel Analisis Jumlah Kebutuhan RTH Kecamatan Nanga Mahap

Tel Lem Kar Nan Bat Land


Lan Nan
uk bah ang Seba ga u au Temb Cena Tembe Tam Juml
Fasilitas Tahun dau ga
Keb Berin Betu bas Mah Pa Kum aga yan suk ang ah
Apin Suri
au gin ng ap hat pai
2018 9 9 14 10 9 7 12 8 5 15 5 7 8 116

2023 11 10 15 11 10 7 13 8 6 16 6 7 8 127

Taman 12 11 16 12 11 7 14 9 6 17 6 8 9 139
2028
RT
2033 13 13 17 13 11 7 15 10 7 18 7 9 9 150

2038 14 14 18 14 12 7 17 11 7 20 7 10 10 161

2018 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12

2023 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 13

Taman 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 14
2028
RW
2033 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 15

2038 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 16

2018 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1

Taman 2023 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
dan
Lapanga 2028 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
n
Olahraga 2033 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1

2038 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Setelah dianalisis, kebutuhan taman RT untuk 20 tahun kedepan menjadi 161 buah.
Sedangkan untuk taman RW berjumlah 16 buah. Taman dan Lapangan Olahraga dibutuhkan
1 buah Untuk kebutuhan luasnya lihat tabel dibawah ini:

Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan RTH Kecamatan Nanga Mahap (m2)
Tel Lem Kar Nan Bat Land
Lan Nan
uk bah ang Seba ga u au Temb Cena Tembe Tam Juml
Fasilitas Tahun dau ga
Keb Berin Betu bas Mah Pa Kum aga yan suk ang ah
Apin Suri
au gin ng ap hat pai
2 3. 2 1 3. 1. 1. 1 28
2018 2.1 2.57 1.7 3.03 1.8
.326 379 .153 .230 672 321 650 .881 .980
67 3 13 3 82

2 3. 2 1 3. 1. 1. 2 31
2023 2.4 2.79 1.6 3.31 2.1
.650 665 .390 .391 989 438 843 .041 .808
96 6 96 1 01

Taman
2 3. 2 1 4. 1. 2. 2 34
2028 2.8 3.01 1.6 3.59 2.3
RT .974 952 .627 .552 307 555 035 .201 .635
25 9 79 0 20

3 4. 2 1 4. 1. 2. 2 37
2033 3.1 3.24 1.6 3.86 2.5
.298 238 .864 .713 624 672 228 .360 .463
54 2 62 8 40

3 4. 3 1 4. 1. 2. 2 40
2038 3.4 3.46 1.6 4.14 2.7
.621 525 .101 .874 942 790 420 .520 .290
83 4 45 6 59

1 1. 1 1. 1. 2 34
2018 1.0 1.28 1.51
.163 689 .076 857 941 615 836 660 980 .257 .776
83 7 7

1 1. 1 1. 2. 2 38
2023 1.2 1.39 1.65 1.0
.325 833 .195 848 696 995 719 211 .449 .169
48 8 6 50

Taman
1 1. 1 2. 2. 2 41
2028 1.4 1.50 1.79 1.1
RW .487 976 .313 839 776 153 778 442 .641 .562
12 9 5 60

1 2. 1 2. 2. 2 44
2033 1.5 1.62 1.93 1.2
.649 119 .432 831 857 312 836 673 .832 .955
77 1 4 70

1 2. 1 2. 2. 3 48
2038 1.7 1.73 2.07 1.3
.811 263 .550 822 937 471 895 905 .024 .348
41 2 3 79

Taman 9.00 9.00


dan 2018 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0
Lapanga
n 9.00 9.00
Olahraga 2023 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0

9.00 9.00
2028 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0

2033 0 0 0 0 0 0 9.00 0 0 0 0 0 0 9.00


0 0
Tel Lem Kar Nan Bat Land
Lan Nan
uk bah ang Seba ga u au Temb Cena Tembe Tam Juml
Fasilitas Tahun dau ga
Keb Berin Betu bas Mah Pa Kum aga yan suk ang ah
Apin Suri
au gin ng ap hat pai
9.00 9.00
2038 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Dari tabel diatas, jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk RTH tahun 2038
berkisar 10 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 taman RT membutuhkan sebanyak 4 Ha.
Untuk taman RW menbutuhkan 5 Ha. Sedangkan taman dan lapangan olahraga sebanyak 1
Ha.

b. Nanga Taman

Tabel Demand dan Supply RTH Kecamatan Nanga Taman Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. 250 30.727 0 123 -123
Taman RT
2. 2.500 30.727 0 12 -12
Taman RW
Taman dan
3. Lapangan 30.000 30.727 0 1 -1
Olahrag
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada kondisi eksisting untuk RTH berupa
taman RT, taman RW, dan taman dan lapangan olahraga. Pada wilayah studi, taman yang ada
berupa lapangan kosong yang bisa digunakan oleh masyarakat setempat. Untuk klasifikasi
fasilitas taman RT, taman RW, dan lapangan olahraga tidak ada pada kawasan studi.

Tabel Proyeksi Kebutuhan RTH 2023-2038 Kecamatan Nanga Taman

Jumlah Proyeksi Keb. 2023 2028 2033 2038


Jenis Standar
Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas ∑ Luas
Fasilitas 2023 2028 2033 2038 Ratio Eks
(m2) Unit m2 Unit m2 Unit m2 Unit m2
Taman 36.2 41. 47. 52. 2 2
145 36.226 167 41.724 189 47.223 211 52.722
26 724 223 722 50 50
RT
Taman 36.2 41. 47. 52. 2.5 1.2
14 43.471 17 50.069 19 56.668 21 63.267
26 724 223 722 00 50
RW
Taman
dan 36.2 41. 47. 52. 30.00 9.0
1 9.000 1 9.000 2 18.000 2 18.000
26 724 223 722 0 00
Lapangan
Olahrag
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan taman RT dan
RW sebanyak 211 dan 21 buah dengan kebutuhan luas lahan masing-masing 52.722 m2 dan
63.267 m2. Untuk taman dan lapangan olahraga dibutuhkan 1 buah dengan luas lahan 18.000
m2. Berikut distribusi fasilitas per desa:

Tabel Analisis Jumlah Kebutuhan RTH Kecamatan Nanga Taman

Nan Na Nang
ga Nan Nang Lub nga Sunga a Tapan Nang
Eng ga a uk Mer Rira Ta i Kiun g a
Fasilitas Tahun
kulu Ko Mon Taja Pant agu ng ma Sena Lawa gkan Tingg Men Juml
n man gko u ok n jati n ngak k g ang ukak ah

2018 11 5 8 8 11 14 8 9 11 7 10 15 7 123

2023 12 5 9 8 15 17 9 13 11 8 12 17 8 145

Taman 14 5 9 9 18 21 10 17 11 8 15 20 8 167
2028
RT
2033 15 5 10 9 22 25 11 20 12 9 18 23 9 189

2038 16 5 11 9 25 29 12 24 12 9 20 26 10 211

2018 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12

2023 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 14

Taman 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 17
2028
RW
2033 1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 1 19

2038 2 1 1 1 3 3 1 2 1 1 2 3 1 21

2018 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1

Taman 2023 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
dan
Lapanga 2028 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
n
Olahraga 2033 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2

2038 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2

Sumber: Hasil Analisis, 2018


Setelah dianalisis, kebutuhan taman RT untuk 20 tahun kedepan menjadi 211 buah.
Sedangkan untuk taman RW berjumlah 21 buah. Taman dan Lapangan Olahraga dibutuhkan
2 buah Untuk kebutuhan luasnya lihat tabel dibawah ini:

Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan RTH Kecamatan Nanga Taman (m2)

Nan Na Nang
ga Nan Nang Lub nga Sunga a Tapan Nang
Eng ga a uk Mer Rira Ta i Kiun g a
Fasilitas Tahun
kulu Ko Mon Taja Pant agu ng ma Sena Lawa gkan Tingg Men Juml
n man gko u ok n jati n ngak k g ang ukak ah

2 2. 2 2 1. 2. 3. 1 30
2018 1.2 1.96 3.3 2.07 2.2
.729 006 .768 .651 790 383 655 .757 .727
81 4 84 7 83

3 2. 3 2 1. 3. 4. 1 36
2023 1.3 2.06 4.3 2.33 3.2
.058 173 .656 .744 928 060 370 .937 .226
02 3 69 8 30

Taman
3 2. 4 2 2. 3. 5. 2 41
2028 1.3 2.16 5.3 2.59 4.1
RT .386 340 .545 .836 065 737 084 .116 .724
23 2 54 9 76

3 2. 5 2 2. 4. 5. 2 47
2033 1.3 2.26 6.3 2.86 5.1
.714 507 .434 .929 203 414 799 .296 .223
44 1 38 1 23

4 2. 6 3 2. 5. 6. 2 52
2038 1.3 2.36 7.3 3.12 6.0
.042 675 .323 .022 340 091 514 .476 .722
64 0 23 2 70

1 1. 1 1 1. 4. 2 36
2018 1.6 1.03 1.1
.365 641 003 982 .384 .326 895 191 386 .108 .872
92 8 41

1 1. 1 1 1. 5. 2 43
2023 1.03 2.1 1.16 1.6
.529 651 087 .828 .372 964 530 244 .324 .471
1 84 9 15

Taman
1 1. 2 1 1. 1. 6. 2 50
2028 1.08 2.6 1.30 2.0
RW .693 661 170 .273 .418 033 868 101 .540 .069
1 77 0 88

1 1. 2 1 1. 2. 6. 2 56
2033 1.13 3.1 1.43 2.5
.857 672 254 .717 .465 101 207 959 .755 .668
1 69 0 62

2 1. 3 1 1. 2. 7. 2 63
2038 1.18 3.6 1.56 3.0
.021 682 337 .161 .511 170 546 817 .971 .267
0 62 1 35

Taman 2018 0 0 0 0 0 9.0 0 0 0 0 0 0 0 9.00


Nan Na Nang
ga Nan Nang Lub nga Sunga a Tapan Nang
Eng ga a uk Mer Rira Ta i Kiun g a
Fasilitas Tahun
kulu Ko Mon Taja Pant agu ng ma Sena Lawa gkan Tingg Men Juml
n man gko u ok n jati n ngak k g ang ukak ah

00 0

0 0 0 0 0 9.0 0 0 0 0 0 0 0 9.00
2023 00 0

dan 0 0 0 0 0 9.0 0 0 0 0 0 0 0 9.00


Lapanga 2028 00 0
n
Olahraga 0 0 0 0 0 9.0 0 9.0 0 0 0 0 0 18.0
2033 00 00 00

0 0 0 0 0 9.0 0 9.0 0 0 0 0 0 18.0


2038 00 00 00

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Dari tabel diatas, jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk RTH tahun 2038
berkisar 12,5 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 taman RT membutuhkan sebanyak 5,2 Ha.
Untuk taman RW menbutuhkan 6,3 Ha. Sedangkan taman dan lapangan olahraga sebanyak
1,8 Ha.

5.5.7 Analisis Sarana Pariwisata

Pariwisata adalah rangkaian kegiatan wisata yang didukung oleh bebagai macam fasilitas
baik milik pemerintah maupun swasta. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara (UU RI No. 10 Tahun 2009).

Tujuan program pengembangan pariwisata di Kabupaten Sekadau menurut RPJM Kabupaten


Sekadau 2016-2021 secara umum adalah untuk meningkatkan peranan sektor pariwisata
dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah. Pada lima tahun pertama dan kedua program
pengembangan pariwisata ini dilaksanakan dengan mengembangkan fasilitas dan akomodasi
pariwisata pada pusat-pusat pertumbuhan yang dekat dengan lokasi tujuan wisata potensial
yang salah satunya adalah Nanga Taman. Wisata yang ada pada Kecamatan Nanga Mahap
dan Nanga Taman belum tertata sesuai dengan yang dimiliki oleh masyarakat setempat.
Selain itu juga belum terbentuknya payung hukum dalam pemberian rekomendasi perizinan
dan pengawasan usaha bidang kebudayaan dan pariwisata di Kabupaten Sekadau. Wisata
alam yang tersebar di Nanga Mahap maupun Nanga Taman tidak dikelola dengan baik.
Wisata yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah juga belum terlaksana,
dikarenakan wisata yang ada mayoritas dapat dinikmati tanpa dipungut biaya/gratis.

5.5.2. Analisis Kebutuhan Prasarana


Sistem jaringan prasarana atau utilitas ini merupakan penjabaran dari RTRW
Kabupaten Sekadau serta kesesuaian dengan fakta yang ada di lapangan. Analisis ini yang
berfungsi sebagai:
a. Pembentuk sistem pelayanan, terutama pergerakan di dalam Kawasan Rencana;
b. Dasar perletakan jaringan serta rencana pembangunan prasarana dan utilitas dalam
Kawasan Rencana sesuai dengan fungsi pelayanannya; dan
c. Dasar rencana sistem pergerakan dan aksesibilitas lingkungan dalam RTBL dan
rencana teknis sektoral.

Rencana jaringan prasarana dirumuskan dengan memperhatikan rencana struktur ruang


wilayah yang termuat dalam RTRW Kabupaten Sekadau serta struktur ruang wilayah yang
berbatasan langsung dengan Kawasan Rencana, Mengakomodasi Kebutuhan pelayanan dan
pengembangan prasarana dan utilitas Kawasan Rencana, Mengakomodasi kebutuhan untuk
perwujudan fungsi dan peran pusat-pusat pelayanan dalam struktur ruang Kawasan Rencana,
Menjamin keterpaduan prasarana dan utilitas pada Kawasan Rencana dan Ketentuan
peraturan perundang-undangan terkait.

1. Analisis Kebutuhan Air Bersih

Prinsip penyediaan air minum adalah kebutuhan air minum suatu kawasan/desa,
didasarkan pada besarnya jumlah penduduk yang akan dilayani dikalikan dengan tingkat
kebutuhan air per kapita (UU No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air; PP No.16 Tahun
2005 Tentang Pengembangan SPAM). Analisis kebutuhan seperti yang disajikan pada Tabel
di bawah ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan pemakaian air penduduk dengan
dasar-dasar perhitungan sebagai berikut:

o Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30liter/orang/hari.


o Kebutuhan pemakaian air domestik sebesar 80% dan non domestik sebesar 20% dari
kapasitas kebutuhan suatu daerah/kota.
o Air limbah adalah sebesar 80% dari total sumber air bersih.
o Total kebocoran air saat pendistribusian diperkirakan dapat ditekan sampai 20%.
o Standar kebutuhan air bersih per orang per hari adalah sebesar 125 Liter/orang/hari.
Adapun hasil analisis kebutuhan air bersih untuk 20 tahun ke depan Kecamatan
Nanga Mahap dan Nanga Taman dapat dilihat pada tabel berikut:
A. Kecamatan Nanga Mahap

Tabel Analisis Kebutuhan Air Bersih Domestik

Kebutuhan Air Bersih Kec. Nanga Mahap (M3/H)


Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Landau Apin 290,81 331,28 371,74 412,21 452,68
Teluk Kebau 270,83 311,95 353,08 394,20 435,33
Lembah Beringin 422,33 458,16 493,98 529,81 565,64
Karang Betung 321,64 349,49 377,35 405,20 433,05
Sebabas 269,10 298,73 328,36 357,99 387,62
Nanga Suri 214,14 212,00 209,85 207,71 205,57
Nanga Mahap 379,16 413,93 448,70 483,46 518,23
Batu Pahat 235,21 262,62 290,04 317,45 344,86
Landau Kumpai 153,80 173,91 194,03 214,14 234,26
Tembaga 459,00 498,69 538,37 578,06 617,75
Cenayan 165,11 179,75 194,40 209,05 223,69
Tembesuk 206,25 230,33 254,40 278,48 302,55
Tamang 235,12 255,09 275,07 295,05 315,02
3622,5 3975,9 4329,3 4682,8 5036,2
Jumlah 0 4 8 1 5
Sumber: Analisis, 2018

Berdasarkan analisis tabel di atas, penggunaan air di Kecamatan Nanga Mahap rata-rata
adalah 125 L/orang/Hari. Hal ini menjadi dasar asumsi penggunaan air proyeksi. Total
penggunaan air untuk Kecamatan Nanga Mahap pada tahun 2018 adalah 3622,50 m3/hari dan
terus meningkat sampai proyeksi tahun 2038 sebesar 5036,25 m 3/hari. Selain perhitungan
untuk domestik, air juga perlu diproyeksikan untuk kebutuhan non domestik diluar kebutuhan
rumah tangga. Adapun kebutuhan air non domestik Kecamatan Nanga Mahap dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel Analisis Kebutuhan Air Bersih Non Domestik

Kebutuhan Air Bersih Kec. Nanga Mahap (M3/H)


Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Landau Apin 46,53 53,00 59,48 65,95 72,43
Teluk Kebau 43,33 49,91 56,49 63,07 69,65
Lembah Beringin 67,57 73,31 79,04 84,77 90,50
Karang Betung 51,46 55,92 60,38 64,83 69,29
Sebabas 43,06 47,80 52,54 57,28 62,02
Nanga Suri 34,26 33,92 33,58 33,23 32,89
Nanga Mahap 60,67 66,23 71,79 77,35 82,92
Batu Pahat 37,63 42,02 46,41 50,79 55,18
Landau Kumpai 24,61 27,83 31,04 34,26 37,48
Tembaga 73,44 79,79 86,14 92,49 98,84
Cenayan 26,42 28,76 31,10 33,45 35,79
Tembesuk 33,00 36,85 40,70 44,56 48,41
Tamang 37,62 40,81 44,01 47,21 50,40
Jumlah 579,60 636,15 692,70 749,25 805,80
Sumber: Analisis, 2018

Berdasarkan tabel di atas, kebutuhan air non domestik adalah 20% dari total kebutuhan
air, sehingga kebutuhan air non domestik akan lebih kecil dibanding kebutuhan air domestik.
Kebutuhan air bersih setiap tahun semakin meningkat mengikuti penambahan jumlah
penduduk. Pada tahun eksisting 2018, kebutuhan air sebesar 579,60 m 3/hari. Hingga akhir
tahun perencanaan, jumlah air yang dibutuhkan untuk mencukupi seluruh masyarakat di
Kecamatan Nanga Mahap adalah sebesar 805,80 m3.

