PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang
dalam melaksanakan ruang wilayah kabupaten yang meliputi perencanaan tata
ruang wilayah kabupaten, pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten meliputi proses dan prosedur
penyusunan serta penetapan rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten.
Penyusunan RTRW kabupaten ini dilakukan dengan berasaskan pada kaidah-
kaidah perencanaan yang mencakup asas keselarasan, keserasian, keterpaduan,
kelestarian, keberlanjutan serta keterkaitan antarwilayah baik di dalam kabupaten
bersangkutan maupun dengan kabupaten sekitarnya. Dalam rangka perencanaan
tata ruang wilayah kabupaten, perlu disusun pedoman penyusunan RTRW
kabupaten sebagai acuan bagi semua pihak terkait dalam penyusunan RTRW
kabupaten, baik kalangan pemerintah, swasta, maupun masyarakat pada
umumnya.
Kabupaten Sekadau merupakan salah satu kabupaten yang mulai
berkembang dalam pembangunan suatu wilayah. Terutama dalam perumahan dan
permukiman dimana, Kabupaten Sekadau sudah mulai dalam pembangunan
perumahan dan permukiman. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14
tahun 2016 tentan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman,
kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta
peran masyarakat yang terkondinasi dan terpadu. Perumahan dan Kawasan
Permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,
penyelenggaraan Perumahan, penyelenggaraan kawasan Permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan
sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
Melihat perkembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Sekadau
kita dapat menyusun Rencana Pembangunan Perumahan dan Kawasan
Permukiman, yang mana terdiri dari sebaran rumah,perumahan dan permukiman,
sebaran perumahan kumuh dan permukiman kumuh, ketersediaan dan kondisi
prasarana, sarana dan utilitas umum, tipologi perumahan dan permukiman, budaya
bermukim masyarakat, sebaran perumahan tradisional serta kualitas lingkungan
pada perumahan dan permukiman.
A. Persiapan
Penyusunan agenda pelaksanaan;
Membentuk tim – tim kecil pelaksana dalam kelompok;
Mobilisasi personal dan pembuatan checklis;
B. Pengumpulan Data dan Informasi Terkait
• Data Perekonomian
• Data Minabisnis Perikanan Budidaya
• Data Sosial
• Data Kelembagaan
• Data Lingkungan
• Sarana Prasarana Pendukung
• Infrastruktur
• Multiplier effect dan kegiatan yang sinergis
• Kesesuaian dengan dokumen perencanaan
• Kebutuhan Peta
C. Identifikasi dan Analisis
• Identifikasi potensi daya dukung lahan dan penetapan sentra
produksi;
• Identifikasi pola aliran/pergerakan orang/barang/produk dari wilayah
hinterland, pusat permukiman, pusat sentra produksi ke pusat kawasan
dan ke outlet pemasaran;
• Potensi pengembangan sistem dan usaha minapolitan;
• Perkiraan kebutuhan pengembangan prasarana sarana pendukung
pengembangan kawasan.
D. Pengembangan Strategi
• Visi dan misi pengembangan Renacana Strategis Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
• Kebijakan pengembangan; dan
• Strategi pengembangan kawasan minapolitan.
E. Konsultasi Publik
Untuk memperoleh kesamaan visi dan misi pengembangan Renacana
Strategis Perumahan dan Kawasan Permukiman, disamping sebagai
pelaksanaan kewajiban peran sertamasyarakat dalam penyusunan
Renacana Strategis Perumahan dan Kawasan Permukiman, sehingga
masyarakat luas dapat ikut terlibat secara aktif sejak awal tahap
perencanaan.
F. Perumusan Rencana Induk
1. Rencana pengembangan kawasan merupakan hasil konsultasi
publik;
2. Mengacu pada Undang – Undng Nomor 26 Tahun 2007 tentang
penataan ruang, perumusan rencana disesuaikan dengan Pasal 51
yaitu memuat struktur ruang, pola ruang, arahan pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
3. . Merinci rencana sistem prasarana sarana di kawasan kajian.
Rumusan konsep Rencana Induk dilengkapi peta – peta dengan
tingkat ketelitian minimal skala 1 : 50.000, minimal meliputi :
1. Rencana struktur ruang kawasan;
2. Rencana pola pemanfaatan ruang kawasan;
3. Rencana pengelolaan kawasan lindung dan budidaya; dan
4. Rencana sistem sarana dan prasarana transportasi,
telekomunikasi, penyediaan energi, irigasi, air bersih dan
pengelolaan lingkungan.
1.4. Landasan Hukum
Adapun landasan hukum yang mengatur Rencana Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Sekadau, sebagai berikut :
1. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang;
2. Pedoman penyususan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman;
b) Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan
paradigma, strategi, dan implementasi model secara kualitatif. Beberapa ilmuan
telah mendefinisikan istilah kualitatif, diantaranya:
Menurut Bodgan dan Taylor (1975:5) yang mendefinisikan bahwa
kualititatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa kualitatif adalah tradisi
tertentu yang bersifat fundamental yang bergantung dengan pengamatan
pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-
orang tersebut baik bahasanya maupun peristilahannya.
LATAR
BELAKANG
TUJUAN
SASARAN
PENGUMPULAN
DATA
DATA SEKUNDER
DATA PRIMER RTRW
Wawancara UU dan Permen
Observasi Jurnal
Kuisioner Data Instansi
ANALISIS SWOT
Kekuatan(strenght)
Kelemahan(weakness)
Peluang(opportunity)
Ancaman(threatness)
KONSEP
DAN RENCANA
BAB III
LAPORAN RENCANA UMUM DAN EVALUASI
BAB IV
KAJIAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN NANGA
TAMAN DAN NANGA MAHAP
4.1. Kebijakan Pembangunan Daerah
4.1.1. Provinsi
4.1.2. Kabupaten
4.1.3. Kecamatan
4.1.4. Desa
A. Kondisi Fisik Kecamatan Topografi / Kelerangan
C. Klimatologi
A. Topografi / Kelerengan
C. Klimatologi
4.2.
4.2.1. Topografi/Kelerengan
4.2.2. Geologi/Jenis Tanah
4.2.3. Klimatologi
4.2.4. Kondisi Sumber Daya Alam
4.2.5. Kawasan Lindung dan Budidaya
4.3. Perizinan Lokasi Pemanfaatan Tanah
4.4. Perumahan dan Kawasan Permukiman
4.4.1. Kependudukan
3.1.3. Karakteristik Kependudukan dan Sosial
A. Kondisi Kependudukan
Penduduk merupakan aspek yang sangat penting dalam proses perencanaan
karena penduduk merupakan objek dari perencanaan tersebut. Perencanaan yang
baik adalah perencanaan yang dapat membuat penduduk dilokasi rencana merasa
aman, tentram, dan nyaman. Untuk mewujudkan aspek tersebut diperlukan
gambaran terkait kependudukan di lokasi rencana.
B. Jumlah Penduduk
Penduduk di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman
memiliki persebaran yang tidak merata di setiap desa/kelurahan. Hal tersebut
mempengaruhi kepadatan penduduk di masing-masing kelurahan/desa. Berikut
data penduduk di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman :
Sumber:BPS,
Dari tahun 2012 hingga tahun 2016 jumlah penduduk di Kecamatan Nanga
Mahap selalu mengalami kenaikan yang signifikan. Dimana pada tahun 2012,
jumlah penduduk di Kecamatan Nanga Mahap sebesar 25.587 jiwa dan pada
tahun 2016 meningkat hingga mencapai 27.849 jiwa. Pada masing-masing desa
yang ada di Kecamatan Nanga Mahap memiliki jumlah penduduk yang berbeda-
beda seperti di desa Landau Kumpai. Desa Landau Kumpau memiliki jumlah
penduduk paling sedikit dibandingkan desa lain yang ada di Kecamatan Nanga
Mahap, jumlah penduduk desa Landau Kumpau hanya sebesar 1.166 jiwa dengan
rincian 608 jiwa peduduk laki-laki dan 558 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan
desa yang paling banyak penduduknya yaitu desa Nanga Mahap, dimana desa
Nanga Mahap sendiri merupakan desa utama yang letaknya berada di pusat
Kecamatan Nanga Mahap dan jumlah penduduk yang ada di desa Nanga Mahap
sebesar 2.922 jiwa dengan rincian 1.480 jiwa penduduk laki-laki dan 1.442 jiwa
penduduk perempuan.
Sumber:BPS,
Dari tahun 2012 hingga tahun 2016 jumlah penduduk di Kecamatan Nanga
Taman selalu mengalami kenaikan yang signifikan. Dimana pada tahun 2012,
jumlah penduduk di Kecamatan Nanga Taman sebesar 25.529 jiwa dan pada
tahun 2016 meningkat hingga mencapai 28.527 jiwa. Pada masing-masing desa
yang ada di Kecamatan Nanga Taman memiliki jumlah penduduk yang berbeda-
beda seperti di desa Nanga Koman. Desa Nanga Koman memiliki jumlah
penduduk paling sedikit dibandingkan desa lain yang ada di Kecamatan Nanga
Taman, jumlah penduduk desa Nanga Koman hanya sebesar 1.273 jiwa dengan
rincian 684 jiwa peduduk laki-laki dan 589 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan
desa yang paling banyak penduduknya yaitu desa Tapang Tinggang dengan
jumlah penduduk sebesar 3.369 jiwa dengan rincian 1.751 jiwa penduduk laki-laki
dan 1.618 jiwa penduduk perempuan.
C. Kepadatan Penduduk
N Kepadatan
Nama Desa Jumlah Penduduk Luas (Km²)
o (Per Km²)
1 Landau Apin 2197 43,26 51
2 Teluk Kebau 2035 85,57 24
Lembah
3 3264 173,06 19
Beringin
4 Karang Betung 2484 99,38 25
5 Sebabas 2058 149,87 14
6 Nanga Suri 1720 43,90 39
7 Nanga Mahap 2922 12,23 239
8 Batu Pahat 1794 34,68 52
9 Landau Kumpai 1166 34,96 33
10 Tembaga 3545 133,80 26
11 Cenayan 1274 56,47 23
12 Tembesuk 1573 266,15 6
13 Tamang 1817 63,15 29
Total 2016 27849 1196,48 23
Total 2015 27661 1196,48 23
Total 2014 27554 1196,48 23
Total 2013 26225 1196,48 22
Total 2012 25587 1196,48 21
Sumber:BPS,
N Jumlah Kepadatan
Nama Desa Luas (Km²)
o Penduduk (Per Km²)
1 Nanga Engkulun 2598 143,11 18
2 Nanga Koman 1273 44,82 28
3 Nanga Mongko 1939 87,95 22
4 Lubuk Tajau 1924 64,25 30
5 Pantok 2412 43,25 56
6 Meragun 2990 187,25 16
7 Rirang jati 1972 76,16 26
8 Nanga Taman 1904 14,43 132
9 Senangak 2614 138,24 19
10 Sungai Lawak 1735 87,95 20
11 Nanga Kiungkang 2112 81,3 26
12 Tapang Tinggang 3369 108,55 31
13 Nanga Menukak 1685 7,43 227
Total 2016 28527 1084,69 26
Total 2015 28195 1084,69 26
Total 2014 27893 1084,69 26
Total 2013 27486 1084,69 25
Total 2012 25529 1084,69 24
Sumber:BPS,
Pada Kecamatan Nanga Taman desa dengan kepadatan penduduk tertinggi
terdapat di desa Nanga Menukak dengan 227 jiwa per km persegi. Dan kepadatan
penduduk terendah terdapat di desa Meragun yaitu 16 jiwa per km persegi. Secara
keseluruhan tingkat kepadatan di Kecamatan Nanga Taman dari tahun 2012
mencapai 24 jiwa per km persegi, terus meningkat pada tahun 2013 yaitu 25 jiwa
per km persegi dan dari tahun 2014-2016 tingkat kepadatan penduduk selalu stabil
yaitu 26 jiwa per km persegi.
Sex Ration
Sex Ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan.
Berikut sex ratio di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman:
Sumber:BPS,
Sumber: BPS,
Secara keseluruhan sex ratio yang terdapat di Kecamatan Nanga Taman
dikisaran 98 – 116. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan jumlah penduduk
laki-laki dan perempuan tergolong berbeda. Namun secara keseluruhan pada
tahun 2016, penduduk laki-laki yang ada di Kecamatan Nanga Taman memiliki
jumlah yang lebih besar yaitu 14.778 jiwa sedangkan perempuan berjumlah
13.749 jiwa.
Desa/Keluraha Tahun
No
n 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016
1 Landau Apin 2% 5% 2% 3%
2 Teluk Kebau 2% 5% 0% 6%
3 Lembah Beringin 2% 5% 0% 0%
4 Karang Betung 2% 5% 0% 0%
5 Sebabas 2% 5% 1% 1%
6 Nanga Suri 2% 5% 0% -9%
7 Nanga Mahap 2% 5% 1% 0%
8 Batu Pahat 2% 5% 0% 3%
9 Landau Kumpai 2% 5% 1% 3%
10 Tembaga 2% 5% 0% 0%
11 Cenayan 2% 5% 0% 0%
12 Tembesuk 2% 5% 0% 3%
13 Tamang 2% 5% 0% 0%
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat laju pertumbuhan penduduk di
Kec Nanga Mahap secara menyeluruh pada tahun 2013-2014 mengalami
peningkatan dari 2% menjadi 5%, akan tetapi dari 2014-2015 mengalami
penurunan yang artinya jumlah penduduk yang tumbuh pada tahun tersebut
tidaklah sebanyak pada tahun sebelumnya dan pada tahun 2015-2016 terdapat
desa yang laju pertumbuhan penduduknya terus mengalami penurunan hingga
minus yaitu Desa Nanga Suri dengan laju pertumbuhan sebesar -9%. Hal ini bisa
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu seperti tingkat kematian maupun
transmigrasi (perpindahan penduduk).
Desa/Keluraha Tahun
No
n 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016
1 Nanga Engkulun -26% 1% 0% 9%
2 Nanga Koman -45% 1% 0% 0%
3 Nanga Mongko -32% 1% 0% 6%
4 Lubuk Tajau -59% 1% 0% 3%
5 Pantok 29% 1% 0% 0%
6 Meragun 27% 1% 0% -2%
7 Rirang jati 9% 1% 0% 0%
8 Nanga Taman 30% 1% 2% 11%
9 Senangak 14% 1% 0% -15%
10 Sungai Lawak -6% 1% 6% -1%
11 Nanga Kiungkang 24% 1% 5% -5%
12 Tapang Tinggang 9% 1% 2% 6%
13 Nanga Menukak 100% 1% 0% 7%
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Untuk tingkat laju pertumbuhan penduduk secara keseluruhan di Kec.
Nanga Taman dari tahun 2012-2013 ke tahun 2013-2014 ada yang mengalami
peningkatan ada juga yang mengalami penurunan. Hal ini disebabkan beberapa
faktor seperti tingkat kelahiran, tingkat kematian, transmigrasi dan ada juga desa
yang pada tahun 2012-2013 masih belum menjadi bagian dari Kec. Nanga Taman
(Desa Pemekaran) seperti Desa Nanga Menukak. Pada tahun 2014-2015 ke tahun
2015-2016 terdapat desa yang laju pertumbuhan penduduknya terus mengalami
peningkatan seperti Desa Nanga Engkulun, Desa Nanga Mongko, Desa Lubuk
Tajau, Desa Nanga Taman, Desa Tapang Tinggang dan Desa Nanga Menukak.
B. Kondisi Budaya
Kondisi budaya yang ada di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan
Nanga Taman masih sangat kental dengan adat dan budayanya. Sebagian besar
penduduk yang tinggal di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga
Taman adalah suku dayak. Berbagai macam tradisi yang masih sering dilakukan
masyarakat di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman salah
satunya adalah tradisi upacara adat gawai. Tradisi upacara adat gawai selalu
diperingati oleh masyarakat suku dayak yang ada di Kecamatan Nanga Mahap dan
Kecamatan Nanga Taman pada setiap tahunnya. Upacara adat gawai ini dilakukan
untuk ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas hasil panen telah
diperoleh selama setahun dan mengharapkan hasil yang berlimpah pada tahun
selanjutnya. Setelah tradisi upacara adat gawai, tradisi yang dilakukan masyarakat
di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman adalah acara Nyapat
Tautn. Nyapat Taunt merupakan proses rangkaian acara syukuran sesudah pesta
panen. Kentalnya adat yang ada di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan
Nanga Taman membuat aturan-aturan adat di daerah tersebut harus tetap
dilaksanan dan jika ada seseorang yang melanggar aturan maka akan dikenai
hukum adat.
Selain melakukan tradisi adat, masyarakat khususnya di Kecamatan Nanga
Mahap juga mempercayai hal-hal yang bersifat tabu dan mistis seperti
kepercayaan masyarakat yang berada di desa Sebabas Kecamatan Nanga Mahap
terhadap “Batu Bertulis”. Batu Bertulis ini merupakan batu yang berisi tulisan
berbentuk ukiran yang dipercayai oleh masyarakat Kecamatan Nanga Mahap jika
pada saat melihat batu tersebut terdapat seseorang yang dapat mengerti arti dibalik
ukiran-ukiran yang ada di batu bertulis maka hidup orang tersebut tidak akan
bertahan lama. Adapun kebiasaan pola hidup yang masih dilakukan oleh
masyarakat di Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman seperti
kebiasaan yang ada di desa Cenayan Kecamatan Nanga Mahap yaitu menggali
tanah untuk membuat tempat membakar sampah secara berkelompok. Jadi
sampah yang ada di setiap rumah masing-masing akan ditimbun pada satu tempat
yang sudah digali dan dibakar secara bersamaan dengan sampah dari rumah
masyarakat lainnya. Selain itu, ada juga masyarakat yang memiliki kebiasaan
MCK sembarangan. Maksud dari MCK sembarangan adalah membuang air besar
di tempat umum secara terbuka. Hal ini sudah menjadi kebiasaan pola hidup
masyarakat terutama yang tinggal dekat dengan sungai, sehingga masih banyak
ditemukan jamban umum yang digunakan masyarakat untuk MCK.
Tabel x.x
Kondisi Bangunan Kecamatan Nanga Mahap berdasarkan hasil survey
Tabel x.x
Berdasarkan table diatas, tipologi yang ada di Kecamatan Nanga Taman rata-
rata adalah perbukitan dan linear mengikuti sungai yang mana, tipologi
berdasarkan potensi ekonomi adalah perkebunan sawit dan perkebunan karet lokal
serta terdapat pula potensi ekonomi berdasarkan perdagangan. Kecamatan Nanga
Taman sendiri merupakan kecamatan yang sudah tidak lagi terikat denga adat
istiadat yang tinggi,. Namun, terdapat beberapa desa jika dilihat dari
perkembangannya merupakan Desa Swadaya yaitu desa dengan budaya
kehidupan tradisional dan sangat terikat dengan adat istiadat. Prioritas penanganan
pada masalah pemenuhan kebutuhan dasar sosial, kesehatan dan ekonomi. Desa
yang ada di Kecamatan Nanga Taman yang termasuk desa swadaya adalah desa
Nanga Kuingkang dan Desa Tapang Tingang. Untuk desa seperti desa Nanga
Taman adalah Desa Swakarsa yang mana desa yang mengalami perkembangan
yang lebih maju. Memiliki landasan yang lebih kuat dan berkembang lebih baik
serta lebih kosmopolit. Penduduknya melakukan peralihan mata pencaharian
sektor primer ke sektor lainnya. Kecamatan Nanga Taman juga jika dilihat
berdasarkan tiplogi pertumbuhan penduduk, merupakan Desa Rural dimana
jumlah penduduk masih rendah, hubungan sosial masyarakat yang tinggi,
matapencharian masyarakat adalah berkebun dan bertani, serta sarana dan
prasarana yang masih terbatas.
Tabel x.x
Untuk desa seperti desa Nanga Mahap adalah Desa Swakarsa yang mana desa
yang mengalami perkembangan yang lebih maju. Memiliki landasan yang lebih
kuat dan berkembang lebih baik serta lebih kosmopolit. Penduduknya melakukan
peralihan mata pencaharian sektor primer ke sektor lainnya. Kecamatan Nanga
Mahap juga jika dilihat berdasarkan tiplogi pertumbuhan penduduk, merupakan
Desa Rural dimana jumlah penduduk masih rendah, hubungan sosial masyarakat
yang tinggi, matapencaharian masyarakat adalah berkebun dan bertani, serta
sarana dan prasarana yang masih terbatas.
A. Kondisi Sarana
Sarana/Fasilitas merupakan hal penting yang mendukung dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Fasilitas yang terdapat pada Kecamatan
Nanga Mahap dan Nanga Taman cukup beragam. Fasilitas yang ada berupa
perkantoran, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, peribadatan,
fasilitas umum, dan RTH. Berikut ini merupakan fasilitas yang ada pada
Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman.
a. Perkantoran
Pada wilayah studi, dapat dikatakan jika mayoritas instansi yang ada
berupa instansi otonom. Instansi otonom merupakan instansi dimana
wewenangnya adalah sepenuhnya merupakan hak daerah otonom.
Perkantoran yang ada pada wilayah studi berupa kantor kecamatan, kantor
desa, dan kantor lainnya. Kantor kecamatan terletak pada Desa Nanga Mahap
dan Desa Nanga Taman. Untuk kantor desa terletak pada masing-masing
desa. Kantor lainnya berupa balai nikah, kantor unit PDAM, kantor PKK
serta kantor polisi. Berikut beberapa kondisi kantor yang ada pada wilayah
studi.
Tabel Kondisi Perkantoran Nanga Taman dan Nanga Mahap
Jenis
No Letak Kondisi Umum Dokumentasi
Fasilitas
1 Kantor Kecamatan Kondisi
Kecamatan Nanga bangunan
Mahap dan sangat baik
Kecamatan dengan
Nanga perkerasan
Taman permanen.
