Anda di halaman 1dari 33

1 REVISI

RTRW

1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biak Numfor telah memiliki peraturan daerah nomor 11 tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Biak Numfor. Pelaksanaan perda
tersebut telah memasuki tahun ke 7. Sebagaimana diamanahkan dalam PP nomor 15
tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang pasal 82, peninjauan kembali
rencana tata ruang dilakukan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali
merupakan bagian dari perencanaan tata ruang, sebagai proses untuk memperbaiki
rencana tata ruang yang telah ada, sehingga lebih aplikatif.
Demikian pula untuk Kabupaten Biak Numfor, telah dilakukan rangkaian proses
peninjauan kembali, yang menghasilkan rekomendasi perlunya dilakukan revisi terhadap
RTRW lama. Oleh sebab itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor
menindaklanjuti rekomendasi tersebut dengan menyusun kegiatan Revisi RTRW
Kabupaten Biak Numfor. Hal ini sejalan dengan dinamika perkembangan yang
berlangsung di Kabupaten Biak Numfor. Pemekaran kampung berlangsung sangat
signifikan, dari 195 kampung dan kelurahan menjadi 268 kampung dan kelurahan. Di
samping itu, berdasarkan hasil peninjauan kembali RTRW Kabupaten Biak Numfor,
diidentifikasi terjadinya pembangunan pada kawasan lindung karena pemekaran
kampung dan kelurahan tersebut. Hal ini tentu mempengaruhi arah revisi kawasan
permukiman, yang perlu dicermati faktor-faktor penyebabnya.
Dinamika pembangunan khususnya di kawasan perkotaan juga dihadapkan pada
aspek kepemilikan lahan, yang kemudian menyebabkan munculnya kegiatan budidaya
pada kawasan yang berbeda peruntukannya. Dalam skala peta 1:50.000 konflik sejenis
ini mungkin sulit terdeteksi, namun dapat dipertimbangkan sebagai salah satu
perubahan peruntukan lahan.
Di samping adanya dinamika internal wilayah, revisi RTRW Kabupaten Biak
Numfor perlu mengacu pada kebijakan nasional dan provinsi yang mengalami beberapa
perubahan di antaranya: a) berlakunya PP nomor 13 tahun 2017 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

LAPORAN ANTARA
L
1-1
1 REVISI
RTRW

Nasional; b) berlakunya perpres nomor 57 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang
Pulau Papua; dan c) berlakunya perda nomor 23 tahun 2013 tentang Rencana Tata
Ruang Provinsi Papua.
Tata cara revisi RTRW Kabupaten Biak Numfor mengikuti permen-ATR/BPN nomor
1 tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
Kabupaten Dan Kota.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari kegiatan ini adalah untuk melakukan revisi Perda No.11 tahun 2011
tentang RTRW Kabupaten Biak Numfor sesuai dengan peraturan-perundangan.
Tujuan melakukan Revisi Perda No.11 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Biak
Numfor ini adalah meningkatkan kualitas tata ruang Kabupaten Biak Numfor, sehingga
dapat diimplementasikan dan menjawab kebutuhan masyarakat untuk kurun waktu 20
tahun yang akan datang.

1.3 Ruang Lingkup


1.3.1 Lingkup Wilayah
Kegiatan penyusunan Revisi RTRW Kabupaten Biak Numfor mencakup seluruh
wilayah administratif Kabupaten Biak Numfor.
1.3.2 Lingkup Kegiatan
Kegiatan yang akan dilakukan mencakup:
a. Kegiatan persiapan:
 pembentukan tim penyusun RTRW Kabupaten;
 kajian awal data sekunder, mencakup review RTRW Kabupaten sebelumnya,
hasil pelaksanaan peninjauan kembali, dan/atau kajian kebijakan terkait lainnya;
 persiapan teknis pelaksanaan;
 pemberitaan kepada publik perihal akan dilakukannya penyusunan RTRW
Kabupaten.
b. Pengumpulan data dan informasi:
 Kegiatan pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan
data sekunder bagi penyusunan RTRW Kabupaten;
 Kegiatan pengumpulan data dan informasi melibatkan masyarakat secara aktif.
c. Pengolahan dan analisis data:

LAPORAN ANTARA
L
1-2
1 REVISI
RTRW

 analisis kebijakan spasial dan sektoral;


 analisis kedudukan dan peran kabupaten dalam wilayah yang lebih luas;
 analisis fisik wilayah;
 analisis sosial kependudukan, termasuk di dalamnya kajian tentang eksistensi
masyarakat adat/kampung;
 analisis ekonomi wilayah, yang berbasis pada potensi darat,pesisir, dan laut;
 analisis sebaran ketersedian dan kebutuhan sarana dan prasarana wilayah;
 analisis penguasaan tanah;
 analisis sistem pusat-pusat permukiman, termasuk kajian kedudukan kampung;
 analisis lingkungan hidup;
 analisis pengurangan risiko bencana;
 analisis kemampuan keuangan pembangunan daerah.
d. Perumusan konsep rencana tata ruang, berdasarkan prinsip optimasi pemanfaatan
ruang wilayah dan mempertimbangkan rekomendasi perbaikan hasil pelaksanaan
KLHS:
 rumusan tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan wilayah kabupaten;
 konsep pengembangan wilayah kabupaten (berupa sketsa spasial yang
mempertimbangkan skenario dan asumsi);
 pemilihan konsep rencana;
 perumusan rencana terpilih menjadi muatan RTRW Kabupaten.
e. Penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan daerah di kabupaten, provinsi,
dan nasional:
 penyusunan raperda tentang RTRW Kabupaten yang merupakan proses
penuangan materi teknis RTRW Kabupaten ke dalam bentuk pasal-pasal dengan
mengikuti kaidah penyusunan peraturan perundang-undangan;
 pembahasan raperda tentang RTRW Kabupaten yang melibatkan seluruh
Masyarakat termasuk pemerintah kabupaten yang berbatasan.
f. Kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat;

g. Penyusunan laporan dalam bentuk Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Draft


Laporan Akhir, Laporan Akhir, Album Peta, dan Ranperda.

LAPORAN ANTARA
L
1-3
1 REVISI
RTRW

1.4 Pendekatan dan Metodologi


1.4.1 Pendekatan Proses Penyusunan RTRW Kabupaten
Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang
disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara hierarkis terdiri atas
RTRW nasional, RTR Pulau, RTRW provinsi, dan RTRW kabupaten/kota. Rencana umum
tata ruang nasional adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah
nasional yang disusun guna menjaga integritas nasional, keseimbangan dan keserasian
perkembangan antar wilayah dan antar sektor, serta keharmonisan antar lingkungan
alam dengan lingkungan buatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rencana Tata Ruang Pulau adalah rencana rinci yang disusun sebagai
penjabaran dan perangkat operasional dari RTRW nasional. Rencana umum tata ruang
provinsi adalah rencana kebijakan operasional dari RTRW nasional yang berisi strategi
pengembangan wilayah provinsi, melalui optimasi pemanfaatan sumber daya,
sinkronisasi pengembangan sektor, koordinasi lintas wilayah kota dan sektor, serta
pembagian peran dan fungsi kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah secara
keseluruhan. RTRW kabupaten adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari
wilayah kabupaten, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah
kabupaten, penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten.
Kedudukan RTRW kabupaten dalam sistem penataan ruang dan sistem
perencanaan pembangunan nasional dapat dilihat pada Gambar dibawah ini:

LAPORAN ANTARA
L
1-4
1 REVISI
RTRW

Gambar 1.1 Kedudukan RTRW Kabupaten

Proses penyusunan RTRW Kabupaten Biak Numfor terdiri atas tahapan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
b. Pengumpulan data dan informasi
c. Pengolahan dan analisis data
d. Penyusunan konsep rencana tata ruang
e. Penyusunan dan pembahasan ranperda.
Selengkapnya dapat dicermati dalam diagram berikut.