B. Kecamatan Nanga Taman

Tabel Analisis Kebutuhan Air Bersih Domestik

Kebutuhan Air Bersih Kec. Nanga Taman (M3/H)


Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Nanga Engkulun 341,16 382,19 423,22 464,25 505,27
Nanga Koman 160,16 162,76 165,35 167,95 170,54
Nanga Mongko 250,73 271,63 292,52 313,42 334,32
Lubuk Tajau 245,46 257,85 270,24 282,64 295,03
Pantok 345,94 457,04 568,14 679,24 790,34
Meragun 422,99 546,09 669,19 792,29 915,39
Rirang jati 259,57 292,24 324,92 357,59 390,26
Nanga Taman 285,34 403,69 522,04 640,39 758,74
Senangak 331,39 342,97 354,56 366,15 377,74
Sungai Lawak 223,75 240,95 258,15 275,35 292,54
Nanga Kiungkang 297,85 382,49 467,12 551,75 636,39
Tapang Tinggang 456,86 546,20 635,55 724,89 814,23
Nanga Menukak 219,61 242,09 264,56 287,03 309,50
3840,8 4528,1 5215,5 5902,9 6590,2
Jumlah 2 9 6 2 9
Sumber: Analisis, 2018

Berdasarkan analisis tabel di atas, dapat dilihat bahwa penggunaan air di Kecamatan
Nanga Taman rata-rata adalah 125 L/orang/Hari. Total penggunaan air untuk Kecamatan
Nanga Taman pada tahun 2018 adalah 3840,82 m3/hari dan terus meningkat hingga tahun
2038 yaitu sebesar 6590,29 m3/hari. Adapun kebutuhan air non domestik Kecamatan Nanga
Taman dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Analisis Kebutuhan Air Bersih Domestik


Kebutuhan Air Bersih Kec. Nanga Taman (M3/H)
Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Nanga Engkulun 68,23 76,44 84,64 92,85 101,05
Nanga Koman 32,03 32,55 33,07 33,59 34,11
Nanga Mongko 50,15 54,33 58,50 62,68 66,86
Lubuk Tajau 49,09 51,57 54,05 56,53 59,01
Pantok 69,19 91,41 113,63 135,85 158,07
109,2
Meragun
84,60 2 133,84 158,46 183,08
Rirang jati 51,91 58,45 64,98 71,52 78,05
Nanga Taman 57,07 80,74 104,41 128,08 151,75
Senangak 66,28 68,59 70,91 73,23 75,55
Sungai Lawak 44,75 48,19 51,63 55,07 58,51
Nanga Kiungkang 59,57 76,50 93,42 110,35 127,28
109,2
Tapang Tinggang
91,37 4 127,11 144,98 162,85
Nanga Menukak 43,92 48,42 52,91 57,41 61,90
768,1 905,6 1043,1 1180,5 1318,0
Jumlah 6 4 1 8 6
Sumber: Analisis, 2018

Berdasarkan tabel di atas, kebutuhan air non domestik Kecamatan Nanga Taman pada
tahun eksisting 2018 adalah sebesar 768,16 m3/hari. Hingga akhir tahun perencanaan, jumlah
air yang dibutuhkan untuk mencukupi seluruh masyarakat di Kecamatan Nanga Taman
adalah sebesar 1318,06 m3/hari.

2. Analisis Timbulan Air Limbah


Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan
persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan yang telah berlaku, terutama
mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air limbah lingkungan perumahan di
perkotaan. Faktanya pada wilayah kajian belum terdapat saluran khusus pembuangan air
limbah sehingga masyarakat di Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman membuang air
limbah yang berasal dari rumah tangga langsung disalurkan ke parit/sungai dan ada juga yang
dibiarkan tergenang begitu saja. Analisis timbulan air limbah yang dihasilkan oleh penduduk
didasarkan pada standar air limbah penduduk, yaitu sebesar 80% dari total kebutuhan air
bersih. Untuk mengetahui timbulan air limbah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
A. Kecamatan Nanga Mahap
Tabel Timbulan Air Limbah

Timbulan Air Limbah Kec. Nanga Mahap (M3/H)


Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Landau Apin 232,65 265,02 297,40 329,77 362,14
Teluk Kebau 216,66 249,56 282,46 315,36 348,26
Lembah
Beringin 337,86 366,53 395,19 423,85 452,51
Karang Betung 257,31 279,59 301,88 324,16 346,44
Sebabas 215,28 238,99 262,69 286,39 310,10
Nanga Suri 171,31 169,60 167,88 166,17 164,45
Nanga Mahap 303,33 331,14 358,96 386,77 414,59
Batu Pahat 188,17 210,10 232,03 253,96 275,89
Landau Kumpai 123,04 139,13 155,22 171,31 187,41
Tembaga 367,20 398,95 430,70 462,45 494,20
Cenayan 132,09 143,80 155,52 167,24 178,95
Tembesuk 165,00 184,26 203,52 222,78 242,04
Tamang 188,09 204,07 220,06 236,04 252,02
2898,0 3180,7 3463,5 3746,2 4029,0
Jumlah 0 5 0 5 0
Sumber: Analisis, 2018

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan timbulan air limbah di Kecamatan Nanga
Mahap setiap tahun semakin meningkat. Perhitungan ini didapat dari asumsi timbulan limbah
80% dari kebutuhan total air bersih di tahun yang sama.

B. Nanga Taman

Tabel Timbulan Air Limbah

Timbulan Air Limbah Kec. Nanga Taman (M3/H)


Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Nanga Engkulun 272,93 305,75 338,57 371,40 404,22
Nanga Koman 128,13 130,21 132,28 134,36 136,43
Nanga Mongko 200,59 217,30 234,02 250,74 267,45
Lubuk Tajau 196,37 206,28 216,19 226,11 236,02
Pantok 276,75 365,63 454,51 543,39 632,27
Meragun 338,39 436,87 535,35 633,83 732,31
Rirang jati 207,66 233,79 259,93 286,07 312,21
Nanga Taman 228,27 322,95 417,63 512,31 606,99
Senangak 265,11 274,38 283,65 292,92 302,19
Sungai Lawak 179,00 192,76 206,52 220,28 234,03
Nanga Kiungkang 238,28 305,99 373,70 441,40 509,11
Tapang Tinggang 365,49 436,96 508,44 579,91 651,39
Nanga Menukak 175,69 193,67 211,65 229,62 247,60
3072,6 3622,5 4172,4 4722,3 5272,2
Jumlah 6 5 5 4 3
Sumber: Analisis, 2018

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat, timbulan air limbah yang dihasilkan di
Kecamatan Nanga Taman terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk. Pada tahun eksisting 2018, jumlah timbulan air limbah sebesar 3072,66 m 3/hari
dan pada akhir tahun perencanaan 2038 yaitu sebesar 5272,23 m3/hari.
3. Analisis Kebutuhan Drainase

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik
yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Sebagai langkah awal di dalam
mencapai lingkungan yang lebih baik, sejalan dengan perkembangan kota serta
mengantisipasi permasalahan yang dihadapi, berbagai upaya telah dikembangkan sesuai
strategi dan arah kebijakan tentang sumber daya air, sungai, dan irigasi. Pada umumnya
Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman belum memiliki sistem jaringan drainase karena
kedua kecamatan tersebut dikelilingi oleh sungai besar dan terdapat faktor lain terkait
keadaan tofografi yang umumnya daratan tinggi berbukit sehingga sulit untuk melakukan
pembangunan drainase. Pada kondisi ini tentunya dibutuhkan drainase untuk menampung air
permukaan tanah, mencegah banjir serta penurunan kualitas air sungai yang digunakan oleh
penduduk untuk kebutuhan sehari-hari disebabkan oleh air genangan atau air limbah yang
dibuang langsung ke sungai. Perbaikan sempadan juga akan menargetkan pembuatan
drainase pada lokasi-lokasi yang belum memiliki saluran drainase. Selain itu, diperlukan
pengelolaan pelebaran dan pendalaman drainase agar lebih banyak menampung air
permukaan tanah jika terjadi hujan dan menghindari bencana banjir serta perlunya
pemeliharan drainase agar drainase dapat mengalirkan air dengan baik.

4. Analisis Persampahan
Sampah merupakan sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk
padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak
dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Sampah
dapat berasal dari kegiatan rumah tangga (domestik), dan kegiatan perdagangan, serta
tempat-tempat umum lainnya.
Setiap penduduk kota menghasilkan sampah yang tidak sedikit jumlahnya jika
dikalikan dengan jumlah penduduk kota secara keseluruhan. Maka dari itu sampah harus
dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan timbunan yang menyebabkan polusi atau
bahkan menimbulkan masalah baru kota seperti banjir dan keindahan kota serta pencemaran
lingkungan lainnya. Gangguan terhadap kebersihan dan keindahan kota tentunya akan
menurunkan kualitas kota secara keseluruhan.
Seiring semakin bertambahnya penduduk, semakin besar pula volume timbulan
sampah yang dihasilkan. Asumsi dan dasar perhitungan volume sampah adalah sebagai
berikut:
 Timbulan sampah domestik: 2,5 liter/orang/hari (Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Sekadau)
 Timbulan sampah non domestic: 25% dari sampah domestik
 Faktor reduksi: 10%
 Timbulan sampah yang dihitung merupakan keseluruhan volume timbulan sampah
(cakupan pelayanan 100%)
Adapun proyeksi timbulan sampah Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
A. Kecamatan Nanga Mahap
Tabel Timbulan Sampah
Timbulan Sampah Kec. Nanga Mahap (M3/H)
Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Landau Apin 5,82 6,63 7,43 8,24 9,05
Teluk Kebau 5,42 6,24 7,06 7,88 8,71
Lembah Beringin 8,45 9,16 9,88 10,60 11,31
Karang Betung 6,43 6,99 7,55 8,10 8,66
Sebabas 5,38 5,97 6,57 7,16 7,75
Nanga Suri 4,28 4,24 4,20 4,15 4,11
Nanga Mahap 7,58 8,28 8,97 9,67 10,36
Batu Pahat 4,70 5,25 5,80 6,35 6,90
Landau Kumpai 3,08 3,48 3,88 4,28 4,69
Tembaga 9,18 9,97 10,77 11,56 12,35
Cenayan 3,30 3,60 3,89 4,18 4,47
Tembesuk 4,13 4,61 5,09 5,57 6,05
Tamang 4,70 5,10 5,50 5,90 6,30
Jumlah 72,45 79,52 86,59 93,66 100,73
Sumber : Analisis, 2018
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat kecenderungan timbunan sampah yang tiap
tahun semakin bertambah seiring dengan pertambahan penduduk. Pada tahun eksisting
(2018), timbunan sampah di Kecamatan Nanga Mahap adalah 72,45 m3/hari. Timbulan
sampah ini meningkat pada akhir tahun rencana sebesar yaitu 100,73 m 3/hari. Perhitungan ini
didasarkan pada rata-rata timbulan sampah penduduk Kecamatan Nanga Mahap yaitu 2,5
L/Hari untuk sampah domestik. Selain perhitungan timbulan sampah yang dihasilkan
penduduk, diperlukan pula kebutuhan TPS untuk mengatasi permasalahn timbulan sampah.
Adapun kebutuhan TPS di Kecamatan Nanga Mahap yaitu sebagai berikut.

Tabel Kebutuhan TPS


Kebutuhan TPS Kec. Nanga Mahap (M3/H)
Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Landau Apin 1 1 1 1 2
Teluk Kebau 1 1 1 1 1
Lembah Beringin 1 2 2 2 2
Karang Betung 1 1 1 1 1
Sebabas 1 1 1 1 1
Nanga Suri 1 1 1 1 1
Nanga Mahap 1 1 1 2 2
Batu Pahat 1 1 1 1 1
Landau Kumpai 1 1 1 1 1
Tembaga 2 2 2 2 2
Cenayan 1 1 1 1 1
Tembesuk 1 1 1 1 1
Tamang 1 1 1 1 1
Jumlah 12 13 14 16 17
Sumber : Analisis, 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat kebutuhan TPS di Kecamatan Nanga Mahap
dengan kapasitas 6 m3 terus mengalami peningkatan seiring dengan peningktan timbulan
sampah yang dihasilkan oleh penduduk Nanga Mahap.
B. Kecamatan Nanga Taman
Tabel Timbulan Sampah
Timbulan Sampah Kec. Nanga Taman (M3/H)
Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Nanga Engkulun 6,82 7,64 8,46 9,28 10,11
Nanga Koman 3,20 3,26 3,31 3,36 3,41
Nanga Mongko 5,01 5,43 5,85 6,27 6,69
Lubuk Tajau 4,91 5,16 5,40 5,65 5,90
Pantok 6,92 9,14 11,36 13,58 15,81
Meragun 8,46 10,92 13,38 15,85 18,31
Rirang jati 5,19 5,84 6,50 7,15 7,81
Nanga Taman 5,71 8,07 10,44 12,81 15,17
Senangak 6,63 6,86 7,09 7,32 7,55
Sungai Lawak 4,48 4,82 5,16 5,51 5,85
Nanga Kiungkang 5,96 7,65 9,34 11,04 12,73
Tapang Tinggang 9,14 10,92 12,71 14,50 16,28
Nanga Menukak 4,39 4,84 5,29 5,74 6,19
Jumlah 76,82 90,56 104,31 118,06 131,81
Sumber : Analisis, 2018
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat kecenderungan timbunan sampah yang setiap
tahun semakin bertambah seiring dengan pertambahan penduduk. Pada tahun eksisting
(2018), timbunan sampah di Kecamatan Nanga Taman sebesar 76,82 m3/hari. Timbulan
sampah ini meningkat pada akhir tahun rencana sebesar yaitu 131,81 m 3/hari. Perhitungan ini
didasarkan pada rata-rata timbulan sampah penduduk Kecamatan Nanga Mahap yaitu 2,5
L/Hari untuk sampah domestik. Selain perhitungan timbulan sampah yang dihasilkan
penduduk, diperlukan pula kebutuhan TPS untuk mengatasi permasalahn timbulan sampah.
Adapun kebutuhan TPS di Kecamatan Nanga Taman yaitu sebagai berikut.