Bangunan
memiliki 1
lantai
bangunan.
Dari tabel diatas diketahui bahwa jenis perdagangan yang ada pada
Kecamatan Nanga Mahap berupa pasar umum dan toko/kios. Pasar umum
berjumlah 1 buah yang terletak pada Desa Nanga Mahap. Pasar umum yang
ada terdiri dari beberapa kios dan ruko yang membentuk koridor panjang.
Sedangkan untuk toko/kios tersebar pada setiap desa, terkecuali Desa
Tamang. Desa yang memiliki toko/kios terbanyak adalah Desa Nanga Mahap
yaitu 170 buah, yang diikuti Desa Tembaga sebanyak 50 buah. Total semua
toko/kios yang ada sebanyak 382 buah.
Tabel Jumlas Sarana Perdagangan dan Jasa Kecamatan Nanga Taman
Desa Nanga
Mahap, Cukup baik,
Pasar
1 Kecamatan namun rawan
Umum
Nanga terjadi banjir.
Mahap
Desa Nanga
Suri, Mayoritas
2 Kios/Toko Kecamatan kondisi cukup
Nanga baik.
Mahap
Desa Nanga
Taman,
Rata-rata
3 Kios/Toko Kecamatan
kondisi bagus.
Nanga
Taman
1 Nanga - - 3 - 1 - - -
Engkulun
2 Nanga - - 1 - 1 - 1 -
Koman
3 Nanga - - 3 - 1 - - -
Mongko
4 Lubuk - - 2 - 1 - - -
Tajau
5 Pantok - - 3 - - - - -
6 Meragun - - 3 - 1 - - -
7 Rirang Jati - - 3 - - - - -
8 Nanga - 1 2 - 1 1 2 -
Taman
9 Senangak - - 5 - 1 - - -
10 Sungai - - 2 - 1 - - -
Lawak
11 Nanga - 1 2 1 - - - -
Kiungkan
g
12 Tapang - - 5 - 1 - - -
Tingang
13 Nanga 1 - 1 - - - - -
Mentukak
Jumlah 1 2 35 1 9 1 3 -
Sumber: BPS Kecamatan Nanga Taman
Dari data tabel diatas, diketahui bahwa Kecamatan Nanga Taman memiliki
TK, SD, SMP dan SMA. Mayoritas berupa pendidikan berstatus negeri. Untuk SD
sendiri, setiap desa terdapat minimal satu buah, SD merupakan jenjang fasilitas
terbanyak yang terdapat pada Kecamatan Nanga Taman. Sedangkan untuk SMP
dan SMA, hanya terdapat beberapa desa yang mencukupi untuk dibangunnya
fasilitas jenjang tersebut. SMA yang ada sebanyak 3 buah yang terletak pada Desa
Nanga Taman dan Desa Nanga Koman.
Tabel Kondisi Pendidikan Nanga Taman dan Nanga Mahap
Jenis
No Letak Kondisi Umum Dokumentasi
Fasilitas
Desa
Pantok,
1 TK/PAUD Kecamatan Mayoritas baik
Nanga
Taman
Desa
Kondisi
Tamang,
beragam,
2 SD Kecamatan
mayoritas
Nanga
cukup baik
Mahap
Rata-rata
Desa
berupa
Meragun,
bangunan
3 SMP Kecamatan
permanen
Nanga
dengan kondisi
Taman
yang baik
Desa Nanga
Mahap, Bangunan
4 SMA Kecamatan permanen dan
Nanga sangat baik
Mahap
Sumber: Hasil Observasi, 2018
Dari hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa kondisi pendidikan yang
ada pada dua kecamatan tersebut beragam. Beberapa tampak sangat baik,
sedangkan beberapa yang lainnya memiliki kondisi yang memprihatinkan.
Selain itu, dikarenakan keterbatasan jumlah SMA yang ada, menyebabkan
siswa/i yang ingin bersekolah harus menempuh perjalanan yang cukup jauh
dengan akses yang dibeberapa tempat sulit untuk dilalui. Ketersediaan fasilitas
pendidikan yang ada diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman.
d. Kesehatan
Dari tabel diatas, diketahui jika fasilitas kesehatan yang ada berupa
puskesmas, puskesmas pembantu, dan polindes. Untuk puskesmas sendiri,
terletak pada pusat Kecamatan, yaitu Desa Nanga Taman. Untuk puskesmas
pembantu, terletak cukup menyebar dengan jumlah keseluruhan sebanyak 5
buah. Sedangkan polindes letaknya juga tersebar untuk setiap desa dengan
jumlah sebanyak 14 buah. Setidaknya terdapat 1 buah fasilitas kesehatan
untuk setiap desa yang ada.
Desa Nanga
Mahap,
1 Puskesmas Kecamatan Kondisi sangat
Nanga
Mahap
Desa Nanga
Taman, Beragam,
Polindes
2 Kecamatan mayoritas
(Posyandu)
Nanga cukup baik
Taman
Desa Nanga
Taman,
3 Puskesmas Kecamatan Sangat baik
Nanga
Taman
Desa
Tembesuk,
Polindes
4 Kecamatan Cukup baik
(Poskesdes)
Nanga
Sumber: Hasil Observasi, 2018
Dari hasil pengamatan dilapangan, kondisi fasilitas kesehatan memiliki
kondisi yang cukup baik. Beberapa diantaranya memang difungsikan untuk
tempat pengobatan masyarakat. Sedangkan terdapat beberapa fasilitas
(polindes) yang berupa rumah dan ditinggali oleh masyarakat. Terdapat
puskesmas pembantu yang juga dapat difungsikan menjadi tempat bagi PKK
untuk rapat. Ketersediaan fasilitas kesehatan tersebar disetiap desa, namun
terbatas fasilitas pengobatannya yang minim.
e. Peribadatan
Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 menjamin
kehidupan umat beragama dan senantiasa mengembangkan kerukunan hidup
antara pemeluk agama/kepercayaan guna membina kehidupan masyarakat dan
sekaligus mengatasi berbagai masalah social budaya yang mungkin dapat
menghambat kemajuan bangsa. Untuk itu, diperlukan sarana dan prasaran yang
memadai bagi semua umat serta peningkatan pelayanan bagi kepentingan
pelaksanaan ibadah keagamaan, mencakup prasarana beribadah. Berikut
rinciannya:
Desa Nanga
Cukup baik,
Mahap,
berupa
1 Klenteng Kecamatan
bangunan
Nanga
tunggal
Mahap
Beragam,
Desa Batu mayoritas
Pahat, cukup baik
2 Surau Kecamatan namun
Nanga beberapa
Mahap kurang baik
kondisinya
Desa Nanga
Taman,
Kondisi sangat
3 Masjid Kecamatan
baik
Nanga
Taman
Desa
Tembaga,
Kondisi sangat
4 Gereja Kecamatan
bagus
Nanga
Sumber: Hasil Observasi, 2018
Dari hasil pengamatan, fasilitas peribadatan terbanyak yang ada pada
Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman berupa gereja. Bahkan banyak
pembangunan gereja baru yang sedang dilaksanakan. Untuk gereja, biasanya
terletak pada topografi tinggi, sehingga harus melalui tangga/jalan landai untuk
sampai. Sedangkan untuk masjid/surau persebarannya tidak pada setiap desa.
Hal ini dikarenakan muslim merupakan agama minoritas di beberapa desa,
bahkan ada desa yang tidak terdapat masyarakat muslim sama sekali, sehingga
sulit untuk menemukan fasilitas masjid/surau.
f. Fasilitas Umum
Desa Batu
Pahat, Beragam,
1 WC Umum Kecamatan mayoritas
Nanga cukup baik
Mahap
Desa
WC Meragun,
2 Umum/Lan Kecamatan Kurang baik
ting Nanga
Taman
Desa Batu
Mayoritas baik,
Pahat,
namun
3 Poskamling Kecamatan
beberapa
Nanga
kurang layak
Mahap
Pada hasil observasi, diketahui jika setiap desa mayoritas memiliki pos
keamanan/poskamling. Keadaan pos keamanan yang ada mayoritas baik.
Sedangkan untuk fasilitas umum lainnya yang berupa wc umum juga tersebar
pada setiap desa. Wc umum yang ada beragam, ada yang memiliki 1 bangunan
dengan beberapa wc. Ada pula yang hanya 1 wc dengan bangunan yang
tersebar. Kondisi wc umum mayoritas baik, namun terdapat wc umum yang
sudah tidak berfungsi. Selain wc umum, juga terdapat lanting yang masih
digunakan oleh beberapa masyarakat, terutama masyarakat tepi sungai.
RTH merupakan salah satu fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh banyak
orang. Fasilitas RTH dapat berupa taman dan ruang olahraga maupun
pemakaman umum. Pada Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman,
terdapat RTH berupa pemakaman dan olahraga terbuka. Berikut rinciannya:
Desa
Tamang,
1 Lapangan Kecamatan Baik
Nanga
Mahap
Desa
Sangat baik,
Cenayan,
menyatu
2 Lapangan Kecamatan
dengan fasilitas
Nanga
pendidikan
Mahap
Desa
Pantuk,
Kondisi sangat
3 Lapangan Kecamatan
baik
Nanga
Taman
Desa Nanga
Mongko,
Menyebar,
4 Pemakaman Kecamatan
cukup baik
Nanga
Sumber: Hasil Observasi, 2018
Dari gambar diatas, diketahui jika RTH yang ada pada Nanga Mahap dan
Nanga Taman berupa lapangan olahraga terbuka dengan beralaskan rumput
yang biasanya terletak dekat dengan fasilitas pendidikan. Sehingga lapangan
tersebut juga dapat digunakan oleh siswa/i. Selain itu, juga terdapat beberapa
lapangan olahraga yang sudah diperkeras, biasanya lapangan tersebut
digunakan untuk pertandingan olahraga masyarakat desa sekitar. Selain
lapangan, juga terdapat pemakaman. Pemakaman yang ada berupa pemakaman
umum yang berupa pemakaman kecil dengan letak yang menyebar.
Pemakaman umum yang ada berupa pemakaman muslim maupun pemakaman
kristen.
h. Wisata
Definisi wisata adalah suatu proses berpergian yang bersifat sementara yang
dilakukan seseorang untuk menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Motif
kepergiannya tersebut bisa karena kepentingan ekonomi, kesehatan, agama, budaya,
sosial, politik, dan kepentingan lainnya. Jenis wisata yang ada pada kawasan studi cukup
beragam. Ada yang berupa wisata budaya maupun wisata alam. Berikut wisata yang ada
pada Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman:
Desa
Wisata
Sebabas,
Budaya
1 Kecamatan Sangat baik
Batu
Nanga
Betulis
Mahap
Desa
Wisata Sangat menarik
Cenayan,
Alam Air dengan air
2 Kecamatan
Terjun terjun
Nanga
Cenayan bertingkat
Mahap
Desa
Wisata Sangat baik,
Pantuk,
Budaya Air disertai dengan
3 Kecamatan
Terjun Batu air terjun yang
Nanga
Jato’ cukup luas
Taman
Desa Nanga
Wisata Mahap,
4 Alam Bukit Kecamatan Cukup baik
Tengai Nanga
Sumber: Hasil Observasi, 2018
Sistem jaringan air limbah dan air kotor merupakan sistem jaringan dan
distribusi pelayanan pembuangan/pengolahan air buangan yang berasal dari
rumah tangga, lingkungan komersial, perkantoran, dan bangunan umum
lainnya, yang berasal dari manusia, binatang atau tumbuh-tumbuhan, untuk
diolah dan kemudian dibuang dengan cara-cara sedemikian rupa sehingga
aman bagi lingkungan, termasuk di dalamnya buangan industri dan buangan
kimia. Pada umumnya pola aliran air limbah di Kecamatan Nanga Mahap
dan Nanga Taman mempunyai kemiripan yaitu air limbah yang berasal dari
rumah tangga akan dialirkan langsung ke sungai dan dibiarkan tergenang
begitu saja. Hal tersebut disebabkan karena belum adanya sistem jaringan
drainase dan perpipaan untuk jaringan air limbah.
Gambar Sistem Jaringan Drainase Desa Batu Pahat dan Desa Tembesuk
Untuk fasilitas listrik terdapat tiang listrik dan gardu yang tersebar di
wilayah kajian. Kondisi tiang listrik sudah baik meskipun ada beberapa
tiang listrik yang tidak layak pakai begitu juga dengan gardu. Untuk fasilitas
listrik lainnya seperti penerangan jalan hanya terdapat dibeberapa titik
tepatnya di pusat kecamatan yaitu di Desa Nanga Mahap dan Desa Nanga
Taman. Sementara di jalan utama yang menghubungkan kedua kecamatan
tersebut dan jalan penghubung antar desa belum terdapat penerangan jalan.
Berikut merupakan kondisi jaringan listrik di Kecamatan Nanga Mahap dan
Nanga Taman.
Gambar Sistem Jaringan Listrik
508
Pemanen Menghadap Jalan
713
Nanga Mahap Perumahan
396
Semi Permanen Menghadap Jalan
Pemanen Menghadap Jalan
Lembah Beringin Perumahan
538
424
Teluk Kebau Perumahan
Menghadap Jalan
Semi Permanen Menghadap Jalan
Tabel 1.1
Nilai Skoring Tingkat Keamanan Desa Di Kecamatan Nanga Mahap Kabupaten
Sekadau
No Desa Tingkat Keamanan
1 Nanga Taman
2 Riang Jati
3 Meragun
4 Nanga Kiungkang
5 Lubuk Tajau
6 Panthok
7 Sungai Lawak
8 Senangak
9 Tapang Tingang
10 Nanga Mongko
11 Nanga Koman
12 Nanga Engkulun
13 Nanga Mentukak
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Keterangan :
1 = Tingkat Keamanan Cukup Baik
2 = Tingkat Keamanan Baik
3 = Tingkat Keamanan Sangat Baik
Berdasarkan Tabel di atas bahwa keamanan yang ada di Kecamatan Nanga Taman
memiliki kualitas kemanan yang ..........
Tabel 1.1
Nilai Skoring Tingkat Keamanan Desa Di Kecamatan Nanga Mahap Kabupaten
Sekadau
No Desa Tingkat Keamanan
1 Nanga Mahap
2 Batu Pahat
3 Lembah Beringin
4 Teluk Kebau
5 Landau Apin
6 Tembaga
7 Cenayan
8 Landau Kumpai
9 Nanga Suri
10 Sebabas
11 Karang Betung
12 Tamang
13 Tembesuk
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Keterangan :
1 = Tingkat Keamanan Cukup Baik
2 = Tingkat Keamanan Baik
3 = Tingkat Keamanan Sangat Baik
B. Kenyamanan
Kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan seseorang yang merasa nyaman
berdasarkan persepsi masing-masing individu. Sedangkan nyaman merupakan suatu
keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual akibat
beberapa faktor kondisi lingkungan.
Tabel 1.1
Penilaian Tingkat Kenyamanan Tiap Desa Berdasarkan Kriteria Di Kecamatan
Nanga Taman Kabupaten Sekadau
No Desa Kebisingan Privasi Ruang Terbuka Vegetasi
1 Nanga Taman
2 Riang Jati
3 Meragun
4 Nanga Kiungkang
5 Lubuk Tajau
6 Panthok
7 Sungai Lawak
8 Senangak
9 Tapang Tingang
10 Nanga Mongko
11 Nanga Koman
12 Nanga Engkulun
13 Nanga Mentukak
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Keterangan :
1 = Rendah
2 = Sedang
3 = Tinggi
Tabel 1.1
Penilaian Tingkat Kenyamanan Tiap Desa Berdasarkan Kriteria Di Kecamatan
Nanga Mahap Kabupaten Sekadau
1 Nanga Mahap
2 Batu Pahat
3 Lembah Beringin
4 Teluk Kebau
5 Landau Apin
6 Tembaga
7 Cenayan
8 Landau Kumpai
9 Nanga Suri
10 Sebabas
11 Karang Betung
12 Tamang
13 Tembesuk
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Keterangan :
1 = Rendah
2 = Sedang
3 = Tinggi
a) Kebisingan
b) Privasi
c) Ruang Terbuka
d) Vegetasi
4.4.7. Intensitas Permukiman
Intensitas Massa Bangunan merupakan tingkat alokasi dan distribusi luas lantai
maksimum bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya. Didalam intensitas Massa
Bangunan terdapat beberapa komponen sebagai berikut :
1) Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu angka persentase perbandingan antara luas
seluruh lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
2) Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu angka persentase perbandingan antara
jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
3) Koefisien Daerah Hijau (KDH), yaitu angka persentase perbandingan antara luas
seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
4) Sistem Pengalihan Nilai Koefisien Lantai Bangunan (TDR=Transfer of Development
Right), yaitu hak pemilik bangunan/pengembang yang dapat dialihkan kepada pihak
atau lahan lain, yang dihitung berdasarkan pengalihan nilai KLB, yaitu selisih antara
KLB aturan dan KLB terbangun. Maksimum KLB yang dapat dialihkan pada
umumnya sebesar 10% dari nilai KLB yang ditetapkan. Pengalihan nilai KLB hanya
dimungkinkan bila terletak dalam satu daerah perencanaan yang sama dan terpadu,
serta yang bersangkutan telah memanfaatkan minimal 60% KLB-nya dari KLB yang
sudah ditetapkan pada daerah perencanaan.
Intensitas pemanfaatan ruang adalah tingkat pemanfaatan ruang yang diukur dari
daerah perencanaan, kepadatan bangunan, KDB, KLB, KDH, GSB, TB dan peruntukan
blok. Bangunan gedung yang didirikan harus memenuhi persyaratan kepadatan dan
ketinggian bangunan gedung gedung berdasarkan rencana tata ruang wilayah daerah yang
ditetapkan dan peraturan bangunan setempat. Dalam menentukan intensitas permukiman
maka diperlukan pertimbangan dalam menentukan berbagai peraturan mengenai
persyaratan administratif bangunan yang diharapkan dapat mencapai keselarasan untuk
mewujudkan suatu kawasan yang baik yang dapat mengakomondasi kegiatan-kegiatan
sosial, ekonomi, budaya, edukasi dan memiliki citra fisik maupun non fisik yang kuat serta
estetika visual yang terencana dan terpadu karena permukiman masih dalam bagian
lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan serta tempat kerja yang memberikan pelayanan dan
kesempatan kerja terbatas.
Tabel 4. Fakta Intensitas Pemanfaatan Ruang yang ada di Kecamatan Nanga Taman
dan Kecamatan Nanga Mahap di Kabupaten Sekadau
Proses bertempat tinggal atau bermukim adalah proses keterkaitan manusia dengan
lingkungannya, dimana bermukim atau menghuni adalah kegiatan berpijak dimana
manusia dapat mengorientasikan dirinya sendiri, dapat mengidentifikasikan dirinya
dengan lingkungan, dimana tempat (locus) menjadi sesuatu yang lebih dari sekedar
naungan dan dimana hal ini dipadukan. Bermukim menghadirkan kegiatan arsitektur yang
berwawasan tehadap alam dimana tapak berada, dari proses kegiatan bermukim dapat
dilihat proses keterkaitan dari masa lalu hingga masa kini dalam sebuah tapak. Suatu
tempat di mana manusia dapat mengorientasikan dirinya, dimana ia dapat
mengidentifkasikan dirinya bersama dengan lingkungan. Ketika manusia mencari tempat
tinggal / hunian, mereka cenderung melihat kondisi alam seperti topografi dan lokasi yang
strategis dimana mereka bisa hidup berkelompok dengan sesamanya. Potensi alam seperti
pegunungan, tepi sungai, danau dan laut merupakan tempat perkembangan peradaban.
Seperti halnya Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman merupakan dua kecamatan
yang terdapat di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Kedua kecamatan tersebut
memiliki budaya bermukim yang yang hampir sama. Sebagian besar Kecamatan Nanga
Mahap dan Nanga Taman dihuni oleh suku dayak dan melayu.
Desa Cenayan dan Desa Tembaga merupakan desa yang dihuni oleh penduduk
bersuku dayak dan beragama kristen. Desa tersebut memiliki kesamaan budaya bermukim
yaitu masih menjunjung tinggi adat istiadat yang telah ada dari jaman nenek moyang
mereka. Setiap orang yang baru masuk ke desa tersebut harus disambut yaitu dengan cara
meminum minuman yang bernama tuak yang terbuat dari fermentasi ketan, jika orang baru
yang ingin berkunjung di Desa Cenayan dan Tembaga tidak mau meminum tuak, mereka
tidak diperbolehkan masuk ke desa tersebut dan biasanya akan dikenai hukum adat. Selain
itu, rasa kekeluargaan di desa tersebut masih sangat terasa karena mereka masih sering
melakukan kegiatan gotong-royong, berkumpul saat perayaan hari raya seperti paskah dan
natal serta saat salah satu keluarga mereka yang mendapat musibah seperti kematian.
Desa Landau Apin, Karang Betung, Sebabas, Nanga Suri dan Landau Kumpai adalah
desa yang sebagian besar dihuni oleh suku dayak yang beragama kristen katolik. Kelima
desa tersebut memiliki kemiripan dalam budaya bermukim, dimana adat istiadat yang
mereka jalankan tidak terlalu kental seperti Desa Cenayan dan Desa tembaga tetapi hukum
adat masih sangat berlaku. Selain itu, mereka juga sering melakukan kegiatan gotong
royong dalam rangka pembangunan maupun kerohanian di desa mereka.
Desa Teluk Kebau, Lembah Beringin dan Tembesuk merupakan desa yang dihuni
oleh suku dayak dan suku melayu. Dimana, dari ketiga desa tersebut hanya beberapa
dusun saja yang masih memberlakukan hukum adat. Desa-desa tersebut sering melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan seperti isra mi’raj, maulid Nabi
Muhammad SAW dan hari besar islam lainnya bagi yang beragama islam dan bagi yang
beragama kristen sering melakukan kegiatan seperti perayaan paskah dan natal.