LAPORAN ANTARA
L
1-5
1 REVISI
RTRW

Gambar 1.2 Proses Penyusunan RTRW Kabupaten

1) Tahap persiapan
Kegiatan persiapan meliputi:
1 Pembentukan tim penyusun RTRW, yang diwujudkan dalam SK Tim
Penyusun RTRW Kabupaten Biak Numfor.
2 Kajian awal data sekunder, meliputi:
o review RTRW sebelumnya,
o hasil pelaksanaan peninjauan kembali, dan/atau
o kajian kebijakan terkait lainnya.
3 Kajian awal ini menghasilkan:
o Gambaran umum wilayah
o Kesesuaian produk RTRW sebelumnya dengan kondisi dan kebijakan
saat ini.
4 Persiapan teknis pelaksanaan, meliputi:
o penyimpulan data awal
o penyiapan metodologi
o penyiapan rencana kerja rinci
o penyiapan perangkat survei.
Persiapan teknis menghasilkan:
o Hasil kajian awal
o Metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan
o Rencana kerja penyusunan RTRW
o Perangkat survei data primer dan data sekunder.
5 Pemberitaan kepada publik, dalam bentuk informasi penyusunan RTRW
yang disampaikan melalui berbagai media atau pertemuan.
2) Pengumpulan Data dan Informasi
Data dan informasi yang disimpulkan pada tahap ini terdiri atas data primer dan
sekunder dengan rincian sebagai berikut :
1. Data primer :
o Aspirasi masyarakat, termasuk pelaku usaha dan komunitas adat yang
didapat melalui metode : penyebaran angket, forum diskusi publik,
wawancara orang per orang, kotak aduan dan lainnya; serta

LAPORAN ANTARA
L
1-6
1 REVISI
RTRW

o kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah kabupaten yang didapat


melalui metode survei lapangan.
2. Data sekunder:
a. Peta dasar dan peta tematik
 peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang terdiri dari 7 (tujuh) tema
dengan skala minimal 1:50.000 sebagai peta dasar, yang meliputi
tema penutup lahan, hidrografi, hipsografi, bangunan,
transportasi dan utilitas, batas administrasi, dan toponimi;
 peta geomorfologi, peta topografi, serta peta kemampuan tanah;
 data citra satelit1 untuk memperbaharui peta dasar dan peta
tutupan lahan terkini sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan tentang kelas tutupan;
 peta kelautan sebagai informasi dasar terkait kedalaman laut
(batimetri), jenis pantai, informasi dasar lainnya terkait navigasi
dan administrasi di wilayah laut;
 peta batas wilayah administrasi kabupaten (tata batas);
 peta batas kawasan hutan yang berinformasikan tentang status
hutan;
 peta kawasan konservasi alam, suaka margasatwa, dan
biodiversitas di luar kawasan hutan;
 peta kawasan lahan pertanian, dapat menyertakan data luasan
dan sebaran potensi indikatif lahan pertanian pangan
berkelanjutan dari kementerian yang menyelenggarakan urusan
bidang pertanian;
 peta kawasan pertambangan mineral, serta minyak, dan gas bumi;
 peta kawasan pariwisata;
 peta risiko bencana;
 peta kawasan perikanan dan pemanfaatan sumber daya pesisir,
laut, dan pulau-pulau kecil lainnya;
 peta kawasan objek vital nasional dan kepentingan hankam;
 peta satuan wilayah sungai (SWS) dan daerah aliran sungai (DAS);
 peta klimatologis (curah hujan, angin, dan temperatur);

LAPORAN ANTARA
L
1-7
1 REVISI
RTRW

 peta jaringan infrastruktur (jalan, listrik, telekomunikasi, energi);


 peta sumber air dan prasarana sumber daya air (bendungan,
sungai, danau, saluran air, bendung, dan lain-lain);
 peta potensi pengembangan sumber daya air;
 peta kawasan industri; dan
 peta sebaran lahan gambut.
b. data kependudukan, antara lain jumlah dan kepadatan penduduk,
pertumbuhan penduduk, tingkat migrasi permanen dan temporer,
mata pencaharian penduduk, pendapatan penduduk, dan kualitas
penduduk (kesehatan, IPM, pendidikan), termasuk lokasi dan kondisi
sosial budaya masyarakat kampung;
c. data kondisi fisik lingkungan, antara lain bentang alam (lansekap)
beserta ruang bawah tanah, air permukaan, bawah laut, dan kualitas
udara;
d. data dan informasi tentang penggunaan lahan eksisting; dengan kelas
penggunaan lahan terdiri dari budidaya kehutanan, budidaya kelautan,
dan budidaya non kehutanan, dan permukiman perdesaan atau
perkotaan;
e. data dan informasi izin pemanfaatan ruang eksisting dari berbagai
sektor, baik dari sektor kehutanan, kelautan, pertanahan,
pertambangan, terutama yang berskala besar (lebih dari 10 ha, dengan
asumsi di skala 1:50.000 penampakan dipeta 1x1cm hnya seluas 25
ha);
f. data dan informasi tentang potensi lestari dan hasil eksplorasi serta
eksploitasi sumber daya alam, yang meliputi kehutanan,
pertambangan, pertanian, perkebunan, dan termasuk sumberdaya
pesisir dan pulau-pilau kecil;
g. data dan informasi tentang sarana dan prasarana wilayah, meliputi
transportasi, komunikasi, dan informasi;
h. data dan informasi tentang ekonomi wilayah (PDRB, investasi, matrik I-
O/ IRIO)
i. data dan informasi tentang kemampuan keuangan pembangunan
daerah

LAPORAN ANTARA
L
1-8
1 REVISI
RTRW

j. data dan informasi tentang kelembagaan pembangunan daerah


k. data dan informasi tentang kebijakan bidang penataan ruang terkait;
l. data dan informasi tentang RPJPD dan RPJMD
m. data dan informasi tentang kebijakan pembangunan sektoral (antara
lain, rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, rencana
induk pariwisata, rencana induk perwilayahan industri, rencana
kehutanan, dan sebagainya);
n. data dan informasi pertanahan, antara lain gambaran umum
penguasaan, pemilikan, penggunaan, serta pemanfaatan tanah
eksisting
o. data dan informasi klimatologi
p. peraturan perundang-undangan terkait.
Kegiatan pengumpulan data dan informasi melibatkan masyarakat secara aktif
dalam bentuk:
o permintaan data dan informasi perorangan dan atau kewilayahan yang
diketahui/dimikiki oleh masyarakat ;
o permintaan masukan, aspirasi, dan opini awal usulan rencana penataan
ruang; dan
o penjaringan informasi terkait potensi dan masalah penataan ruang.