Tabel Kebutuhan TPS


Kebutuhan TPS Kec. Nanga Taman (M3/H)
Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Nanga Engkulun 1 1 1 2 2
Nanga Koman 1 1 1 1 1
Nanga Mongko 1 1 1 1 1
Lubuk Tajau 1 1 1 1 1
Pantok 1 2 2 2 3
Meragun 1 2 2 3 3
Rirang jati 1 1 1 1 1
Nanga Taman 1 1 2 2 3
Senangak 1 1 1 1 1
Sungai Lawak 1 1 1 1 1
Nanga Kiungkang 1 1 2 2 2
Tapang Tinggang 2 2 2 2 3
Nanga Menukak 1 1 1 1 1
Jumlah 13 15 17 20 22
Sumber : Analisis, 2018
tabel diatas, dapat dilihat kebutuhan TPS di Kecamatan Nanga Taman dengan
kapasitas 6 m3 terus mengalami peningkatan seiring dengan peningktan timbulan sampah
yang dihasilkan oleh penduduk Nanga Taman.
5. Analisis Kebutuhan Listrik
Analisis kebutuhan listrik merupakan analisis untuk melihat proyeksi kebutuhan listrik
20 tahun mendatang di Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman. Sesuai SNI 03-1733-
2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan, setiap unit rumah tangga harus dapat
dilayani daya listrik minimum 450 VA per Jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40 %
dari total kebutuhan rumah tangga. Adapun perhitungan kebutuhan listrik dilihat berdasarkan
proyeksi jumlah rumah dan jumlah kebutuhan listrik dengan menggunakan asumsi rumah tipe
kecil 900 VA, Tipe sedang 1300 VA, dan tipe Besar 2000 VA untuk setiap unitnya. untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

A. Kecamatan Nanga Mahap


Tabel Kebutuhan Listrik Kecamatan Nanga Mahap

Kebutuhan Listrik Kecamatan Nanga Mahap (Volt)


Desa/Kelura 2018 2023 2028 2033 2038
han 2000 1300 2000 1300 2000 1300 2000 1300 2000 1300
V V 900 V V V 900 V V V 900 V V V 900 V V V 900 V
15509 20162 20938 17668 22968 23852 19826 25774 26765 21984 28579 29679 24142 31385 32592
Landau Apin
9 9 4 2 6 0 4 3 6 6 9 2 8 6 8
14444 18777 19499 16637 21628 22460 18830 24480 25421 21024 27331 28382 23217 30182 31343
Teluk Kebau
0 2 4 4 6 5 8 0 6 2 4 7 6 8 7
Lembah 22524 29281 30407 24435 31765 32987 26345 34249 35566 28256 36733 38146 30167 39217 40726
Beringin 3 6 8 1 6 4 9 6 9 6 6 5 4 6 0
17154 22300 23158 18639 24231 25163 20125 26162 27168 21610 28093 29174 23096 30024 31179
Karang Betung
2 4 1 6 5 5 1 6 9 5 7 2 0 8 6
14352 18657 19375 15932 20712 21508 17512 22766 23642 19092 24820 25775 20673 26875 27908
Sebabas
1 7 3 4 1 7 6 4 0 9 7 4 1 1 7
11420 14847 15418 11306 14698 15263 11192 14549 15109 11077 14401 14955 10963 14252 14800
Nanga Suri
9 2 3 6 6 9 3 9 6 9 3 2 6 7 8
20221 26288 27299 22076 28698 29802 23930 31109 32306 25784 33520 34809 27639 35930 37312
Nanga Mahap
7 3 4 1 9 7 4 6 1 8 2 5 2 9 9
12544 16308 16935 14006 18208 18909 15468 20109 20882 16930 22009 22856 18392 23910 24829
Batu Pahat
8 2 4 7 7 0 6 1 5 5 6 1 3 1 7
10663 11073 12057 12521 10348 13452 13970 11420 14847 15418 12493 16241 16866
Landau Kumpai
82025 2 3 92753 9 6 1 6 0 9 2 3 8 9 6
24480 31824 33048 26596 34575 35905 28713 37327 38762 30829 40078 41620 32946 42830 44477
Tembaga
0 0 0 6 6 4 3 2 9 9 8 3 5 5 8
11447 11887 12463 12942 10368 13478 13996 11149 14493 15051 11930 15509 16105
Cenayan
88058 5 8 95869 0 3 0 4 8 1 8 3 2 3 8
11000 14300 14850 12284 15969 16583 13568 17638 18317 14852 19307 20050 16136 20977 21783
Tembesuk
3 3 4 3 5 8 3 7 1 3 9 5 2 1 9
12539 16301 16928 13605 17686 18366 14670 19071 19805 15735 20456 21243 16801 21841 22681
Tamang
5 4 3 0 4 7 4 5 0 8 6 4 3 7 7
1932 2511 2608 2120 2756 2862 2309 3001 3117 2497 3246 3371 2686 3491 36261
Jumlah 000 600 200 500 650 675 000 700 150 500 750 625 000 800 00
Sumber : Analisis, 2018
Berdasarkan tabel proyeksi kebutuhan listrik di Kecamatan Nanga Mahap dapat dilihat bahwa kebutuhan akan pelayanan listrik sampai
tahun 2038 terus mengalami peningkatan. Untuk rumah tipe besar membutuhkan 2.686.000 volt, tipe sedang 3.491.800 volt dan tipe kecil
3.636.100 volt. Selain mengenai listrik, gardu juga
Kebutuhan Gardu Kec. Nanga Mahap (Unit)
Desa/Kelurahan
perlu disiapkan untuk 2018 2023 2028 2033 2038 penyimpan tenaga dan fasilitator
Landau Apin 3 3 4 4 4
untuk kebutuhan listrik masyarakat yang berguna untuk
Teluk Kebau 3 3 3 4 4
mendistribusikan listrik Lembah Beringin 4 4 5 5 6 kerumah penduduk dengan daya
tampung setiap gardunya Karang Betung 3 3 4 4 4 sebesar 20 KVA (200.000 volt).
Sebabas 3 3 3 3 4
Perhitungan kebutuhan gardu Nanga Suri 2 2 2 2 2 menggunakan rumus kebutuhan
listrik : 200000 volt.. adapun Nanga Mahap 4 4 4 5 5 jumlah gardu ditinjau setiap desa
Batu Pahat 2 3 3 3 3
Kecamatan Nanga Mahap Landau Kumpai 1 2 2 2 2 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tembaga 4 5 5 6 6
Cenayan 2 2 2 2 2
Tabel Kebutuhan Gardu Tembesuk 2 2 2 3 3
Tamang 2 2 3 3 3
Sumber : Analisis, 2018
Jumlah 35 39 42 46 49
Gardu merupakan tempat penyimpanan sumber listrik.
Proyeksi kebutuhan gardu sendiri berfungsi untuk melihat kecenderungan jumlah gardu yang dibutuhkan setiap unit lingkungan yang dikaji serta
nantinya dapat dipetakan sehingga dapat terlihat jaringan kelistrikannya.

Berdasarkan analisis proyeksi kebutuhan gardu di Kecamatan Nanga Mahap, dapat diketahui bahwa gardu yang dibutuhkan pada tahun 2018
sebanyak 35 unit. Secara umum kebutuhan gardu terus meningkat hingga akhir tahun perencanaan, maka pada tahun 2038 proyeksi kebutuhan
gardu mencapai 49 buah dengan kapasitas 200 KVA (200.000 Volt Ampere).

B. Kecamatan Nanga Taman


Pada umumnya, Kecamatan Nanga Taman memiliki kemiripan dengan Kecamatan Nanga Mahap mengenai pemakaian listrik. kapasitas
listrik masyarakat pada kondisi eksisting, rata-rata setiap rumah menggunakan listrik dengan kapasitas 450 – 1.300 Watt. Banyak ditemukan
penggunaan listrik dengan kapasitas 450 watt yang masih disubsidi karena harganya lebih murah, walaupun risikonya rumah tersebut tidak dapat
menggunakan peralatan elektronik dengan kapasitas listrik yang besar. Mengenai kebutuhan listrik di Kecamatan Nanga Taman dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel Kebutuhan Listrik Kecamatan Nanga Taman


Kebutuhan Listrik Kecamatan Nanga Taman (Volt)
Desa/Kelu 2018 2023 2028 2033 2038
rahan 2000 1300 900 2000 1300 900 2000 1300 900 2000 1300 900 2000 1300 900
V V V V V V V V V V V V V V V
Nanga 1819 2365 2456 2038 2649 2751 2257 2934 3047 2475 3218 3342 2694 3503 3637
Engkulun 53 39 36 35 85 77 16 31 17 98 78 58 80 24 98
Nanga 8542 1110 1153 8680 1128 1171 8818 1146 1190 8957 1164 1209 9095 1182 1227
Koman 0 46 17 4 45 85 7 44 53 1 43 21 5 41 89
Nanga 1337 1738 1805 1448 1883 1955 1560 2028 2106 1671 2173 2256 1783 2317 2407
Mongko 24 42 28 69 29 73 13 17 18 57 04 62 02 92 07
1309 1701 1767 1375 1787 1856 1441 1873 1945 1507 1959 2034 1573 2045 2124
Lubuk Tajau
11 84 29 20 76 52 30 69 75 39 61 98 49 54 21
1845 2398 2490 2437 3168 3290 3030 3939 4090 3622 4709 4890 4215 5479 5690
Pantok
01 51 77 54 80 68 07 09 59 60 38 51 13 66 42
2255 2932 3045 2912 3786 3931 3569 4639 4818 4225 5493 5704 4882 6346 6590
Meragun
95 73 53 48 22 85 01 72 17 55 21 49 08 70 81
1384 1799 1868 1558 2026 2104 1732 2252 2339 1907 2479 2574 2081 2705 2809
Rirang jati
37 68 90 63 22 15 89 75 40 15 29 65 41 83 90
Nanga 1521 1978 2054 2153 2798 2906 2784 3619 3758 3415 4440 4610 4046 5260 5462
Taman 81 36 45 02 92 58 22 49 70 43 05 83 63 62 95
1767 2297 2385 1829 2377 2469 1890 2458 2552 1952 2538 2636 2014 2618 2719
Senangak
39 60 97 19 95 41 99 29 84 79 63 27 59 97 70
Sungai 1193 1551 1611 1285 1670 1734 1376 1789 1858 1468 1909 1982 1560 2028 2106
Lawak 35 36 03 07 59 85 79 83 67 51 06 48 22 29 30
Nanga 1588 2065 2144 2039 2651 2753 2491 3238 3363 2942 3825 3972 3394 4412 4581
Kiungkang 55 12 54 93 91 91 31 70 27 69 49 63 07 29 99
Tapang 2436 3167 3289 2913 3787 3932 3389 4406 4575 3866 5025 5219 4342 5645 5862
Tinggang 60 58 41 09 02 67 58 46 94 08 90 20 57 34 47
Nanga 1171 1522 1581 1291 1678 1743 1410 1834 1904 1530 1990 2066 1650 2145 2228
Menukak 27 66 22 12 46 02 98 27 82 83 07 62 68 88 41
2048 2662 2765 2415 3139 3260 2781 3616 3755 3148 4092 4250 3514 4569 4745
Jumlah 438 970 392 034 545 296 630 120 201 226 694 106 823 269 010
Sumber : Analisis, 2018

Berdasarkan tabel proyeksi kebutuhan listrik di Kecamatan Nanga


Taman dapat dilihat bahwa kebutuhan akan pelayanan listrik sampai tahun
2038 terus mengalami peningkatan. Untuk rumah tipe besar membutuhkan
3.514.823 volt, tipe sedang 4.569.269 volt dan tipe kecil 4.745.010 volt. Selain
itu, gardu juga dibutuhkan untuk mendistribusikan listrik kerumah penduduk
dengan daya tampung setiap gardunya sebesar 20 KVA (200.000 volt).
Perhitungan kebutuhan gardu menggunakan rumus kebutuhan listrik : 200000
volt.. adapun jumlah gardu ditinjau setiap desa Kecamatan Nanga Taman dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel Kebutuhan Gardu
Kebutuhan Gardu Kec. Nanga Taman
Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Nanga Engkulun 3 4 4 5 5
Nanga Koman 2 2 2 2 2
Nanga Mongko 2 3 3 3 3
Lubuk Tajau 2 3 3 3 3
Pantok 3 4 6 7 8
Meragun 4 5 7 8 9
Rirang jati 3 3 3 3 4
Nanga Taman 3 4 5 6 7
Senangak 3 3 3 4 4
Sungai Lawak 2 2 3 3 3
Nanga
Kiungkang 3 4 5 5 6
Tapang
Tinggang 4 5 6 7 8
Nanga Menukak 2 2 3 3 3
Jumlah 37 44 51 57 64
Sumber : Analisis, 2018
Berdasarkan analisis proyeksi kebutuhan gardu di Kecamatan Nanga Taman,
dapat diketahui bahwa kebutuhan gardu terus meningkat hingga akhir tahun
perencanaan. Gardu yang dibutuhkan pada tahun 2018 sebanyak 37 unit, maka
pada akhir tahun perencanaan 2038 proyeksi kebutuhan gardu mencapai 64 unit
dengan kapasitas 200 KVA (200.000 Volt Ampere).

6. Analisis Jaringan Telekomunikasi


Jenis prasarana dan utilitas jaringan komunikasi yang harus disediakan pada
lingkunganperumahan di perkotaan adalah kebutuhan sambungan telepon dan
jaringan telepon.Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus
dipenuhi adalah:
a) Penyediaan kebutuhan sambungan telepon
1. Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan
telepon umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau
dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut:
o R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2-3 sambungan per
rumah
o R-2, rumah tangga penghasilan menengah : 1-2 sambungan per
rumah
o R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1 sambungan per
rumah
2. Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk
setiap 250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-
pusat kegiatan lingkungan RT tersebut;
3. Ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak
radius bagi pejalan kaki yaitu 200-400 m;
4. Penempatan pesawat telepon umum diutamakan di area-area publik
seperti ruangterbuka umum, pusat lingkungan, ataupun berdekatan
dengan bangunan saranalingkungan;
5. Penempatan pesawat telepon harus terlindung terhadap cuaca (hujan
dan panasmatahari) yang dapat diintegrasikan dengan kebutuhan
kenyamanan pemakai telepon.
b) Penyediaan jaringan telepon
1. Tiap Lingkungan rumah perlu dilayani jaringan telepon lingkungan
dan jaringan teleponke hunian
2. Jaringan telepon ini dapat diintegrasikan dengan jaringan pergerakan
(jaringan jalan)dan jaringan prasarana/utilitas lainnya
3. Tiang listrik yang ditempatkan pada area Damija, pada sisi jalur hijau
yang tidakmenghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar dan
4. Stasiun Telepon Otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000
sambungan dengan radius pelayanan 3 – 5 km dihitung dari copper
center, yang berfungsi sebagai pusatpengendali jaringan dan tempat
pengaduan pelanggan.
Berdasarkan kondisi eksisting, penggunaan telepon masih digunakan oleh
sedikit pengguna di Kecamatan Nanga Mahap maupun Nanga Taman. Tidak
semua masyarakat menggunakan telepon karena penggunaan telepon seluler
lebih efektif. Kendala yang dihadapi dalam penggunaan telepon seluler yaitu
sulitnya mendapatkan sinyal ponsel karena keterbatasannya jumlah Menara
telekomunikasi. Hal ini juga dipengaruhi oleh pola permukiman penduduk
yang menyebar tidak merata sehingga menyebabkan setiap rumah memiliki
kebutuhan sinyal sendiri karena jaraknya yang cukup jauh atau tidak sampai
dengan jangkauan radius menara.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu adanya pembangunan
menara telekomunikasi di setiap desa yang berada di Kecamatan Nanga
Mahap maupun Nanga Taman secara merata. Menara telekomunikasi yang
biasa disebut dengan Base Transceiver Station atau yang disingkat BTS. BTS
adalah sebuah infrastruktur telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi
nirkabel antara peranti komunikasi dan jaringan operator. Radius pelayanan
menara ini beraneka macam, tergantung sistem yang digunakan yaitu GSM
atau CDMA. Namun, secara umum menara BTS dapat mencapai radius
pelayanan sebesar 1,5 kilometer.

5.6. Analisis Karakteristik Perumahan dan Permukiman


5.6.1. Arah Pengembangan
Pembangunan secara umum dipandang sebagai proses
multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas
struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di
samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan
ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 2006).
Sedangkan pembangunan wilayah pada dasarnya merupakan pelaksanaan
pembangunan nasional pada suatu wilayah yang disesuaikan dengan
kemampuan fisik dan sosial serta ekonomi dari wilayah tersebut.
Selama ini wilayah perdesaan selalu dipandang sebagai wilayah
yang mempunyai banyak permasalahan antara lain kurangnya
infrastruktur, sumber daya manusia yang berkualitas rendah, dan
masyarakatnya masih terkungkung dengan nilai-nilai tradisional yang
kurang mendukung pembangunan. Masalah pembangunan timbul akibat
dari tekanan yang ditimbulkan oleh adanya peningkatan intensitas kegiatan
yang terkait dengan ruang. Sehingga menyebabkan ketidakseimbangan
struktur dan fungsi ruang di pedesaan. Desa merupakan pilar
pembangunan negara, sehingga keberadaan peta desa dinilai penting untuk
menentukan arah pembangunan. Perkembangan pembangunan di desa
berimplikasi terhadap adanya peningkatan ke arah yang positif.
Arah pengembangan merupakan hasil kompilasi tujuan dan sasaran
jangka menengah pembangunan daerah/kawasan yang dijabarkan dalam
bentuk yang lebih operasional. Tujuan dan sasaran yang dimaksudkan ini
dapat diperoleh dari pola dasar daerah/kawasan yang bersangkutan
dan/atau dokumen lain terkait. Untuk memudahkan analisa, arah
pengembangan dijabarkan ke dalam 3 (tiga) unsur, yang meliputi: fisik,
sosial, dan ekonomi.
Arah pengembangan fisik dijabarkan dalam indikator yang terkait
dengan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup, antara lain
berupa target lindung atau konservasi, perbaikan lahan kritis dan
sumberdaya keairan, relokasi penduduk yang bermukim di sekitar hutan
lindung, target penghijauan dan reboisasi, dan sebagainya. Arah
pengembangan sosial menjabarkan target dan sasaran pembangunan di
bidang sosial kemasyarakatan, yaitu yang terkait dengan usaha-usaha
untuk mempersiapkan manusia dalam proses pembangunan nasional
(human development). Sedangkan arah pengembangan ekonomi
menetapkan tujuan dan/atau sasaran pembangunan di bidang ekonomi
yang dapat diukur dengan laju kenaikan Produk Domestik Bruto/PDB,
yang diukur menurut sub sektor dan pergeseran struktur ekonomi.