Desa Nanga Mahap, Batu Pahat dan Tamang merupakan desa yang sebagian besar
dihuni oleh suku malayu dan beragama Islam. Ketiga desa tersebut juga memiliki
kesamaan dalam hal menjalankan kegiatan keagamaan seperti isra mi’raj, maulid Nabi
Muhammad SAW dan perayaan hari besar islam lainnya. Selain itu, desa tersebut juga
sering melakukan kegiatan gotong-royong sehingga kebersamaan antar warga masih
sangat terasa.
Desa Nanga Mongko, Nanga Koman, Nanga Kiungkang, Pantok, Meragun, Lubuk
Tajau dan Tapang Tingang yang terdapat di Kecamatan Nanga Mahap, memiliki
karakteristik budaya bermukim yang hampir sama, dimana desa- desa tersebut dihuni oleh
suku dayak yang sebagian besar beragama kristen. Desa – desa tersebut terdapat hukum
adat yang masih berlaku bagi penduduk yang bertempat tinggal disana tergantung tingkat
kesalahan yang dilakukan. Kelima desa tersebut juga sering melakukan kegiatan gotong-
royong dalam pembangunan sarana peribadatan, kebersihan lingkungan dan hari
pernikahan.
Desa Rirang Jati, Nanga Engkulun, Senangak, Nanga Taman, Nanga Mentukak dan
Sungai Lawak merupakan desa yang memiliki karakteristik yang sama. Desa tersebut
dihuni oleh suku dayak dan suku melayu dengan mayoritas beragama islam. Selain itu,
ketujuh desa tersebut juga sering melakukan kegiatan gotong-royong dan kegiatan lainnya
yang berhubungan dengan keagamaan.
Pada umumnya Kecamatan Nanga Taman memiliki penduduk yang lebih modern
dibandingkan dengan Kecamatan Nanga Mahap dalam hal budaya bermukim, karena di
Kecamatan Nanga Taman sudah tidak berlaku adat-istiadat yang sangat kental seperti
penyambutan orang yang baru masuk ke salah satu desa dengan harus meminum atau
memakan makanan khas yang dikonsumsi mereka. Selain itu, gaya arsitektur rumah yang
dibangun juga sudah modern karena tofografi Kecamatan Nanga Taman cenderung datar
tetapi tidak sedikit yang berbentuk panggung seperti ditepian sungai untuk menghindari
banjir.
Kecamatan Nanga mahap merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten
Sekadau yang terdiri dari 13 Desa. Pada umumnya perumahan dan permukiman masyarakat
Kecamatan Nanga Mahap yang banyak ditemui yaitu berbentuk panggung yang biasa disebut
dengan rumah panggung dengan bahan utama berupa kayu maupun semen. Pembangunan
rumah-rumah panggung tersebut dikarenakan tofografi Kecamatan Nanga Mahap yang
umumnya dataran tinggi berbukit sehingga dapat menyesuaikan kontur tanah yang tidak rata
selain itu, banyak permukiman penduduk yang berada di tepian sungai seperti sungai
Sekadau sehingga rumah panggung menjadi alternatif perlindungan terhadap banjir. Rumah –
rumah panggung yang banyak ditemui memiliki arsitektur yang lebih modern sehingga
rumah panggung tradisional sangat sulit ditemui. Mengenai rumah panggung tradisional,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa Desa Tembaga, Cenayan dan Tembesuk
merupakan desa yang masih dapat ditemui rumah tradisional dengan arsitektur yang
berbentuk panggung dan tentunya rumah tersebut masih layak untuk dihuni. Rumah
tradisional yang ditemukan, jumlahnya sudah sangat sedikit. Hal tersebut dikarenakan rumah-
rumah tradisional sudah berubah sehingga masuk dalam kategori rumah tidak layak huni.
Rumah-rumah tradisonal yang terdapat di Desa Tembaga, Cenayan dan Tembesuk semakin
hari akan cenderung menjadi rumah tidak layak huni.
Kecamatan Nanga Taman juga terdiri 13 desa didalamnya dengan tofografi yang
cenderung datar sehingga permukiman penduduk di Kecamatan Nanga Taman berbeda
dengan Nanga Mahap. Perumahan dan permukiman di Kecamatan Nanga Taman sudah
tergolong modern yaitu dengan jenis rumah tunggal dan pekerasan yang bersifat
permanen. Hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh kondisi alam serta gaya hidup
masyarakat yang tergolong lebih maju. selain itu, terdapat juga rumah panggung di tepian
sungai dengan bentuk yang sudah modern. Untuk rumah tradisional sudah tidak ditemui di
Kecamatan Nanga Taman.
Merupakan rumah tua atau tidak memenuhi syarat untuk melakukan renovasi pada 20 tahun
umur bangunan.
4.5.1. Tipologi dan Sebaran Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh tersebar hampir di setiap kawasan di Kecamatan Nanga Taman dan Nanga
Mahap. Tidak ada pemusatan khusus permukiman kumuh di desa tertentu karena secara umum
tipologi permukiman kumuh di dua kecamatan ini adalah permukiman kumuh pedesaan. Fokus
permukiman kumuh adalah jika rumah tersebut tidak layak huni dengan indikator seperti yang telah
disebutkan. Adapun karakteristik permukiman kumuh di setiap desa dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
1 -Bangunan
memiliki
kualitas
rendah
Desa dengan bahan
Nanga kayu 849 713 65 9,12
Mahap
-Rumah tua yang
layak
dilakukan
perbaikan.
2 -Kualitas bahan
bangunan
rendah
dengan
Desa material kayu.
Batu Dan beratap 501 396 38 9,60
Pahat bambu.
-Umur bangunan
lebih dari 20
tahun.
3 -Bahan bangunan
dari kayu dan
bambu
-Bahan kualitas
rendah
-Sudah ditinggali
Desa lebih dari 20
Lembah tahun
815 538 167 31,04
Beringi
-Letak rumah
n
tidak teratur
letaknya
-Terdapat 2 dusun
yang
menempati
daerah hutan
lindung.
Perse
Jlh
N Nama Jlh ntase
Karakteristik KK RTL Dokumentasi
o Desa Rmh RTLH
H
(%)
4 -Bahan bangunan
tidak
memadai
-Rumah layak
direnovasi
-Belum
meratanya
aliran listrik
5 -Rumah dengan
bahan
bangunan
berkualitas
rendah
berupa kayu
Desa
dan atap
Landau 601 481 194 40,33
bambu
Apin
-Lebih dari 20
tahun
-Jalan banyak
yang rusak
berat
Perse
Jlh
N Nama Jlh ntase
Karakteristik KK RTL Dokumentasi
o Desa Rmh RTLH
H
(%)
6 -Bahan bangunan
tidak
memadai,
berupa
dinding kayu
dan atap
bambu
-Rumah
berpencar-
Desa pencar, tidak
Tembag teratur 776 512 261 50,98
a
-Tidak tersedianya
akses air
bersih
-Tidak ada
sanitasi/MCK
-Listrik belum
merata
persebaranny
a
7 -Bahan bangunan
minim,
Desa dengan bahan
Cenaya kayu 382 298 127 42,62
n -Rumah tidak
terdapat
sarana mck.
-Keadaan rumah
layak
dilakukan
renovasi
-Letak rumah
tidak teratur
Perse
Jlh
N Nama Jlh ntase
Karakteristik KK RTL Dokumentasi
o Desa Rmh RTLH
H
(%)
-Persebaran listrik
tidak merata
pada setiap
desa
9 -Kualitas bahan
bangunan
rumah berupa
kayu dan
Desa terdapat
Nanga tambalan- 439 369 135 36,59
Suri tambalan
-Rumah syarat
direnovasi,
karena lebih
dari 20 tahun
1 -Rumah tidak
0 memadai
dengan
kualitas bahan
bangunan
rendah
berupa kayu
Desa dan atap
Sebaba bambu 512 343 203 59,18
s -Keadaan rumah
tidak teratur
-Ketidaksediaan
air bersih dan
sarana mck
-Listrik tidak
setiap dusun
1 Desa -Rumah dengan 575 385 286 74,29
1 Karang bahan
Betung bangunan
berkualitas
rendah,
dengan
berdinding
kayu dan
Perse
Jlh
N Nama Jlh ntase
Karakteristik KK RTL Dokumentasi
o Desa Rmh RTLH
H
(%)
beratap
bambu
-Akses menuju
desa kondisi
buruk dan
sulit dilalui
-Berada pada
pedalaman-
pedalaman
yang jauh dari
pusat desa,
hal ini
dikarenakan
merupakan
daerah
perbatasan
dengan
Ketapang
-Mayoritas belum
teraliri listrik.
1 -Bahan bangunan
2 tidak
memadai,
dengan bahan
Desa utama kayu
508 422 192 45,50
Tamang
-Rumah lebih dari
20 tahun
-Tidak tersedianya
mck
Perse
Jlh
N Nama Jlh ntase
Karakteristik KK RTL Dokumentasi
o Desa Rmh RTLH
H
(%)
1 -Letak rumah
3 yang ada tidak
teratur
Dari hasil tabel diatas, kondisi rumah tidak layak huni yang ada pada Kecamatan Nanga
Mahap tidak berpusat pada satu tempat, namun letaknya menyebar. Mayoritas alasan rumah
dianggap tidak layak huni dikarenakan kualitas bahan bangunan rendah yang berupa bangunan non
permanen. Bahan dinding bangunan tersebut berupa kayu dan atap berupa bambu. Selain itu,
dikarenakan bangunan tidak teratur, tidak memiliki arah orientasi bangunan yang sama. Faktor
lainnya adalah rumah sudah ditinggali lebih dari 20 tahun dan layak dilakukannya renovasi. Masalah
prasarana berupa sulitnya air bersih, tidak tersedianya mck serta belum meratanya aliran listrik juga
banyak dialami oleh Nanga Mahap. Persentase rumah tidak layak huni terbanyak terletak pada Desa
Karang Betung sedangkan persentase tersedikit berada pada Desa Nanga Mahap.
Perse
Jlh
N Nama Jlh ntase
Karakteristik KK RTL Dokumentasi
o Desa Rmh RTLH
H
(%)
1 Desa -Kondisi bahan
Nanga bangunan
Taman beberapa
kurang
memadai 550 456 10 2,19
-Sudah termasuk
dalam
golongan
rumah tua
4 Desa -Rumah terbuat
Nanga dari kayu dan
Kiungka kurang layak
ng
-Rumah tua yang
sudah 606 491 77 15,68
ditinggali
lebih dari 20
tahun
5 Desa -Rumah dengan
Sungai bahan
Lawak bangunan
berkualitas
rendah,
dengan
berdinding
kayu,
beratap 477 415 116 27,95
bambu, dan
berlantai
tanah.
-Dengan tata
letak rumah
yang tidak
teratur
orientasinya.
-Keadaan rumah
berpencar
959 662 262 39,58
-Tidak
tersedianya
air bersih
-Listrik belum
merata
7 Desa -Rumah dengan
Nanga bahan
Mongko bangunan
berkualitas
rendah 547 438 62 14,16
-Tata letak
rumah tidak
teratur.
-Lebih dari 20
tahun.
-Keadaan rumah
berpencar.
-Listrik belum
merata.
-Rumah
berbahan
kayu dan
berlantai
tanah.
-Lebih dari 20
tahun.
-Keadaan rumah
berpencar
dengan
ketidaksedia
an air bersih
dan sarana
mck.
- Keadaan rumah
berpencar
Dari hasil tabel, kondisi rumah tidak layak huni yang ada pada Kecamatan Nanga Taman letaknya
memencar. Mayoritas alasan rumah dianggap tidak layak huni dikarenakan kualitas bahan bangunan
rendah yang berupa bangunan non permanen. Bahan dinding bangunan tersebut berupa kayu dan
atap berupa bambu. Selain itu, dikarenakan bangunan tidak teratur. Faktor lainnya adalah rumah
sudah ditinggali lebih dari 20 tahun. Persentase rumah tidak layak huni terbanyak terletak pada Desa
Nanga Engkulun sedangkan persentase tersedikit berada pada Desa Nanga Taman.
Pada kondisi studi, banyak ditemukannya jalan setapak berupa jalan yang dibangun oleh perusahaan
yang dimanfaatkan sebagai akses mobilisasi bagi masyarakat setempat untuk menjangkau daerah
lainnya. Kondis jalan setapak tersebut banyak yang kurang memadai sehingga membahayakan
masyarakat setempat, terlebih medan pada kawasan studi terbilang cukup ekstrim. Kondisi jalan
setapak yang tidak teratur ini biasanya terputus/pecah.
Dikarenakan kelerengan wilayah studi berlikuk maka banyak permukiman yang mendiami
pada kaki bukit yang rawan mengalami longsor. Selain itu, terdapat rumah yang berdiri diatas hutan
lindung. Beberapa desa diantaranya adalah Desa Pantok dan Meragun untuk Nanga Taman dan Desa
Tembesuk, Sebabas, dan Karang Betung untuk Nanga Mahap. Perumahan yang berada pada
kawasan hutan lindung berupa kawasan perumahan non permanen dengan keadaan yang tidak
layak huni dan sulit air bersih, akses mck serta tidak teraliri oleh listrik. Penghuni hutan lindung
tersebut, biasanya terletak pada pedalaman kawasan studi yang sulit untuk dijangkau keberadaanya.
Selain membahas kondisi lingkungan, kebiasaan masyarakat juga tak dapat dipisahkan
dengan terciptanya lingkungan permukiman kumuh. Kebiasaan masyarakat tersebut seperti:
Dikarenakan pada beberapa tempat sulit ditemukannya akses MCK maka banyak masyarakat yang
membuang BAB secara sembarangan. Untuk Kecamatan Nanga Mahap sendiri, Desa Tamang masih
terdapat masyarakat yang BAB sembarangan (BABS). Sedangkan untuk Nanga Taman Desa Pantok,
Lubuk Tajau, Meragun, Tapang Tingang, Senangak, dan Nanga Engkulun belum sepenuhnya berhenti
BABS 100% masih terdapat masyarakat yang sering BABS.
Selain itu, masalah lainnya berupa sampah. Pada Nanga Mahap dan Nanga Taman tidak terdapat
TPS, namun masyarakat yang ada membuang sampah mereka dengan cara dikubur, ditanam,
dibakar bahkan dibuang ke sungai. Sampah tersebut terkadang menumpuk di halaman rumah
sehingga menimbulkan kesan lingkungan yang tidak terawat dan menimbulkan kesan kumuh pada
lingkungan sekitar.
Ruas Jalan
Sistem prasarana yang ada lebih ditekankan pada keberadaan dari infrastruktur jalan.
Jalan merupakan hal yang krusial dalam perkembangan suatu wilaah. Dalam pembahasan
ini akan dibahas mengenai pembagian jalan berdasarkan kelas, dan fungsi jalan, serta
akan dibahas pula mengenai kondisi dan dimensi jalan itu sendiri.Secara umum kelas
fungsi jalan diklasifikasi menjadi Jalan Kolektor, Jalan Lokal, dan Jalan Lingkungan.
Ruas jalan yang ada di Kecamatan Nanga Taman dan Nanga Mahap ini memiliki fungsi
yang berbeda-beda mulai dari jalan kolektor, lingkungan dan lokal dengan masing-
masing cakupan dan kapasitas jalan yang tersedia. Dengan demikian jalan yang ada di
Nanga Taman dan Nanga Mahap dapat diklasifikasikan berdasarkan kelas jalannya,
sebagai berikut :
Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Kondisi dan dimensi jalan ditujukan guna mengidentifikasi kualitas dari suatu ruas jalan.
Ruas jalan dengan kualitas yang baik dapat mempermudahkan pergerakan dari pengguna
jalan tersebut. Kondisi dan dimensi jalan yang ada di Kecamatan Nanga Taman dan
Kecamatan Nanga Mahap yang berbeda. Dengan jarak antar kecamatan yang cukup jauh
sehinggaa ada beberapa akses jalan yang sulit untuk dilewati. Berikut penjelasan lebih
anjut mengenai kondisi dan dimensi jalan yang ada di dua kecamatan :
a. Kondisi dan Dimensi Jalan Kecamatan Nanga Taman
x.x Jembatan
Perabot jalan adalah salah satu alat penunjuk arah dan sebagainya sesuai dengan
fungsi. Namun, pada kedua kecamatan ini tidak ada terdapatnya perabot jalan yang
spesifik di sepanjang jalan kolektor,lokal dan lingkungan. Hanya terdapat zebra
cross yang terdapat dijalan utama Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga
Mahap. Dalam pemasangan perabot jalan sendiri harus sesuai dengan peraturan yang
sudah diatur oleh pemerintah, dikarenakan kondisi jalan yang ada di kedua
kecamatan masih sepi tingkat penggunaan kendaraan sehingga tidak terdapatnya
perabot jalan, perabot jalan yang terdapat di kedua kecamatan tersebut aalah zebra
cross, halte yang terdapat di Kecamatan Nanga Mahap dan penerangan jalan umum.
Untuk PJU sendiri kondisinya tidak sepanjang jalan memiliki lampu, dan masih ada
beberapa jalan dengan kondisi gelap untuk dilalui jika dilewati pada malam hari.
Perabot jalan sendiri terdiri dari, zebra cross,trotoar,rambu jalan,penerangan jalan
umum dan halte.
x.x Moda Transportasi
Untuk moda angkutan air sendiri, kedua kecamatan Nanga Taman dan Nanga
Mahap tidak terdapat mod angkutan yang spesifik dalam jumlah yang besar, hanya
terdapat perahu atau sampan yang digunakan pribadi oleh masyarakat sekitar dan
penggunaannya hanya untuk memancing keperluan sehari-hari.
Berdasarkan potensi ekonomi Kecamatan Nanga Taman dan Nanga Mahap memiliki
potensi ekonomi, berikut penjelasan dari segi potensi ekonomi yang berada di Kecamatan
Nangan Mahap ;
Sumber : Survey,2018
Berdasarkan tabel diatas rata-rata potensi ekonomi yang ada di Kecamatan Nanga
Mahap adalah perkebunan, baik perkebunan sawit ataupun perkebunan karet. Untuk
perkebunan sawit sendiri berasal dari perusahaan yang menanamkan sahamnya di berbagai
desa, samahalnya dengan beberapa perkebunan karet. Selain itu pula terdapat perkebunan
yang dimiliki oleh masyarakat lokal. serta terdaoa pengolahan hasil hutan yaitu berupa Kayu,
Rotan, Damar dan Tengkawang dan juga terdapat perkebunan sawit mandiri yang dimiliki
oleh perkebunan rakyat.
Ekonomi adalah salah satu dan bagian dari ilmu sosial yang khusus mempelajari aktivitas
manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa.
Secara umum, pengertian ekonomi adalah sebuah bidang ilmu tentang pengurusan sumber daya
material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Kondisi ekonomi mencerminkan tingkat dan konsumsi untuk suatu negara, wilayah, atau industri
tertentu. Kondisi ekonomi dapat memengaruhi pendapatan atau beban dari suatu wilayah.
Berdasarkan teori ekonomi, ekonomi dibagi menjadi dua yaitu ekonomi makro dan ekonomi mikro.
Berikut adalah pemaparan kondisi ekonomi makro berdasarkan ekonomi Kabupaten Sekadau dan
ekonomi mikro berdasarkan Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman, Kabupaten
Sekadau
Kategori ini mencangkup subkategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang terdiri atas
golongan tanaman pangan, golongan tanaman hortikultura, golongan tanaman Perkebunan,
golongan peternakan, dan golongan jasa pertanian dan perburuan, subkategori usaha kehutanan
dan penerbangan Kayu, dan subkategori Perikanan. Ketegori ini masih menjadi tumpuan dan
harapan dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2016 kategori Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan memberi kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 38,11 persen.
Pertumbuhan ekonomi terbesar tahun 2016 pada kategori ini adalah pada golongan
Tanaman Pangan yaitu sebesar 6,76 persen yang diikuti oleh golongan Perkebunan sebesar 5,77
persen, subkategori Perikanan sebesar 4,70 perse, golongan Peternakan 4,02 persen, golongan
Tananman Holtikultura 3,55 persen, dan golongan Jasa Pertanian dan Perburuan serta Kehutanan
dan Penebangan kayu yang keduanya tumbuh sebesar 2,75 persen.
Secara keseluruhan pada tahun 2016, kategori Pertambangan dan Penggalian menunjukan
laju pertumbuhan yang positif sebesar 5,10 persen, terutama didorong oleh pertumbuhan
subkategori Pertabangan dan Penggalian Lainnya sebesar 5,74 persen. Sementara itu, subkategori
Pertambangan Bijih Logam mencetak laju pertumbuhan yang meningkat, dari pertumbuhan negative
sebesar 1,06 persen ditahun 2015 menjadi 1,86 persen pada tahun 2016.
3. Industri Pengolahan
Pada Kategori Industri Pengolahan, subkategori yang menyumbang peranan terbesar adalah
Industri Makanan dan Minuman yaitu sebesar 79,11 persen pada tahun 2016, kemudian diikuti oleh
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya,
dan Industri Pengelolaan Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan yaitu Sebesar
7,77 persen dan 4,24 persen. Sedangkan peranan subkategori yang lain berturut-turut mulai dari
yang terbesar hingga terkecil adalah Industri Barang Galian bukan Logam 3,19 persen, subkategori
Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik 1,68 persen,
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 1,16 persen, Industri Logam Dasar 1,14 persen, Industri Alat
angkutan 0,98 persen, Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media
Rekaman 0,02 persen dan Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 0,01 persen.