Tingkat akurasi data, sumber penyedia data, kewenangan sumber atau instansi
penyedia data, tingkat kesalahan, variabel ketidakpastian, serta variabel-variabel
lainnya yang mungkin ada, perlu diperhatikan dalam pengumpulan data. Data
dalam bentuk data statistik dan peta, serta informasi yang dikumpulkan berupa
data tahunan (time series) minimal 5 (lima) tahun terakhir dengan kedalaman
data setingkat distrik. Dengan data berdasarkan kurun waktu tersebut
diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan apa yang terjadi pada
wilayah kota.
Hasil kegiatan pengumpulan data dan informasi menjadi bahan analisis, yang
keseluruhan dituangkan dalam Laporan Antara.
3) Pengolahan dan Analisis Data
a. Kegiatan Pengolahan dan Analisis Data
Secara garis besar ada dua rangkaian analisis utama yang akan dilakukan
dalam penyusunan RTRW Kabupaten Biak Numfor. Pertama, analisis untuk

LAPORAN ANTARA
L
1-9
1 REVISI
RTRW

menggambarkan karakteristik tata ruang wilayah kabupaten, dan kedua analisis


potensi dan masalah pengembangan wilayah. Karakteristik tata ruang wilayah
kabupaten meliputi :
1. Analisis kebijakan spasial dan sektoral.
2. Analisis kedudukan dan peran kabupaten dalam wilayah yang lebih luas,
meliputi:
 kedudukan dan peran kabupaten dalam sistem perkotaan dan
perekonomian nasional;
 kedudukan dan peran kabupaten dalam rencana tata ruang pulau;
 kedudukan dan peran kabupaten dalam sistem perkotaan dan
perekonomian provinsi.
3. Analisis fisik wilayah, sekurang-kurangnya meliputi:
 karakteristik umum fisik wilayah (letak geografis, morfologi wilayah,
dan sebagainya);
 potensi rawan bencana alam (longsor, banjir, tsunami, bencana alam
geologi, dan bencana alam lainnya);
 potensi sumber daya alam (mineral, batubara, migas, panas bumi, air
permukaan, dan air tanah); dan
 kemampuan lahan dan kesesuaian lahan yang harus
mempertimbangkan penggunaan lahan eksisting;
 kawasan yang masih memiliki potensi ekonomi dan lestari
sumberdaya alam untuk industri ekstraktif;
 daya dukung dan daya tampung ruang, yang meliputi analisis satuan
kemampuan lahan (SKL), analisis neraca sumber daya alam ekosistem
esensial, kebutuhan ruang dalam bumi, laut, serta udara.
4. Analisis sosial kependudukan, sekurang-kurangnya meliputi:
 proyeksi jumlah, distribusi, dan kepadatan penduduk pada jangka
waktu perencanaan;
 proyeksi penduduk perkotaan dan perdesaan pada jangka waktu
perencanaan;
 kualitas sumberdaya manusia, antara lain ketenagakerjaan, tingkat
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan; dan

LAPORAN ANTARA
L
1-10
1 REVISI
RTRW

 kondisi sosial dan budaya, antara lain kebiasaan/adat istiadat,


kearifan lokal, keagamaan.
 Untuk menghitung proyeksi penduduk dapat menggunakan metode
antara lain linier aritmatik, pertumbuhan geometrik, pertumbuhan
eksponensial, penduduk berlipat ganda, cohort, dan/atau metode
proyeksi lainnya.
5. Analisis ekonomi wilayah, sekurang-kurangnya meliputi:
 potensi dan keunggulan ekonomi wilayah serta interaksi ekonomi
antar wilayah;
 Untuk menentukan basis ekonomi wilayah dapat menggunakan
metode analisis antara lain indeks kontribusi sektoral, location
quotient (LQ), dynamic location quotient (DLQ), gabungan LQ dan
DLQ, multiplier effect, model rasio pertumbuhan (MRP), analisis daya
saing wilayah, I-O/RIO, dan/atau metode analisis lainnya.
 pertumbuhan ekonomi wilayah pada jangka waktu perencanaan;
 Untuk menghitung perumbuhan ekonomi wilayah dapat
menggunakan teknik perhitungan antara lain cara tahunan, rata-rata
tiap tahun, compounding factor dan/atau metode analisis lainnya.
 struktur ekonomi dan pergeserannya;
 Untuk menganalisis pergeseran struktur ekonomi wilayah dapat
menggunakan metode analisis shift-share dan/atau metode analisis
lainnya.
 pengembangan sektor penggerak ekonomi dan peluang investasi
ekonomi, antara lain sektor wisata, industri, perikanan dan pertanian.
6. Analisis sebaran ketersedian dan kebutuhan sarana dan prasarana
wilayah kabupaten;
7. Analisis penguasaan tanah yang menghasilkan status penguasaan tanah
publik dan privat (termasuk status hutan adat);
8. Analisis sistem pusat-pusat permukiman (sistem perkotaan) yang
didasarkan pada hasil identifikasi sebaran daerah fungsional perkotaan
(functional urban area) yang ada di wilayah kabupaten. Analisis ini juga
dilengkapi dengan analisis interaksi antarpusat-pusat permukiman atau
jangkauan pelayanan yang ada di wilayah kabupaten.

LAPORAN ANTARA
L
1-11
1 REVISI
RTRW

Analisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis


antara lain skala gutman, skalogram, indeks sentralitas, sociogram,
christaller, rank size rule, zipf’s rank-size distribution (tata jenjang kota-
kota), indeks keutamaan, dan/atau metode analisis lainnya.
9. Analisis lingkungan hidup, antara lain meliputi inventarisasi gas rumah
kaca serta kapasitas adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim;
10. Analisis pengurangan risiko bencana;
11. Kemampuan keuangan pembangunan daerah, sekurang-kurangnya
meliputi:
 Sumber penerimaan daerah dan alokasi pembiayaan pembangunan;
dan
 Prediksi peningkatan kemampuan keuangan pembangunan daerah.

Hasil pengolahan dan analisis data, meliputi:


1. isu strategis pengembangan wilayah kabupaten;
2. potensi dan masalah penataan ruang wilayah kabupaten, termasuk
kaitannya dengan wilayah sekitarnya;
3. peluang dan tantangan penataan ruang wilayah kabupaten, termasuk
kaitannya dengan wilayah sekitarnya;
4. kecenderungan pengembangan dan kesesuaian kebijakan
pengembangan kabupaten;
5. perkiraan kebutuhan pengembangan wilayah kabupaten yang meliputi
pengembangan struktur ruang, seperti sistem perkotaan dan sistem
prasarana, serta pengembangan pola ruang yang sesuai dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada dengan menggunakan potensi
yang dimiliki, mengelola peluang yang ada, serta dapat mengantisipasi
tantangan pembangunan ke depan;
6. daya dukung dan daya tampung ruang;
7. distribusi penduduk perkotaan dan perdesaan; dan
8. disparitas antar wilayah, kluster ekonomi dan pusat pertumbuhan
ekonomi.
9. Hasil Pelaksanaan Kegiatan