Tabel 4.1
Arah Pengembangan Pembangunan di Kecamatan Nanga Taman
No Desa Arah Pengembangan
Pembangunan/penambahan Sarana dan
Prasarana yang masih kurang,
1 Nanga Taman
Pembangunan dan perbaikan
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
2 Riang Jati dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
3 Meragun dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
4 Nanga Kiungkang dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
5 Lubuk Tajau dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
6 Panthok dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
7 Sungai Lawak dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
8 Senangak Pembangunan Sarana dan Prasarana
dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
9 Tapang Tingang dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
10 Nanga Mongko dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
11 Nanga Koman dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
12 Nanga Engkulun dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
13 Nanga Mentukak dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Sumber: Hasil Observasi Kelompok, 2018

Tabel 4.1
Arah Pengembangan Pembangunan di Kecamatan Nanga Mahap
No Desa Arah Pengembangan
Pembangunan/penambahan Sarana dan
Prasarana yang masih kurang,
1 Nanga Mahap
Pembangunan dan perbaikan
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
2 Batu Pahat yang masih kurang, Pembangunan
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
3 Lembah Beringin dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
4 Teluk Kebau Pembangunan Sarana dan Prasarana
dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
5 Landau Apin dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
6 Tembaga dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
7 Cenayan dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
8 Landau Kumpai dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
9 Nanga Suri dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
10 Sebabas dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
11 Karang Betung dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
12 Tamang dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
13 Tembesuk
Sumber: Hasil Observasi Kelompok, 2018

Paradigma pembangunan wilayah perdesaan saat ini perlu


memperhatikan karakteristik wilayah yang dapat meningkatkan potensi
wilayah perdesaan tersebut dan tidak hanya sekedar memanfaatkan
keunggulan komparatif tetapi juga mempunyai keunggulan kompetitif
yang tinggi.
1) Analisis Arah Pengembangan Perumahan dan Permukiman
Perumahan adalah suatu bangunan dimana manusia tinggal dan
melangsungkan kehidupannya. Perbedaan nyata antara permukiman dan
perumahan terletak pada fungsinya. Pada kawasan permukiman,
lingkungan tersebut memiliki fungsi ganda yaitu sebagai tempat tinggal
dan sekaligus tempat mencari nafkah bagi sebagian penghuniannya. Pada
perumahan, lingkungan tersebut hanya berupa sekumpulan rumah yang
berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para penghuninya. Fungsi
perumahan hanya sebagai tempat tinggal, dan tidak merangkap sebagai
tempat mencari nafkah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan cara deskriptif.
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem
yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan,
penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan,
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh serta peran masyarakat sehingga di perlukan
arahpengembangan. Arah Pengembangan Perumahan dan Permukiman ini
digunakan untuk melihat kondisi eksisting terhadap ketersediaan,
keterjangkauan dan stabilitas suatu perumahan dan permukiman yang akan
menjadi pertimbangan dalam merencanakan perumahan dan permukiman
dalam kurun waktu 20 tahun yang akan datang.
Menurut Wesnasa (2015:32) mengemukakan tipe permukiman
dapat dibedakan menjadi 2 tipe permukiman yaitu :
1) Tipe Permukiman berdasarkan waktu hunian
Ditinjau dari waktu hunian permukiman dapat dibedakan
menjadi permukiman sementara dan permukiman bersifat
permanen. Tipe sementara dapat dihuni hanya bebeerapa hari
(rumah tenda penduduk pengembara), dihuni hanya untuk beberapa
bulan (kasus perumahan peladang berpindah secara musiman), dan
hunian hanya untuk beberapa tahun (kasus perumahan peladang
berpisah yang tergantung kesuburan tanah). Tipe permanen,
umumnya dibangun dan dihuni untuk jangka waktu yang tidak
terbatas. Berdasarrkan tipe ini, sifat permukiman lebih banyak
bersifat permanen. Bangunan fisik rumah dibangun sedemikian
rupa agar penghuninya dape menyelenggarakan kehidupannya
dengan nyaman.

2) Tipe permukiman menurut karakteristik fisik dan nonfisik


Pada hakekatnya permukiman memiliki struktur yang
dinamis, setiap saat dapat berubah dan pada setiap perubahan ciri
khas lingkungan memiliki perbedaan tanggapan. Hal ini terjadi
dalam kasus permukiman yang besar, karena perubahan disertai
oleh pertumbuhan. Sebagai suatu permukiman yang menjadi
semakin besar, secara mendasar dapat berubah sifat, ukuran ,
bentuk, rencana, gaya bangunan, fungsi dan kepentingannya. Jadi
jika tempat terisolasi sepanjang tahun kondisinya relatif tetap
sebagai organisme statis suatu kota besar maupun kecil akan
menghindari kemandegan, kota akan berkembang baik kearah
vertikal maupun horizontal, fungsi baru berkembang dan fungsi
lama menghilang, pengalaman sosial dan transformasi ekonomi
mengalami perkembangan pula. Pada akhirnya terpenting untuk
dipertimbangkan bahwa semua permukiman memiliki jatidiri
masing-masing secara khas. Baik tanpa fisik, peranan dan fungsi,
sejarah, arsitektur dan perencanaan jalan pada setiap permukiman
memiliki keunikan sendiri.

Terdapat berbagai macam jenis dan tipe tempat tinggal manusia.


Bertambahnya penduduk dan semakin langkanya lahan yang tersedia
untuk membangun rumah mendorong manusia semakin kreatif dalam
menciptakan jenis-jenis hunian. Berbicara tentang hunian atau tempat
hunian atau tempat tinggal, pada dasarnya hunian tempat tinggal manusia
adalah rumah. Menurut Sadana,(2014:35-46) jenis dan tipe-tipe rumah
sebagai berikut :
1) Rumah Sederhana
Rumah sederhana adalah tempat tinggal layak huni yang
harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan
sedang. Dalam SNI 03- 6981-2004 rumah sederhana tidak bersusun
direncanakan sebagai tempat kediaman yang layak dihuni bagi
masyarakat berpenghasilan rendah atau sedang. Terdapat dua tipe
rumah paling umum dipergunakan pada rumah sederhana, yaitu:
a) Rumah Kopel
Rumah kopel adalah dua buah rumah yang
bergandengan, dan masing-masing memiliki kapling
sendiri. Pada rumah gandeng atau rumah kopel, salah satu
dinding bangunan induk saling menyatu.

b) Rumah Deret
Rumah deret adalah beberapa rumah yang
bergandengan antara satu unit dengan unit lainnya. Pada
rumah deret, salah satu atau kedua dinding bangunan
induknya menyatu dengan dinding bangunan induk lainnya.
Dengan system rumah deret, unit-unit rumah tersebut
menjadi satu kesatuan. Pada rumah deret, setiap rumah
memiliki kapling sendiri-sendiri.

2) Rumah Sangat Sederhana


Rumah sangat sederhana umumnya berupa rumah deret
guna memaksimalkan penggunaan lahan perumahan yang terbatas.
Rumah sangat sederhana memiliki denah berbentuk empat persegi
panjang.

3) Rumah Maisonet
Maisonet berasal dari kata mai-son-ette. Maisonet adalah
suatu rumah kecil semacam apartemen yang terdiri dari dua lantai
atau lebih, dengan pintu masuk sendiri langsung dari luar.
Maisonet adalah rumah sederhana berlantai dua dan berupa rumah
deret (SNI 03-6981-2004).
Maisonette merupakan fungsi hunian dengan ketinggian
dua lantai. Karena bertingkat dua, maka rumah Maisonet menjadi
tipe standar dari tempat tinggal bertingkat rendag dengan kapasitas
hunian yang tinggi. Guna memaksimalkan manfaat lahan, tata
ruang Maisonette dibuat sederhana untuk mengakomodasi
kebutuhan secara minimal. Maisonette umumnya berupa bangunan
deret atau bangunan rapat dan berada di daerah dengan kategori
Low Rise adalah daerah yang hanya boleh dibangun sebanyak
maksimal 4 tingkat. Maisonette umumnya berupa bangunan deret
atau bangunan rapat.

4) Rumah Susun
Rumah susun atau disingkat rusun, pada dasarnya adalah
apartemen versi sederhana. Rumah susun adalah kelompok rumah
yang dibangun sebagai
bangunan gedung bertngkat. Rumah susun dibangun dalam suatu
lingkungan yang secara fungsional di susun dalam arah horizontal
maupun vertikal. Tiap-tiap satuan rumah susun dapat dimiliki dan
digunakan secara terpisah. Rumah susun juga dilengkapi dengan
bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama (SNI 03-7013-
2004).

Menurut Sasta dan Marlina (2007;30-36) dalam membuat sebuah


perencanaan perumahan yang betul-betul dapat menjawab tuntutan
pembangunan perumahan dan permukiman maka perlu dipertimbangkan
aspek-aspek perencanaan. Aspek aspek yang mendasari perencanaan
perumahan tersebut antara lain adalah :
1) Lingkungan
Hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
perumahan adalah
menejemen lingkungan yang baik dan terarah, karena lingkungan
sautu perumahan merupakan suatu faktor yang sangat menentukan
dan keberadaannya tidak boleh diabaikan. Hal tersebut dapat
terjadi karena baik buruknya kondisi lingkungan akan berdampak
terhadap penghuni perumahan.

2) Daya Beli (Affrodability)


Perencanaan bangunan diharapkan dapat mendukung
tercapainya tujuan
pembangunan yang telah dicanangkan sesuai dengan programnya.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya beli masyarakat
antara lain :
 Pendapat per kapita sebagian besar masyarakat yang masih
relatif rendah (dibawah standar).
 Tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat, terutama di
daerah pedesaan, masih relatif rendah.
 Pembangunan yang belum merata pada berbagai daerah
sehingga memicu timbulnya kesenjangan sosial dan
ekonomi, dimana hal ini berdampak terhadap persaingan
antara golongan berpenghasilan tinggi dengan masyarakat
yang berperngahasilan rendah, seolah-olah fasilitas dan
kemajuan pembangunan (termasuk perumahan) hanya
dapat dinikmati oleh kaum yang berpenghasilan tinggi.
 Situasi Politik dan keamanan yang cenderung tidak stabil
sehingga mempengaruhi minat dan daya beli masyarakat
untuk berinvestasi dan mengembangkan modal.
 Inflasi yang tinggi yang menyebabkan naiknya harga bahan
bangunan, yang berdampak dengan melambungnya harga
rumah, baik untuk kategori rumah sederhana, menengah,
maupun, mewah.

3) Kelembagaan
Keberhasilan pembangunan perumahan dalam suatu
wilayah, baik diperkotaan maupun dipedesaan, tidak terlepas dari
peran pemerintah sebagai
pihak yang berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta
menciptkan suatu suasana yang kondusif bagi terciptanya
keberhasilan itu. Masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan
memegang peran penting setiap program pembangunan yang
dijalankan.

Ketentuan tentang perumahan diatur dalam Undang-undang


No. 41 Tahun 1964 tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Pokok-pokok Perumahan.
Selanjutnya Undang-undang No. 41 Tahun 1964 dinyatakan tidak
berlaku lagi dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Permukiman. Selanjutnya Undang-undang No.
4 Tahun 1992 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi semenjak
keluarnya Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, dan undang-undang inilah (UU No. 1 Tahun
2011) yang kita gunakan sampai saat ini. Adapun jenis-jenis rumah
yang terdapat di dalam UU No. 1 Tahun 2011 sebagai berikut :
1) Rumah Swadaya
Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa
dan upaya masyarakat. Rumah swadaya diselenggarakan atas
prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara sendiri maupun
berkelompok .Rumah swadaya dapat memperoleh bantuan dan
kemudahan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. Rumah
swadaya atau rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya
masyarakat menjadi solusi penanganan rumah tak layak huni
(RTLH). Salah satu skema bantuan untuk menghadirkan kegiatan
rumah swadaya tersebut adalah Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya (BSPS) yang diberikan oleh Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

2) Rumah Umum
Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah. Rumah umum dapat mendapatkan bantuan dan kemudahan
dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. Adapun salah satu
rumah umum yaitu :
Perumahan Biasa (Perkampungan), Perumahan biasa
merupakan perumahan yang berada di perkampungan,
bukan di kompleks. Perumahan biasa umumnya dimiliki
secara perorangan. Oleh karena itu, bangunannya pun
terdiri dari berbagai model. Besar dan ukurannya
disesuaikan dengan luas tanah yang tersedia. Ada yang
menyisakan lahan di muka rumah, ada juga yang
menyisakan lahan di belakang rumah. Bahkan, ada yang
menghabiskan lahan untuk bangunan karena berbagai
alasan. Di perumahan biasa, ada beberapa warga yang
membangun rumah untuk dikontrakkan atau disewakan
kepada orang lain. Rumah ini dinamakan rumah kontrak
atau rumah sewa.

3) Rumah Khusus
Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan khusus. Yang dimaksud
dengan “kebutuhan khusus”, antara lain adalah kebutuhan untuk
perumahan transmigrasi, permukiman kembali korban bencana
alam, dan rumah sosial untuk menampung orang lansia,
masyarakat miskin, yatim piatu, dan anak terlantar, serta termasuk
juga untuk pembangunan rumah yang lokasinya terpencar dan
rumah di wilayah perbatasan wilayah negara. Rumah khusus
disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

4) Rumah Komersial
Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan
dengan maksud dan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Adapun salah suatu rumah
komersial yaitu :
Perumahan Nasional (Perumnas), Perumnas merupakan
jenis perumahan yang dibangun oleh perusahaan
pengembang (developer). Umumnya, jenis perumahan ini
dibangun dengan menggunakan bahan yang sama (sejenis),
terencana, dan dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena
itu, perumahan tersebut umumnya tertata rapi, baik bentuk
rumah, jalan-jalan, maupun pembangan air limbah rumah
tangga, dan sarana umum lainnya. Masyarakat diberi
kesempatan untuk memiliki rumah tersebut, biasanya
melalui pembayaran secara angsuran. Besarnya angsuran
disesuaikan dengan kemampuan. Makin panjang masa
angsuran, maka makin kecil uang angsurannya. Bila
angsurannya telah lunas, rumah akan menjadi milik
penghuni.

5) Rumah Negara
Rumah negara adalah rumah yang dimiliki negara dan
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau
pegawai negeri. Rumah negara disediakan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah. (Undang-undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman) Adapun rumah
negara yaitu :
Rumah Dinas, adalah rumah yang dibangun oleh
pemerintah untuk para pegawai pemerintah. Jumlah rumah
dinas masih sedikit. Pemerintah belum mampu
menyediakan perumahan untuk semua pegawai negeri.

Tabel 4.1
Arah Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Kecamatan
Nanga Taman
No Desa Arah Pengembangan
Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan perumnas ),
1 Nanga Taman Perumahan Negara (Rumah Dinas) dan
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan Perumnas),
2 Riang Jati
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Perumahan Perkampungan (Rumah
3 Meragun
tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan Perumnas),
4 Nanga Kiungkang
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Perumahan Perkampungan (Rumah
5 Lubuk Tajau
tunggal)
6 Panthok Perumahan Swadaya, Perumahan
Perkampungan (Rumah tunggal)
Perumahan Perkampungan (Rumah
7 Sungai Lawak
tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan Perumnas),
8 Senangak
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Perumahan Swadaya, Perumahan
9 Tapang Tingang
Perkampungan (Rumah tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan Perumnas),
10 Nanga Mongko
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Perumahan Perkampungan (Rumah
11 Nanga Koman
tunggal)
Perumahan Swadaya, Perumahan
12 Nanga Engkulun
Perkampungan (Rumah tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan perumnas ),
13 Nanga Mentukak Perumahan Negara (Rumah Dinas) dan
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Sumber: Hasil Observasi Kelompok, 2018

Tabel 4.1
Arah Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Kecamatan
Nanga Mahap
No Desa Arah Pengembangan
1 Nanga Mahap Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan perumnas ),
Perumahan Negara (Rumah Dinas) dan
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan perumnas ), dan
2 Batu Pahat
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
3 Lembah Beringin (Perumnas), Perumahan Perkampungan
(Rumah tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
4 Teluk Kebau (Perumnas), Perumahan Perkampungan
(Rumah tunggal)
Perumahan Perkampungan (Rumah
5 Landau Apin
tunggal)
Perumahan Swadaya, Perumahan
6 Tembaga
Perkampungan (Rumah tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
7 Cenayan (Perumnas), Perumahan Perkampungan
(Rumah tunggal)
Perumahan Swadaya, Perumahan
8 Landau Kumpai
Perkampungan (Rumah tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
9 Nanga Suri (Perumnas), Perumahan Perkampungan
(Rumah tunggal)
Perumahan Swadaya, Perumahan
10 Sebabas
Perkampungan (Rumah tunggal)
Perumahan Swadaya, Perumahan
11 Karang Betung
Perkampungan (Rumah tunggal)
Perumahan Perkampungan (Rumah
12 Tamang
tunggal)
Perumahan Perkampungan (Rumah
13 Tembesuk
tunggal)
Sumber: Hasil Observasi Kelompok, 2018

Berdasarkan tabel diatas bahwa arah pengembangan perumahan


dan permukiman yang terdapat di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan
Nanga Taman dan Kecamatan Nanga Mahap memiliki karakteristik yang
berbeda sesuai dengan tipologi wilayah dan tingkat kekumuhan. Pada
Kawasan Perumahan Komersial (Ruko-ruko dan perumnas ), Perumahan
Negara (Rumah Dinas) dan Perumahan Perkampungan (Rumah tunggal)
terdapat di Desa Nanga Taman di Kecamatan Nanga Taman dan Desa
Nanga Mahap di Kecamatan Nanga Mahap karena kedua desa tersebut
merupakan ibu kota di masing-masing Kecamatan sehingga tingkat
perekonomiannya terbilang bagus. Sedangkan Perumahan Swadaya,
Perumahan Perkampungan (Rumah tunggal) terdapat di Desa Panthok,
Desa Tapang Tingang, Desa Engkulun yang berada di Kecamatan Nanga
Taman dan Desa Tembaga, Desa Landau Kumpai, Desa Sebabas, Desa
Karang Betung yang terdapat di Kecamatan Nanga Mahap. Desa-desa
yang mendapatkan perumahan swadaya adalah masyarakat yang memiliki
rumah kumuh/tidak layak huni yang telah disesuaikan dengan indikator-
indikator yang telah di tentukan sebelumnya sehingga rumah swadaya ini
menjadi solusi penanganan rumah tak layak huni (RTLH).

