Piagam Jakarta
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan
3. Mufakat,-atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. ke-Tuhanan yang maha esa
1. Socio-nationalisme
2. Socio-demokratie
3. ke-Tuhanan
1. Gotong-Royong
serta
[sunting] Rumusan
[sunting] Rumusan
[sunting] Epilog
[sunting] Referensi
1. UUD 1945
2. Konstitusi RIS (1949)
3. UUD Sementara (1950)
4. Berbagai Ketetapan MPRS dan MPR RI
5. Saafroedin Bahar (ed). (1992) Risalah Sidang
BPUPKI-PPKI 29 Mei 1945-19 Agustus 1945. Edisi
kedua. Jakarta: SetNeg RI
6. Tim Fakultas Filsafat UGM (2005) Pendidikan
Pancasila. Edisi 2. Jakarta: Universitas Terbuka
Garuda Pancasila
Pancasila sebagai FIlsafat dan Ideologi Negara
Indonesia
[sembunyikan]
l • b • s
Artikel terkait ideologi Pancasila
Badan
Panitia Sembilan · BPUPKI · PPKI
terkait
Kategori: a
eskol
Terurut Topik
Terurut Waktu
Cari
Eskol
Wed, 09 Jan 2002 17:36:51 -0800
`````````````````````````
[EMAIL PROTECTED]
A r t i k e l Lepas
^*^*^*^*^*^*^*^
Pengantar
````````````
Pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari
ulang tahun Kaisar
Hirohito dibentuklah Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) oleh pemerintah Jepang sebagai upaya
pelaksanaan janji mereka
tentang kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan
62 orang yang diketuai
oleh Radjiman Widjodiningrat. Pada hari terakhir
sidang pertama BPUPKI pada
tanggal 1 Juni 1945, Soekarno, salah seorang anggota,
menyampaikan usulan
fundamen filsafat negara, yang dikenal dengan
Pancasila.
Ketidakpahaman nasabah agama dan negara tidak pernah akan mencair, jika
seluruh umat beragama masih berpikir egois dan melalaikan perasaan penganut
agama lain dan kepentingan bangsa secara serbacakup (comprehensive).
Semestinya agama merupakan urusan pribadi manusia dengan Allahnya. Baik
negara maupun perorangan tidak berhak memaksa orang lain untuk mengikuti
atau menaati agamanya. Memang keruwetan nasabah agama dan negara acapkali
melekat pada Islam, karena Islam tidak sepenuhnya dipisahkan dengan masalah
kenegaraan. Yang patut menjadi introspeksi bagi umat Islam adalah Islam
tanpa negara bukanlah Islam yang tidak lengkap.
Pemberlakuan Piagam Jakarta tidaklah sama dengan Piagam Madinah yang dibuat
tahun 622. Ada perbedaan hakiki pada hasil yang dicapainya. Perbedaan
tersebut terjadi karena perumusan yang berbeda antara Piagam Madinah dan
Piagam Jakarta. Piagam Madinah tidak ada tekanan kewajiban dalam hal
menganut atau melaksanakan agama masing-masing. Dengan demikian Piagam
Madinah telah melahirkan persatuan. Kebalikannya dengan Piagam Jakarta yang
melahirkan ancaman perpecahan. Pencatuman tujuh kata dalam Piagam Jakarta
merupakan sikap tidak peduli atas perintah Allah yang berdampak melampaui
ambang batas kebenaran.
Bagi pemeluk agama bukan Islam penempatan tujuh kata dalam Piagam Jakarta
merupakan pilihan yang salah. Jika ketujuh kata itu dimasukkan ke dalamnya,
maka negara dibebani dengan tugas khusus terhadap pemeluk salah satu agama
saja. Negara menjadi tidak netral lagi dan mengancam kesatuan bangsa. Logika
Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan logika Sumpah Pemuda sebagai rumusan
dasar bagi gerakan kebangsaan Indonesia menuntut sendiri agar tujuh kata
dalam Piagam Jakarta mesti dihilangkan.
Sila pertama memberikan wewenang bagi kelompok agama agar mereka sendiri
mengusahakan sesuai dengan pemahaman mereka sendiri agar para pemeluknya
menjalankan etika dan ajarannya. Istilah Ketuhanan yang Mahaesa merupakan
suatu prinsip tentang Tuhan dan bukan Tuhan itu sendiri. Teologilah yang
dapat menjelaskan dan menakrifkan tentang apa yang dimaksudkan dengan
ketuhanan itu secara nyata. Rumusan sila pertama yang sekarang ini sudah
memberikan ruang yang luas agar agama-agama yang diakui dapat menguraikan
dan mengembangkan pemahaman mereka sendiri mengenai Tuhan itu.
Kesimpulan
```````````````
Pembangunan ketaatan beragama lewat daya paksa hukum negara mengandung
konsekuensi berisiko tinggi atas rasa tauhid dalam masyarakat. Hal ini dapat
terjadi, karena rasa takut terhadap negara akan melampaui rasa takut kepada
Allah yang Esa, yang tentunya dapat membangkitkan peluang kemusyrikan dan
kemunafikan.**
Peristiwa Rengasdengklok
historia magistra
Home
Sejarah X
Sejarah XI-IPS
Sejarah XI-IPA
Sejarah XII-IPA
Sejarah XII-IPS
Belajar Sejarah Online
Artikel
Biografi Tokoh
Sejarah Umum
Resensi
Hari ini dalam sejarah
Latihan Soal Sejarah
Software Download
Tahukah Anda?
E-Books
21/02/2010
A. PEMBENTUKAN BPUPKI
B. SIDANG-SIDANG BPUPKI
1. Peri Kebangsaan;
2. Peri Kemanusiaan;
3. Peri Ke-Tuhanan;
4. Peri Kerakyatan;
5. Kesejahteraan Rakyat.
1. persatuan
2. kekeluargaan
3. keseimbangan
4. musyawarah
5. keadilan sosial
1. Kebangsaan Indonesia;
4. Kesejahteraan sosial;
1. Ir. Sukarno
3. Muh. Yamin
6. Abdulkadir Muzakkir
9. Abikusno Tjokrosujoso.
3. Persatuan Indonesia;
D. PEMBENTUKAN PPKI
F. PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Proklamasi
Djakarta, 17 – 8 –‘05
PROKLAMASI
Soekarno/Hatta
(tandatangan Sukarno)
(tandatangan Hatta)
Rate this:
27
Share this:
Share
Rate This
Log in to Reply
hehehhe
thanks
Rate This
Log in to Reply
2. TIESYA
Jan 12, 2011 @ 14:37:21
Rate This
Log in to Reply
3. ngobrolislami
Jan 15, 2011 @ 15:54:12