Secara keseluruhan, laju pertumbuhan Kategori Industri Pengolahan pada tahu 2016 adalah
sebesar 2016 5,61 persen, sedangkan subkategori yang mencatatkan laju pertumbuhan terbesar
adalah subkategori Industri Makanan dan Minuman yaitu sebesar 6,93 perse pada tahun 2016,
kemudian diikuti subkategori Industri Tekstil dan pakaian jadi dan subkategori Industri Kertas dan
Barang dari Jertas; Percetakan dan Reproduksi media Rekaman yaitu masing-masing sebesar 4,70
persen dan 2,79 persen. Berikut tabel 1.1. PDRB Kabupaten Sekadau :
Tabel 1.1. PDRB Kabupaten Sekadau Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (juta
rupiah)
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 49617.10 51726.03 54175.42 57062.07 59496.27
Diketahui dari tabel PDRB di Kabupaten Sekadau berdasarkan harga konstan sektor unggulannya
adalah sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, industri pengolahan, perdagangan, dan jasa-jasa
lainnya. Ini dikarenakan lokasi wilayah studi terdapat kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat. Dan didukung dengan keberadaan kawasan hutan produksi yang
mendominasi di Kabupaten Sekadau. Berikut tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB :
Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sekadau Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Konstan (juta rupiah)
Pertumbuhan PDRB berkembang sebesar 4,73 untuk tahun 2011 meningkat menjadi 0.81% dari
tahun sebelumnya sebesar 6,21, kemudian ditahun 2013, 2014, dan 2015 pertumbuhan PDRB
mengalami penurunan. Sektor yang paling tinggi tingkat pertumbuhan ekonominya yaitu sektor jasa
keuangan dan asuransi sebesar 11,08 diikuti oleh sektor konstruksi sebesar 10,02. Sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan di Kabupaten Sekadau tersebar di setiap kecamatan yang ada di
Kabupaten Sekadau, yang didukung dengan keberaaan industri pengolahan dan transportasi dan
pergudangan dimana terdapat aktifitas hasil perkebunan sawit yang berada di Kabupaten Sekadau.
1. Pertanian
Kecamatan Nanga Taman
Dikecamatan Nanga Taman terdapat lahan pertanian berupa sawah yang digarap
dengan baik seluas ± 2.114 Ha yang meliputi ± 566 Ha irigasi dan ±1.548 Ha yang
tidak beririgasi, lahan pertanian bukan sawah seluas ± 92.218 Ha yang tersebar
diseluruh desa. Pola bercocok tanam di kecamatan ini masih menggunakan cara
tradisional dan kurangnya sumber daya manusia (keterampilan) petani.
Kecamatan Nanga mahap
2. Perkebunan
Kecamatan Nanga Taman
Perkebunan yang ada di Kecamatan Nanga Taman adalah perkebunan kelapa sawit
seluas ± 1.408 Ha yang diolah oleh masyarakat dibawah naungan perusahaan.
Kemudian, terdapat perkebunan karet seluas ± 59.462 Ha. Pola berkebun di
kecamatan ini masih menggunakan cara tradisional dan kurangnya sumber daya
manusia (keterampilan) petani.
Berikut adalah tabel mengenai pendapatan masyarakat di Kecamatan Nanga Taman dan
Kecamatan Nanga Mahap :
1. Pendapatan Masyarakat
Pendapatan masyarakat di wilayah perencanaan cukup beragam, yaitu tergantung pada mata
pencaharian atau profesi masyarakat. Adapun lebih jelasnya dapat dilihat pendapatan masyarakat
Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga Mahap pada tabel berikut :
Dari table di atas dapat diketahui pendapatan terbesar berada pada masyarakat dengan
mata pencaharian sebagai pengusaha dan pedagang, sedangkan pendapatan terendah yaitu
masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Faktor yang mempengaruhi mata pencaharian
masyarakat adalah faktor karakteristik wilayah yang di dominasi oleh lahan pertanian, kehutanan,
dan perikanan, terdapatnya lahan sawah dan perkebunan, peruntukkan kawasan sebagai kawasan
perdagangan dan jasa dll, serta faktor pendidikan yang mempengaruhi pekerjaan dan pendapatan
masyarakat.
Kelembagaan adalah aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang menfasilitasi
koordinasi antar anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan di mana setiap orang dapat
bekerja sama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang
diinginkan. Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga Mahap memiliki beberapa kelembagaan
yang dapat membantu koordinasi antara orang antar satu dengan yang lainnya dalam bekerjasama
untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Kelembagaan terdiri atas kelembagaan pemerintah dan
non pemerintah di antaranya adalah sebagai berikut:
4.8.1. Lembaga Pemerintah
1. Kecamatan
Kecamatan merupakan wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah. Kecamatan dipimpin
oleh Camat. Camat berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah melalui
Sekretaris Daerah. Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang
dilimpahkan oleh Kepala Daerah untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Camat juga
menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi :
Berdasarkan kondisi dan letaknya kantor camat di Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga
Mahap.
2. Kelurahan/Desa
Tabel 1.4. Nama Kelurahan/Desa di Kecamatan Nanga Taman dan Nanga Mahap
Nama Kelurahan/Desa
Kecamatan Nanga Taman Kecamatan Nanga Mahap
Nanga Taman Landau Apin
Rirang Jati Teluk Kebau
Senangak Lembah Beringin
Nanga Kiungkang Karang Betung
Sungai lawak Sebabas
Tapang Tinggang Nanga Suri
Nanga Mongko Nanga Mahap
Nanga Engkulun Batu Pahat
Nanga Koman Landau Kumpai
Lubuk Tajau Tembaga
Pantok Cenayan
Meragun Tembesuk
Nanga Mentukak Tamang
Sumber : Profil Kecamatan, 2017
Lurah/Desa juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi :
Lembaga KUA yang ada di Kecamatan Nanga Taman dan Nanga Mahap ini memiliki tugas
dan perannya terhadap masyarakat Kecamatan tersebut adapun tugasnya adalah :
Lembaga kesehatan merupakan hal penting dalam suatu kelompok masyarakat yang memberikan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Adapun fungsi Lembaga
Kesehatan disusun dengan kriteria yaitu :
a. Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi atau pun negara.
b. Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan.
c. Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk kepentingan para
anggota seperti yang dilakukan koperasi atau pun organisasi profesi.
Adapun kelembagaan di Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Nanga Mahap yang bukan
merupakan Lembaga pemerintah kelembagaan tersebut di antaranya:
1. Keagamaan
Lembaga keagamaan yang di miliki oleh Kecamatan Pontianak Barat yang terdiri dari masjid,surau,
pondok presanten, majelis taklim, taman pendidikan al-qur’an (TPA) dan gereja . Peran aktif
kelembagaan ini yaitu pada bidang kerohanian pembentuk karakter diri beriman dan taqwa, yang
mana juga merupakan perkumpulan dalam proses pengajaran pembentuk karakter diri yang baik
misalnya pada Taman Pendidikan Al-Qur’an,Pondok Presantren dan lain sebagainya yang mampu
dalam membimbing dan membangun.
PKK adalah organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan wanita untuk turut berpartisipasi
dalam pembangunan, tujuan dari PPK di Pontianak Barat adalah untuk untuk meningkatkan
kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berkhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan
gender serta kesadaran hukum dan lingkungan yang baik. PKK ini terdapat di jalan Husein Hamzah
kegiatan yang dilakukan yakni berupa mengikuti pelatihan kelompok desa wisma, mengikuti
supervise T.P.PKK kelurahan pallima, peningkatan administrasi dan administrasi keuangan.
LPM adalah lembaga yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat sebagi wadah yang di bentuk
atas pakarsa masrakat sebagai mitra pemerintah kelurahan dalam menampung dan mewujudkan
aspirasi kebutuhan demokrasi masyarakat di bidang pembangunan.
Lembaga-lembaga ini memiliki peran dan fungsi dalam kegiatan-kegiatan seperti kegiatan sosial,
pembinaan umat beragama, hiburan musik kesenian , pesta adat dan lain-lain.
BAB V
KAJIAN ANALISIS SEKTORAL
5.1. Analisis Implikasi Kebijakan
5.2. Analisis Pusat Pelayanan
Indeks jumlah penduduk didapatkan dari pembagian antara penduduk suatu desa
dengan desa yang memiliki jumlah penduduk terbesar; dalam hal ini adalah Desa Tembaga.
Begitupun dengan indeks kepadatan yang dibagi dengan desa yang memiliki kepadatan
tertinggi; yaitu Desa Nanga Mahap. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka bisa diranking
indeksnya sehingga didapatkan orde.
Tabel Orde Berdasarkan Penduduk
No Nama I II III
1 Landau Apin
2 Teluk Kebau
3 Lembah Beringin
4 Karang Betung
5 Sebabas
6 Nanga Suri
7 Nanga Mahap
8 Batu Pahat
9 Landau Kumpai
10 Tembaga
11 Cenayan
12 Tembesuk
13 Tamang
14 Nanga Engkulun
15 Nanga Koman
16 Nanga Mongko
17 Lubuk Tajau
18 Pantok
19 Meragun
20 Rirang jati
21 Nanga Taman
22 Senangak
23 Sungai Lawak
24 Nanga Kiungkang
No Nama I II III
25 Tapang Tinggang
26 Nanga Menukak
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Keterangan
Indeks Orde
>0,686 1
0,457 – 0,686 2
0,227 – 0,456 3
Diantara 26 desa di Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman, 2 diantaranya yaitu
Desa Menukak dan Desa Nanga Mahap masuk dalam orde 1 berdasar jumlah dan kepadatan
penduduknya. Desa yang masuk orde 2 adalah Desa Lembah Beringin, Desa Tembaga, Desa
Pantok, Desa Meragun, Desa Nanga Taman, Desa Tapang Tingang. Sisanya masuk kedalam
orde 3. Hasil diatas menunjukkan bahwa persebaran penduduk belum merata pada
Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman.
2. Analisis Skalogram Fasilitas
Analisis skalogram fasilitas merupakan salah satu yang wajib dilakukan dalam
analisis skalogram. Hal ini dikarenakan fasilitas menggambarkan perkembangan tingkat
pelayanan suatu wilayah. Dimana semakin tinggi tingkat pelayanan pada fungsi diatas maka
semakin tinggi pula tingkat kekotaannya. Fasilitas atau sarana yang masuk dalam perhitungan
ini adalah pendidikan, perdagangan, dan kesehatan. Adapun analisis skalogram fasilitas dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Indeks Rata-rata
Status Jalan Perkerasan
Perkerasan Indeks
No Nama
Status Perkera
Kolek Lokal Ling Aspal Semen Tanah
Jalan san
1 Landau Apin 0 89,38 21,44 0 86,52 4,91 0,145 0,082 0,113
2 Teluk Kebau 0 79,56 25,14 0 92,90 0,00 0,137 0,084 0,110
3 Lembah Beringin 202,47 100,58 22,66 202,47 113,92 0,00 0,425 0,285 0,355
4 Karang Betung 0 153,52 11,26 0 79,56 17,14 0,215 0,087 0,151
5 Sebabas 0 54,12 17,07 0 0,00 17,14 0,093 0,015 0,054
6 Nanga Suri 202,47 84,84 412,50 202,47 250,78 29,89 0,913 0,435 0,674
7 Nanga Mahap 202,47 59,30 178,71 202,47 0,00 23,11 0,574 0,203 0,389
8 Batu Pahat 202,47 344,18 19,11 202,47 100,58 53,54 0,738 0,321 0,529
9 Landau Kumpai 0 89,38 21,44 607,41 501,56 2,36 0,145 1,000 0,572
10 Tembaga 0 9,82 5,37 0 5,06 4,91 0,020 0,009 0,014
11 Cenayan 0 0,00 125,39 0 250,78 0,00 0,164 0,226 0,195
12 Tembesuk 0 54,12 17,07 0 0,00 17,14 0,093 0,015 0,054
13 Tamang 0 0,00 510,94 0 752,34 0,00 0,666 0,677 0,672
14 Nanga Engkulun 0 0,00 537,50 0 1054,5 0,00 0,701 0,949 0,825
15 Nanga Koman 0 0,00 251,01 0 501,56 0,00 0,327 0,451 0,389
16 Nanga Mongko 0 33,96 280,65 0 586,96 0,00 0,410 0,528 0,469
17 Lubuk Tajau 607,41 0,00 129,18 607,41 250,78 0,00 0,961 0,772 0,866
18 Pantok 0 0,00 383,37 0 752,34 0,00 0,500 0,677 0,588
19 Meragun 0 33,74 67,49 50,61 17,02 5,78 0,132 0,066 0,099
20 Rirang jati 202,47 134,98 67,49 303,69 17,02 0,00 0,528 0,289 0,408
21 Nanga Taman 607,41 101,66 57,65 658,02 115,72 22,37 1,000 0,716 0,858
22 Senangak 0 33,96 19,33 0 33,96 8,08 0,070 0,038 0,054
23 Sungai Lawak 0 67,92 39,19 0 98,70 19,77 0,140 0,107 0,123
Nanga
24 0 0,00 33,49 0 0,00 33,05 0,044 0,030 0,037
Kiungkang
25 Tapang Tinggang 0 0,00 28,78 0 30,78 11,69 0,038 0,038 0,038
26 Nanga Menukak 607,41 135,40 20,68 708,63 84,94 0,00 0,996 0,714 0,855
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Pembagian orde perkotaan didasarkan atas klasifikasi skala dengan range indeks
tertinggi dikurang indeks terendah dibagi 3. Hasil klasifikasi tersebut menghasilkan
kesimpulan desa/kelurahan yang berpotensi menjadi pusat kota, sub pusat kota, dan pusat
lingkungan berdasarkan transportasi. Adapun orde tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah
ini
Pada tabel proyeksi penduduk Kecamatan Nanga Mahap, dapat diketahui jumlah
penduduk paling tinggi dari seluruh desa yang ada di Kecamatan Nanga Mahap pada tahun
2038 adalah desa Tembaga dengan jumlah penduduk sebesar 4.942 jiwa dari total jumlah
penduduk secara keseluruhan di Kecamatan Nanga Mahap pada tahun 2038 adalah sebesar
40.290 jiwa. Selain desa Tembaga sebagai jumlah penduduk paling tinggi, terdapat salah satu
desa yang dari hasil proyeksi penduduknya terus menurun dari tahun 2018-2038 yaitu desa
Nanga Suri. Hasil proyeksi penduduk desa Nanga Suri dari tahun 2018 adalah sebesar 1.713
jiwa dan terus menurun hingga ke tahun 2038 menjadi 1.645 jiwa. Hal ini bisa disebabkan
dari berbagai faktor seperti tingkat kematian dan transmigrasi (perpindahan penduduk).
Pada tabel proyeksi penduduk Kecamatan Nanga Taman, dapat diketahui jumlah
penduduk paling tinggi dari seluruh desa yang ada di Kecamatan Nanga Taman pada tahun
2038 adalah desa Meragun dengan jumlah penduduk sebesar 7.323 jiwa dari total jumlah
penduduk secara keseluruhan di Kecamatan Nanga Taman pada tahun 2038 adalah sebesar
52.722 jiwa. Selain desa Meragun, terdapat salah satu desa yang memiliki jumlah penduduk
paling rendah dari desa lainnya yaitu desa Nanga Koman dengan jumlah penduduk sebesar
1.364 jiwa.
a. Nanga Mahap
Tabel Demand dan Supply Perdagangan dan Jasa Kecamatan Nanga Mahap Tahun
2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. Warung 250 28.980 382 115 +267
Pasar
2. Umum 30000 28.980 1 1 0
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada kondisi eksisting untuk perdagangan
dan jasa akan dikelompokkan menjadi warung dan pasar umum. Untuk kelebihan pada tabel
diatas, dapat dilihat jika untuk warung, dengan kebutuhan yang seharusnya 114 sedangkan
pada kondisi eksisting terdapat 382, maka dapat dikatakan telah mencukupi dari yang
seharusnya. Begitu pula dengan pasar yang jumlahnya sudah pas dengan yang seharusnya.
Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa 2023-2038 Kecamatan Nanga
Mahap
Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas
Warung/Toko sebanyak 161 unit dengan kebutuhan luas lahan 16.116 m 2. Untuk pasar umum
dibutuhkan 1 buah. Dikarenakan sudah terdapat pasar umum, maka tidak diperlukan
penambahan untuk tahun 2038. Berikut distribusi fasilitas skala lingper desa:.
Tabel Analisis Jumlah Kebutuhan Perdagangan dan Jasa Kecamatan Nanga Mahap
127
2023 11 10 15 11 10 7 13 8 6 16 6 7 8
139
Warung 2028 12 11 16 12 11 7 14 9 6 17 6 8 9
150
2033 13 13 17 13 11 7 15 10 7 18 7 9 9
161
2038 14 14 18 14 12 7 17 11 7 20 7 10 10
1
2018 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1
2023 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
Pasar 1
2028 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
Umum
1
2033 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1
2038 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Setelah melihat tabel analisis dapat dikatakan kebutuhan fasilitas perdagangan dan jasa telah
terpenuhi. Hal ini dikarenakan kebutuhan untuk warung/toko 20 tahun kedepan bahkan sudah
terpenuhi dari jumlah eksisting. Sedangkan untuk pasar jumlah untuk 20 tahun kedepan tetap
berjumlah 1 buah. Untuk kebutuhan luasnya lihat tabel dibawah ini:
Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Perdagangan dan Jasa Kecamatan Nanga
Mahap (m2)
Dari tabel diatas, jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk perdagangan dan jasa
untuk tahun 2038 berkisar 3 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 warung membutuhkan luas
sekitar 1,6 Hadan pasar umumyang membutuhkan luas lahan 1,3 Ha.
b. Nanga Taman
Tabel Demand dan Supply Perdagangan dan Jasa Kecamatan Nanga Taman Tahun
2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. Warung 250 30.727 379 122 +257
Pasar
2. Umum 30.000 30.727 1 1 0
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada kondisi eksisting untuk perdagangan
dan jasa akan dikelompokkan menjadi warung dan pasar umum. Untuk kelebihan pada tabel
diatas, dapat dilihat jika untuk warung, dengan kebutuhan yang seharusnya 122 sedangkan
pada kondisi eksisting terdapat 379, maka dapat dikatakan telah mencukupi dari yang
seharusnya. Begitu pula dengan pasar yang jumlahnya sudah pas dengan yang seharusnya.
Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa 2023-2038 Kecamatan Taman
Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas
Warung/Toko sebanyak 211 unit dengan kebutuhan luas lahan 21.089 m 2. Untuk pasar umum
dibutuhkan 2 buah. Dikarenakan sudah terdapat pasar umum,1 buah, maka diperlukan
penambahan 1 buah pasar umum untuk tahun 2038. Berikut distribusi fasilitas skala
lingkungannya.
Tabel Analisis Jumlah Kebutuhan Perdagangan dan Jasa Kecamatan Nanga Taman
Na
Nan Na Nang Nan
Nan Lub ng Sung Tapa
ga nga Me Rir a ga
ga uk Pant a Sena ai ng Juml
Fasilita Tahu Eng Ko rag ang Kiun Men
s n Mon Taj ok Ta ngak Lawa Tingg ah
kulu ma un jati gkan uka
gko au ma k ang
n n g k
n
2028 14 5 9 9 18 21 10 17 11 8 15 20 8 167
2033 15 5 10 9 22 25 11 20 12 9 18 23 9 189
2038 16 5 11 9 25 29 12 24 12 9 20 26 10 211
2018 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2023 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Pasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2028
Umum
2033 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
2038 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Setelah melihat tabel analisis dapat dikatakan kebutuhan fasilitas perdagangan dan jasa telah
terpenuhi. Hal ini dikarenakan kebutuhan untuk warung/toko 20 tahun kedepan bahkan sudah
terpenuhi dari jumlah eksisting. Sedangkan untuk pasar jumlah untuk 20 tahun kedepan tetap
berjumlah 2 buah. Sehingga diperlukan penambahan sebanyak 1 buah. Untuk kebutuhan
luasnya lihat tabel dibawah ini:
Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Perdagangan dan Jasa Kecamatan Nanga
Mahap (m2)
1 1 2 2. 2. 21
2.9 1.24 2.42 1.2
.617 546 .070 944 .529 936 036 606 990 .089
29 9 8 09
2038
1. 10
1.1
910 427 669 655 923 692 761 884 597 794 218 586 .242
28
2018
1 1 1. 1. 12
1.4 1.07
.019 434 724 688 .219 779 915 643 020 457 646 .075
56 7
2023
1 1 1. 1. 13
Pasar 1.7 1.39
Umum .129 441 780 721 .515 866 945 688 246 695 705 .908
85 2
2028
1 1 1. 1. 15
2.1 1.70
.238 448 836 754 .811 954 976 734 471 933 765 .741
13 8
2033
1 2 1. 2. 17
2.4 1.04 2.02 1.0
.347 455 892 787 .108 780 697 171 825 .574
41 1 3 07
2038
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Dari tabel diatas, jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk perdagangan dan jasa
untuk tahun 2038 berkisar 3,8 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 warung membutuhkan
luas sekitar 2,1 Ha dan pasar umumyang membutuhkan luas lahan 1,7 Ha.
Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah studi tersebar pada setiap kelurahan, Sarana
pendidikan yang terdapat pada hamper setiap kelurahan terdiri dari TK, SD, SMP, dan SMA.