5.6.2. Permintaan Terhadap Rumah


Perumahan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus dapat
terpenuhi. Perkembangan dan pertumbuhan jumlah penduduk akan diiringi
dengan terus meningkatnya kebutuhan akan pengadaan perumahan. Jumlah
penduduk di Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman pada setiap tahunnya
terus mengalami peningkatan. Oleh karena itu, perlu dilakukannya proyeksi
kebutuhan rumah untuk 20 tahun kedepan. Jika dilihat berdasarkan ukurannya,
standar perbandingan jumlah rumah besar, rumah sedang dan rumah kecil yaitu
1:2:3.

 Luas kapling rumah besar : > 120 m² (tipe > 70)


 Luas kapling rumah sedang : 90 m² – 120 m² (tipe 45-70)
 Luas kapling rumah kecil : 90 m² (tipe 36)
Sebelum menentukan jumlah kebutuhan rumah, perlu dilihat terlebih
dahulu tingkat hunian penduduk tiap rumah. Untuk lebih jelasnya dapat
disimak penjelasan dibawah mengenai tingkat hunian, jumlah kebutuhan
rumah dan kebutuhan lahan perumahan.

A. Kecamatan Nanga Mahap

Tabel Tingkat Hunian Perumah Kecamatan Nanga Mahap

Jumla
Jumlah Kebutuh
h Kelebih Hunia
Desa/Kelurahan Pendud an
Ruma an n
uk Rumah
h
Landau Apin 2326 481 465 16 5
Teluk Kebau 2167 424 433 -9 5
Lembah Beringin 3379 538 676 -138 6
Karang Betung 2573 385 515 -130 7
Sebabas 2153 343 431 -88 6
Nanga Suri 1713 369 343 26 5
Nanga Mahap 3033 713 607 106 4
Batu Pahat 1882 396 376 20 5
Landau Kumpai 1230 203 246 -43 6
Tembaga 3672 512 734 -222 7
Cenayan 1321 298 264 34 4
Tembesuk 1650 325 330 -5 5
Tamang 1881 422 376 46 4
Jumlah 28980 5409 5796 -387 5
Sumber : Analisis, 2018

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah rumah eksisting di


Kecamatan Nanga Mahap sebanyak 5409 unit dengan jumlah hunian perumah di
Kecamatan Nanga Mahap yaitu idealnya sebanyak 5 orang. Jika dilihat perdesa,
terdapat beberapa desa yang memiliki jumlah penduduk melebihi 5 orang. Setelah
menentukan jumlah hunian perumah, kemudian melakukan proyeksi kebutuhan
penduduk menggunakan rumus :

Jumlah penduduk per Kelurahan/ Desa


Kebutuhan rumah =
Jumlah hunia perumah

Proyeksi kebutuhan rumah digunakan untuk memperoleh jumlah kebutuhan


rumah 20 tahun mendatang. Jumlah rumah yang dibutuhkan untuk tahun
mendatang dapat diketahui dari proyeksi jumlah penduduk, asumsi hunian per
rumah sama dengan 5 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Proyeksi Kebutuhan Rumah

Kebutuhan Rumah Kec. Nanga Mahap


Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Landau Apin 465 530 595 660 724
Teluk Kebau 433 499 565 631 697
Lembah Beringin 676 733 790 848 905
Karang Betung 515 559 604 648 693
Sebabas 431 478 525 573 620
Nanga Suri 343 339 336 332 329
Nanga Mahap 607 662 718 774 829
Batu Pahat 376 420 464 508 552
Landau Kumpai 246 278 310 343 375
Tembaga 734 798 861 925 988
Cenayan 264 288 311 334 358
Tembesuk 330 369 407 446 484
Tamang 376 408 440 472 504
Jumlah 5796 6362 6927 7493 8058
Sumber : Analisis, 2018
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa, kebutuhan akan rumah di
Kecamatan Nanga Mahap terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk. Sehingga pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2038 kebutuhan
rumah sebanyak 8058 unit.

Berdasarkan tabel proyeksi kebutuhan rumah, dapat ditentukan komposisi


kebutuhan rumah yaitu terdiri dari rumah besar, sedang dan kecil dengan
perbandingan 1 : 2 : 3. Perhitungan komposisi rumah menggunakan rumus :
jumlah rumah tahun proyeksi x 1 dibagi dengan 6. Setelah didapatkan proyeksi
kebutuhan rumah berdasarkan komposisi, kemudian dapat ditentukan pula luas
lahan yang dibutuhkan sesuai dengan komposisi dari rumah tersebut. Berikut
merupakan tabel kebutuhan rumah berdasarkan komposisi dan kebutuhan lahan
perumahan di Kecamatan Nanga Mahap.
Kebutuhan Rumah Kecamatan Nanga Mahap
Desa/Keluraha 2018 2023 2028 2033 2038
n Besa Sedan Keci Besa Sedan Keci Besa Sedan Keci Besa Sedan Keci Besa Sedan Keci
r g l r g l r g l r g l r g l
Landau Apin 78 155 233 88 177 265 99 198 297 110 220 330 121 241 362
Teluk Kebau 72 144 217 83 166 250 94 188 282 105 210 315 116 232 348
Lembah Beringin 113 225 338 122 244 367 132 263 395 141 283 424 151 302 453
Karang Betung 86 172 257 93 186 280 101 201 302 108 216 324 115 231 346
Sebabas 72 144 215 80 159 239 88 175 263 95 191 286 103 207 310
Nanga Suri 57 114 171 57 113 170 56 112 168 55 111 166 55 110 164
Nanga Mahap 101 202 303 110 221 331 120 239 359 129 258 387 138 276 415
Batu Pahat 63 125 188 70 140 210 77 155 232 85 169 254 92 184 276
Landau Kumpai 41 82 123 46 93 139 52 103 155 57 114 171 62 125 187
Tembaga 122 245 367 133 266 399 144 287 431 154 308 462 165 329 494
Cenayan 44 88 132 48 96 144 52 104 156 56 111 167 60 119 179
Tembesuk 55 110 165 61 123 184 68 136 204 74 149 223 81 161 242
Tamang 63 125 188 68 136 204 73 147 220 79 157 236 84 168 252
289 318 346 374 402
Jumlah 966 1932 8 1060 2121 1 1155 2309 4 1249 2498 6 1343 2686 9
Tabel Kebutuhan Rumah Berdasarkan Komposisi Rumah
Sumber : Analisis, 2018
Tabel Kebutuhan Luas Lahan Berdasarkan Jenis Rumah
Kebutuhan Lahan Rumah Kecamatan Nanga Mahap (M3)
Desa/Kelurah 2018 2023 2028 2033 2038
an 150 120 90 150 120 90 150 120 90 150 120 90 150 120 90
m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2
Landau Apin 11632 18612 20938 13251 21202 23852 14870 23792 26766 16488 26381 29679 18107 28971 32593
Teluk Kebau 10833 17333 19499 12478 19965 22461 14123 22597 25422 15768 25229 28383 17413 27861 31344
Lembah Beringin 16893 27029 30408 18326 29322 32987 19759 31615 35567 21192 33908 38146 22626 36201 40726
Karang Betung 12866 20585 23158 13980 22368 25164 15094 24150 27169 16208 25933 29174 17322 27715 31180
Sebabas 10764 17223 19375 11949 19119 21509 13134 21015 23642 14320 22911 25775 15505 24808 27909
Nanga Suri 8566 13705 15418 8480 13568 15264 8394 13431 15110 8308 13294 14955 8223 13156 14801
Nanga Mahap 15166 24266 27299 16557 26491 29803 17948 28717 32306 19339 30942 34809 20729 33167 37313
Batu Pahat 9409 15054 16935 10505 16808 18909 11601 18562 20883 12698 20317 22856 13794 22071 24830
Landau Kumpai 6152 9843 11073 6956 11130 12522 7761 12418 13970 8566 13705 15418 9370 14993 16867
Tembaga 18360 29376 33048 19947 31916 35905 21535 34456 38763 23122 36996 41620 24710 39536 44478
Cenayan 6604 10567 11888 7190 11504 12942 7776 12442 13997 8362 13379 15051 8948 14316 16106
Tembesuk 8250 13200 14850 9213 14741 16584 10176 16282 18317 11139 17823 20051 12102 19363 21784
Tamang 9405 15047 16928 10204 16326 18367 11003 17604 19805 11802 18883 21243 12601 20162 22682
1449 2318 2608 1590 2544 2862 1731 2770 3117 1873 2997 3371 2014 3223 3626
Jumlah 00 40 20 38 60 68 75 80 15 13 00 63 50 20 10
Sumber : Analisis, 2018

Berdasarkan tabel kebutuhan rumah berdasarkan komposisi dan kebutuhan lahan perumahan di Kecamatan Nanga Mahap
diketahui bahwa proyeksi jumlah rumah berdasarkan komposisi rumah besar, sedang dan kecil di Kecamatan Nanga Mahap semakin
tahun semakin meningkat begitu juga dengan kebutuhan lahan perumahan tersebut. Pada tahun 2038 kebutuhan rumah besar
sebanyak 1343 unit dengan luas lahan seluas 201.450 m3, rumah sedang sebanyak 2686 unit dengan luas lahan seluas 322.320 m 3 dan
rumah kecil sebanyak 4029 unit dengan luas lahan seluas 362.610 m3.
B. Kecamatan Nanga Taman
Tabel Tingkat Hunian Perumah Kecamatan Nanga Taman

Jumla
Jumlah Kebutuh
h Kelebih Hunia
Desa/Kelurahan Pendud an
Ruma an n
uk Rumah
h
Nanga Engkulun 2729 553 546 7 5
Nanga Koman 1281 310 256 54 4
Nanga Mongko 2006 438 401 37 5
Lubuk Tajau 1964 355 393 -38 6
Pantok 2768 508 554 -46 5
Meragun 3384 688 677 11 5
Rirang jati 2077 422 415 7 5
Nanga Taman 2283 456 457 -1 5
Senangak 2651 601 530 71 4
Sungai Lawak 1790 415 358 57 4
Nanga
Kiungkang 2383 491 477 14 5
Tapang Tinggang 3655 662 731 -69 6
Nanga Menukak 1757 326 351 -25 5
Jumlah 30727 6225 6145 80 5
Sumber : Analisis, 2018

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah rumah eksisting di Kecamatan


Nanga Taman sebanyak 6225 unit dengan jumlah hunian perumah di Kecamatan
Nanga Mahap yaitu sebanyak 5 orang. Kebutuhan rumah pada tahun eksisiting
jika dilihat berdasarkan jumlah penduduk ideal sebanyak 6145 unit dengan
kelebihan rumah sebanyak 80 unit di tahun eksisting. Jika dilihat perdesa, terdapat
beberapa desa yang memiliki jumlah penduduk melebihi 5 orang. Setelah
menentukan jumlah hunian perumah, kemudian melakukan proyeksi kebutuhan
penduduk menggunakan rumus :

Jumlah penduduk per Kelurahan/ Desa


Kebutuhan rumah =
Jumlah hunia perumah

Proyeksi kebutuhan rumah digunakan untuk memperoleh jumlah kebutuhan


rumah 20 tahun mendatang. Jumlah rumah yang dibutuhkan hingga 20 tahun
mendatang dapat diketahui dari proyeksi jumlah penduduk dengan asumsi hunian
per rumah sama dengan 5 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel Proyeksi Kebutuhan Rumah

Kebutuhan Rumah Kec. Nanga Taman


Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Nanga Engkulun 546 612 677 743 808
Nanga Koman 256 260 265 269 273
Nanga Mongko 401 435 468 501 535
Lubuk Tajau 393 413 432 452 472
Pantok 554 731 909 1087 1265
Meragun 677 874 1071 1268 1465
Rirang jati 415 468 520 572 624
Nanga Taman 457 646 835 1025 1214
Senangak 530 549 567 586 604
Sungai Lawak 358 386 413 441 468
Nanga Kiungkang 477 612 747 883 1018
Tapang Tinggang 731 874 1017 1160 1303
Nanga Menukak 351 387 423 459 495
Jumlah 6145 7245 8345 9445 10544
Sumber : Analisis, 2018

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa, kebutuhan akan rumah di


Kecamatan Nanga Taman terus mengalami peningkatan seiring dengan
pertumbuhan penduduk. Sehingga pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2038
kebutuhan rumah sebanyak 10.544 unit.

Berdasarkan tabel proyeksi kebutuhan rumah, dapat ditentukan komposisi


kebutuhan rumah yaitu terdiri dari rumah besar, sedang dan kecil dengan
perbandingan 1 : 2 : 3. Perhitungan komposisi rumah menggunakan rumus :
jumlah rumah tahun proyeksi x 1 dibagi dengan 6. Setelah didapatkan proyeksi
kebutuhan rumah berdasarkan komposisi, kemudian dapat ditentukan pula luas
lahan yang dibutuhkan sesuai dengan komposisi dari rumah tersebut. Berikut
merupakan tabel kebutuhan rumah berdasarkan komposisi dan kebutuhan lahan
perumahan di Kecamatan Nanga Taman.
Kebutuhan Rumah Kecamatan Nanga Taman
Desa/Keluraha 2018 2023 2028 2033 2038
n Besa Sedan Besa Sedan Besa Sedan Besa Sedan Besa Sedan
r g Kecil r g Kecil r g Kecil r g Kecil r g Kecil
Nanga Engkulun 91 182 273 102 204 306 113 226 339 124 248 371 135 269 404
Nanga Koman 43 85 128 43 87 130 44 88 132 45 90 134 45 91 136
Nanga Mongko 67 134 201 72 145 217 78 156 234 84 167 251 89 178 267
Lubuk Tajau 65 131 196 69 138 206 72 144 216 75 151 226 79 157 236
Pantok 92 185 277 122 244 366 152 303 455 181 362 543 211 422 632
Meragun 113 226 338 146 291 437 178 357 535 211 423 634 244 488 732
Rirang jati 69 138 208 78 156 234 87 173 260 95 191 286 104 208 312
Nanga Taman 76 152 228 108 215 323 139 278 418 171 342 512 202 405 607
Senangak 88 177 265 91 183 274 95 189 284 98 195 293 101 201 302
Sungai Lawak 60 119 179 64 129 193 69 138 207 73 147 220 78 156 234
Nanga Kiungkang 79 159 238 102 204 306 125 249 374 147 294 441 170 339 509
Tapang Tinggang 122 244 365 146 291 437 169 339 508 193 387 580 217 434 651
Nanga Menukak 59 117 176 65 129 194 71 141 212 77 153 230 83 165 248
Jumlah 1024 2048 3073 1208 2415 3623 1391 2782 4172 1574 3148 4722 1757 3515 5272
Tabel Kebutuhan Rumah Berdasarkan Komposisi Rumah