LAPORAN ANTARA
L
1-12
1 REVISI
RTRW

Hasil kegiatan pengolahan dan analisis dataini akan menjadi bahan untuk
menyusun alternatif konsep rencana, akan didokumentasikan dalam Buku Fakta
dan Analisis.
4) Perumusan Konsep RTRW Kota
a. Kegiatan Perumusan Konsep RTRW Kota
Kegiatan penyusunan konsep RTRW Kabupaten, terdiri atas:
1) penyusunan alternatif konsep rencana, yang berisi:
 rumusan tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan wilayah
kabupaten; dan
 konsep pengembangan wilayah kabupaten (berupa sketsa spasial
yang mempertimbangkan skenario dan asumsi).
Dalam konsep rencana, dapat dikembangkan konsep pengembangan
wilayah. Penyusunan alternatif konsep rencana ini berdasarkan prinsip
optimasi pemanfaatan ruang wilayah kabupaten (ruang darat, ruang laut,
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi).
2) pemilihan konsep rencana.
3) perumusan rencana terpilih menjadi muatan RTRW Kabupaten, disertai
pembahasan antarsektor yang dituangkan dalam berita acara.
b. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Perumusan Konsepsi
1) alternatif konsep rencana;
2) rencana yang disajikan dalam format A4, terdiri atas:
 tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
 rencana struktur ruang wilayah kabupaten;
 rencana pola ruang wilayah kabupaten;
 penetapan kawasan strategis wilayah kabupaten;
 arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; dan
 ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
3) album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala minimal
1:50.000 yang dicetak dalam kertas ukuran A1 dan dilengkapi dengan
peta digital yang mengikuti ketentuan sistem informasi geografis (GIS)
yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Album peta minimum
terdiri atas:

LAPORAN ANTARA
L
1-13
1 REVISI
RTRW

 peta wilayah perencanaan, yang berisi informasi rupa bumi, dan


batas administrasi kabupaten serta distrik di dalam wilayah
kabupaten;
 peta penggunaan lahan saat ini;
 peta rencana struktur ruang wilayah kabupaten, yang meliputi
rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan dan rencana
pengembangan sistem jaringan prasarana;
 peta rencana pola ruang wilayah kabupaten, yang meliputi pola
ruang kawasan lindung dan kawasan budi daya; dan
 peta penetapan kawasan strategis kabupaten.
Peta rencana (struktur ruang, pola ruang, dan penetapan kawasan
strategis kabupaten) harus mentaati kaidah pemetaan dan dilakukan di
atas peta dasar yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
c. Kegiatan penyusunan konsep RTRW Kabupaten melibatkan masyarakat
secara aktif dan bersifat dialogis/komunikasi dua arah. Dialog
dilakukan antara lain melalui konsultasi publik, workshop, FGD,
seminar, dan bentuk komunikasi dua arah lainnya. Konsultasi publik
minimal dilakukan 2 (dua) kali yang masing-masing dituangkan dalam
berita acara dengan melibatkan perguruan tinggi, pemerintah, swasta
dan masyarakat.
5) Penyusunan Raperda Tentang RTRW Kabupaten
a. Kegiatan Penyusunan Raperda
1) penyusunan naskah akademik raperda tentang RTRW Kabupaten;
2) penyusunan raperda tentang RTRW Kabupaten yang merupakan
proses penuangan materi teknis RTRW Kabupaten ke dalam bentuk
pasal-pasal dengan mengikuti kaidah penyusunan peraturan
perundang-undangan. Dalam raperda tentang RTRW Kabupaten harus
menetapkan bagian wilayah kabupaten (yang bersifat perkotaan
dan/atau yang akan direncanakan menjadi kawasan perkotaan) untuk
disusun rencana detail tata ruang (RDTR)-nya; dan
3) pembahasan raperda tentang RTRW Kabupaten yang melibatkan
seluruh masyarakat termasuk pemerintah kabupaten yang berbatasan.
b. Hasil Pelaksanaan Kegiatan

LAPORAN ANTARA
L
1-14
1 REVISI
RTRW

1) naskah akademik raperda tentang RTRW Kabupaten;


2) naskah raperda tentang RTRW Kabupaten; dan
3) berita acara pembahasan terutama dengan kabupaten/kota yang
berbatasan.

1.4.2 Metodologi
Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji perihal urutan
langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri
ilmiah. Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji
kaidah penalaran yang tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal yang tak
kalah pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatar belakangi berbagai metode yang
dipergunakan dalam aktivitas ilmiah.
Dalam kegiatan Penyusunan RTRW Kabupaten Biak Numfor, perlu disusun
langkah-langkah yang sistematis agar mendapatkan hasil sesuai dengan sasaran yang
telah ditetapkan. Metodologi yang digunakan dalam proses kegiatan ini tentunya
disesuaikan dengan ruang lingkup dan output yang telah ditetapkan di dalam Kerangka
Acuan Kerja dengan beberapa inovasi dan modifikasi untuk penyempurnaan hasil
pekerjaan yang diharapkan.
Kerangka pikir penyelesaian pekerjaan merupakan rangkaian dari pemikiran untuk
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan maksud dan tujuan dari pekerjaan. Kerangka
pikir penyelesaian pekerjaan merupakan dasar dalam pembuatan metodologi
pengelolaan pekerjaan. Kerangka pikir ini dapat menunjukkan gambaran metodologi
penyelesaian pekerjaan secara garis besar yang juga menunjukkan keterkaitan antara
materi/proses satu dengan lainnya. Sedangkan detail metodologi pada tiap tahapan
diterangkan pada Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan (sesuai dengan kerangka pikir
tersebut), dan metoda serta teknik yang digunakan.
Secara umum tahapan dari kegiatan Penyusunan RTRW Kabupaten Biak Numfor
terdiri atas:
1) Tahap persiapan dan inventarisasi data
2) Tahap Persiapan dan Inventarisasi Data;
3) Tahap Survei dan Kompilasi Data;
4) Tahap Analisis;
5) Tahap Perumusan Konsep dan Muatan RTRW; dan
6) Tahap Finalisasi Produk Akhir.

LAPORAN ANTARA
L
1-15
1

Gambar 1.3 Metodologi Pekerjaan

LAPORAN ANTARA
L
1-16
1
Rincian dari masing-masing tahapan tersebut disampaikan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan dan inventarisasi data
Tahap persiapan dan inventarisasi data merupakan tahap awal perencanaan, yang
memuat beberapa kegiatan pokok berupa persiapan dan mobilisasi, pengumpulan
data awal, kajian data sekunder, serta penyiapan desain survei.
a. Persiapan dan Mobilisasi
Tahap persiapan dan mobilisasi memuat kegiatan berikut:
1. Pemahaman KAK;
2. Penyelesaian administrasi pekerjaan;
3. Persiapan peralatan dan personil;
4. Penyusunan dan penajaman pendekatan metodologi studi;
5. Penyusunan detail rencana kerja;
6. Kegiatan persiapan/perijinan;
7. Inventarisasi dan persiapan perangkat survei;
8. Mobilisasi tim
b. Inventarisasi Data
Kegiatan ini dilakukan terutama pada pengumpulan data yang bersifat data
sekunder yang berasal dari lembaga pemerintah maupun non pemerintah, e-data,
serta data lainnya. Beberapa kegiatan pokok dalam inventarisasi dan identifikasi
data awal yang dikumpulkan pada tahap ini diantaranya sebagai berikut:
1. Identifikasi profil wilayah perencanaan;
2. Inventarisasi isu strategis;
3. Inventarisasi kebijakan, pedoman dan NSPK terkait;
4. Informasi awal yang dapat diperoleh dari proses peninjauan kembali RTRW
Kabupaten Biak Numfor, di antaranya:
 Materi Teknis dan perda RTRW Kabupaten;
 Berita Acara dan dokumen pendukung lainnya
2. Pelaksanaan Survei dan Kompilasi Data
Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan meliputi:
A. Pelaksanaan Survei
Survei sekunder dilakukan untuk memperoleh data dari institusi yang telah
tersedia. Survei primer dilakukan untuk memperoleh gambaran langsung
wilayah studi melalui observasi lapangan dan wawancara narasumber.
Pada prinsipnya yang dikumpulkan pada kegiatan survei lebih ditekankan
kepada:

LAPORAN ANTARA
L
1-17
1
1) Klarifikasi dan pelengkapan data yang digunakan dalam materi teknis
RTRW kabupaten;
2) Penggalian isu-isu strategis wilayah yang berpengaruh terhadap muatan
RTRW;
3) Identifikasi kendala dan permasalahan dalam penyusunan RTRW, terkait
dengan aspek:
 Prosedural
 Substansi/materi teknis
 Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur pelaksana
 Kendala non teknis lainnya (contoh: anggaran/pembiayaan)
4) Identifikasi data-data yang menjadi concern nasional dan provinsi yang
perlu diakomodasi dalam RTRW kabupaten.