Standar Sekolah Taman Kanak – Kanak (TK) berdasarkan standar yang berlaku untuk sarana
pendidikan Taman Kanak-Kanak, jumlah penduduk pendukung untuk 1 sarana adalah 1.250
jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 500 m 2. Sekolah Dasar (SD) Berdasarkan standar yang
berlaku untuk sarana pendidikan Sekolah Dasar, jumlah penduduk pendukung untuk 1 sarana
adalah 1.600 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 2000 m2. Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Berdasarkan standar yang berlaku untuk sarana pendidikan Sekolah Menegah
Pertama, jumlah penduduk pendukung untuk 1 sarana adalah 4.800 jiwa dengan lahan yang
dibutuhkan 9.000 m2. Sekolah Menengah Atas (SMA) Berdasarkan standar yang berlaku
sarana pendidikan Sekolah Menegah Atas jumlah penduduk pendukung untuk 1 sarana
adalah 4.800 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 12.500 m2.
a. Nanga Mahap
Tabel Demand and Supply Pendidikan Kecamatan Nanga Mahap Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. TK 1.250 28.980 23 23 0
2. SD 1.600 28.980 30 18 +12
3. SMP 4.800 28.980 9 6 +3
4. SMA 4.800 28.980 2 6 -4
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Dari tabel diatas diketahui bahwa fasilitas pendidikan akan dibagi menjadi TK, SD,
SMP, dan SMA. Untuk SD dan SMP jumlah eksisting sudah melampaui kebutuhan yang
seharusnya. Sedangkan untuk TK jumlah yang ada telah sesuai dengan analisis kebutuhan
Untuk SMA, Kecamatan Nanga Mahap kekurangan 4 buah fasilitas jika disesuaikan dengan
analisis perhitungan menggunakan SPM.
Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas TK
sebanyak 32 unit dengan kebutuhan luas lahan 16.116 m 2. Sedangkan untuk SD sebanyak 25
buah dengan luas lahan 50.363 m2. Untuk SMP dan SMA membutuhkan 8 buah dengan
masing-masing luas 75.544 m2 dan 104.92 m2.
Dari tabel diatas, diketahui jika hingga tahun 2038 ada fasilitas yang perlu mengalami
penambahan ada yang jumlahnya sudah sesuai bahkan ada fasilitas pendidikan yang jumlah
saat eksisting sudah melebihi jumlah untuk 20 tahun kedepan. Untuk TK, SD, dan SMP tahun
2038 jumlahnya sudah melebihi dari yang seharusnya dengan kelebihan masing-masing 9, 5,
dan 1 buah. Untuk SMA membutuhkan penambahan fasilitas sebanyak 6 buah. Berikut ini
adalah luasan yang dibutuhkan untuk pemenuhan fasilitas 20 tahun kedepan:
Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Pendidikan Kecamatan Nanga Mahap (m2)
Lan
Lan Tel Lem Kar Nan Bat
Nan dau Ta
Fasilit Tahu dau uk bah ang Seba ga u Temb Cena Tembe Jumla
ga Ku ma
as n Api Keb Beri Bet bas Mah Pah aga yan suk h
Suri mp ng
n au ngin ung ap at
ai
1.3 1. 8 1.2 1.46 52 11.59
2018 931 867 51 029 61 685 13 753 492 9 8 660 752 2
Dari tabel diatas. Jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk pendidikan
berkisar 25 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 TK membutuhkan luas sekitar 1,6 Ha, SD 5
Ha, SMP 7,5 Ha, dan SMA 10,5 Ha. Hal ini jika menggunakan standar, namun luas
pembangunan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan.
b. Nanga Taman
Tabel Demand and Supply Pendidikan Kecamatan Nanga Taman Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. TK 1.250 30.727 3 25 -22
2. SD 1.600 30.727 36 19 +17
3. SMP 4.800 30.727 10 6 +4
4. SMA 4.800 30.727 3 6 -3
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Dari tabel diatas diketahui bahwa fasilitas pendidikan akan dibagi menjadi TK, SD,
SMP, dan SMA. Untuk SD dan SMP jumlah eksisting sudah melampaui kebutuhan yang
seharusnya. Sedangkan untuk TK jumlah yang ada kurang dari hasil analisis kebutuhan yang
seharusnya ada. Untuk SMA, Kecamatan Nanga Taman kekurangan 3 buah fasilitas jika
disesuaikan dengan analisis perhitungan menggunakan SPM.
Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas TK
sebanyak 42 unit dengan kebutuhan luas lahan 21.089 m 2. Sedangkan untuk SD sebanyak 33
buah dengan luas lahan 65.903 m2. Untuk SMP dan SMA membutuhkan 11 buah dengan
masing-masing luas 98.854 m2 dan 137.298 m2.
2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 3 1 25
2018
2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 29
2023
TK 3 1 2 2 4 4 2 3 2 2 3 4 2 33
2028
3 1 2 2 4 5 2 4 2 2 4 5 2 38
2033
3 1 2 2 5 6 2 5 2 2 4 5 2 42
2038
2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 19
2018
2 1 1 1 2 3 1 2 2 1 2 3 1 23
2023
SD 2 1 1 1 3 3 2 3 2 1 2 3 1 26
2028
2 1 2 1 3 4 2 3 2 1 3 4 1 30
2033
3 1 2 1 4 5 2 4 2 1 3 4 2 33
2038
1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 6
2018
1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 8
2023
SMP 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
2028
1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 10
2033
1 0 1 0 1 2 1 1 1 0 1 1 1 11
2038
SMA 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 6
2018
1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 8
2023
2028 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
Na
nga Nan
En Nan Nang Lubu ga Sunga Nang Tapan Nang
Fasilit Tahu
as n gk ga a k Mer Rira Ta i a g a
ulu Ko Mong Taja Panto agu ng ma Sena Lawa Kiung Tingga Menu Juml
n man ko u k n jati n ngak k kang ng kak ah
1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 10
2033
1 0 1 0 1 2 1 1 1 0 1 1 1 11
2038
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Dari tabel diatas, diketahui jika hingga tahun 2038 ada fasilitas yang perlu mengalami
penambahan dan ada fasilitas pendidikan yang jumlah saat eksisting sudah melebihi jumlah
untuk 20 tahun kedepan. Untuk SD sebanyak 3 buah sudah melebihi jumlah dari yang
seharusnya. Untuk TK, SMP dan SMA tahun 2038 jumlahnya perlu ditambah dengan
masing-masing penambahan sebannyak 39, 1, dan 8 buah. Berikut ini adalah luasan yang
dibutuhkan untuk pemenuhan fasilitas 20 tahun kedepan:
Tabel 6.1 Analisis Kebutuhan Luas Lahan Pendidikan Kecamatan Nanga Taman (m2)
Nan Nan
ga Nan Nang Lub Nan Sunga Nang Tapan ga
Fasilit Tahu Eng ga a uk Mer Rira ga Sena i a g Men
as n kulu Ko Mong Taja Panto agu ng Tam nga Lawa Kiung Tingga uka Jumla
n man ko u k n jati an k k kang ng k h
TK
1 1 7 1. 12
1.09 1.35
513 802 785 .107 831 913 .060 16 953 462 703 .291
2018 2 4
1 1 7 1. 1. 14
1.22 1.74 1.29
521 869 825 .463 935 .098 71 224 748 775 .490
2023 3 7 2
1 1. 1 8 1. 2. 16
1.35 2.14 1.67
529 936 865 .818 040 .135 26 495 034 847 .690
2028 4 1 1
1. 2 1. 1 8 1. 2. 18
1.48 2.53 2.04
537 003 904 .174 144 .172 81 766 320 918 .889
2033 6 5 9
2038 1. 2 1. 1 9 2. 2. 21
1.61 546 070 944 .529 2.92 249 2.42 .209 36 036 606 990 .089
Nan Nan
ga Nan Nang Lub Nan Sunga Nang Tapan ga
Fasilit Tahu Eng ga a uk Mer Rira ga Sena i a g Men
as n kulu Ko Mong Taja Panto agu ng Tam nga Lawa Kiung Tingga uka Jumla
n man ko u k n jati an k k kang ng k h
7 9 8
1 2. 2 3 2. 3 2.2 2. 4. 2 38
3.41 4.23 2.85
.602 507 .455 .459 596 .314 38 979 569 .196 .408
2018 2 0 3
1 2. 2 4 2. 3 2.4 3. 5. 2 45
3.82 5.46 4.03
.628 716 .579 .570 922 .430 10 825 462 .421 .282
2023 2 1 7
1 2. 2 5 3. 3 2.5 4. 6. 2 52
SD 4.23 6.69 5.22
.654 925 .702 .681 249 .546 81 671 355 .646 .156
2028 2 2 0
1 3. 2 6 3. 3 2.7 5. 7. 2 59
4.64 7.92 6.40
.679 134 .826 .792 576 .661 53 518 249 .870 .029
2033 2 3 4
1 3. 2 7 3. 3 2.9 6. 8. 3 65
5.05 9.15 7.58
.705 343 .950 .903 903 .777 25 364 142 .095 .903
2038 3 4 7
2 3. 3 5 3. 4 3.3 4. 6. 3 57
5.11 6.34 4.28
.402 761 .682 .189 894 .971 56 468 853 .294 .612
2018 7 5 0
2 4. 3 6 4. 5 3.6 5. 8. 3 67
5.73 8.19 6.05
.441 074 .868 .856 384 .145 14 737 193 .631 .923
2023 3 1 5
1
2 4. 4 8 4. 5 3.8 7. 9. 3 78
SMP 6.34 0.03 7.83
.480 388 .054 .522 874 .318 72 007 533 .968 .233
2028 8 8 1
1
2 4. 4 10 5. 5 4.1 8. 10. 4 88
6.96 1.88 9.60
.519 701 .240 .189 364 .492 30 276 873 .305 .544
2033 4 4 6
1 1
2 5. 4 11 5. 5 4.3 9. 12. 4 98
7.57 3.73 1.38
.558 015 .425 .855 854 .666 88 546 213 .643 .854
2038 9 1 1
SMA
3 5. 5 7 5. 6 4.6 6. 9. 4 80
7.10 8.81 5.94
.337 224 .114 .207 408 .904 62 205 518 .575 .017
2018 8 2 5
1 1
3 6. 5 11 6. 7 5.3 9. 13. 5 108
8.81 3.94 0.87
.445 094 .630 .836 769 .387 78 732 241 .512 .657
2028 7 1 6
1 1
3 6. 5 14 7. 7 5.7 11. 15. 5 122
9.67 6.50 3.34
.499 530 .888 .151 450 .628 36 495 102 .980 .978
2033 2 6 2
1 1 1
3 6. 6 16 8. 7 6.0 13. 16. 6 137
0.52 9.07 5.80
.553 965 .146 .465 130 .870 95 258 963 .448 .298
2038 7 1 7
Dari tabel diatas. Jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk pendidikan
berkisar32,3 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 TK membutuhkan luas sekitar 2,1 Ha, SD
6,5 Ha, SMP 10 Ha, dan SMA 13,7 Ha. Hal ini jika menggunakan standar, namun luas
pembangunan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan.
Berdasarkan standar yang berlaku maka Posyandu dengan jumlah penduduk pendukung
untuk 1 sarana adalah 1.250 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 60 m2. Kemudian standar
yang berlaku untuk Balai Pengobatan Warga (poskesdes dan polindes) dengan jumlah
penduduk pendukung untuk 1 sarana adalah 2.500 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 300
m2. Sedangkan untuk puskesmas dengan jumlah penduduk pendukung 30.000 dan luas lahan
minimal 300 m2. Kemudian standar yang berlaku untuk Praktek dengan jumlah penduduk
pendukung untuk 1 sarana adalah 5000 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 300 m 2. Berikut
data proyeksi kebutuhan sarana kesehatan pada masing-masing:
a. Nanga Mahap
Tabel Demand and Supply Kesehatan Kecamatan Nanga Mahap Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. 1.250
Posyandu 28.980 12 23 -11
Balai Pengobatan 2.500
2.
Warga 28.980 0 12 -12
3. 5.000
Praktek 28.980 0 6 -6
Puskesmas 30.000
4.
Pembantu 28.980 7 1 +6
5. 120.000
Puskesmas 28.980 1 0 +1
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Dari tabel diatas diketahui bahwa fasilitas keshatan akan dibagi menjadi posyandu,
balai pengobatan warga, praktek, puskesmas pembantu, dan puskesmas. Untuk puskesmas
pembantu dan puskesmas jumlah eksisting sudah melampaui kebutuhan yang seharusnya.
Sedangkan untuk posyandu, balai pengobatan warga, dan praktek mengalami kekurangan
fasilitas jika disesuaikan dengan analisis perhitungan menggunakan SPM sebanyak 11, 12,
dan 6 buah.
Dari tabel diatas, diketahui jika hingga tahun 2038 ada fasilitas yang perlu mengalami
penambahan ada yang jumlahnya sudah sesuai bahkan ada fasilitas kesehatan yang jumlah
saat eksisting sudah melebihi jumlah untuk 20 tahun kedepan. Untuk puskesmas dan
puskesmas pembantu tahun 2038 jumlahnya sudah melebihi dari yang seharusnya dengan
kelebihan masing-masing 1 dan 6 buah.Untuk posyandu perlu penambahan sebanyak 20
buah. Balai pengobatan warga dan praktek yang pada kondisi eksisting tidak ada akan
dilakukan penambahan sebanyak 16 dan 8 buah. Berikut ini adalah luasan yang dibutuhkan
untuk pemenuhan fasilitas 20 tahun kedepan:
Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Kesehatan Kecamatan Nanga Mahap (m2)
Lan Tel Lem Kar Nan Bat Land
Nan
Fasil Tahu dau uk bah ang Seba ga u au Temb Cena Tembe Tam Juml
ga
itas n Api Keb Berin Betu bas Mah Pa Kum aga yan suk ang ah
Suri
n au gin ng ap hat pai
1 1 1 7 1.3
2018 112 104 62 124 03 82 146 90 59 76 63 9 90 91
1 1 1 8 1.5
2023 127 120 76 134 15 81 159 101 67 91 69 8 98 27
Posy 1 1 2 9 1 1.6
2028 143 136 90 145 26 81 172 111 75 07 75 8 06 62
andu
2 1 2 10 1 1.7
2033 158 151 03 156 37 80 186 122 82 22 80 7 13 98
2 1 2 11 1 1.9
2038 174 167 17 166 49 79 199 132 90 37 86 6 21 34
4 2 1 4 1 22 2 3.8
2023 318 299 40 336 87 204 397 252 67 79 73 1 45 17
4 3 1 5 1 24 2 4.1
2028 357 339 74 362 15 201 431 278 86 17 87 4 64 56
5 3 2 5 2 26 2 4.4
2033 396 378 09 389 44 199 464 305 06 55 01 7 83 96
5 3 2 5 2 29 3 4.8
2038 435 418 43 416 72 197 498 331 25 93 15 0 02 35
2 1 2 9 1 1.7
2018 140 130 03 154 29 103 182 113 74 20 79 9 13 39
2 1 2 11 1 1.9
2023 159 150 20 168 43 102 199 126 83 39 86 1 22 08
Prak 2 1 2 12 1 2.0
2028 178 169 37 181 58 101 215 139 93 58 93 2 32 78
tek
1 2 1 1 2 1 13 1 2.2
2033 98 189 54 194 72 100 232 152 03 77 00 4 42 48
2 1 1 2 1 14 1 2.4
2038 217 209 72 208 86 99 249 166 12 97 07 5 51 17
1 2
2018 23 22 34 26 22 17 30 19 12 37 13 7 19 90
1 3
2023 27 25 37 28 24 17 33 21 14 40 14 8 20 18
Pust 2 3
2028 30 28 40 30 26 17 36 23 16 43 16 0 22 46
u
2 3
2033 33 32 42 32 29 17 39 25 17 46 17 2 24 75
2 4
2038 36 35 45 35 31 16 41 28 19 49 18 4 25 03
Pusk 2018 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
esma
s 2023 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2028 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2033 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2038 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lan Tel Lem Kar Nan Bat Land
Nan
Fasil Tahu dau uk bah ang Seba ga u au Temb Cena Tembe Tam Juml
ga
itas n Api Keb Berin Betu bas Mah Pa Kum aga yan suk ang ah
Suri
n au gin ng ap hat pai
Dari tabel diatas. Jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk kesehatan
berkisar 1 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 posyandu membutuhkan luas sekitar 0,2 Ha,
balai pengobatan warga sebanyak 0,5 Ha, praktek sebanyak 0,2 Ha. Hal ini jika
menggunakan standar, namun luas pembangunan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang
diperlukan.
b. Nanga Taman
Tabel Demand and Supply Kesehatan Kecamatan Nanga Taman Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. 1.250
Posyandu 30.727 14 25 -11
Balai Pengobatan 2.500
2.
Warga 30.727 0 12 -12
3. 5.000
Praktek 30.727 0 6 -6
Puskesmas 30.000
4.
Pembantu 30.727 5 1 +4
5. 120.000
Puskesmas 30.727 1 0 +1
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Dari tabel diatas diketahui bahwa fasilitas keshatan akan dibagi menjadi Posyandu,
Balai Pengobatan Warga, Praktek, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas. Untuk Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas jumlah eksisting sudah melampaui kebutuhan yang seharusnya.
Sedangkan untuk Posyandu, Balai Pengobatan Warga, dan Praktek mengalami kekurangan
fasilitas jika disesuaikan dengan analisis perhitungan menggunakan SPM sebanyak 11, 12,
dan 6 buah.
Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan 2023-2038 Kecamatan Nanga Taman
Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, dibutuhkan fasilitas
Posyandu sebanyak 42 buah dengan kebutuhan luas lahan 2.531 m 2. Sedangkan untuk Balai
Pengobatan Warga sebanyak 21 buah dengan luas lahan 6.327 m 2. Untuk Praktek
membutuhkan 11 buah dengan luas 3.163 m2. Sedangkan untuk Puskesmas Pembantu
dibutuhkan 2 buah. Jumlah penduduk yang ada jika dianalisis, menunjukkan bahwa tidak
perlu dibangunnya puskesmas. Namun pada Kecamatan Nanga Taman telah terdapat 1 buah
puskesmas .
2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 3 1 25
2018
2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 29
2023
Posy 3 1 2 2 4 4 2 3 2 2 3 4 2 33
andu 2028
3 1 2 2 4 5 2 4 2 2 4 5 2 38
2033
3 1 2 2 5 6 2 5 2 2 4 5 2 42
2038
BP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
W 2018
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 14
2023
2028 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 17
Nan Nan
ga Nan Nan Lub Nan Sung ga Tapa Nan
Fasil Tah Eng ga ga uk Rira ga ai Kiun ng ga
itas un kulu Kom Mon Taja Pant Mer ng Tam Sena Law gkan Ting Men Juml
n an gko u ok agun jati an ngak ak g gang ukak ah
1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 1 19
2033
2 1 1 1 3 3 1 2 1 1 2 3 1 21
2038
1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 6
2018
1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 7
2023
Prak 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8
tek 2028
1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
2033
1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11
2038
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2018
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2023
Pust 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
u 2028
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
2033
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
2038
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2018
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2023
Pusk
esma 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2028
s 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2033
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2038
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Dari tabel diatas, diketahui jika hingga tahun 2038 ada fasilitas yang perlu mengalami
penambahan ada yang jumlahnya sudah sesuai bahkan ada fasilitas kesehatan yang jumlah
saat eksisting sudah melebihi jumlah untuk 20 tahun kedepan. Untuk puskesmas dan
puskesmas pembantu tahun 2038 jumlahnya sudah melebihi dari yang seharusnya dengan
kelebihan masing-masing 1 dan 3 buah.Untuk posyandu perlu penambahan sebanyak 28
buah. Balai pengobatan warga dan praktek yang pada kondisi eksisting tidak ada akan
dilakukan penambahan sebanyak 21 dan 11 buah. Berikut ini adalah luasan yang dibutuhkan
untuk pemenuhan fasilitas 20 tahun kedepan:
Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Kesehatan Kecamatan Nanga Taman (m2)
Nan Nan Na Nang
ga ga Nang Lub nga Sung a Tapan Nang
Fasil Tahu Eng Ko a uk Mer Rira Ta ai Kiun g a
itas n kul ma Mon Taja Pant agu ng ma Sena Lawa gkan Tingg Men Juml
un n gko u ok n jati n ngak k g ang ukak ah
1 1 1 1 8 1.4 1
31 62 96 94 133 62 100 110 127 86 14 75 4 75 31
1 2 1 2 9 1.7 1
47 62 104 99 176 10 112 155 132 93 47 10 3 39 47
Posy 1 1 2 1 2 10 2.0 1
andu 63 63 112 04 218 57 125 200 136 99 79 44 2 03 63
1 1 3 1 2 2 11 2.2 1
78 64 120 09 261 04 137 246 141 06 12 78 0 67 78
1 1 3 1 2 3 11 2.5 1
94 65 128 13 303 52 150 291 145 12 44 13 9 31 94
3 2 4 2 2 4 21 3.6 3
28 154 241 36 332 06 249 274 318 15 86 39 1 87 28
3 2 5 2 3 5 23 4.3 3
67 156 261 48 439 24 281 388 329 31 67 24 2 47 67
4 2 6 2 4 6 25 5.0 4
BPW 06 159 281 59 545 42 312 501 340 48 48 10 4 07 06
4 2 7 2 5 6 27 5.6 4
46 161 301 71 652 61 343 615 352 64 30 96 6 67 46
4 2 8 2 6 7 29 6.3 4
85 164 321 83 759 79 375 728 363 81 11 82 7 27 85
1 1 2 1 1 2 10 1.8 1
64 77 120 18 166 03 125 137 159 07 43 19 5 44 64
1 1 2 1 1 2 11 2.1 1
83 78 130 24 219 62 140 194 165 16 84 62 6 74 83
Prak 2 1 3 1 2 3 12 2.5 2
tek 03 79 140 30 273 21 156 251 170 24 24 05 7 03 03
2 1 3 1 2 3 13 2.8 2
23 81 150 36 326 80 172 307 176 32 65 48 8 33 23
2 1 4 1 3 3 14 3.1 2
43 82 160 42 379 39 187 364 181 40 05 91 9 63 43
Nan Nan Na Nang
ga ga Nang Lub nga Sung a Tapan Nang
Fasil Tahu Eng Ko a uk Mer Rira Ta ai Kiun g a
itas n kul ma Mon Taja Pant agu ng ma Sena Lawa gkan Tingg Men Juml
un n gko u ok n jati n ngak k g ang ukak ah
1 3
27 13 20 20 28 34 21 23 27 18 24 37 8 07 27
1 3
31 13 22 21 37 44 23 32 27 19 31 44 9 62 31
Pust 2 4
u 34 13 23 22 45 54 26 42 28 21 37 51 1 17 34
2 4
37 13 25 23 54 63 29 51 29 22 44 58 3 72 37
2 5
40 14 27 24 63 73 31 61 30 23 51 65 5 27 40
1 2
23 11 17 16 23 28 17 19 22 15 20 30 5 56 23
1 3
25 11 18 17 30 36 19 27 23 16 25 36 6 02 25
Pusk 1 3
esma 28 11 20 18 38 45 22 35 24 17 31 42 8 48 28
s
1 3
31 11 21 19 45 53 24 43 24 18 37 48 9 94 31
2 4
34 11 22 20 53 61 26 51 25 20 42 54 1 39 34
Dari tabel diatas. Jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk kesehatan
berkisar 1,3 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 posyandu membutuhkan luas sekitar 0,25
Ha, balai pengobatan warga sebanyak 0,63 Ha, praktek sebanyak 0,3 Ha. Hal ini jika
menggunakan standar, namun luas pembangunan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang
diperlukan.