Sumber : Analisis, 2018


Tabel Kebutuhan Lahan Perumahan Kecamatan Nanga Taman

Kebutuhan Lahan Rumah Kecamatan Nanga Taman


Desa/Kelurah 2018 2023 2028 2033 2038
an Sedan Seda Sedan Sedan Sedan
Besar g Kecil Besar ng Kecil Besar g Kecil Besar g Kecil Besar g Kecil
Nanga Engkulun 13646 21834 24564 15288 24460 27518 16929 27086 30472 18570 29712 33426 20211 32338 36380
Nanga Koman 6407 10250 11532 6510 10416 11719 6614 10582 11905 6718 10749 12092 6822 10915 12279
Nanga Mongko 10029 16047 18053 10865 17384 19557 11701 18722 21062 12537 20059 22566 13373 21396 24071
Lubuk Tajau 9818 15709 17673 10314 16502 18565 10810 17296 19458 11305 18089 20350 11801 18882 21242
Pantok 13838 22140 24908 18282 29250 32907 22726 36361 40906 27169 43471 48905 31613 50582 56904
Meragun 16920 27071 30455 21844 34950 39318 26768 42828 48182 31692 50707 57045 36616 58585 65908
Rirang jati 10383 16612 18689 11690 18704 21041 12997 20795 23394 14304 22886 25746 15611 24977 28099
Nanga Taman 11414 18262 20545 16148 25836 29066 20882 33411 37587 25616 40985 46108 30350 48560 54630
Senangak 13255 21209 23860 13719 21950 24694 14182 22692 25528 14646 23434 26363 15109 24175 27197
Sungai Lawak 8950 14320 16110 9638 15421 17348 10326 16521 18587 11014 17622 19825 11702 18723 21063
Nanga Kiungkang 11914 19063 21445 15299 24479 27539 18685 29896 33633 22070 35312 39726 25455 40729 45820
Tapang Tinggang 18274 29239 32894 21848 34957 39327 25422 40675 45759 28996 46393 52192 32569 52111 58625
Nanga Menukak 8785 14055 15812 9683 15493 17430 10582 16932 19048 11481 18370 20666 12380 19808 22284
1536 24581 2765 1811 2898 32603 2086 33379 3755 2361 37778 4250 2636 42177 4745
Jumlah 33 3 39 28 04 0 22 6 20 17 7 11 12 9 01
Sumber : Analisis, 2018
Berdasarkan tabel kebutuhan rumah berdasarkan komposisi dan kebutuhan lahan perumahan di Kecamatan Nanga Taman tahun 2018
hingga tahun 2038 dapat diketahui bahwa proyeksi jumlah rumah berdasarkan komposisi rumah besar, sedang dan kecil di Kecamatan Nanga
Taman semakin tahun semakin meningkat begitu juga dengan kebutuhan lahan perumahan tersebut. Pada tahun 2038 kebutuhan rumah besar
sebanyak 1757 unit dengan luas lahan seluas 263.612 m3, rumah sedang sebanyak 3515 unit dengan luas lahan seluas 421,779 m3 dan rumah
kecil sebanyak 5272 unit dengan luas lahan seluas 474.501 m3.
5.6.3. Kebutuhan Tanah
5.7. Analisis Kumuh

Rumah tidak layak huni adalah suatu hunian atau tempat tinggal yang tidak
layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis
maupun non teknis. Rumah tidak layak huni erat kaitannya dengan permukiman
kumuh karena rumah tidak layak huni akan menimbulkan kawasan permukiman
yang kumuh. Berdasarkan dari fakta tentang rumah tidak layak huni yang tersebar
pada Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman, maka akan
dianalisis faktor penyebab terjadinya hal tersebut.

Dikarenakan rumah tidak layak huni dapat menjadi kumuh, maka akan
dilakukan analisis. Analisis berupa tingkat klasifikasi kumuh yang ditetapkan
berdasarkan indikator rumah tidak layak huni. Klasifikasi kumuh yang akan
digunakan adalah tingkat bukan kumuh, ringan, sedang, dan berat. Pemberian skor
merupakan hasil dari observasi secara langsung dan hasil dari wawancara dengan
masyarakat terkait.

Dari indikator rumah tidak layak huni diatas, yang dijadikan sebagai
parameter, kemudian akan dilakukan langkah selanjutnya yang adalah:

a. Pemberian skor setiap desa berdasarkan parameter penilaian


- Intensitas jarang ditemukan : Skor 0
- Intensitas cukup banyak ditemukan : Skor 2
- Intensitas banyak ditemukan : Skor 4
- Intensitas sering ditemukan : Skor 6
b. Klasifikasi permukiman kumuh, berikut merupakan rentang nilai tingkat
klasifikasi yang didapatkan untuk setiap kelas yakni:
- Bukan kumuh : 0-9
- Kumuh ringan : 8,1-18
- Kumuh sedang : 18,1-27
- Kumuh berat : 27,1-36
c. Hasil analisis permukiman kumuh yang ada pada Kecamatan Nanga
Mahap:
Tabel Kriteria Tingkat Kekumuhan

  I1 I2 I3 I4 I5 I6 Jumlah Kriteria
Desa
Nanga
Mahap 0 0 2 0 0 2 4 Bukan Kumuh
Desa Batu
Pahat 0 0 2 0 0 2 4 Bukan Kumuh
Desa
Lembah
Beringin 0 0 4 0 4 4 12 Kumuh Ringan
Desa
Teluk
Kebau 2 0 4 4 0 2 12 Kumuh Ringan
Desa
Landau
Apin 2 2 6 0 4 6 20 Kumuh Sedang
Desa
Tembaga 4 4 6 6 4 6 30 Kumuh Berat
Desa
Cenayan 0 4 6 0 2 6 18 Kumuh Ringan
Desa
Landau
Kumpai 4 2 6 6 4 6 28 Kumuh Berat
Desa
Nanga
Suri 0 0 6 0 2 6 14 Kumuh Ringan
Desa
Sebabas 4 4 6 4 4 6 28 Kumuh Berat
Desa
Karang
Betung 4 4 6 6 6 6 32 Kumuh Berat
Desa
Tamang 2 4 6 2 4 6 24 Kumuh Sedang
Desa
Tembesuk 2 0 6 4 4 6 22 Kumuh Sedang
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Keterangan
I1: Sumber air tidak sehat
I2 : Tidak mempunyai akses MCK
I3 : Bahan bangunan kualitas rendah
I4: Sinar penerangan bukan listrik
I5 : Letak rumah tidak teratur
I6 : Rumah >20 tahun
Dari hasil tabel diatas, diketahui jika dari 13 desa yang ada di Kecamatan
Nanga Mahap memiliki hasil berupa
1. Bukan kumuh : Nanga Mahap, Batu Pahat,
2. Kumuh ringan : Lembah Beringin, Teluk Kebau, Cenayan, Nanga Suri,
3. Kumuh sedang: Landau Apin, Tamang, Tembesuk.
4. Kumuh berat : Tembaga, Landau Kumpai, Sebabas, Karang Betung.
d. Hasil analisis permukiman kumuh yang ada pada Kecamatan Nanga
Taman:

Tabel Kriteria Tingkat Kekumuhan

  Jumla
I1 I2 I3 I4 I5 I6 h Kriteria
Desa Nanga
Taman 0 0 2 0 0 0 2 Bukan Kumuh
Desa Rirang Kumuh
Jati 0 0 6 0 6 6 18 Ringan
Desa Kumuh
Senangak 0 0 4 0 2 4 10 Ringan
Desa Nanga Kumuh
Kiungkang 0 0 6 0 4 4 14 Ringan
Desa Sungai Kumuh
Lawak 2 2 6 0 6 6 22 Sedang
Desa Tapang
Tingang 4 4 6 4 6 6 30 Kumuh Berat
Desa Nanga Kumuh
Mongko 0 0 6 0 4 4 14 Ringan
Desa Nanga
Engkulun 4 4 6 6 6 6 32 Kumuh Berat
Desa Nanga Kumuh
Koman 0 0 6 4 4 6 20 Sedang
Desa Lubuk Kumuh
Tajau 2 2 6 0 6 6 22 Sedang
Desa Pantok 4 4 6 4 6 6 30 Kumuh Berat
Desa Kumuh
Meragun 2 4 6 0 4 6 22 Sedang
Desa Nanga
Mentukak 0 0 4 0 2 2 8 Bukan Kumuh

Sumber: Hasil Analisis, 2018


Keterangan
I1: Sumber air tidak sehat
I2 : Tidak mempunyai akses MCK
I3 : Bahan bangunan kualitas rendah
I4: Sinar penerangan bukan listrik
I5 : Letak rumah tidak teratur
I6 : Rumah >20 tahun
Dari hasil tabel diatas, diketahui jika dari 13 desa yang ada di Kecamatan
Nanga Taman memiliki hasil berupa
1. Bukan kumuh : Nanga Taman, Nanga Mentukak.
2. Kumuh ringan : Rirang Jati, Senangak, Nanga Kiungkang, Nanga
Mongko.
3. Kumuh sedang: Sungai Lawak, Nanga Koman, Lubuk Tajau, Meragun.
4. Kumuh berat : Tapang Tingang, Nanga Engkulun, Pantok.

Hasil analisis diperoleh dari indikator yang telah dirincikan dalam bab
fakta. Hasil analisis menunjukkan bahwa penyebab utama rumah yang ada kedua
kecamatan tersbut menjadi tidak layak huni adalah dikarenakan kualitas bangunan
yang tidak baik/kontruksi buruk dan rumah yang ditinggali berupa rumah tua yang
harus direnovasi sehingga menjadi layak kembali. Selanjutnya adalah rumah yang
tidak teratur. Berikut penjelasan lebih jelasnya:

Tabel Hasil Analisis antara Indikator Rumah Tidak Layak Huni dan Faktor
Penyebab

No Indikator Rumah Tidak Faktor Penyabab


Layak Huni
1 Sumber air tidak sehat dan Dikarenakan Kecamatan Nanga Mahap dan
akses memperoleh air bersih Nanga Taman belum teraliri PDAM secara
terbatas merata, maka mayoritas penduduk yang ada
tidak memiliki sumber air bersih yang terjamin.
Penduduk mengandalkan hujan dan sumber air
(sungai) untuk memenuhi kebutuhan dalam
pemenuhan kebutuhan air bersih. Namun
kesempatan masyarakat untuk mendapatkan air
bersih dirasa tidak memiliki kepastian. Terlebih
banyak masyarakat yang tidak memiliki bak
penampung air guna menampung air hujan.
Masyarakat pedalaman yang tidak dilalui oleh
DAS akan kesulitan untuk mendapatkan air
bersih yang layak untuk digunakan sehari-hari.
Untuk masyarakat yang tinggal disekitar sungai,
masyarakat membuang sampah langsung pada
sungai begitu pula dengan MCK, hal ini
menyebabkan tercemarnya sumber air bersih
yang juga digunakan untuk makan dan minum.
Selain itu, air bersih yang ada banyak tercemari
oleh penambangan emas. Penambangan emas
seperti pada Desa Teluk Kebau menyebabkan air
bersih yang ada terkontaminasi oleh zat kimia
yang digunakan.
2 Tidak mempunyai akses Mayoritas dibeberapa desa pada Nanga Mahap
MCK (sanitasi) yang layak dan Nanga Taman telah disediakan wc umum
yang dapat digunakan oleh masyarakat setempat.
Namun mengingat jumlah KK serta tidak setiap
rumah memiliki jamban pribadi, maka wc umum
dirasa kurang. Sehingga masyarakat banyak
yang menggunakan lanting sebagai alternatif
lainnya. Namun kondisi lanting yang ada tidak
terawat dengan baik sehingga terkesan kumuh.
Lanting yang tersebar disetiap sungai langsung
teraliri lewat sungai tersebut. Selain itu,
dikarenakan tidak adanya akses MCK untuk
masyarakat pedalaman yang jauh dari sungai,
masyarakat masih ada yang BABS. Hal ini
merupakan perilaku masyarakat yang membuat
lingkungan tampak tidak layak huni. Beberapa
desa yang masih ditemui masyarakat yang sering
BABS adalah Desa Tamang, Desa Karang
Betung, Desa Sebabas, Desa Pantok, Lubuk
Tajau, Meragun, Tapang Tingang,
Senangak, dan Nanga Engkulun
3 Bahan bangunan tidak Mayoritas bangunan yang ada pada Kecamatan
permanen/semi permanen/ Nanga Taman dan Nanga Mahap terbuat dari
menggunakan bahan kayu. Namun, yang membedakan antara rumah
berkualitas rendah seperti layak huni dengan rumah tidak layak huni
atap/dinding dari kayu adalah tingkat kerusakan bangunannya. Rumah
maupun bambu dan lantai yang tidak layak huni mengalami kerusakan
tanah dan luas lantai <10 m2. seperti dinding bolong, atap dari bambu yang
menyebabkan kebocoran, lantai langsung berupa
tanah tanpa adanya pembatas serta pondasi
bangunan rumah yang terlihat tidak kokoh dan
hamper roboh. Selain itu, rumah yang tidak
layak huni berupa rumah yang tidak memiliki
sekat didalamnya dengan luas yang <10 m2.
Rumah yang tidak layak huni mayoritas
dikarenakan ketidaksesuaian dengan persyaratan
teknis bangunan. Beberapa rumah tidak layak
tersebut didiami oleh beberapa KK. Selain
masalah bangunan, terdapat beberapa rumah
yang mendiami daerah kawasan hutan lindung
yang masyarakatnya tidak memiliki sertifikat.
Beberapa rumah tersbut berada pada Desa
Pantok, Desa Meragun, Desa Lembah Beringin,
Desa Tembesuk, Desa Sebabas, dan Desa
Karang Betung. Kondisi perumahan yang tidak
layak huni tersebut dikarenakan rendahnya
penghasilan masyarakat yang menempati rumah
tersebut. Menurut data dari Dinas Permukiman
dan Pertanahan, jumlah masyarakat yang
berpenghasilan rendah terbanyak berada di
Nanga Mahap dan diikuti oleh Nanga Taman
jika dibandingkan dengan desa lainnya yang ada
di Kabupaten Sekadau. Pada Nanga Mahap
terdapat 2.031 unit rumah masyarakat
berpenghasilan rendah, sedangkan Nanga Taman
berjumlah 1.553 unit rumah. Masyarakat banyak
yang kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari
tanpa harus dibebani lagi dengan kondisi
perumahan tidak layak huni yang mereka
tinggali. Peran pemerintah dalam mengatasi
perumahan yang tidak layak huni sangat
dibutuhkan guna mengurangi perumahan yang
tidak layak.
4 Sinar penerangan bukan Listrik dari PLN belum merata persebarannya
listrik. pada Desa Nanga Mahap dan Nanga Taman.
Dengan inovasi yang ada dan memanfaatkan
sumber daya alam yang melimpah, beberapa
desa dapat menikmati listrik tanpa menunggu
listrik dari PLN. Beberapa desa diantaranya
adalah Desa Cenayan yang memanfaatkan
pembangkit listrik tenaga air (PLTA), Desa
Meragun, Desa Lubuk Tajau, Desa Pantok, Desa
Nanga Mongko, Desa Rirang Jati menggunakan
pembangkit listrik tenaga mikro hidro
(PLTMH). PLTA sendiri dimulai pukul 17.00-
05.00. Namun, pada daerah pedalaman masih
banyak desa yang belum teraliri listrik sehingga
masyarakat menggunakan pelita dan minyak
tanah sebagai penerangan. Dengan tidak adanya
sumber penerangan tersebut, masyarakat sulit
melakukan aktifitas pada malam hari
dikarenakan keterbatasan pandangan.
Pemerataan aliran listrik sangat dibutuhkan agar
masyarakat dapat menikmati dan memanfaatkan
fungsi dari listrik.
5 Letak rumah tidak teratur. Letak rumah yang ada di Nanga Mahap dan
Nanga Taman memiliki KDB besar, namun
untuk orientasinya terlihat tidak teratur antar
satu rumah dengan yang lainnya. Hal ini ditemui
pada beberapa rumah berkelompok yang
berhadapan dan menimbulkan kesan kumuh.
Berdasarkan data dari Dinas PU Kabupaten
Sekadau tahun 2015, didapatkan hasil bahwa
hanya 59,70 km2 dari 568,60 km2 luas area
permukiman tertata yang ada pada Kecamatan
Nanga Mahap atau hanya sekitar 10,5% kawasan
permukiman tertata sedangkan sisanya tidak
tertata. Sedangkan untuk Nanga Taman, terdapat
66,15 km2 permukiman yang tidak tertata
dibanding dengan luas areal permukiman
keseluruhan yang berjumlah 945 km 2, atau
hanya 7% luas areal permukiman yang tertata.
Hal ini menunjukan bahwa lebih dari 90%
kawasan permukiman yang ada pada Kecamatan
Nanga Mahap dan Nanga Taman tidak tertata.
6 Merupakan rumah tua atau Banyak rumah yang berada di Kecamatan Nanga
tidak memenuhi syarat Mahap dan Nanga Taman berupa bangunan tua
untuk melakukan renovasi yang tidak layak untuk ditinggali. Hal ini
pada 20 tahun umur dikarenakan kurangnya penghasilan masyarakat
bangunan. setempat untuk melakukan renovasi agar tempat
tinggal mereka layak untuk ditinggali. Rumah
tua banyak ditemukan pada pedalaman dan
memiliki pola acak yang tidak menentu
persebarannya.
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Hasil dari penjabaran mengenai indikator tidak layak huni dengan faktor
penyebabnya menyimpulkan bahwa rumah tidak layak huni berupa cikal bakal
terciptanya kawasan kumuh jika tidak ditanggulangi permasalahannya. Dalam hal
ini, dibutuhkan kesadaraan masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitar dan
perhatian dari pemerintah guna menuntaskan permasalahan rumah tidak layak
huni yang tersebar pada Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman.