LAPORAN ANTARA
L
1-18
1

Tabel 1-1 Jenis Data Untuk Penyusunan RTRW Kabupaten

No Kelompok Jenis Data Unit Data Tahun Data


.
1. Peta dasar Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang terdiri dari 7 (tujuh) tema dengan skala minimal 1:50.000 Kabupaten
sebagai peta dasar, yang meliputi tema penutup lahan, hidrografi, hipsografi, bangunan,
transportasi dan utilitas, batas administrasi, dan toponimi;
data citra satelit1 untuk memperbaharui peta dasar dan peta tutupan lahan terkini sesuai kabupaten
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang kelas tutupan;
peta kelautan sebagai informasi dasar terkait kedalaman laut (batimetri), jenis pantai, informasi kabupaten
dasar lainnya terkait navigasi dan administrasi di wilayah laut;
peta batas wilayah administrasi kabupaten; kabupaten
2. Peta tematik peta geomorfologi, peta topografi, serta peta kemampuan tanah; kabupaten
peta batas kawasan hutan yang berinformasikan tentang status hutan; kabupaten
peta kawasan konservasi alam, suaka margasatwa, dan biodiversitas di luar kawasan hutan; kabupaten
peta kawasan lahan pertanian, dapat menyertakan data luasan dan sebaran potensi indikatif kabupaten
lahan pertanian pangan berkelanjutan dari kementerian yang menyelenggarakan urusan bidang
pertanian;
peta kawasan pertambangan mineral, serta minyak, dan gas bumi; kabupaten
peta kawasan pariwisata; kabupaten
Peta risiko bencana; kabupaten
peta kawasan perikanan dan pemanfaatan sumber daya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil kabupaten
lainnya;
peta kawasan objek vital nasional dan kepentingan hankam; kabupaten
peta satuan wilayah sungai (SWS) dan daerah aliran sungai (DAS); kabupaten
peta klimatologis (curah hujan, angin, dan temperatur); kabupaten
peta jaringan infrastruktur (jalan, listrik, telekomunikasi, energi); kabupaten
peta sumber air dan prasarana sumber daya air (bendungan, sungai, danau, saluran air, kabupaten
bendung, dan lain-lain);
peta potensi pengembangan sumber daya air; kabupaten
peta kawasan industri; kabupaten
peta sebaran lahan gambut. kabupaten
3. kependudukan o jumlah dan kepadatan penduduk, Kabupaten; per 2011-2017
o pertumbuhan penduduk, distrik
o tingkat migrasi permanen dan temporer,

LAPORAN ANTARA
L
1-19
1

No Kelompok Jenis Data Unit Data Tahun Data


.
o mata pencaharian penduduk,
o pendapatan penduduk,
o kualitas penduduk (kesehatan, IPM, pendidikan);
4. kondisi fisik lingkungan o bentang alam (lansekap) beserta ruang bawah tanah, air permukaan, bawah laut, dan Kabupaten; per 2017
kualitas udara distrik
5. penggunaan lahan o budidaya kehutanan, Kabupaten; per 2017
o budidaya kelautan, distrik
o budidaya non kehutanan,
o permukiman perdesaan atau perkotaan
6. izin pemanfaatan o sektor kehutanan, kelautan, pertanahan, pertambangan, terutama yang berskala besar Kabupaten; per 2011-2017
ruang (lebih dari 10 ha, dengan asumsi di skala 1:50.000 penampakan dipeta 1x1cm hnya seluas distrik
25 ha);
7. potensi lestari dan o kehutanan, Kabupaten; per 2011-2017
hasil eksplorasi dan o pertambangan, distrik
eksploitasi sumber o pertanian,
daya alam o perkebunan,
o sumber daya laut
8. sarana dan prasarana o transportasi, Kabupaten; per 2017
wilayah o komunikasi, distrik
o informasi
9. ekonomi wilayah PDRB, investasi, matrik I-O/IRIO Kabupaten 2011-2017
10. kemampuan keuangan
pembangunan daerah
11. kelembagaan
pembangunan daerah
12. kebijakan bidang o RTRW Kabupaten yang sebelumnya,
penataan ruang o RTRW provinsi dan rencana rincinya,
o RTRW nasional dan rencana rincinya
13. Rencana o RPJP kabupaten
pembangunan daerah o RPJM kabupaten
14. kebijakan o rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, Kabupaten
pembangunan sektoral o rencana induk pariwisata,
o rencana induk perwilayahan industri,

LAPORAN ANTARA
L
1-20
1

No Kelompok Jenis Data Unit Data Tahun Data


.
o rencana kehutanan,
o dan sebagainya
15. pertanahan gambaran umum penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah eksisting (skala Kabupaten; per 2011-2017
besar distrik
16. klimatologi curah hujan, angin, dan temperatur untuk mengetahui trend perubahan iklim Kabupaten 2011-2017
17. peraturan-perundang
undangan terkait

LAPORAN ANTARA
L
1-21
1

3. Tahap Analisis Data


Analisis dilakukan untuk memahami kondisi unsur-unsur pembentuk ruang serta
hubungan sebab akibat terbentuknya kondisi ruang wilayah, dengan memperhatikan
kebijakan pembangunan wilayah yang ada meliputi analisis terhadap kondisi sekarang;
kecenderungan di masa depan; serta kebutuhan ruang untuk memenuhi tuntutan
pembangunan dan perkembangan wilayah. Aspek-aspek yang akan dianalisis, meliputi
Kebijakan Pembangunan, Kependudukan, Fisik/Lingkungan dan Sumber Daya Alam
(SDA), Sumber Daya Buatan (SDB), Ekonomi, Sosial Budaya, Penggunaan Lahan,
Kelembagaan, dan Pendanaan Pembangunan yang data dan informasinya telah
dikumpulkan pada tahap sebelumnya.
Analisis aspek-aspek tersebut di atas, diharapkan dapat menggambarkan kondisi
eksisting, kecenderungan yang berkembang, proyeksi dan kebutuhan ruang masa
depan untuk jangka waktu 20 tahun ke depan, yang dipengaruhi aspek-aspek spasial
wilayah. Analisis terhadap data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan
RTRW kabupaten meliputi analisis internal wilayah dan analisis eksternal wilayah
Kabupaten Biak Numfor.
4. Tahap perumusan Konsepsi dan Muatan RTRW
Konsep pengembangan wilayah dilakukan berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan sebelumnya dengan menghasilkan beberapa alternatif konsep
pengembangan wilayah, yang berisi:
1) Rumusan tentang tujuan,
kebijakan, dan strategi pengembangan wilayah; dan
2) Konsep pengembangan wilayah
Kota.
Setelah dilakukan beberapa kali iterasi, dipilih alternatif terbaik sebagai dasar
perumusan RTRW kabupaten. Hasil kegiatan perumusan konsepsi RTRW terdiri atas:
1) Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan
terjemahan dari visi dan misi pengembangan wilayah kabupaten dalam
pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah
kabupaten yang diharapkan.
2) Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten

LAPORAN ANTARA
L
1-22
1

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana susunan pusat-pusat


permukiman (sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan
kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya) dan sistem jaringan prasarana
wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk melayani kegiatan skala
kabupaten, dan mengintegrasikan wilayah kabupaten. Sistem perkotaan wilayah
tersebut di atas dapat berupa pusat perekonomian, rencana kota baru, simpul
ekonomi baru, dan/atau koridor ekonomi baru yang dibutuhkan untuk menjaga
keseimbangan ruang, keberlanjutan pembangunan, dan ketahanan masyarakat.
Kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya adalah wilayah yang
mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
3) Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Rencana pola ruang wilayah kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan
ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung
dan fungsi budi daya, dirumuskan dengan kriteria:
a. Berdasarkan pada strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Mempertimbangkan alokasi ruang wilayah kabupaten dalam rangka
mendukung kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian lingkungan;
c. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
wilayah kabupaten;
d. Mengacu rencana pola ruang wilayah nasional (RTRW nasional dan rencana
rincinya), rencana pola ruang wilayah provinsi (RTRW provinsi dan rencana
rincinya), serta memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota
yang berbatasan;
e. Dapat ditransformasikan ke dalam penyusunan indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan
f. Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten
Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten
yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup wilayah kabupaten di bidang ekonomi, sosial budaya,
sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi, dan/atau lingkungan hidup.

LAPORAN ANTARA
L
1-23
1

Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan fisik


kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut dalam rencana tata
ruang kawasan strategis.
5) Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah arahan
pembangunan/pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang wilayah kabupaten sesuai dengan RTRW Kabupaten melalui
penyusunan dan pelaksanaan program pembangunan/pengembangan beserta
pembiayaannya dalam indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
sampai akhir tahun perencanaan 20 (dua puluh) tahun.
6) Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten meliputi
indikasi peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan pemberian insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi.
5. Finalisasi Produk Akhir Kegiatan.
Pada tahap akhir ini merupakan tahap penyempurnaan dan penyelesaian seluruh
output/keluaran produk akhir sebagaimana yang dipersyaratkan dalam KAK. Kegiatan
pokok pada tahap ini diantaranya:
1) Revisi dan penyempurnaan
materi RTRW & Raperda pasca pembahasan
2) Penyelesaian dokumen Materi
Teknis, Raperda dan Album Peta RTRW
3) Finalisasi produk akhir kegiatan
 Materi Teknis RTRW;
 Raperda/Perda RTRW;
 Ringkasan Eksekutif;
 Album Peta dan Citra;
 Softcopy (DVD)
6. Penyusunan Album Peta
Beberapa catatan dan masukan penting terkait dengan ketentuan penyusunan
album peta RTRW dan muatan-muatan yang harus terkandung di dalamnya,
diantaranya dapat disampaikan sebagai berikut.
a. Ukuran Kertas

LAPORAN ANTARA
L
1-24
1

Ukuran kertas A1 sebagaimana contoh panduan layout. Bila peta tidak cukup
untuk digambarkan dalam satu lembar kerta A1, maka peta dibuat dalam
beberapa lembar dengan indeks yang sesuai dengan indeks Peta Rupa Bumi
Indonesia-Bakosurtanal yang dijadikan sebagai peta dasar.
b. Skala Peta
Secara umum peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten adalah 1:50.000
c. Muatan Umum Album Peta
Secara umum album peta RTRW meliputi 2 (dua) bagian utama. Bagian Pertama,
berisi peta-peta yang menjelaskan tentang profil tata ruang wilayah kabupaten.
Bagian kedua, berisi peta-peta rencana tata ruang.
Tabel 1-2 Sistematika Penyajian Album Peta Rtrw Kabupaten

No. Nama Peta Muatan Peta


I. Peta Profil Tata Ruang Wilayah Kabupaten:
Peta skala kecil (mengikuti ukuran kertas) yang
1. Peta orientasi menunjukkan kedudukan geografis kabupaten dalam
wilayah yang lebih luas.
Deliniasi wilayah kecamatan yang ada di dalam
wilayah kabupaten:
a. Skala peta mengikuti ukuran kertas;
b. Setiap kecamatan diberi warna berbeda;
2. Peta batas administrasi
c. Setiap deliniasi kecamatan diberi nama kecamatan
bersangkutan; dan
d. Setiap deliniasi kecamatan diberi titik pusat
kecamatan.
Deliniasi jenis tutupan lahan yang ada di seluruh
wilayah kabupaten:
a. Skala peta mengikuti ukuran kertas; dan
3. Peta tutupan lahan
b. Klasifikasi pemanfaatan ruangnya bebas sesuai
dengan kondisi eksisting (tidak harus mengikuti
klasifikasi untuk rencana pola ruang).
Deliniasi kawasan-kawasan rawan bencana menurut
tingkatan bahayanya:
4. Peta rawan bencana a. Skala peta mengikuti ukuran kertas; dan
b. Tingkatan bahaya bencana alam dinyatakan
dengan gradasi warna.
Pola kepadatan penduduk per desa/kelurahan di
seluruh wilayah kabupaten untuk menggambarkan
dimana terdapat konsentrasi penduduk:
a. Skala peta mengikuti ukuran kertas;
5. Peta sebaran penduduk b. Klasifikasi kepadatan peduduk disesuaikan dengan
kondisi data, sekurangnya 3 interval dan sebanyak-
banyaknya 5 interval; dan
c. Gradasi kepadatan penduduk (interval)
digambarkan dalam gradasi warna yang simultan.
6. Peta-Peta Profil Tata Ruang
Kabupaten Yang Perlu Untuk