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu
disediakan di lingkungan perumahan. Selain direncanakan sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan, juga harus sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena
berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni yang
bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah sarana peribadatan yang akan
dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa
waktu.
Fasilitas peribadatan di wilayah studi didominasi oleh gereja katolik dan gereja protestan. Hal
ini disebabkan karena mayoritas penduduk di wilayah studi beragama kristen dan katolik.
Fasilitas gereja tersebar di setiap desa yang menjadi wilayah studi. Berdasarkan standar yang
berlaku, musholla dengan jumlah penduduk pendukung untuk 1 sarana adalah 250 jiwa
dengan lahan yang dibutuhkan 100 m2, Masjid Warga dengan jumlah pendukung 1 sarana
2500 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 600 m2. Untuk fasilitas gereja katolik, gereja
protestan, dan klenteng dilakukan dengan perhitungan tren karena tidak terdapat di pedoman
SNI 03-1733- 2004. Adapun rumus perhitungan dari analisis menggunakan tren dimana :
Jumlah penduduk Kecamatan eksisting
Asumsi standar sarana =
Jumlah sarana Kecamatan eksisting
Tabel Demand and Supply Peribadatan Kecamatan Nanga Mahap Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. Musholla 1.250 28.980 20 29 -9
2. Masjid warga 1.600 28.980 5 12 -7
3. Gereja katolik 658 28.980 44 44 0
4. Gereja protestan 5.796 28.980 5 5 0
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Dari tabel diatas diketahui bahwa fasilitas peribadatan dibagi menjadi musholla,
masjid warga, gereja protestan, dan gereja katolik. Untuk klenteng yang ada pada kondisi
eksisting saat dilakukan analisis, tidak diperlukannya penambahan jumlah. Untuk gereja
protestan dan katolik jumlah yang ada sesuai dikarenakan menggunakan metode tren. Untuk
masjid dan musholla mengalami kekurangan, dengan masing-masing 7 dan 9 buah unit.
Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas musholla
sebanyak 40 unit dengan kebutuhan luas 4.029 m2. Untuk masjid sebanyak sebanyak 16 unit
dengan kebutuhan luas lahan 9.670 m2. Sedangkan untuk gereja katolik sebanyak 61 buah
dengan luas lahan 30.616 m2. Untuk gereja protestan membutuhkan 7 unit dengan luas 3.476
m2.
Dari tabel diatas, diketahui jika hingga tahun 2038 semua fasilitas perlu mengalami
penambahan terkecuali klenteng. Untuk musholla sebanyak 20 buah. Untuk masjid warga
perlu penambahan sebanyak 11 buah. Sedangkan untuk gereja katolik menurut hasil analisis
perlu penambahan 17 buah dan gereja katolik sebanyak 2 buah. Berikut ini adalah luasan
yang dibutuhkan untuk pemenuhan fasilitas 20 tahun kedepan:
Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Peribadatan Kecamatan Nanga Mahap (m2)
Lan
Lan Tel Lem Kar Nan Bat
Nan dau Ta
Fasilit Tahu dau uk bah ang Seba ga u Temb Cena Tembe Jumla
ga Ku ma
as n Api Keb Beri Bet bas Mah Pah aga yan suk h
Suri mp ng
n au ngin ung ap at
ai
TK 3 1 1 2.8
2018 233 217 338 257 215 171 303 188 123 67 32 65 188 98
2023 3 1 1 3.1
Lan
Lan Tel Lem Kar Nan Bat
Nan dau Ta
Fasilit Tahu dau uk bah ang Seba ga u Temb Cena Tembe Jumla
ga Ku ma
as n Api Keb Beri Bet bas Mah Pah aga yan suk h
Suri mp ng
n au ngin ung ap at
ai
265 250 367 280 239 170 331 210 139 99 44 84 204 81
4 1 2 3.4
2028 297 282 395 302 263 168 359 232 155 31 56 04 220 64
4 1 2 3.7
2033 330 315 424 324 286 166 387 254 171 62 67 23 236 46
4 1 2 4.0
2038 362 348 453 346 310 164 415 276 187 94 79 42 252 29
8 3 3 6.9
2018 558 520 811 618 517 411 728 452 295 81 17 96 451 55
9 3 4 7.6
2023 636 599 880 671 574 407 795 504 334 57 45 42 490 34
1.0 3 4 8.3
SD
2028 714 678 948 725 630 403 861 557 373 34 73 88 528 12
1. 1.1 4 5 8.9
2033 791 757 017 778 687 399 928 609 411 10 01 35 566 91
1. 1.1 4 5 9.6
2038 869 836 086 831 744 395 995 662 450 86 29 81 605 70
SMA 3 1 1 2.5
2018 201 187 291 222 186 148 262 162 106 17 14 42 162 00
3 1 1 2.7
2023 229 215 316 241 206 146 286 181 120 44 24 59 176 44
2028 3 1 1 2.9
257 244 260 145 200 134 72 34 76 190 88
Lan
Lan Tel Lem Kar Nan Bat
Nan dau Ta
Fasilit Tahu dau uk bah ang Seba ga u Temb Cena Tembe Jumla
ga Ku ma
as n Api Keb Beri Bet bas Mah Pah aga yan suk h
Suri mp ng
n au ngin ung ap at
ai
341 227 310
3 1 1 3.2
2033 284 272 366 280 247 143 334 219 148 99 44 92 204 32
4 1 2 3.4
2038 312 300 390 299 268 142 358 238 162 26 54 09 217 76
Dari tabel diatas. Jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk peribadatan
berkisar 4,8 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 musholla membutuhkan luas sekitar 0,4 Ha,
masjid 1 Ha, gereja katolik 3 Ha, dan gereja protestan 0,4 Ha. Hal ini jika menggunakan
standar, namun luas pembangunan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan.
b. Nanga Taman
Tabel Demand and Supply Peribadatan Kecamatan Nanga Taman Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. Musholla 1.250 30.727 18 31 -13
2. 30.727
Masjid warga 1.600 4 12 -8
3. 30.727
Gereja katolik 458 67 67 0
4. 30.727
Gereja protestan 7.681 4 4 0
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Dari tabel diatas diketahui bahwa fasilitas peribadatan dibagi menjadi musholla,
masjid warga, gereja protestan, dan gereja katolik. Untuk gereja protestan dan katolik jumlah
yang ada sesuai dikarenakan menggunakan metode tren. Untuk masjid dan musholla
mengalami kekurangan, dengan masing-masing 8 dan 15 buah unit.
Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas musholla
sebanyak 53 unit dengan kebutuhan luas 5.272 m2. Untuk masjid sebanyak sebanyak 21 unit
dengan kebutuhan luas lahan 12.653 m2. Sedangkan untuk gereja katolik sebanyak 115 buah
dengan luas lahan 57.557 m2. Untuk gereja protestan membutuhkan 7 unit dengan luas 3.432
m2.
3 1 2 2 3 3 2 2 3 2 2 4 2 31
2018
3 1 2 2 4 4 2 3 3 2 3 4 2 36
2023
Mush 3 1 2 2 5 5 3 4 3 2 4 5 2 42
olla 2028
4 1 3 2 5 6 3 5 3 2 4 6 2 47
2033
4 1 3 2 6 7 3 6 3 2 5 7 2 53
2038
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
2018
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 14
2023
Masji
d 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 17
2028
warga 1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 1 19
2033
2 1 1 1 3 3 1 2 1 1 2 3 1 21
2038
Gereja 6 3 4 4 6 7 5 5 6 4 5 8 4 67
Katoli 2018
k 7 3 5 5 8 10 5 7 6 4 7 10 4 79
2023
7 3 5 5 10 12 6 9 6 5 8 11 5 91
2028
8 3 5 5 12 14 6 11 6 5 10 13 5 103
2033
2038 9 3 6 5 14 16 7 13 7 5 11 14 5 115
Na
ng
a Nan Na Nang
Fasilit Tahu En ga Nang Lub nga Sung a Tapan Nang
as n gk Ko a uk Mer Rira Ta ai Kiun g a
ulu ma Mon Taja Pant agu ng ma Sena Lawa gkan Tingg Men Juml
n n gko u ok n jati n ngak k g ang ukak ah
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
2018
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 5
2023
Gereja
protest 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 5
2028
an 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 6
2033
1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 7
2038
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Dari tabel diatas, diketahui jika hingga tahun 2038 semua fasilitas perlu mengalami
penambahan. Untuk musholla sebanyak 35 buah. Untuk masjid warga perlu penambahan
sebanyak 17 buah. Sedangkan untuk gereja katolik menurut hasil analisis perlu penambahan
48 buah dan gereja katolik sebanyak 3 buah. Berikut ini adalah luasan yang dibutuhkan untuk
pemenuhan fasilitas 20 tahun kedepan:
Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Peribadatan Kecamatan Nanga Taman (m2)
Nan Nan Nan Nang Nan
ga ga Nang Lub ga Sung a Tapan ga
Fasilit Tahu Eng Ko a uk Mer Rira Ta Sen ai Kiun g Me
as n kul ma Mon Taj Pant agu ng ma ang Lawa gkan Tingg nuk Jumla
un n gko au ok n jati n ak k g ang ak h
3 1 1 2.8
2018 233 217 338 257 215 171 303 188 123 67 32 65 188 98
3 1 1 3.1
2023 265 250 367 280 239 170 331 210 139 99 44 84 204 81
4 1 2 3.4
TK
2028 297 282 395 302 263 168 359 232 155 31 56 04 220 64
4 1 2 3.7
2033 330 315 424 324 286 166 387 254 171 62 67 23 236 46
4 1 2 4.0
2038 362 348 453 346 310 164 415 276 187 94 79 42 252 29
Nan Nan Nan Nang Nan
ga ga Nang Lub ga Sung a Tapan ga
Fasilit Tahu Eng Ko a uk Mer Rira Ta Sen ai Kiun g Me
as n kul ma Mon Taj Pant agu ng ma ang Lawa gkan Tingg nuk Jumla
un n gko au ok n jati n ak k g ang ak h
8 3 3 6.9
2018 558 520 811 618 517 411 728 452 295 81 17 96 451 55
9 3 4 7.6
2023 636 599 880 671 574 407 795 504 334 57 45 42 490 34
1.0 3 4 8.3
SD
2028 714 678 948 725 630 403 861 557 373 34 73 88 528 12
1. 1.1 4 5 8.9
2033 791 757 017 778 687 399 928 609 411 10 01 35 566 91
1. 1.1 4 5 9.6
2038 869 836 086 831 744 395 995 662 450 86 29 81 605 70
1 2 3 3.0
2023 273 128 201 196 277 338 208 228 265 79 38 65 176 73
1 3 4 3.6
SMP
2028 306 130 217 206 366 437 234 323 274 93 06 37 194 23
2 3 5 4.1
2033 339 132 234 216 455 535 260 418 284 07 74 08 212 72
2 4 5 4.7
2038 371 134 251 226 543 634 286 512 293 20 41 80 230 22
2 5 6 5.2
2018 404 136 267 236 632 732 312 607 302 34 09 51 248 72
4 5 8 7.3
2023 655 308 481 471 664 812 498 548 636 30 72 77 422 74
1 4 7 1.0 8.6
SMA
2028 734 312 522 495 878 .048 561 775 659 63 34 49 465 94
1. 1 1 4 8 1.2 10.0
2033 813 317 562 519 091 .285 624 .002 681 96 97 20 508 14
Fasilitas Umum yang yang akan dianalisis berupa Balai Pertemuan Warga, Pos Keamanan
dan Stadion. Berdasarkan standar yang berlaku untuk balai/gedung pertemuan dengan jumlah
penduduk pendukung untuk 1 sarana adalah 2.500 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 300
m2. Sedangkan untuk pos keamanan 1 sarana memiliki penduduk pendukung 2.500 dengan
luas lahan minimal 400 m2. Selain fasilitas umum tersebut, Pemerintah Kabupaten Sekadau
merencanakan akan dibangunnya wc umum yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
yang ada agar tidak terjadi lagi kegiatan BAB sembarangan. Berikut proyeksi kedua fasilitas
umum tersebut.
a. Nanga Mahap
Tabel Demand dan Supply Fasilitas Umum Kecamatan Nanga Mahap Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
Balai
Pertemuan
1. Warga 2.500 28.980 0 12 -12
Pos
2. Keamanan 2.500 28.980 13 12 +1
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada kondisi eksisting untuk fasilitas umum
berupa balai pertemuan warga dan pos keamanan. Untuk kelebihan pada tabel diatas, dapat
dilihat jika untuk Balai pertemuan warga, tidak terdapat balai untuk warga berdiskusi. Warga
biasanya menggunakan rumah ketua petinggi desa/kantor desa untuk berdiskusi. Seharusnya
perlu 12 buah balai pertemuan warga jika melihat jumlah penduduk yang ada. Sedangkan
untuk pos keamanan, dikarenakan pada kawasan studi terdapat 13 desa dan setiap desa
memiliki pos keamanan tersendiri. Untuk wc umum sendiri, akan dibangun sesuai dengan
kebutuhan masing-masing desa. Dengan menggunakan asumsi setiap 10 KK yang tidak
memiliki jamban pribadi, dibangun 1 wc umum. Wc umum akan disebar disetiap dusun
sehingga dapat merata penggunaanya.
Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas balai
pertemuan warga sebanyak 16 unit dengan kebutuhan luas lahan 4.835 m 2. Untuk pos
keamanan dibutuhkan 16 buah dengan luas lahan 6.446 m 2. Berikut distribusi fasilitas per
desa:
2023 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 13
Balai
Pertemua 2028 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 14
n Warga
2033 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 15
2038 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 16
2018 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12
2023 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 13
Pos
Keamana 2028 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 14
n
2033 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 15
2038 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 16
Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Fasilitas Umum Kecamatan Nanga Mahap (m2)
Lan
Telu Lemb Kara Nan dau
Fasilitas Land k ah ng Nan ga Batu Ku
au Keb Berin Betu Seba ga Mah Paha mpa Temb Cenay Tembe Tam Jumla
Tahun Apin au gin ng bas Suri ap t i aga an suk ang h
1 3.
2018 279 260 405 309 258 206 364 226 148 441 159 98 226 478
2 3.
2023 318 299 440 336 287 204 397 252 167 479 173 21 245 817
Balai 2 4.
Pertemua 2028 357 339 474 362 315 201 431 278 186 517 187 44 264 156
n Warga
2 4.
2033 396 378 509 389 344 199 464 305 206 555 201 67 283 496
2 4.
2038 435 418 543 416 372 197 498 331 225 593 215 90 302 835
2 4.
2018 372 347 541 412 344 274 485 301 197 588 211 64 301 637
2 5.
2023 424 399 586 447 382 271 530 336 223 638 230 95 327 089
Pos 3 5.
Keaman 2028 476 452 632 483 420 269 574 371 248 689 249 26 352 542
an
3 5.
2033 528 505 678 519 458 266 619 406 274 740 268 56 378 994
3 6.
2038 579 557 724 554 496 263 663 441 300 791 286 87 403 446
Dari tabel diatas, jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk fasilitas umum untuk
tahun 2038 berkisar 1 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 balai pertemuan warga
membutuhkan sebanyak 0,4 Ha. Untuk pos kemanan menbutuhkan 0,6 Ha.
b. Nanga Taman
Tabel Demand dan Supply Fasilitas Umum Kecamatan Nanga Taman Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
Balai
Pertemuan
1. Warga 2.500 30.727 0 21 -21
Pos
2. Keamanan 2.500 30.727 13 21 -8
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada kondisi eksisting untuk fasilitas umum
berupa balai pertemuan warga dan pos keamanan. Untuk kelebihan pada tabel diatas, dapat
dilihat jika untuk Balai pertemuan warga, tidak terdapat balai untuk warga berdiskusi. Sama
seperti Nanga Mahap, warga di Nanga Taman biasanya menggunakan rumah ketua petinggi
desa/kantor desa untuk berdiskusi. Seharusnya perlu 21 buah balai pertemuan warga jika
melihat jumlah penduduk yang ada. Sedangkan untuk pos keamanan, dikarenakan pada
kawasan studi terdapat 13 desa dan setiap desa memiliki pos keamanan tersendiri. Untuk wc
umum sendiri, akan dibangun sesuai dengan kebutuhan masing-masing desa. Dengan
menggunakan asumsi setiap 10 KK yang tidak memiliki jamban pribadi, dibangun 1 wc
umum. Wc umum akan disebar pada masing-masing dusun.
Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan fasilitas balai
pertemuan warga sebanyak 21 unit dengan kebutuhan luas lahan 6.327 m 2. Untuk pos
keamanan dibutuhkan 21 buah dengan luas lahan 8.436 m 2. Berikut distribusi fasilitas per
desa:
2018 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
2023 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 14
Balai
Pertemua 2028 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 17
n Warga
2033 1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 1 19
2038 2 1 1 1 3 3 1 2 1 1 2 3 1 21
2018 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
2023 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 14
Pos
Keamana 2028 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 17
n
2033 1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 1 19
2038 2 1 1 1 3 3 1 2 1 1 2 3 1 21
Setelah dianalisis, kebutuhan balai pertemuan warga untuk 20 tahun kedepan menjadi 21
buah. Sedangkan untuk pos keamanan juga berjumlah 21 buah. Untuk kebutuhan luasnya
lihat tabel dibawah ini:
Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan Fasilitas Umum Kecamatan Nanga Taman (m2)
Na Nang Nan
nga Nan Nan Lub Nan Sunga a Tapan ga
Eng ga ga uk Rira ga Sen i Kiun g Men
Fasilitas Tahun
kul Ko Mon Taja Panto Mera ng Tam ang Lawa gkan Tingg uka Jumla
un man gko u k gun jati an ak k g ang k h
Balai
Pertemua 2018 328 154 241 236 332 406 249 274 318 215 286 439 211 3.687
n Warga
2023 367 156 261 248 439 524 281 388 329 231 367 524 232 4.347
2028 406 159 281 259 545 642 312 501 340 248 448 610 254 5.007
2033 446 161 301 271 652 761 343 615 352 264 530 696 276 5.667
2038
485 164 321 283 375 728 363 297
Na Nang Nan
nga Nan Nan Lub Nan Sunga a Tapan ga
Eng ga ga uk Rira ga Sen i Kiun g Men
Fasilitas Tahun
kul Ko Mon Taja Panto Mera ng Tam ang Lawa gkan Tingg uka Jumla
un man gko u k gun jati an ak k g ang k h
2018 437 205 321 314 443 541 332 365 424 286 381 585 281 4.916
2023 489 208 348 330 585 699 374 517 439 308 490 699 310 5.796
Pos
Keaman 2028 542 212 374 346 727 857 416 668 454 330 598 814 339 6.676
an
2033 594 215 401 362 869 1.014 458 820 469 352 706 928 367 7.556
2038 647 218 428 378 1.012 1.172 500 971 484 374 815 1.042 396 8.436
Dari tabel diatas, jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk fasilitas umum untuk
tahun 2038 berkisar 1,5 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 balai pertemuan warga
membutuhkan sebanyak 0,65 Ha. Untuk pos kemanan menbutuhkan 0,85 Ha.
Ruang Terbuka Hijau sangat dibutuhkan masyarakat. Fasilitas ruang terbuka hijau yang ada
di wilayah kajian adalah berupa pemakaman dan lapangan terbuka. Adapun beberapa
pemakaman yang ada di wilayah kajian, hanyalah pemakaman skala kecil atau dapat
dikatakan pemakaman yang warga yang hanya dapat menampung sedikit makam. Sedangkan
lapangan olahraga yang ada, berupa lapangan terbuka skala kecil yang dapat digunakan
warga untuk bermain sepak bola/voli.
Oleh karena ruang terbuka yang terdapat di wilayah kajian hanya berupa pemakaman dan
lapangan olahraga, maka dibutuhkan lagi ruang terbuka hijau lainnya seperti taman RT dan
taman RW untuk kebutuhan masyarakat. Penggolongan sarana ruang terbuka hijau di
lingkungan perumahan berdasarkan kapasitas pelayanannya terhadap sejumlah penduduk.
Keseluruhan jenis ruang terbuka hijau tersebut adalah setiap unit RT kawasan berpenduduk
250 jiwa dibutuhkan minimal satu untuk taman yang dapat memberikan kesegaran pada kota
dengan lahan 250 m2, baik udara segar maupun cahaya matahari, sekaligus tempat bermain
anak-anak, setiap unit RW kawasan berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan sekurang-kurangnya
satu daerah terbuka berupa taman dengan luas lahan 1.250 m2. Sedangkan untuk taman dan
lapangan olahraga membutuhkan penduduk pendukung sebanyak 30.000 dengan luas 9.000
m2.
a. Nanga Mahap
Tabel Demand dan Supply RTH Kecamatan Nanga Mahap Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
250 28.980
1. Taman RT 0 123 -123
2.500 28.980
2. Taman RW 0 12 -12
Taman dan
Lapangan
30.000 28.980
3. Olahrag 0 1 -1
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada kondisi eksisting untuk RTH berupa
taman RT, taman RW, dan taman dan lapangan olahraga. Pada wilayah studi, taman yang ada
berupa lapangan kosong yang biasanya dekat dengan fasilitas pendidikan sehingga dapat
dijadikan lapangan untuk sekolah maupun digunakan masyarakat setempat. Untuk klasifikasi
fasilitas taman RT, taman RW, dan lapangan olahraga tidak ada pada kawasan studi.