5.8. Analisis Transportasi


x.x Ruas Jalan

Analisis ruas jalan di kawasan kajian meliputi beberapa kajian,


diantaranya adalah kondisi dan dimensi jalan serta kelengkapan perabot
jalan. Berikut merupakan analisis dari kondisi jalan berdasarkan fungsi
jalan :
Tabel x.x Analisis Jalan Berdasarkan Fungsi Jalan Kecamatan Nanga
Taman

N Fungsi Lebar Lebar Kondisi Foto Hasil


o Jalan Standar Eksisting Perkerasan Analisis
1 Kolektor 9 m 7m Aspal Perlunya
kondisi perlebaran
baik jalan sesuai
dengan
standar jalan
arteri yang
ada. Untuk
perkerasan
sudah sesuai
dan baik.
2 Lokal 7,5 m 5m Aspal Berdasarkan
kondisi perkerasan
baik sudah baik
yaitu berupa
perkerasan
aspal.
Namun,
untuk lebar
jalan belum
sesuai
dengan
standar yang
ada yaitu 7,5
meter.
Sehingga
perlunya
perlebaran
jalan.
3 Lingkun 5m 4m Aspal dan Perlunya
gan semen perlebaran
kondisi jalan sesuai
baik dengan
standar yang
ada.
Sumber : Hasil Analisis,2018

x.x Jembatan

Keberadaan jembatan di kawasan kajian sangat penting terkhusus


sebagai suatu jalur penghubung yang menghubungkan desa satu dengan
desa lainnya jembatan yang terdapat di kawasan kajian. Melihat
pentingnya keberadaan jembatan yang ada di Kecamatan Nanga Taman
dan Nanga Mahap maka perlu dilakukannya pemeliharan berkala
jembatan ini karena jembatan merupakan jalur penghubung bagi seluruh
aktifitas yang ada di kawasan kajian. Sehingga masyarakat dengan aman
menggunakan jembatan. Serta perlunya pengurangan kapasitas saat
melewati jembatan gantung yang ada di beberapa desa, karena kondisi
jembatan gantung yang konstruksinya masih berupa kayu.

x.x Perabot Jalan

1) Zebra Cross

Zebra cross, yaitu marka berupa garis-garis utuh yang panjang


membujur tersusun melintang jalur lintas. Di Kecamatan Mempawah
Timur memiliki kondisi zebra cross yang masih layak untuk digunakan
oleh pejalan kakai. Dengan cara memilihara zebra cross makan akan
membuat kondisi zeba croos menjadi lebih baik, dengan ketentuan garis
memiliki lebar 0,30 meter dan panjang minimal 2,50 meter. Celah di
antara garis-garis membujur mempunyai lebar minimal 0,30 meter dan
maksimal 0,60 meter dan jarak antar garis melintang minimal 2,5 meter.
Untuk kawasan perkotaan, dalam hal terdapat jarak antar persimpangan
yang cukup panjang dapat disediakan penyeberangan di tengah ruas
jalan agar pejalan kaki dapat menyeberang dengan mudah dan cepat.
Adapun kriteria untuk lokasi penyeberangan di tengah ruas jalan,
sebagai berikut :

a) Lokasi penyeberangan memungkinkan untuk mengarahkan pejalan kaki


menyeberang pada satu lokasi.
b) Merupakan rute yang aman bagi anak-anak sekolah untuk
menyeberangi jalan
c) Berada pada kawasan dengan konsentrasi pejalan kaki yang
menyeberang cukup tinggi.

Ketentuan teknis untuk penyeberangan di tengah ruas jalan yaitu


aebagai berikut :
a) Dilengkapi dengan rambu-rambu peringantan yang diltakkan pada
tempat sebelum mengarah pada lokasi penyeberangan untuk
memperingati pngndara bermotor mengenai adanya aktivitas
penyeberangan.
b) Diengkapi dengan penerangan jalan yang cukup
c) Dilngkapi dengan rambu-rambu dengan penerangan yang cukup
d) Memiliki jarak pandang yang cukup baik bagi pengndara bermotor
maupun pejalan kaki
e) Dilengkapi dengan median jalan untuk lokasi penyeberangan dengan
arus lalu lintas 2 (dua) arah agar penyeberangan jalan dapat
berkonsentrasi pada satu arah.

Hal-hal yang harus dihindari pada jalur penyeberangan di tengah ruas


jalan, khususnya yang tidak bersinyal adalah :

a) Terletak <90 meter dari sinyal lalu lintas, dimana pengendara bermotor
tidak mengharapkan adanya penyeberangan.
b) Berada pada jarak 180 meter dari titik penyeberangan yang lain, kecuali
pada pusat kota atau lokasi yang sangat memerlukan penyeberangan.
c) Pada jalan dengan batasan kecepatan di atas 72 Km/jam.

Analisis zebra cross atau penyeberangan pejalan kaki diatas


berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
03/PRT/M/2014 Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan
Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan pada
Bab 3 Ketentuan Penyediaan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan
Kaki.

2) Trotoar
Di kedua kecamatan tidak terdapatnya trotoar pada jalan
kolektor, dan perlunya penyediaan trotoar bagi para pejalan kaki,
khususnya untuk para pelajar. Adapun standar lebar trotoar jika tidak
terdapat bangunan di sekitar yaitu 1,50 meter jika terdapat bangunan di
sisi kanan atau sisi kiri sekitar 1,75 meter.
3) Rambu Jalan
Rambu jalan adalah bagian dari perlengkapan jalan yang
memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan di
antaranya. Rambu lalu lintas di Kecamatan Nnaga Taman dan Nanga
Mahap belu tersedia. Adapun persyaratan teknis daun rambu adalah
sebagai berikut:
a) Plat Alumunium, memiliki ketebalan minimal 2,0 mm (termasuk
reflective sheeting)
b) Bahan logam lainnya, merupakan bahan logam tertentu selain
alumunium dengan syarat
1. Tahan terhadap proses korosi dan oksidasi, dengan atau tanpa
pencegah korosi dan oksidasi, termasuk bagian untuk sambungan
baut.
2. Mempunyai tebal minimal 0,8 mm
3. Bahan komposit alumunium dengan ketebalan minimal 3,0 mm
4. Bahan non logam, merupakan bahan non logam tertentu dengan
syarat-syarat bahan ;
1. Mempunyai ketahanan terhadap;
 Cuaca, dengan metode uji setara ASTM G.53-88
 Kelembapan nisbi, dengan metode uji setara ASTM D.2247-87
 Asam, dengan metode uji setara ASTM D.1308-87
 Kelapukan
 Uji mekanik meliputi, daya lengkung dan patah
2. Mempunyai tebal minimal 2,0 mm.
c) Permukaan bagian depan harus dibubuhi inisial “Perhubungan” atau
logo pehubungan dan apada bagian belakang daun rambu dibubuhi
stiker perlengkapan jalan tulisan sumber pendanaan, tahun anggaran
dan isi pasal 275 UU Nomor 22/2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
Adapun jarak penempatan rambu lalu lintas sesuai dengan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KM. 61 Tahun 1993 Tentang Rambu-
Rambu Lalu Lintas di Jalan pada Bab 5 Jarak Penempatan Rambu :

a) Rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas, di luar


jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas
kendaraan dan tidak merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalan
kaki,
b) Jarak penempatan antara rambu yang tedekat dengan bagian tepi
paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan minimal 0,60
meter.
c) Penempatan rambu di sebelah kanan jalan atau di atas daerah manfaat
jalan harus mempertimbangkan faktor-faktor antara lain geografis,
geometris jalan, kondisi lalu lintas , jarak pandang dan kecepatan
rencana.
d) Rambu yang dipasang pada pemisah jalan (median) ditempatkan
dengan jarak 0,30 meter dari bagian tepi paling luar dari pemisah
jalan.
e) Ketinggian penempatan rambu pada sisi jalan minimum 1,75 meter
dan maksimum 2,65 meter diukur dari permukaan jalan sampai
dengan sisi daun rambu bagian bawah, atau papan tambhana bagian
bawah apabila rambu dilengkapi dengan papan tambahan.
f) Ketinggian penempatan rambu di lokasi fasilitas pejalan kaki
minimum 2,00 meter dan maksimum 2,65 meter diukur dari
permukaan fasilitas pejalan kaki sampai dengan sisi daun rambu
bagian bawah atau papan tambahan bagian bawah, apabila rambu
dilengkapi dengan papan tambahan.

4) Penerangan Jalan Umum/Lampu Jalan


Lampu jalan yang terdapat di Kecamatan Nanga Taman dan
Nanga Mahap sudah tersedia, tetapi tidak merata dan belum tersebar
di sepanjang jalan utama. Adapun standar untuk lampu penerangan
jalan menurut BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pekerjaan Umum Bidang Konstruksi Bangunan dan
Rekayasa Sipil, yaitu :
a) Penataan letak lampu penerangan jalan

Tempat Penataan/Penga
turan Letak
Jalan satu  Di kiri atau
arah kanan jalan
 Di kiri dan
kanan jalan
berselang-
seling
 Di kiri dan
kanan jalan
berhadapan
 Di bagian
tengah atau
separator jalan
Jalan dua  Di bagian
arah tengah/ median
jalan
 Kombinasi
antara di kiri
dan kanan
berhadapan
dengan di
bagian tengah/
median jalan
 Katenasi (di
bagian tengah
jalan dengan
sistem
digantung)
Persimpa  Dapat
ngan dilakukan
dengan
menggunakan
lampu menara
dengan
beberapa
lampu,
umumnya
ditempatkan di
pulau-pulau, di
median jalan,
diluar daerah
persimpangan
(dalam
RUMIJA
ataupun dalam
RUWASJA)

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No


03/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan
Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki Di Kawasan
Perkotaan lampu penerangan terletak di luar ruang bebas jalur pejalan
kaki dengan jarak antar lampu penerangan yaitu 10 meter. Lampu
penerangan dibuat dengan tinggi maksimal 4 meter serta
menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal
dan beton cetak.

5 ) Halte
Halte yang ada di kedua kecamatan tersebut kondisi halte yang
ada sudah cukup baik. Namun, perlunya pemeliharaan kembali
terhadap halte tersebut. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No 03/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan
Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki Di Kawasan
Perkotaan halte/shelter bus dan lapak tunggu terletak di luar ruang
bebas jalur pejalan kaki dengan jarak antarhalte/shelter bus dan lapak
tunggu pada radius 300 meter dan pada titik potensial kawasan.
Halte/shelter bus dan lapak tunggu dibuat dengan dimensi sesuai
kebutuhan, serta menggunakan material yang memiliki durabilitas
tinggi seperti metal.

5.9. Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung


5.10. Analisis Ekonomi dan Kemampuan Keuangan Daerah
Analisis ekonomi bisa diartikan sebagai suatu usaha untuk meneliti dan
menyelidiki secara mendalam tentang kondisi perekonomian. Penelitian ini tentunya
didukung oleh sejumlah data, sehingga nantinya akan diperoleh kesimpulan atau hasil
analisis yang cukup akurat. Tujuan dari analisis ini sudah jelas, yaitu untuk mengetahui
sejauh mana perkembangan atau tingkat pertumbuhan ekonomi. Secara khusus, analisis
ekonomi mampu mengidentifikasi berbagai permasalahn yang mungin bias
menghambat perekonomian.

1.1.1. Ekonomi Makro


 Analisa Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang terus


menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu
indikator keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan
pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Karena jumlah penduduk
bertambah setiap tahun yang dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari juga
bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun.
Pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan tingkat kemiskinan dengan menciptakan
lapangan pekerjaan dan pertumbuhan jumlah pekerja yang cepat dan merata. Berikut
tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi :
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Sekadau 2012-2015

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI


LAPANGAN USAHA PDRB

2012 2013 2014 2015

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN 0,05 0,06 0,05 0,05

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0,04 0,03 0,05 0,05

INDUSTRI PENGOLAHAN 0,05 0,06 0,05 0,04

PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 0,13 0,01 0,12 0,10


PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH, DAN
0,03 0,02 0,01 0,01
DAUR ULANG
KONSTRUKSI 0,10 0,09 0,10 0,10
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL
0,05 0,06 0,05 0,05
DAN SEPEDA MOTOR
TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 0,08 0,08 0,09 0,09

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 0,07 0,08 0,07 0,07

INFORMASI DAN KOMUNIKASI 0,06 0,07 0,08 0,08

JASA KEUANGAN DAN ANSURANSI 0,26 0,18 0,16 0,11

REAL ESTAT 0,08 0,06 0,05 0,05

JASA PERUSAHAAN 0,02 0,02 0,03 0,02


ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN
0,08 0,05 0,06 0,06
JAMINAN SOSIAL WAJIB
JASA PENDIDIKAN 0,08 0,08 0,06 0,03

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 0,04 0,05 0,05 0,04

JASA LAINNYA 0,02 0,03 0,02 0,03

PDRB 0,07 0,06 0,07 0,06


Sumber : Hasil Analisa, 2018

0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
2012
2013
2014
2015

Gambar 1.1. Diagram Analisa Pertumbuhan Ekonomi


Sumber : Hasil Analisa, 2018

Dilihat dari tabel dan grafik pertumbuhan ekonomi di wilayah perencanaan terus
mengalami peningkatan dan penurunan, sektor yang tingkat pendapatannya paling
tinggi adalah sektor jasa keuangan dan asuransi dan sektor konstruksi. Namun pada
sektor-sektor tersebut pertumbuhan ekonominya tergolong stabil dikarenakan tidak
adanya kenaikan dan penurunan yang signifikan. Sedangkan untuk sektor yang paling
rendah yaitu sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang, karena
di wilayah studi untuk sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur
ulang belum terlalu berkontribusi dan belum adanya pembangunan yang baik.

 Analisa Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi dipergunakan untuk menunjukkan komposisi atau susunan


sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominan atau yang
diandalkan mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur tersebut dan menjadi ciri
khas dari suatu perekonomian. Dimaksudkan dengan sektor ekonomi yang dominan
atau yang diandalkan adalah sektor ekonomi yang menjadi sumber mata pencaharian
sebagian terbesar penduduk serta menjadi penyerap tenaga kerja yang terbesar. Sektor
ekonomi yang dominan atau andal dapat juga berarti sektor yang memberikan
sumbangan terbesar terhadap produk nasional dengan laju pertumbuhan yang tinggi,
yang menjadi ciri khas dari suatu perekonomian.

Tabel 1.2. Struktur Ekonomi di Kabupaten Sekadau 2011-2015


STRUKTUR EKONOMI
LAPANGAN USAHA PDRB

2011 2012 2013 2014 2015

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN 0,40 0,39 0,39 0,39 0,38

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

INDUSTRI PENGOLAHAN 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00


PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH, 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
DAN DAUR ULANG
KONSTRUKSI 0,10 0,10 0,10 0,11 0,11

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL 0,15 0,14 0,14 0,14 0,14
DAN SEPEDA MOTOR
TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

INFORMASI DAN KOMUNIKASI 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

JASA KEUANGAN DAN ANSURANSI 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02

REAL ESTAT 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

JASA PERUSAHAAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06


JAMINAN SOSIAL WAJIB
JASA PENDIDIKAN 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

JASA LAINNYA 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

PDRB 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06


Sumber : Hasil Analisa, 2018
0.45

0.40

0.35

0.30
2011
0.25 2012
0.20 2013
2014
0.15 2015

0.10

0.05

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Gambar 1.2. Diagram Analisa Struktur Ekonomi


Sumber : Hasil Analisa, 2018

Dilihat dari tabel dan grafik struktur ekonomi di wilayah perencanaan sektor yang paling
dominan adalah sektor jasa keuangan dan asuransi dan sektor konstruksi. Namun pada
sektor-sektor tersebut pertumbuhan ekonominya tergolong stabil dikarenakan tidak
adanya kenaikan dan penurunan yang signifikan. Sedangkan untuk sektor yang paling
rendah yaitu sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang, karena
di wilayah studi untuk sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur
ulang belum terlalu berkontribusi dan belum adanya pembangunan yang baik. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa sektor yang berpotensi untuk berkembang di masa yang akan
datang yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Dan apabila dilihat dari PDRB
dari tahun 2011 – 2015 tidak mengalami perubahan atau stagnan dengan nilai 0,38.