LAPORAN ANTARA
L
1-25
1

No. Nama Peta Muatan Peta


Ditampilkan Dalam Album Peta,
sesuai kondisi wilayah
II. Peta RencanaTata Ruang Wilayah Kabupaten:
a. Skala peta mengikuti ukuran kertas; dan
b. Kandungan peta, meliputi:
1) Sistem permukiman (PKW, PKL, PPK, dan PPL);
2) Sistem jaringan jalan (jaringan jalan nasional dan
provinsi yang ada di wilayah kabupaten; jaringan
jalan yang menjadi kewenangan kabupaten (jalan
kolektor primer empat (JKP-4) yang menghubungkan
antara ibukota kabupaten/kota dan ibukota
1. Rencana Struktur Ruang
kecamatan, jalan lokal primer, jalan sekunder di
kawasan perkotaan kabupaten, dan jalan strategis
kabupaten); jalan desa; dan jalan khusus);
3) Sistem jaringan kereta api;
4) Bandara dan pelabuhan sesuai dengan kelasnya;
dan
5) Nama-nama PKW, PKL, PPK, PPL, bandara dan
pelabuhan, dan lain sebagainya.
a. Skala peta mengikuti ukuran kertas; dan
b. Kandungan peta, meliputi:
1) Rencana sistem jaringan telekomunikasi;
2. Rencana Sistem Prasarana 2) Rencana sistem jaringan energi;
3) Rencana sistem jaringan sumber daya air;
4) Rencana sistem jaringan prasarana lainnya; dan
5) Nama-nama tempat (kecamatan, kelurahan/desa).
a. Skala 1:50.000, bila tidak dapat disajikan secara
utuh dalam 1 lembar kertas, peta disajikan dalam
beberapa lembar. Pembagian lembar penyajian peta
harus mengikuti angka bujur dan lintang geografis
yang berurutan, seperti halnya pada peta rupa bumi;
b. Pada setiap lebar peta harus dicantumkan peta
indeks dan nomor lembar peta yang menunjukkan
posisi lembar peta yang disajikan di dalam wilayah
3. Rencana Pola Ruang kabupaten secara keseluruhan;
c. Kandungan peta, meliputi:
1) Delinasi rencana peruntukan pemanfaatan ruang
sesuai dengan klasifikasi pola ruang wilayah
kabupaten;
2) Sungai, jaringan kolektor primer 1, kolektor primer
2, kolektor primer 3 dan lokal primer;
3) Rel kereta api; dan
4) Nama-nama tempat (kecamatan, kelurahan/desa).
a. Skala peta mengikuti ukuran kertas; dan
b. Kandungan peta, meliputi:
1) Deliniasi kawasan strategis nasional (bila ada);
Penetapan Kawasan Strategis 2) Deliniasi kawasan strategis provinsi (bila ada);
4.
Kabupaten 3) Deliniasi kawasan strategis kabupaten;
4) Sungai, jaringan jalan arteri primer, kolektor
primer 1 dan kolektor primer 2, rel kereta api; dan
5) Nama-nama tempat (kecamatan, kelurahan/desa).

LAPORAN ANTARA
L
1-26
1

1.4.2.1 Inovasi Pelaksanaan Pekerjaan


Pada bagian ini akan disampaikan beberapa inovasi yang dapat dikembangkan dalam
pekerjaan Penyusunan RTRW Kabupaten Biak Numfor.
Pokok-pokok kegiatan utama dalam upaya Percepatan Penyelesaian RTRW dan
Penetapan perda meliputi:
1) Updating Per-peta-an dan Sinkronisasi Materi Raperda RTRW Kabupaten:
1. Penyediaan dan updating Peta dasar dengan tingkat skala minimal
1:50.000 sesuai ketentuan Rupa Bumi Indonesia (RBI) dari Bakosurtanal;
2. Updating peta tutupan lahan (land use) terbaru dengan menggunakan
sumber data yang tersedia;
3. Updating peta-peta perizinan untuk sektor-sektor kehutanan,
pertambangan, perkebunan, dll
4. Sinkronisasi materi Raperda RTRW dengan peta-peta RTRW (khususnya
peta Rencana Pola Ruang dan peta tematik lainnya, misal peta kehutanan,
pertambangan, perkebunan, dll)
2) Penyempurnaan Materi Teknis (Buku Rencana & Fakta Analisa) dan dokumen
Raperda
a. Updating/penyesuaian kembali data sektoral/SKPD yang belum terakomodir
dalam Materi Teknis dan Raperda
b. Updating/penyesuaian kembali data-data statistik terbaru.
c. Updating dan penyempurnaan Raperda sesuai masukan BKPRN:
 Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dan cadangan
lahannya sesuai amanat UU No 41 Tahun 2009 ttg Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
 Penetapan RTH Kawasan Perkotaan (minimal 30% untuk kawasan
perkotaan); dapat merujuk pada Permen PU No 5 Tahun 2008 ttg
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan;
 Alokasi penetapan kawasan peruntukan industri dan Kawasan Industri
mengacu pada PP 24/2009 ttg Kawasan Industri dan Permenperin No
35/2010 ttg Pedoman Teknis Kawasan Industri;
 Updating & Penetapan kawasan kehutanan serta usulan perubahannya
(koordinasi dengan Prov & KEMENHUT)

LAPORAN ANTARA
L
1-27
1

1.4.2.2 Model Analisis


Beberapa metoda untuk melakukan analisis tata ruang yang biasa digunakan
antara lain seperti diuraikan berikut.
A. Metoda Aksesibilitas
Faktor kemudahan pencapaian baik dalam hubungan keterkaitan antar bagian
wilayah dalam wilayah perencanaan, ataupun antar komponen dalam bagian
wilayah, sangat menentukan intensitas interaksi antar bagian wilayah maupun
antar komponen pembentuk wilayah, serta struktur tata ruang yang
direncanakan.
Metoda ini merupakan upaya untuk mengukur tingkat kemudahan pencapaian
antar kegiatan, atau untuk mengetahui seberapa mudah suatu tempat dapat
dicapai dari lokasi lainnya. Pada dasarnya model ini merupakan fungsi dari
kualitas prasarana penghubung unit kegiatan yang satu dengan lainnya per
satuan jarak yang harus ditempuh. Model persamaannya adalah sebagai
berikut:
FKT
A
d
Di mana :
A = Nilai aksesibilitas
F = Fungsi jalan (arteri, kolektor, lokal)
T = Kondisi jalan (baik, sedang, buruk)
D = Jarak antara kedua unit kegiatan

Metoda lainnya, yaitu Indeks Aksesibilitas, yang memiliki persamaan :


E j
A  b
ij
 d ij 
Di mana :
Aij = Indeks aksesibilitas
Ej = Ukuran aktifitas
dij = Jarak tempuh (jarak geografi atau waktu tempuh)
b = Parameter

Langkah selanjutnya adalah menghitung potensi pengembangan, yaitu dengan


cara mengkalikan indeks aksesibilitas dengan luas kawasan yang mungkin untuk
dikembangkan, yaitu :
Di = Ai * Hi

LAPORAN ANTARA
L
1-28
1

dimana :
Di = potensi pengembangan di kawasan i
Ai = indeks aksesibilitas dari kawasan i
Hi = luas kawasan yang mungkin dikembangkan di kawasan i

Potensi masing-masing kawasan dihitung dan dijumlahkan untuk memperoleh


potensi seluruh kawasan. Dari potensi keseluruhan ini, maka potensi relatif
masing-masing kawasan terhadap keseluruhan kawasan (wilayah) dapat
diketahui, atau secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
D i
D r 
iD i

dimana :
Dr = potensi pengembangan (relatif)
Di = potensi pengembangan di kawasan i
iDi = jumlah seluruh potensi pengembangan

Selanjutnya untuk menentukan jumlah penduduk yang akan dialokasikan pada


masing-masing kawasan yang potensial adalah dengan cara mengkalikan hasil
proyeksi total penduduk untuk masa mendatang dengan Di, yang secara
matematis dapat dirumuskan :
D i
P i  P total x
iD i

dimana :
Pi = jumlah penduduk yang dapat dialokasikan di kawasan I
Ptotal = jumlah penduduk seluruhnya
Di/iDi = potensi relatif kawasan i

Metoda lain yang cukup mudah penggunaannya yang hingga kini masih
dipergunakan adalah Metoda Perkiraan Kebutuhan. Pada model ini, digunakan
standar-standar yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan sarana
dan prasarana yang memiliki implikasi terhadap kebutuhan ruang.

B. Metoda Skoring
Metoda ini digunakan untuk menilai tingkat layanan suatu wilayah sehingga
dapat ditentukan potensinya yang dapat menentukan fungsi wilayah tersebut.
Dari hasil penilaian ini pula dapat ditentukan tingkat kebutuhan yang harus

LAPORAN ANTARA
L
1-29
1

dipenuhi pada masa yang akan datang. Persamaan yang digunakan sangat
sederhana, yaitu :
Pi
B i  X 100
P
Dimana :
Bi = Bobot dari kegiatan i
Pi = Jumlah aktifitas di wilayah i
P = Jumlah penduduk di wilayah i

C. Model Analisis Kegiatan


Model yang sering digunakan untuk melakukan analisis kegiatan pada suatu
wilayah antara lain dengan model analisis Location Quotient (LQ). Teknik ini
merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam
sektor kegiatan tertentu. Hasil akhir dari teknik ini masih merupakan
kesimpulan sementara yang masih harus dikaji kembali melalui teknik analisis
yang lain sehingga dapat menjawab apakah kesimpulan sementara tersebut
terbukti kebenarannya atau tidak. Namun demikian, dalam tahap awal sudah
cukup memberikan gambaran mengenai kemampuan daerah yang bersangkutan
dalam sektor yang diamati.
Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan
suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama
pada daerah yang lebih luas. Adapun variabel yang digunakan sebagai alat ukur
untuk menghasilkan koefisien dapat menggunakan satuan jumlah tenaga kerja
pada sektor tersebut, hasil produksi atau satuan lain yang dapat dijadikan
kriteria.
Perbandingan relatif Model Location Quotient (LQ) ini dapat dinyatakan melalui
persamaan matematis berikut :
S i S i
N i S
LQ i  
S N i
N N
dimana :
Si = jumlah buruh industri i di bagian wilayah yang diamati
S = jumlah total buruh industri di seluruh bagian wilayah
Ni = jumlah buruh industri i di seluruh wilayah
N = jumlah total buruh di seluruh wilayah

LAPORAN ANTARA
L
1-30
1

Struktur perumusan LQ memberikan beberapa nilai sebagai berikut :


• LQ > 1: menyatakan sub wilayah yang diamati memiliki potensi surplus
• LQ < 1:menunjukan sub wilayah yang bersangkutan memiliki kecenderungan
impor dari wilayah lain
• LQ = 1 : menunjukan sub wilayah yang bersangkutan telah
mencukupi dalam kegiatan tertentu.

D. Model Tingkat Kemampuan Pelayanan Fasilitas


Tingkat pelayanan fasilitas umum diukur dengan cara mengkaji kemampuan
suatu jenis fasilitas dalam melayani kebutuhan penduduknya. Dalam hal ini,
fasilitas umum yang memiliki tingkat pelayanan 100% mengandung arti bahwa
fasilitas tersebut memiliki kemampuan pelayanan yang sama dengan kebutuhan
penduduknya. Untuk mengetahui kelengkapan fasilitas umum suatu bagian
wilayah, dihitung tingkat pelayanannya dengan menggunakan rumus :
d ij b j
TP  X 100%
C is

Dimana :
TP = tingkat pelayanan fasilitas i di kawasan j
dij = jumlah fasilitas i di kawasan j
bij = jumlah penduduk di kawasan j
Cis = jumlah fasilitas i persatuan penduduk menurut standar
penentuan fasilitas untuk kawasan
Dengan perhitungan ini, dapat diketahui tingkat pelayanan setiap fasilitas,
kecuali untuk fasilitas peribadatan, dimana perbedaan terletak pada jumlah
penduduk pada kawasan yang diamati, yaitu bj diganti oleh jumlah penduduk
menurut agama.
E. Teknik Penelusuran Desa/Lokasi (Transek)
Transek dipergunakan untuk mengamati secara langsung keadaan lingkungan
dan sumber daya alam masyarakat. Transek adalah gambaran irisan muka bumi.
Pada awalnya transek digunakan oleh para ahli lingkungan untuk mengenali
“wilayah-wilayah ekologi” (pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan
sifat khusus keadaannya) Transek adalah teknik PRA untuk melakukan
pengamatan langsung lingkungan dan sumber daya masyarakat, dengan cara

LAPORAN ANTARA
L
1-31
1

berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang


disepakati.
Hasil pengamatan dan lintasan tersebut, kemudian dituangkan ke dalam bagan
atau gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan lebih lanjut. Transek ini
dilakukan untuk mengenal dan mengamati secara lebih tajam mengenai potensi
sumberdaya alam dan permasalahannya. Informasi yang biasanya muncul antara
lain:
 Bentuk dan keadaan permukaan alam (topografi): termasuk kemiringan lahan,
jenis tanah, daerah tangkapan air, sumber-sumber air
 Pemanfaatan sumberdaya tanah (tataguna lahan): yaitu untuk wilayah
permukiman, kebun, sawah, bangunan, jalan dsb
 Pemilikan sumberdaya alam: biasanya terdiri dari milik perorangan, milik adat,
milik umum/desa/kelurahan, milik pemerintah.
 Transek juga bisa dilakukan untuk mengamati dan membahas topik-topik
khusus, seperti pembuatan peta desa. Misalnya transek kesehatan dan kondisi
lingkungan desa, transek sumber air serta irigasi, dsb.

1.5 Sistematika Laporan


Laporan Pendahuluan ini disusun secara terstruktur guna memudahkan
pemahaman terhadap substansi laporan ini, sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisikan penjelasan mengenai latar belakang pekerjaan, tujuan dan sasaran,
ruang lingkup, pendekatan dan metodologi, dan sistematika laporan.
BAB 2 KEBIJAKAN TATA RUANG PENGEMBANGAN DAN SEKTORAL
Menjelaskan pemahaman tentang amanat peraturan perundangan mengenai
penyusunan RTRW Kabupaten, sistem perencanaan dan muatan serta proses
penyusunan RTRW Kabupaten. Berisi kebijakan tata ruang, kebijakan
pembangunan daerah dan kebijkan sektoral.
BAB 3 KONDISI FISIK DAN SUMBER DAYA ALAM
Menjelaskan pemahaman awal terhadap kondisi wilayah perencanan yang
didapat dari telaah data-data awal yang berhasil dikumpulkan dan berisi tentang
proyeksi Kabupaten Biak Numfor pada masa yang akan datang.
BAB 4 KONDISI PRASARANA DAN SARANA

LAPORAN ANTARA
L
1-32
1

Berisikan penjelasan mengenai transportasi, Komunikasi dan informasi,


ketenagalistrikan, sumberdaya air, prasarana lainnya.
BAB 5 KONDISI KEPENDUDUKAN
Berisi penjelasan mengenai jumlah dan kepadatan penduduk, pertumbuhan
penduduk, mata pencaharian penduduk, pendapatan penduduk, kualitas
penduduk dan sosial budaya.

BAB 6 KONDISI PEREKONOMIAN


Berisi penjelasan mengenai komposisi perekonomian dan kemampuan
keuangan daerah.
BAB 7 ANALISIS
Berisi penjelasan mengenai analisis kebijakan, analisis kedudukan regional,
analisis fisik lingkungan dan sumberdaya alam, analisis kependudukan dan sosial
budaya, analisis perekonomian, analisis prasarana dan sarana, analisis
penggunaan lahan, analisis daya dukung lahan dan air, analisis kelembagaan.

LAPORAN ANTARA
L
1-33

Anda mungkin juga menyukai