2023 11 10 15 11 10 7 13 8 6 16 6 7 8 127
Taman 12 11 16 12 11 7 14 9 6 17 6 8 9 139
2028
RT
2033 13 13 17 13 11 7 15 10 7 18 7 9 9 150
2038 14 14 18 14 12 7 17 11 7 20 7 10 10 161
2018 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12
2023 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 13
Taman 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 14
2028
RW
2033 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 15
2038 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 16
2018 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
Taman 2023 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
dan
Lapanga 2028 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
n
Olahraga 2033 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
2038 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
Setelah dianalisis, kebutuhan taman RT untuk 20 tahun kedepan menjadi 161 buah.
Sedangkan untuk taman RW berjumlah 16 buah. Taman dan Lapangan Olahraga dibutuhkan
1 buah Untuk kebutuhan luasnya lihat tabel dibawah ini:
Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan RTH Kecamatan Nanga Mahap (m2)
Tel Lem Kar Nan Bat Land
Lan Nan
uk bah ang Seba ga u au Temb Cena Tembe Tam Juml
Fasilitas Tahun dau ga
Keb Berin Betu bas Mah Pa Kum aga yan suk ang ah
Apin Suri
au gin ng ap hat pai
2 3. 2 1 3. 1. 1. 1 28
2018 2.1 2.57 1.7 3.03 1.8
.326 379 .153 .230 672 321 650 .881 .980
67 3 13 3 82
2 3. 2 1 3. 1. 1. 2 31
2023 2.4 2.79 1.6 3.31 2.1
.650 665 .390 .391 989 438 843 .041 .808
96 6 96 1 01
Taman
2 3. 2 1 4. 1. 2. 2 34
2028 2.8 3.01 1.6 3.59 2.3
RT .974 952 .627 .552 307 555 035 .201 .635
25 9 79 0 20
3 4. 2 1 4. 1. 2. 2 37
2033 3.1 3.24 1.6 3.86 2.5
.298 238 .864 .713 624 672 228 .360 .463
54 2 62 8 40
3 4. 3 1 4. 1. 2. 2 40
2038 3.4 3.46 1.6 4.14 2.7
.621 525 .101 .874 942 790 420 .520 .290
83 4 45 6 59
1 1. 1 1. 1. 2 34
2018 1.0 1.28 1.51
.163 689 .076 857 941 615 836 660 980 .257 .776
83 7 7
1 1. 1 1. 2. 2 38
2023 1.2 1.39 1.65 1.0
.325 833 .195 848 696 995 719 211 .449 .169
48 8 6 50
Taman
1 1. 1 2. 2. 2 41
2028 1.4 1.50 1.79 1.1
RW .487 976 .313 839 776 153 778 442 .641 .562
12 9 5 60
1 2. 1 2. 2. 2 44
2033 1.5 1.62 1.93 1.2
.649 119 .432 831 857 312 836 673 .832 .955
77 1 4 70
1 2. 1 2. 2. 3 48
2038 1.7 1.73 2.07 1.3
.811 263 .550 822 937 471 895 905 .024 .348
41 2 3 79
9.00 9.00
2028 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0
Dari tabel diatas, jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk RTH tahun 2038
berkisar 10 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 taman RT membutuhkan sebanyak 4 Ha.
Untuk taman RW menbutuhkan 5 Ha. Sedangkan taman dan lapangan olahraga sebanyak 1
Ha.
b. Nanga Taman
Tabel Demand dan Supply RTH Kecamatan Nanga Taman Tahun 2018
Daya
∑ Pddk yang
No Fasilitas Tampung Supply Demand Kelebihan
dilayani
Pddk
1. 250 30.727 0 123 -123
Taman RT
2. 2.500 30.727 0 12 -12
Taman RW
Taman dan
3. Lapangan 30.000 30.727 0 1 -1
Olahrag
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada kondisi eksisting untuk RTH berupa
taman RT, taman RW, dan taman dan lapangan olahraga. Pada wilayah studi, taman yang ada
berupa lapangan kosong yang bisa digunakan oleh masyarakat setempat. Untuk klasifikasi
fasilitas taman RT, taman RW, dan lapangan olahraga tidak ada pada kawasan studi.
Berdasarkan hasil proyeksi diketahui bahwa sampai tahun 2038, kebutuhan taman RT dan
RW sebanyak 211 dan 21 buah dengan kebutuhan luas lahan masing-masing 52.722 m2 dan
63.267 m2. Untuk taman dan lapangan olahraga dibutuhkan 1 buah dengan luas lahan 18.000
m2. Berikut distribusi fasilitas per desa:
Nan Na Nang
ga Nan Nang Lub nga Sunga a Tapan Nang
Eng ga a uk Mer Rira Ta i Kiun g a
Fasilitas Tahun
kulu Ko Mon Taja Pant agu ng ma Sena Lawa gkan Tingg Men Juml
n man gko u ok n jati n ngak k g ang ukak ah
2018 11 5 8 8 11 14 8 9 11 7 10 15 7 123
2023 12 5 9 8 15 17 9 13 11 8 12 17 8 145
Taman 14 5 9 9 18 21 10 17 11 8 15 20 8 167
2028
RT
2033 15 5 10 9 22 25 11 20 12 9 18 23 9 189
2038 16 5 11 9 25 29 12 24 12 9 20 26 10 211
2018 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
2023 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 14
Taman 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 17
2028
RW
2033 1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 1 19
2038 2 1 1 1 3 3 1 2 1 1 2 3 1 21
2018 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
Taman 2023 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
dan
Lapanga 2028 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
n
Olahraga 2033 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2
2038 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2
Tabel Analisis Kebutuhan Luas Lahan RTH Kecamatan Nanga Taman (m2)
Nan Na Nang
ga Nan Nang Lub nga Sunga a Tapan Nang
Eng ga a uk Mer Rira Ta i Kiun g a
Fasilitas Tahun
kulu Ko Mon Taja Pant agu ng ma Sena Lawa gkan Tingg Men Juml
n man gko u ok n jati n ngak k g ang ukak ah
2 2. 2 2 1. 2. 3. 1 30
2018 1.2 1.96 3.3 2.07 2.2
.729 006 .768 .651 790 383 655 .757 .727
81 4 84 7 83
3 2. 3 2 1. 3. 4. 1 36
2023 1.3 2.06 4.3 2.33 3.2
.058 173 .656 .744 928 060 370 .937 .226
02 3 69 8 30
Taman
3 2. 4 2 2. 3. 5. 2 41
2028 1.3 2.16 5.3 2.59 4.1
RT .386 340 .545 .836 065 737 084 .116 .724
23 2 54 9 76
3 2. 5 2 2. 4. 5. 2 47
2033 1.3 2.26 6.3 2.86 5.1
.714 507 .434 .929 203 414 799 .296 .223
44 1 38 1 23
4 2. 6 3 2. 5. 6. 2 52
2038 1.3 2.36 7.3 3.12 6.0
.042 675 .323 .022 340 091 514 .476 .722
64 0 23 2 70
1 1. 1 1 1. 4. 2 36
2018 1.6 1.03 1.1
.365 641 003 982 .384 .326 895 191 386 .108 .872
92 8 41
1 1. 1 1 1. 5. 2 43
2023 1.03 2.1 1.16 1.6
.529 651 087 .828 .372 964 530 244 .324 .471
1 84 9 15
Taman
1 1. 2 1 1. 1. 6. 2 50
2028 1.08 2.6 1.30 2.0
RW .693 661 170 .273 .418 033 868 101 .540 .069
1 77 0 88
1 1. 2 1 1. 2. 6. 2 56
2033 1.13 3.1 1.43 2.5
.857 672 254 .717 .465 101 207 959 .755 .668
1 69 0 62
2 1. 3 1 1. 2. 7. 2 63
2038 1.18 3.6 1.56 3.0
.021 682 337 .161 .511 170 546 817 .971 .267
0 62 1 35
00 0
0 0 0 0 0 9.0 0 0 0 0 0 0 0 9.00
2023 00 0
Dari tabel diatas, jumlah luas lahan yang dibutuhkan keseluruhan untuk RTH tahun 2038
berkisar 12,5 Ha. Diketahui jika untuk tahun 2038 taman RT membutuhkan sebanyak 5,2 Ha.
Untuk taman RW menbutuhkan 6,3 Ha. Sedangkan taman dan lapangan olahraga sebanyak
1,8 Ha.
Pariwisata adalah rangkaian kegiatan wisata yang didukung oleh bebagai macam fasilitas
baik milik pemerintah maupun swasta. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara (UU RI No. 10 Tahun 2009).
Prinsip penyediaan air minum adalah kebutuhan air minum suatu kawasan/desa,
didasarkan pada besarnya jumlah penduduk yang akan dilayani dikalikan dengan tingkat
kebutuhan air per kapita (UU No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air; PP No.16 Tahun
2005 Tentang Pengembangan SPAM). Analisis kebutuhan seperti yang disajikan pada Tabel
di bawah ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan pemakaian air penduduk dengan
dasar-dasar perhitungan sebagai berikut:
Berdasarkan analisis tabel di atas, penggunaan air di Kecamatan Nanga Mahap rata-rata
adalah 125 L/orang/Hari. Hal ini menjadi dasar asumsi penggunaan air proyeksi. Total
penggunaan air untuk Kecamatan Nanga Mahap pada tahun 2018 adalah 3622,50 m3/hari dan
terus meningkat sampai proyeksi tahun 2038 sebesar 5036,25 m 3/hari. Selain perhitungan
untuk domestik, air juga perlu diproyeksikan untuk kebutuhan non domestik diluar kebutuhan
rumah tangga. Adapun kebutuhan air non domestik Kecamatan Nanga Mahap dapat dilihat
pada tabel berikut.
Berdasarkan tabel di atas, kebutuhan air non domestik adalah 20% dari total kebutuhan
air, sehingga kebutuhan air non domestik akan lebih kecil dibanding kebutuhan air domestik.
Kebutuhan air bersih setiap tahun semakin meningkat mengikuti penambahan jumlah
penduduk. Pada tahun eksisting 2018, kebutuhan air sebesar 579,60 m 3/hari. Hingga akhir
tahun perencanaan, jumlah air yang dibutuhkan untuk mencukupi seluruh masyarakat di
Kecamatan Nanga Mahap adalah sebesar 805,80 m3.
Berdasarkan analisis tabel di atas, dapat dilihat bahwa penggunaan air di Kecamatan
Nanga Taman rata-rata adalah 125 L/orang/Hari. Total penggunaan air untuk Kecamatan
Nanga Taman pada tahun 2018 adalah 3840,82 m3/hari dan terus meningkat hingga tahun
2038 yaitu sebesar 6590,29 m3/hari. Adapun kebutuhan air non domestik Kecamatan Nanga
Taman dapat dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan tabel di atas, kebutuhan air non domestik Kecamatan Nanga Taman pada
tahun eksisting 2018 adalah sebesar 768,16 m3/hari. Hingga akhir tahun perencanaan, jumlah
air yang dibutuhkan untuk mencukupi seluruh masyarakat di Kecamatan Nanga Taman
adalah sebesar 1318,06 m3/hari.
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan timbulan air limbah di Kecamatan Nanga
Mahap setiap tahun semakin meningkat. Perhitungan ini didapat dari asumsi timbulan limbah
80% dari kebutuhan total air bersih di tahun yang sama.
B. Nanga Taman
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat, timbulan air limbah yang dihasilkan di
Kecamatan Nanga Taman terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk. Pada tahun eksisting 2018, jumlah timbulan air limbah sebesar 3072,66 m 3/hari
dan pada akhir tahun perencanaan 2038 yaitu sebesar 5272,23 m3/hari.
3. Analisis Kebutuhan Drainase
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik
yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Sebagai langkah awal di dalam
mencapai lingkungan yang lebih baik, sejalan dengan perkembangan kota serta
mengantisipasi permasalahan yang dihadapi, berbagai upaya telah dikembangkan sesuai
strategi dan arah kebijakan tentang sumber daya air, sungai, dan irigasi. Pada umumnya
Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman belum memiliki sistem jaringan drainase karena
kedua kecamatan tersebut dikelilingi oleh sungai besar dan terdapat faktor lain terkait
keadaan tofografi yang umumnya daratan tinggi berbukit sehingga sulit untuk melakukan
pembangunan drainase. Pada kondisi ini tentunya dibutuhkan drainase untuk menampung air
permukaan tanah, mencegah banjir serta penurunan kualitas air sungai yang digunakan oleh
penduduk untuk kebutuhan sehari-hari disebabkan oleh air genangan atau air limbah yang
dibuang langsung ke sungai. Perbaikan sempadan juga akan menargetkan pembuatan
drainase pada lokasi-lokasi yang belum memiliki saluran drainase. Selain itu, diperlukan
pengelolaan pelebaran dan pendalaman drainase agar lebih banyak menampung air
permukaan tanah jika terjadi hujan dan menghindari bencana banjir serta perlunya
pemeliharan drainase agar drainase dapat mengalirkan air dengan baik.
4. Analisis Persampahan
Sampah merupakan sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk
padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak
dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Sampah
dapat berasal dari kegiatan rumah tangga (domestik), dan kegiatan perdagangan, serta
tempat-tempat umum lainnya.
Setiap penduduk kota menghasilkan sampah yang tidak sedikit jumlahnya jika
dikalikan dengan jumlah penduduk kota secara keseluruhan. Maka dari itu sampah harus
dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan timbunan yang menyebabkan polusi atau
bahkan menimbulkan masalah baru kota seperti banjir dan keindahan kota serta pencemaran
lingkungan lainnya. Gangguan terhadap kebersihan dan keindahan kota tentunya akan
menurunkan kualitas kota secara keseluruhan.
Seiring semakin bertambahnya penduduk, semakin besar pula volume timbulan
sampah yang dihasilkan. Asumsi dan dasar perhitungan volume sampah adalah sebagai
berikut:
Timbulan sampah domestik: 2,5 liter/orang/hari (Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Sekadau)
Timbulan sampah non domestic: 25% dari sampah domestik
Faktor reduksi: 10%
Timbulan sampah yang dihitung merupakan keseluruhan volume timbulan sampah
(cakupan pelayanan 100%)
Adapun proyeksi timbulan sampah Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
A. Kecamatan Nanga Mahap
Tabel Timbulan Sampah
Timbulan Sampah Kec. Nanga Mahap (M3/H)
Desa/Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038
Landau Apin 5,82 6,63 7,43 8,24 9,05
Teluk Kebau 5,42 6,24 7,06 7,88 8,71
Lembah Beringin 8,45 9,16 9,88 10,60 11,31
Karang Betung 6,43 6,99 7,55 8,10 8,66
Sebabas 5,38 5,97 6,57 7,16 7,75
Nanga Suri 4,28 4,24 4,20 4,15 4,11
Nanga Mahap 7,58 8,28 8,97 9,67 10,36
Batu Pahat 4,70 5,25 5,80 6,35 6,90
Landau Kumpai 3,08 3,48 3,88 4,28 4,69
Tembaga 9,18 9,97 10,77 11,56 12,35
Cenayan 3,30 3,60 3,89 4,18 4,47
Tembesuk 4,13 4,61 5,09 5,57 6,05
Tamang 4,70 5,10 5,50 5,90 6,30
Jumlah 72,45 79,52 86,59 93,66 100,73
Sumber : Analisis, 2018
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat kecenderungan timbunan sampah yang tiap
tahun semakin bertambah seiring dengan pertambahan penduduk. Pada tahun eksisting
(2018), timbunan sampah di Kecamatan Nanga Mahap adalah 72,45 m3/hari. Timbulan
sampah ini meningkat pada akhir tahun rencana sebesar yaitu 100,73 m 3/hari. Perhitungan ini
didasarkan pada rata-rata timbulan sampah penduduk Kecamatan Nanga Mahap yaitu 2,5
L/Hari untuk sampah domestik. Selain perhitungan timbulan sampah yang dihasilkan
penduduk, diperlukan pula kebutuhan TPS untuk mengatasi permasalahn timbulan sampah.
Adapun kebutuhan TPS di Kecamatan Nanga Mahap yaitu sebagai berikut.
Berdasarkan analisis proyeksi kebutuhan gardu di Kecamatan Nanga Mahap, dapat diketahui bahwa gardu yang dibutuhkan pada tahun 2018
sebanyak 35 unit. Secara umum kebutuhan gardu terus meningkat hingga akhir tahun perencanaan, maka pada tahun 2038 proyeksi kebutuhan
gardu mencapai 49 buah dengan kapasitas 200 KVA (200.000 Volt Ampere).
Tabel 4.1
Arah Pengembangan Pembangunan di Kecamatan Nanga Taman
No Desa Arah Pengembangan
Pembangunan/penambahan Sarana dan
Prasarana yang masih kurang,
1 Nanga Taman
Pembangunan dan perbaikan
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
2 Riang Jati dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
3 Meragun dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
4 Nanga Kiungkang dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
5 Lubuk Tajau dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
6 Panthok dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
7 Sungai Lawak dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
8 Senangak Pembangunan Sarana dan Prasarana
dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
9 Tapang Tingang dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
10 Nanga Mongko dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
11 Nanga Koman dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
12 Nanga Engkulun dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
13 Nanga Mentukak dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Sumber: Hasil Observasi Kelompok, 2018
Tabel 4.1
Arah Pengembangan Pembangunan di Kecamatan Nanga Mahap
No Desa Arah Pengembangan
Pembangunan/penambahan Sarana dan
Prasarana yang masih kurang,
1 Nanga Mahap
Pembangunan dan perbaikan
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
2 Batu Pahat yang masih kurang, Pembangunan
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
3 Lembah Beringin dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
4 Teluk Kebau Pembangunan Sarana dan Prasarana
dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
5 Landau Apin dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
6 Tembaga dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
7 Cenayan dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
8 Landau Kumpai dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
9 Nanga Suri dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
10 Sebabas dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
11 Karang Betung dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
Pembangunan Sarana dan Prasarana
12 Tamang dan pembangunan serta pelebaran
Infrastruktur Jalan
13 Tembesuk
Sumber: Hasil Observasi Kelompok, 2018
b) Rumah Deret
Rumah deret adalah beberapa rumah yang
bergandengan antara satu unit dengan unit lainnya. Pada
rumah deret, salah satu atau kedua dinding bangunan
induknya menyatu dengan dinding bangunan induk lainnya.
Dengan system rumah deret, unit-unit rumah tersebut
menjadi satu kesatuan. Pada rumah deret, setiap rumah
memiliki kapling sendiri-sendiri.
3) Rumah Maisonet
Maisonet berasal dari kata mai-son-ette. Maisonet adalah
suatu rumah kecil semacam apartemen yang terdiri dari dua lantai
atau lebih, dengan pintu masuk sendiri langsung dari luar.
Maisonet adalah rumah sederhana berlantai dua dan berupa rumah
deret (SNI 03-6981-2004).
Maisonette merupakan fungsi hunian dengan ketinggian
dua lantai. Karena bertingkat dua, maka rumah Maisonet menjadi
tipe standar dari tempat tinggal bertingkat rendag dengan kapasitas
hunian yang tinggi. Guna memaksimalkan manfaat lahan, tata
ruang Maisonette dibuat sederhana untuk mengakomodasi
kebutuhan secara minimal. Maisonette umumnya berupa bangunan
deret atau bangunan rapat dan berada di daerah dengan kategori
Low Rise adalah daerah yang hanya boleh dibangun sebanyak
maksimal 4 tingkat. Maisonette umumnya berupa bangunan deret
atau bangunan rapat.
4) Rumah Susun
Rumah susun atau disingkat rusun, pada dasarnya adalah
apartemen versi sederhana. Rumah susun adalah kelompok rumah
yang dibangun sebagai
bangunan gedung bertngkat. Rumah susun dibangun dalam suatu
lingkungan yang secara fungsional di susun dalam arah horizontal
maupun vertikal. Tiap-tiap satuan rumah susun dapat dimiliki dan
digunakan secara terpisah. Rumah susun juga dilengkapi dengan
bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama (SNI 03-7013-
2004).
3) Kelembagaan
Keberhasilan pembangunan perumahan dalam suatu
wilayah, baik diperkotaan maupun dipedesaan, tidak terlepas dari
peran pemerintah sebagai
pihak yang berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta
menciptkan suatu suasana yang kondusif bagi terciptanya
keberhasilan itu. Masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan
memegang peran penting setiap program pembangunan yang
dijalankan.
2) Rumah Umum
Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah. Rumah umum dapat mendapatkan bantuan dan kemudahan
dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. Adapun salah satu
rumah umum yaitu :
Perumahan Biasa (Perkampungan), Perumahan biasa
merupakan perumahan yang berada di perkampungan,
bukan di kompleks. Perumahan biasa umumnya dimiliki
secara perorangan. Oleh karena itu, bangunannya pun
terdiri dari berbagai model. Besar dan ukurannya
disesuaikan dengan luas tanah yang tersedia. Ada yang
menyisakan lahan di muka rumah, ada juga yang
menyisakan lahan di belakang rumah. Bahkan, ada yang
menghabiskan lahan untuk bangunan karena berbagai
alasan. Di perumahan biasa, ada beberapa warga yang
membangun rumah untuk dikontrakkan atau disewakan
kepada orang lain. Rumah ini dinamakan rumah kontrak
atau rumah sewa.
3) Rumah Khusus
Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan khusus. Yang dimaksud
dengan “kebutuhan khusus”, antara lain adalah kebutuhan untuk
perumahan transmigrasi, permukiman kembali korban bencana
alam, dan rumah sosial untuk menampung orang lansia,
masyarakat miskin, yatim piatu, dan anak terlantar, serta termasuk
juga untuk pembangunan rumah yang lokasinya terpencar dan
rumah di wilayah perbatasan wilayah negara. Rumah khusus
disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
4) Rumah Komersial
Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan
dengan maksud dan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Adapun salah suatu rumah
komersial yaitu :
Perumahan Nasional (Perumnas), Perumnas merupakan
jenis perumahan yang dibangun oleh perusahaan
pengembang (developer). Umumnya, jenis perumahan ini
dibangun dengan menggunakan bahan yang sama (sejenis),
terencana, dan dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena
itu, perumahan tersebut umumnya tertata rapi, baik bentuk
rumah, jalan-jalan, maupun pembangan air limbah rumah
tangga, dan sarana umum lainnya. Masyarakat diberi
kesempatan untuk memiliki rumah tersebut, biasanya
melalui pembayaran secara angsuran. Besarnya angsuran
disesuaikan dengan kemampuan. Makin panjang masa
angsuran, maka makin kecil uang angsurannya. Bila
angsurannya telah lunas, rumah akan menjadi milik
penghuni.
5) Rumah Negara
Rumah negara adalah rumah yang dimiliki negara dan
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau
pegawai negeri. Rumah negara disediakan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah. (Undang-undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman) Adapun rumah
negara yaitu :
Rumah Dinas, adalah rumah yang dibangun oleh
pemerintah untuk para pegawai pemerintah. Jumlah rumah
dinas masih sedikit. Pemerintah belum mampu
menyediakan perumahan untuk semua pegawai negeri.
Tabel 4.1
Arah Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Kecamatan
Nanga Taman
No Desa Arah Pengembangan
Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan perumnas ),
1 Nanga Taman Perumahan Negara (Rumah Dinas) dan
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan Perumnas),
2 Riang Jati
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Perumahan Perkampungan (Rumah
3 Meragun
tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan Perumnas),
4 Nanga Kiungkang
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Perumahan Perkampungan (Rumah
5 Lubuk Tajau
tunggal)
6 Panthok Perumahan Swadaya, Perumahan
Perkampungan (Rumah tunggal)
Perumahan Perkampungan (Rumah
7 Sungai Lawak
tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan Perumnas),
8 Senangak
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Perumahan Swadaya, Perumahan
9 Tapang Tingang
Perkampungan (Rumah tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan Perumnas),
10 Nanga Mongko
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Perumahan Perkampungan (Rumah
11 Nanga Koman
tunggal)
Perumahan Swadaya, Perumahan
12 Nanga Engkulun
Perkampungan (Rumah tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan perumnas ),
13 Nanga Mentukak Perumahan Negara (Rumah Dinas) dan
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Sumber: Hasil Observasi Kelompok, 2018
Tabel 4.1
Arah Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Kecamatan
Nanga Mahap
No Desa Arah Pengembangan
1 Nanga Mahap Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan perumnas ),
Perumahan Negara (Rumah Dinas) dan
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
(Ruko-ruko dan perumnas ), dan
2 Batu Pahat
Perumahan Perkampungan (Rumah
tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
3 Lembah Beringin (Perumnas), Perumahan Perkampungan
(Rumah tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
4 Teluk Kebau (Perumnas), Perumahan Perkampungan
(Rumah tunggal)
Perumahan Perkampungan (Rumah
5 Landau Apin
tunggal)
Perumahan Swadaya, Perumahan
6 Tembaga
Perkampungan (Rumah tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
7 Cenayan (Perumnas), Perumahan Perkampungan
(Rumah tunggal)
Perumahan Swadaya, Perumahan
8 Landau Kumpai
Perkampungan (Rumah tunggal)
Kawasan Perumahan Komersial
9 Nanga Suri (Perumnas), Perumahan Perkampungan
(Rumah tunggal)
Perumahan Swadaya, Perumahan
10 Sebabas
Perkampungan (Rumah tunggal)
Perumahan Swadaya, Perumahan
11 Karang Betung
Perkampungan (Rumah tunggal)
Perumahan Perkampungan (Rumah
12 Tamang
tunggal)
Perumahan Perkampungan (Rumah
13 Tembesuk
tunggal)
Sumber: Hasil Observasi Kelompok, 2018
Jumla
Jumlah Kebutuh
h Kelebih Hunia
Desa/Kelurahan Pendud an
Ruma an n
uk Rumah
h
Landau Apin 2326 481 465 16 5
Teluk Kebau 2167 424 433 -9 5
Lembah Beringin 3379 538 676 -138 6
Karang Betung 2573 385 515 -130 7
Sebabas 2153 343 431 -88 6
Nanga Suri 1713 369 343 26 5
Nanga Mahap 3033 713 607 106 4
Batu Pahat 1882 396 376 20 5
Landau Kumpai 1230 203 246 -43 6
Tembaga 3672 512 734 -222 7
Cenayan 1321 298 264 34 4
Tembesuk 1650 325 330 -5 5
Tamang 1881 422 376 46 4
Jumlah 28980 5409 5796 -387 5
Sumber : Analisis, 2018
Berdasarkan tabel kebutuhan rumah berdasarkan komposisi dan kebutuhan lahan perumahan di Kecamatan Nanga Mahap
diketahui bahwa proyeksi jumlah rumah berdasarkan komposisi rumah besar, sedang dan kecil di Kecamatan Nanga Mahap semakin
tahun semakin meningkat begitu juga dengan kebutuhan lahan perumahan tersebut. Pada tahun 2038 kebutuhan rumah besar
sebanyak 1343 unit dengan luas lahan seluas 201.450 m3, rumah sedang sebanyak 2686 unit dengan luas lahan seluas 322.320 m 3 dan
rumah kecil sebanyak 4029 unit dengan luas lahan seluas 362.610 m3.
B. Kecamatan Nanga Taman
Tabel Tingkat Hunian Perumah Kecamatan Nanga Taman
Jumla
Jumlah Kebutuh
h Kelebih Hunia
Desa/Kelurahan Pendud an
Ruma an n
uk Rumah
h
Nanga Engkulun 2729 553 546 7 5
Nanga Koman 1281 310 256 54 4
Nanga Mongko 2006 438 401 37 5
Lubuk Tajau 1964 355 393 -38 6
Pantok 2768 508 554 -46 5
Meragun 3384 688 677 11 5
Rirang jati 2077 422 415 7 5
Nanga Taman 2283 456 457 -1 5
Senangak 2651 601 530 71 4
Sungai Lawak 1790 415 358 57 4
Nanga
Kiungkang 2383 491 477 14 5
Tapang Tinggang 3655 662 731 -69 6
Nanga Menukak 1757 326 351 -25 5
Jumlah 30727 6225 6145 80 5
Sumber : Analisis, 2018
Rumah tidak layak huni adalah suatu hunian atau tempat tinggal yang tidak
layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis
maupun non teknis. Rumah tidak layak huni erat kaitannya dengan permukiman
kumuh karena rumah tidak layak huni akan menimbulkan kawasan permukiman
yang kumuh. Berdasarkan dari fakta tentang rumah tidak layak huni yang tersebar
pada Kecamatan Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Taman, maka akan
dianalisis faktor penyebab terjadinya hal tersebut.
Dikarenakan rumah tidak layak huni dapat menjadi kumuh, maka akan
dilakukan analisis. Analisis berupa tingkat klasifikasi kumuh yang ditetapkan
berdasarkan indikator rumah tidak layak huni. Klasifikasi kumuh yang akan
digunakan adalah tingkat bukan kumuh, ringan, sedang, dan berat. Pemberian skor
merupakan hasil dari observasi secara langsung dan hasil dari wawancara dengan
masyarakat terkait.
Dari indikator rumah tidak layak huni diatas, yang dijadikan sebagai
parameter, kemudian akan dilakukan langkah selanjutnya yang adalah:
I1 I2 I3 I4 I5 I6 Jumlah Kriteria
Desa
Nanga
Mahap 0 0 2 0 0 2 4 Bukan Kumuh
Desa Batu
Pahat 0 0 2 0 0 2 4 Bukan Kumuh
Desa
Lembah
Beringin 0 0 4 0 4 4 12 Kumuh Ringan
Desa
Teluk
Kebau 2 0 4 4 0 2 12 Kumuh Ringan
Desa
Landau
Apin 2 2 6 0 4 6 20 Kumuh Sedang
Desa
Tembaga 4 4 6 6 4 6 30 Kumuh Berat
Desa
Cenayan 0 4 6 0 2 6 18 Kumuh Ringan
Desa
Landau
Kumpai 4 2 6 6 4 6 28 Kumuh Berat
Desa
Nanga
Suri 0 0 6 0 2 6 14 Kumuh Ringan
Desa
Sebabas 4 4 6 4 4 6 28 Kumuh Berat
Desa
Karang
Betung 4 4 6 6 6 6 32 Kumuh Berat
Desa
Tamang 2 4 6 2 4 6 24 Kumuh Sedang
Desa
Tembesuk 2 0 6 4 4 6 22 Kumuh Sedang
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Keterangan
I1: Sumber air tidak sehat
I2 : Tidak mempunyai akses MCK
I3 : Bahan bangunan kualitas rendah
I4: Sinar penerangan bukan listrik
I5 : Letak rumah tidak teratur
I6 : Rumah >20 tahun
Dari hasil tabel diatas, diketahui jika dari 13 desa yang ada di Kecamatan
Nanga Mahap memiliki hasil berupa
1. Bukan kumuh : Nanga Mahap, Batu Pahat,
2. Kumuh ringan : Lembah Beringin, Teluk Kebau, Cenayan, Nanga Suri,
3. Kumuh sedang: Landau Apin, Tamang, Tembesuk.
4. Kumuh berat : Tembaga, Landau Kumpai, Sebabas, Karang Betung.
d. Hasil analisis permukiman kumuh yang ada pada Kecamatan Nanga
Taman:
Jumla
I1 I2 I3 I4 I5 I6 h Kriteria
Desa Nanga
Taman 0 0 2 0 0 0 2 Bukan Kumuh
Desa Rirang Kumuh
Jati 0 0 6 0 6 6 18 Ringan
Desa Kumuh
Senangak 0 0 4 0 2 4 10 Ringan
Desa Nanga Kumuh
Kiungkang 0 0 6 0 4 4 14 Ringan
Desa Sungai Kumuh
Lawak 2 2 6 0 6 6 22 Sedang
Desa Tapang
Tingang 4 4 6 4 6 6 30 Kumuh Berat
Desa Nanga Kumuh
Mongko 0 0 6 0 4 4 14 Ringan
Desa Nanga
Engkulun 4 4 6 6 6 6 32 Kumuh Berat
Desa Nanga Kumuh
Koman 0 0 6 4 4 6 20 Sedang
Desa Lubuk Kumuh
Tajau 2 2 6 0 6 6 22 Sedang
Desa Pantok 4 4 6 4 6 6 30 Kumuh Berat
Desa Kumuh
Meragun 2 4 6 0 4 6 22 Sedang
Desa Nanga
Mentukak 0 0 4 0 2 2 8 Bukan Kumuh
Hasil analisis diperoleh dari indikator yang telah dirincikan dalam bab
fakta. Hasil analisis menunjukkan bahwa penyebab utama rumah yang ada kedua
kecamatan tersbut menjadi tidak layak huni adalah dikarenakan kualitas bangunan
yang tidak baik/kontruksi buruk dan rumah yang ditinggali berupa rumah tua yang
harus direnovasi sehingga menjadi layak kembali. Selanjutnya adalah rumah yang
tidak teratur. Berikut penjelasan lebih jelasnya:
Tabel Hasil Analisis antara Indikator Rumah Tidak Layak Huni dan Faktor
Penyebab
Hasil dari penjabaran mengenai indikator tidak layak huni dengan faktor
penyebabnya menyimpulkan bahwa rumah tidak layak huni berupa cikal bakal
terciptanya kawasan kumuh jika tidak ditanggulangi permasalahannya. Dalam hal
ini, dibutuhkan kesadaraan masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitar dan
perhatian dari pemerintah guna menuntaskan permasalahan rumah tidak layak
huni yang tersebar pada Kecamatan Nanga Mahap dan Nanga Taman.
x.x Jembatan
1) Zebra Cross
a) Terletak <90 meter dari sinyal lalu lintas, dimana pengendara bermotor
tidak mengharapkan adanya penyeberangan.
b) Berada pada jarak 180 meter dari titik penyeberangan yang lain, kecuali
pada pusat kota atau lokasi yang sangat memerlukan penyeberangan.
c) Pada jalan dengan batasan kecepatan di atas 72 Km/jam.
2) Trotoar
Di kedua kecamatan tidak terdapatnya trotoar pada jalan
kolektor, dan perlunya penyediaan trotoar bagi para pejalan kaki,
khususnya untuk para pelajar. Adapun standar lebar trotoar jika tidak
terdapat bangunan di sekitar yaitu 1,50 meter jika terdapat bangunan di
sisi kanan atau sisi kiri sekitar 1,75 meter.
3) Rambu Jalan
Rambu jalan adalah bagian dari perlengkapan jalan yang
memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan di
antaranya. Rambu lalu lintas di Kecamatan Nnaga Taman dan Nanga
Mahap belu tersedia. Adapun persyaratan teknis daun rambu adalah
sebagai berikut:
a) Plat Alumunium, memiliki ketebalan minimal 2,0 mm (termasuk
reflective sheeting)
b) Bahan logam lainnya, merupakan bahan logam tertentu selain
alumunium dengan syarat
1. Tahan terhadap proses korosi dan oksidasi, dengan atau tanpa
pencegah korosi dan oksidasi, termasuk bagian untuk sambungan
baut.
2. Mempunyai tebal minimal 0,8 mm
3. Bahan komposit alumunium dengan ketebalan minimal 3,0 mm
4. Bahan non logam, merupakan bahan non logam tertentu dengan
syarat-syarat bahan ;
1. Mempunyai ketahanan terhadap;
Cuaca, dengan metode uji setara ASTM G.53-88
Kelembapan nisbi, dengan metode uji setara ASTM D.2247-87
Asam, dengan metode uji setara ASTM D.1308-87
Kelapukan
Uji mekanik meliputi, daya lengkung dan patah
2. Mempunyai tebal minimal 2,0 mm.
c) Permukaan bagian depan harus dibubuhi inisial “Perhubungan” atau
logo pehubungan dan apada bagian belakang daun rambu dibubuhi
stiker perlengkapan jalan tulisan sumber pendanaan, tahun anggaran
dan isi pasal 275 UU Nomor 22/2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
Adapun jarak penempatan rambu lalu lintas sesuai dengan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KM. 61 Tahun 1993 Tentang Rambu-
Rambu Lalu Lintas di Jalan pada Bab 5 Jarak Penempatan Rambu :
Tempat Penataan/Penga
turan Letak
Jalan satu Di kiri atau
arah kanan jalan
Di kiri dan
kanan jalan
berselang-
seling
Di kiri dan
kanan jalan
berhadapan
Di bagian
tengah atau
separator jalan
Jalan dua Di bagian
arah tengah/ median
jalan
Kombinasi
antara di kiri
dan kanan
berhadapan
dengan di
bagian tengah/
median jalan
Katenasi (di
bagian tengah
jalan dengan
sistem
digantung)
Persimpa Dapat
ngan dilakukan
dengan
menggunakan
lampu menara
dengan
beberapa
lampu,
umumnya
ditempatkan di
pulau-pulau, di
median jalan,
diluar daerah
persimpangan
(dalam
RUMIJA
ataupun dalam
RUWASJA)
5 ) Halte
Halte yang ada di kedua kecamatan tersebut kondisi halte yang
ada sudah cukup baik. Namun, perlunya pemeliharaan kembali
terhadap halte tersebut. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No 03/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan
Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki Di Kawasan
Perkotaan halte/shelter bus dan lapak tunggu terletak di luar ruang
bebas jalur pejalan kaki dengan jarak antarhalte/shelter bus dan lapak
tunggu pada radius 300 meter dan pada titik potensial kawasan.
Halte/shelter bus dan lapak tunggu dibuat dengan dimensi sesuai
kebutuhan, serta menggunakan material yang memiliki durabilitas
tinggi seperti metal.
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
2012
2013
2014
2015
Dilihat dari tabel dan grafik pertumbuhan ekonomi di wilayah perencanaan terus
mengalami peningkatan dan penurunan, sektor yang tingkat pendapatannya paling
tinggi adalah sektor jasa keuangan dan asuransi dan sektor konstruksi. Namun pada
sektor-sektor tersebut pertumbuhan ekonominya tergolong stabil dikarenakan tidak
adanya kenaikan dan penurunan yang signifikan. Sedangkan untuk sektor yang paling
rendah yaitu sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang, karena
di wilayah studi untuk sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur
ulang belum terlalu berkontribusi dan belum adanya pembangunan yang baik.
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL 0,15 0,14 0,14 0,14 0,14
DAN SEPEDA MOTOR
TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
0.40
0.35
0.30
2011
0.25 2012
0.20 2013
2014
0.15 2015
0.10
0.05
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Dilihat dari tabel dan grafik struktur ekonomi di wilayah perencanaan sektor yang paling
dominan adalah sektor jasa keuangan dan asuransi dan sektor konstruksi. Namun pada
sektor-sektor tersebut pertumbuhan ekonominya tergolong stabil dikarenakan tidak
adanya kenaikan dan penurunan yang signifikan. Sedangkan untuk sektor yang paling
rendah yaitu sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang, karena
di wilayah studi untuk sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur
ulang belum terlalu berkontribusi dan belum adanya pembangunan yang baik. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa sektor yang berpotensi untuk berkembang di masa yang akan
datang yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Dan apabila dilihat dari PDRB
dari tahun 2011 – 2015 tidak mengalami perubahan atau stagnan dengan nilai 0,38.
LQ = Vi/Vt
Yi/Yt
Dimana:
LQ
LAPANGAN USAHA PDRB
PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH, 0,57 0,58 0,58 0,56 0,54
DAN DAUR ULANG
KONSTRUKSI 1,04 1,01 1,00 0,99 0,99
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL 0,96 0,97 0,95 0,95 0,94
DAN SEPEDA MOTOR
TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 0,33 0,34 0,34 0,34 0,35
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 1,14 1,14 1,17 1,18 1,18
INFORMASI DAN KOMUNIKASI 1,31 1,22 1,18 1,13 1,09
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 1,20 1,18 1,21 1,21 1,20
Berdasarkan hasil analisi LQ yang dilakukan dapat diketahui sektor basis atau unggulan
yang ada di Kabupaten Sekadau, yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Namun pada sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang pada
tahun 2011-2015 tidak berkontribusi. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan
sektor unggulan yang ada di suatu daerah, sehingga pengembangan pada fokus sektor
dapat membantu dalam meningkatkan perekonomian dan mempercepat pembangunan.
Maka dari itu khususnya untuk sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang
semakin berkembang harus difokuskan agar sektor ini dapat menjadi sektor basis di
wilayah perencanaan, dan untuk sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah,
dan daur ulang harus ditinjau kembali dan dianalisis karena tidak berkontribusi dalam
pembangunan.
Lembaga Pemerintahan
Pemerintah
KUA Kel/Desa
LPM
Pendidikan
Formal &
PKK Keagamaan
Lembaga Lembaga
Kemasyarakatan Masyarakat Pendidikan
Pendidikan
Kelompok Non Formal
Kegiatan &
Sosial Keagamaan
Organisasi
Sosial &
Yayasan Polindes
Pustu
Puskesdes
Lembaga Kesehatan
Gambar 1.3. Diagram Venn Kelembagaan Kecamatan Nanga Taman dan Nanga Mahap
Bentuk kerja sama antar lembaga di Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan
Nanga Mahap sudah berjalan dengan baik artinya dapat berperan aktif dalam bentuk
kegiatan sosial maupun kemasyarakatan, tetapi masih ada beberapa kelembagaan yang
masih kurang efektif dalam kinerja anggotanya dan masih kurangnya gerakan yang
dapat mendukung kinerja pemerintah di Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan
Nanga Mahap seperti PKK yang diketahui belum memiliki agenda kegiatan yang akan di
lakukan, dari kondisi tersebut kelembagaan yang ada Kecamatan Nanga Taman dan
Kecamatan Nanga Mahap haruslah dapat meningkatkan dan memaksimalkan lagi kinerja
untuk para anggotanya agar dapat tercapai tujuan awal dari pembentukkan organisasi
atau lembaga tersebut yaitu untuk dalam rangka ikut serta dalam mensejahterakan
masyarakat.
BAB VII
INDIKASI PROGRAM
7.1. Nama Lokasi;
7.2. Rincian Nama, Jenis Program Dan Kegiatan Yang Akan Dilaksanakan Pada
Setiap Lokasi;
7.3. Pelaku/Dinas Terkait, Kelembagaan Mulai Dari Tingkat Kelurahan/Desa
Dan Kecamatan Dengan Memanfaatkan Kelembagaan Yang Ada;
7.4. Jangka Waktu;
7.5. Target Dan Sasaran Yang Akan Dicapai Oleh Masing-Masing Sektor
Terkait; Dan
7.6. Sumber, Besaran, Dan Alokasi Sumber Dana Dan/Atau Pembiayaan Serta
Dukungan Akses Dan Pendanaan Dan/Atau Pembiayaan Pembangunan
Kawasan Permukiman Yang Berasal Dari Dan Atau Dikelola Oleh
Pemerintah, Termasuk Sumber Pendanaan Dan/Atau Pembiayaan Lain.
BAB VIII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
8.1. Pengaturan Pemanfaatan Dan Pengendalian Pembangunan
pengaturan mitigasi bencana
mekanisme pemantauan
pengawasan
pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan oleh seluruh
pelaku pembangunan, berupa arahan perizinan;