 Analisa Potensi Wilayah

Metode LQ digunakan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan, yang


diakomodasi dari Miller & Wright (1991), Isserman (1997), dan Ron Hood (1998).
Menurut Hood (1998), Loqation Quotient adalah suatu alat pengembangan ekonomi
yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Teknik LQ
merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis
sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu
pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan
ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Inti dari model ekonomi basis menerangkan
bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu
sendiri tidak terbatas pada bentuk barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga
berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-
barang tidak bergerak Untuk mengetahui sektor basis dan sektor non basis yang ada di
suatu daerah, digunakan model analisis Location Quotient (LQ). Teknik perhitungan ini
adalah antara persentase lapangan kerja dalam industri lokal dengan persentase
pekerjaan di industri yang sama di negara atau bangsa yang digunakan sebagai referensi.
Adapun persamaannya sebagai berikut :

Pendekatan nilai tambah :

LQ = Vi/Vt

Yi/Yt

Dimana:

Vi = Jumlah PDRB suatu sektor i Kabupaten / Kota

Vt = Jumlah total PDRB suatu sektor Kabupaten / Kota

Yi = Jumlah PDRB suatu sektor i Propinsi

Yt = Jumlah total PDRB suatu sektor Propinsi

Tabel 1.3. Potensi Wilayah di Kabupaten Sekadau 2011-2015

LQ
LAPANGAN USAHA PDRB

2011 2012 2013 2014 2015

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN 1,62 1,63 1,63 1,66 1,68

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0,71 0,71 0,73 0,76 0,79

INDUSTRI PENGOLAHAN 0,35 0,35 0,34 0,34 0,34

PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 0,31 0,33 0,31 0,28 0,29

PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH, 0,57 0,58 0,58 0,56 0,54
DAN DAUR ULANG
KONSTRUKSI 1,04 1,01 1,00 0,99 0,99
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL 0,96 0,97 0,95 0,95 0,94
DAN SEPEDA MOTOR
TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 0,33 0,34 0,34 0,34 0,35

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 1,14 1,14 1,17 1,18 1,18
INFORMASI DAN KOMUNIKASI 1,31 1,22 1,18 1,13 1,09

JASA KEUANGAN DAN ANSURANSI 0,38 0,42 0,44 0,47 0,49

REAL ESTAT 1,41 1,42 1,42 1,39 1,40

JASA PERUSAHAAN 0,14 0,13 0,12 0,12 0,11

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN 1,16 1,16 1,21 1,20 1,18


JAMINAN SOSIAL WAJIB
JASA PENDIDIKAN 0,88 0,90 0,91 0,91 0,90

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 1,20 1,18 1,21 1,21 1,20

JASA LAINNYA 0,84 0,83 0,84 0,80 0,79

PDRB 0,84 0,84 0,85 0,84 0,84


Sumber : Hasil Analisa, 2018

Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga kriteria yaitu:

1. Apabila LQ > 1 menunjukkan sektor tersebut tergolong sektor basis di suatu


daerah.
2. Apabila LQ < 1 mennjukkan sektor tersebut tergolong sektor non basis di suatu
daerah
3. Apabila LQ = 1 menunjukkan keswasembadaan sektor tersebut di suatu daerah,
dan ada kecendrungan sektor tersebut bersifat tertutup karena tidak melakukan
transaksi ke dan dari luar wilayah.

Berdasarkan hasil analisi LQ yang dilakukan dapat diketahui sektor basis atau unggulan
yang ada di Kabupaten Sekadau, yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Namun pada sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang pada
tahun 2011-2015 tidak berkontribusi. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan
sektor unggulan yang ada di suatu daerah, sehingga pengembangan pada fokus sektor
dapat membantu dalam meningkatkan perekonomian dan mempercepat pembangunan.
Maka dari itu khususnya untuk sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang
semakin berkembang harus difokuskan agar sektor ini dapat menjadi sektor basis di
wilayah perencanaan, dan untuk sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah,
dan daur ulang harus ditinjau kembali dan dianalisis karena tidak berkontribusi dalam
pembangunan.

1.1.2. Ekonomi Mikro


 Analisa Ekonomi Masyarakat
Tujuan utama pembangunan di suatu negara adalah meningkatkan pendapatan
dan mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan sosial. Kegiatan ekonomi
dalam masyarakat adalah mengatur urusan harta kekayaan baik yang menyangkut
kepemilikkan, pengembangan maupun distribusi. Manusia hidup dalam suatu kelompok
yang membentuk suatu sistem.Sistem secara sederhana dapat diartikan sebagai interaksi,
kaitan, atau hubungan dari unsur unsur yang lebih kecil membentuk satuan yang lebih
besar dan komplek sifatnya. Dengan demikian sistem ekonomi adalah interaksi dari unit-
unit yang kecil (para konsumen dan produsen) ke dalam unit ekonomi yang lebih besar
disuatu wilayah tertentu. Adapun ekonomi masyarakat adalah sistem ekonomi yang
berbasis pada kekuatan ekonomi masyarakat. Dimana ekonomi masyarakat sendiri adalah
sebagian kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan masyarakat kebanyakan yang
dengan cara swadaya mengelola sumber daya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan,
yang selanjutnya disebut sebagai usaha kecil dan menengah (UKM) terutama meliputi
sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kerajinan, makanan dan sebagainya.

Penduduk dapat dikelompokkan berdasarkan pekerjaan/mata pencaharian yang


dilakukan oleh tiap-tiap orang atau masyarakat yang dapat mencerminkan aktifitas
penduduk dan kondisi perekonomian. Dengan mengetahui aktifitas penduduk, maka
dapat diketahui kecendrungan pendapatan seseorang dalam suatu wilayah. Tingkat
pendapatan tersebut tentunya menggambarkan kondisi perekonomian masyarakatnya.
Pekerjaan-pekerjaan tersebut antara lain PNS, TNI, POLRI, buruh, pedagang, petani,
pengusaha dan lain-lain. Dari hasil analisis rasio mata pencaharian di Kecamatan Nanga
Taman dan Nanga Mahap diketahui mata pencaharian sebagai petani, PNS dan
pengrajin industri mendominasi di setiap kelurahan/desa.

5.11. Analisis Kelembagaan


Analisa Kelembagaan dilakukan untuk mengetahui kapasitas pemerintah dan
pihak swasta dalam penyelenggaraan pembangunan yang mencangkup struktur dan
pengorganisasian, sumberdaya manusia, sarana prasarana, dan peran dari kelembagaan
bagi perkembangan atau pembangunan di Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan
Nanga Mahap. Kelembagaan adalah aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau
organisasi yang menfasilitasi koordinasi antara nggotanya untuk membantu mereka
dengan harapan di mana setiap orang dapat bekerjasama atau berhubungan satu
dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Pada dasarnya tujuan
kelembagaan adalah untuk membangun sumber daya manusia yang ada serta
pendukung dalam program pembangunan untuk ke masa depan yang lebih baik.
Kelembagaan di Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga Mahap terdiri dari
lembaga pemerintah dan non pemerintah, lembaga pemerintah di Kecamatan Nanga
Taman dan Kecamatan Nanga Mahap yang terdiri dari: Kantor kecamatan, kantor
kelurahan, KUA, kelembagaan pendidikan, dan kelembagaan kesehatan, dan lembaga
non pemerintah terdiri dari pendidikan non pemerintah, keagamaan, kelembagaan
organisasi sosial dan yayasan, PKK (pemberdayaan kesejahteraan keluarga), LPM atau
lembaga pemberdayaan masyarakat. Peran aktif kelembagaan yang ada di Kecamatan
Nanga Taman dan Kecamatan Nanga Mahap baik itu lembaga pemerintah, maupun
lembaga non pemerintah secara tidak langsung bertujuan untuk pembangunan dalam
kualitas SDM. Kelembagaan yang ada di Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga
Mahap saling beketerkaitan antar kelembagaan sesuai dengan kepentingan masyarakat.
Adapun peran-perannya dalam pembangunan yaitu melaui kegiatan yang telah di
lakukan seperti pembimbingan dalam belajar, bergotong royong membersihkan
lingkungan sekitar yang merupakan bukti. Berikut adalah diagram hubungan keterkaitan
antar kelembagaan yang ada di Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga Mahap

Lembaga Pemerintahan

Pemerintah
KUA Kel/Desa

LPM

Pendidikan
Formal &
PKK Keagamaan
Lembaga Lembaga
Kemasyarakatan Masyarakat Pendidikan
Pendidikan
Kelompok Non Formal
Kegiatan &
Sosial Keagamaan

Organisasi
Sosial &
Yayasan Polindes
Pustu
Puskesdes

Lembaga Kesehatan

Gambar 1.3. Diagram Venn Kelembagaan Kecamatan Nanga Taman dan Nanga Mahap

Dapat dilihat pada diagram keterkaitan kelembagaan di atas terdiri atas


masyarakat yaitu sebagai pusat utama dan memiliki peran yang penting dalam
keberhasilan lembaga-lembaga lainnya diantaranya, yaitu Lembaga Pemerintah yang
terdiri dari Kantor Kecamatan, Kantor masing-masing kelurahan, dan Kantor Urusan
Agama, Lembaga Kemasyarakatan yaitu berupa lembaga sosial yang terdapat di
Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga Mahap seperti LPM, PKK, Kelompok
Kegiatan Sosial, Kelembagaan Organisasi Sosial Yayasan dan Remaja Masjid, Lembaga
Kesehatan yang terdiri dari Rumah Sakit, Posyandu, dan Puskesdes, dan Lembaga
Pendidikan yang dibagi menjadi pendidikan formal dan pendidikan non formal baik
pendidikan negeri dan keagamaan.
Setiap lembaga memiliki perannya masing-masing yaitu seperti kelembagaan
pemerintah yang berperan dalam mengurus urusan masyarakat seperti urusan
administrtif, berikutnya kelembagaan kemasyarakatan, kelembagaan kemasyarakatan
ini memiliki peran yang sangat penting karena langsung melibatkan masyarakat di setiap
program yang dilaksanakan, untuk kelembagaan kesehatan berperan penting terhadap
pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam pelayanan kesehatan, dan kelembagaan
pendidikan yang memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi
masyarakat juga memiliki peran dalam peningkatan kualitas SDM yang terdapat di
Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga Mahap.

Bentuk kerja sama antar lembaga di Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan
Nanga Mahap sudah berjalan dengan baik artinya dapat berperan aktif dalam bentuk
kegiatan sosial maupun kemasyarakatan, tetapi masih ada beberapa kelembagaan yang
masih kurang efektif dalam kinerja anggotanya dan masih kurangnya gerakan yang
dapat mendukung kinerja pemerintah di Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan
Nanga Mahap seperti PKK yang diketahui belum memiliki agenda kegiatan yang akan di
lakukan, dari kondisi tersebut kelembagaan yang ada Kecamatan Nanga Taman dan
Kecamatan Nanga Mahap haruslah dapat meningkatkan dan memaksimalkan lagi kinerja
untuk para anggotanya agar dapat tercapai tujuan awal dari pembentukkan organisasi
atau lembaga tersebut yaitu untuk dalam rangka ikut serta dalam mensejahterakan
masyarakat.

Setiap kelembagaan harus bekerja sama dalam membangun wilayah, karena di


setiap lembaganya memiliki fungsi yang berbeda-beda dan memiliki peran yang penting,
namun tetap pada satu tujuanya itu mewujudkan perubahan wilayah kearah yang lebih
baik. Masyarakat sebagai subjek pembangunan seharusnya harus lebih interaktif dan
mendukung program-program dari pemerintah agar dapat sejalan dengan tujuan awal.
BAB VI
KAJIAN KONSEP RENCANA SEKTORAL
6.1. Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Perumahan Dan Kawasan
Permukiman
6.2. Rencana Pusat Kegiatan
6.3. Rencana Lingkungan Hunian dan Sosial Budaya
6.4. Rencana Penyediaan dan Rencana Investasi Sarana dan Prasarana
6.5. Rencana Penetapan Lokasi
6.6. Rencana Rencana Lingkungan Hunian Baru Perkotaan dan Pedesaan
6.7. Rencana Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
6.8. Rencana Pembangunan Perumahan dan Kawasan Perkumikman Revitalisasi
Fungsi
6.9. Rencana Kegiatan Diluar Fungsi Permukiman
6.9.1. Konsep Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi
perkembangan suatu wilayah, maka dari itu perlunya perencanaan dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan eknomi. Dalam rangka meningkatkan pertumuhan ekonomi
di wilayah perencanaan, maka perlu dilakukannya analisis ekonomi seperti analisis
pertumbuhan ekonomi, analisis struktur perekonomian, serta analisis potensi.
Berdasarkan hasil analisa diketahui di Kecamatan Kecamatan Nanga Taman dan
Kecamatan Nanga Mahap memiliki sektor basis pada sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan, seperti dapat dilihat pada kondisi eksisting wilayah yaitu terdapat industri
industri perkebunan sawit dan karet yang memberikan dampak ekonomi yang besar
terhadap wilayah perencanaan. Sedangkan sektor dengan nilai terendah yang tergolong
sektor non basis yaitu berada sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan
daur ulang, kondisi ini karena belum adanya sistem yang baik. Dalam rangka
meningkatkan dan mengatasi permasalahan serta kendala yang terjadi perlu dilakukan
analisa serta menerapkan konsep rencana yang akan dikembangkan untuk kedepannya.
Adapun konsep rencana ekonomi untuk wilayah Kecamatan Kecamatan Nanga Taman
dan Kecamatan Nanga Mahap adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan skala pelayanan dan jaringan.


2. Mempertahankan dan mengoptimalkan pemanfaatan kawasan pertanian,
kehutanan, dan perikanan serta memberdayakan para petani dengan
membentuk kelompok tani.
3. Mengoptimalkan pemanfaatan kekayaan alam sebagai sektor wisata alam
sebagai pertumbuhan ekonomi baru di wilayah perencanaan.

6.9.2. Konsep Kelembagaan


Tabel 1.1. Konsep Rencana Kelembagaan
Fakta Analisa Konsep Rencana
Lembaga Pemerintah : Hubungan antara Mengembangkan
kelembagaan Pemerintah kelembagaan yang ada di
Terdapat beberapa
yang terbentuk Di Kecamatan Nanga Taman
Kelembagaan pemerintah
Kecamatan Kecamatan dan Kecamatan Nanga
yang ada di Kecamatan
Nanga Taman dan Mahap agar dapat
Nanga Taman dan
Kecamatan Nanga Mahap berperan aktif dalam
Kecamatan Nanga Mahap
sudah berjalan dengan kegiatan sosial
yaitu mengenai
baik, kemasyarakatan maupun
kelengkapan
dalam kegiatan
kelembagaan kantor Namun masih ada
pembangunan dalam
camat, kelurahan/desa, beberapa kelembagaan
mewujudkan suatu cita-
KUA, kelembagaan yang masih belum
cita masyarakat untuk
pendidikan dan terkoordinasi dengan baik
masa depan yang lebih
kelembagaan kesehatan yaitu antara lembaga
baik
pemerintah dan lembaga
Kondisi eksisiting
non pemerintah,
kelembagaan pemerintah
seharusnya kelembagaan
yang ada di kecamatan
yang ada di Kecamatan
Nanga Taman dan
Nanga Taman dan
Kecamatan Nanga Mahap
Kecamatan Nanga Mahap
dari segi fisiknya masih
ini dapat mampu bekerja
cukup memadai.
sama demi mencapai suatu
Lembaga Non keinginan untuk
Pemerintah : mewujudkan suatu
Terdapat beberapa pembangunan kemasa
Kelembagaan pemerintah depan yang lebih baik.
yang ada di Kecamatan Lembaga juga masih belum
Nanga Taman dan dapat mendukung
Kecamatan Nanga Mahap keberadaan lembaga,
yaitu PKK. LPM, kelompok seharusanya kelembagaan
kegiatan sosial, dan yang ada lebih banyak lagi
organisasi sosial dan melibatkan masyarakat
yayasan setempat agar masyarakat
Kondisi eksisiting lebih berperan aktif baik
kelembagaan pemerintah dalam bidang sosial
yang ada di kecamatan maupun dalam bidang
Nanga Taman dan kepemerintahannya untuk
Kecamatan Nanga Mahap mewujudkan suatu
dari segi fisiknya masih kesejahteraan masyarakat.
cukup memadai.

Sumber : Hasil Analisa, 2018


6.10. Rencana Strategis Kawasan Perumahan dan Permukiman

BAB VII
INDIKASI PROGRAM
7.1. Nama Lokasi;
7.2. Rincian Nama, Jenis Program Dan Kegiatan Yang Akan Dilaksanakan Pada
Setiap Lokasi;
7.3. Pelaku/Dinas Terkait, Kelembagaan Mulai Dari Tingkat Kelurahan/Desa
Dan Kecamatan Dengan Memanfaatkan Kelembagaan Yang Ada;
7.4. Jangka Waktu;
7.5. Target Dan Sasaran Yang Akan Dicapai Oleh Masing-Masing Sektor
Terkait; Dan
7.6. Sumber, Besaran, Dan Alokasi Sumber Dana Dan/Atau Pembiayaan Serta
Dukungan Akses Dan Pendanaan Dan/Atau Pembiayaan Pembangunan
Kawasan Permukiman Yang Berasal Dari Dan Atau Dikelola Oleh
Pemerintah, Termasuk Sumber Pendanaan Dan/Atau Pembiayaan Lain.

BAB VIII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
8.1. Pengaturan Pemanfaatan Dan Pengendalian Pembangunan
 pengaturan mitigasi bencana
 mekanisme pemantauan
 pengawasan
 pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan oleh seluruh
pelaku pembangunan, berupa arahan perizinan;

8.2. Mekanisme Pemberian Insentif Dan Disinsentif


 Pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya;
 Pemerintah daerah kabupaten/kota kepada badan hukum; atau
 Pemerintah daerah kabupaten/kota kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai